27
PREVALENSI KOKSIDIOSIS DAN IDENTIFIKASI OOKISTA EIMERIA spp. PADA SAPI PERAH DI KAWASAN USAHA PETERNAKAN (KUNAK) KABUPATEN BOGOR ZIKRA DOVIANSYAH DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT HEWAN DAN KESMAVET FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

PREVALENSI KOKSIDIOSIS DAN IDENTIFIKASI OOKISTA … · disebabkan oleh infeksi Eimeria seperti diare, penurunan produksi susu, ... selanjutnya menjadi ookista bersporulasi yang merupakan

  • Upload
    buidieu

  • View
    259

  • Download
    9

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PREVALENSI KOKSIDIOSIS DAN IDENTIFIKASI OOKISTA … · disebabkan oleh infeksi Eimeria seperti diare, penurunan produksi susu, ... selanjutnya menjadi ookista bersporulasi yang merupakan

PREVALENSI KOKSIDIOSIS DAN IDENTIFIKASI

OOKISTA EIMERIA spp. PADA SAPI PERAH DI

KAWASAN USAHA PETERNAKAN (KUNAK)

KABUPATEN BOGOR

ZIKRA DOVIANSYAH

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT HEWAN DAN KESMAVET

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2015

Page 2: PREVALENSI KOKSIDIOSIS DAN IDENTIFIKASI OOKISTA … · disebabkan oleh infeksi Eimeria seperti diare, penurunan produksi susu, ... selanjutnya menjadi ookista bersporulasi yang merupakan

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Prevalensi Koksidiosis

dan Identifikasi Ookista Eimeria spp. Pada Sapi Perah di Kawasan Usaha

Peternakan (KUNAK) Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan

dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada

perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya

yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam

teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2015

Zikra Doviansyah

NIM B04110082

Page 3: PREVALENSI KOKSIDIOSIS DAN IDENTIFIKASI OOKISTA … · disebabkan oleh infeksi Eimeria seperti diare, penurunan produksi susu, ... selanjutnya menjadi ookista bersporulasi yang merupakan

ABSTRAK

ZIKRA DOVIANSYAH. Prevalensi Koksidiosis dan Identifikasi Ookista Eimeria

spp. pada Sapi Perah di Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Kabupaten Bogor.

Dibimbing oleh UMI CAHYANINGSIH dan ARIFIN BUDIMAN NUGRAHA.

Koksidiosis merupakan salah satu penyakit patogen pada saluran

pencernaan yang disebabkan oleh Eimeria spp. Terdapat banyak masalah yang

disebabkan oleh infeksi Eimeria seperti diare, penurunan produksi susu,

penurunan berat badan dan pertumbuhan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

menduga prevalensi koksidiosis dan identifikasi spesies Eimeria pada anak sapi

perah. Total sampel dari 142 sampel diperoleh dengan menggunakan selang

kepercayaan 95%, prevalensi dugaan 50% dan tingkat kesalahan 8%. Sampel

feses diperiksa dan dihitung Ookista Tiap Gram Tinja (OTGT) dengan metode

McMaster. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi total Eimeria pada

sapi perah Kunak adalah 62.4% dengan Selang Kepercayaan (SK 95%; 63.6%–

80.2%). Sementara itu, prevalensi berdasarkan kelompok umur, tertinggi pada

umur 6 sampai 12 bulan sebesar 85.7% (SK 95%; 51.8%–91.0%), dan prevalensi

berdasarkan jenis kelamin tertinggi pada sapi jantan 82.1% (SK 95%; 75.8–88.4).

Derajat infeksi koksidiosis berdasarkan OTGT tertinggi pada umur kurang dari 6

bulan (1607.3). Terdapat perbedaan yang nyata (P<0.05) pada umur dan jenis

kelamin dengan derajat infeksi koksidiosis. Hasil identifikasi menemukan 5

spesies Eimeria spp. dan spesies tertinggi adalah E. bovis (16.5%)

Kata kunci: Eimeria, koksidiosis, KUNAK, sapi perah, prevalensi

ABSTRACT

ZIKRA DOVIANSYAH. Prevalence of Coccidiosis and Identification of Eimeria

spp. Oocysts in Kunak Dairy Cattle Bogor District. Supervised by UMI

CAHYANINGSIH and ARIFIN BUDIMAN NUGRAHA.

Coccidiosis is one of the most pathogenic intestinal disease caused by

Eimeria spp. There are many problems caused by Eimeria infection, such as

diarrhea, decreasing milk production, reduce weight and growth. The aims of this

study were to estimate prevalence of coccidiosis and identification of Eimeria

species in dairy calves. The total sample of 142 samples was determined by 95%

convidence interval, 50% expected prevalence and 8% desired absolut precision.

The faecal samples were examined and counted of Oocyst Per Gram (OPG) by

McMaster method. The result showed that the overall prevalence of Eimeria in

KUNAK dairy calves was 62.4% with Confidence Interval (CI) 95%; 63.6%–

80.2%). While the highest infection was observed in cattle age 6 until 12 months

was 85.7% (CI 95%; 51.8%–91.0%). There were statistically significant difference (P<0.05) in age and sex with infection rate of coccidiosis. Five spesies

of Eimeria were identified in present study and the highest species was E. bovis

(16.4%).

Keywords: coccidiosis, dairy cattle, Eimeria, KUNAK, prevalence

Page 4: PREVALENSI KOKSIDIOSIS DAN IDENTIFIKASI OOKISTA … · disebabkan oleh infeksi Eimeria seperti diare, penurunan produksi susu, ... selanjutnya menjadi ookista bersporulasi yang merupakan
Page 5: PREVALENSI KOKSIDIOSIS DAN IDENTIFIKASI OOKISTA … · disebabkan oleh infeksi Eimeria seperti diare, penurunan produksi susu, ... selanjutnya menjadi ookista bersporulasi yang merupakan

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran Hewan

pada Fakultas Kedokteran Hewan

PREVALENSI KOKSIDIOSIS DAN IDENTIFIKASI

OOKISTA EIMERIA spp. PADA SAPI PERAH DI

KAWASAN USAHA PETERNAKAN (KUNAK)

KABUPATEN BOGOR

ZIKRA DOVIANSYAH

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT HEWAN DAN KESMAVET

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2015

Page 6: PREVALENSI KOKSIDIOSIS DAN IDENTIFIKASI OOKISTA … · disebabkan oleh infeksi Eimeria seperti diare, penurunan produksi susu, ... selanjutnya menjadi ookista bersporulasi yang merupakan
Page 7: PREVALENSI KOKSIDIOSIS DAN IDENTIFIKASI OOKISTA … · disebabkan oleh infeksi Eimeria seperti diare, penurunan produksi susu, ... selanjutnya menjadi ookista bersporulasi yang merupakan

Judul Skripsi: Prevalensi Koksidiosis dan Identifikasi Ookista Eimeria spp. pada

Sapi Perah di Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Kabupaten

Bogor

Nama : Zikra Doviansyah

NIM : B04110082

Disetujui oleh

Prof Dr Drh Umi Cahyaningsih, MS Drh Arifin Budiman Nugraha, MSi

Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui oleh

Drh Agus Setiyono, MS PhD APVet

Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan

Tanggal lulus :

