Upload
eross-chandra
View
163
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH.
Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling tinggi dibanding makhluk Tuhan
lainnya. Manusia di anugerahi kemampuan untuk berpikir, kemampuan untuk memilah &
memilih mana yang baik & mana yang buruk. Dengan kelebihan itulah manusia
seharusnya mampu mengelola lingkungan dengan baik.
Tidak hanya lingkungan yang perlu dikelola dengan baik, kehidupan sosial
manusiapun perlu dikelola dengan baik. Untuk itulah dibutuhkan sumber daya manusia
yang berkualitas. Sumber daya yang berjiwa pemimpin, paling tidak untuk memimpin
dirinya sendiri.
Menurut Field Manual (1996:12) dalam bukunya Pemimpin dan kepemimpinan
dalam manajemen, Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan
memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama. Kepemimpinan
meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku
pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan
budayanya. Sedangkan kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain
untuk mau melakukan pap yang diinginkan pihak lainnya.”The art of influencing and
directing meaninsuch away to abatain their willing obedience, confidence, respect, and
loyal cooperation in order to accomplish the mission”.
Menurut Dubin sebagaimana telah dikutip oleh Fiedler dalam bukunya
“Leadership and Effective Management by Scott, Foresman and Company, Glenview,
llionis,1974, Kepemimpinan adalah aktivitas para pemegang kekuasaan dalam membuat
keputusan.
Kepemimpinan merupakan seni dalam mengkoordinasikan dan mengarahkan
individu atau kelompok untuk mencapai suatu tujuan yang dikehendaki.
( John Ptiffner:2002;125)
Kepemimpinan ditandai oleh ciri ciri kepribadian dimana di dalam suatu situasi yang
khusus mengambil peranan penting dalam usaha mencapai tujuan kelompok bersama sama
dengan anggota lain. Ciri ciri ini secara fungsional berhubungan dengan pencapaian
tujuan. Pemeliharaan serta memperkuat kelompok.
Dengan berjiwa pemimpin manusia akan dapat mengelola diri, kelompok dan
lingkungan dengan baik. Khususnya dalam penanggulangan masalah yang relatif pelik dan
sulit. Disinilah dituntut kearifan seorang pemimpin dalam mengambil keputusan agar
masalah dapat terselesaikan dengan baik.
Abdul ahmadi (2002:125) dalam bukunya Psikologi Sosial merumuskan unsur unsur
yang terdapat dalam setiap masalah kepemimpinan yaitu:
1. Unsur manusia
Yaitu sebagai pemimpin atau mereka yang dipimpin
2. Unsur Sarana
Yaitu merupakan segala macam prinsip dan teknik kepemimpinan yang dipakai
dalam pelaksanaannya. Termasuk bekal pengetahuan dan pengalaman yang
menyangkut masalah itu sendiri dan kelompok manusia
3. Unsur tujuan
Yaitu merupakan sasaran akhir ke arah mana kelompok manusia akan digerakan
untuk menuju maksud tujuan tertentu. Ketiga unsur tersebut dalam pelaksanaannya
selalu ada dan terjalin erat satu sama lain (Wiyono Hadikusumo,1973)
(Wiliam Foote Whyte,1995) menyebutkan ada 4 faktor yang menentukan seseorang
menjadi pemimpin
1. Operational Leadership
Orang yang paling banyak inisiatif, dapat menarik dan dinamis , menunjukan
pengabdian yang tulus , serta menunjukan prestasi kerja yang baik bagi kelompoknya
2. Popularity
Orang yang banyak dikenal memiliki kesempatan yang lebih banyak menjadi
pemimpin
3. The assumed representative
Orang yang dapat mewakilii kelompoknya mempunyai kesempatan besar untuk
menjadi pemimpin
4. The prominent talent
Seseorang yang memiliki bakat kecakapan yang menonjol dalam kelompoknya
mempunyai kesempatan untuk jadi pemimpin.
Dengan berjiwa pemimpin manusia akan dapat mengelola diri, kelompok dan
lingkungan dengan baik. Khususnya dalam penanggulangan masalah yang relatif pelik dan
sulit. Disinilah dituntut kearifan seorang pemimpin dalam mengambil keputusan agar
masalah dapat terselesaikan dengan baik.
Dalam kaitan pentingnya sikap kepemimpinan dalam diri mahasiswa khususnya
kehidupan berasrama maka dalam penyusunan proposal penelitian ini, peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul:
“ PERBEDAAN SIKAP KEPEMIMPINAN ANTARA MAHASISWA S1
PGSD BERASRAMA YANG BERADA DI BLOK A, BLOK B DAN BLOK D.”
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Sikap kepemimpinan dalam masing-masing blok sangat menentukan blok
tersebut mau dibawa ke arah mana. Untuk itu perlu diadakan identifikasi masalah
mengenai kenapa pada salah satu blok itu ada yang terlihat lebih menonjol. Sehingga
diperlukan identifikasi masalah untuk menyempurnakan sikap kepemimpinan yang
ada untuk lebih baik.
C. BATASAN MASALAH
Mengingat keterbatasan waktu dan kemampuan yang penulis miliki maka
ruang lingkup karya tulis ini dibatasi pada:
1. pembahasan mengenai kepemimpinan hanya ditujukan pada sikap kepemimpinan
yang dimiliki pada kegiatan kegiatan asrama
2. sampel yang digunakan adalah mahasiswa S1 PGSD Berasarama (61 orang)
masing masing blok yaitu blok A, blok B dan blok D.
D. Rumusan Masalah
Mengingat pentingnya kepemimpinan dalam lingkungan mahasiswa S1
PGSD , maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Seberapa tinggi sikap kepemimpinan mahasiswa S1 PGSD Berasrama yaitu blok
A, blok B dan Blok D?
2. Apakah ada perbedaan tingkat sikap kepemimpinan Mahasiswa S1 PGSD
Berasrama Banjarbaru yang berada di Blok A, Blok B dan Blok D
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut adalah:
Ingin mengetahui:
1. Mengetahui seberapa tinggi sikap kepemimpinan mahasiswa S1 PGSD
Berasrama yaitu blok A, blok B dan Blok D?
2. Apakah ada perbedaan tingkat sikap kepemimpinan Mahasiswa S1 PGSD
Berasrama Banjarbaru yang berada di Blok A, Blok B dan Blok D
F. Kegunaan Hasil Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat berguna dan bermanfaat bagi:
1. Mahasiswa S1 PGSD Berasrama Banjarbaru, yaitu sebagai informasi dan
gambaran seberapa tinggi sikap kepemimpinan yang mereka miliki, melalui
informasi tersebut mahasiswa diharapkan dapat meningkatkan sikap
kepemimpinan dan menjadi calon pemimpin yang baik, baik bagi diri sendiri,
orang lain, dan siswa tenttunya kelak saat menjadi guru.
2. Pembina Asrama yaitu sebagai informasi yang berguna untuk memperhatikan
dan meningkatkan sikap kepemimpinan mahasiswa S1 PGSD Berasrama
3. Program Studi S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Berasrama
Sebagai sarana mengembangkan ilmu pengetahuan dan informasi ilmiah.
