51
DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN LAHAN DAN AIR DEPARTEMEN PERTANIAN 2008 PEDOMAN TEKNIS REHABILITASI JARINGAN IRIGASI DESA (JIDES)/ TINGKAT USAHATANI (JITUT) PT-PLA C3.1-2008

pp irigasi 6

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: pp irigasi 6

DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN LAHAN DAN AIR DEPARTEMEN PERTANIAN 2008

PEDOMAN TEKNIS

REHABILITASI JARINGAN IRIGASI DESA (JIDES)/

TINGKAT USAHATANI (JITUT)

PT-PLA C3.1-2008

Page 2: pp irigasi 6

KATA PENGANTAR

Buku Pedoman Teknis Rehabilitasi Jaringan Irigasi Desa

(JIDES) / Jaringan Irigasi Tingkat Usaha Tani (JITUT) ini

disusun untuk memenuhi kebutuhan para petugas

pertanian di daerah sebagai acuan teknis dalam

melaksanakan kegiatan Rehabilitasi Jaringan Irigasi Desa

(JIDES)/ Jaringan Irigasi Tingkat Usaha Tani (JITUT).

Buku pedoman ini isinya cukup sederhana dan hanya

memuat hal-hal yang bersifat praktis dengan harapan

mudah dipahami. Untuk hal-hal yang lebih detil yang

belum tertampung dalam Pedoman ini agar dapat

dikonsultasikan kepada kami ataupun menggunakan

sumber-sumber lainnya yang relevan.

Untuk memberikan petunjuk secara teknis kepada daerah

di dalam pelaksanaannya, maka Pedoman Teknis ini perlu

dijabarkan dalam bentuk buku petunjuk pelaksanaan

untuk Dinas Pertanian Propinsi dan buku petunjuk teknis

untuk Dinas Pertanian Kabupaten dalam rangka arahan

dan acuan dalam Rehabilitasi JITUT/JIDES di daerah.

Kami menyadari bahwa buku Pedoman Teknis ini masih

jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang

bersifat membangun dari para pembaca akan sangat kami

hargai.

Akhirnya kami berharap semoga buku ini dapat

bermanfaat.

Jakarta, Januari 2008

Direktur Pengelolaan Air,

Dr. Ir. S. Gatot Irianto

NIP. 080 085 357

Page 3: pp irigasi 6

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Tujuan dan Sasaran 3

C. Istilah 4

II. PELAKSANAAN 13

A. Lokasi 13

B. Survey, Investigasi dan Desain (SID) 13

C. Konstruksi 17

D. Parisipasi Petani 19

E. Pengawasan 19

F. Pembiayaan 19

III. INDIKATOR KINERJA 21

A. Keluaran (Output) 21

B. Hasil (Outcome) 21

C. Manfaat (Benefit) 21

D. Dampak (Impact) 23

IV. MONITORING DAN EVALUASI 23

A. Monitoring 23

B. Pelaporan 23

C. Evaluasi 25

LAMPIRAN

1. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan JITUT/JIDES TA. 2008 26

2. Form Laporan Realisasi Fisik dan Keuangan Kegiatan

Direktorat Pengelolaan Air TA. 2008

27

3. Outline Laporan Akhir 28

4. Ketentuan Teknis 29

5. Saluran/Talang Ferosemen 58

6. Alokasi Kegiatan JITUT TA. 2008 73

7. Alokasi Kegiatan JIDES TA. 2008 79

Page 4: pp irigasi 6

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2008

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air merupakan salah satu faktor penentu

(determinan) dalam proses produksi pertanian. Oleh

karena itu investasi irigasi menjadi sangat penting dan

strategis dalam rangka penyediaan air untuk pertanian.

Dalam memenuhi kebutuhan air untuk berbagai

keperluan usaha tani, maka air (irigasi) harus diberikan

dalam jumlah, waktu, dan mutu yang tepat, jika tidak

maka tanaman akan terganggu pertumbuhannya yang

pada gilirannya akan mempengaruhi produksi pertanian.

Pemberian air irigasi dari hulu (upstream) sampai

dengan hilir (downstream) memerlukan sarana dan

prasarana irigasi yang memadai. Sarana dan prasarana

tersebut dapat berupa: bendungan, bendung, saluran

primer dan sekunder, box bagi, bangunan-bangunan

ukur, dan saluran tersier serta saluran tingkat usaha tani

(TUT). Terganggunya atau rusaknya salah satu

bangunan-bangunan irigasi akan mempengaruhi kinerja

sistem yang ada, sehingga mengakibatkan efisiensi dan Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2008

2

efektifitas irigasi menjadi menurun. Apabila kondisi ini

dibiarkan terus dan tidak segera diatasi, maka akan

berdampak terhadap penurunan produksi pertanian yang

diharapkan, dan berimplikasi negatif terhadap kondisi

pendapatan petani dan keadaan sosial, ekonomi disekitar

lokasi.

Keberhasilan pencapaian swasembada beras pada

tahun 1984, juga tidak terlepas dari peran besar

pembangunan dan pengembangan sarana dan prasarana

irigasi baik secara ekstensif dan intensif. Pembangunan

dan pengembangan irigasi tersebut dilakukan melalui

berbagai proyek irigasi, seperti pengembangan irigasi

baru, rehabilitasi jaringan irigasi, dan irigasi sederhana.

Data menunjukkan bahwa sejak tahun 1969 hingga

tahun 1983 tercatat tidak kurang dari 3,2 juta ha jaringan

irigasi telah direhabilitasi dan sekitar 1,4 juta hektar

jaringan irigasi baru telah dibangun.

Menurunnya daya dukung lingkungan akibat banjir,

terbatasnya peran masyarakat dalam operasional dan

pemeliharaan jaringan irigasi memaksa kita untuk dapat

lebih arif dan bijak dalam mengembangkan,

Page 5: pp irigasi 6

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2008

3

mendayagunakan dan menjaga fungsi sumber daya air

baik dari aspek pengelolaan (demand/user) maupun dari

aspek “supply” tanpa mengurangi sasaran produktivitas

output.

B. Tujuan, dan Sasaran

1. Tujuan

a. Meningkatkan kinerja jaringan irigasi desa

(JIDES)/ jaringan irigasi tingkat usaha tani

(JITUT) sehingga dapat meningkatkan fungsi

layanan irigasi.

b. Meningkatkan perluasan areal tanam, indek

pertanaman dan produktivitas.

c. Membangun rasa memiliki terhadap jaringan

irigasi yang telah direhabilitasi.

2. Sasaran

a. Merehabilitasi jaringan irigasi desa (JIDES)/

jaringan irigasi tingkat usaha tani (JITUT) untuk

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2008

4

mendukung program pertanian pada lahan

usahatani.

b. Merehabilitasi jaringan irigasi desa (JIDES)/

jaringan irigasi tingkat usaha tani (JITUT) untuk

keperluan irigasi.

c. Melakukan pembinaan pelaksanaan kegiatan

rehabilitasi jaringan.

C. Istilah

Bangunan boks bagi adalah bangunan yang

terletak di saluran tersier atau kwarter yang

berfungsi untuk membagi aliran air ke cabangnya.

Bangunan pelengkap adalah bangunan yang

dibuat agar aliran air irigasi tidak terhambat akibat

dari kondisi topograhi yang dilewati oleh saluran

irigasi

Bangunan terjun adalah bangunan yang

berfungsi menurunkan muka air dan tinggi energi

yang dipusatkan di satu tempat

Page 6: pp irigasi 6

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2008

5

Bangunan Utama adalah bangunan yang

dipergunakan untuk menangkap atau mengambil

air dari sumbernya seperti sungai atau mata air

lainnya.

BBeenndduunngg adalah usaha untuk menaikkan tinggi

permukaan air, mengarahkan air sungai dengan

cara membendung sungai tanpa reservoar. Jumlah

dan tinggi permukaan dipengaruhi oleh debit sungai

musim hujan dan kemarau.

