Upload
vanbao
View
219
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
PSYCHOLOGICAL OWNERSHIP TO ORGANIZATION
SEBAGAI MEDIATOR DALAM HUBUNGAN ANTARA
LEADER-MEMBER EXCHANGE(LMX) DAN PROSOCIALVOICE
PADA PERAWAT
INTISARI SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun Oleh :
Leonardo Simanjuntak
129114129
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PSYCHOLOGICAL OWNERSHIP TO ORGANIZATION SEBAGAI
MEDIATOR DALAM HUBUNGAN ANTARA LEADER-MEMBER
EXCHANGE DAN PROSOCIAL VOICE PADA PERAWAT
Leonardo Simanjuntak
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mengetahui peran variabel mediator dalam hubungan antara Leader-Member
Exchange (LMX) dan prosocial voice. Peneliti menguji psychological ownership sebagai variabel
yang mediasi pada hubungan tersebut. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah 1) terdapat
hubungan positif yang signifikan antara LMX dan psychological ownership, 2) terdapat hubungan
positif yang signifikan antara psychological ownership dan prosocial voice, 3) terdapat hubungan
positif yang signifikan antara LMX dan prosocial voice, 4) variabel psychological ownership
memediasi hubungan antara LMX dan prosocial voice. Jenis penelitian yang dilakukan adalah
penelitian survey dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Subjek penelitian adalah
143 perawat dari sebuah rumah sakit swasta di Pekanbaru. Alat tes yang digunakan untuk
pengumpulan data berupa skala LMX, psychological ownership, dan prosocial voice yang di isi secara
self-report. Skala LMX diadaptasi dari Liden dan Maslyn (1998) dengan koefisien reliabilitas alpha
cronbach setelah diujicobakan sebesar 0,914. Skala psychological ownership to organization
diadaptasi dari Pierce, Kostova, dan Dirks (2001) dengan nilai koefisien reliabilitas alpha cronbach
setelah diujicobakan sebesar 0,746. Skala prosocial voice diadaptasi dari Van Dyne, Ang, dan Botero
(2003) dengan nilai koefisien reliabilitas alpha cronbach setelah diujicobakan sebesar 0,825. Teknik
analisis data yang digunakan adalah analisis regresi sederhana dan regresi berganda dengan bantuan
IBM SPSS 21.00. Hasil analisis menunjukkan psychological ownership memediasi secara sempurna
(full mediation) hubungan antara LMX dan voice Y= 8,782 + 0,277 X1 + 0,016 X2, sig( 0,776 > 0,05).
Hal tersebut menunjukkan LMX yang tinggi akan mempengaruhi psychological ownership. Subjek
yang memiliki psychological ownership akan mendorong kecenderungan individu untuk melakukan
voice.
Kata kunci : Prosocial voice, Leader Member Exchange (LMX), Psychological ownership,Mediator
Perawat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PSYCHOLOGICAL OWNERSHIP TO ORGANIZATION AS MEDIATOR IN
THE RELATIONSHIP BETWEEN LEADER-MEMBER EXCHANGE AND
PROSOCIAL VOICE IN NURSE
Leonardo Simanjuntak
ABSTRACT
This study aimed to investigate the role of mediator variable in the relationship between Leader-
Member Exchange (LMX) dan prosocial voice. This study tested psychological ownership as mediator
variable in the relationship LMX and prosocial voice. Using 143 nurses from a hospital in Pekanbaru,
the study conducted regression analyses to examine its hypotheses. The hypothesis of this study were
1) there was a significant positive relationship between LMX and psychological ownership, 2) there
was a significant positive relationship between psychological ownership and prosocial voice, 3) there
was a significant positive relationship between LMX and prosocial voice, 4) variable psychological
ownership mediates the positive relationship between LMX and prosocial voice. This research used
survey method and purposive sampling technique. Data collected by LMX scale, psychological
ownership scale, and prosocial voice scale that filled by self-report. We adapted Liden & Maslyn
(1998) scale to measured LMX with 0,914 aplha cronbach’s. We adapted Pierce, Kostova, dan Dirks
(2001) scale to measured psychological ownership to organization with 0,746 aplha cronbach’s. We
adapted Van Dyne, Ang, dan Botero (2003) scale to measured prosocial voice with 0,825 aplha
cronbach’s. We used simple regression and multiple regression to analyze data with the help of IBM
SPSS 21.00. The analysis showed perfect mediate that psychological ownership mediating the
relationship between LMX and prosocial voice. It shows that high LMX will affect the psychological
ownership. Subjects who have psychological ownership will have a tendency to do the voice.
Theoritical implications of the findings were discussed in the end.
Keywords: Prosocial voice, Leader Member Exchange (LMX), Psychological ownership,
Mediator Variable, Nurses
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan penyertaan-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan proses penulisan skripsi dengan judul “Psychological
Ownership To Organization Sebagai Mediator dalam Hubungan antara Leader-
Member Exchange dan Voice Pada Perawat” dengan baik dan lancar.
Selama penulisan skripsi, peneliti menyadari banyak pihak yang berkontribusi
membantu peneliti melakukan penelitian ini. Oleh karena itu peneliti mengucapkan
terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M. Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma
2. Bapak P. Eddy Suhartanto, M.Si. selaku Ketua Program Studi Fakultas
Psikologi Universitas Sanata Dharma
3. Bapak Minta Istono, M. Si. selaku Dosen Pembimbing Skripsi, atas kesedian
memberikan waktu, kesabaran, saran dalam proses penulisan skripsi.
Terimakasih atas peran Bapak sebagai teman yang selalu memotivasi untuk
terus semangat mengerjakan skripsi.
4. Segenap Dosen Fakultas Psikologi yang telah mendidik, memberikan ilmu
pengetahuan, dan inspirasi untuk menerapkan ilmu psikologi kepada
masyarakat.
5. Ibu Nanik, Mas Gandung, Mas Muji selaku karyawan Fakultas Psikologi,
yang selalu memberikan semangat dan senyum ditengah suasana tekanan
penulisan skripsi.
6. Kepada Ibu dan Adek saya tercinta yang selalu memberikan semangat, doa,
dan pengertian untuk menciptakan kondisi rumah yang produktif untuk
mengerjakan skripsi.
7. Natasha Sibarani, pasangan yang kukasihi. Terimakasih atas kesediaan
menemani, mendukung, dan mendoakan mulai dari proses awal penulisan
hingga selesai penulisan skripsi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
8. Seluruh teman ku di grup “Nusantara” , Rikjan, Mas Kris, Clara, Maureen,
Ochi, Yesi, Esthi, Eni, yang selalu mendengar keluh kesah dalam setiap
proses penulisan skripsi lalu memberikan semangat.
9. Kepada Pimpinan Rumah Sakit Santa Maria Pekanbaru, atas ijin dan bantuan
untuk peneliti boleh mengambil data dan melakukan penelitian.
10. Teman-teman bimbingan skripsi pak Minto, Pras, Nata,Gue, Silvy,Olga, Sakti
yang saling memberikan semangat, canda dan tawa meskipun sama-sama
saling berjuang.
11. Semua teman-teman angkatan 2012 yang selalu saling menyemangati dan
mau berbagi pengalaman dalam proses penulisan skripsi.
Akhir kata, tidak ada gading yang tak retak. Peneliti menyadari usaha penulisan
skripsi tidak lepas dari kekurangan. Oleh karena itu, peneliti tetap terbuka menerima
masukan dan kritik untuk membangun perkembangan penelitian selanjutnya.
Terimakasih.
Yogyakarta, 22 Juli 2016
Penulis,
Leonardo Simanjuntak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ......................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI .................................................................... ii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................................................... iii
ABSTRAK ................................................................................................................. v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ...................................................... vii
KATA PENGANTAR ............................................................................................... viii
DAFTAR ISI .............................................................................................................. x
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 10
C. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 10
D. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 10
1. Manfaat Teoritiis ................................................................................ 10
2. Manfaat Praktis .................................................................................. 11
BAB II LANDASAN TEORI .................................................................................... 12
A. Voice .............................................................................................................. 12
1. Definisi voice ..................................................................................... 12
2. Jenis-jenis voice ................................................................................. 19
3. Faktor yang memengaruhi voice ........................................................ 20
B. Leader Member Exchange (LMX) ................................................................. 23
1. Definisi LMX ..................................................................................... 23
2. Dimensi Leader Member Exchange ................................................... 27
3. Dampak Leader Member Exchange (LMX) ...................................... 29
C. Psychological Ownership............................................................................... 30
1. Definisi Psychological Ownership ..................................................... 30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
2. Dimensi Psychological Ownership .................................................... 34
3. Dampak Psychological Ownership .................................................... 35
D. Dinamika Hubungan Antar Variabel Penelitian ............................................ 37
E. Kerangka Penelitian ....................................................................................... 41
F. Hipotesis ......................................................................................................... 42
BAB III METODE PENELITIAN............................................................................. 43
A. Jenis Penelitian ............................................................................................... 43
B. Variabel Penelitian ......................................................................................... 43
C. Definisi Operasional....................................................................................... 44
1. Voice ................................................................................................... 44
2. Leader Member Exchange(LMX) ....................................................... 45
3. Psychological Ownership................................................................... 46
D. Subjek Penelitian ............................................................................................ 47
E. Metode Dan Alat Pengambilan Data ............................................................. 48
F. Validitas Dan Reliabilitas Alat Ukur ............................................................. 49
1. Validitas ............................................................................................. 49
2. Kesahihan item ................................................................................... 51
3. Reliabilitas ......................................................................................... 53
G. Metode Analisis Data ..................................................................................... 55
H. Teknik Analisis Data ...................................................................................... 56
1. Uji Asumsi ......................................................................................... 56
2. Uji Hipotesis ...................................................................................... 57
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................................... 58
A. Pelaksanaan Penelitian ................................................................................... 58
B. Deskripsi Penelitian ....................................................................................... 59
1. Deskripsi subjek penelitian ................................................................ 59
2. Deskripsi data penelitian .................................................................... 64
C. Analisis Data Penelitian ................................................................................. 66
1. Uji Asumsi ......................................................................................... 66
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
2. Uji Hipotesis ...................................................................................... 69
D. Pembahasan .................................................................................................... 76
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 83
A. Kesimpulan .................................................................................................... 83
B. Saran ............................................................................................................... 84
1. Bagi Karyawan Perusahaan................................................................ 84
2. Bagi Supervisor/Pemimpin Umum Organisasi .................................. 85
3. Bagi Orgnanisasi Rumah Sakit .......................................................... 85
4. Keterbatasan Penelitian dan Saran Penelitian Berikutnya ................. 85
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 88
LAMPIRAN ............................................................................................................... 94
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Distibusi Item Skala LMX Sebelum Uji Coba ........................................... 49
Tabel 2 Hasil Uji Kesahihan Item ............................................................................ 52
Tabel 3 Hasil Koefisien Alpha Cronbach Alat Ukur ............................................... 54
Tabel 4 Deskripsi Data Subjek Penelitian ................................................................ 59
Tabel 5 Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Usia ........................................... 60
Tabel 6 Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Lama Kerja di RS ..................... 62
Tabel 7 Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Lama Kerja dengan Kepala
Ruangan ...................................................................................................... 62
Tabel 8 Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Ide Voice ..................................... 64
Tabel 9 Deskripsi Statistik Data Penelitian ................................................................ 64
Tabel 10 Hasil Uji Asumsi Normalitas ...................................................................... 66
Tabel 11 Hasil Uji Asumsi Linearitas ........................................................................ 68
Tabel 12 Hasil Uji Asumsi Homogenitas................................................................... 69
Tabel 13 Hasil Regresi Sederhana LMX dan Psychological Ownership ................ 71
Tabel 14 Hasil Regresi Sederhana Psychological Ownership dan Voice .................. 72
Tabel 15 Hasil Regresi Sederhana LMX dan Voice................................................... 73
Tabel 16 Hasil Regresi Berganda LMX, Psychological Ownership dan Voice ....... 74
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A Skala Penelitian LMX, Voice, dan Psychological Ownership ............. 95
Lampiran B Tabel Perhitungan Korelasi Item Total ................................................. 96
Lampiran C Reliabilitas ........................................................................................... 98
Lampiran D Tabel Kolmogorov-Smirnov ................................................................. 99
Lampiran E Tabel Anova Test for Linearity …………………………………………..101
Lampiran F Scatter Plot…………………………………………………………………..103
Lampiran G Uji Glejser............................................................................................106
Lampiran H Uji Signifikansi Nilai Mean ................................................................107
Lampiran I Hasil Analisis Regresi ........................................................................ 108
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
“If you have the feeling that something is wrong, don’t be afraid to speak”
-Fred Koremastu-
Quote inilah yang mungkin menjadi dasar Cynthia Cooper dan Colen
Rowely melakukan tindakan yang menjadi sorotan publik. Majalah
terkemuka “Time Magazine” memberikan gelar “People of the Year 2002”
kepada Cynthia Cooper dari perusahaan WorldCom dan Colen Rowely
seorang Agen FBI atas keberaniannya mengutarakan gagasan pribadi untuk
menyelesaikan masalah di dalam organisasi. Tindakan Cynthia Cooper dan
Colen Rowely merupakan contoh konkret yang menunjukkan perilaku
menyampaikan ide dapat membantu organisasi menyelesaikan masalah
(Miliken, Morisson, Hewlin 2003).
Peristiwa lain, yang terjadi pada perusahaan Enron juga menarik
perhatian dunia. Enron yang bergerak di sektor energi, komoditas dan jasa
mengalami collapse pada tahun 2001. Pada tahun sebelumnya, Enron meraih
keuntungan $111 miliar dan memperoleh istilah “perusahaan Amerika yang
paling inovatif” dari majalah Fortune selama enam tahun berturut-turut.
Berita mengungkapkan banyak karyawan yang memiliki perhatian, dan
memprediksi akan kejatuhan ekonomi Enron namun cenderung takut untuk
menyampaikan ke pemimpin (Miliken et al, 2003).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Presiden Enron, Sheron Watkins mengatakan budaya intimidasi dalam
perusahaan, serta tidak ada satupun karyawan yang berani untuk mengangkat
isu kemungkinan kejatuhan ekonomi Enron menjadi penyebab terjadinya
collapse (Oppel, 2002). Kedua fenomena yang peneliti paparkan bertujuan
memberikan fakta di dalam konteks perusahan, karyawan dihadapkan pada
pilihan melakukan voice atau silent.
Dalam konteks perusahaan, fenomena perilaku menyampaikan pendapat
dikenal dengan istilah voice. Perilaku voice secara lebih spesifik didefinisikan
sebagai perilaku informal dan kebebasan berkomunikasi karyawan untuk
mengutarakan ide, masukan, keprihatinan, informasi tentang masalah, dan isu
tentang pekerjaan kepada orang yang memiliki kekuasaan untuk mengambil
keputusan dengan tujuan untuk meningkatkan atau mengubah organisasi
menjadi lebih baik (Morrison, 2014; Van Dyne & Botero, 2003; Van Dyne &
LePine, 1998). Perilaku voice dapat dilakukan oleh siapapun dengan target
yang bermacam-macam. Pendapat dapat ditujukan kepada organisasi, atasan
atau supervisor, teman sekerja atau seseorang yang berada di luar organisasi
(Morrison, 2014).
Voice merupakan perilaku yang masuk ke dalam kategori extra-role
behaviour (Morisson, 2014). Extra-role behavior adalah perilaku yang secara
sukarela dilakukan demi keuntungan organisasi meskipun perilaku tersebut
tidak termasuk dalam job description yang ditentukan organisasi, tidak diatur
oleh sistem pemberian reward yang formal, dan tidak memiliki konsekuensi
hukuman jika tidak dilakukan (Van Dyne & LePine, 1998).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Berbeda dengan voice, perilaku silent merujuk pada tindakan karyawan
secara sadar untuk menahan atau tidak menyampaikan ide, masukan,
keprihatinan, infomasi tentang masalah atau perbedaan sudut pandang yang
berguna untuk perusahaan (Morisson & Milliken, 2000; Van Dyne, Ang &
Botero, 2003). Individu yang melakukan silent ataupun voice keduanya
mempunyai kesamaan yaitu memiliki ide atau pendapat. Meskipun demikian,
individu memiliki pilihan untuk menyampaikan (voice) atau tidak
menyampaikan (silent). Keberadaan ide penting diperhatikan karena individu
yang tidak voice bukan berarti silent. Hal tersebut mungkin terjadi karena
individu tidak voice karena tidak memiliki ide untuk disampaikan. Oleh
karena itu voice dan silent adalah konsep yang berbeda dan tidak berada
dalam sebuah garis kontinum.
Hasil penelitian hingga saat ini menunjukkan masih banyak karyawan
yang cenderung melakukan silent dibandingkan voice. Ryan dan Oestrich
(dalam Morrison, See, & Pan, 2015) melakukan wawancara terhadap 220
karyawan yang berasal dari 22 organisasi di seluruh negara Amerika Serikat.
Ryan dan Ostrich melaporkan 70 % dari subjek yang diwawancari mengaku
takut untuk menyampaikan pendapat (voice) mengenai isu dan masalah yang
terjadi di tempat kerja. Selain itu, 85% dari karyawan profesional di kota New
York yang bergerak dibidang konsultasi industri, jasa keuangan, media,
industri farmasi dan percetakan dapat mengingat secara tepat peristiwa
terakhir karyawan tidak menyampaikan pendapat atas keprihatinan terhadap
organisasi (Miliken et al, 2003). Hasil penelitian yang dilakukan pemimpin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
sekolah medis di Amerika, menunjukkan 69% responden mengakui sedang
terjadi dan berkembang luasnya perilaku individu tidak menyampaikan saran
terkait masalah penting yang terjadi dalam sekolah medis tersebut
(Souba,Way, Lucey, Sedmak, & Notestine, 2011).
Hasil wawancara peneliti dengan dua orang perawat memberikan
gambaran kondisi prosocial voice di Yogyakarta. Kedua orang perawat
berasal dari ruangan yang melayani penderita cancer di salah satu rumah sakit
umum Yogyakarta. Berdasarkan wawancara diketahui pada departemen
tersebut terdapat 9 perawat senior (telah bekerja lebih dari 15 tahun) dan 14
perawat yang belum bekerja lebih dari 15 tahun. Narasumber menyatakan,
perawat yang masa bekerja di bawah 15 tahun cenderung tidak berani
menyampaikan pendapat kepada pemimpin. (contoh: perawat segan
menyampaikan kepada pemimpin untuk membagi tugas yang seimbang,
jadwal pembagian masuk pagi dan siang dengan komposisi senior dan junior
yang seimbang).
Perilaku karyawan menahan informasi (employee silent) mengakibatkan
pengaruh yang serius bagi orang lain, maupun performansi dan
keberlangsungan organisasi (Morisson, See & Pan, 2015). Berdasarkan
review literatur yang dilakukan Wang dan Hsieh (2013), silent menyebabkan
inovasi dalam lingkungan kerja yang rendah, menurunnya komitmen dan
sikap kepuasan kerja, bahkan dampak terburuk adalah korupsi.
Sebaliknya, perilaku voice memberi pengaruh positif pada organisasi
karena membantu pengambilan keputusan yang tepat dan membantu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
mengindentifikasi masalah dengan baik (Morrison & Miliken, 2002). Dutton
dan Ashord (dalam Greenberg & Edwards, 2009) menemukan, voice
membantu pemimpin untuk memperoleh informasi secara cepat dan tepat
mengenai isu yang baru muncul, atau sedang berkembang di pasar
perdagangan. Bagi karyawan, voice memberi pengaruh positif pada
performansi karyawan yang semakin meningkat (Whiting, Podsakoff &
Pierce, 2008), mengurangi stress (Morrison & Miliken, 2000) dan keinginan
untuk turnover yang rendah (Hirschamn, dalam Greenberg & Edwards,
2009). Dengan mempertimbangkan fakta karyawan yang lebih banyak
melakukan silent, serta manfaat dan pentingnya voice bagi organisasi dan
karyawan yang telah terbukti, maka diperlukan penelitian lebih lanjut untuk
menemukan variabel lain yang memengaruhi munculnya perilaku voice.
