74
DINAS KESEHATAN KOTA MOJOKERTO Jl. Pahlawan No. 42 Mojokerto Telp./Fax : (0321) 382966 / 395738 Email : [email protected] Puskesmas Gedongan Pustu Balongsari Proyek Peningkatan Puskesmas Wates menjadi Puskesmas Rawat Inap

Pustu Balongsari Puskesmas Gedongan...lingkungan dan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan serta pelayanan kesehatan dalam situasi bencana

  • Upload
    others

  • View
    20

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

DINAS KESEHATAN KOTA MOJOKERTO

Jl. Pahlawan No. 42 Mojokerto

Telp./Fax : (0321) 382966 / 395738

Email : [email protected]

Puskesmas Gedongan

Pustu Balongsari

Proyek Peningkatan Puskesmas Wates menjadi Puskesmas Rawat Inap

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

i

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011

KATA PENGANTAR

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011 merupakan salah satu produk dari

SIK (Sistem Informasi Kesehatan) yang menguraikan gambaran situasi dan kondisi

kesehatan masyarakat di Kota Mojokerto sebagai hasil dari semua upaya dan kegiatan

yang telah dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Mojokerto dan jajarannya dalam

rangka Pembangunan Kesehatan di Kota Mojokerto.

Profil Kesehatan ini memuat data dan informasi terkait pencapaian indikator

pembangunan kesehatan melalui analisa situasi derajat kesehatan, upaya kesehatan serta

sumber daya kesehatan di wilayah Kota Mojokerto. Bila dibanding dengan tahun –

tahun sebelumnya, Profil Kesehatan Tahun 2011 ini terdapat perbedaan. Disamping

jumlah tabel indikator yang bertambah, namun secara khusus Profil Kesehatan ini

memuat data kesehatan yang terpilah secara gender.

Dengan segala keterbatasan, diharapkan Profil Kesehatan ini dapat dipergunakan

sebagai bahan untuk mengevaluasi kinerja pelayanan kesehatan selama tahun 2011 serta

dapat dipergunakan juga sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun perencanaan

program dan kegiatan di tahun mendatang.

Mojokerto, April 2012

Penyusun

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

ii

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011

SAMBUTAN

KEPALA DINAS KESEHATAN

KOTA MOJOKERTO

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan YME, karena pada akhirnya buku

“Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011” dapat terselesaikan dengan baik.

Disadari sepenuhnya bahwa untuk memperoleh data yang baik, banyak hambatan yang

ditemui, utamanya menyangkut ketersediaan data secara gender yang tidak keseluruhan

indikator dapat terpenuhi.

Di tahun – tahun yang akan datang, seiring dengan pembangunan dan perbaikan

jaringan Sistem Informasi Kesehatan (SIK), Profil Kesehatan dapat disusun dengan lebih

baik, terutama menyangkut pengarusutamaan gender sebagaimana yang diinstruksikan

Presiden dalam Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000, dengan muatan data dan

informasi yang lebih berkualitas serta lebih konsisten, sehingga buku Profil Kesehatan ini

dapat dijadikan sebagai panduan dan referensi penting dalam pengambilan keputusan

yang evidence based berkaitan manajemen pembangunan kesehatan, khususnya di Kota

Mojokerto.

Semoga Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011 ini bermanfaat terutama

bagi yang membutuhkan data dan informasi kesehatan di Kota Mojokerto. Kritik dan

saran dari para pembaca guna penyembpurnaan Profil Kesehatan di masa datang tetap

kami harapkan.

KEPALA DINAS KESEHATAN

KOTA MOJOKERTO

Dra. CHRISTIANA INDAH WW, Apt MSi

Pembina Utama Muda

NIP. 19601113 198903 2 002

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

iii

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................. i

Sambutan Kepala Dinas Kesehatan............................................................. ii

Daftar Isi ....................................................................................................... iii

Daftar Gambar .............................................................................................. v

Daftar Tabel .................................................................................................. viii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1

1.2 Tujuan .................................................................................. 2

1.3 Sistematika Penyajian ......................................................... 2

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA MOJOKERTO ............................... 4

2.1 Kondisi Geografis ................................................................. 4

2.2 Kondisi Demografis ............................................................. 6

BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN ............................................ 8

3.1 Mortalitas ............................................................................. 8

3.2 Morbiditas ............................................................................ 12

3.3 Status Gizi ........................................................................... 26

BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN ................................................. 30

4.1 Pelayanan Kesehatan Dasar ............................................... 30

4.2 Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan .............................. 46

4.3 Perilaku Hidup Masyarakat ................................................. 49

4.4 Pelayanan Kesehatan Lingkungan dan Sanitasi Dasar ..... 51

4.5 Penyediaan Obat dan Perbekalan Kesehatan .................... 54

4.6 Penanggulangan Wabah Skala Kota ................................... 54

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

iv

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011

BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN .................................. 55

5.1 Sarana Kesehatan ............................................................... 55

5.2 Tenaga Kesehatan ............................................................... 59

5.3 Pembiayaan Kesehatan ....................................................... 64

BAB VI PENUTUP .................................................................................... 65

Lampiran

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

v

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011

Daftar gambar

Gambar 1 Peta Kota Mojokerto ............................................................ 4

Gambar 2 Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tahun 2011 6

Gambar 3 Kasus Lahir Mati, Kematian Bayi dan Kematian Balita di

Kota Mojokerto Tahun 2005 - 2011 ....................................

9

Gambar 4 Kasus Kematian Maternal yang Dilaporkan di Kota

Mojokerto Tahun 2005 - 2011 .............................................

11

Gambar 5 Angka Kematian Ibu yang Dilaporkan di Kota Mojokerto

Tahun 2004 - 2011 ................................................................

11

Gambar 6 Penemuan Kasus TB BTA (+) di Kota Mojokerto Tahun

2009 - 2011 ...........................................................................

13

Gambar 7 Angka Kesembuhan Kasus TB BTA (+) di Kota Mojokerto

Tahun 2007 - 2011 ................................................................

14

Gambar 8 Jumlah Komulatif Penderita HIV/AIDS di Kota Mojokerto

Tahun 2003 - 2011 ...............................................................

16

Gambar 9 Perbandingan Jumlah Penderita IMS Secara Gender di

Kota Mojokerto Tahun 2011 ...............................................

17

Gambar 10 Kejadian Diare di Kota Mojokerto Tahun 2007 - 2011 ...... 18

Gambar 11 Penemuan Penderita Pneumonia pada Balita di Kota

Mojokerto Tahun 2007 - 2011 .............................................

19

Gambar 12 Jumlah Kasus DBD yang ditemukan di Kota Mojokerto

Tahun 2007 - 2011 ...............................................................

21

Gambar 13 Jumlah Kasus Campak di Kota Mojokerto Tahun 2007 -

2011 ......................................................................................

23

Gambar 14 Jumlah Kasus Difteri di Kota Mojokerto Tahun 2007 -

2011 ......................................................................................

24

Gambar 15 Penemuan Kasus AFP dan Polio di Kota Mojokerto Tahun

2007 - 2011............................................................................

26

Gambar 16 Permasalahan Gizi dalam Siklus Kehidupan Manusia ..... 27

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

vi

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011

Gambar 17 Jumlah Kasus BBLR di Wilayah Kota Mojokerto Tahun

2006 - 2011 ...........................................................................

28

Gambar 18 Jumlah Balita Ditimbang di Posyandu yang Mengalami

Kenaikan Berat Badan Tahun 2006 - 2011 ........................

29

Gambar 19 Jumlah Balita BGM dan Balita Gizi Buruk di Wilayah

Kota Mojokerto Tahun 2006 - 2011 ....................................

29

Gambar 20 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K1 dan K4) di Kota

Mojokerto Tahun 2007 - 2011 .............................................

31

Gambar 21 Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan

di Kota Mojokerto Tahun 2006 - 2011 ................................

32

Gambar 22 Cakupan Ibu Hamil Risti yang Ditangani di Kota

Mojokerto Tahun 2007 - 2011 .............................................

34

Gambar 23 Cakupan Neonatal Risti yang Ditangani di Kota

Mojokerto Tahun 2007 - 2011 .............................................

34

Gambar 24 Perkembangan Cakupan Pelayanan Nifas di Kota

Mojokerto Tahun 2007 - 2011 .............................................

35

Gambar 25 Perkembangan Cakupan Kunjungan Neonatus Lengkap

di Kota Mojokerto Tahun 2007 - 2011 ................................

37

Gambar 26 Cakupan Kunjungan Bayi di Kota Mojokerto Tahun 2007

- 2011 ...................................................................................

38

Gambar 27 Cakupan Pemberian Vitamin A pada Bayi Usia 6 - 11

Bulan di Kota Mojokerto Tahun 2009 - 2011 .....................

38

Gambar 28 Cakupan Pelayanan Anak Balita di Kota Mojokerto

Tahun 2011 ..........................................................................

39

Gambar 29 Cakupan Pemberian Vitamin A pada Anak Balita di Kota

Mojokerto Tahun 2009 - 2011 .............................................

39

Gambar 30 Kasus Balita Gizi Buruk di Kota Mojokerto Tahun 2007 -

2011 ......................................................................................

40

Gambar 31 Cakupan Pelayanan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat

di Kota Mojokerto Tahun 2011 ...........................................

41

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

vii

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011

Gambar 32 Cakupan Pelayanan Kesehatan Usila dan Pra Usila

Tahun 2007 - 2011 ...............................................................

42

Gambar 33 Cakupan Kepesertaan KB dan Proporsi Jenis Alat

Kontrasepsi yang Digunakan di Kota Mojokerto Tahun

2011 ......................................................................................

43

Gambar 34 Rasio Tumpatan/Pencabutan Gigi Tetap di Kota

Mojokerto Tahun 2011 ........................................................

44

Gambar 35 Cakupan Imunisasi pada Bayi di Kota Mojokerto Tahun

2011 ......................................................................................

45

Gambar 36 Cakupan Pemberian Tablet Fe pada Ibu Hamil di Kota

Mojokerto Tahun 2011 ........................................................

46

Gambar 37 Kunjungan Rawat Jalan dan Rawat Inap serta

Kunjungan Jiwa di Puskesmas dan RS di Kota Mojokerto

Tahun 2011 ..........................................................................

48

Gambar 38 Institusi yang Dibina Kesehatan Lingkungan di Kota

Mojokerto Tahun 2011 ........................................................

53

Gambar 39 Pengelompokan Posyandu Menurut Strata di Kota

Mojokerto Tahun 2011 ........................................................

59

Gambar 40 Jumlah dan Proporsi Tenaga Kesehatan Berdasarkan

Kategori di Kota Mojokerto Tahun 2011 ............................

60

Gambar 41 Distribusi Tenaga Kesehatan Menurut Tempat Kerja di

Kota Mojokerto Tahun 2011 ...............................................

60

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

viii

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011

Daftar tabel

Tabel 1 Wilayah Administratif Kota Mojokerto .............................. 5

Tabel 2 Sarana Kesehatan di Kota Mojokerto Tahun 2011 ............ 55

Tabel 3 Indikator Pelayanan RS di Kota Mojokerto Tahun 2011 ... 57

Tabel 4 Rasio Tenaga Kesehatan per 100.000 penduduk Tahun

2011 dengan Standar Indonesia Sehat 2010 dan Renstra

Kemenkes ............................................................................

61

Tabel 5 Anggaran Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011 64

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

1

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011

Bab I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pembangunan di bidang kesehatan diarahkan untuk mencapai komitmen

internasional, yang dituangkan dalam Millenium Development Goals (MDGs), dengan tujuan

yang terkait langsung dengan bidang kesehatan, yaitu menurunkan angka kematian anak,

meningkatkan kesehatan ibu, memerangi HIV – AIDS, TB dan Malaria serta penyakit –

penyakit lainnya, dan juga yang tidak terkait langsung dengan kesehatan, yaitu

menanggulangi kemiskinan dan kelaparan serta mendorong kesetaraan gender dan

pemberdayaan perempuan.

Untuk mendukung keberhasilan pembangunan tersebut, Kementerian Kesehatan

menetapkan visi dalam pelaksanaan pembangunan di bidang kesehatan yaitu “Masyarakat

Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan”, yang diwujudkan dalam 4 misi, yaitu 1) Meningkatkan

derajat kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta dan

masyarakat madani; 2) Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya

upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu dan berkeadilan; 3) Menjamin

ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan; 4) Menciptakan tata kelola

pemerintahan yang baik. Pengukuran keberhasilan pembangunan kesehatan memerlukan

adanya indikator – indikator yang terkait kesehatan, meliputi indikator derajat kesehatan,

upaya kesehatan serta sumber daya kesehatan.

Secara khusus di Kota Mojokerto, dalam RPJMD Tahun 2009 – 2014 disebutkan

bahwa visi pembangunan Kota Mojokerto sampai dengan Tahun 2014 adalah Terwujudnya

Kota Mojokerto yang Sehat, Cerdas, Sejahtera dan Bermoral. Kota Mojokerto yang sehat

ditandai dengan derajat kesehatan masyarakat dan kesadaran untuk berperilaku hidup

sehat yang tinggi. Oleh karena itulah Dinas Kesehatan Kota Mojokerto merupakan salah

satu ujung tombak dalam melaksanakan pembangunan di bidang kesehatan.

Untuk memantau hasil kegiatan dalam rangka mencapai visi tersebut, disusunlah

Profil Kesehatan Kota Mojokerto yang merupakan salah satu produk Sistem Informasi

Kesehatan (SIK). Profil Kesehatan memuat berbagai data dan informasi tentang gambaran

derajat kesehatan, upaya kesehatan, sumber daya kesehatan dan pencapaian indikator

pembangunan kesehatan di Kota Mojokerto pada tahun 2011. Secara khusus di tahun 2011

ini, penganalisaan data tidak hanya dilakukan dengan membandingkan capaian tahun 2011

dengan tahun – tahun sebelumnya ataupun analisa hubungan antar indikator berkaitan,

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

2

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011

namun secara khusus juga dilakukan analisa pemilahan data secara gender pada beberapa

indikator, dimana pemilahan ini belum dilakukan pada profil – profil tahun sebelumnya.

Dari hasil analisa tersebut diharapkan dapat diketahui tingkat keberhasilan yang

telah dilaksanakan sebagai wahana penilaian (Evaluasi) dari program maupun

permasalahan kesehatan yang muncul, serta sarana evaluasi keberhasilan program

kesehatan secara menyeluruh di masyarakat sebagai upaya pengendalian, monitoring dan

evaluasi dari berbagai program kesehatan masyarakat yang dapat digunakan dalam proses

pengambilan keputusan bagi stake holder.

1.2 TUJUAN

Adapun tujuan dari penulisan Profil Kesehatan ini adalah sebagai berikut :

1. Tersedianya data dan informasi kesehatan hasil cakupan pelaksanaan program

kesehatan yang lengkap dan akurat.

2. Tersedianya data sebagai dasar perencanaan, pengambilan keputusan, pelaksanaan

kegiatan/program untuk acuan kegiatan monitoring, pengendalian dan evaluasi dari

berbagai program kesehatan di Kota Mojokerto dalam rangka untuk mencapai visi yang

telah ditetapkan.

1.3 SISTEMATIKA PENYAJIAN

Bab I Pendahuluan

Bab ini menjelaskan tentang maksud dan tujuan Profil Kesehatan serta sistematika

dari penyajiannya.

Bab II Gambaran Umum

Bab ini menyajikan tentang keadaan umum Kota Mojokerto, meliputi keadaan letak

geografi, administratif dan informasi umum lainnya, selain itu juga mengulas faktor-

faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan dan faktor-faktor lainnya misal

demografi/kependudukan, ekonomi, pendidikan, sosial budaya dan lingkungan yang

ada di wilayah Kota Mojokerto.

Bab III Situasi Derajat Kesehatan

Bab ini menyajikan uraian tentang indikator mengenai angka kematian, angka

kesakitan dan status gizi masyarakat Kota Mojokerto.

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

3

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011

Bab IV Situasi Upaya Kesehatan

Bab ini menguraikan tentang pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan

rujukan dan penunjang, pemberantasan penyakit menular, pembinaan kesehatan

lingkungan dan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, pelayanan kefarmasian

dan alat kesehatan serta pelayanan kesehatan dalam situasi bencana.

Bab V Situasi Sumber Daya Kesehatan

Bab ini menjelaskan tentang sarana kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan

kesehatan dan sumber daya kesehatan lainnya yang ada di Kota Mojokerto.

Bab VI Kesimpulan dan Saran

Bab ini berisi tentang kesimpulan dari sajian hal-hal penting yang perlu disimak dan

ditelaah lebih lanjut dari Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011 sebagai

masukan arah kebijakan perencanaan pembangunan kesehatan pada tahun

berikutnya dan berisi juga tentang saran yang merupakan rekomendasi atau

alternatif pemecahan dalam rangka mengatasi masalah yang telah ditemukan

selama melaksanakan pembangunan kesehatan.

Lampiran

Berisi tabel-tabel yang digunakan sebagai dasar acuan pembuatan Profil Kesehatan

Kota Mojokerto yang memuat pencapaian program dan kegiatan pembangunan

kesehatan di wilayah Kota Mojokerto selama satu tahun, serta dokumentasi kegiatan

Dinas Kesehatan Kota Mojokerto selama tahun 2011.

