17

PROSIDING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132310876/penelitian/Prosiding... · Yogyakarta 55281 Phone ... Salah satunya adalah organisasi bisnis dengan aktivitas

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PROSIDING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132310876/penelitian/Prosiding... · Yogyakarta 55281 Phone ... Salah satunya adalah organisasi bisnis dengan aktivitas
Page 2: PROSIDING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132310876/penelitian/Prosiding... · Yogyakarta 55281 Phone ... Salah satunya adalah organisasi bisnis dengan aktivitas

i

PROSIDING SEMINAR NASIONAL

PENDIDIKAN NONFORMAL DAN INFORMAL 19 APRIL 2016

“MENINGKATKAN KEMITRAAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DENGAN PENDIDIKAN NONFORMAL DAN INFORMAL DALAM

MEMBERDAYAKAN MASYARAKAT”

Prof. Dr. Yoyon Suryono, MS Karta Sasmita, S.Pd., M.Si., Ph.D.

Dr. Iis Prasetyo, MM Lutfi Wibawa, M.Pd.

2016

Page 3: PROSIDING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132310876/penelitian/Prosiding... · Yogyakarta 55281 Phone ... Salah satunya adalah organisasi bisnis dengan aktivitas

ii

PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN NONFORMAL DAN INFORMAL 19 APRIL 2016 MENINGKATKAN KEMITRAAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILIY DENGAN PENDIDIKAN NONFORMAL DAN INFORMAL DALAM MEMBERDAYAKAN MASYARAKAT ISBN 978-602-7981-96-6 I. Artikel II. Judul III. Prof. Dr. Yoyon Suryono, dkk

Judul Buku : SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN NONFORMAL DAN INFORMAL “MENINGKATKAN KEMITRAAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILIY DENGAN PENDIDIKAN NONFORMAL DAN INFORMAL DALAM MEMBERDAYAKAN MASYARAKAT” Penyunting : Prof. Dr. Yoyon Suryono, MS Karta Sasmita, S.Pd., M.Si., Ph.D. Dr. Iis Prasetyo, MM Lutfi Wibawa, M.Pd. Tata Letak : Mareta Puspita, S.Pd. Penerbit: UNY Press

Kompleks Fak. Teknik UNY, Kampus Karangmalang Yogyakarta 55281 Phone : (0274) 589346 E-mail : [email protected]

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Memfoto copy atau memperbanyak dengan cara apapun, Sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa seizin penerbit Adalah tindakan tidak bermoral dan melawan hukum

Page 4: PROSIDING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132310876/penelitian/Prosiding... · Yogyakarta 55281 Phone ... Salah satunya adalah organisasi bisnis dengan aktivitas

iii

Kata Pengantar Prosiding “Meningkatkan Kemitraan Corporate Social Responsibility (CSR)

dengan Pendidikan Non Fromal dan Informal Dalam Memberdayakan Masyarakat”

merupakan salah satu wahana yang menfasilitasi bagi peneliti dan penulis untuk dapat

mensosialisasikan hasil – hasil penelitian dan pemikiran kritis tentang PNFI dalam

pemberdayaan masyarakat. Prosiding ini merupakan salah satu upaya yang dilakukan

untuk membangun budaya akademik dan tanggungjawab peneliti dan penulis yaitu

mempublikasikan hasil – hasil penelitian dan tulisannya agar terpublikasi. Istilah

“publish or perish” yang dikemukakan Dr. Silent menjadi benar adanya bahwa jika

penelitian tidak dipublikasikan maka hasil penelitian tersebut akan menjadi musnah

dan tidak bermakna karena tidak dapat dimanfaatkan.

Prodi PLS FIP UNY sebagai salah satu prodi di UNY memiliki kewajiban untuk

dapat mengembangkan keilmuwan Pendidikan Luar Sekolah dan memberikan

kontribusi yang lebih lebih baik terhadap masyaakat, akademisi maupun birokrasi.

Harapannya setelah hasil – hasil penelitian dan pemikiran kritis ini disosialisasikan

dapat lebih mempercaya khasanah keilmuwan dan memperkuat konsep dan teori yang

dibangun di dunia akademisi dan berkembang kemitraan dengan berbagai stakeholder.

Semakin dinamis jaman semakin dinamis pula perkembangan ilmu pengetahuan,

oleh karena itu kami menyadari bahwa kita harus ikut bergerak memperbaharui dan

memperkuat ilmu pengetahuan melalui sosialisasi hasil penelitian dan pemikiran kritis.

Mudah – mudahan artikel-artikel dalam prosiding ini mampu memberikan sumbangsih

bagi pengembangan profesionalitas para akedemisi dan praktisi pemberdayaan

masyarakat.

Yogyakarta, April 2016 Ketua Jurusan PLS FIP UNY Lutfi Wibawa, M. Pd NIP 197808212008011106

Page 5: PROSIDING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132310876/penelitian/Prosiding... · Yogyakarta 55281 Phone ... Salah satunya adalah organisasi bisnis dengan aktivitas

iv

Pendahuluan

Pemberdayaan masyarakat dimaknai sebagai suatu aktivitas yang dimaksudkan

untuk mengembangkan warga masyarakat dan lingkungannya menjadi sejahtera.

Pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan oleh berbagai pihak yang ada di

masyarakat. Salah satunya adalah organisasi bisnis dengan aktivitas tanggung jawab

sosialnya atau corporate social responsibility (CSR). CSR merupakan bentuk tanggung

jawab perusahaan pada para pihak yang berkepentingan. Berbagai aktivitas CSR banyak

dilakukan oleh organisasi bisnis baik di level regional, nasional, maupun internasional

terkait dengan peningkatan kesehatan, pendidikan, keamanan, pengembangan tenaga

kerja, kelestarian lingkungan hidup, pengembangan ekonomi dan masyarakat, dan

pemenuhan kebutuhan dasar lainnya.

