Prosedur K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Berisi tentang prosedur kehatan dan keselamatan kerja.

Citation preview

  • PROSEDUR KESELAMATAN DAN KESEHATAN

    LINGKUNGAN KERJA

    Doc Number MPI-KKLKP-01

    Revise 06

    Date 25-08-2014

    Jabatan Nama Tanda Tangan

    dibuat HS&E staff Ricco F.S

    diperiksa Management Rep Ir. A.Haris Fauzi

    disetujui Director Ir. Novian Akbar

    Dokumen ini milik PT. Mega Persada Indonesia dan tidak boleh disalin atau digunakan untuk keperluan lain baik sebagian maupun seluruhnya tanpa persetujuan manajemen

    PT. Mega Persada Indonesia

    Mechanical Electrical and HVAC Contractor

    PT. MEGA PERSADA INDONESIA

  • PROSEDUR KESELAMATAN DAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA

    MPI-KKLKP-01 Rev : 06 Tgl : 25-08-2014 Hal 1 dari 30

    ME HVAC

    DAFTAR ISI

    BAB JUDUL HALAMAN

    I Pendahuluan 3

    II Organisasi Tugas dan Tanggung Jawab 6

    III Detail Prosedur 11

    IV Form 12

  • PROSEDUR KESELAMATAN DAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA

    MPI-KKLKP-01 Rev : 06 Tgl : 25-08-2014 Hal 2 dari 30

    ME HVAC

    I. PENDAHULUAN

    1.1. Tujuan

    Untuk memastikan bahwa Kebijakan Perusahaan tentang Keselamatan dan Kesehatan

    Lingkungan Kerja diimplementasikan dengan baik dan benar di proyek maupun di

    Kantor Pusat PT. Mega Persada Indonesia.

    1.2. Ruang Lingkup

    1.2.1 Prosedur ini mencakup ketentuan ketentuan administratif dan manajerial dalam mengendalikan serta menangani hal keselamatan dan kesehatan

    lingkungan kerja di seluruh area bangunan PT. Mega Persada Indonesia (kantor

    Pusat & setiap Proyek).

    1.2.2 Prosedur dan Standar ini tidak secara otomatis berlaku di proyek-proyek yang

    ditangani oleh MPI secara Joint Operation dengan pihak lain, namun dapat

    diberlakukan dengan penyesuaian-penyesuaian yang diperlukan sesuai

    kesepakatan kedua pihak.

    1.3. Definisi

    K3 : adalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja, secara garis besar mempunyai ruang lingkup yang sama dengan SHE (Safety, Health & Environment - atau juga

    HSE).

    P2K3 : adalah Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja

    SMK3 : adalah Sistem Manajemen Kesehatan Keselamatan Kerja

    1.4. Referensi

    1.4.1. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.01/Men/1980, tentang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja pada Pekerjaan Konstruksi Bangunan.

    1.4.2. Keputusan Bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Tenaga Kerja : nomor : KEP.174/MEN/1986 dan nomor 104/KPTS/1986 tentang Keselamatan

    dan Kesehatan Kerja pada Tempat Kegiatan Konstruksi.

    1.4.3. Peraturan Mentri Tenaga Kerja No. PER.05/MEN/1996 1.4.4. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang

    Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran Dan Industri

    1.4.5. Occupational Health and Safety Assessment Series - OHSAS 18001: 2007

    1.4.6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.04/MEN/1987 Pasal 4 (1) menyatakan

    bahwa P2K3 mempunyai tugas memberikan saran dan pertimbangan baik

    diminta maupun tidak diminta kepada Pengusaha atau Pengurus mengenai

    masalah K3.

    1.4.7. Undang undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

    1.4.8. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan transmigrasi RI No.Kep-75/MEN/2002

    tentang pemberlakuan standar nasional Indonesia(SNI)No. SNI-04-0225-2000

    mengenai Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000(PUIL 2000) di tempat

    kerja.

  • PROSEDUR KESELAMATAN DAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA

    MPI-KKLKP-01 Rev : 06 Tgl : 25-08-2014 Hal 3 dari 30

    ME HVAC

    Kepala Bagian Safety

    MR,Sekertaris P2K3

    Safety Staff

    Project Manager

    Ketua P2K3

    Safety officer

    Sekertaris P2K3

    Staff Project

    Anggota P2K3

    Site Manager

    Wkl. Ketua

    = hubungan

    fungsional

    Direktur Utama

    Ketua P2K3

    Staff Head Office

    1.4.9. Peraturan Menteri tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. PER-

    08/MEN/VII/2010 tentang alat pelindung diri (APD).

    1.4.10. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 50 tahun 2012 tentang Penerapan

    Sistem Manajeman Kesehatan dan Keselamatan Kerja.

    II. ORGANISASI, TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB

    2.1 Susunan organisasi K3 & P2K3 di PT Mega Persada Indonesia adalah sebagai berikut :

    = hubungan komunikasi

    2.2 Tugas dan tanggung jawab sebagai Direktur :

    - Memastikan Kebijakan K3 ditetapkan

    - memfasilitasi berlangsungnya kegiatan K3 di Perusahaan sesuai Kebijakan K3

    - memonitor seluruh kegiatan K3 melalui pelaporan dari Kabag Safety, dan

    melakukan koordinasi antara lain dengan pihak Project Manager untuk

    mengatasi masalah-masalah yang tidak bisa diselesaikan di tingkat Kabag.

    Head Office

    Site Office

    Kordinator Proyek

    Anggota P2K3

    Kepala Bagian

    Anggota P2K3

  • PROSEDUR KESELAMATAN DAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA

    MPI-KKLKP-01 Rev : 06 Tgl : 25-08-2014 Hal 4 dari 30

    ME HVAC

    2.3 Tugas dan tanggung jawab sebagai Kabag Safety :

    a. Menterjemahkan Kebijakan K3 kedalam prosedur, standard dan instruksi kerja. b. Memastikan bahwa segala ketentuan yang dituangkan dalam Prosedur K3

    disosialisasikan, dipahami karyawan, dan dilaksanakan di Kantor Pusat dan di

    semua proyek MPI sesuai dengan ruang lingkup kerja dan tanggung jawabnya

    masing-masing.

    c. Melakukan deteksi, analisa dan evaluasi untuk menghilangkan penyimpangan-penyimpangan pelaksanaan K3 serta meningkatkan mutu pelaksanaan K3

    d. Melaksanaan Audit K3, dan membuat laporan Hasil Audit untuk menjadi bahan Rapat Tinjauan Manajemen Memonitor dan memastikan bahwa pada setiap

    kecelakaan fatal yang terjadi, dilakukan proses penyelesaiannya sampai tuntas.

    e. Senantiasa mengikuti perkembangan peraturan pemerintah serta referensi lainnya yang berkaitan dengan K3 yang berlaku.

    f. Melakukan koordinasi dengan bagian HRD untuk pelaksanaan pelatihan K3 di lingkungan perusahaan.

    2.4 Tugas dan tanggung jawab Safety Staff:

    a. Memberikan bantuan teknis kepada Safety Officer di Proyek-proyek dalam

    penerapan Prosedur K3 di proyek-proyek.

    b. Melaksanakan tugas dan tanggung jawab sebagai Komandan Pelaksana Tim

    Tanggap Darurat di Kantor Pusat

    c. Menyusun JSA (Job Safety Analysis) Kantor Pusat dan mengkoordinir teknis

    pelaksanaan program-program sesuai JSA.

    c. Monitoring pelaksaan prosedur di proyek-proyek a.l dengan mengikuti Inspekasi

    K3, kunjungan berkala ke proyek

    d. Merangkum laporan-laporan pelaksanaan K3 yang diperoleh dari proyek-proyek,

    sehingga siap dijadikan sebagai bahan evaluasi pada Rapat Tinjauan Manajemen.

    2.5 Kodinator Proyek bertanggung jawab atas terlaksananya K3 diseluruh proyek dan memastikan tersedianya fasilitas K3 diseluruh proyek

    2.6 Project Manager dan Kepala Bagian bertanggung jawab atas terlaksananya K3 diproyeknya / bagiannya , dan menyediakan fasilitas K3 di lingkungan proyek /

    bagiannya

    2.7 Tugas dan tanggung jawab Safety Officer Site Office / proyek :

    a. Menyusun perencanaan K3 sesuai kebutuhan/kondisi proyek b. Melengkapi data-data, peraturan K3 kawasan setempat atau peraturan lainnya yang

    terkait, Prosedur K3 yang ditempatkan di proyek.

    c. Melaksanakan Inspeksi K3, Safety Patrol, dan Tool Box Meeting. d. Membuat Laporan Kecelakaan, Investigasi & Penyelesaian e. Mengikuti Audit K3, dan menindak-lanjuti hasilnya. f. Melakukan Rapat Koordinasi K3 g. Membuat Laporan Bulanan. h. Menyusun kebutuhan Training K3 untuk personil di-proyeknya. i. Merencanakan & memastikan bahwa fasilitas P3K dan alat pemadam kebakaran

    selalu dalam keadaan selalu siap dan layak untuk difungsikan

    j. Mempersiapkan & melaksanakan Safety Induction untuk Pekerja baru di proyek

  • PROSEDUR KESELAMATAN DAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA

    MPI-KKLKP-01 Rev : 06 Tgl : 25-08-2014 Hal 5 dari 30

    ME HVAC

    2.8 Tugas dan tanggung jawab Site Manager dan Staff Head Office:

    Bersama dengan bawahannya mendukung penerapan Prosedur K3 dalam melakukan

    eksekusi pekerjaan di lingkungan kerja masing-masing.