BAB II
LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. LANDASAN TEORI
a. Kepemimpinan
Kehidupan sosial manusia perlu dikelola dengan baik. Untuk itulah
dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya yang berjiwa
pemimpin, paling tidak untuk memimpin dirinya sendiri.
Boring, Langeveld dan Weld (2002:124) dalam buku Psikologi Sosial
menyatakan bahwa kepemimpinan adalah hubungan dari individu terhadap
bentuk suatu kelompok dengan maksud untuk dapat menyelesaikan beberapa
tujuan.
Kepemimpinan adalah aktivitas mempengaruhi orang-orang agar dengan suka
rela bersedia menuju kenyataan tujuan bersama.
George R. Terry (2002:124) orang lain yang dipimpinnya.
Kepemimpinan adalah tindakan perilaku yang dapat mempengaruhi tingkah laku
H. Goldhamer and EA. Shils (2002 :125)
Kepemimpinan merupakan seni dalam mengkoordinasikan dan mengarahkan
individu atau kelompok untuk mencapai suatu tujuan yang dikehendaki. ( John
Ptiffner,(1976) dalam pemimpin dan kepemimpinan dalam manajemen (1996:10)
Wiliam Foote Whyte menyebutkan ada 4 faktor yang menentukan seseorang
menjadi pemimpin yaitu Operational Leadership, popularity, the assumed
representative, dan the prominent talent.
Sementara Emory S. Bogardu dalam bukunya “Leader and Leadership”
mengatakan bahwa kepribadian manusia dapat dibagi menjadi 2 macam yaitu
sifat kepemimpinan (leadership) dan sifat keikutan (followership). Manifestasi
dari dua sifat tersebut adalah adanya dua unsur pimpinan dan pengikut dalam
masyarakat.
Setiap orang mempunyai kecakapan dan kemampuan untuk menjadi
pemimpin, hanya saja kemampuan ini memiliki jenjang serta tingkat perbedaan
antara yang satu dengan yang lain. Perbedaan ini disebabkan karena :
a) Adanya perbedaan kualitas atas potensi kepemimpinan pada masing-masing
individu.
b) Adanya perbedaan kesempatan di dalam mengembangkan potensi
kepemimpinan yang dimilikinya.
c) Adanya perbedaan lingkungan yang tepat serta sesuai di dalam membantu
kemungkinan terbentuknya individu menjadi seorang pemimpin, dan
sebagainya. (Bogardus ES : Change in Racial Distances).
Sir William Martin Conway mengadakan klasifikasi kepemimpinan
berdasarkan atas peranan sosial yang dibawakan menjadi tiga macam sebutan
yaitu:
a) Crowd Compeller
Ialah macam kepemimpinan yang dilakukan oleh seseorang yang mendapat
panggilan kewajiban untuk melaksanakannya.
b) Crowd Representative
Kepemimpinan yang dilakukan bersifat sementara, yaitu selama masa
pengangkatannya untuk menduduki jabatan sebagai ketua kelompok.
c) Crowd Exponent
Pemimpin macam ini pada saatnya yang tepat dan diperlukan dapat
menggerakkan massa sedemikian hebat dan mengarahkannya pada sasaran
tujuan yang dimaksud pula.
Seorang pemimpin harus mengerti tentang teori kepemimpinan agar nantinya
mempunyai referensi dalam menjalankan sebuah organisasi. Beberapa teori tentang
kepemimpinan antara lain :
a. Teori Kepemimpinan Sifat ( Trait Theory )
Analisis ilmiah tentang kepemimpinan berangkat dari pemusatan perhatian
pemimpin itu sendiri. Teori sifat berkembang pertama kali di Yunani Kuno dan
Romawi yang beranggapan bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukan diciptakan yang
kemudian teori ini dikenal dengan ”The Greatma Theory”. Dalam
perkembanganya, teori ini mendapat pengaruh dari aliran perilaku pemikir
psikologi yang berpandangan bahwa sifat – sifat kepemimpinan tidak seluruhnya
dilahirkan akan tetapi juga dapat dicapai melalui pendidikan dan pengalaman. Sifat
– sifat itu antara lain : sifat fisik, mental, dan kepribadian.
b. Teori Kepemimpinan Perilaku dan Situasi
Berdasarkan penelitian, perilaku seorang pemimpin yang mendasarkan teori
ini memiliki kecendrungan kearah 2 hal.
a) Pertama yang disebut dengan Konsiderasi yaitu kecendrungan seorang
pemimpin yang menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan. Contoh
gejala yang ada dalam hal ini seperti : membela bawahan, memberi masukan
kepada bawahan dan bersedia berkonsultasi dengan bawahan.
b) Kedua disebut Struktur Inisiasi yaitu Kecendrungan seorang pemimpin yang
memberikan batasan kepada bawahan. Contoh yang dapat dilihat , bawahan
mendapat instruksi dalam pelaksanaan tugas, kapan, bagaimana pekerjaan
dilakukan, dan hasil yang akan dicapai.
Jadi, berdasarkan teori ini, seorang pemimpin yang baik adalah bagaimana
seorang pemimpin yang memiliki perhatian yang tinggi kepada bawahan dan
terhadap hasil yang tinggi pula.
c. Teori Kewibawaan Pemimpin
Kewibawaan merupakan faktor penting dalam kehidupan kepemimpinan,
sebab dengan faktor itu seorang pemimpin akan dapat mempengaruhi perilaku
orang lain baik secara perorangan maupun kelompok sehingga orang tersebut
bersedia untuk melakukan apa yang dikehendaki oleh pemimpin.
d. Teori Kepemimpinan Situasi
Seorang pemimpin harus merupakan seorang pendiagnosa yang baik dan harus
bersifat fleksibel, sesuai dengan perkembangan dan tingkat kedewasaan bawahan.
e. Teori Kelompok
Agar tujuan kelompok (organisasi) dapat tercapai, harus ada pertukaran yang
positif antara pemimpin dengan pengikutnya.
Dari adanya berbagai teori kepemimpinan di atas, dapat diketahui bahwa teori
kepemimpinan tertentu akan sangat mempengaruhi gaya kepemimpinan
(Leadership Style), yakni pemimpin yang menjalankan fungsi kepemimpinannya
dengan segenap filsafat, keterampilan dan sikapnya. Gaya kepemimpinan adalah
cara seorang pemimpan bersikap, berkomunikasi, dan berinteraksi dengan orang
lain dalam mempengaruhi orang untuk melakukan sesuatu.Gaya tersebut bisa
berbeda – beda atas dasar motivasi , kuasa ataupun orientasi terhadap tugas atau
orang tertentu. Diantara beberapa gaya kepemimpinan, terdapat pemimpin yang
positif dan negatif, dimana perbedaan itu didasarkan pada cara dan upaya mereka
memotivasi karyawan. Apabila pendekatan dalam pemberian motivasi ditekankan
pada imbalan atau reward (baik ekonomis maupun nonekonomis) berartitelah
digunakan gaya kepemimpinan yang positif. Sebaliknya jika pendekatannya
menekankan pada hukuman atau punishment, berarti dia menerapkan gaya
kepemimpinan negatif. Pendekatan kedua ini dapat menghasilakan prestasi yang
diterima dalam banyak situasi, tetapi menimbulkan kerugian manusiawi.
