43
Assalamualaikum Wr. Wb.

ppt a2 Sk2 Blok Emergensi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Slide Trauma Kepala SK2 Blok Emergensi

Citation preview

PowerPoint Presentation

Assalamualaikum Wr. Wb.Blok emergensiKelompok a-2Ketua: Kekar Yogantoro1102011135Sekretaris: Laksmi Rizka Afiani1102011140Anggota: Istiadi Mukharam1102009147 Zumrotul Farida1102010310 Ayu Nujma1102011058 Reza Septian Noorady1102011231 Ujang Kadir1102011287 Yuni Iriani Sarbini1102011300 Zulfa Vinanta1102011302

Skenario 2

Seorang laki-laki, berusia 18 tahun, dibawa ke UGD RS dalam keadaan tidak sadar setelah mengalami kecelakaan lalu lintas empat jam yang lalu. Ia mengendarai motor tanpa menggunakan helm, lalu tertabrak mobil, kemudian terpental dan jatuh. Menurut pengantar, saat jatuh ia pingsan, kemudian sempat sadar sekitar setengah jam, dan muntah-muntah disertai darah dan kembali tidak sadar. Pasien mengalami perdarahan hidung dan telinga sisi kanan.

Tanda VitalAirway: Terdengar bunyi snoringBreathing: Frekuensi nafas 12x/menitCirculation: Tekanan darah 150/100mmHg, frekuensi nadi 50x/menit

Regio WajahTrauma di daerah sepertiga tengah wajah, pada pemeriksaan terlihat adanya cerebrospinal rhinorrhea, mobilitas maksilla, krepitasi dan maloklusi dari gigi.

Status NeurologiGCS E1M3V1, pupil: bulat, anisokor, diameter 5mm/3mm, RCL -/+, RCTL +/-, kesan hemiparesis sinistra. reflex patologis Babinsky -/+Trauma Pada KepalaSasaran Belajar

LI.1. Memahami dan Menjelaskan Trauma Kepala (Cedera Craniocerebral)LO.1.1. DefinisiLO.1.2. EtiologiLO.1.3. EpidemiologiLO.1.4. KlasifikasiLO.1.5. Manifestasi KlinisLO.1.6. Diagnosis dan Diagnosis BandingLO.1.7. TatalaksanaLO.1.8. KomplikasiLO.1.9. PrognosisLO.1.10. Pencegahan

LI.2. Memahami dan Menjelaskan Perdarahan IntrakranialLO.2.1. DefinisiLO.2.2. EtiologiLO.2.3. EpidemiologiLO.2.4. Klasifikasi 2.4.1. Perdarahan Epidural 2.4.2. Perdarahan Subdural 2.4.3. Perdarahan Intraserebral 2.4.4. Perdarahan SubarachnoidLO.2.5. Manifestasi KlinisLO.2.6. Diagnosis LO.2.7. TatalaksanaLO.2.8. KomplikasiLO.2.9. Prognosis

LI.3. Memahami dan Menjelaskan Fraktur Basis CraniiLO.3.1. DefinisiLO.3.2. EtiologiLO.3.3. KlasifikasiLO.3.4. PatofisiologiLO.3.5. Manifestasi KlinisLO.3.6. Diagnosis LO.3.7. TatalaksanaLO.3.8. Prognosis

LI.4. Memahami dan Menjelaskan Trias Cushing

LI.1. Memahami dan Menjelaskan Trauma Kepala (Cedera Craniocerebral)

