12
ISBN: 978-602-5562-20-4 P fwDI \3L PROCEEDING Konferensi llmiah Tahunan Himpunan Evaluasi Pendidikan Indonesia (HEPI) Ke-7 Tahun 2017 Penguatan Liter4si Guru dalam Asesmen Kelas Konferensi llmiah Tahu nan HEPI 2017 Banjarmasin, 28-29 Juli 2017 81

PROCEEDING - eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/6533/1/(15) Penggunaan asesmen Portopolio.pdf · Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

  • Upload
    others

  • View
    10

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • ISBN: 978-602-5562-20-4

    PfwDI \3L

    PROCEEDING Konferensi llmiah Tahunan

    Himpunan Evaluasi Pendidikan Indonesia (HEPI) Ke-7 Tahun 2017

    Penguatan Liter4si Guru dalam Asesmen Kelas

    Konferensi llmiah Tahu nan HEPI 2017 Banjarmasin, 28-29 Juli 2017

    81

  • PROCEEDING Konferensi Ilmiah Tahunan Himpunan Evaluasi Pendidikan Indonesia (HEPI) Ke-7 Tahun 2017 Penguatan Literasi Guru dalam Asesmen Kelas

    Banjarmasin, 28-29 Juli 2017

    Penas ihat

    Penonggung Jawab

    Editor

    Penulis

    La yout

    lSBN

    : Jahja Umar, Ph.D. Prof. Djemari Mardapi

    : Bahrul Hayat, Ph.D.

    : Prof. Dr. Suratno, M.Pd. Dr. Dina Hermina, M.Pd. Dr. Supriyanto, Ak., M.Pd. Moh. Yamin, M.Pd.

    : Suratno Dina Huriaty A. Halim Akbar Iskandar Alben Ambarita Aminuddin Prahatama Putra Amka Anas Irwan Ari Setiawan Aulia Ajizah Awaluddin ljalla Badrun Kartowagiran Bakti Mulyani Bambang Prihadi Christina Pernatun Kismoyo Christina Tulalessy Cosmas Poluakan Dedek Andrian Djemari Mardapi Dyah Febria Wardhani Elsina Sarah Tamaela Fadil Fahriza Noor Farida Agus Setiawati Farida Kohar Farid] Musyadad Feriansyah Perdana Putra Gt. Irhamni Helmi Helmiah Suryani Herpratiwi Heru Budi Utomo Imam Yuwono Kaharuddin Arafah Kartianom Kasypul Anwar Kumaidi Lilik Sabdaningtyas Mans yur Mari a Des i Kumiawaty

    Reza Pahlevi, S.Pd . Rizky Ameli a, M .Pd .

    978-602-5562-20-4

    Mayang Gadih Ranti Meyrika Maharani Muamar Surawidarto Muhammad Arsyad Muhammad Sidin Ali Mursal Mustika Wati Nelly Astuti Nina Permata Sari Nor Anisa Nova Yunandar Nur Aisyah Nurindahsari Tahir Nurmalawati Nurul Hidayati Utami Rabiatul Adawiah Rasuna Resti Maulidya Saleh Rima Susiana Ririanti Rachmayanie Rita Eka Izzaty Rukli Ruli Meiliawati S.R. Bajawati Saiyidah Mahtari Sri Hartini Sri Mulyani Sri Rejeki Sri Setiti Sri Yamtinah St. Wahidah Arsyad Suandi Sidauruk Sulistiyana Suriana Suryadi Budi Utomo Syahrul Trie Hartiti Retnowati Veny Hidayat Wiedy Murtini Yusrizal

    Alam 11 t Rt:-dabi LP3 ULM, Jalan Brigjen H. Hasan Basri , Kayutangi, Banjarmasin, Indonesia, Kotak PO'l 219

  • PENGGUNAAN ASESMEN PORTOPOLIO PADA PEMBELAJARAN

    ANAK USIA DINI

    Ririanti Rachmayanie

    Program Studi Bimbingan dan Konseling

    Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

    Universitas Lambung Mangkurat

    E-mail: [email protected]

    Prinsip belajar pada pendidikan anak di taman kanak-kanak (TK) dan sejenisnya

    (Raudhatul Athfal-RA, Kelompok Bermain-KB usia 4-6 tahun) yaitu belajar melalui bermain

    dan bermain seraya belajar.

