33
LAPORAN KASUS SEORANG LAKI-LAKI USIA 36 TAHUN DENGAN KELUHAN NYERI PADA JARI KAKI SEBELAH KANAN Disusun Oleh : Ria Angelia Putri 030.08.204 Pembimbing : Dr. Tito Sulaksito, Sp.BO KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH RUMKITAL DR MINTOHARDJO FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI 2016

Preskas Dr. Tito, Sp.bo

Embed Size (px)

DESCRIPTION

fd

Citation preview

Page 1: Preskas Dr. Tito, Sp.bo

LAPORAN KASUS

SEORANG LAKI-LAKI USIA 36 TAHUN DENGAN KELUHAN NYERI PADA JARI

KAKI SEBELAH KANAN

Disusun Oleh :

Ria Angelia Putri

030.08.204

Pembimbing :

Dr. Tito Sulaksito, Sp.BO

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH RUMKITAL DR MINTOHARDJO

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

2016

Page 2: Preskas Dr. Tito, Sp.bo

BAB I

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. S

Umur : 36 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Status Pernikahan : Menikah

Pekerjaan : Buruh kontruksi

Agama : Islam

Alamat : Blok 4 Ranca Bolang RT 3 RW 4 Ciwaringin, Cirebon, JABAR

Tanggal Masuk RS : 26 Maret 2016

II. DATA DASAR

Primary Survey

A    : Inspeksi: Sianosis (-) perdarahan (-) Pasien bisa mengerang, mengucapkan kata-kata

Palpasi: Sumbatan jalan nafas (-)

Auskultasi: snoring (-), gurgling (-)

B    : Inspeksi: Gerak rongga dada simetris saat statis maupun dinamis

Palpasi: RR = 20 x per menit. Saturasi Oksigen : 94%

Perkusi: Sonor kedua lapang paru

Auskultasi: Suara Dasar Vesikuler + / + , suara tambahan - / -

C    : TD : 120/70 mmHg, N : 80x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup, akral hangat,

capilary refill < 2

D    : GCS 15 (E4M6V5), Pupil isokor 3mm/3mm

E    :   Inspeksi: Tampak deformitas di jari-jari kaki kanan, vulnus laceratum 2 x 1 cm

Palpasi: Nyeri tekan digiti II (+), krepitasi (+), pulsasi arteri dorsalis pedis (+), akral

hangat (+), sensasi (-), capp refill < 2’, suhu: 36,0 C

Page 3: Preskas Dr. Tito, Sp.bo

Secondary survey

A. Data Subyektif

Anamnesis

Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 26 Maret 2016

pukul 15.15 WIB di IGD RSAL Dr. Mintohardjo.

Keluhan Utama

Nyeri pada jari kaki sebelah kanan.

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke IGD RSAL Dr. Mintohardjo diantar oleh rekan kerjanya

dengan keluhan nyeri pada jari kaki sebelah kanan sejak 1 jam yang lalu SMRS.

Nyeri yang dirasakan terus – menerus dan bertambah hebat bila kaki digerakkan.

Pasien juga mengeluhkan adanya kesemutan di bagian kaki sebelah kanan. Pasien

mengatakan kejadian terjadi saat sedang bekerja dan posisi pasien sedang berdiri,

kemudian dari ketinggian 3 lantai terdapat besi sebesar kepalan tangan orang

dewasa yang jatuh menimpa kakinya. Saat kejadian berlangsung pasien masih

mengenakan sepatu boots pelindung. Setelah kejadian tersebut pasien masih sadar

dan tidak mengeluhkan adanya mual, muntah dan pusing.

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat trauma sebelumnya disangkal

Riwayat alergi disangkal

Riwayat Hipertensi disangkal

Riwayat DM disangkal

Riwayat penyakit jantung disangkal

Riwayat asma disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga

( - )

Page 4: Preskas Dr. Tito, Sp.bo

Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien merupakan seorang buruh kontruksi di perusahan swasta dan biaya

pengobatan ditanggung oleh PT. Acset.

B. Data Obyektif

Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 26 Maret 2016 pukul 15.15 WIB

di IGD RSAL Dr. Mintohardjo.

