23
BAB I PENDAHULUAN ISK adalah adanya bakteri pada urin yang disertai dengan tanda dan gejala infeksi. Ada pula yang mendefinisikan ISK sebagai gejala infeksi yang disertai adanya mikroorganisme patogenik (Patogenik: yang menyebabkan penyakit) pada urine, uretra (Uretra: saluran yang menghubungkan kandung kemih dengan lingkungan luar), kandung kemih, atau ginjal. Penyakit ini merupakan masalah penting yang sering dijumpai pada anak karena merupakan penyebab kesakitan yang penting pada anak. Jika disertai dengan refluks vesikoureterik, dapat terjadi kerusakan pada ginjal (refluks nefropati) yang dapat menimbulkan hipertensi dan gagal ginjal stadium terminal pada akhir masa kanak-kanak atau masa dewasa. Pengenalan awal, pengobatan yang tepat dan mengetahui faktor dasar yang mempermudah infeksi lebih jauhpenting untuk mencegah perjalanan penyakit untuk menjadi pyelonefritis atau urosepsis dan menghindari sekuele akhir seperti jaringan parut pada ginjal dan gagal ginjal (Hull D, 2008). ISK dapat terjadi pada 5% anak perempuan dan 1-2% anak laki-laki. Kejadian ISK pada bayi baru lahir 1

Referat Isk Anak

Embed Size (px)

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

ISK adalah adanya bakteri pada urin yang disertai dengan tanda dan gejala infeksi. Adapula yang mendefinisikan ISK sebagai gejala infeksi yang disertai adanya mikroorganisme patogenik (Patogenik: yang menyebabkan penyakit) pada urine, uretra (Uretra: saluran yang menghubungkan kandung kemih dengan lingkungan luar), kandung kemih, atau ginjal.Penyakit ini merupakan masalah penting yang sering dijumpai pada anak karena merupakan penyebab kesakitan yang penting pada anak. Jika disertai dengan refluks vesikoureterik, dapat terjadi kerusakan pada ginjal (refluks nefropati) yang dapat menimbulkan hipertensi dan gagal ginjal stadium terminal pada akhir masa kanak-kanak atau masa dewasa. Pengenalan awal, pengobatan yang tepat dan mengetahui faktor dasar yang mempermudah infeksi lebih jauhpenting untuk mencegah perjalanan penyakit untuk menjadi pyelonefritis atau urosepsis dan menghindari sekuele akhir seperti jaringan parut pada ginjal dan gagal ginjal (Hull D, 2008).ISK dapat terjadi pada 5% anak perempuan dan 1-2% anak laki-laki. Kejadian ISK pada bayi baru lahir dengan berat lahir rendah mencapai 10-100 kali lebih besar dibanding bayi dengan berat lahir normal (0,1-1%).Sebelum usia 1 tahun, ISK lebih banyak terjadi pada anak laki-laki. Sedangkan setelahnya, sebagian besar ISK terjadi pada anak perempuan. Rasio ini terus meningkat sehingga di usia sekolah, kejadian ISK pada anak perempuan 30 kali lebih besar dibanding pada anak laki-laki. Dan pada anak laki-laki yang disunat, risiko ISK menurun hingga menjadi 1/5-1/20 dari anak laki-laki yang tidak disunat (Behrman R E, 2000).Karena tingginya angka kejadian ISK pada anak-anak dengan gejala klinis yang tak terlalu jelas serta tingginya resiko komplikasi yang lebih berat, maka dalam referat kali ini penulis akan membahas tentang ISK.BAB IITINJAUAN PUSTAKA