Trauma kepala atau trauma kapitis adalah suatu trauma yang menimpa struktur kepala sehingga dapat menimbulkan kelainan struktural dan atau gangguan fungsional jaringan otak (Sastrodiningrat, 2009).LO.1.1. DefinisiLO.1.2. Etiologi1. Kecelakaan Lalu Lintas2. Jatuh3. KekerasanLO.1.3. EpidemiologiMenurut Brain Injury Association of America, penyebab utama trauma kepala adalah karena terjatuh sebanyak 28%, kecelakaan lalu lintas sebanyak 20%, karena disebabkan kecelakaan secara umum sebanyak 19% dan kekerasan sebanyak 11% dan akibat ledakan di medan perang merupakan penyebab utama trauma kepala (Langlois, Rutland-Brown, Thomas, 2006). LO.1.4. KlasifikasiCedera kepala dapat diklasifikasikan dalam berbagai aspek : Berdasarkan Mekanisme : Cedera Kepala TumpulCedera TembusBerdasarkan Morfologi : Laserasi kulit kepalaFraktur tulang kepalaFraktur linierFraktur diastasisFraktur kominutif Fraktur impresiFraktur basis kraniiBerdasarkan Skala Koma Glasgow, berat ringan trauma kapitis dibagi atas : Trauma kapitis Ringan, Skor Skala Koma Glasgow 14 - 15 Trauma kapitis Sedang, Skor Skala Koma Glasgow 9 - 13 Trauma kapitis Berat, Skor Skala Koma Glasgow 3 - 8 LO.1.5. Manifestasi KlinisMenurut Reissner (2009), gejala klinis trauma kepala adalah seperti berikut : Tanda-tanda klinis yang dapat membantu mendiagnosa adalah: Battle signHemotipanumPeriorbital ecchymosisRhinorrhoeOtorrhoeTanda-tanda atau gejala klinis untuk yang trauma kepala ringan ; Pasien tertidur atau kesadaran yang menurun selama beberapa saat kemudian sembuh. Sakit kepala yang menetap atau berkepanjangan. Mual atau dan muntah. Gangguan tidur dan nafsu makan yang menurun. Perubahan keperibadian diri. Letargik.

Tanda-tanda atau gejala klinis untuk yang trauma kepala berat ; Simptom atau tanda-tanda cardinal yang menunjukkan peningkatan di otak menurun atau meningkat.anisokoriaTriad CushingLO.1.6. Diagnosis dan Diagnosis BandingPemeriksaan pada trauma kapitis menurut Greaves dan Johnson (2002) antara lain : Pemeriksaan kesadaranPemeriksaan kesadaran paling baik dicapai dengan menggunakan Glasgow Coma Scale (GCS). GCS bisa digunakan untuk mengkategorikan pasien menjadi GCS < 9 : pasien koma dan cedera kepala beratGCS 9 13 : cedera kepala sedangGCS > 13 : cedera kepala ringanPemeriksaan Pupil Pupil harus diperiksa untuk mengetahui ukuran dan reaksi terhadap cahaya. Pemeriksaan Neurologis Pemeriksaan neurologis dilaksanakan terhadap saraf kranial dan saraf perifer.Pemeriksaan Scalp dan Tengkorak Scalp harus diperiksa untuk laserasi, pembengkakan, dan memar. Prosedur Imaging dalam Diagnosa Trauma Kapitis :X-ray TengkorakCT-ScanMagnetic Resonance Imaging (MRI)

Diagnosis Banding :Jika riwayat trauma kurang jelas dan pasien tidak sadar, kita hrs membedakan cedera kepala tertutup dengan penyebab lainnya, seperti: koma diabetik, koma alkoholik, CVD atau epilepsy (jika pasien kejang).LO.1.7. TatalaksanaUntuk penatalaksanaan cedera kepala menurut (IKABI, 2004) :Anamnesa penderita yang terdiri dari : nama, umur, jenis kelamin, ras, pekerjaan.Mekanisme cedera kepala.Waktu terjadinya cedera.Adanya gangguan tingkat kesadaran setelah cedera.Penderita dilakukan rawat inap untuk observasi.Bila kondisi penderita membaik (90%) penderita dapat dipulangkan dan kontrol di poliklinik.Observasi bertujuan untuk menemukan sedini mungkin penyulit atau kelainan lain yang tidak segera memberitanda atau gejala. (Hidajat, 2004). Untuk melakukan observasi pada panderita cedera kepala digunakan metode GCS.LO.1.8. KomplikasiGangguan kesadaran ComaKondisi vegetatifLocked-in syndromeKematian otakKejangPenumpukan CairanInfeksi Kerusakan pembuluh darah Kerusakan sarafMasalah Intelektual Masalah komunikasi Perubahan perilaku Perubahan Emosional Masalah sensorikPenyakit degeneratif otak LO.1.9. PrognosisPrognosis pada cedera kepala mengacu pada tingkat keparahan yang dialami. Nilai GCS saat pasien pertama kali datang ke rumah sakit memiliki nilai prognosis yang besar. Nilai GCS antara 3-4 memiliki tingkat mortalitas hingga 85% Nilai GCS diatas 12 memiliki nilai mortalitas 5-10%. LO.1.10. PencegahanSabuk pengaman. Tidak mengkonsumsi Alkohol dan Narkoba saat mengemudi.Menggunakan Helm saat menggunakan sepeda motor.LI.2. Memahami dan Menjelaskan Perdarahan IntrakranialLO.2.1. DefinisiPerdarahan Intrakranial adalah perdarahan yang terjadi di dalam tulang tengkorak.LO.2.2. EtiologiTrauma kepalaTekanan darah tinggiAneurysmKelainan pembuluh darahAngiopati amiloidDarah atau perdarahan gangguanPenyakit hatiTumor otakLO.2.3. EpidemiologiDistribusi kasus cedera kepala terutama melibatkan kelompok usia produktif, yaitu antara 15 44 tahun, dengan usia rata rata sekitar tiga puluh tahun , dan lebih didominasi oleh kaum laki laki dibandingkan kaum perempuan. Adapun penyebab yang tersering adalah kecelakaan lalu lintas ( 49 % ) dan kemudian disusul dengan jatuh (terutama pada kelompok usia anak anak )LO.2.4. Klasifikasi 2.4.1. Perdarahan Epidural DefinisiHematom epidural merupakan pengumpulan darah diantara tengkorak dengan duramater (dikenal dengan istilah hematom ekstradural).