Page 8: PREVALENSI KOKSIDIOSIS DAN IDENTIFIKASI OOKISTA … · disebabkan oleh infeksi Eimeria seperti diare, penurunan produksi susu, ... selanjutnya menjadi ookista bersporulasi yang merupakan

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang

dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan November 2014 sampai

Agustus 2014 ini ialah Prevalensi Koksidiosis dan Identifikasi Ookista Eimeria

spp. pada Sapi Perah di Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Kabupaten

Bogorr.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof Dr Drh Hj Umi Cahyaningsih

MS dan Drh Arifin Budiman Nugraha MSi selaku pembimbing. Di samping itu,

penghargaan penulis sampaikan kepada Elma Nefia dan Dory Sylvianisah Pohan

yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga

disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih

sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2015

Zikra Doviansyah

Page 9: PREVALENSI KOKSIDIOSIS DAN IDENTIFIKASI OOKISTA … · disebabkan oleh infeksi Eimeria seperti diare, penurunan produksi susu, ... selanjutnya menjadi ookista bersporulasi yang merupakan

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Manfaat Penelitian 1

TINJAUAN PUSTAKA 2

Taksonomi dan Morfologi 2

Siklus Hidup 3

Patogenisitas dan Gejala Klinis 3

Epidemiologi 4

Kerugian Ekonomi 4

METODE 5

Waktu dan Tempat 5

Metode Penarikan Contoh 5

Koleksi Sampel Feses 6

Metode Mc Master 6

Identifikasi Spesies Eimeria spp. 6

HASIL DAN PEMBAHASAN 7

Pembahasan 7

SIMPULAN DAN SARAN 11

Simpulan 11

Saran 11

DAFTAR PUSTAKA 11

RIWAYAT HIDUP 15

Page 10: PREVALENSI KOKSIDIOSIS DAN IDENTIFIKASI OOKISTA … · disebabkan oleh infeksi Eimeria seperti diare, penurunan produksi susu, ... selanjutnya menjadi ookista bersporulasi yang merupakan

DAFTAR TABEL

1 Spesies Eimeria spp. pada sapi 2

2 Perhitungan prevalensi berdasarkan wilayah 7

3 Perhitungan prevalensi berdasarkan umur 8

4 Perhitungan prevalensi berdasarkan jenis kelamin 8

5 OTGT pada kelompok umur berbeda 9

6 Identifikasi spesies Eimeria spp. 10

DAFTAR GAMBAR

1 Siklus hidup Eimeria sp pada sapi 4

Page 11: PREVALENSI KOKSIDIOSIS DAN IDENTIFIKASI OOKISTA … · disebabkan oleh infeksi Eimeria seperti diare, penurunan produksi susu, ... selanjutnya menjadi ookista bersporulasi yang merupakan

1

Page 12: PREVALENSI KOKSIDIOSIS DAN IDENTIFIKASI OOKISTA … · disebabkan oleh infeksi Eimeria seperti diare, penurunan produksi susu, ... selanjutnya menjadi ookista bersporulasi yang merupakan
Page 13: PREVALENSI KOKSIDIOSIS DAN IDENTIFIKASI OOKISTA … · disebabkan oleh infeksi Eimeria seperti diare, penurunan produksi susu, ... selanjutnya menjadi ookista bersporulasi yang merupakan

1

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang tinggi.

Namun, sampai saat ini kecukupan gizi di masyarakat Indonesia belum merata.

Berbagai upaya telah dilakukan demi tercukupinya kebutuhan gizi masyarakat

khususnya peningkatan produksi di bidang peternakan. Usaha peningkatan

produksi ternak harus diimbangi dengan manajemen ternak yang baik. Melalui

manajemen ternak yang baik inilah dapat diperoleh produk sapi yang berkualitas

tinggi dan mengurangi penyakit.

Sapi perah merupakan salah satu komoditi peternakan yang dapat

mendukung pemenuhan kebutuhan gizi yaitu susu. Masalah yang sering dihadapi

dalam peternakan sapi perah adalah penyakit

Penyakit hewan secara umum dapat disebabkan oleh berbagai macam

mikroorganisme diantaranya bakteri, virus dan parasit. Menurut Kristensen et al.

(2008) parasit merupakan masalah utama yang dapat menyebabkan penurunan

bobot badan, pertumbuhan lambat dan kematian. Hal ini terjadi karena parasit

tersebut mengambil nutrisi yang dibutuhkan, memakan jaringan tubuh, dan

menghisap darah inangnya. Salah satu penyakit pada ternak sapi adalah

koksidiosis. Koksidiosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh protozoa

Eimeria spp. yang menyerang sel epitel saluran pencernaan dan menyebabkan

kerusakan jaringan sehingga menghambat pertumbuhan ternak. Gejala klinis yang

disebabkan oleh infeksi Eimeria spp. diantaranya diare, penurunan berat badan,

dehidrasi dan kelelahan (Daugschies dan Najdrowski, 2005). Keparahan gejala

klinis yang timbul tergantung dari jumlah ookista yang tertelan, jika ookista yang

tertelan banyak maka gejala klinis yang ditimbulkan akan parah (Levine 1985).

Kerugian yang ditimbulkan akibat koksidiosis meliputi mortalitas, penurunan

berat badan, nafsu makan menurun, produksi daging turun, meningkatnya biaya

pengobatan, upah tenaga kerja dan lain-lain. Penurunan produktivitas ternak dapat

memberikan dampak negatif bagi peternak, salah satunya menyebabkan

rendahnya nilai atau harga jual ternak. Berdasarkan hal tersebut perlu melakukan

kajian prevalensi koksidiosis pada sapi perah di KUNAK Kabupaten Bogor.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk menduga prevalensi koksidiosis pada sapi

perah di Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) dan mengidentifikasi jenis-jenis

Eimeria spp. pada setiap tingkatan umur berbeda.

Manfaat Penelitian

Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan

informasi kepada masyarakat mengenai prevalensi koksidiosis pada sapi perah di

KUNAK Kabupaten Bogor.

Page 14: PREVALENSI KOKSIDIOSIS DAN IDENTIFIKASI OOKISTA … · disebabkan oleh infeksi Eimeria seperti diare, penurunan produksi susu, ... selanjutnya menjadi ookista bersporulasi yang merupakan

2

TINJAUAN PUSTAKA

Taksonomi dan Morfologi

Eimeria merupakan parasit uniseluler yang memiliki inang spesifik.

Eimeria dapat menginfeksi hewan sapi, sehingga menyebabkan kerusakan pada

sel epitel saluran pencernaan. Menurut Levine (1985) taksonomi Eimeria adalah

sebagai berikut:

Filum : Apicomplexa

Kelas : Sporozoa

Ordo : Eucoccidiorida

Subordo : Eimeriorina

Genus : Eimeria

Spesies : Eimeria sp

Morfologi Eimeria dapat diidentifikasi berdasarkan bentuk dan ukuran

ookista. Bentuk ookista yang paling umum adalah bulat, bulat telur (ovoid) dan

silinder. Ookista memiliki dinding transparan berfungsi melindungi kelangsungan

hidup ookista di alam. Beberapa spesies memiliki pori kecil yang terbuka di salah

satu ujung ookista yang disebut mikrofil (topi). Ookista dapat dibedakan menjadi

ada 2 tipe yaitu ookista belum bersporulasi dan ookista sudah bersporulasi.