PatofisiologiHampir semua ISK menyebar secara asendens. Gangguan dari flora periuretra normal, yang merupakan bagian dari pertahanan tubuh melawan kolonisasi bakteri patogen, mempermudah terjadinya ISK. Bakteri dari flora periuretra berada di distal uretra, tetapi urine normal berada dalam keadaan steril di proksimal uretra, kandung kemih, dan bagian proksimal lainnya pada saluran kemih. Kuman patogen saluran kencing dapat mencapai kandung kemih dan berkembang biak bila infeksi terjadi. Bakteri patogen tersebut berada di distal uretra dan mungkin dapat mencapai kandung kemih sebab aliran turbulen urine pada saat berkemih yang normal atau karena ketidakmampuan berkemih. Kolonisasi di kandung kemih yang berhasil tak terjadi bila mekanisme pertahanannya tak terganggu karena buang air kecil normalnya dapat membersihkan kontaminasi bakteri secara lengkap (Smeltzer & Bare, 2002).Patogenesis ISK sangat kompleks karena tergantung dari banyak faktor, seperti faktor pejamu (host) dan faktor organisme. Bakteri dalam urin dapat berasal dari ginjal, ureter, kandung kemih, dan dari uretra. Mukosa kandung kemih dilapisi oleh Glycoprotein Mucin Layer yang berfungsi sebagai anti bakteri. Robeknya lapisan ini dapat menyebabkan bakteri dapat melekat, membentuk koloni pada permukaan mukosa, masuk menembus epitel dan selanjutnya terjadi peradangan. Bakteri dari kandung kemih dapat naik ke ureter dan sampai ke ginjal melalui lapisan tipis cairan (Films of Fluid), bakteri akan lebih mudah masuk terlebih lagi dengan adanya kegagalan refluks vesikoureter. Bakteri dapat masuk kedalam saluran kemih melalui 3 jalur, yaitu:1. AsendenJalur asenden merupakan jalur yang paling sering menyebabkan ISK. Secara umum jalur asenden ini disebabkan oleh mikroorganisme fekal (Manski D, 2011).

2. HematogenJalur hematogen merupakan jalur yang jarang terjadi bila dibandingkan dengan jalur asenden. Jalur hematogen disebabkan karena adanya bakteri dalam darah. Bakteremia Staphylococcus merupakan bakteri yang sering menyerang jalur ini. Staphylococcus menyebar di korteks atau ginjal yang akan mengakibatkan pembentukan abses.3. Perluasan langsungInfeksi saluran kemih pada jalur ini disebabkan karena pembentukan abses atau fistula seperti fistula kolovesikalis. Jalur ini yang menyebabkan kambuhnya ISK pada penderitanya.

Etiologi dan Faktor PredisposisiEscherichia coli (E.coli) merupakan kuman penyebab tersering (60-80%) pada ISK serangan pertama. Kuman lain penyebab ISK yang sering adalah Proteus mirabilis, Klebsiella pneumonia, Klebsiella oksitoka, Proteus vulgaris, Pseudomonas aeroginosa, Enterobakter aerogenes, dan Morganella morganii, Staphylococcus dan Enterococcus (IDAI, 2011).Faktor predisposisi terjadinya ISK pada anak-anak adalah (Zorc J J, 2005):1. Jenis kelamin perempuan2. Anak laki-laki yang tidak di sirkumsisi3. Fimosis pada anak laki-laki4. Anak yang sering menahan buang air kecil5. Konstipasi6. Pemakaian popok sekali pakai dalam jangka waktu yang lama7. Anak dengan gizi buruk atau kekebalan tubuh yang rendah8. Refluks ureterovesikal9. Kelainan anatomi

Gejala KlinisGejala yang dapat timbul pada ISK pada anak sangat tidak spesifik, dan seperti telah diungkapkan sebelumnya, banyak yang hanya disertai demam sebagai gejala.Dua kategori klinis dari ISK adalah pyelonefritis akut atau ISK atas dan sistitis akut atau ISK bawah. Gejala bervariasi sesuai usia:1) Anak baru lahir-2 bulan: Sering tak ada gejala di saluran kemih.ISK ditemukan dengan adanya sepsis neonatus, kuning berkepanjangan, gagal tumbuh, tak mau menyusu.2) Anak 2 bulan - 1 tahun: Bayi dan anak-anak pada usia ini memiliki gejala demam yang tidak diketahui sebabnya ( >38oC) Usia ini memiliki resiko tinggi luka pada ginjal dibanding usia yang lebih tua, karena tanda yang kurang menyebabkan keterlambatan pengobatan dengan antibiotik. Aturan 3 hari dapat membantu untuk mencegah hal tersebut terjadi. Contohnya jangan hanya mengawasi bayi atau anak-anak dengan febris 3 hari yang tak diketahui sebabnya tanpa pemeriksaan urine untuk evaluasi infeksi. Bayi sering mendapat demam dan gejala lainnya, seperti rewel, tak mau menyusu, nyeri perut, muntah dan diare.3) Anak dengan usia 1-2 tahun datang dengan gejala sugestif sistitis akut. Gejala biasanya menangis saat berkemih atau kencing yang berbau busuk tanpa adanya demam (suhu 105 cfu/mL urin sebagai kriteria bermakna dan pendapat lain menyebutkan bermakna jika jumlah kuman >50x103 cfu/mL dan ada yang menggunakan kriteria bermakna dengan jumlah kuman >104 cfu/mL. Paschke dkk. (2010) menggunakan batasan ISK dengan jumlah kuman >50x103 cfu/mL untuk teknik pengambilan urin dengan midstream/clean catch, sedangkan pada neonatus menggunakan jumlah >105 cfu/mL dan Baerton dkk., menggunakan batasan kuman >104 cfu/mL jika sampel urin diambil dengan urine bag. Interpretasi hasil biakan urin bukanlah suatu patokan mutlak dan kaku karena banyak faktor yang dapat menyebabkan hitung kuman tidak bermakna meskipun secara klinis jelas ditemukan ISK

