Upload
yuri-stiadi
View
263
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
rangkuman buku filsafat dari berbagai disiplin ilmu
Citation preview
JUDUL BUKU :
FILSAFAT ILMU PENDIDIKANKajian Tentang Pengetahuan Tentang Pendidikan
Yang Disusun Secara Sistematis dan Sistemik Dalam Membangun Ilmu Pendidikan
PENULIS : Dr. Darsono Prawironegoro, SE, SF, MA, MM
PENERBIT : NUSANTARA CONSULTING
COPYRIGHT : Cetakan pertama, 2010
JUMLAH HALAMAN : 264 Halaman
IDENTITAS BUKU UTAMA
SISTEMATIKA ISI BUKU
BAB 1 PENGERTIAN FILSAFAT
BAB 2 LOGIKA
BAB 3 EPISTEOLOGI
BAB 4 ILMU PENDIDIKAN
BAB 5 PERANAN PENDIDIKAN DALAM KEHIDUPAN
BAB 6 PENDIIDKAN, PERADABAN, DAN KEBUDAYAAN
BAB 7 PENDIDIKAN DAN PERUBAHAN
BAB 8 EKONOMI PENDIDIKAN
BAB 9 PENDIDIKAN DI ZAMAN KOLONIALISME
BAB 10 PENDIDIKAN DI ZAMAN MERDEKA
BAB 11 PENDIIDKAN DI ZAMAN NEOLIBERALISME
BAB 12 PENDIDIKAN DAN KORUPSI
BAB 13 PEMBANGUNAN PENDIDIKAN
BAB 14 KEPEMIMPINAN DALAM PENDIDIKAN
RINGKASAN ISI BUKU
BAB I: PENGERTIAN FILSAFAT
Filsafat berasal dari kata philos dan shopia, philos artinya berfikir dan Sophia
artinya kebijaksanaan. Jadi filsafat adalah cinta kepada kebijaksanaan. Berpikir
artinya mengolah data inderawi menjadi pengertian atau proses mencari makna, dan
kebijaksanaan artinya pengambil keputusan yang memihak pihak lemah. Filsafat
lahir dari keraguan (skeptic), kekaguman (keheranan) dan dari berfikir kritis
(mempertanyakan) terhadap gejala alam dan social yang merupakan objek filsafat
itu sendiri. Filsafat bertujuan untuk memperoleh pengertian (makna) dan
menjelaskan gejala-peristiwa alam dan social, adapun kegunaannya yaitu sesorang
akan empunyai pedoman untuk berfikir, bersikap, dan bertindak secara sadar dalam
menghadapi berbagai gejala-peristiwa yang timbul dalam alam dan masyarakat.
Filsafat merupakan anak kandung dari sistem social. Sistem social dibangun
berdasarkan sistem ekonomi; diatas sistem social dibangun sistem politik dan sistem
budaya (sistem pemikiran atau sistem filsafat). Perkembangan filsafat adalah anak
kandung dari perkembangan social. Masyarakat berubah dan berkembang
kemudian melahirkan pemikiran yang berubah dan berkembang. Oleh sebab itu jika
menganalisis pemikiran para pemikir harus dihubungkan dengan sejarah
perjkembangan masyarakat.
BAB II: LOGIKA
Logika adalah suatu metode atau teknik yang diciptakan untuk meneliti
ketepatan penalaran. Bentuk-bentuk pemikiran ialah pengertian atau konsep,
proposisi atau pernyataan dan penalaran. Tidak ada proposisi tanpa pengertian dan
tidak ada penalaran tanpa proposisi. Pengertian atau yang lazim disebut konsep
ialah hasil observasi indera terhadap terhadap objek yang diolah oleh otak. Dalam
suatu proposisi terjadi dua kemungkinan, yaitu pengakuan dan pengingkaran.
Proposisi tersebut harus dibuktikan karena dapat bersifat benar atau salah sehingga
proposisi pada hakikatnya adalah apa yang ada dipikiran manusia dan harus
dibuktikan dengan kondisi objektif.
Logika dibagi menjadi dua, pertama; logika formal atau logika struktutalisme
yakni cara membuat kesimpulan berdasarkan pernyataan atau proposisi. Artinya
pikiran adalah factor utama yang menentukan beanr atau salahnya dari suatu
kesimpulan. Kedua; logika material ialah membuat kesimpulan berdasarkan pada isi
atau objek (materi). Dalam membuat penalaran atau penyimpulan juga cenderung
mengalami kesesatan berfikir yaitu yaiu penalaran atau penyimpulan yang sesat
yang disebabkan bentuk premis yang tidak tepat.
BAB III: EPISTEMOLOGI
Dalam proses perkembangannya manusia memiliki kemampuan merekayasa
terhadap gejala-peristiwa alam dan social. Hubungan timbale balik antara manusia
dengan alam ataupun dengan manusia lainnya disebut praktek, yang mana prektek
itu akan melahirkan pengetahuan, baik pengetahuan langsung yakni pengalaman
individu ataupun praktek tidak langsung yakni pengalaman orang lain.
Pengetahuan lahir melalui dua tingkat, yaitu tingkat sensasi (pengetahuan
sensasional) yaitu pengetahuan yang langsung ditangkap oleh kemampuan indera
manusia apa adanya dari praktek. Dan tingkat rasio (pengetahuan rasional) yaitu
pengetahuan hasil penangkapan indera terhadap kondisi obbbjektif hasil penelitian,
hasil perenungan dan hasil penyimpulan dari pengetahuan sensational.
Objek pengetahuan adalah materi dan ide, atau kenyataan dan pikiran. Meteri
mempunyai arti yaitu segala sesuatu yang ada secara objektif, ada diluar idea tau
diluar kemauan manusia (dapat ditangkap oleh panca indera manusia), sedangkan
ide ialah cermin daripada materi tau merupaan bentuk lain dari pada materi, ide bias
menjangkauh jauh kedepan materi. Materi sendiri selalu berubah atau selalu dalam
proses perkembangan (dinamis/gerak) yakni suatu perkambangan atau perubahan
dari materi. Terbagi menjadi dua, gerak mekanis yaitu peruahan yang bersifat terus
menerus secara tetap. Sedangkangkan gerak dialektis yaitu perubahan yang bersifat
meningkat, dari tingkatan rendah menuju tingkatan yang lebih tinggi. Diam juga
sebenrnya merupakan bentuk gerak yang bersifat sangat sementara
Dialetika ialah gerak yadan salling hubungan, ia diandang sebagai model berfikir. Dalam dialetika materialis terdapat asas yakni ; (a) kontradiksi, yakni pertentangan atau perbedaan, ia memupnyai sifat umum (ada dimana-mana) dan khusus (berbeda pada materi yang berbeda). (b) Perubahan kuantitatif ke kualitatif,
suatu proses dari gerak materi atau perubahan dan perkembangan meteri, artinya bahwa setiap perubahan materi tentu melalui proses perubahan kuantitas ke perubahan kualitas. (c) Negasi dari negasi, yaitu peniadaan bentuk dan isi yang semula oleh bentuk dan isi yang baru, kemudian bentuk dan isi yang beru tersebut yang telah meniadakan bentuk dan isi yang semula akan ditiadakan juga oleh bentuk dan isi yang lama tetapi dalam kualitas yang baru dan tinggi serta maju.
Perkembangan pengetahuan tidak berhenti pada suatu batas, tetapi akan berkembang ke batas yang lain sejalan dengan praktek manusia yang juga tidak akan berhenti pada suatu batas. Pengetahuan itu terus menerus dikumpulkan, ditambah, dikombinasikan, disatukan, diseleksi, diklasisfikasikan, disalinghubungkan, disambung-sambungkan dikembangkan menjadi pengetahuan yang lebih luas. Pengetahuan berperan sebagai sinar dari praktek, memipin praktek, dan mengembangkan praktek.
Dalam mencari pengetahuan dibutuhkan sutu kebenaran, yakni sesuainya ide dengan materi. Terdapat dua kebenaran, kebenaran objektif (suatu kenyataan apa adanya dari suatu materi atau suatu keadaan objektif) dan kebenaran subjektif (suatu pencerminan ide tentang materi atau pikiran tentang keadaan objektif). Kebenaran juga memiliki sifat absolute (kebenaran yang lengkap dan menyeluruh) dann relative (kebenaran yang sementara atau kebenaran pada ruagn dan waktu yang lain).
BAB IV: ILMU DAN PENDIDIKAN
Pendidikan hakikatnya adalah suatu proses memberitahu (memberikan suatu
pengertian, pernyataan dan penalaran) dan mendidik peserta didik. Dalam proses
pendidikan ini harus adanya hubungan saling percaya antara pendidik dan peserta
didik. Untuk mencapai tujuan itu, maka pendidik harus memiliki cara membimbing
dan cara mengajar yang sesuai dengan kondisi rill kehidupan peserta didik atau
disebut dengan managemen pendidikan. Sebagian pakar pendidikan mengharapkan
pendidik yang ideal yang mampu mengubah kahidupan rakyat jelata, bukan hanya
memenuhi masyarakat yang memiliki pola konsiftif tinggi dengan mengutamakan
uang senagai yang berkuasa. Dalam hal ini, hakikatnya peserta didik, orang tua
didik, pendidik dan masyarakt serta pemerintah adalah kondisi objektif dan lembaga
pendidikan adalah ide untuk merancang strategi, kebijakan dan program pendidikan
yang sesuai dengan kondisi objektif masyarakat agar masyarakat dapat berkembang
dan meningkatkan intelligence quotient dan emotional quetientnya.
BAB V: PERAN PENDIDIKAN DALAM KEHIDUPAN
Pendidikan ialah kegiatan manusia untuk mengubah pola pikir dan prilaku
sesuai dengan nilai dan norma-norma social yang berlaku demi memnuhi kebutuhan
hidup agar manusia dapat mengembangkan hidup yang lebih baik, proses ini lah
yang disebut kehidupan. Filasafat pendidikan mendiskusiakan tentang berfikir kritis
rasional mencari sebab-sebab terdalam tentang tata cara mengubah pola piker dan
perilaku warga didik agar sesuai dengan nilai dan norma-norma social yang berlaku.
Dalam dunia pendidikan, filasafat pendidikan berperan membangun karekter
manusia, yaiitu:
1) Manusia pendidik, menyajikan konsep-konsep manusia yang mampu bekerja
efektif dan efisien.
2) Manusia pemimpin, menyajiakan membangun pemimpin yang memahami
pikiran, perasaan dan mampu memperjuangkan kepentingan bawahan.
3) Manusia peserta didik, menyajikan konsep yang cocok dengan karakter
peserta didik.
BAB VI: PENDIDIKAN, PERADABAN DAN KEBUDAYAAN
Bahan baku ilmu pengetahuan adalah etnografi. Etnografi memiliki pengertian
sebagai deskripsi kebudayaan suatu suku bangsa yang biasanya didasarkan pada
criteria mata pencarian (sistem ekonomi). Dalam mendeskripsikan terseubut harus
dibatasi pada suatuu lokasi tertentu. Kajiaan etnografi juga dapat difokuskan pada
bidang tertentu dan dapat memulai penelitiannya mulai dari yang abstrak ke yang
kongkrit , atau sebaliknya.
Perdaban atau civilization adalah sistem produksi barang dan jasa pada
ruang dan waktu tertentu. Perkembangan sistem produksi itu ditentukan oleh
kemampuan manusia mencipta alat kerja yang lebih baik sehingga ia dapat
memproduksi melebihi konsumsinya. Peprkembangan peradaban juga dapat ditinjau
dari empat aspek yaitu kemamjuan alat kerja, specialisasi pekerjaan, keuasaan
politik.
Kebudayaan merupakan karya manusia berupa tiga wujud yaitu ide (pola
piker ang merupakan sistem budaya atau adat istiadat), sistem social (pola interaksi
masyarakat berdasar sistem ekonomi) , dan benda (karya manusia yang berwujud
fisik). Kebudayaan dapat berwujud symbol yaitu abstraksi dari kondisi objektif, dan
telah menjadi ciri khas manusia dalam menciptakan symbol yang mempunyai makna
tertentu. Kemampuan ini yang melahirkan ilmu pengetahuan alam dan social.
Persebaran pola piker, berprilaku dan benda-benda budaya dari tepat yang satu ke
yang lain itu lah yang disebut dengan difusi kebudayaan. Selain itu kebudayaan juga
berevolusi atau berubah dan berkembang secara tahap demi tahap dari primitive
menjadi modern.
Perkembangan kebudayaan ditetentukan oleh factor internal masyarakat yaitu
oleh sejarah perkembangan manusia memproduksi barang-barang untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Perkembangan itu mnentukan sistem ekonomi, selanjutnya
menentukan sistem social dan sistem budaya. Evolusi kebudayaan adalah suatu
proses kehidupan manusia mengelola lingkungan hidupnya.
BAB VII: PENDIDIKAN DAN PERUBAHAN
Pendidikan hakekatnya merubah karakter peserta didik agar sesuai dengan
karakter sistem social yang sedang berjalan. Proses perubahan akrakter tersebut
bias dilakukan memalui teori dan praktek. Perubahan karakter peserta didik merupak
suatu proses yang harus didukung oleh alat kerja, metode kerja, modal kerja, tenaga
pendidik, informasi, kepemimpinan dan organisasi pendidikan. Organisasi pendidkan
merupakan tempat untuk merubah karakte peserta didik tersebut. Sehingga guna
mewujudkan tersebut perlu perubahan dalam organisasi pendidikan.
Organisasi pendidikan berubah dan berkembang berdasarkan pada tuntutan
sistem social dan alat kerja yang digunakannya. Jika perkembangan alat kerja
lambat, maka organisasi pendidikan berkembangnya juga akan lambat. Sedikitnya
ada lima aspek yang harus dikelola oleh penddik dalam suatu organisasi pendidikan
yang berhubungan dengan perubahan, yaitu:
1) Penyebab perubahan
2) Struktuk organisasi pendidikan
3) Perilaku mindividu
4) Perilaku manager organisasi pendidikan seperti kepala sekola, direktur
oendidikan, ketua jurusan, dekan, rektor dll.
5) Proses komunikasi.
BAB VIII: EKONOMI PENDIDIKAN
Pendidikan merupakan wilayah yang paling hakiki dalam hidup manusia,
khususnya generasi mendatang. Manusia pada awalnya dididik oleh lingkungan
hidupnya, khususnya lingkungan alam dan social. Lingkungan membentuk pikiran,
perilaku, watak dan moral manusia. Pengalaman berinteraksi dengan lingkungan
yang berupa data inderawi yang kemudian dioleh oleh otak menjadi pengertian.
Penertian yang dirangkai dengan pengertian lainnya akan menjadi pernyataan dan
perbandingan atara dua pernyataan kan melahirkan penalaran. Dengan demikian
indera dan otak manusia memeganang peranan pokok dalam melahirkan
pengertian, ppernyataan dan penalaran.
Ilmu menentukan perilaku manusia. Berpikir dan berperilaku yang dilakukan
oleh manusia secara terus menerus berulang-ulang untuk melahirkan suatu
melahirkan kebiasaan dan kebiasaan secara terus menerus akan menjadi suatu
keyakinan. Proses selanjutnya yaitu, manusia bukan saja belajar dari lingkungan
tetapi juga dari manusia sebelumnya karena ilmu harus disesuaikan dengan
perubahan lingkungan hidup.