Selain gaya kepemimpinan di atas masih terdapat gaya lainnya.
a. Otokratis
Kepemimpinan seperti ini menggunakan metode pendekatan kekuasaan dalam
mencapai keputusan dan pengembangan strukturnya. Kekuasaan sangat dominan
digunakan. Memusatkan kekuasaan dan pengambilan keputusan bagi dirinya
sendiri, dan menata situasi kerja yang rumit bagi pegawai sehingga mau melakukan
apa saja yang diperintahkan. Kepemimpinan ini pada umumnya negatif, yang
berdasarkan atas ancaman dan hukuman. Meskipun demikian, ada juga beberapa
manfaatnya antaranya memungkinkan pengambilan keputusan dengan cepat serta
memungkinkan pendayagunaan pegawai yang kurang kompeten.
b. Partisipasif
Lebih banyak mendesentrelisasikan wewenang yang dimilikinya sehingga
keputusan yang diambil tidak bersifat sepihak.
c. Demokrasi
Ditandai adanya suatu struktur yang pengembangannya menggunakan
pendekatan pengambilan keputusan yang kooperatif. Di bawah kepemimpinan
pemimpin yang demokrasis cenderung bermoral tinggi dapat bekerjasama,
mengutamakan mutu kerja dan dapat mengarahkan diri sendiri.
d. Kendali Bebas
Pemimpin memberikan kekuasaan penuh terhadap bawahan, struktur
organisasi bersifat longgar dan pemimpin bersifat pasif. Yaitu Pemimpin
menghindari kuasa dan tanggung – jawab, kemudian menggantungkannya kepada
kelompok baik dalam menetapkan tujuan dan menanggulangi masalahnya sendiri.
Dilihat dari orientasi si pemimpin, terdapat dua gaya kepemimpinan yang
diterapkan, yaitu gaya konsideral dan struktur, atau dikenal juga sebagai orientasi
pegawai dan orientasi tugas. Beberapa hasil penelitian para ahli menunjukkan
bahwa prestasi dan kepuasan kerja pegawai dapat ditingkatkan apabila konsiderasi
merupakan gaya kepemimpinan yang dominan. Sebaliknya, para pemimpin yang
berorientasi tugas yang terstruktur, percaya bahwa mereka memperoleh hasil
dengan tetap membuat orang – orang sibuk dan mendesak mereka untuk
berproduksi.
Pemimpin yang positif, partisipatif dan berorientasi konsiderasi,tidak
selamanya merupakan pemimpinyan terbaik.fiedler telah mengembakan
suatumodel pengecualian dari ketiga gaya kepemimpinan diatas,yakni model
kepemimpinankontigennis.model ini nyatakan bahwa gaya kepemimpinan yang
paling sesuai bergantung pada situasi dimana pemimpin bekerja.dengan teorinya
ini fiedler ingin menunjukkan bahwa keefektifan ditunjukkan oleh interaksi antara
orientasi pegawai dengan 3 variabel yang berkaitan dengan pengikut, tugas dan
organisasi. Ketiga variabel itu adalah hubungan antara pemimpin dengan anngota (
Leader – member rolations), struktur tugas (task strukture), dan kuasa posisi
pemimpin (Leader position power). Variabel pertama ditentukan oleh pengakuan
atau penerimaan (akseptabilitas) pemimpin oleh pengikut, variabel kedua
mencerminkan kadar diperlukannya cara spesifik untuk melakukan pekerjaan,
variabel ketiga menggambarkan kuasa organisasi yang melekat pada posisi
pemimpin.
Model kontingensi Fieldler ini serupa dengan gaya kepemimpinan situasional
dari Hersey dan Blanchard. Konsepsi kepemimpinan situasional ini melengkapi
pemimpin dengan pemahaman dari hubungan antara gaya kepemimpinan yang
efektif dengan tingkat kematangan (muturity) pengikutnya.perilaku pengikut atau
bawahan ini amat penting untuk mengetahui kepemimpinan situasional, karena
bukan saja pengikut sebagai individu bisa menerima atau menolak pemimpinnya,
akan tetapi sebagai kelompok , pengikut dapat menemukan kekuatan pribadi
apapun yang dimiliki pemimpin.
Menurut Hersey dan Blanchard (dalam Ludlow dan Panton,1996 : 18 dst),
masing – masing gaya kepemimpinan ini hanya memadai dalm situasi yang tepat
meskipun disadari bahwa setiap orang memiliki gaya yang disukainya sendiri dan
sering merasa sulit untuk mengubahnya meskipun perlu.
Banyak studi yang sudah dilakukan untuk melihat gaya kepemimpinan
seseorang. Salah satunya yang terkenal adalah yang dikemukakan oleh Blanchard,
yang mengemukakan 4 gaya dari sebuah kepemimpinan. Gaya kepemimpinan ini
dipengaruhi oleh bagaimana cara seorang pemimpin memberikan perintah, dan sisi
lain adalah cara mereka membantu bawahannya. Keempat gaya tersebut adalah
a. Directing
Gaya tepat apabila kita dihadapkan dengan tugas yang rumit dan staf kita
belum memiliki pengalaman dan motivasi untuk mengerjakan tugas tersebut. Atau
apabila anda berada di bawah tekanan waktu penyelesaian. Kita menjelaskan apa
yang perlu dan apa yang harus dikerjakan. Dalam situasi demikian, biasanya terjadi
over-communicating (penjelasan berlebihan yang dapat menimbulkan kebingungan
dan pembuangan waktu). Dalam proses pengambilan keputusan, pemimpin
memberikan aturan –aturan dan proses yang detil kepada bawahan. Pelaksanaan di
lapangan harus menyesuaikan dengan detil yang sudah dikerjakan.
b. Coaching
Pemimpin tidak hanya memberikan detil proses dan aturan kepada bawahan
tapi juga menjelaskan mengapa sebuah keputusan itu diambil, mendukung proses
perkembangannya, dan juga menerima barbagai masukan dari bawahan. Gaya yang
tepat apabila staf kita telah lebih termotivasi dan berpengalaman dalam
menghadapi suatu tugas. Disini kita perlu memberikan kesempatan kepada mereka
untuk mengerti tentang tugasnya, dengan meluangkan waktu membangun
hubungan dan komunikasi yang baik dengan mereka.
c. Supporting
Sebuah gaya dimana pemimpin memfasiliasi dan membantu upaya
bawahannya dalam melakukan tugas. Dalam hal ini, pemimpin tidak memberikan
arahan secara detail, tetapi tanggung jawab dan proses pengambilan keputusan
dibagi bersama dengan bawahan. Gaya ini akan berhasil apabila karyawan telah
mengenal teknik – teknik yang dituntut dan telah mengembangkan hubungan yang
lebih dekat dengan anda. Dalam hal ini kita perlumeluangkan waktu untuk
berbincang – bincang, untuk lebih melibatkan mereka dalam penganbilan
keputusan kerja, serta mendengarkan saran – saran mereka mengenai peningkatan
kinerja.
d. Delegating
Sebuah gaya dimana seorang pemimpin mendelegasikan seluruh wewenang
dan tanggung jawabnya kepada bawahan. Gaya Delegating akan berjalan baik
apabila staf kita sepenuhnya telah paham dan efisien dalm pekerjaan, sehingga kita
dapat melepas mereka menjalankan tugas atau pekerjaan itu atas kemampuan dan
inisiatifnya sendiri.