Status Generalis

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis

Tanda Vital : Tekanan Darah : 120/70 mmHg

Nadi : 80x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup

Pernapasan : 20x/menit

Suhu : 36,0 º C ( axiller )

Kepala : Normocephali

Mata : Conjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-), Pupil isokor (-/-),

Raccon eye (-/-)

Hidung : Nafas cuping (-), Sekret (-), Septum deviasi (-), Rhinorrea (-)

Telinga : Discharge (-/-), Ottorhea (-),

Mulut : Bibir sianosis (-), parrese (-)

Tenggorokan : T1-T1, Faring hiperemis (-)

Leher : Simetris, Trakhea ditengah, Pembesaran limfonodi (-)

Thorax

- Inspeksi : Bentuk normal, simetris, warna kulit sawo matang, ikterik (-), pucat

(-), sianosis (-), tidak tampak retraksi sela iga, gerakan pernapasan simetris kiri

dan kanan, tidak ada bagian hemithoraks yang tertinggal

- Palpasi : Pergerakan dinding dada kiri dan kanan simetris, tidak ada bagian

yang tertinggal, vocal fremitus simetris kiri dan kanan baik di bagian dada

maupun punggung

- Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru, batas paru dan jantung kanan setinggi

ICS 3 hingga ICS 5 linea sternalis kanan dengan suara redup, batas paru dan

Page 5: Preskas Dr. Tito, Sp.bo

jantung kiri setinggi ICS 5 ± 1 cm medial linea midclavikularis kiri dengan

suara redup, batas atas jantung setinggi ICS 3 linea parasternalis kiri

- Auskultasi: Paru : Suara nafas vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)

Jantung : BJ I dan BJ II regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

- Inspeksi : Bentuk normal, mendatar, simetris, tidak buncit, warna kulit sawo

matang, ikterik (-), pucat (-), gerak dinding perut simetris, tidak ada yang

tertinggal

- Auskultasi: Bising usus 4x/menit

- Perkusi : Pada ke 4 kuadran didapatkan suara timpani, shifting dullness (-)

- Palpasi : Dinding abdomen supel, tidak ada retraksi maupun defense

muskular, nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), pembesaran hepar (-), pembesaran lien

(-), murphy sign (-), ballotement (-), undulasi (-)

Ekstremitas Superior Inferior

Akral dingin -/- -/-

Sianosis -/- -/-

Edema -/- -/-

Sensibilitas +/+ +/+

Motorik:

Gerak +/+ +/+

Kekuatan 5/5 5/5

Status lokalis :

Regio Pedis Dextra

Look : Deformitas digiti II (+), ulnus laceratum pada dorsum pedis dengan

ukuran 2 x 1 cm.

Feel : Nyeri tekan digiti II (+), krepitasi (+), pulsasi arteri dorsalis pedis

(+), akral hangat (+), sensasi (-), capp refill (< 2’),

Move : Keterbatasan pergerakan fleksi dan extensi pada digiti II

Page 6: Preskas Dr. Tito, Sp.bo

1. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Lab. Darah (tanggal 26-03-2016)

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal

Darah rutin :

Leukosit

Eritrosit

Hemoglobin

Hematokrit

CT

BT

GDS

Ureum

Creatinin

9,20

4,96

14,50

43,00

11’0

2’3

83

32,0

0,4

103/ul

106/ul

g/dl

%

menit

menit

mg/dl

mg/dl

mg/dl

4,5-13

3,8-5,2

12,8-16,8

35-47

5-15

1-3

< 125

10-50

0,70-1,10

X foto pedis dextra AP/Oblique(tanggal 26-03-2016)

Tampak diskontinuitas phalanx proximal digiti II

Aposisi dan alignment tak baik

Page 7: Preskas Dr. Tito, Sp.bo

Struktur tulang baik

Bergesernya phalanx proximal digiti III

Kesan : Fraktur phalanx proksimal digiti II pedis dextra

Dislokasi phalanx proksimal digiti III pedis dextra

2. DIAGNOSIS KERJA

Open fraktur phalanx proksimal digiti II pedis dextra

Dislokasi phalanx proksimal digiti III pedis dextra

3. PENATALAKSANAAN

Medika Mentosa :

- Terapi cairan: infus RL 20 tpm

- ATS 1500 u

- Antibiotik (Injeksi Ceftriaxon 2x1 gr IV)

- Analgetik (Injeksi Ketorolac 2x1 amp IV

Non – Medika Mentosa :

- Konsul ke dokter spesialis ortophedi untuk penanganan selanjutnya.