Morrison (2014) merangkum bahwa voice dipengaruhi oleh persepsi
terhadap pemimpin, kecenderungan sifat individu, ilkim tempat kerja,
komitmen organisasi. Bentuk persepsi terhadap pemimpin yang telah diteliti
antara lain : persepsi diperlakukan secara adil (procedural justice) oleh
pemimpin (Whiteside & Barclay, 2013), persepsi memiliki kekuasaan (sense
of power) dan persepsi bahwa pemimpin terbuka terhadap masukan (target
openness) (Morrison, See, & Pan, 2015), persepsi memiliki hubungan yang
supportif dengan supervisor (Botero & Van Dyne, 2001), persepsi pemimpin
yang transformational (Avey et al, 2012) dan persepsi karyawan terhadap
interaksi dan pertukaran informasi (leader-member exchange) yang
membentuk kualitas hubungan pemimpin dan karyawan (Detert & Burris,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
2007; Van Dyne,Kamdar, Joireman, 2008).
Penelitian yang membuktikan kecenderungan sifat individu sebagai
prediktor voice dilakukan pada individu dengan kepribadian extrovert (Crant
et al, 2010), proactive, assertiveness, conscientiousness (Tangirala Kamdar,
Venkatamarani, 2013). Faktor lingkungan ditempat kerja juga telah diteliti
berpengaruh terhadap kemunculan voice (Morrison, Wheeler-Smith, &
Kamdar, 2011).
Selain hasil penelitian yang telah dirangkum Morrison (2014), penelitian
lain menemukan voice dipengaruhi variabel lain seperti komitmen afektif
organisasi (Jaccobsen, 2000) dan psychological ownership atau rasa memiliki
terhadap organisasi (Van Dyne & Pierce, 2000; Vandewalle, 1995).
Kualitas hubungan pemimpin dan karyawan dibangun oleh komunikasi
dan interaksi yang intens antara karyawan dengan pemimpin (Morrison,
2014). Hubungan yang terbentuk atas interaksi timbal balik pemimpin dan
karyawan dikenal dengan teori Leader Member Exchange sering disingkat
dengan istilah “LMX” (Liden & Maslyn, 1998; Robbin & Judge, 2008). Riset
sebelumnya menunjukkan LMX merupakan variabel yang memengaruhi
karyawan untuk melakukan voice (Burris, Detert, & Chiaburu 2008).
Menanggapi penelitian yang telah menguji hubungan LMX dan voice
(Burris, Detert, & Chiaburu 2008; Botero & Van Dyne, 2009), Duanxu Wang,
Chenjing Gan, dan Chaoyan Wu (2016) menyatakan, mekanisme bagaimana
hubungan antara LMX dan voice masih belum jelas apakah secara langsung
berhubungan atau terdapat pengaruh variabel lain. Oleh karena itu, Duanxu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
et al (2016) menyarankan penelitian menggunakan variabel lain yang dapat
memediasi ataupun memoderasi hubungan LMX dan voice. Duanxu et al
(2016) menuliskan, sejauh ini baru terdapat dua penelitian yang dilakukan
untuk melihat mekanisme hubungan LMX dan voice. Pertama, penelitian
yang dilakukan Burris, Detert dan Chiaburu (2008) menguji psychological
attachment (affective commitment) sebagai mediator antara LMX dengan
voice. Selain itu penelitian Botero dan Van Dyne (2009) menguji persepsi
karyawan akan kekuasaan pemimpin (power distance) sebagai moderator
yang memengaruhi kuat rendahnya hubungan LMX dan voice. Berdasarkan
saran Duanxu et al (2016), peneliti merasa perlu adanya penelitian lebih
lanjut mengenai variabel lain yang memediasi hubungan LMX dan voice.
Menurut teori LMX, pemimpin akan menjalin relasi dengan sikap yang
berbeda-beda dengan masing-masing karyawannya (Dulebohn, 2012).
Mahyew, Askhanasy dan Bramble (2007) berpendapat, sikap dari manajemen
atau pemimpin akan memengaruhi psychological ownership. Avey,
Wernsing dan Palanski (2012) menambahkan, etika pemimpin (ethical
leaders) yang baik memunculkan lingkungan yang mendorong munculnya
psychological ownership karyawan. Berdasarkan kedua literatur, diketahui
perilaku pemimpin dalam menjalin hubungan dengan karyawan akan
mengembangkan variabel psychological ownership. Konsep psychological
ownership didefinisikan sebagai fenomena psikologis ketika karyawan
mengembangkan rasa memiliki terhadap suatu objek (material atau
immaterial) dalam organisasi. Psychological ownership yang dikembangkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
karyawan dapat diarahkan secara spesifik akan pekerjaannya atau kepada
keseluruhan organisasi (Van Dyne & Pierce, 2004).
Berdasarkan review literatur peneliti, ditemukan hasil penelitian yang
kontradiktif mengenai psychological ownership, sehingga perlu dilakukan
penelitian lebih jauh. Hasil penelitian yang lakukan oleh Pierce (dalam Van
Dyne & Pierce, 2004) dan Vandewalle, Van Dyne, dan Kostova (1995)
membuktikan psychological ownership berhubungan dengan voice.
Karyawan yang mempunyai psychological ownership yang tinggi akan
cenderung melakukan voice. Akan tetapi, penelitian yang dilakukan Mahyew,
Ashkanasy, Bramble, dan Garner (2007) menunjukkan hasil yang
berlawanan.
Perbedaan hasil penelitian tersebut, dapat terjadi karena perbedaan
konteks penelitian. Vandewalle, Van Dyne, dan Kostova (1995) melakukan
penelitian pada 797 subjek yang berada di university housing cooperatives
atau koperasi di Midwestern, Amerika. Di sisi lain, penelitian yang dilakukan
Mahyew et al. (2007) dilakukan terhadap 15 supervisor dan 70 karyawan dari
perusahaan akuntansi yang letak geografisnya tidak disampaikan.
Berdasarkan review literatur yang telah dipaparkan, peneliti merasa
memiliki peluang untuk melakukan penelitian. Peneliti merasa penting untuk
melakukan pengujian psychological ownership sebagai variabel yang
memediasi pada hubungan antara LMX dan perilaku voice pada karyawan.
Peluang melakukan penelitian ini didasari oleh 3 alasan. Pertama,
berdasarkan saran Duanxu et al (2016) untuk menguji variabel mediator pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
hubungan LMX dan voice. Mediator adalah variabel diantara variabel bebas
dan variabel terikat yang bertanggung jawab terhadap terjadinya hubungan
antara prediktor dan kriterion (Supratiknya, 2015). Kedua, review literatur
menunjukkan secara teori terdapat kemungkinan hubungan antara LMX
dengan psychological ownership. Ketiga, hasil penelitian yang kontradiktif
mengenai hubungan psychological ownership dan voice memberikan
kesempatan peneliti melakukan penelitian kembali dengan konteks geografis
dan subjek yang berbeda yaitu dibidang kesehatan (rumah sakit). Hal ini
dikarenakan dalam bidang kesehatan mengomunikasikan ide terkait
permasalahan akan membantu mengurangi error yang dapat merugikan baik
pelanggan atau organisasi (Morrison et al, 2015).
Berdasarkan celah untuk melakukan penelitian, peneliti menduga rasa
memiliki terhadap organisasi (psychological ownership to organization)
sebagai variabel yang memediasi hubungan kualitas hubungan antara
pemimpin dengan karyawan (LMX) dan voice. Hal ini didasarkan review
penelitian yang menemukan sikap pemimpin terhadap karyawannya
membentuk kualitas hubungan antara pemimpin dan karyawannya
(Dulebohn, 2012). Sikap pemimpin terhadap karyawannya dapat
memengaruhi psychological ownership (Avey, Wernsing & Palanski, 2012).
Di sisi lain, penelitian telah membuktikan psychological ownership
berhubungan dengan voice (Pierce, dalam Van Dyne & Pierce, 2004;
Vandewalle et al, 1995).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
B. Rumusan Masalah
1. Apakah ada hubungan positif yang signifikan antara LMX dan
psychological ownership ?
2. Apakah ada hubungan positif yang signifikan antara psychological
ownership dan prosocial voice?
3. Apakah ada hubungan positif yang signifikan antara LMX dan prosocial
voice ?
4. Apakah variabel psychological ownership memediasi hubungan LMX dan
prosocial voice?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian bertujuan untuk mengetahui apakah psychological
ownership merupakan variabel yang memediasi hubungan antara Leader
Member Exchange (LMX) dan prosocial voice.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan pengetahuan di
bidang Psikologi Indusri dan Organisasi (PIO) mengenai hubungan antara
LMX dan prosocial voice yang dimediasi oleh variabel lain.
2. Manfaat Praktis .
Hasil penelitian dapat menjadi acuan organisasi dan pemimpin untuk
mengevaluasi sejauh mana kualitas hubungan antara pemimpin dan
karyawan, serta sejauh mana rasa memiliki karyawan dan keinginan
karyawan untuk terlibat memberikan ide terhadap organisasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Voice
1. Definisi Voice
Voice merupakan perilaku karyawan untuk mengomunikasikan
ide, masukan, keprihatinan, informasi tentang masalah, atau isu tentang
pekerjaan yang disampaikan kepada orang yang memiliki wewenang
untuk mengambil keputusan dengan tujuan untuk meningkatkan atau
mengubah kondisi yang lebih baik pada organisasi (Morrison, 2014;
Detert & Burris, 2007). Isi dari ide yang sampaikan mencakup hal
sederhana seperti ide untuk melakukan sesuatu dengan cara yang
berbeda hingga informasi serius tentang sebuah permasalahan
(Morrison, 2014). Perilaku voice bisa ditujukan kepada atasan atau
supervisor, teman sekerja atau pihak yang berada diluar organisasi yang
memiliki kerjasama (Morrison, 2011).
Berkembangnya istilah voice dimulai sekitar tahun 1970-1980an.
Penelitan yang dilakukan Hirscman pada tahun 1970 (dalam Ashord,
Sutcliffe, Christianson, 2009) mengemukakan konsep exit, voice,
loyalty, neglect sebagai respon atas ketidakpuasan karyawan akan
pekerjaan. Exit merupakan respon tindakan karyawan untuk
meninggalkan organisasi. Voice adalah respon untuk memilih tetap
berada dalam organisasi lalu menyampaikan ketidakpuasanya. Konsep
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
loyalty ditunjukkan dengan tetap tinggal dalam organisasi tetapi secara
pasif tidak melakukan apapun, sehingga hanya patuh dengan situasi
yang terjadi. Neglect adalah respon karyawan tetap tinggal dalam
organisasi dan mengabaikan tindakan untuk melakukan perbaikan.
Pada tahun 1990-hingga awal 2000, perilaku voice tidak lagi
diarahkan sebagai ungkapan ketidakpuasan kerja melainkan tindakan
dengan tujuan untuk memperbaiki organisasi dibandingkan hanya
mengkritik ketidakpuasan kerja (Van Dyne & LePine, 1998). Voice
dipahami sebagai usaha membenahi sistem kerja dalam perusahaan
(Zhao & Geogre, 2001), dan usaha menunjukkan sebuah kesalahan
yang terjadi dalam organisasi lalu menyampaikan alternatif solusi dari
situasi yang terjadi (Pardo, Delval, & Fuentes, dalam Morrison et al,
2015). Hingga saat ini banyak penelitian (Detert & Burris, 2007;
Ashord, Sutcliffe, Christianson 2009; Ng & Felman, 2011; Burris,
Detert & Romney, 2013) yang mengacu pada konsep voice yang
disampaikan oleh Van Dyne dan LePine (1998).
Van Dyne dan LePine (1998) mendefinisikan voice sebagai
tindakan promotif yaitu tindakan yang bersifat proaktif, individu
mendorong atau menyebabkan sesuatu terjadi. Tindakan ini bersifat
konstruktif dalam bentuk tindakan menyampaikan ide dengan tujuan
untuk memperbaiki organisasi dibandingkan hanya mengkritisinya.
Penelitian Liang, Farh, dan Farh (2012) menambahkan voice juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
tindakan prohibitif yaitu tindakan yang bersifat melindungi dan
mencegah sesuatu yang buruk terjadi.
Van Dyne dan LePine (1998) mengategorikan perilaku voice ke
dalam perilaku extrarole. Definisi extrarole behavior adalah perilaku
yang bersifat positif dan sukarela dilakukan yang memberikan
keuntungan bagi organisasi (Van Dyne & LePine, 1998). Van Dyne dan
Le Pine (1998) menjelaskan, perilaku extrarole memiliki 3 ciri yaitu
perilaku ini diluar job description yang diatur organisasi, tidak diatur
oleh sistem pemberian reward, dan tidak memiliki konsekuensi
hukuman jika tidak dilakukan. Perilaku extra-role memiliki empat
tipologi yaitu prohibitive, promotive, affiliative, dan challenging. Van
Dyne dan LePine (1998) mengategorikan perilaku voice ke dalam
perilaku extra-role dikarenakan voice memenuhi 2 tipologi extra-role
behavior yaitu challenging dan promotive. Secara lebih spesifik Van
Dyne dan Le Pine (1998) menjelaskan promotive adalah tindakan yang
bersifat proaktif individu untuk mendorong atau menyebabkan sesuatu
terjadi. Challenging diartikan sebagai tindakan yang menekankan
tantangan menyampaikan ide terhadap permasalahan.
Tindakan karyawan untuk menyampaikan atau tidak
menyampaikan ide didasari oleh pertimbangan konsekuensi apa yang
akan terjadi dari perilaku voice. Pertimbangan yang dilakukan oleh
karyawan ini dikenal dengan istilah “two key outcome-related
considerations”(Liu, Zhu, & Yang, 2010). Di satu sisi karyawan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
menilai menyampaikan ide adalah tindakan yang efektif untuk
memperbaiki organisasi sehingga mereka memiliki efikasi diri untuk
melakukan voice. Namun di sisi lain, terdapat karyawan yang menilai
menyampaikan ide berkaitan dengan hasil yang negatif dan beresiko
bagi dirinya, sehingga cenderung mencari kondisi aman dan melakukan
employee silent.
Konsep yang mirip dengan voice adalah perilaku employee silent.
Ketika karyawan melakukan tindakan secara sadar untuk tidak
menyampaikan ide, masukan, keprihatinan, informasi tentang masalah
atau perbedaan sudut pandang yang berguna untuk perusahaan maka
karyawan melakukan perilaku silent (Morisson & Milliken, 2000; Van
Dyne, Ang, & Botero, 2003).
Secara umum orang dapat mengatakan bahwa perilaku menahan
informasi (silent) akan memiliki lawan kata yaitu mengekspresikan ide
atau informasi (voice). Akan tetapi sudut pandang penelitian akan voice
dan silent tidaklah demikian. Morrison (2014) mengatakan individu
yang tidak voice belum tentu sama dengan perilaku silent. Hal ini terjadi
karena individu yang tidak voice mungkin sedang tidak memiliki ide
atau pesan yang ingin disampaikan (Morrison, 2014). Peneliti lain
menjelaskan, perbedaan voice dan silent bukan terletak pada ada atau
tidaknya penyampaian ide, tetapi karena motivasi yang dimiliki oleh
individu untuk memilih voice atau silent (Van Dyne, Ang, & Botero,
2003).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Selain silent, konsep yang memiliki kemiripan dengan voice
adalah issue selling dan whistle-blowing. Dutton & Ashford (1993)
mendefinisikan issue selling sebagai usaha individu mengarahkan
perhatian pemimpin terhadap suatu masalah atau isu yang sedang marak
terjadi. Perilaku issue-selling dilakukan oleh karyawan yang biasanya
ditujukan kepada pemimpin organisasi (Morrison, 2014). Perilaku
issue-selling membuat individu merasa memiliki nilai plus di mata
pemimpin atas informasi penting yang telah diberikan. Pemimpin
dengan latar belakang budaya individualis lebih mengharapkan issue-
selling di depan publik sedangkan pemimpin dengan latar belakang
budaya kolektifis lebih memperhatikan issue-selling yang disampaikan
secara personal (Ling, Floyd, & Baldrigde, 2005). Perilaku issue selling
dapat dibedakan dengan voice. Perilaku issue selling adalah tindakan
yang berfokus mengarahkan perhatian pemimpin pada masalah yang
disampaikan. Issue selling disertai dengan perilaku mencari teman
untuk menjadi sekutu, membangun koalisi, dan melakukan presentasi
formal dengan pemimpin (Morrison, 2014).
Whistle-blowing adalah pengungkapan perilaku tidak bermoral,
melanggar aturan (illegal) dalam organisasi, dengan tujuan agar pelaku
tindakan diberi sanksi yang setimpal (Miceli, Near, & Dworkin, 2008).
Individu yang melakukan tindakan whistle-blowing dikenal dengan
istilah whistleblowers. Barrnett, Cochran, dan Taylor (1993)
menyatakan whistleblowers sering dikucilkan oleh kelompok tempat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
individu bekerja. Hal ini dikarenakan whistleblowers mengungkapkan
tindakan ilegal yang menguntungkan dan sengaja ditutupi oleh
kelompok tertentu. Dalam konteks kesehatan, perawat melakukan
whistle-blowing untuk melindungi pasien dari tindakan medis yang
merugikan (Ahern & Mc Donals, 2002).
Whistle-blowing berbeda dengan voice. Fokus perilaku whistle-
blowing adalah menyampaikan terjadinya tindakan tidak bermoral dan
melanggar aturan, sedangkan voice lebih menekankan pada ide atau
masukan untuk memperbaiki organisasi (Morrison, 2014). Selain itu
Van Dyne dan Le Pine (1998) berpendapat bahwa perbedaan kedua
konsep ini didasarkan oleh tipologi dalam extrarole behavior. Whistle-
blowing adalah tindakan yang bersifat challenging dan prohibitif
sedangkan perilaku voice adalah tindakan yang bersifat challenging dan
promotif.
Berdasarkan teori yang telah dikemukakan, peneliti merangkum
definisi voice adalah tindakan individu untuk menyuarakan ide,
gagasan, informasi, gagasan atau saran mengenai permasalahan yang
individu temukan dalam lingkungan kerja kepada orang lain yang
memiliki wewenang untuk mengambil keputusan. Tujuan voice adalah
meningkatkan organisasi atau perusahaan ke arah yang lebih baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
2. Jenis-jenis voice
Van Dyne, Ang, dan Botero (2003) menjelaskan ada 3 motivasi yang
mendorong individu melakukan voice. Pertama, individu merasa tidak
mampu melakukan perubahan sehingga terlibat pada perilaku yang
didasari oleh rasa pasrah (disengaged behaviour based on resignation).
Kedua, individu merasa takut dalam bahaya sehingga memunculkan
perilaku untuk melindungi diri sendiri (self-protective behaviour based
on fear). Ketiga, individu memiliki dorongan perilaku yang didasari
oleh kerjasama dan sikap altruistic sehingga lebih mengutamakan
kepentingan organisasi diatas kepentingan pribadi (other-oriented
behaviour based on cooperation). Berdasarkan motivasi tersebut, Van
Dyne, Ang dan Botero (2003) mengkategorikan 3 jenis perilaku voice
yaitu Acquiescent Voice, Defensive Voice, dan Pro Social Voice yang
akan dijelaskan sebagai berikut :
a. Acquiescent Voice
Acquiescent voice adalah perilaku mengekspresikan ide,
informasi, dan pendapat yang didasari oleh penarikan diri
(resignation). Jenis voice ini memiliki ciri bersifat pasif serta efikasi
diri terhadap perubahan rendah. Acquiescent voice merupakan
disengaged behavior, artinya tindakan tersebut tidak terlibat
langsung melakukan perubahan karena perasaan ketidakmampuan.