Keempat gaya ini tentu saja mempunyai kelemahan dan kelebihan, serta
sangat tergantung dari lingkungan di mana seorang pemimpin berada, dan juga
kesiapan dari bawahannya. Maka kemudian timbul apa yang disebut sebagai
”situational leadership”. Situational leadership mengindikasikan bagaimana seorang
pemimpin harus menyesuaikan keadaan dari orang – orang yang dipimpinnya.
Ditengah – tengah dinamika organisasi (yang antara lain diindikasikan oleh
adanya perilaku staf / individu yang berbeda – beda), maka untuk mencapai
efektivitas organisasi, penerapan keempat gaya kepemimpinan diatas perlu
disesuaikan dengan tuntutan keadaan. Inilah yang dimaksud dengan situasional
lesdership,sebagaimana telah disinggung di atas. Yang perlu diperhatikan adalah
bahwa untuk dapat mengembangkan gaya kepemimpinan situasional ini, seseorang
perlu memiliki tiga kemampuan khusus yakni :
a) Kemampuan analitis (analytical skills) yakni kemampuan untuk menilai tingkat
pengalaman dan motivasi bawahan dalam melaksanakan tugas.
b) Kemampuan untuk fleksibel (flexibility atau adaptability skills) yaitu
kemampuan untuk menerapkan gaya kepemimpinan yang paling tepat
berdasarkan analisa terhadap situasi.
c) Kemampuan berkomunikasi (communication skills) yakni kemampuan untuk
menjelaskan kepada bawahan tentang perubahan gaya kepemimpinan yang kita
terapkan.
Ketiga kemampuan di atas sangat dibutuhkan bagi seorang pemimpin, sebab
seorang pemimpin harus dapat melaksanakan tiga peran utamanya yakni peran
interpersonal, peran pengolah informasi (information processing), serta peran
pengambilan keputusan (decision making) (Gordon, 1996 : 314-315).
Peran pertama meliputi :
a) Peran Figurehead Sebagai simbol dari organisasi
b) Leader Berinteraksi dengan bawahan, memotivasi dan mengembangkannya
c) Liaison Menjalin suatu hubungan kerja dan menangkap informasi untuk
kepentingan organisasi.
Sedangkan peran kedua terdiri dari 3 peran juga yakni :
d) Monitior Memimpin rapat dengan bawahan, mengawasi publikasi
perusahaan, atau berpartisipasi dalam suatu kepanitiaan.
e) Disseminator Menyampaikan informasi, nilai – nilai baru dan fakta kepada
bawahan.
f) Spokeman Juru bicara atau memberikan informasi kepada orang – orang di
luar organisasinya.
Peran ketiga terdiri dari 4 peran yaitu :
g) Enterpreneur Mendesain perubahan dan pengembangan dalam organisasi.
h) Disturbance Handler Mampu mengatasi masalah terutama ketika organisasi
sedang dalam keadaan menurun.
i) Resources Allocator Mengawasi alokasi sumber daya manusia, materi, uang
dan waktu dengan melakukan penjadwalan, memprogram tugas – tugas
bawahan, dan mengesahkan setiap keputusan.
j) Negotiator Melakukan perundingan dan tawar – menawar.
Dalam perspektif yang lebih sederhana, Morgan ( 1996 : 156 ) mengemukakan 3
macam peran pemimpin yang disebut dengan 3A, yakni :
a. Alighting Menyalakan semangat pekerja dengan tujuan individunya.
b. Aligning Menggabungkan tujuan individu dengan tujuan organisasi sehingga
setiap orang menuju ke arah yang sama.
c. Allowing Memberikan keleluasaan kepada pekerja untuk menantang dan
mengubah cara kerja mereka.
Jika saja Indonesia memiliki pemimpin yang sangat tangguh tentu akan menjadi
luar biasa. Karena jatuh bangun kita tergantung pada pemimpin. Pemimpin
memimpin, pengikut mengikuti. Jika pemimpin sudah tidak bisa memimpin dengan
baik, cirinya adalah pengikut tidak mau lagi mengikuti. Oleh karena itu kualitas kita
tergantung kualitas pemimpin kita. Makin kuat yang memimpin maka makin kuat
pula yang dipimpin.
Rahasia utama kepemimpinan adalah kekuatan terbesar seorang pemimpin
bukan dari kekuasaanya, bukan kecerdasannya, tapi dari kekuatan pribadinya. Maka
jika ingin menjadi pemimpin yang baik jangan pikirkan orang lain, pikirkanlah diri
sendiri dulu. Tidak akan bisa mengubah orang lain dengan efektif sebelum merubah
diri sendiri. Bangunan akan bagus, kokoh, megah, karena ada pondasinya. Maka
sibuk memikirkan membangun umat, membangun masyarakat, merubah dunia akan
menjadi omong kosong jika tidak diawali dengan diri sendiri. Merubah orang lain
tanpa merubah diri sendiri adalah mimpi mengendalikan orang lain tanpa
mengendalikan diri.
b. Perubahan Sikap
Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan sikap :
a) Faktor Intern : yaitu faktor yang terdapat dalam pribadi manusia itu
sendiri. Faktor ini berupa selectivity atau daya pilih seseorangg untuk
menerima dan mengolah pengaruh-pengaruh yang datang dari luar.
Pilihan terhadap pengaruh dari luar itu biasanya disesuaikan dengan
motif dan sikap di dalam diri manusia, terutama yang menjadi minat
perhatiannya. Misalnya : orang yang sangat haus, akan lebih
memperhatikan perangsang dapat menghilangkan hausnya itu dari
perangsang-perangsang yang lain.
b) Faktor Ekstern : yaitu faktor yang terdapat di luar pribadi manusia.
Faktor ini berupa interaksi sosial di luar kelompok. Misalnya : interaksi
antara manusia dengan hasil kebudayaan manusia yang sampai padanya
melalui alat-alat komunikasi seperti : surat kabar, radio, televisi, majalah
dan lain sebagainya.
c. Hubungan kecerdasan, Kedewasaan, Motivasi, dan Hubungan Kemanusiaan
dengan Kepemimpinan
Keith Devis merumuskan 4 sifat umum yang berpengaruh terhadap
keberhasilan kepemimpinan organisasi, antara lain :
a) Kecerdasan
Berdasarkan hasil penelitian, pemimpin yang mempunyai kecerdasan yang
tinggi di atas kecerdasan rata – rata dari pengikutnya akan mempunyai kesempatan
berhasil yang lebih tinggi pula. Karena pemimpin pada umumnya memiliki tingkat
kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengikutnya.
b) Kedewasaan dan Keluasan Hubungan Sosial
Umumnya di dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan internal
maupun eksternal, seorang pemimpin yang berhasil mempunyai emosi yang
matang dan stabil. Hal ini membuat pemimpin tidak mudah panik dan goyah dalam
mempertahankan pendirian yang diyakini kebenarannya.
c) Motivasi Diri dan Dorongan Berprestasi
Seorang pemimpin yang berhasil umumnya memiliki motivasi diri yang tinggi
serta dorongan untuk berprestasi. Dorongan yang kuat ini kemudian tercermin pada
kinerja yang optimal, efektif dan efisien.
d) Sikap Hubungan Kemanusiaan
Adanya pengakuan terhadap harga diri dan kehormatan sehingga para
pengikutnya mampu berpihak kepadanya
B. KERANGKA BERPIKIR
Dengan adanya kepemimpinan dalam suatu organisasi maka akan semakin
terarah kemana tujuan organisasi tersebut. Suatu organisasi harus memiliki pemimpin
yang memiliki kemampuan-kemampuan yang lebih dari bawahan-bawahannya,
memiliki hubungan sosial yang baik serta memiliki motivasi kepemimpinan yang
tinggi. Selain itu manusia memiliki dua sifat yang berkaitan dengan kepemimpinan
yaitu sifat leadership (berjiwa kepemimpinan) dan followership (berjiwa pengikut).