Pemeriksaan PencitraanDilakukan bila telah dikonfirmasi dengan kultur urine kuantitaif.USGPemeriksaan USG dari saluran kemih pada bayi, anak kecil atau adolesen dengan diagnosis pertama pyelonefritis akut.USG mungkin terabaikan untuk anak perempuan >2 tahun dengan episode sistitis akut pertama maupun kedua, bila respon terapi cepat dan memuaskan.Dengan akut sistitis, USG saluran kemih pada bayi perempuan dan laki-laki pada semua umur dengan ISK pertama kali.Voiding Cysto Urethrogram(VCUG)Lakukan VCUG pada pasien anak dengan pyelonefritis akut yang belum pernah pencitraan saluran kemih sebelumnya.Beberapa klinisi melakukan VCUG pada pasien yang berusia >4-5 tahun dengan pielonefritis akut yang memiliki pola berkemih yang normal ketika tak terinfeksi.VCUG tidak diperlukan untuk menilai anak dengan sistitis akut yang telah berespon cepat terhadap terapi, kecuali USG saluran kemih tak normal.VCUG dapat dilakukan bila urine bersih dari bakteri dan pyuria dan berkemih telah kembali seperti sebelumnya.Beberapa klinisi merekomendasikan menunggu 4-6 minggu untuk dilakukan VCUG. Bila anak dalam terapi antibakteri pada masa ini, rekomendasi ini diterima.

PenatalaksanaanTata laksana infeksi akut meliputi pemberian cairan yang banyak, analgetik ringan jika diperlukan, dan antibiotik. Septikemia dan pyelonefritis akut memerlukan pemberian berupa Ampicilin, Gentamycin, atau Cephalosporin secara intravena. Pada kasus yang tidak begitu berat dapat diberikan Trimetoprim, Amoxicilin, Asam Nalikdisat, Nitrofurantoin, atau Cephalosporin oral. Antibiotik diberikan selama 7-14 hari, namun pemberian dalam jangka waktu sepanjang itu memberikan kemungkinan lebih besar untuk terjadinya resistensi, gangguan bakteri normal di usus dan vagina, serta menyebabkan candidiasis.NICE (2007) merekomendasikan penanganan ISK fase akut, sebagai berikut:1. Bayi < 3 bulan dengan kemungkinan ISK harus segera dirujuk ke dokter spesialis anak, pengobatan harus dengan antibiotik parenteral.2. Bayi 3 bulan dengan pielonefritis akut/ISK atas: Pertimbangkan untuk dirujuk ke spesialis anak. Terapi dengan antibiotik oral 7-10 hari, dengan antibiotik yang resistensinya masih rendah berdasarkan pola resistensi kuman, seperti Cefalosporin atau Co-amoksiklav. Jika antibiotik per oral tidak dapat digunakan, terapi dengan antibiotik parenteral, seperti sefotaksim atau seftriakson selama 2-4 hari dilanjutkan dengan antibiotik per oral hingga total lama pemberian 10 hari.3. Bayi 3 bulan dengan sistitis/ ISK bawah: Berikan antibiotik oral selama 3 hari berdasarkan pola resistensi kuman setempat. Bila tidak ada hasil pola resistensi kuman, dapat diberikan trimetroprim, sefalosporin, atau amoksisilin. Bila dalam 24-48 jam belum ada perbaikan klinis harus dinilai kembali, dilakukan pemeriksaan kultur urin untuk melihat pertumbuhan bakteri dan kepekaan terhadap obat.Di negara berkembang didapatkan resistensi kuman uropatogen yang tinggi terhadap ampisilin, kotrimoksazol, dan kloramfenikol (Paschke A A, 2010) sedangkan sensitivitas sebagian besar kuman patogen dalam urin mendekati 96% terhadap gentamisin dan seftriakson (Bensman A, 2009).Tabel antibiotik oral yang diberikan menurut AAP (American Academy of Pediatric) antara lain:

