74
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kota Makassar yang berada di Propinsi Sulawesi Selatan merupakan wilayah strategis yang memiliki hubungan erat dengan wilayah di Sulawesi lainnya. Kota ini berada di kawasan aglomerasi Mamminasata yang menghubungkan Makassar, Maros, Sungguminasa, dan Takalar. Pertumbuhan ekonomi yang cukup signifikan dalam satu dasawarsa terakhir telah mendorong pesatnya laju pembangunan di segala bidang terutama bidang sosial ekonomi, seperti berkembangnya kawasan fungsional permukiman dan kota baru Gowa - maros, kawasan perkantoran/pemerintahan (jl. A. Pettarani dsk), kawasan perdagangan dan jasa (jl.Urip Sumoharjo - perintis Kemerdekaan - Kota Maros), kawasan pengembangan pendidikan Unhas (eks pabrik gula Gowa) dan uin (Samata Gowa), kawasan budidaya pertanian dan perikanan (bagian timur dan selatan Mamminasata). Dengan kondisi demikian menjadikan aktivitas masyarakat sehari - hari semakin meningkat sehingga membutuhkan akses serta mobilitas yang tinggi. Sehingga persoalan 1

Redesain Terminal Malengkeri

Embed Size (px)

DESCRIPTION

lalallala

Citation preview

Page 1: Redesain Terminal Malengkeri

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Kota Makassar yang berada di Propinsi Sulawesi Selatan

merupakan wilayah strategis yang memiliki hubungan erat dengan

wilayah di Sulawesi lainnya. Kota ini berada di kawasan aglomerasi

Mamminasata yang menghubungkan Makassar, Maros,

Sungguminasa, dan Takalar. Pertumbuhan ekonomi yang cukup

signifikan dalam satu dasawarsa terakhir telah mendorong pesatnya

laju pembangunan di segala bidang terutama bidang sosial ekonomi,

seperti berkembangnya kawasan fungsional permukiman dan kota

baru Gowa - maros, kawasan perkantoran/pemerintahan (jl. A.

Pettarani dsk), kawasan perdagangan dan jasa (jl.Urip Sumoharjo -

perintis Kemerdekaan - Kota Maros), kawasan pengembangan

pendidikan Unhas (eks pabrik gula Gowa) dan uin (Samata Gowa),

kawasan budidaya pertanian dan perikanan (bagian timur dan selatan

Mamminasata). Dengan kondisi demikian menjadikan aktivitas

masyarakat sehari - hari semakin meningkat sehingga membutuhkan

akses serta mobilitas yang tinggi. Sehingga persoalan transportasi

menuntut pengelolaan dan manajemen yang terus meningkat dari segi

sarana dan prasarananya.

Terminal Malengkeri yang berlokasi di jalan Sultan Alauddin kota

Makassar berfungsi sebagai Terminal Penumpang tipe B dan sebagai

titik simpul pergantian moda transportasi angkutan penumpang umum

bagi mobilitas masyarakat di kawasan selatan kota Makassar. Dari segi

posisinya terhadap wilayah lain, Terminal Malengkeri memilliki koneksi

jaringan dengan bagian selatan Kota Makasar dan Kota Gowa

sehingga memiliki fungsi strategis dalam sistem transportasi regional

1

Page 2: Redesain Terminal Malengkeri

dan lokal. Terminal Malengkeri merupakan terminal penumpang tipe B

dengan luas lahan 26.151 m2, yang melayani 12 trayek yaitu AKDP,

ANGKOT, dan ANGKUDES dengan total armada adalah 3.275 unit

kendaraan jenis Mobil Penumpang Umum (MPU).

Dari pengamatan langsung di lapangan diperoleh sejumlah

permasalahan pada kawasan Terminal Malengkeri diantaranya adalah

sebagai berikut :

1. Tata layout bangunan dalam terminal tidak mencerminkan standar

terminal penumpang tipe B pada umumnya.

2. Fasilitas terminal yang tidak memenuhi standar pelayanan terminal

penumpang tipe B.

3. Kapasitas/daya tampung tidak memadai pada Hari Raya atau hari

libur nasional

Berdasarkan permasalahan yang ada maka dapat disimpulkan

bahwa terminal Malengkeri membutuhkan perancangan ulang dengan

menerapkan sistem yang lebih terpadu, dari pola penataan hingga sistem

operasional yang mampu membawa perbaikan terhadap kondisi terminal

saat ini. Untuk kepentingan akses/mobilitas bagi pengembangan kawasan

Mamminasata perancangan ulang ini bersifat antisipatif terhadap

kemungkinan kemacetan, perkembangan SOSBUD & IPTEK, jumlah

kendaraan jumlah penumpang, isu lingkungan, jaringan jalan, infrastruktur,

tata ruang dll.

1.2 Rumusan Masalahan

Dari latar belakang tersebut di atas maka diperoleh rumusan

masalah yang timbul pada perancangan ulang Terminal Malengkeri

yaitu sebegai berikut :

a. Bagaimana menentukan/menetapkan tata letak bangunan

sesuai dengan fungsi sebagai terminal sehingga saling

mendukung, dan disertai dengan kejelasan sirkulasi ?

2

Page 3: Redesain Terminal Malengkeri

b. Bagaimana menentukan kapasitas besaran ruang terminal

berdasarkan fungsi dan studi besaran ruang untuk antisipasi

daya tampung 10 tahun ke depan?

c. Bagaimana menentukan bentuk ataupun penampilan bangunan

yang dapat mencerminkan sebuah bangunan terminal dan

memiliki ciri khas yang dapat menjadi daya tarik dan tidak

dimiliki oleh bangunan yang lainnya?

d. Bagaimana menentukan sistem struktur, material-material,

utilitas, perlengkapan, pemeliharaan dan pengamanan pada

perancangan ulang Teminal Malengkeri?

I.3 Tujuan dan Sasaran Pembahasan

I.3.1 Tujuan Pembahasan

Tujuan pembahasan pada perancangan ulang Terminal Malengkeri

adalah untuk mendapatkan hasil tulisan sebagai pedoman

perancangan yang dikembangkan berdasarkan rumusan masalah

yakni :

1) menentukan/menetapkan tata letak bangunan sesuai dengan

fungsi sebagai terminal sehingga saling mendukung, dan

disertai dengan kejelasan sirkulasi

2) menentukan kapasitas besaran ruang terminal berdasarkan

fungsi dan studi besaran ruang untuk antisipasi daya tampung

10 tahun ke depan.

3) menentukan bentuk ataupun penampilan bangunan yang

dapat mencerminkan sebuah bangunan terminal dan memiliki

ciri khas yang dapat menjadi daya tarik dan tidak dimiliki oleh

bangunan yang lainnya.

