Upload
others
View
13
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
UJI KUALITAS PARAMATER BESI DAN SENG AIR ISIULANG DI KECAMATAN DARUL MAKMUR
KABUPATEN NAGAN RAYA TAHUN 2013
SKRIPSI
OLEH:
NOVI ERI SABELLANIM: 08C10104065
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMARMEULABOH-ACEH BARAT
2013
UJI KUALITAS PARAMATER BESI DAN SENG AIR ISIULANG DI KECAMATAN DARUL MAKMUR
KABUPATEN NAGAN RAYA TAHUN 2013
SKRIPSI
OLEH:
NOVI ERI SABELLANIM: 08C10104065
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar SarjanaKesehatan Masyarakat Pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Teuku Umar Meulaboh
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMARMEULABOH-ACEH BARAT
2013
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air adalah unsur yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.
Bahkan dapat dipastikan tanpa pengembangan sumberdaya air secara konsisten
peradaban manusia tidak akan mencapai tingkat yang dinikmati sampai saat ini.
Oleh karena itu pengembangan dan pengolahan sumber daya air merupakan dasar
peradaban manusia (Sunaryo, dkk, 2005).
Penting untuk kita ketahui, penyakit yang berhubungan dengan kurangnya
ketersediaan air bersih, sanitasi dan hygiene (perilaku hidup sehat) merupakan
penyakit yang paling sering berulang dan juga merupakan penyebab kematian
terbesar di dunia yang menyebabkan lebih dari 3 juta orang meninggal pada tiap
tahunnya, yang umumnya adalah anak-anak. Kalau kita lihat statistik dunia, saat
ini hampir sekitar 1,1 miliar peduduk dunia tidak memiliki akses terhadap air
bersih dan 2,5 miliar tidak memiliki akses terhadap fasilitas sanitasi dasar yang
layak. (WHO, 2010).
Indonesia sendiri merupakan negeri kaya air juga tidak luput dari
persoalan air bersih. berdasarkan data Survey (SUSENAS) 2011 pada tri wulan III
bulan September, baru 42,52% masyarakat indonesia yang memiliki akses air
bersih, angka tersebut menurun dibandingkan tahun 2010 yaitu 44,19%
masyarakat Indonesia yang memiliki akses terhadap air bersih dan 55,54% yang
memiliki akses terhadap fasilitas sanitasi dasar.
2
Situasi ini tidak jauh berbeda dengan di Aceh. Menurut data Riset
Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2010, 62,9 % masyarakat mempunyai akses air
minum yang layak, sementara yang memiliki akses kepada air minum yang layak
dan berkelanjutan sesuai dengan definisi Millennium Development Goals (MDGs)
hanya 34,2% yang memiliki akses air bersih dan 63,6 % masyarakat sudah
memiliki fasilitas sanitasi dasar yang sesuai dan layak dan hanya 13,22 %
masyarakat yang mengunakan sumber air sumur tak terlindung. (Litbang Depkes
RI, 2010).
Berdasarkan hasil evaluasi Direktorat Pengembangan Air Minum
Kementerian Pekerjaan Umum, untuk cakupan layanan air minum di Provinsi
Aceh menduduki urutan ke-8 dari 10 provinsi se-Wilayah I Sumatra. 60%
penduduk hingga saat ini belum terlayani dan tidak menikmati kebutuhan air
bersih, kondisi ini disebabkan perusahaan PDAM sebagian besar kabupaten/kota
di aceh belum mampu menyediakan air minum kepada masyarakat sesuai dengan
standar kesehatan. (Kementerian PU, 2013).
Pengadaan air bersih untuk kepentingan rumah tangga seperti untuk air
minum, air mandi, dan sebagainya harus memenuhi persyaratan yang sudah
ditentukan oleh pemerintah Republik Indonesia. Dalam hal ini persyaratan
kualitas air minum harus sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam
Permenkes RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010, dimana setiap komponen yang
dikandung dalam air minum harus sesuai dengan yang ditetapkan. Air minum
selain merupakan kebutuhan esensial, namun juga berpotensi sebagai media
penularan penyakit, keracunan dan sebagainya (Widyanti, 2004).
3
Besi (Fe) adalah satu elemen yang dapat ditemui dalam air, besi dalam
jumlah kecil di dalam tubuh manusia berfungsi sebagai pembentuk sel-sel darah
merah, namun dalam dosis besar dapat merusak dinding usus. Seng atau juga
disebut Zinkum (Zn) merupakan mineral mikro yang diperlukan untuk
pertumbuhan, penambah nafsu makan dan penyembuhan luka, asupan seng yang
berlebih dapat menyebabkan mual, muntah, sakit kepala, dan nyeri abdomen.
(Yuliana, 2009; Gunawan, 2009).
Air tawar bersih yang layak minum, semakin langka di perkotaan. Sungai-
sungai maupun air tanah yang menjadi sumbernya sudah tercemar berbagai
macam limbah, baik dari rumah tangga hingga limbah beracun dari industri. Itulah
salah satu alasan mengapa air minum dalam kemasan (AMDK) yang
menggunakan air pegunungan banyak dikonsumsi. Namun harga air minum dalam
kemasan (AMDK) dari berbagai merek yang terus meningkat membuat konsumen
mencari alternatif baru yang murah. Air minum isi ulang menjadi jawabannya.
Air minum yang bisa diperoleh di depot-depot isi ulang harganya bisa sepertiga
dari produk air minum dalam kemasan yang bermerek. Karena itu banyak rumah
tangga beralih pada layanan ini. Hal inilah yang menyebabkan depot-depot air
minum isi ulang bermunculan (Widyanti, 2004).
Keberadaan depot air minum isi ulang terus meningkat sejalan dengan
dinamika keperluan masyarakat terhadap air minum yang bermutu dan aman
untuk dikonsumsi. Meski lebih murah, tidak semua depot air minum isi ulang
terjamin keamanan produknya. Contohnya Hasil pengujian laboratorium yang
dilakukan Badan Pengawasan Obat dan Makanan ( BPOM ) atas kualitas depot air
minum isi ulang di Jabotabek menunjukkan adanya cemaran mikroba dan logam
4
berat timbal (Pb), cadmium (Cd) dan merkuri (Hg) pada sejumlah sampel air
minum isi ulang (Widyanti, 2004).
Berdasarkan hal di atas maka pada kesempatan ini penulis ingin
memeriksa kadar mineral besi (Fe) dan seng (Zn) pada air minum isi ulang yang
beredar di Kecamatan Darul Makmur Nagan Raya, mengingat bahwa air isi ulang
mulai menjamur namun tidak pernah ada upaya pengawasan dari Pemerintahan
Kabupaten Nagan Raya khusus nya dinas kesehatan.
1.2. Rumusan Masalah
Apakah kadar kandungan besi (Fe) dan seng (Zn) pada air minum isi ulang
yang diproduksi di Kecamatan Darul Makmur Nagan Raya sudah memenuhi
persyaratan kesehatan yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
492/MENKES/PER/IV/2010 tentang persyarat kualitas air minum.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Mengukur kandungan besi dan seng pada air minum isi ulang sesuai
dengan persyaratan kesehatan yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri
Kesehatan RI Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas
air minum.
5
1.3.2. Tujuan Khusus
a) Mengetahui kadar Besi (Fe), pada air minum isi ulang yang
diproduksi di Kecamatan Darul Makmur Nagan Raya.
b) Mengetahui kadar Seng (Zn) pada air minum isi ulang yang
diproduksi di Kecamatan Darul Makmur Nagan Raya.
1.4. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini, Peneliti sangat berharap agar bisa memberikan
sumbangan pemikiran yang dapat membawa manfaat serta berguna bagi orang
lain, istansi, maupun institusi baik secara praktis maupun secara teoritis, yaitu :
1.4.1 Manfaat Praktis
a) Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Nagan Raya agar dapat
meningkatkan pembinaan dan pengawasan terhadap pengelolaan Depot
Air Mimun Isi Ulang secara kontiniu dan berkala.
b). Memberikan masukan bagi pengelola depot Air isi ulang, akan pentingnya
menerapkan higiene sanitasi dan pemeriksaan secara berkala kualitas air
minum di depot serta menjaga kualitas produk dengan menggunakan
sumber air yang memenuhi persyaratan sesuai dengan Permenkes RI No.
