48
BAB I PENDAHULUAN Alam perasaan seseorang dapat berubah-ubah sesuai situasi dan kondisi tertentu yang dialaminya.Suasana alam perasaan seseorang mungkin normal, meninggi atau bahkan terdepresi. Orang normal dapat mengalami berbagai macam suasana perasaan dan memiliki ekspresi afektif yang sama luasnya; mereka mampu mengendalikan suasana perasaan dan afeknya. Lain halnya dengan seseorang yang mengalami gangguan pada alam perasaannya. Gangguan alam perasaan adalah suatu kondisi klinis yang ditandai oleh hilangnya kendali perasaan akibat pengalaman subjektif yang berhubungan dengan penderitaan berat.Pasien dengan suasana perasaan yang meninggi yaitu mania, menunjukkan sikap meluap-luap, gagasan yang meloncat-loncat (flight of ideas), penurunan kebutuhan tidur, peninggian harga diri, dan gagasan kebesaran.Pasien dengan suasana perasaan terdepresi (yaitu depresi) merasakan hilangnya energi dan minat, perasaan bersalah, kesulitan berkonsentrasi, hilangnya nafsu makan dan fikiran tentang kematian atau bunuh diri. Tanda dan gejala lain dari gangguan susana perasaan adalah perubahan tingkat aktivitas, kemampuan kognitif, pembicaraan dan fungsi vegetatif (seperti tidur, nafsu makan, aktivitas seksual dan irama biologis lainnya). Perubahan tersebut hampir selalu menyebabkan gangguan fungsi interpersonal, sosial, dan pekerjaan.

Referat Anya

Embed Size (px)

DESCRIPTION

yj

Citation preview

Page 1: Referat Anya

BAB I

PENDAHULUAN

Alam perasaan seseorang dapat berubah-ubah sesuai situasi dan kondisi tertentu yang

dialaminya.Suasana alam perasaan seseorang mungkin normal, meninggi atau bahkan terdepresi.

Orang normal dapat mengalami berbagai macam suasana perasaan dan memiliki ekspresi afektif

yang sama luasnya; mereka mampu mengendalikan suasana perasaan dan afeknya. Lain halnya

dengan seseorang yang mengalami gangguan pada alam perasaannya.

Gangguan alam perasaan adalah suatu kondisi klinis yang ditandai oleh hilangnya kendali

perasaan akibat pengalaman subjektif yang berhubungan dengan penderitaan berat.Pasien dengan

suasana perasaan yang meninggi yaitu mania, menunjukkan sikap meluap-luap, gagasan yang

meloncat-loncat (flight of ideas), penurunan kebutuhan tidur, peninggian harga diri, dan gagasan

kebesaran.Pasien dengan suasana perasaan terdepresi (yaitu depresi) merasakan hilangnya energi

dan minat, perasaan bersalah, kesulitan berkonsentrasi, hilangnya nafsu makan dan fikiran

tentang kematian atau bunuh diri.

Tanda dan gejala lain dari gangguan susana perasaan adalah perubahan tingkat aktivitas,

kemampuan kognitif, pembicaraan dan fungsi vegetatif (seperti tidur, nafsu makan, aktivitas

seksual dan irama biologis lainnya). Perubahan tersebut hampir selalu menyebabkan gangguan

fungsi interpersonal, sosial, dan pekerjaan.

Sekelompok penyakit yang bervariasi antara berat dan gejala utamanya adalah perubahan mood

yang secara periodik berganti-ganti antara mania dan depresi, biasanya diikuti oleh gejala-gejala

lain yang khas.Gangguan ini dikenal sebagai gangguan afektif bipolar.

Page 2: Referat Anya

BAB II

ISI

DEFINISI

Gangguan bipolar merupakan gangguan jiwa yang bersifat episodik dan ditandai oleh

gejala-gejala manic, hipomanik, depresi, dan campuran, biasanya rekuren serta dapat

berlangsung seumur hidup.Setiap episode dipisahkan sekurangnya dua bulan tanpa gejala

penting mania atau hipomania.Tetapi pada beberapa individu, gejala depresi dan mania dapat

bergantian secara cepat, yang dikenal dengan rapid cycling.Episode mania yang ekstrim dapat

menunjukkan gejala-gejala psikotik seperti waham dan halusinasi.

ETIOLOGI

Penyebab gangguan bipolar multifaktor.Secara biologis dikaitkan dengan faktor genetik

dan gangguan neurotransmiter di otak.Secara psikososial dikaitkan dengan pola asuh masa

kanak-kanak, stress yang menyakitkan, stress kehidupan yang berat dan berkepanjangan, dan

banyak lagi faktor lainnya.

Faktor Genetik

Penelitian keluarga telah menemukan bahwa kemungkinan menderita suatu gangguan

mood menurun saat derajat hubungan kekeluargaan melebar.Penurunan gangguan bipolar juga

ditunjukkan oleh fakta bahwa kira-kira 50 persen pasien gangguan bipolar memiliki sekurangnya

satu orangtua dengan suatu gangguan mood, paling sering gangguan depresif berat.Jika satu

orangtua menderita gangguan bipolar, terdapat kemungkinan 25 persen bahwa anaknya

menderita suatu gangguan mood.Jika kedua orangtua menderita gangguan bipolar, terdapat

kemungkinan 50-75 persen anaknya menderita gangguan mood.

Beberapa studi berhasil membuktikan keterkaitan antara Gangguan bipolar dengan

kromosom 18 dan 22, namun masih belum dapat diselidiki lokus mana dari kromosom tersebut

yang benar-benar terlibat.

Page 3: Referat Anya

Sejak ditemukannya beberapa obat yang berhasil meringankan gejala bipolar, peneliti

mulai menduga adanya hubungan neurotransmitter dengan Gangguan bipolar.Neurotransmitter

tersebut adalah dopamine, serotonin, noradrenalin. Gen-gen yang berhubungan dengan

neurotransmitter tersebut pun mulai diteliti seperti gen yang mengkode monoamine oksidase A

(MAOA), tirosin hidroksilase, cathecol-ometiltransferase (COMT), dan serotonin transporter

(5HTT).

Faktor Biologis

Kelainan di otak juga dianggap dapat menjadi penyebab penyakit ini.Terdapat perbedaan

gambaran otak antara kelompok sehat dengan penderita bipolar.Melalui pencitraan magnetic

resonance imaging (MRI) dan positron-emission tomography (PET), didapatkan jumlah

substansia nigra dan aliran darah yang berkurang pada korteks prefrontal subgenual.Tak hanya

itu, Blumberg dkk pun menemukan volume yang kecil pada amygdale dan hippocampus.Korteks

prefrontal, amygdale, dan hippocampus merupakan bagian dari otak yang terlibat dalam respon

emosi (mood dan afek).