Ookista belum besporulasi memiliki sel tunggal yaitu sporon. Sedangkan ookista

yang sudah bersporulasi memiliki empat sporokista, masing-masing berisi dua

sporozoit. Menurut Levine (1985) dan Soulsby (1968) karakteristik bentuk ookista

Eimeria spp. secara lengkap tersaji pada Tabel 1.

Tabel 1 Karakteristik ookista Eimeria pada sapi menurut Levine (1985)

dan Soulsby (1986)

Jenis Eimeria spp. Levine (1985) Soulsby (1968)

Bentuk Ukuran (µm) Bulat Ukuran (µm)

E. alabamensis Bulat 13-24 × 11-16 Ovoid 13-24×11-16

E. aubernensis Ovoid 32-45 × 20-25 Ovoid 32-46×20-25

E. bovis Ovoid 23-34 × 17-23 Oval 23-34×17-23

E. brasiliensis Ellips 34-42 × 24-29 Bulat 34.2-42.7×24.2-29.9

E. bukidnonensis Bulat 33-41 × 24-28 Ellips/Silinder 44.0×31.1

E. canadensis Ellips 28-37 × 20-27 Silinder 28-37×20-27

E. cylindra Silinder 16-27 × 12-15 Ellips 16-27×12-15

E. ellipsoidalis Ellips 12-27 × 10-18 Ovoid 12-27×10-18

E. subspherica Suspherica 9-13 × 8-12 Ovoid 9-11×8-12

E. wyomingensis Ovoid 37-45 × 26-38 Suspherica/Ellips 37-44.9×26.4-30.8

E. zuernii Suspherica/Ellips 12-22 × 13-18 Suspherica/Ellips 15-22×13-18

Siklus Hidup

Siklus hidup Eimeria spp. secara umum terdiri atas 3 stadium, yakni

skizogoni, sporogoni dan gametogoni. Stadium skizogoni dan sporogoni

merupakan stadium aseksual, sedangkan stadium gametogoni adalah stadium

seksual. Ookista yang belum bersporulasi dikeluarkan bersama feses jika kondisi

oksigen sesuai, kelembaban tinggi dan suhu optimal sekitar 27°C nukleus

Page 15: PREVALENSI KOKSIDIOSIS DAN IDENTIFIKASI OOKISTA … · disebabkan oleh infeksi Eimeria seperti diare, penurunan produksi susu, ... selanjutnya menjadi ookista bersporulasi yang merupakan

3

membelah diri berubah menjadi bulat untuk membentuk sporoblas. Sporoblas

akan mensekresikan bahan pembentuk dinding menjadi sporokista. Ookista

matang terdiri dari 4 sporokista dan masing-masing sporokista berisi 2 sporozoit

selanjutnya menjadi ookista bersporulasi yang merupakan stadium infektif dari

Eimeria spp. Jika tertelan oleh induk semang (sapi) sporozoit akan keluar dari

sporokista dan akan menembus sel epitel saluran pencernaan lalu menjadi

tropozoit. Tropozoit matang menjadi skizon melalui proses skizogoni. Skizon ini

selanjutnya akan membelah dan menghasilkan merozoit pertama, kedua, ketiga

bahkan ke empat. Merozoit yang dihasillkan akan berkembang menjadi salah satu

gamet jantan dan gamet betina. Levine (1985) menerangkan bahwa dalam

pembentukan beberapa gamet hanya sebagian kecil saja yang bertemu dan

berfertilisasi sehingga terbentuknya zigot. Kesatuan zigot dan dinding yang

mengelilinginya disebut ookista. Siklus hidup Eimeria sp dapat dilihat pada

gambar 1.

Patogenitas

Eimeria yang menginfeksi sapi terakhir diketahui terdapat 15 spesies

Eimeria. Namun, E. bovis dan E. zuernii yang mempunyai tingkat patogenisitas

paling tinggi. Kedua spesies tersebut diketahui dapat menyebabkan kematian dan

diare berdarah. Spesies lain juga dapat menimbulkan gejala klinis jika sapi

tertelan ookista dalam jumlah yang banyak yaitu E. auburnensis, E. ellipsoidalis,

dan E. alabamensis (Fraser 2006).

Infeksi terjadi setelah hewan tertelan ookista infektif. Sampai sejauh ini

hanya ookista yang bersporulasi saja yang infektif dan bila inang yang peka

menelan ookista bersporulasi dalam jumlah banyak maka akan menimbulkan

gejala klinis. Kehebatan gejala klinis yang timbul tergantung dari jumlah ookista

yang tertelan, jika ookista yang tertelan banyak maka gejala klinis yang

Gambar 1. Siklus hidup Eimeria sp (Levine 1985)

Page 16: PREVALENSI KOKSIDIOSIS DAN IDENTIFIKASI OOKISTA … · disebabkan oleh infeksi Eimeria seperti diare, penurunan produksi susu, ... selanjutnya menjadi ookista bersporulasi yang merupakan

4

ditimbulkan akan makin hebat. Menurut Mundt et al. (2005) ada atau tidaknya

gejala klinis tergantung keseimbangan antara imunitas dengan dosis infeksi.

Gejala penyakit ini dapat muncul dalam berbagai situasi disaat keseimbangan

(imunitas dan dosis infeksi) gagal terbentuk akibat kondisi yang antara lain

dipengaruhi oleh cuaca, pakan yang buruk dan stress pada hewan. Patogenisitas

koksidiosis tergantung beberapa faktor yaitu jumlah sel inang yang rusak, jumlah

merozoit dan lokasi parasit di dalam jaringan sel inang.

Gejala Klinis

Gejala koksidiosis yang parah ditandai dengan diare yang hebat, tinja cair

bercampur mukus dan darah yang berwarna merah sampai kehitaman beserta

reruntuhan sel-sel epitel. Diare ini seringkali mengotori daerah sekitar perianal,

kaki belakang dan pangkal ekor. Pada kondisi diare, hewan terus merejan dan

dapat mengakibatkan prolapsus rektum. Perjalanan klinis penyakit ini bervariasi

antara 4–14 hari (Fraser 2006). Menurut Radostits et al. (2006) kejadian

koksidiosis sebagian besar terjadi pada pedet selama musim hujan dimana pedet

sudah terinfeksi dari induk atau saat dipindahkan ke peternakan lain. Gejala klinis

lainnya seperti kehilangan nafsu makan dan berat badan turun, anemia, anoreksia

dan umumnya hewan terlihat kurus. Pengembangan gejala klinisnya itu

tergantung dari beberapa faktor seperti jenis-jenis spesies Eimeria spp., umur,

jumlah ookista yang tertelan dan adanya infeksi sekunder, serta sistim tata laksana

peternakan (Daugschies dan Najdrowsk 2005).