4) menentukan sistem struktur, material-material, utilitas,

perlengkapan, pemeliharaan dan pengamanan pada

perancangan ulang Teminal Malengkeri

3

Page 4: Redesain Terminal Malengkeri

I.3.2 Sasaran pembahasan

Sasaran yang ingin dicapai adalah pertama tersusunnya usulan

langkah-langkah proses perencanaan dan perancangan berdasarkan

aspek-aspek perencanaan dan perancangan sebagai acuan dan pedoman

dalam Desin Grafis Arsitektur (DGA). Kedua untuk merancang suatu

landasan konseptual perancangan ulang Terminal Malengkeri berdasarkan

poin-poin berikut :

a. Mewujudkan terminal penumpang angkatan darat tipe B

dengan klasifikasi yang sesuai dengan kebutuhan dan daya

tampung sebagai wujud respon kebijakan pengembangan

kawasan aglomerasi Mamminasata

b. Mendapatkan fasilitas dan suasana ruang yang mendukung

tapak, tata fisik, penampilan bangunan (Environment)

c. Mendapatkan acuan perancangan ulang terminal malengkeri

yang dapat ditransformasikan kedalam desain fisik bentuk dan

penampilan bangunan.

I.4 Lingkup Pembahasan

Pembahasan dibatasi pada perwujudan redesain terminal

malengkeri memperhitungkan faktor-faktor yang mempengaruhi pada

proses desain untuk menghasilkan suatu desain dengan kualitas sesuai

tuntutan fungsi yang dibahas menurut disiplin ilmu arsitektur.

I.5 Metode dan Sistematika Pembahasan

I.5.1 Metode Pembahasan

Metode pembahasan yang dilakukan dalam penulisan ini adalah

Metode deskriptif, yaitu dengan mengadakan pengumpulan data.

4

Page 5: Redesain Terminal Malengkeri

Pengumpulan data ini ditempuh melalui studi pustaka/studi literature dan

observasi lapangan, untuk kemudian dianalisa dan dilakukan suatu

pendekatan yang menjadi dasar penyusunan konsep program

perencanaan dan perancangan. Tahap pengumpulan data yang dimaksud

dilakukan melalui :

a. Studi Literatur

Yaitu dengan mempelajari literature baik dari buku-buku maupun

browsing internet mengenai teori, konsep dan standar

perencanaan dan perancangan ulang Terminal Malengkeri.

b. Wawancara

Melakukan wawancara mengenai masalah-masalah yang

berkaitan dengan perencanaan dan perancangan ulang Terminal

Malengkeri dari beberapa sumber terkait.

c. Studi Banding

Melakukan perbandingan terhadap hasil-hasil observasi yang

dilakukan pada beberapa bangunan yang berfungsi sama untuk

analisa dan kriteria yang akan diterapkan pada Terminal

Malengkeri.

I.5.2 Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan di bagi dalam beberapa tahap

pembahasan antara lain :

BAB I PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang masalah, maksud dan tujuan,

lingkup pembahasan, metode pembahasan, dan sistematika

pembahasan.

BAB II TINJAUAN UMUM

Studi literatur untuk mendapatkan gambaran terminal penumpang

angkutan darat. Studi banding untuk mendapatkan gambaran terminal

penumpang angkutan darat. Membandingkan bangunan yang sudah ada

5

Page 6: Redesain Terminal Malengkeri

dan berada pada daerah yang sesuai dengan tempat yang akan dibangun

untuk mengetahui gambaran tentang pengguna hubungan ruang,

hubungan aktifitas serta aktivitasnya

BAB III TINJAUAN KHUSUS

Merupakan tijauan secara spesifik membahas perancangan

ulang Terminal Malengkeri untuk mendapatkan pendekatan

terhadap program dan konsep perancangan

BAB IV PENDEKATAN PROGRAM PERENCANAAN DAN

PERANCANGAN ARSITEKTUR

Pendekatan fisik dan non-fisik sebagai dasar penentuan

kebutuhan ruang, sistem struktur, utilitas

BAB V LANDASAN KONSEPTUAL PROGRAM PERENCANAAN DAN

PERANCANGAN ARSITEKTUR

Berisi tentang konsep dan program dasar perencanaan dan

perancangan arsitektur.

BAB II

6

Page 7: Redesain Terminal Malengkeri

TINJAUAN UMUM

II.1 Redesain

Redesain yang berasal dari kata redesign terdiri dari 2 kata, yaitu

re- dan design. Dalam Bahasa Inggris, penggunaan kata re- mengacu

pada pengulangan atau melakukan kembali, sehingga redesign dapat

diartikan sebagai design ulang. Beberapa definisi redesain dari beberapa

sumber :

− Menurut American Heritage Dictionary (2006) “redesign means to

make a revision in the appearance or function of”, yang dapat diartikan

membuat revisi dalam penampilan atau fungsi.

− Menurut Collins English Dictionary (2009), ”redesign is to change the

design of (something)”, yang dapat diartikan mengubah desain dari

(sesuatu).

− Menurut Salim’s Ninth Collegiate English-Indonesian Dictionary

(2000), redesign berarti merancang kembali.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa redesain

mengandung pengertian merancang ulang sesuatu sehingga terjadi

perubahan dalam penampilan atau fungsi.

Dalam arsitektur, merancang ulang identik dengan membangun

kembali karya arsitektur yang dirasakan kurang tepat guna. Heinz Frick

dan Bambang Suskiyanto (2007), mengartikan kata-kata membangun

kembali dengan membongkar secara seksama dan atau memperbaiki

kesalahan yang telah dibangun. Membangun kembali juga berarti

menggunakan kembali gedung yang sudah ada tetapi tidak dimanfaatkan

lagi seperti fungsi semula.

Redesain dalam arsitektur dapat dilakukan dengan mengubah,

mengurangi ataupun menambahkan unsur pada suatu bangunan.

Redesain perlu direncanakan secara matang, sehingga didapat hasil yang

7

Page 8: Redesain Terminal Malengkeri

efisien, efektif, dan dapat menjawab masalah yang ada dalam bangunan

tersebut.

Redesain yang dilakukan dengan penambahan baru pada

bangunan harus memperhitungkan interaksi antara bangunan yang lama

dengan bangunan yang baru. Dibner (1985), menjelaskan beberapa hal

yang perlu diperhatikan dalam merancang bangunan tambahan, antara

lain :

− Ukuran dan bentuk. Ukuran dan bentuk bangunan yang ada tidak

perlu harus tetap sama ketika penambahan baru dirancang. Namun,

desain penambahan harus dilihat sebagai satu unit dengan

keseluruhan bangunan.

