Referat Management Nyeri Pada Palliative Care

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/17/2019 Referat Management Nyeri Pada Palliative Care

    1/80

      BAB I

    PENDAHULUAN

     Nyeri merupakan suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak 

    menyenangkan akibat kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial, atau

     penggambaran dalam bentuk kerusakan tersebut. Dari definisi tersebut, dapat

    disimpulkan bahwa pengalaman nyeri melibatkan dimensi sensori, emosional dan

     juga kognitif.

     Nyeri selalu bersifat subyektif, tidak ada dua individu yang mengalami

    nyeri yang sama menghasilkan respon atau perasaan yang identik pada individu

    tersebut. Melzack dan Casey menyebutkan bahwa pengalaman nyeri merupakan

    interaksi dari tiga sistem dimensi! yang berkaitan dengan stimulasi nosiseptif,

    yaitu sensori"diskriminatif, motivasi"afektif, dan kognitif"evaluasi. #etiga sistem

    ini berkontribusi terhadap subyektifitas nyeri dan integralisasi faktor psikologis

    dalam pengalaman nyeri.

    $erdasarkan perjalanan waktunya, nyeri dapat diklasifikasikan sebagai

    nyeri akut dan nyeri kronik. Nyeri akut biasanya awitannya tiba"tiba sedangkan nyeri

    kronik adalah nyeri konstan atau intermitten yang menetap sepanjang suatu periode

    waktu tertentu. 

     Nyeri merupakan alasan yang paling umum bagi pasien"pasien untuk 

    memasuki tempat perawatan kesehatan dan merupakan alasan yang paling umum

    diberikan untuk pengobatan terhadap diri sendiri. Nyeri kronis biasanya lebih

    kompleks dan lebih sulit untuk ditangani, diobati, atau dikontrol daripada nyeri

    akut.

     Nyeri kronik dapat berdampak pada semua area kehidupan seseorang dan

    seringkali berasosiasi dengan masalah"masalah lingkungan sosial. Nyeri kronik 

    dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap keluarga dan rekan"rekan

     penderita. Nyeri kronik merupakan situasi yang menurunkan moral, yang

    mengkonfrontasi penderita tidak hanya dengan stress yang berasal dari nyeri tetapi

     juga dengan banyak kesulitan"kesulitan lain yang menyertai yang mempengaruhi

    semua aspek kehidupan.

    %

  • 8/17/2019 Referat Management Nyeri Pada Palliative Care

    2/80

  • 8/17/2019 Referat Management Nyeri Pada Palliative Care

    3/80

    1asil survey sebelumnya yang telah dilakukan oleh 2oy dan 3homas %4-5!

    menunjukkan bahwa hampir 5)/ dari 0) manula sehat mengeluh nyeri meskipun

    aktifitas rekreasinonal tidak berbeda antara kelompok yang mengeluh nyeri dan

    kelompok yang tidak mengeluh nyeri.  &enilitian lain yang dilakukan oleh 'avsky"

    6hulan %4-! terhadap 7)45 manula terbukti bahwa 00/ kelompok tersebut telah

    mengalami nyeri punggung bawah dan %/ hingga 80/ dari mereka yang

    mengeluh nyeri punggung bawah juga mengalami keterbatasan fungsi karena

    nyeri.5 9errell %44(! menyebutkan bahwa prevalensi nyeri meningkat berdasarkan

    usia meskipun pada manula memiliki kecendurangan untuk tidak melaporkan

    keluhan tersebut.  6epertiga kasus nyeri pada manula akan berlanjut menjadi

    keluhan nyeri kronik.  Carcione 0))4! menyebutkan bahwa (0/ manula akan

    mengalami nyeri yang hebat setelah menjalani operasi elektif dan %7/ dari jumlah

    tersebut tidak puas dengan penanganan nyeri yang diterima.

     &enanganan nyeri pada manula perlu pendekatan khusus karena berbagai

    faktor. 3erdapat dua faktor penting yang membedakan keluhan nyeri pada manula

    dibanding kelompok usia muda. 9aktor pertama adalah kesulitan seorang manula

    untuk menunjuk dan melokalisir nyeri. 9aktor kedua adalah perubahan jalur nyeri

    itu sendiri. &erubahan struktur dan fungsi dari jalur tersebut menyebabkan seorang

    manula memiliki risiko lebih besar terhadap jejas yang lebih besar.  1al ini

    disebabkan karena fungsi rasa nyeri sebagai alarm menjadi terganggu. Nyeri yang

    tidak membaik akan menimbulkan masalah yang serius pada manula. Masalah

    yang dapat timbul meliputi depresi, kecemasan, gangguan fungsi, gangguan tidur,

    isolasi sosial, serta penurunan kualitas hidup. 6eiring dengan peningkatan jumlah

    manula di seluruh dunia maka pengetahuan mengenai pengalaman nyeri sertafaktor lain yang mempengaruhi keunikan proses nyeri pada manula perlu

    diperhatikan.

    &erawatan paliatif merupakan pelayanan kesehatan kepada penderita

    sebagai individu seutuhnya yang bersifat holistik dan terintegrasi Cheville, 0)%)!.

    &erawatan ini diperlukan bagi penderita dengan penyakit yang belum dapat

    disembuhkan seperti kanker dan penyakit infeksi 1+: +D6.

    7

  • 8/17/2019 Referat Management Nyeri Pada Palliative Care

    4/80

    6ejak penyakit tersebut didiagnosis dan muncul gejala, sampai pada stadium lanjut

     bahkan hingga hari terakhir hidupnya, penderita memerlukan perawatan paliatif 

    agar mencapai kualitas hidup yang terbaik bagi penderita serta keluarganya Clinch

    dan 6chipper, %44(!. &emerintah telah memberikan kebijakan perawatan paliatif 

    di +ndonesia yang tertuang dalam 6urat #eputusan Menteri #esehatan 2epublik 

    +ndonesia Nomor ()8;M1?, 0)%0!. &enyakit kanker di +ndonesia menjadi penyebab kematian

    ke"8 terbesar untuk penyakit tidak menular. &revalensi penderita kanker +ndonesia

    mencapai 8,7 orang per %))) penduduk. Dengan jumlah penduduk 075.( juta jiwa

     per tahun 0)%), penderita kanker di +ndonesia diperkirakan %.)0 juta jiwa. Dari

    data Departemen #esehatan 2epublik +ndonesia, diperkirakan bahwa angka

    kejadian penyakit kanker di +ndonesia adalah ).%/ dari jumlah penduduk dan lebihdari )/ penderita kanker datang pada stadium lanjut 6tatistik +ndonesia, 0)%0!.

    #edokteran 9isik dan 2ehabilitasi merupakan suatu proses untuk 

    membantu seseorang mencapai potensi fisik, psikologik, sosial, vokasional dan

    edukasional sepenuhnya yang konsisten dengan gangguan;impairement fisiologik 

    atau anatomiknya, keterbatasan lingkungannya, keinginannya, serta rencana

    hidupnya &alma dan &ayne, 0))%!.

    &erawatan paliatif muncul sebagai dua bagian yang penting dalam

     penanganan penderita stadium lanjut atau kronis. #eduanya sama"sama memilikitujuan sebagai perawatan yang komprehensif, multidisiplin, untuk 

    mempertahankan fungsi fisik dan kemandirian penderita. Dengan demikian

    kualitas hidup penderita dapat diperbaiki dan beban perawatan bagi para keluarga

    atau pengasuh penderita dapat dikurangi 3ulaar, 0)%0!.

    BAB II

    NYERI KRONIK 

    8

  • 8/17/2019 Referat Management Nyeri Pada Palliative Care

    5/80

    2.1. DEFINISI

    Definisi nyeri yang paling luas diterima adalah yang diambil dari

     International Association for the Study of Pain  +6&!, yaitu @ pengalaman

    sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan sehubungan dengan kerusakan

     jaringan, baik aktual maupun potensial atau yang digambarkan dalam bentuk 

    kerusakan tersebut.

     Nyeri kronik adalah nyeri yang menetap lebih dari 7 bulan atau nyeri yang

     berlangsung lebih lama dari proses penyembuhannya yang normal. da yang

     berpendapat lama nyeri kronis adalah berlangsung lebih dari ( bulan.

    &ustaka lain menyebutkan bahwa nyeri didefinisikan sebagai nyeri kronik 

     jika@

    %. berlangsung melampaui waktu yang diperlukan untuk penyembuhan nyeri

    akut atau penyembuhan jaringan

    0. jika berhubungan dengan proses patologis kronis

    7. nyeri rekuren dalam interval bulan atau tahun

    Tabel 2.1. >aktu yang diperlukan untu k penyembuhan normal

    *enis ?rgan >aktu Antuk 6embuh

    #ulit 7 B 5 hari

    3ulang ( minggu

    3endon dan ligament 7 bulan

    2.2. KLASIFIKASI NYERI KRONIK 

    $erdasarkan mekanisme patofisiologinya nyeri kronis terbagi menjadi @

    %. Nyeri Nosiseptik

     Nyeri nosiseptik timbul sebagai akibat dari aktivasi nosiseptor perifer yang

     berlokasi pada jaringan yang mengalami kerusakan dan ditransmisikan ke

    saraf pusat melalui jalur sensori neural yang berfungsi secara normal.

     Nyeri nosiseptik umumnya berkaitan dengan derajat kerusakan jaringan

    somatik atau visceral.

  • 8/17/2019 Referat Management Nyeri Pada Palliative Care

    6/80

    0. Nyeri Neuropatik

     Nyeri Neuropatik dihasilkan dari kerusakan atau perubahan strukur dan

    fungsi jaringan saraf. Nyeri neuropatik dapat timbul berkaitan dengan

     proses somatosensorik yang menyimpang pada saraf tepi atau sistem saraf 

     pusat

    7. Nyeri &sikogenik 

     Nyeri psikogenik sering dirujuk sebagai gangguan somatisasi. &enyebabnya

    didasari oleh adanya gangguan emosional atau stressor yang sering tidak 

    disadari pasien. Nyeri psikogenik timbul walaupun tidak ditemukan organ

    sumber nyeri yang dapat diidentifikasi.

    2.3. EPIDEMIOLOGI

    Diperkirakan %)"0)/ dari populasi dunia menderita nyeri kronik.

    &enelitian di merika 6erikat dan +nggris menunjukkan bahwa %)"%%/ dari

     penduduk mempunyai gejala nyeri kronik di seluruh bagian tubuh yang menetap

    sedang 0)"0/ mengalami nyeri kronik regional dengan perempuan %, kali lebih

     banyak dari laki"laki.

    2.4. FISIOLOGI NYERI

    &ada keadaan normal nyeri bertindak sebagai mekanisme alarm yang

    mengindikasikan adanya kerusakan atau potensi kerusakan di dalam tubuh

    manusia. Namun pada nyeri kronik terjadi perubahan mekanisme sehingga tidak 

    selalu mencerminkan proses patologi yang sebenarnya.

     Nyeri timbul sebagai respon terhadap stimulasi struktur nosiseptif.

    6timulus dijalarkan melalui sepanjang saraf tepi ke sistem saraf pusat. 6ensasi

    nyeri dan respon individu terhadap nyeri dipengaruhi oleh berbagai faktor 

    diantaranya mekanisme fisiologi reseptor nyeri, struktur anatomi sistem saraf 

    nyeri, keadaan psikologi, emosional, perilaku, dan motivasi dari masing"masing

    individu. :ariasi dalam beberapa faktor tersebut dapat memberikan perbedaan

     persepsi, derajat, tipe lokasi dan durasi nyeri.

    +nteraksi yang komplek antara stimulus dari kerusakan jaringan dan

     pengalaman subyektif dari nyeri kronis dapat digambarkan dengan proses umum

    yang dikenal sebagai transduksi, transmisi, modulasi, dan persepsi.

    (

  • 8/17/2019 Referat Management Nyeri Pada Palliative Care

    7/80

    2.4.1. RESEPTOR 

    khiran saraf aferen di seluruh jaringan tubuh dinamakan reseptor.

    #epadatan reseptor di jaringan tubuh berbeda"beda. Antuk reseptor nyeri, misalnya

     jaringan yang sangat peka nyeri seperti kornea dan pulpa gigi, menunjukkan

    kepadatan reseptor nyeri yang sangat tinggi dibandingkan dengan jaringan yang

    kurang peka nyeri seperti otot dan organ"organ visera.