Manajemen :

- Debridement

- Observasi keadaan umum dan tanda vital

- Perbaikan tanda dan gejala, hasil pemeriksaan penunjang, perbaikan

movement

- Pengaturan pola makan

Edukasi :

Penjelasan mengenai penyakit dan prognosisnya, minum obat teratur, makanan

tinggi protein dan kalsium, vitamin dan mineral, cukup istirahat.

4. PROGNOSIS

Ad Vitam : Ad bonam

Ad Sanationam : Ad bonam

Ad Functionam : Ad bonam

Follow Up :

Page 8: Preskas Dr. Tito, Sp.bo

2 6 - 0 3 - 2 01 6

S : nyeri pada jari kaki kanan

O : VS : dalam batas normal

st lokalis : R. Pedis Dekstra : luka terbuka ukuran 2 x 1 cm, tepi tidak rata,

dasar tulang, bone expose (+),perdarahan aktif

(-)

A : Susp. Fraktur terbuka Phalanx Proximal Digiti II Pedis Dekstra

P : - IVFD : RL 20 tpm

- Ketorolac 1 amp drip

Pro : - Debrideman dengan narkose

- Pemasangan ORIF jika keluarga bersedia

LAPORAN OPERASI

Tanggal operasi : 27-03-20126, jam : 07.00 – 07.35, lama operasi 35 menit

Ahli bedah : dr. Herman Ghofara, Sp. OT

Asisten : Muhamad Lutfi dan Iwan

Penderita tidur terlentang dengan narkose

Asepsik dengan antiseptik lapangan operasi

Dilakukan insisi verikal digiti II pedis dekstra sampai periosteum

Tampak fraktur phalanx proksimal digiti II pedis dekstra

Dilakukan pemasangan wiring di phalanx proksimal

Luka dicuci dengan Nacl 0,9 % dan

Hemolog ditambah povidone iodine sampai bersih

Luka operasi ditutup lapis demi lapis

Luka dijahit situasi dan aproksimasi seproksimal mungkin

Operasi selesai

In s t ruk s i p o s t o p e r a s i :

- B e d r e s t 2 4 j a m- IVFD : RL: D5 = 1:3 / 24 jam

- Ceftriaxone 2 x 1 gr IV

- Tramadol 3 x 10 mg IV

- Diet bebas

Page 9: Preskas Dr. Tito, Sp.bo

2 8 - 0 3 -2 0 1 6

S : nyeri luka operasi

O : VS : dalam batas normal

st lokalis : R. Pedis Dekstra : terpasang back slap, luka terawat

A : Post Wiring ec Fr. Phalanx Proksimal Digiti II Pedis P : - B e d r e s t 2 4 j a m

- IVFD : RL: D5 = 1:3 / 24 jam

- Ceftriaxone 2 x 1 gr IV

- Tramadol 3 x 10 mg IV

- Diet bebas

Page 10: Preskas Dr. Tito, Sp.bo

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Fraktur

2.1.1 Definisi Fraktur          

Fraktur adalah diskontinuitas atau terputusnya kesinambungan, sebagian atau seluruh

korteks dan struktur tulang yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Terjadinya fraktur dapat

dikarenakan oleh trauma spontan maupun adanya kelemahan dari tulang akibat gangguan

metabolisme (osteoporosis), tumor maupun infeksi. Fraktur tulang spontan yaitu terjadinya patah

tulang akibat adanya trauma yang adekuat. Sedangkan fraktur patologis terjadi jika tulang patah

didaerah yang lemah karena mengalami osteoporosis, tumor, baik itu jinak maupun ganas atau

karena infeksi akibat tatalaksana yang tidak adekuat.1

2.1.2 Proses terjadinya fraktur1,2,3

            Untuk mengetahui mekanisme terjadinya fraktur, harus diketahui lebih dahulu keadaan

fisik tulang dan keadaan trauma yang dapat menyebabkan tulang patah. Tulang kortikal

mempunyai struktur yang dapat menahan kompresi dan tekanan memuntir. Kebanyakan fraktur

terjadi karena kegagalan tulang menahan tekanan memuntir dan kompresi.

Trauma dapat bersifat:

Trauma Langsung

Trauma langsung dapat menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan terjadi fraktur

pada daerah tekanan. Fraktur yang terjadi biasanya bersifat komunitif dan jaringan lunak

ikut mengalami kerusakan.

