Upload
others
View
32
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PREVALENSI MIOPIA DAN FAKTOR – FAKTOR
YANG MEMPENGARUHINYA PADA MAHASISWA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER UIN
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
TAHUN 2011
Laporan Penelitian Ini Ditulis Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar SARJANA KEDOKTERAN
OLEH :
Aemsina Hayatillah
108103000002
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H / 2011 M
ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 19 September 2011
Aemsina Hayatillah
iii
PREVALENSI MIOPIA DAN FAKTOR – FAKTOR YANG
MEMPENGARUHINYA PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN DOKTER UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
TAHUN 2011
Laporan Penelitian
Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Kedokteran (S.Ked)
Oleh
Aemsina Hayatillah
NIM: 108103000002
Pembimbing I Pembimbing II
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/ 2011 M
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan penelitian berjudul Prevalensi Miopia Dan Faktor – Faktor Yang
Mempengaruhinya Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011 yang diajukan oleh Aemsina
Hayatillah (NIM: 108103000002), telah diujikan dalam sidang di Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada 19 September 2011. Laporan penelitian ini
telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran
(S.Ked) pada Program Studi Pendidikan Dokter.
Jakarta, 19 September 2011
DEWAN PENGUJI
Ketua Sidang
Penguji I Penguji II
PIMPINAN FAKULTAS
DEKAN FKIK UIN Kaprodi PSPD FKIK UIN
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh…
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat
dan kesehatan serta kekuatan pada penulis sehingga dapat menyelesaikan
penelitian yang berhudul “Prevalensi Miopia Dan Faktor – Faktor Yang
Mempengaruhinya Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2011“.
Dalam pelaksanaan laporan penelitian ini penulis banyak menerima
bantuan dan dorongan baik secara moril maupun materil dari berbagai pihak. Oleh
karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. DR. (hc). dr. M.K. Tadjudin, SpAnd selaku Dekan FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. DR. dr. Syarief Hasan Lutfie, SpKFR selaku Kaprodi PSPD.
3. dr. Erfira Hermawan, Sp.M selaku dosen pembimbing I dan dr. Fikri
Mirza Putranto, Sp.THT selaku dosen pembimbing II yang telah banyak
meluangkan dan membagi waktu, tenaga, pikiran untuk membimbing dan
mengarahkan penulis dalam penyusunan dan kesempurnaan laporan
penelitian ini.
4. Silvia Fitrina Nasution M.Biomed, dr. Francisca A. Tjakradidjaja, MS,
Sp.GK, drg. Laifa Annisa Hendarmin, Ph.D selaku penanggung jawab
riset PSPD.
5. dr. Zulhafdy Muchni, Sp.M, dr. Ibnu Harris, Sp.THT dan Silvia Fitrina
Nasution, M.Biomed selaku tim penguji atas saran - saran yang diberikan
untuk menyempurnakan penelitian ini.
6. Staf Pegawai PSPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
senantiasa membantu kelancaran pengambilan data.
7. Kedua orang tua tercinta yang senantiasa mendoakan kelancaran dan
kesuksesan pendidikan serta memberikan motivasinya setiap saat kepada
penulis. Cinta kasih kalian sepanjang masa, hormat adinda.
vi
8. Seluruh sejawat dan sahabat di PSPD khususnya Leliana Saleh,
Rahmanandhika Swadari, Novianti Supriatna, Sahara Effendy, Fuad
Nasrulhaq Mulyana, Raden Muhammad Ihsan Sasraningrat, Abdul Majid
Halim W, Bil Awal Ramadhan dan sahabat tercinta Endah Purnamasari,
Devy Hilpiani, Asnawi Romadhona yang senantiasa mengingatkan,
menemani dan memberikan bantuannya sehingga laporan penelitian ini
dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Penulis
2011
vii
ABSTRAK
Aemsina Hayatillah. Program Studi Pendidikan Dokter. Prevalensi Miopia
Dan Faktor – Faktor Yang Mempengaruhinya Pada Mahasiswa Program
Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011
Pendahuluan: Miopia merupakan salah satu gangguan penglihatan yang
prevalensinya tinggi di dunia dan kelainan refraksi cukup serius di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi miopia dan faktor – faktor
yang mempengaruhinya pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2011. Metode: Pendekatan studi deskriptif
dengan rancangan penelitian cross-sectional kemudian dilakukan analisis
univariat, dilakukan pada 96 mahasiswa Pendidikan Dokter preklinik (tahun
angkatan 2008-2010). Hasil: Prevalensi miopia sebesar 62,50% (60 orang).
Gambaran distribusi berdasarkan usia diperoleh sebesar 50,00% (30 orang)
berusia ≥ 20 tahun, 61,66% (37 orang) memiliki riwayat keluarga miopia,
90,00% (54 orang) dengan orang tua berpendidikan tinggi, 55,00% (33 orang)
dengan orang tua berpenghasilan > Rp 5.000.000, 56,67% (34 orang) melakukan
aktivitas melihat dekat lebih dari 5 jam/hari. Kesimpulan: Prevalensi miopia pada
mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
tinggi.
Kata kunci:
Miopia, Faktor Yang Mempengaruhi
ABSTRACT
Aemsina Hayatillah. Medical Programme Study. Prevalence of Myopia And
Factors - Factors Affecting the Educational Studies Program Student Doctor
Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta Year 2011
Introduction: Myopia is one of visual impairment that high prevalence in the
world and seriously refraction abnormalities in Indonesian.This study aims to
determine the prevalence of myopia and factors - factors that influence the
students of Education Studies Doctor Syarif Hidayatullah State Islamic University
Jakarta in 2011. Methode: a descriptive study with cross-sectional study design
then performed univariate analysis, conducted on 96 students Preclinical Medical
Education (in force 2008-2010). Results: the prevalence of myopia 62.50% (60
people). Description of the distribution by the age 50.00% (30 men) aged ≥ 20
years, 61.66% (37 people) had a family history of myopia, 90.00% (54 people)
with highly educated parents, 55.00% (33 people) with highly income parents >
Rp. 5,000,000, 56.67% (34 people) saw activity near the more than 5 hours / day.
Conclussions: The Prevalence of myopia in Education Studies Doctor Syarif
Hidayatullah State Islamic University Jakarta is high.
Key words:
Myopia, Factors Affecting
viii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERNYATAAN............................................................................ ii
LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................. iv
KATA PENGANTAR..................................................................................... v
ABSTRAK/ABSTRACT................................................................................. vii
DAFTAR ISI.................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................
DAFTAR BAGAN...........................................................................................
xi
xii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xiii
BAB I. PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1. Latar Belakang.................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah............................................................................. 2
1.3. Tujuan Penelitian...............................................................................
1.3.1. Tujuan Umum.........................................................................
1.3.2. Tujuan Khusus........................................................................
3
3
3
1.4. Manfaat Penelitian............................................................................ 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 4
2.1. Landasan Teori.................................................................................
2.1.1. Struktur Bola Mata.................................................................
2.1.2. Proses Melihat........................................................................
2.1.3. Kelainan Refraksi...................................................................
2.1.4. Miopia....................................................................................
2.1.4.1. Definisi......................................................................
2.1.4.2. Etiologi......................................................................
2.1.4.3. Klasifikasi.................................................................
2.1.4.4. Manifestasi Klinis.....................................................
2.1.4.5. Penatalaksanaan........................................................
2.1.5. Tajam Penglihatan (Visus).....................................................
2.2. Kerangka Konsep.............................................................................
2.3. Definisi Operasional........................................................................
4
4
6
7
8
8
8
9
10
10
11
12
13
BAB III. METODE PENELITIAN .............................................................. 15
3.1. Desain Penelitian............................................................................... 15
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian........................................................... 15
3.3. Populasi dan Sampel.........................................................................
3.3.1. Populasi Terjangkau...............................................................
3.3.2. Populasi Target.......................................................................
3.3.3. Besar Sampel...……...............................................................
3.3.4. Teknik Pengambilan Sampel..................................................
15
15
15
15
16
3.3.5. Kriteria Sampel.......................................................................
3.3.5.1. Kriteria Inklusi..........................................................
3.3.5.2. Kriteria Ekslusi..........................................................
16
16
16
3.4. Cara Kerja Penelitian........................................................................ 17
ix
3.4.1. Alur Penelitian........................................................................
3.4.2. Alat dan Bahan........................................................................
3.4.3. Cara Kerja...............................................................................
3.5. Managemen Data...............................................................................
3.5.1. Pengumpulan Data..................................................................
3.5.2. Pengolahan Data.....................................................................
3.5.3. Penyajian Data........................................................................
3.5.4. Analisis Data...........................................................................
17
17
18
19
19
19
19
19
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................
4.1. Karakteristik Data Responden..........................................................
4.1.1. Distribusi Karakteristik Usia Responden................................
4.1.2. Distribusi Karakteristik Riwayat Miopia Keluarga Pada
Responden...............................................................................
4.1.3. Distribusi Karakteristik Pendidikan Orang Tua Responden...
4.1.4. Distribusi Karakteristik Penghasilan Orang Tua Responden..
4.1.5. Distribusi Karakteristik Aktivitas Melihat Dekat Responden.
4.2. Analisis Univariat.............................................................................
4.2.1. Prevalensi Miopia Pada Mahasiswa Program Studi
Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun
2011 dan Derajat Keparahan / Koreksi Miopia.......................
4.2.2. Gambaran Distribusi Usia Responden Miopia Pada
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2011.............................................
4.2.3. Gambaran Distribusi Riwayat Keluarga Responden Miopia
Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2011..................................
4.2.4. Gambaran Distribusi Pendidikan Orang Tua Responden
Miopia Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2011..........................
4.2.5. Gambaran Distribusi Penghasilan Orang Tua Responden
Miopia Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2011..........................
