REFERAT Decom Cordis 2

Embed Size (px)

Citation preview

REFERATGAGAL JANTUNG PADA ANAK

Disusun oleh:

Imas Resa Palupi, S. KedNIM. 072011101019

Dokter Pembimbing:dr. H. Ahmad Nuri, Sp.Adr. Gebyar Tri Baskara, Sp.Adr. Ramzy Syamlan, Sp.A

Disusun untuk Melaksanakan Tugas Kepaniteraan Klinik Lab/SMF Ilmu Kesehatan AnakDi RSD dr. Soebandi Jember

SMF/LAB ILMU KESEHATAN ANAKRSD DR. SOEBANDI JEMBER2011HALAMAN JUDULiDAFTAR ISIiiPENDAHULUAN1TINJAUAN PUSTAKA 2 Definisi 2 Etiologi 2 Patofisiologi 7 Klasifikasi 16 Manifestasi klinis 19 Diagnosis banding 25 Diagnosis 25 Anamnesis 25 Pemeriksaan Fisik 26 Pemeriksaan Penunjang 26 Penatalaksanaan 27 Komplikasi 17 Prognosis 17DAFTAR PUSTAKA 19

45

PENDAHULUANPeristiwa gagal jantung pada bayi dan anak merupakan sindroma klinik akibat miokardium tidak mampu memenuhi keperluan metabolik, termasuk pertumbuhan (Pusponegoro, 2003). Keadaan ini timbul oleh kerja otot jantung yang berlebihan, biasanya karena faktor mekanik yaitu kelainan struktur jantung pada penyakit jantung bawaan (PJB) maupun didapat yang menimbulkan beban volume (preload) atau beban tekanan (afterload) yang berlebih dan faktor miokardium yaitu kelainan otot jantung sendiri atau insufisiensi miokardium seperti pada proses inflamasi atau gabungan kedua faktor di atas (Fred, 1996). Pada stadium awal gagal jantung, terjadi berbagai macam mekanisme kompensasi untuk mempertahankan fungsi metabolik normal, ketika mekanisme tersebut menjadi tidak efektif, manifestasi klinis yang timbul akan semakin berat (Supriyatno, 2009).Sampai saat ini belum ada data yang valid mengenai insidens gagal jantung akut pada anak. Gagal jantung memberi kontribusi terhadap estimasi 15 juta kematian anak tiap tahun di dunia, penyebab tersering adalah PJB. Menurut dr.Sukman Tulus Putra, SpA, Ketua Divisi Kardiologi Anak RSCM, penderita PJB 90% meninggal karena gagal jantung dalam usia kurang dari satu tahun, sedangkan sisanya terjadi pada umur 1-5 tahun. Penyebab gagal jantung pada umur 5-15 tahun umumnya kelainan jantung di dapat (diantaranya demam reumatik) (Supriyatno, 2009).Saat ini penentuan derajat gagal jantung masih menggunakan kriteria klinis gagal jantung yaitu kriteria Ross (kemampuan minum, laju jantung, laju nafas, dan keringat yang berlebihan) dan pada pemeriksaan penunjang non invasiv yaitu ekokardiografi. Tetapi sayangnya penilaian secara klinis pada anak usia di bawah 3 tahun seringkali tidak spesifik karena infeksi paru juga dapat menunjukkan tanda-tanda yang sama. Sampai saat ini strategi yang efektif dan cost-effective masih terus dikembangkan untuk menegakkan diagnosis gagal jantung secara obyektif melalui pemeriksaan laboratorium pada penderita yang telah memiliki penyakit atau pada penderita yang memiliki risiko untuk terjadi gagal jantung. Diharapkan dengan strategi yang tepat memungkinkan klinisi memberikan terapi awal, mencegah atau paling tidak memperlambat terjadinya gagal jantung.

TINJAUAN PUSTAKADefinisiGagal jantung secara klasik dianggap sinonim dengan disfungsi pompa ventrikel kiri, biasanya bersifat progresif, berakhir dengan dilatasi, dinding tipis dan kontraktilitas yang buruk. Saat ini pengertian gagal jantung makin diperluas bukan hanya sebatas mekanisme pada jantung tetapi juga pada jalur-jalur yang mengakibatkan performa jantung menjadi abnormal. Sindrom klinis yang tampak merupakan manifestasi dari patofisiologi gagal jantung, yang meliputi interaksi yang kompleks antara sirkulasi, neurohormonal, dan kelainan molekuler (Supriyatno, 2009)Gagal jantung didefinisikan sebagai keadaan patologis dimana jantung tidak mampu memompa darah cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolic tubuh (Fred, 1996). Gagal jantung pada bayi dan anak merupakan suatu sindrom klinis yang ditandai oleh miokardium tidak mampu memompa darah ke seluruh tubuh untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh termasuk kebutuhan untuk pertumbuhan (Pusponegoro, 2004).