Permasalahan pendidikan hakikatnya adalah ditentukan oleh sistem social-
ekonomi yang berlaku, bukan ditentukan oleh guru atau lembaga pendidikan yang
mengelolanya. Lembaga pendidikan merupakan bagian dari sistem social, dimana
keberadaannya ditentukan oleh sistem social yang berlaku. Demikian juga guru yang
merupakan bagian dari sistem social, dimana kehidupan kongkritnya ditentukan oleh
sistem social yang berlaku.
BAB IX: PENDIDIKAN DIZAMAN KOLONIALISME
Kolonialisme ialah penjajahan fisik yang dilakukan oleh kaum kapitalis
nasional dalam mencari pasar dan bahan mentah, sedangkan imperialime ialah
penjajahan ekonomi yang dilakukan oelh kapitalis global dalam mencari pasar,
bahan mentah dan tenaga kerja murah. Keduanya merupakan produk dari
kapitalisme.
Dizaman kolonialisme, pendidikan sebagai cermin dari ssitem ekonomi
colonial yang bersifat penghisapan bangsa atas bangsa. Pendidikan dirancang oleh
kekuasaan politik kolonialisme yang bersifat diskriminatif yang dapat terbagi menjadi
pendidikan bagi kaum kolonialis dan pendidikan bagi bangsa terjajah.
BAB X: PENDIDIKAN DI ZAMAN MERDEKA
Di zaman merdeka atau nasionalisme demokratik, pendidikan sebagai cermin
dari sistem ekonomi nasionalisme yang bersifat pemerataan kemakmuran seluruh
bangsa. Pendidikan dirancang oleh kekuasaan politik nasionalisme bersifat
pemerataan yang bertujuan untuk mencerdaskan bangsa untuk mewujudkan
kesejahteraan seluruh bangsa. Sehingga konsekuensi logisnya Negara harus
bertanggung jawab penuh dibidang pendidikan karena hasil pendidikan nantinya
harus mampu mengubah dan membentuk karakter bangsa yang mampu mandiri
dibidang ekonomi, berdaulat dibidang politik dan berkepribadian dibidang
kebudayaan.
BAB XI: PENDIDIKAN DI ZAMAN NEO-LIBERALIME
Neoliberalisme adala ideology kapitalis global yang berbasis kompetisi,
artinya semua aktivitas ekonomi, social, politik dan pendidikan harus berkompetisi
untuk menjadi yang terbaik. Tentunya dalam kompetisi tersebut ada istilah kalah dan
menang, yang meang adalah meraka yang memiliki modal, ilmu, teknologi militer,
informasi dan jaringan kerja (kaum kapitalis global) sedangkan yang kalah adalah
mereka yang lemah alam bidang-bidang itu.
Di zaman neoliberalisme, pendidikan sebagai cermin dari sistem ekonomi
neoliberalisme yang bersofat penghisapan kaum kapitalis global atas bangsa-
bangsa. Pendidikan dirancang oleh kekuasaan politik neoliberalisme bersifat
diskriminatif dan dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, pendidikan untuk orang
kaya dan bagi kaum miskin.
BAB XII: PENDIDIKAN DAN KORUPSI
Salah satu definisi korupsi yang dalam bahasa latin disebut dengan
corrumpere yaitu menghancurkan. Ketika pendidikan merupakan suatu proses
mengubah karakter peserta didik berdasarkan sistem social yang berkembang saat
ini yakni korupsi, maka akan melahirkan pendidikan yang korup.
Yang dimaksud sistem social yang korup ialah kondisi social dimana
masyarakat tidak peduli terhadap warganya yang melakukan korupsi. Bahkan justru
menghormati korupsor yang membantu fakir miskin diligkungannya, membantu
fasilitas umum dan keagamaan dll.
BAB XIII: PEMBANGUNAN PENDIDIKAN
Pendidikan harus dibangun berdasar pada kondisi objektif masyarakat.
Pendidikan merupakan cermin atau ide dari sistem masyarakat, oleh sebab itu
pembangunan pendidikan harus berdasar sistem masyarakat yang terdiri dari:
1) Pembangunan pendidikan dalam masyarakat sistem primitive, yaitu output
pendidikan dalam masyarakat primitive yaitu bekerjasama untuk melestariakn
lingkungan alam, karena alam dan masyarakat merupakan satu kesatuan.
2) Pembangunan pendidikan dalam masyarakat pemilikan budak, , yaitu output
pendidikan untuk tuan budak (kaum penindas), karena tuan budakk yang
memiliki alat kerja dan budak hanya memiliki tenaga kerja. Tuan budak
sebagai pendidik dan budak sebagai peserta didik sehinga pendidikan
berorientasi untuk memproduksi barang-barang dagangan tukang budak.
Para budak didik kerja praktis untuk meningkatkan keterampilan dalam
memproduksi barang dagangan. Karena nilai dan norma pada masyarakat
tersebut adalah kerja penghisapan dan penindasan kaum pemilik modal
terhadap kaum budak.
3) Pembangunan pendidikan dalam masyarakat feodaliseme, output pendidikan
untuk kerja tuan feodal, kerana tuan feudal memiliki alat kerja dan petani
hamba hanya memiliki tenaga kerja. Nilai dan norma pada masyarakat ini
adalah kerja penghisapan kaum feudal kepada tani hamba.
4) Pembangunan pendidikan dalam masyarakat kapitalis, output pendidikan
untuk kerja tuan kapitalis karena nilai dan norma dalam masyarakt ini adalah
kerja upahan (kaum kapitalis mengupah kaum buruh).
5) Pembangunan pendidikan dalam masyarakt kolonialisme, output pendidikan
untuk kerja kaum colonial (penjajah) karena nilai dan norma dalam
masyarakat ini penghisapann dan penindasan kaum kolonial terhadap bangsa
terjajah.
6) Pembangunan pendidikan dalam masyarakat merdeka, output pendidikan
untuk kerja membangun bangsa dan negera dari reruntuhan penjajah. Negera
merdeka memiliki alat kekrja untuk digunakan kemakmuran seluruh rakyat .
karena nilai dan norma masyarakat merdeka adalah kerja untuk kepentingan
bangsa dan Negara.
7) Pembangunan pendidikan dalam masyarakat neoliberalisme, output
pendidikan untuk kerja kaum kapitalis global (penjajah baru/neokolonialisme)
karena kaum kapitalis global memilik alat prosuksi dan bangsa terjajah hanya
memiliki tenaga kerja dan alat produksi yang sangat terbatas.
BAB XIV: KEPEMIMPINAN DALAM PENDIDIKAN
Organisasi pendidikan memerlukan pemimpin yang bermoral dan memiliki
kecakapan intelektual. Moral ialah ajaran sistem nilai yang berupa ajaran (agama)
dan paham (ideologi) sebagai pedoman untuk bersikap dan bertindak baik yang
diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya yang bertujuan mengarahkan sikap
dan perilaku manusia agar menjadi baik sesuai dengan ajaran dan paham yang
dianutnya seperti jujur, disiplin, solidaritas berkorban dll.
Ada 10 thesis tentang kepemimpinan, yaitu (1) Kepemimpinan harus
mempunyai visi, nilai dan keberanian; (2) Pemimpin harus menjadi teladan; (3)
Pemimpin harus mempunyai sifat; (4) Pemimpin harus memiliki kecakapan; (5)
Pemimpin harus belajar sepanjang masa; (6) Pemimpin harus mempunyai berbagai
tingkat kematangan; (7) Pemimpin harus mempunyai keterampilan; (8) Pemimpin
harus mampu membuat keseimbangan; (9) Pemimpin harus mengenal situasi; (10)
Pemimpin harus lahir dari rakyat
ANALISA PEMBANDING DENGAN BUKU FILSAFAT LAINNYA (BUKU 1 )
JUDUL BUKU : FILSAFAT ILMU SEBUAH PENGANTAR POPULER
PENULIS: JUJUN S. SURIASUMANTRI
PENERBIT: PUSTAKA SINAR HARAPAN
COPYRIGHT :
CETAKAN KE DUAPULUH, 2007CETAKAN REVISI KE DUAPULUH SATU, 2009
CETAKAN KE DUA PULUH SATU, 2010
JUMLAH HALAMAN : 384 Halaman
SISTEMATIKA ISI BUKU
BAB I KEARAH PEMIKIRAN FILSAFAT
BAB II DASAR-DASAR PENGETAHUAN
BAB III ONTOLOGI : HAKIKAT APA YANG DIKAJI
BAB IV EPISTIMOLOGI: CARA MENDAPATKAN PENGETAHUAN YANG BENAR
BAB V SARANA BERPIKIR ILMIAH
BAB VI AKSIOLOGI : NILAI KEGUNAAN ILMU
BAB VII ILMU DAN KEBUDAYAAN
BAB VIII ILMU DAN BAHASA
BAB IX PENELITIAN DAN PENULISAN ILMIAH
BAB X PENUTUP
RINGKASAN ISI BUKU PEMBANDING 1
BAB I KE ARAH PEMIKIRAN FILSAFAT
1.1 Ilmu dan Fisafat
Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa
ragu-ragu dan filsafat dimulai dengan kedua-duanya. Berfilsafat didorong untuk
mengetahui apa yang telah kita tahu dan apa yang kita belum tahu. Berfilsafat
berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan pernah kita ketahui dalam
kesemestaan yang seakan tak terbatas ini.
Berfilsafat tentang ilmu berarti kita berterus terang kepada diri kita sendiri apakah
sebenarnya yang saya ketahui tentang ilmu? Apakah cirri-cirinya yang hakiki yang
membedakan ilmu dengan pengetahuan-pengetahuan lainnya yang bukan ilmu?
Mengapa kita mesti mempelajari ilmu ? Dsb.
1.2 Karakteris Filsafat
1. Menyeluruh : tidak puas mengenali ilmu hanya dari segi pandang ilmu itu sendiri.
2. Mendasar : tidak percaya begitu saja bahwa ilmu itu benar.
3. Spekulatif : mencurigai atau memilih buah pikir yang dapat kita andalkan.
1.3 Filsafat: Peneratas Pengetahuan
Filsafat merupakan langkah awal untuk mengetahui segala pengetahuan.
Semua ilmu baik ilmu alam maupun ilmu sosial, bertolak dari pengembangannya
bermula sebagai filsafat. Sekiranya kita sadar bahwa filsafat adalah marinir bukan
pionir karena bukan pengetahuan yang bersifat merinci.
1.4 Bidang Telaah Filsafat
Filsafat menelaah segala masalah yang mungkin dapat dipikirkan oleh
manusia. Sesuai dengan fungsinya sebagai pionir dia mempermasalahkan hal-hal
yang pokok, terjawab masalah yang satu diapun mulai merambah.
1.5 Cabang Cabang Filsafat
Cabang - Cabang Filsafat.Adalah Epistimologi (Filsafat Pengetahuan), Etika
(Filsafat Moral), Etestika (Filsafat Seni), Metafisika, Politik (Filsafat Pemerintahan),
Filsafat Agama, Filsafat Ilmu, Filsafat Pendidikan, Filsafat Hukum, Filsafat Sejarah
Dan Filsafat Matematika.
1.6 Filsafat ilmu
Filsafat ilmu merupakan bagian dari epistimologi yang secara spesifik
mengkaji hakikat ilmu (pengetahuan ilmiah). Filsafat Ilmu dibagi menjadi filsafat ilmu-
ilmu alam dan filsafat ilmu-ilmu social, namun tidak terdapay perbedaan yang
prinsipil antara ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial dimana keduanya memiliki ciri-ciri
keilmuan yang sama.
1.7 Kerangka Pengkajian Buku
Pembahasan buku ini ditunjukan kepada orang awam yang ingin mengetahui
aspek kefilsafatan dari bidang keilmuan dan bukan ditujukan kepada mereka yang
menjadikan filsafat ilmu sebagai bidang keahlian. Pada dasarnya buku ini mencoba
membahas aspek ontologis, epistimologis dan aksiologis keilmuan sambil
membandingkan dengan beberapa pengetahuan lain.
Dalam kaitan-kaitan ini akan dikaji hakikat beberapa saran berpikir ilmiah
yakni, bahasa, logika, matematika dan statistika. Setelah itu dibahas beberapa
aspek yang berkaitan erat dengan kegiatan keilmuan seperti aspek moral, sosial,
pendidikandan kebudayaan. Akhirnya buku ini ditutup dengan pembahasan
mengenai struktur penelitian dan penulisan ilmiah dengan harapan agar dapat
membantu mereka yang berkarya dalam bidang keilmuan.
BAB II DASAR-DASAR PENGETAHUAN
2.1 Penalaran
Penalaran adalah berpikir menurut suatu alur kerangka berpikir tertentu.
Dengan penalaran inilah manusia mampu mengembangkan pengetahuannya
dengan cepat dan mantap. Disamping itu manusia juga mempunyai bahasa yang
mampu mengkomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang melatarbelakangi
informasi tersebut.
2.2 Hakikat Penalaran.
Penalaran mempunyai ciri-ciri: proses berpikir logis atau dan
analitis.Penalaran juga merupakan suatu proses berfikir dalam menarik kesimpulan
yang berupa ilmu pengetahuan.
2.3 Logika
Logika didefinisikan sebagai pengkajian untuk berpikir secara sahih (Valid).
Logika berguna dalam proses penenarikan kesimpulan. Logika dibagi menjadi logika
induktif dan logika deduktif.
2.4 Sumber Pengetahuan
Sumber Pengetahuan, pada dasarnya terdapat dua cara kita mendapatkan
pengetahuan yang benar yaitu mendasarkan diri pada rasio atau
disebut rasionalisme dan mendasarkan diri pda pengalaman atau
disebut empirisme, namun masih terdapat cara lain yaitu intusi (pengetahuan yang
didapatkan tanpa melalui proses penalaran tertentu) dan wahyu merupakan
pengetahuan yang disampaikan oleh tuhan kepada manusia lewat perantara nabi-
nabi yang diutusnya).
2.5 Kriteria Kebenaran:
1.Teori Koherensi yaitu suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu bersifat
koheren atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap
benar. Misalnya bila kita menganggap bahwa, "semua manusia pasti akan mati"
adalah suatu pernyataan benar maka pernyataan bahwa, "si polan adalah seorang
manusia dan si polan pasti akan mati" adalah benar pula karena kedua pernyataan
kedua adalah konsisten dengan pernyataan yang pertama.
2.Teori Korespondensi yang ditemukan oleh Bertrand Russell (1872-1970). Suatu
pernyataan adalah benar jika materi pengetahuan yang dikandung pernyataan itu
berkorespondensi (berhubungan) dengan obyek yang dituju oleh pernyataan
tersebut. Misalnya jika seseorang mengatakan bahwa ibukota republik Indonesia
adalah Jakarta maka pernyataan tersebut adalah benar sebab pernyataan itu
dengan obyek yang bersifat faktual yakni Jakarta yang memang menjadi ibukota
republik Indonesia.
3.Teori Pragmatis dicetuskan oleh Charles S. Pierce (1839-1914). Suatu
pernyataan adalah benar jika pernyataan itu atau konsekuensi dari pernyataan itu
mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan manusia.Misalnya jika orang
menyatakan sebuah teori X dalam pendidikan, dan dengan teori X tersebut
dikembangkan teknik Y dalam meningkatkan kemampuan belajar, maka teori X itu
dianggap benar sebab teori X ini fungsional dan mempunyai kegunaan.
BAB IIIONTOLOGI: HAKIKAT APA YANG DIKAJI
3.1 Metafisika
Metafisika adalah bidang telaah filsafati yang merupakan tempat berpijak dari
setiap pemikiran filsafati termasuk pemikiran ilmiah.