4.2.6. Gambaran Distribusi Aktivitas Melihat Dekat Responden
Miopia Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2011..........................
4.3. Keterbatasan Penelitian....................................................................
4.3.1. Variabel Penelitian................................................................
4.3.2. Sampel Penelitian..................................................................
20
20
20
21
21
22
22
23
23
25
26
27
27
28
29
29
30
BAB V. PENUTUP…..................................................................................... 31
5.1. Simpulan ........................................................................................... 31
5.2. Saran ................................................................................................. 31
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 33
LAMPIRAN .................................................................................................... 35
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Definisi Operasional……………….……………….…… 13
Tabel 4.1. Distribusi Karakteristik Usia Responden………………. 20
Tabel 4.2. Distribusi Karakteristik Riwayat Miopia Keluarga
Responden………………………………………………. 21
Tabel 4.3. Distribusi Karakteristik Pendidikan Orang Tua
Responden………………………………………………. 22
Tabel 4.4. Distribusi Karakteristik Penghasilan Orang Tua
Responden………………………………………………. 22
Tabel 4.5. Distribusi Karakteristik Aktivitas Melihat Dekat
Responden………………………………………….…… 23
Tabel 4.6. Distribusi Prevalensi Miopia Responden……………….. 24
Tabel 4.7. Distribusi Keparahan/Koreksi ODS Responden Miopia.. 24
Tabel 4.8. Gambaran Distribusi Usia Responden Miopia…….……. 25
Tabel 4.9. Gambaran Distribusi Riwayat Keluarga Responden
Miopia…………………………………………………… 26
Tabel 4.10. Gambaran Distribusi Pendidikan Orang Tua Responden
Miopia…………………………………………………… 27
Tabel 4.11. Gambaran Distribusi Penghasilan Orang Tua Responden
Miopia……………………………………………………. 28
Tabel 4.12. Gambaran Distribusi Aktivitas Dekat Responden Miopia.. 28
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Pandangan Anterior Tulang – Tulang Orbita Kiri……… 4
Gambar 2.2. Penampang Bola Mata………………………………….. 5
Gambar 2.3. Proses Melihat…………………………………………... 6
Gambar 2.4. Kelainan Sumbu Aksial Bola Mata Pada Miopia……..... 8
Gambar 2.5. Koreksi Lensa Negatif Pada Miopia……………………. 10
xii
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan 2.1. Bagan Skema Kerangka Konsep Penelitian..................... 12
Bagan 3.1. Bagan Skema Alur Penelitian.......................................... 17
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Hasil Uji Statistik........................................................... 35
Lampiran 2 Informed Consent.......................................................... 42
Lampiran 3 Kuesioner....................................................................... 43
Lampiran 4 Tabel Aktivitas 24 Jam.................................................... 45
Lampiran 5 Daftar Riwayat Hidup.................................................... 46
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kelainan refraksi merupakan salah satu penyebab kebutaan dan hambatan
penglihatan saat beraktivitas1. Miopia merupakan salah satu ganguan penglihatan
yang memiliki prevalensi tinggi di dunia2. Prevalensi miopia telah dilaporkan
setinggi 70-90% di beberapa negara Asia, 30-40% di Eropa dan Amerika Serikat
serta 10-20% di Afrika3. Dari seluruh kelompok umur (berdasarkan sensus
penduduk tahun 1990) kelainan refraksi (12,9%) merupakan penyebab low vision
/ penglihatan terbatas terbanyak kedua setelah katarak (61,3%)
di Indonesia2.
Survei Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) tahun 1993-1996
mendapatkan kelainan refraksi di Indonesia sebesar 24,72% menempati urutan
pertama dalam 10 penyakit mata terbanyak, dan merupakan penyebab kebutaan
urutan ketiga (0,14%) setelah katarak (0,78%) dan glaukoma (0,20%) serta
menjadi masalah yang cukup serius4.
Penyebab miopia sampai saat ini belum diketahui pasti, diperkirakan
bersifat multifaktorial dan berhubungan dengan faktor genetik (internal) serta
lingkungan (eksternal)5. Faktor internal meliputi genetik, riwayat keluarga,
panjang bola mata, usia, jenis kelamin dan etnik. Faktor eksternal meliputi
pencahayaan saat tidur, membaca, pendidikan dan penghasilan orang tua serta
aktivitas melihat dekat. Pengaruh kedua faktor tersebut masing-masing masih sulit
dibuktikan dan sangat mungkin interakasi keduanya mengakibatkan peningkatan
miopia2. Banyak kasus kelainan refraksi yang memperlihatkan adanya keterkaitan
faktor genetik. Anak dengan orang tua miopia cenderung mengalami miopia
(dose-dependent pattern)3. Selain faktor internal, prevalensi miopia cenderung
meningkat dengan meningkatnya usia, namun mekanisme dari hal ini belum
diketahui6. Berbagai penelitian mendapatkan prevalensi miopia meningkat dengan
meningkatnya penghasilan keluarga dan tingkat pendidikan1.
Mahasiswa
Kedokteran cenderung mengalami miopia dua kali lebih besar dibandingkan
kebanyakan orang pada umumnya.7 Penelitian pada mahasiswa kedokteran di
2
Singapura memperlihatkan hasil sebesar 82% mahasiswa mengalami miopia8.
Selain kebiasaan melakukan aktivitas jarak dekat, jumlah waktu yang dihabiskan
untuk membaca dan aktivitas melihat dekat dapat merupakan faktor risiko
terjadinya miopia.9 Penelitian di Singapura menyatakan bahwa anak yang
menghabiskan waktunya dengan aktivitas melihat dekat (membaca, menonton
TV, bermain video game dan menggunakan komputer) lebih banyak yang
mengalami miopia dengan prevalensi sebesar 64,8%.10
Mahasiswa kedokteran cenderung dinilai orang memiliki orang tua dokter
atau pendidikan tinggi lain dengan penghasilan diatas rata – rata orang pada
umumnya sehingga hal ini menjadi faktor resiko terjadinya miopia pada anak
selain karena aktivitas melihat dekat dan usia yang semakin bertambah serta
keterkaitan riwayat keluarga miopia. Program Studi Pendidikan Dokter UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta baru berdiri selama 6 tahun dengan karakteristik
mahasiswa yang berbeda – beda baik secara latar belakang pendidikan maupun
status sosial ekonomi dan aktivitas kesehariannya sehingga memungkinkan
adanya variasi miopia dan faktor yang mempengaruhinya pada mahasiswa.
Oleh karena itu, maka kami bermaksud untuk melakukan penelitian
mengenai prevalensi miopia dan faktor yang mempengaruhinya pada mahasiswa
Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan
populasi target mahasiswa preklinik sehingga dengan melakukan penelitian
tersebut dapat diperoleh prevalensi miopia dan faktor yang mempengaruhinya
serta sebagai sarana informasi pada mahasiswa terkait miopia.
1.2. Rumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan
masalah penelitian sebagai berikut : Bagaimana prevalensi miopia dan faktor –
faktor yang mempengaruhinya pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2011?
3
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui prevalensi miopia dan faktor – faktor yang mempengaruhinya
pada mahasiswa Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2011.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui gambaran faktor usia, riwayat keluarga, pendidikan orang tua,
penghasilan orang tua dan aktivitas melihat dekat pada mahasiswa
Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun
2011 yang mengalami miopia.
2. Mengetahui derajat keparahan / koreksi miopia pada mahasiswa Program
Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2011.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Bagi peneliti
1. Untuk meningkatkan keilmuan peneliti mengenai miopia dan faktor yang
mempengaruhinya.
2. Untuk meningkatkan pengalaman dan keterampilan peneliti.
3. Untuk menjadi dasar bagi peneliti-peneliti selanjutnya.
1.4.2. Bagi kalangan medis
2. Sebagai landasan untuk memberikan informasi bahwa miopia merupakan
kelainan refraksi yang cukup serius apabila progresivitasnya tidak dicegah.
3. Sebagai landasan untuk melakukan penelitian-penelitian selanjutnya.
1.4.3. Bagi mahasiswa dan masyarakat
2 Meningkatkan pengetahuan mahasiswa dan masyarakat mengenai miopia
dan faktor yang mempengaruhinya.
3 Sebagai informasi dan sarana edukasi kesehatan kepada mahasiswa
Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
sehingga diharapkan mahasiswa senantiasa meningkatkan kepeduliannya
terhadap kesehatan mata.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Struktur Bola Mata
Orbita secara skematis digambarkan sebagai piramida berdinding empat
yang berkonvergensi ke arah belakang. Dinding medial orbita kanan dan kiri
terletak pararel dan dipisahkan oleh hidung. Volume orbita dewasa kira – kira 30
cc dan bola mata hanya menempati sekitar seperlima bagian ruangannya. Lemak
dan otot menempati bagian terbesarnya. Atap orbita terutama terdiri atas facies
orbitalis ossis frontalis. Dinding lateral dipisahkan dari bagian atap oleh fissura
orbitalis superior. Bagian anterior dinding lateral dibentuk oleh facies orbitalis
ossis zygomaticus. Dasar orbita dipisahkan dari dinding lateral oleh fissura
orbitalis inferior. Tepian inferior orbita terdiri dari pars frontalis ossis maksilaris
di medial dan os zygomaticus di lateral11
.
Gambar 2.1. Pandangan Anterior Tulang – Tulang Orbita Kiri Sumber : T.Schlote, 2006
Bola mata orang dewasa normal hampir mendekati bulat11
, dengan
diameter anteroposterior berkisar kurang dari 25mm, terbagi kedalam dua segmen
yang berbeda, yaitu segmen anterior yang memiliki bagian transparan dan segmen
posterior yang memiliki diameter lebih luas. Nervus optikus memasuki mata
5
melalui diskus optikus yang berjarak 3mm kebagian nasal (medial) dari kutub
posterior12
.