BBeenndduunnggaann adalah usaha untuk menaikkan tinggi

permukaan air, mengarahkan air sungai dengan

cara membendung sungai mengumpulkannya

dengan reservoar sebelum dialirkan ke saluran

pembawa. Dengan demikian pada musim hujan air

dapat disimpan dan dialirkan pada musim kemarau,

selain untuk air pengairan digunakan juga untuk air

minum dan energi.

DDaaeerraahh IIrriiggaassii adalah kesatuan wilayah yang

mendapat air dari satu jaringan irigasi yang bisa

disingkat dengan DI.

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2008

6

Gorong-gorong adalah Bangunan fisik yang

dibangun memotong jalan / galengan yang

berfungsi untuk penyaluran air.

Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan

pembuangan air irigasi untuk menunjang pertanian

yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi

rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan

irigasi tambak.

Sistem irigasi meliputi prasarana irigasi, air

irigasi, manajemen irigasi, kelembagaan

pengelolaan irigasi, dan sumber daya manusia.

JJaarriinnggaann IIrriiggaassii adalah saluran bangunan dan

bangunan pelengkapnya yang merupakan satu

kesatuan yang diperlukan untuk pengaturan air

irigasi yang mencakup penyediaan, pembagian,

pemberian, penggunaan dan pembuangan air

irigasi.

Jaringan Irigasi Desa (JIDES) adalah jaringan

irigasi berskala kecil yang terdiri dari bangunan

penangkap air (bendung, bangunan pengambilan),

Page 7: pp irigasi 6

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2008

7

saluran dan bangunan pelengkap lainnya. JIDES

dibangun dan dikelola oleh masyarakat desa atau

pemerintah desa baik dengan atau tanpa bantuan

pemerintah.

Jaringan Irigasi Pemerintah adalah jaringan

irigasi yang dibangun dan dikelola oleh pemerintah

atau jaringan irigasi yang dibangun oleh pemerintah

tetapi pengelolaannya telah diserahkan kepada

masyarakat tani.

Jaringan irigasi tersier/ tingkat usaha tani

(JITUT) adalah jaringan irigasi yang berfungsi

sebagai prasarana pelayanan air irigasi dalam petak

tersier yang terdiri dari saluran tersier, saluran

kuarter dan saluran pembuang, boks tersier, boks

kuarter serta bangunan pelengkapnya pada

jaringan irigasi pemerintah. Sesuai dengan

ketentuan dalam PP No. 20 Th. 2006 tentang

Irigasi, pembangunan dan pengelolaan JITUT

menjadi wewenang dan tanggungjawab petani

pemakai air.

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2008

8

JJaarriinnggaann UUttaammaa adalah jaringan irigasi yang

berada dalam satu sistem irigasi, mulai dari

bangunan utama (bendung/ bendungan) saluran

induk / primer, saluran sekuder dan bangunan

sadap serta bangunan pelengkapnya.

Jembatan adalah bangunan penyeberangan

saluran air bahan kayu yang minimal dapat dilalui

hand traktor, motor.

OOppeerraassii JJaarriinnggaann IIrriiggaassii adalah upaya

pengaturan air irigasi dan pembuangannya,

termasuk kegiatan membuka-menutup pintu

bangunan irigasi, menyusun rencana tata tanam,

menyusun sistem golongan, menyusun rencana

pembagian air, melaksanakan kalibrasi

pintu/bangunan, mengumpulkan data, memantau

dan mengevaluasi.

Pemeliharaan Jaringan irigasi adalah upaya

menjaga dan mengamankan jaringan irigasi agar

selalu dapat berfungsi dengan baik guna

Page 8: pp irigasi 6

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2008

9

memperlancar pelaksanaan operasi dan

mempertahankan kelestariannya.

Pengembangan Jaringan Irigasi adalah

pembangunan jaringan irigasi baru dan/atau

peningkatan jaringan irigasi yang sudah ada.

PPaarrttiissiippaattiiff adalah peran serta petani dan

pemerintah atas prinsip kesetaraan dalam setiap

tahapan kegiatan sejak perencanaan, pengawasan,

pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi serta

pemanfaatan hasil termasuk pembiayaan.

Pengambilan bebas adalah bangunan yang

dibuat di tepi sungai yang mengalirkan air sungai

ke dalam jaringan irigasi, tanpa mengatur tinggi

muka air di sungai.

PPeerrkkuummppuullaann PPeettaannii PPeemmaakkaaii AAiirr adalah istilah

umum untuk kelembagaan pengelola irigasi

termasuk irigasi pompa atau reklamasi rawa yang

menjadi wadah petani pemakai air dalam suatu

daerah pelayanan irigasi termasuk irigasi pompa

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2008

10

atau reklamasi rawa yang dibentuk secara

demokratis.

PPeettaannii PPeemmaakkaaii AAiirr adalah semua petani yang

mendapat nikmat dan manfaat secara langsung dari

pengelolaan air dan jaringan irigasi termasuk irigasi

pompa atau reklamasi rawa yang meliputi pemilik

sawah, pemilik penggarap sawah, penggarap /

penyakap, pemilik kolam ikan yang mendapat air

dari jaringan irigasi / reklamasi rawa, dan pemakai

air irigasi lainnya.

Pintu air adalah : Bangunan fisik yang dapat

mengatur keluar masuk air sesuai dengan

kebutuhan tanaman yang diusahakan.

Produktivitas adalah : Tingkat hasil / produksi

yang didapatkan per hektar tanam dalam satu kali

penanaman.

Rehabilitasi Jaringan Irigasi Desa (JIDES)/

Tingkat Usaha Tani (JITUT) adalah kegiatan

perbaikan/penyempurnaan jaringan irigasi desa

(JIDES) / tingkat usaha tani

Page 9: pp irigasi 6

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2008

11

(JITUT) guna mengembalikan/meningkatkan fungsi

dan pelayanan irigasi seperti semula atau

menambah luas areal pelayanan.

SSaalluurraann KKwwaarrtteerr adalah saluran yang membawa

air dari boks tersier ke petak-petak sawah.

SSaalluurraann SSeekkuunnddeerr adalah saluran pembawa air

irigasi yang mengambil air dari bangunan bagi di

saluran primer yang berada dalam jaringan irigasi.

SSaalluurraann TTeerrssiieerr adalah saluran yang membawa

air dari bangunan sadap tersier ke petak tersier.

SSiipphhoonn adalah bangunan air yang dipakai untuk

mengalirkan air irigasi dengan menggunakan

gravitasi melalui bagian bawah sungai.

SSuummbbeerr AAiirr adalah tempat / wadah air baik yang

terdapat pada, di atas, maupun di bawah

permukaan tanah. (dalam penjelasan termasuk

dalam pengertian; sungai, danau, mata air, aquifer,

situ, waduk, rawa dan muara serta dijelaskan sifat

wadah air yang kering permanen).

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2008

12

Stimulan adalah bantuan dalam bentuk

rangsangan pengadaan bahan dan alat untuk

mempercepat, mempermudah, atau

menyempurnakan kegiatan fisik.

Talang adalah bangunan air yang melintas di atas

saluran/sungai atau jalan untuk mengalirkan air

irigasi ke seberangnya.

Page 10: pp irigasi 6

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2008

13

II. PELAKSANAAN

Dalam pelaksanaan rehabilitasi/perbaikan jaringan irigasi desa

(JIDES)/jaringan irigasi tingkat usaha tani (JITUT)

dilaksanakan, maka ada beberapa hal yang perlu mendapatkan

perhatian : (a) lokasi, (b) SID (survei, investigasi & desain), (c)

Konstruksi, (d) partisipasi petani (e) pengawasan dan (f)

pembiayaan

A. Lokasi

Kegiatan rehabilitasi/perbaikan jaringan irigasi desa

(JIDES)/jaringan irigasi tingkat usaha tani (JITUT)

dilaksanakan di jaringan irigasi desa/ jaringan irigasi

tingkat usaha tani dari daerah irigasi pemerintah pada

beberapa kabupaten yang mengalami kerusakan.