Penelitian lain menunjukkan ekspresi oligodendrosit-myelin berkurang pada otak

penderita bipolar. Seperti diketahui, oligodendrosit menghasilkan membran myelin yang

membungkus akson sehingga mampu mempercepat hantaran konduksi antar saraf.Bila jumlah

oligodendrosit berkurang, maka dapat dipastikan komunikasi antar saraf tidak berjalan lancar.

Faktor Lingkungan

Penelitian telah membuktikan faktor lingkungan memegang peranan penting dalam

Gangguan perkembangan bipolar. Faktor lingkungan yang sangat berperan pada kehidupan

psikososial dari pasien dapat menyebabkan stress yang dipicu oleh faktor lingkungan. Stress

yang menyertai episode pertama dari gangguan bipolar dapat menyebabkan perubahan biologik

otak yang bertahan lama. Perubahan bertahan lama tersebut dapat menyebabkan perubahan

keadaan fungsional berbagai neurotransmitter dan sistem pemberian signal

intraneuronal.Perubahan mungkin termasuk hilangnya neuron dan penurunan besar dalam kontak

sinaptik.Hasil akhir perubahan tersebut adalah menyebabkan seseorang berada pada resiko yang

lebih tinggi untuk menderita Gangguan mood selanjutnya, bahkan tanpa adanya stressor

eksternal.

Page 4: Referat Anya

EPIDEMIOLOGI

Gangguan bipolar adalah gangguan yang lebih jarang dibandingkan dengan gangguan

depresif berat. Prevalensi gangguan bipolar di Indonesia hanya sekitar 2% sama dengan

prevalensi skizofrenia. Prevalensi antara laki-laki dan wanita sama besar. Onset gangguan

bipolar adalah dari masa anak-anak (usia 5-6 tahun) sampai 50 tahun atau lebih. Rata-rata usia

yang terkena adalah usia 30 tahun. Gangguan bipolar cenderung mengenai semua ras.

PATOFISIOLOGI

Patofisiologi gangguan bipolar belum diketahui dan tidak ada tanda-tanda biologis yang

ditemukan yang berhubungan pasti dengan keadaan penyakit.Studi saudara kembar, studi

keluarga, dan studi adopsi menunjukan bahwa gangguan bipolar merupakan gangguan

genetik.Bahkan, keluarga tingkat pertama dari orang dengan gangguan bipolar memiliki

kemungkinan 7 kali lipat untuk mendapatkan gangguan bipolar.

Seri pertama dari genome-wide association studies (GWAS) untuk gangguan bipolar yang

diterbitkan pada tahun 2007 dan 2008 dan analisi kolaborasi dari 3 penelitian terakhir

memberikan support untuk 2 gen tertentu yaitu ANK3 (ankyrin G) and CACNA1C (alpha 1C

subunit of the L-type voltage-gated calcium channel) dalam sampel 4387 kasus dan 6209

kontrol.ANK 3 adalah suatu protein adaptor yang ditemukan pada segmen awal akson yang

mengatur tegangan pada chanel natrium. ANK 3 dan subunit chanel kalsium diturunkan ke

dalam mouse brain yang merespon litium yang merupakan indikasi mekanisme pengobatan yang

sangat efektif untuk pengobatan gangguan bipolar.

Bukti lebih lanjut untuk hubungan gangguan bipolar dengan CACNA1C telah dilaporkan

pada tahun 2011 dalam sejumlah sampel.CACNAIC pada kromosom 12, mengkodekan subunit

α dari tegangan tipe L-chanel ion kalsium yang ditemukan di otak. Channel kalsium tipe L

inhibitor telah digunakan untuk mengobati gangguan bipolar dan ada juga yang berspekulasi

bahwa setidaknya beberapa mood stabilizers dapat memediasi efeknya melalui pengaturan

channel kalsium pada penyakit bipolar.

Penghambatan litium juga dimediasi oleh G3K3β yang diperkirakan menghasilkan

penurunan molekul yang melibatkan kematian sel dan peningkatan factor neuroprotektif.Selain

Page 5: Referat Anya

itu, GSK3β adalah pengatur utama dari mekanisme sirkadian dan juga merupakan pengatur

mediasi litium yang dianggap sebagai komponen penting dari efek pengobatan litium.

Penelitian tentang gangguan bipolar menemukan adanya mutasi negative pada gen clock

yang biasanya berkontribusi terhadap periode sirkadian dalam hasil manusia meniru prilaku

manik pada tikus. Perilaku manic tersebut adalah hiperaktif, sulit tidur, kecemasan berkurang,

dan lan-lain.Daerah bagian ventral dari otak kaya akan reseptor dopamine.Joseph Coyle

berhipotesis bahwa keberhasilan obat antipsikotik atipikal pada manik akut disebabkan karena

menurunnya aktivitas neuron pada daerah ventral otak.

Studi ekspresi gen merupakan salah satu cara untuk mengukur aktivitas dari gen. Hal ini

telah terbukti berguna untuk menjelaskan patofisiologi gangguan kejiwaan termasuk gangguan

bipolar. Contoh, studi yang membandingkan area tertentu pada jaringan otak post mortem dari

orang dengan gangguan bipolar dengan jaringan otak control (tanpa adanya gangguan bipolar)

secara konsisten menunjukkan bahwa tingkat ekspresi oligodendrit tampaknya menurun pada

jaringan otak dengan gangguan bipolar.

Oligodendrit menghasilkan membrane myelin yang membungkus dan melindungi akson

untuk menghantarkan impuls saraf di otak. Oleh karena itu, hilangnya myelin diperkirakan dapat

mengganggu hubungan antara neuron yang mengarah ke beberapa gangguan pikiran seperti

gangguan bipolar dan penyakit terkait.4 Studi pencitraan otak (brain imaging), orang dengan

gangguan bipolar juga menunjukkan mielinisasi yang abnormal pada beberapa daerah otak yang

berhubungan dengan penyakit ini. Studi neuroimaging structural menunjukkan adanya

mielinisasi yang abnormal pada beberapa daerah otak yang berhubungan dengan gangguan

bipolar.

Menariknya, studi ekspresi gen dan neuroimaging orang dengan skizofrenia dan depresi berat

juga menunjukkan kelainan myelin pada berbagai daerah otak yang menyebabkan adanya

gangguan mood dan psikosis.

Selain itu terdapat studi neuroimaging fungsional yang dilakukan untuk menentukan daerah

otak atau jaringan kortikal spesifik baik keadaan hipoaktif atau hiperaktif pada penyakit

tertentu.Contoh, sebuah metaanalisa oleh Houenou menemukan adanya penurunan aktivasi dan

pengurangan gray matter dalam jaringan otak kortikal yang telah dikaitkan dengan perubahan

Page 6: Referat Anya

emosi pada pasien dengan gangguan bipolar.Sebuah peningkatan aktivasi di ventral pada daerah

limbic mengatur pengalaman emosi dan respon emosional.Ini membuktikan bahwa perubahan

fungsional dan anatomi berhubungan dengan pengalaman dan perubahan emosi.