Gambar 2.2. Penampang Bola Mata Sumber : T.Schlote, 2006
Bola mata terdiri dari :
a. Konjungtiva merupakan membran mukosa transparan dan tipis yang
membungkus permukaan posterior kelopak mata dan permukaan anterior
sklera11
, terjadinya proses fagositosis dan pengenalan antigen13
.
b. Sklera merupakan pembungkus fibrosa pelindung mata dibagian luar,
jaringan padat dan berwarna putih serta bersambungan dengan kornea di
sebelah anterior dan dura mater nervus optikus di sebelah posterior11
.
c. Kornea merupakan jaringan transparan, disisipkan ke sklera dilimbus,
kornea dewasa rata – rata memiliki tebal 0,54mm di tengah, sekitar
0,65mm di tepi, dan diameternya sekitar 11,5mm11
, berperan dalam
kemampuan refraktif mata14
.
d. Uvea merupakan lapisan vaskular tengah mata dan dilindungi oleh kornea
dan sklera11
. Iris berfungsi mengubah-ubah ukuran pupil dengan
berkontraksi, menentukan warna mata; korpus siliaris membentuk aqueous
humor dan mengandung otot siliaris; khoroid berfungsi untuk mencegah
berhamburannya berkas cahaya di mata14
.
e. Lensa merupakan suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna dan
hampir transparan, tebalnya sekitar 4mm dan diameternya 9mm,
dibelakang iris lensa digantung oleh zonula zinii yang menghubungkannya
6
dengan korpus siliaris11
, berfungsi dalam menghasilkan kemampuan
refraktif yang bervariasi selama akomodasi14
.
f. Retina merupakan jaringan saraf yang semitransparan dan multilapis yang
melapisi bagian dalam dua per tiga posterior dinding bola mata,
membentang ke depan dan berakhir di tepi ora serrata, mengandung
fotoreseptor11
.
g. Korpus Vitreus merupakan badan gelatin yang jernih dan avaskular yang
membentuk dua per tiga dari volume dan berat mata, berisi air 99%,
sisanya 1% meliputi kolagen dan asam hialuronat sehingga mirip gel yang
membantu mempertahankan bentuk mata11,14
.
2.1.2. Proses Melihat
Berkas cahaya akan berbelok / berbias ( mengalami refraksi ) apabila
berjalan dari satu medium ke medium lain dengan kepadatan yang berbeda kecuali
apabila berkas cahaya tersebut jatuh tegak lurus permukaan14,15
. Cahaya bergerak
lebih cepat melalui udara daripada melalui melalui media transparan lain misalnya
air dan kaca. Ketika suatu berkas cahaya masuk ke medium yang densitas yang
lebih tinggi, cahaya tersebut melambat (sebaliknya juga berlaku)14
.
Gambar 2.3. Proses Melihat Sumber: www.google.com
Dengan masuknya sinar kedalam mata, terjadilah proses penglihatan yang
terdiri dari empat tahap, yaitu tahap pembiasan, tahap sintesa fotokimia, tahap
pengiriman sinyal sensoris dan tahap persepsi di pusat penglihatan. Tahap
7
pembiasan terjadi di kornea, lensa, badan kaca, dimana titik hasil pembiasan
tergantung pada panjang sumbu bola mata. Sedangkan proses fotokimia terjadi
pada fovea di makula. Proses kimia yang terjadi akan merangsang dan
menimbulkan impuls listrik potensial. Selanjutnya impuls listrik ini akan diantar
oleh serabut saraf ke pusat penglihatan di otak untuk diproses sehingga terjadi
persepsi penglihatan9.
Cahaya yang melewati kornea akan diteruskan melalui pupil, kemudian
difokuskan oleh lensa ke bagian belakang mata, yaitu retina. Fotoreseptor pada
retina mengumpulkan informasi yang ditangkap mata, kemudian mengirimkan
sinyal informasi tersebut ke otak melalui saraf optik. Semua bagian tersebut harus
bekerja simultan untuk dapat melihat suatu objek11,16
.
Pada mata normal, otot siliaris melemas dan lensa mendatar untuk
penglihatan jauh, tetapi otot siliaris akan berkontraksi untuk memungkinkan lensa
menjadi cembung dan lebih kuat untuk penglihatan dekat14
.
2.1.3. Kelainan Refraksi
Mata normal memiliki susunan pembiasan oleh media refraksi dengan
panjang bola mata yang seimbang. Hal ini memungkinkan bayangan benda
setelah melalui media tersebut tepat dibiaskan di retina pada mata yang tidak
mengalami akomodasi atau istirahat untuk melihat jauh, sehingga memiliki tajam
penglihatan 6/6.1
Semakin bertambah usia maka status refraksi berangsur-angsur menjadi
emetropia. Emetropisasi (penyesuaian komponen bola mata dan kekuatan sistem
optik yang mengakibatkan benda dari jarak jauh akan difokuskan secara tepat di
retina tanpa akomodasi) sifatnya bervariasi pada setiap individu, sehingga pada
sekelompok individu dapat menimbulkan ametropia. Kelainan refraksi merupakan
istilah yang dipakai untuk keadaan ametropia akibat dari satu atau lebih
komponen optik bola mata memperlihatkan variasi yang signifikan dari nilai
variasi biologis normal, bukan merupakan penyakit atau kelainan bola mata
kongenital, yaitu berupa miopia, hipermetropia, astigmatisma.17
8
2.1.4. Miopia
2.1.4.1.Definisi
Miopia atau nearsightedness atau rabun jauh adalah suatu bentuk kelainan
refraksi dimana sinar-sinar sejajar dari objek pada jarak tak terhingga akan
berkonvergensi dan berfokus (dibiaskan pada suatu titik) di depan retina pada
mata tanpa akomodasi sehingga menghasilkan bayangan yang tidak fokus.
Akomodasi adalah kemampuan mata untuk mengubah daya bias lensa dengan
kontraksi otot siliar yang menyebabkan penambahan tebal dan kecembungan
lensa sehingga bayangan pada jarak yang berbeda-beda akan terfokus di
retina.11,16
2.1.4.2.Etiologi
Etiologi dan patogenesis miopia belum diketahui, diduga dipengaruhi oleh
faktor lingkungan dan faktor genetika.3,17,18
Dari beberapa studi penelitian genetik
di Eropa didapatkan bahwa faktor genetik mempengaruhi 80% untuk terjadinya
kelainan refraksi. Faktor lingkungan yang mempengaruhi miopia seperti aktivitas
melihat dekat, tingkat pendidikan orang tua, status sosial ikut menyebabkan
prevalensi miopia yang meningkat.17
Pada miopia panjang bola mata anteroposterior dapat terlalu besar atau
kekuatan pembiasan media refraksi terlalu kuat.16
Gambar 2.4. Kelainan Sumbu Aksial Bola Mata Pada Miopia Sumber: Harold Ellis, 2006
9
Dikenal bentuk miopia16
:
1. miopia refraktif merupakan bertambahnya indeks bias media penglihatan
dimana lensa menjadi lebih cembung sehingga pembiasan lebih kuat.
Miopia jenis ini dekenal dengan miopia bias atau miopia indeks, miopia
yang terjadi akibat pembiasan media penglihatan (kornea dan lensa) yang
terlalu kuat.
2. miopia aksial merupakan miopia akibat panjangnya sumbu bola mata,
dengan kelengkungan kornea dan lensa yang normal.
2.1.4.3. Klasifikasi
Miopia dapat diklasifikasikan berdasarkan pertumbuhan bola mata,
etiologi, onset terjadinya dan derajat beratnya miopia. Berdasarkan pertumbuhan
bola mata, miopia dikelompokkan menjadi miopia fisiologis yang terjadi akibat
peningkatan diameter aksial yang dihasilkan oleh pertumbuhan normal sedangkan
miopia patologis merupakan pemanjangan abnormal bola mata yang sering
dihubungkan dengan penispisan sklera. Sedangkan klasifikasi berdasarkan onset
terjadinya terbagi menjadi miopia kongenital yang terjadi pada saat lahir, miopia
juvenil atau miopia usia sekolah yang ditemukan pada usia sebelum 20tahun dan
miopia dewasa yang ditemukan pada usia 20tahun atau lebih. Berdasarkan
etiologinya, miopia terbagi atas aksial akibat perubahan panjang bola mata
melebihi 24 mm dan refraktif akibat kelainan kondisi elemen bola mata18
.
Sedangkan berdasarkan derajat beratnya miopia terbagi kedalam13,16
:
1. Miopia ringan adalah miopia antara 0-3 D
2. Miopia ringan adalah miopia antara 3-6 D
3. Miopia ringan adalah miopia di atas 6 D
Menurut perjalanan miopia dikenal bentuk16
:
1. miopia stasioner adalah miopia yang menetap setelah dewasa
2. miopia progresif adalah miopia yang bertambah terus pada usia dewasa
akibat bertambah panjangnya bola mata
3. miopia maligna adalah miopia yang berjalan progresif yang dapat
mengakibatkan ablsio retina dan kebutaan atau sama dengan miopia
pernisiosa atau miopia maligna atau miopia degenertif
10
2.1.4.4.Manifestasi Klinis
Pada penderita miopia, keluhan utamanya adalah penglihatan yang kabur
saat melihat jauh, tetapi jelas untuk melihat dekat. Selain itu pasien akan
memberikan keluhan sakit kepala atau mata terasa lelah, sering disertai dengan
juling dan celah kelopak mata sempit. Seseorang miopia mempunyai kebiasaan
mengernyitkan matanya untuk mencegah aberasi sferis atau untuk mendapatkan
efek pinhole13,16
. Pasien miopia mempunyai pungtum remotum yang dekat
sehingga mata selalu dalam konvergensi yanga kan menimbulkan astenopia
konvergensi dan bila menetap akan terlihat juling kedalam atau esotropia. Apabila
terdapat miopia pada satu mata jauh lebih tinggi dari mata yang lain, dapat terjadi
ambliopia pada mata yang miopianya lebih tinggi dan menyebabkan
eksotropia11,16
.
