22
BAB 1 PENDAHULUAN Sebagian besar tubuh manusia terdiri atas cairan yang jumlahnya berbeda-beda tergantung usia dan jenis kelamin serta banyaknya lemak di dalam tubuh. Dengan makan dan minum tubuh mendapatkan air, elektrolit serta nutrien-nutrien yang lain. Dalam waktu 24 jam jumlah air dan elektrolit yang masuk setara dengan jumlah yang keluar. Pengeluaran cairan dan elektrolit dari tubuh dapat berupa urin, tinja, keringat dan uap air pada saat bernapas. Terapi cairan dibutuhkan apabila tubuh tidak dapat memasukkan air,elektrolit serta zat-zat makanan secara oral misalnya pada keadaan pasien yang harus puasa lama, pembedahan, perdarahan, dan mual muntah berkepanjangan. Dengan terapi cairan kebutuhan akan air dan elektrolit dapat terpenuhi. Hampir semua pasien yang menjalani pembedahan memerlukan terapi cairan. Seorang anestesiologi perlu memperkirakan jumlah cairan intravaskular untuk memperbaiki kekurangan cairan dan elektrolit yang terjadi. Kesalahan dalam penggantian cairan dan elektrolit dapat berakibat kematian. Kepaniteraan Klinik Anestesiologi dan Terapi Intensif RSUD Kota Semarang September 2014 Page 1

Referat Anestesi Terapi Cairan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ll

Citation preview

Page 1: Referat Anestesi Terapi Cairan

BAB 1

PENDAHULUAN

Sebagian besar tubuh manusia terdiri atas cairan yang jumlahnya berbeda-beda

tergantung usia dan jenis kelamin serta banyaknya lemak di dalam tubuh. Dengan makan dan

minum tubuh mendapatkan air, elektrolit serta nutrien-nutrien yang lain. Dalam waktu 24 jam

jumlah air dan elektrolit yang masuk setara dengan jumlah yang keluar. Pengeluaran cairan dan

elektrolit dari tubuh dapat berupa urin, tinja, keringat dan uap air pada saat bernapas.

Terapi cairan dibutuhkan apabila tubuh tidak dapat memasukkan air,elektrolit serta zat-

zat makanan secara oral misalnya pada keadaan pasien yang harus puasa lama, pembedahan,

perdarahan, dan mual muntah berkepanjangan. Dengan terapi cairan kebutuhan akan air dan

elektrolit dapat terpenuhi.

Hampir semua pasien yang menjalani pembedahan memerlukan terapi cairan. Seorang

anestesiologi perlu memperkirakan jumlah cairan intravaskular untuk memperbaiki kekurangan

cairan dan elektrolit yang terjadi. Kesalahan dalam penggantian cairan dan elektrolit dapat

berakibat kematian.

Kepaniteraan Klinik Anestesiologi dan Terapi IntensifRSUD Kota SemarangSeptember 2014 Page 1

Page 2: Referat Anestesi Terapi Cairan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Komposisi Cairan Tubuh

Kandungan air pada saat bayi baru lahir adalah sekitar 75% berat badan, usia 1 bulan

65%, dewasa pria 60% dan wanita 50% sisanya adalah zat padat seperti protein, lemak,

karbohidrat dan lain-lainya.

Air dalam tubuh berada di beberapa ruangan intraselular 40%, ekstraseluler 20% dibagi

menjadi antarsel (intertitial) 15% dan plasma 5%. Cairan antarsel khusus disebut cairan

transeluler, misalnya cairan serebrospinal, cairan persendian, cairan peritoneum dan lain-lainya.

Cairan intraselular : 40% dari berat badan merupakan cairan yang terkandung diantara sel.

Pada orang dewasa, sekitar duapertiga dari cairan dalam tubuhnya terdapat di intraselular

(sekitar 27 liter untuk dewasa laki-laki dengan berat badan 70 kilogram), sebaliknya pada

bayi hanya setengah dari berat badannya yang merupakan cairan intraselular.