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

4

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011

Bab ii

Gambaran umum kota mojokerto

2.1 KONDISI GEOGRAFIS

2.1.1 Letak dan Batas Wilayah

Kota Mojokerto merupakan kota kecil yang terletak ditengah-tengah

Kabupaten Mojokerto, terbentang pada 7°33’ Lintang Selatan dan 112°28' Bujur

Timur, wilayahnya merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 22 m di

atas permukaan laut dengan kondisi permukaan tanah yang agak miring ke Timur

dan Utara antara 0 - 3%.

Kota Mojokerto berbatasan dengan Sungai Brantas yang membentang

memisahkan wilayah Kota dengan Kabupaten di sebelah Utara. Di sebelah Timur

berbatasan dengan wilayah Kecamatan Puri Kabupaten Mojokerto. Sedangkan di

sebelah Barat dan Selatan berbatasan dengan Kecamatan Sooko Kabupaten

Mojokerto.

Gambar 1. Peta Kota Mojokerto

2.1.2 Luas Wilayah

Kota Mojokerto mempunyai luas wilayah 16,45 km². Secara administratif,

wilayah Kota Mojokerto terbagi menjadi 2 Kecamatan, 18 Kelurahan, 70

Dusun/Lingkungan, 177 Rukun Warga (RW) dan 661 Rukun Tetangga (RT),

merupakan satu-satunya daerah di Propinsi Jawa Timur, bahkan di Indonesia yang

Kota Mojokerto

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

5

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011

memiliki satuan wilayah maupun luas wilayah terkecil dengan perincian sebagai

berikut :

a) Kecamatan Prajurit Kulon, dengan luas wilayah 7,75 km², terdiri dari : 8

Kelurahan, 33 Lingkungan, 71 Rukun Warga dan 285 Rukun Tetangga

b) Kecamatan Magersari, dengan luas wilayah 8,7 km², terdiri dari : 10 Kelurahan,

37 Lingkungan, 106 Rukun Warga dan 376 Rukun Tetangga

Tabel 1. Wilayah administratif Kota Mojokerto

Kecamatan Kelurahan Jumlah Lingkungan

Jumlah RW

Jumlah RT

1. Prajurit Kulon 1. Surodinawan 5 9 37 2. Kranggan 5 13 54 3. Miji 4 11 49 4. Prajurit Kulon 4 10 30 5. Blooto 3 8 32 6. Mentikan 4 9 33 7. Kauman 3 3 16 8. Pulorejo 5 8 34

Jumlah 33 71 285

2. Magersari 1. Meri 3 11 40 2. Gunung Gedangan 6 9 30 3. Kedundung 4 15 63 4. Balongsari 4 14 46 5. Jagalan 2 6 18 6. Sentanan 2 6 14 7. Purwotengah 3 5 18 8. Gedongan 2 4 14 9. Magersari 4 10 35 10. Wates 7 26 98

Jumlah 37 106 376

Sebagian besar penggunaan lahan di Kota Mojokerto didominasi oleh lahan

terbangun sekitar 7,76 km2 atau 52,15%. Sedangkan lahan tidak terbangun sekitar

47,85%. Ditinjau dari kondisi permukaan tanahnya, wilayah Kota Mojokerto relatif

tidak mempunyai kendala dalam mendukung perkembangan fisik kota. Letak

geografis pada jalur transportasi regional lintas selatan yang menghubungkan

Surabaya – Yogyakarta – Jakarta serta menjadi bagian dari wilayah

Gerbangkertasusila menyebabkan Kota Mojokerto memiliki posisi yang sangat

strategis dalam mendukung pengembangan kegiatan pembangunan di Jawa Timur

Sumber: Mojokerto Kota Dalam Angka 2010

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

6

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011

dan berperan utama sebagai pusat aktivitas ekonomi dan jasa bagi wilayah

belakangnya (hinterland), yaitu Kabupaten Mojokerto dan sekitarnya.

2.1.3 Iklim

Lokasi Kota Mojokerto berada di sekitar garis khatulistiwa, maka seperti

wilayah Propinsi Jawa Timur pada umumnya, Kota Mojokerto beriklim tropis dan

mempunyai perubahan iklim sebanyak 2 jenis setiap tahunnya, yaitu musim

penghujan dan musim kemarau, dengan curah hujan rata – rata 10,58 mm.

Temperatur mencapai 220 - 310 C dengan kelembaban udara 74,3 – 84,8 Mb/hari

dan kecepatan angin rata – rata berkisar 3,88 – 6,88 knot / hari.

2.2 KONDISI DEMOGRAFIS

2.2.1 Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk Kota Mojokerto tahun 2011 berdasarkan data registrasi

penduduk akhir tahun yang dikeluarkan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

Kota Mojokerto sebesar 133.285 jiwa. Namun untuk sasaran pembangunan

kesehatan tahun 2011 sesuai kesepakatan antar seluruh Dinas Kesehatan Kab/Kota

se – Jawa Timur dengan Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur menggunakan data

proyeksi penduduk tahun 2010 sebesar 120.271 jiwa yang terdiri dari 58.964 jiwa

penduduk laki-laki dan 61.307 jiwa penduduk perempuan, dikarenakan data proyeksi

penduduk tahunan berdasarkan hasil Sensus Penduduk Tahun 2010 belum

dikeluarkan secara resmi oleh BPS Propinsi Jawa Timur. Komposisi penduduk

menurut jenis kelamin dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 2. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tahun 2011

33,556 34,890

25,408 26,417

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

40,000

Laki-Laki Perempuan

Magersari

Prajuritkulon

Sumber: BPS Propinsi Jawa Timur (Proyeksi Tahun 2010 berdasarkan sensus penduduk Tahun 2000)

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

7

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011

2.2.2 Kepadatan Penduduk, Rasio Penduduk, dan Pertumbuhan Penduduk

Jumlah rumah tangga di Kota Mojokerto sebanyak 35.479 KK dan rata-rata

jiwa/rumah tangga di Kota Mojokerto sebanyak 3,4 jiwa/rumah tangga. Kota

Mojokerto mempunyai luas wilayah sangat kecil, namun mempunyai jumlah

penduduk yang besar. Hasil dari Registrasi Penduduk Akhir Tahun 2011 besarnya

jumlah penduduk di Kota Mojokerto dengan luas wilayah yang sangat kecil akan

menyebabkan kepadatan Kota Mojokerto menjadi sangat tinggi, yaitu tingkat

kepadatan penduduk sebesar 7.307 jiwa/km² di Tahun 2011.

Sedangkan apabila dilihat per kecamatan, tampak Kecamatan Magersari

tingkat kepadatan penduduknya lebih tinggi yaitu sebesar 7.867 jiwa/km²

dibandingkan Kecamatan Prajurit Kulon yang hanya sebesar 6.678 jiwa/km². Hal ini

disebabkan karena beberapa kelurahan di wilayah Kecamatan Magersari merupakan

daerah perumahan yang sudah banyak dihuni oleh penduduk dari luar daerah Kota

Mojokerto.

Rasio penduduk laki-laki terhadap perempuan pada Tahun 2011 adalah

96,18%, yang berarti disetiap 100 penduduk wanita terdapat 96 penduduk laki-laki.

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

8

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011

Bab iii

Situasi derajat kesehatan

Situasi derajat kesehatan di Kota Mojokerto dapat digambarkan dengan

menggunakan indikator – indikator pembangunan kesehatan antara lain mortalitas,

morbiditas dan status gizi.

Mortalitas atau yang biasa dikenal sebagai angka kematian, dapat dilihat dari

indikator Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA) serta Angka

Kematian Ibu (AKI). Morbiditas atau bisa juga disebut angka kesakitan, dapat dilihat dari

indikator Prevalensi Penyakit Menular Langsung, seperti TB, Kusta, HIV/AIDS, Diare,

Pneumonia serta Prevalensi Penyakit Menular yang Bersumber dari Binatang, seperti DBD,

Malaria, Filariasis. Selain itu, angka kesakitan juga dapat dilihat dari indikator penemuan dan

penanganan penderita AFP serta Prevalensi Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan

Imunisasi (PD3I). Status gizi dapat dilihat dari persentase bayi dengan Berat Bayi Lahir

Rendah (BBLR), prevalensi balita gizi buruk dan gizi kurang.

3.1 MORTALITAS

Kejadian kematian di masyarakat seringkali digunakan sebagai indikator dalam

menilai keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan lainnya.

Data kematian di masyarakat pada umumnya diperoleh melalui survei karena sebagian

besar kejadian kematian terjadi di rumah, sedangkan data kematian yang ada di fasilitas

kesehatan hanya memperlihatkan kasus rujukan.

3.1.1 Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA)

Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat bayi lahir sampai

dengan satu hari sebelum bayi berusia satu tahun. Dari sisi penyebabnya, kematian

bayi dapat dibedakan menjadi endogen dan eksogen.

Kematian bayi endogen (kematian neonatal) adalah kematian yang terjadi

pada bulan pertama setelah bayi dilahirkan, umumnya disebabkan karena faktor

bawaan. Sedangkan kematian eksogen (kematian post neonatal) adalah kematian

bayi yang terjadi antara usia satu bulan sampai dengan satu tahun yang umumnya

disebabkan oleh faktor yang bertalian dengan pengaruh lingkungan luar.

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

9

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011

Tiga penyebab utama kematian bayi menurut SKRT 1995 adalah komplikasi

perinatal (pertumbuhan janin lambat, kekurangan gizi pada janin, kelahiran prematur,

dan berat bayi lahir rendah), infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), dan diare.

Gabungan ketiga penyebab ini memberi andil 75% terhadap kematian bayi.

Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate adalah banyaknya bayi

yang meninggal sebelum mencapai usia satu tahun per 1.000 kelahiran hidup. AKB

dapat menggambarkan kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat, karena bayi

adalah kelompok yang paling rentan terkena dampak dari suatu perubahan

lingkungan maupun sosial ekonomi. Angka Kematian Balita (AKABA) adalah jumlah

anak yang meninggal sebelum usia 5 tahun, dinyatakan sebagai angka per 1.000

kelahiran hidup. AKABA menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan anak dan

faktor – faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan anak balita seperti

gizi, sanitasi, penyakit menular dan kecelakaan.

Berdasarkan data yang dilaporkan pada Dinas Kesehatan Kota Mojokerto,

kondisi AKB Kota Mojokerto menunjukkan kenaikan dari 11,6 per 1.000 kelahiran

hidup pada tahun 2010 menjadi 12,1 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2011

dengan kejadian kematian terbanyak terjadi pada bayi berjenis kelamin laki - laki.

Sedangkan untuk kasus AKABA, jumlah kematian balita yang terlaporkan di

tahun 2011 sebanyak 6 kasus dari 1.896 kelahiran hidup, dengan AKABA

terlaporkan 3,2 per 1.000 kelahiran hidup.

Gambaran kecenderungan kasus lahir mati, kematian bayi, dan kematian

balita dapat diamati pada gambar berikut ini:

Gambar 3 Kasus Lahir Mati, Kematian Bayi, dan Kematian Balita di Kota

Mojokerto Tahun 2005 – 2011

0 0 0 1 2 1

6

1012

14 13 14

22 23

6 5

11

7 8

13 14

0

5

10

15

20

25

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Jumlah Balita Mati Jumlah Mati Bayi Jumlah Lahir Mati

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

10

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011

Dari gambar diatas, dapat terlihat bahwa dari tahun 2005 - 2011, kasus lahir

mati, kematian bayi, dan kematian balita cenderung fluktuatif. Adapun penyebab

kematian bayi tersebut sangat beragam, antara lain BBLR, asfiksia, trauma lahir,

ISPA, infeksi, serta kelainan kongenital atau cacat bawaan. Sedangkan untuk

penyebab kematian balita tidak dapat dianalisis karena belum tersedia datanya.

3.1.2 Angka Kematian Ibu melahirkan (AKI)

Kematian maternal adalah kematian ibu karena kehamilan, melahirkan atau

selama masa nifas dan bukan karena kecelakaan, dengan acuan pertimbangan

adalah jumlah kematian maternal per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab langsung

kematian ibu adalah perdarahan, eklampsia atau gangguan akibat tekanan darah

tinggi saat kehamilan, infeksi, dan abortus yang tidak aman. Selain itu ada beberapa

faktor yang menjadi penyebab tidak langsung kematian ibu yaitu 3 (tiga) terlambat

dan 4 (empat) terlalu. Tiga terlambat adalah 1) keterlambatan keluarga mengambil

keputusan kontak dengan tenaga kesehatan, 2) keterlambatan memperoleh

pelayanan kesehatan, serta 3) terlambat merujuk. Sedangkan empat terlalu adalah

1) terlalu muda/tua usia ibu untuk memutuskan untuk hamil, 2) terlalu sering

melahirkan, dan 3) terlalu dekat jarak antara kehamilan/persalinan satu dengan

berikutnya.

Target MDG’s untuk penurunan AKI sebesar 110 per 100.000 kelahiran hidup

di tahun 2015. Untuk Kota Mojokerto, pada tahun 2011 terdapat 2.005 sasaran ibu

hamil. Dari jumlah sasaran tersebut, tercatat bahwa angka kematian ibu di Kota

Mojokerto dari tahun 2008 hingga 2010 telah berhasil ditekan menjadi 0 kasus.

Namun di tahun 2011, terjadi 1 kasus kematian maternal pada ibu nifas, sehingga

AKI tahun 2011 naik menjadi 52,7 per 100.000 kelahiran hidup.

Kasus kematian ibu yang terjadi dari tahun 2005 sampai 2011 dapat dilihat

pada gambar berikut.

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

11

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011

Sumber: Bidang Kesehatan Keluarga, 2011

Gambar 4 Kasus Kematian Maternal yang Dilaporkan di Kota Mojokerto

Tahun 2005 – 2011

Pada Gambar III.3 berikut nampak perkembangan bahwa AKI dari data yang

dilaporkan di Kota Mojokerto pada periode 2004 sampai 2011 masih sangat fluktuatif,

terkadang tidak terjadi kasus kematian ibu maternal namun terlihat di tahun 2005

justru terjadi peningkatan yang sangat signifikan, demikian pula di tahun 2007. Dan

setelah berhasil menekan AKI 0 per 100.000 kelahiran hidup selama 3 tahun berturut

– turut dari 2008 – 2010, di tahun 2011 AKI naik kembali 52,7 per 100.000 kelahiran

hidup.

Gambar 5 Angka Kematian Ibu yang Dilaporkan di Kota Mojokerto

Tahun 2004 – 2011

Penanganan kasus kematian ibu dan bayi memang tidak sepenuhnya

menjadi tanggung jawab dari jajaran kesehatan saja, karena banyak faktor yang

berperan dalam terjadinya kematian ibu dan bayi seperti tingkat ekonomi dan

0

2

4

2005 2006 2007 20082009

20102011

0 0

3

0 0 01

4

0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 00

Kematian Bufas

Kematian Bulin

Kematian Bumil

53.4

228.5

0

156.9

0 0 0

52.7

0.0

50.0

100.0

150.0

200.0

250.0

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

AK

I per

100

.000

KH

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

12

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011

pendidikan ibu yang masih rendah, sarana transportasi yang buruk dan lain

sebagainya, yang mau tidak mau penanganannya harus melibatkan lintas sektor.

Sebagai leading sector dalam upaya penurunan AKI dan AKB, Dinas

Kesehatan Kota Mojokerto akan terus mengevaluasi upaya pelayanan kesehatan

masyarakat yang telah dilakukannya selama ini, agar dapat dilakukan perbaikan

untuk masa yang akan datang dan lebih mampu menjamin meningkatnya derajat

kesehatan masyarakat Kota Mojokerto.

3.2 MORBIDITAS

Indonesia menghadapi transisi epidemiologi yang menyebabkan terjadinya beban

ganda, dimana angka kejadian kasus gizi kurang dan penyakit infeksi masih tinggi, disertai

pula dengan semakin tingginya angka kejadian gizi lebih dan penyakit degeneratif. Kondisi

ini disebabkan salah satunya karena perilaku yang tidak sehat, yang merupakan faktor

utama yang harus dirubah terlebih dahulu.

Data kesakitan (morbiditas) diperoleh dari beberapa sumber, diantaranya berasal

dari laporan rutin surveilans (SP2TP, SST, SPRS), profil kesehatan maupun laporan hasil

survei seperti SDKI, SKRT, SUSENAS serta sumber-sumber lain. Angka kesakitan atau

morbiditas di Kota Mojokerto diperoleh dari hasil pengumpulan data dari Dinas Kesehatan

Kota Mojokerto, serta sarana pelayanan kesehatan yang ada di wilayah Kota Mojokerto.

Situasi kejadian penyakit menular di Kota Mojokerto diuraikan sebagai berikut :

3.2.1 Penyakit Menular Langsung

a) TB Paru

Penyakit Tuberculosis atau TBC disebabkan oleh kuman Mycobacterium

tuberculosis yang ditularkan melalui percikan dahak penderitanya. Laporan

WHO tahun 2009 menempatkan Indonesia di urutan ke 5 sebagai penyumbang

TB terbesar di dunia dibawah India, China, Afrika Selatan, dan Nigeria.

Strategi penanganan TBC dilaksanakan melalui Directly Observed

Treatment Shortcourse (DOTS) yaitu pengawasan langsung menelan obat

jangka pendek setiap hari oleh seorang pengawas minum obat (PMO). Strategi

DOTS pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1995 dan telah

diimplementasikan secara meluas dalam sistem pelayanan kesehatan

masyarakat. Strategi ini telah terbukti sebagai strategi penanggulangan yang

secara ekonomis paling efektif (cost effective).