Oleh sebab itu jika suatu kelompok ingin maju, maka mereka perlu memilih lebih
teliti dengan benar-benar memilih orang yang berjiwa pemimpin, bukan berjiwa
pengikut.
Keith Devis merumuskan 4 sifat umum yang berpengaruh terhadap
keberhasilan kepemimpinan organisasi, antara lain :Kecerdasan, Kedewasaan dan
Keluasan Hubungan Sosial,Motivasi Diri dan Dorongan Berprestasi,Sikap
Hubungan Kemanusiaan
Jika semakin banyak pengalaman, motivasi, keterampilan dan bakat menjadi
seorang pemimpin serta lingkungan yang mendukung, maka semakin baik pula
kinerja serta motivasi orang yang dipimpinnya. Sementara itu kepemimpinan
mahasiswa S1 PGSD Berasrama Banjarbaru jika ditinjau per blok terlihat berbeda,
dalam arti terlihat salah satu blok yang lebih bagus kepemimpinannya
C. HIPOTESIS PENELITIAN
Berdasarkan rumusan di atas, maka di dapat hipotesis bahwa terdapat
perbedaan sifat-sifa kepemimpinan antara blok A, blok B, dan Blok D mahasiswa
PGSD Berasrama Banjarbaru tahun 2010.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Pengertian secara umumnya, penelitian merupakan suatu proses rangkaian
langkah-langkah yang dilakukan secara terencana dan sistematis untuk menemukan
pemecahan suatu permasalahan yang ingin diteliti.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah perbedaan tingkat
kepemimpinan Mahasiswa S1 PGSD Berasrama Banjarbaru yang berada di Blok A,
Blok B dan Blok D tahun 2010. Penelitian ini dilaksanakan di asrama S1 PGSD
Unlam Banjarbaru.
Penelitian yang dilakukan ini menggunakan metode survey dengan cara
langsung menyurvey ke lapangan. Selain itu pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan deskriptif komparatif yang mengkaji perbedaan antara dua buah atau lebih
variabel. Dan dalam penelitian ini mengkaji hubungan perbandingan antara variabel
bebas dengan variabel terikat, yaitu tiga variabel terikat dan satu variabel bebas.
Variabel terikatnya adalah blok A, blok B dan Blok D sedangkan untuk variabel
bebasnya adalah sifat kepemimpinan.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Pengertian dari populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari
manusia, benda-benda, hewan, tumbuhan, nilai tes, atau peristiwa-peristiwa. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa S1 PGSD Berasrama Unlam
Banjarbaru yang berjumlah 61 orang yaitu:
No Nama Jenis
Kelamin
Asal Daerah
(Kabupaten) Blok
1 Nurhidayati Perempuan Tanah Laut A
2 Musfi Rosmaini Perempuan HST A
3 Nina Maulidya Perempuan HST A
4 Yullyana Perempuan Batola A
5 Khusnul Qotimah Perempuan Tanah Laut A
6 Fenny Noorjannah Perempuan Tabalong A
7 Laila Fitriani Perempuan Tabalong A
8 Nana Norliani Perempuan Tanah Laut A
9 Mariyana Perempuan Batola A
10 Fathul Jannah Perempuan Tabalong A
11 Rahmila Sari Perempuan HST A
12 Wahyu Setyo A. Perempuan Tanah Laut A
13 Mahfuzatul Husna Perempuan HST A
14 Nurul Azizah Perempuan Batola A
15 Maida Mustika Perempuan Batola A
16 Asri Fatimah Perempuan Tabalong A
17 Eka Fitriani Perempuan Tanah Laut A
18 Santi Sartika Perempuan Tabalong A
19 Afdah Perempuan Batola A
20 Noorlatifah Perempuan Tanah Laut A
21 Paulina Rohana Perempuan Tabalong B
22 Agustina Puspitasari Perempuan HST B
23 Aulia Azizah Perempuan Batola B
24 Aulia Rahmi Perempuan Batola B
25 Choirunnisa Perempuan Tanah Laut B
26 Dasimah Perempuan Tabalong B
27 Dewi Nur Utami F. Perempuan Tanah Laut B
28 Hadiatul Hasanah Perempuan Tabalong B
29 Ita Perempuan Tanah Laut B
30 Marietna TM. Perempuan Tanah Laut B
31 Megawati Perempuan HST B
32 Noorhayati Perempuan HST B
33 Noviecka W Perempuan Tabalong B
34 Nurliani Perempuan Tanah Laut B
35 Salasiah Perempuan Batola B
36 Siti Zubaidah Perempuan HST B
37 Sri Widyastutik Perempuan Tabalong B
38 Syafariatul Jannah Perempuan Batola B
39 Ukhti Fada U. Perempuan Tanah Laut B
40 Wahdiah Perempuan HST B
41 Ary Priatna R. Laki-laki HST D
42 Zainul Aulia Laki-laki Tabalong D
43 Dede Dewantara Laki-laki Batola D
44 A. Fahriadi Laki-laki HST D
45 Miyandi Eko A. Laki-laki Tanah Laut D
46 Syarif F Laki-laki Batola D
47 Adi Rusandy Laki-laki HST D
48 M. Eko Wahono Laki-laki Tanah Laut D
49 A. Bahruddin J. Laki-laki Tabalong D
50 M. Hidayatullah Laki-laki HST D
51 Aulia Rahman Laki-laki Tanah Laut D
52 Ernadi Hepriyadi Laki-laki HST D
53 Arif Rahman P Laki-laki Batola D
54 Tri Wibowo Laki-laki Tabalong D
55 M. Raji Laki-laki HST D
56 Agus Setiawan Laki-laki Tabalong D
57 Ranto Yunawan Laki-laki Tabalong D
58 A. Syadzali Laki-laki Batola D
59 Rusdi Laki-laki Batola D
60 Raden. A. Surya MZ Laki-laki Tanah Laut D
61 Tonny Ispiani Laki-laki Batola D
Jumlah = 61 orang
C. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan untuk penelitian ini adalah observasi langsung ke
lapangan dengan menggunakan angket. Variabel yang diukur dalam penelitian ini
adalah perbedaan blok A, blok B dan blok D berdasarkan sifat kepemimpinannya.