Kepaniteraan Klinik Anestesiologi dan Terapi IntensifRSUD Kota SemarangSeptember 2014 Page 2

Cairan tubuh (60%)

Intraselular (40%)

Ekstraselular (20%)

Interstitial (15%)

Plasma Darah (5%)

Page 3: Referat Anestesi Terapi Cairan

Cairan ekstraselular : 20% dari berat badan merupakan cairan yang berada di luar sel. Jumlah

relatif cairan ekstraselular berkurang seiring dengan bertambahnya usia. Pada bayi baru lahir,

sekitar setengah dari cairan tubuh terdapat di cairan ekstraselular. Setelah usia 1 tahun,

jumlah cairan ekstraselular menurun sampa sekitar sepertiga dari volume total. Ini sebanding

dengan 15 liter pada dewasa muda dengan berat rata-rata 70 kilogram. Cairan ekstrasel terdiri

dari :

o Cairan interstitial : cairan yang mengelilingi sel termasuk dalam cairan interstitial,

sekitar 11-12 liter pada orang dewasa. Cairan limfe termasuk dalam volume

interstitial.

o Cairan intravascular : merupakan cairan yang terkandung dalam pembuluh darah.

Rata-rata volume darah orang dewasa sekitar 5-6 liter dimana 3 liternya

merupakan plasma, sisanya terdiri dari sel darah merah, sel darah putih da

platelet.

o Cairan transelular: merupakan cairan yang terkandung diantara rongga tubuh

tertentu seperti serebrospinal,pericardial, pleura, sendi synovial, intraocular dan

sekresi saluran pencernaan.

Selain air, cairan tubuh mengandung dua jenis zat yaitu elektrolit dan non elektrolit

Elektrolit : merupakan zat yang terdisosiasi dalam cairan dan menghatarkan arus listrik.

Elektrolit dibedakan menjadi ion positif (kation) dan ion negative (anion). Jumlah kation dan

anion dalam larutan adalah selalu sama ( diukur dalam miliekuivalen)

o Kation : kation utama dalam cairan ekstrasel adalam sodium (Na+), sedangkan

kation utama dalam cairan intrasel adalah potassium (K+). Suatu system pompa

terdapat di dinding sel tubuh yang memompa keluar sodium dan potassium.

Kepaniteraan Klinik Anestesiologi dan Terapi IntensifRSUD Kota SemarangSeptember 2014 Page 3

Page 4: Referat Anestesi Terapi Cairan

o Anion : anion utama dalam cairan ekstrasel adalah klorida (Cl-) dan bikarbonat

(HCO3-), sedangkan anion utama dalam cairan intrasel adalah ion fosfat (PO43-).

Karena kandungan elektrolit dalam plasma dan cairan interstitial pada intinya

sama maka nilai elektrolit plasma mencerminkan komposisi dari cairan

ekstraseluler tetapi tidak mencerminkan komposisi cairan intraseluler.

Non Elektrolit : glukosa, protein, kreatinin, urea.

Jaringan Persentase Air

Otak 84

Ginjal 83

Otot lurik 76

Kulit 72

Hati 68

Tulang 22

Lemak 10

Terapi Cairan Perioperatif

Terapi cairan perioperatif merupakan terapi pemberian cairan rumatan untuk mengganti

defisit cairan sebelum pembedahan, selama pembedahan dan setelah pembedahan.

Tujuan Terapi Cairan

Tujuan pemberian terapi cairan adalah memulihkan volume sirkulasi darah.

Kepaniteraan Klinik Anestesiologi dan Terapi IntensifRSUD Kota SemarangSeptember 2014 Page 4

Page 5: Referat Anestesi Terapi Cairan

Evaluasi Volume Intravaskular

Volume intravaskular dapat diperkirakan dari riwayat pasien, pemeriksaan fisik, dan

pemeriksaan laboratorium. Evaluasi serial diperlukan untuk menilai kesan awal dan sebagai

panduan untuk memberikan terapi cairan, elektrolit serta darah.

Riwayat pasien merupakan penilaian yang penting untuk menilai volume cairan

preoperatif. Faktor yang berpengaruh termasuk makanan yang dikonsumsi, muntah dan diare

yang menetap, kehilangan darah yang signifikan atau drainase luka, pemberian cairan atau darah

dan hemodialisa pada pasien gagal ginjal.

Pada pemeriksaan fisik kita dapat melihat tanda hypovolemia yang meliputi turgor kulit

abnormal, dehidrasi selaput mukosa, nadi perifer lemah, denyut jantung pada saat istirahat

meningkat, tekanan darah menurun, dan menurunnya laju pengeluaran urine. Pitting edema dan

meningkatnya jumlah urine merupakan tanda kelebihan cairan ekstraseluler dan hypervolemia

pada pasien dengan kondisi jantung, hepar dan ginjal yang sehat. Tanda kronik hypervolemia

pada pasien penyakit jantng kongestif adalah takikardi, peningkatan tekanan vena jugularis,

wheezing, sianosis dan sekresi paru yang berbuih.