Keberadaan organisasi bisnis dengan tanggung jawab sosialnya merupakan

suatu peluang bagi lembaga pendidikan nonformal dan informal dalam memperoleh

sumber daya baik material maupun nonmaterial yang dibutuhkan dan dapat

didayagunakan dalam penyelenggaraan pembelajaran, pengembangan kualitas sumber

daya manusia, pengembangan kurikulum pendidikan, dan pengembangan kemampuan

manajemen pendidikan dalam rangka mengembangkan warga masyarakat yang

kompeten, mandiri, bertanggung jawab, partisipatoris dan berkehidupan harmonis.

Mendasarkan hal di atas, dipandang penting untuk melakukan kegiatan

pendidikan yang dapat membangun kesadaran, pemahaman, dan komitmen untuk

bermitra dan bersinergi antara pendidikan nonformal dan informal dengan organisasi

bisnis dalam rangka memberdayakan warga masyarakat, yaitu: Seminar Nasional,

dengan tema: “Meningkatkan Kemitraan Corporate Social Responsibility (CSR) dan

Pendidikan Nonformal dan Informal dalam Memberdayakan Masyarakat”

Yogyakarta, April 2016 Ketua Panitia Dr. Entoh Tohani, M.Pd.

Page 6: PROSIDING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132310876/penelitian/Prosiding... · Yogyakarta 55281 Phone ... Salah satunya adalah organisasi bisnis dengan aktivitas

v

DAFTAR ISI

COVER …………………………………………………………………………………… i KATA PENGANTAR…………………………………………………………………….. iii PENDAHULUAN ………………………………………………………………………... iv DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………… v Pemakalah Pendamping Tema: Best Practice Pemberdayaan Masyarakat

1. Program Sarjana dan Pemuda Penggerak Wajib Belajar, Kemitraannya dengan Corporate Social Responsibility Oleh: Muhammad Ishaq 1

2. Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Dalam Menanggulangi Kemiskinan di Kabupaten Tanah Laut Oleh: Rosalina Kumalawati, dan Dianita Anjarini Kudiastuti . 16

3. Pemberdayaan Masyarakat Pedesaan Melalui Penguatan Pendidikan Multikeaksaraan dengan Teknik Participatory Rural Appraisal (PRA) Oleh: Mintarsih Arbarini 22

4. Peran Modal Sosial Dalam Pemberdayaan Masyarakat Oleh: Rachmawati Putri 36

5. Etika Sosial dalam Memberdayakan Masyarakat Sunda Oleh: Ansori 48

6. Pos Pemberdayaan Keluarga Sebagai Model Pemberdayaan Masyarakat di Desa Cikarang Kecamatan Dramaga kabupaten Bogor Oleh: Abdul Karim Halim, Wartini, Nur Ali 54

7. Pemberdayaan Masyarakat Pada Masyarakat Ekonomi ASEAN Oleh: Rivo Nugroho 69

8. Best Practice Program CSR Pada Pendidikan Formal dan Nonformal di Kabupaten Gunungkidul Oleh: Fitta Ummaya Santi, Heru Raharjo 77

9. Peran Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dalam Pemberdayaan Perempuan Desa Oleh: Lutfi Ariefianto 84

Tema: Kewirausahaan dalam Pemberdayaan Masyarakat

1. Implementasi Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kelompok Belajar Usaha di Desa Gemawang Oleh: Abdul Malik 102

2. Pemberdayaan Perempuan Melalui Program Pendidikan Kewirausahaan Masyarakat (PKM) menjahit dalam Menumbuhkan Sikap Kewirausahaan di LKP Modes Latifah Sidoarum-Jawa Timur Oleh: Wiwin Yulianingsih 112

3. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kewirausahaan Ekonomi Kreatif Berbasis Kearifan Lokal Oleh: Heryanto Susilo . 120

4. Pemberdayaan Masyarakat melalui Pendampingan Peningkatan Keterampilan Wirausaha Baru Industri Makanan dan Minuman Berbasis Biji-Bijian Oleh:Gunarti Dwi Lestari 126

5. Pembinaan Perilaku Kewirausahaan Berbasis Potensi Lokal Untuk Kemandirian Usaha Pemuda Kawasan Wisata Candi “Jiwa” Oleh: Dayat Hidayat 132

6. Fungsi dan Peran Kurikulum dalam Pembelajaran Pelatihan Kewirausahaan Oleh: Sutangsa 143

Page 7: PROSIDING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132310876/penelitian/Prosiding... · Yogyakarta 55281 Phone ... Salah satunya adalah organisasi bisnis dengan aktivitas

vi

7. Sentra Kewirausahaan dalam Program Desa Vokasi Sebagai Model Pemberdayaan Masyarakat Pedesaan Oleh: Tri Suminar 149

8. Pendidikan Kecakapan Hidup dalam Mewujudkan kemandirian Ekonomi Masyarakat Oleh: Rezka Arina Rahma 157

9. Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Kewirausahaan dalam Meningkatkan Kecakapan Hidup Oleh: Lilis Karwati 162

10. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kelompok belajar Usaha Life Skill Untuk meningkatkan Kualitas Hidup di Sanggar kegiatan belajar (SKB) Kota Parepare Oleh: Nur Ida 169

11. Pemberdayaan Perempuan Melalui Pendidikan Kecakapan Hidup di Desa Wisata Bejiharjo Oleh: Tristanti 177

Tema: Sumbangan PNF dalam Pemberdayaan 1. Strategi Membangkitkan Kebanggaan Anak Usia Dini Berbasis Kearifan Lokal

Melalui Dongeng Topeng Malangan Oleh: Suyadi . 184

2. Studi Evaluasi Pelaksanaan Program Pendidikan Kesetaraan Paket B Dengan Pendekatan CIPP di Kabupaten Semarang Oleh: Fakhrudin dan Utsman 190

