Upload
shirli-gumilang
View
360
Download
12
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Proposal Skripsi
Citation preview
HUBUNGAN ANTARA APERSEPSI DENGAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS DI KELAS V SD NEGERI PERUMNAS 2
KECAMATAN CIPEDES KOTA TASIKMALAYA
PROPOSAL
Untuk persyaratan penelitian dan penulisan skripsidalam rangka penyelesaian studi Program S1 PGSD
Oleh
MUH. SHIRLI GUMILANG0804719
Kepada
Tim Pembimbing Penulisan SkripsiProgram Studi S1 PGSD
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KAMPUS TASIKMALAYA
2012
Halaman Pengesahan Proposal Skripsi
MUH. SHIRLI GUMILANGNIM 0804719
HUBUNGAN ANTARA APERSEPSI DENGAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS DI KELAS V SD NEGERI PERUMNAS 2
KECAMATAN CIPEDES KOTA TASIKMALAYA
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEHPEMBIMBING :
Pembimbing I,
Drs. H. Sadjaruddin Nurdin, M.Pd.NIP 19510503 197603 1 003
Pembimbing II,
Dra. Hj. Momoh Halimah, M.Pd.NIP 19530706 197403 2 001
MengetahuiKetua Program Studi PGSDUPI Kampus Tasikmalaya,
Drs. Rustono W.S., M.Pd.NIP 19520628 198103 1 001
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
A. JUDUL.......................................................................................................... 1
B. LATAR BELAKANG MASALAH.............................................................. 1
C. IDENTIFIKASI DAN PERUMUSAN MASALAH.................................... 3
D. TUJUAN PENELITIAN............................................................................... 4
E. MANFAAT PENELITIAN........................................................................... 4
F. LANDASAN TEORI.................................................................................... 5
G. KERANGKA BERFIKIR............................................................................. 10
H. ANGGAPAN DASAR.................................................................................. 10
I. HIPOTESIS TINDAKAN............................................................................. 11
J. METODE PENELITIAN.............................................................................. 11
K. DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 20
iii
1
A. JUDUL
HUBUNGAN ANTARA APERSEPSI DENGAN HASIL BELAJAR SISWA
PADA PEMBELAJARAN IPS DI KELAS V SD NEGERI PERUMNAS 2
KECAMATAN CIPEDES KOTA TASIKMALAYA
B. LATAR BELAKANG MASALAH
Pembelajaran tidak dapat dipisahkan antara pengetahuan awal siswa dengan
materi ajar atau bahan pelajaran yang akan diberikan. Untuk memulai pelajaran
baru sebagai batu loncatan, maka guru seharusnya berusaha menghubungkan
terlebih dahulu bahan pelajaran yang akan diberikan dengan bahan pelajaran yang
telah dikuasai oleh siswa berupa pengetahuan awal yang telah diketahui dari
pelajaran yang sebelumnya atau dari pengalaman siswa. Usaha guru untuk
menghubungkan bahan pelajaran baru dengan pengetahuan awal siswa, itulah
yang dimaksud dengan apersepsi. Tujuan dari apersepsi adalah untuk membentuk
pemahaman siswa sebagaimana menurut pendapat Nurhasnawati (Zahra, 2011)
yang menjelaskan bahwa:
Apersepsi bertujuan untuk membentuk pemahaman. Seperti yang dikutip di dalam bukunya yang berjudul Strategi Pengajaran Mikro yakni, jika guru akan mengajarkan materi pelajaran yang baru, maka terlebih dahulu perlu dihubungkan dengan hal-hal yang telah dikuasai siswa atau mengaitkannya dengan pengalaman siswa serta sesuai dengan kebutuhan untuk mempermudah pemahaman dalam menerima bahan pelajaran yang baru.
Keberhasilan pembelajaran dan ketercapaian tujuan akhir pembelajaran yang
telah ditetapkan akan sangat dipengaruhi oleh kegiatan awal pembelajaran yang
dilakukan guru. Fungsi dari kegiatan awal pembelajaran adalah untuk
2
menciptakan awal pembelajaran yang efektif sehingga siswa siap secara penuh
untuk mengikuti kegiatan inti pembelajaran.
Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang relatif tetep, proses
perubahan ini tidak terjadi sekaligus tetapi terjadi secara bertahap tergantung pada
faktor intern dan faktor ekstern siswa. Hal tersebut sesuai dengan pendapat
Suryabrata (Anggraeni, 2010:22) menjelaskan bahwa:
Terdapat dua faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar seseorang yakni pertama, faktor eksternal yaitu faktor luar individu yang dibagi menjadi dua antara lain: (1) faktor sosial meliputi manusia lain baik hadir secara langsung atau tidak langsung, (2) faktor non sosial yang meliputi keadaan udara, suhu udara, cuaca, waktu, tempat belajar, dan lain-lain; kedua, faktor internal yaitu faktor dari dalam diri individu yang dibagi menjadi dua: (1) faktor fisiologis meliputi keadaan jasmani dan keadaan fungsi-fungsi fisiologis, (2) faktor psikologis yang meliputi minat, kecerdasan, dan persepsi.
Berdasarkan observasi yang dilaksanakan di SD Negeri Perumnas 2
Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya bahwa apersepsi yang dilakukan guru pada
tahap awal pembelajaran pada umumnya dianggap hal yang kecil, dan
kecenderungan tidak dilaksanakan. Hal ini menjadi sangat fatal, dan akibatnya
ketika siswa dihadapkan pada permasalahan inti dalam pembelajaran.
Ketidakbisaan siswa dalam menyelesaikan masalah atau dalam proses
menemukan konsep ternyata sangat dipengaruhi oleh ketidakmatangan sewaktu
apersepsi, yang akhirnya tujuan dari pembelajaran itu tidak tercapai.
Sehubungan dengan pernyataan tersebut, peneliti termotivasi untuk
melaksanakan penelitian dan berharap penelitian ini dapat menambah khazanah
ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan. Adapun judul dari penelitian ini yaitu
hubungan antara apersepsi dengan hasil belajar siswa pada pembelajran IPS di
kelas V SD Negeri Perumnas 2 Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya.
3
C. IDENTIFIKASI DAN PERUMUSAN MASALAH
1. Idetifikasi Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah, maka peneliti dapat
mengidentifikasi permasalahan, diantaranya:
a. Berdasarkan tuntutan keprofesionalan, guru harus memiliki delapan
keterampilan mengajar salah satunya adalah membuka dan menutup
pelajaran. Berkaitan dengan keterampilan membuka pelajaran, guru harus
memiliki kompetensi dalam memberikan apersepsi.
b. Keterampilan guru dalam membuka pelajaran kurang memperhatikan
apersepsi pembelajaran dan motivasi belajar siswa.
c. Sarana dan prasarana sekolah yang memadai tidak teroptimalkan dalam
menunjang aktivitas pembelajaran.
d. Interaksi pada pembelajaran IPS hanya bersifat satu arah. Kecenderungan
guru tidak memfasilitasi siswa untuk menjadi subjek belajar, dengan kata
lain guru tidak menciptakan kondisi belajar yang kondusif.
2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dala penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana pelaksanaan apersepsi pada pembelajaran IPS di Kelas V SD
Negeri Perumnas 2 Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya?
b. Bagaimana hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS di Kelas V SD
Negeri Perumnas 2 Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya?
c. Bagaimana hubungan antara apersepsi dengan hasil belajar siswa pada
pembelajaran IPS di Kelas V SD Negeri Perumnas 2 Kecamatan Cipedes
Kota Tasikmalaya?
4
D. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan identifikasi dan rumusan masalah yang ada, maka tujuan dari
penelitian ini adalah :
1. Mengidentifikasi secara objektif dan faktual tentang pelaksanaan apersepsi
pada pembelajaran IPS di Kelas V SD Negeri Perumnas 2 Kecamatan
Cipedes Kota Tasikmalaya.
2. Mengidentifikasi secara objektif dan faktual tentang hasil belajar siswa
pada pembelajaran IPS di Kelas V SD Negeri Perumnas 2 Kecamatan
Cipedes Kota Tasikmalaya.
3. Mengidentifikasi secara objektif dan faktual tentang hubungan antara
apersepsi dengan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS di Kelas V SD
Negeri Perumnas 2 Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya.
E. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoritis
Melalui kegiatan penelitian ini dapat menambah dan mengembangkan ilmu
pengetahuan dan memperkaya hasil penelitian yang telah ada serta memberi
gambaran mengenai hubungan antara apersepsi dengan hasil belajar siswa pada
pembelajaran IPS di SD.
2. Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan
sebagai bahan masukan yang positif, sehingga pendidik dapat
mengarahkan dan mengembangkan kegiatan apersepsi pembelajaran.