492/MENKES/PER/IV/2010.
c). Memberikan informasi kepada masyarakat yang menggunakan air minum
isi ulang (AMIU) agar lebih selektif memilih depot yang higienis, bebas
dari bahan tercemar dan memenuhi syarat kesehatan.
6
1.4.2 Manfaat Teoritis
a) Sebagai Media untuk menambah pengetahuan dan pengalaman penulis
dalam mengaplikasikan ilmu yang di peroleh di bangku kuliah.
b) Menjadi referensi dan bahan pembanding bagi penelitian berikutnya.
c) sebagai sumbangan Ilmiah dan informasi dalam memperkaya khasanah
ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang kesehatan lingkungan.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Air dan Air Minum
2.1.1 Pengertian Air
Air adalah senyawa kimia dengan rumus kimia H2O terdiri dari hidrogen
(11,1888 %) dan oksigen (88,812 %), satu molekul air tersusun atas dua atom
hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat tidak
berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar. Zat kimia ini
merupakan suatu pelarut universal karena mampu melarutkan banyak zat kimia
lainnya, seperti garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan senyawa organik
(Wikipedia, 2012).
Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al Qamar ayat 12 yang arti
nya: ”Dan kami jadikan bumi memancarkan mata air-mata air, Maka bertemu-
lah air-air itu untuk suatu urusan yang sungguh telah ditetapkan”
Air merupakan suatu sarana untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam
penularan terutama penyakit saluran pencernaan. Oleh sebab itu, upaya penyedian
air bersih baik dari segi kualitas maupun kuantitas perlu dilakukan sehingga
berbagai yang dapat ditularkan melalui media air dapat diminimalisasi. (Sutrisno,
2004).
Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara,
sekitar tiga perempat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorangpun
dapat bertahan hidup lebih dari 4 - 5 hari tanpa minum air. Selain itu air juga
8
dipergunakan untuk memasak, mencuci, mandi, dan membersihkan kotoran yang
ada disekitar rumah. Air juga digunakan untuk keperluan industri, pertanian
pemadam kebakaran, tempat rekreasi, transfortasi dan lain-lain. Penyakit-penyakit
yang menyerang manusia dapat juga ditularkan dan disebarkan melalui air,
kondisi tersebut tentunya dapat menimbulkan wabah penyakit dimana-mana.
(Budiman, 2007).
2.1.2 Pengertian Air Minum
Menurut Permenkes RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010, air minum
adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang
memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Jenis air minum
meliputi :
1. Air Minum dari Air Bersih (dimasak dulu sebelum dikonsumsi) Diperoleh
dari sumber : Air PDAM, air sumur dll
2. Air Minum dalam kemasan (AMDK)
3. Air Minum isi ulang (AMIU)
Syarat-syarat air minum adalah tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak
berbau. Air minum pun seharusnya tidak mengandung kuman patogen yang dapat
membahayakan kesehatan manusia, tidak mengandung zat kimia yang dapat
mengubah fungsi tubuh, tidak dapat diterima secara estetis, dan dapat merugikan
secara ekonomis. Selain itu kebutuhan kualitas dan kuantitas air masyarakat harus
dipenuhi untuk memenuhi syarat hidup sehat. (Slamet, 2004)
9
2.2. Persyaratan dan Penilaian Air Minum
2.2.1 Persyaratan Kualitas Air Minum
Pemanfaatan air dalam kehidupan harus memenuhi persyaratan baik
kualitas dan kuantitas yang erat hubungannya dengan kesehatan. Air yang
memenuhi persyaratan kuantitas apabila air tersebut mencukupi semua kebutuhan
keluarga baik sebagai air minum maupun untuk keperluan rumah tangga lainnya.
Sedangkan air yang memenuhi persyaratan kualitas air minum menurut
Permenkes RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010, dapat digolongkan dengan
empat syarat :
1. Syarat Fisik
Air minum yang dikonsumsi sebaiknya tidak berasa, tidak berbau, tidak
berwarna, tidak keruh, dan suhu udara maksimal ± 30C. (Slamet, 2007)
2. Syarat Kimia
Dari segi parameter kimia, air yang baik adalah air yang tidak tercemar
secara berlebihan oleh zat-zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan antara lain air
raksa (Hg), alumunium (Al), arsen (As), barium (Ba), besi (Fe), flourida (F),
tembaga (Cu), derajat keasaman (pH), dan zat kimia lainnya. Kandungan zat
kimia dalam air bersih yang digunakan sehari-hari hendaknya tidak melebihi
kadar maksimum yang diperbolehkan. Penggunaan air yang mengandung bahan
kimia beracun dan zat-zat kimia yang melebihi ambang batas berakibat tidak baik
bagi kesehatan dan material yang digunakan manusia.
3. Syarat Mikrobilogis
Air minum yang aman harus terhindar dari kemungkinan kontaminasi E-
coli atau koliform tinja dengan standar 0 dalam 100 ml air minum. Keberadaan E-
10
coli dalam air minum merupakan indikasi telah terjadinya kontaminasi tinja
manusia. (Pitojo dan Purwantoyo, 2002)
4. Syarat Radioaktif
Air minum yang akan dikonsumsi hendaknya terhindar dari kemungkinan
terkontaminasi radiasi radioaktif melebihi batas maksimal yang diperkenankan.
2.2.2 Penilaian Kualitas Air
Penilaian fisik air dapat dianalisis secara visual dengan panca indra.
Misalnya keruh atau berwarna dapat langsung dilihat, bau dapat dicium
menggunakan hidung. Penilaian tersebut tentu saja bersifat kualitatif. Misalnya,
bila tercium bau yang berbeda maka rasa air pun berbeda (Kusnaedi, 2006).
Faktor yang dijadikan sebagai pertimbangan dalam penetapan standar kualitas air,
yaitu :
1. Kesehatan : faktor kesehatan dipertimbangkan dalam penetapan standar
guna menghindarkan dampak merugikan kesehatan.
2. Estetika : faktor estetika diperhatikan guna memperoleh kondisi yang
nyaman.
3. Teknis : faktor tekhnis ditinjau dengan mengingat bahwa kemampuan
teknologi dalam pengolahan air sangat terbatas, atau untuk tujuan
menghindarkan efek-efek kerusakan dan gangguan instalasi atau peralatan
yang berkaitan dengan pemakaian air yang dimaksud.
4. Toksisitas : faktor toksisitas ditinjau guna menghindarkan terjadinya efek
racun bagi manusia.
11
5. Populasi : faktor populasi dimaksudkan dalam kaitannya dengan
kemungkinan terjadinya pencemaran air oleh suatu polutan.
6. Proteksi : faktor proteksi dimaksudkan untuk menghindarkan atau
melindungi kemungkinan terjadinya kontaminasi.
7. Ekonomi : faktor ekonomi dipertimbangkan dalam rangka menghindarkan
kerugian-kerugian ekonomi.
2.3. Manfaat Air Bagi Kesehatan
Air minum dalam tubuh manusia berfungsi untuk menjaga keseimbangan
metabolisme dan fisiologi tubuh setiap waktu, air perlu dikonsumsi karena setiap
saat tubuh bekerja dan berproses. Disamping itu, air juga berguna untuk
melarutkan dan mengolah sari makanan agar dapat dicerna. Tubuh manusia terdiri
dari berjuta- juta sel dan komponen terbanyak sel-sel itu adalah air. Jika
kekurangan air, sel tubuh akan menciut dan tidak dapat berfungsi dengan baik.
Begitu pula air merupakan bagian ekskreta cair (keringat,air mata, air seni), tinja,
uap pernafasan, dan cairan tubuh (darah lympe) lainnya (Depkes RI, 2006).
Menurut Slamet (2004), air digunakan untuk melarutkan berbagai jenis zat
yang diperlukan oleh tubuh. misalnya untuk melarutkan oksigen sebelum
memasuki pembuluh-pembuluh darah yang ada di sekitar alveoli. begitu juga
dengan zat-zat makanan hanya dapat diserap apabila dapat larut dalam cairan yang
meliputi selaput lender usus. di samping itu, transportasi zat-zat makanan dalam
tubuh semuanya dalam bentuk larutan dengan pelarut air. air juga berguna untuk
mempertahankan suhu badan karena dengan penguapannya suhu dapat menurun.