Trauma Tidak Langsung

Trauma yang dihantarkan lebih jauh dari daerah fraktur, misalnya jatuh dengan tangan

ekstensi dapat menyebabkan fraktur pada klavikula. Pada keadaan ini biasanya jaringan

lunak tetap utuh.

 

2.1.3 Klasifikasi Fraktur2,3,4

Page 11: Preskas Dr. Tito, Sp.bo

1.        Terbuka/ Tertutup

Salah satu klasifikasi fraktur berdasarkan adanya luka yang berhubungan dengan daerah

yang patah, yaitu :

Fraktur Tertutup

      Apabila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar

Fraktur Terbuka

            Apabila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar, baik

fragmen tulang yang menonjol keluar (from within) ataupun benda asing dari luar masuk

ke dalam luka (from without) yang memungkinkan masuk dan bertumbuhnya kuman

pada luka.

            Menurut Gustillo, fraktur terbuka dapat dibagi menjadi:

-     Grade I : luka < 1cm, kerusakan jaringan lunak sedikit, tidak ada tanda luka remuk,

fraktur sederhana, transversal, oblik atau kominutif ringan, kontaminasi minimal

-     Grade II : luka > 1cm, kerusakan jaringan lunak tidak luas, flap/ avulsi, fraktur

kominutif sedang, kontaminasi sedang

-     Grade III : terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas, meliputi struktur kulit, otot dan

neurovaskuler. Dapat dibagi menjadi 2:

a.    jaringan lunak yang menutupi fraktur tulang adekuat, meskipun terdapat laserasi

luas/ flap/ avulsi; atau fraktur segmental/ sangat kominutif yang disebabkan trauma

berenergi tinggi tanpa melihat besarnya luka

b.    kehilangan jaringan lunak dengan fraktur tulang yang terpapar atau terkontaminasi

masif

c.    luka pada pembuluh darah arteri/ saraf perifer yang harus diperbaiki tanpa melihat

jaringan lunak

2. Fraktur Komplit/ inkomplit

-        Fraktur Komplit : apabila garis fraktur yang melalui seluruh penampang tulang atau

melalui kedua korteks tulang seperti yang terlihat dalam foto

-        Fraktur inkomplit : apabila garis fraktur tidak melalui seluruh penampang tulang,

seperti : hairline fraktur, greenstick fraktur, buckle fraktur

3. Menurut garis frakturnya : transversal, oblik, spiral, kompresi, avulsi

4. Menurut Jumlah garis fraktur

10

Page 12: Preskas Dr. Tito, Sp.bo

-     Fraktur kominutif : garis fraktur lebih dari satu dan saling berhubungan

-     Fraktur segmental : garis fraktur lebih dari satu tetapi tidak saling berhubungan

-     Fraktur multipel : garis fraktur lebih dari satu tetapi pada tulang yang berlainan

tempatnya

5. Bergeser/ tidak bergeser

-     Fraktur undisplaced: garis fraktur komplit tetapi kedua fragmen tidak bergeser

-     Fraktur displaced: terjadi pergeseran fragmen-fragmen fraktur

              

2.1.4 Diagnosis

a. Anamnesis

Keluhan Utama biasanya berupa nyeri, deformitas, pembengkakan, gangguan fungsi

anggota gerak, krepitasi atau datang dengan gejala-gejala lain.

Anamnesis dilakukan untuk menggali riwayat mekanisme cedera (posisi kejadian) dan

kejadian-kejadian yang berhubungan dengan cedera tersebut. riwayat cedera atau fraktur

sebelumnya, riwayat sosial ekonomi, pekerjaan, obat-obatan yang dia konsumsi, merokok,

riwayat alergi dan riwayat osteoporosis serta penyakit lain.

b. Pemeriksaan Fisik

       Pemeriksaan awal, dengan memperhatikan adanya:

-           syok, anemi atau perdarahan

-           kerusakan organ lain

11

Page 13: Preskas Dr. Tito, Sp.bo

-           faktor predisposisi, misalnya pada fraktur patologis

Pemeriksaan Lokal, dengan Look (inspeksi), Feel (palpasi) dan Movement (gerakan)

       Look (inspeksi) : melihat adanya deformitas seperti angulasi, rotasi atau pemendekan.