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

13

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011

Upaya yang dilakukan untuk menanggulangi TB secara nasional mencatat

tren yang cukup menggembirakan. Hal ini ditandai dengan peningkatan case

detection rate (CDR) yang tercatat sebesar 19,7% pada tahun 2000 menjadi

41,6% pada tahun 2003 dan 78,3% di tahun 2010. Indonesia juga telah berhasil

mencapai dan mempertahankan angka kesembuhan/success rate (SR) sesuai

dengan target global, yaitu minimal 85%, terbukti di tahun 2004 SR mencapai

angka 88,9%, tahun 2007 mencapai 91% dan di tahun 2009 menjadi 91,2%

(Sumber: Profil Kesehatan Indonesia 2010). Namun tetap perlu diwaspadai

munculnya resistensi terhadap obat anti TBC atau multiple drug resistent (MDR)

yang dari segi biaya dan waktu penanganan akan jauh lebih mahal dan lama

serta berefek samping lebih besar, dimana diperkirakan kasus MDR di Indonesia

sebesar 2% dari keseluruhan kasus TBC sebagaimana yang dinyatakan oleh

WHO.

Gambar 6 Penemuan Kasus TB BTA (+) di Kota Mojokerto

Tahun 2009 – 2011

Pada tahun 2011, di Kota Mojokerto ditemukan 91 penderita TB Paru

BTA(+) baru atau 70,54% dari jumlah perkiraan penderita TB paru yang

ditargetkan sebesar 129 penderita. Jumlah tersebut mengalami sedikit

penurunan dibanding tahun 2010, dimana dari target 129 orang penderita baru

ditemukan 92 pasien TB BTA (+).

Sementara itu angka kesembuhan dari tahun 2007 – 2011 dapat

digambarkan pada grafik berikut :

0

50

100

150

200

250

2009 2010 2011

131

218 201

7592 91

Jum

lah

kas

us

Tahun

All cases

BTA (+)

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

14

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011

Gambar 7 Angka kesembuhan Kasus TB BTA (+) di Kota Mojokerto

Tahun 2007 – 2011

Di tahun 2011, dari 92 penderita TB BTA (+) yang ditemukan di tahun 2010

dan telah menjalani pengobatan, hanya 83 penderita saja (93,48%) yang

dinyatakan sembuh. Persentase ini mengalami kenaikan bila dibanding tahun

sebelumnya, dimana dari 75 penderita TB BTA (+) yang ditemukan di tahun

2009 dan menjalani pengobatan hanya 64 penderita saja yang dinyatakan

sembuh di tahun 2010 atau hanya sebesar 85,33%.

b) Kusta

Penyakit Kusta, atau yang sering disebut Lepra merupakan penyakit kronis

yang menyerang saraf tepi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae.

Menurut jenisnya, Kusta dibedakan menjadi 2 jenis yaitu kusta PB (Pausi

Basiler) dan kusta MB (Multi Basiler). Indonesia merupakan penyumbang

penderita kusta terbesar ketiga di dunia setelah India dan Brasil, sementara

Propinsi Jawa Timur sendiri menjadi “juara pertama” di Indonesia sebagai

penyumbang kasus kusta. Prevalensi kusta terbanyak berada di pantai utara

pulau Jawa dan Madura.

Di Kota Mojokerto, selama periode tahun 2011 ditemukan 7 kasus baru

kusta MB yang seluruhnya menyerang kelompok usia ≥15 tahun (proporsi anak

0%) dan tingkat kecacatan II sebesar 42,86% dengan angka prevalensi sebesar

0,67 per 10.000 penduduk. Meskipun angka proporsi kejadian kusta pada anak

0%, namun dari proporsi tingkat kecacatan II serta angka prevalensi yang lebih

90.35

97.4

91.96

85.33

93.48

7880828486889092949698

100

2007 2008 2009 2010 2011

Pe

rse

nta

se k

ese

mb

uh

an

Tahun

Angka kesembuhan

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

15

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011

dari 0,5 per 10.000 penduduk menggambarkan masih kurangnya kesadaran

masyarakat mengenali gejala dini penyakit kusta.

c) HIV/AIDS dan IMS

HIV/AIDS merupakan penyakit yang termasuk dalam kategori “New

Emerging Disease”. AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan

kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya kekebalan tubuh karena serangan

HIV (Human Immunodeficiency Virus). Perkembangan penyakit HIV/AIDS

sampai saat ini terus menunjukkan peningkatan yang signifikan,

perkembangannya bagaikan fenomena “gunung es”, dimana jumlah penderita

yang ditemukan jauh lebih sedikit dibandingkan jumlah penduduk yang terinfeksi.

Sehingga saat ini HIV/AIDS dinyatakan sebagai masalah darurat global yang

penting untuk segera diatasi.

Hal – hal yang menjadi penyebab semakin berkembangnya penyakit

tersebut diantaranya makin tingginya mobilitas penduduk antar wilayah,

menyebarnya sentra pembangunan ekonomi, meningkatnya perilaku seksual

yang tidak aman, serta meningkatnya penyalahgunaan NAPZA melalui jarum

suntik tidak steril di sub-populasi pengguna napza suntik (penasun), sementara

penularan melalui hubungan seksual berisiko tetap berlangsung.

Demikian halnya dengan perkembangan penyakit HIV/AIDS di wilayah

Kota Mojokerto, berjalan seiring dengan peningkatan mobilitas penduduk dan

ditunjang dengan wilayah Kota Mojokerto sebagai kota ”Hinterland” atau

penyangga ibukota Propinsi Jawa Timur, yaitu Kota Surabaya. Jumlah penderita

HIV(+) di Kota Mojokerto dari tahun 2003 hingga tahun 2011 berturut-turut

sebanyak 6 Orang (2003); 7 orang (2004); 15 orang (2005); 2 orang (2006); 43

orang (2007); 56 orang (2008); 55 orang (2009); 43 orang (2010) dan tahun

2011 sebanyak 9 orang. Adapun jumlah kumulatif penderita sampai dengan

tahun 2011 berjumlah 236 orang.

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

16

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011

Gambar 8 Jumlah Kumulatif Penderita HIV/AIDS di Kota Mojokerto

Tahun 2003 – 2011

Upaya penanggulangan HIV dan AIDS yang diselenggarakan oleh

Pemerintah Kota Mojokerto haruslah didasari bahwa masalah HIV dan AIDS

sudah menjadi masalah sosial kemasyarakatan dan masalah nasional, yang

penanggulangannya diutamakan pada sub-populasi berperilaku resiko tinggi,

namun tetap memperhatikan masyarakat yang rentan, termasuk yang berkaitan

dengan pekerjaannya dan masyarakat yang termarginalkan terhadap penularan

HIV dan AIDS. Upaya pencegahan penularan HIV/AIDS melalui transfusi darah

dilakukan dengan pen-skrining-an terhadap setiap kantong darah yang

didonorkan melalui PMI. Dari hasil yang diperoleh di tahun 2011, dari 13.257

sampel darah yang diskrining ditemukan 66 sampel darah yang positif HIV/AIDS

atau sebesar 0,5%. Hal ini cukup mengkhawatirkan, bisa dijadikan pertanda

bahwa penularan HIV/AIDS sudah semakin menyebar luas karena banyaknya

sampel darah yang positif terinfeksi.

Tidak hanya melalui tranfusi darah, penularan HIV/AIDS sangat

dimungkinkan terjadi melalui hubungan seksual yang beresiko. Tingginya angka

kejadian IMS juga bisa dijadikan pertanda kewaspadaan terhadap penyebaran

kasus HIV/AIDS.

Selama tahun 2011, di Kota Mojokerto ditemukan sebanyak 433 kasus.

Jumlah ini memang lebih sedikit dibanding penemuan kasus di tahun 2010

sebanyak 731 kasus. Namun bukan berarti hal tersebut menandakan bahwa

pencegahan penularan HIV/AIDS sudah bisa ditekan, selama masih ada IMS

yang ditemukan penularan HIV/AIDS masih sangat dimungkinkan terjadi.

6 13 28 3073

129

184227 236

0

50

100

150

200

250

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Jumlah

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

17

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011

Gambar 9 Perbandingan jumlah penderita IMS secara gender di

Kota Mojokerto Tahun 2011

Berdasarkan grafik diatas, dapat dilihat bahwasanya kasus IMS lebih

banyak terjadi pada perempuan, rasionya 1 : 71. Belum ada penelitian lebih

lanjut yang dapat menjelaskan penyebab perempuan lebih rawan terkena IMS.

Menurut perkiraan, kemungkinan besar karena kebanyakan yang menjadi

pekerja seks komersial adalah wanita atau bisa juga karena perilaku para suami

yang suka “jajan” di lokalisasi menyebabkan para istri di rumah yang tidak tahu –

menahu perilaku suaminya tertular penyakit yang dibawa dari lokalisasi. Namun

itu hanya perkiraan, belum dapat dipergunakan sebagai teori penyebab yang

pasti dan valid.

d) Diare

Penyakit diare sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan

masyarakat, karena masih kurangnya perilaku hidup bersih dan sehat

masyarakat dalam kehidupan sehari – hari. Penyakit diare juga sangat berkaitan

erat dengan faktor hygiene sanitasi masyarakat, semakin meningkatnya jumlah

kejadian diare dapat menandakan bahwa kedua faktor tersebut, yakni PHBS

dan hygiene sanitasi di masyarakat mengalami penurunan kualitas.

Di Kota Mojokerto, bila dipantau sejak tahun 2007 maka angka kejadian

diare dapat terlihat sebagai berikut :

050

100150200

250300350400450

6

426

Sumber: Tabel 14 Lampiran Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

18

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011

Gambar 10 Kejadian Diare di Kota Mojokerto Tahun 2007 – 2011

Dari gambar diatas terlihat adanya tren kenaikan jumlah kasus diare yang

terjadi dari tahun ke tahun. Perlu adanya upaya pencegahan, salah satunya

melalui penyuluhan dan pemberdayaan kader – kader kesehatan dalam

tatalaksana diare, dengan harapan terjadinya peningkatan perilaku hidup bersih

dan sehat (PHBS) dalam kehidupan sehari – hari dan peningkatan hygiene

sanitasi masyarakat, sehingga angka kejadian kasus diare dapat ditekan.

e) Pneumonia

Pneumonia dapat digolongkan sebagai salah satu Penyakit Infeksi Saluran

Pernafasan Atas (ISPA) yang masih menjadi penyebab uatam kesakitan dan

kematian pada bayi dan balita. Hal ini merujuk pada hasil konferensi

internasional mengenai ISPA di Canberra Australia pada Juli 1997, yang

mengemukakan empat juta bayi dan balita di negara-negara berkembang

meninggal tiap tahun akibat ISPA dan jumlah ini merupakan 30% dari seluruh

kematian yang ada.

Hal ini juga tampak dari hasil SURKESNAS tahun 2001 yang menunjukkan

bahwa proporsi kematian balita akibat ISPA sebesar 28%, yang berarti dari 100

balita yang meninggal, 28 diantaranya disebabkan oleh penyakit ISPA. Hasil

SURKESNAS tersebut juga menunjukkan bahwa 80% dari kasus kematian ISPA

pada balita tersebut disebabkan Pneumonia.

Angka ini juga ditegaskan dengan hasil ekstrapolasi data survei kesehatan

rumah tangga pada tahun 2001 yang menunjukkan bahwa Angka Kematian

39204823 5148

64427237

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

8000

2007 2008 2009 2010 2011

Jum

lah

ka

sus

Tahun

Diare

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

19

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011

Balita akibat ISPA adalah 4,9/1.000 balita, yang artinya sekitar 5 dari 1.000 balita

meninggal setiap tahun akibat Pneumonia.

Di Indonesia, Pemberantasan Penyakit ISPA dimulai pada tahun 1984

bersamaan dengan dilancarkannya pada tingkat global oleh WHO. Maka tata

laksana ISPA diklasifikasikan dalam 3 tingkat yaitu ISPA ringan, sedang dan

berat. Sehingga sejak tahun 1990 pemberantasan ISPA dititikberatkan dan

difokuskan pada penanggulangan Pneumonia Balita, karena penyebab kematian

tertinggi pada anak usia dibawah 5 tahun adalah penyakit pernafasan dan

sebagian besar disebabkan oleh Pneumonia.

Dalam upaya meningkatkan cakupan penemuan dan kualitas tatalaksana

penderita Pneumonia balita, Kementerian Kesehatan telah menerapkan

pendekatan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) di Puskesmas sebagai

Unit Pelayanan Kesehatan Dasar. Diperkirakan setiap tahun sekitar 10% dari

keseluruhan balita yang ada mengalami Pneumonia, inilah yang menjadi target

dari petugas kesehatan untuk melaksanakan pelacakan dan penemuan kasus

pneumonia.

Pada tahun 2011 tercatat 426 kasus penderita pneumonia pada balita

yang telah ditangani atau hanya 46,7% saja dari jumlah perkiraan penderita

Pneumonia Balita yang ditargetkan sebanyak 913 kasus, hal ini dapat dilihat

pada berikut.

Gambar 11 Penemuan Penderita Pneumonia pada Balita di Kota

Mojokerto Tahun 2007 – 2011

17.79%

8.32%

10.91%

10.51%

46.70%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

40%

45%

50%

2007 2008 2009 2010 2011

Pneumonia

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

20

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011

Kasus pneumonia umumnya terjadi pada balita dengan gizi kurang

ditunjang dengan perilaku dan lingkungan sekitar yang tidak sehat (asap rokok,

polusi). Upaya pemberantasan penyakit ini difokuskan pada upaya penemuan

dini dan tatalaksana kasus yang cepat dan tepat pada penderita.

3.2.2 Penyakit Menular Bersumber Binatang

a) Demam Berdarah Dengue (DBD)

Penyakit demam berdarah dengue ialah penyakit yang disebabkan oleh

virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes

albopictus. Penyakit menular ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat,

bahkan seringkali muncul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) yang tidak jarang

menimbulkan kematian pada penderitanya.

Angka insiden DBD secara nasional berfluktuasi dari tahun ke tahun.

Jumlah penderita DBD yang dilaporkan pada tahun 2007 secara nasional

sebanyak 158.115 kasus dengan jumlah kematian 1.599 orang, dengan Case

Fatality Rate (CFR) sebesar 1,01%, dan Incidence Rate (IR) sebesar 71,78 per

100.000 penduduk.

Dari 38 Kabupaten/Kota yang ada di Jawa Timur, Kota Mojokerto termasuk

daerah endemis penyakit DBD karena hampir setiap tahun ditemukan kasus

DBD pada periode tertentu (musiman). Wilayah yang perlu diwaspadai karena

merupakan daerah endemis DBD di Kota Mojokerto, yaitu : kelurahan Magersari,

Balongsari, Kedundung, Wates, Meri, Mentikan, Miji dan Kranggan.

Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, kasus DBD yang ditemukan di

Kota Mojokerto cenderung mengalami penurunan. Incidence Rate (IR) DBD

tahun 2011 sebesar 11,6/100.000 penduduk (14 kasus), dibanding tahun 2010

angka tersebut telah mengalami penurunan dan berhasil ditekan tidak melebihi

target nasional yang telah ditetapkan, yaitu sebesar < 20/100.000 penduduk.

Gambaran kejadian DBD di Kota Mojokerto mulai tahun 2007 sampai

dengan tahun 2011 tampak pada gambar di bawah ini.

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

21

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011

Gambar 12 Jumlah kasus DBD yang ditemukan di Kota Mojokerto

Tahun 2007 – 2011

Penurunan angka kejadian DBD ini tidak lepas dari peran serta

masyarakat Kota Mojokerto yang telah memiliki kesadaran dalam menggalakkan

Gerakan Jum’at Berseri dan PSN 60 Menit melalui Instruksi Walikota Mojokerto

No. 1 Tahun 2006 tertanggal 20 Maret 2006. Kader Motivator Kesehatan

bersama dengan masyarakat sekitar melakukan 3M (Menguras, Menutup dan

Mengubur). Selain itu, kegiatan pencegahan penyebaran penyakit juga dilakukan

melalui fogging focus segera setelah ada indikasi penderita DBD dan fogging

masal sebelum musim penularan dengan dua siklus, terutama pada daerah

endemis DBD.

b) Malaria

Meskipun Indonesia masih merupakan negara dengan angka kesakitan

dan kematian akibat malaria cukup tinggi dan beberapa wilayah di Propinsi Jawa

Timur juga dinyatakan sebagai daerah endemis, utamanya di daerah pantai

selatan, kepulauan Madura dan sekitar Gunung Wilis, namun Kota Mojokerto

dapat dikatakan bukan merupakan daerah endemis. Dari data yang ada sejak

tahun 2004, tidak pernah ditemukan satu pun kasus kejadian malaria di Kota

Mojokerto.

33

2726

19

14

0

5

10

15

20

25

30

35

2007 2008 2009 2010 2011

Jum

lah

kas

us

Tahun

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

22

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011

c) Filariasis

Penyakit Filariasis atau yang lebih sering dikenal masyarakat sebagai

penyakit kaki gajah merupakan penyakit infeksi menahun (kronis) yang

disebabkan oleh cacing filaria, yang ditularkan melalui berbagai jenis nyamuk

yang menyerang saluran dan kelenjar getah bening. Penyakit ini dapat

menimbulkan cacat menetap (pembesaran pada kaki, lengan dll.).