5
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi untuk
menambah wawasan tentang apersepsi pada pembelajaran IPS di Kelas V.
3. Manfaat Kelembagaan
Secara kelembagaan adalah memberikan sumbangan ilmiah agar sekolah
selalu memberikan kesempatan kepada guru dan siswa untuk kreatif sehingga
dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPS.
F. LANDASAN TEORI
1. Apersepsi Pembelajaran
Keberhasilan proses pembelajaran dan ketercapaian tujuan akhir pembelajaran
yang telah ditetapkan akan sangat dipengaruhi oleh kegiatan awal pembelajaran
yang dilakukan guru. Fungsi dari kegiatan awal pembelajaran adalah untuk
menciptakan awal pembelajaran yang efektif sehingga siswa siap secara penuh
untuk mengikuti kegiatan inti pembelajaran.
Kegiatan awal pembelajaran adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk menyiapkan siswa yang langsung berkaitan dengan materi yang akan dibahas. Selain itu kegiatan awal dilaksanakan untuk membangkitkan motivasi dan perhatian siswa dalam mengikuti pembelajaran, menjelaskan kegiatan yang akan dilalui siswa, dan menunjukkan hubungan antara pengalaman anak dengan materi yang akan dipelajari. (Isman, 2007)
Salah satu cara untuk menarik perhatian siswa terhadap materi yang akan
dibahas adalah dengan membuat kaitan atau melaksanakan apersepsi. Siswa akan
tertarik dengan materi yang akan dipelajari apabila mereka melihat kaitan atau
hubungan dengan pengalaman mereka sebelumnya atau sesuai dengan minat dan
kebutuhan mereka. Ajukan pertanyaan tentang bahan pelajaran yang mempunyai
kaitan dan sudah dipelajari sebelumnya.
6
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud apersepsi adalah
pengamatan secara sadar (penghayatan) tentang segala sesuatu dalam jiwanya
(dirinya) sendiri yang menjadi dasar perbandingan serta landasan untuk menerima
ide-ide baru.
Apersepsi pembelajaran yang dilakukan guru dapat mempermudah siswa
dalam memehami bahan pelajaran, sesuai dengan pendapat (Sajidin, 2007) bahwa:
Apersepsi pembelajaran adalah menghubungan pelajaran lama dengan pelajaran baru, sebagai batu loncatan sejauh mana siswa mengusai pelajaran lama sehingga dengan mudah menyerap pelajaran baru. Disaat kita akan mengajar sebuah konsep apa saja pada siswa, guru sebaiknya memahami bahwa setiap siswa memiliki pengalaman, sikap dan kebiasaan yang berbeda, agar dapat menggali dan menghubungkan pengalaman, sikap dan kebiasaan siswa terhadap konsep yang akan kita ajarkan perlu kiranya kita kaitkan dengan apersepsi.
Guru sebelum melakukan apersepsi pembelajaran terlebih dahulu harus
mengetahui empat pilar pembentuk apersepsi pembelajaran.
1) Pilar pertama adalah menciptakan alfa zone, yaitu setelah bertatap muka dengan siswa, mulailah menuju kondisi awal yang menyenangkan. Kesiapan paling untuk memasukkan fakta dan informasi. Dalam keadaan ini, pergerakan dendrite otak sudah harmonis. Menciptakan alfa zone didapat melalui kegiatan games, cerita lucu, tebak-tebakan, musik, brain gym, dan serangkaian ice breaking lainnya yang tak harus ada hubungannya dengan materi yang akan diajarkan. Tak perlu semua ada. Salah satu saja. Mengingat pentingnya pengkondisian alfa zone yang diibaratkan seperti peluru, buatlah katalog ice breaking. Targetnya adalah siswa bisa tertarik.
2) Pilar ke-dua warmer, yaitu menghangatkan ingatan yang sudah lalu. Jika pertemuan itu bukan yang pertama, warmer dimaksukan sebagai pembentuk pengetahuan konstruktivisme, yakni membangun makna baru berdasar pengetahuan yang sudah dimiliki siswa.
3) Pilar ke-tiga pre-teach, yaitu hai ini yang sering dilupakan oleh Guru. Tidak heran kalau kondisi kelas kusut masai dan siswa tak terkondisi. Pre-teach ini memberi informasi secara manual, bagaimana aturan diberlakukan.