    III. Tugas dan Tanggung jawab P2K3 :

    3.0 Ketua P2K3 :

    Memimpin semua rapat pleno atau menunjuk pengurus lainnya untuk memimpin.

    Menentukan langkah kebijakan demi tercapainya pelaksanaan program program yang

    Telah ditentukan atau digariskan organisasi.

    Mempertanggungjawabkan pelaksanaan K3 di perusahaannya kepada pemerintah

    Melalui pimpinan perusahaan.

    Mempertanggungjawabkan program program P2K3 dan pelaksanaannya kepada

    Pimpinan perusahaan.

    3.1 Wakil Ketua P2K3 :

    Melaksanakan tugas tugas Ketua dalam hal Ketua berhalangan dan membantu

    Pelaksanaan tugas Ketua sehari hari.

    3.2 Sekertaris P2K3 :

    Membuat undangan rapat dan membuat notulen rapat.

    Memberikan bantuan atau saran-saran yang diperlukan oleh seksi-seksi untuk

    Kelancaraan program-program K3.

    Membuat laporan ke departemen-departemen perusahaan tentang adanya potensi

    Bahaya di tempat kerja.

    3.3 Anggota P2K3 :

    Melaksanakan program-program yang telah ditetapkan sesuai dengan bidang tugas

    Masing-masing.

    Melaporkan kepada Ketua atas setiap kegiatan yang telah dilaksanakan

  • PROSEDUR KESELAMATAN DAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA

    MPI-KKLKP-01 Rev : 06 Tgl : 25-08-2014 Hal 6 dari 30

    ME HVAC

    IV. KEBIJAKAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA

    PT. Mega Persada Indonesia sebagai kontraktor Mekanikal Elektrikal di Indonesia

    berkomitment untuk:

    Menghasilkan produk sesuai Persyaratan Pelanggan dalam hal kualitas dan Keselamatan

    dan Kesehatan Lingkungan Kerja

    (Meet to the Customer Requirement in Quality and Health Safety Environtment)

    Menyelesaikan Pekerjaan Sekali Waktu dengan Kualitas Baik dan Aman

    (One Time Good)

    Menyelesaikan pekerjaan Tepat Waktu tanpa mengesampingkan faktor keamanan.

    (Project Completion on Schedule)

    Menjalankan Sistem Manajemen sesuai ISO 9001dan OHSAS 18001 dan Peraturan

    Perundangan yang berlaku

    (Comply with ISO 9001 and OHSAS 18001)

    Selalu berusaha mencegah terjadinya cidera / sakit akibat kerja

    ( To Prevent injury and ill health )

    Melakukan perbaikan-perbaikan secara berkesinambungan

    (Continuius Improvement)

    V. FUNGSI PANITIA PEMBINA KESELAMATAN dan KESEHATAN KERJA

    1. Menghimpun dan mengelola data tentang K3 di tempat kerja.

    2. Membantu menunjukan dan menjelaskan kepada setiap tenaga kerja;

    Berbagai faktor bahaya ditempat kerja yang dapat menimbulkan gangguan

    K3,termaksud bahaya kebakaran,peledakan dll serta cara penanggulangannya.

    3. Membantu Pengusaha atau Pengurus dalam ;

    Mengevaluasi,menentukan,memeriksa dan mengembangkan program K3 di

    lingkungan kerja.

  • PROSEDUR KESELAMATAN DAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA

    MPI-KKLKP-01 Rev : 06 Tgl : 25-08-2014 Hal 7 dari 30

    ME HVAC

    4. Membantu Pimpinan Perusahaan menyusun kebijakan manajemen dan pedoman

    kerja dalam rangka upaya meningkatkan keselamatan kerja,higene

    perusahaan,kesehatan kerja,ergonomi dan gizi tenaga kerja.

    VI. DETAIL PROSEDUR

    6.1 PROSEDUR PEMENUHAN KETENTUAN LEGAL

    Kabag Safety bertanggung jawab dan atas hal-hal berikut :

    a. Senantiasa melengkapi peraturan / perundangan / ketentuan legal lainnya dari instansi Pemerintah yang relevan untuk penerapan K3 di Proyek dan Kantor Pusat.

    b. Mengacu pada peraturan / perundangan yang berlaku. c. Memastikan bahwa Peraturan / Perundangan yang digunakan adalah yang masih

    berlaku, paling tidak dalam waktu 1 tahun sekali melakukan verifikasi masa

    berlakunya kepada sumber terkait, diantaranya melalui internet http//bukukuning /

    www.pu.go.id / hukumonline.com

    d. Memastikan Prosedur K3 yang diterapkan sudah sesuai / memenuhi ketentuan legal, dengan melakukan peninjauan terhadap dokumen Prosedur K3 minimal 1

    (satu) kali setiap 6 bulan.

    6.2 PROSEDUR KOMUNIKASI

    a. Untuk mensosialisasikan Dokumen, Data, dan Informasi perihal K3, agar dapat

    diterapkan dan dicapai tujuannya , maka dilakukan Komunikasi Internal

    sebagaimana dapat dilihat dalam Tabel Dokumen, Data, pada Prosedur

    Pengendalian Dokumen

    b. Kabag Safety bertanggung jawab untuk memastikan komunikasi tersebut

    dilaksanakan , melakukan evaluasi efektivitasnya minimal 1 (satu) kali setiap 6

    (enam) bulan, dan melakukan revisi yang diperlukan (misal : perubahan tujuan,

    bentuk media komunikasinya)

    6.3 PROSEDUR K3 UMUM (Kantor Pusat & Proyek)

    6.3.1 JSA

    a. Seluruh kegiatan penerapan K3 harus diawali dengan pembuatan JOB SAFETY ANALSYSIS (JSA) atau Analisa bahaya, analisa resiko dan pengendalian resiko

    http://www.pu.go.id/
  • PROSEDUR KESELAMATAN DAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA

    MPI-KKLKP-01 Rev : 06 Tgl : 25-08-2014 Hal 8 dari 30

    ME HVAC

    b. JSA merupakan identifikasi potensi-potensi bahaya yang harus mencakup seluruh kegiatan yang ada baik rutin maupun tidak rutin,dari dalam / luar area kerja,dan

    memuat perencanaan tindakan pencegahannya agar potensi bahaya yang

    diidentifikasiksan tersebut menjadi nol atau tingkat bahayanya menjadi turun

    serendah mungkin.

    c. Identifikasi potensi-potensi bahaya yang dimaksud adalah bahaya terhadap : - keselamatan (safety) bagi setiap orang dan property/asset (barang-barang,

    material,peralatan,bangunan) yang berada di dalam area bekerja dan juga

    lingkungannya.

    - kesehatan (healthy) bagi setiap orang yang berada di dalam area bekerja dan juga lingkungannya, baik dampak jangka pendek maupun jangka panjang.

    d. Untuk menyatakan suatu kegiatan pekerjaan mempunyai potensi / resiko bahaya,

    dapat dilakukan dengan mempertimbangkan :

    1. EFEK BAHAYA ( HAZARD EFFECT), yang timbul antara lain karena :

    - Kompleksitas dari mesin dan alat (utama maupun alat bantu) yang

    digunakan (jumlahnya, kandungannya, bagian-bagian yang

    bergerak/berputar , manufernya, dll).

    - Interaksi antara mesin / alat dan pekerja (penempatannya, jarak terhadap

    pekerja / property, tingkat kesulitan pengoperasian, polusi suara/debu/asap,

    dll)

    - Lokasi / area bekerja (tinggi, dikedalaman, licin, sempit, curam, dll).

    - Waktu / lamanya pekerjaan yang dilakukan (akibat yang ditimbulkan jika

    dilakukan terus menerus / waktu yang lama)

    - Jenis material yang digunakan (mengandung zat kimia, mengeluarkan

    partikel-partikel halus, dll)

    Efek Bahaya (Hazard Effect) dikategorikan dalam 5 (tiga) tingkat, yaitu :

    Sangat Tinggi (VH) : Dampak yang ditimbulkan sangat besar yaitu :

    - Lebih dari satu orang meninggal dunia - Terjadi kerugian diatas US$ 5.000.000.,-

    Tinggi (H) : Dampak yang ditimbulkan besar antara lain:

    - Akibat yang ditimbulkan terhadap manusia adalah

    sampai dengan 1 orang fatal atau meninggal dunia.

    - terjadi kerugian akibat property damage / asset

    damage bernilai diatas US$ 500.000.,- US$

    5.000.000.,-.

  • PROSEDUR KESELAMATAN DAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA

    MPI-KKLKP-01 Rev : 06 Tgl : 25-08-2014 Hal 9 dari 30

    ME HVAC

    Medium (M) :Dampak yang ditimbulkan cukup besar antara lain

    - Akibat yang ditimbulkan pada manusia adalah

    kehilangan hari kerja (lost time injury) sampai dengan

    yang luka serius dan cacat parsial permanen.