Sumber lain tentang patofisiologis gangguan bipolar berasal dari penelitian hewan. Sebagai

contoh, peneliti dapat mempelajari perubahan dalam ekspresi gen dengan diberikan induksi pada

otak tikus setelah pemberian obat farmakologis yang digunakan untuk mengobati gangguan

bipolar untuk melihat mekanisme kerja obat.Sebagai contoh, peneliti telah mendemonstrasikan 2

obat yang tidak berhubungan (litium dan valproate) yang digunakan untuk mengobati gangguan

bipolar baik peningkatan protein sitoprotektik Bcl-2 di korteks frontal dan hipokampus pada otak

tikus.

GEJALA KLINIS

Terdapat dua pola gejala dasar pada Gangguan bipolar yaitu, episode depresi dan episode mania

I. Episode depresi

a. Gambaran umum

Retardarsi psikomotor menyeluruh merupakan gejala yang paling lazim timbul walaupun

agitasi juga terlihat terutama pada pasien usia lanjut. Meremas-remas tangan dan menarik

rambut merupakan gejala yang sering pada agitasi.Umumnya pasien depresi memiliki

postur tubuh yang bungkuk, tidak ada gerakan spontan, serta tatapan mata menghindar

dengan memandang ke bawah.

b. Mood, afek, perasaan

Depresi merupakan kunci gejala walaupun 50% pasien menyangkal perasaan depresi

serta secara umum tidak tampak depresi.Anggota keluarga atau rekan kerja sering

membawa atau mengirim pasien ini untuk ditangani karena penarikan diri secara sosial

dan aktivitas umum yang berkurang.

c. Pembicaran

Banyak pasien depresi mengalami penurunan laju dan volume bicara.Mereka

memberikan jawaban terhadap pertanyaan yang hanya membutuhkan satu kata dan

tampak terlambat menjawab pertanyaan.

Page 7: Referat Anya

d. Gangguan persepsi

Pasien depresi dengan waham atau halusinasi dikatakan memiliki episode depresif berat

dengan gambaran psikotik.Bahkan bila tidak ditemukan waham atau halusinasi, beberapa

klinis menggunakan istilah depresi psikotik terhadap pasien yang secara umum

mengalami depresi seperti tidak bersuara, tidak mandi, membuang kotoran

sembarangan.Pasien tersebut lebih baik dijelaskan memiliki ciri katatonik.

e. Isi pikir

Pasien depresi umumnya memiliki pandangan negatif mengenai dunia dan diri mereka.Isi

pikiran mereka bisa mencakup pikiran yang berulang yang tidak bersifat waham

mengenai kehilangan, rasa bersalah, bunuh diri, dan kematian.Sekitar 10% pasien depresi

memiliki gejala gangguan pikiran yang nyata berupa blocking pikiran dan sangat miskin

isi pikir.

f. Sensorium dan kognisi

Orientasi

Hampir seluruh pasien depresi masih memiliki orientasi baik terhadap waktu, tempat,

orang, dan situasional walaupun beberapa pasien mungkin tidak memiliki cukup

energi atau minat untuk menjawab pertanyaan mengenai hal ini selama wawancara.

Memori

50-75% pasien depresi memiliki hendaya kognitif , kadang-kadang disebut sebagai

pseudo demensia depresif. Pasien ini sering mengeluh konsentrasi terganggu dan

mudah lupa.

Kontrol impuls

10-15% pasien depresi melakukan bunuh diri dan sekitar 2/3 pasien memiliki ide

bunuh diri. Pasien depresi dengan ciri psikotik sering berpikir untuk membunuh orang

lain sehubungan dengan wahamnya tetapi kebanyakan pasien depresi seringnya tidak

memiliki motivasi atau kekuatan untuk bertindak secara impulsive atau kasar. Pasien

dengan gangguan depresif berisiko lebih tinggi terhadap bunuh diri saat keadaan

mereka membaik dan memperoleh kembali energy yang dibutuhkan untuk melakukan

usaha bunuh diri.Antidepresan dalam jumlah besar kepada pasien depresi merupakan

tindakan klinis yang tidak bijak terutama obat trisiklik pada saat pasien dipulangkan

dari rumah sakit.

Page 8: Referat Anya

Daya nilai dan tilikan

Daya nilai pasien paling baik diperiksa dengan memperhatikan tindakan pasien di

masa lalu serta prilaku mereka saat wawancara.Tilikan pada pasien depresif terhadap

kelainan yang mereka alami biasanya berlebihan.Pasien melebih-lebihkan gejala,

gangguan, dan masalah hidup mereka.Sulit untuk meyakinkan pasien bahwa dapat

terjadi perbaikan.

Taraf dapat dipercaya

Dalam wawancara dan pembicaraan, pasien depresi melebih-lebihkan hal yang buruk

dan menutupi hal yang baik.Kesalahan klinis yang sering terjadi adalah begitu saja

mempercayai pasien yang mengaku bahwa pengobatan antidepresan sebelumnya

tidak berhasil.Penyampaian informasi yang membantu mungkin mustahil pada

seseorang dengan depresi.

II. Episode manik

a. Gambaran umum

Pasien manik tereksitasi, banyak bicara, kadang menghibur, dan seringnya

hiperaktif.Pada suatu waktu, mereka secara umum membutuhkan pengikatan dan

suntikan intramuscular obat sedative.

b. Mood, afek, perasaan

Pasien manik biasanya euphoria tetapi mereka mungkin juga iritabel khususnya ketika

muncul manik.Pasien ini memiliki toleransi rendah terhadap frustasi yang dapat

mengarahkan kearah marah dan bermusuhan.Pasien manik dapat labil secara emosi,

berganti dari tertawa ke iritabilitas depresi dalam hitungan menit atau jam.

c. Pembicaraan

Pasien manik tidak dapat disela ketika mereka sedang berbicara dan mereka sering

menjadi pengganggu bagi orang-orang di sekeliling mereka.Pembicaraan mereka sering

terganggu.Ketika manik menjadi lebih intens, pembicaraan semakin keras, semakin

cepat, dan sulit diartikan kemudian diisi dengan lelucon, sajak, bermain dengan kata-kata,

sera tidak relevan ketika manik semakin meningkat.Pada tingkat manik yang lebih besar,

asosiasi menjadi longgar, kemampuan untuk berkonsenrasi memudar, serta adanya flight

of idea, word salad, dan timbul neologisme.Pada manik akut, pembicaraan dapat benar-

benar inkoheren dan tidak dapat dibedakan dengan orang skizofrenia.