2.1.4.5.Penatalaksanaan
Terapi yang dapat diberikan adalah koreksi kacamata dengan
menggunakan lensa sferis konkaf ( negatif ) terkecil yang memberikan ketajaman
penglihatan maksimal16
. Lensa sferis negatif ini dapat mengoreksi bayangan pada
miopia dengan cara memindahkan bayangan mundur tepat ke retina11,16
, sehingga
penderita dapat melihat dengan baik tanpa akomodasi13
.
Gambar 2.5. Koreksi Lensa Negatif Pada Miopia Sumber: T.Schlote, 2006
Selain dikoreksidengan lensa kacamata, koreksi miopia dapat menggunakan
lensa kontak atau bedah keratorefraktif16
. Lensa kontak adalah lensa yang
11
diletakkan diatas kornea dan memiliki daya kohesi sehingga tetap menempel pada
kornea, tujuannya adalah untuk memperbesar bayangan yang jatuh di retina13
.
Terdapat keuntungan memakai lensa kontak, diantaranya13
:
1. Praktis dalam penggunaanya (sama dengan seperti penglihatan mata
normal, sedangkan kaca mata penglihatan akan menjadi lebih besar/kecil)
2. Luas lapang pandang tidak berubah (penggunaan kaca mata lapang
pandang menjadi menciut)
3. Tujuan kosmetik
Sedangkan kerugian dari pemakaian lensa kontak adalah13
:
1. Lebih mudah terkena infeksi, apabila pemakainnya kurang memperhatikan
kebersihan / lingkungan sekitar kurang bersih
2. Lebih mudah terjadi erosi kornea, terutama apabila dipakai terlalu
lama/dipakai tidak teratur
2.1.5. Tajam Penglihatan (Visus)
Pemeriksaan tajam penglihatan merupakan pemeriksaan fungsi mata.
Untuk mengetahui tajam penglihatan seseorang, dapat digunakan kartu snellen
dan bila penglihatan mata kurang maka tajam penglihatan diukur dengan
menentukan kemampuan melihat jumlah jari ataupun proyeksi sinar16
.
Pemeriksaan tajam penglihatan dilakukan pada mata dengan atau tanpa
kacamata. Setiap mata diperiksa terpisah. Untuk mengetahui sama atau tidaknya
ketajaman penglihatan kedua mata dapat dilakukan dengan menutup salah satu
mata16
.
Pemeriksaan tajam penglihatan sebaiknya dilakukan pada jarak 6 meter
atau 20 kaki, karena pada jarak ini mata akan melihat benda dalam keadaan
beristirahat atau tanpa akomodasi16
. Bila dapat melihat dengna baik huruf-huruf
dengan ukuran yang memang seharusnya dapat dilihat pada jarak 20 kaki, orang
tersebut dikatakan memiliki penglihatan 20/20 (penglihatan mata normal). Bila
hanya dapat melihat huruf – huruf yang seharusnya mampu dilihat pada jarak 200
kaki, dikatakan orang itu memiliki penglihatan sebesar 20/20015
.
Bila seseorang diragukan apakah penglihatannya berkurang akibat
kelainan refraksi, maka dilakukan uji pinhole. Bila penglihatan berkurang dengan
12
diletakkannya pinhole di depan mata berarti ada kelainan organik atau kekeruhan
media penglihatan yang mengakibatkan penglihatan menurun16
.
2.2. Kerangka Konsep
Bagan 2.1. Skema Kerangka Konsep Penelitian
Keterangan :
Variabel yang diteliti Pengaruh yang diteliti
Variabel yang tidak diteliti Pengaruh yang tidak diteliti
FAKTOR INTERNAL :
Genetik
Panjang Bola Mata
Jenis Kelamin
Suku
FAKTOR INTERNAL :
Usia
Riwayat Keluarga
FAKTOR EKSTERNAL :
Pendidikan orang tua
Penghasilan orang tua
Aktivitas melihat dekat
Prevalensi
Miopia
FAKTOR EKSTERNAL :
Pencahayaan saat tidur
Pencahayaan saat membaca
13
2.3. Definisi Operasional
Tabel 2.1. Definisi Operasional
No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Skala Hasil Ukur
1. Miopia Kelainan
refraksi yang
memerlukan
koreksi lensa
sferis negatif
Visus Snellen
chart
Ordinal 1. 6/6
2. < 6/6
2. Usia Lama hidup
responden
(pembulatan)
mulai dari
lahir hingga
penelitian
dilakukan
Wawancara Kuesioner Interval 1. ≤ 18 thn
2. 19thn
3. ≥ 20 thn
3. Riwayat
Keluarga
Keluarga inti
yang
diketahui
memakai
kacamata
untuk melihat
jauh
Wawancara Kuesioner Nominal 1. Ayah dan Ibu
2. Ayah/Ibu
3. Saudara
kandung
4. Tidak ada
riwayat
4. Pendidikan
orang tua
Jenis
Pendidikan
terakhir yang
di peroleh
Wawancara Kuesioner Ordinal 1. SD-SMP
2. SMA- Strata
5. Penghasilan
orang tua
Penghasilan
rata-rata yang
diperoleh
dalam satu
bulan
Wawancara Kuesioner Interval 1. < Rp.1.250.000
2. Rp.1.250.000 –
Rp. 5.000.000
3. >Rp. 5.000.000
14
6. Aktivitas
melihat
dekat
Lamanya
waktu (jam)
per hari yang
dibutuhkan
untuk
menonton
televisi,
membaca,
kebiasaan
mengguna-
kan
komputer/
laptop,
bermain
video game
Wawancara Kuesioner Interval 1. < 5 jam
2. 5-10 jam
3. > 10 jam
7. Derajat
Keparahan/
Koreksi
Miopia
Ukuran lensa
negatif yang
digunakan
untuk
mencapai
visus 6/6
Visus Lensa
Trial
Interval 1. 0-3 D
2. 3-6 D
3. > 6 D
6
15
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Penelitian ini dilakukan secara deskriptif dengan metode pengumpulan
data secara cross sectional menggunakan kuesioner dan pemeriksaan visus.
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kampus Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan waktu penelitian dari bulan
juli sampai bulan agustus 2011.
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi Terjangkau
Populasi terjangkau penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi
Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.3.2. Populasi Target
Populasi target penelitian ini adalah mahasiswa preklinik (tahun angkatan
2008-2010) Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.3.3. Besar Sampel
Besar sampel (n) dapat ditentukan dengan menggunakan rumus deskriptif
kategorik. Alasan penggunaan rumus ini adalah penelitian yang dilakukan
merupakan penelitian deskriptif dan semua variabel dalam penelitian ini
dikategorikan.
Sampel minimal yang dibutuhkan19
:
n = (Zα)2
.p .q
(d)2
n = (1,96)2 . 0,60 . 0,40
(0,1)2
n = 92,19
Ket :
n : Jumlah Sampel
Zα : Ditentukan oleh tingkat kepercayaan pada α=0,05; Zα bernilai 1,96
p : proporsi outcome of interest
16
q : 1-p
d : 0,1
Jumlah sampel yang dibutuhkan pada penelitian ini adalah sebanyak 92,19
orang. Untuk menjaga kemungkinan adanya responden yang tidak berhasil
ditemui maka jumlah responden ditambah sebanyak 10%. jadi jumlah sampel
adalah 92,19 + 9,21 = 101,40 dibulatkan menjadi 102 orang.
3.3.4. Teknik Pengambilan Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah semua mahasiswa preklinik (tahun
angkatan 2008-2010) Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang secara random terpilih sesuai dengan besar penghitungan sampel.
Pengambilan sampel menggunakan teknik random dengan cara Simple Random
Sampling19
, yaitu dengan merandom nama dari daftar keseluruhan nama
mahasiswa preklinik yang diperoleh dari pengurutan data populasi target.
3.3.5. Kriteria Sampel
3.3.5.1. Kriteria Inklusi :
Mahasiswa Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
menjalani pendidikan preklinik di kampus FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3.3.5.2. Kriteria Eksklusi :
Saat pengisian peserta subjek penelitian tidak hadir.
Tidak mendapat persetujuan dari peserta subjek penelitian.
Pengisian kuesioner tidak lengkap.