    *enis reseptor cukup banyak. da yang peka terhadap peregangan,

    temperatur, zat"zat kimia, akan tetapi ada pula yang peka terhadap berbagai stimuli

    dan tipe ini dinamakan reseptor polimodal. 2eseptor polimodal paling banyak 

     berperan dalam proses timbulnya nyeri. Distribusi reseptor ini luas kulit, otot dan

    visera! dan mudah dimodulasi oleh karena sangat sensitif terhadap mediator 

    kimiawi. 2eseptor polimodal lebih sering disebut sebagai nosiseptor,

    6ensasi nyeri dimulai dari peristiwa seperti terpotong, terbakar, inflamasi

    yang merangsang terminal akhir berkas saraf. Dalam keadaan normal, reseptor 

    tersebut tidak aktif  sleeping nociceptors!. #eadaan patologik mengakibatkan

    nosiseptor menjadi sensitif bahkan hipersensitif. $erkas saraf yang terlibat dalam

     peristiwa ini terdiri dari serabut C yang tidak bermyelin dan "delta, serta neuron

     preganglion autonom.

    Di samping sebagai penerima impuls, nosiseptor dapat pula berfungsi sebagai

     pelepas neuropeptid seperti substansia & dan C2& Calcitonin ene 2elated

    &eptide! paska trauma atau inflamasi. &elepasan substansi & dan C2& akan

    menyebabkan terjadinya inflamasi neurogenik. 9ungsinya untuk mencegah atau

    mengurangi efek merugikan dari trauma atau lesi dan mempercepat penyembuhan.

    kan tetapi dalam beberapa keadaan patologik fungsi tersebut sebaliknyamenyebabkan rasa nyeri terutama pada nyeri kronik.

    2.4.2. TRANSDUKSI

    3ransduksi adalah peristiwa perubahan stimulus nyeri menjadi sinyal nyeri

    yang terjadi di reseptor nyeri. 6timuli yang datang di reseptor mengubah

    5

  • 8/17/2019 Referat Management Nyeri Pada Palliative Care

    8/80

     permeabilitas membran reseptor terhadap berbagai ion terutama Na. 2eseptor 

    mengubah berbagai stimulasi menjadi impuls listrik yang mampu menimbulkan

     potensial aksi di akson untuk dijalarkan ke medula spinalis.

    Gambar 2.1. skema specificity theory dan pattern theory.

    Dikenal dua macam teori dalam proses transduksi ini, yaitu  specificity

    theory  dan  pattern theory. Menurut  specificity theory, sensasi nyeri tergantung

    akhiran saraf yang terangsang dan reseptor tersebut berbeda"beda untuk setiap

     jenis sensasi. 6edangkan  pattern theory berpendapat bahwa sensasi nyeri timbul

    karena peningkatan frekwensi dan intensitas rangsang yang dialami oleh reseptor 

    nyeri.

    2.4.3. TRANSMISI

    L!"a#a! Per$er

    3ransmisi merupakan proses penghantaran sinyal nyeri dari reseptor sistem

    saraf tepi menuju medula spinalis kemudian melalui jalur tertentu akhirnya sampai

    ke otak.

    &ada saraf tepi sinyal nyeri dihantarkan oleh serabut saraf C, "delta, dan

     pada keadaan tertentu serabut "beta dapat ikut terlibat.

    6erabut C peka terhadap rangsang mekanikal, thermal, dan kimiawi, yang

    nantinya akan menyebabkan rasa nyeri yang dirasakan tumpul, berdenyut, sakit"

    -

  • 8/17/2019 Referat Management Nyeri Pada Palliative Care

    9/80

    sakitan, terbakar, atau kesemutan. 6ensasi nyeri yang ditransmisikan melalui

    serabut C mempunyai onset yang lambat setelah terjadinya stimulus, berlangsung

    lama, sulit ditoleransi secara emosional, cenderung diffusely localized, 6ensasi ini

    dapat disertai dengan respon autonom berkeringat, berdebar"debar, mual,

     peningkatan tekanan darah!

    Gambar 2.2 3ransmisi sinyal nyeri pada sistem saraf perifer dan pusat

    4

  • 8/17/2019 Referat Management Nyeri Pada Palliative Care

    10/80

    6erabut "delta, yang mempunyai lapisan myelin menghantarkan nyeri

    lebih cepat dari serabut C. 6erabut "delta lebih sensitif terhadap rangsang

    mekanikal dengan intensitas tinggi, dan dapat juga menghantarkan rangsang panas,

    dingin, atau rangsang lainnya. 6ensasi yang dihantarkan dirasakan seperti

    menikam, menusuk, dan tajam.

    ?nset yang dihantarkan lebih cepat, durasinya lebih pendek, lokasi yang dirasakan

     jelas, dan tidak berhubungan dengan respon emosi. 6ensasi nyeri yang dijalarkan

    serabut "delta biasanya tidak dapat dihambat dengan obat golongan opiat.

    Gambar 2.3. #arakteristik serabut aferen dari sistem saraf 

    Tabel 2.2 #arakteristik aferen primer pada serabut penghantar nyeri

    %)

  • 8/17/2019 Referat Management Nyeri Pada Palliative Care

    11/80

    6erabut "beta dapat terlibat dalam transmisi dan persepsi nyeri yang tidak 

    normal. 6erabut "beta ide dyna!ic"range neuron! bermyelin dan berdiameter 

     besar, menghantarkan sinyal lebih cepat dari serabut "delta dan C. 6erabut "beta

    dalam keadaan normal menghantarkan sinyal yang berhubungan dengan getaran,

     peregangan, rangsang mekanik dan tidak menghantarkan nyeri.

     Namun demikian dalam keadaan nyeri neuropatik dan sensitisasi sentral terjadi

     perubahan sehingga stimulus yang normal tidak berhubungan dengan nyeri! dapat

    menghasilkan sensasi nyeri. 3erdapat tiga teori yang menjelaskan keterlibatan

    serabut "beta terhadap nyeri. 3eori pertama mengatakan bahwa perangsangan

    serabut "beta mengaktifkan sel saraf di medula spinalis yang telah mengalami

    sensitisasi sentral. 3eori ke dua menjelaskan bahwa serabut "beta mengalami

    sprouting ke dalam lapisan medula spinalis yang normalnya merupakan akhiran

    serabut C, sehingga akhirnya menstimulasi neuron yang salah. 3eori ke tiga

    mengatakan bahwa serabut "beta yang berada di dekat neuron nosiseptif yang

    rusak ikut terpicu secara abnormal. &erubahan dalam fungsi neuron inilah yang

    menjadi kunci dalam nyeri yang berkepanjangan.

    L!"a#a! %a"

    6erabut saraf "delta maupun C bersinaps secara langsung maupun melalui

    interneuron di lapisan superfisial kornu posterior medula spinalis substansia

    gelatinosa!. $eberapa serabut "delta bersinaps pada lapisan yang lebih dalam,

    dimana serabut "beta berakhir. +nterneuron dalam kornu posterior dikenal sebagai

    #rans!ission cells atau sel 3. 6el 3 membuat sambungan lokal di medula spinalis,

     baik dengan neuron eferen sebagai bagian dari refleks apinal, maupun dengan

    neuron aferen yang berlanjut ke level yang lebih tinggi.

    +mpuls nosiseptif yang masuk ke kornu dorsalis kemudian dilanjutkan ke

    otak oleh neuron proyeksi. 3erdapat beberapa jalur utama informasi nosiseptif 

    menuju otak yaitu@

    %. 3raktus spinotalamikus

    0. 3raktus spinoretikular 

    7. 3raktus spinomesenfalik 

    8. 3raktus spinoservikalis

    %%

  • 8/17/2019 Referat Management Nyeri Pada Palliative Care

    12/80

    Dari semua traktus tersebut di atas yang terpenting dan terbanyak 

    dipelajari adalah traktus spinotalamikus. 3raktus ini dalam perjalanannya ke

    talamus mempercabangkan traktus paleospinotalamikus medial! dan traktus

    neospinotalamikus lateral!.

    3raktus paleospinotalamikus terutama berasal dari serabut aferen C dan dirilei di

    nukleus intralaminaris talami, disini impuls didistribusikan ke korteks bilateral

    dan luas dan tidak mempunyai organisasi somatotopik. ?leh karena itu

     perangsangan nukleus intralaminaris talami akan menimbulkan rasa nyeri yang

    datangnya dari kedua bagian tubuh kanan dan kid! dan disertai perasaan takut

    dan sedih yang merupakan reaksi emosi terhadap nyeri. +mpuls nyeri yang

    dibawa oleh traktus neospinotalamikus menuju area somatosensori primer 

    maupun sekunder di korteks serebri yaitu area yang menerima input dari

    somaestesi spesifik.

    2.4.4. MODULASI DAN KONTROL NYERI

    $eberapa mekanisme yang menerangkan mengenai modulasi dan kontrol

    nyeri diantaranya adalah teori  gate control , opiad endogen, inhibisi segmental di

    kornu posterior, dan mekanisme kontrol sentral psikologikal.

    $erbagai intervensi fisik, kimia, dan psikologikal dikembangkan

     berdasarkan pengertian mengenai modulasi nyeri. 6ebagai contoh 3

  • 8/17/2019 Referat Management Nyeri Pada Palliative Care

    13/80

    3eori modulasi nyeri ini pertama kali dikenalkan oleh Melzack dan >all

     pada tahun %4(. Menurut teori ini derajat nyeri ditentukan oleh keseimbangan

    rangsangan dan penghambatan input terhadap sel 3 di medula spinalis. 6el 3

    menerima input rangsangan dari aferen nosiseptor C dan "delta dan input

     penghambatan dari aferen sensori non nosiseptor "beta.

    &eningkatan aktivitas aferen sensori non nosiseptor menyebabkan inhibisi

     presinaps pada sel 3 dan kemudian menutup secara efektif jembatan spinal ke

    kortek cerebral dan menurunkan sensasi nyeri.

    $eberapa modalitas dan intervensi mengontrol nyeri dengan cara

    mengaktivasi saraf sensori non nosiseptif yang kemudian menghambat aktivasi sel

     penghantar nyeri dan menutup jembatan untuk mentransmisikan nyeri. 6ebagai

    contoh elektro stimulasi, traksi, kompresi, dan masase kesemuanya dapat

    mengaktfkan saraf sensori non nosiseptif yang berdiameter besar, memiliki

    ambang yang rendah dan kemudian menghambat transmisi nyeri dengan menutup

     jembatan nyeri pada level medula spinalis.

    %7

  • 8/17/2019 Referat Management Nyeri Pada Palliative Care

    14/80

    Gambar 2.(. Modulasi nyeri pada sistem saraf pusat

    S#"em '%') e!)'*e!

    &ersepsi nyeri juga dimodulasi oleh opiad endogen. &eptida ini dikenal

    dengan ?pio peptin endorfin!. ?pio peptin mengontrol nyeri dengan binding terhadap reseptor opiat pada sistem syaraf. ?pio peptin dan reseptor opiat

    ditemukan dalam berbagai akhiran saraf perifer dan dalam neuron di beberapa

    regio dari sistem saraf. ?pio peptin dan reseptor opiad terindentifikasi di beberapa

    tempat pada otak termasuk &M  Peri A&ueductal 'rey (atter ! dan nukleus

    raphe batang otak dimana struktur tersebut memicu analgesia ketika terstimulasi,

    dan di beberapa area pada sitem limbik. ?pio peptin juga ditemukan pada

    %8

  • 8/17/2019 Referat Management Nyeri Pada Palliative Care

    15/80

    konsentrasi yang tinggi dalam lapisan superfisial dari kornu posterior medulas

    spinalis dan dalam sistem saraf enterik, dan juga akhiran saraf serabut C.

    ?pioid dan ?pio peptin selalu memiliki aksi inhibisi. Mereka menyebabkan

    inhibisi presinap dengan mensupresi influks kalsium kedalam sel dan

    menyebabkan inhibisi post sinap dengan mengaktivasi pengeluaran kalium.

    6ebagai tambahan ?pio peptin secara tidak langsung menginhibisi transmisi nyeri

    dengan mempengaruhi pelepasan $ di dalam &M dan nukleus raphe.

    ?piat bekerja mengaktifkan neuron proyeksi descenden melalui mekanisme

    inhibisi. ?piat juga menunjukkan efek analgesiknya, langsung pada medula

    spinalis oleh karena dapat menghambat aktivitas neuron di kornu dorsalis.