− Lahan. Kebanyakan bangunan ditambahkan secara horizontal

daripada vertikal. Oleh sebab itu, ukuran lahan yang memadai menjadi

sangat penting.

− Struktur. Sebelum desain struktural dari bangunan baru dimulai,

sistem struktur bangunan yang ada harus ditinjau kecukupannya untuk

menangani efek dari penambahan baru. Jika penambahan baru

berdekatan dengan pijakan yang ada dan dinding pondasi, harus

dirancang dan dibangun sangat hati-hati untuk

menghindari mengganggu stabilitas bangunan yang ada.

− Sistem Mekanikal dan Elektrikal. Sistem mekanikal dan elektrikal

dalam sebuah bangunan umumnya telah dirancang sesuai dengan

kebutuhan dari bangunan tersebut. Dengan adanya penambahan baru

pada bangunan tentunya membutuhkan sistem mekanikal dan

elektrikal baru yang dapat menjawab kebutuhan baru, baik yang

berasal dari bangunan lama dan bagian tambahan dari bangunan.

II.2 Terminal

8

Page 9: Redesain Terminal Malengkeri

Definisi Terminal berdasarkan Juknis LLAJ pada tahun 1995 yang berisi

Terminal Transportasi merupakan:

1. Titik simpul dalam jaringan transportasi jalan yang berfungsi sebagai

pelayanan umum.

2. Tempat pengendalian, pengawasan, pengaturan dan pengoperasian

lalu lintas.

3. Prasarana angkutan yang merupakan bagian dari sistem transportasi

untuk melancarkan arus penumpang dan barang.

4. Unsur tata ruang yang mempunyai peranan penting bagi efisiensi

kehidupan kota.

Definisi Terminal yang terdapat di Kamus Besar Bahasa Indonesia

yang disusun oleh Tim Redaksi yang dipimpin oleh Densy Sugono (2008),

adalah perhentian penghabisan(bis, kereta api, dsb); stasiun.

Terminal adalah suatu fasilitas yang sangat komplek, banyak

kegiatan tertentu yang dilakukan disana, terkadang secara bersamaan,

dan terkadang secara paralel, dan terkadang sering terjadi kemacetan

yang cukup mengganggu. Terminal adalah titik penumpang dan barang

memasuki serta meninggalkan suatu sistem transportasi. Terminal bukan

saja merupakan komponen fungsional utama dari sistem transportasi

tetapi juga merupakan prasarana yang merupakan biaya yang besar dan

titik kemacetan yang terjadi. (Morlok,E.K.,1995).

Terminal dapat dianggap sebagai alat pemroses, dimana suatu

urutan kegiatan tertentu harus dilakukan untuk memungkinkan suatu lalu-

lintas ( kendaraan, barang, dan sebagainya ) diproses penuh sehingga

dapat meneruskan perjalanan. Keberadaan terminal sangat penting untuk

terlaksananya keterpaduan intra dan antar moda secara lancar dan tertib.

Pada hakikatnya terminal merupakan simpul dalam sistem jaringan

perangkutan jalan yang terdiri dari dua jenis terminal yaitu (1) terminal

9

Page 10: Redesain Terminal Malengkeri

penumpang dan (2) terminal barang. Keduanya merupakan sarana

transportasi jalan untuk menaikkan dan menurunkan penumpang/barang,

serta pengaturan kedatangan dan keberangkatan kendaraan umum

sehingga terminal harus dikelola dan dipelihara agar dapat memenuhi

kebutuhan masyarakat dan angkutan jalan raya dengan baik dan

termasuk didalamnya sarana dan fasilitas yang harus ada di dalam

terminal.

(Warpani, S., 2002) Direktorat Jendral Perhubungan Darat (1995)

menyatakan bahwa terminal angkutan umum merupakan titik simpul

dalam sistem jaringan transportasi jalan tempat terjadinya putus arus yang

merupakan prasarana angkutan yang berfungsi pokok sebagai pelayanan

umum, berupa tempat kendaraan umum menaikkan dan menurunkan

penumpang dan atau barang, bongkar muat barang, sebagai tempat

berpindahnya penumpang baik intra maupun antar moda transportasi

yang terjadi sebagai akibat adanya arus pergerakan manusia dan barang

serta adanya tuntutan efisiensi transportasi. Dari pengertian terminal

diatas, maka peran terminal cukup komplek sehingga dalam perencanaan

dan pengolahan harus cukup baik.

Berdasarkan Keputusan Direktorat Jendral Perhubungan Darat

No.31 Tahun 1993 tentang terminal transportasi jalan, terminal berfungsi

sebagai berikut.

1. Fungsi terminal bagi penumpang, adalah untuk kenyamanan

menunggu, kenyamanan perpindahan dari satu moda atau kendaraan

yang satu ke moda atau kendaraan yang lain, tempat tersedianya

fasilitas-fasilitas dan informasi (pelataran parkir, ruang tunggu, papan

informasi, toilet, toko, loket, dll) serta fasilitas parkir bagi kendaraan

pribadi atau kendaraan pengantar penumpang.

2. Fungsi terminal bagi pemerintah, antara lain adalah dari segi

perencanaan dan manajemen lalu-lintas untuk menata lalu-lintas dan

10

Page 11: Redesain Terminal Malengkeri

menghindari kemacetan, sebagai sumber pemungutan restribusi dan

sebagai pengendali arus kendaraan.

3. Fungsi terminal bagi operator/pengusaha jasa angkutan adalah untuk

pengaturan pelayanan operasi bus, menyediakan fasilitas istirahat dan

informasi awak bus dan fasilitas pangkalan.

Berdasarkan Mursin Say Consultans tahun 2007 dalam desain

teknis terminal Kota Meulaboh Propinsi Aceh mengemukakan studi

pemilihan lokasi terminal merupakantahapan yang cukup penting dalam

perencanaan terminal, karena terminal yang baik adalah terminal yang

secara sistem jaringan mampu berperan dalam melancarkan pergerakan

sistem transportasi secara keseluruhan. Dengan demikian, maka letak

terminal sangatlah berperan, terutama dalam kaitannya dengan peran

yang disandang oleh terminal yang bersangkutan dalam sistem jaringan

rute ataupun keberadaan terminal tersebut dalam sistem prasarana

jaringan jalan.

Beberapa penelitian tentang disain terminal penumpang yang dapat

dijadikan sebagai sumber pustaka yaitu.

1. SID (Survai Implementing Design) Terminal Penumpang Tipe A di Kota

Meulaboh Propinsi Aceh, oleh Mursin Say Consultans tahun 2007. Berikut

adalah tahap - tahap perencanaan Terminal Penumpang Tipe A di Kota

Meulaboh yang terdapat dalam bagan alir metodologi studi.