Page 9: Referat Anya

d. Gangguan persepsi

Waham timbul pada 75% pasien manik.Waham manik yang kongruen mood sering

berkenaan dengan kemakmuran, kemampuan yang luar biasa, atau kekuatan.Waham

bizar dan tidak kongruen mood dan halusinasi juga terdapat pada manik.

e. Pikiran

Isi pikir pasien manik mencakup tentang kepercayaan diri dan membesarkan diri.Pasien

manik sering mudah teralih perhatiannya dan fungsi kognitif pada pasien manik ditandai

dengan arus gagasan yang tidak tertahan dan dipercepat.

f. Sensorium dan kognisi

Walaupun defisit kognitif pasien skizofrenia telah banyak didiskusikan, hanya sedikit

tulisan tentang defisit yang serupa pada pasien gangguan bipolar 1 yang dapat memiliki

defisit kognitif ringan.Defisit kognitif yang dilaporkan dapat diartikan mencerminkan

disfungsi korteks difus.Secara kasar, orentasi dan memori masih baik walaupun sejumlah

pasien manik dapat sedemikian euphoria hingga mereka menjawab tidak benar.Emil

Kraepelin menyebut gejala ini sebagai delirious mania”.

g. Kendali impuls

Sekitar 75% pasien manik bersifat menyerang dan mengancam.Pasien manik berupaya

bunuh diri dan membunuh tetapi insiden prilaku ini tidak diketahui.Pasien yang

mengancam orang penting (seperti presiden Amerika Serikat) lebih sering pada pasien

gangguan bipolar 1 dari pada pasien dengan skizofrenia.

h. Penilaian dan tilikan

Gangguan dalam penilaian merupakan tanda khas pasien manik.Mereka dapat melanggar

hukum dalam hal kartu kredit, aktivitas seksual, serta keuangan dan kadang-kadang

melibatkan keluarga mereka yang mengalami masalah keuangan.Pasien manik juga

memiliki tilikan rendah terhadap gangguan mereka.

i. Taraf dapat dipercaya

Pasien manik dikenal tidak dapat dipercaya informasinya oleh karena sering berbohong

dan menipu.

Page 10: Referat Anya

KLASIFIKASI

Berdasarkan DSM-IV, Gangguan bipolar digolongkan menjadi 4 kriteria:

1. Gangguan bipolar I

Terdapat satu atau lebih episode manik.Episode depresi dan hipomanik tidak diperlukan

untuk diagnosis tetapi episode tersebut sering terjadi.

2. Gangguan bipolar II

Terdapat satu atau lebih episode hipomanik atau episode depresif mayor tanpa episode

manik.

3. Siklotimia

Merupakan bentuk ringan dari gangguan bipolar. Terdapat episode hipomania dan depresi

yang ringan yang tidak memenuhi kriteria episode depresi mayor.

4. Gangguan bipolar YTT

Gejala-gejala yang dialami penderita tidak memenuhi kriteria gangguan bipolar I dan II.

Gejala-gejala tersebut berlangsung tidak lama atau gejala terlalu sedikit sehingga tidak dapat

didiagnosa gangguan bipolar I dan II.

DIAGNOSIS

Keterampilan wawancara dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis. Informasi dari

keluarga sangat diperlukan. Diagnosis ditegakkan berdasarkan criteria yang terdapat dalam

DSM-IV atau ICD-10.

Pembagian menurut DSM-IV:

Gangguan Mood Bipolar I

1. Gangguan mood bipolar I, episode manik tunggal

a. Hanya mengalami satu kali episode manic dan tidak ada rwayat depresi mayor

sebelumnya.

b. Tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia, skizofreniform, skizoafektif, Gangguan

waham, atau dengan Gangguan psikotik yang tidak dapat diklasifikasikan.

c. Gejala-gejala tidak disebabkan efek fisiologik langsung zat atau kondisi medic umum

Page 11: Referat Anya

d. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup bermakna atau

menimbulkan hendaya dalam social, pekerjaan dan aspek fungsi penting lainnya.

2. Gangguan mood bipolar I, episode manik sekarang ini

Saat ini dalam episode manik:

a. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami satu kali episode manik, depresi, atau

campuran.

b. Episode mood pada kriteria A dan B bukan skizoafektif dan tidak bertumpang tindih

dengan skizofrenia, skizofreniform, Gangguan waham, atau dengan Gangguan psikotik

yang tidak dapat diklasifikasikan.

c. Gejala-gejala tidak disebabkan oleh efek fisiologik langsung zat atau kondisi medik

umum.

d. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup bermakna atau

menimbulkan hendaya dalam social, pekerjaan dan aspek fungsi penting lainnya.

3. Gangguan mood bipolar I, episode campuran saat ini

a. Saat ini dalam episode campuran

b. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami episode manik, depresi atau campuran

c. Episode mood pada kriteria A dan B tidak dapat dikategorikan skizoafektif dan tidak

bertumpang tindih dengan skizofrenia, skizifreniform, Gangguan waham, atau Gangguan

psikotik yang tidak diklasifikasikan

d. Gejala-gejala tidak disebabkan efek oleh fisiologik langsung zat atau kondisi medik umum

e. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup bermakna atau

menimbulkan hendaya dalam social, pekerjaan, atau aspek fungsi penting lainnya.

4. Gangguan mood bipolar I, episode hipomanik saat ini

a. Saat ini dalam episode hipomanik

b. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami satu episode manic atau campuran

c. Gejala mood menyebabkan penderita yang secara klinik cukup bermakna atau hendaya

social, pekerjaan atau aspek fungsi penting lainnya

d. Episode mood pada kriteria A dan B tidak dapat dikategorikan sebagai skizoafektif dan

tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia, skizofreniform, Gangguan waham, dan

dengan Gangguan psikotik yang tidak dapat diklasifikasikan.

Page 12: Referat Anya

5. Gangguan mood bipolar I, episode depresi saat ini

a. Saat ini dalam episode depresi mayor

b. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami episode manik dan campuran

c. Episode mood pada kriteria A dan B tidak dapat dikategorikan sebagai skizoafektif dan

tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia, skizofreniform, gangguan waham, dan

dengan gangguan psikotik yang tidak dapat diklasifikasikan.

d. Gejala-gejala tidak disebabkan efek fisiologik langsung zat atau kondisi medik umum

e. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup bermakna atau

menimbulkan hendaya dalam social, pekerjaan, atau aspek fungsi penting lainnya.

6. Gangguan mood bipolar I, Episode Yang tidak dapat diklasifikasikan saat ini

a. Kriteria, kecuali durasi, saat ini, memenuhi kriteria untuk manik, hipomanik, campuran

atau episode depresi.

b. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami satu episode manik atau campuran.

c. Episode mood pada kriteria A dan B tidak dapat dikategorikan sebagai skizoafektif dan

tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia, skizofreniform, gangguan waham, atau

dengan gangguan psikotik yang tidak dapat diklasifikasikan di tempat lain.

d. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup bermakna atau

menimbulkan hendaya dalam social, pekerjaan, atau aspek fungsi penting lainnya.