Epidemiologi Koksidiosis

Koksidiosis pada sapi pertama kali dilaporkan di Amerika Utara oleh Smith

pada tahun 1893. Kejadian koksidiosis pada sapi di Indonesia diantaranya di

Kabupaten Wonogiri 43.2% (Nugroho 2013), Boyolali 48.3% (Sumiarto 2013),

Klaten 41.4% (Budiharta 2013), Kabupaten Sragen 38.8% (Nanditya 2014), dan

Kabupaten Sleman 78% (Raharjo 2013). Sementara itu prevalensi koksidiosis

juga telah dilaporkan di beberapa negara antara lain: US 96% (Lucas et al. 2014),

Ethiopia 68.1% (Abebe et al. 2008), Jerman 70% (Himmelstjerna et al. 2005) dan

di India sebesar 20.8% (Priti et al. 2013).

Kerugian Ekonomi Koksidiosis

Menurut Kirkpatrick (2007) kerugian ekonomi akibat infeksi koksidiosis

diperkiran USD 1 000 000 atau lebih pertahun. Sementara itu Lawrance dan

Williamson (2009) melaporkan kerugian karena koksidiosis diduga sekitar USD

2 600 000 serta biaya yang dikeluarkan untuk melakukan kontrol terhadap

koksidiosis diduga sebesar USD 9 130 000 perekor sapi tiap tahunnya. Sementara

itu di Indonesia Kamiludin (2009) menganalisis total pendapatan peternak di

KUNAK adalah Rp 458 222 570 pertahun. Pendapatan yang diperoleh untuk

memelihara satu ekor sapi perah adalah Rp 3 916 696, sedangkan biaya kesehatan

Page 17: PREVALENSI KOKSIDIOSIS DAN IDENTIFIKASI OOKISTA … · disebabkan oleh infeksi Eimeria seperti diare, penurunan produksi susu, ... selanjutnya menjadi ookista bersporulasi yang merupakan

5

ternak dan obat-obatan yang dikeluarkan sebesar Rp 163 800 000 pertahun. Oleh

karena itu pentingnya menerapkan tata laksana peternakan yang baik untuk

mengurangi kerugian ekonomi.

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2013 sampai dengan bulan

Agustus 2014. Feses diambil dari peternakan sapi perah, yaitu Kawasan Usaha

Peternakan (KUNAK) Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Pemeriksaan sampel

feses dilakukan di Laboratorium Protozoologi Departermen IPHK FKH IPB.

Kondisi Geografis Lokasi Penelitian

Lokasi yang menjadi objek penelitian adalah Kunak sapi perah terletak di

Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor seluas 94.4 ha. Topografi lokasi

Kunak merupakan bentuk perbukitan dan lereng gunung. Suhu udara pada lokasi

ini antara 20-28°C dan curah hujan rata-rata 2400 mm/tahun (Kamiludin 2009).

Kawasan ini dibagi menjadi dalam dua wilayah yang lokasinya berdekatan yaitu

Kunak I dan Kunak II.

Metode Penarikan Contoh

Sampel diambil dari KUNAK, Cibungbulang Kabupaten Bogor. Jumlah

populasi sapi perah diwilayah ini adalah 1000 ekor. Besaran sampel didapat

dengan menggunakan tingkat kepercayaan sebesar 95%, prevalensi dugaan 50%,

dan tingkat kesalahan sebesar 8%, sehingga didapat jumlah ukuran sampel

sebanyak 142 ekor. Komposisi sampel dari setiap peternak terdiri atas sapi yang

berumur kurang dari 6 bulan, 6 sampai 12 bulan dan lebih dari 12 bulan.

Rumus ukuran contoh untuk menduga prevalensi penyakit adalah

(Thrusfiled 2005):

Keterangan :

: ukuran contoh

p : prevalensi dugaan

q : (1 ‒ p)

L : tingkat kesalahan

Page 18: PREVALENSI KOKSIDIOSIS DAN IDENTIFIKASI OOKISTA … · disebabkan oleh infeksi Eimeria seperti diare, penurunan produksi susu, ... selanjutnya menjadi ookista bersporulasi yang merupakan

6

Koleksi Sampel Feses

Pengambilan feses diambil secara perektal sebanyak 20 gram dan

dimasukkan ke dalam plastik. Feses tersebut diidentifikasi berdasarkan nama

peternak, umur dan nomor ternak. Feses dimasukkan ke dalam cooler box selama

perjalanan dan disimpan di dalam lemari pendingin suhu 4°C sampai dilakukan

pemeriksaan.

Penghitungan Ookista

Feses ditimbang sebanyak 4 gram kemudian dilarutkan ke dalam 56 mL

larutan garam jenuh. Selanjutnya dihomogenkan dan dilakukan penyaringan untuk

mengurangi serat dan kotoran lainnya. Hasil saringan tersebut diambil

menggunakan pipet dan dimasukkan ke dalam kamar hitung McMaster. Sebelum

dilakukan pemeriksaan sampel didiamkan terlebih dahulu selama 5-10 menit,

setelah itu diperiksa dengan mikroskop pada perbesaran 100 kali. Menurut Dong

et al. (2012) rumus untuk menghitung Ookista Tiap Gram Tinja (OTGT) yaitu:

Keterangan :

: Ookista Tiap Gram Tinja

: Jumlah ookista yang ditemukan

: Berat feses (gram)

: Volume larutan pengapung (ml)

: Volume kamar hitung (ml)

Identifikasi Ookista Eimeria spp.

Identifikasi ookista Eimeria spp. dilakukan dengan menggunakan

mikroskop yang dilengkapi lensa mikro okuler dengan mengukur panjang dan

lebar ookista. Selanjutnya setiap ukuran yang didapat dikalikan dengan nilai

konversi dari kalibrasi mikroskop 7.5 untuk mendapatkan ukuran ookista yang

sebenarnya (µm). Selain itu juga dilakukan penghitungan indeks ookista (rasio

panjang dan lebar). Setelah itu untuk menentukan jenis Eimeria spp. dibandingkan

dengan literatur menurut Soulsby (1968) dan Levine (1985).

Analisis Data

Data diolah menggunakan perangkat lunak SPSS 20 Data variabel

dianalisis secara statistik menggunakan uji nonparametrik dengan menggunakan

metode Kruskall Wallis, Dunn Test dan Mann Whitney U Test.

Page 19: PREVALENSI KOKSIDIOSIS DAN IDENTIFIKASI OOKISTA … · disebabkan oleh infeksi Eimeria seperti diare, penurunan produksi susu, ... selanjutnya menjadi ookista bersporulasi yang merupakan

7

HASIL DAN PEMBAHASAN

Prevalensi Koksidiosis pada Sapi Perah di Kunak

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan prevalensi total koksidiosis adalah

62.4% dengan Selang Kepercayaan (SK 95%; 63.6%–80.2%) sedangkan

prevalensi berdasarkan wilayah yakni Kunak 1 dan Kunak 2 masing-masing

sebesar 71.9% (SK 95%; 64.7%–79.1%) dan 55.3% (SK 95%; 63.9%–79.9%).