3.2 Beberapa Tafsiran Metafisika
1. Supernaturalisasi adalah paham yang menyatakan bahwa terdapat wujud-wujud
bersifat gaib (supernatural) dan wujud-wujud ini bersifat lebih tinggi atau lebih
kuasa dibandingkan dengan alam yang nyata.
2. Naturalisme adalah paham yang menyatakan bahwa gjala-gejala alam tidak
disebabkan oleh pengaruh kekuatan yang bersifat gaib, melainkan oleh kekuatan
yang tedapat dalam alam itu sendiri, yang dapat dipelajari dan dengan demikian
dapat kita ketahui.
3.3 Asumsi
Asumsi merupakan dugaan-dugaan sementara yang belum jelas
kebenarannya, karena belum ada fakta pendukung yang valid. Ilmu sebagai
pengetahuan yang berfungsi membantu dalam memecahkan masalah praktis sehari-
hari, tidaklah perlu memiliki kemutlakan seperti halnya agam. Walaupun demikian
sampai tahap tertentu ilmu memiliki keabsahan dalam melakukan generalisasi.
3.4 Peluang
Peluang adalah kemungkinan kejadian.
3.5 Beberapa Asumsi Dalam Ilmu
1. Asumsi yang mendasari telah ilmiah
2. Asumsi yang mendasari telaah moral
3.6 Batas-Batas Penjelajahan Ilmu
Batas-Batas Penjelajahan Ilmuadalah pengalaman manusia dan pengetahuan
yang telah diuji kebenaranya secra empiris.
3.7 Cabang-Cabang Ilmu
Dua cabang utamanya yaitu:
1. Filsafat alam yang kemudian menjadi ilmu-ilmu alam (the natural science)
2. Filsafat moral yang kmudian menjadi ilmu-ilmu sosial (the social science)
Disamping itu terdapat juga : Ilmu Humaniora dan Ilmu Matematika.]
BAB IV EPISTIMOLOGI: CARA MENDAPATKAN PENGETAHUAN YANG BENAR
4.1 Jarum Sejarah Pengetahuan
Jarum Sejarah Pengetahuanpada waktu dulu kriteria kesamaan yang menjadi
konsep dasar. Semua menyatu dalam kesatuan yang batas-batasnya kabur dan
mengambang. Tidak terdapat jarak antara objek yang satu dengan objek yang lain,
antara wujud yang satu dengan wujud yang lain. Konsep dasar ini baru mengalami
perubahan fundamental dengan berkembangnya abad.
Penalaran pada pertengahan abad ke 17. Pohon pengetahuan mulai dibeda-
bedakan paling tidak berdasarkan apa yang diketahui, bagaimana cara
mengetahuinya dan untuk apa pengetahuan itu dipergunakan. Berdasarkan objek
yang ditelaah mulai dibedakan ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu social. Dari cabang ilmu
yang satu sekarang ini diperkirakan berkembang lebih dari 650 cabang disiplin ilmu.
4.2 Pengetahuan
Pengetahuan pada hakekatmya merupakan segenap apa yang kita ketahui
tentang suatu obyek tertentu, termasuk kedalamnya adalah ilmu. Jadi ilmu
merupakan bagian dari pengetahuan yang diketahui oleh manusia disamping
berbagai jenis pengetahuan lainya seperti seni dan agama. Pengetahuan
merupakan khasanah kekayaan mental yang secara langsung atau tidak langsung
turut memperkaya kehidupan kita.
Setiap jenis pengetahuan mempunyai ciri-ciri spesifik
mengenai apa (ontologi), bagaimana (epistimologi) dan untuk apa (aksiologi)
pengetahuan tersebut di susun. Jika ilmu mencoba mengembangkan sebuah model
yang sederhana mengenai dunia empiris dengan mengabstraksikan realitas menjadi
beberapa variable yang terikat dalam sebuah hubungan yang bersifat rasional, maka
seni ( paling tidak seni sastra ), mencoba mengungkapkan obyek penelaahan itu
sehingga menjadi bermakna bagi pencipta dan mereka yang meresapinya, lewat
berbagai kemampuan manusia untuk menangkapnya, seperti pikiran emosi dan
panca indra.
Seni menurut Moctar Lubis, merupakan produk dari daya inspirasi dan daya
cipta manusia yang bebas dari cengkraman dan belenggu berbagai ikatan. Karya
seni bersifat penuh dan rumit namun tidak bersifat sistematik.
Sebuah karya seni yang baik biasanya mempunyai pesan yang ingin disampaikan
kepada manusia yang bias mempengaruhi sikap dan prilaku mereka. Itulah
sebabnya seni memegang peran penting dalam pendidikan moral dan budi pekerti
suatu bangsa.
Satu jembatan yang menghubungkan antara seni terapan dengan ilmu dan
teknologi adalah pengembangan konsep teoritis yang besifat mendasar yang
selanjutnya dijadikan tumpuan untuk mengembangkan pengetahun ilmiah yang
bersifat integral. Ilmu dan filsafat dimulai dengan akal sehat sebab tak mempunyai
landasan permulaan lain untuk berpijak.
4.3 Metode Ilmiah
Metode Ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang
disebut ilmu. Jadi ilmu didapat dari metode ilmiah. Tidak semua pengetahuan
disebut ilmu sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus
memenuhi syarat tertentu.
Syarat yang harus dipenuhi agar pengetahuan dapat disebut ilmu tercantum
dalam apa yang dinamakan dengan metode ilmiah. Metode ilmiah merupakan
ekspresi mengenai cara bekerjanya pikiran, sehingga pengetahuan yang dihasilkan
mempunyai karakteristik tertentu yang diminta oleh pengetahuan ilmiah, yaitu sifat
rasional dan teruji yang memungkinkan tubuh pengetahuan yang disusun
merupakan pengetahuan yang dapat diandalkan.
Dalam hal ini metode ilmiah mencoba menggabungkan cara berpikir deduktif
dan induktif dalam membangun tubuh pengetahuannya. Proses kegiatan ilmiah
menurut Ritchie Calder dimulai ketika manusia mengamati sesuatu. Sehingga,
karena masalah ini berasal dari dunia empiris, maka proses berpikir tersebut
diarahkan pada pengamatan objek yang bersangkutan yang bereksistensi dalam
dunia empiris pula.
Karena masalah yang dihadapinya adalah nyata maka ilmu mencari jawaban
pada dunia yang nyata pula. Ilmu dimulai dengan fakta dan diakhiri dengan fakta
pula, apapun juga teori yang menjembataninya (Einstein).
Teori merupakan suatu abstraksi intelektual dimana pendekatan secara
secara rasional digabungkan dengan pengalaman empiris. Artinya teori ilmu
merupakan suatu penjelasan rasional yang berkesesuaian dengan objek yang
dijelaskannya. Adapun tahapan dalam kegiatan ilmiah, yaitu:
1.Perumusan Masalah
2.Penyusunan kerangka berpikir
3.Perumusan hipotesis
4.Pengujian hipotesis
5.Penarikan kesimpulan.
4.4 Struktur Pengetahuan Ilmiah
Pengetahuan yang diproses menurut metode ilmiah merupakan pengetahuan
yang memenuhi syarat-syarat keilmuan, dan dengan demikian dapat disebut
pengetahuan ilmiah atau ilmu. Ada pun struktur pengetahuan ilmiah sebagai berikut :
1.Teori yang merupakan pengetahuan ilmiah yang mencakup penjelasan mengenai
suatu faktor tertentu dari sebuah disiplin keilmuan.
2.Hukum yang merupakan pernyataan yang menyatakan hubungan antara dua
variabel atau lebih dalam suatu kaitan sebab akibat.
3.Prinsip yang dapat diartikan sebagai pernyataan yang berlaku secara umum bagi
sekelompok gejala-gejala tertentu yang mampu menjelaskan kejadian yang terjadi.
4.Postulat yang merupakan asumsi dasar yang kebenarannya kita terima tanpa
dituntut pembuktiannya.
BAB V SARANA BERPIKIR ILMIAH
5.1 Sarana Berpikir Ilmiah
Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah demham baik, maka
diperlukan sarana yang berupa bahasa, logika, matematika dam statistika.
5.2 Bahasa
Keunikan manusia sebenarnya bukan terletak pada kemampuan berpikirnya
melainkan terletak pada kemampuan berbahasanya. Tanpa bahasa maka kegiatan
berpikir secara sistematis dan teratur tidak mungkin dilakukan, tanpa kemampuan
berbahasa manusia tidak menungkin mengembangkan kebudayaannya, selanjutnya
tidak dapat mengkomunikasikan pengetahuan kepada orang lain.
Jika kita berbicara maka hakikat informasi yang kita sampaikan mengandung unsur
emotif, demikian jika kita menyampaikan perasaan maka ekspresi itu mengandung
unsur informatif. Bahasa mengkomunikasikan tiga hal yakni buah pikiran, perasaan
dan sikap.
5.3 Matematika
Matematika merupakan bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari
pernyataan yang kita sampaikan, lambang dari matematika
bersifat artifisialis, mempunyai arti jika diberikan sebuah makna kepadanya.
Matematika bersifat kuantitatif dan sebagai sarana berpikir deduktif.
5.4 Statistika
Peluang yang merupakan dasar dari teori statistika, merupakan konsep baru
yang tidak dikenal dalam pemikiran Yunani Kuno,Romawi dan bahkan Eropa dalam
abad pertengahan. Teori mengenai kombinasi bilangan sudah terdapat dalam
aljabar yang dikembangkan sarjana Muslim namun bukan dalam lingkup teori
peluang.
Konsep statistika sering dikaitkan dengan distribusi variabel yang ditelaah
dalam suatu populasi tertentu. Statistika memberikan cara untuk dapat menaruk
kesimpulan yang bersifat umum dengan jalan mengamati hanya sebagian dari
populasi yang bersangkutan. Statistika mampu memberikan secara kuantitatif tingkat
ketelitian dari kesimpulan yang ditarik tersebut.
Statistika juga memberikan kemampuan kepada kita untuk mengetahui apakah
suatu hubungan kausalita antara dua faktor atau lebih bersifat kebetuln atau
memang benar-benar terkait dalam suatu hubungan yang bersifat empiris.
BAB VI AKSIOLOGI : NILAI KEGUNAAN ILMU
6.1 Ilmu dan Moral
Benarkah bahwa makin cerdas, maka makin pandai kita menemukan
kebenaran, makin benar maka makin baik pula perbuatan kita? Apakah manusia
mempunyai penalaran tinggi, lalu makin berbudi, sebab moral mereka dilandasi oleh
anlisis yang hakiki, atau sebaliknya makin cerdas maka makin pandai pula kita
berdusta?. Masalah moral berkaitan dengan metafisika keilmuan, maka dalam tahap
manipulasi ini masalah moral berkaitan dengan cara penggunaan pengetahuan
ilmiah.
Ontologi diartikan sebagai pengkajian mengenai hakikat realitas dari objek
yang di telaah dalam membuahkan pengetahuan, aksiologi diartikan sebagai teori
nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh. Sokrates
minum racun, John Huss dibakar sebagai contoh betapa ilmuan memiliki landasan
moral, jika tidak ilmuan sangat mudah tergelincir dalam prostitusi intelektual.
6.2 Tanggung Jawab Sosial Ilmuan
Seorang ilmuan mempunyai tanggung jawab sosial di bahunya. Bukan saja
karena ia adalah warga masyarakat yang kepentingannya terlibat secara langsung
dengan di masyarakat yang yang lebih penting adalah karena dia mempunyai fungsi
tertentu dalam keberlangsungan hidup manusia.
Sampai ikut bertanggung jawab agar produk keilmuannya sampai dan dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat. Sikap sosial seorang ilmuan adalah konsisten
dengan proses penelaahan keilmuan yang dilakukan. Sering dikatakan bahwa ilmu
itu bebas dari sistem nilai. Ilmu itu sendiri netraldan para ilmuanlah yang
memberikannya nilai.
6.3 Nuklir dan Pilihan Moral
Seorang ilmuan secara moral tidak akam membiarkan hasil penemuannya
dipergunakan untuk menindas bangsa lain meskipun yang mempergunakan itu
adalah bangsanya sendiri. Seorang ilmuan tidak boleh berpangku tangan, dia harus
memilih sikap, berpihak pada kemanusiaan. Pilihan moral memang terkadang getir
sebab tidak bersifat hitam di atas putih. Seperti halnya yang terjadi pada Albert
Einstein diperintahkan untuk membuat bom atom oleh pemerintah negaranya.
Seorang ilmuan tidak boleh menyembunyikan hasil penemuannya, apapun
juga bentuknya dari masyarakat luas serta apapun juga konsekuensi yang akan
terjadi dari penemuannya itu. Seorang ilmuan tidak boleh memutar balikkan
temuannya jika hipotesis yang dijunjung tinggi tersusun atas kerangkan pemikiran
yang terpengaruh preferensi moral ternyata hancur berantakan karena bertentangan
dengan fakta-fakta pengujian.
6.4 Revolusi Genetik
Revolusi Genetik merupakan babakan baru dalam sejarah keilmuwan
manusia sebab sebelum ini ilmu tidak pernah menyentuh manusia sebagai objek
penelaah itu sendiri. Hal ini buka berarti bahwa sebelumnya tidak pernah ada
penelaahan ilmiah yang berkaitan dengan jasad manusia, tentu saja banyak sekali,
namun penelaahan-penelaahan itu dimaksudkan untuk mengembangkan ilmu dan
teknologi.
Dengan penelitian genetika maka masalahnya menjadi sangat lain, kita tidak
lagi menelaah organ-organ manusia dalam upaya untuk menciptakan teknologi yang
memberikan kemudahan bagi kita, melainkan manusia itu sendiri sekarang menjadi
objek penelaah yang akan menghasilkan bukan lagi teknologi yang memberikan
kemudahan, melainkan teknologi untuk mengubah manusia itu sendiri. Pembahasan
ini berdasarkan kepada asumsi bahwa penemuan dalam riset genetika akan
dipergunakan dengan itikad baik untuk keluhuruan manusia.
BAB VII ILMU DAN KEBUDAYAAN
7.1 Manusia dan Kebudayan
Manusia dalam kehidupan mempunyai kebutuhan yang banyak sekali.
Adanya kebutuhan hidup inilah yang mendorong manusia untuk melakukan berbagai
tindakan dalam rangka pemenuhan kebutuhan tersebut. Dalam hal ini, menurut
Ashley Montagu, kebudayaan mencerminkan tanggapan manusia terhadap
kebutuhan dasar hidupnya.
Manusia berbeda dengan binatang bukan saja dalam banyaknya kebutuhan
namun juga dalam cara memenuhi kebutuhan tersebut. Kebudayaanlah, dalam
konteks ini, yang memberikan garis pemisah antara manusia dan binatang. Maslow
mengidentifikasikan lima kelompok kebutuhan manusaia yakni kebutuhan fisiologi,
rasa aman, afiliasi, harga diri dan pengembangan potensi.
7.2 Kebudayaan dan Pendidikan
Allport, Venon dan lindzey (1951) mengidentifikasikan enm nilai dasar dalam
kebudayaan yakni nilai teori, ekonomi, estetika, sosial, politik, dan agama .Yang
dimaksud dengan nilai teori adalah hakikat penemuan kebenaran lewat berbagai
metode seperti rasionalisme, empirisme dan metoda ilmiah.