Sampai dengan tahun 2011, belum pernah ditemukan satu pun kasus

filariasis di wilayah Kota Mojokerto. Namun bukan berarti penyakit ini tidak perlu

diwaspadai, karena hampir di 30 kab/kota di Jawa Timur pernah ditemukan

kasus filariasis kronis. Tidak menutup kemungkinan penyakit tersebut akan

masuk ke wilayah Kota Mojokerto karena wilayah di sekitar Kota Mojokerto

pernah terjangkit, diantaranya Kab. Mojokerto, Kab. Jombang, Kab. Sidoarjo dan

Kab. Lamongan.

3.2.3 Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)

a) Campak

Campak merupakan penyakit menular akut yang disebabkan oleh virus

measles yang disebarkan melalui bersin/batuk. Karena mudahnya rantai

penularannya itulah yang menyebabkan penyakit ini seringkali menyebabkan

tejadinya kejadian luar biasa (KLB). Gejala awal penyakit ini diantaranya

demam, bercak kemerahan, batuk pilek hingga timbulnya ruam di seluruh tubuh.

Data yang terekam di Kemenkes RI menyebutkan frekuensi KLB campak

menduduki urutan ke empat setelah DBD, diare dan chikungunya. Kematian

akibat campak pada umumnya disebabkan karena kasus komplikasi seperti

meningitis.

Frekuensi KLB campak di Indonesia dalam kurun waktu tiga tahun terakhir

terus meningkat, sebesar 72 pada tahun 2005, 86 pada tahun 2006 dan 114

pada tahun 2007 (Profil Kesehatan Indonesia 2007). Sedangkan gambaran

kasus campak di Kota Mojokerto sendiri tampak pada gambar di bawah ini.

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

23

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011

Gambar 13 Jumlah Kasus Campak di Kota Mojokerto Tahun 2007 –

2011

Meskipun dari tahun 2007, jumlah kasus Campak di Kota Mojokerto

cenderung mengalami penurunan, bahkan di akhir tahun 2010 tidak ditemukan

satu pun kejadian Campak, namun di tahun 2011, terjadi peningkatan yang

cukup signifikan menjadi 9 kasus, padahal capaian cakupan imunisasi campak

menampakkan hasil yang baik bahkan lebih dari 100 persen (107.2%). Banyak

faktor yang diduga mengakibatkan peningkatan tersebut, salah satunya

perubahan cuaca yang ekstrim akibat global warming dan juga bisa jadi

disebabkan cara pemberian imunisasi yang kurang tepat (invalid dose),

sehingga mengakibatkan kekebalan tubuh bayi terhadap serangan virus campak

tidak terbentuk dengan baik.

b) Difteri

Difteri merupakan penyakit yang sangat mudah menular dan seringkali

menjadi penyebab kematian pada anak – anak. Penyakit ini disebabkan oleh

bakteri Corynebacterium diphteriae yang menyerang saluran pernafasan bagian

atas. Kasus dipteri di Jawa Timur cenderung meningkat dari tahun ke tahun.

Meskipun dari tahun 2007 hingga tahun 2010, jumlah kasus yang

ditemukan setiap tahunnya hanya 1 kasus, namun kondisi tersebut tidak berlaku

di tahun 2011. Jumlah kasus yang ditemukan sebanyak 9 kasus, dimana kasus

tersebut tidak hanya dialami bayi atau balita, melainkan juga menyerang orang

dewasa. Padahal capaian imunisasi difteri di tahun 2011 sama seperti campak,

lebih dari 100 persen (104.6%).

43

21

2

0

9

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

2007 2008 2009 2010 2011

Jum

lah

kas

us

Tahun

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

24

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011

Kondisi yang demikian tidak hanya terjadi di Kota Mojokerto, namun

hampir di seluruh wilayah Kab/Kota se – Jawa Timur bahkan Nasional

dinyatakan terjadi KLB Dipteri. Sama halnya dengan kejadian campak, faktor

invalid dose serta perubahan cuaca yang ekstrim diduga menjadi penyebab

utama kegagalan terbentuknya imunitas terhadap serangan bakteri difteri.

Gambar 14 Jumlah Kasus Difteri di Kota Mojokerto Tahun 2007 –

2011

c) Pertusis (Batuk Rejan)

Bakteri Bardetella pertusis merupakan penyebab utama penyakit Pertusis

atau yang lebih dikenal sebagai penyakit batuk rejan. Penyakit ini ditandai

dengan gejala batuk beruntun selama 1 – 3 bulan dan disertai dengan bunyi

tarikan nafas hup yang khas dan muntah, biasanya menyerang anak berusia

<1 tahun dan penularannya melalui droplet. Dari tahun 2007 hingga 2011, tidak

satupun kasus pertusis ditemukan di Kota Mojokerto. Sama halnya dengan

penyakit dipteri, pencegahan pertusis dapat dilakukan dengan pemberian

imunisasi DPT+HB sebanyak 3 kali pada bayi yakni usia 2 bulan, 3 bulan dan 4

bulan.

d) Tetanus Neonatorum (TN) dan Tetanus

Penyakit Tetanus disebabkan oleh Clostridium tetani, terdiri dari tetanus

dengan riwayat luka dan tetanus pada bayi yang sering disebut sebagai Tetanus

Neonatorum. Tetanus neonatorum (TN) umumnya menginfeksi bayi baru lahir

terutama yang tali pusatnya dipotong dengan menggunakan alat yang tidak

1 1 1 1

9

0123456789

10

2007 2008 2009 2010 2011

Jum

lah

kas

us

Tahun

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

25

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011

steril. Kebanyakan kasus TN terjadi di daerah dengan cakupan pertolongan

persalinan oleh tenaga kesehatan yang rendah.

Untuk kasus Tetanus dengan riwayat luka, selama kurun waktu tahun 2007

hingga tahun 2011, di Kota Mojokerto hanya ditemukan 1 kasus saja, yaitu

terjadi di tahun 2008.

Sedangkan untuk kasus TN, selama 5 tahun terakhir (2007 – 2011) di Kota

Mojokerto tidak ditemukan satu pun kasus TN, hal ini mungkin disebabkan salah

satunya karena sudah tidak ditemukan adanya dukun bayi atau penolong

persalinan yang tidak berkompeten di Kota Mojokerto. Cakupan pertolongan

persalinan oleh nakes selama 5 tahun terakhir pun sudah melebihi target yang

ditetapkan (>95%). Selain dengan pertolongan persalinan oleh nakes yang

berkompeten, upaya pencegahan juga bisa dilakukan dengan imunisasi Tetanus

toxoid (TT) pada ibu hamil.

e) AFP (Acute flaccid paralysis) dan Polio

Seringkali penyakit ini diartikan sebagai polio, padahal sesungguhnya

belum tentu AFP (Lumpuh layu) adalah polio, namun bisa jadi AFP ini menjadi

gejala awal polio. AFP merupakan kondisi abnormal ketika seseorang

mengalami penurunan kekuatan otot tanpa penyebab yang jelas yang kemudian

berakibat pada kelumpuhan. Sedangkan Polio merupakan penyakit menular

akibat manifestasi infeksi virus yang menyerang sistem syaraf sehingga

menyebabkan penderitanya mengalami kelumpuhan.

Bila ditemukan kejadian AFP, tindakan yang harus segera dilakukan

adalah melakukan pemeriksaan faeces untuk memastikan penyebab lumpuh

layu tersebut adalah virus polio atau penyebab lainnya. AFP umunya menyerang

anak berusia < 15 tahun. Target nasional yang ditetapkan untuk penemuan

kasus AFP sebesar 2 per 100.000 penduduk usia < 15 tahun.

Sejak tahun 2007 hingga saat ini angka penemuan kasus AFP bisa dillihat

pada gambar dibawah ini.

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

26

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011

Gambar 15 Penemuan Kasus AFP dan Polio di Kota Mojokerto

Tahun 2007 – 2011

Kejadian polio sejak tahun 2008 hingga 2011 berhasil ditekan hingga tidak

terjadi satu kasus polio pun, namun untuk AFP masih sempat ditemukan

kejadiannya hingga tahun 2010. Ini menandakan bahwa petugas kesehatan

masih harus waspada terhadap terjadinya kasus polio. Upaya pencegahan

melalui imunisasi dasar polio perlu terus digalakkan untuk mengantisipasi

terjadinya polio dan AFP.

f) Hepatitis B

Penyakit Hepatitis ada beberapa jenis, salah satunya adalah Hepatitis B.

Penyakit ini disebabkan oleh virus Hepatitis B (HBV) yang dapat menyebabkan

peradangan hati akut ataupun menahun, dan bila tidak ditangani dengan baik

dapat mengakibatkan terjadinya sirosis hati atau kanker hati. Pencegahan yang

bisa dilakukan melalui pemberian imunisasi DPT + HB pada bayi selama 3 kali.

Dari tahun 2007 hingga 2011 dilaporkan tidak ditemukan satu pun kasus

Hepatitis B di Kota Mojokerto.

3.3 STATUS GIZI

Sumber daya manusia yang sehat dan berkualitas bisa terwujud bila ditunjang

keadaan gizi yang baik. Permasalahan gizi saat ini terjadi hampir di setiap siklus kehidupan,

mulai sejak dalam kandungan, bayi, anak, dewasa, sampai usia lanjut.

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

2007 2008 2009 2010 2011

AFP

Polio

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

27

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011

Gambar 16 Permasalahan gizi dalam siklus kehidupan manusia

3.3.1 Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

Berat badan lahir rendah (kurang dari 2500 gram) merupakan salah satu

faktor utama yang berpengaruh terhadap kematian perinatal dan neonatal. BBLR

dibedakan dalam dua kategori yaitu BBLR karena prematur atau usia kandungan

yang kurang dari 37 minggu dan BBLR karena intrauterine growth retardation

(IUGR), yaitu bayi yang lahir cukup bulan tetapi berat badannya kurang. BBLR

karena IUGR umumnya disebabkan karena status gizi ibu yang buruk atau menderita

sakit yang dapat memperberat kehami lan.

Di Kota Mojokerto pada tahun 2011, dari 1.896 bayi lahir hidup, terdapat 69

bayi dengan BBLR (3,64%) yang keseluruhan bayi BBLR ini telah mendapatkan

penanganan. Kasus BBLR di Kota Mojokerto selama enam tahun berturut-turut mulai

tahun 2006 sampai 2011 dapat diamati pada gambar berikut.

BBLR

Infant Mortality Rate (IMR),

perkembangan mental terhambat, risiko

penyakit kronis pada usia dewasa

Balita KEP

Kurang makan, ASI Eksklusif kurang,

MP-ASI tidak benar, sering terkena

penyakit infeksi, kurang mendapat

pelayanan kesehatan, pola asuh tidak

memadai

Tumbuh

kembang

terhambat

Remaja dan

Usia Sekolah

Konsumsi gizi tidak cukup,

pola asuh kurang

Produktivitas fisik

berkurang/rendah

WUS KEK

Bumil KEK

Pelayanan kesehatan

tidak memadai,

konsumsi kurang

Gizi janin

tidak baik

MMR

Usia Lanjut

kurang gizi

Pelayanan kesehatan

kurang memadai,

konsumsi tidak

seimbang

Sumber: Profil Kesehatan Propinsi Jawa Timur Tahun 2009

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

28

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011

Gambar 17 Jumlah Kasus BBLR di Wilayah Kota Mojokerto Tahun

2006 – 2011

Dari gambar tersebut terlihat adanya kenaikan jumlah bayi BBLR dari tahun

2006 hingga tahun 2011. Kenaikan jumlah bayi BBLR tersebut dipengaruhi oleh

status gizi ibu hamil atau adanya penyakit pada ibu yang memperberat

kehamilannya. Untuk menekan angka BBLR diperlukan penanganan terpadu lintas

program dan lintas sektor karena timbulnya masalah penyakit dan status gizi

berkaitan erat dengan tingkat kesejahteraan masyarakat.

3.3.2 Status Gizi Balita

Salah satu cara mengetahui status gizi balita adalah dengan menggunakan

metode antropometri. Dalam metode antropometri, indeks yang umum dipakai untuk

Balita adalah Berat Badan menurut Umur (BB/U), namun indikator ini hanya dapat

memberikan indikasi masalah gizi secara umum, tidak dapat memberikan indikasi

adanya masalah gizi yang bersifat kronis ataupun akut karena berat badan

berkorelasi positif dengan umur dan tinggi badan.

Dari data yang ada di Dinas Kesehatan Kota Mojokerto, pada tahun 2011

terdapat 9.130 balita. Dari jumlah tersebut, yang ditimbang di posyandu sebesar

70,3% saja atau sebanyak 6.419 balita, yang naik berat badannya sebanyak 4.426

balita (69,00%). Gambarannya dapat dilihat pada gambar berikut.

22

36 36

4853

69

0

20

40

60

80

2006 2007 2008 2009 2010 2011

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

29

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011

Gambar 18 Jumlah Balita Ditimbang Di Posyandu Yang Mengalami

Kenaikan Berat Badan Tahun 2006 – 2011

Dari diagram diatas, terlihat bahwa selama enam tahun terakhir jumlah balita

yang ditimbangkan di posyandu dan balita yang naik berat badannya masih relatif

stabil. Adapun untuk balita yang berada dibawah garis merah dan balita dengan gizi

buruk datanya selama enam tahun terakhir dapat diamati pada gambar berikut.

Gambar 19 Jumlah Balita BGM dan Balita Gizi Buruk di Wilayah Kota

Mojokerto Tahun 2006 – 2011

Dari grafik diatas ternyata selama enam tahun terakhir terlihat cenderung

fluktuatif baik pada jumlah balita yang berada di bawah garis merah maupun pada

balita dengan gizi buruk. Namun di tahun 2011 jumlah balita gizi buruk mengalami

penurunan bila dibandingkan dengan tahun 2009.

151

195

165188

159

92

51

102127

47

110

43

0

50

100

150

200

250

2006 2007 2008 2009 2010 2011

Balita BGM Balita Gizi Buruk

2006 2007 2008 2009 2010 2011

Jumlah Balita Ditimbang 6125 6603 6323 5983 6104 6419

Jumlah Balita BB Naik 4173 4344 4227 4177 4021 4426

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

30

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011

Bab iV

Situasi UPAYA KESEHATAN

4.1 PELAYANAN KESEHATAN DASAR

Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam pelayanan kesehatan dasar, antara lain

adalah pelayanan kesehatan ibu dan bayi, pelayanan kesehatan anak balita dan pra

sekolah, usia sekolah dan remaja, pelayanan keluarga berencana, pelayanan imunisasi,

perbaikan gizi masyarakat, promosi kesehatan, penyehatan lingkungan, pelayanan

kesehatan pra-usia lanjut dan usia lanjut, serta penanggulangan wabah. Selain itu, masih

terdapat pelayanan penunjang yaitu pelayanan kefarmasian serta pelayanan kesehatan

rujukan yaitu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit.

4.2.1 Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi

Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam pelayanan kesehatan ibu dan

bayi diantaranya adalah sebagai berikut :

a) Pelayanan Antenatal (K1 dan K4)

Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan

profesional baik itu dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter umum,

maupun bidan kepada ibu hamil selama masa kehamilannya sesuai dengan

pedoman pelayanan antenatal yang ada. Titik berat kegiatan ini adalah upaya

preventif dan promotif sedangkan hasilnya dapat dilihat dari cakupan pelayanan

K1 dan K4 (Wiyono, 1997). Pelayanan antenatal yang sesuai standar meliputi

timbang berat badan, pengukuran tinggi badan, tekanan darah, nilai status gizi

(diukur dari lingkar lengan atas), tinggi fundus uteri, menentukan presentasi janin

dan denyut jantung janin, skrining status dan memberikan imunisasi TT bila

diperlukan, pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan, tes lab,

tatalaksana kasus, konseling termasuk Perencanaan Persalinan dan Pencegahan

Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan.

Cakupan K1 atau disebut juga akses pelayanan ibu hamil, menggambarkan

besaran ibu hamil yang telah melakukan kunjungan pertama/kontak pertama

dengan tenaga kesehatan/fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan

pelayanan antenatal sesuai standart. Indikator akses ini digunakan untuk

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

31

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011

mengetahui jangkauan pelayanan antenatal serta kemampuan program dalam

menggerakkan masyarakat.

Sedangkan Cakupan K4 adalah besaran ibu hamil yang telah mendapatkan

pelayanan antenatal sesuai standar, minimal empat kali kunjungan selama masa

kehamilannya dengan distribusi satu kali pada triwulan pertama, satu kali pada

triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan, serta mendapat

90 tablet Fe selama periode kehamilannya. Indikator ini berfungsi untuk

menggambarkan tingkat perlindungan ibu hamil di suatu wilayah dan untuk

menggambarkan kemampuan manajemen ataupun kelangsungan program KIA.

Gambaran pencapaian dua indikator ini selama lima tahun terakhir dapat dilihat

dalam gambar berikut ini.

