16
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Meningitis adalah inflamasi pada lapisan membran yang melindungi otak dan tulang belakang disebut sebagai lapisan meningen. Infeksi ini biasanya disebabkan oleh infeksi cairan yang mengelilingi otak dan tulang belakang. Meningitis dapat disebabkan oleh infeksi (bakteri, virus, jamur, atau parasit) maupun proses non-infeksi (penyakit sistemik, keganasan, atau reaksi hipersensivitas). sangat penting mengetahui penyebab meningitis karena tatalaksananya berbeda tergantung penyebab infeksinya. Sebelum era antibiotik, meningitis bakteri merupakan penyakit yang fatal, akan tetapi setelah kemajuan dari terapi antibiotik, angka kematian daari penyakit ini dapat berkurang. namun, angka kematian tersebut tetap tinggi dengan nilai mencapai 25%. Jumlah insiden penyakit meningitis sangat bervariasi tergantung dari penyebabnya. Insiden meningitis diperkirakan lebih tinggi di negara berkembang karena kurangnya tindakan pencegahan seperti vaksinasi. Trias gejala dari meningitis adalah adanya demam, sakit kepala dan pemeriksaan kaku kuduk positif. Faktor resiko pada Page 1

Referat Meningitis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Referat meningitis

Citation preview

Page 1: Referat Meningitis

BAB IPENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Meningitis adalah inflamasi pada lapisan membran yang melindungi otak dan tulang

belakang disebut sebagai lapisan meningen. Infeksi ini biasanya disebabkan oleh infeksi cairan

yang mengelilingi otak dan tulang belakang. Meningitis dapat disebabkan oleh infeksi (bakteri,

virus, jamur, atau parasit) maupun proses non-infeksi (penyakit sistemik, keganasan, atau reaksi

hipersensivitas). sangat penting mengetahui penyebab meningitis karena tatalaksananya berbeda

tergantung penyebab infeksinya.

Sebelum era antibiotik, meningitis bakteri merupakan penyakit yang fatal, akan tetapi

setelah kemajuan dari terapi antibiotik, angka kematian daari penyakit ini dapat berkurang.

namun, angka kematian tersebut tetap tinggi dengan nilai mencapai 25%. Jumlah insiden

penyakit meningitis sangat bervariasi tergantung dari penyebabnya. Insiden meningitis

diperkirakan lebih tinggi di negara berkembang karena kurangnya tindakan pencegahan seperti

vaksinasi.

Trias gejala dari meningitis adalah adanya demam, sakit kepala dan pemeriksaan kaku

kuduk positif. Faktor resiko pada meningitis dapat termasuk usia, adanya paparan terhadap orang

yang terkena meningitis, imunosupresi. Penyebab tersering dari inflamasi meningeal adalah

infeksi bakteri dan infeksi virus. Organisme tersebut masuk melalui pembuluh darah dari bagian

tubuh lain. Meningitis bakteri paling sering terletak di bagian belakang dari otak, akan tetapi,

pada kondisi tertentu meningitis dapat terkonsentrasi di bagian bawah otak, seperti pada penyakit

jamur ataupun tuberkulosis. Meningitis bakteri merupakan inflamasi piogenik pada lapisan

meningen dan pada cairan serebro spinal di subaraknoid. Jika tidak segera ditatalaksana, dapat

menyebabkan kelumpuhan seumur hidup atau kematian.

Page 1

Page 2: Referat Meningitis

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1. DEFINISI

Meningitis merupakan salah satu dari infeksi sistem saraf pusat, disebabkan oleh adanya

inflamasi pada selaput araknoid, piamater, maupun yang melibatkan cairan serebrospinal.

Meningitis dapat disebabkan oleh infeksi yang bisa disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, dan

parasit. Adapula meningitis yang disebabkan oleh non-infeksi bisa dikarenakan obat-obatan, atau

penyakit sistemik.