Setiap kebudayaan mempunyai skala hirarki mengenai mana yang lebih penting dan
mana yang kurang penting dari nilai-nilai tersebut di atas serta mempunyai penilaian
sendiri dari tiap-tiap katagori.
7.3 Ilmu dan Perkembangan Kebudayaan Nasional
Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan dan pengetahuan merupakan
unsur kebudayaan. Ilmu dan kebudayaan berada dalam posisi yang saling
tergantung dan saling mempengaruhi.
Disatu pihak pengembangan ilmu dalam suatu masyarakat tergantung kondisi
kebudayaannya, tapi dipihak lain pengembangan ilmu akan mempengaruhi jalannya
kebudayaan.
Menurut Talcot Persons :"Ilmu dan kebudayaan itu terpadu secara intim
dengan seluruh struktur sosial dan tradisi kebudayaan "
Peranan ganda ilmu dalam pengembangan kebudayaan nasional adalah sebagai
berikut :
1.Ilmu merupakan sumber nilai yang mendukung terselenggaranya perkembangan
kebudayaan nasional
2.Ilmu merupakan sumber nilai yang mengisi pembentukan watak suatu bangsa.
Kedua hal ini terpadu satu sama lain dan sukar dibedakan. Pengkajian
perkembangan kebudayaan nasioal tidak dapat dilepaskan dari perkembangan ilmu.
Seiring perjalan waktu, dewasa ini kurun ilmu dan teknologi menjadi pengembangan
utama bidang ilmu dan secara tidak langsung kebudayaan kita tak terlepas dari
pengaruhnya, sehingga kita harus ikut memperhitungkan hal ini. Untuk itu
dibicarakan peranan ilmu sebagai sumber nilai yang ikut mendukung
pengembangan kebudayaan nasional.
7.4 Ilmu Sebagai Suatu Cara Berpikir
Berpikir ilmiah merupakan kegiatan berpikir yang memenuhi persyaratan-
persyaratan tertentu, yang memiliki dua kriteria utama, yaitu :
1. Pernyataan harus logis
2. Didukung fakta empiris (Empiris : berdasarkan pengalaman dan pengetahuan)
Kedua kriteria tersebut saling mengikat, yang pertama setiap pernyataan
yang disampaikan harus logis dan diperolah dari fakta-fakta empiris, merupakan
hakikat berpikir ilmiah. Dari hakikat ini, kita dapat menyimpulakan beberapa
karakteristik ilmu :
1.Ilmu mempercayai rasio sebagai alat untuk mendapatkan pengetahuan yang benar
2.Akar berpikir yang logis yang konsisten dengan pengetahuan yang ada.
3.Pengujian secara empiris sebagai kriteria kebenaran objektif.
4.Mekanisme yang terbuka terhadap koreksi
Maka disimpulkan manfaat yang dapat diperoleh dari karakteristik ilmu ialah
rasional, logis, objektif dan terbuka dan kritis sebagai landasannya.
7.5 Ilmu Sebagai Asas Moral
Artinya dalam menetapkan suatu pernyataan apakah itu benar atau tidak
maka seorang ilmuwan akan menarik kesimpulannya kepada argumentasi yang
terkandung dalam pernyataan itu dan bukan kepada pengaruh yang berbentuk
kekuasaan dari kelembagaan yang mengeluarkan pernyataan itu.
Hal ini sering menempatkan ilmuwan pada tempat yang bertentangan dengan
pihak yang berkuasa yang mungkin mempunyai kriteria kebenaran yang lain.Kriteria
ilmuwan dan politikus dalam membuat pernyataan adalah berbeda menurut Szilard :
jika seorang ilmuwan mengatakan sesuatu, rekan rekannya pertamakali akan
bertanya apakah yang dinyatakan itu mengandung kebenaran.
Sebaliknya jika seorang politikus mengatakan sesuatu maka rekan reknnya
pertama kali akan bertanya, " mengapa ia menyatakan hal itu " baru kemudian atau
mungkin juga tidak, mereka mempertanyakan apakah pernyataan itu mengandung
kebenaran.
Disamping itu kebenaran bagi ilmuwan mempunyai kegunaan yang universal
bagi umat manusia dalam meningkatkan martabat ke manusianya. Secara nasional
kaum ilmuwan tidak mengabdi kepada golongan, klik politik atau kelompok lain,
secara internasional kaum ilmu wan tidak mengabdi kepada ras,ideology, dan factor
– factor pembatasolainnya. Dua karakteristik ini merupkan asas moral bagi ilmuwan
yakni me ninggikan kebenaran dan pengabdian secara universal.
Dalam kenyataannya pelaksanaan asas moral ini tidak mudah sebab tahap
perkembangan ilmu yang sangat awal kegiatan ilmiah ini dipengaruhi oleh struktur
kekuasaan dari luar. Menurut Bachtiar dalam Jujun. S. Suriasumantri ( 1998,275)
lebih menonjol lagi pada Negara yang sedang berkembang , karena sebagian besar
kegiatan keilmuan merupakan kegiatan aparatur Negara.
7.6 Nilai-Nilai Ilmiah dan Pengembangan Kebudayaan Nasional
Ada 7 nilai yang terkandung dalam dari hakikat keilmuan yaitu kritis, rasional,
logis, objektif , terbuka, menjunjung kebenaran dan pengabdian universal.Ketujuh
sifat ini sangat akan sangat konsisten untuk membentuk bangsa yang modern.
Karena bangsa yang modern akan menghadapi banyak tantangan di segala
bidang kehidupan. Pengembangan kebudayaan nasional pada hakikatnya adalah
perubahan kebudayaan konvensional kearah yang lebih aspirasi.
7.7 Ke Arah Peningkatan Peranan Keilmuan
Jika menurut kita benar bahwasanya ilmu bersifat mendukung budaya
nasional,maka kita perlu meningkatkan peranan keilmuan dalam kehidupan kita.
Beberapa langkah yang dapat kita gunakan yang pada pokoknya mengandung
beberapa pemikiran sebagai berikut:
1.Ilmu merupakan bagian kebudayaan,sehingga setiap langkah dalam kegiatan
peningkatan ilmu harus memperhatikan kebudayaan kita.
2.Ilmu merupakan salah satu cara menemukan kebenaran.
3.Asumsi dasar dari setiap kegiatan dalam menemukan kebenaran adalah percaya
dengan metode yang digunakan.
4.Kegiatan keilmuan harus dikaitkan dengan moral.
5.Pengembangan keilmuan harus seiring dengan pengembangan filsafat
6.Kegiatan ilmah harus otonom dan bebas dari kekangan struktur kekuasaan.
Keenam hal ini merupakan langkah-langkah untuk memberi kontrol bagi
masyarakat terhadap kegiatan ilmu dan teknologi.
7.8 Dua Pola Kebudayaan
Dua pola kebudayaan dan ilmu yang begulir di Indonesia, adalah ilmu-ilmu
alam dan ilmu-ilmu social. Kenapa hal ini terjadi,ini terjadi karena besarnya
perbedaan antara ilmu social dan ilmu alam. Contohnya, jika kita belajar ilmu alam
dengan subjek batu, kira-kira saat lain di teliti lagi maka kemungkinan besar akan
berhasil dengan nilai yang sama,tetapi tidak demikin dalam ilmu social,dalam ilmu
social, ilmu social bergerak lebih fleksibel dan dapt berubah sewaktu-waktu.
Namun kedua hal itu bukan merupakan masalah, kedua hal itu tidak
mengubah apa yang menjadai tujuan penelitian ilmiah. Ilmu bukan bermaksud
mengumpulkan fakta tapi untuk mencari penjelasan dari gejala-gejala yang ada,
yang memungkinkan kita mengetahui kebenaran hakikat objek yang kita hadapi.
Ada dua faktor yang menjadi landasan suatu analisis kuantitatif ilmu sosial
yaitu: sulitnya melakukan pengukuran, karena emosi dan aspirasi merupakan unsur
yang sulit dan yang kedua banyaknya variabel yang mempengaruhi tingkah laku
manusia.
Hal seperti inilah yang menyebabkan ilmu alam lebih maju dari pada ilmu
social. Itu dikarenakan ilmu sosial lebih terpaku pada tahap kualitatif,dan untuk
mengubah ini ilmu sosial harus lebih masuk ketahap kuantitatif.
Di Indonesia hal seperti ini masih berlaku, terbukti adanya dua penjurusan
dalam bidang kajian ilmu, yaitu ilmu sosial dan ilmu alam,dan dalam
pelaksanaannya ilmu alam selalu dianggap lebih bergengsi di banding ilmu sosial.
Itu membuat sebagian masyarakat kita terobsesi untuk masuk jurusan ilmu alam
meski mungkin lebih berbakat dalam bidang sosial, sehingga secara tidak langsung
menghambat perkembangan ilmu sosial.
Pada akhirnya harus kita sadari bahwa adanya dua jurusan dalam bidang
ilmu ini memerlukan suatu usaha yang fundamental dan sistematis dalam
menghadapinya. Perlu dicari titik temu diantara kedua bidang ini sehingga satu
sama lain akan saling melengkapi, bukan saling terpisah. Karena bagaimanapun
ilmu sosial tidak dapat terpisah dan berdiri sendiri dan begitupun ilmu alam tetap
terikat secara sosial.
BAB VIII ILMU DAN BAHASA
8.1 Tetang Terminologi : Ilmu, Ilmu Pengetahuan dan sains ?
Dua Jenis Ketahuan
Manusia dengan segenap kemampun kemanusiannya seperti perasaan,
pikiran, pengalaman, pancaindra dan intuisi mampu menangkap alam hidupnya dan
mengabstraksikan tangkapan tersebut dalam dirinya dalam berbagai bentuk
"ketahuan umpamanya kebiasaan, akal sehat, seni, sejarah, filsafat.
Terminologi ketahuan ini adalah termonologi artifisial yang bersifat sementara
sebagai analisis yang pokoknya diartikan sebagai keseluruhan bentuk dari produk
kegiatan manusia dalam usaha untuk mengetahui sesuatu . Apa yang kita peroleh
dalam proses mengetahui tersebut tanpa memperhatikan obyek, cara dan
kegunaannya kita masukan kedalam kategori yang disebut ketahuan ini. Dalam
bahasa inggris sinonim dari ketahuan ini adalah knowledge.
Ketahuan atau knowledge ini merupakan terminologi generik yang mencakup
segenap bentuk yang kita tahu seperti filsafat, ekonomi, seni, beladiri, cara
menyulam dan biologi itu sendiri.
8.2 Politik Bahasa Nasional
Pada tanggal 28 oktober 1928 bangsa Indonesia telah memilih Bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasioal. Alasan utama pada waktu itu lebih ditekankan
pada fungsi kohesif bahasa Indonesia sebagai sarana untuk mengintegritaskan
berbagai suku kedalam satu bangsa yakni Indonesia. Tentu saja terdapat juga
evalusai yang berkonotasi dengan ketentuan Bahasa Indonesia selaku fungsi
komunikatif yakni fakta bahwa Bahasa Indonesia merupakan lingua franca dari
sebaian besar penduduk, namun kalau dikaji lebih dalam , maka kriteria bahasa
sebagai fungsi kohesif itulah yang merupakan kriteria yang menentukan.
Selaku alat komuniksi pada pokonya bahsa mencakup tiga unsur yakni,
pertama, bahasa selaku alat komunikasi untuk menyampaikan pesan yang
berkonotasi perasaan (emotif), kedua, berkonotasi sikap (afektif) dan, ketiga,
berkonotasi pikiran (penalaran). Atau secara umum dapat dikatakan bahwa fungsi
komunikasi bahasa dapat diperinci lebih lanjut menjadi fungsi emotif, afektif dan
penalaran.
Perkembangan bahasa tentu saja tidak dapat dilepaskan dari sektor-sektor
lain yang juga tumbuh dan berkembang. Sekiranya bahasa berkembang terisolasi
dari perkembangan sektor-sektor lain maka bahasa mungkin bersifat tidak berfungsi
dan atau bahkan kontra produktif (counter-productive).
BAB IX PENELITIAN DAN PENULISAN ILMIAH
1. Struktur Penelitian dan Penulisan Ilmiah
1.Pengajuan Masalah
Latar Belakang Masalah
Identifikasi Masalah
Pembatasan Masalah
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Kegunaan Penelitian
2.Penyusunan Kerangka Teoritis Dan Pengajuan Hipotesis
Pengkajian mengenai teori-teori yang akan dipergunakan dalam analisa.
Pembahasan mengenai penelitian-penelitian lain yang relevan;
Penyusunan kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis dengan
mempergunakan premis-premis sebagaimana tercantum dalam butir (1) dan
butir (2) dengan mennyatakan secara tersurat postulat, asumsi dan prinsip
yang dipergunakan (sekiranya dipergunakan);
Perumusan hipotesis
3. Metodologi Penelitian
Tujuan penelitian secara lengkap dan operasional dalam bentuk pernyataan
yang mengidentifikasi variabel-variabel dan karakteristik hubungan yang akan
ditelit;
Tempat dan waktu penelitian dimana akan dilakukan generalisasi mengenai
variabel-variabel yang diteliti;
Metode penelitian yang ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian dan tingkat
generalisai yang diharapkan;
Teknik pengambilan contoh yang relevan dengan tujuan penelitian, tigkat
keumuman dan metode penelitian.
Teknik pengumpulan data yang mencakup identifikasi variabel yang akan
dikumpulkan, sumber, teknik pengukuran, instrumen dan teknik mendapatkan
data.
Teknik analisis data yang mencakup langkah-langkah dan teknik analisis yang
dipergunakan yang ditetapkan berdasarkan pengajuan hipotesis ( sekiranya
mempergunakan statistika maka tulisan hipotesis nol dan hipotesis tandingan;
H0 / H1).
4. Hasil Penelitian
Menyatakan variabel-variabel yang diteliti;
Menyatakan teknik analisis data;
Mendeskripsikan hasil analisis data;
Memberikan penafsiran terhadap kesimpulan analisis data;
5 Ringkasan dan Kesimpulan
Deskripsi singkat mengenai masalah, krangka teoretis, hipotesis, metodologi
dan penemuan penelitian;
Kesimpulan penelitian yang merupakan sintesis berdasarkan keseluruhan
aspek tersebut di atas;
Pembahasan kesimpulan penelitian dengan melakukan perbandingan
terhadap penelitian lain dan pengetahuan ilmiah yang relevan;
Mengkaji implikasi penelitian;
Mengjukan saran
6.Abstrak
7.Daftar Pustaka
8.Riwayat Hidup
9.Usulan Penelitian
10. Lain-lain
11. Penutup
12. Catatan Akhir
9.2 Teknik Penulisan Ilmiah
Teknik Penulisan ilmiah mempunyai dua aspek yakni gaya penulisan dalam
membuat pernyataan ilmiah serta teknik notasi dalam menyebutkan sumber dari
pengetahuan ilmiah yang dipergunakan dalam penulisan. Komunikasi ilmiah harus
bersifat jelas dan tepat yang memungkinkan proses penyampaian pesan yag bersifat
reproduktif dan impersonal.
Bahasa yang dipergunakan harus jelas di mana pesan mengenai obyek yang ingin
dikomunikasikan mengandung informasi yang disampaikan sedemikian rupa
sehingga si penerima betul-betul mengerti tentang isi pesan yang disampaikan
kepadanya.