    Me+a!#me +'!"r'l #e!"ral )a! %#+'l'*+al

    3erdapat dua mekanisme kontrol sental utama, yaitu  peria&ueductal grey

    !atter   &! di otak tengah dan rostral ventro!edial syste!  2:M!. 'intasan

    & dan 2:M menerima input dari sistem limbik, hal ini menerangkan bagaimana

    faktor emosi dapat mempengaruhi persepsi nyeri.

    3erdapat jalur descenden yang membuat koneksi inhibisi pada kornu

     posterior medula spinalis. Neurotramsmitter utama pada jalur ini adalah serotonin

    "13! dan norepinephrine noradrenalin!. 1al ini menerangkan cara kerja dari

    antidepresan dan tramadol dalam menghambat nyeri.

  • 8/17/2019 Referat Management Nyeri Pada Palliative Care

    16/80

    efek pembebasan nyeri dari akupunktur dan pemakaian nyeri sebagai stimulator 

    preparat topikal yang menyebabkan sensasi terbakar!.

    Dalam beberapa tahun belakangan ini, diketahui pula bahwa banyak 

    neuron di medula oblongata bagian rostroventral yang bersifat serotonergik,

    sedangkan yang di pons berupa noradrenergik. #edua tipe ini sangat penting

     perannya dalam memodulasi impuls nyeri. pabila kedua jenis neuron ini rusak,

    maka kemampuan analgesik dari neuron opiat akan menurun. Demikian pula

    halnya dengan pemberian antagonis reseptor serotonin di medula spinalis, akan

    sangat mengurangi efek analgesik pemberian morfin supraspinalis. &emberian

    langsung serotonin dan norepinefrin ke medula spinalis akan menyebabkan

    analgesia.

    2.4.( PERSEPSI

     Nyeri merupakan suatu pengalaman yang kompleks, melibatkan sensori

    dan afektif. #orteks area somatosensori primer dan sekunder berkaitan dengan

    aspek sensori dan diskriminasi nosisepsi, sedangkan area limbik berkaitan dengan

    afektif motivasi. rea kortek cingulate anterior memainkan peran dalam emosi dan

    aversive penolakan! dalam respon terhadap nyeri. &engaruh korteks inilah yang

    menjelaskan peran modulasi bahwa memori dan pembelajaran sangat berpengaruh

    dalam persepsi nyeri.

    2.(. PATOFISIOLOGI NYERI KRONIK 

     Nyeri kronik dapat disebabkan oleh proses patologi di jarigan yang

     persisten contoh pada kanker! atau dapat juga disebabkan oleh nyeri yang

     persisten walaupun telah tejadi perbaikan jaringan yang awalnya cidera! dengan

    disertai hilangnya kapasitas fungsional yang berlebihan.

    &ada nyeri akut, nyeri berasal dari peningkatan peningkatan aktivitas

    nosiseptor yang mencerminkan adanya kerusakan jaringan. 6etelah kerusakan

     jaringan, mediator inflamasi seperti glutamat, substansi &, kalsitonin dilepaskan

    dan menyebabkan peningkatan sensitivitas di area jaringan yang rusak dan

    %(

  • 8/17/2019 Referat Management Nyeri Pada Palliative Care

    17/80

    sekitarnya. &ada beberapa kasus, nosiseptor tetap dalam keadaan terpicu

    meletup! dan menyebabkan hipersensitivitas dalam kornu posterior medula

    spinalis. 1al ini dapat mengakibatkan peningkatan sensitivitas reseptor yang

    kemudian menyebabkan peningkatan respon nyeri terhadap rangsang mekanikal,

    thermal, atau kimia. ktivitas nosiseptor yang berkepanjangan dapat

    menyebabkan perubahan pada medula spinalis dan pusat yang lebih tinggi di

    otak dan berdampak pada peningkatan sensitivitas neuron yang memodulasi

    nyeri. &erubahan"perubahan ini dapat memperkuat stimulus periferal yang

    masuk walaupun stimulus non nyeri tersebut tidak cukup kuat untuk 

    menimbulkan nyeri.

    Gambar 2.,. &erbedaan proses kimia pada reseptor antara nyeri akut dan kronik.

     Nyeri kronis menginduksi banyak faktor yang mempertahankan nyeri dan

    menghambat penyembuhan yaitu@

    %. ktivasi menetap dari reseptor M& menyebabkan perubahan polaritas

    membran dengan pelepasan Mg0 yang membuka kanal Ca0 pada

    kompleks reseptor NMD.

    0. Ca0 akan mengaktivasi protein kinase C C! C dibutuhkan oleh

     Nitric ?Eide 6ynthase N?6! untuk memproduksi Nitric ?Eide N?!.

    %5

  • 8/17/2019 Referat Management Nyeri Pada Palliative Care

    18/80

    7. N? akan berdifusi ke membran dan merangsang guanil sintase untuk

    menutup kanal #. 1al ini menyebabkan resistensi terhadap opiat karena

    endorfin dan enkefalin menghambat nyeri dengan membuka kanal #.

    8. N? juga akan merangsang pelepasan substansi &.

    . 6ubstansi & adalah neurokinin yang bila berikatan dengan reseptor

    neurokinin"% N#"%! akan memicu ekspresi gen c"fos.

    (.

  • 8/17/2019 Referat Management Nyeri Pada Palliative Care

    19/80

    sebagai penguat atau pengubah dari keadaan jaringan yang sebenarnya. &ada

    keadaan ini informasi yang diterima otak dari kornu posterior tidak akurat lagi

    dan tidak mencerminkan keadaan yang sebenarnya di jaringan. 'ebih lanjut lagi,

    dapat terjadi perubahan penafsiran lokasi bagian tubuh oleh area sensorik primer 

    otak yang menyebabkan penyimpangan kontrol motorik 

    &asien nyeri kronik sering mengalami perubahan kemampuan adaptasi

    fisiologi dan nyeri yang menetap tersebut menjadi penyakit yang tersendiri.

    &asien mengalami dekondisioning karena aktifitas fisik yang menurun, frustasi,

    depresi, perubahan perilaku, penurunan produktifitas, sikap, dan gaya hidup

    yang justru memperberat keluhan nyeri kronik.

    Gambar 2.. 'ingkaran setan nyeri kronik

     Nyeri berpengaruh dan dipengaruhi oleh keadaan psikologi. 2espon

    nyeri bersifat subyektif dan berbeda pada masing"masing individu karena hal

    tersebut dimodulasi oleh faktor somatik, sosial, dan psikologikal. 9aktor kognitif 

    dan emosi dapat memberi respon positif maupun negatif terhadap nyeri. &erlu

    kita ketahui bahwa selama pembelajaran mengenai pengalaman nyeri beberapa

     bagian otak teraktivasi secara simultan dan oleh karena itu tidak hanya terdapat

    satu pusat nyeri di otak. Nyeri kronik sering berhubungan dengan gangguan tidur 

    dan penurunan fungsi. Dalam tahap ini nyeri menjadi penyebab dari perilaku

    disfungsi, penderitaan, dan disabilitas.

    2.,. PEMERIKSAAN DAN GAMBARAN KLINIS

    2.,.1. PEMERIKSAAN

    %4

  • 8/17/2019 Referat Management Nyeri Pada Palliative Care

    20/80

  • 8/17/2019 Referat Management Nyeri Pada Palliative Care

    21/80

    Tabel 2.3. 2ingkasan anamnesis pada nyeri kronik 

    #arena pemeriksaan sistem motorik mungkin terbatas oleh karena nyeri,

     penilaian kekuatan, gelondong otot, refleks, dan tonus otot harus dilakukan dengan

    cermat karena hal tersebut dapat memberi petunjuk diagnostik yang bernilai.angguan fungsi otonomik, seperti ketidakstabilan vasomotor, dapat dinilai

    dengan membandingkan suhu kulit, keringat, perubahan rambut dan kuku di

    anggota gerak. #etidaknormalan ini mungkin merupakan tanda kerja simpatetik 

     berlebihan yang sedang berlangsung , terutama bila terlokalisir pada daerah nyeri.

    &erubahan respon refleks mungkin salah satu tanda paling awal gangguan fungsi

    sistem syaraf pusat 66&!, dan pemeriksaan refleks sering merupakan salah satu

     bagian pemeriksaan paling obyektif pada pasien nyeri. 3eknik"teknik evaluasi

    standar ini perlu disertai dengan pemeriksaan fisik khusus pemeriksaan provokasi!

    untuk melakukan penilaian yang lebih tepat. 6elanjutnya, pemeriksaan penunjang

    dapat dilakukan sesuai dengan indikasi.

    0%

  • 8/17/2019 Referat Management Nyeri Pada Palliative Care

    22/80

    2.,.2. GAMBARAN KLINIS

    #he A!erican (edical Association  mendefinisikan dan menjabarkan

    gambaran nyeri kronik sebagai berikut@

    %. Durasi

    Menurut literatur lama, istilah nyeri kronik dipakai untuk nyeri yang

     berlangsung lebih dari ( bulan, namun beberapa pendapat terbaru

    menyatakan sindrom nyeri kronik dapat didiagnosis lebih awal, 0 sampai

    8 minggu setelah onset nyeri.

  • 8/17/2019 Referat Management Nyeri Pada Palliative Care

    23/80

    ). *isuse

    +mobilisasi yang berkepanjangan dan berlebihan menyebabkan nyeri

    muskuloskeletal sekunder. &emakaian splint dan imobilisasi yang tidak 

    tepat menyebabkan disfungsi muskuler dan deconditioning sehingga

    memperburuk keluhan nyeri pasien.

    -. Disfungsi

    &asien menjadi menarik diri dari lingkungan pergaulan, diberhentikan

    dari pekerjaan, kehilangan aktivitas rekreasional, menjauhkan diri dari

    teman dan keluarga, dan terisolasi. 1al tersebut menyebabkan pasien

    mengalami masalah fisik, emosi, sosial, dan ekonomi.

      Tabel 2.4 . 9aktor"faktor yang mempengaruhi nyeri

    07

  • 8/17/2019 Referat Management Nyeri Pada Palliative Care

    24/80

    2.,.3. PENGUKURAN NYERI 

     Nyeri merupakan pengalaman sebyektif dan kompleks yang melibatkan

    faktor sensori, emosi, psikologi, dan sosial. 6aat ini nyeri dapat dimasukkan

    sebagai tanda vital ke lima selain respiration rate, tekanan darah, heart rate, dan

    suhu tubuh.

     Nyeri dapat dinilai menggunakan berbagai alat ukur. Diantaranya dapat

    dipakai Self assess!ent tools dimensi tunggal atau multidimensi. pabila nyeri

    yang diukur dengan sellf assess!ent tools tersebut tidak sesuai dengan hasil pemer 

    iksaan fisik, dianjurkan untuk menggunakan behavioral assess!net . &ada anak 

     bayi, anak usia dibawah 7 tahun, pasien dengan gangguan kognitif dapan dipakai

    skala 9'CC  +ace, egs, Activity, -ry, -onsolalility!

    lat ukur dimensi tunggal yang paling sering dipergunakan untuk evaluasi

    nyeri diantaranya isual Analogue Scale,  %u!erical /ating Scale, Wong 0aker 

     +aces Scale.

    %.

    0.

    7.

    Gambar 2./. %. :isual nalogue 6cale, 0. Numerical 2ating 6cale,

    7.>ong $aker 9aces 6cale.

    08

  • 8/17/2019 Referat Management Nyeri Pada Palliative Care

    25/80

    6alah satu alat ukur multidimensional adalah (c'ill Paint 1uestioner . Self 

    assess!ent tools  ini yang mengukur berbagai aspek dari nyeri, yaitu sensori

    diskriminasi intensitas, lokasi durasi!, dimensi afektif emosional, dan kognitif 

    evaluatif. $agian pertama berisi penggambaran bagian depan dan belakang tubuh

    manusia yang mendeskripsikan nyeri. $agian kedua berisi enam kata deskripsi

    verbal yang digunakan untuk menilai intensitas nyeri. $agian terakhir dari

    kwesioner ini menggunakan 0) subkelas pengelompokan sifat nyeri yang

    menggambarkan tiga dimensi nyeri yaitu sensori misalnya tajam, tumpul, lokasi!,

    afektif misalnya melelahkan, mengganggu! dan evaluatif.

    lat ukur behavioral menilai masalah sosial, psikologikal penyimpangan

     perilaku, sikap, gaya hidup, kemampuan fungsional tersebut merupakan masalah

    fisikal atau psikologikal!, pengertian dan penerimaan terhadap situasi yang

    dialami, tanda"tanda depresi iritabel, loyo, kurang konsentrasi, penurunan hasrat!,

    dan status emosional dan kepribadian premorbid.