Tabel antibiotik parenteral yang diberikan menurut AAP:

Pada beberapan komunitas, sebagian besar strain Eschericia coli resisten terhadap Amoxicilin. Nitrofurantoin mungkin dapat digunakan untuk mengobati ISK bawah, namun karena rendahnya daya penetrasi ke jaringan maka tidak sesuai untuk infeksi ginjal.Sedangkan pengobatan parenteral umumnya dilakukan dengan cephalosporin seperti ceftriaxone 75 mg/kg setiap 24 jam. Sebagian pihak memilih gentamicin 7.5 mg/kg per 24 jam dan benzylpenicillin 50 mg/kg per 6 jam untuk anak di atas 1 bulan.Selain antibiotik, pengobatan yang dapat dilakukan untuk mengurangi gejala contohnya adalah penurun demam jika diperlukan. Untuk mengatasi disuria dapat diberikan Fenazopiridin HCl (Pyridium) dengan dosis 7 10 mg/kgbb/hari. Obat-obatan lain yang pada orang dewasa digunakan untuk ISK, umumnya tidak dianjurkan untuk diberikan pada anak-anak.Secara teoritis pemberian antibiotik yang lebih singkat pada anak mempunyai keuntungan antara lain efek samping obat lebih sedikit dan kemungkinan terjadinya resistensi kuman terhadap obat lebih sedikit (Bensman A, 2009). Pada kebanyakan kasus, antibiotik parenteral dapat dilanjutkan dengan oral setelah 5 hari pengobatan bila respons klinik terlihat dengan nyata atau setidak-tidaknya demam telah turun dalam 48 jam pertama. Tidak ada bukti yang meyakinkan bahwa pengobatan 14 hari lebih efektif atau dapat mengurangi risiko kekambuhan. Dianjurkan pemberian profilaksis antibiotik setelah pengobatan fase akut sambil menunggu hasil pemeriksaan pencitraan. Bila ternyata kasus yang dihadapi termasuk ke dalam ISK kompleks (adanya refluks atau obstruksi) maka pengobatan profilaksis dapat dilanjutkan lebih lama.Jika tidak ada perbaikan dalam 2 hari setelah pengobatan, contoh urin harus kembali diambil dan diperiksa ulang. Kultur ulang setelah 2 hari pengobatan umumnya tidak diperlukan jika diperoleh perbaikan dan bakteri yang dikultur sebelumnya sensitif terhadap antibiotik yang diberikan. Jika sensitivitas bakteri terhadap antibiotik yang diberikan atau tidak dilakukan tes sensitivitas/resistensi sebelumnya, maka kultur ulang dilakukan setelah 2 hari pengobatan.Antibiotik yang digunakan sebagai profilaksis:

Pemeriksaan LanjutanSetelah pemberian antibiotik selesai dan urin sudah steril, dilakukan pemeriksaan lanjutan pada anak dengan ISK. Pemeriksaan lanjutan yang dilakukan adalah :Ultrasonografi ginjal, ureter, dan kandung kemih: Pemeriksaan ini dilakukan pada semua anak dengan ISK sesegera mungkin.DMSA(Dimercaptosuccinic Acid Nuclear Scan): Pemeriksaan ini terutama untuk melihat fungsi saluran kemih. DMSA scan masih diperdebatkan batasan usianya. Namun biasanya dilakukan pada anak di bawah 5 tahun dengan hasil ultrasonografi yang tidak normal. Umumnya dilakukan 2 bulan setelah episode ISK untuk memberi waktu perbaikan pada saluran kemih. Selama menunggu dilakukannya pemeriksaan ini, beberapa pihak menganjurkan pemberian antibiotik dosis rendah.Cystogram: Ini adalah pemeriksaan kandung kemih yang juga masih diperdebatkan batasan usianya. Namun umumnya dilakukan pada anak di bawah 1 tahun atau anak dengan hasil ultrasonografi atau DMSA yang tidak normal.Pemeriksaan-pemeriksaan tersebut dilakukan lebih awal jika tidak ada perbaikan setelah 2 hari pemberian antibiotik.