4) Pilar ke-empat adalah scene setting, kondisi inilah yang paling dekat dengan strategi. Sering pula disebut sebagai hook atau pengait menuju mata pelajaran inti. (Astuti, 2005)
7
2. Hasil Belajar
Hasil dapat diartikan sebagai sasuatu yang telah didapatkan dalam suatu karya
atau usaha yang telah dilakukan. Hasil belajar juga merupakan penguasaan
pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran yang
lazimnya ditunjukkan dengan tes angka nilai yang diberikan olehguru.
Menurut Hamalik (2002:155) “hasil belajar tampak sebagai terjadinya
perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur perubahan
pengetahuan, sikap, dan keterampilan.” Perubahan diartikan terjadinya
peningkatan dan pengembangan lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya,
misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap tidak sopan menjadi sopan.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:4-5) menjelaskan bahwa “dampak
pembelajaran adalah hasil yang dapat diukur seperti tertuang dalam raport, angka
dalam ijazah atau kemampuan meloncat setelah latihan.” Hasil belajar adalah
kemampuan yang diperoleh anak dari suatu interaksi dalam pembelajaran.
Hasil belajar sering dipergunakan dalam arti yang sangat luas yakni untuk
bermacam-macam aturan terhadap apa yang telah dikuasai oleh siswa, misalnya
ulangan harian, tugas-tugas pekerjaan rumah, tes lisan yang dilakukan selama
pelajaran berlangsung, dan tes akhir semester. Hasil belajar merupakan
pencapaian bentuk perubahan perilaku yang cenderung menetap dari ranah
kognitif, afektif, dan psikomotorik dari proses belajar.
Dari uraian tersebut, disimpulkan bahwa hasil belajar dapat diartrikan dengan
penguasaan pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan keterampilan (psikomotor)
oleh seorang siswa yang dikembangkan melalui mata pelajaran dan indikatornya
8
ditunjukkan dengan perolehan nilai tes yang diberikan oleh guru. Nilai tes ini
diperoleh siswa setelah mereka melaksanakan evaluasi pembelajaran.
Masing-masing tingkatan dalam setiap ranah atau domain menuntut
kemampuan atau kecakapan yang berbeda-beda dari setiap siswa untuk
memberikan respon terhadapnya. Semakin tinggi tingkatan yang dituntut semakin
tinggi pula tingkat kekomplekan jawaban atau respon yang dikehendaki.
Dari uraian-uraian di atas jelas bahwa suatu pembelajaran pada akhirnya akan
menghasilkan kemampuan siswa yang mencakup pengetahuan, sikap dan
keterampilan. Dalam arti bahwa perubahan kemampuan merupakan indikator
untuk mengetahui hasil belajar siswa. Dan dari beberapa pendapat di atas maka
dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah
ia menerima suatu pengetahuan yang berupa angka (nilai). Jadi aktivitas siswa
mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembelajaran, tanpa adanya
aktivitas siswa maka pembelajaran tidak akan berjalan dengan baik, akibatnya
hasil belajar yang dikuasai siswa rendah.
3. Hakikat Pembelajaran IPS
Dalam Kurikulum SD Tahun 2006 dijelaskan bahwa IPS merupakan salah satu
mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai
SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan
generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran
IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata
pelajaran IPS, siswa diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang
demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.
9
IPS ialah suatu program pendidikan yang merupakan suatu keseluruhan yang pada pokoknya mempersoalkan manusia dalam lingkungan fisik maupun lingkungan sosialnya. Bahan ajarnya dari berbagai ilmu sosial seperti geografi, sejarah, ekonomi, sosiologi, antropologi, dan tata negara.’ Nasution (Isjoni, 2007:21).
Bahan ajar yang digunakan untuk sekolah dasar ada dua macam yaitu
pengetahuan sosial dan sejarah. Hal tersebut sesuai dengan GBPP Tahun 1999,
menjelaskan bahwa IPS yang diajarkan di sekolah dasar terdiri dari dua bahan
kajian pokok, yaitu pengetahuan sosial dan sejarah. Bahan kajian pengetahuan
sosial mencakup antropologi, sosiologi, geografi, ekonomi, dan tata negara. Bahan
kajian sejarah meliputi perkembangan masyarakat Indonesia.
Sedangkan menurut Hasan (Isjoni, 2007:22) bahwa ‘pendidikan IPS dapat
diartikan sebagai pendidikan memperkenalkan konsep, generalisasi; teori, cara
berfikir, dan cara bekerja berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial.’ Pendidikan IPS
merupakan perwujudan dari suatu pendekatan interdisipliner dari ilmu sosial,
pendidikan IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial seperti
sosiologi, ekonomi, sejarah, dan sebagainya yang disajikan secara psikologis.