Gambar 20 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K1 dan K4) di Kota Mojokerto

Tahun 2007 – 2011

Dari gambar di atas tampak dari tahun ke tahun cenderung fluktuatif pada

pencapaian kedua indikator, terutama tahun 2009 mengalami sedikit penurunan

pada cakupan kunjungan K4. Walaupun pada tahun 2011 cakupan kunjungan K4

mengalami kenaikan namun belum mencapai target 95%. Hal ini menandakan

belum cukup optimalnya pelayanan kesehatan antenatal di Kota Mojokerto. Juga

masih terdapat kesenjangan yang cukup besar antara kedua indikator ini yang

masih harus menjadi perhatian karena keberhasilan program tidak hanya berhenti

pada kedua indikator ini saja, tetapi sampai pada penurunan angka kematian ibu

dan bayi. Semakin kecil kesenjangan antara K1 dan K4 dapat diartikan hampir

semua ibu hamil yang melakukan kunjungan pertama pelayanan antenatal

94.38

99.1596.84

96.81

98.85

90.38 91.37

88.33

91.62

93.97

82

84

86

88

90

92

94

96

98

100

2007 2008 2009 2010 2011

K1

K4

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

32

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011

meneruskan hingga kunjungan keempat pada triwulan ketiga, sehingga kondisi

kehamilannya terus dapat dipantau oleh petugas kesehatan.

b) Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan

Proses persalinan memegang kontribusi yang besar terhadap Angka

Kematian Ibu di Indonesia. Pertolongan persalinan yang aman oleh tenaga

kesehatan dengan kompetensi kebidanan merupakan salah satu dari enam

indikator pemantauan program KIA. Dengan indikator ini dapat diperkirakan

proporsi persalinan yang ditangani oleh tenaga kesehatan sekaligus

menggambarkan kemampuan manajemen program KIA dalam menangani

persalinan secara profesional.

Komplikasi dan kematian ibu maternal dan bayi baru lahir, sebagian besar

terjadi pada masa di sekitar persalinan. Hal ini antara lain disebabkan persalinan

tidak ditolong oleh tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi kebidanan.

Adapun pertolongan persalinan sendiri adalah tindakan yang dilakukan oleh

bidan/tenaga kesehatan lain dengan kompetensi sesuai dalam proses lahirnya

janin dari kandungan yang dimulai dari tanda-tanda lahirnya bayi, pemotongan tali

pusat sampai keluarnya placenta (Profil Kesehatan JawaTimur, 2003).

Data dari bidang Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kota Mojokerto

menyebutkan, tahun 2011 terdapat 1.841 sasaran ibu bersalin. Dari jumlah

tersebut, yang ditolong oleh tenaga kesehatan sebanyak 1.826 atau 99,19%.

Pencapaian ini telah melampaui target SPM tahun 2011 yang ditetapkan sebesar

91%.

Gambar 21 Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan

di Kota Mojokerto Tahun 2006 – 2011

103.56102.29

100.64

97.9699.19

94

96

98

100

102

104

2006 2007 2008 2009 2010

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

33

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011

Dari gambar diatas terlihat adanya kenaikan cakupan pada tahun 2011

setelah sebelumnya selama 4 tahun berturut-turut mengalami penurunan

persentase. Meskipun mengalami penurunan, cakupan pertolongan persalinan

selama 5 tahun tersebut telah melampaui target pencapaian yang telah

ditetapkan, baik target Kota, Propinsi maupun Nasional.

c) Ibu Hamil dan Neonatal Risti yang Ditangani

Dalam pelayanan antenatal khususnya oleh bidan di Puskesmas, sekitar 20%

diantara ibu hamil yang ditemui, tergolong dalam kasus resiko tinggi yang

memerlukan pelayanan kesehatan rujukan. Resiko tinggi atau komplikasi adalah

keadaan penyimpangan dari normal, yang secara langsung menyebabkan

kesakitan dan kematian ibu maupun bayi. Yang termasuk golongan ibu hamil

resiko tinggi antara lain berat badan kurang, kurus, anemia, tinggi badan <145 cm,

usia ibu hamil <20 tahun dan >35 tahun serta pernah melahirkan anak >4.

Sedangkan yang termasuk dalam kasus komplikasi kebidanan antara lain Hb <8 g

%, tekanan darah tinggi (sistole >140 mmHg, diastole >90 mmHg), oedeme nyata,

eklampsia, perdarahan pervaginam, ketuban pecah dini, letak lintang pada usia

kehamilan >32 minggu, letak sungsang pada primigravida, infeksi berat/sepsis

dan persalinan prematur.

Untuk menemukan ibu hamil yang beresiko tinggi tersebut, dibedakan antara

deteksi dini resiko tinggi oleh masyarakat dan deteksi dini resiko tinggi oleh

tenaga kesehatan. Cakupan deteksi dini risti oleh masyarakat dapat digunakan

untuk memantau kemampuan dan peran serta masyarakat, sedangkan cakupan

deteksi dini risti oleh tenaga kesehatan dapat digunakan untuk memperkirakan

besarnya masalah yang dihadapi oleh program KIA.

Adapun keadaan sampai dengan akhir tahun 2011, dari 2.005 sasaran ibu

hamil, terdapat perkiraan sasaran 401 ibu hamil resiko tinggi. Dari sasaran

tersebut, jumlah ibu hamil resiko tinggi yang ditemukan tahun 2011 sebanyak 399

ibu hamil resti atau 99,50% dari target sasaran.

Gambaran cakupan ibu hamil risti 5 tahun terakhir di Kota Mojokerto dapat

terlihat pada gambar berikut :

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

34

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011

Gambar 22 Cakupan Ibu Hamil Risti yang Ditangani di Kota Mojokerto Tahun 2007 – 2011

Sementara itu, yang dikategorikan sebagai neonatal resiko tinggi/komplikasi

antara lain asfiksia, tetanus neonatorum, sepsis, trauma lahir, BBLR, sindroma

gangguan pernafasan dan kelainan neonatal lainnya yang mendapat pelayanan

oleh tenaga kesehatan yang terlatih baik di puskesmas, RSB dan rumah sakit.

Untuk cakupan neonatal komplikasi yang ditangani, sampai akhir tahun 2011

keadaan di Kota Mojokerto, dari 1.823 sasaran bayi, terdapat sasaran perkiraan

sebanyak 273 bayi resiko tinggi (berdasarkan perkiraan 15% dari jumlah total

sasaran bayi). Dari sasaran tersebut, tercatat jumlah neonatal resti yang

ditemukan dan mendapat penanganan komplikasi obstetri dan neonatal sebanyak

179 atau sebesar 65,46%.

Gambar 23 Cakupan Neonatal Risti yang Ditangani di Kota Mojokerto Tahun 2007 – 2011

340350360370380390400410420430440450

2007 2008 2009 2010 2011

442

424

405 401 401

380

424

391399

406

Perkiraan Risti

Ditangani

0

50

100

150

200

250

300

2007 2008 2009 2010 2011

148

109

276 273 273

148

109139

179159

Neonatal Risti

Ditangani

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

35

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011

d) Pelayanan Nifas

Masa nifas adalah masa pemulihan organ reproduksi untuk kembali normal,

dimulai dari 6 jam pertama sampai dengan 42 hari pasca persalinan. Kunjungan

nifas dimaksudkan untuk mendeteksi dini komplikasi yang mungkin terjadi pada

ibu pasca melahirkan, sedikitnya kunjungan ibu nifas ke sarana pelayanan

kesehatan dilakukan sebanyak 3 kali yaitu 1) 6 jam pertama setelah persalinan

sampai dengan hari ke-3, 2) hari ke-4 sampai dengan hari ke-28 setelah

persalinan, dan 3) hari ke-29 sampai dengan hari ke-42.

Dalam masa nifas, ibu diharuskan memperoleh pelayanan kesehatan yang

meliputi pemeriksaan kondisi umum (tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu),

pemeriksaan tinggi fundus uteri, pemeriksaan lokhia dan secret per vaginam

lainnya, pemeriksaan kondisi payudara dan putting serta anjuran ASI Eksklusif

selama 6 bulan, pemberian kapsul vitamin A 200.000 IU selama 2 kali serta

pelayanan KB pasca persalinan. Perawatan nifas yang tepat akan memperkecil

resiko kelainan atau bahkan kematian pada ibu nifas.

Di wilayah Kota Mojokerto, pada tahun 2011 terdapat 1.841 sasaran ibu nifas.

Dari jumlah tersebut, 1.816 ibu nifas atau 98,64% sudah memperoleh pelayanan

nifas sesuai standar. Apabila dibandingkan dengan target Propinsi maupun

Nasional SPM yang ditetapkan maka pencapaian pelayanan nifas pada tahun

2011 ini telah memenuhi target.

Gambar 24 Perkembangan Cakupan Pelayanan Nifas di Kota Mojokerto Tahun 2007 – 2011

Meskipun sempat mengalami penurunan cakupan di tahun 2009, namun

secara keseluruhan semenjak tahun 2007 cakupan pelayanan nifas di Kota

Mojokerto sudah memenuhi target SPM Bidang Kesehatan pada tahun 2015, yaitu

sebesar 90%.

103

100

97.32

98.64

100.54

949596979899

100101102103104

2007 2008 2009 2010 2011

Kunjungan nifas

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

36

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011

Salah satu pelayanan nifas yang diberikan pada ibu adalah pemberian

vitamin A. Manfaat pemberian vitamin ini tidak hanya baik bagi ibu, namun juga

berefek kepada bayi yang disusuinya, diantaranya dapat meningkatkan kualitas

ASI, meningkatkan daya tahan tubuh ibu serta secara tidak langsung dapat

meningkatkan kelangsungan hidup anak.

Di tahun 2011, angka cakupan pemberian vitamin A pada ibu nifas di Kota

Mojokerto sudah cukup baik, yaitu sebesar 99,95%. Meskipun demikian, angka

cakupan ini bila dibandingkan dengan cakupan pelayanan nifas di tahun 2011 ada

sedikit kesenjangan, itu berarti tidak semua ibu nifas yang berkunjung ke sarana

pelayanan kesehatan memperoleh vitamin A 200.000 IU.

e) Kunjungan Neonatal

Neonatus adalah bayi yang berusia kurang dari 1 bulan (0 – 28 hari). Pada

masa tersebut bayi sangat rawan terkena resiko gangguan kesehatan, sehingga

untuk mengurangi resiko terjadinya gangguan kesehatan pada bayi perlu

dilakukan kunjungan neonatus (KN). Idealnya kunjungan neonatus dilakukan

minimal 3 kali, yaitu 2 kali pada neonatus usia 0 -7 hari (KN1) dan 1 kali pada usia

8 – 28 hari (KN2). Pelayanan kesehatan neonatal dasar mengacu pada pedoman

Manajemen Terpadu Balita Muda, meliputi pemeriksaan tanda vital, konseling

perawatan bayi baru lahir dan ASI eksklusif, pencegahan infeksi berupa

perawatan mata, tali pusat, pemberian vitamin K1 dan imunisasi (jika belum

diberikan saat lahir), penanganan dan rujukan kasus, serta perawatan neonatus di

rumah dengan menggunakan buku KIA. Angka yang diperoleh dari kunjungan

neonatus dapat digunakan untuk mengetahui jangkauan dan kualitas pelayanan

kesehatan neonatus.

Data yang diperoleh dari Bidang Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kota

Mojokerto pada tahun 2011 cakupan KN lengkap mencapai 95,8% dari jumlah

1.823 bayi. Jumlah ini menurun bila dibandingkan dengan cakupan di tahun 2010

sebesar 98,74%. Secara lebih jelas, gambaran cakupan kunjungan neonatus

lengkap di Kota Mojokerto selama periode 5 tahun terakhir tampak pada gambar

berikut.

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

37

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011

Sumber: Bidang Kesehatan Keluarga, 2011

Gambar 25 Perkembangan Cakupan Kunjungan Neonatus Lengkap di Kota Mojokerto Tahun 2007 – 2011

Dari gambar diatas terlihat bahwa capaian di tahun 2011 mengalami

penurunan, bahwa menjadi capaian terendah dari tahun – tahun sebelumnya.

Dibutuhkan peran aktif tenaga kesehatan untuk melaksanakan kunjungan

neonatus ke rumah warga masyarakat yang mempunyai bayi, agar capaian KN

lengkap mencapai nilai yang maksimal, sehingga meminimalkan risiko kematian

bayi akibat penyakit yang tidak terdeteksi sejak dini.

f) Kunjungan Bayi

Kunjungan bayi adalah kunjungan anak umur 0 hari s/d 11 bulan termasuk

neonatus (umur 1-28 hari) di sarana pelayanan kesehatan maupun di rumah,

posyandu dan tempat lain dengan kunjungan petugas untuk mendapatkan

pelayanan kesehatan paling sedikit 7 kali yaitu satu kali pada umur 1-3 hari, 3-7

hari, 8-28 hari, 29 hari-3 bulan, 1 kali pada umur 3-6 bulan, 1 kali pada umur 6-9

bulan, dan 1 kali pada umur 9-11 bulan oleh dokter, bidan atau perawat yang

memiliki kompetensi klinis kesehatan. Pelayanan kesehatan yang dimaksud

meliputi pemberian imunisasi dasar, stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh

kembang dan penyuluhan perawatan kesehatan bayi. Indikator ini bermanfaat

untuk mengukur kemampuan manajemen program KIA dalam melindungi

kesehatan bayi, utamanya menyangkut peningkatan akses bayi terhadap

pelayanan kesehatan dasar. Disamping itu juga bertujuan untuk mengetahui

sedini mungkin adanya kelainan pada bayi, pemeliharaan kesehatan dan

pencegahan penyakit serta peningkatan kualitas hidup bayi, yang tentu saja dapat

berefek pada penurunan kejadian kematian bayi.

102.53

100.7

97.44

98.74

95.895

96

97

98

99

100

101

102

103

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

KN lengkap

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

38

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011

Sumber: Bidang Kesehatan Keluarga, 2011

Data yang dimiliki di tingkat Kota Mojokerto menyebutkan pada tahun 2011

terdapat 1.823 sasaran bayi. Dari jumlah tersebut, yang melakukan kunjungan

sebanyak 1.778 bayi atau 97,53 %. Cakupan kunjungan bayi selama lima tahun

terakhir di Kota Mojokerto dapat diamati pada gambar berikut.

Gambar 26 Cakupan Kunjungan Bayi di Kota Mojokerto Tahun 2007 – 2011

Dari gambar diatas tampak bahwa pencapaian kunjungan bayi selama lima

tahun terakhir menunjukkan kecenderungan turun. Namun capaian tersebut

apabila dibandingkan dengan target Nasional SPM yang ditetapkan di tahun 2015

sebesar 90%, maka pencapaian kunjungan bayi di Kota Mojokerto sejak tahun

2007 – 2011 sudah memenuhi target.

Secara khusus pada bayi usia 6 – 11 bulan, diberikan pelayanan berupa

pemberian vitamin A. Cakupan pemberian vitamin A pada bayi di Kota Mojokerto

terlihat pada gambar berikut

Gambar 27 Cakupan Pemberian Vitamin A pada Bayi Usia 6 – 11 bulan di Kota Mojokerto Tahun 2009 – 2011

103.28101.89

90.27

97.53

92.54

80

85

90

95

100

105

2007 2008 2009 2010 2011

0

20

40

60

80

100

120

140

2009 2010 2011

120.17

99.05111.6

Vit A

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

39

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011

4.2.2 Pelayanan Kesehatan Anak Balita dan Pra Sekolah

a) Pelayanan Anak Balita

Anak Balita adalah setiap anak berumur 12-59 bulan, yang memperoleh

pelayanan kesehatan sesuai standart, meliputi pemantauan pertumbuhan setiap

bulan minimal 8 kali dalam setahun dan perkembangan 2 kali setahun, serta

pemberian suplementasi vitamin A dosis tinggi 2 kali setahun. Indikator ini

bermanfaat untuk mengukur kemampuan manajemen program KIA dalam

melindungi kesehatan anak balita sehingga kesehatannya terjamin.

Di wilayah Kota Mojokerto, pada tahun 2011 terdapat 7.307 sasaran anak

balita. Dari jumlah tersebut, 6.629 balita atau 90,7% sudah memperoleh

pelayanan anak balita sesuai standar. Apabila dibandingkan dengan target

Nasional SPM yang ditetapkan di tahun 2015 sebesar 90%, maka pencapaian

pelayanan anak balita pada tahun 2011 ini sudah memenuhi target.

Gambar 28 Cakupan Pelayanan Anak Balita di Kota Mojokerto Tahun 2011

Pelayanan kesehatan terhadap anak balita juga diberikan dalam bentuk

pemberian vitamin A dosis tinggi sebanyak 2 kali setahun (sekitar bulan Februari

dan Agustus).

Gambar 29 Cakupan Pemberian Vitamin A pada Anak Balita di Kota Mojokerto Tahun 2009 – 2011

6200

6400

6600

6800

7000

7200

7400

2011

7307

6629

Anak Balita

Dilayani

0

20

40

60

80

100

2009 2010 2011

92.05

77.04 75.48

Vit A

Sumber: Tabel 43 Lampiran Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

40

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011

Ada kecenderungan penurunan cakupan pemberian vitamin A pada anak

balita, bahkan lebih rendah dari target renstra Kemenkes sebesar 78% di tahun

2010. Kondisi perlu disadari oleh petugas dan perlu dievaluasi kembali penyebab

kurangnya capaian pemberian vitamin A pada anak balita, sehingga bisa

memaksimalkan kinerja di tahun yang akan dan capaian bisa ditingkatkan

setidaknya untuk mencapai target yang telah ditetapkan.

b) Pelayanan Kesehatan Balita

Salah satu bentuk pelayanan kesehatan terhadap balita adalah

penimbangan. Cakupan balita yang ditimbang terhadap seluruh jumlah balita

(D/S) dinilai cukup sensitive untuk memotret seberapa besar upaya pelayanan

kesehatan pada balita yang dilakukan oleh tenaga kesehatan.