B. SID

Kegiatan Survey, Investigasi dan Desain (SID)

dilaksanakan meliputi Survey Investigasi (CP/CL), dan

Desain (pengukuran, penggambaran dan penyusunan

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2008

14

RAB) untuk mendapatkan lokasi kegiatan Rehabilitasi

JITUT/JIDES.

Survey Investigasi (CP/CL)

- Kegiatan ini dilaksanakan untuk mendapatkan

calon lokasi rehabilitasi jaringan irigasi tingkat

usahatani/jaringan irigasi desa atau fasilitas

penyediaan air lainnya yang memerlukan

perbaikan atau rehabilitasi.

- Demikian juga untuk mengidentifikasi calon

petani yang akan mengerjakan pelaksanaan

kegiatan, apabila kegiatan ini dilakukan dengan

sistem padat karya.

- Pelaksanaan kegiatan Survey Investigasi

(CP/CL) ini dilakukan oleh Dinas Pertanian.

Beberapa hal yang harus diperhatikan:

a. Syarat Lokasi

• Lokasi merupakan Daerah Irigasi Desa/

Daerah Irigasi Pemerintah yang jaringan

Page 11: pp irigasi 6

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2008

15

irigasi tingkat usaha taninya yang mengalami

kerusakan.

• Mempunyai potensi IP (Intensitas

Pertanaman) dapat ditingkatkan 200 %.

• Di lokasi tersedia petani penggarap.

• Lokasi harus didelinasi dengan menunjukan

posisi koordinatnya (LU/LS – BT/BB)

b. Syarat Petani

• Para petani calon pemanfaat telah tergabung

dalam kelompok tani/Perkumpulan Petani

Pemakai Air (P3A).

• Para petani/kelompok tani/P3A bersedia

berpartisipasi atau memberikan sharing dalam

pelaksanaan kegiatan tersebut.

• Membutuhkan dan mau membangun serta

memelihara JITUT/JIDES.

• Sanggup menanam varietas unggul sesuai

rekomendasi BPTP setempat.

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2008

16

• Sanggup mengusahakan lahan minimal 2X

tanam dalam 1 tahun.

• Tidak selalu mengharapkan bantuan

pemerintah, bersedia memberikan

kontribusi/partisipasi dalam pembangunan

JITUT/JIDES.

Desain (rancangan teknis)

- Rancangan teknis atau desain sederhana

dilaksanakan setelah Survey Investigasi (CPCL)

ditetapkan.

- Rancangan teknis ini meliputi pengukuran dan

penggambaran rencana kegiatan Rehabilitasi

JITUT/JIDES.

- Hasil rancangan/desain sederhana ini berupa

sket lokasi, gambar rancangan teknis sederhana

kegiatan rehabilitasi, perkiraan kebutuhan

bahan, peralatan dan biayanya.

Kegiatan Survei Investigasi dan Desain (SID) dilaksanakan oleh

daerah dengan pembiayaan melalui APBD.

Page 12: pp irigasi 6

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2008

17

C. Konstruksi

Kegiatan rehabilitasi jaringan irigasi desa (JIDES)

antara lain meliputi :

- Rehabilitasi/perbaikan bangunan penangkap air, baik

berupa bendung dan pengambilan bebas lainnya

serta bangunan kelengkapannya.

- Rehabilitasi/perbaikan saluran (termasuk lining

saluran) dan bangunan lainnya, seperti : box bagi,

siphon, talang, bangunan terjun dsb.

Kegiatan rehabilitasi jaringan irigasi tingkat usaha

tani (JITUT) antara lain meliputi :

- Rehabilitasi/perbaikan saluran tersier dan kuarter

(termasuk lining saluran).

- Rehabilitasi/perbaikan bangunan bagi kuarter dan

bangunan lainnya, seperti : siphon, talang,

bangunan terjun dan sebagainya.

Untuk bahan konstruksi bangunan saluran, agar lebih

ekonomis, mudah dikerjakan dan cepat pelaksanaannya

diharapkan dapat dibuat dari bahan ferrocement,

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2008

18

ferrocement ini dibuat dengan ukuran atau dimensi

sesuai dengan kondisi lapangan (lihat lampiran 6).

Kegiatan ini dilaksanakan dengan cara swakelola,

tertuang didalam Jenis Belanja Lembaga Sosial Lainnya

yang terdiri dari :

• Rincian Belanja Upah Tenaga Kerja digunakan untuk

membiayai upah tenaga kerja pada kegiatan

konstruksi rehabilitasi dengan pola padat karya.

• Rincian Belanja Bahan/Material digunakan untuk

pengadaan bahan-bahan maupun peralatan yang

dibutuhkan untuk keperluan konstruksi misalnya

semen, pasir, besi beton, plat besi, pintu air, alat ukur

debit, dan sebagainya disesuaikan dengan kebutuhan.

• Biaya Belanja Lembaga Sosial Lainnya tersebut

diberikan kepada Kelompok Tani/Perkumpulan Petani

Pemakai Air (P3A), setelah Kelompok Tani/P3A

tersebut menyerahkan proposal kegiatan yang akan

dilaksanakan kepada Dinas Pertanian Kabupaten.

Proposal tersebut harus mendapatkan persetujuan

dari Kepala Desa, Camat, dan Kepala Dinas Pertanian

Page 13: pp irigasi 6

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2008

19

Kabupaten yang bersangkutan. Dalam proposal harus

memuat rencana kerja yang akan dilakukan beserta

sumber biayanya. Sumber biaya tersebut disamping

berasal dari pemerintah diharapkan juga dari sharing/

partisipasi petani/ P3A.

D. Partisipasi Petani

Kelompok tani/P3A diwajibkan untuk berpartisipasi dalam

kegiatan ini sejak dari proses perencanaan sampai

dengan pelaksanaan. Partisipasi tersebut dapat

diwujudkan dalam bentuk tenaga kerja, bahan bangunan,

dana dan sebagainya.

E. Pengawasan

Untuk menjamin agar pelaksanaan pekerjaan konstruksi

dapat sesuai dengan yang telah direncanakan diperlukan

pengawasan yang ketat.

F. Pembiayaan

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2008

20

Biaya yang tersedia untuk melaksanakan kegiatan ini

berasal dari DIPA TA. 2008 dana Tugas Pembantuan (TP)

Satker Dinas Pertanian masing-masing Kabupaten.

Pembiayaan kegiatan rehabilitasi jaringan irigasi

desa (JIDES)/ rehabilitasi jaringan irigasi tingkat

usahatani (JITUT) yang meliputi Kegiatan SID

(survey, investigasi & desain) berasal dari dana APBD.

Sedangkan kegiatan konstruksi rehabilitasi berasal dari

dana tugas pembantuan (TP) pada Jenis Belanja

Lembaga Sosial Lainnya yang meliputi: belanja upah

tenaga kerja sebesar 25 % dan belanja bahan/material

sebesar 75 %.

Sedangkan untuk kegiatan sosialisasi, pembinaan, monitoring

dan evaluasi dibiayai dari dana pendamping/sharing yang

berasal dari APBD I atau APBD II.

Page 14: pp irigasi 6

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2008

21

III. INDIKATOR KINERJA

Indikator kinerja dari kegiatan ini meliputi: keluaran, hasil,

manfaat, dan dampak. Uraian rinci dari indikator kinerja

disajikan sebagai berikut :

A. Keluaran (Output)

Terehabilitasinya jaringan irigasi tingkat usahatani

(JITUT) seluas 103.174 Ha (31 Propinsi, 210 kabupaten)

/jaringan irigasi desa (JIDES) seluas 44.800 (30 propinsi,

178 kabupaten).

B. Hasil (Outcome)

Berfungsinya jaringan irigasi tingkat usaha tani

(JITUT)/jaringan irigasi desa (JIDES) untuk mendukung

pengembangan pertanian.

C. Manfaat (Benefit)

• Meningkatnya fungsi layanan jaringan irigasi tingkat

usaha tani/desa.

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2008

22

• Meningkatnya produktivitas akibat peningkatan

IP/perluasan areal tanam.

D. Dampak (Impact)

Meningkatnya pendapatan petani di lokasi rehabilitasi

jaringan irigasi desa (JIDES)/jaringan irigasi tingkat

usahatani (JITUT).