Hal ini membuat perilaku acquiescent voice lebih bersifat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
persetujuan dan dukungan terhadap ide kelompok (Detert & Trevino,
2010).
b. Defensive Voice
Defensive voice adalah perilaku mengekspresikan ide, informasi,
dan pendapat yang terkait pekerjaan yang didasari oleh motif
perlindungan diri (self-protective) atas rasa takut (Van Dyne, Ang, &
Botero, 2003). Detert dan Trevino (2010) menyampaikan, pemimpin
yang bersifat tegas akan cenderung membatasi karyawan bersuara.
Hal ini membuat pendapat atau ide yang disampaikan karyawan
adalah ide yang disaring atau tidak asli karena pendapat yang
disampaikan demi mempertahankan dirinya aman (Detert & Trevino,
2010). Dettert dan Burris (2007) memberikan contoh konkret seperti
rasa takut kehilangan dukungan dari supervisor dan rekan kerja, serta
berhentinya jenjang karir sebagai dampak dari voice.
Perilaku defensive voice memiliki ciri sebagai perilaku
mengambil sedikit tanggung jawab, adanya rasa takut dari sebuah
konsekuensi yang tidak diinginkan dan mengatribusikan sesuatu hasil
terhadap hal eksternal (Van Dyne, Ang & Botero, 2003). Karyawan
mengemukaan pendapat yang mengalihkan topik pembicaraan atau
menyalahkan orang lain atas sebuah masalah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
c. Pro Social Voice
Pro social voice adalah perilaku mengekspresikan ide, informasi,
dan pendapat terkait pekerjaan yang didasari oleh motif bekerja sama
atau kooperatif (Morrison, 2011). Perilaku pro social memiliki ciri
perilaku yang bersifat proaktif dan memiliki orientasi yang berbeda
dibandingkan self-protective dan disengagement behavior. Pro social
voice mendorong karyawan yang memberikan solusi terhadap
permasalahan demi keuntungan kelompok atau organisasi serta
memberikan alternatif tindakan ketika menghadapi hambatan (Detert
& Trevino, 2010). Dengan demikian prosocial voice tidak difokuskan
pada kepentingan individual tetapi lebih diorientasikan pada tindakan
kooperatif yang menguntungkan organisasi (Van Dyne, Ang, &
Botero, 2003).
3. Faktor yang memengaruhi voice
Dalam review literatur yang dilakukan Morisson (2014), terdapat
5 faktor yang memengaruhi voice yaitu kecenderungan sifat individu
(individual dispositions), sikap dan persepsi terhadap pekerjaan dan
organisasi (Job and organizational attitudes and perceptions), konsep
emosi (emotions), perilaku supervisor dan pemimpin (supervisor and
leader behavior) dan faktor kontekstual (contextual factors).
Pada dasarnya manusia memiliki kecenderungan sifat (individual
dispositions) yang diperoleh sejak lahir atau dari proses interaksi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
dengan lingkungan. Crant, Kim, & Wang (2010) membuktikan individu
yang ekstovert akan cenderung melakukan tindakan voice. Selain itu,
individu yang memiliki kepribadian proactive, assertiveness,
conscientiousness akan mendorong individu untuk menyampaikan
masukan yang dimiliki (Tangirala et al, 2013).
Selain kecenderungan sifat, penelitian lain berfokus pada persepsi
karyawan dan sikap karyawan terhadap organisasi sebagai variabel
yang memengaruhi voice. Fuller, Marler, dan Hester (2006)
menunjukkan karyawan yang memiliki sikap bertanggung jawab atas
perubahan yang lebih tinggi akan lebih voice dibandingkan karyawan
dengan sikap bertanggung jawab yang rendah. Selain itu persepsi
karyawan akan rasa memiliki terhadap organisasi (Psychological
Ownership) akan memengaruhi kemunculan voice. Hal ini dikarenakan
karyawan dengan rasa memiliki akan organisasi akan berusaha menjaga
keberadaan organisasi berjalan baik (Vandewalle, Van Dyne, &
Kostova (1995). Selain itu, karyawan dengan rasa memiliki bersedia
mengerjakan tugas yang lebih besar dari pemimpin serta akan
mengomunikasikan kesulitan dalam situasi kerja kepada pemimpin
(Van Dyne & Pierce, 2004). Hasil penelitian lain menemukan emosi
mudah marah dapat memengaruhi kemunculan voice. Individu yang
memiliki kecenderungan mudah emosi lebih cenderung melakukan
voice dibandingkan yang tidak (Edwards, Ashkanasy, & Gardner,
2009).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Publikasi jurnal telah membuktikan perilaku pemimpin sebagai
prediktor perilaku voice. Tindakan pemimpin memperlakuan karyawan
secara adil (procedural justice) membuat karyawan merasa
diperhatikan sehingga muncul keinginan untuk menyampaikan ide
untuk memperbaiki organisasi (Whiteside & Barclay, 2013). Karyawan
yang memperoleh kepercayaan pemimpin untuk melakukan sesuatu
(sense of power) dan menilai pemimpin terbuka akan masukan (target
openness) membuat karyawan lebih berani menyampaikan masukan
(Morrison, See, & Pan, 2015). Selain itu karyawan yang
mempersepsikan memiliki hubungan yang supportif dengan supervisor
(Botero & Van Dyne, 2001) dan memiliki kualitas hubungan dengan
atasan yang baik (Detert & Burris, 2007; Van Dyne et al, 2008) akan
membuat karyawan merasa dekat dan memiliki kesempatan lebih
banyak bertukar ide atau masukan kepada pemimpin mereka. Hasil
penelitian Avey, Wersing, dan Palanski (2012) menunjukkan
pemimpin yang dipersepsikan sebagai penggerak perubahan
(transformational leadership) akan mendorong karyawan melakukan
voice untuk mengubah situasi lama yang kurang mendukung organisasi.
Penelitian terhadap faktor iklim ditempat kerja yang
memerngaruhi employee voice dilakukan oleh Morrison, Wheeler-
Smith, dan Kamdar (2011). Hasil penelitian menunjukkan dinamika
kelompok dapat menjadi iklim yang memberi kebebasan atau tidak
untuk mengemukakan pendapat. Kelompok dengan iklim yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
memberi kebebasan setiap orang mengutarakan pendapat akan
mendorong individu lain untuk melakukan voice. Hasil penelitian
Wang dan Hsieh (2013) mengemukakan bahwa voice dipengaruhi oleh
iklim etika dalam kelompok (group ethical climate).
B. LEADER MEMBER EXCHANGE (LMX)
1. Definisi LMX
Teori Leader Member Exchange (LMX) awalnya dikenalkan oleh
Danserau, Graen dan Haga pada tahun 1975 (Ilies, Nahrgang &
Morgeson, 2007) dengan nama vertical dyad linkange. Dyad vertical
dipahami sebagai dua bagian pada tingkatan yang berbeda yang saling
berinteraksi. Penjelasan tersebut merujuk pada hubungan timbal balik
antara pemimpin dan karyawan. Kini teori vertical dyad linkange lebih
dikenal dengan Leader Member Exchange.
Liden, Sparrowe, dan Wayne (1997) menjelaskan LMX sebagai
teori yang berfokus pada sejauh mana kualitas hubungan yang
berkembang antara pemimpin atau supervisor dengan karyawannya.
Menurut Dulebohn, Bommer, Liden, Brouer, dan Ferris (2012) kualitas
hubungan yang terjadi tidak hanya didasarkan oleh pemimpin tetapi
juga oleh karyawan. Menurut Dulebohn et al (2012), hubungan terjadi
karena perilaku dan karakteristik leader dalam memimpin akan
dipersepsikan dan direspon oleh karyawannya. Dengan kata lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
karyawan juga memiliki peran dalam membentuk kualitas hubungan
dengan pemimpin.
Menurut Liden et al (1997), teori LMX meyakini setiap
pemimpin mengembangkan interaksi hubungan dengan masing-masing
karyawannya. Dulebohn (2012) menjelaskan bahwa pada dasarnya,
pemimpin akan memperlakukan karyawan dengan cara yang berbeda-
beda sehingga kualitas hubungan pemimpin dengan tiap-tiap karyawan
bisa berbeda. Hal ini dikarenakan seiring berjalannya waktu, pemimpin
melakukan identifikasi terhadap siapa dirinya akan saling berbagi
sosioemosi, mengembangkan rasa percaya, suka dan respek dengan
karyawannya (Eisenberger, Karagnolar, Stinglhamber, Neves, Becker,
& Morales, 2010).
Perbedaan cara pemimpin berinteraksi dan memperlakukan
karyawannya akan membuat tingkat kualitas hubungan antara
pemimpin dan karyawan juga berbeda. Situasi tersebut memungkinkan
terjadinya situasi LMX yang rendah dan LMX yang tinggi. Deluga
(1994) menjelaskan pada kualitas hubungan LMX yang rendah
pemimpin cenderung memiliki karakteristik yang otoriter, sehingga
karyawan akan melakukan pekerjaan dengan standar yang biasa. LMX
yang rendah membuat organisasi tidak memeroleh keuntungan. Blau
(dalam Dulebohn, 2012) menambahkan hubungan LMX yang rendah
hanya didasarakan pada pertukaran secara ekonomi (economic
exchanges). Artinya, hubungan antara pemimpin dan karyawan hanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
berdasarkan kontrak kerja yang formal. Karyawan akan melakukan
tugas yang sudah tertulis dalam kontrak kerja dan akan dibayar sesuai
kesepakatan yang tertulis di dalamnya (Bakker, Demerouti & Heuvel,
2013).
Pada sisi yang lain, kualitas hubungan LMX yang tinggi ditandai
dengan adanya suasana keramahan antara pemimpin dan karyawan.
Sikap saling percaya, saling mendukung, ketertarikan interpersonal,
dan loyalitas juga terjadi antara karyawan dengan pemimpin (Deluga,
1994). Hubungan LMX yang tinggi akan menguntungkan leader yang
merupakan representasi organisasi dan juga bagi karyawan (Dulebohn,
2012). Ketika organisasi memiliki karyawan dengan LMX yang tinggi,
maka karyawan akan menerima tanggung jawab lebih besar dengan
sukarela sehingga melakukan hal yang melampaui tugas dan kewajiban
dalam kontrak kerja. Organisasi diuntungkan dengan adanya komitmen
dan performansi kerja yang baik. Di sisi lain, karyawan juga mendapat
keunntungan selain gaji. Karyawan memperoleh support personal dari
pemimpin, reward tertentu, dan kesempatan berinteraksi lebih banyak
(Henderson, Wayne, Shore, Bommer, & Tetrick, 2007).
Perbedaan tingkat LMX, membuat pemimpin secara tidak
langsung melakukan pengkategorian kepada karyawan. Robins (2006)
menjelaskan pemimpin akan mengkategorikan karyawannya dalam 2
kelompok yaitu in group dan out group. Kelompok In group terdiri dari
karyawan yang memiliki kecenderungan LMX yang tinggi dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
pemimpin. Karyawan memiliki ketertarikan yang besar untuk banyak
mendiskusikan tindakan dengan pimpina. Kelompok in group bersedia
untuk melakukan hal yang melampaui deskripsi pekerjaan mereka.
Kondisi tersebut membuat pemimpin juga memberikan perhatian dan
perilaku positif yang lebih banyak terhadap kelompok in group.
Out group adalah kelompok karyawan yang kurang memiliki
kedekatan dengan pemimpin mereka atau kecenderungan LMX yang
rendah. Karyawan dalam kelompok ini cenderung tidak tertarik
menerima tanggung jawab dan tugas yang lebih. Individu dalam
kelompok ini cenderung melakukan hal yang sesuai dengan deskripsi
pekerjaan dalam perusahaan.
Berdasarkan teori yang telah dikaji, peneliti merangkum definisi
Leader-Member Exchange (LMX) adalah kualitas hubungan yang
terjalin antara pemimpin dengan karyawan. Kualitas hubungan
terbentuk tidak hanya satu arah dari pemimpin ke karyawan, tetapi
secara dua arah. Setiap pemimpin dan karyawan memiliki kualitas
LMX yang berbeda-beda sehingga kualitas hubungan berada pada
kontinum LMX yang rendah hingga LMX yang tinggi.
2. Dimensi Leader Member Exchange (LMX)
Menurut Liden & Maslyn (1998), kualitas hubungan antara
pemimpin dan karyawan dapat diukur berdasarkan empat dimensi
Leader-Member Exchange, yaitu Afeksi, Kontribusi, Loyalitas dan
Rasa Hormat. Berikut penjelasan definisi dari setiap dimensi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
a. Afeksi
Dimensi afeksi adalah dimensi yang menekankan pada hubungan
perasaan timbal balik antara pemimpin dan karyawan (Liden &
Maslyn, 1998). Dimensi afeksi yang tinggi menunjukkan hubungan
pemimpin dan karyawan disertai rasa nyaman, terjalinnya keakraban
(friendship) dan saling menyukai secara interpersonal (Masylin &
Uhl-Bien, 2001). Kondisi tersebut terjadi ketika pemimpin dan
karyawan saling merasa menjadi bagian dari organisasi lalu
mengembangkan komitmen dan hubungan kerja yang baik (Liden &
Masylin, 1998).
b. Kontribusi
Merupakan persepsi pemimpin dan karyawan terhadap arah,
jumlah, dan kualitas tindakan yang berorientasi pada perkejaaan,
yang telah pemimpin dan karyawan upayakan dalam mencapai
tujuan bersama (Sin, Nahrgang, & Morgenson, 2009). Dimensi
kontribusi menjelaskan sejauh mana pemimpin memberikan
peluang pada karyawan untuk terlibat dalam kegiatan, dan kemauan
karyawan menerima tanggung jawab dan menyelesaikan tugasnya.
Karyawan yang memiliki dimensi ini akan mengerjakan tugas yang
melebihi tugas yang diatur dalam job deskripsi (Masylin & Uhl-
Bien, 2001).
c. Loyalitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Dimensi loyalitas menggambarkan sejauh mana pemimpin dan
karyawan saling memiliki rasa loyal (Liden & Maslyn, 1998; Sin,
Nahrgang & Morgenson, 2009). Dimensi loyalitas ditunjukan
dengan memberikan ekspresi saling memberikan dukungan yang
menguntungkan kedua belah pihak (Masylin & Uhl-Bien, 2001).
Salah satu itemnya akan menunjukkan sikap pemimpin yang akan
melindungi karyawannya dari cercaan orang lain ketika karyawan
tersebut jujur telah melakukan sebuah kesalahan (Wuang, Law,
Hackett, Wang & Chen, 2005).
d. Penghargaan Profesional
Persespi antar individu yang saling berhubungan untuk
membangun reputasi yang baik di dalam maupun di luar organisasi
(Liden & Maslyn, 1998). Kualitas hubungan yang baik akan
memunculkan sikap menghormati karyawan terhadap
profesionalitas pemimpin (Wuang, Law, Hackett, Wang & Chen,
2005).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
3. Dampak Leader Member Exchange (LMX)
Penelitian yang dilakukan oleh Demeroti, Breevaart, dan Van Den
Heuvel (2015) membuktikan LMX memengaruhi keterlibatan kerja
(work engangement) dan kinerja (job performance) karyawan. Hasil
penelitian menjelaskan karyawan yang memiliki hubungan yang tinggi
dalam konteks lingkungan yang baik (saling mendukung dan adanya
kesempatan mengembangkan diri) akan mendorong karyawan terlibat
lebih dan memiliki kinerja yang lebih baik.
Selain itu, hasil penelitian Ilies, Nahrgang, dan Morgenson (2007)
menunjukkan bahwa LMX memengaruhi perilaku Organizational
Citizenship Behavior (OCB). Dalam teori Organizational Citizenship
Behaviour perilaku karyawan dibedakan dalam 2 hal yaitu behavior
perilaku yang sesuai dengan job desk dan tuntutan kerja (in-role) dan
tindakan yang karyawan lakukan meskipun tidak diatur dalam job
description (extra-role). Teirney dan Bauer (1996) telah melakukan
penelitian terhadap kedua jenis OCB tersebut. Penelitian menunjukkan
kualitas hubungan yang baik antara atasan dan karyawan mengarah pada
tingginya intensitas perilaku extra-role pada karyawan.
Secara spesifik perilaku extra-role terdiri dari perilaku helping dan
voice (Van Dyne & Le Pine, 1998). Sejauh ini telah dilakukan penelitian
yang menguji LMX terhadap kedua bentuk perilaku extra-role. Penelitan
Van Dyne, Kamdar, dan Joireman (2008) mengungkap bahwa tingkat
LMX yang rendah akan berhubungan dengan perilaku helping karyawan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
yang akan semakin menurun. Di sisi lain LMX yang tinggi akan
memengaruhi perilaku voice karyawan (Botero & Van Dyne, 2009).
Semakin tinggi kualitas hubungan atasan dan karyawan, maka karyawan
akan cenderung melakukan perilaku voice kepada pemimpin. Mahyew,
Askhanasy dan Bramble (2007) mengemukan dalam jurnal penelitiannya
sikap dari pemimpin terhadap karyawan dapat memengaruhi
psychological ownership.
Meskipun demikian LMX terbukti behubungan denga voice,
penelitian yang dilakukan oleh Duanxu Wang, Chenjing Gan dan Choyan
Wu (2016) menyatakan belum ada kejelasan mekanisme hubungan
antara LMX dengan voice apakah secara langsung atau tidak langsung,
sehingga diperlukan penelitian berikutnya yang menyertakan variabel
mediator atau moderator.
C. PSYCHOLOGICAL OWNERSHIP
1. Definisi Psychological Ownership
Psychological ownership adalah pengalaman psikologis individu
ketika mengembangkan rasa possesif (memiliki) akan suatu target (Van
Dyne, & Pierce, 2004). Menurut Pierce, Kostova, dan Dirks (2001)
target atau objek dari psychological ownership dapat bersifat material
(benda, fasilitas) tetapi juga non material (ide, seni artistik, suara).
Menurut Furby (dalam Van Dyne, & Pierce, 2004) hal yang mendasari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
kemunculan psychological ownership adalah sense of possesion (rasa
memiliki).
Pierce, Kostova, dan Dirks (2001) menyimpulkan psychological
ownership memiliki 3 poin penting. Pertama, “perasaan kepemilikan”
(feeling of ownership) adalah kondisi bawaan yang ada dalam setiap
kehidupan manusia. Setiap individu memiliki kesempatan
mengembangkan feeling of ownership dalam konteks kehidupan sehari-
hari. Individu dapat mengembangkan psychological ownership dalam
konteks keluarga, konteks pendidikan, maupun konteks pekerjaan (Van
Dyne, & Pierce, 2004). Kedua, individu mengembangkan “perasaan
kepemilikan” terhadap berbagai objek target (material dan non
material). Ketiga “perasaan kepemilikan” memunyai konsekuensi
penting akan perilaku, emosi, dan psikologis.
Dalam konteks pekerjaan, keberadaan pemilik resmi (legal owner)
ataupun tidak ada pemilik legal (absense of legal owner) tidak akan
memengaruhi kemunculan psychological ownership. Hal ini
dikarenakan seiring berjalannya waktu karyawan yang telah mengenal
dan menyesuaikan dirinya dengan situasi lingkungan kerja akan
mendorong munculnya psychological ownership (Van Dyne, & Pierce,
2004). Karyawan dapat mengembangkan psychological ownership
terhadap hal spesifik yang merupakan bagian dari organisasi. Misalnya
: kelompok kerja, pekerjaan, alat pekerjaan (komputer, mesin) atau
terhadap keseluruhan organisasi (Van Dyne, & Pierce, 2004).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Persepsi atas suatu kepemilikan terdiri dari elemen afeksi dan
kognisi. Ketika individu mengakui kepemilikan atas sesuatu (misal : ini
rumah saya”) maka secara kognisi individu memiliki informasi untuk
membedakan tentang mana yang rumahnya dan yang bukan rumahnya.