    Dengan demikian, prinsip pembelajaran anak usia dini sejatinya bersifat kolaboratif

    yang tidak hanya menitikberatkan pengembangan pada satu aspek, akan tetapi berorientasi

    pada pengembangan seluruh aspek perkembangan anak (holistic). Konsekuensinya dalam

    proses pembelajaran, guru seyogyannya memberikan kebebasan kepada anak dalam

    melakukan aktivitas belajar dan menstimulasi anak untuk mengembangkan salah satu atau

    beberapa kecerdasan tertentu (kecerdasan jamak) supaya lebih cakap dan terampil.

    Salah satu kegiatan yang memiliki peranan penting dalam kegiatan pendidikan anak

    usia dini adalah kegiatan penilaian atau asesmen. Asesmen merupakan proses

    mendokumentasikan keterampilan dan perkembangan anak. Asesmen mengukur level

    perkembangan anak dan memberikan indikasi tahap perkembangan anak selanjutnya.

    Pelaksanaan asesmen tidak luput dari beberapa instrumen alat yang digunakan, salah

    satunya adalah portopolio. Portopolio merupakan kumpulan fakta-fakta atau hasil pekerjaan

    serta informasi mengenai apa yang dilakukan anak.

    Melalui tulisan ini, penulis ini membahas lebih mendalam tentang penggunaan asesmen

    portopolio pada pembelajaran anak usia dini dari studi pustaka menggunakan kajian-kajian

    literatur.

    Kata Kunci: asesmen, portopolio, anak usia dini

  • PENGGUNAAN ASESMEN PORTOPOLIO PADA PEMBELAJARAN

    ANAK USIA DINI

    Ririanti Rachmayanie

    Program Studi Bimbingan dan Konseling

    Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

    Universitas Lambung Mangkurat

    E-mail: [email protected]

    LATAR BELAKANG

    Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa

    pendidikan anak usia dini merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak

    lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan

    pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak

    memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Usia dini pada 0-6 tahun

    merupakan usia emas bagi anak yang harus mendapatkan perhatian maksimal.

    Terkait dengan itu, salah satu komponen penting dalam proses belajar mengajar pada PAUD

    adalah melakukan asesmen perkembangan anak usia dini. Asesmen perkembangan anak usia

    dini berfungsi untuk mengetahui karakteristik perkembangan dan profil individual setiap anak

    sehingga diperoleh petunjuk dalam pembimbingan dan pengasuhannya secara tepat, benar dan

    berkelanjutan. Oleh sebab itu kemampuan pengelolaan dan keterampilan melakukan asesmen

    perkembangan anak usia dini perlu dikuasai oleh para calon guru maupun guru PAUD agar

    dapat menerapkan proses belajar mengajar secara tepat, benar dan profesional.

    Masa usia dini adalah periode kritis dalam perkembangan anak. Hasil kajian neurologi

    menunjukkan bahwa pada saat lahir otak bayi membawa potensi sekitar 100 milyar yang pada

    proses berikutnya sel-sel dalam otak tersebut berkembang dengan begitu pesat dengan

    menghasilkan bertriliyun-triliyun sambungan antar neuron. Supaya mencapai perkembangan

    optimal, sambungan ini harus diperkuat melalui berbagai rangsangan psikososial, karena

    sambungan yang tidak diperkuat akan mengalami atropi (penyusutan) dan musnah. Inilah yang

    pada akhirnya akan mempengaruhi kecerdasan anak. Hal ini telah dibuktikan dengan hasil

    penelitian di Baylor College of Medicine (Jalal, 2002: 21-25) yang menemukan bahwa apabila

    anak jarang memperoleh rangsangan pendidikan, maka perkembangan otaknya lebih kecil 20-