Hasil prevalensi koksidiosis pada sapi perah Kunak disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Prevalensi koksidiosis pada sapi perah KUNAK Cibungbulang Bogor

Wilayah Total Jumlah Sampel

Positif

Prevalensi

Koksidiosis (%) SK 95%

Kunak 1 60 46 71.9 64.7–79.1

Kunak 2 82 47 55.3 63.9–79.9

Total 142 93 62.4 63.6–80.2

Prevalensi total koksidiosis pada penelitian ini lebih tinggi dibandingkan

dengan beberapa penelitian yang telah dilakukan di daerah lainnya yaitu di

Kabupaten Wonogiri sebesar 43.2% (Nugroho 2013), Boyolali 48.3% (Sumiarto

2013), Klaten 41.4% (Budiharta 2013), dan Kabupaten Sragen 38.8% (Nanditya

2014). Namun, lebih rendah dibandingkan dengan Kabupaten Sleman yakni

sebesar 78% (Raharjo 2013). Sementara itu prevalensi koksidiosis juga telah

dilaporkan di beberapa negara diantaranya adalah USA 96% (Lucas et al. 2014),

Ethiopia 68.1% (Abebe et al. 2008), Jerman 70% (Himmelstjerna et al. 2005) dan

di India sebesar 20.8% (Priti et al. 2013). Dalam penelitian ini prevalensi Kunak 1

lebih tinggi dibandingkan Kunak 2, hal ini disebabkan cara menyimpan pakan

masih diletakan di atas lantai. Penyimpan pakan pada lantai ini menimbulkan

ookista lebih mudah dalam mengontaminasi pakan. Namun pakan yang disimpan

pada tempat pakan khusus atau tidak langsung pada lantai prevalensi koksidiosis

lebih rendah diduga karena ookista Eimeria spp. lebih sedikit mengontaminasi

pakan tersebut.

Perbedaan prevalensi dipengaruhi oleh sejumlah faktor diantaranya adalah

musim (kelembaban, temperatur), jenis kelamin hewan, sistim perairan, sistim

pemberian pakan dan perkandangan (Waruiru et al. 2000). Hal serupa juga

dilaporkan Khan et al. (2013) bahwa prevalensi koksidiosis dipengaruhi oleh 5

faktor utama yaitu sistim perkandangan, sistim pemberian pakan, sistim perairan,

jenis lantai dan ukuran kandang.

Prevalensi Koksidiosis pada Kelompok Umur yang Berbeda

Prevalensi koksidiosis tertinggi terjadi pada kelompok umur 6 sampai 12

bulan yaitu 85.7% (SK 95%; 51.8%–91.0%). Data prevalensi koksidiosis pada

kelompok umur berbeda disajikan pada Tabel 2.

Page 20: PREVALENSI KOKSIDIOSIS DAN IDENTIFIKASI OOKISTA … · disebabkan oleh infeksi Eimeria seperti diare, penurunan produksi susu, ... selanjutnya menjadi ookista bersporulasi yang merupakan

8

Tabel 2 Prevalensi koksidiosis pada tingkat umur yang berbeda sapi perah

KUNAK Cibungbulang Bogor

Umur Total Jumlah Sampel

Positif

Prevalensi

Koksidiosis (%) SK 95%

0–6 bulan 65 54 83.1 73.7–92.4

6–12 bulan 14 12 85.7 51.8–91.0

12–36 bulan 63 25 39.7 27.3–52.1

Total 142 91 62.4 63.6–80.2

Prevalensi koksidiosis telah dilaporkan tertinggi terjadi pada sapi berumur

satu bulan sampai dengan satu tahun (Fraser 2006; Yakhchali dan Zareii 2008;

Rahmeto et al. 2008). Menurut Faber et al. (2002) anak sapi rentan terinfeksi

Eimeria spp. karena perkembangan sistem imun belum sempurna dibandingkan

sapi dewasa yang sudah terpapar Eimeria spp. Dalam penelitian ini peternak

umumnya mencampurkan ternak dalam satu kandang sehingga memungkinkan

terjadinya infeksi silang. Koksidiosis pada sapi umumnya subklinis atau tidak

terlihat gejala klinisnya. Gejala klinis yang sering timbul misalnya diare, feses

terlihat encer yang bercampur dengan darah kemudian diikuti anemia, lemas,

dehidrasi, nafsu makan berkurang dan kekurusan (Daugschies dan Najrowski

2005). Hewan yang terinfeksi koksidiosis produktifitas susu tidak lagi maksimal

karena saluran pencernaan sudah terganggu (Levine 1985). Hal ini memberi

dampak buruk pada perekonomian karena dapat menyebabkan kerugian jutaan

dollar per tahun (Abebe et al. 2008).

Derajat Infeksi Koksidiosis pada Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

Berbeda

Derajat infeksi (OTGT) tertinggi ditemukan pada kelompok umur kurang

dari 6 bulan yaitu 1607.3 dengan Selang Kepercayaan 95% (SK) 1871.5%–

1343.1%. Derajat infeksi berdasarkan OTGT masing-masing kelompok umur dan

jenis kelamin disajikan pada Tabel 4 di bawah ini.

Tabel 4 Derajat infeksi berdasarkan OTGT pada kelompok umur dan jenis

kelamin

Kategori Umur Rata-rata SK 95% P

Umur 0–6 bulan 1607.3a 1871.5–1343.1 0.000*

6–12 bulan 319.1b 266.7–371.5

12–36 bulan 173.5c 145.8–202.1

Jenis kelamin Jantan 502.2a 419.7–584.7 0.005*

Betina 1541.8b 1288.3–1795.3

Keterangan: huruf yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan pada P<0.05

(*) terdapat hubungan yang nyata pada P<0.05

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang nyata

(P<0.05) antara umur dengan derajat infeksi yang ditunjukkan dengan produksi

Page 21: PREVALENSI KOKSIDIOSIS DAN IDENTIFIKASI OOKISTA … · disebabkan oleh infeksi Eimeria seperti diare, penurunan produksi susu, ... selanjutnya menjadi ookista bersporulasi yang merupakan

9

ookista (OTGT). Prevalensi koksidiosis tertinggi terdapat pada umur 6 sampai 12

bulan tetapi derajat infeksi (keparahan koksidiosis) terdapat pada umur kurang

dari 6 bulan. Abebe et al. (2008) melaporkan bahwa prevalensi koksidiosis

tertinggi terjadi pada sapi perah umur kurang dari 6 bulan dan umur 6 sampai 12

bulan. Demikian juga pada kategori jenis kelamin memiliki hubungan yang nyata

(P<0.05). Derajat infeksi koksidiosis dapat diklasifikasikan dalam tiga kelompok

yaitu, ringan (50 sampai 1 000), sedang (1 000 sampai 5 000) dan tinggi (lebih

besar dari 5 000) (Bangoura et al. 2011). Sedangkan menurut Arslan dan Tuzer

(1998) menjelaskan bahwa jumlah OTGT di atas 5 000 dapat menimbulkan gejala

klinis pada sapi. Berdasarkan nilai rata-rata OTGT kelompok umur kurang dari 6

bulan masuk ke dalam infeksi sedang sedangkan kelompok umur lainnya masuk

ke dalam infeksi ringan. Infeksi sedang dan ringan umumnya tidak menunjukkan

gejala klinis. Pada umumnya sapi menunjukkan gejala klinis apabila jumlah

ookista yang ditemukan sebanyak 5 000 sampai 10 000 ookista tiap gram tinja.

Prevalensi Koksidosis Berdasarkan Jenis Kelamin

Prevalensi koksidiosis berdasarkan jenis kelamin tertinggi pada sapi jantan

yaitu 82.1% (SK 95%; 75.8–88.4). Data prevalensi koksidiosis berdasarkan jenis

kelamin tersaji pada Tabel 3.