Page 15: pp irigasi 6

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2008

23

IV. MONITORING DAN EVALUASI

A. Monitoring

a. Monitoring dilaksanakan oleh Dinas Pertanian

Propinsi dan kabupaten secara swakelola

b. Monitoring dilaksanakan oleh Dinas Pertanian

propinsi dan kabupaten sesuai dengan tahapan

pelaksanaan kegiatan di masing-masing lokasi.

Tahapan kegiatan ini mengacu pada jadwal

pelaksanaan kegiatan. Sebagai contoh diberikan

jadwal pelaksanaan kegiatan JITUT/JIDES TA.

2008. (lampiran 1)

B. Pelaporan

a. Dinas pertanian kabupaten selaku pelaksana

kegiatan wajib menyampaikan laporan pelaksanaan

rehabilitasi/perbaikan jaringan irigasi desa

(JIDES)/jaringan irigasi tingkat usaha tani (JITUT).

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2008

24

b. Laporan yang disampaikan adalah berupa laporan

perkembangan pelaksanaan kegiatan dan laporan

akhir.

c. Laporan perkembangan disampaikan setiap bulan

atau triwulan yang melaporkan realisasi fisik dan

keuangan kegiatan rehabilitasi/perbaikan jaringan

irigasi desa (JIDES)/jaringan irigasi tingkat usaha

tani (JITUT) sebagaimana lampiran 2.

d. Laporan akhir berisikan laporan pelaksanaan

kegiatan, mulai dari SID sampai dengan pelaksanaan

konstruksi. Agar laporan lebih informatif dan

komunikatif, maka laporan dilengkapi dengan foto-

foto dokumentasi yang menggambarkan sebelum

konstruksi (0%), sedang konstruksi (50%) sampai

dengan konstruksi selesai (100%). Format laporan

akhir sebagaimana lampiran 3.

e. Laporan perkembangan dan laporan akhir

disampaikan kepada Kepala Dinas Pertanian propinsi

yang bersangkutan dan kepada Direktur Jenderal

Pengelolaan Lahan dan Air c.q. Direktur Pengelolaan

Air dengan alamat Direktorat Pengelolaan Air, Jl.

Taman Margasatwa No. 3 Ragunan Pasar Minggu,

Jakarta Selatan.

Page 16: pp irigasi 6

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2008

25

C. Evaluasi

Evaluasi dilakukan pada akhir tahun, dimulai pada

tahun 2008. Evaluasi ini dilakukan terhadap hasil

(outcome) dan manfaat (benefit) kegiatan

rehabilitasi jaringan irigasi tingkat usaha tani

(JITUT)/jaringan irigasi desa (JIDES) yang dapat

berupa adanya peningkatan indeks pertanaman dan

produktivitas serta peningkatan pendapatan petani di

lokasi rehab jaringan tersebut.

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2008

26

Lampiran 1

JADWAL PELAKSANAAN

KEGIATAN JITUT/JIDES TA. 2008

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 Sosialisasi

2 Penyampaian Proposal

3 Persetujuan Proposal

4 SID

- Survey Investigasi (CP/CL)

- Desain (Rancangan Teknis Sederhana)

5 Kontruksi

- Persiapan

- Transfer Dana Ke Rekening Kelompok

- Pelaksanaan Padat Karya

6 Pengawasan

7 Monitorng dan evaluasi

8 Penyusunan Laporan

No. KegiatanBulan

Page 17: pp irigasi 6

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2008

27

Lampiran 2

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2008

28

Lampiran 3

OUTLINE LAPORAN AKHIR I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Tujuan dan Sasaran

II. PELAKSANAAN

A. Masukan

B. Lokasi

C. Tahap Pelaksanaan

D. Permasalahan

E. Pemecahan Masalah

III. HASIL

IV. MANFAAT

V. DAMPAK

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

Page 18: pp irigasi 6

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2008

29

Lampiran 4

KETENTUAN TEKNIS

A. Survei Investigasi dan Disain (SID).

• Pengumpulan data hidrometeorologi

Parameter-parameter hidrometeorologi yang penting

untuk perancangan jaringan irigasi antara lain:

evapotranspirasi (didapat dari perhitungan empiris

melalui Panci kelas A atau menggunakan data iklim

yang meliputi: kecepatan angin, penyinaran matahari,

suhu, kelembaban relatif yang dihitung dengan

metoda Penman Monteith), curah hujan (curah hujan

efektif, curah hujan lebih/ excess rainfall), debit

puncak dan debit andalan. Parameter-parameter

tersebut akan terkait dengan kebutuhan air tanaman,

kebutuhan air irigasi, ukuran dan kekuatan bangunan-

bangunan irigasi yang harus dibuat, luas areal

potensial dan actual yang bisa diairi.

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2008

30

• Pengukuran situasi dan topografi.

Pengukuran situasi dan topografi yang dilakukan

tergantung dari pekerjaan konstruksi yang akan

dilakukan. Bila dalam rehabilitasi yang akan

dilakukan menyangkut pembuatan/ peninggian

mercu bendung sehingga akan berpengaruh

terhadap luas areal yang diairi pengukuran situasi

dan topografi dilakukan untuk seluruh areal proyek

yang akan dilayani. Tetapi bila sifatnya hanya

normalisasi saluran, rehabilitasi/ mengembalikan

kepada bentuk semula/ lining pengukuran dilakukan

sesuai kebutuhan untuk pembuatan disain dan

perhitungan anggaran biaya. Untuk yang lengkap,

peta yang dihasilkan dengan skala 1 : 2.000, dengan

memuat saluran dan bangunan yang telah ada,

batas wilayah administrative, tata guna lahan

(sawah, tegalan, kampung, kuburan), vegetasi

utama, kondisi tanah misalnya berpasir, lempung,

dan sebagainya. Interval garis kontour yang dibuat

adalah sebagai berikut: pada tanah datar < 2 % -

0,5 m, tanah berombak dan landai 2 – 5 % - 1 m,

Page 19: pp irigasi 6

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2008

31

berbukit-bukit 5 – 20 % - 2 m, dan bergunung-

gunung > 20 % - 5 m.

Sedangkan untuk pengukuran calon lokasi bendung,

saluran dan bangunan-bangunan lainnya harus

dilakukan secara detil di lokasi tersebut dan

sekitarnya. Skala peta untuk lokasi bendung dibuat 1

: 200. Sedangkan untuk saluran: peta trase saluran

dan profil memanjang dengan skala 1 : 2.000, dan

untuk vertikal 1 : 100. Untuk bangunan-bangunan

lainnya dengan skala 1 : 100.

• Penyelidikan geoteknik

Karena bangunan irigasi yang harus dibangun

skalanya relatif kecil, maka penyelidikan geoteknis

tidak perlu dilakukan, tetapi cukup mengambil data/

informasi terkait dari lokasi terdekat.

• Peta desain.

Berdasarkan data dan informasi diatas selanjutnya

dilakukan pembuatan rancangan disain dari jaringan

irigasi yang ada. Dalam disain yang dibuat harus

memuat: peta situasi dan topografi dari seluruh areal

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2008

32

proyek; peta penyebaran titik-titik tetap

(benchmark)/ patok beton; peta tata letak jaringan

irigasi termasuk pembagian petak-petak tersier,

subtersier, kwarter, dsb; peta skema irigasi; peta

skema bangunan; gambar disain dari bendung,

saluran dan bangunan (boks bagi, gorong-gorong,

talang, siphon, terjunan, serta bangunan pelengkap

(tempat mandi ternak, tangga, dsb) yang akan

dibangun; peta trase saluran; peta profil memanjang

dan melintang dari bangunan yang dibuat;

perhitungan teknis disain dari saluran dan bangunan

yang dibuat; debit dan luas areal yang diairi; pola

tanam; kalender pertanaman; dan pola pergiliran

yang akan dilaksanakan; serta rencana anggaran

biaya. Dalam perhitungan rencana anggaran biaya

(RAB) tersebut dilengkapi pula dengan perhitungan

volume pekerjaan, harga satuan biaya berdasarkan

SK Bupati setempat pada tahun yang bersangkutan.