    $eberapa alat ukur psikobehavioral diantaranya adalah skala status

    fungsional contoh@ Sicknes I!pact Profil ! dan tes psikologi umum contoh@

     (innesota (ultiphasic Personality Inventory  MM&+!!, (ilon 0ehavioral Health

     Inventory M$1+! dan 2ung *epresi Scale!.

    BAB III

    MANA0EMEN NYERI DALAM PERAATAN PALIATIF PADA LANSIA

    3.1 Ner N'##e%"+ Pa)a Ma!&la

    Fa+"'r Ya!* Mem%e!*ar& Ner N'##e%"+ Pa)a Ma!&la

    0

  • 8/17/2019 Referat Management Nyeri Pada Palliative Care

    26/80

    9aktor yang menentukan perbedaan rasa nyeri pada manula dan usia muda

    adalah faktor sosial, fungsi kognisi, dan perubahan fisiologi nyeri. #elompok 

    manula memiliki kecenderungan untuk tidak mengeluhkan rasa nyeri yang dialami.

    1al ini dapat disebabkan karena anggapan bahwa nyeri yang dialami adalah

    konsekuensi dari proses penuaan atau karena rasa takut terhadap konsekuensi nyeri

    itu sendiri. $eberapa manula tidak mau menyampaikan keluhan nyeri karena takut

    keluhan tersebut menunjukkan tanda penyakit serius seperti kanker. Mereka

     beranggapan bahwa ketika mereka tidak mengeluhkan rasa nyeri tersebut maka

    mereka tidak akan mendapatkan penyakit kanker tersebut.   #eadaan ini membuat

    tenaga kesehatan harus serius menghadapi keluhan nyeri pada manula.%%

    &enurunan fungsi kognitif pada manula menyebabkan kelompok manula lebih sulit

    untuk melaporkan lokasi serta intensitas rasa nyeri yang dialami.

    Per&baa! F#'l'* Ner N'##e%"+ Pa)a Ma!&la

    #eluhan nyeri yang sering terjadi pada manula bukan merupakan satu

    konsekuensi dari proses penuaan. $eberapa penelitian yang telah dilakukan terkait

    dengan perubahan respon nyeri dengan pertambahan usia menunjukkan hasil yang

     berbeda. 6ebuah penelitian dengan menggunakan stimulasi listrik dan tooth shock 

    menunjukkan peningkatan sensitivitas terhadap rangsangan nyeri pada manula.

    &enelitian lain menunjukkan hasil yang berbeda yaitu terjadi perubahan reseptor 

    nyeri pada manula. &erubahan struktur tersebut diduga menjadi penyebab

     presbialgos ambang nyeri yang meningkat! pada manula.  'ewis 0))-!

    menyatakan bahwa reseptor untuk nyeri tidak mengalami perubahan sehingga

    sensasi nyeri tidak berubah dengan pertambahan usia.0%

      &ernyataan tersebutdidukung oleh berbagai penelitian psikofisik yang menginduksi nyeri dengan

    menggunakan panas, elektrik, dan tekanan mekanik.

    &ada berbagai penelitian tersebut dilakukan penilaian terhadap ambang nyeri,

    reaksi dan toleransi terhadap rangsangan nyeri yang diberikan berdasarkan

    kelompok usia, hasil penelitian terdahulu menujukkan bahwa pertambahan usia

    tidak berhubungan dengan perubahan spesifik terhadap nyeri. 1asil penelitian

    0(

  • 8/17/2019 Referat Management Nyeri Pada Palliative Care

    27/80

    tersebut bertolak belakang dengan hasil penelitian lain yang menujukkan bahwa

    usia mempengaruhi berbagai perubahan dan respon terhadap nyeri.

    $erdasarkan hasil pengkajian anatomi terbukti bahwa nosiseptor akan

    mengalami perubahan struktur seiring dengan pertambahan usia. Asia berhubungan

    dengan penurunan respon nosiseptor dan serabut C terhadap rangsangan kimiawi.

    &enuaan juga disertai perubahan struktur morfologi, sifat elektrofisiologi, serta

    neurokimia dari sistem sensorik.  &ertambahan usia juga menyebabkan penurunan

    sensasi sentuhan dan getar yang berfungsi sebagai oposisi terhadap rangsangan

    nosiseptor.

    Per&baa! Tra!#m# Ner %a)a Ma!&la

    &ada orang lanjut usia terjadi berbagai perubahan struktur dan fungsi sistem

    saraf perifer yang berperan pada jalur nyeri.  &enyakit lain yang diderita oleh

    kelompok manula juga dapat menyebabkan perubahan transmisi nyeri.   3erdapat

     bukti dengan menggunakan binatang coba bahwa  firing rate dari serabut afferent

    meningkat dengan bertambahnya usia.  6elain itu, produksi enkephalin yang

    menurun pada usia tua menyebabkan rasa nyeri cenderung menjadi kronik.

    Per&baa! Per#e%# Ner %a)a Ma!&la

    $erbagai penelitian telah dilakukan untuk membuktikan hubungan antara

     proses penuaan dengan perubahan persepsi dan ambang nyeri. 1asil penelitian

    tersebut bervariasi, tetapi sebagian besar menunjukkan hubungan proses penuaan

    dengan penurunan sensitifitas terhadap nyeri, akan tetapi belum dapat dijelaskan

    dengan detail secara laboratorik. 

    Deaktifasi sistem inhibisi nyeri desendendilakukan oleh enzim monoamine oksidase M?!.

    &ada usia manula terjadi peningkatan kadar M?. 1al ini menyebabkan

     peningkatan persepsi nyeri dan kelainan afeksi seperti depresi atau mania pada

    manula. &ada manula terjadi penurunan kadar endorphin dan enkephalin serta

    reseptor opioid endogen yang berfungsi sebagai penghambat nyeri.  9ungsi sistem

    inhibisi desenden tidak berfungsi pada manula yang mengalami gangguan fungsi

    05

  • 8/17/2019 Referat Management Nyeri Pada Palliative Care

    28/80

    kognisi.7 $eberapa area di otak yang bertanggung jawab pada persepsi nyeri juga

    mengalami perubahan seiring dengan penuaan.

    &ertambahan usia diyakini mempengaruhi pengalaman nyeri dari

    seseorang yang dapat mempengaruhi sensitifitas terhadap rangsangan nyeri.

    $eberapa perubahan yang berkaitan dengan usia dalam hal persepsi nyeri terdapat

     pada tabel 7.% berikut@

    3abel 7.% &erubahan yang berhubungan dengan usia dalam persepsi nyeri

    3.2 MANA0EMEN NYERI DALAM PERAATAN PALIATIF

    &erawatan paliatif merupakan pelayanan kesehatan kepada penderita

    sebagai individu seutuhnya yang bersifat holistik dan terintegrasi Cheville, 0)%)!.

    &erawatan ini diperlukan bagi penderita dengan penyakit yang belum dapat

    disembuhkan seperti kanker dan penyakit infeksi 1+: +D6. 6ejak penyakit

    0-

  • 8/17/2019 Referat Management Nyeri Pada Palliative Care

    29/80

    tersebut didiagnosis dan muncul gejala, sampai pada stadium lanjut bahkan hingga

    hari terakhir hidupnya, penderita memerlukan perawatan paliatif agar mencapai

    kualitas hidup yang terbaik bagi penderita serta keluarganya Clinch dan 6chipper,

    %44(!.

    World Health Organization  >1?! memberi batasan perawatan paliatif 

    sebagai Fperawatan total dan aktif pada penderita dengan penyakit yang tidak 

    responsif terhadap pengobatan atau kuratifG. &erawatan terutama dalam kontrol

    nyeri dan keluhan yang lain, masalah psikologis, sosial dan spiritual. 3ujuan

     perawatan paliatif adalah pencapaian kualitas hidup terbaik yang memungkinkan

     bagi penderita dan keluarga *ohnston $, 0))H 3ulaar 0)%0H Cheville, 0)%)!. &ada

    tahun 0))0, >1? memberikan batasan baru untuk perawatan paliatif sebagai

    Fsuatu pendekatan untuk memperbaiki kualitas hidup penderita dan keluarga yang

    menghadapi masalah berkaitan dengan penyakit yang mengancam jiwa, melalui

     pencegahan dan pengurangan penderitaan dengan cara identifikasi dini dan

    asesmen serta tatalaksana yang tepat untuk nyeri dan masalah lain, baik fisik,

     psikososial dan spiritual G >1?, 0)%0!.

    3.2.1 FARMAKOTERAPI

    Dalam menentukan terapi medikamentosa yang paling dapat juga

    merupakan suatu nyeri neuropatik. Dalam beberapa kasus nyeri tertentu, pasien

    mencapai derajat analgesia yang memuaskan dengan pemberian antidepresan.

    &enggunaan obat opioid dalam jangka lama bukanlah jalan keluar yang terbaik 

    untuk pengelolaan semua jenis sindom nyeri.

    #onsep analgesia multimodal merupakan pendekatan farmakologi dengan

    menggunakan dosis kecil dari beberapa obat berbeda yang saling bersinergi untuk 

    mencapai perbaikan derajat nyeri yang maksimal dengan efek samping yang

    minimal dengan memperhatikan interaksi antar obat dan kondisi pasien.

    Dalam penatalaksanaan nyeri nosiseptif dikenal beberapa golongan obat,

    antara lain golongan non opioid analgetik dan opioid. >1? membuat suatu acuan

    untuk pemakaian obat"obatan yang rasional sesuai dengan derajat nyeri yang

    04

  • 8/17/2019 Referat Management Nyeri Pada Palliative Care

    30/80

    dirasakan. &emakaian pedoman ini terutama untuk menangani masalah nyeri

    nosiseptif.

    Tabl 3.2 . &enggunaan analgetik menurut tahapan analgetik >1?

    6eseorang dicurigai menderita nyeri neuropatik ketika nyeri dikeluhkan

    sebagai terbakar, tertembak, tertusuk"tusuk, tajam, diris"iris, atau sensasi yang

    aneh. &ada pemeriksaan fisik kadang tidak ditemukan kerusakan jaringan yang

    nyata. nalgesik konvensional sering tidak efektif untuk mengatasi nyeri

    neuropatik. ?bat yang digunakan untuk mengatasi nyeri neuropatik disebut

    analgetik adjuvant karena indikasi utama obat ini adalah bukan untuk nyeri

    antidepresan, antikonvulsan, antihipertensi!.

    NON OPIOID ANALGESIK 

    ?bat golongan ini umumnya digunakan sebagai analgesia nyeri dengan

    derajat ringan sampai sedang. ?bat"obatan ini memiliki ceiling effect , yaitu suatu

    keadaan;dosis dimana peningkatan dosis lebih lanjut tidak akan lagi menambah

    efek analgesianya. $erdasarkan susunan kimiawinya, analgesia golongan ini terdiri

    dari salicylates asam asetilsalisilat!, anthranilates asam mafenamat!, arylacetic

    acids diclofenac, indometasin!, arylpropionic acids ibuprofen, ketorolac!,

    7)

  • 8/17/2019 Referat Management Nyeri Pada Palliative Care

    31/80

     pyrazolinone metamizole!, paraamino phenol paracetamol!, acidic enolic

    compounds piroEicam, meloEicam!, dan coEib celeEocib!

    Parae"am'l

    &aracetamol mempunyai sifat analgesia dan antipiretik. ?bat ini bekerja

    secara sentral di hipothalamus, namun mekanisme kerja dari obat ini belum jelas

    sepenuhnya. ?bat ini mungkin mempunyai aksi pada sistem serotoninergik dan di

     perifer berpengaruh pada kemoreseptor yang sensitif terhadap bradikinin. Dosis

    lazim % mg;kgbb B 8 gram;hari peroral atau intravena. $erdasarkan evidence

    base, paracetamol efektif pada nyeri kronik, terutama kasus osteoarthritis.

    1epatotoksik merupakan efek samping dari paracetamol, oleh karena itu perlu

    kewaspadaan dan penurunan dosis pada pasien dewasa bertubuh kurus, anak"anak,

    dan pemakaian bersama alkohol.

