Upload
phamhuong
View
221
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
PENGELOLAAN DAN PENINGKATAN KUALITAS LAHAN SUB-
OPTIMAL UNTUK MENDUKUNG TERWUJUDNYAKETAHANAN DAN
KEDAULATAN PANGAN NASIONAL
(Pemanfaatan Biochar Untuk Perbaikan Kualitas Tanah Dan Pertanian
Berlanjut)
Tim Penyusun :
1. Prof. DR. Ir. Rahmatullah Rizieq, M. Si 2. DR. Ir. Agusalim Masulili, MP 3. Ir. Agus Suyanto, MMA 4. Sutikarini, SP, M. Sc 5. Donna Youlla, SP, MEM 6. Mustika, A, Md
Diterbitkan oleh :
Universitas Panca Bhakti Pontianak
Alamat :
Jalan Kom. Yos Sudarso
Telp. (0561) 780051, 772627 Fax. (0561) 774442
PO BOX 78113
Pontianak – Kalimantan Barat
KATA PENGANTAR
Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Salam sejahtera bagi kita semua.
Syukur Alhamdulillah ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga Buku Prosiding Seminar Nasional
dapat terselesaikan atas kerjasama antara Fak Pertanian UPB, UNITRI, UNRAM dan
ABI (Asosiasi Biochar Indonesia).
Buku prosiding tersebut memuat sejumlah artikel hasil penelitian dengan tema
Pengelolaan Dan Peningkatan Kualitas Lahan Sub-Optimal Untuk Mendukung
Terwujudanya Ketahanan Dan Kedaulatan Pangan Nasional (Pemanfaatan Biochar
Untuk Mendukung Pertanian Berlanjut) yang telah dilakukan oleh Bapak/Ibu dosen
UPB, UNITRI, UNRAM dan ABI (Asosiasi Biochar Indonesia), serta pihak lainnya
yang terkait.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan aktif sehingga Prosiding
Seminar Nasional ini dapat terselesaikan. Mudah-mudahan apa yang kita lakukan,
memberikan manfaat bagi kita semua. Kami menyadari, dalam penyusunan yang
kami berikan, banyak terdapat kekurangan dan kekeliruan, untuk itu kami mohon
maaf yang sebesar-besarnya.
Wabillahi taufik walhidayah, wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Salam sejahtera bagi kita semua.
Pontianak, 3 Mei 2016
Ttd
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
BIOCHAR UNTUK PENGELOLAAN HARA NITROGEN1)
Wani Hadi Utomo 2) dan Titiek Islami 3)…………………………………………………………... 1
OPTIMALISASI KINERJA ALAT PENGHASIL ASAP CAIR DARI BAHAN BAKU
LIMBAH PERTANIAN
S.P. Abrina Anggraini, Tiya Nurhazisa ............................................................................................................... 12
APLIKASI BIOCHAR, PUPUK KANDANG DAN CAMPURAN KEDUANYA PADA
BEDENG PERMANEN YANG DITANAMI CABAI MERAH (Capsicum annum L.) Raden Unangga Jaya W1, IGM Kusnarta2, Sukartono2, dan Padusung2 ...................................................... 20
IMMOBILISATION OF AS AND CU IN GOLD MINE TAILINGS AMENDED WITH
EMPTY FRUIT BUNCH AND RICE HUSK BIOCHARS PYROLYSED AT
DIFFERENT TEMPERATURES Claoston Nardon, 1 Samsuri Abdul Wahid, 1 Ahmad Husni Mohd Hanif,1 and Mohd Amran Mohd Salleh2,3 ....................................................................................................................................................... 30
PENGARUH PEMBERIAN BIOCHAR DAN KOMPOS KULIT KAKAO
TERHADAP KUALITAS TANAH DAN PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO E.R. Indrayatie1) dan W.H. Utomo2 ................................................................................................................... 39
PEMANFAATAN BIOCHAR SERASAH TEBU DAN LIMBAH TEBU LAINNYA
UNTUK PERBAIKAN KUALITAS TANAH BERPASIR Budi Hariyono1,2, Wani Hadi Utomo3,4, Sri Rahayu Utami3 dan Titiek Islami34………………………………………………………............................................................ 46
USING BIOCHAR TO IMPROVE THE SOIL QUALITY, GROWTH AND YIELD OF
SOYBEAN (Glycine max L.) IN THE SUB-OPTIMAL LAND OF LOMBOK Mulyati1), Sukartono1), Baharuddin, A.B.1), Tejowulan, R. S.1) .................................................................. 54
PENGARUH PEMBERIAN ARANG DAN CUKA KAYU TERHADAP
PERTUMBUHANCABAI DAN SAWI Heru S. Wibisono, Novitri Hastuti, Gustan Pari, R. Esa Pangersa G., dan Nela Rahmati Sari150 ............ 62
THE USE OF PYROLYSIS CHARCOAL (BIOCHAR) ORIGINATED FROM PALM
KERNEL SHELLFOR NUTRIENT AND CARBON SEQUESTRATION IN LITHIC
HAPLUDULTS AT OIL PALM MAIN NURSERY Laksmita Prima Santi ............................................................................................................................................. 68
HETEROSIS, PERAN GEN, DAN SIFAT KUALITATIF HASIL PERSILANGAN IPB
3S DAN FATMAWATI DENGAN PADI BERAS MERAH DALAM PEMBENTUKAN
PADI GOGORANCAH TIPE IDEAL I Gusti Putu Muliarta Aryana , AAK Sudharmawan dan Bambang B Santoso ................................ 76
KEEFEKTIFAN BIOCHAR SERBUK GERGAJI DAN PUPUK SUPER(PETRO) GANIK
YANG DIPERKAYA DENGAN Fe DAN Zn TERHADAP SIFAT TANAH DAN
PERTUMBUHAN JAGUNG PADA TANAH INSEPTISOL Baharuddin, Mulyati, Tejowulan, dan Sukartono .............................................................................................. 88
RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI TERHADAP
PEMBERIAN BIOCHAR DAN BERBAGAI DOSIS BIOAKTIVATOR YANG
DIFERMENTASI DENGAN JAMUR Trichoderma spp. DI LAHAN KERING I Made Sudantha dan Suwardji ............................................................................................................................. 97
PERUBAHAN SIFAT-SIFAT KIMIA TANAH DAN HASIL PADI PADA LAHAN RAWA
PASANG SURUT DENGAN APLIKASI PEMBENAH TANAH Junita Barus1 dan Novilia Santri1 ...................................................................................................................... 106
ANALISIS KOMPERATIF PENDAPATAN PETANI PENGGUNAAN VARITAS
UNGGUL NASIONAL DAN LOKAL DI LAHAN KERING (STUDI KASUS DI DESA
TANGGERANG KECAMATAN JELAI HULU) Ellyta dan Saleh Andreas ..................................................................................................................................... 111
DINAMIKA PENYULUHAN PERTANIAN DALAM MENDUKUNG USAHATANI
PETANIDI LAHAN SUB-OPTIMAL KALIMANTAN BARAT Gontom C. Kifli1), Dadan Permana1) dan Nurul Ekawati2) ......................................................................... 118
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI SAGU (Metroxylon Sp.)