EtiologiDalam hubungan yang luas ada dua faktor penyebab gagal jantung: (Fred, 1996)1. Faktor mekanik (kelainan struktur jantung); kondisi miokardium normal, akan tetapi gangguan dari beban kerja yang berlebihan, biasanya kelebihan beban volume (preload) atau tekanan (afterload) akibat PJB atau didapat.2. Faktor miokardium yaitu kelainan otot jantung sendiri atau insufisiensi miokardium, misalnya:a. Radang atau intoksikasi otot jantung pada penderita demam reumatik atau difteri.b. Otot jantung kurang makanan, seperti pada anemia berat.c. Perubahan-perubahan patologis dalam struktur jantung, misal kardiomiopati.Pada masa perinatal dan bayi, gagal jantung lebih sering disebabkan oleh cacat struktural, sedang pada anak yang lebih tua penyakit struktural atau miokardum dapat ditemukan (Fred, 1996)

Etiologi Gagal Jantung pada JaninDengan adanya ekokardiografi, gagal jantung telah makin dikenali pada janin sebagai hidrops. Sementara sebelumnya penyebab yang paling sering adalah anemia hemolisis dari penyakit Rh, transfusi janin/ ibu atau anemia hipoplastik, baru-baru ini gagal jantung ternyata terkait dengan aritmia jantung. Sebab-sebab lain gagal jantung dalam uterus meliputi insufisiensi katup semilunar atau katup atrioventrikuler masif (kadang-kadang ditemukan pada janin dengan penyakit kanal atrioventrikuler komplit atau penyakit ebstein), fistula arteriovenous besar sistemik, penutupan foramen ovale premature, atau penyakit radang miokardium. (Fred, 1996)Tabel 1. Etiologi Gagal Jantung dalam Kandungan (Bernstein, 2003)Anemia

Hemolitik akibat sensitisasi RHTransfusi ibu janinAnemia hipoplastikAnemia akibat parvovirus B-19

Aritmia

Takikardi supraventrikularFlutter atriumFibrilasi atriumTakikardi ventrikelBlokade jantung total

Beban volume berlebih (volume overload)

Regurgitasi katup atrioventrikular pada kanal AVRegurgitasi trikuspidal pada penyakit EbsteinFistula arteriovenosa

Miokarditis

Etiologi Gagal Jantung Masa NeonatalDisfungsi miokardium pada masa neonatal relatif jarang dan hampir selalu dihubungkan dengan masalah-masalah perinatal lain seperti asfiksia, sepsis, hipoglikemi, atau cedera sistem organ lain. Pastilah ini karena sistem sirkulasi normal diperlukan dalam uterus sesudah tebal embrio tiga atau empat sel, abnormalitas berarti yang menghalangi kecukupan perfusi jaringan pada kehidupan janin berakibat aborsi spontan trimester pertama (Fred, 1996). Masalah-masalah struktural, yang tersembunyi dalam kandungan sementara sistem sirkulasi tersusun pararel dengan tahanan pulmonal yang tinggi, dapat menyebabkan kesukaran hemodinamik ketika duktus arteriosus menutup dan tahanan vaskular paru-paru turun. Gejala gagal jantung akibat meningkatnya tekanan jantung kiri pada neonatus, biasanya akibat stenosis aorta atau koarktasio aorta, akan tampak pada minggu pertama atau kedua. Sedangkan pada peningkatan tekanan berlebihan (pressure overload) pada jantung kanan biasanya penderita akan tampak sianosis akan tetapi tidak memperlihatkan gejala gagal jantung, karena foramen ovale paten menyebabkan berkurangnya tekanan jantung kanan akibat shunt (pirau) dari kanan ke kiri (Fred, 1996).Pada kehidupan minggu pertama dan kedua, tahanan vaskular paru-paru tinggi sehingga anak dengan hubungan sisi jantung kiri dan kanan biasanya tidak timbul gagal jantung. Namun pada minggu ketiga dan keempat, tahanan vaskular paru-paru telah cukup menurun sehingga L-R shunt (pirau dari kiri kekanan) yang nyata pada setinggi ventrikel atau pembuluh darah besar (misalnya duktusarteriosus paten, jendela aorta pulmonal atau trunkus arteriosus), atau pada setinggi ventrikel (misalnya defek sekat ventrikel, ventrikel tunggal, kanal atrioventrikular komplet), akan menyebabkan gagal jantung. Pada fistula arteriovenosa sistemik (biasanya di kepala dan hati) menimbulkan lesi beban volume berlebih dan dapat ditemukan gagal jantung sebelum masa perinatal karena tidak tergantung tahanan vaskular pulmonal.Variasi kelainan frekuensi jantung dapat juga menimbulkan gagal jantung, ketika frekuensi jantung terlalu cepat (takikardia supraventrikular paroksismal, flutter atrium, atau fibrilasi atrium), atau bila frekuensi terlalu rendah (blockade jantung kongental total). Kadang-kadang kelainan hematologis dapat menyebabkan gagal sirkulasi, anemia berat dapat menyebabkan gagal jantung curah tinggi, dan polisitemia yang berat dapat menyebabkan sindrom hiperviskositas.Tabel 2. Etiologi Gagal Jantung pada NeonatusDisfungsi Miokardium