Secara afeksi individu juga dapat menggunakan perasaannya untuk
mengenali kondisi mana yang merupakan rumahnya atau bukan
(Pierce, Kostova, & Dirks, 2003).
Avey, Avolio, Crossley dan Luthan (2009) menilai psychological
ownership memiliki dua pendekatan yaitu promotive-oriented dan
preventive-oriented. Promotive-oriented adalah pendekatan yang
menjelaskan psychological ownership sebagai sikap yang konstruktif.
Pendekatan promotive-oriented didorong oleh motivasi untuk
mengembangkan dan melakukan peningkatan yang efektif bagi
organisasi. Karyawan dengan pendekatan promotif melihat perubahan
atau perbaikan adalah tindakan yang sesuai aspirasi. Di sisi lain,
preventive-oriented adalah sikap yang cenderung defensif dan kaku.
Pendekatan preventive-oriented didorong oleh motivasi ketakutan
sehingga cenderung berperilaku sesuai dengan aturan untuk
menghindari hukuman. Karyawan dengan pendekatan promotif
cenderung memilih kondisi yang kaku, statis dan tidak banyak terjadi
perubahan.
Avey, Avolio, Crossley dan Luthan (2009) memberikan contoh
yang membantu memahami kedua pandangan yang telah jelaskan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
sebelumnya. Pada sebuah skenario apakah berbagi informasi akan
mendorong perubahan dan perbaikan dalam organisasi. Karyawan yang
mengaplikasikan pendekatan promotive-oriented akan memilih
mengutarakan pendapat yang dimiliki kepada tim sendiri bahkan tim
dari divisi lain ketika menemukan suatu cara yang dirasa mampu
menyelesaikan maslah. Hal ini dikarenakan karyawan melihat bahwa
perbaikan secara keseluruhan adalah kebutuhan organisasi. Di sisi lain,
karyawan yang lebih preventif ia akan cenderung hati-hati untuk
menahan informasi terhadap orang lain karena mereka menolak adanya
perubahan.
Berdasarkan teori yang sudah peneliti paparkan, peneliti
mendefinisikan psychological ownership sebagai perasaan yang
menjelaskan sejauh mana karyawan memunyai “rasa memiliki secara
psikologis” terhadap organisasi tempat dia bekerja. Rasa memiliki tidak
dikhususkan pada benda atau fasilitas tertentu, melainkan kepada
organisasi secara keseluruhan. Variabel psychological ownership
mengukur persepsi setiap karyawan sejauh mana individu tersebut
memiliki efikasi diri dalam menyelesaikan setiap tugas dan tanggung
jawabnya, mampu mengidentifikasi dirinya untuk beradaptasi dengan
baik di organisasi, dan mau menerima perubahan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
2. Aspek-Aspek Psychological Ownership
Menurut Pierce , dkk (2001) ada 3 aspek psychological ownership
yaitu self-efficacy, self-identity, dan having a place (home).
a. Self-Efficacy
Self-efficacy merupakan keyakinan bahwa individu akan
berhasil dalam melakukan tugas tertentu (Bandura, 1997). Individu
yang mampu mengontrol sebuah tindakan akan membuat dirinya
memiliki keyakinan untuk menyelesaika tugasnya. Pada aspek ini,
ketika karyawan memiliki efikasi yang bagus dalam suatu tugas
tertentu maka individu akan mengembangkan psychological
ownership pada bidang tersebut (Van Dyne, & Pierce, 2004).
b. Self-identity
Pierce et al (2001) mengutarakan, individu dapat memahami
dan menjelaskan identitas dirinya dengan menujukkan feeling
ownership individu akan suatu benda. Dimitar (dalam Avey et al,
2009) menjelaskan, sebuah objek yang dipersepsikan dengan rasa
memiliki akan membantu individu mengidentifikasi siapa dirinya.
Contoh: individu mengidentifikasi diri sebagai pembalap atas
kepemilikannya terhadap mobil sport. Albert, Ashforth, & Dutton
(dalam Pierce et al, 2001) menjelaskan karyawan yang
mengidentifikasi tujuan dan visi dan setting kerja lalu
menginternalisasi nilai tersebut sebagai identitas karyawan maka
karyawan mengembangkan psychological ownership. Hal tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
dapat membuat individu mampu menjelaskan siapa diri mereka
kepada karyawan perusahaan lain.
c. Having a place
Pierce et al (2001) menjelaskan individu memiliki kebutuhan
sebuah wilayah yang akan disebut dengan “rumah”. Istilah “rumah”
bukan diartikan secara fisik, melainkan sebuah suasana wilayah
secara psikologis (Duncan, dalam Pierce, 2001). Aspek having a
plave menjelaskan, karyawan memiliki kebutuhan suasana tempat
kerja yang menyediakan kenyamanan, kesenangan dan keamanan
bagi jiwa manusia layaknya sebuah rumah (Van Dyne & Pierce,
2004). Weil (dalam Van Dyne & Pierce, 2004) berpendapat
kebutuhan akan suatu tempat atau “rumah” adalah hal penting bagi
manusia, karena individu akan merasa terisolasi dan merasa dirinya
hilang jika tidak berada dekat dengan objek yang dirasa memberikan
perlindungan dan penerimaan akan dirinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
2. Dampak Psychological Ownership
Sejauh review literatur yang peneliti baca, masih minim hasil
penelitian yang menguji hubungan psychological ownership dengan
variabel yang lain. Penelitian Van Dyne dan Pierce (2004)
membuktikan keberadaan psychological ownership merupakan
prediktor dari kemunculan sikap komitmen organisasi dan perilaku
(OCB) Organizational Citizenship Behavior. Selain itu, penelitian lain
Vandewalle, Van Dyne, dan Kostova (1995) terlebih dahulu telah
menguji pengaruh psychological ownership dengan perilaku yang
termasuk OCB yaitu voice. Hasilnya menunjukkan bahwa karyawan
yang memiliki psychological ownership akan mendorong individu
voice. Penelitian Mahyew, Askhanasy dan Bramble (2007) menemukan
psychological ownership berpengaruh pada job satisfaction. Karyawan
dengan rasa memiliki akan organisasi memunyai kepuasan akan hasil
pekerjaannya dengan baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
D. Dinamika Hubungan Antar Variabel Penelitian
Interaksi timbal balik antara pemimpin terhadap karyawan akan membentuk
kualitas hubungan yang dikenal dengan istilah leader member exchange (LMX)
(Liden & Maslyn, 1998). Pada kualitas hubungan LMX yang tinggi, terjadi
suasana keramahan dan sikap saling percaya, saling mendukung, ketertarikan
interpersonal, dan loyalitas antara karyawan dengan pemimpin (Deluga, 1994).
Robins (2006) menjelaskan karyawan dengan LMX yang tinggi akan
dikategorikan kelompok in group. Pemimpin akan memberikan perhatian,
kesempatan berinteraksi, dan dukungan secara personal yang lebih besar
terhadap kelompok in group (Robins, 2006; Dulebhon et al, 2012). Keberadaan
karyawan dalam situasi diperhatikan, mendapat dukungan dan kesempatan
berinteraksi sangat memungkinkan karyawan melakukan voice kepada
pemimpin.
Hasil penelitian Botero dan Van Dyne (2009) membuktikan LMX yang
tinggi mendorong individu melakukan voice. Hal ini dikarenakan pemimpin
memberikan kepercayaan kepada karyawan untuk mengambil tindakan tertentu
dalam organisasi. Selain itu, LMX yang tinggi dengan gaya kepemimpinan
yang berorientasi masa depan (transformational), terbuka akan masukan dan
inisiatif terbukti mendorong karyawan melakukan voice (Detert & Burris,
2007). Berdasarkan teori reciprocity yang diungkapkan oleh Cropanzano dan
Mitchell (dalam Zhao, 2014) karyawan yang memiliki kualitas LMX yang
tinggi dengan pemimpin akan memiliki tanggung jawab untuk membalas
perlakuan dan memenuhi kewajban timbal balik tersebut dengan terlibat dalam
melakukan kinerja extra role. Voice merupakan salah satu perilaku yang
termasuk extra role (Van Dyne & LePine,1998).
Sikap dari pemimpin akan membentuk kualitas hubungan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
memengaruhi psychological ownership (Mahyew et al, 2007). Ketika dimensi
afeksi LMX tinggi, maka sikap pemimpin terhadap karyawan adalah menjalin
keakraban (friendship) dan saling menyukai secara interpersonal sehingga
muncul perasaan yang nyaman (Masylin & Uhl-Bien, 2001). Situasi hubungan
yang nyaman memiliki kaitan dengan aspek psychological ownership yaitu
have a place. Aspek have a place merupakan rasa nyaman berada di organisasi
serta merasa diterima oleh lingkungan kerja. Individu yang merasa nyaman
berada diorganisasi akan mengembangkan rasa memiliki terhadap organisasi
(Pierce et al, 2001).
Selain itu, LMX yang tinggi akan membuat pemimpin memberikan
tanggung jawab yang lebih besar serta memberikan feedback atas hasil kerja
setiap karyawan (Brouer & Harris, 2007). Kondisi LMX tersebut, akan
mengembangkan aspek psychological ownership karyawan yaitu; self-efficacy.
Pemimpin akan memberikan tugas baru kepada karyawan yang telah berhasil
melakukan tugas sebelumnya. Keberhasilan melakukan tanggung jawab yang
lama membuat individu memiliki efikasi diri untuk menyelesaikan tugas baru
dengan baik (Pierce et al, 2001). Individu yang memiliki efikasi yang bagus
pada suatu tugas di organisasi akan mengembangkan psychological ownership
pada organisasi tersebut (Van Dyne & Pierce, 2004).
Penelitian yang dilakukan Pierce (dalam Van Dyne & Pierce, 2004 )
menunjukkan, rasa memiliki karyawan terhadap organisasi (psychological
ownership) akan memengaruhi kemunculan voice. Hal ini dikarenakan
karyawan dengan rasa memiliki akan organisasi akan berusaha menjaga
keberadaan organisasi berjalan baik (Vandewalle, Van Dyne, & Kostova
(1995). Avey, Avolio, Crossley dan Luthan (2009) menambahkan, pendekatan
promotive-oriented mendorong individu melakukan psychological ownership
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
yang didasari motivasi untuk mengembangkan dan melakukan peningkatan
yang efektif bagi organisasi. Hal tersebut selaras dengan motif yang mendasari
individu melakukan prosocial voice. Individu secara sukarela menyampaikan
ide, masukan, keprihatinan akan masalah organisasi dengan tujuan
memperbaiki organisasi kearah yang lebih baik (Morrison, 2014; Van Dyne &
Botero, 2003). Dengan demikian peneliti memiliki sebuah logika berfikir yang
menjadi argumen untuk membangun sebuah hipotesis bahwa psychological
ownership merupakan variabel yang memediasi hubungan Leader Member
Exchange (LMX) dan prosocial voice pada karyawan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
E. Model Penelitian
Gambar 1. Hubungan LMX dan voice dengan psychological ownership
sebagai mediator.
LMX
Psy. Ownership
Prosocial voice
H3 / Jalur c
H1 / jalur a
Jalu
H2 / Jalur b
H4 / Jalur c’
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
F. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran penelitian mengenai keterkaitan varibel
psychological ownership sebagai mediator pada hubungan antara LMX dan
voice maka diajukan hipotesis penelitian berikut :
1. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara LMX dan
psychological ownership.
2. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara psychological
ownership dan prosocial voice.
3. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara LMX dan prosocial
voice.
4. Psychological ownership memediasi hubungan antara LMX dan
prosocial voice.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif.
Tujuan jenis penelitian kuantitatif adalah mengkaji teori secara objektif
dengan cara menguji hubungan antar variabel-variabel yang diteliti
(Supratiknya, 2015). Hal tersebut selaras dengan tujuan penelitian yaitu
menguji psychological ownership sebagai variabel yang memediasi LMX
dan prosocial voice. Berdasarkan fungsinya penelitian yang akan dilakukan
termasuk penelitian dasar, karena hasil penelitian digunakan untuk
pengembangan ilmu pengetahun dan pengujian teori-teori, sehingga hasil
penelitian tidak langsung diterapkan demi kepentingan praktik
menyelesaikan masalah (Sukmadinata, 2005). Selain itu berdasarkan
bentuknya, penelitian yang akan dilakukan termasuk survei, karena data
penelitian diperoleh dari sampel yang representatif yang diambil secara
langsung dari populasi.
B. Variabel Penelitian
Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel Tergantung : Prosocial voice
2. Variabel Bebas : Leader Member Exchange (LMX)
3. Variabel Mediator : Psychological ownership to organization
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
C. Definisi Operasional
1. Prosocial voice
Prosocial voice didefinisikan sebagai perilaku perawat
menyampaikan pendapat, ide, gagasan, dan solusi terhadap
permasalahan atau isu-isu mengenai organisasi yang dimiliki oleh
perawat, untuk disampaikan kepada kepala perawat dengan motivasi
memperbaiki atau meningkatkan organisasi. Variabel voice diukur
dengan skala yang dibuat oleh Van Dyne, Ang dan Botero (2003). Skala
ini berisi 5 item yang mengukur jenis prosocial voice. Semakin tinggi
skor voice yang diperoleh perawat menunjukkan semakin tinggi
kecenderungan perawat mengemukakan ide di perusahaan.
2. Leader Member Exchange (LMX)
Leader Member Exchange (LMX) adalah hubungan timbal balik
perawat dengan kepala perawat yang mencakup pertukaran informasi,
afeksi, sikap loyalitas, rasa menghormati, dan keterlibatan saling
mendukung yang membentuk kualitas hubungan antara perawat dan
kepala perawat. Variabel ini akan diukur dengan skala yang diadaptasi
dari skala LMX yang dibuat oleh Liden dan Maslyn (1998). Skala ini
berisi 11 item yang mencakup empat dimensi LMX, yaitu affect,
contribution, loyalty dan professional respect. LMX yang tinggi
menunjukkan semakin tinggi pula kualitas LMX yang terjalin antara
perawat dan kepala perawat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
3. Psychological Ownership
Psychological ownership didefinisikan sebagai perasaan yang
menjelaskan sejauh mana perawat memunyai “rasa memiliki secara
psikologis” terhadap organisasi tempat bekerja. Variabel psychological
ownership mengukur efikasi diri setiap perawat dalam menyelesaikan
setiap tugas dan tanggung jawabnya, kemampuan mengidentifikasi
dirinya dengan visi dan misi organisasi, serta rasa nyaman perawat
berada di organisasi. Variabel akan diukur dengan skala psychological
ownership yang berisi 6 item yang dibuat oleh Pierce, Kostova dan
Dirks (2001). Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek dari setiap item
pada skala psychological ownership, semakin tinggi pula rasa memiliki
subjek terhadap organisasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
D. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah perawat dari rumah sakit swasta X yang berada
kota Pekanbaru, Riau. Pemilihan perawat sebagai subjek penelitian karena
dalam konteks bidang kesehatan, mengomunikasikan ide atau informasi
dengan atasan dan rekan kerja sangat dibutuhkan untuk mengurangi
pengambilan tindakan yang salah terhadap pasien (Tangirala & Ramanujam,
2008). Kriteria perawat yang menjadi subjek penelitian adalah perawat yang
minimal telah 1 tahun bekerja di Rumah Sakit, telah 1 tahun bekerjasama
dengan pemimpin ruangan yang saat ini menjabat. Karyawan yang memenuhi
kriteria, diasumsikan telah mengenal suasana di lingkungan kerja dan menjalin
hubungan dengan pemimpin.
Kriteria berikutnya adalah subjek harus memiliki ide atau pendapat yang
ingin disampaikan kepada atasannya. Kepemilikan ide sebagai kriteria untuk
mengantisipasi subjek yang memiliki skor prosocial voice rendah karena tidak
memiliki ide yang ingin disampaikan. Proses penentuan sampel dilakukan
dengan teknik purposive sampling. Metode posive sampling merupakan teknik
penentuan subjek untuk dijadikan sampel penelitian berdasarkan pada kriteria-
kriteria tertentu (Siregar, 2013).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
E. Metode Dan Alat Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan dengan metode survey menggunakan skala.
Keseluruhan skala dalam alat tes ini disusun ke bentuk skala likert. Dalam
aplikasinya, subjek diminta memberikan respon kesesuaian-ketidaksesuaian
terhadap setiap item dalam sebuah kontinum yang terdiri dari beberapa
pilihan respon (Supratiknya, 2014). Pada penelitian ini, alat tes yang
digunakan terdiri dari 6 respon : “Sangat Sesuai”, “Sesuai”, “Agak Sesuai”,
“Agak Tidak Sesuai”, “Tidak Sesuai”, dan “Sangat Tidak Sesuai”. Setiap
respon subjek akan diberi skor dari rentang 1 (Sangat Tidak Sesuai) hingga
6 (Sangat Sesuai). Pilihan respon jawaban netral atau nilai tengah tidak
diberikan oleh peneliti. Hal ini dilakukan guna mengurangi central tendency
effect atau kecenderungan subjek lebih banyak memberikan respon netral
pada setiap item (Azwar, 2012).
Variabel voice akan diukur dengan mengadaptasi alat ukur Van Dyne,
Ang dan Botero (2003). Skala terdiri dari 5 item yang mengukur prosocial
voice. Skala yang dibuat Van Dyne, Ang dan Botero (2003) bersifat self-
report, sehingga tidak memadukan penilaian skala dengan teman kerja dan
pemimpin seperti skala yang dikembangkan oleh LePine dan Van Dyne
(1998). Aturan penskoringan yang berlaku aturan adalah sebagai berikut:
skor 1 diberikan pada respon jawaban “sangat tidak sesuai” dan skor 6
diberikan pada respon jawaban “sangat sesuai”.
Variabel Leader Member Exchange (LMX) diukur dengan mengadaptasi
skala yang dibuat oleh Liden dan Maslyn (1998). Skala ini terdiri dari 11 item
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
yang mencakup 4 dimensi Leader Member Exchange, yaitu afeksi (affect),
kontribusi (contribution), loyalitas (loyalty) dan rasa hormat (professional
respect). Distribusi item pada skala LMX dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut :
Tabel 3.1
Distribusi Item Skala LMX Sebelum Uji Coba
Dimensi Sebaran Item Jumlah Item
Afeksi 1, 5, 9 3 Item
Kontribusi 3, 7
2 Item
Loyalitas 2, 6,10
2 Item
Rasa Hormat 4, 8, 11
3 Item
Jumlah
11 item
Skala yang dibuat Pierce, Kostova, dan Dirks (2001) merupakan skala
yang peneliti adaptasi untuk mengukur psychological ownership. Skala terdiri
dari 7 item yang mencakup 3 dimensi psychological ownership yaitu “Self-
efficacy”,“Need Having a Place” dan “Self-Identity”. Pierce, Kostova, dan
Dirks (2001) tidak memberi keterangan spesifik mengenai item mana yang
mengukur dimensi tertentu dari psychological ownership. Meskipun demikian
peneliti mencoba untuk mengategorikan item sesuai aspek-aspek
psychological ownership.