Pengukuran, kelengkapan informasi dan peta desain

yang dibuat agar disesuaikan dengan kebutuhan dan

dana yang tersedia.

Page 20: pp irigasi 6

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2008

33

B. Kriteria Saluran dan Bangunan Irigasi

Bangunan yang direhab/ ditingkatkan antara lain meliputi:

pengambilan bebas (free intake), bendung, saluran

pembawa/ pembuang, pintu air, boks bagi, bangunan

terjun, siphon, bangunan pelimpas, dsb tergantung dari

kebutuhan masing-masing lokasi.

1). Bangunan Utama

Pengambilan bebas

Rehabilitasi jaringan irigasi desa untuk

bangunan pengambilan bebas dapat berupa

perbaikan pengambilan bebas yang ada

maupun rehabilitasi dan peningkatan menjadi

bendung. Dalam hal perbaikan bangunan

masih mempertahankan bangunan

pengambilan bebas yang ada, maka bangunan

pengambilan bebas tersebut harus memenuhi

kriteria sebagai berikut:

Bangunan yang ada harus cukup stabil dan

kuat untuk menahan tekanan air yang ada.

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2008

34

Bangunan tersebut harus mampu

mengalirkan air sedemikian rupa sehingga

dapat memenuhi kebutuhan pertanaman

baik pada musim hujan maupun kemarau.

Konstruksi bangunan diupayakan dapat

mencegah masuknya kotoran dan sedimen

yang dapat menyebabkan terjadinya

pendangkalan saluran dan perlambatan

kecepatan aliran.

Untuk mengarahkan aliran air sungai

masuk kebangunan pengambil bebas perlu

dipasang bangunan pengarah arus (krib).

Bendung

Sedangkan kriteria yang harus dipenuhi untuk

konstruksi bendung adalah sebagai berikut:

Cukup stabil dan kuat untuk menahan tekanan

air, sedangkan konstruksinya dihitung

berdasarkan disain kriteria yang berlaku.

Page 21: pp irigasi 6

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2008

35

Dapat menahan bocoran-bocoran yang

disebabkan oleh aliran sungai itu sendiri dan

aliran air yang meresap kedalam tanah.

Tinggi mercu/ ambal bendung harus memenuhi

tinggi air minimal yang diperlukan untuk

seluruh daerah pengaliran.

Spillway/ peluap bendung harus berbentuk

sedemikian rupa sehingga air dapat membawa

material (pasir, kerikil, batu, kayu) kebelakang

(sebelah hilir) bendung dengan tidak

menimbulkan kerusakan yang berarti pada

bendung yang bersangkutan.

Muka air terbendung pada waktu banjir harus

serendah mungkin, sehingga bila dananya

memungkinkan perlu dibuat konstruksi pintu

pembilas/ penguras.

Dalam hal bendung yang akan dibuat berupa

bronjong (susunan atau tumpukan bronjong kawat

diisi batu kali) maka harus memenuhi ketentuan

sebagai berikut:

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2008

36

Lebar sungai maksimum yang dibendung 15 m.

Ukuran bronjong: panjang tubuh/ bentang

bendung terbatas 10 – 15 m, tinggi dari dasar

sungai kurang dari 2 m, lebar mercu (bagian

atas tubuh) bendung minimum 2 m, panjang

lantai hilir minimum 3 m.

Ikatan antara bronjong lantai hilir ke tubuh

bendung harus merupakan ikatan engsel

(dapat dibuat dengan melilitkan kawat pengikat

dengan diameter 3 mm sepanjang salah satu

sisi bronjongnya).

Pangkal bendung yang merupakan tumpuan

tubuh bendung ke tebing sungai harus masuk

kedalam tebing sungai minimum 2 m.

Panjang sayap hilir bendung harus lebih besar

dari panjang lantainya, sedangkan sayap udik

dibuat sampai ke mulut bangunan pengambilan

(intake).

Page 22: pp irigasi 6

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2008

37

2). Jaringan Irigasi Tingkat Usaha Tani

Air irigasi selalu mengalir melalui bangunan bagi

atau pintu sadap dari saluran primer atau sekunder

(jaringan utama) ke jaringan irigasi tingkat

usahatani, dan kemudian ke petak lahan (sawah)

untuk mengairi tanaman. Letak penempatan

bangunan-bangunan sadap atau bagi di dalam

jaringan utama sangat penting untuk tata letak

jaringan tingkat usahatani. Namun pada jaringan

irigasi desa, dimana luas arealnya relatif lebih

sempit, setelah air keluar dari bangunan sadap/

pengambilan, selanjutnya dialirkan ke jaringan

utama yang ukurannya relatif kecil/ setara dengan

jaringan tingkat usaha tani.

Oleh karena itu, pada daerah irigasi desa setelah air

keluar dari bangunan sadap utama (dari bendung/

pengambilan bebas), selanjutnya dialirkan ke

jaringan tingkat usaha tani.

Pada prinsipnya, jaringan pembawa tingkat

usahatani adalah untuk menyediakan air untuk tiap

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2008

38

petak usahatani dari saluran kuarter. Dalam keadaan

khusus seperti kemiringan lahan yang amat curam

dan petak-petak lahan yang tidak teratur, dimana air

irigasi sulit untuk disediakan langsung dari saluran-

saluran, maka irigasi dari petak ke petak dapat

digunakan.

Agar pengoperasian irigasi bisa lebih efektif, jaringan

pembawa tingkat usahatani biasanya dibuat secara

terpisah dari jaringan pembuang. Namun dibeberapa

wilayah dimana musim kering dan hujan terpisah

secara nyata, dengan curah hujan yang terbagi rata

dimusim hujan dan keadaan drainase sangat baik,

maka jaringan pembawa dan pembuang dapat

digabungkan menjadi satu. Hal ini dapat dilakukan

apabila pengaturan demikian itu tidak akan

mempengaruhi pengelolaan air tingkat usahatani

serta pembuangan kelebihan air dari petak-petak

usahatani.

Prinsip-prinsip dasar untuk tata letak jaringan tingkat

usahatani dapat diuraikan sebagai berikut ini :

Page 23: pp irigasi 6

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2008

39

Tata letak pada lahan miring

Pada lahan yang miring biasanya saluran-

saluran tersier dibuat hampir sejajar dengan

garis-garis tinggi (kountur), dan saluran-

saluran kuarter diletakkan melintang terhadap

garis-garis kountur, sehingga dapat dikurangi

jumlah bangunan di saluran-saluran kuarter

agar dapat lebih baik mencapai petak-petak

sawah.

Tata letak di areal yang datar

Di areal yang datar biasanya saluran-saluran

tersier ditata letakkan melintas garis-garis

tinggi, dan saluran-saluran kuarter diletakkan

hampir sejajar terhadap garis-garis tinggi

(kountur) dengan derajat kemiringan yang

layak. Dengan pengaturan ini tampang-

melintang saluran-saluran tersier akan menjadi

lebih kecil untuk mengurangi biaya

pembangunannya; dan saluran-saluran kuarter

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2008

40

akan lebih mudah mencapai petak-petak

usahatani.

Panjang saluran-saluran

Saluran pembawa tersier

Saluran tersier harus diupayakan sependek

mungkin untuk mengurangi kehilangan air

sepanjang penyaluran. Panjang saluran

tersier untuk 1 hektar areal irigasi

seyogyanya jangan melebihi 25 meter.

Saluran pembawa kuarter

Saluran kuarter harus dibuat ke petak

terakhir blok kuarter. Panjang seluruhnya

dari bangunan bagi tersier sampai ke

ujung kuarter sebaiknya tidak lebih dari

600 meter.

Pengaturan jarak antara saluran-saluran

Jarak antara saluran-saluran kuarter biasanya

dibuat 160 meter sampai 240 meter di areal-

areal datar untuk jaringan tulang ikan. Pada

Page 24: pp irigasi 6

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2008

41

lahan yang miring atau bergelombang,

pengaturan jarak antara saluran-saluran

kuarter ditentukan menurut apa yang

dimungkinkan oleh topografi.