AsfiksiaSepsisHipoglikemiaMiokarditis

Beban tekanan berlebih (pressure overload)

Stenosis aortaKoarktasio aortaSindrom hipoplastik Jantung kiri

Beban volume berlebih (volume overload)

Pirau setinggi pembuluh darah besarDuktus arteriosus patenTrunkus arteriosusJendela aorta pulmonalPirau setinggi ventrikelDefek sekat ventrikelVentrikel tunggal tanpa sianosis pulmonalKanal atrioventrikularFistula arteriovenosus

Takiaritmia

Takikardia supraventrikularFlutter atriumFibrilasi atrium

Bradiaritmia

Blokade jantung total congenital

Etiologi Gagal Jantung Masa BayiSelama masa bayi gagal jantung biasanya disebabkan oleh masalah struktural, walaupun kelainan pada otot jantung kadang-kadang ditemukan. Pada umur empat minggu tahanan vaskular paru-paru biasanya sangat menurun, dan hubungan antara sirkulasi sistemik dan pulmonal, jika cukup besar, sering menyebabkan gagal jantung. Lesi beban volume berlebih dengan pirau dari kiri-ke kanan pada setinggi pembuluh darah besar (duktus arteriosus paten, trunkus arteriosus, atau jendela aorta pulmonal) menjadi bergejala pada umur ini. Gagal jantung dapat juga ditemukan pada anak dengan defek sekat ventrikel (VSD) besar sebagai lesi satu-satunya atau bersama dengan penyakit jantung yang lebih rumit, seperti transposisi arteri-arteri besar atau artresia trikuspidal. biasanya pirau setinggi atrium tidak menimbulkan gagal jantung, tetapi anomali muara vena balik pulmonal sering menimbulkan gagal jantung (Fred, 1996)Kelainan otot jantung yang ditemukan pada masa bayi meliputi fibroelastosis endokardial, penyakit glycogen storage tipe Pompe, miokarditis radang, kalsinosis koronaria, atau kadang-kadang anomali permulaan arteria koronaria kiri dari arteria pulmonalis dengan iskemia miokardium. Kardiomiopati metabolik, terutama defisiensi karnitin sistemik, kadang-kadang dapat ditemukan.Penyebab gagal jantung lain yang kurang sering selama masa bayi meliputi gagal ginjal, hipertensi sistemik, hipotiroidisme, penyakit Kawasaki dan kadang-kadang sepsis yang menumpangi.Tabel 3. Etiologi Gagal Jantung Pada BayiBeban volume berlebih

Pirau setinggi pembuluh darah besarDuktus arteriosus patenTrunkus arteriosusJendela aorta pulmonalPirau setinggi ventrikelVSDVSD dengan transposisiVSD dengan atresia trikuspidalVentrikel tunggalPirau setinggi atriumAnomali total muara vena pulmonalis