Tabel 3 Prevalensi koksidiosis berdasarkan jenis kelamin

Jenis

Kelamin Total

Jumlah

Sampel Positif

Prevalensi

Koksidiosis

(%)

SK 95%

Jantan 28 23 82.1 75.8–88.4

Betina 114 68 59.6 51.3–67.9

Total 142 91 62.4 63.6–80.2

Hasil ini serupa dengan yang dilaporkan Dawid et al. (2012) bahwa

prevalensi berdasarkan jenis kelamin jantan dan betina didapatkan masing-masing

sebesar 29.4% dan 20.7%. Berbeda dengan Khan et al. (2013) melaporkan

prevalensi tertinggi adalah sapi betina sebesar 51.5% dibandingkan sapi jantan

44.5%. Sementara itu, di Indonesia menurut Fitriastuti et al. (2011) dilaporkan

bahwa sapi betina di Indonesia sebagian besar terkena infeksi ringan koksidiosis.

Variasi ini umumnya dipengaruhi oleh keadaan fisiologis, stress, serta

berhubungan dengan masa kebuntingan dan kelahiran. Menurut Priti et al. (2013)

kejadian koksidosis pada sapi betina berhubungan dengan stress fisiologis

terutama pada masa bunting sapi dan kelahiran. Dalam penelitian ini prevalensi

sapi jantan lebih tinggi dibandingkan sapi betina karena kebersihan sapi jantan

tidak terlalu diperhatikan oleh peternak daripada sapi betina yang akan diperah.

Identifikasi Spesies Eimeria spp.

Sebanyak 5 spesies ditemukan dalam penelitian ini yaitu, E.

bukidnonensis, E. wyomingensis, E. brasiliensis, E. canadensis dan E. bovis.

Page 22: PREVALENSI KOKSIDIOSIS DAN IDENTIFIKASI OOKISTA … · disebabkan oleh infeksi Eimeria seperti diare, penurunan produksi susu, ... selanjutnya menjadi ookista bersporulasi yang merupakan

10

Sementara itu, menurut Fraser (2006) terdapat 15 spesies Eimeria yang

menginfeksi sapi, tetapi dari 15 spesies tersebut hanya E. bovis dan E. zuernii

yang patogenisitas paling tinggi. Hal ini sejalan dengan Nalbantoglu et al. (2008)

dan Priti et al. (2008) bahwa E. bovis dan E. zuernii bersifat patogen serta

menyebabkan diare berdarah sehingga menimbulkan kerugian ekonomi di seluruh

dunia.

Tabel 5 Prevalensi koksidiosis berdasarkan pengelompokkan spesies Eimeria spp.

Jenis

Eimeria spp.

Total

Prevalensi (%)

1 spesies 36 39.6

E. bukidnonensis 11 12.1

E. wyomingensis 2 2.2

E. brasiliensis 5 5.5

E. canadensis 3 3.3

E. bovis 15 16.5

>1 spesies 55 60.4

Total 91 100

Berdasarkan hasil penelitian bahwa infeksi yang terjadi dikelompokkan

menjadi dua yaitu, infeksi tunggal (satu spesies) dan infeksi campuran (lebih dari

satu spesies) tersaji pada Tabel 5. Menurut Levine (1985) infeksi yang paling

sering terjadi adalah infeksi campuran. Pada penelitian ini terdapat 55 sampel

terinfeksi lebih dari 1 spesies (60.4%) sedangkan terdapat 36 sampel yang

terinfeksi 1 spesies (39.6%). Pada kondisi alami ookista Eimeria spp. banyak

terdapat dilingkungan. Berdasarkan pengamatan dilapang kondisi alas kandang

masih kurang diperhatikan dan belum tertanganinya limbah kotoran ternak secara

baik. Hal inilah yang bisa menyebabkan terjadinya infeksi campuran. Menurut

Dawid et al. (2012) faktor predisiposisi variasi jenis-jenis Eimeria spp. dalam

suatu peternakan diantaranya kondisi higiene dan manajemen, nutrisi dan sanitasi

rendah, perubahan pakan, ras, stress, iklim, kondisi geografis dan keberadaan

ookista di lingkungan. Sementara itu menurut Cahyaningsih dan Supriyanto

(2007) perbedaan frekuensi kemunculan jenis Eimeria spp. disebabkan oleh siklus

hidup dari Eimeria spp. ookista Eimeria spp. Siklus hidup ini berkaitan dengan

waktu sporulasi dan periode prepaten. Periode prepaten adalah interval waktu dari

saat infeksi ookista sampai ookista keluar pada feses untuk pertama kalinya.

Sedangkan sporulasi adalah waktu yang dibutuhkan ookista keluar dari tinja yang

belum bersporulasi sampai membentuk ookista yang sudah bersporulasi. Ookista

yang bersporulasi ini adalah yang dapat menginfeksi induk semang (sapi). Ookista

Eimeria spp. biasanya terdapat pada hewan yang masih muda dan kondisi gizinya

kurang baik, sehingga hewan yang kondisi gizinya baik kemungkinan kecil

ditemukan ookista Eimeria spp.

SIMPULAN

Prevalensi koksidiosis pada sapi perah di KUNAK sebesar 62.4% (SK

95%; 63.6%–80.2%). Sementara itu prevalensi berdasarkan kelompok umur

Page 23: PREVALENSI KOKSIDIOSIS DAN IDENTIFIKASI OOKISTA … · disebabkan oleh infeksi Eimeria seperti diare, penurunan produksi susu, ... selanjutnya menjadi ookista bersporulasi yang merupakan

11

tertinggi pada umur 6 sampai 12 bulan sebesar 85.7% (SK95%; 51.8%–91.0%),

dan prevalensi berdasarkan jenis kelamin tertinggi pada sapi jantan 82.1 (SK 95%;

75.8–88.4). Derajat infeksi koksidiosis berdasarkan OTGT tertinggi terdapat pada

umur kurang dari 6 bulan sebesar 1607.3. Hasil identifikasi menemukan 5 spesies

Eimeria spp. yaitu, E. bukidnonensis, E. wyomingensis, E. brasiliensis, E.

canadensis dan E. bovis. Spesies tertinggi adalah E. bovis (16.5%).

SARAN

Saran untuk penelitian ini adalah perlu dilakukan pemisahan sapi perah

berdasarkan kelompok umur untuk mengurangi infeksi silang serta penyuluhan

tentang pencegahan dan pengendalian koksidiosis pada sapi perah.

DAFTAR PUSTAKA

Abebe R, Kumesa B, Wessene A. 2008. Epidemiology of Eimeria infections in

calves in Addis Ababa and Debre Zeit Dairy Farms, Ethiopia Intern. J

Appl Res Vet Med. [Internet] [diunduh 2015 Mei 2]; 6: 24-30. Tersedia

pada: http// www.jarvm.com/articles/Vol6Iss1/Kumsa%2024-30.

Alemayehu A, Belina T, Nuru M. 2013. Prevalance of bovine coccidia in

Kombolcha district of South Wollo, Ethiopia. J Vet Med. [Internet]

[diunduh 2015 Mei 2]; 5(2): 41-45. Tersedia pada:

http;//academicjournals.org/article/article137602657.