Dari jumlah 9.130 balita yang ada di Kota Mojokerto tahun 2011, hanya

70,3% atau sebesar 6.419 balita saja yang ditimbang. Hanya 69% saja yang

mengalami kenaikan berat badan, sedangkan 1,4% lainnya atau sebanyak 92

balita dinyatakan BGM. Tidak hanya menemukan balita dengan status BGM,

namun ditemukan juga 52 balita yang dinyatakan berstatus gizi buruk. Kondisi ini

tentunya cukup mengkhawatirkan mengingat hampir setiap tahun masih

ditemukan kasus balita gizi buruk di Kota Mojokerto.

Gambar 30 Kasus Balita Gizi Buruk di Kota Mojokerto Tahun 2007 – 2011

020406080

100120140160180200

2007 2008 2009 2010 2011BGM 195 165 188 159 92

Gizi buruk 102 127 47 110 52

BGM

Gizi buruk

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

41

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa balita gizi buruk terbanyak ditemukan

di tahun 2008, meskipun di tahun 2011 jumlah yang ditemukan sudah jauh

menurun dan seluruhnya telah mendapat penanganan secara medis, namun

masih diperlukan kewaspadaan dan upaya – upaya pencegahan untuk

menanggulangi kasus gizi buruk ini, karena bagaimana pun juga kemajuan

bangsa ini ditentukan oleh kualitas generasi penerus yang didukung dengan gizi

yang baik.

4.2.3 Pelayanan Kesehatan Anak Usia Sekolah dan Remaja

Pelayanan kesehatan untuk anak usia sekolah difokuskan pada Usaha

Kesehatan Sekolah (UKS). UKS adalah upaya terpadu lintas program dan lintas

sektor dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan serta membentuk perilaku

hidup sehat anak usia sekolah yang berada di sekolah. Pelayanan kesehatan pada

UKS yang dikenal dengan Trias UKS meliputi pendidikan kesehatan, pelayanan

kesehatan dan pembinaan lingkungan kehidupan sekolah sehat.

Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD/MI terutama murid kelas 1 oleh

tenaga kesehatan/tenaga terlatih/guru UKS/dokter kecil pada tahun 2011 mencapai

94,9% dari 2.765 siswa SD/MI kelas 1 yang ada di Kota Mojokerto. Pencapaian ini

masih belum memenuhi target Nasional SPM tahun 2015 sebesar 100%.

Dalam upaya pelayanan kesehatan terhadap anak sekolah tidak hanya

dilakukan melalui skrining murid kelas 1, namun juga pelayanan kesehatan terhadap

seluruh siswa. Hal ini bertujuan untuk memantau tumbuh kembang anak – anak

sekolah. Pelayanan yang diberikan berupa pelayanan kesehatan secara umum dan

pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut oleh tenaga kesehatan dibantu oleh tenaga

terlatih (guru UKS dan dokter cilik).

Gambar 31 Cakupan Pelayanan Kesehatan Siswa SD dan setingkat di Kota Mojokerto Tahun 2011

0

5000

10000

15000

20000

Siswa SD pemeriksaan umum gilut

16051

4949

1944

Sumber: Tabel 47 Lampiran Profil Kesehatan Kota Mojokerto 2011

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

42

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011

Cakupan pelayanan kesehatan siswa SD dan setingkat di Kota Mojokerto

tahun 2011 menunjukkan hasil yang kurang memuaskan, karena persentase

capaiannya hanya 30,8%. Demikian halnya dengan pemeriksaan gigi dan mulut,

persentasenya hanya 12,1%. Perlu kerja ekstra keras dari tenaga kesehatan untuk

lebih meningkatkan jangkauan pelayanannya terhadap anak sekolah.

4.2.4 Pelayanan Kesehatan Usila

Selama beberapa tahun ini, pola demografi di wilayah Kota Mojokerto

cenderung mengarah pada penduduk berusia muda. Akan tetapi, keberadaan para

lanjut usia juga tidak dapat diabaikan, karena dengan meningkatnya kualitas hidup

para lanjut usia maka beban ketergantungan dan beban biaya kesehatan yang

ditimbulkannya akan makin berkurang, demikian pula dengan angka kejadian

penyakit degenerative, dapat ditekan seiring dengan peningkatan kualitas hidup para

lansia.

Jumlah warga lanjut usia di wilayah Kota Mojokerto pada tahun 2011 tercatat

sebesar 10.048 orang dan yang memperoleh pelayanan kesehatan sebanyak 4.006

orang atau 39,87%. Cakupan pelayanan kesehatan usila di wilayah Kota Mojokerto

selama lima tahun berturut-turut dapat diamati pada gambar berikut.

Gambar 32 Cakupan Pelayanan Kesehatan Usila dan Pra Usila Tahun 2007 – 2011

7,7826,800

9,476

11,10010,048

3,296

6,050 6,062

3,717 4,006

0

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

2007 2008 2009 2010 2011

Jumlah Usila Jumlah Dilayani Kesehatan

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

43

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011

Masih rendahnya cakupan pelayanan kesehatan untuk warga berusia lanjut,

kemungkinan karena masih belum berfungsinya posyandu lansia secara optimal.

Padahal dengan adanya posyandu lansia, maka pelayanan kesehatan akan dapat

lebih mudah dijangkau oleh para lansia.

4.2.5 Pelayanan Keluarga Berencana

Dalam Undang-Undang RI Nomor 10 tahun 1992 tentang Perkembangan

Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, disebutkan bahwa Keluarga

Berencana adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat

melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan

keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil

bahagia dan sejahtera. Apabila dikaitkan dengan pelayanan keluarga berencana,

yang diamati adalah peserta KB aktif, yaitu akseptor yang sedang memakai alat

kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan atau mengakhiri kesuburan.

Gambar 33 Cakupan Kepesertaan KB dan Proporsi Jenis Alat Kontrasepsi yang digunakan di Kota Mojokerto Tahun 2011

Peserta KB Baru

Peserta KB Aktif

0

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

PUS KB Aktif KB Baru

Jumlah 23,160 17,861 1,998

IUD

MOP

MOW

Implan

Suntik

Pil

Kondom

Obat vagina

IUD

MOP

MOW

Implan

Suntik

Pil

Kondom

Obat vagina

Sumber: Tabel 33 – 35 Lampiran Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

44

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011

Pada tahun 2011, jumlah pasangan usia subur di wilayah Kota Mojokerto

tercatat sebanyak 23.160 orang. Dari jumlah PUS tersebut, cakupan peserta KB baru

sebanyak 8,6% dan peserta KB aktif mencapai 77,1%. Capaian peserta KB aktif ini

telah memenuhi target SPM Nasional tahun 2011 sebesar 70%. Bila dilihat dari jenis

alat kontrasepsi yang dipergunakan, baik peserta KB baru maupun KB aktif sebagian

besar memilih KB suntik sebagai alat kontrasepsi.

4.2.6 Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut

Upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut seharusnya dilakukans sedini

mungkin, usia sekolah dasar merupakan saat yang tepat karena di usia itulah awal

tumbuh kembang gigi permanen dan sekaligus resiko terbesar kerusakan gigi.

Upaya yang dilakukan di sekolah lebih cenderung pada tindakan promotif dan

preventif, sedangkan tindakan kuratif dilakukan di poli gigi puskesmas.

Sebagaimana yang telah disajikan pada bahasan sebelumnya, upaya

preventif dan promotif di sekolah belum berjalan dengan baik, penyebab paling besar

dikarenakan ketakutan anak – anak terhadap peralatan gigi, sehingga mereka

menolak dirawat. Sedangkan untuk pelayanan di poli gigi puskesmas capaiannya

dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 34 Rasio Tumpatan/Pencabutan Gigi Tetap di Kota Mojokerto Tahun 2011

4.2.7 Pelayanan Imunisasi

Pelayanan imunisasi merupakan bagian dari upaya pencegahan dan

pemutusan mata rantai penularan pada penyakit yang dapat dicegah dengan

0

100

200

300

400

500

600

Tumpatan Cabutan

215183

352 367

567 550

Laki - laki

Perempuan

Total

Sumber: Tabel 52 Lampiran Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

45

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011

imunisasi (PD3I). indikator yang digunakan untuk menilai keberhasilan program

imunisasi adalah capaian UCI (Universal Child Immunization).

Cakupan UCI di Kota Mojokerto selama 5 tahun berturut – turut sejak tahun

2007 – 2011 sebesar 100%, itu artinya seluruh kelurahan yang ada di Kota

Mojokerto telah melaksanakan UCI. Walaupun pencapaian UCI di Kota Mojokerto

cukup memuaskan, namun masih perlu diwaspadai munculnya kasus – kasus PD3I,

seperti KLB dipteri yang sempat terjadi beberapa waktu yang lalu, bukan hanya di

Kota Mojokerto namun juga secara nasional.

Capaian cakupan imunisasi dasar pada bayi di Kota Mojokerto selama tahun

2011 dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 35 Cakupan Imunisasi pada Bayi di Kota Mojokerto Tahun 2011

Hasil yang nampak pada gambar diatas memperlihatkan bahwa capaian

untuk masing – masing imunisasi sudah cukup baik, bahkan lebih dari 100%. Namun

bukan berarti bahwa setiap bayi yang sudah mendapat imunisasi terbebas 100% dari

resiko PD3I, mengingat banyak faktor lain yang turut berpengaruh terhadap proses

pembentukan kekebalan bayi.

Sedangkan untuk imunisasi TT pada ibu hamil, hasil cakupannya

berkebalikan dengan hasil cakupan imunisasi pada bayi. Selama tahun 2011,

capaian imunisasi TT pada ibu hamil hanya sebesar 50,2%.

4.2.8 Penyuluhan Kesehatan

Penyuluhan kesehatan merupakan kegiatan yang menyebarluaskan pesan,

menanamkan keyakinan sehingga masyarakat sadar, mau dan mampu

melaksanakan kegiatan yang membuat masyarakat sehat. Kegiatan penyuluhan

100

101

102

103

104

105

106

107

108

DPT + HB 1 DPT + HB 3 Campak BCG Polio

106.5

104.6

107.2

105.6

102.96

Sumber: Tabel 39 – 40 Lampiran Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

46

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011

kesehatan yang dilakukan di Kota Mojokerto sepanjang tahun 2011 sebanyak 2.565

kali, dengan rincian 2.559 kali penyuluhan dilakukan secara kelompok dan 6 kali

dilakukan secara masal. Pelaksana kegiatan penyuluhan adalah puskesmas dan

Dinas Kesehatan.

4.2.9 Perbaikan Gizi Masyarakat

Adapun salah satu masalah gizi yang dihadapi Kota Mojokerto sampai

dengan saat ini adalah masalah gizi mikro seperti anemia gizi besi (AGB). Untuk

menanggulangi anemia zat besi terutama pada ibu hamil, dilaksanakan program

distribusi tablet Fe. Hasilnya sampai dengan akhir tahun 2011 tercatat 1.964

(97,96%) ibu hamil yang memperoleh 90 tablet Fe dari 2.005 sasaran ibu hamil.

Hasil ini sudah memenuhi target SPM Tahun 2011 sebesar 90%.

Gambar 36 Cakupan Pemberian Tablet Fe pada Ibu Hamil di Kota Mojokerto Tahun 2011

Disamping itu, perbaikan gizi juga diprioritaskan untuk penanganan masalah

gizi pada balita usia 6 – 24 bulan di keluarga miskin. Perbaikan gizi tersebut

dilakukan dengan pemberian makanan pendamping ASI. Dari 575 balita gakin,

hanya 48% saja yang mendapat MP – ASI atau sebanyak 276 balita. Capaian ini

tentu saja masih jauh dari target yang ditetapkan.

4.2. Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan

4.4.1 Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pra Bayar

Pola pembiayaan kesehatan yang dianut masyarakat saat ini masih mengacu

pola fee for service dimana masyarakat membayar kepada penyedia layanan

kesehatan sesaat setelah selesai mendapatkan pelayanan. Terkadang biaya yang

1850

1900

1950

2000

2050

2100

2150

Ibu Hamil Fe 1 Fe 3

2005

2139

1964

Sumber: Tabel 30 Lampiran Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

47

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011

harus dikeluarkan sangat menjadi beban karena harus mengeluarkan uang yang

tidak sedikit. Maka sistem pembayaran yang sedemikian ini harusnya sudah mulai

diganti dengan sistem prabayar. Bentuk jaminan pemeliharaan kesehatan prabayar

yang umum dikenal masyarakat saat ini antara lain askes, jamsostek, jamkesmas,

dana sehat, tabulin sampai asuransi kesehatan swasta.

Sampai dengan akhir tahun 2011, dari seluruh jumlah penduduk hanya

47,7% yang telah memilih sistem prabayar atau sebesar 57.378 orang. Namun data

ini belum sepenuhnya mencover kondisi riil di masyarakat, karena data kepesertaan

Jamsostek Kota Mojokerto tidak tersedia.

4.4.2 Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin

Sampai dengan saat ini, masyarakat pada umumnya masih belum menilai

kesehatan sebagai sebuah investasi. Oleh karena itu, pembiayaan untuk kesehatan

juga masih belum menjadi prioritas terutama bagi masyarakat miskin. Sesuai dengan

amanat UUD 1945, dan dalam rangka meneruskan kebijakan dan program

pemerintah pusat maupun daerah untuk mengentaskan kemiskinan, Dinas

Kesehatan Kota Mojokerto menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi

masyarakat miskin yang didalamnya termasuk juga program jaminan pemeliharaan

kesehatan untuk keluarga miskin dan masyarakat rentan.

Jumlah keluarga miskin di Kota Mojokerto tahun 2011 sebanyak 37.912 jiwa,

dimana 17.912 diantaranya telah mendapat jaminan kesehatan melalui Jamkesmas

dan 20.000 jiwa lainnya dijamin kesehatannya melalui Jamkesda. Itu artinya seluruh

masyarakat miskin yang ada di Kota Mojokerto telah terjamin kesehatannya.

Adapun tingkat pemanfaatan pelayanan kesehatan dasar Jamkesmas di

Puskesmas pada tahun 2011 tercatat sebesar 61,3% untuk pelayanan rawat jalan

dan 0,5% untuk pelayanan rawat inap. Sedangkan tingkat pemanfaatan pelayanan

kesehatan rujukan Jamkesmas di sarkes strata 2 dan 3 sebesar 1,8% untuk rawat

jalan dan 0,1% untuk rawat inap.

Pemanfaatan pelayanan kesehatan dasar Jamkesda di puskesmas tercatat

sebesar 41,3% untuk pelayanan rawat jalan dan 0,7% untuk pelayanan rawat inap.

Sedangkan pemanfaatan pelayanan kesehatan rujukan Jamkesda di sarkes strata 2

dan 3 tercatat sebesar 3% untuk rawat jalan serta 0,2% untuk rawat inap.

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

48

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011

4.4.3 Kunjungan Rawat Jalan dan Rawat Inap

Sebagian besar sarana pelayanan di puskesmas dipersiapkan untuk

memberikan pelayanan kesehatan dasar melalui pelayanan rawat jalan dan rawat

inap (khusus puskesmas perawatan). Sedangkan rumah sakit merupakan sarana

rujukan bagi puskesmas terhadap kasus – kasus yang membutuhkan penanganan

lebih lanjut disamping tetap menyediakan pelayanan rawat jalan bagi masyarakat

yang langsung datang ke rumah sakit.

Pada tahun 2011 jumlah masyarakat yang telah memanfaatkan pelayanan

rumah sakit sebanyak 153.963 orang rawat jalan dan 21.433 orang rawat inap. Bila

dibandingkan dengan kunjungan rawat jalan dan rawat inap di puskesmas terlihat

pada gambar sebagai berikut.

Gambar 37 Kunjungan Rawat Jalan dan Rawat Inap serta Kunjungan Jiwa di Puskesmas dan RS di Kota Mojokerto Tahun 2011

Berdasarkan gambar diatas terlihat sebagian masyarakat masih memilih

puskesmas untuk mendapatkan pelayanan rawat jalan. Sedangkan untuk

mendapatkan pelayanan rawat inap, masyarakat lebih memilih memanfaatkan rumah

sakit mengingat kelengkapan fasilitas yang dipunyai.

Data kunjungan pada tabel 58 Lampiran Profil Kesehatan ini belum

sepenuhnya mewakili kunjungan masyarakat pada sarana pelayanan kesehatan,

karena ketiadaan data kunjungan pada balai pengobatan/klinik.

Sedangkan untuk data kunjungan jiwa, masyarakat lebih memilih puskesmas

sebagai tempat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Hal ini disadari mengingat

tidak ada satupun dokter spesialis jiwa yang dimiliki RS di Kota Mojokerto,

sedangkan di puskesmas utamanya di puskesmas Gedongan, memiliki layanan

0

50000

100000

150000

200000

Rawat JalanRawat InapKunjungan Jiwa

Puskesmas 195355 1698 5679

RS 153963 21433 3470

Puskesmas

RS

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

49

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011

unggulan jiwa dengan adanya kunjungan pemeriksaan dokter spesialis jiwa yang

secara khusus didatangkan dari RS. Jiwa Menur Surabaya.