(FACTORS INFLUENCING THE PRODUCTION OF SAGO (Metroxylon Sp.) Starch) Sitti Aida Adha Taridala1, Satriana Mollah2, Ansharullah3 .......................................................................... 128
KARAKTERISTIK 3 JENIS BIOCHAR DENGAN LAMA WAKTU PIROLISIS
BERBEDA SEBAGAI AMELIORAN TANAH GAMBUT Urai Suci Y.V.I1, Uray Edi Suryadi2, Azwar Maas3, Sri Nuryani H .U4, Eko Hanudin5 ........................ 137
PERTUMBUHAN BIBIT JERUK DENGAN APLIKASI BIOCHAR PADA TANAH
ANDOSOL DAN ALUVIAL Reza Prakoso Dwi Julianto1), Septian Eko Ardiansyah2), Widowati 3)...................................................... 148
POTENSI BIOCHAR YANG DIFERMENTASI JAMUR Trichoderma spp. SEBAGAI
BAHAN PEMBENAH TANAH UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN
HASIL BEBERAPA GENOTIPE JAGUNG DI TANAH ENTISOL Suwardji dan I Made Sudantha ........................................................................................................................... 153
RESIDU HARA KALIUM DAN BIOCHAR PADA HASIL TANAMAN JAGUNG MUSIM
TANAM KEDUA Widowati dan Wahyu Fikrinda ............................................................................................................ 161
RESPON BIOFERTILIZER TERHADAP SERANGAN HAMA PENYAKIT DAN
PRODUKSI BUAH NAGA Azri………………………………………………………………………………………………….... 173
PENGARUH PEMBENAH TANAH PROCAL TERHADAP PRODUKTIVITAS PADI
PADA LAHAN SUB OPTIMAL DI KALIMANTAN BARAT Pratiwi1, Panut1 dan Erison2……………………………………………………………………….. 181
KONTROVERSI TENTANG DAN STANDAR MUTU BIOCHAR
Controversy on and Quality Standard Biochar Didiek Hadjar Goenadi 1) dan Laksmita Prima Santi 2)……………………………………………. 187
PENGELOLAAN DRAINASE DAN PEMBERIAN ARANG HAYATI
UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS PADI LAHAN PASANG SURUT
BUKAAN BARU DI KALIMANTAN BARAT Muhammad Hatta……………………………………………………………………………………. 192
PENGARUH BUSUKAN IKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI
PADA TANAH ALLUVIAL Sutikarini…………………………………………………………………………………………… 201
PEMUPUKAN KALIUM UNTUK PERBAIKAN HASIL DAN UKURAN UMBI
TANAMAN UBIJALAR Sri Umi Lestari1) dan Nur Basuki2)………………………………………………………………. 211
PENGARUH BIOCHAR SEKAM PADI YANG DIPERKAYA HARA DAN KETEBALAN
MULSA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL SELADA DARAT (
Lactuca sativa L.)
Kristina Irna Sari Naikofi, Arnoldus Klau Berek dan Eduardus Yosef Neonbeni….. 218
PENGELOLAAN AIR DAN PEMBERIAN BAHAN ORGANIK UNTUK
MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS PADI DI LAHAN PASANG SURUT Muhammad Hatta……………………………………………………………………………………. 226
Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Biochar Indonesia, Pontianak Mei 2016 ISBN 978-602-72935-2-6
RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI TERHADAP
PEMBERIAN BIOCHAR DAN BERBAGAI DOSIS BIOAKTIVATOR YANG
DIFERMENTASI DENGAN JAMUR Trichoderma spp. DI LAHAN KERING
I Made Sudantha dan Suwardji
Dosen Program Studi Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering Universitas Mataram
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai
terhadap pemberian biochar dan berbagai dosis bioaktivator yang difermentasi dengan jamur saprofit
Trichoderma harzainum isolat SAPRO-07 dan jamur endofit T. polysporum isolat ENDO-04. Penelitian
ini dilaksanakan di lahan kering Desa Banyu Urip Kecamatan Gerung Kabupaten Lombok Barat mulai
bulan Juni sampai Agustus 2015. Penelitian menggunakan Rancangan Petak Terbagi (Split Plot
Design) yang terdiri dari 2 faktor. Petak utama adalah pemberian biochar yang difermentasi dengan
jamur Trichoderma spp., yang terdiri dari dua aras yaitu tanpa pemberian biochar dan pemberian
biochar 10 kg/petak setara 20 ton/ ha. Anak petak adalah dosis bioaktivator yang difermentasi jamur
Trichoderma spp., yang terdiri dari lima aras yaitu: tanpa bioaktivator, dengan bioaktivator 2 g/lubang
tanam setara 200 kg/ ha, dengan bioaktivator 3 g/lubang tanam setara 300 kg/ ha, dengan bioaktivator
4 g/lubang tanam setara 400 kg/ ha, dan dengan bioaktivator 5 g/lubang tanam setara 500 kg/ ha. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa (1) Pemberian biochar sebanyak 20 ton/ha yang difermentasi dengan
jamur saprofit T. harzainum isolat SAPRO-07 dan jamur endofit T. polysporum isolat ENDO-04 dapat
meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai di lahan kering. (2) Pemberian bioaktivator
yang difermentasi dengan jamur saprofit T. harzainum isolat SAPRO-07 dan jamur endofit T.