12
2.4 Sumber – Sumber Air Bersih
Sumber daya alam yaitu air dapat diperoleh dari air permukaan meliputi
air sungai, danau, waduk, rawa dan genangan air lainya. Pada air tanah dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu air tanah tidak tertekan (bebas) adalah air
terletak pada suatu dasar yang kedap air dan mempunyai permukaan bebas. Pada
air tanah tertekan adalah air yang sepenuhnya jenuh dengan bagian atas dan
bawah dibatasi oleh lapisan yang kedap air, salah satunya sumur (Effendi, 2003).
Dalam memenuhi air minum sehari-hari diperlukan air minum yang sesuai dengan
keadaan, kebutuhan dan peruntukannya. Pengadaan sarana air minum di dasarkan
pada tujuan penyediaan air minum. tujuan penyediaan air minum adalah :
a) Menyediakan air yang aman dan menyehatkan kepada para pemakai
b) Menyediakan air dalam jumlah yang cukup
c) Menyediakan air yang siap digunakan secara sehat
Pada prinsipnya semua air dapat diolah menjadi air minum. Sumber-
sumber air dapat dibagi menjadi (Notoatmodjo, 2004) :
1. Air hujan
Air hujan merupakan penyulingan awan/air murni yang ketika turun dan
melalui udara akan melarutkan benda yang terdapat diudara. Setelah mencapai
permukaan bumi air hujan bukan merupakan air bersih lagi.
2. Air permukaan
Air permukaan merupakan salah satu sumber air yang dapat dipakai untuk
bahan baku air bersih. Dalam penyediaan air bersih terutama untuk minum dalam
sumbernya perlu diperhatikan tiga segi penting yaitu mutu air baku, banyaknya air
baku dan kontinyuitas air baku. (Chandra, 2007)
13
3. Air Tanah
Air tanah adalah sebagian air hujan yang mencapai permukaan bumi akan
menyerap ke dalam tanah. Sebelum mencapai lapisan tanah air hujan akan
merembes beberapa lapisan tanah sambil berubah sifatnya air yang diperuntukkan
bagi konsumsi minum harus berasal dari sumber yang bersih dan aman. Dapat
dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan domestik dan rumah tangga.
(Budiman, 2007)
Sarana air bersih yang sering digunakan oleh masyarakat bersumber dari
Sumur gali, Sumur Pompa Tangan, penampungan air hujan perlindungan mata air
/perpipaan (Ditjen PPM & PLP, 1999) Sumur merupakan sumber utama
persediaan air bersih bagi penduduk di daerah pedesaan maupun perkotaan
Indonesia.
2.5 Depot Air Minum
2.5.1 Pengertian Depot Air Minum
Depot air minum adalah usaha industri yang melakukan proses pengolahan
air baku menjadi air minum dan menjual langsung kepada konsumen. Proses
pengolahan air pada depot air minum pada prinsipnya adalah filtrasi dan
desinfeksi. Proses filtrasi dimaksudkan selain untuk memisahkan kontaminan
tersuspensi juga memisahkan campuran yang berbentuk koloid termasuk
mikroorganisme dari dalam air, sedangkan desinfeksi dimaksudkan untuk
membunuh mikroorganisme yang tidak tersaring pada proses sebelumnya
(Athena, 2004).
14
2.5.2 Peralatan Depot Air Minum
Alat-alat yang digunakan untuk mengolah air baku menjadi air minum
pada depot air minum isi ulang adalah :
1. Storage Tank: berguna untuk penampungan air baku yang dapat
menampung air sebanyak 3000 liter.
2. Stainless Water Pump: berguna untuk memompa air baku dari tempat
storage tank ke dalam tabung filter.
3. Tabung Filter: Tabung filter mempunyai tiga fungsi, yaitu :
a) Tabung yang pertama untuk menyaring patikel-partikel kasar dengan
bahan dari pasir atau jenis lain yang efektif dengan fungsi yang sama.
b) Tabung yang kedua berfungsi untuk untuk menghilangkan kekeruhan
dengan hasil yang maksimal dan efisien.
c) Tabung yang ketiga adalah merupakan karbon filter yang berfungsi
sebagai penyerap debu, rasa, warna sisa khlor dan bahan organik.
4. Micro Filter: Saringan air yang terbuat dari polyprophylene fiber yang
gunanya untuk menyaring partikel air dengan maksud untuk memenuhi
persyaratan air minum.
5. Flow Meter: digunakan untuk mengukur air yang mengalir ke dalam.
6. Lampu ultraviolet dan ozon : digunakan untuk desinfeksi/sterilisasi pada
air yang telah diolah.
7. Galon isi ulang: digunakan sebagai tempat atau wadah untuk menampung
atau menyimpan air minum di dalamnya.
15
2.5.3. Proses Produksi Depot Air Minum
Menurut Keputusan Menperindag RI Nomor 651/MPP/Kep/l0/2004
tentang Persyaratan Teknis Depot Air Minum dan Perdagangannya, urutan proses
produksi air minum di depot air minum adalah sebagai berikut :
1. Penampungan air baku dan syarat bak penampung
Air baku yang diambil dari sumbernya diangkut dengan menggunakan
tangki dan selanjutnya ditampung dalam bak atau tangki penampung (reservoir).
Bak penampung harus dibuat dari bahan tara pangan (food grade), harus bebas
dari bahan-bahan yang dapat mencemari air. Tangki pengangkutan mempunyai
persyaratan yang terdiri atas:
a) Khusus digunakan untuk air minum
b) Mudah dibersihkan serta di desinfektan dan diberi pengaman
c) Harus mempunyai manhole
d) Pengisian dan pengeluaran air harus melalui kran
e) Selang dan pompa yang dipakai untuk bongkar muat air baku harus diberi
penutup yang baik, disimpan dengan aman dan dilindungi dari
kemungkinan kontaminasi.
Tangki, galang, pompa dan sambungan harus terbuat dari bahan tara
pangan (food grade), tahan korosi dan bahan kimia yang dapat mencemari air.
Tangki pengangkutan harus dibersihkan disanitasi dan desinfeksi bagian luar dan
dalam minimal 3 (tiga) bulan sekali
16
2. Penyaringan bertahap terdiri dari :
a) Saringan berasal dari pasir atau saringan lain yang efektif dengan fungsi
yang sama. Fungsi saringan pasir adalah menyaring partikel-partikel yang
kasar. Bahan yang dipakai adalah butir-butir silica (SiO2) minimal 80%.
b) Saringan karbon aktif yang berasal dari batu bara atau batok kelapa
berfungsi sebagai penyerap bau, rasa, warna, sisa khlor dan bahan organik.
Daya serap terhadap Iodine (I2) minimal 75%.
c) Saringan/Filter lainnya yang berfungsi sebagai saringan halus berukuran
maksimal 10 (sepuluh) micron.
3. Desinfeksi
Desinfeksi dilakukan untuk membunuh kuman patogen. Proses desinfeksi
dengan menggunakan ozon (O3) berlangsung dalam tangki atau alat pencampur
ozon lainnya.Tindakan desinfeksi selain menggunakan ozon, dapat dilakukan
dengan cara penyinaran Ultra Violet (UV).
a) Pembilasan, Pencucian dan Sterilisasi Wadah
Wadah yang dapat digunakan adalah wadah yang terbuat dari bahan tara
pangan (food grade) dan bersih. Depot air minum wajib memeriksa wadah yang
dibawa konsumen dan menolak wadah yang dianggap tidak layak untuk
digunakan sebagai tempat air minum. Wadah yang akan diisi harus disanitasi
dengan menggunakan ozon (O3). Bilamana dilakukan pencucian maka harus
dilakukan dengan menggunakan berbagai jenis deterjen tara pangan (food grade)
dan air bersih dengan suhu berkisar 60-850C, kemudian dibilas dengan air
17
minum/air produk secukupnya untuk menghilangkan sisa-sisa deterjen yang
dipergunakan untuk mencuci.
b) Pengisian
Pengisian wadah dilakukan dengan menggunakan alat dan mesin serta
dilakukan dalam tempat pengisian yang hygienis.