4.3. Perilaku Hidup Masyarakat

4.3.1 Rumah Tangga Ber – PHBS

Menurut teori Blum, salah satu faktor yang berperan penting dalam

menentukan derajat kesehatan adalah perilaku. Perilaku dianggap penting karena

ketiga faktor lain seperti lingkungan, kualitas pelayanan kesehatan maupun genetika

kesemuanya masih dapat dipengaruhi oleh perilaku. Selain itu, banyak penyakit yang

muncul pada saat ini disebabkan karena perilaku yang tidak sehat. Perubahan

perilaku tidak mudah untuk dilakukan akan tetapi mutlak diperlukan untuk

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Untuk itu, upaya promosi kesehatan

harus terus menerus dilakukan untuk mendorong masyarakat agar berperilaku hidup

bersih dan sehat.

Dari hasil survey PHBS tahun 2011, dari 210 rumah tangga yang disurvey,

yang termasuk dalam kategori ber-PHBS sebanyak 112 rumah tangga atau

mencapai 53,3%. Jumlah ini sudah jauh meningkat dibanding tahun 2010 yang

hanya 40% saja. Penerapan perilaku hidup bersih dan sehat sendiri dapat dimulai

dari unit terkecil masyarakat yaitu rumah tangga.

PHBS di rumah tangga diartikan sebagai upaya untuk memberdayakan

anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup

bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat.

Pencapaian PHBS di rumah tangga dapat diukur dengan 10 indikator yaitu :

1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan

2. Memberi ASI ekslusif

3. Menimbang balita setiap bulan

4. Menggunakan air bersih

5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun

6. Menggunakan jamban sehat

7. Memberantas jentik di rumah sekali seminggu

8. Makan buah dan sayur setiap hari

9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari

10. Tidak merokok di dalam rumah

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

50

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011

Untuk beberapa indikator seperti kebiasaan mencuci tangan dengan air

bersih dan sabun, makan buah dan sayur setiap hari, tidak merokok dalam rumah

dan aktivitas fisik tidak dapat ditampilkan karena tidak tersedianya data.

4.3.2 ASI Eksklusif

Definisi ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja pada bayi sejak lahir sampai

dengan usia 6 bulan. Data dari bidang Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kota

Mojokerto, diperoleh cakupan pemberian ASI eksklusif di Kota Mojokerto pada tahun

2011 baru mencapai 46,19%. Hasil ini telah meningkat dari capaian tahun lalu yang

tercatat sebesar 34,91%. Pencapaian ASI eksklusif dalam lima tahun terakhir

tercatat tidak banyak mengalami perubahan, yaitu berkisar pada angka 40%.

Kesulitan-kesulitan yang banyak ditemui dalam pemberian ASI eksklusif

diantaranya adalah :

1. Faktor Psikologis

Pada beberapa ibu yang baru melahirkan dapat timbul stress akibat

perubahan yang dialami dan muncul kekhawatiran tidak dapat memberikan ASI

yang justru malah menghambat produksi ASI.

2. Faktor Pemberi Pelayanan Persalinan

Beberapa institusi pelayanan kesehatan masih ada yang belum menjalankan

inisiasi menyusu dini dan cenderung mengedepankan pemberian susu formula

pada bayi yang baru lahir.

3. Faktor Ibu Bekerja

Tuntutan ekonomi saat ini menyebabkan banyak ibu harus bekerja di luar

rumah. Hal ini disertai perubahan pola pengasuhan anak dari ibu kepada

pengasuh lain. Dan karena alasan kepraktisan, bayi lebih sering diberikan

asupan susu formula.

4. Faktor Budaya

Walaupun saat ini tingkat pendidikan masyarakat sudah cukup tinggi, budaya

masyarakat yang terbiasa memberikan makanan /minuman selain ASI sejak bayi

lahir seperti air putih, madu, pisang, nasi pisang dan lain sebagainya masih sulit

dihilangkan.

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

51

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011

5. Faktor Promosi

Promosi susu formula lebih gencar ditayangkan di media massa

dibandingkan promosi ASI eksklusif sehingga lambat laun juga dapat

mempengaruhi proses pengambilan keputusan dalam pemberian ASI eksklusif.

Karena faktor-faktor tersebut sangat terkait dengan perilaku, maka untuk

perbaikan di masa yang akan datang diperlukan penyuluhan dan upaya-upaya

promosi kesehatan yang lebih intensif baik kepada perorangan maupun institusi

pemberi pelayanan kesehatan tentang keunggulan ASI eksklusif.

4.4 Pelayanan Kesehatan Lingkungan dan Sanitasi Dasar

Untuk menggambarkan keadaan lingkungan di Kota Mojokerto, berikut ini disajikan

indikator-indikator kesehatan lingkungan, meliputi persentase rumah sehat, tempat-tempat

umum sehat, serta sarana sanitasi dasar seperti air bersih, pembuangan air limbah dan

kepemilikan jamban.

4.4.1 Rumah Sehat

Rumah sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat

kesehatan, yaitu memiliki jamban sehat, sarana air bersih, tempat pembuangan

sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi yang baik, kepadatan hunian

sesuai dan lantai rumah yang tidak terbuat dari tanah.

Data dari seksi penyehatan lingkungan pada tahun 2011 menyebutkan

terdapat 30.648 rumah, yang diperiksa mencapai 27.264 rumah atau 90,13% dari

total rumah yang ada. Dari seluruh rumah yang diperiksa, jumlah rumah yang

tergolong sehat sebanyak 18.571 rumah atau 95,94%. Sedangkan untuk capaian

angka bebas jentik (ABJ) dari 30.648 rumah, 98,48% diantaranya dinyatakan bebas

jentik.

4.4.2 Akses Air Bersih dan Air Minum

Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk maka kebutuhan akan air

bersih semakin bertambah. Sumber air bersih yang dimiliki dan dipergunakan

masyarakat Kota Mojokerto berasal dari air ledeng (13,4%), sumur pompa tangan

(59,8%), dan sisanya dari sumur gali (3,1%).

Sedangkan untuk sumber air minum yang digunakan di rumah tangga

dibedakan menurut air kemasan, ledeng, sumur gali, sumur pompa dan

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

52

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011

penampungan air hujan. Dari data yang ada, sebagian besar rumah tangga di Kota

Mojokerto memanfaatkan air ledeng baik yang berasal dari pelanggan PDAM

maupun swadaya masyarakat. Pada tahun 2011 dari 37.894 keluarga yang

diperiksa, 13,4% memanfaatkan air ledeng meteran, 59,8% menggunakan pompa

dan 3,1% sisanya menggunakan sumur terlindung.

Apabila ditinjau dari segi kepemilikan sarana, hasil pemeriksaan diatas masih

belum mencerminkan kondisi riil di masyarakat. Hal ini terbukti dari masih adanya

sebagian masyarakat Kota Mojokerto yang kesulitan memperoleh akses air bersih,

terutama dari sumber PDAM. Dari segi kualitas air, juga masih belum dapat

dipastikan apakah masyarakat telah mengkonsumsi air yang memenuhi standar

kesehatan atau tidak, karena walaupun telah dilakukan uji petik untuk memeriksa

kualitas air di beberapa titik mata air, namun kualitas air yang sampai ke konsumen

juga sangat ditentukan oleh banyak hal seperti kualitas jaringan perpipaan dan

pengolahan air dari PDAM. Sehingga untuk menjamin mutu air yang dikonsumsi

harus dilaksanakan kerja sama dengan lintas sektor terkait.

4.4.3 Sarana Sanitasi Dasar

Sarana sanitasi dasar yang dimaksudkan disini meliputi tempat sampah,

sarana pembuangan limbah dan kepemilikan jamban. Dari 37.894 KK yang ada dan

yang diperiksa, hanya 72% atau 27.291 KK yang memiliki sarana pembuangan

tempat sampah rumah tangga dan 91,2% diantaranya dinyatakan sehat.

Demikian juga pada kepemilikan sarana SPAL rumah tangga pada tahun

2011 jumlah KK yang memiliki SPAL berjumlah 26.309 KK (69,4%). Dari jumlah yang

memiliki, yang dinyatakan memenuhi syarat kesehatan sebanyak 22.929 KK

(87,2%). Sedangkan untuk kepemilikan jamban seluruh KK yang diperiksa dan telah

memiliki jamban hanya sebanyak 27.807 KK dari 37.894 KK yang ada. 90,7%

diantaranya dinyatakan sehat.

Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa kepemilikan sarana sanitasi

dasar di Kota Mojokerto sudah cukup baik.

4.4.4 Tempat-Tempat Umum dan Tempat Pengelolaan Makanan

Tempat-tempat Umum dan Tempat Pengelolaan Makanan (TUPM)

merupakan suatu sarana yang dikunjungi oleh banyak orang sehingga dikhawatirkan

dapat menjadi sumber penyebaran penyakit. Yang termasuk TUPM antara lain

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

53

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011

adalah hotel, restoran, pasar dan lain-lain. Adapun TUPM yang dapat dikategorikan

sehat adalah TUPM yang memiliki sarana air bersih, tempat pembuangan sampah,

sarana pembuangan limbah, ventilasi yang baik serta luas yang sesuai dengan

banyaknya pengunjung.

Data yang diperoleh dari seksi penyehatan lingkungan Dinas Kesehatan Kota

Mojokerto, menyebutkan bahwa pada tahun 2011 terdapat 426 TUPM di Kota

Mojokerto. Dari jumlah tersebut, yang sudah diperiksa sebanyak 371 tempat dan

yang dapat dikategorikan sehat sejumlah 339 TUPM atau 91,37% dari seluruh TUPM

yang diperiksa.

4.4.5 Institusi Dibina

Untuk memperkecil resiko terjadinya penyakit atau gangguan kesehatan

sebagai akibat dari lingkungan yang kurang sehat, Dinas Kesehatan Kota Mojokerto

telah mengkoordinir berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas lingkungan,

diantaranya dengan pembinaan kesehatan lingkungan pada institusi, pengawasan

tempat-tempat umum dan pengendalian vektor. Hasil kegiatan pembinaan kesehatan

lingkungan pada beberapa institusi selama tahun 2011 dapat dilihat pada gambar

berikut.

Gambar 38 Institusi yang Dibina Kesehatan Lingkungan di Kota

Mojokerto Tahun 2011

Sarana Kesehatan

Sarana Pendidikan

Instalasi pengolahan

air

Sarana ibadah

Perkantoran

Jumlah Sarana 27 98 1 65 91

Jumlah Dibina 27 98 1 65 85

0

20

40

60

80

100

120

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

54

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011

4.5. Penyediaan Obat dan Perbekalan Kesehatan

Pelayanan penyediaan obat dan perbekalan kesehatan yang ditampilkan dalam profil

ini meliputi pengadaan obat esensial dan generik sampai dengan pemanfaatan obat generik.

Pada tahun 2011, jumlah jenis obat yang dibutuhkan sebanyak 34 jenis obat. Dari

pengadaan obat yang diadakan pada tahun ini, maka jenis obat yang dapat disediakan dari

34 jenis obat tersebut sesuai kebutuhan sebesar 100%. Jumlah pemakaian obat terbanyak

selama tahun 2011 lebih lanjut dapat dilihat pada lampiran 69.

4.6. Penanggulangan Wabah Skala Kota

Selama tahun 2011 Kota Mojokerto terjadi wabah Kejadian Luar Biasa (KLB) yaitu

KLB Dipteri di 5 Kelurahan yang ditangani kurang dari 24 jam, dengan jumlah penderita 9

orang. Kasus ini meningkat cukup tajam mengingat meskipun hampir setiap tahun

ditemukan kasus dipteri, namun jumlah penderita dan jumlah kelurahan yang terkena tidak

sebanyak yang terjadi di tahun 2011.

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

55

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011

Bab V

Situasi SUMBER DAYA kesehatan

5.1. SARANA KESEHATAN

Dukungan sarana kesehatan yang memadai turut menentukan kualitas pelayanan

kesehatan terhadap masyarakat, sehingga pelaksanaan pencapaian tujuan pembangunan

kesehatan dapat berjalan dengan baik. Adapun kondisi sarana kesehatan di Kota Mojokerto

tahun 2011 dapat diamati pada tabel berikut.

Tabel 2 Sarana Kesehatan di Kota Mojokerto Tahun 2011

No Sarana Kesehatan Jumlah

1. Rumah sakit umum 7

2. Puskesmas

b. Puskesmas perawatan 2

c. Puskesmas non perawatan 3

3. Puskesmas pembantu 14

4. Puskesmas keliling 5

5. Rumah bersalin 3

6. Balai pengobatan/klinik 11

7. Poskesdes 18

8. Posyandu 161

9. Apotik 38

Sumber : Tabel 70 Lampiran Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011

5.1.1. Puskesmas dan Jaringannya

Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dari Dinas Kesehatan Kota

Mojokerto yang berada di wilayah kecamatan, yang melaksanakan tugas-tugas

operasional pembangunan kesehatan. Pada tahun 2011 di Kota Mojokerto telah

terdapat 5 Puskesmas yang tersebar di 2 Kecamatan. 3 Puskesmas berada di

wilayah Kecamatan Magersari, yaitu Puskesmas Kedundung, Puskesmas Gedongan

dan Puskesmas Wates. Dua puskesmas lain masing-masing berlokasi di Kecamatan

Prajurit Kulon yaitu Puskesmas Blooto dan Puskesmas Mentikan.

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

56

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011

Selain mempunyai tugas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan

terhadap masyarakat, utamanya untuk upaya promotif dan preventif, masing-masing

Puskesmas yang ada di Kota Mojokerto sudah mulai mengembangkan inovasi

layanan yang spesifik.

Puskesmas Kedundung mempunyai pengembangan pelayanan Rawat Inap

dan Pelayanan Obstetrik Neonatal Esensial Dasar (PONED) serta layanan Unit

Gawat Darurat (UGD) karena berada di tepi jalan raya penghubung antar

kota/propinsi (by pass). Puskesmas Gedongan diarahkan untuk pengembangan

layanan kesehatan jiwa dan lanjut usia. Puskesmas Wates, meskipun masih dalam

tahap pembangunan, sudah mulai diarahkan untuk dikembangkan menjadi

Puskesmas layanan indera dan juga layanan untuk lanjut usia.

Puskesmas Blooto, sebagaimana halnya dengan Puskesmas Kedundung,

mempunyai pengembangan pelayanan Rawat Inap dan Pelayanan Obstetrik

Neonatal Esensial Dasar (PONED). Sedangkan Puskesmas Mentikan, karena

lokasinya yang berdekatan dengan daerah Lokalisasi, pelayanannya dikembangkan

untuk menangani masalah – masalah IMS.

Idealnya, 1 puskesmas mampu menjangkau dan memberikan pelayanan

terhadap 30.000 penduduk. Di tahun 2011, dengan jumlah penduduk sebesar

120.271 jiwa, maka rasio puskesmas yang ada di Kota Mojokerto terhadap jumlah

penduduk adalah 1 : 24.054. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Puskesmas

yang ada di Kota Mojokerto telah memenuhi target jangkauan pelayanan.

Untuk memperluas jangkauan pelayanan puskesmas,dikembangkan

puskesmas pembantu (Pustu) yang seluruhnya berjumlah 14 buah, serta terdapat

sarana puskesmas keliling roda empat sebanyak 5 unit yang dapat menjangkau

seluruh daerah di wilayah Kota Mojokerto.

5.1.2. Rumah Sakit

Rumah Sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan yang bergerak dalam

upaya kuratif dan rehabilitatif serta merupakan sarana pelayanan rujukan dari

Puskesmas. Jumlah Rumah Sakit yang ada di Kota Mojokerto pada tahun 2011

sebanyak 7 rumah sakit, yaitu RSU. Wahidin Sudirohusodo, RS. DKT. Dr. Hadiono

Singgih, RS. Gatoel, RSI. Hasanah, RS. Rekso Waluyo, RS. Emma dan RS. Kamar

Medika, dengan jumlah tempat tidur pasien seluruhnya sebanyak 554 TT. Jumlah

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

57

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011

tempat tidur terbanyak ada di RS. Gatoel (135 TT) dan RSU. Dr. Wahidin

Sudirohusodo (125 TT).

Tabel 3 Indikator Pelayanan RS di Kota Mojokerto Tahun 2011

No Rumah Sakit ∑ TT GDR NDR BOR LOS TOI

1. RSU Dr. Wahidin SH. 145 51,1 28,1 51,7 4,0 3,7

2. RS. DKT Dr. Hadiono S. 40 - - 25,37 3,34 9,83

3. RS. Gatoel 100 40,7 19,2 56,98 3,76 2,84

4. RS. Reksa Waluya 75 3,54 1,61 45,04 3,97 4,85

5. RSI. Hasanah 90 5,6 2,53 36,28 3,35 5,89

6. RS. Emma 50 16,5 6,1 36,8 3,2 5,44

7. RS. Kamar Medika 54 2,6 1,8 66,0 3,15 0,52

Total 554 1,9 1,0 47,38 2,73 3,03

Sumber : Tabel 59 & 60 Lampiran Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011

Indikator yang digunakan untuk menilai pelayanan di Rumah Sakit antara lain

melalui BOR, TOI, ALOS, GDR dan NDR.

a. Bed Occupacy Rate (BOR)

BOR merupakan indikator untuk menggambarkan tinggi rendahnya pemanfaatan

tempat tidur di rumah sakit, idealnya berkisar 60% – 85%. Tahun 2011, hanya 2

Rumah Sakit yang belum memenuhi kisaran ideal tersebut, yaitu RS. DKT

Hadiono Singgih (35,76%) dan RS. Kamar Medika (36,25%).

b. Turn Over Interval (TOI)

TOI digunakan untuk menggambarkan tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur,

idealnya berkisar 1 – 3 hari. TOI sebagian besar rumah sakit di Kota Mojokerto

berada dalam kisaran 1 – 3 hari, hanya RS. DKT Hadiono Singgih dan RS.