Berdasarkan Kurikulum SD Tahun 2004 menjelaskan bahwa “pengetahuan
sosial merupakan mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta,
konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial dan kewarganegaraan.”
IPS bukan disiplin ilmu tersendiri, melainkan merupakan kajian dari beberapa
konsep ilmu sosial itu diharapkan siswa dapat mengetahui masalah yang dialami
dalam kehidupan sehari-hari, misalnya saja masalah kenakalan remaja dapat dikaji
dari berbagai ilmu sosial yaitu ekonomi, sosiologi, psikologi sosial dan lain-lain.
Keterangan: = Garis hubungan
XApersepsi
YHasil Belajar
10
G. KERANGKA BERFIKIR
Dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu apersepsi sebagai variabel
bebas (Independent Variable) yang dilambangkan dengan X dan hasil belajar
siswa sebagai variabel terikat (Dependent Variable) yang dilambangkan dengan Y.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut:
H. ANGGAPAN DASAR
Menurut Arikunto (2006:65) “anggapan dasar merupakan titik tolak yang
kebenarannya diterima oleh penyelidik”. Adapun yang menjadi anggapan dasar
pada penelitian mengenai hubungan antara apersepsi dengan hasil belajar siswa di
Kelas V SD Negeri Perumnas 2 Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya, adalah:
Tahap awal pembelajaran adalah waktu yang paling penting, karena sangat
menentukan keseluruhan proses pembelajaran. Peranan guru pada awal
pembalajaran adalah untuk menciptakan kondisi yang menyenangkan dan
kondusif. Untuk menciptakan kondisi tersebut guru dapat melakukannya dengan
cara membangun apersepsi. Artinya, guru mencoba mengaitkan apa yang telah
diketahui atau di alami dengan apa yang akan dipelajari, sehingga siswa lebih
termotivasi untuk mengikuti pembelajaran.
11
Apersepsi yang dilakukan pada tahap awal pembelajaran pada umumnya
dianggap hal yang kecil, terkadang terlupakan. Namun demikian berdasarkan
fakta dilapangan banyak dijumpai menjadi sangat fatal akibatnya tatkala siswa
dihadapkan pada permasalahan inti dalam kegiatan belajar mengajar.
Ketidakbisaan siswa dalam menyelesaikan masalah atau dalam proses
menemukan konsep ternyata sangat dipengaruhi oleh ketidakmatangan sewaktu
apersepsi, yang akhirnya tujuan akhir dari pembelajaran itu tidak tercapai.
I. HIPOTESIS PENELITIAN
Nasution (dalam Ety Rochaety dkk, 2000:31) menyatakan bahwa hipotesis
adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang kebenaranya harus
diuji secara empiris. Adapun hipotesis pada penelitian ini adalah ada hubungan
antara apersepsi dengan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS di kelas V SD
Negeri Perumnas 2 Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya.
J. METODE PENELITIAN
1. Desain Penelitian
Menurut Abdurahman, dkk. (2011:13) bahwa “penelitian dapat diartikan
sebagai upaya atau kegiatan yang bertujuan untuk mencari jawaban yang sebenar-
benarnya.” Sedangkan desain penelitian adalah prosedur atau langkah-langkah
yang harus dilaksanakan oleh peneliti dalam memperoleh dan menganalisa data.
Menurut Sandjaja dan Heriyanto (2006:105) menjelaskan bahwa “desain
penelitian atau rancangan penelitian pada dasarnya adalah strategi untuk
memperoleh data yang dipergunakan untuk menguji hipotesis.” Pemilihan desain
12
penelitian yang tepat sangat diperlukan untuk menjamin pembuktian hipotesis
secara tepat pula.
Metode penelitian adalah teknik yang digunakan dalam melaksanakan
penelitian. Berdasarkan tingkat permasalahan, menurut Riduwan (2006:164) jenis
penelitian kuantitatif terbagi menjadi tiga, yaitu:
1. Permasalahan yang bersifat deskriptif, yaitu permasalahan yang tidak membandingkan dan menghubungkan dengan variabel lain, hanya menggambarkan satu variabel saja.