2.5.4. Hygiene Sanitasi Depot Air Minum
Hygiene sanitasi adalah upaya kesehatan yang mengurangi atau
menghilangkan faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya pencemaran
terhadap air minum dan sarana yang digunakan untuk proses pengolahan,
penyimpanan dan pembagian air minum. Hygiene sanitasi depot air minum
meliputi (Depkes RI, 2006) :
1. Lokasi
a) Lokasi depot air minum harus berada pada daerah yang bebas dari
pencemaran lingkungan.
b) Tidak pada daerah yang tergenang air dan rawa, tempat pembuangan
kotoran dan sampah, penumpukan barang-barang bekas atau bahan
berbahya dan beracun (B3) dan daerah lain yang diduga dapat
menimbulkan pencemaran terhadap air.
2. Bangunan
a) Bangunan harus kuat, aman, mudah dibersihkan dan mudah
pemeliharaannya. Tata ruang Depot Air Minum paling sedikit terdiri dari
ruangan pengolahan, penyimpanan, penyediaan dan ruang tunggu.
18
b) Lantai
Lantai Depot Air Minum harus memenuhi syarat seperti bahan kedap air,
permukaan rata, halus tetapi tidak licin, tidak menyerap debu dan mudah
dibersihkan, kemiringannya cukup untuk memudahkan pembersihan,
Selalu dalam keadaan bersih dan tidak berdebu.
c) Dinding
Dinding Depot Air Minum harus memenuhi syarat sebagai berikut : bahan
kedap air, permukaan rata, halus, tidak menyerap debu dan mudah
dibersihkan, warna dinding terang dan cerah, selalu dalam keadaan bersih,
tidak berdebu dan bebas dari pakaian tergantung.
d) Atas dan langit-langit
Atap bangunan harus halus, menutup sempurna dan tahan terhadap air dan
tidak bocor, konstruksi atap dibuat anti tikus (rodent proof) dengan
ketinggian langit-langit minimal 2,4 meter dari lantai.
e) Pintu
Bahan pintu harus kuat, tahan lama, berwarna terang dan mudah
dibersihkan, pemasangannya rapi sehingga dapat menutup dengan baik.
f) Pencahayaan
Ruangan pengolahan dan penyimpanan mendapat penyinaran cahaya
dengan minimal 10-20 foot candle atau 100-200 lux.
g) Ventilasi
Untuk kenyamanan depot air minum harus diatur ventilasi yang dapat
menjaga suhu yang nyaman
19
3. Akses Terhadap Fasilitas Sanitasi
Depot Air Minum sedikitnya harus memiliki akses terhadap fasilitas
sanitasi sebagai berikut :
a) Tempat cuci tangan yang dilengkapi dengan sabun pembersih dan saluran
limbah
b) Fasilitas sanitasi (jaman dan peturasan).
c) Tempat sampah yang memenuhi persyaratan.
d) Menyimpan contoh air minum yang dihasilkan sebagai sampel setiap
pengisian air.
4. Sarana Pengolahan Air Minum
a) Alat dan perlengkapan yang dipergunakan untuk pengolahan air minum
harus menggunakan peralatan yang sesuai dengan persyaratan kesehatan.
b) Bahan sarana tidak boleh terbuat dari bahan yang mengandung unsur yang
dapat larut dalam air, seperti Timah Hitam, Tembaga, Seng, Cadmium.
c) Alat dan perlengkapan yang dipergunakan seperti mikro filter alat
sterilisasi masih dalam masa pakai (tidak kadaluarsa).
5. Air Baku
Air baku adalah yang memenuhi persyaratan air bersih, sesuai dengan
Permenkes RI No.492/MENKES/PER/IV/2010. Jika menggunakan air baku lain
harus dilakukan uji mutu sesuai dengan kemampuan proses pengolahan yang
dapat menghasilkan air minum, untuk menjamin kualitas air baku harus dilakukan
pengambilan sampel secara periodik.
20
6. Air Minum
Air minum yang dihasilkan adalah harus memenuhi PERMENKES RI No.
492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air
Minum. Pemeriksaan kualitas bakteriologis air minum dilakukan setiap kali
pengisian air baku. untuk menjamin kualitas air minum dilakukan pengambilan
sampel secara periodik.
7. Pelayanan Konsumen
a) Setiap wadah yang akan diisi air minum harus dalam keadaan bersih.
b) Proses pencucian botol disediakan oleh pengelola air Depot Air Minum.
c) Setiap wadah yang diisi harus ditutup dengan penutup wadah yang saniter.
8. Karyawan
Karyawan harus sehat dan bebas dari penyakit menular, Bebas dari luka,
bisul, penyakit kulit dan luka lain yang dapat menjadi sumber pencemaran,
dilakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala (minimal 2 kali setahun) serta
memiliki Surat Keterangan telah mengikuti Kursus Operator Depot Air Minum.
9. Pekarangan
Permukaan rapat air dan cukup miring sehingga tidak terjadi genangan,
selalu dijaga kebersihannya. Dan bebas dari kegiatan lain atau sumber
pencemaran lainnya.
10. Pemeliharaan
Pemilik/Penanggungjawab dan operator wajib memelihara sarana yang
menjadi tanggung jawabnya dan melakukan sistem pencatatan dan pemantauan
secara ketat.
21
2.6 Air Minum Isi Ulang (AMIU)
AMIU adalah salah satu jenis air minum yang dapat langsung diminum
tanpa dimasak terlebih dahulu, karena telah melewati beberapa proses pengolahan
tertentu. Pengolahan air minum dilakukan tergantung dari kualitas air baku yang
digunakan baik pengolahan sederhana sampai dengan pengolahan yang kompleks.
Pengolahan air baku ini dimaksudkan untuk memperbaiki kualitas air sehingga
aman dan tidak membahayakan bagi.
Pada prinsipnya pengolahan depot AMIU terdiri dari :
1. Pengolahan Fisik
Pengolahan fisik yaitu pengolahan ulang bertujuan untuk mengurangi atau
menghilangkan kotoran-kotoran yang ada dalam air yang diolah. Proses ini di
sebut filteralisasi dan purifikasi.
2. Pengolahan Kimia
Pengolahan kimia yaitu suatu tingkat pengolahan dengan menggunakan zat
kimia untuk membantu proses selanjutnya, misalnya dengan pembubuhan klor.
3. Pengolahan Bakteriologis
Suatu pengolahan untuk membunuh atau memusnahkan bakteri-bakteri
yang terkandung dalam air minum yakni dengan cara pembubuhan bahan
disinfektan.
2.7 Bahaya Zat Kimia dalam Air Minum
Resiko atau bahaya terhadap kesehatan dapat juga akibat adanya
kandungan zat atau senyawa kimia dalam air minum, yang melebihi ambang batas
konsentarsi yang diijinkan. Adanya zat/senyawa kimia dalam air minum ini dapat
22
terjadi secara alami dan atau akibat kegiatan manusia misalnya oleh limbah rumah
tangga, industri dll.
Beberapa zat/senyawa kimia yang bersifat racun terhadap tubuh manusia
misalnya logam berat, pestisida, senyawa mikro polutan hidrokarbon, zat-zat radio
aktif alami atau buatan dan sebagainya, beberapa contoh senyawa kimia racun
yang sering ada dalam air minum diantara nya:
1) Besi (Fe)
Unsur Fe merupakan unsur yang penting dan berguna untuk metabolisme
tubuh. Setiap hari tubuh memerlukan unsur besi 7-35 mg/hari yang sebagian
diperoleh dari air. Depkes RI menetapkan kadar maksimum unsur besi terdapat
dalam air minum adalah 0,3 mg/L.
Fe dibutuhkan tubuh dalam pembentukan hemoglobin. Banyaknya besi
dalam tubuh dikendalikan oleh fase adsorpsi. Tubuh manusia tidak dapat
mengekskresikan Fe, karenanya mereka yang sering mendapat transfusi darah,
warna kulitnya menjadi hitam karena akumulasi Fe. Air minum yang mengandung
besi cenderung menimbulkan rasa mual apabila dikonsumsi. Sekalipun Fe
diperlukan oleh tubuh, tetapi dalam dosis yang besar dapat merusak dinding usus.
Kematian sering disebabkan oleh rusaknya dinding usus ini (Slamet, 2004)
Hemokromatis merupakan penyakit akibat kelebihan zat besi. Biasanya
penyakit ini memiliki tanda-tanda diantaranya kulit berwarna merah, kanker hati,
diabetes, impotensi, kelelahan dan gangguan jantung. Seseorang yang telah
mendapat penyakit tersebut akan lebih rentan terhadap serangan jantung, stroke,
dan gangguan pembuluh darah (Widowati, 2008).