Format instrumen sengaja dibuat sama agar lebih terlihat perbedaan antara variabel
yang diteliti.
KISI-KISI ANGKET
Variabel Sub variabel Indikator Item
Sifat
kepemimpinan
blok A
1. kemampuan
interpersonal
a. Mampu menjadi simbol
kepemimpinan dalam blok
1
b. Berinteraksi dengan teman,
mengajak untuk bersama-sama
bekerja dan memotivasinya
2, 3, 4
c. Menjalin suatu hubungan kerja
dan menangkap informasi untuk
kepentingan organisasi bloknya
5, 6
2. Mengolah
informasi
a. Memimpin rapat dengan teman
atau berpartisipasi dalam suatu
kepanitiaan
7
b. Menyampaikan informasi, nilai
– nilai baru dan fakta kepada
teman
8, 9, 10
c. Juru bicara atau memberikan
informasi kepada orang – orang
di luar organisasinya
11
3. Mengambil
keputusan
a. Mendesain perubahan dan
pengembangan dalam organisasi
12, 13
b. Mampu mengatasi masalah
terutama ketika organisasi
sedang dalam keadaan menurun
14
c. Mengawasi alokasi sumber daya
manusia, materi, uang dan
waktu di bloknya
15, 16, 17, 18
Variabel Sub variabel Indikator Item
Sifat
kepemimpinan
blok B
1. kemampuan
interpersonal
d. Mampu menjadi simbol
kepemimpinan dalam blok
1
e. Berinteraksi dengan teman,
mengajak untuk bersama-sama
bekerja dan memotivasinya
2, 3, 4
f. Menjalin suatu hubungan kerja
dan menangkap informasi untuk
kepentingan organisasi bloknya
5, 6
2. Mengolah
informasi
d. Memimpin rapat dengan teman
atau berpartisipasi dalam suatu
kepanitiaan
7
e. Menyampaikan informasi, nilai
– nilai baru dan fakta kepada
teman
8, 9, 10
f. Juru bicara atau memberikan
informasi kepada orang – orang
di luar organisasinya
11
3. Mengambil
keputusan
d. Mendesain perubahan dan
pengembangan dalam organisasi
12, 13
e. Mampu mengatasi masalah
terutama ketika organisasi
sedang dalam keadaan menurun
14
f. Mengawasi alokasi sumber daya
manusia, materi, uang dan
waktu di bloknya
15, 16, 17, 18
Variabel Sub variabel Indikator Item
Sifat
kepemimpinan
blok D
1. kemampuan
interpersonal
g. Mampu menjadi simbol
kepemimpinan dalam blok
1
h. Berinteraksi dengan teman,
mengajak untuk bersama-sama
bekerja dan memotivasinya
2, 3, 4
i. Menjalin suatu hubungan kerja
dan menangkap informasi untuk
kepentingan organisasi bloknya
5, 6
2. Mengolah
informasi
g. Memimpin rapat dengan teman
atau berpartisipasi dalam suatu
kepanitiaan
7
h. Menyampaikan informasi, nilai
– nilai baru dan fakta kepada
teman
8, 9, 10
i. Juru bicara atau memberikan
informasi kepada orang – orang
di luar organisasinya
11
3. Mengambil
keputusan
g. Mendesain perubahan dan
pengembangan dalam organisasi
12, 13
h. Mampu mengatasi masalah
terutama ketika organisasi
sedang dalam keadaan menurun
14
i. Mengawasi alokasi sumber daya
manusia, materi, uang dan
waktu di bloknya
15, 16, 17, 18
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data-data tentang perbedaan kepemimpinan antara blok A,
blok B dan blok D, instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket.
Penggunaan angket ini berdasarkan pertimbangan pernyataan Sutrisno Hadi
(2001;157) yaitu sebagai berikut:
1) Bahwa subjek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya.
2) Bahwa apa yang dinyatakan oleh objek kepada peneliti adalah benar dan dapat
dipercaya.
3) Bahwa interpretasi subjek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksudkan oleh penelitian.
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dilakukan dengan dua cara yaitu analisis deskriptif dan
analisis statistik.
a. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisa data dengan cara
menggambarkan data yang telah diperoleh sebagaimana adanya tanpa bermaksud
membuat kesimpulan (Sugiyono, 1998:112).
Analisis deskriptif dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran
perbedaan tingkat kepemimpinan Mahasiswa S1 PGSD Berasrama Banjarbaru
yang berada di Blok A, Blok B dan Blok D tahun 2010.
Kriteria yang digunakan untuk masing-masing individu adalah sebagai
berikut:
1. Blok A
No Interval Frekuensi Kriteria
1 18-36 0 Amat kurang
2 37-54 13 Kurang
3 55-72 6 Baik
4 73-90 1 Sangat baik
2. Blok B
No Interval Frekuensi Kriteria
1 18-36 0 Amat kurang
2 37-54 10 Kurang
3 55-72 9 Baik
4 73-90 1 Sangat baik
3. Blok D
No Interval Frekuensi Kriteria
1 18-36 0 Amat kurang
2 37-54 9 Kurang
3 55-72 10 Baik
4 73-90 1 Sangat baik
Selanjutnya perhitungan untuk memperoleh presentasi dengan menggunakan
rumus:
terangan :
P = angka presentasi
F = frekuensi yang dicari presentasinya
N = jumlah individu
Sementara untuk kriteria hasil presentasi adalah sebagai berikut :
00,00% - 20,00% = sebagian terkecil
21,00% - 40,00% = sebagian kecil
41,00% - 60,00% = cukup besar
61,00% - 80,00% = sebagian besar
81,00% - 100% = sebagian terbesar
(Anas Sudijono, 2001:40)
b. Analisis Statistik
Analisis data statistik yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan
teknik analisis varians yaitu untuk menguji perbedaan rata-rata hitung jika
kelompok sampel yang diuji lebih dari dua buah yang berasal dari populasi yang
berbeda.
Teknik varians (anava) dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Menghitung Jumlah Kuadrat Total (JKT) dengan menggunakan rumus seabagi
berikut:
JKT = –
2) Menghitung Jumlah Kuadrat Antar Kelompok (JKA) dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:
JKA =
3) Menghitung Jumlah Kuadrat Dalam Kelompok (JKD) dengan rumus sebagai
berikut:
JKD = JKT – JKA
4) Menghitung Rata-rata Hitung Kuadrat (RK) dengan rumus sebagai berikut:
RKA =
RKD =
5) Menghitung Nilai F (F0)
F =
Keterangan :
JK = Jumlah Kuadrat Simpangan Baku Individual
JKD = Jumlah Kuadrat Dalam Kelompok
JKA = Jumlah Kuadrat Antar Kelompok
JKT = Jumlah Kuadrat Total
RKD = Rata-rata Hitung Kuadrat Antar Kelompok
F = Rata-rata hitung sejumlah kelompok
c. Konsultasi Tabel Nilai- nilai F (Fo)
Penelitian ini dilaksanakan di asrama S1 PGSD Unlam Banjarbaru. Untuk
perhitungan F (Fo) dikonsultasikan dengan nilai-nilai F (Tabel ) dengan taraf
signifikansi 5% atau jika mungkin 1.Jika hipotesis (Ha) berbunyi : “Ada
perbedaan tingkat kepemimpinan Mahasiswa S1 PGSD Berasrama Banjarbaru
yang berada di Blok A, Blok B dan Blok D tahun 2010 % yaitu jika nilai Fo lebih
besar daripada nilai F Tabel pada taraf signifikansi 5% maupun 1 % maka dapat
dikatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dan hipotesis alternatif (Ha)
tersebut diterima. Sedangkan apabila sebaliknya nilai Fo lebih kecil daripada nilai
F Tabel taraf signifikansi 5% maupun 1 %, maka tidak ada perbedaan yang
signifikan dan hipotesis alternatif (Ha) ditolak.