    - 1 atau 2 orang yang mendapat luka serius.

    - Peralatan besar rusak dan mempengaruhi produktifitas

    kerja tetapi dalam waktu yang singkat

    - Terjadi kerusakan lingkungan tapi tidak terlalu

    membahayakan.

    - terjadi kerugian akibat property damage / asset damage

    bernilai diatas US$ 100.000,- sampai US$. 500.000,-

    Rendah (R) : Dampak yang ditimbulkan kecil antara lain :

    - Akibat yang ditimbulkan pada manusia sebatas tindakan

    first aid ( P3K) dan medical treatment

    - Hanya peralatan kecil yang rusak dan tidak

    mempengaruhi produktifitas kerja.

    - terjadi kerugian akibat property damage / asset damage

    bernilai sampai dengan US$ 100.000

    Sangat Rendah (R): Dampak yang ditimbulkan kecil antara lain :

    - Akibat yang ditimbulkan pada manusia sebatas tindakan first aid ( P3K) dan medical treatment

    - Hanya peralatan kecil yang rusak dan tidak mempengaruhi produktifitas kerja.

    - Terjadi kerugian akibat property damage / asset damage bernilai dibawah US$ 10.000

  • PROSEDUR KESELAMATAN DAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA

    MPI-KKLKP-01 Rev : 06 Tgl : 25-08-2014 Hal 10 dari 30

    ME HVAC

    2. TINGKAT KEKERAPAN (FREQUENCY),

    yaitu kemungkinan terjadinya kecelakaan dari jenis pekerjaan tertentu yang

    ditentukan berdasarkan frekwensi (kekerapan) kecelakaan yang pernah terjadi

    sebelumnya pada jenis pekerjaan yang sama.

    Tingkat Kekerapan (Frequency) dikategorikan dalam 3 (tiga) tingkat, yaitu :

    Tinggi (H) : Kecelakaan yang sama terjadi 2 kali atau lebih dalam seminggu, atau dari 10 kejadian terdapat 1 atau lebih

    kecelakaan yang sama.

    Medium (M) : Kecelakan yang sama terjadi 1 kali dalam 1 6 bulan, atau dari 1000 kejadian terdapat 1 atau lebih kecelakaan

    yang sama.

    Rendah (L) : Kecelakaan yang terjadi hanya 1 kali dalam jangka waktu setahun atau lebih. Atau kurang dari 1 dari seribu

    kejadian.

    Maka resiko bahaya dan tindak lanjut yang harus dilakukan di tetapkan

    berdasarkan ditetapkan berdasarkan matriks dari 2 hal tersebut (Matrix Resiko

    Bahaya) dan serta evaluasi & prioritas dari Residual Risk :

  • PROSEDUR KESELAMATAN DAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA

    MPI-KKLKP-01 Rev : 06 Tgl : 25-08-2014 Hal 11 dari 30

    ME HVAC

    Likelihood

    Conseqence

    TINGGI

    (H)

    > 1 dr 10

    Pasti

    kejadian

    SEDANG

    (M)

    1 dr 10 1

    dr 1000

    kadang-

    kadang

    RENDAH

    (L)

    < 1 dr

    1000

    tidak ada

    kejadian

    Sangat tinggi (VH)

    Banyak kematian

    Fasilitas rusak berat ( > $ 5,000,000)

    H 15 H 14 H 11

    Tinggi (H)

    Kematian tunggal

    Fasilitas penting rusak ($ 500,000 - $

    5,000,000)

    H 13 H 12 M 10

    Sedang (M)

    Ketidakmampuan permanen

    Fasilitas rusak sedang ($ 100,000 - $

    500,000)

    H 9 M 8 M4

    Rendah (L)

    Cedera ringan tunggal atau banyak

    Fasilitas rusak ringan ($ 100,000)

    M 7 M 6 L2

    Sangat Rendah (VL)

    P3K tunggal

    Fasilitas rusak sangat ringan ( < $

    10,000)

    M5

    L3

    L1

  • PROSEDUR KESELAMATAN DAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA

    MPI-KKLKP-01 Rev : 06 Tgl : 25-08-2014 Hal 12 dari 30

    ME HVAC

    Resiko

    Faktor Control action/Tindakan pengendalian

    H 15 Tindakan seketika yaitu pekerjaan tidak boleh

    dilakukan karena berpotensi kerugian yang serius.

    Pekerjaan harus ditetapkan/diteliti ulang, atau

    tindakan pengendalian lebih lanjut harus disiapkan

    untuk mengurangi risiko. Tindakan pengendalian ini

    harus melalui pengkajian secara lengkap dan diterima

    sebelum pekerjaan dapat dilaksanakan.

    H 14

    H 13

    H 12 Pekerjaan hanya dapat dilakukan melalui otorisasi

    langsung dari Site Manager melalui konsultasi dengan

    para ahli (specialist personnel) dan assessment team

    yang lengkap.Dimama mungkin pekerjaan harus

    ditetapkan/diteliti ulang untuk melihat bahaya-bahaya

    terkait, atau risiko harus diturunkan lebih lanjut

    sebelum memulai pekerjaan.

    H 11

    H 9

    M10

    M8 Pekerjaan boleh dilakukan, tetapi demikian harus

    dibawah pengawasan dan pemantauan yang ketat.

    Team harus mengunjungi berulang-ulang seluruh area

    yang di kaji (assessment) untuk melihat apakah risiko

    masih dapat diturunkan lagi sebelum pekerjaan

    diijinkan untuk dilaksanakan.

    M7

    M6

  • PROSEDUR KESELAMATAN DAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA

    MPI-KKLKP-01 Rev : 06 Tgl : 25-08-2014 Hal 13 dari 30

    ME HVAC

    M5 Pengendalaian dapat diterima, tetapi demikian

    peninjauan untuk melihat apakah risiko masih dapat

    diturunkan lagi.

    M4

    L3

    L2

    L1 Tingkat risiko dapat diterima, tidak perlu

    pengendalian lebih lanjut.

  • PROSEDUR KESELAMATAN DAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA

    MPI-KKLKP-01 Rev : 06 Tgl : 25-08-2014 Hal 14 dari 30

    ME HVAC

    e. Di Kantor Pusat dan di setiap Proyek MPI harus dibuatkan JSA

    g. JSA harus sesuai dengan kondisi masing-masing (kantor pusat atau masing-masing proyek). Gunakan Form No. : MPI-K3- 01.

    h. JSA harus di tinjau ulang dan direvisi seperlunya (up-dated) bilamana : - ada perubahan situasi / perubahan metode kerja / perubahan lingkup

    pekerjaan dan hal lainnya yang secara signifikan berdampak pada perubahan

    resiko bahaya dan cara pencegahannya.

    - terjadi kecelakaan yang belum teridentifikasi sebelumnya atau disebabkan kegagalan pencegahannya.

    Lakukan analisa dari setiap : o Kegiatan / Pekerjaan o Alat / Mesin o Jenis material o Situasi / lokasi kerja o Metode / Cara bekerja o Interaksi antar pekerja &

    antar pekerjaan

    Dilihat dari sisi : KESELAMATAN dan KESEHATAN : o Apakah berbahaya bagi orang yang ada di

    area kerja maupun di lingkungannya ? o Apakah berbahaya bagi property/asset

    yang ada di area kerja maupun di lingkungannya ? :

    o Masukan dalam JSA

    ( gunakan Form K3-01 )

    o Tentukan tingkat bahaya yang mungkin ditimbulkan (Hazard Effect & Probability) - Rendah ( L ) , atau - Medium ( M ), atau - Tinggi ( H )

    ( gunakan Matrix Resiko Bahaya)

    o Dapatkan Evaluasi dan prioritas dari Resiko Akhir

    (gunakan Risk Faktor Matrix)

    o Tentukan tindakan pencegahan supaya resiko bahayanya ditiadakan atau tingkat bahayanya diturunkan.

  • PROSEDUR KESELAMATAN DAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA

    MPI-KKLKP-01 Rev : 06 Tgl : 25-08-2014 Hal 15 dari 30

    ME HVAC

    h. Yang harus diidentifikasikan dalam JSA antara lain :

    Umum (untuk Kantor Pusat & Proyek)

    - Area / ruang utility berikut mesin-mesin yang ada didalamnya (seperti : ruang/area mesin, ruang/area Panel Listrik)

    - Fasilitas kantor / gedung (seperti : Air conditioning, dll). - Mesin / Peralatan kantor yang digunakan (seperti : mesin Foto copy,

    Computer, dll )

    - Area/ruangan penyimpanan material/barang-barang/spare patrs/ dokumen - Perpakiran / lalulintas kendaraan - Penanganan sampah - Area toilet (termasuk yang bersifat temporary)

    Khusus Proyek (selain yang umum diatas) - seluruh item pekerjaan konstruksi yang ada dari awal proyek hingga akhir

    (gunakan item pekerjaan yang ada pada kurva S, termasuk pekerjaan

    persiapan).

    i. Dalam pembuatan JSA, tindakan untuk mengurangi resiko kecelakan harus mengacu / sesuai dengan Tabel Ketentuan Legal dan standard lain yang berlaku dan

    mengikuti hirarki : a. Elemenasi, b. Subtitusi, c. Enginner, d. Administrasi, e. APD

    ( Alat Pelindung Diri )

    6.3.2 TIM TANGGAP DARURAT

    a. Di Kantor Pusat dan di setiap Proyek MPI harus dibentuk Tim Tanggap Darurat

    yang siap melakukan penanganan keadaan darurat.