polysporum isolat ENDO-04 sebanyak 5 g/tanaman setara 500 kg/ ha dapat meningkatkan pertumbuhan
dan hasil tanaman kedelai di lahan kering. ___________________________________________________________
Kata Kunci: biochar, bioaktivator, Trichoderma spp., biochar dan kedelai
PENDAHULUAN
Tanaman kedelai (Glycine (L.) Merr.) merupakan komoditas pangan utama ketiga setelah
padi dan jagung serta menjadi salah satu komoditas yang diprioritaskan dalam program Revitalisasi Pertanian. Selain mengandung protein nabati yang cukup tinggi yang dibutuhkan
untuk meningkatkan gizi masyarakat, kedelai juga aman dikonsumsi, dan harganya cenderung terjangkau disemua lapisan masyarakat (Arsyad dan Syam, 1998: Direktorat Kacang-kacangan
dan Umbi-umbian, 2004) Di Indonesia, sekitar 60 % tanaman kedelai dibudidayakan di lahan sawah setelah
tanaman padi dan 40 % di lahan kering. Luas lahan kering di Indonesia mencapai 32,9 juta ha,
dari total luas tersebut baru 25,2 juta ha (76 %) telah dapat dimanfaatkan, sedangkan sisanya 7,7 juta ha belum termanfaatkan. Di Nusa Tenggara Barat (NTB), pengembangan pertanian lahan
kering merupakan unggulan dan andalan masa depan, karena sebagian besar wilayah NTB yaitu 84% dari luas wilayah NTB (1,8 juta hektar) merupakan lahan kering yang mempunyai potensi
dikembangkan menjadi lahan pertanian yang produktif untuk berbagai komoditi pertanian tanaman pangan terutama tanaman kedelai (Suwardji et al., 2003).
Di NTB kedelai merupakan tanaman utama yang ditanam dengan pola tanam kedelai-
kedelai-jagung atau kedela-jagung-kedelai. Produktivitas hasil kedelai di tingkat petani baru mencapai 1,0 ton/ha, dan hasil ini masih tergolong rendah karena potensi biologis hasil kedelai
pada lahan kering di NTB dapat mencapai 3,3 ton/ha, dan hasil penelitian rata-rata telah mencapai 2,5 ton/ha atau 75 persen dari potensi biologisnya. Hal ini berarti tanaman kedelai berpotensi
untuk dikembangkan dan ditingkatkan produktivitasnya (Sudantha et al., 1999).
97
Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Biochar Indonesia, Pontianak Mei 2016 ISBN 978-602-72935-2-6
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa salah satu faktor pembatas utama dalam
pengembangan tanaman kedelai pada lahan kering adalah kesehatan tanaman kedelai karena adanya serangan patogen tular tanah, masalah yang lain adalah ketidak mampuan tanaman kedelai beradaptasi pada kondisi cekaman kekeringan terutama pada fase perkecambahan, pertembuhan vegetatif dan pembungaan dan kesuburan tanah (Sudantha dan Suwardji, 2013).
Dengan demikian untuk mengatasi permasalahan ini perlu adanya penerapan teknologi
hayati atau teknologi sepadan yang sesuai dengan kondisi lahan kering. Salah satu alternatif untuk pemecahan masalah ini adalah memperbaiki kondisi fisik dan biologis tanah menuju pertanian
yang berkelanjutan berbasis pertanian organik dengan pengelolaan tanaman kedelai secara terpadu, yaitu dengan memadukan berbagai komponen teknologi hayati yang memberikan
pengaruh sinergistik antara lain penggunaan bioaktivator dan biochar, sehingga tanaman kedelai mampu menginduksi ketahanan terhadap cekaman kekeringan, sehingga mampu memacu
pertumbuhan dan pembungaan serta meningkatkan hasil kedelai. Bioaktivator yang merupakan inokulan unggul lokal NTB (jamur saprofit T. harzainum
isolat SAPRO-07 dan jamur endofit T. polysporum isolat ENDO-04) sebagai pemacu
pertumbuhan dan pembungaan berbagai tanaman (Sudantha, 2010a). Sudantha (2010b)
melaporkan bahwa percobaan di rumah kaca aplikasi jamur T. koningii isolat ENDO-02 dan T. polysporum isolat ENDO-04 lebih memacu pertumbuhan tinggi tanaman kedelai, sedang jamur T.
harzianum isolat SAPRO-07 dan T. hamtum isolat SAPRO-09 lebih memacu keluarnya bunga lebih awal, menambah polong isi dan bobot biji kering kedelai per tanaman.
Biochar atau arang biologis adalah arang hitam hasil proses pemanasan biomassa organik pada keadaan oksigen terbatas (Tunggal, 2009). Hasil penelitian aplikasi biochar limbah arang tempurung kelapa yang difermentasi dengan jamur saprofit T. harzainum isolat SAPRO-07 dan jamur endofit T. polysporum isolat ENDO-04 pada tanaman jagung yang dilakukan di lahan kering pada dosis 20 ton/ha dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil jagung (Sudantha dan Suwardji, 2015), namun pengaruhnya terhadap tanaman kedelai di lahan kering belum diketahui.
Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
respon pertumbuhan dan hasil kedelai terhadap pemberian biochar dan berbagai dosis bioaktivator
yang difermentasi dengan jamur saprofit T. harzainum isolat SAPRO-07 dan jamur endofit T.
polysporum isolat ENDO-04 di lahan kering.
BAHAN DAN METODE
Penelitian dilaksanakan di lahan kering tadah hujan yang berpengairan High Level
Diversion di Desa Banyu Urip Kecamatan Gerung Kabupaten Lombok Barat NTB. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Petak Terbagi (Split Plot Design) dengan dua faktor. Sebagai
petak utama adalah pemberian biochar terdiri atas dua aras, yaitu: tanpa pemberian biochar dan
pemberian biochar (10 kg/petak setara 20 ton/ha). Sebagai anak petak adalah dosis bioaktivator granula tediri atas lima aras, yaitu: tanpa pemberian bioaktivator, dosis 2 g/lubang tanam setara
200 kg bioaktivator/ha, dosis 3 g/lubang tanam setara 300 kg bioaktivator/ha, dosis 4 g/lubang tanam setara 400 kg bioaktivator/ha, dan dosis 5 g/lubang tanam setara 500 kg bioaktivator/ha.
Perlakuan merupakan kombinasi antara aplikasi biochar dan dosis bioaktivator sehingga terdapat 30 unit percobaan.
Penyediaan Bioakivator Granula Formulasi granula/butiran dibuat dengan mencampur substrat daun kopi dengan tanah
liat/clay steril masing-masing berukuran 2 mm dengan perbandingan 10:1 (v/v), kemudian difermentasi dengan suspensi biomasa konidia jamur saprofit T. harzainum isolat SAPRO-07 dan jamur endofit T. polysporum isolat ENDO-04 selanjutnya dimasukkan ke dalam alat pembuatan formulasi granula, dan diinkubasikan selama 14 hari.
Penyediaan Biochar Biochar berasal dari sisa-sisa pembuatan arang tempurung kelapa dari Industri Kecil
Pembuatan Arang di Desa Bengkaung Kecamatan Batulayar Kabupaten Lombok Barat. Biochar
98
Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Biochar Indonesia, Pontianak Mei 2016 ISBN 978-602-72935-2-6
ditumbuk (grinding) sedemikian rupa kemudian diayak dengan ayakan mata saring 1,0 mm. Selanjutnya biochar difermentasi dengan jamur konidia jamur saprofit T. harzainum isolat SAPRO-07 dan jamur endofit T. polysporum isolat ENDO-04 selama 21 hari.
Penyedian Lahan Pengolahan tanah dilakukan dengan cara pencangkulan sebanyak dua kali,
selanjutnya dibuat petakan berukuran 2 x 2,5 m2 sebanyak 30 petak.
Cara Pemberian Biochar dan Bioaktivator Pemberian biochar dengan cara cara dibenamkan ke dalam tanah pada saat pengolahan
tanah sebanyak 20 ton/ha atau 10 kg/petak. Untuk biaoaktivator diberikan disebelah lubang tanam bersamaan dengan penugalan benih sesuai dengan dosis perlakuan.
A B
Gambar 1. Bioaktivator granula (A) dan biochar limbah arang tempurung kelapa (B) yang difermentasi dengan jamur saprofit T. harzainum isolat SAPRO-07 dan jamur endofit T. polysporum isolat ENDO-04
Penanaman Benih Kedelai
Benih kedelai varietas Anjosmoro ditanam sebanyak tiga biji dengan jarak 40 x 25 cm dengan cara dimasukkan ke dalam lubang tanam, dan setelah berumur satu minggu diakukan penjarangan dengan menyisakan dua tanaman. Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan tanaman meliputi pemupukan, pengairan dan penyiangan. Pemupukan dengan pemberian pupuk phonska sebanyak 50% dari rokemdasi. Pengairan dilakukan dengan sistem pengairan High Level Diversion. Pengamatan Parameter
Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah: tinggi tanaman, bobot brangkasan basah dan kering tanaman, bobot polong per tanaman, bobot biji per tanaman, bobot 100 biji, dan bobot biji kering per ha. Analisis Data
Data dianalisis menggunakan analisis keragaman pada taraf nyata 5%. Selanjutnya diuji lanjut menggunakan uji beda nyata jujur (BNJ) pada taraf nyata yang sama.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Biochar
Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa interaksi antara biochar dengan dosis
bioaktivator yang difermentasi dengan jamur saprofit T. harzainum isolat SAPRO-07 dan jamur endofit T. polysporum isolat ENDO-04 tidak berbeda nyata terhadap variabel pertumbuhan,
sedangkan pemberian biochar dan bioaktivator secara tunggal menunjukkan beda nyata. Hasil uji lanjut pengaruh pemberian biochar terhadap pertumbuhan tanaman kedelai (tinggi tanaman,
berangkasan basah/tanaman dan berangkasan kering/tanaman) dan hasil tanaman kedelai (bobot polong kering/tanaman, bobot 100 biji dan bobot biji kering/ha) disajikan pada Tabel 1 dan 2.