Feel (palpasi) : meraba, mencari daerah yang nyeri tekan, krepitasi, melakukan pemeriksaan

vaskuler distal trauma, mengukur tungkai

Movement (gerakan) : Mengukur Lingkup gerak sendi, kekuatan otot, sensibilitas

Status neurologis dan vaskuler di bagian distalnya perlu diperiksa. Lakukan palpasi pada

daerah ekstremitas tempat fraktur tersebut, meliputi persendian diatas dan dibawah cedera,

daerah yang mengalami nyeri, efusi, dan krepitasi

Neurovaskularisasi bagian distal fraktur meliputi : pulsasi aretri, warna kulit,

pengembalian cairan kapler (Capillary refill test) sensasi

c. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium

Meliputi pemeriksaan darah rutin, faktor pembekuan darah, golongan darah, cross-match, dan

urinalisa.

2. Pemeriksaan Radiologis

Tujuan pemeriksaan radiologis :

-     mempelajari gambaran normal tulang dan sendi

-     konfirmasi adanya fraktur

-     melihat sejauh mana pergerakan dan konfigurasi fragmen dan pergerakannya

-     menentukan teknik pengobatan

-     menentukan fraktur baru atau tidak

-     menentukan fraktur intraartikuler atau ekstraartikuler

-     menentukan keadaan patologis lain dari tulang

-     melihat adanya benda asing

untuk lokasi fraktur harus menurut rule of two, terdiri dari :

12

Page 14: Preskas Dr. Tito, Sp.bo

I.              2 gambaran, anteroposterior (AP) dan lateral

II.            Memuat dua sendi di proksimal dan distal fraktur

III.          Memuat gambaran foto dua ekstremitas, yaitu ekstremitas yang cedera dan yang

tidak terkena cedera (pada anak) ; dan dua kali, yaitu sebelum tindakan dan sesudah

tindakan.

 

Pergeseran fragmen Tulang ada 4  :

1.   Alignman  : perubahan arah axis longitudinal, bisa membentuk sudut

2.   Panjang   : dapat terjadi pemendekan (shortening)

3.   Aposisi    : hubungan ujung fragmen satu dengan lainnya

4.   Rotasi     : terjadi perputaran terhadap fragmen proksimal

2.1.5 Penatalaksanaan

Prinsip 4R  (chairudin Rasjad) :

1.      Recognition  :  diagnosis dan penilaian fraktur

2.      Reduction

3.      Retention :  Immobilisasi

4.      Rehabilitation :  mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal mungkin

 

Penatalaksanaan awal fraktur meliputi reposisi dan imobilisasi fraktur dengan splint. Status

neurologis dan vaskuler di bagian distal harus diperiksa baik sebelum maupun sesudah reposisi

dan imobilisasi. Pada pasien dengan multiple trauma, sebaiknya dilakukan stabilisasi awal

fraktur tulang panjang setelah hemodinamis pasien stabil. Sedangkan penatalaksanaan definitif

fraktur adalah dengan menggunakan gips atau dilakukan operasi dengan ORIF maupun OREF.

 

Tujuan Pengobatan fraktur :

1. REPOSISI dengan tujuan mengembalikan fragmen keposisi anatomi

Tertutup  :  fiksasi eksterna,  Traksi  (kulit, sekeletal)

Terbuka  :  Indikasi :

1.      Reposisi tertutup gagal

2.      Fragmen bergeser dari apa yang diharapkan

13

Page 15: Preskas Dr. Tito, Sp.bo

3.      Mobilisasi dini

4.      Fraktur multiple

5.      Fraktur Patologis

 

2. IMOBILISASI / FIKSASI

Tujuan mempertahankan posisi fragmen post reposisi sampai Union.

Jenis Fiksasi :

Ekternal / OREF

-         Gips ( plester cast)

-         Traksi 

Indikasi :

Pemendekan (shortening)

Fraktur unstabel : oblique, spiral

Kerusakan hebat pada kulit dan jaringan  sekitar

 

1. Traksi Gravitasi :  U- Slab pada fraktur hunerus

2.  Skin traksi

Tujuan menarik otot dari jaringan sekitar fraktur sehingga fragmen akan kembali ke

posisi semula. Beban maksimal 4-5 kg karena bila kelebihan kulit akan lepas.