11

Page 12: Redesain Terminal Malengkeri

Gambar 2.1. Bagan Alir Metodologi Studi Terminal Meulaboh.

2. Review Terminal Penumpang Tipe A di Kabupaten Badung Propinsi

Bali, Departemen Perhubungan Darat dan PT. Pillar Nugraha Consultants

tahun 2007. Berikut gambar bagan alir pemilihan lokasi Terminal Badung.

12

Page 13: Redesain Terminal Malengkeri

Gambar 2.2. Metodologi Pemilihan Lokasi Terminal Badung.

3. Perencanaan Terminal Regional Kota Palopo Sulawesi, Departemen

Perhubungan Darat tahun 2006. Gambaran desain rencana

pembangunan Terminal regional Palopo dapat dilihat sebagai berikut

13

Page 14: Redesain Terminal Malengkeri

Gambar 2.3. Gambar Disain Rencana Pembangunan Terminal Regional Palopo.

II.3 Klasifikasi Terminal Penumpang

14

Page 15: Redesain Terminal Malengkeri

Berdasarkan Keputusan Direktorat Jendral Perhubungan Darat

No.31 Tahun 1993 mengemukakan tentang sarana dan prasarana lalu-

lintas jalan, mengklasifikasikan terminal menjadi 3 (tiga), yaitu sebagai

berikut ini.

1. Terminal penumpang tipe A, berfungsi melayani kendaraan umum

untuk Angkutan Kota Antar Propinsi (AKAP), dan/atau angkutan lalu

lintas batas antar Negara, Angkutan Antar Kota Dalam Propinsi

(AKDP), Angkutan Antar Kota (Angkot), dan Angkutan Pedesaan

(Ades).

2. Terminal penumpang tipe B, berfungsi melayani kendaraan umum

untuk angkutan Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP), Angkutan Kota

(Angkot), dan/atau Angkutan Pedesaan (Ades).

3. Terminal penumpang tipe C, berfungsi melayani kendaraan umum

untuk Angkutan Pedesaan (Ades). Klasifikasi tersebut akan mendasari

kriteria perencanaan yang akan disusun kerena dengan fungsi

pelayanan yang berbeda tentu akan menuntut fasilitas yang berbeda

pula. Namun demikian, konsep perencanaan diantara ketiganya tidak

akan berbeda sehingga fasilitas yang melayani perpindahan

pergerakan penumpang memakai jasa angkutan umum.

II.4 Perencanaan Terminal

Menurut Iskandar Abubakar,dkk (1995) kriteria perencanaan

terminal meliputi:

a. Siklus Lalu Lintas

1. Jalan masuk dan keluar kendaraan harus lancar dan mudah

dalam bergerak.

2. Jalan masuk dan keluar kendaraan harus terpisah dengan jalan

keluar masuk calon penumpang

3. Kendaraan di dalam terminal harus dapat bergerak tanpa

halangan yang tidak perlu.

b. Sistem sirkulasi kendaraan dalam terminal ditentukan berdasarkan :

15

Page 16: Redesain Terminal Malengkeri

1. Jumlah arah perjalanan

2. Frekuensi perjalanan

3. Waktu yang diperlukan untuk turun atau naik penumpang.

Sistem sirkulasi ini juga harus ditata dengan memisahkan jalur bus atau

kendaraan dalam kota dengan jalur bus angkutan antar kota.

II.5 Persyaratan Penentuan Lokasi Terminal

Dalam Pasal 42 PP Tahun 1993 disebutkan penentuan lokasi terminal

harus diperhatikan :

1. rencana umum tata ruang,

2. kepadatan lalu lintas dan kapasitas jalan disekitar terminal,

3. keterpaduan moda transportasi baik udara maupun antar moda,

4. kondisi topografi terminal,

5. kelestarian lingkungan.

II.6 Fasilitas Terminal

Sesuai Peraturan Pemerintah No. 43 tahun 1993 tentang Terminal

Transportasi Jalan dan Pedoman Teknis Pembangunan Terminal Angkutan

Penumpang. Fasilitas terminal terdiri dari fasilitas utama dan fasilitas

penunjang.

1. Fasilitas utama, merupakan fasilitas yang mutlak dimiliki dalam suatu

terminal meliputi.

a. Jalur keberangkatan angkutan umum, yaitu pelataran yang

disediakan bagi kendaraan angkutan umum untuk menaikan

penumpang (loading) dan untuk memulai perjalanan.

b. Jalur kedatangan kendaraan umum, yaitu pelataran yang

disediakan bagi kendaraan angkutan umum untuk menurunkan

penumpang (unloading) yang dapat pula merupakan akhir dari

perjalanan.

16

Page 17: Redesain Terminal Malengkeri

c. Areal menunggu, yaitu pelataran yang disediakan bagi kendaraan

angkutan umum yang beristirahat sementara dan siap untuk

menuju jalur keberangkatan.

d. Jalur lintas, yaitu pelataran yang disediakan bagi kendaraan

angkutan umum untuk beristirahat sementara dan untuk menaikan

dan menurunkan penumpang.

e. Tempat tunggu penumpang, yaitu pelataran yang disediakan bagi

orang yang akan melakukan perjalanan dengan kendaraan

angkutan umum.

f. Bangunan kantor terminal, yaitu suatu bangunan yang biasanya

berada didalam wilayah-wilayah terminal.

g. Pos pemeriksaan KPS, yaitu pos yang berada di pintu masuk dari

terminal yang bertugas memeriksa terhadap masing-masing

angkutan umum yang memasuki terminal.

h. Loket penjualan tiket, yaitu suatu ruangan yang digunakan oleh

masingmasing perusahaan untuk keperluan penjualan tiket bus

yang melayani perjalanan dari terminal.

i. Rambu-rambu dan petunjuk informasi yang berupa petunjuk

jurusan, tarif dan jadwal perjalanan, hal ini harus disediakan

karena hal ini sangat penting untuk memberikan informasi kepada

penumpang baik yang meninggalkan maupun yang baru datang di

terminal sehingga tidak tersesat dan kelihatan semrawut.

j. Pelataran kendaraan pengantar dan taxi.

k. Menara pengawas, yang berfungsi sabagai tempat untuk

memantau pergerakan kendaraan dan penumpang dari atas

menara.

2. Fasilitas penunjang, selain fasilitas utama dalam sistem terminal

terdapat pula fasilitas penunjang sebagai fasilitas pelengkap.

a. Ruang pengobatan, yaitu untuk memberikan pertolongan pertama

pada kecelakaan.

b. Mushola.