99
Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Biochar Indonesia, Pontianak Mei 2016 ISBN 978-602-72935-2-6
Tabel 1. Pengaruh pemberian biochar yang difermentasi dengan jamur saprofit T.
harzainum isolat SAPRO-07 dan jamur endofit T. polysporum isolat ENDO-04
terhadap tinggi tanaman kedelai pada umur 5 mst, berangkasan basah/tanaman
dan berangkasan kering/tanaman
Biochar Tinggi tanaman Bobot berangkasan Bobot bereangkasan
kedelai (cm) basah/tanaman (g) kering/tanaman (g)
Tanpa Biochar 26,69 a*) 13,79 a*) 4,89 a*)
Dengan Biochar (20 30,98 b 20,83 b 4,14 b ton/ha)
BNJ 5% 3,29 8,07 4,32 *) Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji
BNJ 5%
Tabel 2. Pengaruh pemberian biochar yang difermentasi dengan jamur saprofit T.
harzainum isolat SAPRO-07 dan jamur endofit T. polysporum isolat ENDO-04
terhadap bobot polong kering/ tanaman, bobot 100 biji dan bobot biji kering/ha
Biochar Bobot polong kering Bobot 100 Bobot biji Kering
panen/tanaman (g) biji kedelai panen/ha (ton)
(g)
Tanpa biochar 13,91 a*) 18,79 a*) 1,26 a*)
Dengan biochar (20 ton/ha) 14,38 b 21,28 b 2,96 b
BNJ 5% 2,80 2,58 0,75 *) Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji
BNJ 5%.
Pada Tabel 1 terlihat bahwa pengaruh pemberian biochar yang difermentasi dengan jamur saprofit T. harzainum isolat SAPRO-07 dan jamur endofit T. polysporum isolat ENDO-04
berbeda nyata dengan tanpa pemberian biochar terhadap varibel pertumbuhan tanaman (tinggi
tanaman kedelai pada umur 5 mst, bobot berangkasan basah/tanaman dan bobot berangkasan kering/tanaman). Demikian juga pada Tabel 2 terlihat bahwa pengaruh pemberian biochar yang
difermentasi menunjukkan beda nyata dengan tanpa pemberian biochar terhadap variabel hasil tanaman kedelai (bobot polong kering/ tanaman, bobot 100 biji dan bobot biji kering/ha). Untuk
bobot biji kering panen terjadi peningkatan 57% akibat penggunan biochar yang difermentasi dengan jamur Trichoderma spp., yaitu dari 1,26 ton/ha menjadi 2,96 ton/ha. Hal ini berarti bahwa
pemberian biochar limbah arang tempurung kelapa sebanyak 10 kg/petak setara 20 ton/ha mampu meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai mendekati potensi biologisnya.
Ada dua hal yang menyebabkan meningkatnya pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai setelah diberikan biochar yang difermentasi dengan jamur Trichoderma spp., yaitu: (1) Jamur saprofit T. harzainum isolat SAPRO-07 dan jamur endofit T. polysporum isolat
ENDO-04 yang digunakan untuk fermentasi biochar dapat berkolonisasi dengan baik dalam biochar yang kemudian diberikan ke dalam tanah. Pada penelitian ini ditemukan populasi
jamur Trichoderma spp. di biochar dan di daerah perakaaran tanaman kedelai 6,0 x 106
propagul/g tanah. Hal ini berarti biochar merupkan host yang baik untuk jamur Trichoderma spp. Menurut Sudantha (2007) bahwa kedua species jamur ini mempunyai karakter yang berbeda, yaitu jamur saprofit T. harzainum isolat SAPRO-07 berkolonisasi di rhizosfer tanaman kedelai dan jamur endofit T. polysporum isolat ENDO-04 masuk ke dalam jaringan tanaman kedelai. Lebih lanjut Sudantha (2010b) mengatakan bahwa jamur endofit dalam jaringan tanaman kedelai lebih berperan dalam memacu pertumbuhan vegetatif dibandingkan dengan generatif, dan sebaliknya jamur saprofit lebih berperan dalam memacu pertumbuhan generatif dibandingkan dengan vegetatif. Dalam hal peran jamur endofit T. polysporum isolat ENDO-04 di dalam jaringan tanaman kedelai menstimulir etilen dalam memacu pemanjangan sel sehingga bertambahnya tinggi tanaman, sedangkan jamur saprofit
100
Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Biochar Indonesia, Pontianak Mei 2016 ISBN 978-602-72935-2-6
T. harzainum isolat SAPRO-07 di rhizosfer atau daerah perakaran tanaman kedelai mengeluarkan etilen yang didifusikan ke tubuh tanaman melalui silem yang berperan memacu pertumbuhan generatif.
(2) Biochar yang telah difermentasi dengan kedua species jamur ini berpengaruh langsung dalam
memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Dengan demikian sifat fisik, kimia dan
biologi tanah yang baik dapat meningktkan pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai. Pada
penelitian ini analisis tanah setelah pemberian biochar menunjukkan bahwa pH tanah
meningkat dari 6,0 menjadi 6,2; terjadi peningkatan C organik dari 1,93% menjadi 2,09%;
terjadi peningkatan N total dari 0,16% menjadi 0,44%; terjadi peningkatan P tersedia dari
0,46 ppm menjadi 43,86 ppm, terjadi peningkatan K tertukar dari 1,28 M% menjadi 2,68
M%; dan terjadi peningkatan KTK dari 11,25 Me% menjadi 17,67 Me%. Menurut Sukartono
dan Utumo (2012) bahwa peningkatan pH tanah pada perlakuan biochar berkaitan dengan
bahan baku biochar yang di gunakan yaitu tempurung kelapa yang memiliki tingkat alkalin
yang tinggi. Lebih lanjut Priyono (2005) mengatakan bahwa pH tanah berpengaruh terhadap
ketersediaan unsur hara karena merupakan salah satu sifat kimia tanah yang penting yang
dapat menentukan kualitas tanah sebagai media tumbuh tanaman. Lehman et al. (2006)
mengatakan bahwa peningkatan C-Organik pada perlakuan biochar disebabkan oleh
kandungan C-organik pada biochar memiliki struktur C aromatik yang lebih tahan terhadap
dekomposisi, sehingga keberadaan C-Organik pada tanah meningkat bahkan bertahan lama.