23
2) Seng (Zn)
Seng (Zn) adalah metal yang didapat antara lain pada industri alloy,
keramik, kosmetik, pigmen, dan karet. Toxisitas Zn pada hakekatnya rendah.
Tubuh memerlukan Zn untuk proses metabolisme, tetapi dalam kadar tinggi dapat
bersifat racun. didalam air akan menimbulkan rasa kesat, dan dapat menimbulkan
gejala muntaber. Seng menyebabkan warna air menjadi opalescent, dan bila
dimasak akan menimbulkan endapan seperti pasir.
2.8 Pengawasan Kualitas Air Minum
Dari seluruh uraian diatas, dapat diketahui dengan jelas bahwa kualitas air
khususnya kualitas air minum mempunyai hubungan yang sangat erat dengan
kesehatan masyarakat, dan oleh karena suplai air minum dengan kualitas yang
buruk dapat mengakibatkan pengaruh yang buruk terhadap tingat kesehatan
masyarakat, maka air yang disuplai untuk masyarakat misalnya air PAM haruslah
memenuhi standar yang telah ditetapkan dalam hal ini oleh Pemerintah atau
Instansi yang berwenang.
Dengan melihat kenyataan bahwa air baku untuk air minum yang ada di
Indonesia khususnya di daerah hilir atau di daerah perkotaan yang semakin buruk,
maka dengan teknologi pengolahan secara konvensional saja, masih sangat
diragukan apakah air hasil olahannya sudah memenuhi syarat atau belum. Hal ini
dapat dibuktikan dengan banyaknya keluhan-keluhan oleh masyarakat tentang
buruknya kualitas air PAM, apalagi jika ditinjau dari beberapa parameter yang
termasuk senyawa polutan nmikro misalnya trihalomethan, khlorophenol,
24
pestisida dan lainnya, karena selama ini pihak PAM tidak pernah memeriksa
parameter-parameter yang termasuk senyawa polutan mikro tersebut.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, dalam rangka meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat, perlu dilaksanakan berbagai upaya kesehatan
termasuk pengawasan kualitas air minum yang dikonsumsi oleh masyarakat, dan
agar air minum dikonsumsi masyarakat tidak menimbulkan gangguan kesehatan
perlu menetapkan persyaratan kesehatan kualitas air minum. Untuk itu Pemerintah
Repuplik Indonesia melalui Keputusan Menteri Kesehatan telah menetapkan
syarat-syarat dan pengawasan kualitas air minum yang dituangkan dalam
Peraturan Menteri Kesehatan RI No.492/MENKES/PER/IV/2010, tentang Syarat-
Syarat Dan Pengawasan Kualitas Air Minum. Di dalam surat keputusan tersebut
yang dimaksud dengan air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau
tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung
diminum, sedangkan jenis air minum meliputi air yang didistribusikan melalui
pipa untuk keperluan rumah tangga, air yang didistribusikan melalui tangki air, air
kemasan, serta air yang digunakan untuk produksi bahan makanan dan minuman
yang disajikan kepada masyarakat. Persyaratan kesehatan air minum sebagaimana
dimaksud didalam Surat Keputusan tersebut meliputi persyaratan bakteriologis,
kimiawi, radioaktif dan fisik.
Pembinaan teknis terhadap segala kegiatan yang berhubungan dengan
penyelenggaraan persyaratan kualitas air minum dilakukan oleh Menteri
Kesehatan, sedangkan pengawasan kualitas air minum dilaksanakan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota melalui kegiatan :
25
a) Inspeksi sanitasi dan pengambilan sampel air termasuk air pada sumber air
baku, proses produksi, jaringan distribusi, air minum isi ulang dan air
minum dalam kemasan.
b) Pemeriksaan kualitas air dilakukan di tempat/dilapangan dan atau di
laboratorium.
c) Analisis hasil pemeriksaan laboratorium dan pengamatan lapangan.
d) Memberi rekomendasi untuk mengatasi masalah yang ditemui dari hasil
kegiatan a, b, c yang ditujukan kepada pengelola
e) Tindak lanjut upaya penanggulangan/perbaikan dilakukan oleh pengelola
penyedia air minum.
f) Penyuluhan kepada msyarakat Pengawasan kualitas air dilakukan secara
berkala sekurang- kurangnya setiap 3 (tiga) bulan dan hasil pengawasan
sebagaimana dimaksud wajib dilaporkan secara berkala oleh Kepala Dinas
kepada Bupati/Wali Kota.
2.9 Dasar Variabel Penelitian
Salah satu penyediaan air bersih dimasyarakat adalah air minum isi ulang
yang merupakan penyediaan air bersih modern yang banyak dijumpai
dimasyarakat pada umumnya. Cara pengelolaanya cepat dengan mengunakan
peralatan dan teknologi.
Dari segi kesehatan Air minum isi ulang dapat menjadi sumber penyakit
apabila pembuatanya tidak memperhatikan beberapa aspek seperti bangunan alat
dan tempat. Disamping perilaku pengelola depot terhadap prosedur dan ketentuan.
26
Salah satu upaya untuk mencegah penularan penyakit melalui air dengan
menjaga kualitas air baik secara fisik, kimia, dan bakteorologis dari air yang oleh
masyarakat, sehingga kejadian penyakit melalui air dapat dicegah. Pada penelitian
ini, aspek kajian yang perlu mendapat perhatian adalah air minum isi ulang
terhadap kadar kandung zat kimia besi (Fe) dan Seng (Zn) dalam air dimana
kelebihan kadar zat kimia dalam air minum bisa menimbulkan penyakit.
27
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen murni yang bertujuan
mengetahui kadar kandungan besi (Fe) dan seng (Zn) pada air minum isi ulang
yang diproduksi di Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
3.2.1 Tempat Penelitian
Pada penelitian ini sampel air diambil di seluruh depot Air minum isi
ulang yang beroperasi di Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya,
alasan pemilihan lokasi karena merupakan kecamatan yang cukup jauh dari
central Kabupaten dan terindikasi tidak pernah dilakukan pengawasan terhadap
produksi yang dilakukan pengelola depot air minum isi ulang. Sehingga peneliti
tertarik untuk melakukan pengujian kadar kandungan besi (Fe) dan seng (Zn) pada
air minum isi ulang yang kemudian akan di uji melalui UPTD Balai Laboratorium
Kesehatan Provinsi Aceh.
3.2.2 Waktu Penelitian
Adapun waktu penelitian akan dilakukan pada bulan Mei 2013 dengan
tahap pendataan tempat dan pengambilan sampel pada depot air minum isi ulang
yang ada di Kecamatan Darul Makmur dan akan dilakukan uji Laboratorium pada
bulan Juni tahun 2013
28
3.3 Populasi Dan Sampel
3.3.1 Populasi
Yang manjadi populasi dalam penelitian ini adalah semua depot air minum
isi ulang yang berada di Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya yaitu
sebanyak 8 Depot AMIU.
3.3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah keseluruhan dari Depot AMIU yang
ada di Kecamatan Darul Makmur yaitu 8 depot. dalam pengambilan sample
apabila subjek penelitian yang kurang dari 100 maka akan diambil keseluruhan
sehingga penelitian merupakan penelitian populasi (Notoatmodjo, 2004)
3.4 Alat dan Bahan Penelitian
3.4.1 Alat
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah : SAA (Spektrofotometer
Serapan Atom), lampu katode berongga Fe, lampu katode berongga Zn, pipet ukur
5 ml, labu ukur 100 ml, corong gelas, Pemanas Listrik, Gelas piala 250 ml atau
Erlenmeyer 250 ml, gas Acetilen, Compressor, Box es, botol aqua steril.
3.4.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : sampel air minum
isi ulang yang diambil dari Depot yang ada di kecamatan Kecamatan Darul
Makmur Kabupaten Nagan Raya.