Beda tinggi (Head) di dalam jaringan

Beda tinggi (Head) di dalam Jaringan harus

direncanakan dengan hati-hati. Jika tidak

cukup terdapat beda tinggi (Head) didalam

saluran, tidak akan mungkin memberikan air

irigasi kepada seluruh areal yang dilayani.

Biasanya, permukaan air di saluran, dari mana

air irigasi direncanakan untuk disalurkan ke

suatu petak usahatani, harus 15 cm lebih tinggi

daripada permukaan petak tersebut.

Di areal-areal datar, perencanaan penampang

memanjang saluran harus dilakukan dengan

mengurangi kehilangan beda tinggi permukaan

air di dalam jaringan saluran, sehingga dapat

dipertahankan adanya beda tinggi permukaan

air di dalam saluran-saluran, namun demikian

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2008

42

kecepatan aliran air didalamnya juga tidak

boleh terlalu lambat karena dapat

menimbulkan masalah pengendapan

(sedimentasi).

Kriteria perencanaan saluran:

1). Saluran irigasi tersier

a). Kapasitas saluran harus tidak kurang

dari pada kebutuhan maksimum

irigasi, yaitu 1,5 l/det/ha sebagai

rata-rata; kapasitas sepanjang

saluran-saluran tersier adalah lebih

baik sama.

b). Kecepatan 0,2 sampai 0,6 m/det

(saluran tanah).

c). Lebar minimum dasar saluran 0,35

m.

d). Jagaan (Free board) 0,3 sampai 0,5

m.

Page 25: pp irigasi 6

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2008

43

e). Miring talud 1 : 1 sampai 1 : 1,5

tergantung keadaan tanah.

f). Lebar puncak tanggul 0,4 m sampai

0,7 m.

2). Saluran irigasi kuarter

a). Kapasitas saluran-saluran.

Arus air tidak kurang dari pada

kebutuhan maksimum irigasi (terkait

dengan pergiliran irigasi), yaitu 2,0

l/det/ha sebagai rata-rata, dan

minimum adalah 1,5 l/det/ha

b). Kecepatan 0,25 sampai 0,60

m/det.

c). Lebar minimum dasar saluran 0,20

m.

d). Jagaan (Free board) 0,20 m.

e). Miring talud 1 : 1 atau 1 : 1,5

tergantung keadaan tanah.

f). Lebar puncak tanggul 0,3 m. Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2008

44

Tata letak bangunan pelengkap

1). Bangunan Boks Bagi (Division box)

Bangunan ini harus dipasang di tempat

percabangan saluran tersier ke saluran

kuarter sesuai dengan persyaratan irigasi.

Ini dapat dibangun dari pasangan batu,

beton cetakan, dan sebagainya dan balok

sekat dapat dibuat dari bahan kayu atau

besi.

2). Bangunan Terjun (Drop structure)

Bangunan ini adalah untuk mengatur

kemiringan dasar saluran dan permukaan

air di saluran-saluran. Ini dapat dibangun

tergabung dengan bangunan bagi.

Umumnya digunakan bahan dari tembok,

kayu, bambu, tumpukan batu, dan

sebagainya untuk membuatnya. Di dalam

jaringan pembawa usahatani, perbedaan

ketinggian antara sebelah hulu dan

Page 26: pp irigasi 6

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2008

45

sebelah hilir terhadap bangunan-

bangunan tersebut (tinggi bangunan

terjun) adalah dari 0,6 sampai 1,5 meter.

3). Talang (Flume)

Talang, suatu bagian saluran diatas tanah

dibangun ditempat dimana saluran

pembawa melintasi saluran pembuang

yang besar. Di dalam merencanakan, jika

tidak perlu benar, sebaiknya jangan

menggunakan talang, karena biayanya

cukup mahal dan sulit pembuatannya.

Biasanya di buat dari kayu, pasangan,

beton, dan sebagainya.

4). Bangunan Lintasan

Bangunan lintasan, gorong-gorong dan

siphon biasanya dibuat pada persilangan

sebuah saluran dengan sebuah jalan,

atau sebuah saluran pembawa yang

harus diletakan di jalan darat atau jalan

air. Untuk menghemat biaya, bila

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2008

46

mungkin menggunakan gorong-gorong

daripada siphon. Biasanya digunakan pipa

prefabrikasi untuk pembangunannya,

pasangan beton, dan sebagainya.

5). Bangunan Akhir

Bangunan ini dibuat di bangunan ujung

terakhir saluran dan dimaksudkan untuk

melepaskan kelebihan air kedalam

saluran pembuang. Pasangan batu, kayu,

dan sebagainya, lebih disukai untuk

pembangunannya.

6). Alat Ukur Air

Alat-alat ukur diperlukan untuk mengukur

debit air irigasi yang dilepaskan dari satu

saluran ke saluran lain. Ada berbagai alat

dari bentuk yang rumit sampai pada yang

demikian sederhananya seperti mistar

yang diberi skala ukuran.

Page 27: pp irigasi 6

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2008

47

Perkiraan kuantitas pekerjaan teknis

Kuantitas pekerjaan teknik suatu rencana pembangunan

irigasi harus dihitung dengan perkiraan sampai pada

desain teknik terakhir. Angka-angka berikut ini dapat

digunakan oleh para teknisi untuk secara kasar dan cepat

memperkirakan kuantitas bahan dan tenaga manusia

yang diperlukan pada tahap pendahuluan.

1). Saluran pembawa tersier

Diperlukan sekitar 15 sampai 25 meter untuk 1

hektar areal irigasi. (15 – 25 m/ha).

2). Saluran pembawa kuarter

Diperlukan sekitar 40 sampai 60 meter untuk 1

hektar areal irigasi. (40 – 60 m/ha).

3). Bangunan bagi

Bangunan bagi ini diperlukan pada segenap

percabangan saluran tersier. Jadi terdapat kira-kira 1

bangunan untuk 10 hektar.

4). Bangunan terjun

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2008

48

Jumlahnya tergantung pada kemiringan areal lahan

di lapangan, dan sangat berbeda dari satu areal ke

areal yang lain. Di tempat yang datar mungkin tidak

diperlukan sama sekali, akan tetapi di medan yang

terjal, untuk 1 hektar dapatlah dibangun lebih dari

10 bangunan terjun. Kemiringan lahan rata-rata

dapat digunakan sebagai indikator untuk perkiraan

indikasi kira-kira jumlah bangunan terjun yang

dibutuhkan didalam suatu hektar areal irigasi.

Sebagai contoh, jika kemiringan rata-rata lahan

adalah 10 %, maka hal itu secara kasar menunjukan

bahwa 1 hektar memerlukan 10/2 = 5 bangunan

terjun (5 buah/ha).

5). Talang

Jumlah talang didalam jaringan pembawa tingkat

usahatani biasanya sedikit sekali. Apabila tidak perlu

benar, tidak akan ada talang didalam daerah irigasi

tersebut.

6). Bangunan Lintasan

Page 28: pp irigasi 6

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2008

49

Bangunan lintasan ini biasanya diperlukan didalam

jaringan pembawa tingkat usahatani. Biasanya

gorong-gorong diperlukan lebih banyak daripada

siphon. Sebagai perkiraan kasar adalah sekitar satu

bangunan lintasan untuk 20 ha areal irigasi (satu

buah/20 ha).

7). Bangunan akhir

Pada ujung terakhir setiap saluran kuarter biasanya

terdapat sebuah bangunan akhir. Dilahan terjal

untuk 10 ha harus ada kira-kira satu buah (satu

buah/10 ha). Akan tetapi di areal datar, mungkin

tidak akan perlu membangun satupun bangunan

akhir, karena saluran pembawa sangat datar.

Meninggikan air didalam bagian terakhir saluran

dapat dicapai dengan membendung saluran dengan

tanah atau batu sehingga tidak ada masalah erosi di

ujung terakhir saluran kuarter.