    NONSTEROIDAL ANTI INFLAMAMTORY DRUGS 5NSAID#6

    olongan obat analgetik ini juga bekerja sebagai antipiretik dan anti

    inflamasi dengan menghambat enzim CyclooEygenase C?=! yang diperlukan

    dalam sintesa prostaglandin dan tromboEan. Nyeri yang berasal dari proses

    inflamasi memberikan respon yang baik terhadap obat anti inflamasi. 3erdapat 0

    C?= isoform yaitu C?=% dan C?=0. N6+Ds tradisional merupakan inhibitor 

    non selektif C?=% dan C?=0 contoh@ diclofenac, indometasin, ibuprofen,

    ketorolac, piroEicam!, sedangkan generasi yang baru merupakan inhibitor selektif 

    C?=0 contoh@ meloEicam, coEib!.

    +nduksi sentral C?= secara luas mengakibatkan hilangnya gairah, selera

    makan, nyeri yang dirasakan di seluruh tubuh, perubahan mood, dan gangguan

    siklus tidur, oleh karenanya pemberian nonsteroidal anti inflamamtory drugs

    N6+Ds! dapat memberikan manfaat yang memuaskan untuk keadaan tersebut.

     Namun demikian, pasien yang mendapatkan terapi jangka panjang dengan obat

    golongan ini harus dimonitor mengenai efek samping obat, antara lain berupa

     pendarahan gastrointestinal, komplikasi kardiovaskuler, dan ginjal.

    7%

  • 8/17/2019 Referat Management Nyeri Pada Palliative Care

    32/80

    OPIOID

    +stilah opioid digunakan untuk semua obat sistetis maupun natural yang

    mempunyai aksi kerja pada reseptor opioid di sistem saraf sentral maupun perifer.

    ?pioid dapat dibedakan menjadi @

    " ?piat@ derivat obat dari alkaloid tumbuhan opium, contohnya morfin

    " ?pioid endogen@ opioid dalam tubuh manusia, contohnya endorfin

    " ?pioid semi sintetik@ contohnya oEycodone

    " ?pioid full sintetik@ contohnya fentanyl

    ksi analgetik dari opioid terjadi terutama pada reseptor mu I!, namun pada

    derajat yang berbeda juga terjadi pada reseptor kappa k! dan delta J!. olongan

    ini bekerja dengan memperkuat jalur analgesia endorfin intrinsik, namun obat ini

     juga berdampak pada jalur dopaminergik mesolimbik, sehingga dapat

    menimbulkan ketergantungan.

    &eresepan opioid ditujukan pada penatalaksanaan nyeri dengan derajat

    sedang sampai berat, dan pasien harus diingatkan mengenai efek samping obat,

    khususnya ketika direncanakan akan digunakan dalam jangka panjang. ?pioid

    dimulai dengan dosis kecil peroral, kemudian dinaikkan sampai mencapai

    analgesia yang diinginkan.

    alaupun jarang, opioid dapat menginduksi hiperalgesia sehingga penambahan

    dosis akan memperberat keluhan nyeri.

    1al"hal yang harus dipertimbangkan sebelum pemberian opioid diantaranya

    adalah@

    " ?pioid hanya diberikan jika modalitas analgetika yang lainnya gagal

    70

  • 8/17/2019 Referat Management Nyeri Pada Palliative Care

    33/80

    " 2iwayat penyalahgunaan obat, kepribadian patologis, kondisi rumah dan

    lingkugan yang tidak mendukung harus dipertimbangkan sebagai kontra

    indikasi relatif 

    " &ersetujuan dan edukasi pasien mengenai resiko ketergantungan,

     penyimpangan kognitif yang mungkin terjadi, dan efek samping.

    " &enggunaan opioid yang bertanggung jawab, baik peresepan, cara pakai,

    dosis, dan pengawasannya.

    ANALGETIK AD0U7ANT

    nalgesik adjuvant adalah obat"obatan yang indikasi primernya bukan

    untuk mengatasi nyeri namun memberikan efek analgesia pada kondisi nyeri

    tertentu. nalgesik adjuvant diberikan pada pasien dengan tujuan

    " mengelola nyeri yang sukar disembuhkan dengan analgesik lain

    " untuk menurunkan dosis analgesik lain saat dipakai bersama dengan

    analgesik adjuvant sehingga dapat mengurangi efek samping

    " secara bersamaan mengelola keluhan selain nyeri.

    &ada beberapa kondisi klinis tertentu, analgesik adjuvant memberikan hasil yang

    memuaskan sehingga dipakai sebagai obat lini pertama.

    A!")e%re#a!

    ntidepresan trisiklik merupakan pilihan lini pertama pada nyeri

    neuropatik karena keefektifannya. 6atu dari tiga pasien mengalami perbaikan

    derajat nyeri lebih dari )/.

    mitriptyline dimulai dari dosis rendah %)"0 mg pada malam hari! dan bertahap

    ditingkatkan sampai dengan %)) mg! sesuai toleransi pasien. Namun pada pasien

    lanjut usia harus digunakan dengan hati"hati karena efek sedasinya yang kuat,

    antikolonergik, dan hipotensi ortostatik. &asien harus diberi penjelasan mengenai

    efek samping obat yang mungkin timbul dan onset analgesia yang diharapkan baru

    dapat dirasakan dalam beberapa minggu. &asien harus mengerti bahwa pemberian

    obat golongan ini bukan karena dokter menganggap mereka mengalami gangguan

     jiwa.

    77

  • 8/17/2019 Referat Management Nyeri Pada Palliative Care

    34/80

    A!"+'!8&l#a!

    $agi pasien yang tidak berespon memuaskan atau tidak dapat mentolerir 

    antidepresi trisiklik, direkomendasikan untuk memakai obat alternatif dengan

    menambahkan analgetik opioid bersama antidepresi trisiklik atau

    menggantikannya dengan memulai terapi antikonvulsan berupa carbamazepine,

    fenintoin, atau gabapentin.

    abapentin dapat menjadi pilihan utama karena efek samping sedasi dan

    confusion lebih rendah.

    ntikonvulsan memberikan efek analgesia dengan menstabilkan

    membran neuron pada sistem saraf pusat dan perifer. $eberapa antikonvulsan

    dilaporkan dapat meningkatkan $ amma mino $utyric cid! di sistem

    saraf pusat. nalgetik ini dipertimbangkan dapat diberikan lebih awal pada nyeri

    neuropatik yang bersifat seperti diris"menusuk lancinating ! dan nyeri hebat

     paro3ys!al !.

    78

  • 8/17/2019 Referat Management Nyeri Pada Palliative Care

    35/80

    Tabel 3.3. ntidepresan dan antikonvulsan dalam manajemen nyeri kronik 

    A!+#'l"+ )a! #e)a"8e

    $enzodiazepin adalah depresan pada sistem saraf pusat dengan diduga

    mempunyai efek potensiasi $. $eberapa peneliti tidak menyarankan

     pemakaian benzodiazepine dalam jangka panjang karena kemungkinan terjadi

     penyalahgunaan obat dan penurunan kapasitas fungsional.

    &emakaian berkepanjangan berdampak buruk pada perilaku menjadi pemarah dan

     bermusuhan!.

    Diazepam dapat diberikan peroral 0"%) mg perhari. Clonazepam ),"% mg

    maksimal 0) mg;hari dan lprazolam ),0"), mg maksimal 8 mg;hari.

    7

  • 8/17/2019 Referat Management Nyeri Pada Palliative Care

    36/80

    Gambar 3.3. 6kema tatalaksana famakoterapi pada nyeri kronik 

    7(

  • 8/17/2019 Referat Management Nyeri Pada Palliative Care

    37/80

    A!"#%a#"#"a#

    $aclofen bekerja sebagai agonis pada reseptor $. $aclofen juga

    mempunyai aksi presinaps dengan menurunkan pelepasan transmitter yang

    mengeksitasi nyeri mungkin termasuk substansia &! dari akhiran saraf aferen.

    ?bat ini efektif pada kasus neuralgia trigeminal, sindroma nyeri miofascial, dan

    nyeri bersifat lancinating  dan paroksismal yang disertai spasme otot. Dosis dimulai

    mg 7 kali sehari.

  • 8/17/2019 Referat Management Nyeri Pada Palliative Care

    38/80

    A!e#"e# l'+al

    nestesi lokal bekerja dengan menstabilkan membran neuron, memblok 

    depolarisasi potensial aksi, dan mesupresi aktifitas listrik abnormal yang

    ditimbulkan sel saraf. 6emua jenis anestesia lokal tidak dapat diberikan pada

     penderita gagal jantung berat dan aritmia. 6ediaan golongan ini diantaranya

    lidokain dan prokain parenteral maupun sediaan topikal.

    A!"%er"e!#

    Clonidine adalah agonis K0 adrenergik dan K% adrenergik bloker yang dapat

     bermanfaat pada bermacam"macam sindroma nyeri neuropatik, migrain, nyeri

     paska operasi, nyeri hebat pada neuropati diabetes, neuralgia post herpestika, nyeri

    tungkai nokturnal, causalgia, dan kanker. ksi kerja obat ini berhubungan dengan

    inhibisi letupan lintasan nosiseptor pada kornu posterior medula spinalis. Clonidine

    merupakan lini ke dua pada penanganan nyeri kronik, setelah N6+Ds,

    antidepresan, atau obat lain gagal.

     Nifedipine bekerja dengan memblok kanal kalsium sehingga menyebabkan

    vasodilatasi. ?bat ini dapat dipakai pada kasus causalgia dan sindroma 2aynauds.

     Nifedipine diberikan peroral %)"7) mg tiga kali perhari.

    ?bat antihipertensi lain yang dapat dipakai dalam penatalaksanaan nyeri

    kronik antara lain propranolol, reserpine, phenoEybenzamine, dan prazosin.

    3.2.2 REHABILITASI MEDIK DALAM PERAATAN PALIATIF

    3.2.2.1 Managemen Keluhan

    #eluhan penderita merupakan suatu proses yang dinamik dengan

    intensitas, kualitas, frekuensi dan derajat stress yang bervariasi.

    &enatalaksanaan keluhan tersebut didasarkan pada diagnosis dan riwayat

     pengobatan sebelumnya. $eberapa gejala sering ditemukan pada penderita

    kanker, terutama stadium lanjut. #egagalan dalam mendeteksi keluhan tersebut

    akan mengganggu upaya rehabilitasi 3wycross, %44(H ?lson dan Cristian,

    0))H 3ulaar, 0)%0!.

    Ner

    7-

  • 8/17/2019 Referat Management Nyeri Pada Palliative Care

    39/80

    3ujuan utama pendekatan rehabilitasi dalam penatalaksanaan nyeri kronik 

    adalah untuk mengurangi nyeri dan mengembalikan kapasitas fungsional

    seseorang. 6eorang fisiatris memegang peran yang sangat penting dalam menilai,

    memanajemen nyeri kronik, dan memimpin tim rehabilitasi. 6ecara lebih terperinci

     goal penatalaksanaan dalam manajemen nyeri kronik adalah sebagai berikut@

    %. memelihara dan memaksimalkan fungsi dan aktifitas fisik 

    0. mengurangi penyalahgunaan dan ketergantungan akibat obat"obatan,

     prosedur invasif, dan modalitas pasif lainnya, serta membantu pasien

    menjadi lebih aktif dalam menolong dirinya sendiri.

    7. mengembalikan derajat aktifitas seperti semula baik di rumah, di tempat

    kerja, dan dalam pemanfaatan waktu luang.

    8. Menurunkan intensitas nyeri subyektif dan perilaku maladaptasi terhadap

    nyeri.

    . Membantu pasien dalam menyelesaikan masalah kerja yang berkaitan

    dengan kondisi nyeri.

    Gambar 3.4. &endekatan biopsikososial pada nyeri kronik 

    &endekatan biopsikososial merupakan suatu metode penatalaksanaan yang

    terbaik. 1al ini didasari bahwa nyeri kronik bukan hanya merupakan masalah

    74

  • 8/17/2019 Referat Management Nyeri Pada Palliative Care

    40/80

    anatomis saja akan tetapi pengalaman nyeri juga melibatkan faktor psikologis dan

    dipengaruhi lingkungan sosial

    TERAPI FISIK

    9isioterapis menggunakan terapi latihan aktif maupun pasif, teknik manual,

    traksi, dan modalitas fisik untuk menangani masalah nyeri dan hubungannya

    dengan fleksibilitas, kekuatan, endurance, keseimbangan, kontrol neuromuskuler,

     postur, serta mobilitas. 3erapi fisik dapat membantu membangun kepercayaan diri

     pasien, mengurangi ketakutan untuk bergerak dan kekawatiran terhadap cedera

    ulang,

    Modalitas adalah agen"agen fisik yang digunakan untuk menghasilkan

    respon terapi pada jaringan. Modalitas tersebut antara lain pemakaian panas,

    dingin, air, suara, daya listrik, gelombang elektromagnetik termasuk sinar infra

    merah, sinar tampakH shortaveH dan !icroave!, traksi, manipulasi, dan !assage.