Kelainan otot jantung

Gagal jantung sekunder

Penyakit ginjalHipertensiHipotirodismeSepsis

Etiologi Gagal Jantung Masa Anak-anakPada awal pertengahan masa anak-anak kebanyakan dari cacat congenital telah mengalami perbaikan atau diringankan (palliated). Namun gagal jantung dapat ditemukan dengan makin bertambahnya regurgitasi katup atrioventrikular pada anak-anak dengan kanal atrioventrikular komplit atau sebagai akibat dari prosedur paliatif seperti pirau besar arteri sistemik ke pulmonal. Penyakit jantung didapat, seperti demam reumatik, miokarditis virus atau endokarditis bacterial dapat menimbulkan gagal jantung meliputi hipertensi akut (biasanya akibat glomerulonefritis), tirotoksikosis, toksisitas terapi kanker (termasuk radiasi atau doksorubisin (adriamycin)), anemia sel sabit, atau kor-pulmonal akibat fibrosiskistik (Fred, 1996).Tabel 4. Etiologi Gagal Jantung Pada Masa Anak-anakPenyakit jantung congenital yang diperingan (palliated)

Regurgitasi katup atrioventrikular

Demam reumatik

Miokarditis virus

Endokarditis bacterial

Sebab-sebab Sekunder

Hipertensi akibat glomerulonefritisTirotoksikosisKardiomiopati doksosrubisin (adriamycin)Anemia sel sabitKormulmonale akibat kistik fibrosis

PatofisiologiIsi sekuncup jantung normal pada anak kurang lebih antara 50-70 cc. Jumlah ini pada ventrikel kanan maupun ventrikel kiri harus sama. Curah jantung adalah jumlah darah yang dikeluarkan oleh satu ventrikel selama satu menit. Pada anak berkisar antara 3-51 menit per m2 luas tubuh. Transport oksigen sistemik (TOS) dihitung sebagai hasil kali curah jantung dan kadar oksigen sistemik. Curah jantung dapat dihitung sebagai hasil kali frekuensi jantung dan volume sekuncup (FJ x VS). Penentu utama volume sekuncup adalah beban pasca (beban tekanan), prabeban (beban volume) dan kontraktilitas (fungsi miokardium intrinsik).

Gagal Jantung KananJantung kanan yang telah lemah, tidak kuat lagi memindahkan darah yang cukup banyak dari susunan pembuluh darah venosa (vena kava, atrium, dan ventrikel kanan) ke susunan pembuluh darah arteriosa (arteri pulmonalis). Oleh karena itu, darah akan tertimbun di dalam ventrikel kanan, atrium kanan, dan di dalam vena kava sehingga desakan darah dalam atrium kanan dan vena tersebut meninggi. Makin tinggi desakan darah dalam vena, vena makin mengembang (dilatasi) (Wahab, 2003).Dalam praktik, desakan venosa yang meninggi ini dapat dilihat pada vena jugularis eksterna. Penimbunan darah venosa sistemik akan menyebabkan pembengkakan hepar atau hepatomegali. Pada gagal jantung yang sangat, pinggir bawah hati dapat mencapai umbilikus. Hati yang membengkak ini konsistensinya keras, permukaannya licin, dan sering sakit tekan terutama pada linea mediana. Hepatomegali merupakan suatu gejala yang penting sekali pada gagal jantung kanan.Timbunan darah venosa pada vena-vena di bagian bawah badan akan menyebabkan terjadinya udem. Mula-mula udem timbul pada tempat mata kaki (pada anak yang sudah berdiri), jadi pada tempat terendah, karena meningginya tekanan hidrostatis merupakan suatu faktor bagi timbulnya udem. Mula-mula, udem timbul hanya pada malam hari, waktu tidur, dan paginya udem menghilang. Pada stadium yang lebih lanjut, udem tetap ada pada waktu siang hari, dan udem tidak timbul pada mata kaki saja, tetapi dapat juga terjadi pada punggung kaki, paha, kulit perut, dan akhirnya pada lengan dan muka. Akibat selanjutnya dari timbunan darah ini adalah asites, dan asites ini sangat sering dijumpai pada anak yang menderita gagal jantung. Dapat juga terjadi hidrotoraks, meskipun pada anak agak jarang dijumpai. Bila hidrotoraks, terlalu banyak akan memperberat keadaan dispnea penderita.Adanya kelemahan jantung kanan mula-mula dikompensasi dengan dilatasi dinding jantung kanan, terutama dinding ventrikel kanan. Adanya dilatasi dinding ventrikel akan menambah keregangan miokardium sehingga akan memperkuat sistole yang berakibat penambahan curah jantung. Adanya dilatasi dan juga sedikit hipertrofi jantung akan menyebabkan pembesaran jantung atau disebut kardiomegali.Upaya penambahan curah jantung karena kelemahan juga dilakukan dengan menaikkan frekuensi jantung (takikardi). Pada akhirnya kelemahan jantung kanan ini tidak dapat dikompensasi lagi, sehingga darah yang masuk kedalam paru akan berkurang dan ini tentunya akan merangsang paru untukbernapas lebih cepat guna mengimbangi kebutuhan oksigen, akibatnya terjadi takipnea.