    30% dari ukuran anak seusianya.

    mailto:[email protected]

  • Dalam kajian lain diungkapkan bahwa sekitar 50% kapabilitas kecerdasan manusia terjadi

    ketika anak berumur 4 tahun, 80% telah terjadi ketika berumur 8 tahun, dan mencapai titik

    kulminasi ketika anak berusia 18 tahun. Hal ini berarti bahwa perkembangan yang terjadi

    dalam kurun waktu 4 tahun pertama sama besarnya dengan perkembangan yang terjadi pada

    kurun waktu 14 tahun berikutnya, dan selanjutnya perkembangan otak akan mengalami

    stagnasi. Itulah sebabnya periode ini dinamakan usia emas (golden age) dan setelah

    perkembangan ini lewat, maka berapa pun kapabilitas kecerdasan yang dicapai individu, tidak

    akan mengalami peningkatan lagi atau dengan kata lain tidak memiliki kebermaknaan.

    Sebagai konsekuensi dari cukup urgennya fase anak usia dini ini, maka kegiatan pembelajaran

    pun sejatinya dilakukan secara menyenangkan, yaitu melalui kegiatan bermain. Kesenangan

    yang diperoleh melalui bermain memungkinkan anak belajar tanpa tekanan, sehingga di

    samping motoriknya, kecerdasan lain seperti intelektual, sosial-emosional, bahasa akan ikut

    berkembang.

    Prinsip pembelajaran anak usia dini sejatinya bersifat kolaboratif yang tidak hanya

    menitikberatkan pengembangan pada satu aspek, akan tetapi berorientasi pada pengembangan

    seluruh aspek perkembangan anak secara holistik (keseluruhan). Konsekuensinya dalam proses

    pembelajaran, guru seyogyanya memberikan kebebasan kepada anak dalam melakukan

    aktivitas belajar dan menstimulasi anak untuk mengembangkan salah satu atau beberapa

    kecerdasan tertentu (kecerdasan jamak) supaya lebih cakap dan terampil.

    Salah satu kegiatan yang memiliki peranan penting dalam kegiatan pendidikan anak usia dini

    adalah kegiatan penilaian perkembangan. Kegiatan penilaian perkembangan anak merupakan

    usaha mengumpulkan dan menafsirkan berbagai informasi secara sistematis, berkala,

    berkelanjutan, menyeluruh tentang proses dan hasil dari pertumbuhan serta perkembangan

    yang telah dicapai oleh peserta didik melalui kegiatan pembelajaran. Artinya penilain

    perkembangan anak memberikan kontribusi kepada guru dalam mengidentifikasi selain

    perkembangan juga permasalahan yang dihadapi anak agar dapat dipertimbangkan keputusan

    yang tepat pada proses selanjutnya. Pada sisi yang lain, kegiatan penilaian perkembangan anak

    dapat dijadikan salah satu cara membantu guru dalam memantau proses, kemajuan, dan

    perbaikan hasil belajar anak secara berkesinambungan sehingga dapat memberikan umpan

    balik bagi guru dalam menyempurnakan proses pembelajaran.

  • Terdapat dua bidang sasaran penilaian perkembangan anak yaitu Pertama, bidang

    pengembangan perilaku meliputi nilai-nilai agama, moral, sosial-emosional dan kemandirian.

    Kedua, bidang pengembangan kemampuan dasar meliputi kemampuan berbahasa, kognitif,

    fisik-motorik dan seni. Dengan demikian penilaian perkembangan anak usia dini merupakan

    kegiatan yang sangat penting dalam serangkaian program pembelajaran secara keseluruhan.

    KONTEKS KAJIAN

    Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan

    yang menitikberatkan pada peletakkan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik

    (koordinasi motorik halus dan kasar ), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi,

    kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta beragama), bahasa dan

    komunikasi sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia

    dini.