Menurut Islami (2012) bahwa peningkatan C-Organik tanah berimplikasi terhadap
peningkatan kandungan bahan organik didalam tanah dan selanjutnya akan berpengaruh juga
terhadap perbaikan kualitas tanah dan keberadaan unsur hara di dalam tanah karena bahan
organik tanah merupakan salah satu kunci yang menentukan kesuburan dan produktivitas
tanah. Bahan organik merupakan sumber utama beberapa unsur hara tanaman terutama N, P,
S dan sebagian besar K. Selanjutnya Priyono (2005) berpendapat bahwa peningkatan nilai
KTK pada perlakuan biochar menunjukkan terjadi perbaikan sifat tanah setelah aplikasi karena nilai KTK suatu tanah mempunyai kaitan erat dengan tingkat kesuburan tanah.
Selanjutnya Islami (2012) menyatakan peningkatan efisiensi pemupukan terjadi sebagai
akibat adanya KTK yang tinggi pada perlakuan biochar sehingga mampu menyerap hara
pada pupuk dan selanjutnya memperkecil kehilangan hara karena pencucian. Sukartono
(2011) mengatakan bahwa peningkatan kadar N Total pada tanah setelah aplikasi biochar
berkaitan erat dengan peningkatan C-Organik didalam tanah. Peningkatan C-Organik
didalam tanah tersebut selanjutnya dapat meningkatkan kandungan bahan organik sehingga
akan berdampak juga terhadap peningkatan nitrogen di dalam tanah karena salah satu sumber
utama nitrogen di dalam tanah adalah bahan organik. Nurida dan Rachman (2012)
mengatakan bahwa peningkatan kadar P Tersedia dan K Tertukar ini berkaitan dengan
peningkatan pH dan KTK didalam tanah setelah aplikasi biochar tersebut. Nilai KTK tanah
dapat menjadi indikator kesuburan tanah dalam hal ini mampu menyediakan unsur hara P
dan K didalam tanah bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Pengaruh Bioaktivator Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa interaksi antara biochar dengan dosis
bioaktivator yang difermentasi dengan jamur saprofit T. harzainum isolat SAPRO-07 dan jamur endofit T. polysporum isolat ENDO-04 tidak berbeda nyata terhadap variabel pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai, sedangkan pemberian biochar dan bioaktivator secara tunggal menunjukkan beda nyata. Hasil uji lanjut pengaruh pemberian dosis bioaktivator terhadap pertumbuhan tanaman kedelai (tinggi tanaman kedelai pada umur 5 mst, berangkasan basah/tanaman dan berangkasan kering/tanaman) dan hasil tanaman kedelai (bobot polong kering/tanaman, bobot 100 biji dan bobot biji kering/ha) disajikan pada Tabel 3 dan 4.
101
Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Biochar Indonesia, Pontianak Mei 2016 ISBN 978-602-72935-2-6
Tabel 3. Pengaruh berbagai dosis bioaktivator yang difermentasi dengan jamur saprofit T.
harzainum isolat SAPRO-07 dan jamur endofit T. polysporum isolat ENDO-
04terhadap tinggi tanaman kedelai pada umur 5 mst, berangkasan basah/tanaman
dan berangkasan kering/tanaman.
Dosis bioaktivator formulasi Tinggi tanaman Bobot Bobot
granula kedelai (cm) berangkasan berangkasan
basah/tanaman kering/tanaman
(g) (g)
0 g/lubang tanam atau kontrol 25,00 a*) 14,13 a*) 2,85 a*)
2 g/lubang tanam setara 200 26,83 b 16,75 b 4,79 b kg/ha
3 g/lubang tanam setara 300 26,86 b 17,81 b 4,99 b
kg/ha
4 g/lubang tanam setara 400 26,90 b 17,85 b 5,13 b
kg/ha
5 g/lubang tanam setara 500 28,55 c 19,72 c 6,66 c kg/ha
BNJ 5% 1,63 1,81 1,52 *) Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji
BNJ 5%.
Tabel 4. Pengaruh pemberian berbagai dosis bioaktivator yang difermentasi dengan jamur
saprofit T. harzainum isolat SAPRO-07 dan jamur endofit T. polysporum isolat
ENDO-04 terhadap bobot polong kering/ tanaman
Dosis bioaktivator formulasi granula Bobot polong kering Bobot 100 biji Bobot biji kering
panen/ tanaman (g) kedelai (g) panen/ ha (ton)
0 g/lubang tanam atau kontrol 12,19 a*) 18,70 a*) 1,35 a*)
2 g/lubang tanam setara 200 kg/ha 14,74 b 20,53 b 2,43 b
3 g/lubang tanam setara 300 kg/ha 14,75 b 20,62 b 2,72 b
4 g/lubang tanam setara 400 kg/ha 15,02 b 20,70 b 2,75 b
5 g/lubang tanam setara 500 kg/ha 17,59 c 22,85 c 3,25 c
BNJ 5% 1,60 1,53 0,45 *) Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada
uji BNJ 5%.