Klinis Dehidrasi

Ringan (5%)

Dehidrasi

Sedang (5-10%)

Dehidrasi

Berat (> 10%)

Keadaan Umum Baik, Compos

Mentis

Gelisah,

rewel ,lesu

Letargik, tak sadar

Mata cekung,

keing

Normal Cekung Sangat cekung

Air mata Ada Kering Kering sekali

Mulut atau lidah

kering

Lembab Kering Sangat kering,

pecah-pecah

Haus Minum normal Haus Tak bisa minum

Turgor Baik Jelek Sangat jelek

Nadi Normal Cepat Cepat sekali

Tekanan darah Normal Turun Turun sekali

Kepaniteraan Klinik Anestesiologi dan Terapi IntensifRSUD Kota SemarangSeptember 2014 Page 5

Page 6: Referat Anestesi Terapi Cairan

Air kemih Normal Kurang, oliguri Kurang sekali

Sign and Symptom of Volume Disturbance

System Volume Deficit Volume Excess

Generalized Weight Weight Gain

Decrease Skin Turgor Peripheral Edema

Cardiac Tacchycardia Increased Cardia Output

Hypotension Increased Central Venous

Collapsed Neck Vein Distended Neck Vein

Murmur

Renal Oliguria

Azotemia

Ileus Ileus Bowel Edema

Pulmonary Pulmonary Edema

Kepaniteraan Klinik Anestesiologi dan Terapi IntensifRSUD Kota SemarangSeptember 2014 Page 6

Page 7: Referat Anestesi Terapi Cairan

Beberapa pemeriksaan laboratorium dapat digunakan untuk menilai volume intravaskular

dan kecukupan perfusi jaringan. Pengukuran ini termasuk hematokrit serial, pH darah arteri,

konsentrasi sodium atau klorida dalam urin, serum sodium, ratio BUN : serum kreatinin.

Bagaimanapun pengukuran ini hanya petunjuk tidak langsung volume cairan intravaskular, dan

tidak dapat diandalkan sampai tahap intraoperatif karena hasil tersebut dipengaruhi oleh banyak

faktor perioperatif dan karena hasil laboratorium sering terlambat. Tanda dehidrasi yang dapat

dilihat dari hasil pemeriksaan laboratorium adalah peningkatan hematokrit dan hemoglobin,

asidosis metabolic yang progresif, berat jenis urine >1.010, natrium urin <10mEq/L, osmolalitas

urin > 450 mOsm/L, hypernatremia dan ratio BUN : creatinin > 10:1. Hemoglobin dan

hematokrit basanya tidak berubah pada pasien hypovolemia akut akibat kehilangan darah yang

akut karena tidak cukupnya waktu cairan ekstraseuler berpindah ke dalam rongga intraseluler.

Cairan Intravena

Terapi cairan intravena terdiri dari cairan kristaloid, koloid dan kombinasi keduanya.

Cairan kristaloid merupakan cairan air garam dengan atau tanpa glukosa, sedangkan cairan

koloid mengandung substansi dengan berat jenis tinggi seperti protein. Cairan koloid lebih

banyak yang tersisa di dalam intravaskuler sedangkan cairan kristaloid cepat terdistribusi ke

cairan ekstraselular.

Cairan Hipotonik

Osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum ( 285 mOsm/L) sehingga menarik

cairan dari dalam pembuluh darah keluar ke jaringan sekitarnya

Digunakan pada keadaan sel “mengalami” dehidrasi, misalnya pada pasien cuci darah

(dialisis) dalam terapi diuretik, juga pada pasien hiperglikemia dengan ketoasidosis

diabetik.

Komplikasi : kolaps kardiovaskular dan peningkatan tekanan intracranial

Contoh NaCl 45% dan Dekstrosa 2,5%.

Kepaniteraan Klinik Anestesiologi dan Terapi IntensifRSUD Kota SemarangSeptember 2014 Page 7

Page 8: Referat Anestesi Terapi Cairan

Cairan Isotonik

Osmolaritas cairannya mendekati serum = 285 mOsmol/L, sehingga terus berada di

dalam pembuluh darah.

Bermanfaat pada pasien yang mengalami hipovolemi (NaCl 0,9%)

Memiliki risiko terjadinya overload (kelebihan cairan), khususnya pada penyakit gagal

jantung kongestif dan hipertensi.