    Yang dimaksud keadaan darurat apabila terjadi antara lain :

    - Kebakaran

    - Ledakan

    - Huru hara

    - Ancaman Bom

    - Gempa

    - Banjir

    - dll, dimana diperlukan suatu Emergency Plan / Rencana Tanggap Darurat untuk

    mengatasi masalah/ situasi tersebut.

    b. Tim Tanggap Darurat minimal mencakup sebagaimana diagram berikut :

  • PROSEDUR KESELAMATAN DAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA

    MPI-KKLKP-01 Rev : 06 Tgl : 25-08-2014 Hal 16 dari 30

    ME HVAC

    c. Tugas dan tanggung jawab Ketua Tim Tanggap Darurat :

    Mensosialisasikan Sistem Tanggap Darurat ini kepada seluruh karyawan/ orang-orang yang secara tetap berada di dalam kawasan.

    Membuat dan menyelenggarakan program pelatihan .

    Melakukan koordinasi dengan Bagian-Bagian lain untuk memastikan sistem peralatan/ fasilitas (Tangga Darurat, Fasilitas M/E) yang terkait dengan

    keadaan darurat selalu tersedia dan dalam keadaan berfungsi.

    Melakukan koordinasi dengan pihak Keamanan (security)

    Mengumpulkan data nomor-nomor telepon penting di daerahnya masing-masing, seperti : Polisi, Pemadam kebakaran, Rumah Sakit, Tim

    Pengendalian banjir ; dan memastikan bahwa nomor-nomor tersebut serta

    nomor-nomor dari setiap anggota Tim Tanggap Darurat selalu up-dated dan

    berada (ditempel) di tempat-tempat penting (pos jaga, dekat telepon, pos

    Safety)

    Melaporkan semua kejadian sampai dengan penyelesaiannya kepada Direksi

    Membantu kelengkapan pelaksanaan klaim asuransi, dan hal-hal lain yang terkait.

    d. Tugas dan tanggung jawab Komandan Pelaksana :

    Ketua Tim

    Safety Dep.Head

    DD

    Komandan Pelaksana

    Safety Staff

    SS

    Regu Evakuasi

    Koordinator

    Anggota setiap

    departemen

    Regu P3K

    Koordinator

    Anggota

    Teknisi

    Listrik

    Genset

    Regu Pemadam

    Kebakaran

    Chief Security

    Anggota Secutiry

    Tim Tanggap Darurat

  • PROSEDUR KESELAMATAN DAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA

    MPI-KKLKP-01 Rev : 06 Tgl : 25-08-2014 Hal 17 dari 30

    ME HVAC

    Menjaga kesiagaan : Mengembangkan, melatih dan selalu menjaga agar Tim selalu dalam keadaan siaga untuk mengatasi segala bentuk keadaan darurat.

    Mengevaluasi, memutuskan dan memberi pengarahan : Mengevaluasi, memutuskan dan memberi pengarahan kepada anggota Tim untuk melakukan

    tindakan tindakan yang tepat dalam keadaan darurat

    Memberitahukan kepada instansi pemerintah : Memastikan agar semua instansi pemerintah yang berkepentingan segera di beri tahu bilamana timbul

    keadaan darurat.

    Menjalin hubungan dengan instansi terkait : Mengadakan dan memelihara hubungan baik dengan instansi seperti Dinas Pemadam Kebakaran, Kantor

    Kepolisian dan lainnya.

    Melaporkan semua kejadian kepada atasan : Segera melapor kepada Ketua Tim setiap peristiwa situasi darurat dan perkembangannya.

    e. Tugas dan tanggung jawab Regu Pemadam kebakaran, Teknisi, Regu P3K, dan

    Regu Evakuasi dapat dilihat pada diagram alir (flow chart)

    f. Tim Tanggap Darurat wajib melakukan pelatihan Tanggap Darurat secara berkala.

    Petunjuk tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk menghadapi keadaan

    darurat serta bentuk & sarana komunikasi yang harus dilakukan harus dipasang

    pada tempat-tempat yang penting, seperti pada Pos Jaga, Ruang Control, Ruang

    Panel.

    g. Tim Tanggap Darurat di kantor pusat dan di masing-masing proyek bertanggung jawab melakukan sosialisasi tentang prinsip-prinsip utama sebagaimana diuraikan

    dibawah ini :

    1. Tindakan pada kejadian Kebakaran.

    Semua penghuni bangunan harus diberi pemahaman hal berikut :

    Orang pertama yang melihat adanya kebakaran harus segera melakukan tindakan :

    - Meneriakan kata KEBAKARAN , tetapi dengan cara tanpa

    menimbulkan kepanikan.

    - Jika masih memungkinkan dalam arti jika tidak membahayakan diri sendiri

    atau dengan bantuan orang lain yang ada disekitarnya, untuk memadamkan

    api dengan tabung APAR atau dengan karung / kain basah.

    - Melakukannya sendiri atau meminta orang lain supaya segera

    menghubungi petugas security atau Tim Tanggap Darurat, dan berikan data

    lokasi kebakaran dengan jelas.

    - Melakukannya sendiri atau meminta orang lain untuk menekan tombol

    tanda kebakaran yang terdekat dari lokasi kebakaran

  • PROSEDUR KESELAMATAN DAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA

    MPI-KKLKP-01 Rev : 06 Tgl : 25-08-2014 Hal 18 dari 30

    ME HVAC

    - Jika masih memungkinkan, tetap berada di tempat atau disekitarnya untuk

    menunjukan arah dan lokasi kebakaran yang tepat kepada petugas yang

    datang.

    Menutup semua pintu ruangan (atau menutup pintu kembali jika melewatinya), amankan semua barang berharga, kunci semua lemari besi dan

    filling cabinet yang ada.

    Jika ada instruksi melakukan evakuasi (mengosongkan ruangan), maka harus dilakukan dengan tertib : Jangan mendorong / menyerobot , tidak

    menggunakan Lift.

    Supaya mengikuti instruksi dari Regu Evakuasi, gunakan jalur yang ditentukan menuju TEMPAT BERKUMPUL (MUSTER POINT).

    Supaya tetap berada di Tempat Berkumpul agar keberadaan setiap orang penghuni dapat diketahui, tetap mengikuti petunjuk Tim Tanggap Darurat.

    2. Tindakan pada kejadian huru-hara atau keributan massa.

    Semua penghuni bangunan harus diberi pemahaman hal berikut :

    Yang harus dilakukan. - tidak mendekati tempat kejadian.

    - menutup tirai jendela dan menjauhkan diri dari jendela.

    - mengunci semua pintu akses keluar masuk gedung

    - melaporkan jika ada sesuatu atau orang yang mencurigakan.

    Bahwa pintu gerbang akan ditutup oleh petugas. Tidak ada orang / kendaraan yang diperbolehkan untuk memasuki ataupun meninggalkan gedung tanpa

    izin terlebih dahulu dari Kepala Security

    3. Tindakan pada kejadian kecelakaan yang mengakibatkan korban cedera berat.

    Semua penghuni bangunan harus diberi pemahaman hal berikut :

    Pastikan ada seseorang yang segera menghubungi pelayanan ambulance melalui nomor 118.

    Menghubungi Regu P3K atau Tim Tanggap Darurat

    Bahwa memberikan pertolongan pertama kepada korban kecelakaan hanya di-ijinkan kepada setiap orang yang telah mempunyai kompetensi untuk

    melakukannya.

    Hanya apabila cederanya tidak akan berakibat yang lebih serius bila korkan dipindahkan dari tempatnya, segera amankan orang tersebut hingga tibanya

    pertolongan oleh yang berkompeten.

    Tidak melakukan dan bahkan cegah terjadinya kerumunan terhadap korban.

    4. Tindakan pada kejadian Gempa Bumi.

    Semua penghuni bangunan harus diberi pemahaman hal berikut :

    lakukan : - Lari keluar, ini boleh dilakukan hanya jika bisa dilakukan dalam waktu

    sangat singkat (misal : dilantai dasar).

  • PROSEDUR KESELAMATAN DAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA

    MPI-KKLKP-01 Rev : 06 Tgl : 25-08-2014 Hal 19 dari 30

    ME HVAC

    - Jika tidak mungkin keluar bangunan, usahakan berada dekat dengan dinding paling luar bangunan atau jika mungkin di sebelah luar dinding.