    Modalitas"modalitas tersebut umumnya digunakan sebagai terapi tambahan, bukan

    sebagai intervensi kuratif primer tunggal dalam penatalaksanaan nyeri kronik.

    &emilihan modalitas dipengaruhi oleh banyak faktor. Dengan mempunyai

     pemahaman mengenai modalitas akan membuat kita dapat membuat pemilihan

    yang tepat. $entuk tubuh mempengaruhi pemilihan modalitas karena jaringan

    adiposa subkutan berdampak pada dalamnya penetrasi pada banyak modalitas.

    #ondisi komorbid juga sebaiknya dipertimbangkan. 6ebagai contoh, baik dingin

    maupun panas dapat mengakibatkan efek yang buruk terhadap pasien yang

    mengalami insufisiensi arterial yang signifikan. Dingin dapat mengakibatkan efek 

    yang buruk melalui vasokonstriksi arterial, dan panas dapat menyebabkankomplikasi melalui peningkatan aktivitas metabolik, yang dapat melampaui

     peningkatan potensial pada aliran darah dan menghasilkan iskemia. Amur juga

    menjadi faktor dalam pemilihan modalitas.

    8)

  • 8/17/2019 Referat Management Nyeri Pada Palliative Care

    41/80

    &ada populasi pediatrik, umumnya ultra sonik A6! sebaiknya tidak mendekati

    epifise yang masih terbuka. &ada populasi orang lanjut usia, bisa terdapat

    komorbiditas yang akan mempengaruhi pemilihan modalitas. *enis kelamin

     juga berperan dalam penggunaan modalitas, karena malformasi janin telah

    dilaporkan setelah penggunaan ultra sonik di dekat uterus gravid.

    M')al"a# Termal

    $entuk modalitas panas dapat diklasifikasikan menurut kedalaman

     penetrasi dan bentuk transfer panas. #edalaman penetrasi dibagi menjadi

    superfisial dan dalam. &anas superfisial meliputi hot packs, heating pads, paraffin

    baths,  +luidotherapy, hirlpool baths, dan radiant heat . gen pemanas dalam

    atau diatermi! meliputi A6, shortave, dan !icroave. Mekanisme transfer panas

    terdiri dari konduksi, konveksi, radiasi, evaporasi, dan konversi.

     4onduksi adalah penghantaran energi panas antara dua benda dengan kontak 

    langsung.  4onveksi  menggunakan gerakan suatu medium seperti, air, udara,

    darah! untuk menghantarkan energi panas, meskipun transfer yang sebenarnya dari

    energi panas tetap dilakukan melalui konduksi. /adiasi adalah radiasi panas yang

    dipancarkan dari semua benda yang mempunyai suhu permukaan di atas nol

    absolut "057,%LC atau B84,(5L9!. $vaporasi melibatkan perubahan bentuk dari

    cair menjadi gas, proses yang memerlukan energi panas.  $vaporasi sebenarnya

    merupakan proses penguapan panas, dan berperan pada modalitas pendingin

    seperti vapocoolant sprays.  4onversi adalah transformasi energi seperti, suara,

    elektromagnetik! menjadi panas.

    $erbagai kondisi yang yang menyebabkan modalitas panas tidak dapat

    diberikan adalah diatesis perdarahan, edema akut, jaringan parut yang besar,

    gangguan sensasi, keganasan, infeksi, penurunan kognisi atau komunikasi dimana

     pelaporan rasa nyeri tidak dapat diberikan

    Modalitas dingin pada nyeri kronis diberikan pada kasus nyeri yang

     berkaitan dengan spastisitas. &engaruh terapi dingin pada spastisitas berhubungan

    dengan menurunnya aktivitas gamma motor neuron dan selanjutnya berkurangnya

    aktivitas serabut aferen serta meningkatnya aktivitas organ tendon golgi.

    8%

  • 8/17/2019 Referat Management Nyeri Pada Palliative Care

    42/80

    plikasi selama %)"7) menit atau lebih lama dapat menurunkan klonus dan tahanan

    terhadap regangan pasif.

    H)r'"era%

    1idroterapi adalah penggunaan air secara eksternal untuk tatalaksana

    disfungsi fisik.

  • 8/17/2019 Referat Management Nyeri Pada Palliative Care

    43/80

    +ndikasi dari hidroterapi antara lain adalah pada tatalaksana luka dan luka bakar,

    mobilisasi otot, setelah gips dilepas, rheu!atoid arthritis, dan spasme otot.

    #ontraindikasi dan preukasi umum sama dengan terapi panas dan dingin, kecuali

    hidroterapi dapat digunakan pada kulit luka terbuka dan terinfeksi selama tong

    tempat penyimpanan air disterilisasi.

    La#er )!*! "e!a*a re!)a 5l'9:%'9er 'l) la#er6

    '6

  • 8/17/2019 Referat Management Nyeri Pada Palliative Care

    44/80

    Ele+"r'"era%

    dalah terapi yang menggunakan arus listrik untuk menstimulasi syaraf 

    atau otot atau keduanya secara transkutaneus menggunakan elektroda"elektroda

     permukaan.

  • 8/17/2019 Referat Management Nyeri Pada Palliative Care

    45/80

    3raksi cervical atau lumbal merupakan kontraindikasi bagi spondilitis

    myelopati, keganasan lesi litik!, osteopenia, infeksi tulang belakang discitis dan

    3$!, cedera jaringan lunak akut, deformitas vertebra kongenital, hipertensi atau

     penyakit kardiovaskuler, dan pada pasien yang tegang dan tidak dapat rileks.

    #ontraindikasi lain untuk traksi cervical adalah instabilitas ligament cervical

    contohnya pada rheu!atoid arthritis,  *on syndro!e, atau pasien dengan

    hipermobilitas sendi!, subluksasi aEial dengan penekanan pada medula spinalis,

    insufisiensi arteri vertebrobasiler, aterosklerosis arteri karotis atau arteri

    vertebralis, dan hiplash in5ury akut. #ondisi"kondisi tersebut biasanya terlihat

     pada pasien lanjut usia, sehingga traksi tulang belakang harus digunakan dengan

     pengawasan ketat pada lansia. &ada traksi lumbal, kontraindikasi lainnya yang

    mengarah pada pengunaan harness dada atau perut! termasuk kehamilan, kompresi

    cauda euina, aneurisma aorta, ulkus peptida aktif, hiatus hernia, dan hernia"hernia

    lainnya, dan penyakit paru restriktif atau gangguan pernafasan lainnya.

    &arameter"parameter yang perlu diperhatikan adalah posisi traksi, berat

     beban yang hendak digunakan, durasi, dan pemberian kontiyu, atau inter!ittent .

    Oang paling penting, pasien harus merasa nyaman dan traksi tersebut tidak boleh

    menyebabkan nyeri yang lebih jelek dari sebelumnya.

    3raksi tulang belakang biasanya digunakan dalam konjuksi dengan

    modalitas lain, seperti relakasasi, contohnya masase dan pemanasan. &asien"pasien

    yang menerima traksi harus diberikan latihan"latihan reedukasi postural untuk 

    mempertahankan efek dari traksi. *ika gejala yang dirasakan pasien memburuk 

    atau tidak ada peningkatan penyembuhan setelah dilakukan traksi dalam ("- sesi,

    traksi tidak boleh dilanjutkan.

    Tera% La"a!

    3erapi latihan adalah aktifitas fisik, sikap tubuh, atau pergerakan tubuh secara

    menyeluruh yang dilakukan secara sistematik dan terencana dengan tujuan untuk@

    %. mencegah atau memperbaiki i!pair!ent  

    0. meningkatkan, mengembalikan, atau memperbaiki fungsi tubuh

    8

  • 8/17/2019 Referat Management Nyeri Pada Palliative Care

    46/80

    7. mencegah atau menurunkan faktor resiko suatu penyakit, meningkatkan

    kebugaran, status kesehatan secara menyeluruh baik fisik maupun mental.

    'atihan mobilitas diberikan untuk memelihara atau mengembalikan

    mobilitas dari jaringan lunak otot, jaringan ikat, dan kulit! dan sendi sehingga

     pasien dapat melakukan aktivitas normal. 'atihan ini dapt dilakukan secara pasif,

    aktif, atau akrif assisted .

    'atihan mobilitas diberikan kepada penderita nyeri dengan tujuan @

    • Mengurangi ketegangan otot dan membuat tubuh terasa lebih relaks.

    • Membantu gerakan yang lebih bebas dan lebih mudah.

    • Memelihara atau memperluas rentang gerak sendi.

    • Membantu mencegah cedera seperti kram otot. ?tot yang kuat dan lentur 

    dapat menahan beban lebih baik daripada otot yang kuat tapi kaku!

    • Membuat aktivitas yang berat, seperti berlari, bermain ski, bermain tenis,

     berenang, dan bersepeda, menjadi lebih mudah dilakukan, karena

     peregangan akan menyiapkan tubuh untuk beraktivitas. 'atihan ini

    merupakan cara untuk memberi tahu otot bahwa sebentar lagi akan

    digunakan.

    • Membantu mempertahankan tingkat kelenturan, sehingga dengan

     berjalannya waktu, penderita tidak akan menjadi semakin kaku.

    'atihan endurance merupakan latihan yang bertujuan untuk meningkatkan

     pemakaian energi dalam otot. 'atihan endurance bermanfaat untuk meningkatkan

    kemampuan seseorang untuk melakukan aktifitas sehari"hari yang berulang dan

     berkepanjangan, serta mencegah dan memperbaiki deconditioning . erakan latihanharus melibatkan kelompok otot"otot besar, dilakukan dengan repitisi yang tinggi

    dan beban ringan. 'atihan endurance diberikan dengan frekuensi seminggu 7" kali

    dengan lama latihan 7) menit dengan intensitas ()"-)/ dari denyut jantung.

    8(

  • 8/17/2019 Referat Management Nyeri Pada Palliative Care

    47/80

    Gambar 3.(. Manfaat dari latihan aerobik 

    &ada keadaan nyeri kronik yang berhubungan dengan kelemahan otot,

    latihan penguatan dapat diberikan. 'atihan penguatan dapat berupa latihan

    isotonik, isometrik maupun isokinetik. 'atihan penguatan dilakukan dengan

     prinsip overload, yaitu beban yang diberikan saat latihan harus melebihi beban

    yang dapat menyebabkan kelelahan otot.

    Ma!%&la#

    Manipulasi adalah suatu tindakan pasif, gerakan mekanis yang dilakukan

     pada sendi tertentu atau pada suatu segmen sendi, untuk mengembalikan lingkup

    gerak atau ekstensibilitasnya, dan untuk mengurangi nyeri

    1ipotesis yang menerangkan mekanisme manipulasi dalam meredakan nyeri

    diantaranya relaksasi mekanis atau relaksasi refleks dari jaringan lunak yang

    mengarah pada pemulihan dari lingkup gerak vertebrae, menormalisasi penonjolan

    diskus dengan kekuatan menghisap yang diciptakannya atau dengan  stretching 

    ligamentum longitudinal posterior, yang akan mendorong material diskus secara

    anterior, menjauhi stuktur"struktur yang peka nyeri, dan mengubah input

     proprioseptik yang menuju ke medula spinalis, sehingga menyebabkan Fpintu

    nyeriG tertutup.

    85

  • 8/17/2019 Referat Management Nyeri Pada Palliative Care

    48/80

    Ma#a#e

    Merupakan stimulasi sistematik dan mekanis dari jaringan lunak pada

    tubuh dengan memberikan tekanan ritmik dan stretching  untuk tujuan terapeutik.

  • 8/17/2019 Referat Management Nyeri Pada Palliative Care

    49/80

    PSIKOTERAPI

    Nyeri yang menetap mempengaruhi komponen emosional

    pasien serta seringkali disertai dengan depresi dan/atau

    kecemasan. Faktor-faktor psikologis memainkan peranan yang

    signikan terhadap nyeri kronik dan dalam masa transisi nyeri

    akut menjadi nyeri kronik, dan bukti neurosains serta bukti klinis

    memperlihatkan hubungan yang erat antara nyeri dan status

    mood.