    Usia dini dari lahir sampai enam tahun merupakan usia yang sangat menentukan dalam

    pembentukan karakter dan kepribadian seorang anak. Usia itu sebagai usia penting bagi

    pengembangan inteligensi permanen dirinya, mereka juga mampu menyerap informasi yang

    sangat tinggi. Menurut para ahli anak yang berada pada usia dini tersebut dikatakan sebagai

    masa emas (golden age), dimana pada masa ini anak sedang berkembang dengan pesat dan luar

    biasa. Sejak anak dilahirkan, sel-sel otaknya berkembang secara luar biasa dengan membuat

    sambungan antar sel, proses inilah yang akan membentuk pengalaman yang akan dibawa

    seumur hidup dan sangat menentukan.

    Elizabeth B. Hurlock (1978) menyebut anak usia dini (terutama usia 2-6) disebut

    sebagai periode sensitif atau masa peka, yaitu masa dimana fungsi-fungsi tertentu perlu

    dirangsang, diarahkan sehingga tidak menghambat perkembangannya. Adapun menurut

    Erikson dalam Hels & Turner (1994) memandang periode ini sebagai masa imitasi (fase of

    imitative), dimana pada masa ini anak harus didorong untuk mengembangkan inisiatifnya.

    Lingkungan dapat membantu menumbuhkan kepercayaan diri dan kemandirian untuk

    berprakarsa untuk menumbuhkan inisiatif. Sebaliknya jika terlalu banyak ditegur atau dilarang

    anak akan diliputi perasaan bersalah (guilty).

    Rasa ingin tahu dan sikap antusias yang kuat terhadap segala sesuatu merupakan ciri

    yang menonjol pada anak usia dini, terutama anak usia 4-6 tahun. Anak memiliki sikap

    petualangan yang kuat antara lain anak akan banyak memperhatikan, bertanya tentang berbagai

    hal yang dilihat atau didengarnya. Selain itu mereka juga memiliki minat yang kuat untuk

    mengobservasi lingkungan dan benda-benda disekitarnya (Susanto, 2015: 43-45).

  • Sebagai pendidik tentunya kita ingin mengetahui perkembangan dan kemajuan belajar

    anak didik, sehubungan dengan hal tersebut maka kita memerlukan informasi yang akurat

    tentang anak, yang dapat kita peroleh melalui asesmen.

    Asesmen yang dalam bahasa Inggris disebut dengan assesment mengandung makna

    taksiran/penaksiran, penilaian, penilaian keadaan, beban, pembebanan atau pemikulan.

    Menurut H.A.R Tilaar assesment adalah alat tes untuk mengukur performan siswa dalam

    proses belajar. Salah satu contoh tes (assesment) yang menjadi industri besar di Amerika adalah

    test TOEFL (tes bahasa Inggris) yang digunakan untuk memasuki perguruan perguruan tinggi

    terkemuka di Amerika. Hal senada diungkapkan oleh Tardif (1989) bahwa assesment adalah

    evaluasi terhadap proses penilaian untuk menggambarkan prestasi yang dicapai oleh siswa,

    sesuai kriteria yang ditetapkan, contoh assesment di Indonesia salah satunya adalah UN (Ujian

    Nasional) yang dahulu dikenal dengan EBTANAS.

    Lebih lanjut Lefrancois (1982:336) mengemukakan bahwa assesmen adalah alat

    ukur/evaluasi, bagi guru/dosen untuk mengetahui, memonitor, merekam, mendorong, dan

    meningkatkan atau memotivasi prestasi siswa yang akan menjadi umpan balik bagi diri siswa

    sendiri untuk mengukur kelemahan dan kekuatannya dalam mengukur diri

    Sedangkan assessment menurut Hopkins & Antes (1990:31) adalah alat ukur/evaluasi,

    bagi guru untuk mengetahui kemajuan siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran. Lebih tegas

    lagi Gagne & Briggs menjelaskan assesment adalah alat ukur keberuntungan guru dan siswa

    untuk mengevaluasi diri mereka sendiri (self assesment) dalam meningkatkan keberhasilannya

    dan inisiatif diri.