29
3.5 Defenisi Oprasional
Tabel 3.1 Variabel Penelitian
N NoVariabel Keterangan
1. Besi (Fe) Definisi
Cara ukurAlat ukur
Hasil ukur
Skala ukur
Unsur sel penting dalam prosespembentukan sel darah merah didalam tubuh manusia.Pemeriksaan laboratoriumTabung reaksi, gelas ukur, PipetTetes- Positif Jika di atas 0,3 mg/l- Negatif Jika di bawah 0,3 mg/lRatio
Variabel Keterangan2. Seng (Zn) Definisi
Cara ukurAlat ukur
Hasil ukur
Skala ukur
Zat pembentuk ratusan jenis enzimtubuh dan pemberi vitalitas danberpatisipasi dalam prosespenyatuan protein dan nucleid acd,Pemeriksaan laboratoriumTabung reaksi, gelas ukur, PipetTetes- Positif Jika di atas 3 mg/l- Negatif Jika di bawah 3 mg/lRatio
3.6 Aspek Pengukuran
1) Aspek pengukuran dalam penelitian ini adalah hasil proteksi kadar besi
(Fe), pada air minum isi ulang diantaranya :
- Positif bila hasil uji laboratorium menunjukan Fe di atas 0,3 mg/l
- Negatif bila hasil uji Laboratorium memenuhi syarat yaitu 0,3 mg/l
sesuai dengan permenkes No. 492/Menkes/Per/IV/2010.
30
2) Aspek pengukuran dalam penelitian ini adalah hasil proteksi kadar seng
(Zn) pada air minum isi ulang diantaranya :
- Positif bila hasil uji laboratorium menunjukan Zn di atas 3 mg/l
- Negatif bila hasil uji Laboratorium memenuhi syarat yaitu 3 mg/l sesuai
dengan permenkes No. 492/Menkes/Per/IV/2010.
3.7 Skema Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan mengikuti alur atau langkah – langkah
sebagai berikut:
Gambar 3.1. Skema Penelitian Air Minum Isi Ulang
Keterangan :
1. Penentuan lokasi dan titik pengambilan sampel : Lokasi pengambilan
sampel ditentukan berdasarkan tujuan dan kebutuhan pengambilan sampel,
titik pengambilan sampel yaitu di seluruh depot AMIU di Kecamatan
Darul Makmur.
2. Persiapan alat dan Pengambilan sampel : pengambilan sampel
mengunakan botol yang di yakini steril yaitu botol air kemasan yang di
Penentuan Lokasi dantitik pengambilan sampel
Persiapan alat danPengambilan bahan Sampel
Pengamatan Hasil Pemeriksaan Laboratoriumkadar Fe, Zn dengan SSA
Positif Negatif
31
bilas sebanyak 2 kali dengan bahan baku air tersebut dan pengisian air
yang ketiga digunakan sebagai sampel. kemudian ditutup serta diberikan
label sampel dengan mengunakan kode, Lalu dikemas kedalam box es
untuk dilakukan pengawetan dengan tujuan memperlambat proses
perubahan kimia air dan mengurangi absorbsi dinding wadah, karena jarak
tempuh antara lokasi pengambilan sampel ke kelaboratorium memakan
waktu lebih dari 10 Jam sehingga harus dilakukan proses pengawetan.
3. Pemeriksaan Laboratorium : Terlebih dahulu keseluruhan sampel air
dimasukan kedalam masing-masing gelas piala sebanyak 50 ml dan
ditambah asam nitrat (HNO3) sebanyak 5 ml kedalam gelas tersebut
dengan mengunakan pipet ukur dan ditutup. Kemudian letakan gelas-gelas
tersebut diatas pemanas listrik sampai air mendidih hingga sisa volumenya
mencapai 15 ml - 20 ml. Setelah proses pemanasan air tersebut dimasukan
kedalam labu ukur dengan mengunakan corong gelas sebanyak 50 ml, jika
tak mencapai 50 ml maka ditambah dengan aquades hingga mencapai 50
ml. Kemudian hidupkan SSA beserta lampu katode Fe pada kisaran 0,3
mg/l dengan panjang gelombang 248,3 nm (nano meter) dan lampu katode
Zn pada kisaran 3 mg/l dengan panjang gelombang 213,9 nm, lalu letakan
labu ukur pada sped penghubung SSA dan sesuaikan dengan prosedur
pengunaan SSA. Lakukan hal tersebut pada masing-masing sampel secara
berurutan.
4. Hasil : setelah proses reaksi kerja pada alat SSA, maka akan muncul hasil
yang dapat dilihat dari destop yang terhubung dengan SSA dan dilakukan
pencatatan hasil pengukuran kadar Fe dan Zn dalam air minum isi ulang .
32
3.8 Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dalam penelitian ini dilakukan pengamatan
langsung pada sampel AMIU yang akan diteliti dilaboratorium dengan mengikuti
cara kerja alat yaitu dilakukan pengamatan konsentrasi serapan larutan logam dan
penghitungan setelah proses selesai.
3.9 Teknik Analisa Data
Dalam penelitian ini mengunakan analisis data unvariat dimana analisis
mengunakan satu Variabel dengan cara membaca tabel hasil kelayakan AMIU
sebagai bahan air minum, maka hasil analisis dengan mendeteksi Kadar Fe dan Zn
dalam Air Minum di laboratorium dapat ditetapkan berdasarkan permenkes No.
492/Menkes/Per/IV/2010 tentang persyaratan Kualitas air minum. Ketetapan
tersebut mengacu pada kadar maksimum parameter kualitas air yang diperbolehkan
dan dilakukan penguraian dan penafsiran, sehingga akan dijadikan bahan
rekomendasi bagi pihak berwenang dalam hal ini dinas kesehatan dan kepada
masyarakat yang mengkomsumsi air tersebut jika tidak memenuhi ketentuan.
Tabel 3.2 Jumlah Sampel Yang Akan diteliti
NO KodeSampel
Hasil Fe Hasil Zn Keterangan
(+) ( - ) (+) ( - )
1 DAMIU 1 Sesuai StandarPermenkes RI
Nomor492/Menkes/Per/IV/2013
tentangPersyaratanKualitas Air
Minum
2 DAMIU 2
3 DAMIU 3
4 DAMIU 4
5 DAMIU 5
6 DAMIU 6
7 DAMIU 7
8 DAMIU 8
33
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kecamatan Darul Makmur merupakan satu diantara 8 kecamatan yang ada
di Kabupaten Nagan Raya dengan ibukota kecamatan Alue Bilie. Jumlah
penduduk di kecamatan Darul Makmur mencapai 46,954 Jiwa pada bulan
Desember 2011 yang terdiri dari 23,963 Laki-laki dan 22,991 Perempuan,
Kecamatan Darul Makmur terdiri dari 7 kemukiman dari 51 Gampong dengan
luas area 1.050,26 Km2. Kecamatan Darul Makmur memiliki teritori wilayah
sebagai berikut:
1. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Tadu Raya dan Kuala
2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Aceh Barat Daya
3. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Beutong
4. Sebelah Selatan berbatasan dengan samudera Hindia
Dalam sektor ekonomi, masyarakat Kecamatan Darul Makmur memiliki
sumber daya yang sangat potensial, akses transportasi di Kecamatan Darul
Makmur sudah sangat memadai dari sebelumnya. Tidak hanya itu akses pasar
juga sudah mulai meningkat dimana dengan berdirinya fasilitas publik untuk
pengelolaan hasil tanaman. Adapun sumber mata pencaharian masyarakat
kecamatan Darul Makmur rata-rata adalah Perkebunan, disamping itu ada juga
pedagang, petani dan Pegawai Negeri Sipil, Kecamatan Darul Makmur
34
merupakan daerah yang terkenal dengan produksi kelapa sawit karena banyak
perkebunan dan pabrik kelapa sawit yang beroperasi di kecamatan tersebut.
4.1.2 Hasil Penelitian Air Minum Isi Ulang
Dari hasil penelitian yang dilakukan pada air minum isi ulang yang
diproduksi di Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya yang dilakukan
pada bulan Juni 2013, diperoleh sampel sejumlah 8 sampel air air minum isi
dimana masing-masing sampel diuji untuk mengukur kadar Fe dan Zn pada air
minum isi ulang.