Pada Tabel 3 terlihat bahwa pengaruh pemberian bioaktivator yang difermentasi dengan
jamur saprofit T. harzainum isolat SAPRO-07 dan jamur endofit T. polysporum isolat ENDO-04
berbeda nyata dengan tanpa pemberian bioaktivator terhadap varibel pertumbuhan tanaman
(tinggi tanaman kedelai pada umur 5 mst, bobot berangkasan basah/tanaman dan bobot
berangkasan kering/tanaman). Demikian juga pada Tabel 4 terlihat bahwa pengaruh pemberian
bioaktivator yang difermentasi menunjukkan beda nyata dengan tanpa pemberian bioaktivator
terhadap variabel hasil tanaman kedelai (bobot polong kering/ tanaman, bobot 100 biji dan bobot
biji kering/ha). Untuk bobot biji kering panen terjadi peningkatan 58% akibat penggunan
bioaktivator yang difermentasi dengan jamur Trichoderma spp., yaitu dari 1,35 ton/ha menjadi
3,25 ton/ha. Hal ini berarti bahwa pemberian bioaktivator yang difermentasi dengan jamur
Trichoderma spp. mampu meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai mendekati
potensi biologisnya. Dosis bioaktivator yang terbaik yang dapat meningkatkan variabel
pertumbuhan tanaman kedelai dan hasil tanaman kedelai adalah 5 g/lubang tanam setara 500
kg/ha. Ada beberapa hal yang menyebabkan meningkatnya pertumbuhan dan hasil tanaman
kedelai setelah diberikan bioaktivator yang difermentasi dengan jamur Trichoderma spp., yaitu:
102
Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Biochar Indonesia, Pontianak Mei 2016 ISBN 978-602-72935-2-6
(1) Jamur saprofit T. harzainum isolat SAPRO-07 dan jamur endofit T. polysporum isolat ENDO-04 yang digunakan untuk fermentasi bioaktivator dapat berkolonisasi dengan baik dalam bioaktivator formulasi granula yang kemudian diberikan ke dalam tanah. Pada penelitian ini ditemukan populasi jamur Trichoderma spp. dalam bioaktivator adalah 20,0 x
106 propagul/g bahan dan di daerah perakaaran tanaman kedelai 15,0 x 10
6 propagul/g tanah.
Hal ini berarti bioaktivator dengan bahan dasar daun kopi dengan tanah liat/clay merupkan host yang baik untuk jamur Trichoderma spp. Substrat daun kopi dan tanah liat yang digunakan mengandung bahan organik yang berperan sebagai stater untuk pembiakan massal kedua jamur ini di dalam tanah. Menurut Sudantha (2010b) bahwa peran jamur endofit T. polysporum isolat ENDO-04 di dalam jaringan tanaman kedelai menstimulir etilen dapat memacu pemanjangan sel sehingga bertambahnya tinggi tanaman, sedangkan jamur saprofit T. harzainum isolat SAPRO-07 di rhizosfer atau daerah perakaran tanaman kedelai mengeluarkan etilen yang didifusikan ke tubuh tanaman melalui silem yang berperan memacu pertumbuhan generatif.
(2) Peran jamur endofit dan saprofit Trichoderma spp. dalam memacu pertumbuhan vegetatif
dan generatif tanaman pernah dilaporkan oleh beberapa peneliti terdahulu. Windham et al. (1986) melaporkan bahwa jamur T. harzianum dapat meningkatkan perkecambahan benih
dan pertumbuhan tanaman. Tronsmo dan Dennis (1977 dalam Cook dan Baker, 1983) melaporkan bahwa penyemprotan konidia jamur T. viride dan T. koningii untuk melindungi
tanaman strawberi dari penyakit busuk ternyata dapat memacu pembungaan lebih awal. Salisbury dan Ross (1995) mengatakan bahwa dari empat macam auxin yaitu geberelin,
sitokinin, asam absisat dan etilen, diduga etilen merupakan hormon yang dihasilkan oleh jamur Trichoderma spp. yang dapat memacu pembungaan pada tanaman. Lebih lanjut
Salisbury dan Ross (1995) mengungkapkan bahwa beberapa jenis jamur yang hidup di tanah dapat menghasilkan etilen. Diduga etilen yang dilepaskan oleh jamur tersebut membantu mendorong perkecambahan biji, mengendalikan pertumbuhan kecambah,
memperlambat serangan organisme patogen tular tanah, dan memacu pembentukan bunga.
Pada tumbuhan berbiji semua bagian tumbuhan menghasilkan etilen, baik pada akar, batang,
daun dan bunga. Etilen merupakan hormon yang mudah menguap sehingga mudah berpindah
dari satu organ tanaman ke organ lainnya. Pengaruh etilen dalam jaringan dapat
meningkatkan sintesis enzim, jenis enzimnya bergantung pada jaringan sasaran. Saat etilen
memacu gugur daun, sellulase dan enzim pengurai dinding sel lainnya muncul di lapisan
absisi. Jika sel terluka, fenilalanin amonialiase muncul, enzim ini penting dalam
pembentukan senyawa fenol yang berperan dalam pemulihan luka. Jika jamur patogenik
tertentu menyerang sel, etilen menginduksi tanaman untuk membentuk dua macam enzim
yang menguraikan dinding sel jamur tersebut, yaitu β-(1,3) glucanase dan chitinase (Boller,
1988 dalam Salisbury dan Ross, 1995).
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diuraikan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pemberian biochar yang difermentasi dengan jamur saprofit T. harzainum isolat SAPRO-07 dan jamur endofit T. polysporum isolat ENDO-04 sebanyak 10 kg/petak setara 20 ton/ha dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai di lahan kering. Terjadi
peningkatan hasil bobot biji kedelai kering panen mencapai 57% yaitu dari 1,26 ton/ha
menjadi 2,96 ton/ha.
2. Pemberian bioaktivator formulasi granula yang difermentasi dengan jamur saprofit
Trichoderma harzainum isolat SAPRO-07 dan jamur endofit T. polysporum isolat ENDO-04 sebanyak 5 g/tanaman setara 500 kg/ ha dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai di lahan kering. Terjadi peningkatan hasil bobot biji kedelai kering panen mencapai 58% yaitu dari 1,35 ton/ha menjadi 3,25 ton/ha.
103
Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Biochar Indonesia, Pontianak Mei 2016 ISBN 978-602-72935-2-6
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka disarankan untuk melakukan penelitian
lebih lanjut tentang cara dan waktu aplikasi biochar dan bioaktivator yang difermentasi jamur saprofit T. harzainum isolat SAPRO-07 dan jamur endofit T. polysporum isolat ENDO-04 pada tanaman kedelai di lahan kering sehingga diperoleh hasil yang sesuai dengan potensi biologis tanaman kedelai apabila ditanaman di lahan kering..