    Dalam pendidikan assessmen sering dirangkai dengan kata pembelajaran

    (Assesment Of Learning). Pembelajaran menurut Reigeluth dan Degeng adalah ”Upaya untuk

    membelajarkan siswa”. Morton & Macbeth seperti yang dikutip Beard & Senior (1980:76)

    mengungkapkan bahwa assesment of learning adalah evaluasi pada landasan psikologis yang

    dilakukan oleh guru untuk mengetahui sejauh mana siswa mampu mengevaluasi diri, dimana

    guru dapat mempengaruhi hasil belajar siswa dengan tahapan :

    1. Menjadikan alat evaluasi sebagai umpan balik.

    2. Memilih alat evaluasi yang objektif dan adil, dengan menginformasikannya kepada siswa,

    3. Memberi kesempatan siswa untuk mengevaluasi diri,

    4. Memberi kesempatan siswa untuk mengevaluasi teman.

    Berdasarkan uraian di atas, dapat kita simpulkan bahwa asesmen dalam pembelajaran

    secara istilah adalah upaya penilaian untuk mengukur (keberhasilan atau kegagalan) suatu

    proses pembelajaran sekaligus sebagai umpan balik bagi guru dan siswa. Bagi siswa asesmen

  • dapat dijadikan evaluasi dirinya sejauhmana mereka memiliki kompetensi setelah mengikuti

    proses pembelajaran. Bagi guru asesmen dapat dijadikan alat evaluasi yang objektif untuk

    mengukur sejauhmana kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.

    Asesmen anak usia dini berbeda karakteristiknya dengan asesmen anak berusia di

    atasnya. Strategi asesmen untuk anak usia dini harus sesuai dengan tingkat perkembangan

    anak, yang melibatkan aspek fisik, motorik, kognitif, bahasa, dan sosial emosional.

    Perkembangan pada anak usia dini bersifat cepat sehingga dibutuhkan suatu asesmen untuk

    melihat apakah anak berkembang secara wajar. Jika anak berkembang tidak wajar maka

    pengukuran dan prosedur evaluasi perlu dilakukan untuk membuat keputusan tentang

    pelayanan intervensi yang sesuai dengan karakteristik anak.

    Proses asesmen dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa hal berikut: 1)

    dilakukan secara individual dengan membandingkan perkembangan anak saat ini dengan

    perkembangan sebelumnya, 2) mempertimbangkan adanya perbedaan dalam perkembangan,

    pengalaman, dan budaya anak, 3) bukan dilakukan dalam situasi tes melainkan alamiah, 4)

    kemajuan tentang anak dilaporkan dalam konteks individual sehubungan dengan

    performansinya dalam tahap usianya, dan bukan merupakan sistem ranking.

    Asesmen digunakan untuk beragam tujuan sebagai berikut:

    1. Untuk mengetahui aspek perkembangan anak secara individual, yang meliputi aspek

    fisik-motorik, kognitif, bahasa, sosioemosional, dan sebagainya.

    2. Untuk diagnosa adanya hambatan perkembangan maupun identifikasi penyebab

    masalah belajar pada anak.

    3. Untuk memberikan tempat dan program yang tepat untuk anak.

    4. Untuk membuat perencanaan program (curriculum planning).

    5. Untukmengidentifikasi dan memperbaiki masalah perkembangan pada anak.

    6. Untuk kajian penelitian.

    Manfaat asesmen menurut National Early Childhood Assement Resource Group adalah

    sebagai berikut: 1) mendukung belajar anak, 2) mengidentifikasi anak apakah berkembang

    secara normal atau memiliki kebutuhan khusus, 3) mengevaluasi program dan memonitor

    kebutuhan anak, 4) sebagai wujud tanggung jawab.

    Pengumpulan data dalam asesmen salah satunya dilakukan dengan cara asesmen

    portfolio, yang berisi:

    a. Hasil kerja anak, misal berupa foto berbagai kegiatan anak misalnya foto saat anak main

    balok, melukis, interview anak, dan rekaman video.