Ganggguan Mood Bipolar II

Satu atau lebih episode depresi mayor yang disertai dengan paling sedikit satu episode

hipomanik.

Gangguan Siklotimia

a. Paling sedikit selama dua tahun, terdapat beberapa periode dengan gejala-gejala hipomania

dan beberapa periode dengan gejala-gejala depresi yang tidak memenuhi criteria untuk

Gangguan depresi mayor. Untuk anak-anak dan remaja durasinya paling sedikit satu tahun.

b. Selama periode dua tahun di atas penderita tidak pernah bebas dari gejala-gejala pada kriteria

A lebih dari dua bulan pada suatu waktu.

c. Tidak ada episode depresi mayor, episode manik, episode campuran, selama dua tahun

Gangguan tersebut

Page 13: Referat Anya

Catatan: setelah dua tahun awal, siklotimia dapat bertumpang tindih dengan manic atau

episode campuran (diagnosis GB I dan Gangguan siklotimia dapat dibuat) atau episode

depresi mayor (diagnosis GB II dengan Gangguan siklotimia dapat ditegakkan)

d. Gejala-gejala pada criteria A bukan skizoafektif dan tidak bertumpangtindih dengan

skizofrenia, skizofreniform, gangguan waham, atau dengan Gangguan psikotik yang tidak

dapat diklasifikasikan.

e. Gejala-gejala tidak disebabkan oleh efek fisiologik langsung zat atau kondisi medik umum

f. Gejala-gejala di atas menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup bermakna atau

menimbulkan hendaya dalam social, pekerjaan atau aspek fungsi penting lainnya.

I. Gejala klinis

Dua gejala dasar di dalam gangguan mood adalah gejala yang terdapat pada manik dan

depresi. Episode depresi dapat terjadi pada gangguan depresif berat dan gangguan bipolar I.

Perbedaan episode depresi antara depresif bera dan gangguan bipolar I sukar ditentukan.

Untuk membedakannya hanya berupa riwayat pasien, riwayat keluarga, dan perjalanan

gangguan masa yang akan datang. Pasien dengan gangguan bipolar I memiliki keadaan

campuran berupa manik dan depresi. Biasanya berlangsung singkat (beberapa menit sampai

beberapa jam pada episode depresi selama episode manik).

1. Episode depresif2

Mood yang depresif dan hilangnya minat atau kesenangan adalah kunci dari gejala

depresi. Pasien dapat mengatakan bahwa meraka merasa sedih, tidak ada harapan, tidak

berharga. Pasien dengan depresi memiliki mood yang khas dari emosi normal ketika

mengalami kesedihan atau berkabung. Pasien sering menggambarkan gejala depresi

sebagai satu penderitaan emosi yang sangat mendalam serta kadang-kadang mengeluh

tidak dapat menangis.

Sekitar dua pertiga pasien berpikir untuk melakukan bunuh diri dan 10-15% melakukan

bunuh diri. Pasien yang baru dirawat dengan percobaan bunuh diri atau memiliki ide

bunuh diri memiliki risiko seumur hidup yang lebih besar untuk berhasil melakukan

bunuh diri daripada yang belum pernah dirawat ke rumah sakit. Beberapa pasien tidak

menyadari adanya depresi dan tidak mengeluh adanya gangguan mood walaupun mereka

menunjukan adanya penarikan diri dari keluarga, teman, dan aktivitas yang sebelumnya

menarik bagi mereka. Hampir emua pasien depresi (97%) mengeluh berkurangnya

Page 14: Referat Anya

energy, sulit menyelesaikan tugas, merasa terganggu di sekolah atau tempat kerja, dan

memiliki motivasi yang menurun untuk menangani proyek baru. Sekitar 80% mengeluh

sulit tidur terutama terbangun sangat pagi hari (yang merupakan insomnia terminal) serta

terbangun berulang pada malam hari dan pada saat terbangun pasien merenungkan

masalahnya. Banyak pasien mengalami penurunan napsu makan dan penurunan berat

badan akan tetapi ada beberapa pasien mengalami hal kebalikannya. Pasien tersebut di

dalam DSM-IV-TR termasuk ciri atipikal.

24

Ansietas adalah gejala depresi yang sering dan mengenai 90% pasien depresi. Berbagai

perubahan asupan makanan dan istirahat dapat memperburuk penyakit medis yang telah

ada seperti diabetes, hipertensi, penyakit paru obstruktif kronik, dan penyakit jantung.

Gejala vegetative lainnya adalah menstruasi abnormal dan menurunnya minat serta

kinerja di dalam aktivitas seksual. Ansietas (termasuk serangan panic), penyalahgunaan

alcohol, dan keluhan somatic (konstipasi, sakit kepala) sering mempersulit terapi depresi.

Sekitar 50% pasien menunjukkan adanya variasi gejala diurnal yang bertambah parah

pada pagi hari dan berkurang pada sore hari. Ada pun gejala kognitif seperti

ketidakmampuan berkonsentrasi dan hendaya dalam berpikir.

a. Depresi pada anak dan remaja

Fobia sekolah dan menempel terus pada orang tua dapat merupakan gejala depresi

pada anak. Buruknya kinerja sekolah, penyalahgunaan zat, prilaku antisosial,

berganti-ganti pasangan seksual, bolos sekolah, dan melarikan diri dapat menjadi

gejala depresi pada remaja.

b. Depresi pada usia lanjut

Depresi lebih sering ditemukan pada orang uasia lanjut daripada depresi pada

populasi umum. Depresi pada orang lanju usia berhubungan dengan keadaan

sosioekonomi yang rendah, kematian pasangan, penyakit fisik yang sudah ada dan

isolasi social. Depresi pada usia lanjut kurang terdiagnosis dan tidak diobati terutama

oleh dokter umum. Gangguan somatic pada lanjut usia menyebabkan gejala depresi

sulit dikenali.

2. Episode manik2

Page 15: Referat Anya

Mood yang meningkat, ekpansif, atau iritabel adalah tanda khas episode manik. Mood

yang meningkat dapat berupa euphoria dan dapat menyebabkan penyangkalan counter-

transferential penyakit tersebut oleh klinisi yang tidak berpengalaman. Pasien sering

menunjukan gejala perubahan mood seperti euphoria (dominan) pada awal perjalanan

penyakit dan berubah menjadi iritabilitas di kemudian hari.

25

Terapi pasien manik di bangsal perawatan dapat dipersulit dengan pengujian mereka

terhadap batasan peraturan bangsal, kecenderungan mengalihkan tanggung jawab

terhadap perbuatan mereka kepada orang lain, dan eksploitasi terhadap kelemahan orang

lain.