3.  Sekeletal traksi  : K-wire, Steinmann pin atau Denham pin.

Dipasang pada distal tuberositas tibia (trauma sendi koksea, femur, lutut),  pada tibia atau

kalkaneus ( fraktur kruris)

 

Komplikasi Traksi :

1.            Gangguan sirkulasi darah  à beban > 12 kg

2.            Trauma saraf peroneus (kruris)  à droop foot

3.            Sindroma kompartemen

4.            Infeksi à tmpat masuknya pin

 

Indikasi OREF  :

1.            Fraktur terbuka derajat III

14

Page 16: Preskas Dr. Tito, Sp.bo

2.            Fraktur dengan kerusakan jaringan lunak yang luas

3.            fraktur dengan gangguan neurovaskuler

4.            Fraktur Kominutif

5.            Fraktur Pelvis

6.            Fraktur infeksi yang kontraindikasi dengan ORIF

7.            Non Union

8.            Trauma multiple

 

Internal / ORIF  :  K-wire, plating, screw, k-nail

 

3.            UNION

4.            REHABILITASI

 

2.1.6 Penyembuhan Fraktur5

Penyembuhan fraktur merupakan proses biologis yang sangat luar biasa. Tidak seperti jaringan

lainnya, fraktur dapat sembuh tanpa jaringan parut. Pengertian tentang reaksi tulang yang hidup

dan periosteum pada penyembuhan fraktur merupakan dasar untuk mengobati fragmen fraktur.

Proses penyembuhan pada fraktur mulai terjadi segera setelah tulang mengalami kerusakan

apabila lingkungan untuk penyembuhan memadai sampai terjadi konsolidasi. Selain factor

biologis, faktor mekanis yang penting seperti imobilisasi secara fisik fragmen fraktur sangat

penting dalam penyembuhan.5

Penyembuhan fraktur pada tulang kortikal:

-         Fase hematoma

Akibat robekan pembuluh darah kecil yang melewati kanalikuli-kanalikuli system haversi

sehingga terjadi ekstravasasi ke dalam jaringan lunak, yang menimbulkan suatu daerah

cincin avaskuler tulang yang mati pada sisi-sisi fraktur segera setelah trauma.

-         Fase proliferasi seluler subperiosteal dan andosteal

Terjadi reaksi jaringan lunak sekitar fraktur sebagai suatu reaksi penyembuhan.

Terbenntuk kalus eksterna yang belum mengandung tulang sehingga secara radiology

bersifat radiolusen

-         Fase pembentukan kalus

15

Page 17: Preskas Dr. Tito, Sp.bo

Terbentuk woven bone atau kalus yang telah mengandung tulang. Fase ini merupakan

indikasi radiologik pertama terjadinya penyembuhan fraktur

-         Fase konsolidasi

Woven bone membentuk kalus primer

-         Fase remodeling

Union telah lengkap dan terbentuk tulang kompak yang berisi system haversi dan terbentuk rongga sumsum.

16

Page 18: Preskas Dr. Tito, Sp.bo

Waktu penyembuhan fraktur, bervariasi secara individual, dipengaruhi oleh beberapa hal

antara lain:

1. Umur penderita

2. Lokasi dan konfigurasi fraktur

3. pergesaran awal fraktur

4. vaskularisasi antara kedua fragmen

5. reduksi serta imobilisasi

6. waktu imobilisasi

7. ruangan antara kedua fragmen serta interposisi oleh jaringan lunak

8. adanya infeksi

9. cairan sinovia

10. gerakan aktif dan pasif anggota gerak

Penilaian penyembuhan fraktur didasarkan atas union secara klinis dan union secara

radiologis.

Penyembuhan yang abnormal dari fraktur dapat menyebabkan malunion, delayed union

ataupun non-union.

 

2.1.7 Komplikasi Fraktur

Komplikasi Fraktur

Komplikasi fraktur dapat diakibatkan oleh trauma itu sendiri  atau akibat penanganan fraktur

yang disebut komplikasi iatrogenik . 

1.   Komplikasi umum

Syok karena perdarahan ataupun oleh karena nyeri, koagulopati diffus dan gangguan fungsi

pernafasan.

Ketiga macam komplikasi tersebut diatas dapat terjadi dalam 24 jam pertama pasca trauma

dan setelah beberapa hari atau minggu akan terjadi gangguan metabolisme, berupa

peningkatan katabolisme. Komplikasi umum lain dapat berupa emboli lemak, trombosis

vena dalam (DVT), tetanus atau gas gangren

 

17

Page 19: Preskas Dr. Tito, Sp.bo

2.      Komplikasi Lokal

a.      Komplikasi dini

Komplikasi dini adalah kejadian komplikasi dalam satu minggu pasca trauma, sedangka

napabila kejadiannya sesudah satu minggu pasca trauma disebut komplikasi lanjut.