2. Permasalahan komparatif, yaitu permasalahan yang menggambarkan perbedaan karakteristik dari dua variabel atau lebih.
3. Permasalahan assosiatif, yaitu permasalahan yang menghubungkan atau pengaruh antara dua variabel atau lebih.
Penelitian yang akan digunakan adalah penelitian kuantitatif. Hasil yang
didapatkan dari penelitian akan disajikan dalam bentuk statistik atau angka.
Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam melaksanakan penelitian yaitu
dengan menggunakan penelitian yang bersifat assosiatif atau korelasional.
Penelitian ini menjelaskan bahwa hal yang diteliti bersifat assosiatif yaitu meneliti
ada tidaknya hubungan dua variabel antara kegiatan apersepsi yang dilakukan
guru dengan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS di SD.
2. Variabel dan Definisi Operasional Variabel
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek
atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannyaa (Sugiyono, 2009:61). Dalam
penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu apersepsi sebagai variabel bebas
(Independent Variable) dan hasil belajar siswa sebagai variabel terikat (Dependent
Variable)
13
Untuk menghindari terjadi perbedaan dalam menginterpretasikan variabel
yang diteliti maka variabel yang dikemukakan di atas dijelaskan sebagai berikut :
a. Apersepsi pembelajaran adalah menghubungan pelajaran lama dengan
pelajaran baru, sebagai batu loncatan sejauh mana siswa mengusai
pelajaran lama sehingga dengan mudah menyerap pelajaran baru.
b. Hasil belajar adalah kemampuan, kecakapan yang di peroleh siswa setelah
melakukan serangkaian proses pembelajaran yang diukur dengan angka
dandiukur dengan menggunakan tes hasil belajar.
c. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ialah suatu program pendidikanyang
merupakan suatu keseluruhan yang pada pokoknya mempersoalkan
manusia dalam lingkungan fisik maupun lingkungan sosialnya. Bahan
ajarnya diambil dari berbagai ilmu sosial seperti geografi, sejarah,
ekonomi, sosiologi, antropologi dan tata negara.
3. Lokasi Penelitian, Populasi dan Sampel Penelitian
Pada penelitian yang berjudul Hubungan Antara Apersepsi dengan Hasil
Belajar Siswa pada Pembelajaran IPS di Kelas V SD Negeri Perumnas 2
Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya ini, peneliti mengambil lokasi penelitian di
SD Negeri Perumnas 2 yang beralamat di Jalan Raya Nusa Indah Perum Cisalak
Kota Tasikmalaya
Dalam penelitian ini menggunakan teknik sampling nonprobability sampling,
Menurut Sugiyono (2007:124) teknik sampling noprobability yaitu teknik
pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau kesemapatan sama bagi
setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.
14
Adapun pengambilan sampling yang digunakan peneliti adalah sampling
jenuh karena semua populasi digunakan sebagai sampel yaitu siswa kelas V SD
Negeri Perumnas 2 yang berjumlah 52.
4. Instrumen Penelitian
Menurut Sugiyono (2009:148) bahwa pada prinsipnya “meneliti adalah
melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik.” Alat ukur dalam
penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian. Jadi instrumen penelitian
adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang
diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian. Untuk
memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian ini digunakan beberapa
instrumen penelitian, yaitu sebagai berikut:
Tabel Jenis Data dan Instrumen Penelitian
No Jenis Data Instrumen1. Data apersepsi pembelajaran Observasi2. Data hasil belajar siswa Tes tertulis
Untuk mengetahui apersepsi pada pembelajaran IPS di kelas V SD Negeri
Perumnas 2, digunakan instrumen penelitian berupa observasi secara langsung
terhadap pelaksanaan pembelajaran. Menurut Riduwan (2010:76) “observasi yaitu
pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat lebih dekat
kegiatan yang dilakukan.” Sedangkan untuk mengetahui hasil belajar siswa pada
pembelajaran IPS di kelas V SD Negeri Perumnas 2 menggunakan instrumen
berupa tes tertulis berisi pertanyaan objektif tipe pilihan ganda sebanyak 40 Soal.