Tabel 3.3
Distribusi Item Skala Psychological Ownership Sebelum Uji Coba
Dimensi Sebaran Item Jumlah Item
Self-efficacy 1, 4, 2 Item
Self-Identity 3, 6, 7
3 Item
Need Having a Place 2, 5
2 Item
Jumlah
7 item
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
F. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur
1. Validitas
Uji validitas adalah upaya yang peneliti lakukan untuk memastikan
alat tes yang digunakan memiliki kesesuaian dengan variabel
psikologis yang akan diukur (Supratiknya, 2014). Alat ukur yang
memiliki kesesuaian antara konsep teoritis, definisi operasional dan
item yang dibuat akan membuat alat ukur tersebut semakin valid.
Oleh sebab ketiga skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah
skala dalam bahasa asing, maka peneliti terlebih dahulu melakukan
adaptasi skala dalam bahasa Indonesia. Pada prosesnya peneliti
mencoba untuk menerjemahkan skala tersebut ke bahasa Indonesia, lalu
mendiskusikan hasil terjemahan dengan dosen pembimbing skripsi
yang peneliti rasa memiliki kompetensi dalam berbahasa Inggris.
Diskusi dilakukan untuk memperoleh kesan (sense) yang sama dari
setiap item.
Setelah selesai proses penerjemahan, dilakukan pengujian validitas
isi. Supatiknya (2014) menjelaskan validitas isi merupakan tahap untuk
melihat kesesuaian isi alat ukur dengan konstruk yang diukur, hal ini
dilakukan dengan cara melakukan analisis logis atau empiris terhadap
seberapa memadainya isi tes mewakili ranah isi dari konstuk yang
diukur. Pada prosesnya peneliti tidak dapat melakukannya sendiri,
melainkan perlu orang yang lebih ahli atau kompeten (expert
judgement) untuk memberikan penilaian kesesuaian konten setiap item
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
dengan tujuan konstruk yang hendak diukur. Dalam penelitian ini, uji
validitas isi terpenuhi dengan meminta dosen pembimbing skripsi
memberikan penilaian pada keseluruhan item.
2. Kesahihan item
Ketiga skala yang telah diadaptasi diujicobakan kepada 40 perawat
untuk menguji kualitas setiap item dalam mengukur suatu variabel. Hal
ini digunakan untuk memastikan setiap item memiliki korelasi yang
kuat antara satu item dengan item sehingga skala yang terbentuk
bersifat homogen dan memiliki daya diskriminasi yang baik
(Supratiknya, 2014). Hal ini dilakukan untuk meminimalisir adanya
item yang mengukur variabel asing. Azwar (2012) menjelaskan
kesahihan item dapat dilakukan dengan menghitung koefisien korelasi
item total (rit). Teknik yang digunakan untuk menghitung korelasi item
total adalah pearson product-moment correlation (Supratiknya, 2014).
Besarnya koefisien korelasi item total bergerak dari 0 hingga 1
dengan tanda positif ataupun negatif. Acuan skor yang digunakan untuk
memastikan item dikatakan memenuhi syarat jika skor pada kolom
correlation if item deleted lebih besar dari 0,3. Item yang memiliki skor
lebih besar dari 0,3 menunjukkan item tersebut memiliki daya
diskriminasi yang memuaskan serta memiliki korelasi yang bagus
dengan item lain untuk mengukur variabel yang sama. Item yang
memperoleh skor dibawah 0,3 dikatakan kurang memenuhi syarat,
sehingga lebih baik tidak digunakan atau diperbaiki lalu di ujicobakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
kembali (Supratiknya, 2014). Azwar (2012) menjelaskan terdapat
toleransi untuk tetap menggunakan item yang memiliki skor korelasi
item total dibawah 0,3. Toleransi diberikan pada item yang berada pada
rentang skor 0,25-0,30.
Tabel 3.3
Hasil Uji Kesahihan Item
No
Item
Skala LMX
Skala Voice
Skala
psychological ownership
1 0,49 0,72 0,60
2 0,51 0,67 0,46
3 0,59 0,27 0,63
4 0,81 0,63 0,30
5 0,72 0,58 0,25
6 0,73 - 0,37
7 0,53 - -0,076
8 0,81 - -
9 0,76 - -
10 0,73 - -
11 0,82 - -
Hasil tabel 3.3 menunjukkan seluruh item pada skala LMX
memenuhi syarat di atas 0,3. Pada skala voice, hanya item no 3 yang
memiliki skor di bawah 0,3 tetapi masih dalam rentang toleransi. Di sisi
lain, item nomor 7 pada skala psychological ownership harus
digugurkan karena memiliki korelasi item total yang buruk (<0,3).
Menurut pendekatan aposteriori, pengetahuan diperoleh dari hasil
pengalaman atau uji empiris. Dalam pengadaptasian skala
dimungkinkan hasil sebuah item setelah diuji empiris tidak memiliki
korelasi antar item yang kuat. Apalagi ketika skala diadaptasi ke
populasi yang memiliki perbedaan geografis dan budaya sehingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
memungkinkan item yang tidak sesuai untuk digugurkan. Dengan
demikian variabel LMX akan diukur dengan 11 item, voice diukur
dengan 5 item, dan psychological ownership akan diukur dengan 6
item skala.
3. Reliabilitas
Reliabilitas mengacu pada konsistensi hasil pengukuran jika
prosedur pengetesannya dilakukan secara berulang terhadap suatu
populasi (AERA, APA, dalam Supratiknya 2014). Azwar (2012)
menambahkan konsep reliabel mengacu pada kemampuan alat tes
menghasilkan skor yang cermat dengan error yang kecil. Pada sebuah
penelitian diperlukan sebuah alat tes yang reliabilitas dan validititas
yang baik. Oleh karena itu, sebelum melakukan pengambilan data
peneliti melakukan uji reliabilitas untuk memastikan alat ukur yang
digunakan dapat dipercaya kecermatannya.
Reliabilitas dapat diukur dengan menghitung koefisien reliabilitas
alpha Cronbach (Supratiknya, 2014). Koefisien reliabilitas berada
dalam rentang angka dari 0 sampai dengan 1,00. Semakin mendekati 1
menunjukkan bahwa alat tes yang kita buat sesemakin reliabel.
Guilford (dalam Supratiknya, 2014) mengatakan syarat sebuah alat tes
dikatakan memiliki reliabilitas baik jika memiliki koefisian reliabilitas
≥ 0,70. Artinya, ketika sebuah alat tes memiliki koefisien reliabilitas
dibawah 0,70 maka alat tes tersebut menunjukkan adanya error yang
membuat hasil tes kurang memadai untuk digunakan. Pembuktian alat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
tes memiliki koefisien reliabilitas yang baik dapat dilakukan
menghitung koefisien alpha cronbach.
Reliabilitas dari alat tes ini tidak hanya mengacu pada skor
koefisien reliabilitas skala asli, tetapi juga akan memperhatikan hasil
koefisien relibilitas ketika skala yang diadaptasi ini telah diujicobakan
sebelumnya. Skala asli LMX dipublikasikan oleh Liden dan Maslyn
(1998) dengan reliabilitas skala asli 0,90. Skala Psychological
Owenership dari Pierce, Kostova, dan Dirks (2001) memiliki
reliabilitas alpha crobach 0,93. Skala Prosocial voice yang dbuat oleh
Van Dyne, Ang, dan Botero (2003) memiliki memiliki reliabilitas
alpha crobach 0,80. Pentingnnya menghitung ulang reliabilitas alat
ukur didasari oleh argumen Azwar (2012) yang menyatakan besarnya
suatu koefisien reliabilitas yang dihitung dari data skor suatu kelompok
subjek dalam situasi tertentu memiliki kemungkinan sangat besar tidak
sama besar dengan koefisien reliabilitas jika diberikan pada kelompok
subjek lain dalam situasi yang berbeda pula. Dengan demikian peneliti
memilih untuk menghitung kembali koefisien reliabilitas dari setiap
skala yang telah diadaptasi.
Tabel 3.4
Koefisien Alpha Cronbach Alat Ukur Penelitian
Dimensi Koefisien Reliabilitas
Prosocial Voice 0,825
LMX 0,914
Psychological ownership 0,746
Hasil perhitungan nilai koefisien reliabilitas dari seluruh alat ukur
yang telah diadaptasi tercantum pada tabel 3.3. Hasil uji reliabilitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
pada skala voice diperoleh koefisien R sebesar 0,825. Variabel LMX
memperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,914. Skor 0,914
menunjukkan, skala LMX yang peneliti adaptasi dari Liden dan Maslyn
(1998) memiliki reliabilitas yang tinggi karena skor 0,914 ≥ 0,900
(Azwar, 2012). Selain itu, koefisien reliabilitas sebesar 0,746 diperoleh
pada pengujian skala psychological ownership. Besarnya skor koefisien
dari seluruh alat ukur telah memenuhi syarat ≥ 0,70 yang disampaikan
Gulford (dalam Supratiknya, 2014) sehingga semua alat ukur yang telah
diadaptasi memiliki reliabilitas yang dapat dipercaya.
G. METODE ANALISIS DATA
Data yang diperoleh dari seluruh subjek akan diolah dengan menggunakan
IBM SPSS versi 21.00 dengan teknik analisis regresi. Pemilihan teknik
analisis regresi dikarenakan regresi mampu menghitung langsung korelasi 2
variabel bebas terhadap variabel tergantung. Keunggulan teknik regresi
tersebut dapat diterapkan untuk menguji variabel yang memediasi hubungan
variable bebas dan variabel tergantung. Mengacu pada teori Baron dan Kenny
(1986) terdapat 4 tahapan yang dilakukan guna menguji pengaruh variabel
mediator. Adapun langkahnya sebagai berikut :
1. Meregresikan variabel LMX dengan psychological ownership (jalur a)
2. Meregresikan variabel psychological ownership dengan voice (jalur b)
3. Meregresikan variabel LMX dengan voice (jalur c)
4. Meregresikan variabel LMX, psychological ownership dengan variabel
voice ( jalur c’ )
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Jika nilai koefien regresi (jalur c) berkurang setelah mengontrol variabel
mediator maka peran variabel mediasi terbukti. Ketika hasil regresi pada
seluruh tahapan (jalur a,b,c, dan c’ ) diperoleh hasil yang signifikan (p < 0,05)
maka dapat dikatakan terjadi partial mediation pada model penelitian. Di sisi
lain, apabila nilai signifikansi p (jalur a,b,c,) yang awalnya berpengaruh
signifikan (p< 0,5) lalu pada (jalur c’) ditemukan hasil yang tidak signifikan
(p> 0,5) maka dikatakan terjadi full mediation (Baron & Kenny, 1986).
H. TEKNIK ANALISIS DATA
1. Uji Asumsi
a. Uji normalitas
Uji normalitas merupakan upaya untuk mengecek apakah data
penelitian kita berasal dari populasi yang sebarannya normal (Siregar,
2013).Uji normalitas dapat dilakukan dengan menghitung skor Z pada
analisis Kolmogorov-Smirnov dengan SPSS versi 16. Data akan
dikatakan terdistribusi normal jika nilai p lebih besar dari 0,5 (Santoso,
2010).
b. Uji Linearitas
Uji lienaritas merupakan asumsi untuk memahami apakah
hubungan antarvariabel yang hendak dianalisis mengikuti garis lurus
(Santoso, 2010). Hal ini akan mudah dipahami dengan logika berikut
“jika ada peningkatan atau penurunan kuantitas suatu variabel akan
diikuti secara linear oleh peningkatan atau penurunan pada kuantitas
variabel yang lainnya” (Gunawan, 2015).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk melihat apakah terdapat
ketidaksamaan varians dari residual pada persamaan regresi.
(Gunawan, 2015).
2. Uji Hipotesis
Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah variabel psychological
ownership memediasi hubungan antara variabel Leader-Member
Exchange dan prosocial voice. Oleh karena itu pengujian hipotesi akan
menggunakan teknik analisis regresi dengan bantuan program IBM SPSS
versi 21.00.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Pengambilan data penelitian dilakukan pada tanggal 24-26 Mei 2016.
Subjek penelitian adalah perawat sebuah rumah sakit swasta di kota Pekanbaru,
Riau. Rumah sakit ini memiliki beberapa unit atau instalasi. Diantaranya ialah
Instalasi Gawat Darurat (IGD), Instalasi Radiologi, Instalasi Farmasi, Instalasi
Rawat Inap, Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Laboratorium, Instalasi Gizi,
Rumah Tangga, Instalasi Kamar bedah, Medical Record, Administrasi dan
management. Tenaga keperawatan yang ada di rumah sakit ini berjumlah 251
orang. Dengan pertimbangan cukup banyak perawat dari berbagai ruangan
yang dilibatkan serta adanya kemungkinan mengganggu kinerja perawat dalam
jam kerja, maka pihak rumah sakit memutuskan tidak mengijinkan peneliti
membagikan skala kepada perawat secara langsung. Penyebaran skala
dilakukan dengan bantuan kepala departemen keperawatan rumah sakit.
Departemen keperawatan akan mendistribusikan kepada setiap perawat melalui
kepala ruangan dari masing-masing ruangan yang ada di rumah sakit.
Jumlah skala yang diserahkan untuk pengambilan data sebanyak 160
eksemplar. Skala yang telah terisi dan dikembalikan rumah sakit ke peneliti
adalah sebanyak 156 eksemplar. Dari semua skala yang telah diterima
peneliti,terdapat 4 skala tidak bisa digunakan karena pemberian respon
jawaban yang tidak lengkap. Selain itu, peneliti mengeliminir 19 skala karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
kecenderungan menjadi outlier. Istilah outlier merujuk pada data yang
dikerjakan secara asal-asalan yang mengakibatkan error pada pengukuran uji
distribusi normal sehingga perlu dieliminir (Santoso, 2010). Pada penelitian ini,
subjek cenderung memberikan jawaban dengan memberi respon yang relatif
sama polanya pada beberapa item. Dengan demikian, penelitian ini
menggunakan data dari skala yang berjumlah 143 eksemplar.
B. Deskripsi Penelitian
1. Deskripsi subjek penelitian
Penelitian ini dilakukan menggunakan data yang diperoleh dari 143
perawat. Dari keseluruhan subjek, diperoleh informasi data demografis
berdasarkan jenis kelamin sebagai berikut :
Tabel 4.1
Deskripsi data subjek berdasarkan jenis kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
Laki-laki 14 9.79 %
Perempuan 129 96.27 %
Jumlah 143 100 %
Dari tabel 4.1 diketahui bahwa subjek penelitian didominasi oleh
perempuan dengan persentase 96,27 %. Di sisi lain, jumlah subjek laki-laki
yang terlibat dalam penelitian ini hanya sebanyak 14 orang dengan
persentase 9,79 %. Botero dan Van Dyne (2009) menyatakan bahwa data
demografis jenis kelamin, pendidikan dan lama kerja memiliki keterkaitan
terhadap munculnya prosocial voice. Laki-laki yang memiliki pendidikan
tinggi akan cenderung prosocial voice dibandingkan perempuan (Botero &
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Van Dyne, 2009). Oleh karena itu perlu dilakukan pengukuran variabel
kontrol jenis kelamin. Awalnya peneliti ingin menggunakan data demografis
perbedaan jenis kelamin untuk mengetahui adanya perbedaan perilaku
prosocial voice, tetapi karena perbandingan jumlah subjek laki-laki dan
perempuan tidak seimbang maka hal tersebut tidak dilakukan.
Publikasi jurnal yang ditulis LePine dan Van Dyne (1998)
menggunakan infomasi usia subjek penelitian untuk mengukur prosocial
voice. Hal ini dikarenakan penelitian sebelumnya selalu melakukan
pengambilan data dengan subjek yang berada pada usia kerja produktif dan
tidak menggunakan subjek dibawah umur (LePine & Van Dyne, 1998,
Morrison ,Sin, & Pan 2015). Undang-Undang ketenagakerjaaan No.13
tahun 2003 mengatur usia minimal individu boleh bekerja adalah 15 tahun.
Pada usia 15 tahun, individu hanya boleh melakukan pekerjaan yang ringan
agar tidak menganggu perkembangan fisik, mental dan sosial. Mengacu
pada referensi LePine dan Van Dyne (1998) dan UU ketenagakerjaan tahun
2003, peneliti merasa perlu memperoleh informasi mengenai usia dari
keseluruhan subjek
Tabel 4.2
Deskripsi Data Subjek Berdasarkan Usia
Usia Frekuensi Persentase
20 – 25 tahun 26 18,18 %
26 – 30 tahun 63 44,06 %
31 – 35 tahun 28 19,58%
> 35 tahun 27 18,88 %
Jumlah 149 100 %
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Data demografis pada tabel 4.2 memberikan informasi subjek yang
paling banyak terlibat dalam penelitian ini adalah subjek pada rentang usia
26-30 tahun dengan persentase sebanyak 44,06%. Kemudian sebanyak 28
subjek pada usia 31-35 tahun dengan persentase 19,58%. Persentase paling
rendah terdapat pada 26 subjek yang berusia pada rentang usia 21-25 tahun.
Dari data tersebut diketahui seluruh bjek berada rentang usia kerja produktif
yang sesuai peraturan ketenangakerjaan Indonesia dan tidak ada subjek yang
berada dibawah usia 15 tahun. Dengan demikian keseluruhan subjek
digunakan dalam penelitian ini.
Van Dyne dan LePine (1998) memaparkan dua kategori durasi lama
kerja karyawan yaitu, lamanya karyawan telah kerja diorganisasi
(organizational tenure) dan lamanya karyawan telah berada disebuah
kelompok kerja (group tenure). Hasil penelitian yang dipublikasikan
Stamper dan Van Dyne (2001) menunjukkan karyawan yang lebih lama
bekerja diperusahaan lebih nyaman melakukan prosocial voice
dibandingkan yang masih baru. Hal ini dikarenakan karyawan yang lebih
lama telah mengenali situasi kerja, mekanisme kerja, dan jobdesk profesi
mereka. Berdasarkan refensi Stamper dan Van Dyne (2001), peneliti merasa
waktu 1 tahun bekerja dapat memberikan kesempatan subjek mengenali
situasi kerja sehingga ada kemungkinan mereka prosocial voice. Dengan
demikian perlu diperoleh informasi lamanya subjek penelitian telah bekerja
di rumah sakit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Tabel 4.3
Deskripsi data subjek berdasarkan lama bekerja di rumah sakit
Lama kerja di instansi Frekuensi Persentase
1 – 5 tahun 65 45.45 %
6 – 10 tahun 46 32.17 %
11 – 15 tahun 26 18.18 %
> 15 tahun 6 4.20 %
Jumlah 143 100 %
Tabel 4.3 memaparkan informasi keseluruhan subjek telah
memenuhi syarat pengalaman kerja minimal satu tahun. Terpenuhinya
syarat tersebut, menunjukkan perawat telah memiliki waktu yang cukup
untuk mengenali situasi kerja, mekanisme kerja, dan jobdesk profesi
mereka. Dengan demikian, perawat dirasa memiliki informasi yang cukup
seandainya akan melakukan prosocial voice terkait hal apa yang ada dalam
rumah sakit. Oleh karena itu data yang diperoleh dari 143 subjek dapat
digunakan dalam penelitian ini.
Tabel 4.4
Deskripsi Data Subjek Berdasarkan Lama Bekerja Dengan Kepala Ruangan Saat Ini
Lama kerja dengan kepala
ruangan
Frekuensi Persentase
1 – 5 tahun 80 55.94 %
6 – 10 tahun 39 27.27 %
11 – 15 tahun 20 13.99 %
> 15 tahun 4 2.80 %
Jumlah 143 100 %
Informasi pada tabel 4.4 menunjukkan sebanyak 59,06% dari
keseluruhan subjek penelitian merupakan perawat yang sudah bekerja
dengan kepala ruangan dalam rentang 1-5 tahun. Selain itu perawat yang
lainnya telah lebih lama bekerja dengan kepala ruangan di rumah sakit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
tersebut. Liden, Wayne dan Stilwel (1993) mengatakan hubungan antara
pemimpin dan bawahan akan mulai terbentuk sejak dua minggu pertama
bekerjasama. Terpenuhinya persyaratan ini menunjukkan kepala ruangan
dan perawat telah memiliki waktu yang cukup dalam mengenali dan
mengembangkan kerja sama sehingga bisa dilihat kualitas hubungan
diantara mereka. Oleh karena itu seluruh subjek penelitian telah memenuhi
syarat pengalaman bekerja minimal 1 tahun dengan kepala ruangan,
sehingga seluruh data dari 143 subjek dapat digunakan untuk meneliti
variabel LMX.