Judi patologis, kecenderungan menanggalkan pakian di tempat umum, menggunakan

pakaian dan perhiasan dengan warna mencolok dengan kombinasi yang tidak biasa dan

aneh serta ketidakpedulian terhadap hal-hal kecil (misalnya lupa menutup telepon)

merupakan gejala khas gangguan manik. Pasien bertindak secara impulsive di waktu

bersamaan dengan rasa yakin dan bertujuan. Pasien manik sering memiliki preokupasi

terhadap gagasan keagamaan, politik, keuangan, seksual, atau ide kejar yang dapat

berubah menjadi waham yang rumit. Kadang-kadang, pasien manik mengalami regresi

dan bermain-main dengan urine dan fesesnya.

a. Mania pada remaja

Mania pada remaja sering salah didiagnosis sebagai gangguan kepribadian antisosial

atau skizofrenia. Gejala mania pada remaja dapat mencakup psikosis,

penyalahgunaan alcohol atau zat lain, upaya bunuh diri, masalah akademik,

pemikiran fisiologis, gejala gangguan obsesif-kompulsif, berbagai keluhan somatic,

iritabilitas yang jelas sehingga mengakibatkan perkelahian, dan prilaku antisosial lain.

Page 16: Referat Anya

26

Page 17: Referat Anya

II.

Penatalaksanaan1

Page 18: Referat Anya

28

Page 19: Referat Anya

29

Page 20: Referat Anya

30

Page 21: Referat Anya

Di bawah ini adalah obat-obat yang dapat digunakan pada GB:

1. Stabilisator Mood

a. Litium

Litium sudah digunakan sebagai terapi mania akut sejak 50 tahun yang lalu. Ia lebih

superiorbila dibandingkan dengan plasebo.

Farmakologi

Sejumlah kecil litium terikat dengan protein. Litium dieksresikan dalam bentuk

utuhhanya melalui ginjal.

Indikasi

Episode mania akut, depresi, mencegah bunuh diri, dan bermanfaat sebagai terapi

rumatan GB.

Dosis

Respons litium terhadap mania akut dapat dimaksimalkan dengan menitrasi dosis

hingga mencapai dosis terapeutik yang berkisar antara 1,0-1,4 mEq/L. Perbaikan

terjadi dalam 7-14 hari. Dosis awal yaitu 20 mg/kg/hari. Dosis untuk mengatasi

keadaan akut lebih tinggi bila dibandingkan dengan untuk terapi rumatan. Untuk

terapi rumatan, dosis berkisar antara 0,4-0,8 mEql/L. Dosis kecil dari 0,4 mEq/L,

tidak efektif sebagai terapi rumatan. Sebaliknya, gejala toksisitas litium dapat terjadi

bila dosis ≥ 1,5 mEq/L.

Efek samping

Efek samping yang dilaporkan adalah mual, muntah, tremor, somnolen, penambahan

berat badan, dan penumpulan kognitif. Neurotoksisitas, delirium, dan ensefalopati

dapat pula terjadi akibat penggunaan litium. Neurotoksisitas bersifat ireversibel.

Akibat intoksikasi litium, defisit neurologi permanen dapat terjadi misalnya, ataksia,

defisist memori, dan gangguan pergerakan. Untuk mengatasi intoksikasi litium,

hemodialisis harus segera dilakukan.

Litium dapat merusak tubulus ginjal. Faktor risiko kerusakan ginjal adalah

intoksikasilitium, polifarmasi dan adanya penyakit fisik lainnya. Pasien yang

mengonsumsi litium dapat mengalami poliuri. Oleh karena itu, pasien dianjurkan

untuk banyak meminum air.

31

Page 22: Referat Anya

Pemeriksaan Laboratorium

Sebelum memberikan litium, fungsi ginjal (ureum dan kreatinin) dan fungsi tiroid,

harus diperiksa terlebih dahulu. Untuk pasien yang berumur di atas 40 tahun,

pemeriksaan EKG harus dilakukan. Fungsi ginjal harus diperiksa setiap 2-3 bulan dan

fungsi tiroid dalam enam bulan pertama. Setelah enam bulan, fungsi ginjal dan tiroid

diperiksa sekali dalam 6-12 bulan atau bila ada indikasi.

Wanita Hamil

Penggunaan litium pada wanita hamil dapat menimbulkan malformasi janin.

Kejadiannya meningkat bila janin terpapar pada kehamilan yang lebih dini. Wanita

dengan GB yang derajatnya berat, yang mendapat rumatan litium, dapat melanjutkan

litium selama kehamilan bila ada indikasi secara klinis. Kadar litium darahnya harus

dipantau dengan seksama. Pemeriksaan USG untuk memantau janin, harus dilakukan.

Selama kehamilannya, wanita tersebut harus disupervisi oleh ahli kebidanan dan

psikiater. Sebelum kehamilan terjadi, risiko litium terhadap janin dan efek putus

litium terhadap ibu harus didiskusikan.

b. Valproat

Valproat merupakan obat antiepilepsi yang disetujui oleh FDA sebagai antimania.

Valproat tersedia dalam bentuk:

Preparat oral;

o Sodium divalproat

tablet salut, proporsi antaraasam valproat dan sodium valproat adalah sama

(1:1)

o Asam valproat

o Sodium valproat

o Sodium divalproat

kapsul yang mengandungpartikel-partikel salut yang dapat dimakan

secarautuh atau dibuka dan ditaburkan ke dalam makanan.

o Divalproat

Dalam bentuk lepas lambat, dosis sekalisehari.

Preparat intravena

32

Page 23: Referat Anya

Preparat supositoria

Farmakologi

Terikat dengan protein. Diserap dengan cepat setelah pemberian oral. Konsentrasi

puncak plasma valproat sodium dan asam valproat dicapai dalam dua jam sedangkan

sodium divalproat dalam 3-8 jam. Awitan absorbsi divalproat lepas lambat lebih cepat

bila dibandingkan dengan tablet biasa. Absorbsi menjadi lambat bila obat diminum

bersamaan dengan makanan.

Ikatan valproat dengan protein meningkat bila diet mengandung rendah lemak dan

menurun biladiet mengandung tinggi lemak.

Dosis

Dosis terapeutik untuk mania dicapai bila konsentrasi valproat dalam serum berkisar

antara 45 -125 mg/mL. Untuk GB II dan siklotimia diperlukan divalproat dengan

konsentrasi plasma < 50 mg/mL. Dosis awal untuk mania dimulai dengan 15-20

mg/kg/hari atau 250 – 500 mg/hari dan dinaikkan setiap 3 hari hingga mencapai

konsentrasi serum 45- 125 mg/mL.

Efek samping, misalnya sedasi, peningkatan nafsu makan, dan penurunan leukosit

serta trombosit dapat terjadi bila konsentrasi serum > 100 mg/mL. Untuk terapi

rumatan, konsentrasi valproate dalam plasma yang dianjurkan adalah antara 75-100

mg/mL.

Indikasi

Valproat efektif untuk mania akut, campuran akut, depresi mayor akut, terapi rumatan

GB, mania sekunder, GB yang tidak berespons dengan litium, siklus cepat, GB pada

anak dan remaja, serta GB pada lanjut usia.