8). Alat ukur air

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2008

50

Pada ujung awal setiap saluran tersier diperlukan

sebuah alat ukur air. Jumlah yang diperlukan sekitar

1 unit alat ukur per 100 ha.

Dari hal tersebut diatas, misalnya, bila daerah irigasi desa

seluas 100 ha dan kemiringan rata-rata 5 % , maka

perkiraan jumlah pekerjaan-pekerjaan teknis irigasi,

dengan menggunakan angka-angka terbesar pada pokok-

pokok diatas, adalah sebagai berikut.

1). Saluran pembawa tersier = 25 m x 100 ha =

2500 m

2). Saluran pembawa kuarter = 60 m x 100 ha = 6000

m

3). Bangunan bagi = 1 x 100/10 = 10 buah

4). Bangunan terjun = 5/2 x 100 = 250 buah

5). Talang, sesuai dengan desain teknis terakhir.

6). Bangunan lintas = 1 x 100/20 = 5 buah

7). Bangunan akhir = 1 x 100/10 = 10 buah

8). Alat ukur air = 1 x 100/100 = 1 buah

Page 29: pp irigasi 6

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2008

51

Tata letak jaringan pembuang tingkat usaha tani.

Jaringan tingkat usahatani direncanakan sesuai dengan

keadaan topografi, dengan saluran-saluran pembuang

alami dan buatan yang sudah ada. Pada umumnya

jaringan pembuang tingkat usahatani ditataletakkan

terpisah dari jaringan pembawa untuk tercapainya

pengoperasian yang efektif. Akan tetapi di areal-areal

khusus tertentu, jaringan pembuang dapat disatukan

dengan jaringan pembawa, apabila pengaturan secara

demikian tidak akan mempengaruhi efisiensi pengelolaan

air.

Prinsip-prinsip tataletak.

1). Saluran pembuang tingkat usahatani, umumnya

terdiri dari saluran pembuang tersier dan kuarter.

Saluran-salluran tersebut direncanakan, dan dalam

kebanyakan hal dijadikan batas-batas blok tersier/

Daerah Irigasi Desa dan kuarter yang bersangkutan.

2). Saluran pembuang kuarter ditataletakkan diantara

blok-blok irigasi kuarter. Saluran tersebut dapat

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2008

52

terbentang sejajar dengan jalan usahatani, saluran

atau kuarter, atau lembah-lembah cekungan.

3). Pengaturan jarak antara saluran kuarter tergantung

pada luas petak-petak usahatani dan blok-blok irigasi

sesuai dengan kondisi curah hujan dan aliran

permukaan. Sebaliknya, saluran-saluran tersier dan

kuarter menentukan ukuran blok tersier dan kuarter.

Hubungan pengaruh timbal balik ini harus ditangani

secara hati-hati oleh para perancang desain.

Kriteria disain saluran pembuang.

• Tingkat aliran permukaan

Hal ini tergantung pada intensitas curah hujan dan

keadaan lapangan. Biasanya 60 % dari hujan harian

dengan frekuensi 5-10 tahun dianggap sebagai

tingkat aliran permukaan.

• Kecepatan dari 0,2 sampai 0,6 meter/detik (selokan

tanah).

• Lebar dasar minimum selokan 0,3 meter.

• Jaringan minimum 0,2 meter.

Page 30: pp irigasi 6

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2008

53

• Miring talud 1 : 1 atau 1 : 1,5 tergantung pada

keadaan tanah dan dalamnya selokan.

Tata letak bangunan pelengkap pada jaringan

pembuang.

1). Bangunan terjun

Desain dan konstruksi bangunan terjun adalah sama

dengan yang ada pada jaringan pembawa.

Bangunan tersebut dapat dibangun tergabungkan

dengan bangunan pengumpul.

2). Bangunan lintasan

Bangunan lintasan pada jaringan pembuang tingkat

usahatani/ jaringan irigasi desa hanyalah berupa

gorong-gorong, yang dibangun pada tempat

persilangan saluran pembuang dengan jalan atau

saluran pembuang dengan saluran pembawa untuk

sebuah saluran pembuang yang hendak dilewati di

bawah sebuah jalan atau saluran pembawa.

Sebaiknya digunakan sedikit mungkin bangunan

lintasan untuk menghemat biaya. Bahan-bahan yang

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2008

54

digunakan untuk pembangunannya adalah sama

dengan yang terdapat di jaringan pembawa.

3). Bangunan pengumpul, bangunan pengeluaran dan

bangunan pelindung.

Bangunan pengumpul terdapat pada tempat

pertemuan pembuang kuarter dengan pembuang

tersier, dan bangunan pengeluaran pada pembuang

tersier melepaskan air kedalam jaringan pembuang

utama atau saluran alami; demikian pula biasanya

dibutuhkan pekerjaan-pekerjaan pelindung tebing

didekat bangunan-bangunan atau pada tikungan-

tikungan tajam karena debit jaringan pembuang

biasanya lebih besar dari pada debit jaringan

pembawa.

Perkiraan kuantitas pekerjaan teknis.

Kuantitas pekerjaan teknis jaringan pembuang yang

diperlukan di dalam suatu rencana pembangunan irigasi

(Daerah irigasi desa) harus sesuai dengan desain teknis

terakhir. Angka-perkiraan kasar kuantitas bahan dan

Page 31: pp irigasi 6

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2008

55

tenaga manusia yang diperlukan pada tahap

pendahuluan.

1). Saluran pembuang tersier

Saluran pembuang tersier berguna sebagai batas

blok tersier/ Daerah Irigasi Desa Saluran ini

umumnya lebih panjang dari pada saluran pembawa

tersier yaitu sebesar 20 – 35 m untuk 1 ha (20 – 35

m/ha).

2) Saluran pembuang kuarter

Jumlah panjang Saluran pembuang kuarter biasanya

hampir sama dengan jumlah untuk saluran pembawa

kuarter, yaitu sekitar 40 – 60 m untuk 1 ha (40 – 60

m/ha).

3) Bangunan terjun

Jumlah bangunan terjun yang diperlukan tergantung

pada kemiringan lahan. Persentase kemiringan rata-

rata lahan dapat digunakan untuk memperkirakan

jumlah bangunan terjun tersebut.

4) Bangunan lintasan

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2008

56

Jumlah bangunan lintasan pada jaringan pembuang

tingkat usahatani tergantung pada tataletak jaringan

tingkat usahatani. Disarankan agar untuk perkiraan

kasar sebaiknya digunakan jumlah yang sama

seperti didalam jaringan pembawa, yaitu sebuah

bangunan lintasan didalam 20 ha (1 buah/20ha).

5) Bangunan pengumpul, bangunan pengeluaran dan

kerjaan pelindung. Tergantung pada debit, tanah

dan tataletak jaringan.

Dari uraian di atas, misalnya, bila luas suatu daerah

irigasi desa adalah 100 ha, dan kemiringan rata-rata

lahan 5 %, maka jumlah pekerjaan teknis drainase

dengan menggunakan angka terbesar pokok-pokok

tersebut diatas adalah sebagai berikut :

1) Saluran pembuang tersier = 35 m x 100 ha =

3500 m

2). Saluran pembuang kuarter = 60 m x 100 ha = 6000

m

3). Bangunan terjun = 5/2 x 100 = 250 buah

4). Bangunan lintasan = 1 x 100 ha/20 = 5 buah

Page 32: pp irigasi 6

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2008

57

5). Bangunan pengumpul, bangunan pengeluaran,

kerjaan pelindung tergantung pada keperluan.

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2008

58

Lampiran 5

SALURAN/TALANG FEROSEMEN

I. Umum

Saluran/talang ferosemen digunakan sebagai salah satu

bahan pelapisan untuk saluran tersier yang desain muka

airnya lebih tinggi atau pada bangunan perlintasan yang

strukturnya melintang dari aliran pada saluran air. Talang

besi semen terdiri dari tiang penguat, kawat ayam dan

adukan yang sangat tipis dari dasar kanal. Untuk itu,

tingkat kualitas kontrol yang tinggi sangat diperlukan

bagi pelaksana (kontraktor) dalam pemilihan bahan dan

pabrikasi seperti dalam pemilihan bahan untuk kawat

ayam dan jumlah yang tepat dalam pencampuran,

pemeliharaan dan pemlesteran.