    Depresi dapat meningkatkan gangguan yang terkait-nyeri

    dan menyebabkannya menetap. Penelitian mengungkapkan

    baha nyeri dan depresi merupakan komorbid yang sering

    dijumpai. Depresi yang meningkat berhubungan dengan

    peningkatan kelainan yang terkait-nyeri. Prediktor depresi pada

    nyeri kronik diantaranya insentisitas nyeri, luas area yang

    dikeluhkan, frekuensi nyeri yang dikeluhkan, dan beberapa faktor

    yang berhubungan dengan psikososial. Pasien yang mengalami

    depresi dapat mengalami derajat nyeri yang lebih tinggi, kurang

    aktif, dan mengalami penurunan kapasitas fungsional normal.

    Penilaian dan inter!ensi terapi psikologi difokuskan pada

    faktor kognitif dan beha!ioral yang berhubungan dengan nyeri.

    Faktor psikologi yang terlibat dalam perkembangan dan adaptasi

    menjadi nyeri kronik diantaranya kecemasan, perasaan tidak bisa

    ditolong, sifat menghindar, dan perasaan menganggap nyeri

    sebagai bencana. Faktor yang dapat memberikan perbaikan

    dalam nyeri kronik diantaranya self e"cacy, pain coping strategy ,

    kesiapan untuk berubah dan dapat menerima keadaan sakitnya.

    Penggunaan modalitas psikologi sebagai tambahan

    terhadap inter!ensi medik dan terapi sik dapat meningkatkan

    efekti!itas program penanganan nyeri kronik. Penanganan

    psikologi pada nyeri kronik termasuk edukasi psikologi,

    psikoterapi, biofeedback, dan latihan relaksasi, dan konseling

    84

  • 8/17/2019 Referat Management Nyeri Pada Palliative Care

    50/80

    !okasional. Pendekatan perilaku kognitif terhadap nyeri kronik

    sangat tergantung pada pelatihan keterampilan dan inter!ensi

    psikoedukasional. Psikoterapi secara kelompok berhasil

    meningkatkan kemampuan pasien dalam rehabilitasi nyeri. #erapi

    secara indi!idual dan terapi keluarga merupakan inter!ensi lain

    yang sering digunakan pada pasien nyeri kronik untuk menangani

    stres psikososial yang mendasari.

    $aru % baru ini sebuah argumen yang kuat digunakan untuk

    melibatkan anggota keluarga dan orang lain yang signikan

    dalam proses e!aluasi dan penanganan.

     #eknik psikoterapeutik digunakan dalam mengobati pasien

    nyeri kronik meliputi hal-hal&

    - Pengetahuan tentang nyeri

    - Psikoterapi suportif untuk memberikan semangat pada

    pasien menjalani strategi pengobatan.

    -  #erapi perilaku kognitif, yang berfokus pada kognisi pasien

    yang maladaptif bersamaan dengan teknik perilaku, seperti

    terapi relaksasi dan latihan ketegasan.

    -  #erapi perilaku, berdasarkan pada teori perilaku dan teori

    belajar sosial.

    -  #erapi interpersonal, yang berfokus pada kehilangan, peran

    transisi dan perselisihan, desit sosial, dan faktor-faktor

    interpersonal lainnya berdampak pada berkembangnya

    depresi.

    - Psikoterapi dinamis, dimana hubungan dengan terapist

    memberikan konteks yang sifatnya mengoreksi pengalaman

    emosional.

    -  #erapi keluarga dan terapi pasangan, yang mana

    menunjukkan fakta baha nyeri kronis adalah suatu

    masalah mengganggu akan mempengaruhi keseluruhan

    keluarga.

    )

  • 8/17/2019 Referat Management Nyeri Pada Palliative Care

    51/80

    -  #erapi kelompok, yang mana dapat bersifat mendidik

    dan/atau psikoterapeutik.

    Di dalam praktek klinis, psikoterapis membedakan

    kombinasi pendekatan tersebut untuk dicocokkan dengan

    kebutuhan pasien.

    Tera% Perla+& K'*!"$ 

     #erapi perilaku kognitif '($#/Cognitive behavioral therapy )

    berdasar pada teori baha meyakini hal-hal yang irrasional dan

    sikap yang menyimpang ke arah diri sendiri, lingkungan, dan

    depresi yang menetap.

    - *tudi klinis menunjukkan baha ($# merupakan metode

    pengobatan yang efektif pada depresi ringan dan sedang

    serta mengurangi gangguan terkait-nyeri pada kelainan

    nyeri.

    -  #ujuan diberikannya ($# adalah untuk mengurangi depresi

    dengan cara menantang sikap dan kepercayaan ini.

    - ($# dapat membantu pasien mengenali baha respon

    emosional terhadap nyeri sangat dipengaruhi oleh pikiran

    dan baha mereka dapat melatih mengendalikan gangguan

    yang diproduksi oleh suatu peristia hidup tak terelakkan

    atau penyakit kronis.

    - $eberapa penyelidik merekomendasikan memberikan ($#

    sedini mungkin dari perlangsungan penyakit untuk

    meningkatkan percaya diri pasien dalam menangani gejala

    dan dalam kemampuan mereka untuk mengurangi

    penggunaan alat bantu kesehatan.

    Tera% Perla+&

    -  #erapi perilaku menggunakan manajemen kontingensi atau

    operant conditioning untuk membantu pasien memodikasi

    nyeri-terkait perilaku.

    %

  • 8/17/2019 Referat Management Nyeri Pada Palliative Care

    52/80

    - +etode ini dapat juga membantu merehabilitasi nyeri

    pasien dengan terus meningkatkan kemampuan fungsional

    mereka.

    P#+'"era% I!"er%er#'!al

    Psikoterapi interpersonal 'P#/Interpersonal Therapy ),

    dikembangkan untuk penatalaksanaan depresi, yang bekerja

    dengan asumsi baha, karena adanya gejala yang terjadi dalam

    konteks sosial, menunjukkan sebuah masalah atau banyak

    masalah dalam kehidupan interpersonal pasien dapat membantu

    menghilangkan gejala.

    - P# untuk berfokus pada&

    - edukaan 'suatu reaksi terhadap kematian orang yang

    dicintai)

    - Peran transisi 'menyerah dari peran sosial lama dan

    menyesuaikan ke bentuk yang baru)

    - Peran perselisihan 'kesukaran dalam membangun

    hubungan dari harapan yang tidak sesuai)

    - Peran desit 'suatu kekurangan hubungan interpersonal)

    - Prinsip-prinsip ini dapat diterapkan pada pasien nyeri kronik

    yang memiliki gejala dan ketidakmampuan menempatkan

    mereka dalam status transisi peran yang tetap akibat

    depresi atau kecemasan.

    Psikoterapi Psikodinamik - Psikoterapi psikodinamik meliputi semua inter!ensi

    psikoterapeutik yang membagi dasarnya dalam teori

    psikodinamik mengenai penyebab kerentanan terhadap

    masalah psikologis.

    - $entuk psikoterapi ini paling sering digunakan jangka

    panjang dan bertujuan mengurangi gejala dengan segera.

    Latihan Relaksasi dan Biofeedback 

    0

  • 8/17/2019 Referat Management Nyeri Pada Palliative Care

    53/80

    atihan relaksasi dan biofeedback merupakan metode

    penanganan perilaku yang telah berhasil digunakan untuk

    menangani banyak sindroma nyeri, termasuk miofasial dan nyeri

    yang diatur simpatetik. $eberapa teknik relaksasi bisa pada nyeri

    kronik, dua yang paling sering yaitu latihan autogenik dan

    relaksasi otot progresif.

     #erapi relaksasi dapat dikerjakan oleh berbagai tim disiplin

    keilmuan termasuk didalamnya psikolog, sioterapis atau

    peraat. #eknik yang digunakan diantaranya latihan respon

    relaksasi yang dipandu 'penggunaan gambar atau suara sebagai

    media relaksasi), meditasi, dan hipnosis. #eknik tersebut

    membantu pasien untuk dapat berperan aktif untuk dapat

    menolong dirinya sendiri.

    Te+!+ )#"ra+#

    3eknik distraksi adalah pengalihan dari fokus perhatian terhadap nyeri ke

    stimulus yang lain. 3eknik distraksi dapat mengatasi nyeri berdasarkan teori bahwa

    aktivasi retikuler menghambat stimulus nyeri. 6aat seseorang menerima input

    sensori yang berlebihan maka hal tersebut dapat menyebabkan terhambatnya

    impuls nyeri ke otak nyeri berkurang atau tidak dirasakan!. 6timulus yang

    menyenangkan dari luar juga dapat merangsang sekresi endorfin, sehingga

    stimulus nyeri yang dirasakan oleh menjadi berkurang. &eredaan nyeri secara

    umum berhubungan langsung dengan partisipasi aktif individu, banyaknya

    modalitas sensori yang digunakan dan minat individu dalam stimulasi.

    ?leh karena itu, stimulasi penglihatan, pendengaran dan sentuhan mungkin akan

    lebih efektif dalam menurunkan nyeri dibanding stimulasi satu indera saja.

    $eberapa teknik distraksi antara lain @

    - Distraksi visual

    Melihat pertandingan, menonton televisi, membaca koran, melihat

     pemandang an dan gambar termasuk distraksi visual.

    -Distraksi pendengaran

    7

  • 8/17/2019 Referat Management Nyeri Pada Palliative Care

    54/80

    Diantaranya mendengarkan musik yang disukai atau suara burung serta

    gemercik air, individu dianjurkan untuk memilih musik yang disukai dan

    musik tenang seperti musik klasik, dan diminta untuk berkosentrasi pada

    nada dan irama lagu. &asien juga diperbolehkan untuk menggerakkan tubuh

    mengikuti irama lagu seperti bergoyang, mengetukkan jari atau kaki.

    - Distraksi pernafasan

    &asien bernafas ritmik sambil memandang fokus pada satu objek atau

    memejamkan mata dan melakukan inhalasi perlahan melalui hidung dengan

    hitungan satu sampai empat dan kemudian menghembuskan nafas melalui

    mulut secara perlahan dengan menghitung satu sampai empat dalam hati!.

    njurkan pasien untuk berkosentrasi pada sensasi pernafasan dan terhadap

    gambar yang memberi ketenangan

    4.4. TINDAKAN MEDIS IN7ASIF DAN TERAPI RADIASI

    3indakan invasif merupakan pilihan terakhir apabila penatalaksanaan non

    invasif gagal. 3indakan invasif dalam pengelolaan nyeri kronik antara lain@

    - +njeksi sendi dan soft tissue

    - $lok saraf dengan obat anestesi atau neurolitik dengan phenol atau alkohol

    absolut

    - 3indakan bedah

    - 3indakan bedah saraf 

    - 3ehnik non destruktif 

    Memperbaiki dan mengembalikan kondisi fisilogis anatomis bagian

    tubuh yang rusak, contohnya antara lain release -arpal #unel Syndro!e,

    dekompresi #horacic Outlet Syndro!e 

    -3ehnik destruktif atau interuptif 

    8

  • 8/17/2019 Referat Management Nyeri Pada Palliative Care

    55/80

    Contohnya neurotomi perifer, cordoto!y

    - 3ehnik modulatori

    &emasangan implant untuk memasukkan obat analgesik, pemasangan

    implant alat stimulasi listrik.

    - &rosedur bedah muskuloskeletal

    Contohnya 5oint replace!ent  dan eksisi tumor 

    3erapi radiasi diberikan untuk mengatasi nyeri yang berasal dari jaringan

    lokal kanker primer atau metastatiknya. Oang termasuk terapi radiasi antara lain

    terapi radiasi lokal, ide field radiation therapy, dan radiofarmakoterapi iodine"

    %7% dan strontium"44!.

    M&al )a! M&!"a

    Mual adalah keluhan subyektif ditandai dengan perasaan tidak nyaman di

    daerah belakang kerongkongan dan epigastrium. 6ebaliknya, muntah adalah

    refleksi eliminasi isi lambung yang di kontraksikan secara kuat oleh otot abdomen

    untuk mengeluarkan substansi toksik. Mekanisme yang mendasari muntah lebih

    dipahami daripada mekanisme mual. #ontrol yang baik terhadap kondisi ini

    terdapat didalam tubuh, akan menurunkan kecemasan dan perasaan takut,

    menurunkan ketergantungan pada caregivers dan dapat melakukan aktifitas sehari"

    harinya dengan lebih baik Cheville, 0)%)!.

    &revalensi mual dan muntah di suatu perawatan paliatif adalah 8)"5)/,

    sering ditemukan pada penderita yang mendapat kemoterapi dan terapi radiasi.

    Mual lebih sering dirasakan daripada muntah. #eluhan mual dan muntah disebut

    kronik jika berlangsung lebih dari % minggu *ohnston, 0))H Cheville, 0)%)!.