15
5. Teknik Pengumpulan Data
Langkah pengumpulan data sangat penting dilakukan untuk menjawab dan
memecahkan masalah penelitian.Teknik yang digunakan untuk memperoleh data
yang sesuai dengan tujuan dan pokok masalah dalam penelitian ini adalah melalui
alat pengumpul data berupa tes tertulis dengan instrumen berupa soal tes objektif
tipe pilihan ganda, dan observasi untuk mengetahui pelaksanaan apersepsi.
a Tes Tertulis
Tes digunakan untuk mengukur tingkat penguasaan konsep siswa pada ranah
kognitif. Aspek kognitif yang diukur dibatasi hanya pada aspek hapalan
(knowledge), pemahaman (comprehension), aplikasi (application) dan terdiri dari
berbagai soal yang memiliki tingkat kesukaran yang berbeda-beda serta
disesuaikan dengan indikator soal. Materi yang diujikan mencakup standar
kompetensi dan kompetensi dasar sesuai dengan kurikulum yang digunakan.
b Lembar observasi
Dalam penelitian ini observasi digunakan untuk mengambil data tentang
pelaksanaan apersepsi pada pembelajaran IPS di kelas V SD Negeri Perumnas 2.
Observasi tidak hanya sekedar melihat saja melainkan juga perlu keaktifan untuk
menghayati, mencermati, memaknai, dan akhirnya mencatat setiap kejadian atau
peristiwa pada saat melaksanakan penelitian. Hal tersebut sesuai dengan pendapat
Notoatmodjo (Sandjaja dan Heriyanto, 2006) bahwa ‘observasi sebagai perbuatan
jiwa secara aktif dan penuh perhatian untuk manyadari adanya rangsangan.’
Pada observasi sistematis, format yang digunakan adalah rating scale sebagai
alat bantu observasi. Format yang dimaksud mengandung topik yang diamati
16
berikut skala nilainya. Pengamat atau observer hanya memberikan tanda check list
(√) pada kolom yang sesuai dengan panduan observasi.
6. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses menyusun, mengkategorikan fakta, mencari pola
atau tema dengan maksud untuk memahami maknanya. Setelah data terkumpul
dari hasil pengumpulan data penelitian, maka pada proses selanjutnya adalah
menganalisis data penelitian tersebut. Secara garis besar, proses analisis data
meliputi langkah-langkah antara lain: memberikan skor terhadap item-item
pernyataan dan memberikan kode baik untuk setiap variabel, serta mentabulasikan
setiap data yang berhasil dikumpulkan ke dalam tabel.
a Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif dimaksudkan untuk mengetahui gambaran umum masing-
masing variabel. Kegiatan yang dilakukan pada proses analisis deskriptif ini
adalah mengolah data dari setiap variabel dengan bantuan komputer program
Microsoft Excel 2010 dan SPSS 16.0. Untuk interval kategori yang digunakan
pada proses pengolahan data menggunakan Microsoft Excel 2007 adalah interval
kategori dengan ketentuan sebagai berikut:
TabelInterval Kategori
NoInterval Kategori
1. X ≥ X ideal + 1,5 Sideal Sangat Tinggi
2. X ideal + 0,5 Sideal ≤ X < X ideal + 1,5 Sideal Tinggi
3. X ideal - 0,5 Sideal ≤ X < X ideal + 0,5 Sideal Sedang
4. X ideal - 1,5 Sideal ≤ X < X ideal - 0,5 Sideal Rendah
5. X < X ideal - 1,5 Sideal Sangat Rendah
17
b Uji Inferensial
1).Uji Normalitas Data
Uji normalitas ini digunakan untuk menguji apakah data yang diperoleh
peneliti berdistribusi normal atau tidak. Jika data tersebut berdistribusi normal,
maka data yang akan dianalisis menggunakan statistik parametrik. Dan jika data
yang diperoleh tidak berdistribusi normal, maka menggunakan statistik non
parametrik. Uji normalitas data dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu
dengan menggunakan uji kertas peluang normal, uji lilliefors, dan uji chi kuadrat.
Adapun pada uji normalitas data yang peneliti gunakan adalah uji lilliefors
(Kolmogorov-smirnov) dengan cara penghitungan melalui program komputer
SPSS 16.0. Jika hasil perhitungan lebih besar (p-value) > α = 0,05 berarti
berdistribusi normal.
2).Uji Linieritas
Uji linieritas bertujuan untuk mengetahui dua variabel mempunyai hubungan
yang linear atau tidak secara signifikan. Uji linieritas biasanya digunakan sebagai
prasyarat dalam analisi korelasi atau regresi linear. Pengujian pada SPSS 16
dengan menggunakan Test For Linearrity. Adapun ketentuan uji Linieritas bahwa
jika signifikan < 0,05 maka hubungannya linear dan jika signifikan > 0,05 maka
hubunganya tidak linear.
c Uji Hipotesis
1).Uji Korelasi
Setelah dilakukan uji normalitas data dan uji homoginitas data dan uji
linieritas, langkah selanjutnya adalah uji korelasi. Pada penelitian ini, uji korelasi
18
digunakan untuk menguji hubungan antara apersepsi dengan hasil belajar siswa
pada pembelajaran IPS di kelas V SD Negeri Perumnas 2 Kecamatan Cipedes
Kota Tasikmalaya.