9.3 Teknik Notasi Ilmiah
Tanda catatan kaki diletakan di ujung kalimat yang kita kutip dengan
mempergunakan angka arab yang diketik naik setengah spasi. Catatan kaki pada
tiap bab diberi nomor urut mulai dari anka 1 sampai habis dan diganti dengan nomor
1 kembali pada bab yang baru. Satu kalimat mungkin terdiri dari beberapa catatan
kaki sekiranya kalimat itu terdiri dari beberapa kutipan. Semua kutipan, baik yang
dikutup secara langsung maupun secara tidak langsung, Sumbernya kemudian kita
sertakan dalam daftar pustaka.
BAB X PENUTUP
10.1 Hakikat dan Kegunaan Ilmu
Ilmu memiliki fungsi yang bersifat estetik, yang kalau kita konsumsikan
dengan baik, memberikan kenikmatan batiniah atau kepuasan jiwa. Jiwa kita
tergetar, terharu, tersenyum oleh komunikasi aristik, menyebabkan dunia makna
yang tak terjangkau kasat mata. Jiwa kita bertambah kaya, persepsi kita bertambah
dewasa, yang selanjutnya akan mengubah sikap dan kelakuan kita.
PERBANDINGAN ANTARA BUKU UTAMA DENGAN BUKU PEMBANDING 1
1. Persamaan
Kedua buku ini sama sama membahas tentang dasar-dasar filsafat seperti
arah pemikiran filsafat, pengertian filsafat, pengetahuan, ilmu, filsafat, fisafat ilmu,
agama seni, Kedua buku in juga membahas tentang perkembangan ilmu
pengetahuan, logika dan kebudayaan dan perkembangan-perkembangan ilmu-
ilmu khusus dibandingkan dengan filsafat ilmu.
2. Perbedaan
Perbedaan antara kedua buku ini adalah, buku utama lebih menekankan
pada peranan filsafat dalam ilmu pendidikan. Seperti kegunaan filsafat dalam imu
pendidikan, peran filsafat pendidikan, sedangkan buku kedua berbica mengenai
filsafat secara umum dimulai dari pengertian filsafat, cabang filsafat, ilmu dan
pengetahuan, bagaimana mencari kebenaran dan berfikir ilmiah dll.
ANALISA PEMBANDING DENGAN BUKU FILSAFAT LAINNYA (BUKU 2 )
JUDUL BUKU : FILSAFAT ADMINISTRASI
PENULIS: PROF. Dr. H. MAKMUR, M.SI
PENERBIT: BUMI AKSARA
COPYRIGHT :CETAKAN PERTAMA, 2007CETAKAN KE DUA, 2008
JUMLAH HALAMAN : 129 Halaman
SISTEMATIKA ISI BUKU PEMBANDING 2
BAB I HAKIKAT ILMU ADMINISTRASI
BAB II ONTOLOGI ILMU ADMINISTRASI
BAB III EPISTEMOLOGI ILMU ADMINISTRASI
BAB IV AKSIOLOGI ILMU ADMINISTRASI
BAB V PERSEPSI ORGANISASI
RINGKASAN ISI BUKU PEMBANDING 2
BAB I HAKIKAT ILMU ADMINISTRASI
A. Hakikat Ilmu
Pengetahuaun pada hakikatnya lepas dari ingatan manusia karena memang
pengetahuan berada pada ruang bebas, tetapi manusia mempunyai potensi
kesadaran atau kemampuan terhadap sesuatu dan nalar atau berfikir terhadap
sesuatu. Ilmu adalah sekumpulan pengetahuan rasional dan kognitif dengan disusun
secara sistematis dan mengunakan metode tertentu yang dapat dipelajari sehingga
dapat memberikan manfaat, baik dibidang wawasan berfikiran maupun di bidang
pekerjaan. Kesadaran yang dapat dialami manusia dibagi menjadi kesadaran
inderawi, kwsadaran akal, dan kesadaran rohani.
Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan hasil penalaran manusia untuk
menemukan kebenaran, sehingga dapat menentukan warna dan deraat dalam
pergaulan komunitas masyarakat manusia.
B. Hakikat Ilmu administrasi
Ilmu administrasi merupakan hasil pemiiran dan penalaran manusia yang
disusun berdasarkan dengan rasionalitas dan sistematika yang mengungkapkan
kejelasan tentang objek forma, yaitu pemikiran untuk menciptakan suatu keteraturan
dari berbagai aksi dan reaksi yang dilakukan oleh objek manusia.
Hakikat perkembangan administrasi sebagai salah satu cabang ilmu
pengetahuan yang dapat membentuk pola pokir manusia adalah sebagai berikut:
1) Upaya spekulatif dalam menciptakan pandangan yang sistematismengenai
seluruh realita penalaran ilmu administrasi.
2) Mmelukiskan hakikat realita awal dan akhir pekembangan ilmu administrasi
yang berada dalam pemikiran manusia.
3) Menentukan batas-batas, jangkauan dan keabsahan serta nilai-nilai dasar
ilmu administrasi.
4) Penyediaan secara kritis atas pernyataan-pernyataan yang diajukan oleh
ilmuwan
5) Disiplin ilmu yang dapat mengantarkan para ilmuwan administrasi untuk
berfikir secara kritis, rasional, objektif, efisien dan efektif.
Kadang tidak dapat dibedakan kapan administrasi sebagai persoalan ilmu
dan administrasi sebgai persoalan profesi. Oleh sebab itu, keliru bila ada yang
beranggapan bahwa praktik administrasi senantiasa berbeda dengan ilmu
administrasi. Proses administrasi dimaknai sebagai pola pemikiran dan rangkaian
kegiatan untuk pencapaian suatu tertentu dengan professional sesuai dengan
tuntutan kegiatan yang harus dilakukan, sehingga hahsil yang diinginkan bias
terwujud.
C. Kesisteman Administrasi
Sistem adminsitrasisimulasi dalam aktivitasadminsitrasi mencangkup usaha
untuk menciptakan suatu model definitive, administrasi terlebih dulu mengajarkan
model yang sifatnya tentative. Teknisk atau taktik untuk menemukan model yang
lebih spesifik, tentunya dengan jalan menguji model secara berulang-ulang.
Perkembangan sistem administrasi, kususnya dalam dunia birokrasi, terdapat
dua versi dalam cara memandangnya. Pertama, sistem administrasi dipandang
kelahirannya dari pemikiran yang negative (prasangka tidak percaya atau timbul
kecurigaan) dan pemikirann positif (memberikan manfaat dalam kehidupan individu,
kelompok).
D. Fenomena dan Nomena Administrasi
Fenomea dan nomena adminsitrasi terhadap pertumbuhan atau perubahan
suatu organisasi dapat diamati pada pola administrasi social yang tumbuh dan
berkembang dalam masyarakat seperti solidaritas, kepemimpinan dll. Administrasi
merupakan sasaran pemikiran manusia untuk menggerakan berbagai aktivitas
dengan menggunakan sumber-sumber kekuatan dalam organisasi. Konsep persepsi
dan selektif sangat penting bagi administrasi dalam rangka penyegaran aktivitas
dibidang pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan.
E. Manusia dan Administrasi
kehidupan amnesia yang berkualitas adalah manusia yang memiliki
kemampuan untuk mengklerasikan dan mengsignifisasikan secara poositif antara
kemampuan kepala, yang akan menghasilkan pemikiran yang berwawasan
keilmuan, dengan kemampuan bagian manusia dibawah leher terutama tangan dan
kaki yang dapat menghasilkan keterampilan (skill) yang dibuktikan dari hasil
pekerjaan yang dapat iselesaikan dengan baik.
Kreativitas dan imajenasi merupakan proses kerja pemikiran yang hasil dan
jangkaunnya sangat luas dan sangat ditentuakan kualitasdan kemampuan pikiran
manusia. Manusia dalam organisasi yang bertindak sebagai kepala secara
presentase kegiatan memang lebih banyak berfikir ketimbang bekerja. Untuk
menciptakan kepala manusia yang memiliki kemampuan ilmu pengetahuan
dibutuhkan kebiasaan dalam proses pembelajaran, atau sering distilahkan learning
proses, sedangkan untuk menciptakan kemampuan badan, manusia menciptakan
perlunya pembiasaan berlatih. Pengendalian dalampelaksanaan aktivitas yang
terdapat dalam sebuah organisasi tidak dapat dianggap sebagai reproduksi dari
konfigurasi-konfigurasi antara kekuatan dan peluang dengan kelemahan dan
ancaman dalam organisasi itu sendiri
Refleksi manusia dalam organisasi terhadap pelaksanaan suatu kegiatan
memberikan gambaran bahwa apa pun seuatu organisasi, di dalamnya pasti
terdapat satuan-satuan kerja. Bagi pengendalai organisasi, kefektifan satuansatuan
kerja itu dituntut untuk menciptakan kondisi kolaborasi antara seluruh satuan-satuan
organisasi.
BAB II ONTOLOOGI ILMU ADMINISTRASI
A. Kajian Filsafat Administrasi
Adminsitrasi adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang asal mulanya
bersumber dari filasafat. Filasafat sendiri ialah berfikir secara matang dan mendalam
terhadap segala seusatu yang berkaitan dengan kepercayaan atau objek tertentu
sampai kepada inti persoalan yang sesungguhnya.
Filasafat adminsitrasi adalah proses berfikir secara matang, terstruktur dan
mendalam terhadap hakikat dan makna yang terkandung dalam materi ilmu
administrasi. Berfilsafat merupakan rangkaian kegiatan atau aktivitas menggunakan
pemikiran dan perasaan manusia.berfilsafat adalah merenungii fenomena yang
dihadapai oleh manusia, kemudian melahirkan berbagai pertanyaan terhadap
fenomena itu.
B. Konsep Ontologi Administrasi
Ontologi merupakan bagian medasar dari filsafat, baik secara sebtansial
maupun ditinjau dari segi historisnya, karena kelahiran atau keberadaan ontology
tidak lepas dari peran filsafat. Secara etimologis, ontology yaitu ilmu yang
mempelajari tentang sesuatu yang ada. Ontologism administrasi telah berhasil
mengubah pola pemikiran praktis administrasi dan bahkan mungkin sebagian para
ilmuwan adminsitrasi, dari pandangan mitosentris menjadi logisentris. Pemikiran
ontology dalam filasafat ilmu administrasi tentunya diawali dari pembuktian atau
dengan kata lain penyelidikan yang dilakukan secara sadar dan mendalam sampai
pada akar permasalahan yang sesungguhnya dan dapatdi berlakukan kapan dan
dimana saja serta relatof fundamental kandungan kebenarannya.
Ontologi adminsitrasi merupakan ilmu yang sifat jangkauannya sangat
universal dan menyeluruh dari struktur kehidupan manusia. Penyelidikan ontology
ilmu admisnistrasi dapat meliputi seluruh pernyataan dan perenungan dari seluruh
aspek, baik bersifat parsial maupun bersifat simultan, dalam upaya pencari
pembenaran kandungan ilmu administrasi yang telah, sedang, atau akan
berlangsung dalam kehidupan manusia. Ontologi ilmu administrasi bergerak antara
dua sisi pandang yang pengalaman akan kenyataan kongkret disatu pihak dan
pengertian mengada dari pernyataan mengada.
C. Positivisme Administrasi
Salah satu aliran ontology ilmu administrasi adalah positivism yang
memposisikan kajiannya dalam pemikiran atau tindakan positif, terutama yang
berkaitan engan adminsitrasi, baik dipandang sebagai ilmu atau sebagai profesi.
Aliran positivis dalam ilmu administrasi pada dasarnya berpangkal dari hati
nurani manusia yang memancarkan kebenaran. Pancaran kebenaran hati nurani ini
dip roses dalam pemikiran dengan menghubungkan realita kongkret maupun
abstraksi tentang fenomena atau nomena administrasi, yang selanjutnya di
persepsikan melalui suatu argumentasi. Positivism dalam ontology ilmu administrasi
sasaran utamanya adalah mencari kebenaran dan kebaikan tetapi tidak selamanya
mendapatkan penjelasan maksimal tentang kebenaran dan kebaikan itu, mainkan
juga kmendapat berbagai keurangan.
Pengukuran terhadap jenis kebenaran ilmu administrasi bila dikaitkan dengan
aliran positivismem adalah sebagai berikut:
1) Kebenaran korespondensi; adanya kesesuaian hubungan antara pernyataan
yang diungkapkan oleh manusia dengan apa yang sesungguhnyadianjurkan
dalam konten ilmu administrasi itu sendiri.
2) Kebenaran koherensi; adanya hubungan antara dua pernyataan yang
memiliki persamaan objek.
3) Kebenaran pragmatis; kebenaran yang hanya ada satu konsekuensi saja.
4) Kebearan logika; kebenaran yang sesuai dengan piiran yang sebenarnya
telah merupakan fakta.
5) Kebenaran paradigmatic; kebenaran yang memberikan sesuatu perubahan
dalam kurun waktu, kondisi dan tempat tertentu.
D. Rasionalisme Administrasi
Rasio atau akal sesungguhnya berfungsi untuk mengoperasionalkan otak
dalam rangka mencari kebenaran, sesuai dengan pemaknaan yang terkandung
dalam materi ilmu pengetahuan yang bersangkutan. Logika merupakan suatu teknik
atau metode untuk menciptakan ketepatan dalam penalaran kepada suatu objek
tertentu , sdangkan penalaran adalah salah satu bentuk pemikiran. Rasionalisme
administrasi adalah suatu metode yang digunakan untuk memperoleh pengetahunan
dibidang administrasi. Paham rasionalisme beranggapan bahwa sumber
pengetahuan berasal dari akal pikiran. Disamping itu, aliran rasionalisme tidak
mengingkari adanya pengalaman, tetapi pengalaman itu menjadi perangsang
terhadap proses pemikiran.
Pemikiran rasional sekurang-kurangnya memliki tiga fungsi, yaitu (1) menjadi
kerangka persepsi yang menciptakan alam pikiran menjadi alam realita; (2) menjadi
pedoman terhadap tindakan penalaran dari suatu stimulus; (3) menjadi alat yang
memberikan alas an pembenar terhadap suatu realitas.
Rasionalisme terhadap pemikiran ilmu administrasi sebenarnya bertitik tolak
dari pangkal pengunaan akal, yang diaplikasikan pada suatu proses pemikiran
dalam rangka mencari suatu pembenaran yang hakiki dalam ilmu administrasi
berdasarkan pemaknaan pada suatu realita.
E. Bangun Dasar Administrasi
Secara teoritis, pengembangan administrasi merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari pengembangan seluruh aspek kehidupan manusia yang dimotori
oleh pelaku bidang pemerintahan , karena administrasi berintikan pengaturan dan
keteraturan dalam suatu kehidupan suatu bangsa atau Negara.
Batasan ilmu administrasi terdiri atas dua jenis. Pertama, administrasi Negara
ang dewasa ini berkembang dalam istilah administrasi public, dan kedua,
administrasi bisnis. Administrasi negra pada hakikatnya adalah suatu sistem dan
sistem pada hakikatnya adala totalitas dari berbagai macam subsistem dengan
atributnya yang saling berkaitanatau berhubungan antara satu dengan yang lainnya
Pemikiran tentang ilmu administrasi juga biasanya berada pada posisi yang
netral dari berbagai aspek penghidupan dan kehidupan manusia yang dipengaruhi
oleh ilmu pengetahuan. Potensi ilmu administrasi yang bukan bersumber dari
manusia sangat penting karena potensi tersebut dapa mempengaruhi dan mungkin
menentukan terwujudnya bangun dasar ilmu pengetahuan dan teknologi terutama
dalam bidang administrasi.