Contoh: Ringer-Laktat (RL), dan normal saline / larutan garam fisiologis

Cairan Hipertonik

Osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum ( 285 mOsmol/L), sehingga menarik

cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah.

Mampu menstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin, dan mengurangi

edema (bengkak).

Misalnya Dextrose 5%, NaCl 45% hipertonik, Dextrose 5%+Ringer-Lactate, Dextrose

5%+NaCl 0,9%, produk darah (darah), dan albumin

Cairan Kristaloid

Cairan kristaloid banyak digunakan pada resusitasi awal pada pasien hemoragik dan syok

septik, pasien luka bakar dan pasien dengan cedera kepala (untuk mempertahankan tekaan

perfusi serebral) dan pada pasien yang menjalani plasmapheresis dan reseksi hepar. Koloid bisa

digunakan untuk resusitasi setelah diberikan kristaloid tergantung protokol tiap institusi.

Terdapat banyak jenis cairan, pemilihan cairan tergantung dari jenis cairan yang hilang.

Pada keadaan dimana banyak air yang hilang, maka digunakan cairan hipotonik, biasa disebut

cairan rumatan. Jika air dan elektrolit yang hilang, maka cairan yang digunakan adalah cairan

isotonik, disebut juga cairan pengganti. Glukosa terdapat dalam beberapa jenis cairan untuk

mempertahankan tonisitas atau mencegah ketosis dan hipoglikemi akibat puasa. Anak-anak

rawan terjadi hipoglikemi setelah 4-8 jam puasa.

Kepaniteraan Klinik Anestesiologi dan Terapi IntensifRSUD Kota SemarangSeptember 2014 Page 8

Page 9: Referat Anestesi Terapi Cairan

Karena kebanyakan cairan yang hilang pada saat intraoperatif adalah isotonik maka

penggunaan cairan tipe pengganti lebih sering digunakan. Cairan yang paling sering digunakan

adalah cairan ringer laktat. Walaupun ringer laktat sedikit hipotonik, tapi ringer laktat

berpengaruh sangat sedikit terhadap komposisi cairan ekstraseluler serta menjadi cairan yang

paling bersifat fisiologis ketika diberi dalam jumlah banyak. Laktat pada cairan ini diubah

menjadi bikarbonat di hati. Normal salin ketika diberi dalam jumlah yang banyak akan

mengakibatkan delusional hiperchloremic asidosis karena tingginya kadar sodium dan klorida

(154mEq/L) : konsentrasi plasma bikarbonat menurun sedangkan konsentrasi klorida meningkat.

Normal salin digunakan pada keadaan hipokloremik alkalosis metabolic dan untuk dilusi sel

darah merah sebelum ditransfusi. 5 persen dextrose dalam air (D5W) digunakan pada keadaan

defisit air dan sebagai terapi rumatan bagi pasien dengan restriksi natrium. Hypertonic 3% saline

digunakan pada keadaan hyponatremia berat. Cairan hipotonik harus diberikan perlahan untuk

mencegah hemolisis.

Kepaniteraan Klinik Anestesiologi dan Terapi IntensifRSUD Kota SemarangSeptember 2014 Page 9

Page 10: Referat Anestesi Terapi Cairan

Cairan Koloid

Aktivitas osmotik dari substansi dalam cairan koloid berfungsi untuk mempertahanan

cairan intravaskuler. Walaupun waktu paruh cairan kristaloid 20-30 menit, kebanyakan waktu

oaruh cairan koloid 3-6 jam. Harga yang mahal membuat penggunaan cairan koloid dibatasi.

Indikasi penggunaan cairan koloid termasuk (1) resusitasi cairan pada pasien dengan deficit

cairan intravascular yang parah sebelum dilakukan transfusi darah dan (2) resusitasi cairan pada

keadaan hypoalbuminemia berat atau keadaan dimana banyak protein yang hilang seperti pada

luka bakar.

Koloid yang berasal dari darah, terdiri dari albumin (5% dan 25% cairan) dan fraksi

protein plasma (5%). Keduanya dipanaskan pada suhu 60oC minimal selama 10 jam untuk

meminimalkan resiko hepatitis dan infeksi viral lainnya. Fraksi protein plasma terdiri dari alpha

dan beta globulin sebagai tambahan albumin

Koloid sintetik, termasuk dextrose starches dan gelatin. Gelatin berhubungan dengan

reaksi alergi yang diperantarai histamin dan tidak tersedia di US. Dextran terdiri dari dextran 70

(Macrodex) dan dextran 40 (Rheomacrodex) yang mempunyai berat 70.000 dan 40.000.

walaupun dextran 70 merupakan volume expander yang lebih baik dari dextran 40, dextran 40

juga menigkatkan laju darah melewati microsirkulasi, mungkin dengan menurunkan viskositas

darah. Terdapat juga efek antiplatelet pada dextran. Pemberian lebih dari 20mL/kg per hari dapat

mengakibatkan perdarahan memanjang dan berhubungan dengan gagal ginjal. Dextran juga bisa

menjadi antigen, menimbulkan reaksi anafilaktoid serta anafilaksis ringan-sedang.

Hetastarch (Hydroxyethyl starch) terdapat dalam beberapa formula. Formula yang

banyak tersedia adalah dengan konsentrasi 6%-10%, berat molekul 200-670 dan tingkat

substitusi molar antara 0,4-0,7. Molekul cairan ini diambil dari tumbuhan pati. Molekul pati yang

kecil dieliminasi di ginja; sedangkan molekul yang besar harus dipecah dulu oleh amylase.

Hetastarch lebih efisien sebagai plasma expander dan lebih murah dibandingkan albumin. Selain

itu, hestasrach nonantigen dan reaksi anafilaktoid lebih jarang terjadi.

Kepaniteraan Klinik Anestesiologi dan Terapi IntensifRSUD Kota SemarangSeptember 2014 Page 10

Page 11: Referat Anestesi Terapi Cairan

Nama Kristaloid Koloid

Keuntungan Tidak mahal

Aliran urin lancar

(meningkatkan volume

intravaskular)

Pilihan cairan pertama untuk

resusitasi perdarahan dan

trauma

Mempertahankan cairan

intravaskular lebih baik (1/3

cairan bertahan selama 24 jam)

Meningkatkan tekanan onkotik

plasma

Membutuhkan volume yang lebih

sedikit

Mengurangi kejadian edema

perifer

Dapat menurunkan tekanan

intrakranial

Kerugian Mengencerkan tekanan

osmotik koloid

Menginduksi edema perifer

Insidensi terjadinya edema

Mahal

Menginduksi koagulopati

(dextran & helastarch)

Jika terdapat kerusakan kapiler,

Kepaniteraan Klinik Anestesiologi dan Terapi IntensifRSUD Kota SemarangSeptember 2014 Page 11

Page 12: Referat Anestesi Terapi Cairan

pulmonal lebih tinggi

Membutuhkan volume yg

lebih besar

Efeknya sementara

dapat berpotensi terjadi

perpindahan cairan ke interstitial

Mengencerkan faktor

pembekuan dan trombosit

Berpotensi menghambat tubulus

renalis dan sel retikuloendotelial

di hepar

Kemungkinan adanya reaksi

anafilaksis (dextran)

Terapi Cairan Perioperatif

Terapi cairan perioperatif termasuk penggantian cairan yang hilang (rumatan), deficit

puasa serta stress operasi.

Terapi rumatan : pada saat puasa, defisit cairan dan elektrolit dapat dengan cepat terjadi

akibat pembentukan urine, sekresi gastrointestinal, keringat, serta pengeluaran dari kulit serta

paru.

Kepaniteraan Klinik Anestesiologi dan Terapi IntensifRSUD Kota SemarangSeptember 2014 Page 12

Page 13: Referat Anestesi Terapi Cairan

Defisit puasa : kekurangan cairan akibat defisit puasa dapat dihitung dengan mengalikan

jumlah kebutuhan normal dan lamanya waktu puasa. Kehilangan cairan yang abnormal juga

mempengaruhi defisit preoperatif seperti perdarahan preoperatif, muntah dan diare. Kehilangan

cairan yang tak tampak akibat penyerapan cairan pada kasus trauma atau jaringan yang terifeksi

ataupun karena ascites merupakan hal yang penting. Hiperventilasi, demam serta keringat juga

dapat mempengaruhi jumlah cairan yang hilang. Idealnya, kekurangan ini harus diganti sebelum

dilakukan operasi.

Kehilangan Cairan Akibat Pembedahan

Perdarahan : salah satu hal yang penting bagi anestesiologi adalah monitor dan

memperkirakan jumlah darah yang hilang. Metode yang sering digunakan untuk memperkirakan

jumlah darah yang hilang adalah dengan menghitung jumlah darah pada suction dan

memperkirakan darah yang terdapat pada kasa dan pad.

Kehilangan cairan lainnya : pada proses pembedahan lebih banyak kehilangan cairan

daripada darah, terutama akibat evaporasi dan redistribusi internal dari cairan tubuh. Kehilangan

cairan secara evaporasi signifikan pada luka yang besar dan berhubungan dengan area

permukaan yang terbuka dan lamanya pembedahan. Redistribusi internal cairan dapat

menyebabkan perpindahan cairan yang masih dan mengakibatkan cairan intravascular menipis.

Kepaniteraan Klinik Anestesiologi dan Terapi IntensifRSUD Kota SemarangSeptember 2014 Page 13

Page 14: Referat Anestesi Terapi Cairan

Penggantian cairan intraoperatif

Terapi cairan intraoperatif dihitung berdasarkan kebutuhan dasar ditmabahn dengan

kehilangan cairan akibat pembedahan (perdarahan, redistribusi cairan, dan evaporasi). Jenis

cairan yang diberikan tergantung pembedahan serta perdarahan yang terjadi.

Penggantian darah yang hilang

Idealnya, perdarahan harus diganti dengan cairan kristaloid maupun koloid untuk

mempertahankan volume intravascular. Apabila perdarahan terus terjadi maka diperlukan

transfusi darah untuk mempertahankan konsentrasi hemoglobin. Jumlah kristaloid yang

diberikan pada perdarahan 3-4 kali lebih banyak dari jumlah darah yang hilang. Pada

penggunaan koloid ratio koloid dan darah yang hilang adalah 1:1. Saat dilakukannya transfuse

dapat diperkirakan dengan melihat hematokrit dan memperkirakan volume darah. Pasien dengan

hematokrit normal harus ditransfusi apabila perdarahan melebihi 10-20% volume darahnya.

Penggantian cairan berdasarkan redistribusi cairan dan evaporasi

Karena kehilangan cairan akibat redistribusi dan evaporasi berhubungan dengan ukuran

luka, maka prosedur pembedahan diklasifikasikan berdasarkan tingkat trauma jaringan.

Kepaniteraan Klinik Anestesiologi dan Terapi IntensifRSUD Kota SemarangSeptember 2014 Page 14

Page 15: Referat Anestesi Terapi Cairan

BAB III

KESIMPULAN

Tubuh mengandung 60 % air yang disebut juga cairan tubuh. Cairan tubuh ini

didalamnya terkandung nutrisi-nutrisi yang amat penting peranannya dalam metabolisme sel,

sehingga amat penting dalam menunjang kehidupan. Dalam pembedahan, tubuh kekurangan

cairan karena perdarahan selama pembedahan ditambah lagi puasa sebelum dan sesudah operasi.

Maka terapi cairan amat diperlukan untuk pemeliharaan dan mencegah kehilangan cairan terlalu

banyak yang bisa membahayakan.

Cairan tubuh terdistribusi dalam ekstrasel dan intrasel yang dibatasi membran sel.

Adanya tekanan osmotik yang isotonik menjaga difusi cairan keluar sel atau masuk ke dalam sel.

Terapi cairan parenteral digunakan untuk mempertahankan atau mengembalikan volume dan

komposisi normal cairan tubuh. Dalam terapi cairan harus diperhatikan kebutuhannya sesuai usia

dan keadaan pasien, serta cairan infus itu sendiri. Jenis cairan yang bisa diberikan untuk terapi

cairan adalah cairan kristaloid dan cairan koloid.

Kepaniteraan Klinik Anestesiologi dan Terapi IntensifRSUD Kota SemarangSeptember 2014 Page 15

Page 16: Referat Anestesi Terapi Cairan

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

1. Latief AS, dkk. Petunjuk Praktis Anestesiologi: Terapi Cairan Pada Pembedahan. Ed.

Kedua. Bagian anestesiologi dan terapi intensif, FKUI. 2002

2. Morgan EG. et al. Fluid Management & Blood Component Therapy. In : Clinical

Anestesiology, Fifth edition. New York: McGraw-Hill, 2013 : 1161-1180.

3. Brunicardi FC, Andersen DK, Biliar TR, et al. Schwartz’s Principle of Surgery, 9th ed.

New York: McGraw-Hill, 2010

Kepaniteraan Klinik Anestesiologi dan Terapi IntensifRSUD Kota SemarangSeptember 2014 Page 16