Tabel.4.1 Kesimpulan hasil pemeriksaan Besi (Fe) AMIU di Kecamatan
Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya tahun 2013
No Aspek PengukuranParameter
KeteranganBesi (Fe)
1 Memenuhipersyaratan
7- Sesuai dengan kadar Maksimum
dalam Permenkes No.492/Menkes/Per/IV/2010.2 Tidak memenuhi
Persyaratan1
Jumlah Sampel 8
Berdasarkan tabel 4.1 maka dinyatakan bahwa kualitas air minum isi ulang
di lihat dari kadar besi di Kecamatan Darul Makmur, pada 8 sampel yang di teliti
bahwa terdapat 7 sampel (87,5%) memenuhi syarat dan 1 sampel (12.5%) tidak
memenuhi syarat. Artinya masih ada depot air minum yang positif ditemukan
kadar Fe melibihi baku mutu yang di tetapkan dalam Permenkes tahun 2010
tentang syarat kualitas air minum yaitu 0,3 mg/l dan dapat menyebabkan rusaknya
dinding usus dan dampak kesehatan lainnya.
35
Tabel.4.2 Kesimpulan hasil pemeriksaan Seng (Zn) AMIU di Kecamatan
Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013
No Aspek PengukuranParameter
KeteranganSeng (Zn)
1 Memenuhipersyaratan
8- Sesuai dengan kadar Maksimum
dalam Permenkes No.492/Menkes/Per/IV/2010.2 Tidak memenuhi
Persyaratan0
Jumlah Sampel 8
Berdasarkan tabel 4.2 maka dinyatakan bahwa kualitas air minum isi ulang
di lihat dari kadar seng AMIU di Kecamatan Darul Makmur, pada 8 sampel yang
di teliti bahwa keseluruhan sampel (100%) memenuhi syarat. Artinya jika ditinjau
dari baku mutu Zn, keseluruhan sampel yang di ambil dari depot air minum yang
beroperasi di Kecamatan Darul Makmur sudah memenuhi Permenkes tahun 2010
tentang syarat kualitas air minum yaitu 3 mg/l.
Tabel.4.3 Kesimpulan hasil pemeriksaan Fe dan Zn pada sampel AMIU di
Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013
No Aspek PengukuranParameter
KeteranganBesi (Fe) Seng (Zn)
1 Memenuhipersyaratan
7 8- Sesuai dengan kadar
Maksimum dalamPermenkes No.492/Menkes/Per/IV/2010.
2 Tidak memenuhiPersyaratan
1 0
Jumlah Sampel 8 8
Berdasarkan Hasil Tabel 4.3 maka dapat diuraikan bahwa jika ditinjuan
dari dua pemeriksaan parameter kimia yaitu besi dan seng dalam AMIU terdapat 1
(12,5%) depot yang belum memenuh persyaratan baku mutu air minum dan hanya
7 (87,5%) depot yang sudah memenuhi baku mutu yang terdiri dari 8 sampel
36
pemeriksaan di Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya, hal ini
membuktikan bahwa tidak semua depot air minum memenuhi standar Permenkes
tahun 2010 tentang persyarat kualitas air minum.
Salah satu faktor yang mempengaruhi hal tersebut adalah belum sesuainya
standar oprasional prosedur (SOP) pengelolaan alat-alat depot air minum yang
besumber dari sumur bor dan lemahnya pemeriksaan parameter terhadap kualitas
air sehingga dapat merugikan kesehatan masyarakat yang mengkomsumsi air
minum isi ulang meskipun belum ditemukan kasus tersebut.
Dari uraian diatas, dapat diketahui dengan jelas bahwa kualitas air
khususnya kualitas air minum mempunyai hubungan yang sangat erat dengan
kesehatan masyarakat, dan oleh suplay air minum yang buruk maka akan
berdampak buruk terhadap kesehatan masyarakat, maka air yang dijual kepada
masyarakat misalkan air dalam kemasan maupun air minum isi ulang haruslah
memenuhi standar yang di tetapkan dalam hal ini pemerintah maupun istansi yang
berwenang. Dengan melihat kenyataan bahwa air minum yang disediakan oleh
pihak swasta maupun pemerintah masih buruk, dengan mengunakan teknologi
pengolahan secara konvensional saja masih diragukan apakah air olahanya sudah
memenuhi persyaratan atau belum. Sehubungan dengan hal tersebut dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat maka hendaknya dilakukan berbagai
upaya kesehatan termasuk pengawasan kualitas air minum yang dikomsumsi oleh
masyarakat dan agar air minum yang dikomsumsi oleh masyarakat tidak
menimbulkan ganguan kesehatan.
37
4.2 Pembahasan
Sumber air baku yang digunakan oleh pengusaha DAMIU Kecamatan
Darul Makmur di peroleh dari beberapa sumber yaitu dari air tanah atau sumur
bor. Namun demikian, sumber air baku harus memenuhi syarat-syarat baik
struktur fisis, kimiawi maupun bakteriologis. Sumber air baku harus tetap terjaga
dan terpelihara keberlanjutannya. Hasil pengamatan di lapangan dan hasil
penelitian Laboratorium, menunjukkan bahwa tidak semua air baku yang
digunakan pengusaha DAMIU dalam kondisi yang baik, karena ada beberapa
yang terkontaminasi dengan sumber pencemaran lainnya, hal ini tidak sesuai
dengan syarat- syarat / standar air bersih yang layak dikonsumsi yaitu berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan nomor 492/Menkes/Per/IV/2010.
Ketidak tahuan pengusaha DAMIU akan mutu sumber air baku yang
mengakibatkan rendahnya mutu air isi ulang yang diproduksinya dan dapat
membahayakan konsumen walaupun sejauh ini belum ada keluhan dari konsumen
tentang pencemaran air isi ulang.
Mengingat masih ditemukannya kontaminasi pencemaran dan kualitas
baku yang tidak memenuhi standar di sumber air baku, perlu kiranya Dinas
Kesehatan melakukan intervensi dengan 1). memberikan rekomendasi kepada
pengusaha-pengusaha yang mampu menyediakan sumber air baku dengan kualitas
baik dan memenuhi syarat-syarat kesehatan dan menghimbau kepada pengusaha
DAMIU untuk hanya mengambil air baku dari pengusaha penyedia sumber air
baku yang direkomendasi; 2). setiap pengusaha penyedia sumber air baku untuk
rutin memeriksakan mutu / kualitas sumber air baku yang diambilnya minimal 3
(tiga) bulan sekali ke laboratorium yang telah terakreditasi dan memberikan
38
salinan hasil uji laboratorium ke seluruh pengusaha DAMIU yang dipasoknya
serta 3). Sebelum diberi ijin usaha DAMIU, terlebih dahulu di lihat kelayakan
lokasi DAMIU, peralatan yang digunakan dan pengusaha penyedia sumber air
baku karena selama ini masalah perijinan juga menjadi kendala tersendiri, karena
tidak ada kejelasan tentang instansi yang berhak mengeluarkan ijin untuk usaha
air minum isi ulang, sehingga sampai saat ini untuk dapat membuka usaha
tersebut asal mempunyai modal untuk membeli peralatan dan mempunyai lokasi
untuk usaha sudah dapat menjalankan usahanya. Kenyataannya dari 8 depot yang
ada di Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya hanya ada beberapa
depot yang terdaftar.
Suksesnya usaha DAMIU ada beberapa faktor yang harus diperhatikan
yaitu :
1. sumber air bakunya, harus tersedia baik kuantitasnya maupun kualitasnya,
dan tidak mengganggu keberlanjutan sumberdaya air dan tidak merusak
ekosistenmya,
2. proses pengolahan, peralatan harus memenuhi spesifikasi minimal untuk
dapat mengolah air baku yang menghasilkan air yang siap diminum yaitu
memenuhi syarat-syarat air minum yaitu syarat fisik, kimiawi dan
bakteriologis.
3. dilandasi dan ditaatinya peraturan perundang-undangan yang jelas.