17
3.4. Cara Kerja Penelitian
3.4.1. Alur Penelitian
Bagan 3.1. Skema Alur Penelitian
3.4.2. Alat dan Bahan
1. Snellen chart
2. Lensa uji coba
3. Bingkai uji coba
4. Meteran
Nama mahasiswa preklinik
Program Studi Pend.Dokter
UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
Simple random sampling
Nama mahasiswa yang
terpilih namanya
informed consent
Prevalensi Miopia dan Faktor – faktor
yang yang mempengaruhinya
Pengumpulan dan
pengolahan data
dengan SPSS 16.0
Wawancara dengan
menggunakan
kuesioner dan
pemeriksaan visus
YA TIDAK
18
3.4.3. Cara Kerja
Sampel penelitian diperoleh dari hasil random yang dilakukan pada
keseluruhan nama mahasiswa preklinik Program Studi Pendidikan Dokter UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta dengan teknik simple random sampling. Setelah
diperoleh nama sampel, maka responden dikumpulkan dalam satu ruangan dan
diberikan informed consent, jika menyetujui lalu dilanjutkan dengan pengisian
kuesioner dan pemeriksaan visus.
a. Wawancara Menggunakan Kuesioner
Responden yang sudah terpilih namanya secara random dikumpulkan
dalam satu ruangan kemudian dilakukan wawancara dimana pertanyaan diajukan
satu persatu sesuai dengan kuesioner. Wawancara dilakukan dalam tiga hari,
masing-masing untuk angkatan 2008, 2009, 2010 yang kemudian dilanjutkan
dengan pemeriksaan visus.
b. Pemeriksaan Visus
Pemeriksaan visus dilakukan untuk mengetahui apakah responden
mengalami miopia atau tidak. Hal ini dilakukan untuk menunjang pertanyaan no 1
pada kuesioner yaitu berupa “apakah anda penderita miopia?” Responden
dinyatakan miopia, jika : hasil pemeriksaan visus <6/6 dan jawaban responden
ya, tidak atau tidak tahu. Responden tidak dinyatakan miopia, jika hasil
pemeriksaan visus 6/6 dan jawaban responden ya, tidak atau tidak tahu.
1. Syarat Ruangan Pemeriksaan
Ruang pemeriksaan dengan penerangan cukup, dapat menempelkan
snellen chart di dinding pada jarak 6 meter, bersih, aman dan tidak ada
sesuatu apapun yang mengganggu selama pemeriksaan berlangsung.
2. Prosedur Pemeriksaan
Setelah diwawancarai, responden duduk menghadap snellen chart
yang diletakkan 6 meter dari tempat responden berada, penglihatan
responden harus terbebas dari penggunaan kaca mata atau lensa
kontak.
Pastikan responden tidak buta huruf, secara bergantian mata kanan
dan kiri diperiksa dengan cara menutup salah satu mata yang lain
19
ketika mata yang satu diperiksa. Responden menyebutkan satu
persatu huruf yang terdapat pada snellen chart.
Apabila penyebutan huruf oleh responden tidak sampai visus 6/6
maka mata yang sedang diperiksa dibantu oleh pinhole sampai
diperoleh visus 6/6. Apabila dengan bantuan pinhole visus tidak
berubah maka pemeriksaan dilanjutkan menggunakan lensa uji
hingga koreksi sesuai.
Apabila responden tidak bisa menyebutkan huruf pertama pada
snellen chart dan penggunaan pinhole tidak membantu
meningkatkan tajam penglihatan maka pemeriksaan dilanjutkan
dengan hitungan jari, visus menjadi ../60. Apabila hitungan jari
tidak bisa, dilanjutkan dengan pemeriksaan gerakan tangan, visus
menjadi ../300. Apabila gerakan tangan masih tidak bisa,
pemeriksaan menggunakan pencahayaan, dinilai apakah responden
dapat membedakan terang atau gelap dari cahaya tersebut, visus
menjadi ../∞.
3.5. Managemen Data
3.5.1. Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dengan melakukan wawancara menggunakan kuesioner
dan pemeriksaan visus kepada sampel penelitian secara bersamaan saat penelitian
berlangsung.
3.5.2. Pengolahan Data
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kategorik. Semua
perhitungan statistik dilakukan menggunakan software SPSS 16.0.
3.5.3. Penyajian Data
Penyajian data dilakukan dalam bentuk tekstular dan tubular.
3.5.4. Analisis Data
Data yang telah diperoleh dan diolah secara statistik lalu dilanjutkan
dengan analisis univariat.
20
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi uraian dan analisa data mengenai penelitian tentang
prevalensi miopia dan faktor – faktor yang mempengaruhinya pada mahasiswa
Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2011.
Penelitian ini dilakukan di kampus Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan waktu penelitian dari bulan
juli sampai bulan agustus 2011, sampel merupakan mahasiswa preklinik Program
Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang terpilih secara
simple random sampling, dengan jumlah sampel adalah 102 orang, namun yang
termasuk ke dalam kriteria inklusi dan eksklusi penelitian sebanyak 96 orang.
Adapun penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui prevalensi
miopia disertai dengan derajat keparahan / koreksi miopia dan faktor yang
mempengaruhinya pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2011 yaitu berupa distribusi usia, riwayat keluarga,
pendidikan orang tua, penghasilan orang tua dan aktivitas melihat dekat.
4.1. Karakteristik Data Responden
4.1.1. Distribusi Karakteristik Usia Responden
Usia merupakan lama hidup responden yaitu pembulatan mulai dari lahir
hingga penelitian dilakukan, dikategorikan berdasarkan usia ≤18 tahun, 19 tahun
dan ≥ 20 tahun.
Tabel 4.1. Distribusi Karakteristik Usia Responden
No Usia Frekuensi Persentase
1 ≤18 tahun 20 20,83
2 19 tahun 30 31,25
3 ≥ 20 tahun 46 47,92
Total 96 100,00
21
Berdasarkan tabel di atas dari 96 orang responden terlihat bahwa hampir
dari seluruh responden yaitu sebanyak 46 orang (47,92%) memiliki usia ≥ 20
tahun. Hal ini dapat disimpulkan bahwa responden dengan usia ≥ 20 tahun lebih
banyak dibandingkan dengan responden dengan usia 19 atau 18 tahun
dikarenakan penelitian dilakukan pada 3 angkatan yang jaraknya berurutan dan
tahun lahir dari responden lebih banyak di tahun 1990-1991 sehingga diperoleh
data yang kurang bervariasi berdasarkan usia.
4.1.2. Distribusi Karakteristik Riwayat Miopia Keluarga Pada Responden
Riwayat keluarga dilihat berdasarkan dari ada tidaknya keluarga inti
responden yang diketahui memakai kacamata untuk melihat jauh, dikategorikan
menjadi ada riwayat miopia keluarga (ayah dan ibu, ayah / ibu, saudara kandung)
dan tidak ada riwayat miopia keluarga.
Tabel 4.2. Distribusi Karakteristik Riwayat Miopia Keluarga Responden
No Riwayat Keluarga Frekuensi Persentase
1 Tidak Ada 37 38.54
2 Saudara Kandung 14 14.58
3 Ayah/Ibu 26 27.08
4 Ayah dan Ibu 19 19.79
Total 96 100.00
Berdasarkan tabel di atas dari 96 orang responden terlihat lebih dari
sebagian responden yaitu sebanyak 59 orang (61.45%) memiliki riwayat miopia
keluarga. Hal ini berarti bahwa hampir seluruh responden memiliki keterkaitan
miopia dalam keluarganya.
4.1.3. Distribusi Karakteristik Pendidikan Orang Tua Responden
Pendidikan orang tua responden dilihat berdasarkan jenis pendidikan
terakhir yang di peroleh hingga saat penelitian dilakukan, dikategorikan menjadi
pendidikan rendah (SD-SMP) dan pendidikan tinggi (SMA-Strata)
22
Tabel 4.3. Distribusi Karakteristik Pendidikan Orang Tua Responden
No Pendidikan Frekuensi Persentase
1 SD-SMP 12 12.50
2 SMA-Strata 84 87.50
Total 96 100.00
Berdasarkan tabel di atas dari 96 orang responden terlihat bahwa hampir
seluruh responden yaitu sebanyak 84 orang (87,50%) orang tuanya memiliki
pendidikan tinggi yaitu pendidikan SMA-Strata.
4.1.4. Distribusi Karakteristik Penghasilan Orang Tua Responden
Penghasilan orang tua responden dilihat berdasarkan penghasilan rata-rata
yang diperoleh dalam satu bulan, dikategorikan menjadi penghasilan rendah (<
Rp.1.250.000), sedang (Rp. 1.250.000 – Rp. 5.000.000) dan Tinggi (>Rp.
5.000.000)
Tabel 4.4. Distribusi Karakteristik Penghasilan Orang Tua Responden
No Penghasilan Frekuensi Persentase
1 < Rp 1.2500.000,00 5 5.21
2 Rp 1.250.000,00 - Rp 5.000.000,00 40 41.67
3 > Rp 5.000.000,00 51 53.13
Total 96 100.00
Berdasarkan tabel di atas dari 96 orang responden terlihat bahwa sebagian
dari seluruh responden yaitu sebanyak 51 orang (53,13%) memiliki penghasilan
tinggi yaitu lebih dari Rp 5.000.000 setiap bulannya.
4.1.5. Distribusi Karakteristik Aktivitas Melihat Dekat Responden
Aktivitas melihat dekat dilihat berdasarkan lamanya waktu (jam) per hari
yang dibutuhkan untuk menonton televisi, membaca, kebiasaan menggunakan
23
komputer / laptop, bermain video game. Dikategorikan menjadi < 5 jam, 5-10
jam, > 10 jam
Tabel 4.5. Distribusi Karakteristik Aktivitas Melihat Dekat Responden
No Aktivitas Melihat
Dekat Frekuensi Persentase
1 < 5 jam 46 47,92
2 5 - 10 jam 36 37,50
3 > 10 jam 14 14,58
Total 96 100,00
Berdasarkan tabel di atas dari 96 orang responden terlihat bahwa sebagian
dari seluruh responden yaitu sebanyak 46 orang (47,92%) melakukan aktivitas
dekat kurang dari 5 jam, 36 orang (37,50%).
4.2. Analisis Univariat
Pada analisis univariat ini ditampilkan distribusi frekuensi dari masing-
masing variabel yang diteliti, baik variabel dependen maupun independen
kemudian dilakukan perincian dari setiap variabel yang berkaitan dengan
prevalensi miopia.