BAB IV
LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang dilakukan melalui beberapa langkah mulai dari
berbagai persiapan melalui pengangkatan permasalahan, penentuan objek dan
sebagainya yaitu sebgai berikut:
1. Prosedur pertama adalah mengajukan proposal penelitian yang telah disetujui
oleh dosen pembimbing untuk melakukan penelitian dari Ketua UPP PGSD
Unlam Banjarbaru yang sekaligus Pembina Asrama PGSD Unlam Banjarbaru.
2. Prosedur kedua adalah mendapatkan izin melaksanakan penelitian di lingkungan
asrama PGSD Unlam Banjarbaru.
3. Prosedur ketiga adalah pengajuan permohonan dan pemberian izin penelitian oleh
Ketua UPP PGSD Unlam Banjarbaru yang sekaligus Pembina Asrama Unlam
Banjarbaru.
B. Pengumpulan Data Penelitian
Data penelitian ini dikumpulkan melalui cara langsung mendatangi responden
di PGSD Berasrama Unlam Banjarbaru dan memberi angket kepada seluruh
mahasiswa yang tinggal di asrama tersebut kecuali peneliti. Karena peneliti termasuk
dalam mahasiswa yang tinggal di asrama tersebut maka peneliti tidak termasuk dalam
responden.
C. Pengolahan Data Penelitian
Dalam pengolahan data penelitian ini data yang telah terkumpul yaitu data
daftar nama penghuni asrama yang di bagi menjadi 3 blok yaitu blok A yang dihuni
oleh 20 orang mahasiswa perempuan, blok B yang dihuni oleh 20 orang perempuan
dan blok D yang dihuni oleh 21 orang laki-laki yang termasuk di dalamnya peneliti
sendiri. Tetapi peneliti tidak dimasukkan ke dalam responden untuk keseimbangan
jumlah 3 blok yang akan diteliti perbedaannya dari sifat-sifat kepemimpinannya.
D. Analisis Data
1. Analisis Deskriptif
Dari pengolahan data yang dilakukan peneliti diperoleh gambaran perbedaan
sifat kepemimpinan yang cukup signifikan untuk perbedaan sifat-sifat
kepemimpinan mahasiswa S1 PGSD Berasrama Unlam Banjarbaru.
a. Gambaran Sifat-sifat Kepemimpinan
Gambaran sifat-sifat kepemimpinan yang ditunjukkan oleh kebiasaan
dan tingkah laku mahasiswa yang diamati peneliti sehari-hari sifat-sifat
kepemimpinan yang dimiliki mahasiswa PGSD Berasrama Unlam Banjarbaru
cukup terlihat dalam hal terlaksananya Hardiknas 2010 dengan sangat bagus
dan adanya kegiatan turnamen futsal yang diadakan pada bulan Mei-Juni yang
berjalan dengan sangat bagus pula. Dalam hal ini terlihat sekali sifat-sifat
kepemimpinan individu mahasiswa cukup bagus dalam kesadaran turut
mendukung dan saling membantu untuk terlaksananya kegiatan tersebut
dengan sukses.
b. Gambaran Antar Blok
Peneliti merasakan adanya perbedaan yang cukup mencolok dari sifat-
sifat kepemimpinan individu antar blok dalam satu asrama. Misalnya saja
dalam masalah kebersihan kamar masing-masing yang antar blok cukup
berbeda dan apabila dalam satu blok kebersihan kamarnya hampir sama
kebersihannya. Hal ini dilihat peneliti ketika peneliti membantu ketua Asrama
PGSD Unlam Banjarbaru memeriksa kamar semua mahasiswa S1 PGSD
Berasrama Unlam Banjarbaru dalam rangka lomba kebersihan kamaar dan
blok. Oleh karena itu peneliti mengelompokkan perbedaan sifat-sifat
kepemimpinan dalam masing-masing blok. Selain itu misalnya lagi dalam
masalah mengelola waktu yang dilihat dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan
masing-masing kelompok dalam blok yang hampir seluruhnya sama misalnya
dalam satu blok ada yang kegiatannya kebanyakan mahasiswanya yang selalu
berolahraga, ada satu blok yang kegiatannya kebanyakan berbincang-bincang
membahas tentang masalah perkuliahan dan lain sebagainya serta terlihatnya
kesenjangan antar blok yang dalam hal kebersamaan.
2. Analisis Statistik
Data perbandingan sifat-sifat kepemimpinan yang dimiliki oleh mahasiswa
S1 PGSD Berasrama Unlam Banjarbaru berdasarkan masing-masing blok dihitung
dengan uji F – test Varians (Anava).
Perhitungan yang dilakukan secara keseluruhan adalah sebagai berikut:
1) Perhitungan Jumlah Kuadrat Total (JKT) dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
JKT
JKT
JKT
JKT
JKT
2) Perhitungan Jumlah Kuadrat Antar Kelompok (JKA) dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
JKA
JKA
JKA
JKA
JKA
JKA
3) Perhitungan Jumlah Kuadrat Dalam Kelompok (JKD) dengan rumus sebagai berikut:
JKD
JKD
JKD
4) Perhitungan Rata-Rata Hitung Kuadrat (RK) dengan rumus sebagai berikut:
Rata-rata hitung kuadrat (RK) didapatkan dengan rumus sedangkan
untuk rata-rata hitung itu sendiri dari rata-rata hitung kuadrat antar kelompok (RKA)
dan rata-rata hitung dalam kelompok. Jadi keduanya dihitung terpisah.
Karena jumlah kelompok yang dibandingkan ada 3 kelompok maka m=3.