Pada Tulang

-   Infeksi, terutama pada fraktur terbuka.

-   Osteomielitis dapat diakibatkan oleh fraktur terbuka atau tindakan operasi pada

fraktur tertutup. Keadaan ini dapat menimbulkan delayed union atau bahkan non

union 

Komplikasi sendi dan tulang dapat berupa artritis supuratif yang sering terjadi pada

fraktur terbuka atau pasca operasi yang melibatkan sendi sehingga terjadi kerusakan

kartilago sendi dan berakhir dengan degenerasi

Pada Jaringan lunak

-    Lepuh , Kulit yang melepuh adalah akibat dari elevasi kulit superfisial karena

edema. Terapinya adalah dengan menutup kasa steril kering dan melakukan

pemasangan elastik

-     Dekubitus.. terjadi akibat penekanan jaringan lunak tulang oleh gips. Oleh karena

itu perlu diberikan bantalan yang tebal pada daerah-daerah yang menonjol

Pada Otot

Terputusnya serabut otot yang mengakibatkan gerakan aktif otot tersebut terganggu.

Hal ini terjadi karena serabut otot yang robek melekat pada serabut yang utuh, kapsul

sendi dan tulang. Kehancuran otot akibat trauma dan terjepit dalam waktu cukup lama

akan menimbulkan sindroma crush atau trombus (Apley & Solomon,1993).

Pada  pembuluh darah

Pada robekan arteri inkomplit akan terjadi perdarahan terus menerus. Sedangkan pada

robekan yang komplit ujung pembuluh darah mengalami retraksi dan perdarahan

berhenti spontan.

18

Page 20: Preskas Dr. Tito, Sp.bo

Pada jaringan distal dari lesi akan mengalami iskemi bahkan nekrosis. Trauma atau

manipulasi sewaktu melakukan reposisi dapat menimbulkan tarikan mendadak pada

pembuluh darah sehingga dapat menimbulkan spasme. Lapisan intima pembuluh

darah tersebut terlepas dan terjadi trombus. Pada kompresi arteri yang lama seperti

pemasangan torniquet dapat terjadi sindrome crush. Pembuluh vena yang putus perlu

dilakukan repair untuk mencegah kongesti bagian distal lesi (Apley & Solomon,

1993).

Sindroma kompartemen terjadi akibat tekanan intra kompartemen otot pada tungkai

atas maupun tungkai bawah sehingga terjadi penekanan neurovaskuler sekitarnya.

Fenomena ini disebut Iskhemi Volkmann. Ini dapat terjadi pada pemasangan gips

yang terlalu ketat sehingga dapat menggangu aliran darah dan terjadi edema dalam

otot.

Apabila iskhemi dalam 6 jam pertama tidak mendapat tindakan dapat menimbulkan

kematian/nekrosis otot yang nantinya akan diganti dengan jaringan fibrus yang secara

periahan-lahan menjadi pendek dan disebut dengan kontraktur volkmann.  Gejala

klinisnya adalah 5 P yaitu Pain (nyeri), Parestesia,Pallor (pucat), Pulseness(denyut

nadi hilang) dan Paralisis 

Pada saraf

Berupa kompresi, neuropraksi, neurometsis (saraf putus), aksonometsis (kerusakan

akson). Setiap trauma terbuka dilakukan eksplorasi dan identifikasi nervus (Apley &

Solomon,1993).

b.  Komplikasi lanjut

Pada tulang dapat berupa malunion, delayedunion atau nonunion.Pada pemeriksaan terlihat 

deformitas berupa angulasi, rotasi, perpendekan atau perpanjangan.

-  Delayed union

Proses penyembuhan lambat dari waktu yang dibutuhkan secara normal. Pada pemeriksaan

radiografi, tidak akan terlihat bayangan sklerosis pada ujung-ujung fraktur,

19

Page 21: Preskas Dr. Tito, Sp.bo

Terapi  konservatif selama 6 bulan  bila  gagal dilakukan  Osteotomi

Lebih 20 minggu  dilakukan cancellus grafting  (12-16 minggu) 

-  Non union

Dimana secara klinis dan radiologis tidak terjadi penyambungan.