Selain melakukan kontrol terhadap variabel LMX, peneliti juga
melakukan kontrol terhadap variabel prosocial voice. Peneliti menyertakan
alat ukur tambahan untuk melihat apakah subjek memiliki ide yang ingin
disampaikan kepada kepala ruangan sehingga mendorong kecenderungan
untuk melakukan prosocial voice (Burris, Dettert & Chiaburu, 2008;
Dettert & Burris, 2007). Ketika pengambilan data dilakukan, sangat
dimungkinkan subjek memiliki skor prosocial voice yang rendah karena
sedikit memiliki ide yang ingin disampaikan kepada atasanya (Dettert &
Burris, 2007). Peneliti memberikan 5 item dengan pilihan respon yes-no
untuk mengukur apakah subjek memiliki ide, informasi, saran, atau
kritikan kepada kepala ruangan. Setiap jawaban yes diberi skor 1,
sedangkan setiap jawaban no memperoleh skor 0.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Tabel 4.5
Deskripsi Skor Prosocial voice Subjek
Skor Prosocial voice Frekuensi Persentase
0 0 0 %
1 15 10,48 %
2 27 18,88 %
3 38 26,57 %
4 42 29,37 %
5 21 14,68 %
Jumlah 143 100 %
Dari tabel 4.5 diketahui keseluruhan subjek dalam penelitian ini
memiliki skor 1 hingga 5 dan tidak ada yang memiliki skor 0. Dengan
demikian semua subjek telah memenuhi persyaratan, yaitu memiliki ide
yang memungkinkan setiap subjek melakukan prosocial voice.
2. Deskripsi data penelitian
Jika pada sub bab sebelumnya menjelaskan deskripsi demografis pada
subjek, maka pada sub bab ini dipaparkan deskripsi dari data yang diperoleh
dari 143 subjek
Tabel 4.6
Deskripsi Statistik Data Penelitian
Variabel N Min Max Modus Mean
Empris
Mean
Teoritis
Std.
Deviation
LMX 143 36 66 55 55.10 27,50 5.535
Psy.Ownership 143 16 36 30 29.16 15,00 4.282
Prosocial prosocial
voice
143 5 25 10 12.23 12,50 4.104
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Berdasarkan tabel 4.6 diperoleh informasi skor LMX yang diperoleh
subjek berkisar dari 36 sebagai skor paling rendah hingga nilai 66 sebagai
skor paling tinggi. Skor 55 adalah skor yang paling banyak muncul. Selain
itu, diperoleh mean empris sebesar 55,10 dan skor mean teoritis 27,50. Skor
mean empiris lebih tinggi dari mean teoritis. Berdasarkan hasil uji t,
diketahui nilai signifikansi pada perbedaan mean empiris dan mean teroitis
adalah 0.000 (< 0.05). Hal ini menunjukkan bahwa perawat di rumah sakit
ini memiliki kualitas LMX, yang cenderung tinggi dan signifikan.
Pada data variabel psychological ownership, skor yang paling banyak
diperoleh subjek adalah 30. Skor mean empiris adalah 29,16 sedangkan
mean teoritik 15,00. Dari data tersebut diketahui skor mean empiris yang
lebih tinggi dibandingkan mean teoritis. Skor mean empiris lebih tinggi dari
mean teoritis. Hasil uji t, menunjukkan nilai signifikansi 0.000 (< 0.05) pada
perbedaan mean empiris dan mean teroitis. Artinya, subjek penelitian
memiliki psychological ownership yang cenderung tinggi dan signifikan.
Pada pengukuran prosocial voice, nilai yang paling banyak diperoleh
subjek adalah 10. Skor terendah yang diperoleh subjek adalah 5 dan skor
tertinggi yang berhasil diperoleh adalah 25. Berdasarkan perhitungan
manual, diperoleh skor mean teoritis sebesar 12,50. Di sisi lain, diperoleh
skor mean empirik sebesar 12,23. Berdasarkan hasil uji t, diperoleh nilai
signifikansi sebesar 0.004 (< 0.05) pada perbedaan mean empiris dan mean
teroitis. Hal ini menunjukkan keseluruhan subjek secara rata-rata memiliki
prosocial voice yang lebih rendah dan signifikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
C. ANALISIS DATA PENELITIAN
1. Uji Asumsi
a. Uji Normalitas Residual
Uji normalitas merupakan upaya untuk mengecek apakah data
penelitian kita berasal dari populasi yang sebarannya normal (Siregar,
2013). Uji normalitas dapat dilakukan dengan menghitung skor Z pada
analisis Kolmogorov-Smirnov dengan SPSS versi 16. Umumnya data
akan dikatakan terdistribusi normal jika nilai p atau Asymp. Sig. (2-
tailed) lebih besar dari 0,05 (Santoso, 2010). Selain itu bisa mengunakan
cara melihat sebaran residu menggunakan Normal Q-Q plots. Data
terdistribusi normal jika sebaran data mendekati atau sejajar dengar garis
normal yang melintang. Mengingat penelitian ini menggunakan variabel
mediator maka akan ditampilkan 4 model regresi beserta kolom
Kolmogorov-Smirnov.
Tabel 4.7
Hasil Uji Asumsi Normalitas
Variabel Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig.
(2-tailed)
LMX dan Psy.Ownership 0,834 0,476
Psy.Ownership dan prosocial
voice
1,320 0,061
LMX dan prosocial voice 1,330 0,058
LMX, psy.ownership dan
prosocial voice
1,142 0,147
Hasil tabel 4.7 menunjukkan skor Asymp.Sig. (2-tailed) pada
model regresi LMX dan psychological ownership sebesar 0,476.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Kemudian pada model kedua, yaitu regresi psychological ownership dan
prosocial voice nilai Asymp. Sig. (2-tailed) adalah 0,061. Nilai 0,058 pada
kolom Asymp. Sig. (2-tailed) merupakan hasil regresi pada variabel LMX
dan prosocial voice. Lalu yang terakhir, uji normalitas model regresi
LMX, psychological ownership, prosocial voice diperoleh nilai Asymp.
Sig. (2-tailed) sebesar 0,147. Dengan demikian, diketahui seluruh model
regresi di atas memiliki nilai Asymp. Sig. (2-tailed) yang lebih besar dari
0,050 sehingga dapat dikatakan sebaran residu pada seluruh model regresi
terdistribusi normal.
b. Uji Linearitas
Setelah menguji sebaran data terdisibusi normal atau tidak, peneliti
melakukan uji linearitas untuk melihat apakah hubungan antar variabel
yang hendak dianalisis mengikuti garis lurus (Santoso, 2010). Hal ini
akan mudah dipahami dengan logika berikut “jika ada peningkatan atau
penurunan kuantitas disuatu variabel akan diikuti secara linear oleh
peningkatan atau penurunan pada kuantitas variabel yang lainnya”
(Gunawan, 2015). Uji asumsi linieritas dilakukan dengan metode statistik
test for linearity (Santoso, 2010). Hubungan antar variabel akan
mengikuti model linear jika pada baris linearity diperoleh nilai
signifikasinsi lebih kecil dari 0,05.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Tabel 4.8
Uji Asumsi Linearitas
Variabel Sum of
Squares
Df Mean
Square
F Linearity
Sig.
LMX dan
Psy.Ownership
340,612 1 340,612 23,899 ,000
Psy.Ownership dan
prosocial voice
59,053 1 59,053 7,800 ,006
LMX dan prosocial
voice
352,479 1 352,479 60,909 ,000
Tabel 4.8 memberikan informasi semua nilai signifikansi lebih
kecil dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan uji asumsi linearitas telah
terpenuhi. Artinya, seluruh variabel dalam penelitian ini memiliki
hubungan yang linear antara satu variabel dengan variabel yang lain.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas perlu dilakukan untuk mengetahui apakah
dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varian residual dari
satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Secara lebih ringkas Santoso
(2010) menjelaskan bahwa kenaikan besarnya nilai variabel tidak diikuti
oleh makin besar atau kecil dari variasi residu. Dengan kata lain data
yang kita teliti bersifat homogen. Uji heteroskedastisitas dilakukan
dengan metode statistik Glejser (Yudiaatmaja, 2013). Asumsi
heteroskedastisitas terpenuhi jika nilai signifikansi dari regresi ≥ 0.05.
Selain itu scatter plot tidak membentuk megaphone effect juga
menunjukkan uji heteroskedastisitas terpenuhi (Santoso, 2010).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Tabel 4.9
Uji Glejser Heteroskedastisitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Variabel Sig. N
LMX – Prosocial voice 0.675 143
LMX – Psy.Ownership 0.452 143
Psy.Ownership – Prosocial voice 0.480 143
Tabel 4.9 memberikan informasi bahwa seluruh variabel penelitian
memiliki variasi residu yang konstan sehingga dapat dikatakan data
bersifat homogen.
2. Uji Hipotesis
Hasil uji asumsi menunjukkan data yang digunakan dalam penelitian ini
terdistribusi normal, memiliki hubungan antar variabel yang linear dan
memiliki variasi residu yang homogen. Dengan terpenuhinya uji asumsi,
maka penelitian dilanjutkan menguji hipotesis dengan metode statistik
parametrik regresi sederhana. Oleh karena penelitian ini menguji pengaruh
variabel mediator pada sebuah hubungan antar variabel, maka peneliti akan
mengacu pada teknik yang dikenalkan oleh Baron dan Kenny (1986). Ada 4
model regresi untuk menguji variabel mediator.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Gambar 4.1
Adapun model penelitiannya adalah sebagai berikut :
1. Melakukan regresi sederhana jalur a, pada variabel LMX dengan
variabel mediator (psychological ownership)
2. Melakukan regresi sederhana jalur b, pada variabel mediator
(psychological ownership) dengan prosocial voice
3. Melakukan regresi sederhana jalur c, pada variabel bebas (LMX) dengan
variabel tergantung (prosocial voice).
4. Melakukan regresi berganda (jalur c’), pada variabel bebas (LMX) dan
variabel mediator (psychological ownership) dengan variabel tergantung
(prosocial voice).
Barron dan Kenny (1986) menyatakan pengaruh variabel mediator dapat
dianalisis jika setiap model regresi (jalur a, b, dan c) menunjukkan hasilyang
signifikan (p < 0,05). Menurut Barron dan Kenny (1986) ada dua jenis
LMX
Psy. Ownership
Prosocial voice
H2 H2 / Jalur b
H4 / Jalur c’
H1 / jalur a
Jalu
H3 / Jalur c
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
mediasi. Pertama adalah full mediation, hal ini terjadi jika hasil regresi
variabel independent yang melibatkan variabel mediator (jalur c’) terhadap
variabel dependent ditemukan hasil yang tidak signifikan. Jenis mediasi yang
kedua adalah partial mediation. Mediasi ini terjadi jika hasil regresi variabel
independent yang melibatkan variabel mediator terhadap variabel dependent
diperoleh hasil yang tetap signifikan. Berikut akan ditampilkan hasil analisis
regresi setiap hipotesis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
H1 = Terdapat hubungan positif yang signifikan antara LMX dan
psychological ownership.
Tabel 4.10
Regresi sederhana LMX dan Psychological Ownership
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,374a ,140 ,134 3,85722
a. Predictors: (Constant), LMX
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 13,821 3,202 4,317 ,000
LMX ,277 ,058 ,374 4,785 ,000
a. Dependentt Variable: PSY_OWN
Berdasarkan tabel 4.10 diperoleh hasil variabel LMX berkorelasi
positif yang signifikan terhadap variabel psychological ownership dengan
koefisien r sebesar 0,374. Persamaan regresi dari hipotesis pertama adalah
Y = 13,821 + 0,277 X, simbol Y adalah psychological ownership dan X
adalah LMX. Kolom R square memberikan gambaran variabel LMX
memiliki sumbangan efektif sebesar 14 % untuk memprediksi variasi pada
psychological ownership. Selain itu, nilai p yang diperoleh sebesar 0,000
dan lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian variabel LMX secara signifikan
berhubungan dengan variabel psychological ownership.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
H2 = Terdapat hubungan positif yang signifikan antara psychological
ownership dan prosocial voice
Tabel 4.11
Regresi Sederhana Psychological Ownership dan Prosocial voice
Model Summary
Mode
l
R R Square Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate
1 ,218a ,047 ,102 2,89864
a. Predictors: (Constant), PSY_OWN
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std.
Error
Beta
1
(Constant) 19,981 1,723 11,596 ,000
PSY_
OWN
,156 ,059 ,318 2,651 ,009
a. Dependentt Variable: Prosocial voice
Tabel 4.11 menunjukkan hasil variabel psychological ownership
berkorelasi positif yang signifikan terhadap variabel prosocial voice dengan
koefisien r sebesar 0,218. Persamaan regresi dari hipotesis kedua adalah Y
= 19,981 + 0,157 X, simbol Y adalah prosocial voice dan X adalah
psychological ownership. Psychological ownership memiliki sumbangan
efektif sebesar 4,7 % untuk memprediksi variasi pada prosocial voice.
Selain itu, nilai p yang diperoleh sebesar 0,009 sehingga lebih kecil dari
0,05. Oleh karena itu variabel psychological ownership secara signifikan
berhubungan dengan variabel prosocial voice.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
H3 = Terdapat hubungan positif yang signifikan antara LMX dan prosocial
voice
Tabel 4.12
Regresi Sederhana LMX dan Prosocial voice
Model Summary
Mod
el
R R Square Adjusted R
Square
Std. Error
of the Estimate
1 ,532a ,283 ,278 2,51417
a. Predictors: (Constant), LMX
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std.
Error
Beta
1
(Constant) 8,999 2,087 4,312 ,
000
LMX ,282 ,038 ,532 7,467 ,
000
a. Dependentt Variable: Prosocial voice
Pada tabel 4.12 diperoleh koefisien korelasir sebesar 0,532 dengan
signifikansi 0,000. Persamaan regresi dari hipotesis ketiga adalah Y = 8,999 +
0,282 X, simbol Y adalah prosocial voice dan X adalah LMX. Hal ini
menjelaskan variabel LMX berkorelasi positif yang signifikan terhadap
variabel prosocial voice. Pada R squarediperoleh skor0,283yang
menerangkan bahwa variabel LMX memiliki sumbangan efektif sebesar
28,3 % untuk memprediksi variasi pada prosocial voice. Selain itu, nilai p
yang diperoleh sebesar 0,000 dan lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian
variabel LMX secara signifikan berkorelasi dengan variabel prosocial voice.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
H4 = Psychological ownership memediasi hubungan antara LMX dan
prosocial voice
Tabel 4.13
Regresi Berganda LMX dan Psychological ownership dengan Prosocial voice.
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,533a ,284 ,274 2,52240
a. Predictors: (Constant), PSY_OWN, LMX
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 8,782 2,228 3,942 ,000
LMX ,277 ,041 ,524 6,797 ,000
PSY_O
WN
,016 ,055 ,022 ,285 ,776
a. Dependentt Variable: Prosocial voice
Berdasarkan tabel 4.13 variabel independent LMX dan variabel
mediator psychological ownership berkorelasi terhadap variabel prosocial
voice dengan koefisien r sebesar 0,533. LMX dan psychological
ownership memiliki sumbangan efektif sebesar 28,4 % untuk memprediksi
variasi pada prosocial voice. Persamaan regresi yang diperoleh adalah Y=
8,782 + 0,277 X1 + 0,16 X2, Y adalah prosocial voice, X1 adalah LMX
dan X2 adalah psychological ownership. Uji multiple regression analysis
dengan mengontrol variabel psychological ownership, menunjukkan hasil
koefisien regresinya direct effect (jalur c) turun. Penurunan koefisien
terjadi dari 0,282 (lihat tabel 4.12) menjadi 0.277. Selain itu, nilai p yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
diperoleh setelah mengontrol variabel psychological adalah 0,776 dan
lebih besar dari 0,05. Mengacu pada konsep yang dijelaskan Barron dan
Kenny (1986) maka pada penelitian ini terjadi full mediation. Dengan
demikian disimpulkan variabel psychological ownership memediasi secara
sempurna hubungan LMX dan prosocial voice.
Keseluruhan hasil model regresi yang dipaparkan terbukti
mendukung hipotesis penelitian. Variabel LMX secara signifikan
berkorelasi dengan variabel psychological ownership (syarat jalur a
terpenuhi). Variabel psychological ownership secara signifikan berkorelasi
dengan terhadap variabel prosocial voice (syarat jalur b terpenuhi).
Variabel LMX juga berkorelasi secara signifikan terhadap variabel
prosocial voice (syarat jalur c terpenuhi). Kemudian pada tabel 4.13 hasil
regresi LMX dan prosocial voice yang melibatkan psychological
ownership sebagai mediator menunjukkan penurunan koefisien regresinya
direct effect yang sebelumnya sebesar 0,282 turun menjadi 0.277. Selain
itu diperoleh hasil nilai signifikan p sebesar 0,776 dan lebih besar dari
0,05. Dengan demikian disimpulkan variabel psychological ownership
memediasi secara sempurna hubungan LMX dan prosocial voice.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
D. PEMBAHASAN
Hasil penelitian pada regresi ‘jalur a’ mendukung hipotesis pertama, yaitu
ada hubungan positif yang signifikan antara variabel LMX dengan
psychological ownership. Koefisien korelasi yang ditemukann sebesar 0,37
dengan signifikansi 0,00 yang lebih kecil dari 0,05. LMX memberikan
sumbangan efektif sebesar 14 % untuk memprediksi psychological ownership.
Hasil penelitian menunjukkan semakin tinggi skor kualitas hubungan
pemimpin dengan karyawan (LMX) diikuti dengan semakin tinggi rasa
memiliki karyawan terhadap organisasi (psychological ownership).
Hasil penelitian memperkokoh pendapat Mahyew et, al (2007) bahwa
sikap pemimpin memengaruhi tingkat psychological ownership karyawan
terhadap organisasi. Secara teoritis, karyawan memersepsikan sikap pemimpin
terhadap dirinya lalu memberikan respon sikap positif atau negatif kepada
atasanya (Dulebohn, 2012). Skor dimensi afeksi LMX tinggi, akan
membentuk keakraban (friendship) dan saling menyukai secara interpersonal
sehingga muncul perasaan yang nyaman karyawan menjalin hubungan dengan
pemimpin (Masylin & Uhl-Bien, 2001). Perasaan nyaman dengan pemimpin
yang memiliki kaitan dengan aspek psychological ownership yaitu have a
place. Aspek have a place merupakan rasa nyaman berada di organisasi serta
merasa diterima oleh lingkungan kerja. Individu yang merasa nyaman berada
diorganisasi akan mengembangkan rasa memiliki terhadap organisasi (Pierce
et al, 2001).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
LMX yang tinggi membuat pemimpin memberikan tanggung jawab yang
lebih besar serta memberikan feedback atas hasil kerja setiap karyawan
(Brouer & Harris, 2007). Kondisi tersebut, mengembangkan dimensi
psychological ownership karyawan yaitu; self-efficacy. Pemimpin akan
memberikan tugas baru kepada karyawan yang telah berhasil melakukan tugas
sebelumnya. Keberhasilan melakukan tanggung jawab yang lama membuat
individu memiliki efikasi diri untuk menyelesaikan tugas baru dengan baik
(Pierce et al, 2001). Individu yang memiliki efikasi yang bagus pada tugas
dalam organisasi akan mengembangkan psychological ownership pada bidang
tersebut (Van Dyne & Pierce, 2004). Informasi dari hasil analisis deskriptif
subjek juga dapat menjadi acuan hipotesis diterima. Skor LMX dan
psychological ownership seluruh subjek secara rata-rata tergolong tinggi
(Mean empirik > Mean teoritis) sehingga memungkinkan terjadinya hubungan
antara variabel tersebut.