  • b. Dokumentasi dengan orangtua, misalnya berupa kuesioner tentang perkembangan

    anak, kegiatan keluarga, daftar anggota keluarga, dan alamat kontak darurat.

    c. Data kesehatan anak, misal imunisasi dan alergi.

    d. Dokumentasi guru, misalnya ringkasan interview dengan orangtua, hasil observasi dan

    anecdotal records, checlist perkembangan anak, dan lain-lain (Fridani dkk, 2012: 1.25).

    Portfolio merupakan kumpulan hasil kegiatan atau catatan mengenai aspek

    perkembangan siswa dalam kurun waktu tertentu, misalnya dalam waktu satu semester.

    Portfolio terdiri atas contoh hasil karya anak, hasil penilaian anak berdasarkan instrumen yang

    telah disusun, foto-foto kegiatan, dan beberapa pendukung lainnya, seperti hasil penilaian

    (Suyadi dan Dahlia, 2014: 139).

    Dari sumber lain menyebutkan, portfolio adalah suatu koleksi pekerjaan dan kegiatan

    anak yang diorganisasi secara sistematis menggambarkan potret anak secara menyeluruh.

    Proses sistematis yang dimaksud adalah tentang bagaimana mengumpulkan, memilih, dan

    menggambarkan yang didasarkan pada belajar sehingga akan membuat portfolio dinamis dan

    bermakna.

    Dua hal yang dapat diamati dari portfolio ini adalah:

    1. Proses, yang menunjukkan bagaimana anak belajar dan melakukan kegiatan.

    Penekanannya adalah pada strategi yang digunakan.

    2. Hasil atau produk, yang merupakan bukti dari apa yang telah dilakukan siswa.

    Robert J. Tierney (1991) memberikan karakteristik penilaian portfolio, yaitu:

    1. Mengikutsertakan siswa dalam menilai kemajuannya dan atau mencapai dan

    menentukan tujuan belajarnya.

    2. Mengukur setiap prestasi yang dicapai yang didasarkan pada perbedaan individual di

    antara para siswa.

    3. Menggunakan pendekatan kolaboratif untuk penilaian.

    4. Mempunyai tujuan bagi siswa untuk menilai dirinya sendiri.

    5. Menunjukkan peningkatan, usaha, dan prestasi siswa.

    6. Menghubungkan penilaian mengajar dengan belajar.

    Sedangkan manfaat dari portfolio dikemukakan oleh Bonnie Campbell dan Cynthia Ruptic

    (1991), sebagai berikut ini:

    1. Membantu mengembangkan konsep diri positif dalam diri siswa dalam rangka

    menumbuhkan proses belajar seumur hidup.

    2. Untuk menggambarkan pertumbuhan siswa. Hal ini dapat terlihat dari contoh kegiatan-

    kegiatan sekolah yang aktual yang menunjukkan peningkatan keterampilan siswa.

  • 3. Untuk melengkapi pencapaian tujuan yang diharapkan dicapai anak.

    4. Untuk meningkatkan kualitas komunikasi antara guru, siswa ataupun guru dan

    pimpinan sekolah melalui rapat orangtua (Wahyudin dan Agustin, 2011: 79-81).

    Penilaian portofolio sering diibaratkan sebagai satu album photo dari suatu kegiatan

    yang merekam aktivitas program dan para partisipannya. Portofolio ini juga sering dianggap

    sebagai suatu ‘showcases’ bagi orang-orang yang tertarik atau memerlukan untuk mendapatkan

    gambaran mengenai program tersebut. Bagi dunia pendidikan, penilaian portofolio cukup

    sering digunkan untuk mendokumentasikan kemajuan dan pencapaian masing-masing siswa.

    Penilaian portofolio jika dilakukan secara benar dan sistematis dapat menjadi alat pengukur

    praktek, prosedur, dan keluaran yang lebih baik jika dibandingkan alat pengukuran tradisional.