Gambaran CT-Scan Perdarahan EpiduralEtiologiKausa yang menyebabkan terjadinya hematom epidural meliputi : Trauma kepalaSobekan A/V. Meningea MedianaRuptur Sinus Sagitalis / Sinus TranversumRuptur V. DiploricaHematom jenis ini biasanya berasal dari perdarahan arterial akibat adanya fraktur linier yang menimbulkan laserasi A. Meningea Mediana.

KlasifikasiAkut: ditentukan diagnosisnya waktu 24 jam pertama setelah traumaSubakut: ditentukan diagnosisnya antara 24 jam 7 hariKronis: ditentukan diagnosisnya hari ke 7

PatofisiologiHematom epidural terjadi karena cedera kepala benda tumpul dan dalam waktu yang lambat, seperti jatuh atau tertimpa sesuatu, dan ini hampir selalu berhubungan dengan fraktur cranial linier. Pada kebanyakan pasien, perdarahan terjadi pada arteri meningeal tengah, vena atau keduanya. Pembuluh darah meningeal tengah cedera ketika terjadi garis fraktur melewati lekukan minengeal pada squama temporal.Gejala KlinisInterval lusid HemiparesisAnisokor pupilTatalaksanaHematom epidural adalah tindakan pembedahan untuk evakuasi secepat mungkin, dekompresi jaringan otak di bawahnya dan mengatasi sumber perdarahan.Biasanya pasca operasi dipasang drainase selama 2 x 24 jam untuk menghindari terjadinya pengumpulan darah yamg baru.Trepanasi kraniotomi, evakuasi hematomKraniotomi evakuasi hematomKomplikasiEdema serebri, merupakan keadaan-gejala patologis, radiologis, maupun tampilan ntra-operatif dimana keadaan ini mempunyai peranan yang sangat bermakna pada kejadian pergeseran otak (brain shift) dan peningkatan tekanan intrakranial. Kompresi batang otak meninggal.PrognosisMortalitas 20% -30%Sembuh dengan defisit neurologik 5% - 10%Sembuh tanpa defisit neurologikHidup dalam kondisi status vegetatif 2.4.2. Perdarahan Subdural DefinisiPerdarahan subdural ialah perdarahan yang terjadi diantara duramater dan araknoid.EtiologiTrauma kepala.Malformasi arteriovenosa.Diskrasia darah.Terapi antikoagulan

Gambaran CT-Scan Perdarahan SubduralKlasifikasiPerdarahan akutGejala yang timbul segera hingga berjam - jam setelah traumaPerdarahan sub akutBerkembang dalam beberapa hari biasanya sekitar 2 - 14 hari sesudah trauma.Perdarahan kronikBiasanya terjadi setelah 14 hari setelah trauma bahkan bisa lebih.