PencegahanHindari penggunaan antibiotik spektrum luas (cth. Amoxicillin, cephalexin), yang dapat melemahkan pertahanan alami melawan kolonisasi.Atasi konstipasi bila pasien terdapat disfungsi berkemih yang terkait dengan pelebaran kronik rektum dengan feses.Bila disfungsi berkemih menjadi faktor pencetus, perintahkan pasien untuk kencing secara teratur.Pertimbangkan khitan pada neonatus laki-laki.Menjaga hygiene periuretra dan perineum.

ISK berulang dapat dicegah dengan meningkatkan keadaan umum pasien termasuk memperbaiki status gizi, edukasi tentang pola hidup sehat, dan menghilangkan atau mengatasi faktor risiko. Asupan cairan yang tinggi dan miksi yang teratur bermanfaat mencegah ISK berulang. Pada bayi dan anak kecil, biakan urin dilakukan berkala setiap 3 bulan terutama bila ada tanda-tanda kekambuhan. Jika terdapat ISK berulang, diberikan antibiotik yang sesuai dan mengatasi faktor predisposisi timbulnya ISK berulang. Pada kasus refluks dianjurkan miksi berganda (Double Micturation maupun Tripple Micturation). Koreksi bedah terhadap kelainan struktural seperti obstruksi, refluks derajat tinggi, urolitiasis, katup uretra posterior, ureterokel dan ureter dupleks yang disertai obstruksi sangat bermanfaat untuk mengatasi infeksi berulang. Indikasi tindakan bedah harus dilihat kasus per kasus. Risiko terjadinya ISK pada bayi laki-laki yang tidak disirkumsisi meningkat 3-15 kali dibandingkan dengan bayi laki-laki yang sudah disirkumsisi (Lambert H, 2003). Tindakan sirkumsisi pada anak laki telah terbukti efektif menurunkan insidens ISK.

Diagnosis Banding1. Apendisitis pada anak2. Gastroenteritis3. Cacingan (Pinworm)4. Batu Ginjal5. Obstruksi Saluran Kemih6. Vaginitis7. Vulvovaginitis8. Tumor Wilms (Nefroblastoma)

KomplikasiReaksi alergi merupakan resiko terapi antibiotik.Anak dengan pielonefritis akut dapat berkembang menjadi inflamasi lobus ginjal atau abses ginjal.Inflamasi parenkim ginjal dapat mengawali pembentukan jaringan parut. Faktor risiko yang menyebabkan parut ginjal antara lain umir muda, keterlambatan pemberian antibiotik, RVU dan obstruksi saluran kemih (Garin E H, 2007).Komplikasi jangka panjang dari pielonefritis akut adalah hipertensi, fungsi ginjal terganggu, ESRD dan komplikasi terhadap kehamilan (cth. ISK, hipertensi pada kehamilan, BBLR).

PrognosisPrognosis jangka panjang infeksi saluran kemih biasanya baik, bila segera diobati dengan adequat setelah diagnosis ditegakkan. Hipertensi, fungsi ginjal terganggu, ESRD sekarang sering didapatkan pada bayi dengan kerusakan ginjal intrauterine. Anak dengan resiko komplikasi ini biasanya ditemukan dengan USG saluran kemih yang menunjukkan hidronefrosis. Penelitian pada neonatus menyebutkan bahwa kerusakan ginjal terkait dengan obstruksi di saluran keluar kandung kemih atau hidronefrosis non obstruktif karena VUR yang berat. Anak ini mungkin mendapat tambahan kerusakan ginjal sebagai hasil dari infeksi, tetapi ISK bukan faktor utama penyebab komplikasi renal.

13