Arslan MO, Tuzer E. 1998. Prevalence of Bovine Eimeridosis in Thracia, Turkey.

Tr J Vet Anim Sc [Internet]. [diunduh 2015 Juni 21]; 22(1998); 161-164.

Tersedia pada: http://journals.tubitak.gov.tr/veterinary/issues/vet-98-22.

Bangoura B, Daugschies A. 2007. Parasitological and clinical parameters of

experimental Eimeria zuernii infections in calves and influence on weight

gain and haemogram. J Parasitol Res. 100: 1331-1340. [Internet] [diunduh

2015 Juni 6]; 100:1331-1340. Tersedia

pada:http;//link.springer.com/article/10.1007/s00436-006-0415.

Budiharta, S. 2013. Prevalensi Koksidiosis pada Pedet di Kabupaten Klaten Jawa

Tengah [Skripsi]. Yogyakarta (ID): Universitas Gadjah Mada

Berry DP, Lee JM, Macdonald KA, Stafford K, Matthews L, Roche JR. 2007.

Associations among body condition score, body weight somatic cell count,

and clinical mastitis in seasonally calving dairy cattle. J Dairy Sci.

[Internet] [diunduh 2015 Mei 10]; 90:637-648. Tersedia

pada:http//www.sciendirect.com/science/article/pii/S0022030207715461.

Cahyaningsih U, Supriyanto. 2007. Kejadian Koksidiosis pada Domba Umur 6-12

Bulan di Ciomas Bogor. Di dalam: Cahyaningsih U, Supriyanto, editor.

Pembangunan Nasional Berbasis IPTEKS Untuk Kemandirian Bangsa;

2007 Agustus 9; Bogor, Indonesia. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Cornelissen AWCA, Verstegen R, Brand H, Perie NM, Eysker M, Lam TJGM,

Pijpers A. 1994. An observational study of Eimeria species in housed

cattle on Dutch dairy farms. J Vet Parasitol. [Internet] [diunduh 2015 Mei

Page 24: PREVALENSI KOKSIDIOSIS DAN IDENTIFIKASI OOKISTA … · disebabkan oleh infeksi Eimeria seperti diare, penurunan produksi susu, ... selanjutnya menjadi ookista bersporulasi yang merupakan

12

10]; 56: 7-16. Tersedia

pada:http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/7732653.

Dawid F, Amede Y, Bekele M. 2012. Claf coccidiosis in selected dairy farms of

Dire Dawa, Eastern Ethiopia. Global Veterinaria. [Internet] [diunduh 2015

Mei 10]; 9(4): 460-464. Tersedia pada:http://vri.cz/docs/vetmed/59-6-

271.pdf.

Daugschies A, Najdrowsk M. 2005. Eimeriosis in cattle: current understanding. J

Vet Med. [Internet] [diunduh 2015 Mei 28]; 5(2): 417-427. Tersedia pada:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16364016.

Dong H, Zhao Q, Han H, Jiang L, Zhu S, Li T, Kong C, Huang B. 2012.

Prevalence of Coccidial Infection in Dairy Cattle in Shanghai, China. J

Parasitol. 98 (5): 963-966.doi: 10.1645/GE-2966.1.

Faber JE, Kollmann D, Heise A, Bauer C, Failing K, Burger HJ, Zahner H. 2002.

Eimeria infections in cows in the periparturient phase and their calves:

oocyst excretion and levels of specific serum and colostrum antibodies. J

Vet Parasitol. [Internet] [diunduh 2015 Mei 28]; 104(1): 1-17. Tersedia

pada:http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S030440170100610

0.

Fitriastuti ER, Atikah N, Ria NM. 2011. Studi Penyakit Koksidiosis pada Sapi

Betina di 9 Provinsi di Indonesia Tahun 2011. Bogor (ID): Balai Besar

Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obar Hewan

Fraser CM. 2006. The Merck Veterinary Manual, A Hand Book of Diagnosis

Therapy and Disease Prevention and Control for Veterinarians. Ed ke-7.

Amerika Serikat (US): NIT.

Hammond DM, Ernst JV, Minner ML. 1966. The development of first generation

schizonts of Eimeria bovis. J Protozool. [Internet] [diunduh 2015 Mei 28];

54: 559-568. Tersedia pada:

http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.15507408.1967.tb02076.x/abs

tract.

Hammond DM, Fayer R. 1968. Cultivation of Eimeria bovis in three established

cell lines and in bovine tracheal cell line cultures. J Parasitol Res.

[Internet] [diunduh 2015 Mei 28]; 88: 301-307. Tersedia pada:

http://www.jstor.org/stable/3277083?seq=1#page_scan_tab_contents.

Himmelstsjerna S et al. 2005. Clinical and epidemiological characteristic of

Eimeria infections in first year grazing cattle. J Vet Parasitol. [Internet]

[diunduh 2015 Mei 28]; 136(2006): 215-221. Tersedia pada:

http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0304401705005662.

Kamiludin A. 2009. Analisis Pendapatan Usaha Peternakan Sapi Perah di

Kawasan Peternakan Sapi Perah Cibungbulang Kabupaten Bogor

[Skripsi]: Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Kirkpatrick JG. 2008. Coccidiosis in cattle. Di dalam: Kirkpatrick JG, editor.

Oklahoma Cooperative Extension Seavice VTMD-9129; 2008 Agustus 7;

Oklamoma, Amerika Serikat. Amerika Serikat (US): Oklahoma State

University.

Khan MN, Rehman T, Sajid MS, Abbas RZ, Zaman MA, Sikandar A, Riaz M.

2013. Determinants influencing prevalence of coccidiosis in Pakistan

Buffaloes. Pak Vet J. [Internet] [diunduh 2015 Mei 29]; 33(3): 287-290.

Tersedia pada: http://www.pvj.com.pk/pdf-files/33_3/287-290.pdf.

Page 25: PREVALENSI KOKSIDIOSIS DAN IDENTIFIKASI OOKISTA … · disebabkan oleh infeksi Eimeria seperti diare, penurunan produksi susu, ... selanjutnya menjadi ookista bersporulasi yang merupakan

13

Kristensen EL, Ostergaard S, Krogh MA, Enevoldsen C. 2008. Technical

indicators of financial performance in the dairy herd. J Dairy Sci.

[Internet] [diunduh 2015 Mei 29]; 91: 620-631. Tersedia pada:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18218749.

Lassen B. 2009. Diagnosis, Epidemiology and Control of Bovine Coccidiosis in

Estonia [Thesis]. Estonia (ET) : University of Life Sciences Estonian.

Lassen B, Ostergaard A. 2012. Estimation of the economical effects of Eimeria

infections in Estonian dairy herds using a stochastic model. J Vet Med.

[Internet] [diunduh 2015 Mei 29]; 100(2012): 258-265. Tersedia pada:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22608299.

Levine N. 1985. Protozoologi Veteriner. Soekardono S, penerjemah; Brotowidjojo

MD, editor. Yogyakarta (ID): UGM Pr.

Lucas AS, Elvinger FC, Lindsay DS, Neel JPS, Scaglia G, Swecker WS, Zajac

AM. 2014. A study of the level and dynamics of Eimeria populations in

naturally infected grazing beef cattle at various stages of production in the

Mid-Atlantic USA. J Vet Parasitol. [Internet] [diunduh 2015 Mei 29];

202: 201-206. Tersedia pada:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/24680603.