PatofisiologiVena cortical menuju dura atau sinus dural pecahdan mengalami memar atau laserasi, adalah lokasi umum terjadinya perdarahan. Hal ini sangat berhubungan dengan comtusio serebral dan oedem otak. CT Scan menunjukkan effect massa dan pergeseran garis tengah dalam exsess dari ketebalan hematom yamg berhubungan dengan trauma otak.

Gejala KlinisGejala yang timbul tidak khas dan meruoakan manisfestasi dari peninggian tekanan intrakranial seperti : sakit kepala, mual, muntah, vertigo, papil edema, diplopia akibat kelumpuhan n. III, epilepsi, anisokor pupil, dan defisit neurologis lainnya.kadang kala yang riwayat traumanya tidak jelas, sering diduga tumor otak.

TatalaksanaTindakan terapi pada kasus kasus ini adalah kraniotomi evakuasi hematom secepatnya dengan irigasi via burr-hole. Khusus pada penderita hematom subdural kronis usia tua dimana biasanya mempunyai kapsul hematom yang tebal dan jaringan otaknya sudah mengalami atrofi, biasanya lebih dianjurkan untuk melakukan operasi kraniotomi (diandingkan dengan burr-hole saja).

KomplikasiHemiparese/hemiplegiaDisfasia/afasiaEpilepsiHidrosepalusSubdural empyema

PrognosisMortalitas pada subdural hematom akut sekitar 75%-85%Pada sub dural hematom kronis :Sembuh tanpa gangguan neurologi sekitar 50%-80%Sembuh dengan gangguan neurologi sekitar 20%-50%

2.4.3. Perdarahan Intraserebral DefinisiAdalah perdarahan yang terjadi didalam jaringan otak.EtiologiTrauma kepala.Hipertensi.Malformasi arteriovenosa.AneurismeTerapi antikoagulanDiskrasia darahKlasifikasiHematom supra tentoral.Hematom serbeller.Hematom pons-batang otak.

Gambaran CT-Scan Perdarahan IntraserebralPatofisiologiHematom intraserebral biasanya 80%-90% berlokasi di frontotemporal atau di daerah ganglia basalis, dan kerap disertai dengan lesi neuronal primer lainnya serta fraktur kalvaria.

Gejala KlinisKlinis penderita tidak begitu khas dan sering (30%-50%) tetap sadar, mirip dengan hematom ekstra aksial lainnya. Manifestasi klinis pada puncaknya tampak setelah 2-4 hari pasca cedera. Tanda fokal yang mungkin terjadi :Hemiparesis / hemiplegi.Hemisensorik.Hemi anopsia homonymParese nervus III.

TatalaksanaTekanan darah harus diawasi. Hipertensi dapat memacu timbulnya hemmoragi. Intra cerebral hematom yang luas dapat ditreatment dengan hiperventilasi, manitol dan steroid dengan monitorong tekanan intrakranial sebagai uasaha untuk menghindari pembedahan. Pembedahan ( Kraniotomi ) :Bila perdarahan supratentorial lebih dari 30 cc dengan effek massaBila perdarahan cerebeller lebih dari 15 cc dengan effek massa

KomplikasiUdem serebri, pembengkakan otakKompresi batang otak, meninggal

PrognosisMortalitas 20%-30%Sembuh tanpa defisit neurologisSembuh dengan defisit neurologis

2.4.4. Perdarahan Subarachnoid DefinisiSubarachnoid hemorrhage adalah pendarahan ke dalam ruang (ruang subarachnoid) diantara lapisan dalam (pia mater) dan lapisan tengah (arachnoid mater) para jaringan yang melindungan otak (meninges). EtiologiBiasanya dihasilkan dari luka kepala. Pendarahan spontan biasanya diakibatkan dari pecahnya secara tiba-tiba aneurysm di dalam arteri cerebral. Agak sering terjadi, subarachnoid hemorrhage diakibatkan dari pecahnya jaringan tidak normal antara arteri dengan pembuluh (arteriovenous malformation) di otak atau sekitarnya. Arteriovenous malformation kemungkinan ada sejak lahir, tetapi hal ini biasanya diidentifikasikan hanya jika gejala terjadi.Gejala KlinisSakit kapala, yang bisa tiba-tiba tidak seperti biasanya dan berat (kadangkala disebut sakit kepala thunderclap).Nyeri muka atau mata.Penglihatan ganda.Kehilangan penglihatan sekelilingnya.