17

Page 18: Redesain Terminal Malengkeri

c. Taman

d. Kios/Kantin.

e. Ruang informasi dan pengaduan, yaitu untuk memberikan

informasi pada para penumpang maupun pengaduan apabila

terjadi sesuatu terhadap penumpang, misalkan ada calo,

kehilangan barang dan sebagainya.

f. Telepon umum (wartel).

g. Kamar mandi dan WC, dan lain-lain.

II.7 Akses Terminal

Suryadharma Hendra dan Susanto B., 1999, mengatakan jarak

terminal terhadap jalan disekitarnya pada dasarnya ditentukan oleh

intensitas arus pada terminal dan ruas jalan tersebut. Berdasarkan area

pelayanannya, maka disarankan terminal tipe A mempunyai akses kejalan

arteri, terminal tipe B mempunyai akses jalan arteri dan kolektor dan

terminal tipe C mempunyai akses kejalan kolektor atau lokal. Adapun

persyaratan-persyaratan tentang lokasi terminal menurut tipenya :

1. Persyaratan lokasi terminal tipe A adalah sebagai berikut.

a. Terletak di ibukota propinsi, kotamadya / kabupaten dalam

jaringan trayek bus Antar Kota Antar Propinsi (AKAP), Antar Kota

Dalam Propinsi (AKDP) dan Angkutan Lintas Batas Negara.

b. Terletak dijalan arteri dengan kelas jalan sekurang-kurangnya

kelas III A.

c. Jarak antar dua terminal penumpang tipe A sekurang-kurangnya

20 Km di pulau Jawa, 30 Km di pulau Sumatra, dan 50 Km di

pulau lainya.

d. Mempunyai jarak akses / ke dan dari terminal sekurang-kurangnya

berjarak 100 m di pulau jawa dan 50 m di pulau lainya.

2. Persyaratan lokasi terminal tipe B adalah sebagai berikut.

18

Page 19: Redesain Terminal Malengkeri

a. Terletak di kotamadya / kabupaten dan didalam jaringan trayek

angkutan kota dalam propinsi.

b. Terletak di jalan arteri / kolektor dengan kelas jalan sekurang-

kurangnya III B.

c. Jalan antara dua terminal tipe B / dengan terminal tipe A

sekurangkurangnya 15 Km di pulau Jawa, dan 30 Km di pulau

lainya.

d. Tersedia luas lahan sekurang-kurangnya 3 ha untuk terminal di

pulau Jawa dan 2 Ha di pulau lainya.

e. Mempunyai jalan akses masuk / atau jalan keluar ke dan dari

terminal sekurang-kurangnya 50 m di pulau Jawa dan 30 m

dipulau lainya.

3. Persyaratan terminal tipe C adalah sebagai berikut ini.

a. Terletak diwilayah kabupaten dan dalam jaringan trayek angkutan

pedesaan.

b. Terletak di jalan kolektor / lokal dengan kelas jalan paling tinggi III

A.

c. Tersedia lahan sesuai dengan permintaan angkutan.

d. Mempunyai jalan akses masuk / keluar kendaraan dari terminal

sesuai dengan kebutuhan untuk kelancaran lalu lintas disekitar

terminal.

II.8 Pemahaman Tipologi Bangunan

II.8.1 Landasan Hukum Terhadap Terminal Bis

Adapun peraturan – peraturan yang menjadi pegangan bagi

perencanaan terminal bis. Beberapa peraturan yang di rangkum adalah

sebagai berikut:

1. Berdasarkan Undang – Undang yang melandaskan perencanaan,

berupa:

a. Undang-undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan

19

Page 20: Redesain Terminal Malengkeri

b. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

c. Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang

d. Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan

2. Berdasarkan Peraturan Pemerintah yang melandaskan perencanaan,

berupa:

a. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang

Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai

Daerah Otonom

b. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1985 tentang Jalan p

c. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1990 tentang Penyerahan

Sebagian Urusan Pemerintah Dalam Bidang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan Kepada Daerah Tingkat I dan Daerah Tingkat II

d. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 tentang Angkutan

Jalan

e. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana

dan Lalu Lintas Jalan

3. Berdasarkan Keputusan – keputusan para penguasa yang

melandasan perencanaan, berupa:

a. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 43 Tahun 2005

tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Perhubungan

b. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 35 Tahun 2003

tentang Penyelengaraan Angkutan Orang Di Jalan dengan

Kendaraan Umum

c. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor SK. 136/

AJ. 106/ DRJD/ 2003 tentang Penetapan Simpul Jaringan

Transportasi Jalan Untuk Terminal Penumpang Tipe A di Seluruh

Indonesia

d. Keputusan Presiden Nomor 102 Tahun 2001 tentang Kedudukan,

Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja

Departemen

20

Page 21: Redesain Terminal Malengkeri

II.8.2 Isu yang Berkenaan dengan Tipologi

a. Fungsionalitas

Terminal sebagai tempat pengendali operasi perjalanan bus,

mengatur penjadwalan dan pemberangkatan bus. Dalam fungsi

operasional ini berfungsi membentuk keteraturan lintasan setiap trayek

dan memberi kenyamanan pengguna jasa transportasi baik pelayanan

umum naik-turun penumpang/bongkar muat barang.

Sebagai simpul dari sistem jaringan angkutan jalan sehingga

memegang kunci dalam kelancaran alur transportasi; seperti diantaranya

menciptakan keterpaduan intra dan antarmoda secara lancar dan tertib.

Seperti hubungannya dengan stasiun kereta api, bandara, maupun moda

transpotasi yang lain.

Ditinjau dari aspek yang lain, terminal dapat menjadi cerminan

keadaan suatu kota, mampu berperan sebagai gerbang bagi para

pendatang dari berbagai daerah. Di sini terminal berperan sebagai sebuah

ikon pemberi kesan psikologis bagi pengunjung, meskipun menghasilkan

penilaian parsial yang relatif dan subjektif, namun cukup untuk

memberikan kebutuhan akan citra dan pemberi makna.

Fungsi lainnya adalah sebagai tempat yang tepat untuk kegiatan

usaha perdagangan dan rekreasi sebagai kegiatan penunjang. Sehingga

terminal dikenal sebagai pusat kegiatan masyarakat.

Di luar fungsi perangkutan, sejarah mencatat terminal menyandang

fungsi kewilayahan yakni sebagai pusat pengembangan wilayah. Terminal

bus adalah sebuah 'aset' ke suatu daerah karena dapat bertindak sebagai

katalis untuk ekonomi dan pembangunan sosial di daerah sekitarnya.

Menurut Abubakar (1996), dijelaskan bahwa fungsi terminal

penumpang dapat ditinjau dari 3 unsur utama, yaitu :

1. Fungsi Terminal bagi Penumpang

21

Page 22: Redesain Terminal Malengkeri

Bagi penumpang adalah kenyamanan menunggu, kenyamanan

perpindahan dari satu moda atau kendaraan ke moda lain, tempat fasilitas

– fasilitas informasi dan fasilitas parkir kendaraan pribadi.