Salah satu kunci utama dalam mrangka memperkuat bangunan dasar ilmu
administrasi sejak masa yang lalu, masa sekarang, maupun masa-masa yang akan
dating adalah peran para ilmuwan atau para pemikirdibidang ilmu administrasi itu
sendiri. Profesionalatau pekerja admnistrasi yang memiliki kekuatan dalam
melaksanakan kekuasaan yang dipaksakan kepada orang lain, mempunyai
kemungkinan bangunan dasar ilmu admnistrasi itu tidak akan memiliki kekuatan
yang fundamental, tetapi hanya merupakan kekuatan sementara.
BAB III EPISTEMOLOGI ILMU ADMINISTRASI
A. Kajian Epistemologi Administrasi
Epistemology merupakan bagian dari filsafat ilmu yang mempelajari dan
menetapkan odrat atau skop suatu jenis ilmu pengetahuan serta dasar
pembentukannya. Disamping itu, menjeaskan pertanggungjawaban atas
pertanyaan-pertanyaan ang muncul akibat ilmu pengetahuan itu sendiri. Coten dari
epistemology itu sendiri sebenarnya dapat dikatan berorientasi pada pertanyaan
bagaimana sesuatu itu dating, bagaimana sesuatu itu mengethauinya.
Pengembanganilmu pengetahuan dalam kehidupan manusia merupakan
kajian utama spistemogi dalam usaha pengayaan manusia di bidang ilmu
pengetahuan. Secara epistemology, ilmu administrasi cenderung untuk membatasi
diri pada hal-hal tentang persepsi dan pemahaman intelektual sesorang.
Pemahaman intelektual sesorang pada ilmu administrasi sebenarnya adalah logika
sebagai pengetahuan yang mempelajari segenap asas, aturan dan tata cara
penalaran dari suatu objek yang dipikirkan dengan benar
B. Objektivisme Administrasi
Pemikiran dan argumentasi ilmuwan administrasi berpangkal dari premis
hingga kesimulan, tetapi ada perbedaan cara menghasilkan pangkal piker dari
ilmuwan yang satu dengan yang lainnya
Penelusuranobjektivitas pemikiran Dallam administrasi dapat dilihat dari dua
sudut pandang. Pertama, dari sudut pandang objek materinya, adalah sesuatu yang
menjadi sasaran perhatian secara detail tentang makna kandungan penalaran dalam
pemikiran manusia yang mempelajari ilmu admnistrasi. Kedua, dari sudut pandang
objek formalnya, bahwa ilmu administrasi memiliki ruang lingkup kajian dengan
metode yang jelas.
C. Subajektivitas Administrasi
Transformasi administrasi berlangsung begitu cepat sehingga mengharuskan
terjadinya perubahan sistem, mekanisme, danprosedur kerja dalam dunia birokrasi.
Cara memandang kebenaran yang dikandung dalam nilai-nilai administrasi
senantiasa dilihat secara subjektif, apabila tidak meresapi dan mendalami ministrasi
itu sesungguhnya.
D. Skeptisme Administrasi
Administrasi adalah suatu proses pemikiran tentang yang rasional dengan
andalan tmanya diletakan pada pembenaran empiris. Pemikiran administrasi ang
radikaldan fanatisme yang berlebihan baisanya senantiasa mengajukan keberatan
dan beranggapan bahwa pernyataan yang diajukan itu sesungguhnya keliru dan
tidak mengandung kebenaran. Manusia yang radikal dan fanatisme meungkin dapat
terjerumus kedalam keadaan yang menyedihkan dan mengkhawatirkan bila
seutuhnya menyeleweng dalam menegakan kebenaran makna ilmu administrasi.
Garis lurus menggambarkan perjalanan hidu manusia, baik cara berfikir
mauun cara bertinak selalu menjunjung tinggi kebenaran yang fundamental.
Sedangkan garis fluktuasi menjunjung tinggi keenaran yang berubah-ubah, dan
garis tegak lurus mengambarkan kesenjangan kebenaran empiris. Hal inilah yang
dapat melahirkan kondisi skeptic. Akar permasalahannya merupakan penunjukan
jeniskepastian tertentu yang tidak dimiliki oleh para birokrasi yang bersangkutan.
E. Etika dan Moralitas Administrasi
Etika administrasi dapat memberikan sumbangan dalam usaha mendapatkan
suatu pemahaman, pengihatan dan pandangan yang tajam terhadap suatu realita
yang harus dihadapi dalam rangka mengimplemetasikan berbagai aktifitas yang
telah ditetapkan oleh administrasi etika adalah suatu tatanan atau aturan hidup pada
komunitasmanusia tertentu. Etika ilmu administrasi bersmber ber kepada fakta
bahwa kaidah dan aturan dalam suatu kehidupan komunitas masyarakat manusia
tertentu,a ntara satu sama lain, mengalami perkembangan dengan berbarengan.
Pemahaman tentang moralitas yang mendalam berarti sangat konstekstual,
yang sifatnya tidak dapat diungkapkan dengan ucapan atau dalil sekalipun. Persepsi
tentang moralitas ini berbeda-beda antara komunitasmanusia yang satu dengan
komunitas yang lainnya. Persepsi ini tergantung pada etika yagn dianutnya, dimana
sasaran etikamengarah kepada aturan pengaturan yang berintikan benar dan salah,
sdangkan sasaran moral megarah pada keteraturan yang berintikan baik dan buruk.
F. Kosntual Administrasi
Konseptual administrasi merupaan suatu symbol bagi sekumpualan
kenyataan yang sifatnya kongkret perceptual yang lumayan banyak jumlahnya.
Konsep ilmu administrasi merupakan produk dari suatu kesadaran yang sifatnya
sangan fundamental dan terdiri dari dua jenis. Pertama, kesadaran yang berkaitn
dengan objek, kedua, kesadaran yang berkaitan dengan kegiatan atau kenyataan.
Konsep dalam ilmu administrasi cenderung merupakan pemikiran yang
didasarkan kepada perceptual dengan pembuktiannya untuk melahirkan suatu
jangkauan yang lebih luas, yang disitilahkan dengan teori. Teori adalah akumulasi
bangunan dari berbagai macam konsep sehingga melahirkan pemahaman yang
lebih mendalam, kemudian teori tersebut diakumulasi ke dalam suatu keutuhan. Hal
inilah yang dikenal dengan ilmu.
BAB IV AKSIOLOGI ILMU ADMINSTRASI
A. Konsep Aksiologi Administrasi
Sasaran pembahasan aksioogi ilmu administrasi dimulai dari penerapan atau
penggunaan sampai pengembangan dan pemanfaatan ilmu administrasi itu sendiri
dalam kehidupan manusia. Aksiologi ilmu admnistrasi merupakan salah satu bagian
dari filasafat ilmu, maka tidak heran begitu banyak pertanyaan yang dapat
dimunculkan karena memang filsafat mencari hakikat kandungan makna yang
mendalam. Atau dalam artian aksiologi, ilmu administrasi selalu mencari kebenaran
yang hakiki.
Pemanfaatan ilmu admnistrasi dalam suatu bentuk kerja sama, yang
didukung oleh pengaturan dan keteraturan yang tepat dapat dilihat dari empat segi.
Pertama, bermanfaat bagi orang yang mendalami ilmu administrasi itu sendiri
dengan ditandai bertambahnya pengetahuan, pemahaman dan kesadaran atas
realitas. Kedua, bermanfaat bagi ilmu administrasi itu sendiri. Ketiga, bermanfaat
bagi skala ruang yang lebih luas. Keempat, bermanfaat bagi skala waktu yang lebih
panjang atau lama.
B. Kebenaran Ilmu Adminisitrasi
Terdapat pandangan sebagian ilmuwan administrasi yang menyebutkan
bahwa hanya sebagian kecil kebenaran administrasi yang dapat dilaksanakan, dan
sebagian besar kebenran diabaikan dalam praktik administrasi.
Adapun ruang lingkup kebenaran ilmu administrasi adalah sebagai berikut:
1) Kebenaran asal mula, pengetahuan yang telah dikompilasi dalam suatu
integrasi pemikiran manusia.
2) Keberanaran mengungkap, untuk mengukur benar atau salahnya suatu
ungkapan atau ucapan sangat ditentuakan kepada konkrenitas yang
diungkapkan itu, karena konkrenitas yang diungkapkan itu bias menentuakan
kesusuaian.
3) Kebenaran memandang, kebenaran ilmiah dalam dalam memandang
kedepan adalah berfikir untuk menyesuaikan pikiran yang akan dating dengan
realita yang akan dating.
4) Kebenaran bentuk, pemahaman produk dari pengalaman manusia,
pengetahuan merupakan produk dari pemahaman manusia dan ilmu
merupakan produk dari pengetahuan.
5) Kebenaran isi, kebenaran menemukan ilmisah secara material maka peru
mempelajari makna yang terkandung dalam bangunan tulisan, setiap kata,
istilah, kalimat, paragraph, sampai dengan argumentasi dalam tulisan yang
panjang mengandung makna atau hakikat yang berlainan antara satu dengan
yang lainnya.
6) Kebnaran konsep, pemahaman konsep pada dunia professional administrasi
adalah sederetanide atau gagasan yang dituangkan dalam tulisan,
sedangkan pemahaman konsep dalam dui=nia keilmuan adalah serangkaian
pengetahuan yang sejenis dengan membentuk suatu wawasan pemikiran
mendalam atau dapat pula dikatakan konsep adalah suatu istilah yang dapat
digeneralisir
7) Kebenaran teori, ilmu dan teknologi administrasi bersumber dari teori,
kemudian ilmu dan teknologi administrasi melahirkan teori. Sedangkan teori
lahir bersumber dari konsep, kemudian teori kmelahirkan konsep dan
seterusnya.
C. Metode Mencari Kebenaran
Mencari kebenaran ilmu dan teknologi administrasi sudah pasti tidak luput
dari pengunaan metode tertentu, karena dengan metode yang tepat akan
mempermudah kita menemukan kebenaran ilmu dan teknologi admnistrasi yang kita
cari.
Mencari kebenaran dibidang administrasi dapat ditelusuri dari dua sudaut
pandang. Pertama, mencari kebenaran berdasarkan dengan hakikat ilmu dan
teknologi administrasi (diulai dari proses pemikiran yang rasional dan dipadukan
dengan fenomena yang diteukan dari pengalaman manusia sampai pada
pembuktian dengan melalui pengujiannya) dan kedua, mencari kebenaran dari sudut
pandang profesi admnistrasi (dimulai dari proses pelaksanaan suatu kegiatan
sampai kepada keberhasilannya).
Salah satu metode mencari kebenaran terhadap ilmu dan teknoogi administrasi
adalah melaui kegiatan penelitian ilmia. Penelitian ilmiah sangat banyak jenis dan
bentuknya, biasanya disesuaikan dengan maslah keilmuan yang akan diteliti.
D. Paradigma Administrasi
Paradigma administrasi merupakan suatu teori dasar, yang juga sering
diistilahkan ontology administrasi, dengan cara pandang dan relative fundamanetal
dari nilai-nilai kebenaran, konsep, dan metodelogi, serta pendekatan-pendekatan
yang dipergunakan. Perubahan satu paradigm atau pandangan dapat disebabkan
oleh perkembangan pemikiran para ilmuwan administrasi atas bantahan-bantahan
karena keraguan kebenaran yang dikandungnya itu telah mengalami pergeseran
makna.
Perkembangan paradigm administrasi terbagi lima:
1) Dikotomi politik dan administras, bahwa orientasi administrasi adalah
pelaksanaan kekuasaan melalui suatu kebijakan, sedangkan plotik
orientasinya kepada merebut atau memperoleh kekuasaan.
2) Prinsip administrasi, bahwa prinsip administrasi adalah prinsip administrasi,
dalam artian bukan prinsip ilmu lain.
3) Administrasi negra sebagai ilmu politik, bahwa administrasi dan politik adalah
saling memperkuat dan melengkapi dalam upaya pencapaian tujuan.
4) Administrasi Negara, bahwa dalam pelaksanaan pengaturan danketeraturan
Negara diperlukan ilmu dan teknologi administrasi sebagai sarana berfikir dan
bertindak.
5) Administrasi Negara sebagai administrasi Negara, dengan mengidentifikasi
masalah-masalah kepentingan public sebagai focus kegiatan administrasi
Negara.
BAB V PERSEPSI ORGANISASI
A. Konsep Organisasi
Pengembangan organisasi bukanlah suatu proses gagasan atau ide yang
dilakukan secara sembarangan, tetapi dilakukan secara matang dengan
pertimbangan risiko yang terkecil dan keuntungan atau manfaat yang terbesar.
Organisasi dikatakan berhubungan dengan aspek social, kerena memang subjek
dan objeknya adalah manusia yang diikat oleh nilai-nilaitertentu.
Kreatifitas anggota organisasi adalah suatu bentuk kemampuan pikiran dan
keterampilan untuk menentukan pertalian baru, melihat objek dan subjek dari
perspektif baru, serta kemampuan membentuk kombinasi baru dari berbagai
gagasan /ide dengan tindakan yang telah, sedang, dan akan dilaksanan.
B. Konsep Perilaku Organisasi
Organisasi sangat penting dalam kehidupan masyarakat, kerna dapat
memberikan berbagai keuntungan maupun dapat memberikan kemudahan dalam
pencapaian suatu secara efisien dan efektif. Peristiwa manusia dalam organisasi
merupakan suatu karakteristik yang relative permanen akibat pengaruh kejiwaan,
yang diperlihatkan malalui tingkah laku dan perbuatan maupun cara berfikir manusia
yang bersangkutan.perilaku manusia sebagai organisasi secara garis besar
digolongkan menjadi; pertama, perilaku manusia tertutup (introvert), dan kedua,
perilaku manusia terbuka (ekstrovet). Gaya manusi dalam organisasi diperlukan
juag. Gaya manusia adalah suatu prosesmenciptakan karakteristik yang tidak
berlaku permanen, tetapi senantiasa menyesuaikan diri dengan kondisi tertentu
yang berkaitan dengan keindahan pada diri. Gaya manusia dalam organisasi yaitu
karakteristik manusia yang disesuaikan dengan kondisi organisasi yang
bersangkutan, disamping juga perubahan dalam masyarakt serta perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
C. Lingkungan Organisasi
Sumber kewenangan dalam suatu oranisasi formal dapat diperoleh dari
lingkungan internal maupu eksternal yang memiliki keterkaitan dengan organisasi
yang bersangkutan.kondisi fisik lingkunagan internal organisasi adalah sukeadaan
lingkungan yang dapat mempengaruhi secara langsung anggota organisasi untuk
melaksanakan aktifitas atau tugasnang diwajibkan organisasi kepadanya.
Lingkungan organisasi eksternal yang bersahabat, dalam arti ketidakpastian
persentasenya rendah dan kondisi stabilitas yang tinggi sangat mendukung
kenormalan perkembangan pelaksanaan aktivitas organisasi yang bersangkutan.
D. Hubungan Dalam Organisasi
Organisasi sebagai wadah atau tempat kerjasama, di mana motor
penggeraknya adalah manusia, harus ditunjang tata hubungan yang didasari oleh
ketentuan atau aturan yang dapat memaksa setiap manusia ang menjadi anggota
organisasi mengarah kepada aturan dan keteraturan dalam suatu tata hubungan.