2.2. EPIDEMIOLOGI

Faktor resiko utama untuk meningitis adalah respons imunologi terhadap patogen spesifik

yang lemah terkait dengan usia muda. Resiko terbesar pada bayi sekitar 95 % terjadi antara usia

1 bulan dan 5 tahun, tetapi meningitis dapat terjadi pada setiap umur. Resiko tambahan adalah

kolonisasi baru dengan bakteri patogen, kontak erat dengan individu yang menderita  penyakit

invasif, kemiskinan, ras kulit hitam, jenis kelamin laki-laki dan pada bayi yang tidak diberikan

ASI pada umur 2 – 5 bulan.

Di Indonesia, angka kejadian tertinggi pada usia antara 2 bulan-2 tahun. Umumnya

terdapat pada anak distrofik,yang daya tahan tubuhnya rendah. Insidens meningitis bakterialis

pada neonatus adalah sekitar 0,5 kasus per 1.000 populasi. Insidens meningitis pada bayi  berat

lahir rendah tiga kali lebih tinggi dibandingkan bayi dengan berat lahir normal. Streptococcus

group B dan E.coli merupakan penyebab utama meningitis bakterial pada neonatus. Penyakit ini

menyebabkan angka kematian yang cukup tinggi (5-10%). Hampir 40% diantaranya mengalami

gejala sisa berupa gangguan pendengaran dan defisit neurologis

2.3. ETIOLOGI

Untuk infeksi bakteri biasanya disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae,

Streptococcus grup B, Neisseria meningitidis, dan Listeria monocytogen. Pada anak-anak,

menigitis bakteri juga dapat disebabkan oleh H. influenza. Pada meningitis bakteri yang sering

Page 2

Page 3: Referat Meningitis

menimbulkan meningitis adalah mycobacterium tuberculosis akibat dari penyebaran hematogen

dari infeksi primer TB.

Kemudian untuk meningitis akibat virus sering dsebabkan oleh eneterovirus contohhnya

adalah coxsackievirus, echovirus, human enterovirus. virus herpes simplek dan arthropode-borne

virus juga dapat menyebabkan terjadnya meningitis virus. Dan sering pula meningitis disebabkan

oleh adanya infeksi fungal oleh C. neoformans.

Beberapa parasit dapat menyebabkan terjadinya eosinophilic meningitis namun hal ini jarang

sekali terjadi. biasanya disebabkan oleh Angiostrongylus cantonensis, Baylisascaris procyonis,

Gnathostoma spinigeru.

Penyebab meningitis non infeksi biasanya disebabkan oleh penyakit yang biasanya

menyebabkan adanya inflamasi termasuk inflamasi yang terjadi saat sistem imun tubuh tidak

berfungsi dengan benar dan menyerang jaringan tubuh sendiri biasanya pada penyakit autoimun.

meningitis akibat obat-obatan sering terjadi akibat dari NSAID (ibuprofen, naproxen, sulindac,

and tolmetin) atau beberapa antibiotik (ciprofloxacin, isoniazid, and penicillin) namun hal ini

jarang sekali terjadi.

2.4. KLASIFIKASI MENINGITIS

Meningitis infeksi dapat diklasifikasikan berdasarkan oleh etiologi meningitis tersebut.

berikut adalah pembagian meningitis menurut etiologi penyebabnya.

Spesies Faktor Resiko

MENINGITIS PURULENTA

Streptococcus Pneumoniae (50%) infeksi pneumonia

infeksi pneumokokus lainnya (otitis media,

sinusitis)

alkoholisme

diabetes

splenektomi

trauma kepala dengan fraktur basis cranii

Neisseria meningitidis (25%)

Streptococcus grup B (15%) otitis, mastoiditis, atau sinusitis akibat

streptococcus sp.