Untuk analisis korelasi dilakukan dengan menggunakan komputer program
SPSS 16.0 dengan ketentuan: “jika signifikan < 0,05 maka H 0 ditolak dan Ha
diterima. Jika signifikan > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak” (Hartono,
2008:58). Sedangkan untuk mengetahui kuat tidaknya korelasi, maka nilai
koefisien korelasi dikonsultasikan dengan tabel interpretasi koefisien korelasi,
sebagai berikut:
TabelInterprestasi Koefisien Korelasi Nilai r
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,80 - 1,000 Sangat tinggi
0,60 – 0,799 Tinggi
0,40 – 0,599 Cukup
0,20 – 0,399 Rendah
0,00 – 0,199 Sangat rendah
2).Uji Koefisien Determinasi
Uji koefisien determinasi digunakan untuk melihat seberapa besar varians
variabel terikat dipengaruhi oleh varians variabel bebas, atau dengan kata lain
seberapa besar variabel bebas mempengaruhi variabel terikat. Rumusnya adalah:
KP=r2 ×100 %
Keterangan:
KP = Nilai koefisien determinasi.
r = Nilai koefisien korelasi. Sumber: Riduwan, 2010: 139
19
Hipotesis statistik pada penelitian tentang hubungan antara apersepsi dengan
hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS di kelas V SD Negeri Perumnas 2
Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya ditetapkan kaidah pengambilan
keputusannya sebagai berikut:
Hipotesis nol (H0) : Tidak ada hubungan antara apersepsi dengan hasil
belajar siswa pada pembelajaran IPS di kelas V SD
Negeri Perumnas 2 Kecamatan Cipedes Kota
Tasikmalaya.
Hipotesis alternatif (Ha) : Ada hubungan antara apersepsi dengan hasil belajar
siswa pada pembelajaran IPS di kelas V SD Negeri
Perumnas 2 Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya.
H0 : µ1 = µ2
Ha : µ1 ≠ µ2
Keterangan:
µ1 adalah hasil belajar siswa dalam kelas eksperimen,
µ2 adalah hasil belajar siswa dalam kelas kontrol,
jika µ1 = µ2 , maka H0 diterima,
jika µ1 ≠ µ2, maka H0 ditolak dan Ha diterima.
Setelah mengetahui ada tidaknya perbedaan dari kedua kelas tersebut, maka
dapat disimpulkan mengenai ada atau tidaknya hubungan antara apersepsi dengan
hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS di kelas V SD Negeri Perumnas 2
Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya.
20
K. DAFTAR PUSTAKA
Isjoni. (2007). Integrated Learning Pendekatan Pembelajaran IPS di Pendidikan
Dasar. Bandung: Falah Production.
KBBI (Kamus Besar Najasa Indonesia) tahun 2005 (hal 250)
Syaripudin, Tatang. Kurniasih. (2009). Pedagogik Teoritis Sistematis. Bandung :
Percikan Ilmu.
Sandjadja. Herianto, Albertus (2006). Panduan Penelitian. Jakarta: Prestasi
Pustaka
Sujadi Bintana, Eko. (2011). Apersepsi, Motivasi, Need Assesment, 3 Langkah
Guru Dalam Mengajar Dan Analisa Strategi Pembelajaran Yang
Menyenangkan. [Online]. Tersedia:
http://bk-uinsuska.blogspot.com/apersepsi-motivasi-need-assesment-3.html.
(12 Januari 2012).
Ahmad Sajidin. (2011). Analisis tentang Membangun Pengetahuan Awal atau
Apersepsi Siswa dalam Kegiatan Pembelajaran. [Online]. Tersedia:
http://ahmadsajidin84.blogspot.com/analisis-tentang-membangun-
pengetahuan.html. (12 Januari 2012).
Mukhtar & Iskandar. (2011). Desain Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi
dan Komunikasi (Sebuah Orientasi Baru). Jakarta: Gaung Persada.
Hamalik, Oemar. (2002). Psikologi Belajar dan Mengajar.Bandung : Sinar Baru
Algesindo