    - Ambil posisi meringkung disamping suatu benda besar yang tidak bisa rubuh dan remuk (seperti : sofa,meja, tumpukan kertas)

    Jangan lakukan : - berlindung disamping benda yang dapat rubuh (seperti : lemari) atau

    dibawah benda yang dapat hancur (seperti : meja dari material ringan)

    - berdiri dibelakang/depan pintu - lari keluar melalui tangga (dari lantai atas ke bawah)

    5. Tindakan pada kejadian Ancaman Bom

    Semua penghuni bangunan harus diberi pemahaman hal berikut :

    Setiap orang yang menerima langsung ancaman bom melalui telepon, harus berusaha/membujuk agar penelpon tetap bicara dan memperoleh informasi :

    - Kenapa dia melakukannya - Dimana bom diletakan, kenapa diletakan disana - Kapan bom akan meledak - Seperti apa bentuknya

    Usahakan mengenali penelpon, suara belakangnya serta tanda-tanda lain dan

    kemudian segera beritahu security.

    lakukan : - Matikan semua radio

    - Tetaplah digedung sampai ada pemberitahuan untuk evakuasi.

    Jangan lakukan : - Menyentuh atau memindahkan barang yang mencurigakan

    - Berteriak membuat / menimbulkan suasana panik

  • PROSEDUR KESELAMATAN DAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA

    MPI-KKLKP-01 Rev : 06 Tgl : 25-08-2014 Hal 20 dari 30

    ME HVAC

    DIAGRAM ALIR EVAKUASI

    DIAGRAM ALIRPENANGGUNG

    JAWABURAIAN

    Komandan

    Lapangan

    - Wanita hamil, orang lanjut usia atau orang

    sakit harus didahulukan.

    - Apabila ada orang yang pingsan atau sakit

    segera di evakuasi menuju pos P3K

    - Wani ta harus melapaskan sepatu hak

    tingginya.

    - Tidak ada yang berlari tapi berjalan dengan

    cepat menuju tangga dan tangan harus tetap

    berpegangan pada handrail.

    - Segera menuju ke pintu keluar dan kemudian

    menuju tempat berkumpul (Muster Point)

    - Tidak ada yang kembali kelokasi kerja kecuali

    keadaan sudah aman.

    - membuat situasi tidak panik.

    - mengingatkan terus supaya orang2 menuju

    Muster Point

    1.

    LENGKAP

    EVAKUASI

    PENDATAAN

    DI MUSTER POINT

    1.

    2.

    2.SELESAI

    Ya

    Tidak

    3.

    Ke prosedur P3K

    jika ada

    kecelakaan

    Kordinator Regu

    Evakuasi

    KEADAAN DARURAT &

    KEPUTUSAN MELAKUKAN EVAKUASIEvakuasi

    Memberikan keputusan untuk melakukan

    evakuasi

    Memberi instruksi kepada Regu Evakuasi untuk

    melakukan evakuasi di area masing-masing dan

    memberi keputusan urutan evakuasi (lokasi

    mana yang pertama dan selanjutnya, sesuai

    situasi)

    Memimpin proses evakuasi dari Muster Point

    Memberi instruksi kepada Regu Evakuasi untuk

    melakukan evakuasi di area masing-masing

    sesuai urutan

    Terus menerus memonitor dan berkoordinasi

    dengan anggotanya

    Anggota Regu

    Evakuasi

    Melakukan evakuasi di areanya masing-masing

    dengan urutan sesuai instruksi , dan memper-

    hatikan hal-hal berikut:

    Mengatur supaya di Muster Point setiap orang

    berada pada kelompok sesuai lantai / area

    masing-2, dan lakukan pendataan orang yang

    belum ada di Muster Point

    CARI / RESCUE3.

    Kordinator Regu

    Evakuasi

    Ketua Tim

    Kordinator Regu

    Evakuasi

    Pendataan

    Melakukan koordinasi dengan anggota regu

    untuk mencari orang yang belum berada di

    Muster Point

    Cari / rescue

    Instruksi

    tindak lanjut

    Instruksi lebih lanjut

    3.

    3.

    Memonitor seluruh kejadian, melakukan

    koordinasi dengan pihak-pihak terkait untuk

    diambilnya suatu keputusan bahwa :

    - keadaan sudah terkendali, dan boleh

    melakukan aktivitas kembali, atau

    - keadaan be lum norma l , dan o rang2

    dipu langkan / meninggalkan kantor /

    bangunan / proyek

  • PROSEDUR KESELAMATAN DAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA

    MPI-KKLKP-01 Rev : 06 Tgl : 25-08-2014 Hal 21 dari 30

    ME HVAC

    DIAGRAM ALIR TANGGAP KECELAKAAN

    DIAGRAM ALIRPENANGGUNG

    JAWABURAIAN

    Anggota / Regu

    P3K

    LAPORAN KECELAKAAN1.

    TERJADI KECELAKAAN

    PERLU DIBAWA

    KERUMAH SAKIT

    LAPORAN KECELAKAAN

    KE REGU P3K

    PERTOLONGAN /

    PENGOBATAN

    DIBAWA KE DOKTER / KLINIK

    / RUMAH SAKIT

    1.

    2.

    Jika mendapat laporan kecelakaan,

    dan korban berada dilokasi kejadian,

    minta informasi singkat :

    - lokasi korban

    - gejala sakit / cedera yang dialami

    Berikan instruksi singkat perihal yang

    harus dilakukan dan yang tidak

    boleh dilakukan sesuai sakit / cedera

    yang diderita korban, sementara

    anggota / Regu P3K menuju lokasi

    Segera menuju lokas i dengan

    m e m b a w a K o t a k P 3 K y a n g

    memadai ( termasuk tandu j ika

    dirasa perlu dan memungkinkan)

    2.

    Koord. / anggota

    Regu P3K

    Anggota / Regu

    P3K

    Pertolongan / Pengobatan

    Periksa korban, berikan perolongan

    pertama dan putuskan apakah

    korban perlu penanganan dokter

    atau harus ke rumah sakit.

    Dibawa ke Dokter /Klinik/ Rumah Sakit3.

    Anggota / Regu

    P3K

    Koordinasi untuk mendapatkan

    kendaraan yang bisa membawa

    korban ke Dokter / Klinik / Rumah

    Sakit terdekat.

    Koordinasi dengan pihak Rumah

    Sakit jika perlu ambulance

    Bawa korban ke dokter/klinik/RS

    Komandan

    Lapangan &

    Regu P3K

    Dibawa ke Dokter /Klinik/ Rumah Sakit3.

    Lakukan t i ndak l an ju t sesua i

    prosedur Laporan Kecelakaan,

    Investigasi, dan Penyelesaiannya.

    YaSELESAI

    TINDAK LANJUT SESUAI

    PROSEDUR LAPORAN

    KECELAKAAN

    , INVESTIGASI &

    PENYELESAIANNYA

  • PROSEDUR KESELAMATAN DAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA

    MPI-KKLKP-01 Rev : 06 Tgl : 25-08-2014 Hal 22 dari 30

    ME HVAC

  • PROSEDUR KESELAMATAN DAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA

    MPI-KKLKP-01 Rev : 06 Tgl : 25-08-2014 Hal 23 dari 30

    ME HVAC

    3.3.3 TRAINING

    a. Kabag Safety harus memenuhi kompetensi personil Safety dan Tim Tanggap Darurat melalui program pelatihan, yang direncanakan dan dilaksanakan

    berkoordinasi dengan Bagian HRD (pelatihan tingkat Pusat)

    b. Pelatihan K3 di proyek dapat dilakukan oleh Safety Manager/Safety Officer dengan menyesuaikan kebutuhan spesifik proyek masing-masing, termasuk bilamana

    diperlukan untuk meningkatkan kemampuan para personil safety dari pihak

    subkontraktor.

    3.3.4 SAFETY INDUCTION

    a. Baik di Kantor Pusat maupun di masing-masing proyek harus dilakukan Safety

    Induction.

    b. Safety Induction di Kantor Pusat dilakukan untuk memberikan pengarahan kepada setiap tamu yang datang saat diterima oleh Security.

    Isi pengarahan adalah :

    - Menjelaskan komitmen MPI dalam menerapkan K3. - Menjelaskan jalur yang harus dilaluinya ke tempat tujuan - Menjelaskan jalur evakuasi jika ada keadaan darurat

    Penjelasan dapat dibuat dalam bentuk tulisan yang ditunjukan kepada tamu.

    Tamu harus membubuhkan tanda tangannya dibuku tamu sebagi bukti telah

    mengetahui penjelasan tersebut.

    c. Safety Induction di proyek dilakukan untuk memberikan pengarahan kepada pekerja dan setiap tamu yang datang.

    Isi pengarahan ini adalah :

    Khusus untuk tamu - Menjelaskan komitmen MPI dalam menerapkan K3. - Menjelaskan jalur yang harus dilaluinya ke tempat tujuan - Menjelaskan jalur evakuasi jika ada keadaan darurat - Menjelaskan tentang keharusan menggunakan APD yang sesuai.

    Penjelasan dapat dibuat dalam bentuk tulisan yang ditunjukan kepada tamu.

    Tamu harus membubuhkan tanda tangannya dibuku tamu sebagi bukti telah

    mengetahui penjelasan tersebut.

  • PROSEDUR KESELAMATAN DAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA

    MPI-KKLKP-01 Rev : 06 Tgl : 25-08-2014 Hal 24 dari 30

    ME HVAC

    Khusus untuk pekerja - Menjelaskan tentang Tata Tertib Proyek - Menjelaskan tentang arti rambu-rambu - Menjelaskan tentang pemakaian APD yang sesuai .