Lawrence JA, Williamson SM. 2009. Protozoa Disease in Farm Ruminants. J

Parasitol Res. [Internet] [diunduh 2015 Mei 28]; 9; 12-25. Tersedia pada:

http;//www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/pdf.

Morgan BB, Hawskin PA. 1985. Veterinary Protozoology. Amerika Serikat (US):

Burgess Publishing Company Minnesota.

Mundt HC, Bangoura B, Mengel H, Keidel J, Daughschies A. 2005. Control of

clinical coccidiosis of calves due to Eimeria bovis and Eimeria zuernii

with toltrazuril under field conditions. J Parasitol Res. [Internet] [diunduh

2015 Mei 29]; 97(1): 134-142. Tersedia pada:

http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0304401714005305.

Nalbantoglu S, Sari B, Cicek H, Karaer Z. 2008. Prevalence of coccidian species

in the water buffalo (Bubalus bubalis) in the Province of Afyon, Turkey.

Acta Vet Brno. [Internet] [diunduh 2015 Mei 30]; 77: 111-116. Tersedia

pada: http://actavet.vfu.cz/media/pdf/avb_2008077010111.pdf.

Nanditya WK. 2014. Prevalensi Koksidiosis pada Sapi dan Prevalensi Kematian

Pedet di Sragen Jawa Tengah, Indonesia: Studi Kasus [Skripsi].

Yogyakarta (ID): Universitas Gadjah Mada.

Nugroho WS. 2013. Prevalensi Koksidiosis pada Pedet di Kabupaten Wonogiri

[Skripsi]. Yogyakarta (ID): Universitas Gadjah Mada

Pandit BA. 2009. Prevalance of coccidiosis in cattle in Kashmir valley. Vet Scan.

[Internet] [diunduh 2015 Mei 30]; 4: 16-20. Tersedia pada:

http://academicjournals.org/article/article1379602657_Alemayehu%20et%

20al.pdf.

Priti M, Mandal, Sharma, Sincha, Sucheta S, Verma. 2013. Prevalence of bovine

coccidiosis at Patna. J Vet Parasitol. [Internet] [diunduh 2015 Juni 10];

2(22): 73-76. Tersedia pada:

http://www.indianjournals.com/ijor.aspx?target=ijor:jvp&volume=22&iss

ue=2&article=018.

Page 26: PREVALENSI KOKSIDIOSIS DAN IDENTIFIKASI OOKISTA … · disebabkan oleh infeksi Eimeria seperti diare, penurunan produksi susu, ... selanjutnya menjadi ookista bersporulasi yang merupakan

14

Radostits OM, Gay CC, Constable PD. 2006. Veterinary medicine a Text Book of

the Disease of Cattle, Sheep, Pigs, Goat, and Hourses. Ed ke-8.

Philadelphia (US): Bailliere Tindall.

Raharjo S. 2013. Tingkat Kejadian Koksidiosis pada Pedet Sapi Perah di

Kelompok Ternak Sebrang Wetan Wukirsari Cangkringan Sleman

[Skripsi]. Yogyakarta (ID): Universitas Gadjah Mada.

Rahimah S. 2010. Teknologi Pengolahan Susu dan Telur [Skipsi]. Bandung (ID):

Universitas Sebelas Maret.

Rahmeto A, Abebe W, Bersissa K. 2008. Epidemiology of Eimeria infections in

calves in Addis Ababa and Debre Zeit dairy farms, Ethiopia. Intern J Appl

Res Vet Med. [Internet] [diunduh 2015 Juni 5]; 6:24-30. Tersedia pada:

http://www.jarvm.com/articles/Vol6Iss1/Kumsa%2024-30.pdf.

Ruiz A, Behrendt JH, Zahner H, Hermosilla C, Perez D, Matos L, Munoz MC,

Molina JM, Taubert A. 2010. Development of Eimeria ninakohlyakimovae

in vitro in primary and permanent cell lines. J Vet Parasitol. [Internet]

[diunduh 2015 Juni 10]; 173(1-2): 2-10. Tersedia pada:

http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0304401710003316.

Sanchez RU, Founrage RD, Romero JR. 2007. Dynamics of Eimeria oocyst

excretion in dairy calves in the province of Buenos Aires (Argentina)

during their first 2 month of age. J Vet Parasitol. [Internet] [diunduh pada

Juni 10]; 151(2008): 133-138. Tersedia pada:

http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0304401707005961.

Soulsby, 1968. Helminth, Arthropods and Protozoa of Domesticated Animal, 6th

ed. London (UK): William and Wilkins Baltimore.

Sumiarto B. 2013. Prevalensi dan Faktor Risiko Koksidiosis (Eimeria sp) pada

Pedet di Kabupaten Boyolali [Skripsi]. Yogyakarta (ID): Universitas

Gadjah Mada.

Tabbu C. 2006. Penyakit Ayam dan Penanggulangannya. Yogyakarta (ID):

Kanisius.

Thrusfield M. 2005. Veterinary Epidemiology 3rd

edition. Blackwell Publishing

Company. Iowa: USA.

Warairu RM, Kyvsgaard NC, Thamsborg SM, Nansen O, Bough HO, Munyua

WK, Gathuma JM. 2000. The prevalence and intensity of helminth and

coccidial infections in dairy cattle in central Kenya. Vet Res Commun.

[Internet] [diunduh 2015 Juni 12]; 24: 39-53. Tersedia pada:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/10703753.

Yakhchali M, Zareei M. 2008. A survey of frequency and diversity of Eimeria

species in cattle and buffalo in Tabriz region. Iran Vet J. [Internet]

[diunduh 2015 Juni 12]; 4: 94-102. Tersedia pada:

http://vri.cz/docs/vetmed/59-6-271.pdf.

Page 27: PREVALENSI KOKSIDIOSIS DAN IDENTIFIKASI OOKISTA … · disebabkan oleh infeksi Eimeria seperti diare, penurunan produksi susu, ... selanjutnya menjadi ookista bersporulasi yang merupakan

15

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Padang Panjang pada tanggal 19 Januari 1993, anak

dari pasangan Bapak Afdhal dan Ibu Evi Lismai. Pendidikan formal penulis

sampai dengan tingkat SMA diselesaikan di Kota Solok, yaitu SDN 9 Tanah

Garam Kota Solok, SMPN 1 Kota Solok, dan SMAN 1 Kota Solok. Penulis lulus

dari SMA dan pada tahun yang sama diterima di jurusan kedokteran hewan

melalui jalur undangan.

Selama menjadi mahasiswa IPB, penulis bergabung dalam organisasi

mahasiswa. Adapun organisasi yang diikuti yaitu Himpunan Minat dan Profesi

Ruminansia sebagai ketua klan sapi potong (2013–2014), Pengurus Cabang Ikatan

Mahasiswa Kedokteran Hewan Indonesia (IMAKAHI) Bogor sebagai ketua divisi

zoolipmask (2013–2014). Penulis juga pernah mengikuti IPB Art Contest 2012

sebagai finalis solo vokal, serta beberapa kepanitiaan kegiatan kampus FKH IPB.