Gagal Jantung KiriJika darah dari atrium kiri untuk masuk ke ventrikel kiri pada waktu diastole mengalami hambatan akan menyebabkan tekanan pada atrium meninggi sehingga atrium kiri mengalami sedikit dilatasi. Makin lama dilatasi ini semakin berat sehingga atrium kiri, disamping dilatasi juga mengalami hipertrofi karena otot atrium ini terus menerus harus mendorong darah yang lebih banyak dengan hambatan yang makin besar. Oleh karena dinding atrium tipis, dalam waktu yang relatif singkat otot atrium kiri tidak lagi dapat memenuhi kewajibannya untuk mengosongkan atrium kiri. Menurut pengukuran, tekanan ini mencapai 24-34 mmHg, padahal tekanan normal hanya 6 mmHg atau ketika ventrikel kiri tidak mampu memompa darah ke aorta (karena kelemahan ventrikel kiri), darah tertumpuk di ventrikel kiri, akibatnya darah dari atrium kiri tidak tertampung di ventrikel kiri, kemudian makin lama makin memenuhi vena pulmonalis dan akhirnya terjadi udem pulmonum (Wahab, 2003).Pengosongan atrium kiri yang tidak sempurna ini ditambah meningginya tekanan didalamnya, menyebabkan aliran di dalamnya, menyebabkan aliran darah dari paru ke dalam atrium kiri terganggu atau terbendung. Akibatnya tekanan dalam vv.pulmonales meninggi, dan ini juga akan menjalar ke dalam kapiler di dalam paru, ke dalam arteri pulmonalis dan akhirnya ke dalam ventrikel kanan.Akhirnya atrium kiri makin tidak mampu mengosongkan darah, bendungan dalam paru semakin berat, terjadilah kongesti paru. Akibatnya, ruangan di dalam paru yang disediakan untuk udara, berkurang dan terjadilah suatu gejala sesak napas pada waktu bekerja (dyspnoe deffort). Disini, ventrikel kanan masih kuat sehingga dorongan darah dari ventrikel kanan tetap besar, sedangkan atrium kiri tetap tidak mampu menyalurkan darah, akibatnya bendungan paru semakin berat sehingga akan terjadi sesak napas meskipun dalam keadaan istirahat (orthopnea). Pada anak, adanya kongesti paru ini akan memudahkan terjadinya bronkitis sehingga anak sering batuk-batuk. Darah yang banyak tertimbun dalam ventrikel kanan menyebabkan ventrikel kanan dilatasi, kemudian diikuti dengan hipertrofi, yang akibatnya akan terjadi kardiomegali. Dalam rangka memperbesar curah jantung, selain jantung memperkuat sistol karena adanya keregangan otot berlebihan, jantung juga bekerja lebih cepat, artinya frekuensi naik. Dengan demikian, terjadi takikardi. Oleh karena yang lemah adalah atrium kiri dan atau ventrikel kiri maka disebut gagal jantung kiri.

Gagal Jantung Kanan KiriPada umumnya gagal jantung pada anak adalah gagal jantung kanan atau kombinasi kanan dan kiri, dan jarang terjadi gagal jantung kiri yang berdiri sendiri. Secara klinis hal ini tampak sebagai suatu keadaan dimana penderita sesak nafas disertai gejala-gejala bendungan cairan di vena jugularis, hepatomegali, splenomegali, asites dan edema perifer. Bila curah jantung karena suatu keadaan menjadi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolism tubuh, maka jantung akan memakai mekanisme kompensasi. Mekanisme kompensasi inin sebenarnya sudah dan selalu dipakai untuk mengatasi beban kerja atau pun pada saat menderita sakit. Bila mekanisme ini telah secara maksimal digunakan dan curah jantung tetap tidak cukup maka barulah timbul gejala gagal jantung.