Bagan atau struktur organissi merupakan bentuk yang menggambarkan jalur tata
hubungan baik anggota organisasi maupun bagi manusia yang diluar anggota
organisasi. Setidaknya adanya tiga hubungan dalam suatu organisasi untuk
melakukan interaksi dan reaksi, yaitu: (1) Huungan horizontal, kompleksitas
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi organisasi yang dilaksanakan oleh masing-
masing level kepemimpinan mengharuskan adanya tata hubungan secara horizontal
terhadap pejabat yang mempunyai kedudukan yang sama dalam organisasi. (2)
hubunganeial, hubungan vertical dalam suatu organisasi diperlukan untuk
menciptakan koordinasi, integrasi kegiatan, pelaksanaan perintah dan sebagainya,
dari berbagai tingkatan hierarki dalam sebuah organisasi. (3) Hubungan diagonal,
hubungan diagonal adalah hubungan yang terjadi antara pimpinan dengan bawahan
dari divisi atau departemen ng lain, tetapi mempunyai keterkaitan dengan
pelaksanaan sesuatu kewenangan dan tanggung jawab.
E. Pemberdayaan Organisasi
Pandangan cocok tentang pemberdayaan, terutama bagi anggota organisasi
merupakan alat untuk memperbaiki kinerja, mulai dari tingkat pimpian tertinggi
sampai pada tingkatan bawahan operasional dalam organisasi. Kegiatan
pembardayaan yang dapat meningkatkan keilmuan atau keintelektualan dalam
anggota masyarakat maupun anggota organisasi butuh proses pembaharuan.
Pemberdayaan harus dimulai dari suatu proses yang dilandasi kebenaran dan
kejujuran dalam memanfaatkan budaya, kekuasaan dan suber daya lainnya dari
setiap anggota masyarakat maupun setiap anggota aparatur pemerintah.
Komponen input terhadap sistem pemberdayaan anggota organisasi terdiri
dari; (1) instrumental yang meliputi perangkat peraturan, perangkat budaya,
kebijaksanaan, norma-norma kehidupan dll; (2) environmental, baik untuk
lingkungan internal maupun eksternal, dan (3) material, yaitu berbagi input yang
bersifat bahan bahan baku antara lain data, informasi dll.
Komponen output terhadap satu sistem pemberdayaan meliputi; (1) output
mind, antara lain knowledge, sciences, maupun skill; (2) output material, antara lain
barang, bangunan, konsep kebijakan dll.
Pemberdayaan masyarakat bukan saja tanggung jawab Negara atau pemerintah,
tetapi merupakan tanggung jawab seluruh elemen bangsa terutama Negara yang
sedang berkembang termasuk Indonesia. Usaha-usaha pemberdayaan masyarakat
untuk meningkatkan kemampuan disesuaikan dengan kondisi masyarakat itu sendiri.
Masyarakat yang belum memperoleh lapangan kerja, memfokuskan
pemberdayaannya untuk meningkatkan potensi yang dimiliki dalam meraih
kesempatan kerja, sedangkan bagi masyarakat yang sudah bekerja
pemberdayaannya adalah meningkatkan kemampuan untuk berprestasi
PERBANDINGAN ANTARA BUKU UTAMA DENGAN BUKU PEMBANDING 2
1. Persamaan
Kedua buku ini sama sama membahas tentang hakikat ilmu pengetahuan,
kajian filsafat secara umum namun terbatas pada poin-poin tertentu seperti
pengertian dan keguanaan filasafat. Kedua buku ini juga membahas tentang
pendekatan ontology, epistemoogi, dan aksiologi yang merupakan salah satu
bagian dari filsafat.
2. Perbedaan
Sedangkan perbedaan antara kedua buku ini adalah terletak pada cabang ilmu yang digunakan sebagai bahan kajian filsafat, yakni pada buku pertama cabang ilmu yang digunakan adalah Ilmu pendidikan sehingga outputnya seputar pada bagaimana kita berfikir kritis terhadap ilmu pendidikan seperti konsep perubahan dalam dunia pendidikan, kepemimpinan dalam pendidikan dan pembanguanan terhadap dunia pendidikan, sedangkan buku kedua menggunakan cabang ilmu administrasi sehingga outputnya seputarbagaimana kita berfikir kritis terhadap ilmu adminsitrasi seperti bagaimana kita memhamahi dan merubah pola pemikiran terhadap praktisi administrasi.
ANALISA PEMBANDING DENGAN BUKU FILSAFAT LAINNYA (BUKU 3 )
JUDUL BUKU : FILSAFAT HUKUM
PENULIS: PROF.Dr. H ZAINUDDUN ALI, M.A
PENERBIT:
SINAR GRAFIKAJl Sawo Raya No. 18 Jakarta
COPYRIGHT :
CETAKAN PERTAMA, 2006CETAKAN KEDUA, 2008CETAKAN KETIGA, 2009
CETAKAN KEEMPAT, 2010CETAKAN KELIMA, 2011
JUMLAH HALAMAN : 169 Halaman
SISTEMATIKA ISI BUKU
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 2 SEJARAH PERKEMBANGAN FILSAFAT, RUANG LINGKUP DAN FUNGSI FILSAFAT HUKUM
BAB 3 BEBERAPA KONSEP MENGENAI PENGERTIAN KAIDAH-KAIDAH HUKUM
BAB 4 BEBERAPA ALIRAN DALAM FILSAFAT HUKUM
BAB 5 HUKUM DAN KEADILAN
BAB 6 FUNGSI DAN EFEKTIVITAS HUKUM DAAM MASYARAKAT
BAB 7 PANCASILA DAN PEMBUKAAN UUD 1945 DALAM NEGRA REPUBLIK INDONESIA
BAB 8 FUNGSI PANCASILA, PEMBUKAAN DAN BATANG TUBUH UUD 1945
BAB 9 KEBERADAAN HUKUM DALAM MASYARAKAT DALAM KONTEKS HAK ASASI MANUSIA
RINGKASAN ISI BUKU PEMBANDING 2
BAB I: PENDAHULUAN
Filsafat diartikan sebagai cinta kebijaksanaan. Filsafat adalah upaya untuk
mempelajari dan mengungkapkan penggambaran manusia didunia menuju akhirat.
Filsafat mempunyai 2 unsur yaitu: unsur internal yang meliputi struktur ilmu
pengetahuan dan teknologi dan unsur eksternal yang terdiri atas ilmu ilmu dan nilai
yang meliputi agama, etika, dan etiologi.
Filsafat ilmu diartikan sebagai proses mempelajari gejala ilmu pengetahuan sebagai
salah satu bidang pengetahuan khas. Bentuk pengetahuan ada 2 macam yaitu:
a. Mengetahui demi mengetahui saja dan untuk menikmati pengetahuan itu
demi memuaskan hati manusia
b. Digunakan dan diterapkan
Ilmu pengetahuan bersumber dari Tuhan sebagai pencipta ilmu. Tuhan
menyampaikan ilmu dala bentuk tertulis dan tidak tertulis. Tertulis melalui kitab
sedangkan tidak tertulis melalui sunatullah. Ilmu pengetahuan tersebut bersumber
dari metodologi ilmiah yang berarti setiap masalah dapat ditemukan jawabannya.
Langkah metode ilmiah yaitu pengamatan, mencari permasalahn, hipotesis atu
asumsi, menyusun teori.
Filsafat hokum mempunyai arti yaitu menganalisis asas-asas hokum dari
suatu peraturan serta menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan permasalahan
hokum baik dalam bentuk yuridis normative maupun yuridis empiris sehingga tujuan
hokum dapat tercapai, yaitu untuk perbaikandalam kehidupan manusia.
Manfaat mempelajari filsafat hukum yaitu dapat menjelaskan praktis peran hukum
dalam pembangunan yang berfokus pada ajaran sociological jurisprudence dan legal
realisme. Selain itu, juga bermanfaat untuk pengambangan wawasan pengetahuan
dan pemahaman hukum baik dalam bentuk pendekatan yuridis normative maupun
yuridis empiris.
BAB II: SEJARAH PERKEMBANGAN FILSAFAT, RUANG LINGKUP, DAN
FUNGSI FILSAFAT HUKUM
A. Zaman purbakala
1. Zaman yunani, filsafat masih berdasarkan pada alam
a. Zaman Socrates, plato, Aristoteles, filasafat hukum sudah dimulai. Socrates
menjelaskan bahwa tugas utama Negara adalah mendidik warganya. Hal ini
didukung oleh plato yang mengatakan bahwa orang yang melanggar hukum
harus dihukum. Aristoteles mengemukakan pendapat bahwa hukum dibagi
menjadi dua yaitu hukum alam (hukum yang tidak dapat berubah) serta hukum
positif (yaitu hukum negara baru dapat berlaku sesudah ditetapkan isinya oleh
suatu instansi)
b. Masa stoa, hukum alam merupakan dasar dari adanya hukum positif
2. Masa romawi, tidak segemilang yunani. Filsuf hanya sebatas bagaiman akaisar
dituntut untuk menjalankan pemerintahan
a. Maa cicero, hukum terwujud dalam suatu hukum alamiah yang mengatur, baik
alam maupun hidup manusia
b. St. Augustine, hukum berasakan kemauan-kemauan pencipta manusiayang
berlaku secara alami dan universal
B. Abad pertangahan
1. Masa kegelapan di Eropa dan Cemerlang di Timur Tengah
Aturan semesta alam telah ditetapkan oleh Allah SWT.
2. Masa Thomas Aquinas dan Scholatics, hukum yang didapati oleh wahyu
disebut hukum positif, dan hukum yang diketahui oleh manusia berdasarkan
akal budi
C. Zaman renaissance
Mulai dipisahkan antara urusan agama dengan non agama
D. Zaman baru
Kemerdekaan yang tiap orang miliki untuk menggunakan kekuasaan
(kekuatannya sendiri) menurut kehendaknya sendiri demi preservasi hakikatnya
sendiri yang sering diidentifikasikan dengan kondisi alamiah dari umat manusia.
Manusia tidak mampu mengetahui mana yang adil dan mana yang tidak adil.
E. Zaman modern
Filsafat hukum didasarka pada pemikiranmanusia dan empirisme. Pada masa
ini berkembang pemahaman bahwa perkembangan hukum tidak terletak pada
legalitas dankeputusan yudisial teta[I dalam masyarakat itu sendiri. Inti dari
system hukum terletak antara aturan utama dan aturan tambahn.
F. Zaman Reformasi
Bangsa Indonesia menginginkan hukum sebagai panglima atau hukum yang
mengatur persoalan ekonomi, politik, budaya, dan persoalan social
kemasyarakatan lainnya. Namun perilaku masyarakat terhadap hukum justru
memfungsikan hukum sebagai lat politik, alat ekonomi, budaya, dan social
kemasyarakatan.
Objek pembahasan filsafat hukum bukan hanya tujuan hukum, melainkan
masalah hukum yang mendasar sifatnya yang muncul didalam masyarakat yang
memerlukan suatu pemecahan. Filsafat hukum saat ini bukan lagi hasil pemikiran
dari para ahli hukum yang tugasnya sering menangani masalah hukum.
Permasalahan hukum yang selalu ditangani oleh filsuf hukum adalah:
hubungan hukum dengan kekuasaan, hubungan hukum dengan nilai-nilai social
budaya, apa sebabnya Negara berhak menghukum seseorang, apa sebabnya orang
menataati hukum, pertanggungjawaban, hak ilik, kontak, peran hukum sebgaai
sarana pembaruan masyarakat, hukum sebagai social control dalam masyarakat,
dan sejarah hukum.
Fungsi filsafat hukum berubah seiring jalannya waktu. Dahulu, filsafat hukum
dipandang berkaitan dengan alam. Filsafat hukum berfungsi sebagai memelihara
kepentingan umumdalam masyarakat, menjaga hak-hak manusia, mewujudkan
keadlian dalam hidup bersama
BAB III BEBERAPA KONSEP MENGANAI PENGERTIAN KAIDAH-KAIDAH
HUKUM
Hak adalah seperangkat kewenangan yang melekat sejak lahir, sedangkan
kewajiban adalah sesuatu yang harus dilakukan oleh manusia. Hukum berfungsi
sebagai alat yang duigunakan untuk mengintegrasikan dan mengkoordinasikan
kebituhan manusia baik dengan pensiptanya maupun kebutuhan manusia dalam
masyarakat. Hukum melindungi kepentingan seseorang.
Ciri-ciri yang melekat pada hak:
a. Hak dilekatkan pada seseorang
b. Hak tertuju kepada orang lain
c. Hak yang ada pada seseorang mewajibkan orang lain untuk memenuhinya
d. Seseorang yang berkewajiban melakukan sesuatu ata tidak melakukan sesuatu
disebut objek dari hak. Setiap hak menurut hukum mempinyai titel
Hak dikaji dari aspek ruang lingkupnya:
a. Hak yang sempurna dan tidak sempurna (dapat dilaksanakan melalui proses
hikum)
b. Hak utama dan hak tambahan. Hak utama adala hhak yang diperluas oleh hak
lain. Hak tambahan adalah hak yang melengkapi hak utama.
c. Hak public dan hak perdata. Hak public adalah yang ada pada masyarakat umum,
sedangkan hak perdata adalah hak yang ada pada perorangan
d. Hak positif dan hak negative
e. Hak positif yaitu hak untuk menuntut agar dilakukan perbuatan positif, sedangkan
hak negatf adalah hak untuk melakuka sesuatu tetapi mengganggu orang lain
f. Hak milik dan hak pribadi
g. Hak milik adalah hak yang berhubungan dengan arang-barang yang dimiliki
seseorang, sedangkan hak pribadi adalah hak yang berhubungan dengan
seseorang.
Kewajiban dikelompokkan menjadi:
a. Kewajiban yang mutlak dan nisbi. Kewajiban mutalk diatirkan sebagai kewajiban
yang mempunyai pasangan hak, sedangkan kewajiban nisbi diartikan sebagai
kewajiba yang melibatkan hak dari pihak lain
b. Kewajiban public dan perdata
c. Kewajiban public adalah kewajiban yang berkorelasi dari hak-hak public,
sedangkan kewajiban perdata adalah kewajiban yang berkorelasi dari hak-hak
perdata
d. Kewajiban positif dan negative
e. Kewajiban positif adalah kewajiban yang enghendaki dilakukannya perbuatan
positif sedangkan kewajiban negtif adalah kewajiban yang menghendaki
seseorang tidak melakukan sesuatu atau biasa disebut larangagn
f. Kewajiban universal, umum, dan khusus
Kewajiban universal adalah kewajiban yang ditujukan kepada setiap warga
Negara sengkan kewajiban umum ditujukan kepada orang tertentu, dan kewajiban
khusus adalah kewajiban yang timbul karena telah melanggar hukum.
Penguasaan adalah orang yang memiliki hubungan nyata dengan barang
yang ada dalam kekuasaannya. Pemilikan adalah hak untuk menguasai terhadap
sesuatu barang baik dalam bentuk memanfaatkannya maupun dalam bentuk
mengalihkan hak penguasaan dan pemilikannya.
Subjek hukum adalah pendukung hak (manusia) dan atau badan yang
menurut hukum berkuasa menjadi pemilik atau pendukung hak.subjek hukum
terbagi atas dua yaitu manusia dan badna hukum.
Peristiwa hukum adalah setiap pergaulan hidup social kemasyarakatan yang
membawa akibat yagn diatur oleh hukum. Timbulnya perbuatan hukum disebabkan
oleh: melakukan perbuatan yang bertentangan dengan hukum dan melakukan
perbuatan yang menimbulkan akibat yang diatur dalam hukum.peristiwa hukum
menyebabkan hukum beraksi. Peristiwa hukum memberikan memberikan subjek
hukum untuk memperoleh hak yaitu hak mutlak dan hak relative.