Page 3

Page 4: Referat Meningitis

listeria monocytogenes (10%) usia neonatus (<1bulan)

perempuan hamil

dewasa usia >60 tahun

individu dengan imunokompromais

H. influenza usia anak-anak

MENINGITIS SUB AKUT

Mycobacterium tuberculosis penyebaran hematogen TB primer

Meningitis fungal ( C. neoformans) riwayat infeksi jamur (kemungkinan di

paru)

Treponema pallidum terdapat infeksi menular seksual

MENINGITIS VIRAL

Enterovirus

virus herpes simpleks

arthropod-borne virus

2.5.PATOFISIOLOGI

Pada kebanyakan kasus, meningitis biasanya disebabkan oleh agen-agen infeksius yang

berkoloni dan telah menginfeksi bagian lain di tubuh. Bagian-bagian yang berpotensi menjadi

tempat berkoloni agen infeksi tersebut bisa dikulit, saluran nafas, dan saluran pencernaan. Agen-

agen infeksi tersebut dapat masuk ke sistem saraf pusat dan menyebabkan meningitis melalui 2

jalur, bisa melalui pembuluh darah ataupun mengkontaminasi langsung (contoh pada kasus

trauma, otitis media)

Agen-agen infeksi tersebut kemudian masuk ke peredaran darah hingga mencapai plexus

koroid intraventrikular dan CSS. disana agen infeksi tersebut dapat bermultiplikasi karena tidak

adanya sistem imun yang efektif di CSS. Koloni bakteri kemudian akan melepaskan komponen

dinding sel (endotoksin, asam teikoat) yang memicu pelepasan sitokin inflamasi.

Page 4

Page 5: Referat Meningitis

Untuk meningitis TB, terjadi akibat adanya penyebaran tuberkel-tuberkel miliar ke sistem

saraf pusat sewaktu infeksi primer. Tuberkel kemudian membesar dan membentuk lesi kaseosa

hingga mencapai ruang subaraknoid dan menyebabkan meningitis. Infeksi meningitis biasanya

terjadi di sekitar basis otak sehingga terjadi gangguan saraf kranial.

2.6 GEJALA KLINIS

Gejala utama pada meningitis terdiri dari:

demam,

sakit kepala

adanya kaku pada leher (kaku kuduk positif)

Gejala lain yang menyertai dapat berupa adanya mual muntah, fotopobia, penurunan

kesadaran dari letargi hingga koma.

Pada meningitis TB ditemukan adanya tanda-tanda seperti demam, letargi, nyeri kepala,

kaku kuduk selama beberapa hari hingga beberapa minggu. Dapat pula ditemukan adanya

kelainan saraf kranial dan gejala-gejala TB.

Pada meningitis viral gejala bersifat umum seperti nyeri kepala, demam, dan kaku kuduk.

nyeri kepala kadang disertai fotopobia. Gejala-gejala tambahan yang dapat muncul seperti lemas,

mialgia, atau mual muntah. Namun, pasien dengan meningitis viral sangat jarang mengalami

penurunan kesadaran serta defisit neurologis.

Meningitis kriptokokus gejala klinisnya sering tidak jelas. dijumpai gejala prodormal 2-4

minggu. Tanda kaku kuduk tidak selalu ada. Tanda peningkatan tekanan intrakranial berupa sakit

kepala berat dan persisten seringkali merupakan gambaran klinik yang menonjol.

Page 5

Page 6: Referat Meningitis

2.7. DIAGNOSIS

Diagnostik dapat ditegakkan melalui anamnesa, pemeriksaan fisik dan ditunjang dengan

pemeriksaan pungsi lumbal. Pemeriksaan pungsi lumbal merupakan pemeriksaan yang penting

untuk mendiagnostik meningitis. Pada pemeriksaan fisik kasus meningitis dapat ditemukannya

tanda iritasi meningens yaitu kaku kuduk, kernig dan brudzinski.