    Penjelasan dapat dibuat dalam bentuk tulisan pada sebuah papan yang

    ditunjukan dan dijelaskan kepada setiap pekerja.

    Dan pekerja yang telah di berikan induction harus menandatangani pernyataan

    telah mengikuti induction (Form K3-02). Hal ini harus dilakukan setiap ada

    pekerjanya yang baru.

    3.3.5 LAPORAN HARIAN

    a. Setiap bentuk kejadian / kecelakaan harus dicatat dalam Laporan Harian

    (Form MPI-K3-07) dengan klasifikasi sebagai berikut :

    1. Nearmiss :

    Nyaris Terjadi Kecelakaan (Nearmiss) : yaitu adanya suatu situasi yang nyaris mendatangkan kecelakaan, namun tidak mengakibatkan adanya korban

    (manusia) cidera maupun kerugian karena kerusakan property / asset

    (barang/material/peralatan).

    2. Kecelakaan dengan cedera :

    First aid / P3K : yaitu korban (manusia) kecelakaan mengalami cedera ringan yang dapat diobati / dipulihkan ditempat dengan P3K, sehingga korban dapat

    segera bekerja kembali. Dalam hal ini tidak ada perhitungan kehilangan jam

    kerja.

    Medical treatment / pengobatan : yaitu korban kecelakaan mengalami cedera yang memerlukan pengobatan oleh tenaga medis (dokter), kemudian korban

    dinyatakan dapat segera bekerja kembali dan tidak cacat. Dalam hal ini tidak

    ada perhitungan kehilangan jam kerja.

    Loss time injury : yaitu korban kecelakaan mengalami cedera yang memerlukan perawatan medis lebih dari 1 hari (1x24 jam) dan tidak

    mengalami cacat permanen. Dalam hal ini perhitungan kehilangan jam kerja

    dimulai pada hari ke 3 (tiga) perawatan.

    Partial disability : yaitu korban kecelakaan mengalami cedera yang memerlukan perawatan medis, dimana korban tidak mengalami kehilangan

    anggota tubuhnya tetapi mengalami disfungsi / cacat permanen. (Contoh :

    korban cidera pada jari tangannya, dimana jari tangan tetap utuh namun

    terjadi cacat/disfungsi seperti tidak bisa ditekuk dll). Dalam hal ini kehilangan

    jam kerja dihitung mengikuti tabel Perhitungan Kehilangan Jam Kerja (lihat

    lampiran)

  • PROSEDUR KESELAMATAN DAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA

    MPI-KKLKP-01 Rev : 06 Tgl : 25-08-2014 Hal 25 dari 30

    ME HVAC

    3. Kecelakaan Fatal

    Permanent disability : yaitu kecelakaan yang mengakibatkan adanya korban (manusia) cedera, dimana korban mengalami kehilangan anggota tubuhnya.

    (Contoh : korban mengalami putus jari tangannya, walaupun hanya sebagian).

    Dalam hal ini Kehilangan Jam Kerja dihitung mengikut tabel

    Meninggal : yaitu kecelakaan yang mengakibatkan adanya korban (manusia) meninggal baik langsung setelah kecelakaan maupun setelah menjalani

    pengobatan / perawatan dalam kurun waktu 30 hari. Dalam hal ini Kehilangan

    jam kerja (loss time) dihitung 6000 jam.

    4. Property / Asset Damage

    yaitu kerusakan property / asset seperti peralatan, material, barang-barang yang

    berharga akibat dari suatu kecelakaan, yang mengakibatkan adanya kerugian.

    Property/asset damage dapat terjadi bersamaan dengan kecelakaan dengan

    cidera maupun kecelakaan fatal.

    b. Untuk setiap kecelakaan yang mengakibatkan adanya kehilangan jam kerja atau property/asset damage, maka harus diinformasikan dalam waktu 1x24 jam kepada :

    Direksi (masing-masing Bagian / Proyek)

    Kabag Safety

    Pimpinan Perusahaan Subkontraktor (jika korban adalah pekerja subkontraktor)

    c. Kecelakaan Kerja yang termasuk dalam Kecelakaan Fatal harus dilaporkan ke Depnakertrans dalam waktu 2x24 jam.

    e. Investigasi dan Penyelesaian atas korban kecelakaan harus dituntaskan secepatnya

    dan sesuai dengan peraturan yang berlaku untuk menjamin tidak ada lagi

    tuntutan/masalah dari pihak korban di kemudian hari.

    f. Laporan Kecelakaan, Investigasi & Penyelesaiaan (Form MPI K3-08, Laporan

    Kecelakaan, Investigasi & Penyelesaian) yang telah diisi lengkap setelah

    keseluruhan proses penyelesaiannya tuntas diselesaikan, harus dikirim ke Bagian

    Safety (Kantor Pusat) .

    3.3.6 LAPORAN KECELAKAAN, INVESTIGASI & PENYELESAIAN

    a. Untuk kecelakaan dengan jenis berikut :

    - Loss time injury

    - partial disability

    - permanent disability

    - meninggal

  • PROSEDUR KESELAMATAN DAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA

    MPI-KKLKP-01 Rev : 06 Tgl : 25-08-2014 Hal 26 dari 30

    ME HVAC

    - property /asset damage

    maka harus dibuatkan laporannya berikut hasil investigasi, rekomendasi sampai

    dengan peyelesaiannya (Gunakan Form MPI-K3-07 , Laporan Kecelakaan,

    Investigasi & Penyelesaian).

    b. Khusus kecelakaan dengan jenis Nearmiss, P3K / First Aid dan Medical Treatment

    tidak perlu dilakukan sebagaimana no. a diatas

    4.4 PROSEDUR K3 KHUSUS di PROYEK

    4.4.1. PERENCANAAN PROSEDUR K3

    a. Proyek harus membuat Perencanaan K3 (Safety Plan) dan Target K3 (sesuai target yang ditentukan Perusahaan) sebelum pekerjaan fisik dimulai.

    b. Perencanaan K3 harus meliputi (namun tidak terbatas pada) hal-hal berikut :

    Jenis-jenis pekerjaan yang mempunyai resiko berbahaya, serta cara pencegahannya JSA (gunakan Form K3-01, Identifikasi Masalah K3 / JSA).

    Organisasi Tim Tanggap Darurat

    Program dan jadwal training/ pelatihan K3 dan simulasi tanggap darurat

    Penempatan informasi-informasi penting pada pos-pos Safety & Security, antara lain :

    - Peraturan K3 didaerah / kawasan setempat (bila ada) - Denah proyek lengkap dengan jalan masuk & keluar proyek, posisi fasilitas

    K3 dan fasilitas untuk evakuasi.

    - Alamat dan nomor telepon Poliklinik/Rumah Sakit terdekat. - Alamat dan nomor telepon Kantor Dinas Pemadam Kebakaran setempat. - Alamat dan nomor telepon Kantor Polisi terdekat

    c. Sebagai kelengkapan Perencanaan K3, juga harus dilengkapi dengan dokumen-dokumen yang ditentukan dalam Peraturan Pemerintah seperti :

    Dokumen pendaftaran proyek pada Kantor Jamsostek (setempat)

    Dokumen pendaftaran proyek pada Kantor Depnaker (setempat)

    Surat pemberitahuan keberadaan proyek pada institusi-institusi terkait yang diperlukan.

    4.4.2 FASILITAS P3K.

    a. Fasilitas P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan) yang paling minimal di

    proyek adalah :

    1 (satu) personel yang memahami prosedur/cara cara melakukan pertolongan pertama pada kecelakaan.

    Kotak obat P3K (isi dari kotak P3K dapat dilihat pada dokumen Standard K3

    Tandu b. Khusus untuk proyek besar dan beresiko tinggi, maka fasilitas P3K harus

    ditingkatkan sesuai dengan kondisi proyek, misal :

    Klinik

    Kerjasama dengan Rumah Sakit terdekat.

  • PROSEDUR KESELAMATAN DAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA

    MPI-KKLKP-01 Rev : 06 Tgl : 25-08-2014 Hal 27 dari 30

    ME HVAC

    4.4.3 TANGGUNG JAWAB SUBKONTRAKTOR DALAM K3.

    a. Setiap Subkontraktor harus melengkapi metode pelaksanaan pekerjaannya dengan Perencanaan Keselamatan Kerja, dan dipresentasikan kepada Tim Proyek

    (bersamaan dengan presentasi metode pelaksanaan & mutu Safety Officer MPI

    harus mengarahkan presentasi ini agar berdasarkan Perencanaan Keselamatan Kerja

    yang dibuat Subkontraktor , Safety Officer MPI mendapat masukan dan meninjau

    kembali Analisis Masalah K3 - JSA dan menyesuaikannya (menambah / merubah)

    bilamana diperlukan.

    b. Setiap Subkontraktor khususnya yang mempunyai pekerjaan skala besar atau mempunyai resiko pekerjaan yang berbahaya diharuskan melengkapi tim-nya

    dengan personil safety dengan jumlah yang memadai, yang bertugas dibawah

    koordinasi Safety Officer MPI

    4.4.4 PENERAPAN STANDARD K3

    a. Safety Officer dan Safety Supervisor bertanggung jawab menerapkan ketentuan-

    ketentuan yang ada di dalam Standard K3 secara konsisten dalam usaha mencapai

    Zero Accident (Nihil Kecelakaan).

    b. Safety Officer harus memastikan bahwa Rambu-rambu Peringatan telah dipasang

    secara memadai (jenis, jumlah, penempatan, selalu dalam kodisi layak) dan

    memenuhi ketentuan Standard K3

    b. Safety Officer harus memastikan bahwa setiap orang yang berada didalam proyek menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) yang tepat (jenis, cara pemakaian, dalam

    kondisi layak) sesuai ketentuan Standard K3.

    c. Safety Officer harus memastikan bahwa Alat Pengaman Kerja (APK) telah

    dipasang secara memadai (jenis, jumlah, , penempatan, selalu dalam kondisi layak)

    dan memenuhi ketentuan Standard K3.

    b. Safety Officer / Safety Supervisor harus memastikan bahwa setiap peralatan (Scaffolding, mesin listrik, dll) yang dalam keadaan rusak / tidak layak digunakan /

    dalam perbaikan, telah diberi / dipasang tanda / label (tag) yang

    mengidentifikasikan status bahwa peralatan tersebut tidak boleh digunakan / tidak

    boleh dinyalakan.