    Ada beberapa kelebihan dari Penilaian Portofolio ( sebagaimana dikutip oleh Julia

    Scherba dari Venn ) seperti:

    1. Menunjukkan evaluasi diri siswa, refleksi, dan pemikiran kritis

    2. Mengukur Kinerja dasar berdasarkan contoh original pekerjaan siswa

    3. Memberikan fleksibilitas dalam mengukur bagaimana siswa mencapai tujuan

    4. Memungkinkan guru dan siswa berbagi tanggung jawab dalam menentukan tujuan

    belajar dan untuk evaluasi kemajuan.

    5. Memberikan kemungkinan bagi siswa untuk mendapatkan masukkan yang ekstensif dari

    proses pembelajaran

    6. Memfasilitasi pembelajaran kooperatif, termasuk evaluasi ‘peer’ dan tutoring

    7. Memungkinkan pembentukan struktur pembelajaran bertahap

    8. Memungkinkan guru dan siswa untuk mendiskusikan tujuan pembelajaran dan kemajuan

    dalam dialog yang terstruktur maupun tidak.

    9. Memungkinkan pengukuran kemajuan siswa multi dimensi dengan memasukkan berbagai

    tipe data dan material.

    Bagi seorang guru, penilaian portofolio walaupun sedikit lebih rumit tetapi bisa memiliki

    banyak kegunaan. Seperti misalnya:

    1. Mendorong pembelajaran mandiri

    2. Memperjelas pandangan mengenai apa yang dipelajari

    3. Membantu mempelajari pembelajaran

    4. Mendemonstrasikan kemajuan berdasarkan keluaran yang diidentifikasikan

    5. Membuat interseksi antara instruksi dan penilaian

    6. Memberikan jalan kepada siswa untuk menilai diri mereka sebagai pemelajar

  • 7. Memberikan kemungkinan untuk pengembangan dukungan ‘peer’

    8. Mengetahui bagaimana portofolio dapat memperbaiki proses persiapan

    Dengan demikian penilaian portofolio berbeda dengan penilaian lainnya, penilaian

    portofolio merupakan rangkuman setiap aktivitas yang membutuhkan pencermatan,

    keobjektifan dan tranparansi. Penilaian portofolio bukanlah hasil rekaan dan bersumber

    imajinatif. Hal ini menunjukkan program pembelajaran dalam persiapan evaluasi harus

    berkelanjutan dari satu kegiatan kepada kegiatan lain guna peningkatan mutu kualitas

    pendidikan bagi input maupun output di sekolah. Kegiatan tersebut dapat terlembaga secara

    baik dan profesional baik di lembaga formal maupun non formal.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Anonim. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

    Fridani, Lara dkk, 2012. Evaluasi Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka

    Hopkins, Charles D and Richard L. Antes. 1990. Classroom Measurement and Evaluation.,

    Sixth Edition. Boston: Allyn and Bacon

    Jalal, F. 2002. “Pendidikan Anak Usia Dini Pendidikan yang Mendasar”. Jurnal Ilmiah Anak

    Usia Dini. Vol.03 Hal.4-8

    Lefrancois, Guy R. 1982. Psychology for Teaching: a bear rarely faces the front, Fourth

    Edition. Wadsworth Pub. Co

    Susanto, Ahmad. 2015. Bimbingan dan Konseling untuk PAUD. Jogjakarta: Diva Press

    Suyadi dan Dahlia, 2014. Implementasi dan Inovasi Kurikulum Paud 2013-Program

    Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences. Bandung: Remaja Rosdakarya

    Tardif. 1989. Metode Pengajaran: Penelitian Tindakan Kelas

    Tilaar H.A.R. 2006. Standarisasi Pendidikan Nasional, Suatu Tinjauan Kritis. Jakarta:

    Rineka Cipta

    Wahyudin dan Agustin, 2011. Penilaian Perkembangan Anak Usia Dini. Bandung: Refika

    Aditama