2.8. DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis banding untuk kasus meningitis dapat berupa:

Abses serebri

Stroke

Encephalitis

Tumor otak

2.9. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan untuk mendiagnosa meningitis adalah

lumbal pungsi. Namun pada kasus dengan ancaman herniasi serebri, maka direkomendasikan

untuk melakukan pencitraan radiologi terlebih dahulu. Pada pemeriksaan lumbal pungsi dapat

ditemukan hasil sebagai berikut:

Hitung

PMN

Hitung

Limfosit

Konsentrasi

Protein

Konsentrasi

Glukosa

Mikroskopis

dan Kultur

Antibodi

virus

pada

darah

dan CSF

PCR

pada

CSF

Bakteri + - -

Viral N / N - + +

TB N / + - +

Page 6

Page 7: Referat Meningitis

Fungal N / N/ + - -

Pada meningitis bakteri didapatkan hasil pemeriksaan CSSnya adalah tingginya sel

predominan PMN leukosit dengan konsentrasi protein yang tinggi dan konsentrasi glukosa

rendah (<40 mg/dl). Pada meningitis TB yang didapatkan dari pemeriksaan lumbal pungsi adalah

leukosit dengan limfositik dominan dengan glukosa yang sangat rendah. Pada meningitis viral

ditemukan hasil CSS yang berbeda dibandingkan meningitis bakterial, biasanya sering

ditemukan limfositik predominan pada sel darah putih dan peningkatan konsentrasi protein tanpa

adanya penurunan glukosa pada CSS. Untuk pemeriksaan CSS pada meningitis kriptokokus

dengan menggunakan tinta india dan kultur.

2.10. TATA LAKSANA

Tatalaksana awal dimulai dengan melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital, kesadaran,

jalan nafas, serta sirkulasi. Waspadai adanya tanda-tanda peningkatan TIK seperti sakit kepala,

muntah proyektil, penurunan kesadaran, cushing’s triad atau peningkatan suhu secara drastis.

untuk setiap pasien dengan kecurigaan infeksi otak sangat disarankan untuk memeriksa status

HIV pasien. Untuk pemberian antibiotik pada pasien meningitis bakterial sebaiknya dilakukan 60

menit sejak pasien masuk ke instalasi gawat darurat. Untuk kasus pasien dengan meningitis TB

perlu diberikan obat antituberkulosis. Selain OAT, terapi tambahan kortikosteroid juga

direkomendasikan untuk seluruh pasien meningitis TB tanpa HIV. Untuk kasus meningitis viral

biasanya terapi yang diberikan adalah terapi suportif, kecuali disebabkan oleh virus herpes

simplek biasanya diberikan terapi acyclovir.

Faktor predisposisi Bakteri patogen pada

umumnya

Terapi AB

Usia

<1 bulan Streptococcus agalactiae, E.

coli, Listeria monocytogenes,

Klebsiella sp.

Ampisilin + Sefotaksim atau

Ampisilin + Aminoglikosida

1-23 bulan Streptococcus pneumoniae,

Neisseria meningitidis,

Haemophilus Influenza,

Vankomisin + Sefalosporin

generasi III

Page 7

Page 8: Referat Meningitis

Streptococcus agalactiae,

E. coli

2-50 tahun Streptococcus pneumoniae,

Neisseria meningitidis

Vankomisin + Sefalosporin

generasi III

>50 tahun Streptococcus pneumoniae,

Neisseria meningitidis,

Listeria monocytogenes

Vankomisin + Sefalosporin

generasi III

Untuk kasus meningitis rekuren dan fraktur basis krani diberikan Vankomisin dengan ceftriaxon atau cefotaxime.

Dosis untuk ampisilin adalah sebagai berikut:

usia 0-7 hari = 50mg/kg IV setiap 8 jam usia 8-30 hari = 50-100 mg/kg IV setiap 6 jam

Dosis antibiotik untuk pediatri:

Cefotaxime – 50 mg/kg IV setiap 6 jam, batas 12g/ hari Ceftriaxone – 75 mg/kg, kemudian 50 mg/kg setiap 12 jam, batas 4g/ hari Vankomisin – 15 mg/kg IV setiap 8 jam

Dosis antibiotik untuk dewasa:

Cefotaxime – 2 g IV setiap 4 jam Ceftriaxone – 2 g IV setiap 12 jam Vancomycin – 750-1000 mg IV setiap 12 jam atau 10-15 mg/kg IV setiap 12 jam

Untuk kasus meningitis viral dengan HSV diberikan acyclovir 10mg/kg IV setiap 8 jam.