    &enyebab mual dan muntah antara lain oodwin et al, 0))7H *ohnston, 0))H

    Cheville, 0)%)!H

    %. #egagalan sistem otonom menyebabkan melambatnya pengosongan

    lambung. 1al ini sering terjadi pada penderita kanker dengan kondisi

     buruk dan status nutrisi yang kurang. 6tatus nutrisi yang kurang akan

    mengakibatkan penekanan sistem saraf simpatik,

  • 8/17/2019 Referat Management Nyeri Pada Palliative Care

    56/80

    0. angguan kardiovaskuler, seperti hipotensi postural, sinkop, dan  fi3ed 

    heart rate. 1al ini menyebabkan disfungsi otonom,

    7. oodruff, %447H oodwin et al, 0))7!.

    3erapi mual adalah farmakologi dan terapi etiologisnya. 6embilan

    kelompok obat entiemetik pada perawatan paliatif adalah butyrophenones,

     prokinetic agents, cannabinoids, phenothiazines, antihistamines,

    anticholinergics, steroids, 137 receptor antagonists, dan benzodiazepines.

    Cara pemberian obat bisa per enteral apabila per oral tidak memungkinkan

    Cheville, 0)%)!.

    A!'re+#a )a! Ka+e+#a

    a. Definisi

    noreksia dideskripsikan sebagai kekurangan atau hilangnya nafsu

    makan yang mengakibatkan berkurangnya intake oral  dan penurunan berat

     badan. #akeksia merupakan kondisi disfungsi metabolik yang ditandai

    oleh berkurangnya lemak dan jaringan otot secara progresif, dan diinduksi

    (

  • 8/17/2019 Referat Management Nyeri Pada Palliative Care

    57/80

    oleh starvasi. ?rgan vital yang terpengaruh akibat kakeksia dan anoreksia

    adalah otot skeletal, otot pernafasan, otot jantung dan otot halus.

    noreksia dan kakeksia merupakan masalah penting dalam penyakit

    stadium lanjut karena berhubungan dengan peningkatan resiko kegagalan

    terapi, efek samping dan mortalitas. 6elain itu, kakeksia menjadi penyebab

    utama kematian pada 0/ penderita kanker.

     b. Diagnosis

    ambaran klinis kakeksia adalah edema, berkurangnya masa otot

    lingkar lengan mengecil!, berkurangnya lapisan lemak kulit, kulit kering,

     bersisik dan berkurangnya hipersensitifitas kulit.

    &emeriksaan laboratorium menunjukkan menurunnya kadar serum

    albumin, kadar serum ferritin darah 1aryodo 16, %44(H Cheville, 0)%)!.

    c.

  • 8/17/2019 Referat Management Nyeri Pada Palliative Care

    58/80

    7. angguan metabolisme

    angguan metabolism karbohidrat, lemak dan protein dan peningkatan

    metabolisme karena keganasan kanker itu sendiri yang tidak 

     berhubungan dengan stadium,

    8.

  • 8/17/2019 Referat Management Nyeri Pada Palliative Care

    59/80

    kanker stadium lanjut dan diindikasikan bila saluran cerna tidak dapat

     bekerja dengan baik 2ochman, %447H 1aryodo 16, %44(H Cheville,

    0)%)!.

    &enderita diberikan makanan yang merupakan kesenangannya

    asalkan bukan kontra indikasi, serta mengatur menu yang bervariasi agar 

     penderita tidak cepat bosan. 6elain menu makanan sehari"hari perlu juga

    memberikan makanan suplemen dan makanan yang diberikan sedapat

    mungkin bersifat tinggi protein dan tinggi kalori 2ochman, %447!.

    6esak Nafas

    a. Definisi

    6esak nafas didefinisikan sebagai perasaan tidak nyaman pada saat

     bernafas dan kesulitan bernafas. 6esak nafas mengganggu performa

    fungsional dan aktifitas fisik, oleh karena itu hal ini menjadi target penting

    terapi oleh fisiatris Cheville, 0)%)!. b.

  • 8/17/2019 Referat Management Nyeri Pada Palliative Care

    60/80

    d. &enyebab

    bnormalitas yang terjadi pada sistem kardiopulmoner baik secara

    langsung maupun tidak langsung dapat menyebabkan sesak nafas.3umor di parenkim paru, pleura ataupun sistem limfatik paru dapat

    menurunkan kapasitas oksidatif secara signifikan. #anker menyebar dari

    tumor intra thorakal atau dari metastasis. 3umor juga dapat menyebabkan

    obstruksi saluran nafas. 6elain itu, adanya ascites dan distensi heptik dapat

    menghambat pergerakan diafragma.

    #akeksia yang berhungan dengan !uscle asting   dapat pula

    meningkatkan kebutuhan kapasitas maksimal otot untuk bernafas dan

    menyebabkan kelelahan otot Cheville, 0)%)!.

    e. Diagnosis

    Diagnosis ditegakkan dari anamnesa dan pemeriksaan fisik.

    #eluhan dan tanda yang menjadi perhatian adalah adanya nyeri dada,

    demam, batuk, kakeksia, distensi abdomen dan pleuritis. #eluhan yang

     berhubungan dengan sesak nafas seperti nyeri dan kecemasan akan

     berkaitan pula dengan intensitas, sehingga penting menjadi target terapi.

    3es diagnostik yang dapat membantu adalah foto E ray thoraks,

    electrocardiography, echocardiography, tes fungsi paru, analisa gas darah,

    serum elektrolit dan darah lengkap. C3 6can bdominal dan Chest dapat

    menunjukkan penjalaran tumor dalam cavitas di tubuh Cheville, 0)%)!.

    f. &enatalaksanaan

    3erapi simptomatik diberikan sejalan dengan managemen spesifik 

    terhadap sesak nafas. &emberian kemoterapi dapat mengurangi sesak nafas

     pada penderita kanker yang memiliki keluhan sesak akibat efek tumor.2adiasi, termasuk brachytherapy juga cepat mengurangi tumor lokal yang

     berhubungan dengan obstruksi jalan nafas.  *rainase  pleura, efusi

     perikardiak, atau ascites abdomen mengurangi sesak nafas secara

    signifikan. *ika terdapat kemungkinan pneumonia maka diberikan

    antibiotik empirik. #onsultasi ke bagian paru diperlukan untuk 

    memperjelas kecurigaan obstruksi atau penyempitan dengan

     bronchoscopic dan penatalaksanaan lesi intralumen dengan bronchoscope

    ()

  • 8/17/2019 Referat Management Nyeri Pada Palliative Care

    61/80

    rigid, balloon dilatation, lasers, electrocautery, stents, argon plas!a

    coagulation, dan cryoprobes Cheville, 0)%)!.

    Managemen simptomatik diberikan berdasarkan 7 prinsip yaitu

    oksigen, farmakologi dan terapi suportif.  6asaran rehabilitasi pernafasan

     pada penderita dengan hambatan dan disabilitas adalah untuk 

    menggunakan fungsi paru yang tersisa seefisien mungkin, meringankan

    sesak nafas sehingga meningkatkan kualitas hidup. Diskusi dengan

     penderita dan keluarga untuk menemukan modifikasi gaya hidup yang

    sesuai, mengurangi atau tidak lagi melakukan aktifitas fisik tertentu dan

     penataan rumah yang disesuaikan dengan kondisi penderita seperti

    memindahkan kamar tidur penderita ke lantai bawah, menambah toilet

    dekat kamar tidur 6oebadi, 0)))!.

    9isioterapi pada penanganan paliatif sesak terutama ditujukan pada

    mobilisasi sekret dan mencegah atau mengurangi !uscle fati&ue.

    &enumpukan sekret seringkali mengakibatkan sesak pada penderita. Antuk 

    membantu evakuasi sekret, fisioterapi dada berupa perkusi dada dan

     postural drainage, terlebih lagi pada fase terminal dimana didapatkan

    kelemahan umum. &ada keadaan sekret berlebih, usaha mengurangi sekret

    dengan antikolinergik merupakan tindakan paliatif yang lebih efektif,

    misalnya dengan ipratropium bromide Margono, 0)))!.

  • 8/17/2019 Referat Management Nyeri Pada Palliative Care

    62/80

    6ebaliknya, batuk merupakan mekanisme pertahanan tubuh untuk 

    mencegah masuknya materi asing ke dalam saluran respirasi Cheville,

    0)%)!. P1iccupQ dan batuk yang tidak terkontrol dapat mengurangi

    semangat penderita dan mengganggu tidur, mempengaruhi status hidrasi

    dan nutrisi.

     b.

  • 8/17/2019 Referat Management Nyeri Pada Palliative Care

    63/80

    untuk depolarisasi. +mpuls melalui medulla menuju pusat batuk. +mpuls

    efferent  berjalan melalui nervus vagus, phrenicus, dan nervus spinal ke

    glottis dan otot respirasi.

    $atuk terjadi karena 7 fase, yaitu fase inspirasi inisial, fase co!pressive

    dan fase e3pulsive Cheville, 0)%)!.

    d. &enyebab

    P1iccupQ secara teori disebabkan distensi lambung berlebihan.

    &enyebab lain dalam konteks paliatif adalah iritasi esophagus, ileus, dan

    metastasis peridiaphragmatic metastasis. $atuk sering terjadi sekunder 

    karena efek lokal dari penyakit. 3umor mengiritasi daerah sekitarnya

    seperti pada thoraks, abdomen dan struktur neurologis. &enderita dengan

     penyakit kanker dan non kanker yang sering batuk, dan beresiko terjadi

    aspirasi, memerlukan evaluasi klinik lebih lanjut. 8pper airay cough

     syndro!e karena gangguan rhinosinus, asma, dan  gastroesofageal refluks

    merupakan kondisi tersering penyebab batuk pada populasi umum dan

     penderita paliatif Cheville, 0)%)!.

    e. &enatalaksanaan

    &enatalaksanaan PhiccupQ melalui pendekatan nonfarmakologis

    seperti !aneuver  respirasi sederhana menahan nafas, rebreathing into a

    bag , kompresi diafragma!, stimulasi nasal dan faringeal menekan hidung,

    inhalation of a sti!ulant , traction  lidah!, stimulasi vagal ocular 

    co!pression, carotid !assage!, terapi psikiatrik behavioral therapy!,

     gastric distension relief   berpuasa, menggunakan  %' tube, lavage!, dan

    injeksi anastetik nervus phrenicus. Namun efikasi dari penggunaan terapi

    ini belum dikaji ketat dalam suatu percobaan klinik ray, %44(H Cheville,

    0)%)!.

    Ga!**&a! H)ra# )a! N&"r#

    6uport hidrasi dan nutrisi sangat penting bagi penderita dan keluarga

    untuk kelangsungan hidup penderita. #etersediaan  Artificial %utrition and 

     Hydration  N1! masih menjadi perdebatan karena terapi intervensi ini

    (7

  • 8/17/2019 Referat Management Nyeri Pada Palliative Care

    64/80

    disatu sisi ditolak keberadaannya tetapi sebenarnya merupakan pelayanan

    dasar yang harus diberikan Cheville, 0)%)!.

    a.

  • 8/17/2019 Referat Management Nyeri Pada Palliative Care

    65/80

     Nyeri pada rongga mulut mungkin berkaitan dengan adanya jamur,

    osteoradionecrosis pada penderita kanker kepala dan leher!, mukositis,

    osseus metastasis ke tulang facial, infeksi herpes zoster dan neuropathic

     pain syndro!e Cheville, 0)%)!.

    &emeriksaan fisik menunjukkan penurunan turgor kulit, mulut

    kering dan postural hipotensi. &emeriksaan laboratoris untuk menilai

    hematokrit, serum sodium, blood urea nitrogen, dan creatinine. 6elain itu

     pemeriksaan urine untuk menilai osmolaritas juga diperlukan.

    &emeriksaan imaging mungkin diperlukan untuk konfirmasi keganasan

    yang berhubungan dengan + tract Cheville, 0)%)!.

    d. &enatalaksanaan

    3idak ada evidence yang menunjang penggunaan suplemen hidrasi

    Cheville, 0)%)!.

    Lm$e)ema

    a. Definisi

    'imfedema merupakan disfungsi sistem limfatik karena akumulasi

    cairan tinggi protein yg abnormal 9ife et al, 0)%0!.

     b. &enyebab

    'imfedema primer karena perkembangan sistem limfatik yang

    abnormal, dijumpai sejak lahir, remaja dan dew