Sumber air baku tidak sembarangan, dapat diperoleh dari berbagai sumber
yaitu dari air tanah seperti mata air (pegunungan),sungai bawah tanah, busong dan
sumur bor, yang terlindungi, air permukaan seperti air danau, air sungai, air laut
dan gunung es. Air baku harus memenuhi syarat-syarat baik struktur fisis,
39
kimiawi maupun bakteriologis. Sumber air baku harus tetap terjaga dan
terpelihara keberlanjutannya. Ekosistem tidak terganggu, tidak hanya dilihat dari
sistem hidrologinya saja tetapi sistem kehidupan secara itentitas, termasuk
dampak dan konflik sosialnya. (Slamet, 2004)
Persepsi masyarakat atau pasar, depot air minum isi ulang (DAMIU) ini
air bakunya adalah berasal dari sumber mata air pegunungan yang memenuhi
syarat-syarat kesehatan yaitu rasanya segar, dingin, tidak berbau, tidak berwarna,
pH normal dan TDS rendah. Dalam kenyataannya tidak demikian, air baku dapat
diambil dari berbagai sumber seperti tersebut diatas. Air tanah, memiliki karakter-
karakter tertentu dan berbeda satu dengan lainnya. Bisa mengandung mineral-
mineral atau garam-garam yang cukup tinggi akibat dari pengaruh lapisan dan
batuan dibawah tanah yang dilalui oleh air tanah tersebut. Sedangkan air
permukaan kualitasnya sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungannya dan
perilaku manusia dan sanitasi sekitarnya. Dan kualitas air yang siap diminum
masih tergantung pula pada beberapa faktor yang lain, diantaranya adalah bahan
peralatan, proses pengolahan, sanitasi DAMIU, sanitasi karyawan dan sanitasi
botol air minum siap pakai. (Kusnaedi, 2006).
Kelebihan kadar zat kimia dalam air dapat membawa dampak buruk jika
melebihi ambang batas dan standar yang sudah di tentukan, adanya zat kimia
dalam air bisa jadi dikarenakan oleh proses alamiah dan ulah manusia sendiri
misalkan limbah rumah tangga atau industri dll.
Beberapa senyawa kimia beracun dalam air adalah Fe, Zn dan sebagainya.
Meskipun kandunga kimia dalam air tersebut dibutuhkan dalam tubuh seperti Fe
dan Zn dibutuhkan sebagai metabolisme tubuh dan Fe sendiri juga dibutuhkan
40
untuk pembentukan hemoglobin, namun demikian dalam kadar atau dosis tingi
dapat bersifat racun, kelebihan Fe bisa menyebabkan rusaknya dinding usus dan
dapat menimbulkan penyakit hemokromatis yaitu penyakit kelebihan zat besi,
dimana tanda-tanda yang timbul kulit menjadi bewarna merah, kangker hati,
diabetes, impotensi, kelelahan dan ganguan jantung.sementara kelebihan Zn dapat
menimbulkan gejala muntaber. (Widowati, 2008).
41
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Sebagai simpulan dari hasil dan pembahasan penelitian berdasarkan
Kajian kualitas parameter kimia seng dan besi pada air sumur isi ulang di
Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013 dapat diuraikan
sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil Uji laboratorium yang mengikuti ketentuan pengunaan
alat SSA, dari 8 sampel yang diuji Fe ditemukan 1 (12,5%) sampel masih
positif mengandung kadar Fe melebihi batas maksimal air minum dan 7
(87,5%) sampel mengandung Fe yang sesuai dengan persyaratan baku
mutu air minum. sehingga 1 sampel air minum isi ulang dinyatakan tidak
layak untuk di komsumsi oleh masyarakat di Kecamatan Darul Makmur
Kabupaten Nagan Raya.
2. Berdasarkan hasil Uji laboratorium terhadap parameter kimia Zn air isi
ulang di Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya, bahwa 100%
dari 8 Sampel air negatif mengandung Zn berlebih, sehingga dinyatakan
layak untuk di komsumsi oleh masyarakat.
3. Hasil dari proteksi laboratorium terhadap pemeriksaan kandungan Fe dan
Zn pada 8 sampel air minum isi ulang yang diperoleh pada depot air isi
ulang di Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya, ditemukan 1
(12,5%) Sampel air belum memenuhi standar persyaratan kualitas air
minum sesuai dengan Permenkes RI nomor 492/Menkes/Per/IV/2010.
42
4. Dapat juga disimpulkan bahwa masih ada depot air minum isi ulang yang
mengunakan teknologi secara convensional belum tenjamin kualitas air
minum yang di produksinya sehingga memungkinkan akan menimbulkan
dampak kesehatan yang merugikan komsumen.
5.2. Saran
1. Perlu adanya pembinaan dan pengawasan pengelolaan DAMIU oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten Nagan Raya dengan melibatkan organisai profesi
dan bidang yang membawahinya yang dilaksanakan secara teratur dan
terkoordinasi.
2. Bagi Pengusaha atau pengelola depot Air minum isi ulang, harusnya
menerapkan higiene sanitasi dan pemeriksaan secara berkala kualitas air
minum di depot serta menjaga kualitas produk dengan menggunakan
sumber air yang memenuhi persyaratan sesuai dengan Permenkes RI No.
492/MENKES/PER/IV/2010, serta mengikuti Standard Operating
Procedure (SOP) pengelolaan dan pengunaan Alat depot sehingga tidak
menimbulkan dampak kesehatan yang merugikan kesehatan konsumen.
3. Bagi masyarakat yang menggunakan air minum isi ulang (AMIU) agar
lebih selektif memilih depot yang higienis, bebas dari bahan tercemar dan
memenuhi syarat kesehatan pengelolaan air minum serta menjaga botol /
galon isi ulang agar tidak terkontaminasi dengan zat-zat berbahaya.
DAFTAR PUSTAKA
[BPPT] Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi. 2004. [terhubung berkala]. http: www.warintek.ristek.go.id
[11 Februari 2013]
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional2003. Kebijakan Nasional
Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis
Masyarakat. Jakarta.
Badan Pusat Statistik 2011: Data dan Informasi Sensus Sosial Ekonomi Nasional ,
BPS Jakarta
Chandra, Budiman. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta Edisi ke V Hal. 124, dan 144-147
Departemen Kesehatan RI 2006. Pedoman Pelaksanaan Penyelenggaraan
Hygene Sanitasi Depot Air Minum, Dirjen Penyehatan Lingkungan,
Jakarta
Departemen Kesehatan RI 2010, Data Hasil Riset Kesehatan Dasar, Litbang
Depkes. Jakarta
Depaertemen Kesehatan RI2011. Laboratorium Klinik Mandiri, Riset Fasilitas
Kesehatan, Jakarta.
Departemen Perindustrian dan Perdagangan RI, 2004. Kepmenperindag No. 651
Tahun 2004 tentang Persyaratan Teknis Depot Air Minum dan
Perdagangannya. Jakarta
Effendi, Husni. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta.
Kementerian Pekerjaan Umum RI, Hasil Evaluasi Pelayanan Air Minum,
Direktorat Pengembangan Air Minum, Jakarta.
Kusnaedi, 2006. Pengolahan Air Gambut dan Air Kotor untuk Air Minum:
Penebar Swadaya,Jakarta
Notoatmodjo, S, 2004. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.
Peraturan Menteri PU No. 12/2010 tentang Pedoman Kerjasama Pengusahaan
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum(SPAM).Jakarta 2010
Permenkes RI 2010, Nomor 492 / Menkes / Per / IV / 2010 Tanggal 19 April 2010
tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Jakarta
Pitojo, Setijo. Eling Purwantoyo. 2002. Deteksi Pencemar Air Minum. CV Aneka
Ilmu. Semarang
Slamet, Juli Soemirat. 2007. Kesehatan Lingkungan. Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta
Slamet, Purwanto dkk. 2004. Penyediaan Air minum, Proyek Pengembangan
Pendidikan Tenaga Sanitasi Pusat Pendidikan dan Latihan Pegawai,
Departemen Kesehatan RI: Jakarta.
Sunaryo dkk, 2005. Pengelolaan Sumber Daya Air. Rineka Cipta. Jakarta.
Sutrisno, Totok C, dkk, 2004. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Rineka Cipta.
Jakarta.
WHO 2010: Progres On Drinking Water and Saniitation, World Health
Organization Avenue Appia 20 1211 Geneva 27, Switzerland.
WHO, 2011, Guidelines for Drinking-Water Quality. Malta : WHO press.
Widowati, W., dkk. (2008). Efek Toksik Logam.: Penerbit Andi. Hal. 109- 110,
119-120, 125-126, Yogyakarta.
Widyanti, M. (2004). Analisa Kualitatif Bakteri. Jurnal Ekologi Kesehatan,
Volume 3,1,64-73.
Yuliana, R. (2009). Mengatasi Zat Besi (Fe) Tinggi Dalam Air. Diakses 13
Februari 2013 dari http://www.advancebpp.com.
Cover depot isi ulangBAB IBAB IBAB IBAB IBAB IDaftar Pustaka(1)