Berdasarkan hasil analisis regresi sederhana pada model ‘jalur b’,
diperoleh hasil yang membuktikan hipotesis kedua. Terdapat hubungan positif
yang signifikan antara psychological ownership dan prosocial voice. Hasil ini
diintepretasi berdasarkan skor koefisien korelasi r sebesar 0,21 dengan
signifikansi 0,009 (p < 0,05). Psychological ownership memberikan
sumbangan efektif sebesar 4,7 % untuk memprediksi prosocial voice.
Meskipun memiliki nilai signifikansi yang baik, besaran kefisien korelasi 0,21
masuk dalam kategori lemah. Hal ini menunjukkan meskipun hubungan antara
psychological ownership dan prosocial voice signifikan (dapat dipercaya)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
namun korelasi diantara keduanya lemah. Korelasi yang lemah diartikan
kenaikan nilai variabel kadang-kadang diikut dengan penurunan nilai
variabel lainnya atau kadang-kadang diikuti dengan kenaikan nilai variabel
yang lainnya sehingga arah hubungannya tidak teratur, kadang-kadang searah,
kadang-kadang berlawanan. Oleh karena itu sangat dimungkinkan hubungan
LMX dan prosocial voice dimediatori oleh variabel lainnya, selain
psychological ownership.
Avey, Avolio, Crossley dan Luthan (2009) menyatakan terdapat 2
pandangan individu yang memiliki psychological ownership, yaitu promotive
oriented dan preventive oriented. Individu yang memiliki psychological
ownership akan memiliki prosocial prosocial voice yang rendah ketika
memiliki pandangan preventive oriented. Pendekatan preventive oriented
merupakan tindakan yang bersifat kaku, berperilaku sesuai aturan karena takut
hukuman, dan mengharapkan tidak banyak terjadi perubahan.
Mahyew et al (2007) yang juga menemukan hubungan psychological
ownership dan prosocial voice rendah dikarenakan subjek penelitian yang
sedikit, dan metode pengambilan data yang self-report. Subjek penelitian yang
dipakai oleh Mahyew et al (2007) hanya mengunakan data dari 68 subjek.
Menurut Mahyew et al (2007) hasil penelitian yang menunjukkan hubungan
yang kuat antara psychological ownership dan prosocial voice ditemukan pada
penelitian yang menggunakan subjek sebanyak 797 orang (Vandewalle et al,
1995). Selain itu pengambilan data yang self-report memungkinkan subjek
memberikan penilaian yang dipengaruhi oleh social desirability. Akibatnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
alat tidak mengukur kondisi variabel dengan tepat sehingga ketika
dikorelasikan dengan variabel lain terjadi hubungan yang tidak teratur.
Di sisi lain, keterkaitan hubungan antara psychological ownership dan
prosocial voice dapat dijelakan oleh Vandewalle et al (1995) Karyawan
dengan rasa memiliki yang tinggi terhadap organisasi akan berusaha menjaga
keberadaan organisasi berjalan baik sehingga individu akan melakukan
prosocial voice untuk meminimalisir tindakan yang akan merusak kinerja
organisasi (Vandewalle, Van Dyne, & Kostova, 1995).
Avey et al (2009) menyatakan pendekatan promotive-oriented mendorong
individu melakukan psychological ownership yang didasari motivasi untuk
mengembangkan dan melakukan peningkatan yang efektif bagi organisasi.
Pendekatan promotive-oriented memiliki kesamaan dengan motif yang
mendasari individu melakukan prosocial voice. Individu secara sukarela
menyampaikan ide, masukan, keprihatinan akan masalah organisasi dengan
tujuan memperbaiki organisasi kearah yang lebih baik (Morrison, 2014; Van
Dyne & Botero, 2003). Kesamaan motif antara pendekatan promotive-oriented
dan prosocial voice dapat menjelaskan alasan yang mendasari hubungan
variabel psychological ownership dan prosocial voice.
Hasil model regresi ‘jalur c’ terbukti mendukung hipotesis penelitian
ketiga. Hasil menunjukkan ada hubungan positif yang signifikan antara
variabel LMX dan prosocial voice. Pembuktian diterimanya hipotesis
berdasarkan hasil regresi yang menunjukkan skor 0,53 pada koefisien korelasi.
Selain itu, diketahui LMX dapat memprediksi prosocial voice sebanyak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
28,3%. Semakin tinggi kualitas hubungan perawat dengan kepala ruangan
akan diikuti semakin tinggi perilaku prosocial voice para perawat.
Hasil penelitian yang ketiga, mendukung hasil penelitian sebelumnya yang
telah dilakukan oleh Detert dan Burris (2007) tentang hubungan antara LMX
dan prosocial voice. Berdasarkan teori reciprocity yang diungkapkan oleh
Cropanzano dan Mitchell (dalam Zhao, 2014) karyawan yang memiliki
kualitas LMX yang tinggi dengan pemimpin, akan merasa memiliki tanggung
jawab untuk membalas perlakuan dan memenuhi kewajban timbal balik
tersebut dengan terlibat dalam melakukan kinerja extra role. Prosocial voice
merupakan salah satu perilaku yang termasuk extra role (Van Dyne &
LePine,1998).
Robins (2006) menjelaskan karyawan dengan LMX yang tinggi akan
dikategorikan kelompok in group. Pemimpin akan memberikan perhatian,
kesempatan berinteraksi, dan dukungan secara personal (Dulebhon et al,
2012) yang lebih besar terhadap kelompok in group (Robins, 2006).
Keberadaan karyawan dalam situasi diperhatikan, mendapat dukungan dan
kesempatan berinteraksi sangat memungkinkan karyawan melakukan
prosocial voice kepada pemimpin. Pada penelitian ini, data dari keseluruhan
subjek menunjukkan skor kualitas hubungan dengan pemimpin (LMX) secara
rata-rata tergolong tinggi sehingga sangat memungkinkan perawat melakukan
prosocial voice karena diperhatikan oleh pemimpin (kepala ruangan).
Sikap pemimpin akan selalu direspon oleh karyawan baik dengan sikap
positif atau negatif sehingga akan membentuk kualitas hubungan antara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
pemimpin dan karyawan (Dulebohn, 2012). Pemimpin yang memiliki sikap
keterbukaan atas masukan (management openness) dan memiliki orientasi
perubahan ke masa depan lebih akan mengembangkan kemampuan karyawan
mencapai tujuan (transformational leader) sehingga karyawan cenderung
melakukan prosocial voice kepada pemimpin (Detert & Burris, 2007).
Hasil penelitian model regresi (jalur c‘) telah membuktikan hipotesi ke
empat diterima. Mengacu pada 4 model uji mediasi yang dikemukakan Barron
dan Kenny (1986) dinyatakan variabel psychological ownership secara
signifikan memediasi secara sempurna (full mediation) pada hubungan LMX
dan prosocial voice. Pernyataan tersebut berdasarkan skor koefisien korelasi
antara LMX dan psychological ownershipterhadap prosocial voice sebesar
0,533 dengan sumbangan efektif sebesar 28,4 %. Selain itu diperoleh skor
signifikasi 0,776 yang lebih besar dari 0,05 sehingga dikategorikan terjadi full
mediation. Penelitian menunjukkan semakin tinggi skor kualitas hubungan
pemimpin dengan karyawannya (LMX) berkorelasi positif dengan semakin
tinggi rasa memiliki karyawan dengan organisasi (psychological ownership).
Kondisi LMX dan psychological ownership yang tinggi akan mendorong
karyawan memiliki prosocial voice yang semakin tinggi.
Hasil penelitian ini menjawab saran Duanxu Wang et al (2016) terkait
masih sedikitnya penelitian yang berusaha menemukan skema hubungan LMX
dan prosocial voice melalui variabel mediator atau moderator. Penelitian
sebelumnya fokus menguji LMX akan berhubungan secara langsung terhadap
variabel prosocial voice (Detert & Burris, 2007; Van Dyne et al,2008). Hasil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
penelitian ini menunjukkan LMX tidak langsung memengaruhi kemunculan
prosocial voice, tetapi memengaruhi variabel psychological ownership dalam
diri karyawan terlebih dahulu.
Ketika karyawan melakukan interaksi sosial yang baik dengan pemimpin
akan membentuk hubungan yang saling percaya dengan pemimpin. LMX
yang tinggi akan membuat pemimpin memberikan tanggung jawab yang lebih
besar serta memberikan feedback atas hasil kerja setiap karyawan (Brouer &
Harris, 2007). Ketika pemimpin memberikan feedback yang baik maka akan
memengaruhi dimensi self-efficacy dari variabel psychological ownership.
LMX yang tinggi juga membuat rasa nyaman pada hubungan antara pemimpin
dan karyawan. Rasa nyaman dengan lingkungan kerja berkaitan dengan
dimensi have a place dari variabel psychological ownership. Disisi lain,
penelitian Vandewalle et al (1995) telah membuktikan, karyawan dengan
psychological ownership yang tinggi akan mendorong individu melakukan
prosocial voice. Hal ini dikarenakan individu yang melakukan psychological
ownership memiliki motivasi yang sama dengan tujuan perilaku prosocial
voice yaitu untuk mengembangkan dan melakukan peningkatan yang efektif
bagi organisasi (Vandewalle, Van Dyne, & Kostova,1995).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Mengacu model analisis mediasi Baron dan Kenny (1986), hasil penelitian
yang dilakukan pada 143 perawat rumah sakit swasta X di Pekanbaru terbukti
mendukung seluruh hipotesis penelitan. Pertama, kualitas hubungan
pemimpin dengan karyawan (LMX) terbukti memiliki hubungan positif yang
signifikan dengan psychological ownership. Semakin tinggi skor LMX diikuti
dengan semakin tinggi rasa memiliki karyawan terhadap organisasi
(psychological ownership). Kedua, psychological ownership terbukti
memiliki hubungan positif yang signifikan dengan voice. Semakin tinggi skor
psychological ownership diikuti dengan semakin tinggi kecenderungan
perawat melakukan voice. Ketiga, kualitas hubungan pemimpin dengan
karyawan (LMX) terbukti memiliki hubungan positif yang signifikan dengan
voice. Semakin tinggi skor kualitas hubungan pemimpin dengan
karyawannya(LMX) diikuti dengan semakin tinggi kecenderungan perawat
melakukan voice. Keempat, terjadi hubungan yang tidak signifikan antara
LMX dan voice ketika melibatkan psychological ownership sebagai variabel
mediator. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa psychological
ownership memediasi secara sempurna (full mediation) pada hubungan LMX
dan voice.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
B. Keterbatasan Penelitian dan Saran Penelitian Berikutnya
Subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini masih dalam satu
organisasi dengan profesi perawat saja. Sangat memungkinkan penelitian
selanjutnya dilakukan pada profesi pekerjaaan yang lain, misalnya dokter,
akuntan, ataupun PNS di Indonesia. Mengacu pada Van Dyne, Ang, dan
Botero (2003) yang menjelaskan ada 3 jenis voice, penelitian hanya berfokus
1 jenis voice yaitu prosocial voice. Dengan keterbatasan ini penelitian
berikutnya dapat mengukur jenis yang lain yaitu acquisition voice dan
defensive voice. Selain itu pengukuran psychological ownership sebaiknya
menggunakan data dari subjek yang lebih besar dan menggunakan metode
self-report yang dipadukan dengan peer report atau managerial report. Hasil
penelitian menunjukkan hubungan psychological ownership dan prosocial
voice rendah, maka peneliti selanjutnya disarankan untuk menggunakan
variabel lain untuk menguji mediator pada hubungan LMX dan prosocial
voice.
Menurut Podsafkoff, Mc Kenzie, Lee, Podsakoff (2003) setiap penelitian
yang melakukan pengukuran setiap variabel (bebas dan tergantung) dengan
subjek yang sama memungkinan terjadinya bias yang dapat memengaruhi
hasil setiap penelitian. Bias yang terjadi, memengaruhi perbedaan pengukuran
pada skor murni suatu variabel dengan skor tampak (observable) yang
diperoleh dari pengukuran. Podsafkoff et al (2003) menyatakan, common
method bias merupakan permasalah yang sering terjadi dalam penelitian yang
berfokus pada perilaku individu (behavioral research). Common method bias
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
adalah perbedaan atau variasi data penelitian akibat keterbatasan metode
pengambilan data penelitian, sehingga perbedaan skor murni dan skor
observable bukan dikarenakan oleh representasi variabel dalam diri individu.
Hal yang dapat menyebabkan bias antara lain pemberian respon oleh
subjek, karakteristik item, dan konteks pengukuran. Pada penelitian ini,
subjek mengisi skala secara self-repport. Sackket dan Larson (dalam
Podsakoff et al, 2003), menyatakan banyak penelitian yang menggunakan
skala self-repport memiliki bias yang disebabkan oleh cara subjek
memberikan respon (subject common bias). Keterbatasan skala self-repport
adalah memungkinkan subjek memberikan respon yang tidak jujur atau
memberikan respon yang didasari tuntutan sosial (social desireability).
Pada penelitian ini, upaya yang dilakukan peneliti untuk mengatasi potensi
bias adalah dengan meminta perawat tidak menuliskan identitas sehingga
memungkinkan subjek mengisi dengan jujur. Meskipun demikian, kondisi
pemberian respon secara self-report memungkinkan respon yang subjek
berikan didasari tuntutan sosial bahwa hubungan dengan pemimpin itu
normalnya adalah baik atau didasari dorongan agar tampak berkontribusi
terhadap organisasi. Dengan keterbatasan ini, penelitian selanjutnya
disarankan melakukan pengukuran yang mengkombinasikan penilai self-
repport dengan hasil penilaian dari rekan kerja, atau pemimpin.
Keterbatasan penelitian juga terjadi dalam konteks pengambilan data
penelitian. Subjek diminta mengisi skala yang mengukur variabel tergantung,
bebas, dan mediator dalam rentang waktu dan tempat yang bersamaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Menurut Podsakoff et al (2003), hal tersebut dapat menyembabkan bias.
Subjek seolah-olah membuat teori sendiri untuk memprediksi kaitan antar
variabel sehingga respon yang diberikan tidak sesuai dengan kondisi individu.
Oleh karena itu, Podsakoff et al (2003) menyarankan sebaiknya penelitian
yang mengambil data berdasarkan variabel bebas (predictor) dan variabel
terikat (criterion) dilakukan dalam konteks waktu dan tempat yang berlainan.
C. Saran
Hasil penelitian memberikan saran implikasi praktis bagi subjek penelitian,
kepala ruangan selaku pemimpin, dan organisasi rumah sakit. Selain itu
peneliti juga akan menjelaskan hasil refleksi kritis mengenai keterbatasan
penelitian yang dapat menjadi saran untuk peneliti lain yang akan meneliti
bidang yang sama.
1. Bagi Karyawan Perusahaan
Karyawan yang bersedia mengutarakan ide, informasi dan gagasan
yang akan membantu organisasi akan berjalan dengan lebih baik
(Morisson, 2014). Berdasarkan hasil penelitian, perawat dengan rasa
memiliki akan organisasi (psychological ownership) dan kualitas hubungan
dengan pemimpin (LMX) dan voice yang tinggi disarankan untuk tetap
konsisten mengekspresikan ide atau gagasan yang membuat kinerja
organisasi lebih baik. Subjek disarankan memiliki data atau fakta sebagai
dasar argumen yang baik sehingga pemimpin tidak menilai perawat
mengeksperiskan ide yang didasari keinginan subjektif. Bagi karyawan
yang masih memiliki voice rendah karena kualitas hubungan dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
pemimpin (LMX) ataupun karena secara psikologis kurang nyaman dengan
kondisi kerja (psychological ownership) disarankan untuk segera
menyadari penyebabnya dan mensharingkanya dengan rekan kerja yang
lebih senior. Hal ini diharapkan agar perawat dapat menemukan cara baru
untuk beradaptasi labih baik dengan lingkungan kerja.
2. Bagi Supervisor / Pemimpin Umum Organisasi
LMX terbukti menjadi faktor yang cukup penting dalam
memengaruhi karyawan untuk lebih melakukan voice di tempat kerja.
Tingginya skor persepsi perawat akan kualitas hubungan dengan kepala
ruangan (LMX) pada hasil penelitian, mendorong peneliti menyarankan
pemimpin terus mempertahankan kondisi relasi yang sudah terjalin.
Pemimpin disarankan mulai mempercayakan tanggung jawab dan tugas
yang lebih besar pada perawat yang memiliki hubungan baik dengan
pemimpin sehingga dapat mendorong rasa psychological ownership. Selain
itu pemimpin disarankan tetap memiliki sikap yang mau menerima ide,
informasi, dan gagasan dari perawat terkait pekerjaan sehingga perawat
lebih berani melakukan voice.
3. Bagi Organisasi Rumah Sakit
Pengelola organisasi yaitu direktur dan segenap staff disarankan
melakukan pengukuran kualitas hubungan kapala ruangan dengan perawat
(LMX), psychological ownership dan voice dalam durasi waktu tertentu.
Hal ini penting dilakukan sebagai evaluasi pada kualitas relasi dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
dinamika kerja yang terjadi antara perawat dengan kepala ruangan. Selain
itu, ide gagasan yang perawat sampaikan dapat menjadi masukan yang
baik untuk memberbaiki kinerja tim ataupun organisasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
DAFTAR PUSTAKA
Ahren, K., & McDonald, S. (2002).The Beliefs of Nurses Who Were Involved in
a Whitstlebloeing Event. Journal of Advanced Nursing, 38(3), 303-309.
Asford, S. J., Sutcliffe, K. M., & Christianson, M. K. (2009). Speaking Up and
Speaking Out : The Leadership Dynamics of Voice in Organizations. In
Greenberg,J., & Edwards, M.S.(2009). Voice and Silence in Organizations
(pp.175-201). Bingley,UK: Emerald Group Publishing Limited.
Avey, J. B., Avolio, B. J., Crossley, C.D., & Luthans, F. (2009). Psychologica
Ownership: Theoritical Extensions Measurement and relation to Work
Outcomes. Journal of Organizational Behaviour,30, 173-191.
Avey, J.B., Wersing, T.S., &Palanski, M.E. (2012).Exploring the process of
ethical leadership: The mediating role of employee voice and
psychological ownership.Journal of business ethics, 107, 21–34.
Azwar, S. (2012). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Baker, A. B., Demerouti, E., Heuvel, M. (2013). Adapting to Change: The Value
of Change Information and Meaning-Making. Journal of Vocational
Behaviour, 83(1), 11-21.
Barret, T., Cochran, D. S., & Taylor, J. S. (2003). The Internal Dsiclosure Policies
of Private-Sector Employers: An Initial Look at Their Relationship to
Employee Whistleblowing. Journal of Bussiness Ethic, 12, 127-136.
Barron, R.N., & Kenny, D.A.(1986).The Moderator-Mediator Variable
Distinction in Social Psychological Research: Conceptual, Strategic,and
Statical Considerations. Journal of Personality and Social Psychology,
51(6), 1173-1182.
Brouer, R. & Harris, K.(2007).Dispositional and Situational Moderators of The
Relationship Between Leader Member Exchange and Work Tension.