Efek Samping

Valproat ditoleransi dengan baik. Efek samping yang dapat terjadi, misalnya

anoreksia, mual, muntah, diare, dispepsia, peningkatan (derajat ringan) enzim

transaminase, sedasi, dan tremor. Efek samping ini sering terjadi pada awal

pengobatan dan bekurang dengan penurunan dosis atau dengan berjalannya waktu.

Efek samping gastrointestinal lebih sering terjadi pada penggunaan asam valproat dan

valproat sodium bila dibandingkan dengan tablet salut sodium divalproat.

33

Page 24: Referat Anya

c. Lamotrigin

Lamotrigin efektif untuk mengatasi episode bipolar depresi. Ia menghambat kanal

Na+. Selain itu, ia juga menghambat pelepasan glutamat.

Farmakokinetik

Lamotrigin oral diabsorbsi dengan cepat. Ia dengan cepat melewati sawar otak dan

mencapai konsentrasi puncak dalam 2-3 jam. Sebanyak 10% lamotrigin dieksresikan

dalam bentuk utuh.

Indikasi

Efektif untuk mengobati episode depresi, GB I dan GB II, baik akut maupun rumatan.

Lamotrigin juga efektif untuk GB, siklus cepat.

Dosis

Berkisar antara 50-200 mg/hari.

Efek Samping

Sakit kepala, mual, muntah, pusing, mengantuk, tremor, dan berbagai bentuk

kemerahan di kulit.

2. Antipsikotika Atipik

Antipsikotika atipik, baik monoterapi maupun kombinasi terapi, efektif sebagai terapi

linipertama untuk GB. Beberapa antipsikotika atipik tersebut adalah olanzapin,

risperidon, quetiapin, dan aripiprazol.

a. Risperidon

Risperidon adalah derivat benzisoksazol. Ia merupakan antipsikotika atipik pertama

yang mendapat persetujuan FDA setelah klozapin.

Absorbsi

Risperidon diabsorbsi dengan cepat setelah pemberian oral. Ia dimetabolisme oleh

enzim hepar yaitu CYP 2D6.

Dosis

Untuk preparat oral, risperidon tersedia dalam dua bentuk sediaan yaitu tablet dan

cairan. Dosis awal yang dianjurkan adalah 2 mg/hari dan besoknya dapat dinaikkan

hingga mencapai dosis 4 mg/hari. Sebagian besar pasien membutuhkan 4-6 mg/hari.

34

Page 25: Referat Anya

Risperidon injeksi jangka panjang (RIJP) dapat pula digunakan untuk terapi rumatan

GB. Dosis yang dianjurkan untuk orang dewasa atau orang tua adalah 25 mg setiap

dua minggu. Bila tidak berespons dengan 25 mg, dosis dapat dinaikkan menjadi 37,5

mg - 50 mg per dua minggu.

Indikasi

Risperidon bermanfaat pada mania akut dan efektif pula untuk terapi rumatan

Efek Samping

Sedasi, fatig, pusing ortostatik, palpitasi, peningkatan berat badan, berkurangnya

gairah seksual, disfungsi ereksi lebih sering terjadi pada risperidon bila dibandingkan

dengan padaplasebo. Meskipun risperidon tidak terikat secara bermakna dengan

reseptor kolinergik muskarinik, mulut kering, mata kabur, dan retensi urin, dapat

terlihat pada beberapa pasien dan sifatnya hanya sementara. Peningkatan berat badan

dan prolaktin dapat pula terjadi pada pemberian risperidon.

b. Olanzapin

Olanzapin merupakan derivat tienobenzodiazepin yang memiliki afinitas terhadap

dopamin (DA), D2, D3, D4, dan D5, serotonin 2 (5-HT2); muskarinik, histamin

1(H1), dan a1-adrenergik.

Indikasi

Olanzapin mendapat persetujuan dari FDA untuk bipolar episode akut mania dan

campuran. Selain itu, olanzapin juga efektif untuk terapi rumatan GB.

Dosis

Kisaran dosis olanzapin adalah antara 5-30 mg/hari.

Efek Samping

Sedasi dapat terjadi pada awal pengobatan tetapi berkurang setelah beberapa lama.

Efek antikolinergik dapat pula terjadi tetapi kejadiannya sangat rendah dan tidak

menyebabkan penghentian pengobatan. Risiko terjadinya diabetes tipe-2 relatif tinggi

bila dibandingkan dengan antipsikotika atipik lainnya. Keadaan ini dapat diatasi

dengan melakukan psikoedukasi, misalnya merubah gaya hidup, diet dan latihan fisik.

35

Page 26: Referat Anya

c. Quetiapin

Quetiapin merupakan suatu derivat dibenzotiazepin yang bekerja sebagai antagonis 5-

HT1A dan 5-HT2A, dopamin D1, D2, histamin H1 serta reseptor adrenergik a1 dan

a2. Afinitasnya rendah terhadap reseptor D2 dan relatif lebih tinggi terhadap

serotonin 5-HT2A.

Dosis

Kisaran dosis pada gangguan bipolar dewasa yaitu 200-800 mg/hari. Tersedia dalam

bentuk tablet IR (immediate release) dengan dosis 25 mg, 100 mg, 200 mg, dan 300

mg, dengan pemberian dua kali per hari. Selain itu, juga tersedia quetiapin-XR

dengan dosis 300 mg, satu kali per hari.

Indikasi

Quetiapin efektif untuk GB I dan II, episdoe manik, depresi, campuran, siklus cepat,

baik dalam keadaan akut maupun rumatan.

Efek Samping

Quetiapin secara umum ditoleransi dengan baik. Sedasi merupakan efek samping

yang sering dilaporkan. Efek samping ini berkurang dengan berjalannya waktu.

Perubahan dalam berat badan dengan quetiapin adalah sedang dan tidak

menyebabkan penghentian pengobatan. Peningkatan berat badan lebih kecil bila

dibandingkan dengan antipsikotika tipik.

d. Aripiprazol

Aripiprazol adalah stabilisator sistem dopamin-serotonin.

Farmakologi

Aripiprazol merupakan agonis parsial kuat pada D2, D3, dan 5-HT1A serta antagonis

5-HT2A. Ia juga mempunyai afinitas yang tinggi pada reseptor D3, afinitas sedang

pada D4, 5-HT2c,

5-HT7, a1- adrenergik, histaminergik (H1), dan serotonin reuptake site (SERT), dan

tidak terikat dengan reseptor muskarinik kolinergik.

Dosis

Aripiprazol tersedia dalam bentuk tablet 5,10,15,20, dan 30 mg. Kisaran dosis

efektifnya per hari yaitu antara 10-30 mg.