Untuk kasus meningitis kriptokokus diberikan amfoterisin-B 0,7-1 mg/kg per hari dalam infus dextrose 5% dan diberikan selama 4-6 jam dikombinasikan dengan flukonazol 800mg per hari secara oral untuk minggu 1-2. Untuk minggu 3-10 diberikan hanya 800 mg per hari secara oral.

Page 8

Page 9: Referat Meningitis

2.11. PROGNOSIS

Pasien dengan meningitis viral biasanya sembuh dalam 7-10 hari dan hanya 1% kasus memiliki

prognosis yang buruk. Pada pasien dengan meningitis disebabkan streptococcus pneumonia dan

usia dibawah 2 tahun atau lebih dari 60 tahun prognosisnya cukup buruk. Meningitis bakteri bisa

berakibat fatal didapatkan pada 25% kasus. Pemberian antibiotik dapat mengurangi resiko

kematian pada meningitis bakteri hingga dibawah 15%.

Page 9

Page 10: Referat Meningitis

BAB III

Penutup

Meningitis adalah infeksi pada meninges (selaput pelindung) yang menyelimuti otak dan saraf

tulang belakang. Ketika meradang, meninges membengkak karena infeksi yang terjadi. Sistem

saraf dan otak bisa rusak pada beberapa kasus. Penyebab utama dari meningitis adalah infeksi,

baik itu yang disebabkan oleh virus atau bakteri. Karena radang ini disebabkan oleh virus dan

bakteri, kondisi ini sangat menular dan dapat berpindah dengan mudah melalui hubungan

langsung, bersin, dan batuk.Meningitis karena virus merupakan jenis Meningitis yang paling

umum terjadi dan tidak begitu serius. Komplikasi seperti demam tinggi dan kejang-kejang hanya

terjadi pada sebagian kecil kasus dan cukup jarang. Meningitis karena bakteri, di sisi lain, lebih

jarang terjadi namun lebih serius. Jika tidak segera ditangani, radang jenis ini dapat

menyebabkan kerusakan otak bahkan kematian. Jadi, penting untuk mengetahui gejala dari

Meningitis sehingga pengobatan dapat segera dilakukan. Tiga gejala meningitis yang patut

diwaspadai adalah demam, sakit kepala, dan leher yang terasa kaku. Dilihat dari tingkat fatal

penyakit meningitis, penyakit ini patut diwaspadai dan tidak boleh dianggap enteng.

Page 10

Page 11: Referat Meningitis

DAFTAR PUSTAKA

1. Wilkinson I, Lennox G, penyunting. Infection of nervous system. dalam: essential neurology. edisi ke-5. Massachusetts: Blackwell Publishing; 2011

2. Thwaites G, Fisher M, Hemingway C, Scott G, Solomon T, Innes J; British Infection Society. British Infection Society guidelines for the diagnosis and treatment of tuberculosis of the central nervous system in adults and children, J infect. 2009 Sep;59(3): 167-87

3. Tunkel AR, Hartman BJ, Kaplan SL, Kaufman BA, Roos KL, Scheld WM, Whitley Rj. Practice guidelines for the management of bacterial meningitis. Clin Infect Dis. 200 Nov 1;39(9): 1267-84

4. https://www.msdmanuals.com/home/brain,-spinal-cord,-and-nerve-disorders/meningitis/noninfectious-meningitis

5. http://emedicine.medscape.com/article/232915-overview#a2

6. http://www.cdc.gov/meningitis/non-infectious.html

7. Kursus Dasar NEUROAIDS 2011 hasil kerja sama perhimpunan Dokter Umum Indonesia departemen Neurlogi RSCM

8. Blueprints Neurology 3rd ed

Page 11