4.2.1. Prevalensi Miopia Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan
Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2011 dan Derajat
Keparahan / Koreksi Miopia
Distribusi prevalensi miopia pada mahasiswa Program Studi Pendidikan
Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2011 dapat dilihat pada tabel
berikut :
24
Tabel 4.6. Distribusi Prevalensi Miopia Responden
No Miopia Frekuensi Persentase
1 Ya 60 62.50
2 Tidak 36 37.50
Total 96 100.00
Berdasarkan tabel di atas dari 96 orang responden terlihat bahwa sebagian
besar dari seluruh responden yaitu sebanyak 60 orang (62,50%) menderita miopia,
Hal ini dapat disimpulkan bahwa prevalensi miopia pada mahasiswa Program
Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta cukup tinggi.
Distribusi derajat keparahan/koreksi miopia dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 4.7. Distribusi Keparahan / Koreksi ODS Responden Miopia
No Koreksi Miopia ODS Frekuensi Persentase
1 0-3 46 76.67
2 3-6 14 23.33
3 >6 0 0.00
Total 60 100.00
Berdasarkan tabel di atas dari 60 orang responden miopia terlihat bahwa
hampir dari seluruh responden yaitu sebanyak 46 orang (76,67%) memiliki
koreksi miopia ODS 0-3 sehingga dapat disimpulkan bahwa derajat miopia yang
terjadi pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta 2011 merupakan miopia ringan.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Mahasiswa Program Studi
Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2009 didapatkan
prevalensi miopia sebesar 60% dengan jumlah sampel 90 orang. Jika mengacu
kepada data tersebut, terjadi peningkatan prevalensi miopia sebesar 2,50% pada
25
mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
tahun 2011.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hartanto dan Inakawati (2002-
2003)20
di RSUP Dr. Kariadi Semarang, didapatkan bahwa kelainan refraksi tak
terkoreksi penuh yang paling banyak yaitu berupa miopia sebesar 58,15%.
Dalam penelitian yang sama, derajat keparahan / koreksi miopia lebih
banyak pada derajat ringan yaitu sebanyak 30 orang dengan usia 11-20 tahun dan
25 orang dengan usia 20-30 tahun20
.
4.2.2. Gambaran Distribusi Usia Responden Miopia Pada Mahasiswa
Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
tahun 2011
Distribusi usia responden miopia dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.8. Gambaran Distribusi Usia Responden Miopia
No Usia Miopi Tidak Miopi Total Persentase
f % f %
1 ≤18 tahun 14 23,33 6 16,67 20 20,83
2 19 tahun 16 26,67 14 38,89 30 31,25
3 ≥20 tahun 30 50,00 16 44,44 46 47,92
Total 60 100,00 36 100,00 96 100,00
Berdasarkan tabel di atas dari 60 orang responden penderita miopia terlihat
bahwa sebagian dari seluruh responden yaitu sebanyak 30 orang (50,00%) berusia
≥ 20 tahun, ini berarti bahwa usia ≥ 20 tahun memiliki kecenderungan mengalami
miopia lebih besar.
Prevalensi miopia cenderung meningkat dengan meningkatnya usia,
namun mekanisme dari hal ini belum diketahui. Suatu teori menjelaskan bahwa
prevalensi miopia pada orang dewasa disebabkan oleh perubahan indeks refraksi
lensa, yaitu indeks refraksi lensa meningkat dengan meningkatnya kekeruhan inti
lensa sejalan dengan meningkatnya usia6.
Penelitian lain menunjukkan bahwa miopia dapat menjadi progresif
dengan bertambahnya usia, hal ini dikarenakan bola mata masih mengalami
26
pertumbuhan atau pemanjangan serta perubahan komponen bola mata yang pada
akhirnya akan mengakibatkan perubahan status refraksi menjadi lebih miopia21
.
4.2.3. Gambaran Distribusi Riwayat Keluarga Responden Miopia Pada
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2011
Distribusi riwayat keluarga pada responden miopia dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 4.9. Gambaran Distribusi Riwayat Keluarga Responden Miopia
No Riwayat
Keluarga
Miopia Tidak Miopia Total Persentase
F % F %
1 Tidak Ada 23 38,33 14 38,89 37 38,54
2 Saudara Kandung 11 18,33 3 8,33 14 14,58
3 Ayah/Ibu 14 23,33 12 33,33 26 27,08
4 Ayah dan Ibu 12 20,00 7 19,44 19 19,79
Total 60 100,00 36 100,00 96 100,00
Berdasarkan tabel di atas dari 60 orang responden penderita miopia terlihat
bahwa sebagian dari seluruh responden yaitu sebanyak 37 orang (61,66%)
memiliki riwayat miopia keluarga, hal ini dapat disimpulkan bahwa keterkaitan
riwayat miopia keluarga cenderung mempengaruhi miopia pada responden.
Lam dkk22
, dalam penelitiannya mengemukakan bahwa riwayat miopia
pada orang tua mempengaruhi pertumbuhan bola mata anak. Pertumbuhan bola
mata dan pergeseran refraksi ke arah miopia terjadi lebih cepat pada anak dengan
riwayat miopia. Seseorang dengan predisposisi keluarga dan terpapar oleh faktor
miopigenik maka emetropisasi akan berjalan tak terkendali yang mengakibatkan
pemanjangan aksial bola mata dan terjadi miopia sedang pada usia dewasa23
.
Anak dengan riwayat ayah dan ibu miopia cenderung melakukan aktivitas
melihat lebih dekat dibandingkan anak tanpa orang tua miopia24
.
27
4.2.4. Gambaran Distribusi Pendidikan Orang Tua Responden Miopia
Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2011
Distribusi pendidikan orang tua responden miopia dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 4.10. Gambaran Distribusi Pendidikan Orang Tua Responden Miopia
No Pendidikan Miopia Tidak Miopia
Total Persentase f % F %
1 SD-SMP 6 10,00 6 16,67 12 12,50
2 SMA-Strata 54 90,00 30 83,33 84 87,50
Total 60 100,00 36 100,00 96 100,00
Berdasarkan tabel di atas dari 60 orang responden penderita miopia terlihat
bahwa hampir seluruh responden yaitu sebanyak 54 orang (90,00%) orang tuanya
berpendidikan SMA-Strata, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa responden
yang mengalami miopia memiliki orang tua dengan pendidikan tinggi.
Tingkat pendidikan seseorang sering digunakan untuk menghubungkan
lamanya waktu bekerja dalam jarak dekat dengan miopia pada orang – orang yang
berpendidikan tinggi. Hasilnya adalah orang yang berpendidikan tinggi lebih
banyak yang mengalami miopia25
.
Banyaknya buku yang dibaca per minggu merupakan salah satu petanda
aktivitas melihat dekat yang secara independen berhubungan dengan tingkat
pendidikan dan perilaku orang tua serta status ekonomi keluarga. Keluarga
dengan tingkat penddidikan tinggi dan perilaku suka membaca akan mendorong
anaknya untuk membaca atau melakukan aktivitas melihat dekat yang lebih
banyak26
.
4.2.5. Gambaran Distribusi Penghasilan Orang Tua Responden Miopia
Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2011
Distribusi penghasilan orang tua responden miopia dapat dilihat pada
tabel berikut:
28
Tabel 4.11. Gambaran Distribusi Penghasilan Orang Tua Responden Miopia
No Penghasilan Miopia Tidak Miopia
Total Persentase f % f %
1 <Rp 1.2500.000,00 3 5,00 2 5,56 5 5,21
2 Rp 1.250.000,00 - Rp
5.000.000,00 24 40,00 16 44,44 40 41,67
3 > Rp 5.000.000,00 33 55,00 18 50,00 51 53,13
Total 60 100,00 36 100,00 96 100,00
Berdasarkan tabel di atas dari 60 orang responden penderita miopia terlihat
bahwa sebagian dari seluruh responden yaitu sebanyak 33 orang (55,00%) orang
tuanya memiliki penghasilan lebih dari Rp 5.000.000, ini dapat disimpulkan
bahwa responden miopia cenderung memiliki orang tua dengan penghasilan
tinggi.
Berbagai penelitian mendapatkan prevalensi miopia meningkat dengan
meningkatnya penghasilan keluarga dan tingkat pendidikan1.
Keluarga dengan status ekonomi yang lebih tinggi mempunyai
kemampuan lebih baik untuk membeli buku dan fasilitas untuk pergi ke
perpustakaan atau toko buku serta membeli fasilitas lainnya26
.
4.2.6. Gambaran Distribusi Aktivitas Melihat Dekat Responden Miopia
Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2011
Distribusi aktivitas melihat dekat responden miopia dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 4.12. Gambaran Distribusi Aktivitas Melihat Dekat Responden Miopia
No Aktivitas
Melihat Dekat
Miopia Tidak Miopia Total Persentase
f % f %
1 < 5 jam 26 43,33 20 55,56 46 47,92
2 5 - 10 jam 24 40,00 12 33,33 36 37,50
3 > 10 jam 10 16,67 4 11,11 14 14,58
Total
60 100,00 36 100,00 96 100,00
29
Berdasarkan tabel di atas dari 60 orang responden terlihat bahwa sebagian
dari seluruh responden yaitu sebanyak 34 orang (56,67%) melakukan aktivitas
melihat dekat lebih dari 5 jam sedangkan sebanyak 20 orang (55,56%) responden
tidak miopia melakukan aktivitas melihat dekat kurang dari 5 jam . Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa responden miopia melakukan aktivitas dekat
lebih lama dibandingkan dengan responden tidak miopia.
Aktivitas melihat dekat dari beberapa penelitian diketahui dapat
meningkatkan terjadinya miopia26
. Aktivitas melihat dekat menyebabkan
akomodasi terus menerus, sehingga menyebabkan meningkatnya suhu pada bilik
mata depan yang selanjutnya akan meningkatkan produksi cairan intraokular.
Peningkatan tersebut akan meningkatkan tekanan bola mata yang berhubungan
dengan miopia27
.