            Tipe I (hypertrophic non union) tidak akan terjadi proses penyembuhan fraktur dan

diantara fragmen fraktur tumbuh jaringan fibrus yang masih mempunyai potensi untuk union

dengan melakukan koreksi fiksasi dan bone grafting.

            Tipe II (atrophic non union) disebut juga sendi palsu (pseudoartrosis) terdapat

jaringan sinovial sebagai kapsul sendi beserta rongga sinovial yang berisi cairan,

prosesunion tidak akan dicapai walaupun dilakukan imobilisasi lama.

Beberapa faktor yang menimbulkan non union seperti disrupsi periosteum yang luas, hilangnya

vaskularisasi fragmen-fragmen fraktur, waktu imobilisasi yang tidak memadai, implant atau

gips yang tidak memadai, distraksi interposisi, infeksi dan penyakit tulang (fraktur patologis)  

-  Mal  union

Penyambungan fraktur tidak normal sehingga menimbukan deformitas.  Tindakan refraktur

atau osteotomi koreksi . 

-  Osteomielitis  

Osteomielitis kronis dapat terjadi pada fraktur terbuka atau tindakan operasi pada fraktur

tertutup sehingga dapat menimbulkan delayed union sampai non union (infected non

union). Imobilisasi anggota gerak yang mengalami osteomielitis mengakibatkan terjadinya

atropi tulang berupa osteoporosis dan atropi otot 

-  Kekakuan sendi  

Kekakuan sendi baik sementara atau menetap dapat diakibatkan imobilisasi lama, sehingga

terjadi perlengketan peri artikuler, perlengketan intraartikuler, perlengketan antara otot dan

tendon. Pencegahannya berupa memperpendek waktu imobilisasi dan melakukan latihan aktif

20

Page 22: Preskas Dr. Tito, Sp.bo

dan pasif pada sendi. Pembebasan periengketan secara pembedahan hanya dilakukan pada

penderita dengan kekakuan sendi menetap (Apley & Solomon,1993).

2.2 Fraktur Digiti Pedis

2.2.1 Anatomi Pedis

Terdiri atas 26 tulang, yaitu :14 phalanges, 5 os metatarsal dan 7 os Tarsi. Os tarsi terdiri atas os

calcaneus,os talus, os navicular,3 os cuneiform, dan os cuboid. Berdasarkan fungsinya dibedakan

menjadi 3 yaitu : 

forefoot (metatarsal dan toes), 

midfoot (cuneiform, navicular, dan cuboid), 

hindfoot  (talus/astragalus, dan calcaneus(os calcis).

Tulang kaki dibentuk dan bersatu untuk membentuk kesatuan longitudinal dan arcus transversal.

Bagian permukaan anterior (superior) kaki disebut dengan dorsum atau permukaan Dorsal, dan

inferior (posterior) dari kaki disebut permukaan plantar.

2.2.2 Fraktur Digiti Pedis

Fraktur digiti pedis dapat terjadi karena trauma langsung akibat kejatuhan benda berat atau

karena tarikan otot pada trauma rotasi.

21

Page 23: Preskas Dr. Tito, Sp.bo

Pengobatan fraktur yang tidak bergeser ditujukan untuk mengurangi nyeri dengan memasang

verban elastic atau pemasangan gips sirkuler selama 3-4 minggu. Fraktur dengan pergeseran

yang hebat sebaiknya dilakukan operasi dengan memasang K-wire.

22

Page 24: Preskas Dr. Tito, Sp.bo

DAFTAR PUSTAKA

1. Apley, A.Graham. Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem APLEY. Ed.7. Jakarta : Widya

Medika.1995

2. Bagian Bedah Staf Pengajar Fakultas kedokteran Universitas Indonesia. Kumpulan Kuliah

Ilmu Bedah. Jakarta : Binarupa Aksara.1995.

3. Rasjad, Chairuddin. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Jakarta : PT. Yarsif Watampone.

2007

4. Sjamsuhidajat R, De Jong Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2. Jakarta : Penerbit

Buku Kedokteran EGC.2004.

5. Schwartz, Shires, Spencer. Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah, Edisi 6. Jakarta :

EGC.2000.

6. Sabiston, David C. Buku Ajar Bedah bagian 2. Jakarta: EGC 1994.

23