Gambar 1. Patofisiologi gagal jantung

Mekanisme kompensasi ini terdiri dari beberapa macam : a. Mekanisme Frank StarlingJantung dipandang sebagai pompa dengan curah yang sebanding dengan volume pengisian dan berbanding terbalik dengan tahanan yang melawan pompannya. Gagal jantung akibat penurunan kontraktilitas ventrikel kiri menyebabkan pergeseran kurva penampilan ventrikel ke bawah. Karena itu pada setiap awal beban isi sekuncup menurun dibandingkan normal dan setiap kenaikan isi sekuncup pada gagal jantung menuntut kenaikan volume akhir diastolic lebih tinggi daripada normal. Penurunan isi sekuncup mengakibatkan pengosongan ruang yang tidak sempurna sewaktu jantung berkontraksi sehingga volume darah yang menumpuk dalam ventrikel semasa diastole lebih tinggi dibandingkan normal. Hal ini bekerja sebagai mekanisme kompensasi karena kenaikan beban awal, merangsang isi sekuncup yang lebih besar pada kontraksi berikutnya, yang membantu mengosongkan ventrikel kiri yang membesar (Sitompul, 2004).Ketika volume akhir diastolic ventrikel naik, jantung sehat akan menaikkan curah jantung sampai maksimum dan curah jantung tidak dapat diperbesar lagi (sesuai dengan hukum Frank Sterling, gambar 1.1). Kenaikan volume sekuncup yang dicapai dengan cara ini disebabkan oleh regangan serabut-serabut miokardium, dan menaikkan tegangan dinding juga, dan menaikkan konsumsi oksigen miokardium. Jantung yang berfungsi di bawah pengaruh berbagai jenis stress akan berfungsi sepanjang kurva Frank-Sterling yang berbeda. Otot jantung dengan kontraktilitas intrinsik yang terganggu akan memerlukan derajat dilatasi yang lebih besar untuk menghasilkan kenaikan volume sekuncup dan tidak akan mencapai curah jantung maksimal sama seperti miokardium normal. Jika rongga jantung dilatasi karena lesi yang menyebabkan kenaikan pra beban (preload) hanya akan ada sedikit ruangan untuk dilatasi dan memperbesar curah jantung selanjutnya. Sedangkan apabila ada lesi yang mengakibatkan kenaikan pasca beban (afterload) terhadap ventrikel (stenosis aorta atau pulmonal) akan mengurangi kinerja jantung, sehingga menyebabkan hubungan frank sterling tertekan. Kemampuan jantung imatur untuk menaikkan curah jantung dalam responnya terhadap kenaikan prabeban agak kurang daripada kemampuan jantung dewasa (matur). Dengan demikian bayi premature akan lebih terganggu oleh shunt setinggi duktus dari kiri ke kanan daripada bayi yang cukup bulan (Berman, 2004)