Aktivitas melihat dekat menyebabkan stress induces distant accomodation
yang terus menerus dan mengakibatkan perubahan biokimia dari sklerayaitu
fibroblas sklera yang merupakan suatu mekanisme kimia untuk peregangan,
terjadi setelah 30 menit saat berakomodasi. Akumulasi akomodasi yang terus
menerus menyebabkan memanjangnya waktu mekanisme peregangan yang
berdampak pada meregangnya sklera, sehingga bayangan objek pada aktivitas
melihat dekat jatuh di depan retina18
.
Bukti lain ditemukan pada anak muda China di Hongkong yang miopia
menunjukkan adanya kecenderungan tingginya blur driven nearwork-induced
transient myopia yang terus menerus setelah aktivitas melihat dekat. Hal ini
diperkirakan dapat mengeksaserbasi predisposisi genetik mata miop yang
selanjutnya dapat mengalami progresivitas24
.
Miopia lebih banyak terdapat pada orang-orang yang pekerjaannya
memerlukan fokus mata jarak dekat dalam kurun waktu yang lama, seperti
pekerjaan yang berhubungan dengan komputer/laptop20
.
4.3. Keterbatasan Penelitian
4.3.1. Variabel Penelitian
Faktor yang mempengaruhi miopia bersifat multifaktorial, namun peneliti
hanya meneliti beberapa faktor dari faktor- faktor yang mempengaruhi prevalensi
30
miopia dan hanya dilakukan analisis univariat sehingga hubungan dari masing –
masing variabel terhadap prevalensi miopia belum dapat dibuktikan.
Penelitian dilakukan pada saat bulan Ramadhan dan aktivitas perkuliahan
di Program Studi Pendidikan Dokter dari ketiga angkatan tidak terlalu aktif seperti
perkuliahan semestinya (hanya ujian dan perbaikan nilai / KKD saja) dimana
aktivitas untuk melihat dekat diharapkan akan jauh lebih banyak dilakukan
dibandingkan dengan aktivitas yang sedikit luang seperti yang didapatkan oleh
peneliti kemarin saat pengambilan data, sehingga dari hasil penelitian tidak
didapatkan perbedaan yang signifikan antara aktivitas yang dilakukan kurang dari
5 jam/hari dengan aktivitas yang dilakukan 5-10 jam/hari, sedangkan peneliti
mengharapkan aktivitas untuk melihat dekat cenderung banyak dilakukan selama
5-10 jam/hari untuk mendukung teori, walaupun secara keseluruhan responden
miopia lebih banyak yang melakukan aktivitas melihat dekat lebih dari 5 jam/
hari.
4.3.2. Sampel Penelitian
Meskipun jumlah sampel memenuhi sampel minimum, namun alangkah
baiknya jika sampel mencapai sama banyak sesuai dengan penghitungan besar
sampel, hal ini memungkinkan hasil lebih varitif dan lebih mendukung teori.
Usia dari sampel penelitian sebagian besar berusia 19-21 tahun, hal ini
kurang memberikan informasi peningkatan prevalensi miopia berdasarkan usia.
31
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
1. Prevalensi Miopia pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011 cukup tinggi yaitu sebesar
62,50%.
2. Gambaran distribusi miopia berdasarkan usia diperoleh sebesar 50,00%
(30 orang) berusia ≥ 20 tahun, 61,66% (37 orang) memiliki riwayat
keluarga miopia, 90,00% (54 orang) dengan orang tua berpendidikan
tinggi, 55,00% (33 orang) berpenghasilan > Rp 5.000.000, 56,67% (34
orang) melakukan aktivitas melihat dekat lebih dari 5 jam/hari.
3. Derajat keparahan / koreksi miopia pada mahasiswa Program Studi
Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011 sebesar
76,67% (46 orang) memiliki koreksi ringan, yaitu 0–3 D.
5.2. Saran
1. Prevalensi miopia pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter
cukup tinggi, maka diperlukan penelitian lanjutan yang lebih spesifik
untuk membuktikan hubungan masing – masing faktor terhadap prevalensi
miopia, karena miopia merupakan kelainan refraksi yang dipengaruhi oleh
banyak faktor baik internal maupun eksternal, atau dilakukan penelitian
dengan desain kohort selama 2 tahun untuk mengetahui progresivitas
miopia dan faktor yang berperan dalam progresivitasnya sehingga
diharapkan dapat menurunkan angka prevalensi miopia tersebut.
2. Dilakukan penelitian yang berkaitan dengan lama dan jarak responden
dalam melakukan aktivitas dekat, banyaknya buku yang dibaca dan
pengaruh pencahayaan saat aktivitas dekat tersebut dilakukan selama 1
hari atau 1 minggu untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tersendiri
dari aktivitas melihat dekat.
32
3. Derajat miopia terbanyak pada responden miopia ringan yaitu kisaran
koreksi 0-3 D, hal ini bisa dicegah dengan pemeriksaan mata lebih dini,
rutin dan melakukan aktivitas luar rumah sebanyak 2-3 jam per harinya
diluar kesibukan responden sebagai mahasiswa kedokteran yang aktivitas
melihat dekatnya lebih banyak. Dengan demikian, akomodasi yang terlalu
berlebihan dapat dikurangi dan secara tidak langsung dapat mengurangi
insidensi miopia dini.
4. Penyediaan sarana pemeriksaan mata rutin dan konsultasi dokter spesialis
mata untuk mahasiswa di kampus FKIK dengan tujuan mempermudah
pengontrolan terhadap progresivitas miopia mahasiswa.
33
DAFTAR PUSTAKA
1. Dandona R, Dandona L, Naduvilath TJ, Srinivas M, McCarty CA, Rao
GN. Refractive errors in an urban population in Southern India: The Andra
Pradesh Aye Disease Study. Invest Ophtalmol Vis Sci. 1999;40:2810-
2818.
2. Saw SM, Husain R, Gazzard GM. Causes of low vision and blindness in
rural Indonesia British Journal of Ophtalmology. 2003;87(9):1075-1078.
3. Mutti DO, Mitchell GL, Moeschberger ML, Jones LA, Zadnik K. Parental
myopia, nearwork, school achievement and children’s refractive error.
Investigative Ophtalmology and Visual Science. 2002;43(12):3633-3640.
4. Depkes RI. Hasil survey kesehatan indera penglihatan dan pendengaran
1996. Jakarta. 1997.
5. Saw SM, Nieto FJ, Katz J, Schein OD, Levy B, Chew SJ. Factors related
to the progression of myopia in Singapore Children. Optom Vis Sci.
2000;77:549-54.
6. McBrien NA, Adam DW. A longitudinal investigation of adult-onset and
adult-progression of myopia in an occupational group: refractive and
biometric findings. Invest Ophtalmol Vis Sci. 1997;38:321-33.
7. Midelfart A, Hjertnes S. Myopia Among Medical Students in Norway
Invest Ophtalmol Vis Sci. 2005;46:562.
8. Mehdizadeh M, Jalaeian H, Kashef MA. Effects of Various Risk Factors
on Myopia Progression. Iran J Med Sci. 2006;31(4):204-207.
9. Spraul CW, Lang GK. Optics and refractive errors. In: Lang GK, ed.
Opthalmology : A short textbook. New York: Thieme; 2000:p.423-36
10. Guggenheim JA. Correlatiom in refractive errors between siblings in the
Singapore cohort study of risk factor of myopia. British Journal of
Opthalmology. 2007;91(6):781-784.
11. Vaughan DG, Asbury T, Riordan-Eva P. Oftalmologi Umum ed.14.
Jakarta: Widya Medika; 2000:1
12. Ellis,Harold. Clinical Anatomy. New York: Blackwell Publishing; 2008.
13. Perdami. Ilmu Penyakit Mata untuk dokter umum dan mahasiswa
kedokteran ed.II. Jakarta: Sagung Seto; 2010:46-56.
34
14. Sherwood, L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem ed.II. Jakarta: EGC;
2001:160-7.
15. Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran ed.XI. Jakarta:
EGC; 2008:644-50.
16. Sidarta, Ilyas. Ilmu Penyakit Mata ed. III. Jakarta: Balai Penerbit FKUI;
2010:1
17. Taylor D, Hyot CS. Pediatric Ophtalmology and Strabismus theory and
practice. 3 ed. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2005.
18. Gilmartin B. Myopia: precedents for research in the twenty-first century.
Clinical and Experimental Ophtalmology. 2004;32:305-24.
19. Dahlan S. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam Penelitian
Kedokteran dan Kesehatan ed.2. Jakarta: Salemba Medika; 2009:1
20. Hartanto Willy, Inakawati Sri. Kelainan Refraksi Tak Terkoreksi Penuh Di
RSUP Dr. Kariadi Semarang Periode 1 Januari 2002 - Desember 2003.
Media Medika Muda. 2010;4:25-30.
21. Hyman L, Gwiazda J, Hussein M, Norton TT, Wang Y, Marsh-Tootle W,
et al. Relationship of age, sex, and ethnicity with myopia progression and
axial elongation in the correction of myopia evaluation trial. Arch
Ophtalmol. 2005;123:977-87.
22. Lam DS, Fan DS, Lam RF, Rao SK, Chong K, Lau JT. The effecct of
parental history of myopia on children eye size and growth: result of a
longitudinal study. Invest Ophtalmol Vis Sci. 2008;49(3):873-6.
23. Fredrick DR. Clinical review, myopia. Br Med J. 2002;324:1195-9.
24. Wolffsohn JS, Gilmartin B, Li RW-H, Edwards MH, Chat SW-S, Lew JK-
F, et al. Nearwork-induced trancient myopia in preadolescent Hong Kong
Chinese. Invest Ophtalmol Vis Sci. 2003;44:2284-9.