    Pencabutan tanda / label status tsb diatas, harus seijin dan dilakukan oleh Safety

    Officer / Safety Supervisor

    4.4.5 SURAT IJIN BEKERJA.

    a. Untuk pekerjaan yang diidentifikasikan sebagai beresiko (yang telah dituangkan pada Form MPI-K3-01), dan pekerjaan tertentu lainnya yang mengandung

    resiko kecelakaan, bekerja dihari libur atau bekerja diluar jam kerja yang

    ditentukan (ekstra lembur dimana pengawasan sudah tidak ada atau minim, atau

    tidak ada Safety Supervisor yang bertugas) , maka untuk bekerja dengan kondisi /

  • PROSEDUR KESELAMATAN DAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA

    MPI-KKLKP-01 Rev : 06 Tgl : 25-08-2014 Hal 28 dari 30

    ME HVAC

    situasi tersebut hanya dapat dilakukan setelah Safety Officer memberikan Surat Ijin

    Bekerja (Form K3-05).

    b. Untuk kemudahan pengawasan, maka copy dari Surat Ijin Bekerja dapat (sebaiknya) ditempel pada area dimana pekerjaan tersebut dilakukan

    c. Jika ada pekerjaan yang dianggap berbahaya yang tidak dilengkapi dengan surat Ijin Kerja, maka personil safety dilapangan berhak memberhentikan pekerjaan

    tersebut, sampai dianggap telah memenuhi standar keselamatan yang ada di MPI.

    d. Jenis-jenis pekerjaan yang dimaksud mengandung resiko kecelakaan adalah : - Pasang / bongkar /merubah scaffolding (dalam jumlah banyak dan tinggi) - Pekerjaan pengelasan (hot work) - Confine space entry( masuk ruang terbatas ) - Pekerjaan yang berhubungan dengan radiasi ( x-ray,dll) - Pemindahan alat-alat berat - Pekerjaan pengangkatan beban yang berat (critical lifting) - Pekerjaan menggunakan ramset - Pekerjaan menggunakan kerek/katrol/tuckle di ketinggian lebih dari 2 meter) - Bekerja lembur

    e. Surat Ijin Bekerja yang dikeluarkan harus jelas dan tegas menyatakan mulai dan berakhirnya ijin diberikan.

    f. Setiap lembar Surat Ijin Bekerja hanya berlaku hanya untuk 1 (satu) hari kerja, dan diterbitkan harus pada hari yang sama dimana pekerjaan dilaksanakan.

    g. Setiap mandor / subkontraktor / internal MPI yang tidak mengindahkan ketentuan Ijin Bekerja harus diberikan Surat Peringatan.

    4.4.6 TOOL BOX MEETING

    a. Setiap proyek harus melaksanakan Tool Box Meeting

    b. Tool Box Meeting merupakan pengarahan tentang K3 yang ditujukan kepada para pekerja dan personal yang akan berada di area kerja, dan minimal diikuti /

    dihadiri oleh para kepala regu pekerja, mandor, para pengawas (tingkat Pelaksana)

    dan Site Manager baik dari internal MPI maupun subkontraktor.

    c. Pengarahan ini dilakukan pada pagi hari sebelum pekerjaan dimulai. (kurang lebih selama 10-15 menit)

    d. Materi Pengarahan antara lain mengenai (namun tidak terbatas pada) hal-hal sebagai berikut :

    - Potensi bahaya dari pekerjaan yang akan dilakukan pada hari itu dan tindakan pencegahannya

    - Kondisi pada hari itu yang perlu diperhatikan (misal : hujan, licin, lintasan-lintasan yang harus dihindari, dll)

    - Tata tertib yang perlu dipertegas lagi.

  • PROSEDUR KESELAMATAN DAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA

    MPI-KKLKP-01 Rev : 06 Tgl : 25-08-2014 Hal 29 dari 30

    ME HVAC

    - Imformasi kejadian yang sering terjadi di lapangan. - Material handling untuk mencegah kecelakaan / cedera

    e. Frekwensi dilakukannya Tool Box Meeting adalah minimal satu kali seminggu selama masa proyek berlangsung. Pada tahap dimana pelaksanaan pekerjaan

    sangat banyak mengandung resiko kecelakaan, maka Tool Box Meeting harus

    disesuaikan dengan melakukan lebih dari (satu) kali seminggu.

    f. Topik dan pembicara pada setiap Tool Box Meeting, disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan proyek.

    g. Cara pelaksanaan Tool Box Meeting disesuaikan dengan kondisi proyek (misal : per-area kerja, per-disiplin pekerjaan, dll).

    4.4.7 SAFETY INSPECTION / INSPEKSI K3

    a. Inspeksi K3 dilakukan secara bersama oleh PM, SM, Safety Officer dari MPI dan subkontraktor, dan juga pihak lain bila diperlukan (seperti : MK, NSC) dengan

    tujuan menjaga konsistensi penerapan standard K3, dan meliputi seluruh area

    proyek.

    b. Waktu dan frekwensi pelaksanaan inspeksi disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi proyek. Pada masa dimana kegiatan pekerjaan sangat tinggi, kompleks,

    dan melibatkan banyak pekerja, peralatan dan material, maka inspeksi harus

    dilakukan minimal 1 kali setiap minggu.

    c. Hal hal yang diperiksa saat melakukan inspeksi adalah sesuai dengan Standar K3 sebagaimana check-list yang tercantum pada Laporan Inspeksi (Form MPI-K3-

    04).

    d. Safety Officer harus membuat Laporan Inspeksi dan Laporan Ketidaksesuaian K3 harus mendistribusikannya kepada pihak pihak yang harus menindaklanjutinya

    paling lambat 60 menit setelah inspeksi selesai dilaksanakan.

    e. Safety Officer harus memberikan peringatan dan menghentikan pekerjaan sementara bila perbaikan belum / tidak dilakukan sesuai target yang sudah

    direncanakan.

    4.4.8 SAFETY PATROL

    a. Safety Patrol dilakukan oleh Safety Supervisor yang meliputi seluruh area kerja , dan terhadap area dimana ada pekerjaan yang telah diidentifikasikan mempunyai

    potensi kecelakaan harus diberikan perhatian yang lebih.

    b. Bilamana ditemukan keadaan yang berbahaya, maka Safety Supervisor harus segera / langsung memberikan perintah secara lisan ditempat untuk menghentikan

  • PROSEDUR KESELAMATAN DAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA

    MPI-KKLKP-01 Rev : 06 Tgl : 25-08-2014 Hal 30 dari 30

    ME HVAC

    pekerjaan. Bilamana potensi bahaya bisa langsung diatasi / diperbaiki dalam waktu

    yang singkat, maka Safety Supervisor harus menunggu dan mengawasi perbaikan

    tersebut sampai selesai, untuk kemudian mengijinkan pekerjaan dilanjutkan.

    Namun bilamana perbaikan tidak dapat dilakukan dalam waktu singkat, maka

    Safety Supervisor setelah memberikan perintah lisan pekerjaan dihentikan,

    selanjutnya meneruskan dengan proses pembuatan Laporan Ketidaksesuaian (Form

    MPI-K3-05) dan bilamana perlu berikut Surat Peringatan (Form MPI-K3-06).

    c. Bilamana ditemukan pekerjaan berbahaya yang dilakukan tanpa Surat Ijin Bekerja yang berlaku, maka Safety Supervisor harus memberikan perintah lisan ditempat

    untuk menghentikan pekerjaan, dan selanjutnya meneruskan dengan proses

    pembuatan Laporan Ketidaksesuaian (Form MPI-K3-05) dan bilamana perlu

    berikut Surat Peringatan (Form MPI- K3-06).