Gambar 2. Mekanisme Frank Sterling

b. Pertumbuhan hipertrofi ventrikelPada gagal jantung, stress pada dinding ventrikel bisa meningkat, baik akibat dilatasi atau beban akhir yang tinggi (stenosis aorta). Peninggian stress terhadap dinding ventrikel yang terus menerus merangsang pertumbuhan hipertrofi ventrikel dan kenaikan massa ventrikel. Peningkatan ketebalan dinding ventrikel adalah suatu mekanisme kompensasi yang berfungsi untuk mengurangi stress dinding dan peningkatan massa serabut otot membantu memelihara kekuatan kontraksi ventrikel. Meskipun demikian, mekanisme kompensasi ini harus diikuti oleh tekanan diastolic ventrikel yang lebih tinggi dari normal, dengan demikian tekanan atrium kiri juga meningkat akibat peninggian kekakuan dinding yang mengalami hipertrofi (Sitompul, 2004)c. Aktifasi neurohormonalPerangsangan neurohormonal merupakan mekanisme kompensasi yang mencakup system syaraf adrenergic, system rennin-angiotensin, peningkatan produksi hormone antidiuretik, semua sebagai jawaban terhadap penurunan curah jantung. Semua mekanisme ini berguna untuk meningkatkan tahanan pembuluh sistemik, sehingga mengurangi setiap penurunan darah. Selanjutnya semua ini menyebabkan retensi garam dan air, yang pada awalnya bermanfaat meningkatkan volume intravascular dan beban awal ventrikel kiri sehingga memaksimalkan isi sekuncup melalui mekanisme Frank Sterling. System saraf adrenergic Penurunan curah jantung pada gagal jantung dirasakan oleh reseptor-reseptor di sinus karotikus dan arkus aorta sebagai suatu penurunan perfusi. Sebagai akibatnya arus simpatis ke jantung meningkat dan tonus parasimpatis berkurang. Ada 3 hal yang segera terjadi : peningkatan laju debar jantung, peningkatan kontraktilitas ventrikel dan vasokontriksi akibat stimulasi reseptor alfa pada vena dan arteri sistemik. System Renin AngiotensinRangsang untuk mensekresi renin dari sel-sel jukstagolemular mencakup : penurunan perfusi arteri renalis , rangsang langsung terhadap reseptor-reseptor jukstaglomerular oleh system saraf adrenergic yang teraktifasi. Rennin bekerja pada angiotensin I yang kemudian dengan cepat diubah menjadi angiotensin II oleh enzim pengubah angiotensin (ACE). Peningkatan kadar angiotensin II berperan meningkatkan tahanan perifer total dan memelihara tekanan darah sistemik. Angiotensin II juga bekerja meningkatkan volume intravascular melalui dua mekanisme yaitu di hipotalamus merangsang rasa haus dan akibatnya meningkatkan pemasukan cairan dan bekerja pada korteks adrenal untuk meningkatkan sekresi aldosteron. Kenaikan volume intravascular lalu meningkatkan beban awal dan karenannya meningkatkan curah jantung melalui mekanisme Frank Sterling. Hormon antidiuretikPada gagal jantung, sekresi hormone ini meningkat oleh kelenjar hipofisis posterior akibat rangsang terhadap baroreseptor di arteri dan atrium kiri, serta oleh kadar angiotensin II yang meningkat dalam sirkulasi. Hormone antidiuretik berperan meningkatkan volume intravaskuler karena ia meningkatkan retensi cairan melalui nefron distal. Kenaikan cairan intravaskuler inilah yang meningkatkan beban awal ventrikel kiri dan curah jantung.

Gambar 3 mekanisme kompensasi

Meskipun ketiga mekanisme kompensasi ini pada awalnya bermanfaat, pada akhirnya membuat keadaan menjadi buruk. Oleh karena itu dengan terapi obat-obatan sering diseuaikan untuk memperlunak mekanisme kompensasi neurohormonal.

KlasifikasiAda empat parameter yang dapat digunakan untuk klasfikasi gagal jantung yaitu:1. Fungsi miokardium2. Kapasitas fungsional; kemampuan untuk mempertahankan aktivitas harian dan kapasitas latihan maksimal.3. Outcome fungsional (mortalitas, kebutuhan untuk transplantasi)4. Derajat aktivasi mekanisme kompensasi (contohnya respon neurohormonal)

Tabel 5. Klasifikasi Ross untuk gagal jantung pada bayi sesuai NYHA

Kelas I Tidak ada gejala atau pembatasan fisik

Kelas II takipneu ringan atau bayi saat minum tampak berkeringat. Pada anak yang lebih besar tampak sesak bila beraktivitas. Tidak ada gagal tumbuh

Kelas III takipneu tampak jelas atau tampak berkeringat saat minum ataupun aktivitas. Waktu minum menjadi lebih lama. Gagal tumbuh akibat gagal jantung

Kelas IV saat istirahat tampak takipneu, retraksi atau berkeringat

Klasifikasi untuk anak tidak mudah dibuat karena luasnya kelompok umur dengan variasi angka normal untuk laju nafas dan laju jantung, rentang kemampuan kapasitas latihan yang lebar (mulai dari kemampuan minum ASI sampai kemampuan mengendarai sepeda), dan variasi etiologi yang berbeda pula. Ross dkk tahun 1922 mempublikasikan sistem skor untuk mengklasifikasikan gagal jantung secara klinis pada bayi (Tabel 6). Skor Ross ini disejajarkan dengan klasifikasi New York Heart Association (NYHA) (Tabel 5) dapat memberikan gambaran yang lebih rinci oleh karena peningkatan derajat beratnya gagal jantung sesuai dengan peningkatan kadar norepinefrin plasma dan kadar ini akan menurun setelah dilakukan koreksi ataupun setelah pemberian obat anti gagal jantung (Guyton, 2006).

Tabel 6. Sistem skor Ross untuk gagal jantung pada bayi0 poin1 poin 2 poin

Volume sekali minum (cc)>11575-115