2. Fungsi Terminal bagi Pemerintah

Bagi pemerintah, keberadaan terminal dari segi perencanaan dan

manajemen lalulintas adalah untuk menata lalu lintas dan angkutan serta

menghindari dari kemacetan, sumber pemungutan retribusi dan sebagai

pengendali kendaraan angkutan umum

3. Fungsi Terminal bagi Operator/ Pengusaha Angkutan

Salah satu kepentingan operator kendaraan terhadap terminal adalah

untuk pengaturan operasi bus/angkutan umum, penyediaan fasilitas

istirahat dan informasi bagi awak angkutan/bus, dan juga sebagai fasilitas

pangkalan.

II.9 Studi Banding

II.9.1 Terminal Bis Cicaheum - Bandung

Meskipun Terminal Cicaheum sebagai tempat transit penumpang

keluar kota, juga terdapat loket pembeli tiket sendiri dan penumpang

sendiri. Selain terdapat kendaraan bis, juga terdapat angkutan kota

(Angkot) yang berjalur Ciroyom, Ledeng, Gedebage, Cileunyi dan

beberapa lagi.

Terminal Bis Cicaheum terletak di Jl. Jenderal Abdul Haris

Nasution, Bandung. Terminal ini hanya memiliki dua sisi jalan berhadapan

yaitu Jl. Jenderal Abdul Haris Nasution dan Jl. Antanan. Yang merupakan

jalan terusan utama yang lebar adalah Jl. Jenderal Abdul Haris Nasution

dan berjalur Jl. Ujungberung.

Gerbang utama hanya memiliki bentang kira-kira 10m. Material

gapura untuk gerbang terbuat dari besi dan di rakit sedemikian rupa.

Dengan ketinggian sisi bawah dari permukaan tanah 4 meter dan

22

Page 23: Redesain Terminal Malengkeri

Gambar 2.4: Peta Terminal Bis Cicaheum

keseluruhan tinggi hingga ke ujung paling atas 7,8m. Gerbang masuk

memiliki tanda sapaan baik yang tertulis dengan “selamat datang ” dan

“selamat berpergian” maupun visual yang di berikan dari bentukkan

gerbang. Gerbang terminal dirancang dengan tipe sederhana.

23

Page 24: Redesain Terminal Malengkeri

24

Page 25: Redesain Terminal Malengkeri

Gambar 2.5: Gerbang Terminal Bis Cicaheum

Pembelian tiket diloket – loket dilakukan secara langsung sesuai

jurusan. Namun ruang pembelian tiket tidak memiliki kantilever beratap

yang cukup untuk antrian panjang.

25

Page 26: Redesain Terminal Malengkeri

Gambar 2.6: Loket Tiket

26

Page 27: Redesain Terminal Malengkeri

Ruang tunggu yang disediakan diletakkan pada tempat yang

beraktifitas jualan makanan.

Gambar 2.7: Tenants Gambar 2.8 : Jembatan Penyebrangan

Ruang parkir bis yang lebih rapi dibandingkan dengan Terminal

Malengkeri. Namun kekurangannya adalah parkir bis tidak berdasarkan

jalur keberangkatan. Tersusun rapi, tetapi tidak teratur dengan jalur

keberangkatan.

27

Page 28: Redesain Terminal Malengkeri

Gambar 2.9: Ruang parkir bis

Setiap jalur keberangkatan diberi gapura sebagai pembatas tapak

bahwa kendaraan telah keluar dari tempat parkir. Pada jalan raya Jenderal

28

Page 29: Redesain Terminal Malengkeri

Abdul Haris Nasution dan berjalur Jl. Ujung berung memiliki jembatan

penyebrangan.

29

Page 30: Redesain Terminal Malengkeri

Gambar 2.10: Ruang Tunggu

Meskipun memiliki beberapa toilet umum yang disediakan pada bangunan

tenan, juga di bangun gedung toilet terpisah yang dapat di jangkau.

30

Page 31: Redesain Terminal Malengkeri

Gambar 2.11: WC Umum

31

Page 32: Redesain Terminal Malengkeri

Gedung Toilet dipisah dari gedung – gedung tenan. Namun pada tenan

masih terdapat toilet kecil pada bentang yang cukup jauh.

II.9.2 Terminal Bis Purabaya - Surabaya

Pada pulau Jawa, yang dijadikan studi banding terletak pada

Purabaya di Surabaya yang masih termasuk Jawa bagian Timur. Letak

terminal ini pada pulau Jawa Timur di Jl. Letnan Jenderal S Parman,

Surabaya. Lokasi terminal yang memiliki banyak cabang jalan.

32

Page 33: Redesain Terminal Malengkeri

Gambar 2.12: Gerbang Terminal Purabaya Gambar 2.13: Peta Terminal Bis

Surabaya

Toilet umum diletakkan secara terpisah pada bangunan lain dengan

diletakkan pada beberapa sisi menyudut dari lahan terminal. Seperti pada

dibawah ini.

Gambar 2.14: toilet Gambar 2.15: kantin

Gambar dikanan atas menunjukan kios/kantin/bisnis area yang rapi

dan bersih. Loket Tiket terletak pada sisi terdepan dari kios – kios. Loket

keluar/masuk bis terpisah dengan rapi dengan pembatas yang kuat.

Dengan demikian keluar/masuk bis menjadi lebih teratur.

33

Page 34: Redesain Terminal Malengkeri

Gambar 2.16: Loket Tiket

34

Page 35: Redesain Terminal Malengkeri

Gambar 2.17: Pool Bus

35

Page 36: Redesain Terminal Malengkeri

II.9.3 Terminal Bis Kampung Rambutan – Jakarta Timur

Terminal ini terletak di sekitar kawasan Kampung Rambutan

dengan sempadan jalan tol Lingkaran Luar pada dua sisi lahan. Dengan

demikian akses bis keluar kota dapat dengan langsung bersisi dengan

jalan tol.