    4.4.9 SAFETY TALK

    a. Safety Talk diperuntukan khusus internal personil safety dan harus diikuti oleh semua personil safety yang ada di proyek ( personil safety MPI maupun

    subkontraktor).

    b. Safety Talk merupakan media untuk membahas dan mengkaji kembali pekerjaan yang telah dilakukan pada hari kemarin atau hasil dari safety patrol dan membahas

    pekerjaan yang akan dilakukan pada hari ini terutama masalah Analisa Resiko

    Kerja (JSA) dan observasi resiko kecelakaan kerja ( Safety Training Observation

    Program/STOP)

    c. Safety Talk dilakukan pada pagi hari (kurang lebih 10-15 menit) dan dipimpin oleh Safety Officer .

    4.4.10 SURAT PERINGATAN

    a. Safety Officer harus menerbitkan Surat Peringatan (Form K3-06) untuk hal-hal

    sebagai berikut :

    Ditemukan adanya keteledoran / kelalaian yang mengakibatkan suatu keadaan yang tidak aman atau suatu tindakan yang tidak aman pada resiko

    tingkat medium sampai tinggi, atau mengakibatkan nyaris terjadi

    kecelakaan

    Penyimpangan serius dari Prosedur atau Standard K3

    Pelanggaran tata tertib proyek yang serius

  • PROSEDUR KESELAMATAN DAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA

    MPI-KKLKP-01 Rev : 06 Tgl : 25-08-2014 Hal 31 dari 30

    ME HVAC

    b. Khusus untuk kondisi / tindakan / penyimpangan yang dipandang

    berbahaya/sangat berbahaya, maka Safety Officer/Supervisor harus terlebih

    dahulu memberikan instruksi lisan menghentikan kegiatan pekerjaan bermasalah

    tersebut, dan kemudian segera menerbitkan Surat Peringatan:

    Penerima Surat Peringatan harus mengembalikan Form K3-06 tsb yang telah diisi jawaban pada bagian tindakan perbaikan, dalam waktu paling lambat 24

    jam sejak Surat Peringatan diterima (penerima surat peringatan supaya

    membuat copy untuk arsipnya sendiri).

    Setelah menerima laporan bahwa ketidaksesuaian/ penyimpangan telah diperbaiki, Safety Officer / Safety Supervisor harus segera memeriksa hasilnya.

    Safety Officer harus membuat arsip Form K3-06 pada setiap tahap proses (dari sejak Surat Peringatan diterbitkan sampai dengan rekomendasi diberikan ).

    Jika Surat Peringatan telah diberikan dua kali berturut-turut kepada subkontraktor yang sama dengan kasus yang sama (berulang), maka Surat

    Peringatan ketiga ditembusankan juga kepada pimpinan perusahaan tersebut

    dan diberitahukan sangsi yang akan diberlakukan bila masalah yang sama

    masih terjadi lagi.

    4.4.11 RAPAT KOORDINASI K3

    a. Minimal satu kali dalam satu minggu (atau sesuai perkembangan kondisi proyek)

    harus dilakukan Rapat Koordinasi K3

    b. Rapat Koordinasi K3 dapat / boleh digabung dengan rapat Koordinasi Pelaksanaan, asalkan materi yang dibahas tercatat jelas dalam notulen rapat.

    Materi yang dibahas antara lain :

    Ringkasan laporan jumlah kecelakaan yang terjadi dan langkah perbaikannya

    Masalah-masalah yang mungkin akan terjadi dan tindakan pencegahannya.

    4.4.12 KESEHATAN KERJA.

    a. Pekerja yang kondisinya secara visual telah terlihat tidak dapat melakukan tugasnya dengan baik (misal : fisiknya tidak cocok, mengantuk berat, mabuk)

    maka harus tidak diijinkan bekerja atau diberhentikan dari pekerjaannya.

    b. Pekerja dibawah usia tujuh belas tahun (17 th ) dilarang bekerja di proyek.

    c. Material berlabel bahaya / peringatan perlu penanganan khusus, maka peringatan tsb harus dibuatkan dengan skala yang besar dan ditempel di area kerja.

    d. Setiap dilakukan penanganan P3K terhadap seseorang termasuk yang sekecil apapun (misal : hanya memberikan obat merah) dan juga setiap pemberian obat

    bukan karena kecelakaan (misal : memberikan obat pusing, dll), maka harus

    dicatat dalam Catatan Pengobatan Form No. K3-09

  • PROSEDUR KESELAMATAN DAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA

    MPI-KKLKP-01 Rev : 06 Tgl : 25-08-2014 Hal 32 dari 30

    ME HVAC

    e. Tim proyek (PM, SM, Safety, GA) harus mengendalikan sumber air minum, sanitasi, penerangan kerja, pemilihan & penempatan alat-alat kerja, lay-out

    ruangan, ventilasi ruang kerja, kelembaban ruang kerja, tingkat kebisingan, agar

    supaya hal-hal tersebut tidak mengakibatkan gangguan kesehatan bagi pengguna-

    nya.

    f. Safety Officer harus mencatat data secara jelas setiap adanya laporan sakit yang bukan karena kecelakaan kerja yang dialami baik pekerja maupun karyawan

    (Form MPI-K3-09), sehingga dari data-data tersebut secara berkala bisa dianalisa

    apakah terjadi kecendrungan (trend) sakit tertentu yang terkait dengan keadaan

    lingkungan kerja, untuk kemudian dapat diambil langkah-langkah tindak lanjut

    pencegahannya

    4.4.13 LAPORAN BULANAN.

    a. Safety Officer masing-masing proyek harus membuat Laporan Bulanan (Form

    MPI-K3-10)

    b. Laporan bulanan ini dikirimkan kepada Safety Manager di Kantor Pusat, paling lambat tanggal 03 di awal bulan

    a. Pada akhir proyek, maka Laporan Bulanan yang terakhir juga harus dilengkapi dengan keterangan kasus-kasus yang masih dalam proses penyelesaian (bila ada).

    5. FORM YANG DIGUNAKAN

    1. Form MPI-K3-01 Analisa masalah K3(JSA) (rev.04)

    2. Form MPI-K3-02 Laporan Induction K3

    3. Form MPI-K3-03 Ijin Bekerja K3 (rev.01)

    4. Form MPI-K3-04 Laporan Inspeksi K3

    5. Form MPI-K3-05 Laporan Ketidak Sesuian K3 (rev.01)

    6. Form MPI-K3-06 Surat Peringatan K3

    7. Form MPI-K3-07 Laporan Harian K3

    8. Form MPI-K3-08 Laporan Kecelakaan dan ivestigasi Penyelesaian K3

    9. Form MPI-K3-09 Laporan Kecelakaan dan Pengobatan

    10. Form MPI-K3-10 Laporan Bulanan

  • PROSEDUR KESELAMATAN DAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA

    ME HVAC

    Lampiran A. Riwayat Perubahan Dokumen

    No. Revisi Tanggal Bagian Uraian Revisi Disetujui Oleh 01

    02

    03

    04

    05

    09 des 09

    18 nov 10

    23des 10

    15maret13

    18 April 13

    BAB III

    4.1.c

    Lampiran A

    BAB IV

    5

    Lampiran A

    5

    Lampiran A

    BAB IV

    4.1.c

    Lampiran A

    Bab V

    Lampiran A

    Bab IV

    4.1

    Bab III

    Lampiran A

    Bab IV

    4.3.1 b

    4.3.1 c

    4.3.1 i

    Lampiran A

    Bab I

    1.3

    1.4

    Bab III

    Bab V

    Bab VI

    6.1 ( c )

    Perubahan Kebijakan Mutu dan K3

    Penambahan keterangan cara update

    Penambahan Lampiran A Riwayat

    perubahan Dokumen

    Penambahan kolom pada JSA tentang

    Rutin dan tidak rutin

    Perubahan ijin kerja pada no.2

    Penambahan kolom review

    Penambahan Lampiran A riwayat

    Perubahan Dokumen

    Penambahan unsur kebiasaan manusia

    Di form JSA

    Perubahan masa waktu memastikan

    Peraturan K3 dari 6 bulan menjadi 1

    tahun sekali dalam meng update

    Perubahan kolom evaluasi dirubah

    menjadi kolom Plan .

    Penambahan web site dalam meng update

    Peraturan K3 : http//bukukuning &

    www.pu.com

    Penambahan Kalimat Pada Kebijakan :

    Selalu berusaha mencegah cidera / sakit

    akibat kerja

    Penambahan kata ( dari dalam / luar area

    kerja )

    Penambahan kata peralatan

    Penambahan kata dan mengikuti hirarki :

    1. Eliminasi

    2. Subtitusi

    3. Disign Enginner

    4. Administrasi

    5. APD ( Alat Pelindung Diri )

    Penambahan Definisi P2K3

    Penambahan Pernaker No.04/MEN/1987

    Pasal 4 ( 1 )

    Penambahan Tugas dan Tanggung jawab

    P2K3

    Penambahan Fungsi dari P2K3

    Penambahan website dalam mengupdate

    Peraturan K3 :

    http//bukukuning ,www.pu.com dan

    hukumonline.com

    http://www.pu.com/http://www.pu.com/
  • PROSEDUR KESELAMATAN DAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA

    ME HVAC

    Bab VI

    6.3.1 ( 2 )

    Perubahan warna merah H10 pada tabel

    Dirubah warna kuning M10

    Perubahan tabel controlpun sama yang

    awal warna merah H10 berubah menjadi

    warna kuning M10

  • PROSEDUR KESELAMATAN DAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA

    ME HVAC