TatalaksanaOrang yang mengalami subarachnoid hemorrhage dirawat di rumah sakit dengan segera. Istirahat total tanpa alasan adalah perlu. Analgesik seperti opoid. Nimodipine, penghambat saluran kalsium, biasanya diberikan melalui mulut untuk mencegah vasospasm.

PrognosisSekitar 35% orang meninggal ketika mereka mengalami subarachnoid hemorrhage yang menyebabkan aneurysm karena hal itu mengakibatkan kerusakan otak yang luas. 15% orang yang lainnya meninggal dalam beberapa minggu karena pendarahan dari pecahan kedua.

LO.2.5. Manifestasi KlinisGejala yang sangat menonjol ialah kesadaran menurun secara progresif. Pasien dengan kondisi seperti ini seringkali tampak memar di sekitar mata dan di belakang telinga. Setiap orang memiliki kumpulan gejala yang bermacam macam akibat dari cedera kepala. Banyak gejala yang muncul bersaman pada saat terjadi cedera kepala. LO.2.6. Diagnosis Anamnesis/riwayat Sakit kepalaMual/muntahDefisit neurologik fokalPemeriksaan fisikBradikardi dengan atau tanpa hypertensi yang menunjukkan pada peningkatan tekanan intrakranial.Otorrehea dan rhinorheaPenunrunan derajat kesadaran (GCS Score).AnisokoriaPemeriksaan PenunjangFoto Polos KepalaComputed Tomography (CT-Scan)Magnetic Resonance Imaging (MRI)LO.2.7. Tatalaksana Terapi medikamentosa :Memperbaiki/mempertahankan fungsi vitalUsahakan agar jalan nafas selalu bebas, Infus dipasang gunakan cairan NaC10,9% atau Dextrose in saline.Mengurangi edema otakHiperventilasi, Bertujuan untuk menurunkan pO2 darah sehingga mencegah vasodilatasi pembuluh darah. Cairan hiperosmoler, Manitol 1015% per infus untuk menarik air dari ruang intersel ke dalam ruang intravaskular untuk kemudian dikeluarkan melalui diuresis.Kortikosteroid, Penggunaannya berdasarkan pada asumsi bahwa obat ini menstabilkan sawar darah otak.Barbiturat, Digunakan untuk membius pasien sehingga metabolisme otak dapat ditekan serendah mungkin, Cara ini hanya dapat digunakan dengan pengawasan yang ketat.Terapi Bedah:Indikasi untuk elevasi segera adalah fraktur yang terkontaminasi, dural tear dengan pneumocephalus, dan hematom yang mendasarinya. Indikasi lain untuk interaksi bedah dini adalah fraktur condylar os oksipital tipe unstable (tipe III) yang membutuhkan arthrodesis atlantoaxial.LO.2.8. KomplikasiKelainan neurologik (deficit neurologis), berupa sindrom gegar otak dapat terjadi dalam beberapa jam sampai beberapa bulan.Kondisi yang kacau, baik fisik maupun mental.Kematian.LO.2.9. Prognosis20% terjadi kematian terhadap pasien pasien yang mengalami koma yang dalam sebelum dilakukan pembedahan.LI.3. Memahami dan Menjelaskan Fraktur Basis CraniiLO.3.1. DefinisiFraktur basis cranii adalah suatu fraktur linear yang terjadi pada dasar tulang tengkorak yang tebal. Fraktur ini seringkali disertai dengan robekan pada duramater. Fraktur basis cranii paling sering terjadi pada dua lokasi anatomi tertentu yaitu regio temporal dan regio occipital condylar.LO.3.2. EtiologiFraktur pada basis kranii (basilar skull fracture) akan mengakibatkan raccoon eyes ini. Gejala yang dapat menyertainya berupa perdarahan dari faring, epistaksis, rhinnorea, otorrhea, dan bulging pada membran timpani akibat LCS ataupun darah. Pasien mungkin akan mengalami kesulitan mendengar, sakit kepala, nausea, muntah, palsy nervus cranial, dan gangguan kesadaran. Juga bisa didapatkan tanda Battle's yang positif.LO.3.3. Klasifikasi Fraktur longitudinal terjadi pada regio temporoparietal dan melibatkan bagian squamousa pada os temporal, dinding superior dari canalis acusticus externus, dan tegmen timpani.Fraktur transversal dimulai dari foramen magnum dan memperpanjang melalui cochlea dan labyrinth, berakhir pada fossa cranial media (5-30%).Fraktur mixed memiliki unsur unsur dari kedua fraktur longitudinal dan transversal.LO.3.4. Patofisiologi Fraktur basis cranii telah dikaitkan dengan berbagai mekanisme termasuk benturan dari arah mandibula atau wajah dan kubah tengkorak atau akibat beban inersia pada kepala (sering disebut cedera tipe whiplash).Kepala kemudian secara tiba tiba mengalami percepatan gerakan namun pada area medulla oblongata mengalami tahanan oleh foramen magnum, beban inersia tersebut kemudian meyebabkan ring fracture.LO.3.5. Manifestasi Rhino liquore disertai lesi di sinus-frontalis pada ethmoidal, spenoidal, dan arachnoidal.Pneunoencephalon, karena pada fraktur basis cranii udara dari sinus maksilaris masuk ke lapisan selaput otak encepalon.Monokli haematoma, adalah haematoma pada biji mata, karena pada orbita mata dan biji lensa mata memberi gejala pendarahan intracranialis pula.LO.3.6. Diagnosis Pemeriksaan Fisik :Keluar darah atau cairan jernih dari telingaKeluar cairan jernih dari hidungAdanya luka memar di sekeliling mata tanpa adanya trauma pada mata (panda eyes)Adanya luka memar di belakang telinga (Battles sign)Adanya ketulian unilateral yang baru terjadiRadiologiFoto RontgenDiperlukan foto posisi AP, lateralCT scanPotongan slice tipis pada bone windows hingga ketebalan 1-1,5 mm, dengan rekonstruksi sagital berguna dalam menilai cedera yang terjadi.MRI (Magnetic Resonance Angiography) bernilai sebagai pemeriksaan penunjang tambahan terutama untuk kecurigaan adanya cedera ligamentum dan vaskular.