3. Sumbangan Pendidikan Nonformal dan Pendidikan Informal Terhadap Pemberdayaan Masyarakat Oleh: M.Djauzi Moedzakir. 198

4. Pemberdayaan Keluarga Dalam Membangun Karakter Pendidikan Anak Usia Dini Oleh: Emmy Budiartati 206

5. Model Pemberdayaan Penyandang Cacat Melalui Pelatihan Life Skill dan Pembentukan Inkubator Wirausaha Oleh: Widodo 215

6. Penanaman Karakter Kewirausahaan Warga Belajar Pendidikan Kesetaraan Melalui PKBM Desa Wisata Oleh: Joko Sutarto, Rasdi Ekosiswoyo 226

7. Pendidikan Alternatif KBQT Oleh: Imam Shofwan 236

8. Pendidikan Anak Usia Dini Berwawasan Wisata Oleh: Sidik Nuryanto 249

9. Pemberdayaan Pemuda Sebuah Teori Menuju Implementasi Oleh: Lutfi Wibawa 256

Tema: Model-model PNF dalam Organisasi dan Bisnis

1. Peningkatan Mutu Sarana dan Prasarana Lembaga Kursus Dalam Menghadapai Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) di LKP Kresna Informatika Tulungagung Oleh: Usup 288

2. Peran Dunia Usaha dan Industri (DUDI) dalam Pengembangan Masyarakat Oleh: Wiwin Herwina 294

3. Model Pengembangan kemitraan PKBM Oleh: Karta Sasmita 301

4. Manajemen Inovasi Wirausaha Berkarakter di SKB Kota Gorontalo Oleh: Abdul Rahmat 313

5. Peran Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) dalam Rangka Pemberdayaan masyarakat Oleh: Anik Wahjuningsih 325

Page 8: PROSIDING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132310876/penelitian/Prosiding... · Yogyakarta 55281 Phone ... Salah satunya adalah organisasi bisnis dengan aktivitas

vii

6. Model Pembelajaran PRA Keaksaraan Untuk Anak Sebagai Peluang Bisnis di Bidang Jasa Pendidikan Nonformal dengan Metode Aku Cepat Membaca (ACM) Oleh: Nur Tsuroyah 334

7. Kemitraan Strategis untuk Penguatan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang Bermutu dan Berkelanjutan Oleh: Muhammad Arief Rizka, Suharyani 346

8. Peran Corporate Social Responsibility (CSR) dalam Pengembangan Program Pendidikan Non Formal Oleh: Hiryanto . 355

9. Pengembangan Kapasitas Kewirausahaan Sosial Mahasiswa Jurusan PLS Melalui Experiential based Learning Oleh : Entoh Tohani 363

10. Pola Agen Perubahan dalam Pemberdayaan Masyarakat melalui Jaringan Pendidikan Nonformal dan Informal Oleh: Zulkarnain 372

11. Strategi Corporate Social Responsibility (CSR) dalam Pemberdayaan Masyarakat di Desa Wisata Bejiharjo oleh : Yudan Hermawan 383

Page 9: PROSIDING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132310876/penelitian/Prosiding... · Yogyakarta 55281 Phone ... Salah satunya adalah organisasi bisnis dengan aktivitas

PENGEMBANGAN KAPASITAS KEWIRAUSAHAAN SOSIAL MAHASISWA PLSMELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS PENGALAMAN

Entoh TohaniJurusan PLS FIP UNY

[email protected]

Abstrak

Tulisan ini berupaya memberikan pemahaman awal mengenai upaya mengembangkankewirausahaan sosial bagi mahasiswa pendidian luar sekolah. Hal ini dikarenakan dalamkenyataan bahwa lulusan atau sarjana pendidikan luar sekolah merupakan salah satu orangyang memiliki peran strategis dalam memberdayakan masyarakat baik dalam bidangekonomi, politik, dan sosial budaya sehingga terwujud kehidupan yang sejahtera. Disadaribahwa pengembangan kompetensi mahasiswa pada pendidikan ini bukan suatu hal yangmudah untuk dilakukan oleh penyelenggara pendidikan. Oleh karenanya, dipandang perlumenyelenggarakan proses pembelajaran yang menekankan pada pendekatan pembelajaranberbasis pengalaman merupakan salah satu cara untuk mewujudkan kompetensi tersebut.

Kata kunci: kewirausahaan, sosial, pengalaman

PENDAHULUANMahasiswa jurusan pendidikan luar

(PLS) sekolah merupakan individu yangdiharapkan di masa depan sebagai orang yangdapat memberdayakan diri dan lingkungannya.Mahasiswa jurusan PLS diharapkan dandiorientasikan sebagai orang yang kelak mampumelakukan tiga fungsi yaitu: sebagai pendidikatau pamong yang dengan keprofesionalannyamelakukan aktivitas edukasi dalam bentukmembelajarkan, membimbing, melatih danmengembangkan peserta didik agar merekadapat meningkatkan kualitas diri danmembelajarkan lingkungannya, kedua, fungsisebagai manajer pendidikan yang memilikimakna bahwa lulusan atau sarjana pendidikanluar sekolah diharapkan mampu merencanakan,melaksanakan, dan mengevaluasi berbagaiprogram dan/atau kelembagaan pendidikan yangpada akhirnya aktivitas pendidikan dapatberjalan dengan efektif, efesien, dan akuntabel.Ketiga, lulusan atau sarjana PLS pun diharapkanmenjadi pengembang masyarakat yang mampumemfasilitas, mengkoordinir, dan mengelolamasyarakat dan mengoptimalkan sumber dayayang ada di masyarakat. Apabila ketigakemampuan dimaksud sudah dapatterinternalisasi dalam diri para mahasiswadan/atau lulusan pendidikan luar sekolah,nampaknya menciptakan masyarakat yang

kreatif dan produktif dapat dilakukan secaramudah.