Sedangkan derajat kebebasan rata-rata kelompok (dba) didapatkan dengan cara
mengurangkan jumlah kelompok dengan 1. Jadi, dba = m-1 dimana m=3 menjadi dba
= 3 – 1 = 2. Sementara untk menghitung derajat kebebasan rata-rata hitung dalam
kelompok (dbd) adalah dengan cara dbt (derajat kebebasan total) dikurangi deajat
kebebasan kelompok dimana dbt diperoleh dari seluruh jumlah mahasiswa dikurang 1
(60-1=59) sehingga dbt = 59. Sehingga didapatkan rumusnya yaitu,
Dbd = dbt – dba
Dbd = 59 – 2
Dbd = 57
Setelah semuanya diketahui, kita dapat melakukan perhitungan dengan rumus:
5) Perhitungan nilai F (Fo) dengan rumus :
1,937
Selanjutnya berdasarkan perhitungan-perhitungan di atas maka dapat
diperoleh hasil sebagai berikut:
JKT = Jumlah Kuadrat Total ( Sum of Square Total)
JKA = Jumlah Kuadrat Antar Kelompok (Mean Square Between)
JKD = Jumlah Kuadrat Dalam Kelompok (Mean Square Withen)
RKA = Rata-rata Hitung Kuadrat Antar Kelompok (Mean Square Between Groups)
RKD = Rata-rata Hitung Kuadrat Dalam Kelompok (Mean Square Withen Groups)
F = Rata-rata Hitung sejumlah Kelompok 1,937
Sumber
Variasi
Jumlah
Kuadrat (JK)
db Rata-rata Hitung
Kuadrat (RK)
F Observasi
(Fo)
F Teoritis (Ft)
Antar
Kelompok
2 1,937 3,15 (5%)
4,98 (1%)
Dalam
Kelompok
57
Total
6) Konsultasi Tabel Nilai F
Berdasarkan perhitungan-perhitungan di atas maka diperoleh nilai F (Fo)
sebesar 1,937 dan selanjutnya dikonsultasikan dengan tabel nilai F dengan taraf
signifikansi 5% atau jika mungkin 1%. Berdasarkan tabel nilai F ketika disilangkan
dari db 2 pada baris paling atas ditarik ke bawah, db 57 tidak ditemukan dalam tabel
sehingga diambil db yang paling dekat yaitu 60 sehingga diperoleh nilai F = 3,15 pada
taraf signifikansi 5% serta diperoleh F = 4,98 pada taraf sinifikansi 1%. Berdasarkan
data tersebut terlihat bahwa nilai Fo =1, 937 lebih kecil daripada nilai F pada tabel
pada taraf signifikansi 5% yaitu 3,15 dan pada taraf signifikansi 1% yaitu 4,98.
Dengan kata lain dapat digambarkan sebagai berikut:
Fo = 1,937 < F tabel = 3,15 pada taraf signifikansi 5%
Fo = 1,937 < F tabel = 4,98 pada taraf signifikansi 1%
Berdasarkan hasil di atas, maka dalam hal ini hipotesis yang menyatakan
terdapat perbedaan sifat-sifat kepemimpinan antara blok A, blok B, dan Blok D
mahasiswa PGSD Berasrama Banjarbaru tahun 2010 ditolak. Hal ini berarti bahwa
tidak ada perbedaaan yang signifikan antara sifa-sifat kepemimpinan antara blok A,
blok B, dan Blok D mahasiswa PGSD Berasrama Banjarbaru tahun 2010.
E. Pembahasan
Menurut hasil perhitungan yang telah dilakukan di atas telah menunjukkan
bahwa perbedaan sifat-sifat kepemimpinan pada diri mahasiswa S1 PGSD Berasrama
Unlam Banjarbaru tidak terlalu signifikan. Meskipun sifat kepemimpinan pada diri
seseorang dapat mempengaruhi bagaimana cara mereka bersikap, bertingkah laku dan
bertutur kata, namun tergantung pada penghayatan masing-masing individu.
Seseorang yang memang berbakat menjadi seorang pemimpin akan bertingkah laku,
bersikap dan bertutur dengan penuh kewibawaan dan dapat mempengaruhi orang lain.
Berdasarkan kajian teoritis dan hasil penelitian yang telah dilakukan, perbedaan
sifat-sifat kepemimpinan tidak dapat dibandingkan melalui kelompok- kelompok yang
dalam hal ini per blok. Tetapi masih ada faktor-faktor lain yang dapat menjadi acuan
untuk membandingkan sifat-sifat kepemimpinan mahasiswa misalnya berdasarkan
asal daerah mereka maupun dari segi ekonomi. Sangat banyak hal dapat dijadikan
acuan. Namun dalam penelitian ini, terlihat bahwa hasil penelitian menunjukkan
bahwa tidak ada perbedaan sifat-sifat kepemimpinan mahasiswa S1 PGSD Berasrama
Unlam Banjarbaru.
Dengan demikian perbedaan berdasarkan blok pada mahasiswa S1 PGSD
Berasrama Unlam Banjarbaru tidak memberikan pengaruh yang berarti pada sifat-sifat
kepemimpinan mereka secara individual.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil penelitian yang telah dilakukan pada mahasiswa S1 PGSD Berasrama
Unlam Banjarbaru telah berjalan dengan baik dan lancar. Dari hasil tersebut dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Sifat-sifat kepemimpinan pada individu sangat perlu untuk dikembangkan agar
terbinanya generasi-generasi penerus yang berjiwa pemimpin sehingga dapat
pemimpin dalam berbagai organisasi paling tidak untuk memimpin dirinya
sendiri.
2. Kepemimpinan dapat dillihat dari berbagai aspek, tidak hanya pada sifat
melainkan juga pada gaya, bakat, dan lain sebagainya.
3. Sifat-sifat kepemimpinan pada mahasiswa S1 PGSD Berasrama Unlam
Banjarbaru terlihat cukup bagus dan dari segi sifat-sifat kepemimpinannya tidak
terlalu berbeda jika dilihat dari per blok.
4. Berdasarkan hasil penelitian ini, perbandingan sifat-sifat kepemimpinan S1
PGSD Berasrama Unlam Banjarbaru tidak terdapat perbedaan yang signifikan.
Hipotesis yang menyatakan adanya pebedaan antara sifat –sifat kepemimpinan S1
PGSD Berasrama Unlam Banjarbaru berdasarkan blok tersebut ditolak. Dengan
kata lain bahwa tidak ada perbedaan antara sifat –sifat kepemimpinan S1 PGSD
Berasrama Unlam Banjarbaru baik yang ada di blok A, blok B dan Blok D.
B. Saran-saran
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa antara sifat–
sifat kepemimpinan S1 PGSD Berasrama Unlam Banjarbaru berdasarkan blok.
Namun secara mendasar sifat-sifat kepemimpinan individu berbeda-beda. Ada yang
memang sudah berbakat dan memiliki jiwa menjadi seorang pemimpin, namun tidak
sedikit pula yang memang tidak bisa menjadi pemimpin dan hanya suka menjadi
bawahan yang penurut atau bahkan ada individu yang belum tahu dan menyadari
bakatnya menjadi seorang pemimpin. Oleh karena itu dapat dikemukakan saran-saran
sebagai berikut:
1. Bagi mahasiswa S1 PGSD Berasrama Unlam Banjarbaru agar lebih bisa
mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya dan belajar memimpin mulai
dari memimpin diri sendiri karena nantinya akan menjadi seorang yang digugu
dan ditiru oleh murid-muridnya nanti.
2. Bagi pembina dan ketua asrama S1 PGSD Berasrama Unlam Banjarbaru agar
lebih mengembangkan dan membina individu yang memiliki jiwa pemimpin yang
memang berkompetensi karena tidak semua orang memiliki jiwa kepemimpinan
untuk memimpin organisasi.
3. Bagi semua pihak yang benar-benar memahami pentingnya mengembangkan
sifat-sifat kepemimpinan untuk mendapatkan pemimpin yang nantinya
berkompetensi dan tanggap terhadap segala situasi serta beriman dan bertaqwa.