LO.3.7. Tatalaksana A Airway Pembersihan jalan nafas, pengawasan vertebra servikal hingga diyakini tidak ada cederaB Breathing Penilaian ventilasi dan gerakan dada, gas darah arteriC Circulation Penilaian kemungkinan kehilangan darah, pengawasan secara rutin tekanan darah pulsasi nadi, pemasangan IV lineD Dysfunction of CNS Penilaian GCS (Glasgow Coma Scale) secara rutinE Exposure Identifikasi seluruh cedera, dari ujung kepala hingga ujung kaki, dari depan dan belakang. LO.3.8. Prognosis Walaupun fraktur pada cranium memiliki potensi resiko tinggi untuk cedera nervus cranialis, pembuluh darah dan cedera langsung pada otak, sebagian besar jenis fraktur adalah jenis fraktur linear pada anak anak dan tidak disertai dengan hematom epidural.LI.4. Memahami dan Menjelaskan Trias CushingRespon Cushing adalah respon system saraf terhadap kenaikan TIK. Yaitu : Hipertensi, Pernapasan ireguler, Penurunan denyut jantung. Biasanya terjadi pada cedera kepala akut dan hernia otak, bisa juga pada injeksi epinefrin. Bisa menandakan aliran darah yang kurang (iskemik) juga kompres pada arteriol. Respon dimulai ketika timbul beberapa penyebab membuat TIK meningkat. Ketika TIK mulai meningkat, saraf simpatis teraktivasi sehingga tubuh mengaktifkan -1 adrenergik yang menyebabkan terjadinya vasokontriksi dan meningkatnya resistensi pembuluh darah sehingga timbul peningkatan tekanan darah atau Hipertensi, untuk memenuhi suplai darah ke otak. Reseptor yang terdapat di aorta mampu mendeteksi terjadinya peningkatan tekanan darah sehingga mengaktifkan saraf parasimpatis melalui n. Vagus yang menimbulkan efek menurunnya denyut jantung ( bradikardi). Peningkatan TIK juga menyebabkan distorsi dan meningkatnya tekanan pada batang otak yang mengontrol pernapasa infolunter sehingga frekuensi nafas menjadi ireguler atau bradipneuWassalamualaikum Wr. Wb.Terima Kasih