Namun disayangkan, dalam kontekspengembangan masyarakat tidak semua lulusanpendidikan luar sekolah dapat menjadi seoranglulusan yang bangga dengan keilmuannya danakhirnya menjadi pribadi yang profesionaldalam mengaplikasikan kompetensi sebagailulusan atau sarjana pendidikan luar sekolah.Hal ini tidak dipungkiri bahwa berbagai faktoryang menyebabkan masalah ini muncul, yangsalah satunya adalah kekurangoptimalankompetensi kewirausahaan sosial (socialenterpreneurship) yang dimiliki olehmahasiswa. Artinya, proses pembelajaran yangdilakukan dalam lingkungan perguruan tinggibelum secara efektif membentuk, membangun,dan mengembangkan kapasitas ini. Oleh karenaitu, sudah selayaknya peningkatan kapasitas inidilakukan melalui berbagai aktivitaspembelajaran yang bermakna.

Pentingnya kemampuan kewirausahaansosial dimiliki mahasiswa pendidikan luarsekolah didasarkan pada dua pertimbanganpenting. Pertama, dalam konteks globalperkembangan masyarakat tidak selamanyamengarah pada peningkatan kualitas kehidupan,namun dapat mengarah pada kemunculanberbagai masalah kemiskinan, perbudakan, dsb.yang mana untuk mengatasi masalah-masalah

Page 10: PROSIDING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132310876/penelitian/Prosiding... · Yogyakarta 55281 Phone ... Salah satunya adalah organisasi bisnis dengan aktivitas

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Nonformal dan Informal, - 364Entoh Tohani

ini pemerintah tidak dapat dengan sendirimengatasinya sehingga dibutuhkan keterlibatandari individu atau kelompok. Individu-individuyang ikut terlibat dalam pengembanganmasyarakat dimaksud sudah dapat diperkirakanbahwa mereka yang memiliki kepedulian danharapan membangun kehidupan manusiamenjadi lebih manusiawi, demokratis, dansejahtera. Sebagai contoh, sosok Sardimanseorang warga masyarakat yang tinggal diperdesaan di Wonogiri, Jawa Tengah, denganjerih payah dalam melakukan penghijauan padahutan yang gundul akhirnya mampumenghasilkan sumber daya alam yangbermanfaat bagi kehidupan bukan hanya untukkeluarganya namun bagi penduduk di lima desa.Atau, Muhammad Yunus yang mampumembangun keberdayaan kaum perempuandalam meningkatkan kesejahteraan ekonominyamelalui pengembangan usaha ekonomi mikro“Garmeen Banking” di Bangladesh.

Kedua, kurikulum yang dikembangkanpada program studi pendidikan luar sekolahyang berada di beberapa perguruan tinggi belummengadopsi pemikiran atau kebijakan mengenaipengembangan kewirausahaan sosial. Hal inidiindikasikan belum adanya kegiatan pendidikanyang lebih berorientasi pada penguasaan muatankewirausahaan sosial yang dididikan di jurusanpendidikan luar sekolah. Di perguruan tinggi,kewirausahaan ekonomi (economicentrepreneurship) lebih dominan dikembangkandi berbagai jurusan baik bisnis maupunnonbisnis walau disadari bahwa prosespembelajaran untuk kewirausahaan ekonomi inipun cenderung menekankan padapengembangan konseptual atau pengetahuanmengenai kewirausahaan, dan banyakpembelajaran kewirausahaan berorientasipraktik dalam mengelola bisnis usaha.Mendasarkan dua hal ini, pengembangankewirausahaan sosial dipandang perlu dilakukandalam konteks memberdayakan pendidikan danpengembangan pendidikan.

PEMBAHASANMendasarkan pada hal di atas, tulisan ini

berupaya mengupas dan memberikan pemikirankritis mengenai urgensi pengembangankapasitas kewirausahaan sosial mahasiswapendidikan luar sekolah dalam rangkamengembangkan masyarakat. Ulasan diawalidengan pemaparan mengenai konsepsi dankompetensi kewirausahaan sosial. Selanjutnyadiulas mengenai konsepsi pembelajarna berbasis

pengalaman. Terakhir, dikemukakanpengembangan kapasitas kewirausahaan sosialmahasiswa pendididikan luar sekolah yangberorientasi pada pembelajaran berbasispengalaman.Kewirausahaan Sosial

Dalam upaya menghasilkan lulusanyang siap memiliki kompetensi wirausahaansosial, perlu dipahami terlebih dahulu mengenaikonsepsi kewirausahaan sosial. Terkait ini, paraahli sudah memberikan pandangan mengenaikonsepsi tersebut. Pandangan mengenaikewirausahaan sosial bersifat multifacet ataumultidimensi dan telah banyak dikemukakanoleh para ahli. Dees (1998) memandang bahwakewirausahaan sosial dimaknai sebagai prosesdimana warga masyarakat membangun ataumenstranformasikan lembaga untukmengembangkan berbagai solusi bagi masalahsosial seperti kemiskinan, kesakitan,kebutaksaraan, kerusakan lingkungan,pelanggaran hak asasi manusia, korupsi, dllsupaya terbangun kehidupan sosial yang baikuntuk semua (Bornstein & Davis, 2010:1).Dalam pengertian ini, wirausahawan sosial yaituorang yang melakukan perubahan sosial,menciptakan kombinasi baru dari sumber dayadan orang-orang yang secara signifikanmeningkatkan kapasitas masyarakat untukmengatasi masalahnya. Wirausahawan sosialbertindak untuk menciptakan nilai publik,memanfaatkan peluang baru, berinovasi danberadaptasi, bertindak secara tepat,meninggalkan sumberdyaa yang tidak bisamereka kendalikan, dan mengembangkan rasatanggung jawab yang kuat.