25. Konstantopoulos A, Yadegar G, Elgohary M. Nearwork, education, family
history and myopia in Greek conscript. Eye. 2008;22:542-546.
26. Saw SM, Zahang MZ, Hong RZ, Fu ZF, Pang MH, Tan T. Nearwork
activity, night lights, and myopia in the Singapore-China study. Arch
Ophtalmol. 2002;120:620-7.
27. Gwiazda JE, Hyman, Norton TT, Hussein M,Marsh-Toole W, Manny R.
Accommodation and related risk factors associated with myopia
progression and their interaction with treatment in COMET children.
Invest Ophtalmol Vis Sci. 2004;45:2143-51.
35
Lampiran 1
Hasil Uji Statistik
Frequency Table
lama hidup responden
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid >= 18 tahun 20 20.8 20.8 20.8
19 tahun 30 31.3 31.3 52.1
>= 20 tahun 46 47.9 47.9 100.0
Total 96 100.0 100.0
riwayat penggunaan kacamata minus di keluarga
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak 37 38.5 38.5 38.5
saudara
kandung 14 14.6 14.6 53.1
ayah/ibu 26 27.1 27.1 80.2
Ayahdanibu 19 19.8 19.8 100.0
Total 96 100.0 100.0
pendidikan org tua responden
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid SD-SMP 12 12.5 12.5 12.5
SMA-Strata 84 87.5 87.5 100.0
Total 96 100.0 100.0
penghasilan perbulan orgtua responden
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid <1.250.000 5 5.2 5.2 5.2
1.250.000-
5.000.000 40 41.7 41.7 46.9
>5.000.000 51 53.1 53.1 100.0
Total 96 100.0 100.0
36
lamanya aktivitas melihat dekat
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid < 5 jam 46 47.9 47.9 47.9
5 - 10 jam 36 37.5 37.5 85.4
> 10 jam 14 14.6 14.6 100.0
Total 96 100.0 100.0
prevalensi miopia
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak
miopi 36 37.5 37.5 37.5
miopi 60 62.5 62.5 100.0
Total 96 100.0 100.0
koreksi miopia ods
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 0-3 46 76.7 76.7 76.7
3-6 14 23.3 23.3 100.0
Total 60 100.0 100.0
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
lama hidup
responden *
prevalensi miopia
96 100.0% 0 .0% 96 100.0%
37
lama hidup responden * prevalensi miopia Crosstabulation
prevalensi miopia Total
tidak
miopia Miopia
lama
hidup
respon
den
>= 18
tahun
Count
6 14 20
% within prevalensi
miopia 16.7% 23.3% 20.8%
19 tahun Count 14 16 30
% within prevalensi
miopia 38.9% 26.7% 31.3%
>= 20
tahun
Count 16 30 46
% within prevalensi
miopia 44.4% 50.0% 47.9%
Total Count 36 60 96
% within prevalensi
miopia 100.0% 100.0% 100.0%
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
riwayat
penggunaan
kacamata minus d
keluarga *
prevalensi miopia
96 100.0% 0 .0% 96 100.0%
38
riwayat penggunaan kacamata minus d keluarga * prevalensi miopia
Crosstabulation
prevalensi miopia Total
tidak
miopia Miopia
riwayat
penggunaan
kacamata
minus di
keluarga
Tidak Count
14 23 37
% within prevalensi
miopia 38.9% 38.3% 38.5%
saudara
kandung
Count 3 11 14
% within prevalensi
miopia 8.3% 18.3% 14.6%
ayah/ibu Count 12 14 26
% within prevalensi
miopia 33.3% 23.3% 27.1%
Ayah dan
ibu
Count 7 12 19
% within prevalensi
miopia 19.4% 20.0% 19.8%
Total Count 36 60 96
% within prevalensi
miopia 100.0% 100.0% 100.0%
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
pendidikan org
tua responden *
prevalensi
miopia
96 100.0% 0 .0% 96 100.0%
39
pendidikan org tua responden * prevalensi miopia Crosstabulation
prevalensi miopia Total
tidak
miopia miopia
pendidikan
org tua
responden
SD-SMP Count
6 6 12
% within
prevalensi
miopia
16.7% 10.0% 12.5%
SMA-Strata Count 30 54 84
% within
prevalensi
miopia
83.3% 90.0% 87.5%
Total Count 36 60 96
% within
prevalensi
miopia
100.0% 100.0% 100.0%
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
penghasilan
perbulan orgtua
responden *
prevalensi miopia
96 100.0% 0 .0% 96 100.0%
40
penghasilan perbulan orgtua responden * prevalensi miopia Crosstabulation
prevalensi miopia Total
tidak
miopia Miopia
penghasilan
perbulan
orgtua
responden
<1.250.000 Count
2 3 5
% within
prevalensi
miopia
5.6% 5.0% 5.2%
1.250.000-
5.000.000
Count 16 24 40
% within
prevalensi
miopia
44.4% 40.0% 41.7%
>5.000.000 Count 18 33 51
% within
prevalensi
miopia
50.0% 55.0% 53.1%
Total Count 36 60 96
% within
prevalensi
miopia
100.0% 100.0% 100.0%
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
lamanya aktivitas
melihat dekat *
prevalensi miopia
96 100.0% 0 .0% 96 100.0%
41
lamanya aktivitas melihat dekat * prevalensi miopia Crosstabulation
prevalensi miopia Total
tidak
miopia miopia
lamanya
aktivitas
melihat dekat
< 5 jam Count
20 26 46
% within
prevalensi
miopia
55.6% 43.3% 47.9%
5 - 10
jam
Count 12 24 36
% within
prevalensi
miopia
33.3% 40.0% 37.5%
> 10 jam Count 4 10 14
% within
prevalensi
miopia
11.1% 16.7% 14.6%
Total Count 36 60 96
% within
prevalensi
miopia
100.0% 100.0% 100.0%
42
Lampiran 2
FORMULIR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN
(INFORMED CONSENT)
Program Studi Pendidikan Dokter
FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Dalam rangka memenuhi tugas akhir untuk memperoleh gelar Sajana
Kedokteran, saya Aemsina Hayatillah mahasiswi Program Studi Pendidikan Dokter UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta akan melakukan penelitian yang berjudul “Prevalensi Miopia
Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Pada Mahasiswa PSPD UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2011”.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui besar prevalensi miopia dan
faktor – faktor yang mempengaruhinya pada mahasiswa PSPD dimana berdasarkan
penelitian sebelumnya diperoleh sebesar 60% mahasiswa mengalami miopia. Adapun
manfaat dari penelitian ini adalah sebagai sumber informasi dan sarana edukasi kesehatan
mata kepada mahasiswa.
SURAT PERSETUJUAN
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : …………………………
NIM : .......................................
Umur : ………………………… tahun
Setelah mendapatkan keterangan secukupnya serta menyadari manfaat dari
penelitian tersebut di bawah ini yang berjudul :
PREVALENSI MIOPIA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHINYA PADA MAHASISWA PSPD UIN SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 2011
dengan sukarela menyetujui diikutsertakan dalam penelitian di atas dengan catatan bila
suatu waktu merasa dirugikan dalam bentuk apapun, berhak membatalkan persetujuan ini
serta berhak untuk mengundurkan diri.
Jakarta, 2011
Peneliti Yang menyetujui
Peserta
( Aemsina Hayatillah ) ( )
43
Lampiran 3
KUESIONER PREVALENSI MIOPIA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHINYA PADA MAHASISWA PSPD UIN SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 2011
No. Kuesioner :
Identitas responden
Nama :
Tanggal lahir :
Jenis kelamin :
Alamat :
Pendidikan saat ini (semester):
Suku :
No telp :
Identitas keluarga (meliputi orang tua, saudara kandung, responden)
Nama
Kedudukan
dalam
keluarga
Usia
(tahun)
Pendidikan
Terakhir
Penghasilan
/bulan
Pengguna
kacamata
negatif
(Y/T)
1. Apakah anda penderita miopia?
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak tahu
(Jika jawaban anda selain YA, maka lanjutkan ke pertanyaan no 5)
44
2. Sejak kapan anda mengalami miopia?
a. < Setahun yang lalu
b. 1 tahun yang lalu
c. 2 tahun yang lalu
d. 3 tahun yang lalu
e. > 3 tahun yang lalu
3. Setelah tahu anda miopia, apakah anda menggunakan kacamata (negatif) ?
a. Ya
b. Tidak
4. Apakah ukuran kacamata anda masih mengalami peningkatan sampai saat
terakhir diperiksa?
a. Ya
b. Tidak
5. Apakah anda melakukan pemeriksaan mata rutin?
a. Ya
b. Tidak
6. Kapan pemeriksaan mata terakhir anda lakukan?
a. < Setahun yang lalu
b. 1-5 tahun yang lalu
c. > 5 tahun yang lalu
*DI ISI OLEH PENELITI
HASIL PEMERIKSAAN VISUS
OD
VISUS
OS
45
Lampiran 4
TABEL AKTIVITAS 24 JAM
A. Membaca
B. Menonton TV
C. Menggunakan Laptop
D. Main Video Game
46
Lampiran 5
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Aemsina Hayatillah
Tempat Tanggal Lahir : Subang, 17 April 1990
Alamat : Jalan Rancasari No. 12 Rt 08 / Rw 03, Pamanukan
41254, Subang, Jawa Barat
Email : [email protected]
No.Telpon : 08569-417-1990; 0856-7128-111
Riwayat Pendidikan :
RA Miftahul Huda (1995-1996)
SDN 3 Pamanukan (1996-2002)
SMPN 1 Pamanukan (2003-2005)
SMA Pasundan 2 Bandung (2005-2008)
FKIK Prodi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2008-
Sekarang)