Kamar Medika yang berada dalam kisaran > 5 hari.

c. Average Length Of Stay (ALOS)

ALOS merupakan indikator untuk mengukur rata – rata lama waktu pasien

mendapat perawatan, idealnya < 9 hari. ALOS untuk seluruh Rumah Sakit yang

ada di Kota Mojokerto tahun 2011 berkisar < 5 hari.

5.1.3. Sarana Kesehatan Lain

Selain Puskesmas dan Rumah Sakit, masih terdapat sarana kesehatan lain

yang mampu memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, terdiri atas 11

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

58

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011

unit Balai Pengobatan/Klinik, 3 unit Rumah Bersalin, 3 tempat praktik dokter

bersama, 182 tempat praktik dokter perseorangan dan 20 tempat praktik pengobatan

tradisional, yang seluruhnya dikelola oleh pihak swasta. Pelayanan kesehatan di

Mojokerto masih ditambah lagi dengan adanya 38 apotek dan 3 toko obat yang

mampu menyediakan kebutuhan obat masyarakat.

5.1.4. Sarana Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat

Berbagai upaya telah dikembangkan untuk meningkatkan cakupan pelayanan

kesehatan kepada masyarakat, termasuk dengan memanfaatkan potensi dan

sumberdaya yang ada di masyarakat antara lain melalui Posyandu, Poskesdes dan

Desa Siaga.

a. Posyandu

Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang paling dikenal

masyarakat, di wadah inilah berbagai kegiatan untuk peningkatan kesehatan ibu,

anak serta status gizi masyarakat terintegrasi menjadi satu dengan peran serta

masyarakat melalui kader motivator kesehatan. Posyandu menyelenggarakan

minimal 5 program prioritas, yaitu kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana,

perbaikan gizi, imunisasi dan penanggulangan diare. Untuk memantau

perkembangannya, Posyandu dikelompokan dalam 4 strata, yaitu Pratama,

Madya, Purnama dan Mandiri.

Jumlah seluruh Posyandu yang ada di Kota Mojokerto sebanyak 161

buah, dengan rasio 8,83 per 100 balita. Bila dibandingkan dengan jumlah

kelurahan yang ada di Kota Mojokerto sebanyak 18 kelurahan, maka rasio

posyandu terhadap kelurahan sebesar 8,9 per kelurahan, yang artinya dalam 1

kelurahan bisa dilayani oleh 8 posyandu. Sebagian besar posyandu yang ada

sudah berstrata Purnama (63,98%), sisanya Madya (22,36%), Mandiri (13,64%)

dan Pratama (0,62%).

.

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

59

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011

Gambar 39 Pengelompokan Posyandu menurut Strata di Kota Mojokerto Tahun 2011

b. Desa Siaga dan Poskesdes (Pos Kesehatan Desa)

Selain posyandu, sumberdaya yang ada di masyarakat yang bisa

didayagunakan adalah Poskesdes. Sebuah desa/kelurahan yang telah memiliki 1

poskesdes bisa dikatakan sebagai Desa/Kelurahan Siaga, yaitu desa/kelurahan

yang penduduknya memiliki kesiapan serta kemauan dan kemampuan untuk

mencegah dan mengatasi masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan

kesehatan secara mandiri. 18 Kelurahan yang ada di Kota Mojokerto telah

dinyatakan sebagai Kelurahan Siaga.

Gambar Pengelompokan Poskesdes menurut Strata di Kota Mojokerto Tahun 2011

5.2. TENAGA KESEHATAN

Faktor penggerak utama dalam pencapaian tujuan dan keberhasilan pembangunan

kesehatan adalah SDM (Sumber Daya Manusia), utamanya tenaga kesehatan. SDM

kesehatan yang berkualitas menentukan keberhasilan dari seluruh proses pembangunan

tersebut. Peningkatan kualitasnya bisa dilaksanakan melalui pendidikan dan pelatihan.

1

36

103

21Pratama

Madya

Purnama

Mandiri

1

36

103

21Pratama

Madya

Purnama

Mandiri

Sumber: Tabel 72 Lampiran Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011

Sumber: Tabel 72 Lampiran Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

60

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011

Pada tahun 2011, jumlah tenaga kesehatan di Kota Mojokerto baik yang berada di

instansi pemerintah maupun swasta seluruhnya sebanyak 1.134 orang, dengan proporsi

terbesar adalah tenaga perawat (49,21%).

Gambar 40 Jumlah dan Proporsi Tenaga Kesehatan Berdasarkan Kategori di Kota Mojokerto Tahun 2011

Sedangkan berdasarkan distribusi tempat kerjanya, dapat terlihat pada gambar

berikut ini

Gambar 41 Distribusi Tenaga Kesehatan Menurut Tempat Kerja di Kota Mojokerto Tahun 2011

Dari gambar diatas terlihat bahwa tenaga kesehatan terdistribusi paling besar di RS,

baik RS pemerintah, swasta, TNI maupun rumah bersalin (65,7%). Untuk melihat kecukupan

tenaga kesehatan di sarana pelayanan kesehatan biasanya digunakan rasio tenaga

kesehatan per 100.000 penduduk dan diperbandingkan dengan pedoman target yang

tertulis dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2009 – 2014.

135

558135

155

29

1524

11

72

Medis

Perawat

Bidan

Farmasi

Kesmas

Sanitarian

Gizi

Keterapian fisik

Teknisi medis

178

745

150

17 44

Puskesmas

RS

Sarkes Lain

Institusi Lain

DKK

Sumber: Subbag. Kepegawaian dan Umum, 2011

Sumber: Subbag. Kepegawaian dan Umum, 2011

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

61

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011

Tabel 4 Rasio Tenaga Kesehatan per 100.000 penduduk Tahun 2011 dengan

Standar Indonesia Sehat 2010 dan Renstra Kemenkes

5.2.1. Tenaga Medis

Tenaga medis terdiri dari dokter umum, dokter spesialis dan dokter gigi.

Jumlah tenaga medis di sarana pelayanan kesehatan di Kota Mojokerto tahun 2011

sebanyak 132 orang. Bila dilihat per jenis tenaga medis, terlihat bahwa jumlah dokter

spesialis sebanyak 25 orang dengan rasio 20,8 per 100.000 penduduk, dokter umum

sebanyak 83 orang dengan rasio 69,0 per 100.000 penduduk dan dokter gigi

sebanyak 24 orang dengan rasio 20,0 per 100.000 penduduk.

Berdasar perhitungan rasio tersebut, nampak bahwa jumlah tenaga medis

yang dimiliki Kota Mojokerto sudah memenuhi target Indonesia Sehat 2010, yaitu

sebesar 40 per 100.000 penduduk untuk dokter umum dan 11 per 100.000

penduduk untuk dokter gigi serta target Renstra Kemenkes sebesar 9 per 100.000

untuk dokter spesialis.

Sedangkan jumlah tenaga medis yang tidak melaksanakan pelayanan

kesehatan secara langsung kepada masyarakat sebanyak 3 orang, terdiri dari 1

orang dokter umum dan 2 orang dokter gigi, yang kesemuanya bertugas di Dinas

Kesehatan Kota Mojokerto.

No KategoriTarget IS

2010

Target

Renstra

1. Dokter Spesialis 6 9

2. Dokter Umum 40 30

3. Dokter Gigi 11 11

4. Perawat 118 158

5. Bidan 100 75

6. Apoteker 10 9

7. Kesmas 40 8

8. Sanitarian 40 10

9. Gizi 22 18

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

62

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011

5.2.2. Tenaga Keperawatan

Tenaga keperawatan yang melaksanakan pelayanan kesehatan terhadap

masyarakat di Kota Mojokerto berjumlah 666 orang , yang terdiri dari 121 orang

tenaga bidan dan 545 orang tenaga perawat.

Rasio bidan di Kota Mojokerto sebesar 100,6 per 100.000 penduduk, jumlah

ini bila dibandingkan dengan target IS, jumlah bidan yang ada di Kota Mojokerto

sedikit melebihi, yaitu 100 per 100.000 penduduk. Sedangkan untuk rasio perawat

yang melaksanakan pelayanan kesehatan di Kota Mojokerto sebesar 453,1 per

100.000 penduduk. Jumlah ini jauh diatas target IS sebesar 117,5 per 100.000

penduduk, yang berarti bahwa tenaga perawat yang dimiliki Kota Mojokerto sudah

mampu memenuhi pelayanan kesehatan yang dibutuhkan masyarakat.

Jumlah bidan yang tidak melaksanakan pelayanan kesehatan secara

langsung terhadap masyarakat berjumlah 14 orang, dimana 6 orang diantaranya

bekerja di institusi pendidikan kesehatan dan sisanya berada di Dinas Kesehatan

Kota Mojokerto sebagai tenaga fungsional umum. Sedangkan tenaga perawat yang

tidak melaksanakan fungsi pelayanan berjumlah 13 orang, dengan 5 orang

diantaranya bekerja di institusi diknakes dan sisanya di Dinas Kesehatan Kota

Mojokerto.

5.2.3. Tenaga Kefarmasian

Tenaga kefarmasian yang ada di sarana pelayanan kesehatan di Kota

Mojokerto terdiri dari tenaga lulusan S1 farmasi dan apoteker serta D3 farmasi dan

SMF (asisten apoteker), yang tersebar di puskesmas, RS, RB, Apotik serta sarana

pelayanan kesehatan lain. Keseluruhan berjumlah 150 orang , dengan rasio 124,7

per 100.000 penduduk, dimana 34 orang diantaranya adalah tenaga apoteker dan

sarjana farmasi. Jumlah ini telah memenuhi target IS sebesar 10 per 100.000

penduduk.

Sedangkan jumlah tenaga kefarmasian yang dimiliki Kota Mojokerto yang

tidak memberikan pelayanan secara langsung kepada masyarakat sejumlah 5

orang, dimana semuanya berada di Dinas Kesehatan sebagai tenaga struktural dan

fungsional umum.

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

63

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011

5.2.4. Tenaga Gizi

Tenaga gizi yang ada di Kota Mojokerto sebanyak 24 orang, yang tersebar di

Puskesmas dan RS. Rasionya sebesar 20 per 100.000. Jumlah ini masih dibawah

target IS sebesar 22 per 100.000 penduduk, itu berarti perlu adanya penambahan

tenaga gizi untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara

lebih optimal lagi.

5.2.5. Tenaga Kesehatan Masyarakat

Jumlah tenaga kesehatan masyarakat yang ada di Kota Mojokerto

keseluruhan sebanyak 29 orang, dimana hanya 11 orang saja yang memberikan

pelayanan secara langsung kepada masyarakat, sisanya berada di institusi diknakes

(6 orang) dan Dinas Kesehatan (12 orang). Rasio tenaga kesmas yang memberikan

pelayanan kepada masyarakat sebesar 9,1 per 100.000 penduduk dimana jumlah ini

jauh dibawah target IS sebesar 40 per 100.000 penduduk. Hal ini menandakan

bahwa Kota Mojokerto masih sangat membutuhkan tambahan tenaga kesmas untuk

memberikan pelayanan lebih optimal kepada masyarakat.

Demikian pula dengan tenaga sanitasi, dari total 15 orang sanitarian, 4 orang

diantaranya berada di Dinas Kesehatan, sehingga rasio tenaga sanitarian yang

memberikan pelayanan secara langsung kepada masyarakat hanya sebesar 9,1 per

100.000 penduduk. Jumlah ini juga jauh dibawah target IS sebesar 40 per 100.000

penduduk.

5.2.6. Tenaga Teknisi Medis

Tenaga teknisi medis yang ada di Kota Mojokerto sebanyak 68 orang, yang

terdiri dari 43 orang analis laboratorium, 21 tenaga elektromedik dan rontgen serta 4

orang perawat anestesi, yang tersebar di puskesmas dan RS.

5.2.7. Tenaga Keterapian Fisik

Tenaga keterapian fisik yang ada di Kota Mojokerto sebanyak 11 orang,

dimana keseluruhan tenaga tersebut adalah tenaga fisioterapis yang ada di RS, baik

RS pemerintah maupun swasta.

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

64

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011

5.3. ANGGARAN

Pembiayaan program dan kegiatan di Kota Mojokerto selama tahun 2011 diperoleh

dari berbagai sumber, diantaranya Dana APBD, APBD Propinsi, APBN yang meliputi dana

Jamkesmas, DAK, TP, serta dana Bantuan Luar Negeri.

Berdasarkan hasil rekapitulasi diketahui bahwa anggaran kesehatan di Kota

Mojokerto terbesar berasal dari APBD (97,86%) dengan persentase alokasi untuk bidang

kesehatan sebesar 23,23% dari keseluruhan APBD II yang tersedia. persentase ini jauh

meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya yang hanya 4,44%. Anggaran kesehatan

tersebut dialokasikan terbesar untuk pembiayaan program dan kegiatan di Rumah Sakit

(81,18%) dan sisanya dialokasikan untuk pembiayaan program dan kegiatan di Dinas

Kesehatan (18,82%).

Tabel 5 Anggaran Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011

ALOKASI ANGGARAN KESEHATAN

Rupiah %

1 2 3 4

ANGGARAN KESEHATAN BERSUMBER:

1 APBD KAB/KOTA 62,307,455,702 10,954,821.62

A. RUMAH SAKIT

a. Belanja Langsung 24,405,606,352 4,290,964.24

b. Belanja Tidak Langsung 15,596,154,150 2,742,096.99

B. DINAS KESEHATAN

a. Belanja Langsung 10,530,702,950 1,851,495.48

b. Belanja Tidak Langsung 11,774,992,250 2,070,264.92

2 APBD PROVINSI 1,116,210,000 196,250.69

3 APBN : 4,982,560,000 876,027.68

- Dana Dekonsentrasi - 0.00

- Dana Alokasi Khusus (DAK) 4,004,400,000 704,048.77

- ASKESKIN/JAMKESMAS 236,438,000 41,570.24

- JAMPERSAL 354,222,000 62,278.88

- B O K 387,500,000 68,129.78

4 PINJAMAN/HIBAH LUAR NEGERI (PHLN) - 0.00

(sebutkan project dan sumber dananya)

5 SUMBER PEMERINTAH LAIN - 0.00

68,406,225,702 12,027,100.00

452,718,219,559

13.76

568,767.41 ANGGARAN KESEHATAN PERKAPITA

NO SUMBER BIAYA

TOTAL ANGGARAN KESEHATAN

TOTAL APBD KAB/KOTA

% APBD KESEHATAN THD APBD KAB/KOTA

PPPrrrooofffiiilll KKKeeessseeehhhaaatttaaannn KKKoootttaaa MMMooojjjoookkkeeerrrtttooo

65

Profil Kesehatan Kota Mojokerto Tahun 2011

Bab Vi

PENUTUP

Penyusunan Profil Kesehatan sebagai salah satu instrumen dalam Sistem Informasi

Kesehatan Daerah disadari maupun tidak, memegang peranan penting bagi semua pihak

yang terlibat dalam pembangunan. Hal ini karena data dan informasi merupakan sumber

daya strategis bagi organisasi maupun individu dalam menjalankan sistem manajemen yaitu

dalam proses perencanaan sampai pengambilan keputusan.

Namun sangat disadari bahwa sulit untuk dapat memenuhi kebutuhan akan data dan

informasi kesehatan yang valid dan akurat. Akan tetapi dari seluruh pemaparan dalam profil

kesehatan ini, diharapkan dapat diperoleh gambaran secara umum akan situasi dan kondisi

Pembangunan Kesehatan di Kota Mojokerto selama tahun 2011. Implikasi yang diharapkan

setelah mengetahui gambaran umum situasi kesehatan Kota Mojokerto, dapat dipergunakan

sebagai masukan, terutama bagi pembuat kebijakan untuk melakukan perencanaan yang

lebih tepat sasaran sehingga pencapaian pembangunan kesehatan di tahun-tahun

mendatang dapat lebih baik dari pencapaiannya saat ini.

Hal-hal yang masih perlu mendapat perhatian dari pencapaian pembangunan

kesehatan pada tahun 2011 diantaranya adalah perlunya peningkatan koordinasi lintas

program dan lintas sektor untuk mempercepat pencapaian tujuan pembangunan kesehatan

serta advokasi yang ditujukan kepada Pemerintah Daerah Kota Mojokerto untuk masalah

pembiayaan kesehatan agar dapat lebih ditingkatkan. Selain itu, promosi kesehatan dan

pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan juga masih sangat perlu untuk ditingkatkan

pelaksanaannya.