Austin, et. al. (2006) berpendapatkewirausahaan sosial dimaknai “socialentrepreneurship, which refers to theidentification, evaluation, and exploitation ofopportunities leading to social value” (Puia &Jaber 2009). Kewirausahaan sosial didefiniskansebagai aktivitas yang bernilai sosial daninovatif yang terjadi dalam atau lintas sektor nonprofit, bisnis, dan pemerintahan. Stevenson &Wei-Skillern (2006) menekankan pula bahwakarakteristik kewirausahaan sosial mencakup: 1)inovasi, yang berarti kewirausahaan merupakanproses kreatif yang menggunakan suatukesempatan untuk menghasilan sesuatu yangbaru, 2) penciptaan nilai sosial, dimana tujuansosial dari kegiatan wirausaha sosial dinyatakandengan jelas, dan 3) loci yang bermakna bahwaaktivitas kewirausahaan sosial terjadi dalam

Page 11: PROSIDING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132310876/penelitian/Prosiding... · Yogyakarta 55281 Phone ... Salah satunya adalah organisasi bisnis dengan aktivitas

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Nonformal dan Informal, - 365Entoh Tohani

semua sektor dan interaksi kolaboratifnya(Cartert & Evans, 2006:70).

Senada dengan pernyataan ahli di atas,Nicholls (2006:103) menyatakan kewirausahaansosial memiliki dimensi: sosialibity, marketorientation, dan innovation seperti dalamgambar di bawah 1. Ketiga dimensi inimerupakan satu kesatuan dalam konsepkewirausahaan sosial. Dimensi sosialmengandung makna bahwa aktivitaswirausahaan sosial tidak lepas dari kegiatan

yang terkait dengan konteks kehidupan sosialmisalnya terkait dengan pengentasankemiskinan, pengangguran, peningkatankesehatan masyarakat, dsb, melibatkan berbagaipihak dalam operasionalnya, dan menandungmakna bahwa aktivitas kewirausahaan inidimaksudkan untuk mencapai kesejahteraansosial. Orientasi pasar menunjukkan bahwaaktivitas kewirausahaan sosial dilakukan dalambentuk kegiatan pengembangan masyarakatmelalui usaha sosial (social entreprise).

Gambar 1 Dimensi kewirausahaan sosial

Secara khusus mengenai aspek dimensiinnovasi, terdapat dua pandangan yaitupendekatan individual dan pendekatanberorientasi proses. Pendekatan pertamamenggambarkan bahwa seorangwirausahawan, sebagaimana dalam kontekswirausahaan ekonomi, adalah mereka yangmemiliki keunggulan pribadi, “bussinesshero”, atau “opinion leader”. Dalam hal ini,seorang wirausahaan sosial dipahamisebagai orang yang mampu menjadiinovator, berani ambil resiko, memilikikepemimpinan, atau memiliki keunggulantertentu. Pandangan kedua mengungkapkanbahwa seorang wirausahaan sosial yangberhasil adalah mereka yang mampumenciptakan nilai sosial baru denganmengelola sumber daya untuk menghasilkanproduktivitas dan efektivitas. Mereka adalahorang yang mampu melakukan“descruptive” (Drucker, 2006). Dees (1998)mengungkapkan wirausahawan sosial yang

berhasil memainkan peran sebagai agenperubahan dalam sektor sosial dengan:

Mengadopsi suatu misi untukmenciptakan dan mempertahankannilai sosial bukan hanya nilai pribadi

Mengorganisasi dan mengelolapeluang-peluang baru untukmencapai misi yang diharapkan

Mengembangkan suatu prosesinovasi, adaptasi, dan belajar yangberkelanjutan

Bertindak dengan tegas tanpadibatasi dengan sumber daya yangdimiliki

Menunjukkan rasa tanggung jawabyang besar terhadap para konstituenyang dilayani dan untuk outcomeyang ditetapkan.Pendapat lain memandang bahwa

kewirausahaan sosial merupakan kombinasiatau saling keterkaitan dari komponen atau

Page 12: PROSIDING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132310876/penelitian/Prosiding... · Yogyakarta 55281 Phone ... Salah satunya adalah organisasi bisnis dengan aktivitas

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Nonformal dan Informal, - 366Entoh Tohani

aktivitas kewirausahaan, inovasi dan isu-isusosial. Kewirausahaan sosial merupakanproses dinamis yang berusaha untukmengeksploitasi inovasi yang terencanauntuk meningkatkan kesejahteraanmasyarakat, dan bersumber dari interaksi

diantara dimmensi individu, organisasi,lingkungan dan proses yang secara kolektifmengawali, mengarahkan atau berkontribusipada perubahan sosial (Perrini & Vurro,2010:169-173).

Model interaktif kewirausahaan sosial

Kompetensi Wirausahaan SosialMahasiswa pendidikan luar sekolah

setelah menyelesaikan studinya diharapkanbertindak sebagai wirausahaan sosial dalammengembangkan masyarakat yangmenjalankan fungsi sebagai advocate,broker, dan catalist (Apgar, 1976:136-137).Sebagai advocate, broker, catalist. Sebagaiadvocate, ia menjamin bahwa kebutuhandan permintaan massyarakat secarapersuasif dibawa pada perhatian atau urusanagen-agen publik yang relevan danmenggunakan berbagai sumber pengaruhdengan badan/organisasi di luar yang dapatmengembangkan partisipasi anggota merekadalam program dan pelayanan. Sebagaibroker, ia bertindak sebagia perantara dalampemerolehan dana atau skills dari sumberdaya dan menyediakan sumber dayamanusia yang tepat. Sebagai katalist,seorang wirausahawan mensitumilasiperencanaan dalam koraloborasi denganagent-anget lain atau usaha-usaha voluntirseperti dengan menyusun kelompok kerja,dan melakukan peran aktif, mendaftardukungan dan saran pihak luar danmenyediakan modal “awal/pemicu” untukmengembangkan program baru. Apgar

(1976:137) mencontohkan bahwa tiga perandimaksud dalam bidang pendidikan yaituseorang wirausahaan sosial dapat melakukannegosiasi terhadap negara untukmeningkatkan mutu sekolah publik(advocate), menginisiatifi diksusi dengannegara/pemerintah untuk mengembangkandual use (catalist), dan menjamin koordinasiantara program perlindungan anak dansekolah.

Keberhasilan pelaksanaan darifungsi seorang wirausahawan tersebutditentukan oleh sejauh mana kompentensiyang dimiliknya. Kompetensi sebagaiseorang wirausahaan sosial menggambarkanbahwa terdapat kemampuan dari seorangwirausahaan sosial untuk melaksanakantugas atau fungsinya secara efektif danakuntabel. Davis (2010:10) mengungkapkanbahwa karena wirausahaan sosialmerupakan suatu proses yang melibatkankomitmen jangka panjang dan set-back yangkontinyu, maka wirausahawan sosial perlumemiliki:

1. Kemampuan untuk mengatasiapatisme, kebiasaan,ketidakkomprehensifan, dan

Page 13: PROSIDING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132310876/penelitian/Prosiding... · Yogyakarta 55281 Phone ... Salah satunya adalah organisasi bisnis dengan aktivitas

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Nonformal dan Informal, - 367Entoh Tohani

ketidapercayaan ketikamenghadapi resistansi yang kuat;

2. Kemampuan untukmengorganisasi perilaku,memobilisasi keinginan politis,dan meningkatan secara kontinyuidea-idea;

3. Kemampuan mendengarkan,merekrut dan membujuk diantaraorang-orang yang bekerjadengan, mengembangkan rasaakuntabilitas, dan kepemilikanuntuk perubahan;

4. Wirausaha sosial nyaman denganketidakpastian dan memilikikebutuhan yang tinggi untukotonomi;

5. Kapasitas menghadirkankebaikan/kenyamanan danmenyukseskan keberhasilan-keberhasilan yang kecil;

6. Melibatkan perilaku terpola yangbaik yang dapat dicapai,memungkinkan orang lain dapatbelajar untuk perilaku sepertiwirausahawan sosial.

Pendapat yang hampir senadadikemukakan oleh London & Morfopoulos(2010:50) bahwa seorang wirausahaan sosialharus memiliki kompetensi yang dibutuhkandalam menjakankan tugasnya. Kompetensidimaksud adalah kompetensitransformasional, kompetensi manajementransaksional, kompetensi advokasi.Kompetensi transformasional mencakup: a)transformational leadership, memotivasidan menggerakan, menginspirasi, pemicuuntuk keterlibatan, stimulasi intelektual,pertimbangan dan dukungan, danmemberdayakan; b) rainmaking, yangmencakup penggerak/pencari sumberdaya,pencari pendanaan, membangunkonektivitas antara organisasi dan parastakeholders, c) teambuilding, mencakupmenciptakan dan menguatkan visi yangterbagikan, menjadi fasilitator yangmembangun kohesi, konsensus dan kerjasama, dan d) change management, meliputimengidentifikasi kantong

penolakan/resistansi, mengatasi masalah,dan memelihara resilensi danmengembangkan keterbukaan untukberubah. Untuk melaksanakan kompetensiini, keterampilan (skills) yang dibutuhkanuntuk kompetensi tranformational antaralain berfikir kritis, berpandangan ke depan,mempengaruhi, menginspirasi, inovatif,mengelola diri, berbagi, mengembangkan,memberdayakan, dan generative learning.

Sedangkan untuk kompetenmanajemen transaksional meliputi: 1)pengembangan tim yang berkinerja baik,yang mencakup bakat yang tepat,mendeskripsikan struktur tugas denganjelas, dan mengelola waktu secara realistik,2) melakukan usaha dalam waktu yangpanjang dengan struktur, aturan, dan nilaipendirian yang jelas, 3) mensupervisivoluntir dan membayar staff dan mengelolakinerja dalam cara yang sistematis, sepertimerumuskan capaian kinerja, menetapkantujuan, penyediakan pelatihan, memantaukinerja, memberikan umpan balik danpendampingan, dan berpegang padaakuntabilitas proses dan hasil, dan 4)memelihat voluntir dengan memberikanpenghargaan dan pengertian. Terkait dengankompetensi ini diperlukan keterampilanmempromosikan dan pemasaran,pengetahuan keuangan, manajemen waktu,perencanaan dan pengorganisasian.Sedangkan kompetensi advokasi meliputiaktivitas untuk mendidik masyarakat,menyebarluaskan informasi, mengalisiskebijakan, mengembangkan partisipasimasyarakat, dan bernegosiasi.

Sebagai seorang wirausahawansosial, kemampuan membangun jejaringperlu dilakukan agar pemberdayaaanmasyarakat dapat dengan cepat terbangun(Praszkier & Nowak, . Jejaring dalamkonteks pemberdayan dimaknaimenyatakan sebuah usaha atau kegiatanwirausaha harus didukung oleh kemampuanberjejaring sebagai kemampuan untukbekerja secara internal dan eksternal(Osterle et al., 2001:5). Kemampuan inimengarah pada pencapaian (a) sumber dayaseperti tenaga kerja, manajer, dan sistem

Page 14: PROSIDING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132310876/penelitian/Prosiding... · Yogyakarta 55281 Phone ... Salah satunya adalah organisasi bisnis dengan aktivitas

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Nonformal dan Informal, - 368Entoh Tohani

informasi, (b) proses bisnis seperti prosespenjualan, dan unit usaha seperti kegiatandalam rantai pemasokan, dan mendukungketerlibatan masyarakat, memfasilitasitindakan kolektif, mengembangkankesempatan untuk belajar dan refleksi, danmenyediakan saluran komunikasi yang baik(Gilchrist, 2009:61). Pengembangankemampuan jejaring dapat dilakukanmenumbuhkan kesadaran bahwa pentingnyaberkoneksi dengan orang lain, membangunsikap positif dan otentik, mengutamakanmutu berjejaring, memegang etika jejaring,berkomunikasi dengan efektif dan dialogis,dan selalu bersikap positif dalam berjejaringuntuk mendapatkan pekerjaan (Kramer,2012).

Pengembangan kapasitas wirausahaansosial

Mahasiswa pendidikan luar sekolahharus dapat memiliki kompetensi sebagaiwirausaha sosial. Oleh karenya itu,dibutuhkan suatu kegiatan pengembanganagar kompetensi wirausahaan sosialmahasiswa, salah satunya denganmengembangkan pembelajaran yangberbasis pada pengalaman dan praktiklangsung (experiential based learning).Pembelajaran berbasis pengalamanmerupakan proses pembelajaran yangdimaksudkan untuk membentuk kompetensiwarga belajar dengan menggunakanpengalaman yang bermakna. Belajarberbasis pengelaman dimaknai sebagai thesense-making process of active engagement

between the innerworld of the person andthe outer world of the environment (Beard &Wilson, 2006:19). Pada dasarnya,pembelajaran berbasis pengalamanmerupakan proses dasar untuk semua proseskegiatan belajar karena ini menghadirkantransformasi pengalaman-pengalamanpenting dan baru dan mengelolapengelaman-pengalaman dalam suatu suatukerangkan konseptual yang lebih luas.

Dari sudut pandang kontruktivistik,pembelajaran berbasis pengalamanmemungkin warga belajar dapatmengkonstruk mana dari pengalamanmereka untuk menghasilkan pengetahuanmelalui refleksi terhadap pengalamannya(Fenwick, 2003:21). Individu-individumengkonstruk pengalaman baru melaluieksperimentasi, dibimbing oleh minatpersonal, memilih fokus-fokus belajar dariberbagai kemungkinan yang ada dilingkungan, dan menganalisis secarareflektif eksperiment dimaksud. Outcomedari pembelajaran ini adalah pertumbuhanpersonal (personal growth) yaitu individuyang matang dan capaian pengetahuan yanglebih baik. Terkait ini, Kolb (1984)menggambarkan bahwa proses belajarberbasis pengalaman mencakup pengalamankonkrit, observasi reflektif, konseptualisasi,dan eksperimentasi aktif (Illeris, 2009).Pengalaman dapat berbentuk pengalamanlangsung, pengalaman dari orang lain,maupun pengalaman dari teks, literatur, atausumber belajar lainnya.

Gambar 2 Siklus belajar Kolb

Page 15: PROSIDING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132310876/penelitian/Prosiding... · Yogyakarta 55281 Phone ... Salah satunya adalah organisasi bisnis dengan aktivitas

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Nonformal dan Informal, - 369Entoh Tohani

Mendasarkan pada pemahaman diatas, pengembangan kapasitaskewirausahaan sosial mahasiswa dapatdilakukan dengan penyelenggaraanpembelajaran berbasis pengalaman. Fenwick(2003:4-5) memberikan gambaran bentukaktivitas pembelajaran yang dapat dilakukandalam konteks pendidikan orang dewasaantara lain: a) pembelajaran/pengalamanlangsung berbasis lapangan seperti magang,kuliah kerja nyata, b) latihan belajar aktifberbasis kelas, c) program pelatihan outdooryang direncanakan untuk mengembangkankepemimpinan, pemecahan masalah, danketerampilan berorganisasi (team skills), c)belajar melalu pemaknaan setiappengalaman dalam kehidupan sehari-harimelalui program penugasan, dan d)pembelajaran melalui tindakan sosial,dimana warga belajar melakukan aktivitasnyata di masyarakat.

Dalam membangun kompetensikewirausahaan sosial, proses pembelajarandi perguruan tinggi dapat dilakukan denganbeberapa metode antara lain: a) mempelajarimateri atau substansi dan mengetahui proseskewirausahaan sosial melalui pelaksanaankursus/pembelajaran, b) melalui projekkelompok diharapkan warga belajar dapatmengelola masyarakat dan konfliks, c)melalui brainstorming, warga belajar dalammengembangkan kemampuanmengindentifikasi solusi untuk mengatasimasalah, mengembangkan bisnis, visi danmisi, dan d) melalui presentasi dan aktivitasinisiasi, warga belajar dapatmengembangkan keterampilan interpersonalseperti berkembang saling percaya,sensitifitas budaya dan keterbukaan (Fish &Kim, 2014).

Salah satu bentuk pendekatanpembelajaran berbasis pengalaman yangdapat dilakukan secara langsung gunamembentuk dan mengembangkan kapasitaskewirausahaan sosial dari mahasiswa adalahdengan melakukan belajar secara langsungatau learning by doing. Chang,Benamraoui, & Rieple (2014) memberikangambaran mengenai pelaksanaan

pembelajaran untuk mengembangkankapasitas kewiriausahaan sosial melaluipendekatan learning by doing yang manatahapannya sebagai berikut:1. Induksi. Memberikan orientasi awal

kepada mahasiswa mengenai tugas yangakan dilakukan dan mempersiapkanmetode pengumpulan dan analisis datayang tepat. Dalam tahap ini pun kerjasama dengan mitra (pelaku bisnissosial) perlu terjalin. Aktivitaspembelajaran dilakukan dengan: a)memberikan pemahaman awal kepadamahasiswa, b) meminta mahasiswauntuk melakukan kerja lapangan (fieldwork) dengan mengunjungi usaha-usahasosial, c) membimbing mahasiswamengembangkan rencana baik kegiatan,waktu, sumber daya atau fasilitas, d)meminta mahasiswa mempresentasikanrencana kepada mitra yang telahdisepakati, e) mahasiswa melakukanfund raising dan mengevaluasinya, f)mahasiswa mempresentasikan aktivitasfund raising dan rencana akhir kepadamitra dan memperoleh masukan,

2. Mengembangkan ide-ide yang valid.Mahasiswa diminta untuk melakukankajian di luar kampus agar merekamencapai pemahaman yang lebihkomprehensif mengenai bisnis sosial,dan mampu mengidentifikasi prioritasutama dari rencana yang disusun.Dalam tahap ini, dibutuhkan feedbackyang bermakna dari mitra yang terlibat.

3. Mengembangkan rencana operasionaldan identifikasi sumber daya. Bersama-sama dengan pendidik, mahasiswamenilai ulang rencana yang disususnyauntuk mempertimbangkan kelayakanapakah rencana dapat didanai oleh mitradan mendapatkan dukungan fasilitaskampus.

4. Negosiasi kesempatan. Pada tahap ini,mahasiswa diminta untuk melakukannegosiasi dengan pihak kampus danmitra untuk mendapatkansponsor/dukungan.

Page 16: PROSIDING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132310876/penelitian/Prosiding... · Yogyakarta 55281 Phone ... Salah satunya adalah organisasi bisnis dengan aktivitas

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Nonformal dan Informal, - 370Entoh Tohani

5. Implementasi. Mahasiswamempraktikkan langsung rencana yangdisusunannya dengan disertai olehpromosi dan pemasaran menggunakanberbagai media misalnya media sosial.

6. Survival. Mahasiswa mempresentasimengenai implementasi rencana bisnissosialnya kepada mahasiswa lain. Antarmahasiswa dimungkingkan untuk salingmemberikan masukan dan salingberbagi pengalaman yang bersifatkonstruktif.

Praktik-praktik pembelajaranberbasis pengalaman yang dimaksudkanuntuk menumbuhkembangkan kompetensikewirausahan sosial harus dilandasi olehpemikiran bahwa proses pembelajaran yangada di perguruan tinggi perlu diarahkankepada proses pendidikan atau pembelajaranyang menggunakan paradigma multidisiplin,interdisiplin bahkan transdisiplin. Paradigmamonodisiplin dalam konteks ini perludikurangi bahkan perlu ditinggalkan karenadipandanga kurang memberikan kesempatankepada mahasiswa untuk membangunpemikiran atau pengetahuan yang lebihkomprehensif dan perubahan lingkunganyang tidak mungkin dapat dikejar tanpaketerlibatan berbagai disiplin pengetahuan.Oleh karenanya, dalam proses pembelajaranpengembangan budaya salingmembelajarkan dan berbagi pengetahuanperlu dibangun dalam kehidupanpembelajaran di perguruan tinggi.

PENUTUPProses pembelajaran dalam rangka

mengembangkan kompetensi kewriasuahaansosial bagi mahasiswa jurusan pendidikanluar sekolah bukan merupakan kegiatanyang mudah dilakukan. Aktivitas inimemerlukan dukungan dari berbagai pihakyang terlibat terhadap pelaksanaan aktivitasedukatif pendidikan di perguruan tinggi.Dukungan yang baik akan memudahkanterbentuk kompetensi dimaksud karenadimungkinkan terdapat berbagi sumberdayayang dibutuhkan dalam prosespengembangan. Sudah pasti, syarat

terbangun kemitraan dengan melibatkanberbagai pihak baik pemerintah, organisasi,maupun masyarakat harus dilandasi olehsikap saling peduli, saling membantu dansaling bekerja sama dalam rangkamenciptakan sumber daya manusia yangberkualitas. Oleh karenanya, pembelajaranyang dimaksudkan demikian harusdilakukan oleh pendidik yang dimilikikemampuan memahami peluang yang dapatdiakses, memobilisasi pihak terkait, danmampu mengintegrasikan berbagaikepentingan dilandasi oleh pandanganmenciptakan manusia yang berguna danpembelajaran yang bermanfaat.

REFERENSIApgar, M. 1976. New perspective on

community development. Berkshire:McGraw-Hill Book CompanyLimited.

Beard, C. & Wilson, J.P. 2006. Experientiallearning: A best practice handbookfor educators and trainers.Philadelphia: Kogan Page

Bornstein, D. & Davis, S. 2010. Socialentrepreneurship: What everyoneneeds to know teaching notes. NewYork: Oxford University Press

Carter, S. & Evans, D.J. 2006.Entrepriseand small business: Principle,practice and policy. Harlow:Prentice Hall

Chang, Jane, Benamraoui, A, & Rieple, A.2014. Learning-by-doing as anapproach to teaching socialentrepreneurship. Innovations inEducation and TeachingInternational, 2014, Vol. 51, No. 5,459–471,http://dx.doi.org/10.1080/14703297.2013.78525

Dees, J. G. 1988. The meaning of “socialentrepreneurship”.https://entrepreneurship.duke.edu/news-item/the-meaning-of-social-entrepreneurship/

Drucker, P. F. (1984). Innovation andentrepreneurship. California:Perfect Bound.

Page 17: PROSIDING - staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/upload/132310876/penelitian/Prosiding... · Yogyakarta 55281 Phone ... Salah satunya adalah organisasi bisnis dengan aktivitas

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Nonformal dan Informal, - 371Entoh Tohani

Fenwick, T.J.2003. Learning throughexperience. Florida: KriegerPublishing Company.

Fish A.L. & Kim, Ji-Hee. 2014.MyLinkFace: Teaching socialentrepreneurship. The BRC AcademyJournal of Education, Vol. 4, No. 1,DOI:http://dx.doi.org/10.15239/j.brcacadje.2014.04.01.ja02

Gilchrist, A. 2009. The well-connectedcommunity. Briston: The policyPress

Hockerts,, K., Mair J., & Robinson, J. 2010.Values and opportunities in socialentrepreneurship. PalgraveMacmillankai HockertdeffreyRobinsones and Opport

Illeris, K.2009. Contemporary theories oflearning. Abingdon: RoutledgeKramer, E. 2012. 101 successful networking

strategy. Boston: CourseTechnology, Cengage Learning

London, M. & Morfopoulos, R.G. 2010.Social entrepreneurship. New York:Routledge

Nicholls, A. 2006. Social entrepreneurship:New model of sustainable socialchange. New York: OxfordUniversity Press

Perrini, F. & Vurro, C.2010. Developing anInteractive Model of SocialEntrepreneurship. DalamHockerts,K., Mair, J. Robinson, J.2010. Values and Opportunities inSocial Entrepreneurship. NewYork: Palgrave Macmillan

Osterle, et al. 2001. The 8 strategy ofnetworking development.www.forbes.com

Praszkier, R. & Nowak, A. 2012. Socialentrepreneuship. New York:Cambridge University Press

Todeva, E. 2006. Business networks:Strategy and structure. London: Routledge