REFERENSI
Arsyad dan Syam, 1998. Kedelai Sumber Pertumbuhan Produksi dan Teknik Budidaya Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian 30 hal.
Cook, R. J. and K. F. Baker. 1983. The Nature and Practice of Biological Control of Plant Pathogens. The American Phytopathol. Society, St. Paul MN. 539 p.
Direktorat Kacang-kacangan dan Umbi-umbian 2004. Program Bangkit Kedelai Tahun 2004. Dirjen Bina
Produksi Tanaman Pangan. Direktorat Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Jakarta. 27 hal.
Islami, T. 2012. Pengaruh Residu Bahan Organik Pada Tanaman Jagung (Zea Mays L) Sebagai Tanaman Sela
Pertanaman Ubi Kayu (Manihot Esculenta L.). Jurusan Agronomi, Fakultas Pertanian, Universitas
Brawijaya, Malang. Buana Sains Vol 12 No 1:131 136,2012
http://jurnal.unitri.ac.id/index.php/buanasains/article/ viewFile/160/161 . [Diakses Sabtu 04 April
2015]. Nurida, NL., A, Dariah., A, Rachman. 2008. Kualitas Limbah Pertanian Sebagai Bahan Baku Pembenah Tanah
Berupa Biochar Untuk Rehabilitasi Lahan.
http://balittanah.litbang.pertanian.go.id/eng/dokumentasi/ prosiding2008pdf/neneng_biochar.pdf [Diakses Sabtu 04 april 2015].
Priyono, J. 2005. Kimia tanah. Mataram university press. Mataram Salisbury, F. B. and C. W. Ross, 1995. Fisiology Tumbuhan Jilid 3. Perkembangan tumbuhan dan
fisiologi Tumbuhan (Terjemahan D. R. Lukman dan Sumaryono). Penerbit ITB Bandung. Sudantha, I. M., B. Supeno, Tarmizi dan N. M. L. Ernawati. 1999. Pemanfaatan Jamur Trichoderma
harzianum Sebagai Fungisida Mikroba Untuk Pengendalian Patogen Tular Tanah Pada
Tanaman Kedelai dan Tanaman Semusim Lainnya di Nusa Tenggara Barat. Laporan Penelitian
Hibah Bersaing DP3M Dikti, Fakultas Pertanian Universitas Mataram. 52 hal. Sudantha, I. M. 2007. Karakterisasi dan Potensi Jamur Endofit dan Saprofit Antagonistik Sebagai
Agens Pengendali Hayati Jamur Fusarium oxysporum f. sp. vanillae Pada Tanaman Vanili
di Nusa Tenggara Barat. Disertasi Program Pascasarjana Universitas Brawijaya.
http://prasetya.ub.ac.id/berita/I-Made-Sudantha-Karakterisasi-dan-Potensi-Jamur-Pengendali-Fusarium-7407-id.html. [Diakses 2 Pebruari 2016].
Sudantha, I. M. 2010 a. Buku Teknologi Tepat Guna: Penerapan Biofungisida dan Biokompos pada Pertanian Organik. Fakultas Pertanian Universitas Mataram, Mataram.
Sudantha, I. M. 2010 b. Pengujian beberapa jenis jamur endofit dan saprofit Trichoderma spp. terhadap penyakit
layu Fusarium pada tanaman kedelai. Jurnal Ilmu Pertanian Agroteksos, Fakultas Pertanian Universitas
Mataram, Mataram. Vol. 20 No. 2 Desember 2010. http: fp.unram.ac.id/data/2012/.../20-2-3_02-
Sudantha_Rev-Wangiyana__P.p... [Diakses 2 Pebruari 2016]. Sudantha, I. M. dan Suwardji. 2013. Pemanfaatan Bioaktivator dan Biokompos (Mengandung Jamur
Trichroderma spp. dan Mikoriza) Untuk Meningkatkan Kesehatan, Pertumbuhan dan Hasil
Tanaman Kedelai di Lahan Kering. Laporan Penelitian Tim Pascasarjana DP2M Dikti. 170 hal. Sudantha, I. M. dan Suwardji. 2014. Pemanfaatan Biokompos, Bioaktivator dan Biochar Untuk
Meningkatkan Hasil Jagung dan Brangkasan Segar pada Lahan Kering Pasiran dengan Sistem
Irigasi Sprinkler Big Gun. Laporan Penelitian Strategi Nasional DP2M Dikti. 150 hal. Sukartono. 2011. Pemanfaatan Biochar Sebagai Bahan Amendemen Tanah Untuk Meningkatkan
Efisiensi Penggunaan Air Dan Nitrogen Tanaman Jagung (Zea Mays) Di Lahan Kering Lombok Utara. Laporan Hasil Penelitian Disertasi Doktor Tahun Anggaran 2011.
104
Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Biochar Indonesia, Pontianak Mei 2016 ISBN 978-602-72935-2-6
Sukartono., W, H, Utomo. 2012. Peranan Biochar Sebagai Pembenah Tanah Pada Pertanaman Jagung
Di Tanah Lempung Berpasir (Sandy Loam) Semiarid TropIs Lombok Utara. Pusat Penelitian
dan Pengembangan Lahan kering Universitas Mataram. Buana Sains vol 12 No 1 : 9l- 98,2012 http://jurnal.unitri.ac.id/index.php/buanasains/article/viewFile/ 155/156
[Diakses Sabtu 04 April 2015]. Suwardji, S. Tejowulan, A. Rakhman, dan B. Munir (2003) Rencana Strategis Pengembangan
Lahan Kering Provinsi NTB. Bappeda NTB. 157 halaman. Tunggal, N., 2009. Biochar Suburkan Lahan dan Serap Karbon. Windham, M., Y. Elad and R. Baker. 1986. A Mechanism of Increased Plant Growth Induced by
Trichoderma spp. Phytopathology 76: 518 - 521.
105