Journal of Applied Psychology, 37(7), 1418-1411.
Botero,I.C.,&Van Dyne, L.V. (2009). Employee Voice Behavior Interactive
Effectof LMX and Power Distance in the United States and
Colombia.Journal Managemen Quarterly, 23, 84-104.
Burris,E. R., Detert,J.R., & Chiaburu, D.S. (2008). Quitting Before Leaving: The
Mediatting Effects of Psychological Attachment and Deatachment on
Voice. Journal of Applied Psychology, 93(4), 912-922.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Crant, J. M., & Kim, T.W. (2010). Dispositional Anteceden ts of Demonstration
and Usefulness of voice behaviour. Journal of Business Pshycology, 26,
285-297.
Detert, J. R., & Burris, E.R. (2007).Leadership Behaviour and Employee Voice: Is
the Door really Open? Academy of Management Journal, 50(4), 869-884.
Detert, J.R., & Burris, E.R., & Romney, A. C. (2013).Speaking Up vs Being
Heard: The Disagreement Around and Outcomes of Employee Voice.
Organization Science, 24(1), 22-38.
Detert, J. R., & Trevino, L. K. (2010).Speaking Up to Higher-Ups: How
Supervisors and Skip-Level Leaders Influence Employee Voice.
Organization Science, 21(1), 249-270.
Deluga, R. J.(1994). Supervisor Trust Building,Leader-Member Exchange and
Organizational Citizenship Behavioour. Journal of Ocupational and
Organizational Psychology, 67, 315-326.
Dharma,S. (2008). Pendekatan, Jenis, dan Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta
.
Duanxu,W., Chenjing,G.,&Choyan W.(2016). LMX and employee voice: A
moderated mediation model of psychological empowerment and role
clarity. Personnel Review, 45.
Dulebohn, J. H., Bommer,W.H., Liden,R.C.,Brourer,R.L., & Ferris,G.R. (2012).A
Meta-Analysis of Antecedents and Consequences of Leader-Member
Exchange: Integrating the Past With an Eye Toward the Future. Journal of
Management, 38(6), 1715-1759.
Dutton, J. E., & Ashford, J. S. (1993).Selling Issues To Top Manangement.
Academy of Management, 18(3), 397-428.
Eisenberger, R., Karagnolar, G., Stinglhamber, F., Neves, P., Becker, T. E.,
Morales, M. G. G., & Mueller, M. S. (2010). Leader Member Exchange
and Affective Organizational Commitment: The Contribution of
Supervisor’s Organizational Embodiment. Journal of Applied Psychology,
96(6), 1085-1103.
Gunawan, I. (2016). Pengantar Statistika Inferensial. Jakarta: PT.Raja Grafindo
Persada.
Greenberg,J., & Edwards, M.S. (2009). Voice and Silence in Organizations.
Bingley,UK: Emerald Group Publishing Limited.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Henderson, D. J., Wayne, S. J., Shore, L. M., Bommer, W. H., & Tetrick, L. E.
(2008). Leader Member Exchange Differentiation, and Psychological
Contract Fulfillment: A Multilevel Examination. Journal of Applied
Psychology, 93(6), 1208-1219.
Iliyes, R., Nahrgang, J. D., & Morgeson, F.P. (2007). Leader Member Exchange
and Citizenship Behaviours: A Meta-Analysis. Journal of Applied
Psychology, 92(1), 209-277.
Liang, J., Farh, C. I. C., & Farh, J. L. (2012). Psychological Antecedents of
Promotive and Prohibitive Voice: A Two-Wave Examination. Academy of
Management Journal.
Liden,R.C.,&Maslyn, J.M.(1998). Multidimensionafity of Leader-Member
Exchange: An Empirical Assessment through Scale Development. Journal
of Management, 24 (1),43-72.
Liden, R.C., Sparrowe, R.T.,&Wayne, S.J. (1997). Leader Member Exchange
Theory : The Past and Potential fot the Future. Personel and Human
Resources Management, 15, 47-119.
Ling, Y., Floyd, S.W., & Baldridge, D.C. (2005). Toward a Model of Issue-selling
by Subsidiary Managers in Multinational Organizations. Journal of
Intenational Bussiness Studies, 36(6), 637-654.
Liu, W., Zhu, R., & Yang, Y. (2010). I Warn You because I Like You: Voice
Behaviour, Employee Identifications, and Transformational Leadership.
The Leadership Quartely, 21(1), 189-202.
Maslyn, J. M., &Uhl-Bien, M. (2001). Leader–member exchange and its
dimensions: Effects of self-effort and other's effort on relationship
quality.Journal of Applied Psychology, 86(4), 697-708.
Mayhew, M.G.,Ashkanasy, N.M., Tom Bramble, T.,&Gardner, J.(2007). A Study
of the Antecedents and Consequences of Psychological Ownership in
Organizational Settings.The Journal of Social Psychology,147,477-500.
Miceli, M. P., Near, J. P., Dworkin, T. M. (2009). A Word to The Wise: How
Managers and Policy-Makers can Encourage Employees to Report
Wrongdoing. Journal of Bussiness Ethic, 86, 379-396.
Miliken,F.J., Morisson,E.W.,&Hewlin,P.F. (2003). An exploratory study of
employee silence: Issues that employees don’t communicate upward and
why. Journal of ManagementStudies,40,1453-1476.
Morisson,E.W. (2014). Employee Voice and Silence.The Annual Review of
Organizational Psychology and Organizational Behaviour, 1,173-197.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Morisson,E.W, &Miliken,F.J. (2000).Organizational Silence: A Barrier to Change
and Development in a Pluralistic World. Academy of Management, 25(4),
706-725.
Morisson,E.W., See,K.E.,&Pan,C. (2015). An approach-inhibiton model of
employee silence :The joint effects of personal sense of power and target
openness. PersonnelPsychology,68,547-583
.
Morisson,E.W., Wheeler,S.S., & Kamdar,D. (2011). Speaking Up in Groups :A
Cross-Level Study of Group Voices. Journal of Applied Psychology,96,
183-189.
Oppel, R. A.(2002, February 15). Enron official says many knew about shaky
company finances. New YorkTimes.
Pardo, V., Manuela, Fuentes, M., & Clara. (2003).Resistance to Change: A
Literature Review and Empirical Study. Management Decision, 41(2),
148-155.
Pierce,J.L., Kostova, T.,&Dirks, K.T.(2001) .Toward a Theory of Psychological
Ownership in Organizations. Journal Academy of Management, 26(2),298-
310.
Podsakoff, P.M., MacKenzie, S.B., Lee, J. Y., & Podsakoff, N.P. (2003).
Common Method Biases in Behavioral Research: A Critical Review of the
Literature and Recommended Remedies. Journal Academy of
Management, 88(5), 879-903.
Robins, S. P. (2006). Perilaku Organisasi Edisi Bahasa Indonesia(Jilid 10).
Jakarta: PT.Index Kelompok Gramedia.
Santoso, A. (2010). Statistik untuk Psikologi: Dari Blog menjadi Buku.
Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Sin, H.P., Nahrgang, J.D., & Morgeson, F.P. (2009).Understanding Why They
Don’t See Eye to Eye: An Examination of Leader-Member
Exchange(LMX) Agreement. Journal of Applied Psychology, 94(4), 1048-
1057.
Siregar, S. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Dilengkapi dengan
Perbandingan dan Perhitungan Manual dan SPSS. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Souba,W., Way,D., Lucey, C., Sedmak, D.,&Notestine, M.(2011). Elephants in
academicmedicine.Academic Medicine, 86,1492–1499.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Stamper, C.L., & Van Dyne, L. (2001). Work Status and Organizational
Citizenship Behaviour: A Field Study of Restorant Employees. Journal of
Organizational Behaviour, 22, 517-536.
Sukmadinata, N. S. (2015). Metode Penelitian Pendidikan.Bandung: PT.Remaja
Rosdakarya.
Supratiknya, A. (2015). Metodologi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dalam
Psikologi.Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Supratiknya, A. (2014). Pengukuran Psikologis. Yogyakarta: Universitas Sanata
Dharma.
Tangirala,S.,Kamdar,D.,Venkatamarani,D., & Parke,M. (2013). Doing Right
versus Getting Ahead: The Effects of Duty and Achievement Orientations
of Employees’ Voice. Journal of Applied Psychology, 98, 1040-1050.
Vandewalle,D., Van Dyne,L., & Kostova,T. (1995). Psychological ownership: An
Empirical examination of its consequence. Group &Organisational
Management,20(2),210-228.
Van Dyne, L., Ang, S., & Botero, I.C. (2003).Conceptualizing employee silence
and employeevoice as multidimensional constructs.Journal of
Management Studies,40,1359–1392.
Van Dyne, L., Kamdar,D., & Joireman J. (2008). In-Role Perceptions Buffer the
Negative Impact of Low LMX on Helping and Enhance the Positie Impact
of high LMX on Voice. Journal Applied Psychology, 93,1195-1207.
Van Dyne, L.,&LePine, J.A. (1998). Helping and voice extra-role behavior:
Evidence of construct and predictive validity. Academy of Management
journal,41,108–19.
Van Dyne,L.,&Pierce, J.L.(2004). Psychological ownership and feelings of
possession: Three field studies predicting employee attitudes and
organizational citizenship behavior. Journal of Organizational Behavior,
25,439-459.
Wang,Yau-De., & Hsieh,Hui-Hsien. (2013). Organizational ethical climate
perceived organizational support, and employee silence: A cross-level
investigation. Human Relations, 66(6), 783-802.
Whiteside,D.B., &Barclay,L.J. (2013). Echoes of silence: Employee silence as a
mediator between overall justice and employee outcomes. Journal of
business ethics, 116,251-266.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Whiting, S.W., Podsakoff, P.M.,&Pierce, J.M. (2008).Effects of Task
Performance, Helping, Voice, and Organizational Loyalty on Performance
Appraisal Ratings.Journal of Applied Psychology,93,125–139.
Wang, H., Law, K. S., Hacket, R. D., Wang, D., & Chen X. Z. (2005). Leader
Member Exchange as a Mediator of Relationship between
Transformational Leadership and Followers’ Performance and
Organizational Citizenship Behaviour. Academy of Management, 48(3),
420-432.
Zhao, H. (2014). Relative leader-member exchange and employee voice.Chinese
Management Studies, 8(1), 27.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
LAMPIRAN A.
Skala Penelitian LMX, Voice, dan Psychological Ownership
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
LAMPIRAN B.
Korelasi Item Total
PYCHOLOGICAL OWNERSHIP
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item
Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's Alpha if
Item Deleted
VAR00001 25.3953 10.816 .608 .427
VAR00002 25.5814 11.678 .459 .480
VAR00003 25.7907 9.646 .628 .385
VAR00004 26.9767 9.833 .302 .540
VAR00005 25.4651 13.255 .252 .552
VAR00006 25.5116 12.732 .336 .523
VAR00007 26.8140 14.774 -.148 .714
VOICE
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item
Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's Alpha if
Item Deleted
VAR00001 52.0930 78.610 .721 .873
VAR00002 51.4884 73.827 .621 .851
VAR00003 51.4884 71.494 .268 .843
VAR00004 50.2093 85.408 .625 .870
VAR00005 51.6047 71.388 .576 .841
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
LMX
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
VAR00001 46.5814 44.630 .495 .915
VAR00002 47.4419 43.586 .513 .916
VAR00003 47.0233 43.023 .593 .910
VAR00004 46.7907 41.693 .814 .898
VAR00005 46.6744 44.844 .728 .905
VAR00006 46.5581 43.443 .727 .903
VAR00007 46.4419 46.586 .527 .912
VAR00008 46.7907 42.360 .809 .899
VAR00009 46.6279 44.096 .757 .903
VAR00010 46.8837 40.105 .726 .904
VAR00011 46.8372 41.282 .818 .898
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
LAMPIRAN C.
Reliabilitas
LMX
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.914 11
PYCHOLOGICAL OWNERSHIP
Reliability Statistics
Cronbach’s Alpha N of Items
.746 6
VOICE
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.825 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
LAMPIRAN D.
Tabel Kolmogorov-Smirnov
Regresi LMX dan psychological ownership
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 143
Normal Parametersa,b
Mean ,0000000
Std.
Deviation
3,84361663
Most Extreme Differences
Absolute ,070
Positive ,039
Negative -,070
Kolmogorov-Smirnov Z ,843
Asymp. Sig. (2-tailed) ,476
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Regresi psychological ownership dan voice
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 143
Normal Parametersa,b
Mean ,0000000
Std.
Deviation
2,88841230
Most Extreme Differences
Absolute ,110
Positive ,106
Negative -,110
Kolmogorov-Smirnov Z 1,320
Asymp. Sig. (2-tailed) ,061
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Regresi LMX dan voice
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 143
Normal Parametersa,b
Mean ,0000000
Std.
Deviation
2,50530360
Most Extreme Differences
Absolute ,111
Positive ,086
Negative -,111
Kolmogorov-Smirnov Z 1,330
Asymp. Sig. (2-tailed) ,058
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Regresi LMX, sychological ownership dan voice
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 143
Normal Parametersa,b
Mean ,0000000
Std.
Deviation
2,50457506
Most Extreme Differences
Absolute ,096
Positive ,080
Negative -,096
Kolmogorov-Smirnov Z 1,142
Asymp. Sig. (2-tailed) ,147
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
LAMPIRAN E.
Uji Linearitas ANOVA Test for Linearity
ANOVA Table
Sum of
Squares
df Mean
Square
F Sig.
Psy_Own *
LMX
Between
Groups
(Combined) 473,65
4
22 21,53
0
1,
377
,1
46
Linearity 169,67
5
1 169,6
75
10
,852
,0
01
Deviation
from Linearity
303,97
9
21 14,47
5
,9
26
,5
60
Within Groups 1485,3
37
95 15,63
5
Total 1958,9
92
11
7
ANOVA Table
Sum of
Squares
df Mean
Square
F Sig.
Voice* Psy_Own
Between
Groups
(Combin
ed)
268,92
2
1
5
17,92
8
,9
61
,50
1
Linearity 55,687 1 55,68
7
2,
984
,04
7
Deviatio
n from
Linearity
213,23
6
1
4
15,23
1
,8
16
,65
0
Within Groups 1903,2
81
1
02
18,66
0
Total 2172,2
03
1
17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
ANOVA Table
Sum of
Squares
df Mean
Square
F Sig.
Voice* LMX
Between
Groups
(Combined) 1375,07
2
2
2
62,50
3
1,
011
,45
9
Linearity 261,851 1 261,8
51
4,
236
,04
2
Deviation
from Linearity
1113,22
0
2
1
53,01
0
,8
58
,64
3
Within Groups 5871,92
0
9
5
61,81
0
Total 7246,99
2
1
17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
LAMPIRAN F.
SCATTER PLOT UJI HOMOGENITAS
Gambar 1. scatter plot LMX dan psychological ownership
Gambar scatter plot di atas menunjukkan sebaran data variabel
LMX dan psychological ownership tampak acak dan tidak membentuk
pola megaphone. Oleh karena itu uji homogenitas terpenuhi atau dengan
kata lain data dapat dikatakan homogen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Gambar 2. scatter plot psychological ownership dan voice
Gambar scatter plot di atas menunjukkan sebaran data yang terlihat
acak dan tidak membentuk pola megaphone. Dengan demikian dapat
dikatakan sebaran data variabel psychological ownership dan voice
homogen atau memiliki variasi residu yang konstan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Gambar 3. scatter plot LMX dan voice
Gambar scatter plot di atas diketahui sebaran data hasil variabel LMX
dan voice tampak acak dan tidak membentuk pola megaphone. Oleh karena
itu uji homogenitas terpenuhi atau dengan kata lain data dapat dikatakan
homogen atau memiliki variasi residu yang konstan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
LAMPIRAN G
Regresi Uji Glejser Uji Asumsi Homogenitas
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,000a ,000 -,014 2,52240
a. Predictors: (Constant), PSY_OWN, LMX
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) -1,007E-013 2,228 ,000 1,000
LMX ,000 ,041 ,000 ,000 1,000
PSY_OWN ,000 ,055 ,000 ,000 1,000
a. Dependent Variable: AbsUt
Variables Entered/Removeda
Model Variables
Entered
Variables
Removed
Method
1 PSY_OWN,
LMXb
. Enter
a. Dependent Variable: AbsUt
b. All requested variables entered.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
LAMPIRAN H
Uji Signifikansi Nilai Mean
T-Test
[DataSet2] D:\LEONARDO'S\download\143 subjek leo.docx.sav
One-Sample Statistics
N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
LMX 143 55,0280 5,59167 ,46760
PSY_OWN 143 29,0629 4,14392 ,34653
Voice 143 24,5035 2,95953 ,24749
One-Sample Test
Test Value = 0
T df Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
LMX 117,682 142 ,000 55,02797 54,1036 55,9523
PSY_OWN 83,868 142 ,000 29,06294 28,3779 29,7480
Voice 99,009 142 ,000 24,50350 24,0143 24,9927
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
LAMPIRAN I
Hasil Regresi Sederhana LMX dan Psychological Ownership
Variables Entered/Removeda
Model Variables
Entered
Variables
Removed
Method
1 LMXb . Enter
a. Dependent Variable: PSY_OWN
b. All requested variables entered.
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,374a ,140 ,134 3,85722
a. Predictors: (Constant), LMX
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1
Regression 340,612 1 340,612 22,893 ,000b
Residual 2097,821 141 14,878
Total 2438,434 142
a. Dependent Variable: PSY_OWN
b. Predictors: (Constant), LMX
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 13,821 3,202 4,317 ,000
LMX ,277 ,058 ,374 4,785 ,000
a. Dependent Variable: PSY_OWN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
Hasil Regresi Sederhana Psychological Ownership dan Voice
Variables Entered/Removeda
Model Variables
Entered
Variables
Removed
Method
1 PSY_OWNb . Enter
a. Dependent Variable: Voice
b. All requested variables entered.
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,218a ,047 ,041 2,89864
a. Predictors: (Constant), PSY_OWN
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 59,053 1 59,053 7,028 ,009b
Residual 1184,695 141 8,402
Total 1243,748 142
a. Dependent Variable: Voice
b. Predictors: (Constant), PSY_OWN
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 19,981 1,723 11,596 ,000
PSY_OWN ,156 ,059 ,218 2,651 ,009
a. Dependent Variable: Voice
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
Hasil Regresi Sederhana LMX dan Voice
Variables Entered/Removeda
Model Variables
Entered
Variables
Removed
Method
1 LMXb . Enter
a. Dependent Variable: Voice
b. All requested variables entered.
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,532a ,283 ,278 2,51417
a. Predictors: (Constant), LMX
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 352,479 1 352,479 55,763 ,000b
Residual 891,270 141 6,321
Total 1243,748 142
a. Dependent Variable: Voice
b. Predictors: (Constant), LMX
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 8,999 2,087 4,312 ,000
LMX ,282 ,038 ,532 7,467 ,000
a. Dependent Variable: Voice
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
Hasil Regresi Sederhana LMX, Psychological Ownership dan Voice
Variables Entered/Removeda
Model Variables
Entered
Variables
Removed
Method
1 PSY_OWN,
LMXb
. Enter
a. Dependent Variable: Voice
b. All requested variables entered.
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,533a ,284 ,274 2,52240
a. Predictors: (Constant), PSY_OWN, LMX
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 352,997 2 176,498 27,740 ,000b
Residual 890,751 140 6,363
Total 1243,748 142
a. Dependent Variable: Voice
b. Predictors: (Constant), PSY_OWN, LMX
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 8,782 2,228 3,942 ,000
LMX ,277 ,041 ,524 6,797 ,000
PSY_OWN ,016 ,055 ,022 ,285 ,776
a. Dependent Variable: Voice
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
LAMPIRAN I
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI