Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PROSESI NYAMBAI PADA MASYARAKAT LAMPUNG SAIBATIN DI
NEGRI RATU TENUMBANG KECAMATAN PESISIR SELATAN
KABUPATEN PESISIR BARAT
Skripsi
Oleh
YOSI YUSIKA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
ABSTRACT
THE PROCESSION OF THE NYAMBAI TO THE LAMPUNG
COMMUNITY OF SAIBATIN IN THE NEGRI RATU TENUMBANG
PESISIR SELATAN SUB-DISTRICT PESISIR BARAT DISTRICT
By
YOSI YUSIKA
This research was conducted to find out the meaning, function, and procession of
what was contained in the culture of nyambai with Saibatin Lampung indigenous
people. The type of research used in this study is qualitative research methods.
Data collection techniques are done by in-depth interviews, observation and
documentation. Data analysis techniques used are data reduction techniques, data
presentation, conclusion drawing. The results of the study showed that in culture
there were traditional processions which had to be carried out from the procession
before, for a moment, and after the activity of waving. Nyambai culture has
meaning and function that shows the customary values of the Lampung people
saibatin. The meaning and function contained in nyambai culture is as a
complement to the traditional procession of nayuh, as well as a means for the
community to strengthen the relationship between people and can also be used as
a place to find a mate for girls and boys
Keywords: Nyambai, Process, Lampung Saibatin
ABSTRAK
PROSESI NYAMBAI PADA MASYARAKAT LAMPUNG SAIBATIN DI
NEGRI RATU TENUMBANG KECAMATAN PESISIR SELATAN
KABUPATEN PESISIR BARAT
Oleh
YOSI YUSIKA
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui makna, fungsi, serta prosesi apa saja
yang terkandung di dalam kebudayaan nyambai pada masyarakat adat Lampung
Saibatin. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara
mendalam, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan
adalah teknik reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan. Hasil penelitian
menunjukan bahwa didalam kebudayaan nyambai terdapat prosesi-prosesi adat
yang harus dilakukkan mulai dari prosesi sebelum, sesaat, dan sesudah
pelaksanaan kegiatan nyambai. kebudayaan nyambai memiliki makna dan fungsi
yang menunjukkan nilai-nilai adat masyarakat Lampung saibatin. Makna dan
fungsi yang terkandung pada kebudayaan nyambai yakni sebagai pelengkap
prosesi adat nayuh, sekaligus sebagai sarana masyarakat untuk mempererat tali
silaturahmi antar sesama dan juga dapat dijadikan ajang pencarian jodoh bagi muli
(gadis) dan mekhanai (bujang).
Kata kunci: Nyambai, Prosesi, Lampung Saibatin
PROSESI NYAMBAI PADA MASYARAKAT LAMPUNG SAIBATIN DI
NEGRI RATU TENUMBANG KECAMATAN PESISIR SELATAN
KABUPATEN PESISIR BARAT
Oleh
YOSI YUSIKA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA SOSIOLOGI
Pada
Jurusan Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
RIWAYAT HIDUP
Yosi Yusika, dilahirkan pada tanggal 24 Agustus
1997 di Pelita Jaya, Kecamatan Pesisir Selatan,
Kabupaten Pesisir Barat, Provinsi Lampung. Anak
kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak
Sukardi Hamdani dan Ibu Eli Yarti,. Penulis
memiliki 1 orang kakak perempuan yang bernama
Sucia Aprillia dan 1 orang adik laki-laki yang
bernama Perdi Ansyah Arif.
Jenjang pendidikan yang pernah ditempuh antara lain:
TK Darmawanita, Kecamatan Pesisir Selatan, Kabupaten Lampung Barat pada
tahun 2003
SD Negeri Pelita Jaya, Kecamatan Pesisir Selatan, Kabupaten Lampung Barat
pada tahun 2009
SMP Negeri 2 Pesisir Tengan Krui, Kecamatan Pesisir Tengah, Kabupaten
Lampung Barat pada tahun 2012
SMA Negeri 1Pesisir Tengan Krui, Kecamatan Pesisir Tengah, Kabupaten
Pesisir Barat pada tahun 2015
Universitas Lampung, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Sosiologi
2015 dan lulus pada tahun 2019
Lebih lanjut, penulis terdaftar menjadi mahasiswa Jurusan Sosiologi Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung melalui penerimaan mahasiswa
jalur Mandiri atau jalur tes tertulis.
Pada periode Pertama Bulan Januari sampai dengan Maret 2018 (selama 40 hari),
penulis mengikuti kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang bertempat di Desa
Negara Batin, Kecamatan Jabung, Kabupaten Lampung Timur.
Selama menjadi mahasiswa, penulis sempat mengikuti beberapa kegiatan dan
organisasi kampus. Penulis pernah menjadi reporter magang di LPM Repubica
pada tahun 2016-2017, Anggota bidang pengabdian masyarakat di HMJ Sosiologi
Universitas Lampung pada tahun 2015-2016, kemudian penulis diamanahi
sebagai Bendahara Umum HMJ Sosiologi Universitas Lampung pada tahun
2017–2018. Pada awal bulan Februari 2019 penulis telah menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Prosesi Nyambai Pada Masyarakat Lampung Saibatin di Negri
Ratu Tenumbang Kecamatan Pesisir Selatan Kabupaten Pesisir Barat”
MOTTO
“Ubah Pikiranmu Dan Kau Akan Mengubah Duniamu”
(Norman Vincent Peale)
“Bekerja Keras Dan Bersikap Baiklah, Maka Hal Besar Akan Terjadi”
(Conan O’Brien)
“ Jadikan Pengalaman Sebagai Bekal Untuk Menghadapi
Masa Depan”
(Yosi Yusika)
PERSEMBAHAN
Dengan mengucapkan rasa syukur kehadirat Allah SWT,
skripsi ini Saya persembahkan kepada:
Bapak dan Ibuku Tercinta
Sukardi Hamdani dan Eli Yarti
Kakak dan Adikku Tersayang
Sucia Aprillia dan Perdi Ansyah Arif
Dosen Pembimbing dan Dosen Pembahas
Ibu Dra. Anita Damayantie, M.H. dan Bapak Drs. Abdul Syani, M.I.P
Kawan-kawan Seperjuanganku
Sosiologi 2015
Almamaterku
Keluarga Besar Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung
Dan semua orang-orang baik dan terkasih yang sudah membantu penulis hingga
sampai tahap ini. Terimakasih atas dukungan, doa, saran, kritik yang telah
diberikan kepadaku, semoga Allah SWT selalu memberikan yang terbaik kepada
kita semua, Aamiin.
SANWACANA
Segala puji bagi Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya. Tiada daya dan upaya
serta kekuatan yang penulis miliki untuk dapat menyelesaikan skripsi ini selain
atas limpahan karunia dan anugerah-Nya. Sholawat serta salam senantiasa
dicurahkan kepada junjungan ilahi robbi, Nabi Besar Muhammad SAW yang
senantiasa kita nantikan syafa’atnya fiddini waddunnya ilal akhiroh.
Skripsi ini berjudul “Prosesi Nyambai Pada Masyarakat Lampung Saibatin di
Negri Ratu Tenumbang Kecamatan Pesisir Selatan Kabupaten Pesisir Barat”
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosiologi di Jurusan
Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
Penelitian skripsi ini tidak terlepas dari hidayah, karunia, bantuan, dukungan, doa,
kritik dan saran, serta bimbingan yang berasal dari berbagai pihak. Maka dari itu,
penulis mengucapkan rasa syukur dan terimakasih yang sebesar-besarnya,
khususnya kepada :
1. Allah SWT yang senantiasa memberikan karunia dan ridho-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan proses pendidikan dan penyusunan skripsi ini
dengan baik
2. Kepada kedua orangtuaku, Bapak Sukardi Hamdani dan Ibu Eli Yarti,
yang selalu memberikan doa, semangat, kasih sayang, perhatin, dan semua
pengorbanan-pengorbanan demi kesuksesan dan kebahagiaan anaknya.
Adek ucapkan terimaksih yang sebesar-besarnya karena Mak dan Bak
telah menyekolahkan adek sampai jadi Sarjana.
3. Kepada kakakku tersayang Sucia Aprillia dan kakak iparku Ricad
Sambera, serta kepada adikku satu-satunya Perdi Ansyah Arif yang selalu
memberikan doa dan dukungannya, semoga kita bisa menjadi orang sukses
dan dapat membanggakan keluarga kita bersama Aamiin.
4. Kepada keponakanku Almahyra Afseen Putri Sambera, terimakasih sudah
menjadikan hari-hari minan menjadi lebih berwarna.
5. Kepada Bapak Dr. SyariefMakhya selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Lampung.
6. Kepada Bapak Drs. Ikram, M.Si. selaku Ketua Jurusan Sosiologi Fakultas
Ilmu Sosialdan Ilmu Politik Universitas Lampung.
7. Kepada Ibu Dra.Anita Damayantie, M.H. selaku pembimbing utama dalam
penyusunan skripsi ini, terimakasih banyak karena telah meluangkan
banyak waktu, tenaga, pikiran dan memberikan semangat kepada saya
untuk bisa menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih sekali Ibu sudah sangat
berjasa karena telah memberikan banyak pelajaran kepada Yosi, sejak
awal bimbingan sampai selesainya skripsi ini. Semoga Allah SWT selalu
melimpahkan berkah kepada Ibu dan keluarga, Aamiin.
8. Kepada Bapak Drs. Abdul Syani, M.I.P selaku Dosen penguji utama
dalam penyusunan skripsi ini, terimakasih banyak atas semua kritik dan
saran yang telah Bapak berikan sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.
Terimakasih Bapak sudah sangat berjasa dan memberikan banyak
pelajaran sejak awal sampai selesainya skripsi ini. Semoga Allah SWT
selalu melimpahkan berkah kepada Bapak dan keluarga, Aamiin.
9. Kepada Ibu Dewi Ayu Hidayati, S.Sos., M.Si. selaku dosen PA
(Pembimbing Akademik), yang sudah memberikan motivasi, saran dan
masukan untuk kelancaran studi saya.
10. Kepada Bapak Damar Wibisono, S.Sos., M.A.selaku Sekretaris Jurusan
Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
11. Kepada Bapak dan Ibu Dosen serta staf Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
12. Kepada teman-teman sosiologi Angkatan 2015 yang sangat saya sayangi
dan saya banggakan. Kalian luar biasa, saya teramat sangat sayang kepada
kalian semua. Kita melewati proses menjadi mahasiswa di jurusan
sosiologi bersama-sama, ospek, inaugurasi, kuliah, bahkan fieldtrip keluar
kota bersama-sama, dan saya takkan mungkin melupakan itu semua.
Terimakasih untuk 3 tahun lebih masa-masa perkuliahan selama ini,
terimakasih sudah menjadi bagian dari kehidupanku dan menerimaku
menjadi bagian dari kalian, terimakasih untuk canda tawa dan drama-
drama perkuliahan. Semoga kita tetap solid sampai kapanpun, dan ku
doakan bagi kalian yang sedang berjuang untuk mendapatkan gelar sarjana
agar selalu dilancarkan dan diberi kemudahan Aamiin.
13. Kepada sahabat kesayanganku Rahma Fitri (calon sarjana ekonomi) dan
Susi Susanti (calon sarjana pendidikan) terimakasih atas doa, dukungan,
dan bantuan kalian selama ini. Semoga kalian berdua selalu diberi
kemudahan untuk menyelesaikan drama-drama perkuliahan untuk
mendapatkan gelar sarjana.
14. Kepada teman-teman terbaiku sejak SMA, Assyifa Syalsabila, Linggar
ibrohim, M. Dwi Warunggo Tury. Terimakasih sudah mau berteman
denganku sampai saat ini. Kalian orang-orang baik. Semoga kelak kita
menjadi orang sukses Aamiin.
15. Kepada sahabat seperjuangan ku selama kuliah di jurusan Sosiologi, kalian
orang baik, terimakasih sudah mau berteman denganku, terimakasih atas
segala doa, dukungan, semangat, dan bantuan kalian dari zaman maba
sampai saya mendapat gelar sarjana. Maaf ya saya S.Sos duluan haahaaaa,
semangat untuk kalian Jhoty (Maratus Sholeha), Wijayanti, Vita, Raje,
Yeni, Wiwi. Saya doakan semoga kalian selalu diberi kemudahan Aamiin.
16. Kepada teman gambuyku yang ngeselin dan banyak nyusahin. Linggar,
Herri, Sandi, Yasir, Adli, Junet, Hanif. Terimakasih atas kebersamaan
selama ini. Semoga kalian bisa menjadi Youtuber seperti apa yang Yasir
cita-citakan.
17. Kepada cewek-cewek hebat Sosiologi 2015 yang saya sayangi, Shila,
Deka, Yola, lilis, Rana, Icul, Okta, Dea, Syifa, Rosmalia, Imelta,Nurma,
Tiara, Kurnia, Iin, Irja, Putri, Darlena, Liana, Risma, Catur, Swita, Dita,
Cintya, Avi. semoga kita semua selalu diberi kemudahan dan kebahagiaan
Aamiin.
18. Kepada Presidium HMJ Sosiologi 2017-2018 : Ketum Rahmat Sandi,
Kabid KI Astia Dewi, Sekbid KI Gusriyanto, Kabid MB Achmad Junaidi,
Sekbid MB Zuhri, Kabid PM Hanif, Sekbid PM Iin Dwicahyani,
terimakasih sekali kalian telah menerima segala kekuranganku dan
memaklumi kesalahanku selama menjabat sebagai Bendahara Umum,
Sukses untuk kita semua.
19. Kepada Abang dan Mbak sosiologi 2013 dan 2014. Terkhusus bagi Abang
Zirwan, Abang Rizki, Abang Sugeng, Abang Olek, Abang Bowo, Mami,
Mba Deska Terimakasih atas kritik dan saran selama ini. Sukses selalu
untuk kita semua. Aamiin.
20. Kepada adik-adik sosiologi 2016 dan 2017. Terkhusus bagi Rescha, Sri
Fausia dan Alin. Terimakasih atas dukungan dan semangat kalian selama
ini.
21. Kepada keluarga baruku selama KKN di Jabung. saya ucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya karena telah menerima saya menjadi
bagian dari keluarga kalian. Terkhusus buat keluarga induk semang ku,
Ibu, bapak, Adel, Rido, Jodi, kiyay Zainal dan batin. Terimaksih atas
ketulusan dan kebaikan keluarga kalian selama ini, semoga kalian selalu
dalam lindungan Allah SWT.
22. Kepada teman-teman KKN Unila Periode I tahun 2018 Desa Negara Batin
Kecamatan Jabung yang saya sayangi. Dora safitri, Tita Maulidya, Dwina
Chairunnisa, Jon Ricardo, Ahmad Jumaidi Setiawan dan Iqbal Rusdi
Azmi. Terimaksih untuk 40 hari yang telah kita jalani dengan suka duka
bersama.
23. Kepada anak-anak SATU ARAH!! JABUNG AQUAD (KKN kecamatan
jabung periode 1 tahun 2018) Terimakasih banyak atas pengalaman baru
yang saya dapatkan semenjak bersama kalian. Semoga kelak kita semua
menjadi orang sukses Aamiin.
24. Kepada seluruh pihak yang sudah banyak membantu dalam proses
menyelesaikan skripsi ini, khususnya kepada para informan dan
masyarakat Pekon Negri Ratu Tenumbang Kecamatan Pesisir Selatan
Kabupaten Pesisir Barat.
Bandar Lampung, 7 Februari 2019
Tertanda,
Yosi Yusika
NPM. 1516011049
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACT .................................................................................................... i
ABSTRAK ...................................................................................................... ii
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ v
PERNYATAAN .............................................................................................. vi
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ vii
MOTTO .......................................................................................................... ix
PERSEMBAHAN ........................................................................................... x
SANWACANA ............................................................................................... xi
DAFTAR ISI ................................................................................................... xvii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xix
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xx
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 10
C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 10
D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 10
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Kebudayaan .............................................................. 12
B. Tinjauan Tentang Upaya Pelestarian ..................................................... 17
C. Pengertian Kearifan Lokal ..................................................................... 19
D. Falsafah Hidup Masyarakat Lampung .................................................. 20
E. Masyarakat Lampung Adat Saibatin ..................................................... 26
F. Marga-marga Masyarakat Adat Lampung Saibatin ............................... 29
G. Tinjaun tentang Prosesi Nyambai ......................................................... 30
H. Tinjauan Tentang Seni Tari .................................................................. 32
I. Tinjauan Tentang Tari Nyambai ............................................................. 34
J. Kerangka Pikir ........................................................................................ 36
III. METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian ........................................................................................ 38
B. Fokus Penelitian ...................................................................................... 40
C. Penentuan Informan ................................................................................ 40
D. Lokasi Penelitian .................................................................................... 41
E. Tehnik Pengumpulan Data ...................................................................... 42
F. Tehnik Analisis Data ............................................................................... 43
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Gambaran Umum Pekon Negri Ratu Tenumbang ................................ 46
B. Kondisi Geografis Pekon Negri Ratu Tenumbang ................................ 46
C. Komposisi Penduduk Pekon Negri Ratu Tenumbang Berdasarkan
Usia ....................................................................................................... 47
D. Kondisi Demografi Pekon Negri Ratu Tenumbang ............................. 48
E. Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Pekon Negri
Ratu Tenumbang ................................................................................. 49
F. Jumlah Penduduk Pekon Negri Ratu Tenumbang Berdasarkan
Agama Yang Dianut ............................................................................ 51
G. Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Di Pekon Negri
Ratu Tenumbang ................................................................................. 51
H. Sarana Ibadah Di Pekon Negri Ratu Tenumbang ................................ 53
I. Sarana Pendidikan Di Pekon Negri Ratu Tenumbang ............................ 54
J. Sarana Olahraga Di Pekon Negri Ratu Tenumbang ............................... 54
K. Sarana Budaya di Pekon Negri Ratu Tenumbang ................................ 55
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Identitas Informan ................................................................................. 56
B. Hasil dan Pembahasan ........................................................................... 61
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan............................................................................................ 91
B. Saran ...................................................................................................... 93
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Bagan Kerangka Pikir ......................................................................... 36
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Kecamatan di Kabupaten Pesisir Barat ............................................... 4
2. Marga-Marga Masyarakat Adat Lampung .......................................... 28
3. Luas Wilayah Pekon Negri Ratu Tenumbang Berdasarkan
Penggunaan Lahan ............................................................................ 47
4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia di Pekon Negri Ratu
Tenumbang ......................................................................................... 48
5. Rincian Jumlah Penduduk Pekon Negri Ratu Tenumbang ................. 49
6. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Pekon Negri
Ratu Tenumbang ................................................................................ 50
7. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Pekon
Negri Ratu Tenumbang ..................................................................... 52
8.Jumlah Sarana Peribadatan di Pekon Negri Ratu Tenumbang............. 53
9. Jumlah Sarana Pendidikan di Pekon Negri Ratu Tenumbang ............ 54
10. Jumlah Sarana Olahraga di Pekon Negri Ratu Tenumbang .............. 55
11. Identitas Informan ............................................................................. 60
12. Jenis-Jenis Perkawinan Masyarakat Lampung Saibatin ................... 61
13. Asal Usul Kebudayaan Nyambai ...................................................... 64
14. Prosesi Sebelum Kegiatan Nyambai ................................................. 65
15. Prosesi Saat Pelaksaan Nyambai ....................................................... 67
16. Prosesi Setelah Pelaksaan Nyambai .................................................. 69
17. Makna Kebudayaan Nyambai Masyarkat Lampung Saibatin ........... 71
18. Fungsi Kebudayaan Nyambai Nyambai Masyarakat
Lampung Saibatin ............................................................................... 73
19. Syarat-Syarat Sebelum Melaksanakan Kegiatan Nyambai ............... 75
20. Pelaksanaan Kegiatan Nyambai dalam Prosesi Adat Nayuh ............ 77
21. Lokasi Diadakannya Kegiatan Nyambai ........................................... 79
22. Orang-Orang yang Terlibat dalam Kegiatan Nyambai ..................... 80
23. Gerakan-Gerakan yang Terkandung dalam Tari Nyambai ............... 82
24. Alat Musik yang Digunakan dalam Kegiatan Nyambai ................... 85
25. Busana yang Digunakan dalam Kegiatan Nyambai .......................... 87
26. Upaya Mempertahankan Kebudayaan Nyambai ............................... 89
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah salah satu kepulauan terbesar di dunia. Indonesia terkenal sebagai
bangsa yang majemuk karena terdiri atas berbagai suku bangsa, adat-istiadat, budaya,
bahasa daerah, serta agama yang tersebar di setiap Provinsinya. Masyarakat Indonesia
terdiri atas berbagai macam suku bangsa dan kebudayaan yang hidup tersebar
disekitar 17.000 gugusan pulau, mulai dari kota Sabang disebelah barat, sampai ke
kota Merauke disebelah timur Irian Jaya. Keragaman kebudayaan itu terjadi karna
adanya perbedaan dalam penafsiran terhadap unsur-unsur kebudayaan
(Koentjaraningrat, 1977).
Salah satu suku bangsa yang ada di Indonesia adalah penduduk asli Lampung,
Secara geografis Provinsi Lampung terletak pada kedudukan 103º40” Bujur Timur
(BT) sampai 105º50” Bujur Timur (BT) dan 3º45” Lintang Selatan (LS) sampai
6º45” Lintang Selatan (LS). Secara administrasi batas-batas wilayah Provinsi
Lampung adalah sebelah selatan berbatasan dengan Selat Sunda, sebelah utara
berbatasan denga Provinsi Sumatra Selatan dan Provinsi Bengkulu, sebelah timur
berbatasan dengan Laut Jawa, dan sebelah barat berbatasan dengan Samudra
Hindia (Badan Pusat Statistik,2012).
2
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung tahun 2017, Lampung
merupakan salah satu Provinsi yang memiliki penduduk heterogen, diantaranya
seperti penduduk asli yakni suku Lampung, kemudian penduduk pendatang seperti
Jawa, Sunda, Minang, Madura, dan Batak. Provinsi Lampung sebelum tanggal 18
Maret 1964 adalah merupakan Keresidenan Lampung yang berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 3 tahun 1964, yang kemudian menjadi Undang-Undang
Nomor 14 tahun 1964 Keresidenan Lampung ditingkatkan menjadi Provinsi
Lampung dengan Ibukota Tanjung karang - Teluk betung. Selanjutnya Kotamadya
Tanjung karang-Teluk betung tersebut berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 24
tahun 1983 telah diganti namanya menjadi Kotamadya Bandar Lampung terhitung
sejak tanggal 17 Juni 1983.
Suku Lampung sendiri terdiri dari dua masyarakat adat atau khuwa jurai, yakni
jurai pepadun dan jurai saibatin. Orang Lampung Jurai Pepadun pada umumnya
bermukim disepanjang aliran sungai yang bermuara kelaut jawa dan orang
Lampung Jurai Saibatin bermukim di pesisir pantai dan disepanjang aliran sungai
yang bermuara ke samudra Indonesia. Dalam bertutur, orang Saibatin berdialek A,
sedangkan orang Pepadun berdialek O, akan tetap tidak semua orang Pepadun
berdialek O (Hadikusuma,1989).
Masyarakat Lampung atau yang dikenal dengan sebutan Ulun Lampung secara
adat Pepadun merupakan suatu sistem kesatuan masyarakat yang teratur dimana
para anggotanya terikat pada suatu garis keturunan yang sama, baik secara
langsung karena hubungan darah maupun secara tidak langsung karena tali
perkawinan (genealogis), namun bisa juga dilakukan peralihan dengan upacara
Cakak Pepadun (naik tahta), Jadi siapa saja bisa menduduki kedudukan didalam
3
adat asalkan masyarakat memiliki kemampuan. Sedangkan adat Saibatin
mengutamakan tetesan darah, artinya status diperoleh karena keturunan darah
secara patrilinial atau garis keturunan ayah (Vivit, 2017).
Masyarakat Pepadun dan Saibatin masing-masing mempunyai sub etnis, baik dari
segi adat istiadat dan bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari,
sehingga menimbulkan beberapa perbedaan, baik dalam tata cara kehidupan,
penggunaan bahasa, maupun dalam segi pelaksanaan upacara-upacara adat, pada
dasarnya perbedaan dalam kelompok tersebut dapat dipahami karena masing-
masing masyarakat mempunyai banyak persamaan, hanya saja berbeda pada logat
dan aksen pengucapan (Sabaruddin, 2012).
Salah satu kabupaten yang masuk kedalam kelompok Jurai Saibatin adalah
Kabupaten Pesisir Barat yang beribukota di Krui. Kabupaten Pesisir Barat
terbentuk pada tahun 2012 sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2012
tentang pembentukan daerah otonomi baru Kabupaten Pesisir Barat di Provinsi
Lampung, tertanggal 16 November 2012 dan diundangkan pada tanggal 17
November 2012.
Secara geografis, Kabupaten Pesisir Barat memiliki batas-batas wilayah sebagai
berikut:
1. Utara, Kabupaten Lampung Barat, Kabupaten Tanggamus, Desa Way Beluah
dan Kecamatan Banding Agung Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan
Provinsi Sumatera Selatan.
2. Selatan, Samudera Hindia.
3. Barat, Kecamatan Nasal Kabupaten Kaur Provinsi Bengkulu.
4
4. Timur Desa Tampang Tua Kecamatan Pematang Sawa, Desa Sedayu, Desa
Sidomulyo Kecamatan Semaka Kabupaten Tanggamus.
Wilayah Kabupaten Pesisir Barat secara administratif terdiri dari 11 kecamatan
yang terdiri dari 116 pekon atau desa dan dua kelurahan.
(www.bappeda.pesisirbaratkab.go.id).
Berikut daftar nama-nama Kecamatan yang ada di Kabupaten Pesisir Barat :
Tabel 1. Kecamatan di Kabupaten Pesisir Barat
No Nama Kecamatan
1. Pesisir Selatan
2. Bengkunat
3. Bengkunat Belimbing
4. Ngambur
5. Pesisir Tengah
6. Karya Penggawa
Ggawa 7. Way Krui
8. Krui Selatan
9. Pesisir Utara
10. Lemong
11. Pulau Pisang
Sumber: Pesisir Barat dalam Angka 2017
Pesisir Barat sebagai salah satu Kabupaten yang masuk ke dalam jurai Saibatin
sudah tentu memliki kebudayaan sebagai jati diri masyarakat. Kebudayaan
merupakan suatu kekayaan yang sangat bernilai karena selain merupakan ciri khas
dari suatu daerah juga menjadi lambang dari kepribadian suatu bangsa.
Kebudayaan-kebudayaan yang masih sering diadakan di Kabupaten Pesisir Barat
yaitu upacara-upacara adat, salah satunya adalah upacara adat Nayuh (pesta
perkawinan). Menurut Sultan Baginda Parsiyasah, Nayuh merupakan suatu
upacara adat perkawinan yang diadakan secara besar-besaran oleh masyarakat
5
Lampung Saibatin. Nayuh berasal dari bahasa Lampung Nayah yang berarti
“banyak”. Banyak yang dimaksud disini merupakan gambaran dari banyaknya
orang yang berkumpul untuk melakukan kegiatan adat yang sudah ditetapkan oleh
ketua adat masyarakat Saibatin (Ningrum,2017).
Pelaksanaan pesta adat Nayuh biasanya diputuskan dalam rapat adat atas
permintaan dan usul dari kesepakatan keluarga pengantin laki-laki. Rapat ini
minimal diadakan sebulan sebelum hari H akad nikah, pada bulan baik dan
tanggal baik. Susunan acara-acara pesta adat perkawinan atau Nayuh nya Ulun
Saibatin dapat dibagi dalam dua tempat, pertama diadakan dirumah pengantin
laki-laki dan kedua diadakan dirumah pengantin perempuan. Dalam upacara adat
Nayuh pelaksanaan akad nikah merupakan acara puncak, acara ini dilaksanakan di
kelasa (tarub) diluar rumah yang dibuat secara gotong royong oleh semua kerabat.
Acara dihari perkawinan ini dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu :
1. Acara Inti yang Bertempat di Kelasa (Tarub)
a. Akad nikah, dipimpin oleh penghulu yang duduk diatas kursi berhadap-
hadapan antara pengantin laki-laki dan pengantin perempuan, kecuali kedua
mempelai duduk bersampingan.
b. Setelah acara akad nikah selesai, dilanjut dengan tahapan acara berikutnya
yaitu acara butammat. Butammat, artinya membaca alquran oleh kedua
pengantin secara bergantian.
c. Acara penetapan gelar, yang dipimpin oleh ahli adat. Pembacaan gelar ini
dikuti oleh bunyi canang atau kulintang setiap sesudah kalimat yang
mengandung arti atau satu pargraf.
6
d. Acara pemberitahuan kepada seluruh kerabat tentang barang bawaan
pengantin perempuan, acara dipimpin oleh ahli adat dan ahli retorika karna
menggunakan bahasa-bahasa kiasan yang puitis.
2. Prosesi Adat
a. Prosesi pertemuan rombongan kedua mempelai menuju kelasa yang ditandu
dengan alam gemiser.
b. Prosesi keliling kampung
3. Prosesi pada Malam Hari H Nayuh
a. Acara membaca surat berzanji
b. Acara bediker
4. Prosesi Pada Malam Setelah Nayuh
Pada malam hari setelah diadakannya upacara adat Nayuh biasanya diadakan
kegiatan Nyambai. Nyambai adalah salah satu acara pada pesta perkawinan yang
dilaksanakan pada malam hari di ruang terbuka. Acara ini adalah acara khusus
bagi bujang dan gadis untuk menunjukkan kemahiran menari masing-masing yang
disebut dengan tari Nyambai. Tari Nyambai ditarikan oleh para gadis dengan
menggunakan pakaian kebaya yang diiringi oleh tabuhan kulintang, rebana, dan
nyanyian atau ngadido ( Imron,2005).
Salah satu daerah yang masih mempertahankan upacara adat Nayuh yaitu Pekon
Negeri Ratu Tenumbang yang masuk kedalam kelompok marga Tenumbang.
Negri Ratu Tenumbang adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Pesisir
Selatan, Kabupaten Pesisir Barat, Provinsi Lampung. Dalam upacara adat Nayuh
7
di Pekon Negri Ratu Tenumbang terdapat prosesi-prosesi adat yang dilakukan,
salah satu nya yaitu dengan diadakannya kegiatan Nyambai.
Nyambai adalah sebuah tradisi luhur masyarakat Lampung khususnya Lampung
Saibatin. Nyambai merupakan sebuah Prosesi pelengkap upacara adat nayuh yang
melibatakan muli (gadis) dan mekhanai (bujang). Untuk mengadakan kegiatan
nyambai ada beberapa prosesi yang harus dilakukkan. Rangkaian acara tersebut
terbagi menjadi tiga yaitu mulai dari prosesi sebelum, sesaat, dan sesudah kegiatan
nyambai.
Sebelum pelaksanaan kegiatan nyambai, biasanya akan diadakan musyawarah
atau yang masyarakat sebut dengan istilah hippun. Kegiatan hippun dilaksanakan
beberapa bulan sebelum upacara adat nayuh. Hippun diadakan beberapa kali,
mulai dari hippun muakhi, hippun ramik, dan hippun suku. Dalam hal ini, kegiatan
nyambai dibahas pada saat hippun suku. Hippun suku diikuti oleh para ketua adat
marga Tenumbang. Kegiatan hippun diadakan untuk membahas tentang
rangakaian acara yang akan dilaksanakan pada saat upacara adat nayuh. Setelah
mengadakan hippun, para ketua adat akan memberitahukan hasil hippun kepada
anggota kelompok masing-masing kemudian mempersiapkan muli dan mekhanai
dari kelompoknya untuk mengikuti kegiatan nyambai pada saat upacara adat
nayuh.
Pada saat pelaksanaan kegiatan nyambai acara dimulai dengan pembukaan, yang
bertugas untuk membuka acara nyambai adalah seorang jenang (orang yang
memimpin jalannya kegiatan nyambai ). Setelah acara dibuka, selanjutnya jenang
akan membacakan peraturan-peraturan yang harus dipatuhi oleh para peserta pada
8
saat kegiatan nyambai dilaksanakan. Setelah acara dibuka, selanjutnya para muli
dan mekhanai peserta nyambai yang telah didandani dengan menggunakan
pakaian tari nyambai akan menampilkan tarian yang diiringi oleh musik pengiring
dan adidang (nyanyian tari nyambai). Tari nyambai merupakan tarian pergaulan
serta ajang untuk masyarakat saling bersilaturahmi. Kehadiran Nyambai sebagai
tradisi merupakan salah satu sarana komunikasi dan media untuk mencari jodoh
antara muli dan mekhanai.
Setelah kegiatan nyambai selesai, acara ditutup kembali oleh seorang jenang,
kemudian acara dilanjutkan dengan makan kue bersama. kegiatan Nyambai
biasanya diselenggarakan di ruang terbuka seperti di bawah tarub, di atas
panggung atau di balai adat yang tersedia. Nyambai ditampilkan pada saat malam
hari, tetapi bisa juga diadakan pada siang hari tergantung dari kesepakatan dalam
bermusyawarah.
Untuk bisa mengadakan kegiatan nyambai ada beberapa syarat yang harus
dipenuhi dan dengan biyaya yang tidak sedikit. Syarat-syarat yang harus dipenuhi
untuk bisa mengadakan kegiatan nyambai yaitu upacara adat perkawinan (nayuh)
harus diadakan secara besar-besaran. selain itu, syarat yang harus dipenuhi yakni
harus memotong hewan kerbau serta pembuatan kue adat oleh nakbay (saudara
perempuan yang sudah menikah). Disamping itu Nyambai memiliki makna dan
fungsi tertentu yang menunjukkan nilai-nilai budaya pada masyarakat Lampung
Saibatin. Makna-makna yang terdapat pada kegiatan nyambai ditunjukkan pada
gerakan-gerakan tari nyambai, pakaian yang digunakan peserta tari nyambai, serta
musik pengiring tari nyambai. Secara umum, kegiatan nyambai memiliki makna
9
yang dapat mempererat kekerabatan serta sarana untuk menjaga tali silaturahmi
antar masyarakat. Selain itu, Nyambai juga memiliki fungsi sebagai pelengkap
upacara adat nayuh serta sebagai sarana hiburan bagi masyarakat dan ajang
pencarian jodoh antara bujang dan gadis.
Selain sebagai pelengkap upacara adat Nayuh, Nyambai juga biasanya diadakan
pada saat memperingati hari-hari besar dan untuk menghormati tamu (pejabat
pemerintah). Namun pada saat ini kegiatan nyambai sudah jarang diadakan, di
Pekon Negri Ratu Tenumbang, nyambai hanya diadakan pada saat upacara adat
nayuh. Salah satu faktor yang mempengaruhi jarangnya diadakan kegiatan
nyambai adalah besarnya biyaya yang harus dikeluarkan. Dalam
perkembangannya, acara adat nyambai yang jarang dilaksanakan menyebabkan
banyak generasi muda yang tidak mengetahui tentang makna, fungsi, serta prosesi
apa saja yang terdapat pada kebudayaan nyambai.
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Prosesi Nyambai Pada Masyarakat Lampung Saibatin“. Alasan
peneliti mengangkat judul tersebut adalah untuk memahami makna dan fungsi
serta prosesi-prosesi apa saja yang ada dalam kebudayaan Nyambai pada upacara
adat Nayuh masyarakat Lampung Saibatin, khususnya pada masyarakat Pekon
Negri Ratu Tenumbang, Kecamatan Pesisir Selatan, Kabupaten Pesisir Barat.
Selain itu, penelitian ini bertujuan agar masyarakat dan generasi muda dapat
mengetahui dan melestarikan kebudayaan nyambai agar tidak punah seiring
perkembangan zaman.
10
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apa fungsi dan makna yang terkandung pada Nyambai dalam upacara adat
Nayuh ?
2. Apa saja prosesi-prosesi yang terdapat pada kebudayan nyambai ?
3. Bagaimana upaya yang dilakukan masyarakat dalam melestarikan
kebudayaan Nyambai ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas maka tujuan dari
penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui makna dan fungsi yang terkandung dalam kebudayaan
Nyambai.
2. Untuk mengetahui prosesi apa saja yang terdapat dalam kebudayaan
Nyambai.
3. Untuk mengetahui upaya apa saja yang dilakukan masyarakat dalam
melestarikan kebudayaan Nyambai.
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan permasalahan diatas, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kegunaan bagi semua pihak yang membutuhkan. Adapun manfaat penelitian ini
adalah :
11
1. Manfaat Praktis
Bermanfaat bagi pembangunan kesenian daerah Lampung, khususnya di
Kabupaten Pesisir Barat dan sebagai sumbangan bagi kalangan akademis
dalam melihat masalah-masalah kebudayaan.
2. Manfaat Teoritis
Bermanfaat sebagai upaya untuk memperkaya kajian tentang ilmu
Sosiologi Kebudayaan dan memberikan sumbangan informasi yang positif
kepada masyarakat umum tentang kebudayaan nyambai.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Kebudayaan
1. Makna Kebudayaan
Koentjaraningrat (1991) mengajukan definisi kebudayaan sebagai seluruh sistem
gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang
dijadikan manusia dengan belajar.
Menurut Taylor (1897), kebudayaan atau pun yang disebut peradaban, mengandung
pengertian yang luas, meliputi pemahaman perasaan suatu bangsa yang kompleks,
meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat-istiadat (kebiasaan),
dan pembawaan lainnya yang diperoleh dari anggota masyarakat. Dari definisi
tersebut dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan
memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat
dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan itu bersifat
abstrak.
Berdasarkan definisi para ahli dapat disimpulkan bahwa kebudayaan merupakan hasli
karya manusia yang diaplikasikan dalam kehidupan masyarakat. Begitupun dengan
kebudayaan nyambai pada masyarakat Lampung saibatin di Negri Ratu Tenumbang
Kecamatan Pesisir Selatan Kabupaten Pesisir Barat. Dalam kegiatan nyambai
13
terdapat pertunjukan tari yang dilakukan oleh muli (gadis) dan mekhanai (bujang)
yang dijadikan sebagai sarana hiburan bagi masyarakat sekaligus ajang silaturahmi
dan pencarian jodoh antara bujang dan gadis.
2. Fungsi Kebudayaan
Kebudayaan mempunyai fungsi yaitu untuk mengatur manusia agar dapat mengerti
bagaimana seharusnya bertindak dan berbuat untuk menentukan sikap jika akan
berhubungan dengan orang lain di dalam menjalankan kehidupannya. Kebudayaan
berfungsi sebagai:
1. Suatu hubungan pedoman antar manusia atau kelompok, contohnya: norma.
Norma adalah kebiasaan yang dijadikan dasar bagi hubungan antara orang-orang
tersebut sehingga tingkah laku masing-masing bisa diatur. Norma sifatnya tidak
tertulis dan berasal dari masyarakat.
2. Wadah untuk menyalurkan perasaan-perasaan dan kehidupan lainnya.
3. Melindungi diri kepada alam. Hasil karya masyarakat melahirkan teknologi atau
kebudayaan kebendaan yang mempunyai kegunaan utama di dalam melindungi
masyarakat terhadap lingkungan alamnya.
4. Pembimbing kehidupan manusia.
5. Pembeda antar manusia dan binatang.
14
Unsur-unsur kebudayaan meliputi semua kebudayaan di dunia, baik yang kecil,
bmaupun yang besar, kompleks, dan dengan jaringan hubungan yang luas. Menurut
konsep B.Malinowski, kebudayaan di dunia mempunyai tujuh unsur universal, yaitu :
a. Bahasa
b. Sistem teknologi
c. Sistem mata pencaharian
d. Organisasi sosial
e. Sistem pengetahuan
f. Religi
g. Kesenian
Berdasarkan definisi fungsi kebudayaan dapat disimpulkan bahwa kebudayaan
berfungsi sebagai pedoman untuk mengatur kehidupan manusia agar dapat bertindak
dan menentukan sikap sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam kehidupan.
3. Wujud Kebudayaan
Koentjaraningrat (1974), mendefinisikan kebudayaan sebagai keseluruhan gagasan
dan karya manusia yang harus dibiasakan dengan belajar, beserta keseluruhan dari
hasil budi dan karyanya. Dalam upaya mendefinisikan kebudayaan, Koentjaraningrat
memperlihatkan wujudnya dalam kehidupan masyarakat, wujud kebudayaan itu ada
tiga macam yaitu:
1. Wujud kebudayaan sebagai suatu komplek dari ide-ide, nilai-nilai, norma-
norma, peraturan dan sebagainya.
15
2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari
manusia dalam masyarakat.
3. Wujud kebudayaan berupa benda-benda hasil karya manusia.
Wujud pertama adalah wujud kebudayaan yang sifatnya abstrak, tak dapat diraba atau
digambar, sebab letaknya berada dalam kepala manusia, artinya wujud dalam pikiran
dari warga masyarakat dimana kebudayaan itu tumbuh. Akan tetapi, pada masa kini
kebudayaan dapat dituangkan melalui tulisan, bahkan dapat disimpan dalam kartu
atau file komputer, tape recorder, micro film dan sebagainya. Kebudayaan semacam
ini dapat juga berupa adat istiadat atau tata kelakuan, berarti kebudayaan merupakan
segenap pengetahuan tentang pola-pola bertindak pola-pola berperasaan serta
kemampuan berfikir yang dimiliki oleh segenap anggota masyarakat.
Pola-pola kebudayaan dalam kehidupan masyarakat dapat berfungsi sebagai pengatur,
pengawas dan dapat memberikan arah kelakuan serta perbuatan manusia sesuai
dengan kehendak umum. Studi tentang stratifikasi ataupun urut-urutan wujud
kebudayaan ini dapat diperinci mulai dari lapisan yang paling abstrak sampai pada
lapisan yang paling nyata dan terbatas (terbatas artinya adat istiadat tidak selalu dapat
diwujudkan secara konkret). Pada lapisan pertama yang paling abstrak adalah sistem
nilai budaya, lapisan yang kedua adalah sistem norma-norma yang sedikit lebih
konkrit, sistem hukum yang berdasarkan norma-norma adalah lebih konkrit. Lapisan
ketiga yang paling konkrit adalah peraturan-peraturan khusus mengenai kegiatan
manusia sehari-hari dalam kehidupan masyarakat, misalnya aturan sopan santun (adat
istiadat), lapisan ini paling konkrit tetapi masih terbatas pada ruang lingkup tertentu.
16
Kebudayaan sering disebut sebagai sistem sosial yang meliputi pola-pola kelakuan
manusia itu sendiri. Soleman B. Taneko (1986), mengatakan bahwa ciri khusus yang
telihat pada tiap-tiap arti intern ini adalah terdapatnya unsur-unsur yang paling
berkaitan atau hubungan dalam satu kesatuan. Meskipun penjelasan ini secara khusus
diperuntukkan dalam menghidupkan pengertian sistem dalam sistem sosial, akan
tetapi dapat pula dijadikan pedoman untuk menyebut istilah-istilah kebudayaan dalam
lingkup studi sosiologi. Sistem sosial sendiri dalam kaitannya dengan wujud
kebudayaan yang kedua dapat dipandang bahwa sistem sosial adalah segenap
aktivitas-aktivitas yang berinteraksi antara satu pihak dengan pihak yang lain dalam
masyarakat, dimana menunjukkan pola-pola tertentu atas dasar arti adat istiadat yang
berlaku. Sebagai rangkaian akivitas manusia di dalam kehidupan masyarakat, sistem
sosial itu bersifat konkrit terjadi di sekeliling pergaulan sehari-hari, dan hal ini dapat
didokumentasikan.
Wujud ketiga, kebudayaan dapat disebut dengan kebudayaan fisik, sebab secara
keseluruhan merupakan benda sebagai hasil aktivitas, perbuatan-perbuatan atau
karya-karya manusia dalam masyarakat. Menurut Selo Soemardjan dan Soeleman
Soemardi (1964), bahwa kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa dan cipta
masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan
(material cultur) yang diperlukan oleh masyarakat untuk menaklukkan dan
menguasai alam dengan maksud mengambil manfaatnya demi keperluan kehidupan
dan penghidupan masyarakat. Rasa meliputi wujud dari jiwa manusia, yaitu segala
norma dan nilai-nilai kemasyarakatan yang perlu untuk mengatur masalah-masalah
17
kemasyarakatan dalam arti yang luas yang termasuk didalamnya misalnya idiologi,
agama, kesenian, kebatinan dan semua hasil ekspresi jiwa manusia yang hidup
sebagai anggota masyarakat. Cipta merupakan kemampuan mental, kemampuan
berfikir dari orang yang hidup bermasyarakat, yang antara lain menghasilkan ilmu-
ilmu pengetahuan, baik itu wujud ilmu pengetahuan murni maupun yang berwujud
ilmu pengetahuan terapan untuk diamalkan dalam kehidupan bermasyarakat.
B. Tinjauan Tentang Upaya Pelestarian
1. Pengertian Pelestarian
Menurut peraturan Mentri Dalam Negeri No.52 Tahun 2007 Tentang Pedoman
Pelestarian Dan Pengembangan Adat Istiadat Serta Nilai Sosial Budaya Dalam
Masyarakat Pasal 1, yang berbunyi :
“Pelestarian adalah upaya menjaga dan memelihara adat istiadat dan nilai
sosial budaya masyarakat yang bersangkutan, terutama nilai-nilai etika,
moral, dan adab yang merupakan inti dari adat istiadat, kebiasaan-kebiasaan
dalam masyarakat, dan lembaga adat agar keberadaannya tetap terjaga dan
berlanjut”.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.1 tahun 2010 tentang cagar budaya
bahwa, pelestaraian merupakan suatau upaya yang dinamis untuk mempertahankan
keberadaan cagar budaya serta keaslian nilai-nilai dengan cara melindungi,
mengembangkan, dan memanfaatkannya. Sedangkan menurut Hartono (2016),
pelestarian adalah upaya yang dilakukan dengan menjaga kesinambungan yang
18
menerima adanya perubahan atau pembangunan.Pelestarian tercakup dalam tiga
tindakan, yaitu perlindungan, penyelamatan, dan pemanfaatan.
Berdasarkan paparan di atas, penulis menyimpulkan bahwa pelestarian adalah upaya
untuk menjaga dan melindungi. Oleh karena itu, demi menjaga budaya tersebut maka
seluruh lapisan masyarakat mempunyai wewenang untuk merawat, serta
melestarikan agar budaya tidak hilang atau tergeser oleh perkembangan zaman.
2. Upaya Pelestarian
Indonesia adalah bangsa dengan jejak perjalanan sejarah yang panjang sehingga
penuh keanekaragaman budaya lokal yang seharusnya dilestarikan. Melestarikan
tidak berarti membuat sesuatu menjadi awet dan tidak dapat digantikan. Melestarikan
berarti memelihara dan menjaga untuk waktu yang sangat lama. Jadi upaya
pelestarian warisan budaya lokal yaitu kegiatan memelihara warisan budaya lokal
untuk terus dijaga. Pelestarian bukan hanya tentang kebiasaan sesaat, tidak
sistematis, dan tanpa akar yang kuat di masyarakat. Pelestarian tidak akan bertahan
dan berkembang jika tidak didukung oleh masyarakat luas dan tidak menjadi bagian
nyata dari kehidupan kita. Para pakar pelestarian, misalnya pemerintah, tokoh adat
harus turun dan merangkul masyarakat agar dapat melakukan pelestarian. Singkat
kata pelestarian akan dapat terus berlanjut apabila berbasis pada kekuatan dalam,
kekuatan lokal, kekuatan swadaya. Karenanya sangat diperlukan penggerak,
pemerhati, pecinta dan pendukung dari berbagai lapisan masyarakat (Hadiwinoto,
2002).
19
Menurut Karmadi (2017) agar dapat mendukung pelestarian maka perlu
ditumbuhkan motivasi yang kuat untuk ikut tergerak, dan berpartisipasi
melaksanakan pelestarian, antara lain:
1. Motivasi untuk menjaga kebudayaan
2. Motivasi untuk meningkatkan pengetahuan dan kecintaan generasi muda
terhadap kebudayaan
.
3. Motivasi untuk menjamin terwujudnya keragaman.
4. Motivasi simbolis yang meyakini bahwa budaya lokal adalah gambaran dari
jati diri suatu kelompok atau masyarakat.
Berdasarkan definisi para ahli mengenai upaya pelestarian kebudayaan dapat
disimpulkan bahwa kebudayaan dapat bertahan dan berkembang jika didukung oleh
masyarakat luas dan menjadi bagian nyata dari kehidupan. Selain itu, masyarakat
harus memiliki motivasi untuk menjaga dan melestarikan kebudayaan.
C. Pengertian Kearifan Lokal
Pengertian Kearifan Lokal dilihat dari kamus Inggris Indonesia, terdiri dari 2 kata
yaitu kearifan (wisdom) dan lokal (local). Local berarti setempat dan wisdom sama
dengan kebijaksanaan. Dengan kata lain maka local wisdom dapat dipahami sebagai
gagasan-gagasan, nilai-nilai, pandangan-pandangan setempat (local) yang bersifat
bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota
masyarakatnya. Secara filosofis, kearifan lokal dapat diartikan sebagai sistem
pengetahuan masyarakat lokal/pribumi yang bersifat empirik dan pragmatis. Bersifat
empirik karena hasil olahan masyarakat secara lokal berangkat dari fakta-fakta yang
20
terjadi disekeliling kehidupan mereka. Sedangkan bertujuan pragmatis karena seluruh
konsep yang terbangun sebagai hasil olah pikir dalam sistem pengetahuan itu
bertujuan untuk pemecahan masalah sehari-hari (Rosidi,2009).
Kearifan lokal adalah pandangan hidup dan ilmu pengetahuan serta berbagai strategi
kehidupan yang berwujud aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal dalam
menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka. Dalam bahasa
asing sering juga dikonsepsikan sebagai kebijakan setempat local wisdom atau
pengetahuan setempat “local knowledge” atau kecerdasan setempat local genious
(Fajarini,2014).
Kearifan lokal merupakan sesuatu yang berkaitan secara spesifik dengan budaya
tertentu (budaya lokal) dan mencerminkan cara hidup suatu masyarakat tertentu
(masyarakat lokal). Dengan kata lain, kearifan lokal bersemayam pada budaya lokal,
Seperti telah dikemukakan oleh Bosch, yang penting ialah mengembangkan
kreativitas para pelaku budaya sendiri sehingga dapat menumbuhkan “ Kearifan
Lokal “ ketika menghadapi terjangan pengaruh kebudayaan asing (Rosidi,2009).
D. Falsafah Hidup Masyarakat Lampung
1. Pi-il Pusenggiri
Piil Pusenggiri adalah tatanan moral yang merupakan pedoman bersikap dan
berperilaku masyarakat adat Lampung dalam segala aktivitas hidupnya. Falsafah
hidup orang Lampung sejak terbentuk dan tertatanya masyarakat adat adalah piil
pesenggiri. Piil (fiil=arab) artinya perilaku, dan pusenggiri maksudnya bermoral
21
tinggi, berjiwa besar, tahu diri, tahu hak dan kewajiban. Piil pusenggiri merupakan
potensi sosial budaya daerah yang memiliki makna sebagai sumber motivasi agar
setiap orang dinamis dalam usaha memperjuangkan nilai-nilai positif, hidup
terhormat dan dihargai di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Sebagai konsekuensi
untuk memperjuangkan dan mempertahankan kehormatan dalam kehidupan
bermasyarakat, maka masyarakat Lampung berkewajiban untuk mengendalikan
perilaku dan menjaga nama baiknya agar terhindar dari sikap dan perbuatan yang
tidak terpuji. Piil pusenggiri sebagai tatanan moral memberikan pedoman bagi
perilaku pribadi dan masyarakat adat Lampung untuk membangun karya-karyanya.
Piil pusenggiri merupakan suatu keutuhan dari unsur-unsur yang mencakup Juluk-
adok, pudak waya, tengah nyanggah, dan sesakaian sembayan, yang berpedoman
pada adat dari leluhur mereka. Apabila ke-4 unsur ini dapat dipenuhi, maka
masyarakat Lampung dapat dikatakan telah memiliki piil pusenggiri. Piil-pesenggiri
pada hakekatnya merupakan nilai dasar yang intinya terletak pada keharusan untuk
mempunyai hati nurani yang positif (bermoral tinggi atau berjiwa besar), sehingga
senantiasa dapat hidup secara logis, etis dan estetis. Secara ringkas unsur-unsur Piil
Pusenggiri dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Juluk-Adok
Secara etimologis Juluk-adok (gelar adat) terdiri dari kata juluk dan adok, yang
masing-masing mempunyai makna, Juluk adalah nama panggilan keluarga seorang
pria/wanita yang diberikan pada waktu mereka masih muda atau remaja yang belum
22
menikah, dan adok bermakna gelar/nama panggilan adat seorang pria/wanita yang
sudah menikah melalui prosesi pemberian gelar adat.
Juluk-adok merupakan hak bagi anggota masyarakat Lampung, oleh karena itu juluk-
adok merupakan identitas utama yang melekat pada pribadi yang bersangkutan.
Biasanya penobatan juluk-adok ini dilakukan dalam suatu upacara adat sebagai media
peresmiannya. Juluk adok ini biasanya mengikuti tatanan yang telah ditetapkan
berdasarkan hirarki status pribadi dalam struktur kepemimpinan adat. Sebagai contoh;
Pengiran, Dalom, Batin, Temunggung, Radin, Minak, Kimas dst. Dalam hal ini
masing-masing kebuwaian tidak selalu sama, demikian pula urutannya tergantung
pada adat yang berlaku pada kelompok masyarakat yang bersangkutan.
b. Nemui-Nyimah
Nemui berasal dari kata benda temui yang berarti tamu, kemudian menjadi kata kerja
nemui yang berarti bertamu atau mengunjungi/silaturahmi. Nyimah berasal dari kata
benda simah, kemudian menjadi kata kerja nyimah yang berarti suka memberi
(pemurah). Sedangkan secara harfiah nemui-nyimah diartikan sebagai sikap santun,
pemurah, terbuka tangan, suka memberi dan menerima dalam arti material sesuai
dengan kemampuan. Nemui-nyimah merupakan ungkapan asas kekeluargaan untuk
menciptakan suatu sikap keakraban dan kerukunan serta silaturahmi. Nemui-nyimah
merupakan kewajiban bagi suatu keluarga dari masyarakat Lampung umumnya untuk
tetap menjaga silaturahmi, dimana ikatan keluarga secara genealogis selalu
terpelihara dengan prinsip keterbukaan, kepantasan dan kewajaran.
23
c. Nengah-Nyappur
Nengah berasal dari kata benda, kemudian berubah menjadi kata kerja yang berarti
berada di tengah. Sedangkan nyappur berasal dari kata benda cappur menjadi kata
kerja nyappur yang berarti baur atau berbaur. Secara harfiah dapat diartikan sebagai
sikap suka bergaul, suka bersahabat dan toleran antar sesama. Nengah-nyappur
menggambarkan bahwa anggota masyarakat Lampung mengutamakan rasa
kekeluargaan dan didukung dengan sikap suka bergaul dan bersahabat dengan siapa
saja, tidak membedakan suku, agama, tingkatan, asal usul dan golongan. Sikap suka
bergaul dan bersahabat menumbuhkan semangat suka bekerjasama dan tenggang rasa
(toleransi) yang tinggi antar sesamanya. Sikap toleransi akan menumbuhkan sikap
ingin tahu, mau mendengarkan nasehat orang lain, memacu semangat kreativitas dan
tanggap terhadap perkembangan gejala-gejala sosial. Sikap nengah-nyappur juga
menunjukkan sikap ingin tahu yang tinggi, sehingga menumbuhkan sikap
kepeloporan. Pandangan atau pemikiran demikian menggabarkan bahwa anggota
masyarakat Lampung merupakan bentuk kehidupan yang memiliki jiwa dan semangat
kerja keras dan gigih untuk mencapai tujuan masa depannya dalam berbagai bidang
kehidupan.
Nengah-nyappur merupakan pencerminan dari asas musyawarah untuk mufakat.
Sebagai modal untuk bermusyawarah tentunya seseorang harus mempunyai
pengetahuan dan wawasan yang luas, sikap toleransi yang tinggi dan melaksanakan
segala keputusan dengan rasa penuh tanggung jawab. Dengan demikian berarti
masyarakat Lampung pada umumnya dituntut kemampuannya untuk dapat
24
menempatkan diri pada posisi yang wajar, yaitu dalam arti sopan dalam sikap
perbuatan dan santun dalam tutur kata. Makna yang lebih dalam adalah harus siap
mendengarkan, menganalisis, dan harus siap menyampaikan informasi dengan tertib
dan bermakna.
d. Sakai-Sambaiyan
Sakai bermakna memberikan sesuatu kepada seseorang atau sekelompok orang dalam
bentuk benda dan jasa yang bernilai ekonomis yang dalam prakteknya cenderung
menghendaki saling berbalas. Sedangkan sambaiyan bermakna memberikan sesuatu
kepada seseorang, sekelompok orang atau untuk kepentingan umum secara sosial
berbentuk benda dan jasa tanpa mengharapkan balasan.
Sakai sambaiyan berarti tolong menolong dan gotong royong, artinya memahami
makna kebersamaan atau guyub. Sakai-sambayan pada hakekatnya adalah menun-
jukkan rasa partisipasi serta solidaritas yang tinggi terhadap berbagai kegiatan
pribadi dan sosial kemasyarakatan pada umumnya.
Sebagai masyarakat Lampung akan merasa kurang terpandang bila ia tidak mampu
berpartisipasi dalam suatu kegiatan kemasyarakatan. Perilaku ini menggambarkan
sikap toleransi kebersamaan, sehingga seseorang akan memberikan apa saja secara
suka rela apabila pemberian itu memiliki nilai manfaat bagi orang atau anggota
masyarakat lain yang membutuhkan (Abdul syani,2013).
25
Unsur-unsur piil pusenggiri (prinsip kehormatan) selalu berpasangan, juluk
berpasangan dengan adek, nemui dengan nyimah, nengah dengan nyappur, sakai
dengan sambaian. Penggabungan itu bukan tanpa sebab dan makna, Juluk adek
(terprogram, keberhasilan), nemui nyimah (prinsip ramah, terbuka dan saling
menghargai), nengah nyappur (prinsip suka bergaul, terjun dalam masyarakat,
kebersamaan, kesetaraan), dan sakai sambaian (prinsip kerjasama, kebersamaan).
Bupiil Bupusanggiri menurut istilah masyarakat adat Saibatin artinya memiliki harga
diri, hidup bermartabat, dan menjunjung tinggi hidup terhormat dalam masyarakat.
Sedangkan 4 unsur penopangnya sebagai indikator tercapai atau tidaknya prinsip
hidup bupiil bupusanggikhi itu adalah:
1. Khepot delom mufakat (selalu musyawah untuk mufakat, mempunyai
kepribadian sesuai dengan gelar adat yang disandangnya setara degan
Bejuluk-beadoq)
2. Bupudak Waya (berwajah ramah/ceria suka saling mengunjungi untuk
bersilaturahmi, selalu mempererat persaudaraan serta ramah menerima tamu)
setara dengan Nemui-nyimah)
3. Tetengah tetanggah ( suka berada ditengah bersama masyarakat, suka bergaul,
aktif dalam pergaulan bermasyarakat dan tidak individu, setara dengan
Nengah-nyappur)
4. Khopkhama delom bekekhja (selalu mengutamakan kebersamaan dalam
bekerja, suka tolong menolong antar sesama warga masyarakat, dan suka
26
bergotong royong dalam kepentingan umum setara dengan Sakai-sambaian)
Falsafah hidup masyarakat Lampung yang disebut Piil Pesenggiri secara esensial
berkaitan dengan eksistensi manusia dalam hubungannya dengan Tuhan, dengan
sesama manusia dan dengan alam lingkungan. Oleh karena itu secara filosofis dapat
dikatakan bahwa filsafat hidup Piil Pesenggiri pasti mengandung nilai ketuhanan,
nilai-nilai kemanusiaan dan nilai-nilai kehidupan (Haryadi, 1996).
E. Masyarakat Adat Lampung Saibatin
Lampung Saibatin adalah salah satu kelompok yang masih menjaga kemurnian tradisi
daerah dalam mendudukkan seseorang pada jabatan adat yang oleh sekelompok
masayarakat Lampung disebut dengan Kepunyimbangan. Saibatin sesungguhnya
diartikan status yang ada dalam adat untuk membina kerukunan dalam bermasyarakat
yang mengikat hubungan persaudaraan sehingga berkembang menjadi suatu
kedudukan dengan adanya Punyimbang Saibatin. Punyimbang Saibatin adalah istilah
bagi pimpinan adat di daerah Lampung Pesisir (Depdikbud,1985/1986). Secara
harfiah penyimbang dapat diartikan seseorang yang berhak mewarisi masalah adat,
berarti yang berhak menduduki jabatan sebagai kepala adat atau pimpinan adat yang
kepemimpinannya diwarisi secara turun-temurun sejak dahulu pada anak laki-laki
yang tertua. Sedangkan Penyimbang bila dihubungkan dengan masalah keturunan
umumnya berarti anak Penyimbang Nyawa (anak laki-laki tertua) yang berhak
mewarisi semua harta kedudukan pangkat di lingkungan kekerabatan adat dari pihak
ayahnya.
27
Menurut sejarahnya orang Lampung berasal dari daerah Skala Brak (daerah
penggunungan bukit barisan sekitar Krui), kemudian melakukan perpindahan, dalam
perpindahan tersebut rombongan terpecah menjadi 2 bagian. Bagian yang pertama
melewati bagian dalam daerah Lampung, sedangkan bagian kedua mengambil jalan
menyusuri sepanjang daerah pantai Lampung (Depdikbud,1986/1987).
1. Prinsip Hidup Masyarakat Lampung Saibatin
a. Hutang-sebayar
Artinya hutang harus dibayar, karena membayar hutang adalah sebuah kewajiban.
a. Untung-sebagi
Artinya dalam bekerjasama keuntungan yang diperoleh harus dibagi secara adil agar
tidak terjadi perpecahan dan kerukunan tetap terjaga.
b. Semaya-setunggu
Semaya adalah janji, artinya janji bisa di tunggu dan harus ditepati.
c. Hippun-mupakat
Himpun sama artinya dengan rapat atau bermusyawarah, dalam proses memutukan
sesuatu harus berdasarkan kesepakatan bersama yang dihasilkan dari bermusyawarah.
d. Hurik-sepati
Artinya sehidup semati, kesetiaan, dan antara setiap individu tidak ada penghianatan.
2. Pembagian Kelompok Masyarakat Adat Lampung Saibatin
Masyarakat adat Saibatin adalah masyarakat adat suku Lampung yang bermukim di
daerah sepanjang Pantai Teluk Lampung, Teluk Semangka, Krui Semangka, Krui
Belalau, yang disebut orang Melinting sebagai Meningting Raja Basa, peminggir
28
Semangka dan Krui-Belalau. Sesungguhnya yang juga tergolong penganut adat
Saibatin adalah orang-orang Ranau/Muara Dua, Komering/Kayu Agung yang
berdiam di daerah Sumatera Selatan (Hadikusuma, 1989).
Menurut Sayuti Ibrahim (1995) Perkumpulan masyarakat Lampung Saibatin dapat
dikelompokkan menjadi 10 bagian meliputi:
1. Belalau/ Krui:Sukau, Liwa, Kembahang, Batu Bekhak, Kenali, Sekincau.
2. Peminggekh Semaka: Belungu, Benawang, Pematang Sawah, Way Ngarip.
3. Peminggekh Pemanggilan: Kelumbayan, Pekhtiwi, Putih Doh, Badak, Limau,
Waylima, Gunung Alip.
4. Peminggekh Teluk: Teluk Betung, Menanga Khatai, Punduh Pidada.
5. Melinting: Jabung, Melinting, Sekampung Udik, Sekampung Ilir.
6. Meninting: Dantaran, Raja Basa, Ketibung.
7. Komering/ Kayu Agung
8. Semendawa Suku I, Semendawa Suku 2, Semendawa Suku 3, Buai Pemuka.
9. Ranau/ Muara Dua
10. Cikoneng Banten
29
F. Marga-Marga Masyarakat Adat Lampung
Adapun marga-marga dalam masyarakat Lampung Saibatin dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 2. Daftar Marga-Marga Lampung Saibatin di Provinsi Lampung No Nama Marga No Nama Marga
1 Dantaran 23 Liwa
2 Pesisir Rajabasa 24 Kembahang
3 Marga Ratu 25 Batu Bekhak
4 Legun 26 Kenali
5 Teluk Betung 27 Pulau Pisang
6 Menanga 28 Wai Tenong
7 Ratai 29 Suwoh
8 Punduh 30 Bengkunat
9 Pedada 31 Belimbing
10 Badak 32 Ngambor
11 Putih 33 Tenumbang
12 Limau 34 Wai Napal
13 Kelumbayan 35 Pasar Krui
14 Pertiwi 36 Ulu Krui
15 Way Lima 37 Bandar
16 Gunung Alip 38 Pedada
17 Benawang 39 La’ai
18 Buai Belunguh 40 Way Sindi
19 Way Ngarip Semong 41 Pugung Tampak
20 Pematang Sawa 42 Pugung Penengahan
21 Melinting 43 Pugung Melaya
22 Sukau 44 Ngaras
Sumber : Sabaruddin, 2012
Lokasi penelitian ini adalah di Pekon Negri Ratu Tenumbang Kecamatan Pesisir
Selatan Kabupaten Pesisir Barat, daerah tersebut masuk kedalam kelompok wilayah
Belalau/ Krui yang merupakan salah satu desa yang masuk kedalam kelompok marga
Tenumbang.
30
G. Tinjauan Tentang Prosesi Nyambai
Nyambai adalah salah satu rangkaian acara yang diadakan pada saat pesta perkawinan
adat nayuh masyarakat Lampung Saibatin. Nyambai adalah acara khusus bagi
mekhanai (bujang) dan muli (gadis) untuk menunjukan kemahiran menari masing-
masing. Tari nyambai ditarikan secara berpasang-pasangan oleh para mekhanai
(bujang) dan muli (gadis) sebagai sarana silaturahmi dan sebagai hiburan bagi
masyarakat. Kegiatan Nyambai diadakan pada saat malam sebelum pesta
perkawianan adat nayuh atau sesuai dengan hasil kesepakatan musyawarah para ketua
adat.
Nyambai merupakan sebuah tradisi yang diajarkan secara turun-temurun dari generasi
ke generasi. Bagi masyarakat adat Lampung Saibatin, Nyambai menjadi bagian yang
penting pada upacara adat Nayuh. Nyambai merupakan pelengkap dari seluruh
rangkaian upacara perkawinan adat, dimana dalam rangkaian proses adat perkawinan
budaya adat yang menjadi ciri khas dalam sebuah masyarakat. Nyambai juga
memiliki makna tertentu yang menunjukkan nilai-nilai budaya pada masyarakat adat
Lampung yang berhubungan dengan upacara adat pada umumnya bertujuan untuk
menunjukkan kebesaran adat yang dimiliki oleh masyarakat Lampung Saibatin.
Makna-makna yang terdapat pada Nyambai ditunjukkan pada ragam gerak, pakaian,
serta musik pengiring Nyambai. Selain itu, bagi masyarakat Lampung Saibatin
Nyambai merupakan sebuah budaya yang mencirikan kebudayaan mereka, yang
memberi perbedaan tersendiri antara masyarakat Lampung Saibatin dengan yang
lainnya (Daryanti,2010).
31
Ariftanto dan maimunah (1988) Berpendapat bahwa makna adalah arti atau
pengertian yang erat hubungannya antara tanda atau bentuk yang berupa lambang,
bunyi, ujaran dengan hal atau barang yang dimaksudkan.
Berdasarkan pendapat ahli tersebut maka yang dimaksud dengan makna yang
terkandung pada kebudayaan nyambai ini adalah sebuah tradisi yang menjadi sebuah
ciri khas dari masyarakat adat Lampung Saibatin khusunya pada masyarakat Pekon
Negri Ratu Tenumbang yang merupakan salah satu sarana untuk tetap berpegang
teguh pada palsafah hidup masyarakat Lampung itu sendiri yang disebut dengan “pi-
il pesenggiri”. Kegiatan nyambai juga bisa bermakna sebagai hiburan dan sarana
masyarakat untuk menjalin tali silaturahmi khususnya bagi para generasi muda.
Pada saat pelaksanaan kegiatan Nyambai, para penari gadis menggunakan pakaian
kebaya, bawahan kain panjang, selendang, rambut disanggul, menggunakan asesoris
dan membawa kipas. Sedangkan untuk para penari bujang menggunakan pakaian
kemeja putih, bawahan celana dasar berwarna gelap, jas, kain serong gantung dan
memakai peci. (Ali imron,2015)
Nyambai adalah salah satu prosesi yang diadakan masyarakat Lampung Saibatin
pada saat pesta perkawinan adat Nayuh, Nyambai juga sering diadakan pada saat
menyambut tamu penting (pejabat). Prosesi Nyambai pada upacara adat Nayuh
masyarakat adat Lampung Saibatin khususnya pada masyarakat Pekon Negri Ratu
Tenumbang dibagi menjadi dua tipe, yaitu Nyambai Adat dan Nyambai Tuan.
32
Sebelum prosesi Nyambai di Pekon Negri Ratu Tenumbang diadakan, para ketua adat
akan melakukkan humpun (musyawarah). Setelah mengadakan himpun, para ketua
adat akan memberitahukan hasilhumpun kepada anggota kelompok masing-masing
serta menyiapan muli dan mekhanai dari kelomponya untuk mengikuti kegiatan
nyambai. Pada saat pelaksanaan, kegiatan nyambai diawali dengan pembukaan yang
dibuka oleh seorang jenang atau pengtuha marga. Setelah acara dibuka selanjutnya
yaitu pembacaan peraturan-peraturan yang harus dipatuhi oleh para peserta nyambai
yang oleh pengtuha marga. Selanjutnya nyambai dilanjutkan dengan acara tari yang
ditarikan oleh muli (gadis) dan meranai (bujang) yang disebut dengan tari nyambai.
Dalam pelaksanaannya, tari nyambai diiringi oleh alat musik canang, gong, serta
diiringi pula oleh adidang/nayanyian tari nyambai yang dinyanyikan langsung oleh
orang yang sudah ditugaskan untuk ngeadidang. selesainya acara tari nyambai
ditandai oleh tari ngelelayang yang dipimpin oleh muli batin dan diikuti oleh semua
penari muli. Setelah acara tari selesai selanjutnya doa bersama kemudian acara
nyambai ditutup oleh jenang dan di lanjutkan dengan makan kue bersama dibawah
tarub.
H. Tinjauan Tentang Seni Tari
Tari adalah salah satu jenis gerak selain senam, beladiri, akrobatik. Sebagai sebuah
seni, tari memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan seni-seni yang lain. Seni tari secara
umum memiliki aspek-aspek gerak, ritmis, keindahan dan ekspresi. Selain itu, tari
memiliki unsur-unsur ruang, dan waktu. Ruang berhubungan dengan posisi,
tingkatan, dan jangkauan. Posisi berhubungan dengan arah hadap dan arah gerak.
33
Arah hadap, seperti menghadap kedepan, kebelakang, serong kanan dan serong kiri.
Arah gerak contohnya kedepan, kebelakang, memutar atau zigzag. Tingkatan
berhubungan dengan tinggi rendahnya posisi duduk dan level tinggi dengan posisi
kaki dijinjitkan atau dengan meloncat-loncat. Jangkauan berhubungan dengan gerak
yang panjang atau pendek, gerak yang besar atau yang kecil.
Tenaga sangat dibutuhkan dalam seni tari karena dengan tenaga, tari yang
ditampilkan lebih kreatif. Tenaga dalam seni tari sangat berhubungan dengan rasa dan
emosi, bukan dengan kekukatan otot. Gerakan tari yang dikendalikan dan diatur
dengan tenaga yang berbeda-beda akan membangkitkan kesan yang mendalam,
bukan hanya bagi penonton tapi juga bagi penari.
Seni tari sangat berhubungan dengan keadaan masyarakat dan budaya setempat. Oleh
karena itu, fungsi peranan, dan jenis-jenisnya pun sangat berhubungan dengan
masyarakat dan budaya setempat. Bahkan dalam perkembangannya, seni tari
dipengaruhi oleh perkembangan budaya dan masyarakat.
Sebagai suatu kegiatan, seni tari memiliki beberapa fungsi, yaitu seni tari sebagai
sarana upacara, seni tari sebagai hiburan, seni tari sebagai media pergaulan, seni tari
pertunjukkan, dan seni tari sebagai media katarsis (wardhan, 1990).
a. Seni tari sebagai sarana upacara
Tari dapat digunakan sebagai sarana upacara. Jenis tari ini banyak macamnya, seperti
tari untuk upacara keagamaan, upacara adat perkawinan, dan upacara penting dalam
kehdupan manusia.
34
b. Seni tari sebagai hiburan
Tari sebagai hiburan harus bervariasi agar tidak membosankan.oleh karna itu, jenis
ini menggunakan tema-tema yang sederhana, tidak muluk-muluk, diiringi dengan
musik. Kostum dan tata panggung dipersiapkan dengan cara yang menarik (zahrain,
2018).
Dalam penelitian yang akan dilakukkan berkaitan dengan seni tari budaya Lampung
Pesisir yaitu kebudayaan nyambai pada masyarakat Lampung Saibatin di Pekon
Negri Ratu Tenumbang Kecamatan Pesisir Selatan Kabupaten Pesisir Barat.
I. Tinjauan Tentang Tari Nyambai
Tari nyambai adalah tarian adat masyarakat Lampung Saibatin yang telah dikenal
sejak lama. Tarian ini merupakan suatu rangkaian dengan upacara perkawinan adat
nayuh yang ada pada masyarakat Lampung Saibatin. Tari nyambai adalah tari
kelompok berpasangan yang dilakukan oleh muli (gadis) dan mekhanai (bujang)
sebagai ajang pertemuan atau ajang silaturahmi untuk mencari jodoh. Sebagai tarian
adat pada masyarakat Lampung Saibatin, kehadirannya menjadi bagian dari
rangkaian upacara perkawinan yang disebut upacara adat nayuh.
Tari nyambai merupakan tarian pergaulan yang mempunyai aturan yang mengikat
didalamnya. Aturan dan tata cara dalam penyambaian sudah diatur dan ditetapkan
oleh pimpinan adat setempat. Aturan dan tata cara tersebut tidak boleh dilanggar oleh
seluruh masyarakatnya. Tarian nyambai hanya ditarikan apabila ada upacara
35
perkawinan adat nayuh dan diadakan pada satu malam penuh. Nyambai dibagi
menjadi dua, yaitu nyambai adat dan nyambai tuan (ningrum,2010).
Berdasarkan hasil pra-riset peneliti, nyambai adat biasanya diadakan pada malam
setelah diadakannya upacara adat nayuh. Hanya keturunan punyimbang yang bisa
mengadakan nyambai adat. Nyambai adat juga dapat diadakan apabila syarat-syarat
yang telah ditetapkan oleh para ketua adat telah dipenuhi. Syarat yang harus dipenuhi
sebelum mengadakan nyambai adat yaitu upacara adat nayuh harus diadakan secara
besar-besaran. Selain itu syarat yang harus dipenuhi yakni dengan memotong
kerbau/sapi serta Pembuatan kue adat oleh nakbay (saudara perempuan yang telah
menikah), Peserta nyambai adat juga terdiri dari para muli (gadis) dan mekhanai
(bujang) semarga. Pada pelaksanaan nyambai adat, para peserta dikumpulkan
dibawah kelasa/tarub dan duduk beralaskan kasur.
Sedangkan nyambai tuan biasanya diadakan pada malam sebelum acara adat nayuh,
nyambai tuan lebih sederhana dari nyambai adat, masyarakat yang bukan keturunan
punyimbang dapat mengadakan nyambai tuan dengan syarat mampu dalam segi
materi dan mendapat izin dari para kepala adat. Nyambai tuan hanya diikuti oleh para
muli mekhanai sekampung dan tidak mengundang muli mekhanai dari tiap marga
seperti pada acara nyambai adat. Nyambai tuan juga diadakan dibawah kelasa/tarub,
namun yang menjadi pembeda antara nyambai tuan dan nyabai adat adalah peserta
nyambai tuan hanya duduk beralaskan tikar tidak duduk diatas kasur.
36
J. Kerangka Pikir
Setiap daerah memiliki ciri khas atau karakteristik yang membedakan budaya yang
satu dengan yang lainnya, tidak terkecuali masyarakat suku Lampung. Masyarakat
Lampung mempunyai banyak kesenian tradisional dimana kesenian tersebut dapat
menjadi ciri khas dari suku Lampung. Salah satu kebudayaan yang dimiliki oleh
masyarakat adat Lampung Saibatin adalah kebudayaan Nyambai.
Masyarakat Pekon Negri Ratu Tenumbang Kecamatan Pesisir Selatan Kabupaten
Pesisir Barat sampai saat ini masih melaksanakan tradisi adat yaitu nyambai yang
sifatnya turun temurun dikalangan masyarakat sejak zaman nenek moyang. Nyambai
biasanya dilakukkan oleh muli (gadis) dan mekhanai (bujang) pada saat malam
sebelum didakannya upacara adat nayuh.
Dalam setiap pelaksanan nayuh, maka diadakan nyambai sebagai pelengkap dari
seluruh rangkaian upacara. Nyambai diadakan pada malam hari, biasanya diadakan
dibawah kelasa/tenda yang telah disiapkan. Dalam acara nyambai terdapat beragam
prosesi yang memiliki makna penting, sehingga bisa menjadi ciri khas dari
masyarakat adat Lampung saibatin. Prosesi-prosesi tersebut dibagi menjadi tiga
bagian yakni, prosesi sebelum, prosesi sesaat dan prosesi setelah diadakannya
kegiatan nyambai.
Dari uraian diatas, kerangka pikir dalam penelitian ini akan membahas tentang fungsi,
dan makna pada kebudayan nyambai dalam upacara adat nayuh di Pekon Negri Ratu
Tenumbang Kecamatan Pesisir Selatan Kabupaten Pesisir Barat.
37
Skema Kerangka Pikir
Fungsi nyambai
dalam upacara adat
nayuh pada
masyarakat
Lampung saibatin
Makna nyambai
dalam upacara
adat nayuh pada
masyarakat
Lampung
saibatin
Upaya yang dilakukan
masyarakat dalam
melestarikan nyambai
pada masyarakat
Lampung saibatin
Prosesi nyambai pada masyarakat
Lampung saibatin
1. Sebelum (Himpun)
2. Sesaat (Pelaksanaan tari
nyambai)
3. Sesudah (penutupan)
III. METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian
Penelitian tentang kebudayaan nyambai pada adat Lampung saibatin di Pekon
Negri Ratu Tenumbang Kecamatan Pesisir Selatan Kabupaten Pesisir Barat
menggunakan metode penelitian kualitatif. Kirk dan Miller (1986),
mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu
pengetahuan sosial yang secara fundanmental bergantung pada pengamatan pada
manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut
dalam bahasanya dan dalam peristilahannya. Bogdan dan Taylor (1992),
menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang
meghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang
yang diamati. Menurut Sugiono (2011), metode penelitian kualitatif adalah
metode penelitian yang berdasarkan pada filsafat postpositivisme, digunakan
untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai
instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi atau
gabungan, analisis data bersifat induktif atau kualitatif, dan hasil penelitian
kualitatif lebih menekankan makna pada generalisasi.
39
Karakteristik penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Bikke dalam (Sugiyono,
2011), adalah sebagai berikut:
1. Dilakukan pada kondisi yang alamiah, langsung ke sumber data dan peneliti
adalah instrumen kunci.
2. Penelitain kualitatif lebih bersifat deskriptif. Data yang terkumpul berbentuk
kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekankan pada angka.
3. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses dari pada produk.
4. Penelitian kualitatif melakukan analisis data secra induktif.
5. Penelitian kualitatif lebih menekankan makna.
Sugiono (2011), menyatakan bahwa ciri-ciri penelitian kualitataif menurut
Erickson dan Susan Stainback adalah sebagai berikut:
1. Dilakukan secara intensif
2. Peneliti ikut berpartisipasi lama dilapangan
3. Mencatat secara hati-hati apa yang terjadi
4. Melakukan analisis reflektif terhadap berbagai dokumen yang ditemukan di
lapangan dan membuat laporan penelitian secara mendetail.
Berdasarkan pemaparan diatas maka disimpulkan bahwa penelitian kualitaif
adalah penelitian yang dilakukan dengan cara pengamatan ilmiah tentang
fenomena-fenomena yang terjadi dalam kehidupan sosial masyarakat yang
disampaikan dengan kata-kata. Alasan penulis melakukan penelitian ini dengan
menggunakan metode kualitatif adalah agar penulis dapat menggali informasi
sedalam-dalamnya dan dapat memperoleh data-data yang akurat mengenai
kebudayaan nyambai.
40
B. Fokus penelitian
Fokus penelitian bertujuan untuk membatasi masalah yang akan diteliti. Fokus
penelitian memudahkan peneliti karena dapat memperoleh data yang akurat dan
objek yang diteliti tidak meluas ke lainnya. Pembatasan ini disesuaikan dengan
kepentingan, keterbatasan dana, waktu dan tenaga yang dibutuhkan.
Fokus pada penelitian ini adalah untuk mengetahui secara mendalam terkait
fungsi dan makna dari kebudayaan nyambai, serta upaya apa yang dilakukan
masyarakat dalam melestarikan kebudayaan nyambai di pekon Negri Ratu
Tenumbang, Kecamatan Pesisir Selatan, Kabupaten Pesisir Barat.
C. Penentuan Informan
Dalam penelitian ini, penentuan informan ditentukan melalui dua teknik yaitu
sebagai berikut :
1. Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan
pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini misalnya orang tersebut yang
dianggap paling tau tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai
penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek atau situasi
sosial yang diteliti (Sugiono, 2011)
2. Snowball sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data, yang pada
awalnya berjumlah sedikit, lama-lama menjadi besar. Hal ini dilakukan karena
dari jumlah sumber data yang sedikit tersebut belum mampu memberikan data
yang meumaskan, maka mencari orang lain lagi yang dapat dijadikan sebagai
sumber data. Dengan demikian jumlah sampel sumber data akan semakin
41
besar, seperti bola salju menggelinding, lama-lama menjadi besar (sugiono,
2011).
Informan yang dimintai informasi dalam penelitian ini berjumlah tidak terbatas.
Kriteria informan dalam penelitian ini yaitu, berusia 40 tahun keatas, mempunyai
pengetahuan tenang nyambai baik sebagai seorang ketua adat maupun orang yang
pernah ikut serta dalam acara nyambai, masyarakat asli Pekon Negri Ratu
Tenumbang, Kecamatan Pesisir Selatan, Kabupaten Pesisir Barat dan bersedia
untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi dari latar belakang
penelitian.
D. Lokasi penelitian
Wilayah pada penelitian ini adalah di Pekon Negri Ratu Tenumbang, Kecamatan
Pesisir Selatan, Kabupaten Pesisir Barat. Pemilihan tempat ini dikarenakan
adanya beberapa pertimbangan yang cukup jelas, yaitu :
1. Di Pekon Negri Ratu Tenumbang mayoritas penduduknya adalah masyarakat
adat Lampung saibatin.
2. Masyarakat Pekon Negri Ratu Tenumbang masih mempertahankan upacara
adat nayuh, sehingga nyambai pun masih diadakan di wilayah ini.
3. Lokasi penelitian mudah dijangkau oleh peneliti sehingga dapat menghemat
waktu dan biaya dalam proses pelaksanaannya serta dalam pelaksanaanya
akan lebih mudah dalam pengolahan data.
42
E. Teknik pengumpulan data
Adapun teknik pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Wawancara (Interview)
Wawancara ialah tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung.
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu oleh dua pihak, yaitu
pewawancara (interviewer) sebagai pengaju/pemberi pertanyaan dan yang
diwawancarai (interviewee) sebagai pemberi jawaban atas pertanyaan itu.
Metode ini diharapkan dapat memperoleh data yang akurat dan sangat jelas dan
terperinci tentang kebudayaan nyambai di Pekon Negri Ratu Tenumbang
Kecamtan Pesisir Selatan Kabupaten Pesisir Barat. Kemudian peneliti mengamati
secara mendalam apakah masyarakat di daerah tersebut masih melestarikan
kebudayaan yang dimaksud.
2. Observasi (Pengamatan)
Metode observasi atau pengamatan adalah kegiataan keseharian manusia dengan
menggunakan panca indera mata dan dibantu dengan panca indera lainnya.
Observasi ialah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala
yang diteliti. Observasi menjadi salah satu teknik pengumpulan data apabila
sesuai dengan tujuan penelitian, direncanakan dan dicatat secara sistematis, serta
dapat dikontrol keandalan (Reabilitas) dan kesahihannya (Validitasnya).
Observasi atau pengamatan pada penelitian ini bertujuan agar bisa mengamati
kondisi masyarakat sekitar sehinga dapat memudahkan peneliti untuk memperoleh
gambaran tentang implementasi nyambai.
43
3. Dokumentasi
Teknik ini merupakan acuan bagi penulis sebagai penelaah terhadap referensi-
referensi yang berhubungan dengan bahan dan permasalahan penelitian. Adapun
dokumen yang dimaksud untuk memudahkan dalam melakukan penelitian
diantaranya adalah Buku-buku atau artikel-artikel, Skripsi-skripsi terdahulu yang
memuat tentang budaya Lampung terutama tentang nyambai, jurnal yang memuat
tentang kebudayaan Lampung terutama tentang nyambai dan foto-foto yang
diambil bersama informan.
F. Teknik Analisis Data
Menurut Bogdan dan Biklen (1992), analisis data ialah proses pencarian dan
penyusunan data yang sistematis melalui transkip wawancara, catatan lapangan,
dan dokumentasi yang secara akumulasi menambah pemahaman peneliti terhadap
yang ditemukan. Menurut Spradley (1997), analisis data merujuk pada pengujian
sistematis terhadap sesuatu untuk menentukan bagian-bagiannya, hubungan di
antara bagian-bagian, dan hubungan bagian-bagian itu dengan keseluruhan.
Nasution (1988) menyatakan bahwa analisis data ialah proses menyusun data agar
dapat ditafsirkan. Menyusun data berarti menggolongkannya dalam pola atau
tema.
Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa analisis data ialah kegiatan
analisis mengategorikan data untuk mendapatkan pola hubungan, tema,
menaksirkan apa yang bermakna, serta menyampaikan atau melaporkannya
kepada orang lain yang berminat. Data yang terdapat pada penelitian ini
merupakan data kualitatif, sehingga analisis data yang digunakan berupa teknik
44
analisis data kualitatif. Dalam penelitian ini langkah-langkah yang digunakan
untuk menganalisis data adalah sebagai berikut :
1. Reduksi Data
Reduksi data diawali dengan menerangkan, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting terhadap isi dari suatu data yang berasal
dari lapangan, sehingga data yang telah direduksi dapat memberikan gambaran
yang lebih tajam tentang hasil pengamatan Dalam proses reduksi data ini, peneliti
dapat melakukan pilihan-pilihan terhadap data yang hendak dikode, mana yang
dibuang, mana yang merupakan ringkasan, cerita-cerita apa yang sedang
berkembang. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan,
menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan
mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan-
kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.
2. Penyajian Data (Display)
Display data merupakan proses menampilkan data secara sederhana dalam bentuk
kata-kata, kalimat naratif, table, matrik dan grafik dengan maksud agar data yang
telah dikumpulkan dikuasai oleh peneliti sebagai dasar untuk mengambil
kesimpulan yang tepat.
3. Penarikan Kesimpulan (Verifikasi Data)
Sejak awal pengumpulan data peneliti harus membuat simpulansimpulan
sementara. Dalam tahap akhir, simpulan-simpulan tersebut harus dicek kembali
(diverifikasi) pada catatan yang telah dibuat oleh peneliti dan selanjutnya kearah
simpulan yang mantap. Penarikan simpulan bisa jadi diawali dengan simpulan
45
tentative yang masih perlu disempurnakan. Setelah data masuk terus menerus
dianalisis dan diverifikasi tentang kebenarannya, akhirnya didapat simpulan akhir
lebih bermakna dan lebih jelas.
Kesimpulan adalah intisari dari temuan penelitian yang menggambarkan
pendapat-pendapat terakhir yang berdasarkan pada uraian-uraian sebelumnya.
Simpulan akhir yang dibuat harus relevan dengan fokus penelitian, tujuan
penelitian dan temuan penelitian yang sudah dilakukan pembahasan.
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Gambaran Umum Pekon Negri Ratu Tenumbang
Negri Ratu Tenumbang merupakan salah satu dari 15 desa yang berada dibawah
administrasi Kecamatan Pesisir Selatan, Kabupaten Pesisir Barat, Provinsi Lampung.
Dengan luas wilayah 214 Ha, dan jumlah penduduk mencapai 1.310 jiwa.
(Profil Desa Negri Ratu Tenumbang 2017)
B. Kondisi Geografis Pekon Negri Ratu Tenumbang
Pekon Negri Ratu Tenumbang memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :
1. Desa/Kelurahan Sebelah Utara Pekon Tulung Bamban
2. Desa/Kelurahan Sebelah Selatan Pekon Sukarame
3. Desa/Kelurahan Sebelah Timur Taman Nasional Bukit Barisan Selatan
4. Desa/Kelurahan Sebelah Barat Samudra Hindia
(Profil Desa Negri Ratu Tenumbang 2017)
Secara keseluruhan Pekon Negri Ratu Tenumbang Kecamatan Pesisir Selatan,
Kabupaten Pesisir Barat memiliki luas wilayah mencapai 214 Ha. Untuk lebih jelas
nya mengenai penggunaan lahan di Pekon Negri Ratu Tenumbang dapat dilihat pada
tabel dibawah ini :
47
Tabel 3. Luas Wilayah Pekon Negri Ratu Tenumbang Berdasarkan Penggunaan
Lahan
No Bentuk penggunaan tanah Luas (Ha) %
1 Pemukiman 36 16.82
2 Tanah Rawa 56 26.16
3 Fasilitas Umum 1,85 0.86
4 Perkebunan 120.15 56.14
Jumlah 214 100
Sumber : Profil Desa Negri Ratu Tenumbang 2017
Berdasarkan data yang tertera pada tabel diatas, dapat diketahui bahwa Perkebunan di
Pekon Negri Ratu Tenumbang memiliki tanah paling luas dengan jumlah 120.15 Ha
dan dengan persentasi sebesar 56.14%. Penduduk Pekon Negri Ratu Tenumbang
memanfaatakan lahan seluas 120.15 Ha untuk menanam berbagai jenis tanaman yang
menghasilkan seperti pohon damar, pohon karet, dan jenis-jenis pohon lain yang kayu
nya bisa dimanfaatkan atau bisa dijual.
C. Komposisi Penduduk Pekon Negri Ratu Tenumbang Berdasarkan Usia
Pekon Negri Ratu Tenumbang memiliki jumlah penduduk sebesar 1310 jiwa. Dari
banyaknya jumlah penduduk yang terdiri dari orang tua, bujang dan gadis, serta anak-
anak maka akan dikelompokkan dengan rincian usia berdasarkan jenis kelamin
sebagai berikut.
48
Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia di Pekon Negri Ratu Tenumbang
No Perempuan Jumlah % Laki-laki Jumlah %
1 0 - 6 Tahun 75 11.62 0 - 6 Tahun 83 11.69
2 7 - 12 Tahun 65 12.35 7 - 12 Tahun 90 13.38
3 13 - 18 Tahun 71 10.31 13 - 18 Tahun 68 9.57
4 19 - 25 Tahun 70 10.90 19 - 25 Tahun 78 10.28
5 26 - 40 Tahun 172 25.72 26 - 40 Tahun 176 25.49
6 41 - 55 Tahun 108 18.60 41 - 55 Tahun 101 17.88
7 56 - 65 Tahun 42 6.83 56 - 65 Tahun 51 6.47
8 65 - 75 Tahun 25 3.63 65 - 75 Tahun 32 5.21
9 > 75 Tahun 1 0.14 > 75 Tahun 2 0.28
Jumlah 629 100 Jumlah 681 100
Sumber : Profil Desa Negri Ratu Tenumbang 2017
Berdasarkan data yang tertera pada tabel diatas, mayoritas penduduk Pekon Negri
Ratu Tenumbang pada tahun 2017 berusia 26-40 tahun dengan jumlah 172 orang
perempuan dan 176 orang untuk laki-laki, dan jika dijumlahkan mencapai 348 jiwa.
Sedangkan jumlah terkecil berdasarkan peneglompokan penduduk berdasarkan usia
berada pada usia 75 tahun keatas dengan rincian 2 orang laki-laki dan 1 orang
perempuan.
D. Kondisi Demografi Pekon Negri Ratu Tenumbang
Penduduk yang ada di Pekon Negri Ratu Tenumbang, Kecamatan Pesisir Selatan
Kabupaten Pesisir Barat terdiri dari berbagai suku bangsa dan agama, namun
mayoritas penduduk asli Pekon Negri Ratu Tenumbang adalah Suku Lampung.
49
Berdasarkan data tahun 2017, jumlah penduduk di Pekon Negri Ratu Tenumbang
berkisar 1.310 jiwa, dengan rincian laki-laki berjumlah 681 jiwa dan perempuan
berjumlah 629 jiwa seperti yang tertera pada tabel jumlah penduduk berikut :
Tabel 5. Rincian Jumlah Penduduk Pekon Negri Ratu Tenumbang
Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis kelamin Jumlah %
1 Laki-laki 681 52
2 Perempuan 629 48
Jumlah 1.310 100
Sumber : Profil Desa Negri Ratu Tenumbang 2017
Berdasarkan tabel di atas, mayoritas penduduk Pekon Negri Ratu Tenumbang
Kecamatan Pesisir Selatan Kabupaten Pesisir Barat berjenis kelamin laki-laki, dengan
jumlah penduduk mencapai 681 jiwa dan dengan persentasi sebesar 52% .
E. Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Pekon Negri Ratu
Tenumbang
Penduduk di Pekon Negri Ratu Tenumbang, Kecamatan Pesisir Selatan, Kabupaten
Pesisir Barat sudah tentu memiliki sumber mata pencaharian untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari keluarganya. Mata pencaharian penduduk Pekon Negri
Ratu Tenumbang sangat beragam, ada beberapa masyarakat yang berprofesi sebagai
Petani, Buruh, Pegawai Negeri Sipil (PNS), Pedagang, Bidan, TNI, Guru swasta, dan
lain-lain. Data jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian secara spesifik dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :
50
Tabel 6. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Pekon Negri
Ratu Tenumbang
No Jenis Pekerjaan Laki-
Laki
% Perempuan % Jumlah %
1 Petani 380 78 300 81.74 680 79.71
2 Buruh Tani 30 6 34 9.26 64 7.50
3 Pegawai Negeri
Sipil
15 3 15 4.08 30 3.51
4 Pedagang
barang
kelontong
10 4 17 4.67 27 3.16
5 Bidan swasta 0 0 1 0.27 1 0.11
6 TNI 2 0.41 0 2 0.23
7 Guru swasta 6 1 0 6 0.70
8 Tukang Kayu 15 3 0 15 1.75
9 Karyawan
Perusahaan
Swasta
12 2 0 12 1.40
10 Purnawirawan/P
ensiunan
7 1 0 7 0.82
11 Sopir 4 0.82 0 4 0.46
12 Jasa penyewaan
peralatan pesta
5 1 0 5 0.58
Jumlah 486 100 367 100 853 100
Sumber : Profil Desa Negri Ratu Tenumbang 2017
Berdasarkan tabel jenis mata pencaharian di atas, dapat diketahui bahwa penduduk di
Pekon Negri Ratu Tenumbang Kecamatan Pesisir Selatan Kabupaten Pesisir Barat
memiliki mata pencaharian yang sangat beragam. Mayoritas penduduk Pekon Negri
Ratu Tenumbang bekerja disektor petani yaitu dengan jumlah 680 orang yang terdiri
dari 380 orang laki-laki dan 300 orang perempuan. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi
lahan Pekon Negri Ratu Tenumbang yang mayoritas lahannya dijadikan sebagai
lokasi perkebunan dengan luas 120.15 Ha. Sedangkan jumlah terkecil berada pada
51
sektor bidan swasta yaitu dengan jumlah 1 orang. Mayoritas Penduduk Negri Ratu
Tenumbang berprofesi sebagai petani dikarenakan hampir semua penududuk asli
daerah tersebut memiliki lahan untuk melakukan aktifitas di sektor pertanian. Petani
di daerah tersebut banyak yang beraktifitas di sawah untuk menanam padi, namun
tidak sedikit juga yang berada di sektor perkebunan khususnya kebun damar.
F. Jumlah Penduduk Pekon Negri Ratu Tenumbang Berdasarkan Agama yang
Dianut
Agama adalah pedoman hidup manusia dan menjadi tolak ukur yang mengatur
tingkah laku penganutnya dalam kehidupan sehari-hari. Baik atau tidaknya tindakan
seseorang tergantung pada seberapa taat dan seberapa dalam penghayatannya
terhadap agama yang diyakini. Sama hal nya dengan penduduk Pekon Negri Ratu
Tenumbang, sudah tentu masyarakatnya memeluk agama sebagai sebuah keyakinan
dan menjadi pedoman hidup, dan keseluruhan dari masyarakat Pekon Negri Ratu
Tenumbang memeluk agama yang sama yaitu agam islam dengan jumlah pemeluk
sebanyak 1.310 jiwa. Islam adalah agama yang telah diajarkan serta ditanamkan
secara turun-temurun oleh nenek moyang penduduk Negri Ratu Tenumbang.
G. Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Pekon Negri Ratu
Tenumbang
Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan pengetahuan seseorang
agar kedepannya dapat memiliki kehidupan yang lebih baik. Pendidikan memiliki
tugas untuk meningkatkan kualitas, kemampuan, keterampilan serta sikap budi
52
pekerti setiap individu, selain itu pendidikan juga merupakan salah satu kebutuhan
individu untuk dapat menunjang kari dimasa mendatang. Untuk mengetahui jumlah
penduduk pada masyarakat Pekon Negri Ratu Tenumbang Kecamatan Pesisir Selatan
Kabupaten Pesisir Barat menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel dibawah
ini :
Tabel 7 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Pekon Negri
Ratu Tenumbang
No Tingkat pendidikan Jumlah %
1 Sarjana 32 2.44
2 SMA 476 36.33
3 SMP 60 4.58
4 SD 310 23.66
5 TK 35 2.67
6 Belum/Tidak Sekolah 397 30.30
Jumlah 1310 100
Sumber : Profil Desa Negri Ratu Tenumbang 2017
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk Pekon Negri
Ratu Tenumbang Kecamatan Pesisir Selatan Kabupaten Pesisir Barat telah
menempuh pendidikan sampai tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA), dengan
jumlah 476 jiwa dan dengan persentasi sebesar 36.33%. Mayoritas penduduk Pekon
Negri Ratu Tenumbang hanya menyelesaikan pendidikannya sampai tingkat SMA
dikarenakan faktor ekonomi yang menuntut mereka harus bekerja bembantu orangtua
untuk memenuhi kebutuhan hidup setelah tamat SMA. Selain alasan tersebut, biaya
juga menjadi salah satu faktor masyarakat untuk tidak melanjutkan pendidikan
sampai tahap sarjana mengingat biaya yang dikeluarkan untuk menempuh pendidikan
dibangku perkuliahan tidaklah sedikit.
53
H. Sarana Ibadah di Pekon Negri Ratu Tenumbang
Untuk menunjang masyarakat dalam melaksanakan kegiatan keagamaan, telah
dibangun beberapa sarana ibadah untuk masyarakat Pekon Negri Ratu Tenumbang
Kecamatan Pesisir Selatan Kabupaten Pesisir Barat dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 8. Jumlah Sarana Peribadatan di Pekon Negri Ratu Tenumbang
No Sarana ibadah Jumlah %
1 Masjid 3 75
2 Mushola 1 25
Jumlah 4 100
Sumber : Profil Desa Negri Ratu Tenumbang 2017
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa Pekon Negri Ratu Tenumbang
Kecamatan Pesisir Selatan Kabupaten Pesisir Barat memiliki beberapa sarana
peribadatan yaitu 3 buah masjid dan 1 buah mushola yang dapat digunakan
masyarakat untuk aktifitas peribadatan. 3 buah masjid di Pekon Negri Ratu
Tenumbang dibangun dengan jarak yang cukup berjauhan yaitu satu di sebelah utara,
satu di tengah-tengah desa, dan satu dibangun disebelah selatan desa. Tujuan
dibangunnya 3 buah masjid dengan jarak yang berjauhan yaitu agar dapat
menampung seluruh masyarakat Pekon Negri Ratu Tenumbang yang berjumlah 1.310
jiwa agar dapat melaksanakan kegiatan peribadatan dengan nyaman. Sarana
peribadatan yang ada di Pekon Negri Ratu Tenumbang semuanya merupakan sarana
peribadatan bagi umat muslim, mengingat keseluruhan dari jumlah penduduk Pekon
Negri Ratu Tenumbang memeluk agama yang sama yakni agama islam.
54
I. Sarana Pendidikan di Pekon Negri Ratu Tenumbang
Untuk menunjang pendidikan di Pekon Negri Ratu Tenumbang sudah tersedia
beberapa sarana pendidikan seperti PAUD, SD, dan SMP. Berikut data sarana
pendidikan yang ada di Pekon Negri Ratu Tenumbang.
Tabel 9. Jumlah Sarana Pendidikan di Pekon Negri Ratu Tenumbang
No Sarana pendidikan Jumlah %
1 PAUD 1 33.33
2 SD 1 33.33
3 SMP 1 33.33
Jumlah 3 100
Sumber : Profil Desa Negri Ratu Tenumbang 2017
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa Pekon Negri Ratu Tenumbang
memiliki sarana pendidikan mulai dari tingkat PAUD sampai tingkat SMP. Namun
keterbatasan sarana pendidikan yang ada di Pekon Negri Ratu Tenumbang tidak
menyurutkan semangat warganya untuk menempuh pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi. Penduduk Pekon Negri Ratu Tenumbang banyak yang melanjutkan
pendidikan sampai tingkat SMA walaupun harus bersekolah di luar desa dan dengan
jarak yang lumayan jauh.
J. Sarana Olah Raga di Pekon Negri Ratu Tenumbang
Olahraga merupakan kebutuhan hidup manusia yang tidak bisa ditinggalkan dan
harus dilaksanakan secara berulang-ulang, olahraga juga merupakan aktivitas yang
sangat penting untuk mempertahankan kebugaran seseorang, baik kebugaran jasmani
55
maupun rohani. Selain memperoleh kebugaran, olahraga juga bisa menjadi sarana
bagi masyarakat untuk bersosialisasi dan bersilaturahmi.
Untuk menunjang aktifitas olahraga masyarakat Pekon Negri Ratu Tenumbang sudah
tersedia beberapa sarana olahraga. Berikut data sarana olahraga yang ada di Pekon
Negri Ratu Tenumbang.
Tabel 10. Jumlah Sarana Olahraga di Pekon Negri Ratu Tenumbang
No Sarana olah raga Jumlah %
1 Lapangan bulu tangkis 1 20
2 Lapangan tenis 3 60
3 Lapangan voli 1 20
Jumlah 5 100
Sumber : Profil Desa Negri Ratu Tenumbang 2017
Berdasarkan data pada tabel diatas, dapat diketahui bahwa fasilitas olahraga
masyarakat Pekon Negri Ratu Tenumbang paling banyak ada pada sektor tenis yang
memiliki tiga buah lapangan.
K. Sarana Budaya di Pekon Negri Ratu Tenumbang
Di Negri Ratu Tenumbang terdapat beberapa perlengkapan budaya yang menjadi
pelengkap dalam melaksanakan kegiatan adat, khususnya dalam pelaksanaan kegiatan
nayuh. Adapun perlengkapan-perlengkapan kebudayaan tersebut yaitu: baju besi,
topeng, peseserahan/pahar, limpit, talam, pedang, tombak, tandu, payung agung
handak, payung agung kuning, gong, canang, tongkat, umbul-umbul dan payung
kuning lunik bulambanan (Profil Desa Negri Ratu Tenumbang 2017).
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan panduan wawancara yang telah diajukan ke masing-masing responden,
akhirnya penulis dapat memperoleh data-data yang dapat dijadikan sebagai bahan
untuk menyimpulkan hasil penelitian yang cukup kuat tentang kebudayaan
Nyambai pada masyarakat Pekon Negri Ratu Tenumbang Kecamatan Pesisir Selatan
Kabupaten Pesisir Barat. Adapun kesimpulan yang diperoleh sebagai berikut.
1. Prosesi Nyambai
Nyambai merupakan sebuah prosesi adat yang biasanya diadakan pada saat malam
sebelum upacara adat nayuh. Sebelum diadakannya kegiatan nyambai ada beberapa
prosesi yang harus dilaksanakan, mulai dari prosesi sebelum, sesaat, dan sesudah
diadakannya kegiatan nyambai. Berikut prosesi-prosesi yang ada pada kebudayaan
nyambai:
1) Prosesi sebelum diadakan kegiatan nyambai
a. Hippun (musyawarah)
b. Penyampaian hasil hippun oleh para ketua adat kepada para anggota
kelompok masing-masin
c. Latihan tari nyambai yang diikuti oleh bujang dan gadis.
92
1) Prosesi sesaat diadakan kegiatan nyambai
a. Pembukaan acara nyambai oleh jenang
b. Pembacaan peraturan-peraturan nyambai
c. Penampulan tari oleh bujang dan gadis
2) Prosesi sesudah diadakan kegiatan nyambai
a. Pembacaan doa
b. Penutup
c. Makan kue bersama
2. Makna dari kebudayaan Nyambai
Makna yang terdapat dalam kebudayaan Nyambai yaitu merupakan salah satu acara
yang dapat mempererat tali silaturahmi antar masyarakat sekaligus ajang pencarian
jodoh dikalangan bujang dan gadis.
3. Fungsi dari kebudayaan Nyambai
Fungsi yang terdapat dalam kebudayaan Nyambai yaitu merupakan salah satu acara
pelengkap pada prosesi adat Nayuh masyarakat Lampung Saibatin. Selain itu,
nyambai juga berfungsi sebagai hiburan bagi masyarakat.
4. Upaya masyarakat untuk mempertahankan kebudayaan Nyambai
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan masing-masing informan terkait upaya
yang dilakukkan oleh masyarakat Pekon Negri Ratu Tenumbang untuk
mempertahankan serta melestarikan kebudayaan nyambai yaitu dengan memberikan
informasi-informasi tentang kebudayaan nyambai kepada pihak-pihak yang
93
membutuhkan informasi serta dengan cara memberikan pengajaran serta melakukan
pelatihan untuk mengajarkan gerakan-gerakan tari nyambai kepada para generasi
muda khususnya bujang dan gadis.
B. Saran
Setelah penulis menyelesaikan penelitian, membahas, menganalisa data dan
mengambil kesimpulan dari hasil penelitian. Maka saran yang dapat diberikan
adalah sebagai berikut :
a. Seiring perkembangan zaman yang semakin modern dan ditengah arus
globalisasi yang cukup kuat, diharapkan kepada seluruh masyarakat Lampung
Saibatin khususnya pada masyarakat Pekon Negri Ratu Tenumbang Kecamatan
Pesisir Selatan Kabupaten Pesisir Barat agar senantiasa selalu menjaga dan
menmpertahankan kebudayaan-kebudayaan yang telah diwariskan oleh nenek
moyang agar tidak hilang seiring perkembangan zaman.
b. Tokoh adat harus konsisten untuk memberikan pemahaman serta pengajaran
kepada para generasi muda tentang kebudayaan Nyambai, selain itu para orang
tua yang tau dan pernah mengikuti atau pernah menjadi peserta dalam kegiatan
Nyambai untuk bisa membagikan ilmunya kepada para generasi muda khususnya
bujang dan gadis supaya bisa mempetahankan kebudayaan Nyambai agar tidak
punah.
c. Dengan semakin berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan diharapkan
agar para tokoh adat dapat terus memahami dan berbagi informasi serta
94
pemahaman tentang budaya Lampung khususnya kebudayan tari Nyambai pada
masyarakat Lampung Saibatin kepada para generasi muda sebagai penerus
warisan yang telah diwariskan oleh nenek moyang.
d. Tidak hanya para tokoh adat, tetapi para masyarakat dan pemerintah juga harus
turut berpartisipasi dalam rangka pelestarian kebudayaan Nyambai yang sudah
menjadi ciri khas dari Daerah Kabupaten Pesisir Barat.
DAFTAR PUSTAKA
Ardi Al-Maqassary, 2016. Pengertian Kebudayaan. http://www.Ejurnal.com/
2013/10/ pengertian-kebudayaan. html Diakses pada 7 Agustus 2018.
Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. 2012. Bidang Integrasi Pengelohan dan
Diseminasi Statistik.Lampung Dalam Angka 2012.
Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. 2017. Statistik Indonesia Tahun 2017.
Bandar Lampung: Badan Pusat Statistik.
Bogdan & bikland. 1998. Kualitiative, Research In Education: An Indtroduction To
Theory And Metodes. Needham Heights, MA: Alllyn & Bacon.
Daryanti, Fitri. 2010. Perubahan Bentuk Pertunjukan Tari Nyambai di Lampung
Barat. Surakarta : Institut Seni Indonesia (ISI).
Depdikbud Kanwil Lampung. 1985/1986. Adat Istiadat Daerah Lampung. Proyek
Inventarisasi Dan Dokumentasi Daerah Lampung 216 Hal.
Fackruddin dan Haryadi. 1996. Falsafah Piil Pesenggiri Sebagai Norma Tata Karma
dan GoodMan Kehidupan Social Masyarakat Lampung. Bandar Lampung:
Bagian Proyek Pengkajian dan Pembinaan Nilai-Nilai Budaya Daerah
Lampung.
Fajarini, Ulfah. 2014. Peranan Kearifan Lokal Dalam Pendidikan Karakter. Jurnal
Sosio Didaktika: Vol. 1 no 2 hhtp://jurnal.uin.jkt,ac,id/SOSIO-FITK/ article/
view file /1225/1093.
Fajrini, Ulfah. 2014. Peran Kearifan Lokal dalam Pendidikan Karakter. Jurnal Sosio
Didaktika: Vol.1, No.2.
Hadikusuma, Hilman. 1989. Masyarakat dan Adat Budaya Lampung. Bandung.
Mandar Maju
Hadiwinoto, S. 2002. Beberapa Aspek Pelestarian Warisan Budaya. Demak 17
Januari
Http://www.bpnb-jogja.info.main/themes/images/pdf/Budaya_Lokal-Agus.pdf
https://lampung.bps.go.id/publication/2017/08/11/9f3e06a09ebc3306f2f013c0/provi
si-lampung-dalam-angka-2017.html Diakses tanggal 18 Februari 2018.
https://portal.mahkamahkonstitusi.go.id/eLaw/mg58ufsc89hrsg/Dagr
i_No_52_2007.pdf
Ibrahim Kiyai Paksi, Sayuti. 1995. Buku Handak II: Mengenal Adat Lampung
Pubian. Bandar Lampung : PP Yapura dan Gunung Pesagi.
Imron, Ali. 2005. Pola Perkawinan Saibatin. Bandar Lampung: Universitas Lampung
Karmadi, Agus Dono. 2017.Budaya Lokal Sebagai Warisan Budaya dan Upaya
Pelestarian. Semarang
Kirk, J.& Miller, M.L .1986. Reability and Validity In Kualitative Reseach, Beverly
Hillss, Ca, Sage Publication.
Koentjaraningrat, 1974. Kebudayaan, Mentalited, Dan Pembangunan. Jakarta:
Gramedia.
Koentjaraningrat. 1977. Beberapa Pokok Antropologi Sisoal, Jakarta, PT: Dian
Rakyat.
Koentjaraningrat. 2002. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT Rineka Cipta
Mardiyanto, M. 2007. Peratutan Menteri Dalam Negeri tentang Pedoman
Pelestarian dan Pengembangan Adat Istiadat Serta Nilai Sosial Budaya.
Jakarta.
MPR. 2014. Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara. Jakarta. Sekretariat
Jendral MPR RI
Nasution, S. 1988. Metode Penelitian Naturalistic Kualitatif. Tarsito. Bandung.
Tarsito.
Ningrum Cintia Restia. 2017. Fungsi tari nyambai pada upacara perkawinan adat
nayuh pada masyrakat sibatin di pesisir barat lampung. Yogyakarta fakultas
seni pertunjukan.
Nurhana. 2017. Tari nyambai sebagai identitas masyarakat adat lampung saibatin.
Bandar Lampung Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
Rosidi, Ajip. 2009. Kearifan Lokal Dalam Perspektif Budaya Sunda. Bandung : PT
Kiblat Buku Utama
Sabaruddin. 2012. Pepadun dan Saibatin/Pesisir. Jakarta. Buletin Way Lima Manjau
Setiadi, Elly M. 2009. Ilmu Social dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana Prenda
Media Grup.
Soemardjan, Selo dan Soelaeman Soemardi. 1964. Setangkai Bunga Sosiologi Edisi
Pertama. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Sugiono. 2011. Metode Penelitian Kualitatif dan R&D Bandung:Afabeta
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatifdan R&D. Bandung :
Alfabeta.
Sujadi, Firman. 2012. LAMPUNG Sai Bumi Ruwa Jurai. Jakarta: Cita Insan Madani
Syani, Abdul. 2013. Falsafah Hidup Masyarakat Lampung Sebuah Wacana
Terapan.
Vivit Bartoven, 2017. Marga Legun Way Urang (sebuah catatan etnografi). Bandar
Lampung. Aura: (CV. Anugrah Utama Raharja).
Wardan. Wisnoe. 1990. Pendidikan Seni Tari: Buku Guru Sekolah, Menengah
Pertama, Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. Jakarta.
www.bappeda.pesisirbaratkab.go.id. Diakses pada tanggal 4 Februari 2016 Pukul
16.23 WIB.