36

Page 27: Referat Anya

Dosis awal yang direkomendasikan yaitu antara 10 - 15 mg dan diberikan sekali

sehari. Apabila ada rasa mual, insomnia, dan akatisia, dianjurkan untuk menurunkan

dosis. Beberapa klinikus mengatakan bahwa dosis awal 5 mg dapat meningkatkan

tolerabilitas.

Indikasi

Aripiprazol efektif pada GB, episode mania dan episode campuran akut. Ia juga

efektif untuk terapi rumatan GB. Aripiprazol juga efektif sebagai terapi tambahan

pada GB I, episode depresi.

Efek Samping

Sakit kepala, mengantuk, agitasi, dispepsia, anksietas, dan mual merupakan kejadian

yang tidak diinginkan yang dilaporkan secara spontan oleh kelompok yang mendapat

aripiprazol. Efek samping ekstrapiramidalnya tidak berbeda secara bermakna dengan

plasebo.

Akatisia dapat terjadi dan kadang-kadang dapat sangat mengganggu pasien sehingga

sering mengakibatkan penghentian pengobatan. Insomnia dapat pula ditemui. Tidak

ada peningkatan berat badan dan diabetes melitus pada penggunaan aripiprazol.

Selain itu, peningkatan kadar prolaktin juga tidak dijumpai. Aripiprazol tidak

menyebabkan perubahan interval QTc.

3. Antidepresan

Antidepresan efektif untuk mengobati GB, episode depresi. Penggunaannya harus dalam

jangka pendek. Penggunaan jangka panjang berpotensi meginduksi hipomania atau

mania.

Untuk menghindari terjadinya hipomania dan mania, antidepresan hendaklah

dikombinasi dengan stabilisator mood atau dengan antipsikotika atipik

4. Intervensi Psikososial

Intervensi psikososial meliputi berbagai pendekatan misalnya, cognitive behavioral

therapy (CBT), terapi keluarga, terapi interpersonal, terapi kelompok, psikoedukasi, dan

berbagai bentuk terapi psikologi atau psikososial lainnya. Intervensi psiksosial sangat

perlu untuk mempertahankan keadaan remisi.

37

Page 28: Referat Anya

III. Komplikasi

Komplikasi utama dari gangguan bipolar adalah:

1. Bunuh diri

Pasien yang pernah ada keinginan bunuh diri biasanya beresiko untuk bunuh diri. Pasien

depresi memiliki risiko untuk bunuh diri. Risiko untuk bunuh diri dan melukai diri sendiri

merupakan risiko seumur hidup.Studi Hong menunjukan hubungan genetic antara

gangguan bipolar dan prilaku bunuh diri terutama pada individu berkulit putih. Menurut

penelitian, pria dengan gangguan bipolar memiliki risiko yang tinggi untuk melakukan

bunuh diri.

Karakteristik pasien bipolar yang memiliki keinginan bunuh diri yang dikemukakan oleh

The European Mania in Bipolar Longitudinal Evaluation of Medication (EMBLEM)

yaitu:4-5

a. Perempuan

b. Adnya riwayat penyalahgunaan alcohol

c. Adanya riwyat penyalahgunaan zat/ obat

d. Durasi penyakit yang lama

e. Usia muda pada pengobatan pertama untuk episode mood

f. Keparahan gejala depresi yang lebih besar

g. Penggunaan benzodiazepine

h. Kurangnya kepatuhan minum obat

i. Pasien yang membunuh sering terjadi pada fase manik. Mereka akan menggunakan

kekerasan jika orang lain tidak memenuhi segala keinginannya sehingga pasien

menjadi marah

2. Pembunuhan

3. Kecanduan

38

Page 29: Referat Anya

IV. Perjalanan gangguan dan prognosis

1. Perjalanan gangguan

Riwayat alami gangguan bipolar I sedemikian rupa sehingga sering berguna untuk

menggambarkan gangguan pasien dan membuatnya tetap up to date. Walaupun gangguan

siklotimik didiagnosis belakanganpada pasien dengan gangguan bipolar I, tidak ada ciri

kepribadian yang teridentifikasikan yang dikaitkan dengan gangguan bipolar I.

Gangguan bipolar I sering dimulai dengan depresi (75% pada perempuan, dan 67% pada

laiki-laki) dan merupakan gangguan berulang. Sebagian besar pasien mengalami episode

depresif dan manik walaupun 10-20% hanya mengalami episode manik.Episode manik

biasanya memiliki awitan cepat (jam atau hari) tetapi tidak berkembang selama beberapa

minggu. Episode manik yang tidak diobati dapat bertahan sekitar selama 3 bulan

sehingga klinis sebaiknya tidak menghentikan obat sebelum waktu tersebut. 90% orang

yang memiliki 1 periode manik cenderung berulang. Ketika gangguan berkembang,

waktu antarepisode sering berkurang. Meskipun demikian, setelah sekitar 5 episode

interval antarepisode sering stabil antara 6-9 bulan. 5-15% orang dengan gangguan

bipolar memiliki 4 episode atau lebih setiap tahun dan dapat dikalsifikasikan sebagai

siklus cepat.

2. Gangguan bipolar I pada anak dan orangtua

Gangguan bipolar I dapat terjadi pada orang tua atau pada usia yang sangat muda. Insiden

gangguan bipolar I pada anak dan remaja adalah sekitar 1 persen dan awitan biasa terjadi

pada usia 8 tahun.2

Gangguan bipolar 1 dengan awitan yang sedemikian dini berkaitan dengan prognosis

buruk. Gejala manik biasa terjadi pada usia lanjut walaupun kisaran penyebabnya luas

dan mencakup keadaan medis non psikiatri, demensia, delirium, serta gangguan bipolar I.

39

Page 30: Referat Anya

3. Prognosis

Pasien dengan gangguan bipolar 1 memiliki diagnosis lebih buruk dibandingkan dengan

pasien dengan depresi berat. Sekitar 40-50% pasien gangguan bipolar 1 dapat mengalami

episode manik kedua dalam 2 tahun sejak episode pertama. Walaupun profilaksis lithium

memperbaiki perjalanan penyakit serta prognosis, kemungkinan hanya 50-60% pasien

berhasil dengan pengobatan lithium dalam hal memperbaiki gejalanya. Faktor yang

membuat prognosis buruk adalah premorbid yang buruk, ketergantungan alcohol, adanya

ciri psikotik, ciri depresi, dan jenis kelamin laki-laki. Lama episode manik yang singkat,

awitan pada usia lanjut, sedikit pikiran bunuh diri, serta sedikit masalah medis atau

psikiatri yang timbul bersamaan merupakan factor yang membuat prognosis baik.

Page 31: Referat Anya
Page 32: Referat Anya
Page 33: Referat Anya

REFERAT

Gangguan Bipolar Episode Depresi

Page 34: Referat Anya

Oleh :

Vanya Genevieve Orapau (112014105)

Pembimbing :

Dr. Dan Hidayat, SpKJ

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT JIWA

PERIODE :9 Mei – 21Mei 2015

JAKARTA 2015