36

Page 37: Redesain Terminal Malengkeri

Gambar 2.18 : terminal rambutan

37

Page 38: Redesain Terminal Malengkeri

II.9.4 Terminal Bis Manggarai

Gambar 2.19 : terminal tipe A manggarai

II.9.5 Terminal Bis Tasikmalaya

38

Page 39: Redesain Terminal Malengkeri

Gambar 2.20 : terminal angkutan darat tipe A tasikmalaya

39

Page 40: Redesain Terminal Malengkeri

Gambar 2.21 : terminal Tasikmalaya

II.9.6 Terminal Bis Purwokerto

40

Page 41: Redesain Terminal Malengkeri

41

Page 42: Redesain Terminal Malengkeri

Gambar 2.21 : terminal tipe A purwokerto

II.9.7 Terminal Bis Indhiang

42

Page 43: Redesain Terminal Malengkeri

Gambar 2.23 : terminal indhiang

II.9.8 Victoria Coach Station Buckingham London

43

Page 44: Redesain Terminal Malengkeri

Gambar 2.24 : gaya bangunan art deco Wallis - Gilbert

44

Page 45: Redesain Terminal Malengkeri

Gambar 2.25 : operasional terminal melayani masyarakat

II.9.9 Port Authority Terminal New York and New Jersey

45

Page 46: Redesain Terminal Malengkeri

46

Page 47: Redesain Terminal Malengkeri

Gambar 2.26 : stasiun bus Amerika

BAB III

TINJAUAN KHUSUS

III.1 Tinjauan Kota Makassar

III.1.1 Gambaran umum kawasan Mamminasata

Wilayah metropolitan Mamminasata meliputi Kota Makassar, Kabupaten

Maros, Gowa dan Takaar yang dibentuk berdasarkan SK Gubernur

Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2003. Wilayah Mamminasata mencakup

seluruh kecamatan di Kota Makassar dan Kabupaten Takalar, kecuali 2

dari 14 kecamatan di Maros dan 6 dari 16 kecamatan di Goea.

47

Page 48: Redesain Terminal Malengkeri

Pengecualian tersebut dilakukan mengingat jarak lokasi kecamatan yang

jauh dari wilayah metropolitan. Luas wilayah Mamminasata adalah 2.462,3

km2 (246.230 ha) dengan total jumlah penduduk sekitar 2,06 juta jiwa

(2003).

Tabel 3.1 : jarak antara Makasar dengan Maros

48

Page 49: Redesain Terminal Malengkeri

Tabel 3.2 : jarak antara Makasar dengan Takalar

49

Page 50: Redesain Terminal Malengkeri

Tabel 3.3 : jarak antara Makasar dengan Gowa

III.1.2 Jaringan Transportasi

Jaringan transportasi umum di Mamminasata terdiri atas transportasi

darat, laut dan udara. Transportasi darat merupakan sub-sektor utama

yang perlu ditingkatkan untuk pelayanan transportasi yang lebih baik di

Wilayah Aglomeraasi Mamminasata.

50

Page 51: Redesain Terminal Malengkeri

Gambar 3.1 : peta jaringan transportasi umum

51

Page 52: Redesain Terminal Malengkeri

Gambar 3.2 : peta rencana jaringan transportasi umum Mamminasata

Saat ini pelayanan transortasi umum di Mamminasata dijalankan oleh

damri atau bus besar, pete pete mini bus dengan 3 klasifikasi dalam area

pelayanan, taksi dan becak. Menurut data Statistik Perhubungn 2012,

komposisi kendaraan di Mamminasata didapatkan seperti terlihat pada

tabel berikut.

52

Page 53: Redesain Terminal Malengkeri

Tabel 3.4 : jumlah perusahaan bus antar provinsi menurut provinsi

53

Page 54: Redesain Terminal Malengkeri

Tabel 3.5 : jumlah bus antar provinsi menurut provinsi

54

Page 55: Redesain Terminal Malengkeri

Tabel 3.6 : jumlah perusahaan bus pariwisata antar provinsi menurut provinsi

55

Page 56: Redesain Terminal Malengkeri

`

Tabel 3.7 : jumlah bus pariwisata antar provinsi menurut provinsi

Berdasarkan data statristik perhubungan 2012, perkembangan terminal

penumpang angkutan darat di Mamminasata tampak seperti tabel 3.8

TERMINAL TAHUN

56

Page 57: Redesain Terminal Malengkeri

2008 2009 2010 2011 2012

TIPE A 1 1 1 2 2

TIPE B 10 2 2 4 4

TIPE C 0 2 2 14 14

Tabel 3.8 : jumlah terminal penumpang angkutan darat 2008-2012

III.2 TInjauan Lokasi Terminal Malengkeri

III.2.1 Batasan Wilayah

Batasan Wilayah Penelitian Wilayah penelitian difokuskan pada

lingkungan kerja .Terminal Malengkeri, sedangkan lingkungan sekitarnya

hanya sebatas memperhitungkan volume lalu lintas kendaraan pada ruas

jalan yang melalui terminal tersebut, yaitu Jalan Sultan Alauddin dan Jalan

Malengkeri.

Gambar 3.3 : lokasi terminal Malengkeri

57

Page 58: Redesain Terminal Malengkeri

III.2.2 Batasan Skala Pelayanan

− Tipe : terminal tipe B

− Luas lahan : 26.151 m2

− Melayani : angkutan Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP), dan angkutan

kota serta angkutan non-trayek seperti becak, bentor (bacak motor)

dan taksi.

III.2.1 Evaluasi

Berdasarkan hasil pengamatan lannsung di lapangan terdapat

kekurangan pada fasilitas terminal Malengkeri yang seharusnya terpenuhi

sebagai terminal tipe B. Sehingga dibutuhkan pengembangan untuk

memenuhi fasilitas tersebut, yakni ;

1. Kantor

2. Menara pengawas

3. Ruang parkir AKDP

4. Ruang parkir ANGKOT

5. Ruang tunggu penumpang

6. Kios

7. Telepon umum

8. Mushollah

9. Toilet umum

10. Parkir cadangan

11. Bengkel

12. Fasilitas kedatangan/keberangkatan

13. Peron

14. Ruang informasi

15. Loket

58

Page 59: Redesain Terminal Malengkeri

16. Klinik

17. Tempat istirahat kru/angkutan

18. Pompa bensin

Gambar 3.4 : situasi terminal yang tidak teratur

59

Page 60: Redesain Terminal Malengkeri

60

Page 61: Redesain Terminal Malengkeri

Gambar 3.5 : fasilitas kantin terminal

Gambar 3.6 : penumpang menunggu tidak pada tempatnya

61

Page 62: Redesain Terminal Malengkeri

62

Page 63: Redesain Terminal Malengkeri

Gambar 3.7 : kondisi jalan yang tidak terawat

63

Page 64: Redesain Terminal Malengkeri

64

Page 65: Redesain Terminal Malengkeri

Gambar 3.8 : kantor dinas perhibungan Makassar

Gambar 3.9 : pelataran parkir kendaraan tidak teratur

65

Page 66: Redesain Terminal Malengkeri

Berdasarkan penelitian UGM tahun 20013 dalam Evaluasi dan

Pengembangan Terminal Penumpang Tipe B mengemukakan studi kasus

Terminal Malengkeri secara keseluruhan demand terminal cukup besar

dengan total kendaraan ± 3.516/hari dengan perbandingan presentase

29% jenis kendaraan umum dan 71% kendaraan pribadi. Bila ditinjau dari

aspek penumpang, total penumpang untuk kedatangan ± 1.390/hari dan

keberangkatan ± 914/hari.

Untuk luas total Terminal Malengkeri saat ini sebesar 26.151 m2 dan

hasil analisis untuk luas total terminal ke depannya ± 7,8 ha. Ini

menandakan ada keharusan untuk pengembangan lokasi, yang mana

bisa didapatkan dengan pembebasan lahan di sekitar terminal sehingga

kebutuhan fasilitas dapat terwadahi dan sesuai dengan peruntukan

terminal ke depannya.

III.3 Kondisi dan Peluang Serta Ancaman Dalam Redesain Terminal

III.3.1 Strength

1. Lokasi diperkirakan layak hingga 10-15 tahun ke depan

2. Posisi di pinggir kota sangat tepat untuk perkembangan ke luar, untuk

3. pengembangan kawasan

4. Kemampuan SDM dan teknologi yang meningkat

5. Tuntutan untuk mengembangkan sistem transportasi massa berikut

sarana dan prasarananya

III.3.2 Weakness

1. Besarnya sektor informal

2. Kurangnya ketertiban dan kenyamanan

3. Lalu lintas terminal kurang efisien dan terpadu

4. Kondisi terminal pada umumnya kurang tertata

66

Page 67: Redesain Terminal Malengkeri

III.3.3 Oppurtunities

1. Program pembangunan pemerintahan, diantaranya adalah perbaikan

sistem transportasi kota dan kawasan mamminasata

2. Kebutuhan terhadap sistem transportasi terpadu

3. Harapan masyarakat terhadap perbaikan sistem transportasi

4. Peningkatan infrastruktur kota

III.3.4 Thread

1. Jaringan transportasi kurang terpadu

2. Arus perpindahan orang dan barang yang tinggi sementara

perkembangan transportasi massa kurang mendukung

3. Peningkatan jumlah kendaraan pribadi

4. Kepadatan penduduk

5. Tingginya tingkat urbanisasi

III.4 Manajemen Ruang

III.4.1 Analisis Program Ruang Terminal dari Studi Literatur

Berdasarkan buku Transport Terminals and Modal Interchanges,

Planning and Design, kebutuhan ruang untuk terminal penumpang adalah

sebagai berikut:

a. Fasilitas untuk kendaraan

Banyaknya bay yang akan disatukan (istilah 'bay' digunakan

dalam terminal sebagai ganti istilah 'pemberhentian bus'), ditentukan oleh

banyaknya bus yang akan diberangkatkan dari terminal, sesuai dengan

jadwal yang ada, dapat digunakan satu bay untuk berbagai rute

[jasa;layanan]. Kendaraan yang akan melakukan manuver lebih memilih

untuk mendekati bay. Ada tiga jenis manuver, yakni 'shunting/pelangsiran’,

'drive-through/melintas' dan 'sawtooth/gigi gergaji’, Pilihan jenis manuver

67

Page 68: Redesain Terminal Malengkeri

yang digunakan akan dipengaruhi oleh ukuran dan proporsi dari lokasi

yang tersedia.

Gambar 3.10 : pola parkir bus dengan kemiringan 45o dan tegak lurus

Gambar 3.11 : pola platform tegak lurus dan memanjang

68

Page 69: Redesain Terminal Malengkeri

Gambar 3.12 : pola platform posisi miring

Gambar 3.13 : area kedatangan

69

Page 70: Redesain Terminal Malengkeri

Gambar 3.14 : area keberangkatan

Gambar 3.15 : parkir area kedatangan dan keberangkatan

70

Page 71: Redesain Terminal Malengkeri

Gambar 3.16 : perputaran bis 1800 dan 900

71

Page 72: Redesain Terminal Malengkeri

Gambar 3.17 : perputaran bis 1800 dan 900

Disini kendaraan/bus hanya mengambil penumpang hingga

waktu yang telah ditentukan untuk selanjutnya berangkat menuju tujuan.

Sedangkan tempat untuk mengumpulkan penumpang diadakan di tempat

lain dari terminal. Tata ruang untuk ini harus didasarkan pada kebutuhan

untuk memarkir, tetapi lebih disukai tipe manuver yang tidak mengurung

kendaraan sedemikian rupa sehingga ketika untuk bergerak tidak

berhadapan dengan pergerakan bus lain. Dalam beberapa kasus, berbagi

waktu dan berbagi tempat dalam penggunaan bay lebih efisien dan efektif.

Fasilitas untuk pemeliharaan bus. Pemeriksaan rutin,

perbaikan, dan pencucian bus adalah suatu bagian integral dari tanggung

jawab pemilik armada/kendaraan. Suatu terminal akan lebih baik

menyediakan fasilitas untuk pemeliharaan bus, selain mendapatkan

pemasukan juga mempermudah pemilik kendaraan untuk mengawasi

kendaraan dan pada akhirnya mempercepat penyediaan armada yang

dibutuhkan penumpang (tidak perlu keluar terminal untuk dapat

memperbaiki kendaraan). Masalahnya adalah penyediaan infrastruktur

72

Page 73: Redesain Terminal Malengkeri

untuk pemeliharaan harus terintegrasi dengan fasilitas infrastruktur untuk

publik/penumpang

b. Fasilitas untuk penumpang

Fasilitas yang disediakan untuk para penumpang tergantung

jumlah penumpang yang menggunakan fasilitas tersebut. Fasilitas yang

disediakan disesuaikan dengan kebutuhan penumpang yang melakukan

perjalanan, pergantian moda transportasi, dan mengantar penumpang.

Sebagai contoh, kamar kecil publik, ruang tunggu fasilitas yang nyaman,

ruang informasi, ruang kontrol, kiosk-kiosk, tempat penitipan barang, dll

c. Fasilitas untuk karyawan

Fasilitas untuk staff selain kantor perlu disediakan terutama

yang berkaitan dengan kenyamanan kerja mereka. Seperti contohnya:

bank, kantin, kamar kecil privat, locker karyawan, klinik, dll.

III.4.3 Pola Hubungan Ruang

Pola hubungan ruang berdasarkan aktivitas pengguna terminal

1. Keberangkatan penumpang

73

Page 74: Redesain Terminal Malengkeri

2. Kedatangan penumpang

74

Page 75: Redesain Terminal Malengkeri

3. Sopir dan staff pekerja

75

Page 76: Redesain Terminal Malengkeri

76