BAB IV: BEBERAPA ALIRAN DALAM FILSAFAT HUKUM
Aliran hukum aliran
1. Aliran hukum alam di zaman yunani, hukum dipandang sebagai suatu keharusan
alamiah baik semesta alam maupun hidup manusia.
2. Aliran hukum alam di zaman romawi, dikembangkan oleh beberapa filsuf. Salah
satunya aliran stoa yang berpendapat bahwa:
- Alam diperintah oleh pikiran yang rasional
- Kerasionalan alam dicerminkan oleh seluruh manusia yang dengan kekuatan
penalarannya memungkinkan menciptakan suatu hidup yang natural
- Hukum alam dapat diidentiikkan dengan moralitas tertinggi
- Basis hukum adalah Tuhan dan keadaan manusiawi
- Penalaran manusia dimaksudkan agar ia dapat membedakan yang benar dari
yang salah dan hukum disasarkan pada konsep-konsep manusia tentang hak
dan kewajiban.
Hukum alam berfungsi sebagai instrument peratam dalam transformasi
hukum perdata. Hukum alam berusaha membuat suatu metode rasional yang
digunakan untuk menentukan kebenaran yang relative dari hukum dalam setiap
situasi.
Aliran hukum positif.
Aliran ini mengidentikkan hukum dengan undang—undang.
Aliran hukum utilitarianisme
Tujuan hukum adalah memberikan kemanfaatan dan kebahagiaan yang
sebanyak-banyaknya kepada warga masyarakat.
Mahzab Sejarah
Hukum sangat bergantung pada jiwa rakyat dan yang enjadi isi dari huum
tersebut ditentukan oleh pergaulan hidup manusia dari masa kemasa
Aliran sociological jurisprudence
Hukum yang baik adalah hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup
dalam masyarakat.
Aliran realisme hukum
Mengungkapkan bahwa hukum adalah a tool of social engineering. Hukum
bukanlah aliran dalam filsafat hukum melainkan sebagai suatu gerakan dalam cara
berpikir tentang hukum
Aliran hukum islam
Islam bersumber dari ajaran islam. Syariah harus ditempuh oleh seluruh umat
islam. Syariah disebut sebagai norma ilahi yang mengatur tata hubungan kaidah
ibadah, kaidah muamalah, dan kaidah sunatullah
BAB V: HUKUM DAN KEADILAN
Hukum berkaitan dengan moral. Barangsiapa melanggar nilai-nilai moral
berarti ia melanggar hukum. Beberapa aspek yang harus dipenuhi untuk
mengatakan bahwa hukum bersifat baik atau buruk yaitu:
a. Ketaatan dari setiap warga terhadap hukum
b. Kaidah hukum harus selaras dengan hak asasimanusia
c. Negara mempunyai kewajiban untuk menciptakan kondisi social yang
memungkinkan terciptanya aspirasi manusia
d. Terdapat tata cara yang jelas untuk memperoleh keadilan
e. Adanya badan yudikatif yang bebas dan merdeka.
The rule of law mengutamakan kesamaan. Negara yang berlandaskan hukum
harus memiliki konsep sebagai berikut:
a. Perlindungan konstitusional, artinya menjamin hak-hak individu untuk
memperoleh perlindungan atas haknya
b. Adanya badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak
c. Adanya pemilihan umum yang bebas
d. Adanya kebebasan berserikat, berorganisasi, beroposisi
e. Adanya pendidikan kewarganegaraan.
Hukum sebagai ius dijelaskan sebagai undang-undang yang adil. Hukum
yang tidak adil tidak dapat disebut sebagai hukum. Pemerintah berhak dan
berkewajiban menjaga kepastian hukum. Hakikat hukum adalah menjadi sarana bagi
penciptaan suatu aturan masyarakat yang adil. Semua orang ingin mewujudkan
suatu aturan masyarakat yagn adil. Pada umumnya hukum mempunyai
kewibawaan.
BAB VI: FUNGSI DAN EFEKTIVITAS HUKUM DALAM MASYARAKAT
Hukum digunakan sebagai control social dalam mengatasi permasalahan
yang timbul dalam masyarakat. Hukum juga digunakan sebagai alat untuk
mengubah masyarakat, artinya hukum digunakan untu mengadili suatu kasus yang
ada dalam masyarakat.
Efektivitas hukum dalam masyarakat dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu:
a. Kaidah hukum
Kaidah hukum berlaku secara yuridis, secara sosiologis, dan secara filosofis.
Kaidah hukum harus memenuhi tiga unsur yaitu apabila kaidah hukum hanya
berlaku secara yuridis, ada kemungkinan kaidah itu merupakan kaidah mati.
Kalau kaidah tersebut hanya berlaku secara sosilogis, maka kaidah tersebut
menjadi aturan pemaksa, sedangkanapabila hanya berlaku secara filosifis, maka
kaidah tersebut merupakan hukum yangdicita-citakan.
b. Penegak hukum dalam melaksanakan tugasnya harus memilikipedoman yaitu
peraturan tertulis yang mencakup ruang lingkup tugasnya.
c. Hukum dapat digunakan sebagai penyelesaian konflik seperti kekerasan dan
korupsi.
BAB VII: PANCASILA DAN PEMBUKAAN UUD 1945 DALAM NKRI
pancasila berfungsi sebagai dasar kerohaniaan Negara JUGA BERSUMBER
DARI uud 1945. Berdasarkan hal tersebut, UUD 1945 dijadikan sebagai kaidah
Negara yang fundamental. Pembukaan UUD 1945 mempunyai kedudukan sebagai:
a. Dalam hubungannya dengan tata tertib hukum Indonesia, pembukaan UUD 1945
mempunyai hakikat kedudukan yang terpisah dengan batang tubuh UUD 1945.
Sebagai pokok kaidah kedudukannya lebih tinggi dari batang tubuh UUD 1945
b. Pembukaan UUD 1945 merupakan suatu tata tertib hukum tertinggi dan pada
hakikatnya mempunyai kedudukan lebih tinggi dari pada batang tubuh UUD 1945
c. Pembukaan UUD 1945 merupakan pokok kaidah Negara yang fundamental
d. Pembukaan UUd 1945 berkedudukan sebagai pokok kaidah yang mengandung
pokok-pokok yang harus dijabarkan kedalam pasal-pasal.
Pembukaan UUD 1945 mengandung konstruksi dasar tertib hukum Indonesia yaitu:
a. Hukum Tuhan, terletak pada aline ketiga
b. Hukum kodrat, terletak pada alinea pertama
c. Hukum etis, terdapat pada aline ketiga. Merupakan suatu hukum yang
menjelaskan tentang mana yang pantas dan tidak pantas
d. Hukum filsafati, terdapat pada aline keempat yaitu dijelaskan bahwa
pancasila sebagai asas-asas dasar umu dari hukum atau disebut hukum
filosofi.
e. Hukum positif, menjelaskan beberapa poin yaitu:
- Anggapan bahwa UU adalah perintah-perintah manusia
- Anggapan bahwa tidak perlu ada hubungan antara hukum dengan moral
atau hukum yang ada dengan yang ada seharusnya
- Anggapan bahwa analisis dari konsepsi tentang hukum layak dilanjutkan
dan harus dibedakan dari penelitian historis.
- Anggapan bahwa system hukum adalah suatu system yang logis
- Anggapan bahwa penilaian moral tidak dapat diberikan atau
dipertahankan.
BAB VIII: FUNGSI PANCASILA, PEMBUKAAN, DAN BATANG TUBUH UUD 1945
Pancasila, pembukaan dan batang tubuh UUD 1945 berfungsi sebagai
system hukum. System hukum tersebut diartikan sebagai perangkat unsur yang
secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk totalitas, kemudian memiliki
susunan yang teratur dari pandangan, teori, asas dan metode.
Sebagai suatu system hukum, pancasila, pembukaan dan batang tubuh harus
memiliki beberapa hal berikut:
1. Sebagai suatu system hukum, bukan hanya merupakan kumpulan peraturan
belaka. System tercipta melalui praktik penerapan peraturan-peraturan hukum.
2. System hukum harus mengandung peraturan-peraturan, tidak boleh hanya
mengandung keputusan ad hoc
3. Tidak boleh ada peraturan yang berlaku surut
4. Peraturan harus disusun dalam rumusan baku, Bahasa yang dapat dimengerti
oleh masyarakat
5. System tidak boleh mengandung peraturan yang bertentangan satu dengan yang
lainnya
6. Peraturan tidak boleh mengandung tuntutan yang melebihi apa yang dapat
dilakukan
7. Tidak boleh ada kebiasaan untuk sering mengubah-ubah peraturan
8. Harus ada kecocokan antara peraturan yang diundangkan dengan pelaksanaan
sehari-hari.
TAP MPRS NO XX/MPRS/1966 menetapkan hierarki perundang-undangan Negara
Indonesia adalah:
a. UUD 1945
b. Ketetapan MPR
c. UU dan Peraturan Pemerintah Pengganti UU
d. PP
e. KepRes
f. Peraturan pelaksanaan lainnya.
Hukum diklasifikasikan sebagai hukum tertulis dan huku tidak tertulis. Hukum
tertulis yaitu seluruh peraturan yang telah dihasilkan oleh DPR sedangkan hukum
tidak tertulis adalah hukum adat.
Didalam hukum substantive diatur tentang hak dankewajiban, sedangkan
didalam hukum ajektif diatur tentang pedoman bagaimana penegakan hukum,
termasuk bagaimana mengatasi pelanggaran terhadap hak-hak dan kewajiban.
Sistematika hukum secara visual yaitu:
Ilmu hukum dibedakan menjadi dua:
a. Dogmatic hukum, yang dibedakann menjadi ilmu tentang kaidah hukum dan ilmu
tentang pengertian pokok dalam hukum
b. Ilmu kenyataan hukum, yang terdiri dari sosiologi hukum, antropologi hukum,
perbandingan hukum, sejarah hukum, dan psikologi hukum.
BAB IX: KEBERADAAN HUKUM DALAM MASYARAKAT DALAM KONTEKS
HAM
Hak asasi manusia adalah hak yang diberikan secara langsung oleh Tuhan. Hak
asis manusi datur melaui UUD 1945. Ruang lingkup hak asasi manusia (HAM):
a. Setiap oran gberhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan,
martabat, dan hak miliknya
b. Setiap orang berhak atas pengakuan di depan hukum sebagai manusia pribadi
dimana saja ia berada
c. Setiap orang berhak atas rasa aman, dan tenteram serta perlindungan terhadap
ancaman ketakutan
d. Setiap orang tidak boleh digangu yang merupakan hak yang berkaitan dengan
kehidupan pribadi
e. Setiap orang berhak atas kemerdekaan bebas dari penyiksaan, penghukuman,
atau perlakuan yang kejam, tidak manusiawi, penghilangan paksa, dan
penghilangan nyawa
f. Setiap orang berhak atas kemerdekaan dan rahasia dalam hubungan komunikasi
g. Setiap orang tidak boleh ditangkap, ditekan, disiksa, dikucilkan, diasingkan, atau
dibuang secara sewenang-wenang
h. Setiap orang berhak hidup dalam tatanan masyarakat dan kenegaraan yang
damai.
Perbedaan hak asasi manusia dalam hukum Islam dan peraturan perundang-
undangan yaitu :
a. Hukum islam bersifat bidimensional, artinya tidak hanya mengatur satu sector
kehidupan saja melainkan mengatur semua aspek kehidupan manusia
b. Hukum islam lebih menenkankan tentang adil. Hal ini terlihat dalam Alquran yaitu
Allah sangat memuji sifat adil
c. Lebih mengatur dalam ruang lingkup individualistic dan kemasyarakatan.
d. Komprehensif, hukum islam mencakup berbagai substansi kaidah hukum yang
saling mengisi
e. Dinamis, karena bersumber dari akal (merupakan sumber ketiga) yang relevan
dengan perkembangan zaman.
PERBANDINGAN ANTARA BUKU UTAMA DENGAN BUKU PEMBANDING 3
1. Persamaan
Kedua buku ini sama sama membahas tentang apa-apa yang harus di
pelajari saat kita ingin berfilsafat seperti, sejarah perkembangan filsafat, ruang
lingkup dan fungsi filsafat, kemudian objek, metode sistematik, argumentasi dan
pengertian-pengertian serta perbandingan antara ilmu, pengetahuan, filsafat dan
filsafat ilmu sehingga dengan mengetahui hal-hal tersebut dapat diajdikan dasar
dalam berfilsafat. Kedua buku ini juga membahas tentang pendekatan yang
dilakukan filsafat terhadap ilmu-ilmu khusus. Pada kedua buku ini juga dibahas
tentang pandangan filsafat tentang perkembangan ilmu pengetahuan dan
peranan filsafat dalam kehidupan keseharian manusia.
2. Perbedaan
Sedangkan perbedaan antara kedua buku ini adalah, buku utama lebih
menekankan pada peranan filsafat dalam mengamati fenomena-fenomena yang
terjadi pada beberapa peristiwa hidup manusia. Seperti apa hubungan manusia
dengan ilmu pendidikan, bagaimana perkembangan teknologi bisa mempengaruhi
keberlangsungan hidup manusia khusunya dalam ilmu pendidikan, sedangkna
buku pembanding ketiga menitik beratkan pembahasannya kepada filsafat hukum
dan filsafat pancasila, yaitu menekankan pada aliran-aliran pada filsafat hukum
dan tokoh-tokoh yang berperan dalam aliran tersebut, kemudian juga dibahas
tentang definisi dan kaitan yang terjalin antara hukum dan keadilan, dan
kemudian juga dibahas tentang fungsi dan efektivitas hukum didalam masyarakat
melalui sudut pandang filsafat dan kemudian yang tidak dibahas di buku utama
adalah bagaimana pada buku ini dibahas tentang filsafat pancasila dimana
penekanan yang dilakukan adlah berfilsafat pad sila-sila yang termasuk kedalam
pancasila sehingga manusia dapat menjadi kan pancasila sebagai pedoman
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
KESIMPULAN UMUM
Secara umum buku utama beserta tiga buku pembanding lainnya sama-sama
membahas permasalahan yang tidak jauh berbeda seperti pembahasan tentang
tentang perkembangan ilmu dari zaman purbakala hingga masa sekarang,
menjelaskan tentang hukum yang mengatur kehidupan manusia, menjelaskan
tentang sumber munculnya ilmu pengetahuan beserta perkembangannya dan ilmu
hukum serta urutan perkembangan ilmu dijelaskan dalam runut yang sama (empiris
hingga diuji kebenarannya menurut penelitian). Dalam tiap buku jug diterangkan
tentang bagaimana pendekatan yang dilakukan filsafat dalam upaya pencarian
kebenaran yang hakiki.
Sedangkan perbedaan yang dapat ditarik dari perbandingan antara buku
utama dan 3 buku pembanding lainnya tersebut menurut hemat kami merupakan
sarana untuk memperkaya referensi tentang filsafat sehingga dapat menjadi bahan
bacaan yang menarik. Perbedaan pembahasan ini tidak pada tempatnya untuk
ditonjolkan melainkan perbedaan yang ada ini justru lebih memperkaya filsafat itu
sendiri.
Buku-buku yang diperbandingkan tersebut terssebut memiliki keterkaitan
yaitu sama-sama mengatur tentang kehidupan manusia yang ditunjang dengan
perkembangan ilmu pengetahuan sebagai sumber yang digunakan dalam kehidupan
manusia.