II. Bahan-bahan

1. Semen

Semen sebaiknya memenuhi ASTM C 150-85a dan

ASTM C-595-85 atau standar yang setara dengan itu.

Page 33: pp irigasi 6

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2008

59

2. Pasir

Pasir sebaiknya sesuai dengan syarat ASTM C 33-86

atau standar yang sama dan butirannya kasar. Pasir

harus bersih dan tidak tercampur dengan bahan

kimia dan organik yang mengotori serta bebas dari

lumpur dan tanah liat.

Tingkatan pasir harus disesuaikan dengan

persentase pasir yang lolos berdasarkan berat :

Ukuran lubang saringan Standar US

Persentase pasir yang lolos berdasarkan berat

No. 8 (2,36 mm) 80 – 100 No. 16 (1,18 mm) 50 – 85 No. 30 (0,60 mm) 25 – 60 No. 50 (0,30 mm) 10 – 30 No. 100 (0,15 mm) 2 - 10

3. Air

Air harus bersih, segar, dapat diminum dan bebas

dari bahan organik, minyak, gula, klorida dan asam,

pH air sebaiknya lebih dari ( >7 ), dan tidak

mengandung air garam.

4. Campuran (adonan)

Bahan campuran digunakan untuk mengurangi

permeabilitas dan memperbaiki tingkat kedap air. Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2008

60

Campuran konvensional bisa mengurangi tingkat air

yang tinggi harus sesuai dengan ASTM C 494-86.

5. Tiang penguat

Tiang penguat untuk besi – semen terbuat dari tiang

baja berdiameter 6 mm dengan kualitas yang baik.

6. Kawat Ayam

Umumnya jenis dan ukuran dari kawat baja antara

lain kawat besi berlapis seng, jalinan kawat ayam

ataupun kawat bentuk jajaran genjang dapat

digunakan. Semua kawat ayam harus sesuai dengan

standar kualitas SII atau dengan standar lain yang

setara. Kawat ayam harus bebas dari bahan organik,

lemak, minyak, korosi dan bahan lain yang

mengurangi kekuatan adhesifnya.

III. Pabrikasi

1. Umum

Hal yang paling penting dari pabrikasi adalah tingkat

pengendalian mutu yang tinggi. Kegiatannya meliputi

menyiapkan dan memasukkan tahapan pabrikasi

Page 34: pp irigasi 6

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2008

61

antara lain; tempat pabrikasi, metode pelatihan

pabrikasi, sistem kualitas kontrol, sistem persediaan,

metode transportasi, metode instalasi dan jadwal

instalasi. Jadwal instalasi diajukan pada pengawas

(ahli teknik) untuk mendapatkan persetujuan dalam

waktu 30 hari sebelum dimulainya pabrikasi.

2. Pencampuran adukan (adonan)

Pencampuran adukan dapat menggunakan pengaduk

dengan mata pisau spiral atau kincir di dalam drum

yang seimbang atau alat lain untuk mencampur

adonan. Semua peralatan mengaduk dan alat

transportasi pemuat adukan harus dibersihkan dan

bebas dari bahan yang mengotori. Adukan dicampur

dalam jumlah yang sesuai untuk satu proses

pemlesteran dan proses pengaturan suhu kembali.

Proporsi campuran ferosemen yaitu :

Rasio Semen – Pasir (dalam berat) = 1 : 2

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2008

62

Air dalam proses pencampuran harus tepat beratnya

untuk mengontrol rasio air – semen. Rasionya

yaitu :

Rasio Air – Semen (dalam berat) = 35%

sampai dengan 50%

Rasio air dan semen harus serendah mungkin dan

slump tidak lebih dari 6 cm. Kepadatan adukan

dibuat dengan menggunakan tes silinder 75 x 150

mm yang sesuai dengan ASTM C39-86.

3. Pemasangan Tiang Baja dan Kawat Ayam

Besi-semen harus dipasang sesuai dengan gambar

atau arahan dari pengawas (Ahli Teknik).

Pemasangan tiang baja dan kawat harus diatur agar

kuat. Pemasangan baja harus bersih dari debu, sisa

cat, minyak atau bahan lain. Kawat harus dipasang

dengan jarak sedekat mungkin. Pemasangan tiang

harus dilas untuk menjaga bentuknya selama

pemasangan adukan. Kawat ayam dijalin paling tidak

10 cm.

Page 35: pp irigasi 6

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2008

63

4. Pemasangan Adukan (Pemlesteran)

Kegiatan ini dapat berupa menyiapkan dan

mengajukan program pelatihan pabrikasi terutama

penjelasan mengenai proses pemlesteran dengan

tangan ke Ahli Teknik untuk mendapatkan

persetujuan dan harus bersih dari bahan yang

mengotori sebelum dilakukan pemlesteran.

Pemlesteran dengan tangan dan pemlesteran harus

dilakukan 1 jam setelah pencampuran. Penambahan

plester harus dilakukan setelah 1 jam sesudah

pemlesteran pertama. Penyelesaian harus menjamin

bisa menutup seluruh permukaan besi-semen sampai

dengan kawat ayam yang terakhir.

5. Perawatan/Pemeliharaan

Pabrikasi semen-besi harus dijaga kelembabannya.

Kontraktor harus melakukan sistem perawatan

termasuk di dalamnya fasilitas dan metode operasi

yang mendapatkan persetujuan dari Ahli Teknik.

Metode pemeliharaan yang dianjurkan adalah

penggunaan alat pengembunan yang akan menahan

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2008

64

kelembaban atau dengan penggunaan 2 lapis karung

goni yang direndam dan dilapisi dengan

polyethylene. Pembasahan dimulai 3 sampai 4 jam

sesudah pemlesteran dan pembasahan dilakukan

selama paling sedikit 14 hari. Suhu harus dijaga agar

tidak lebih dari 10 ° C.

Page 36: pp irigasi 6

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2008

65

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2008

66

Page 37: pp irigasi 6

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2008

67

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2008

68

Page 38: pp irigasi 6

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2008

69

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2008

70

Page 39: pp irigasi 6

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2008

71

JARINGAN IRIGASI DESA KABUPATEN TASIKMALAYA

Page 40: pp irigasi 6

Lampiran 6

No Prop/Kab Luas JITUT (Ha) Keterangan

1 2 4 5

1 Prop. Jawa Barat 1 Bandung 300 2 Cianjur 750 3 Indramayu 3.750 4 Karawang 3.350 5 Subang 3.750 6 Kab. Tasikmalaya 500 7 Kota Bandung Barat 300 8 Kab Sukabumi 500 9 Cirebon 1.500

10 Bogor 250 11 Kota Cimahi 200

2 Prop. Jawa Tengah 12 Sragen 500 13 Sukoharjo 500 14 Pati 500 15 Kudus 500 16 Rembang 400 17 Magelang 400 18 Batang 500 19 Kebumen 1.000 20 Purworejo 500 21 Demak 2.000 22 Semarang 400 23 Klaten 600 24 Wonogiri 400 25 Karanganyar 400 26 Blora 600 27 Cilacap 2.500 28 Kendal 400 29 Pemalang 750 30 Purbalingga 1.000 31 Tegal 1.200 32 Jepara 500

3 Prop. DIY 33 Sleman 400 34 Gunung Kidul 200 35 Kulonprogo 1.000

4 Prop. Jawa Timur 36 Kab. Bangkalan 1.000 37 Kab. Banyuwangi 750 38 Kab. Blitar 500 39 Kab. Bojonegoro 500 40 Kab. Bondowoso 600

3

ALOKASI KEGIATAN REHAB. JITUT TA. 2008

Kabupaten

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2008

Page 41: pp irigasi 6

No Prop/Kab Luas JITUT (Ha) Keterangan

1 2 4 53

Kabupaten

41 Kab. Gresik 500 42 Kab. Jember 500 43 Kab. Jombang 500 44 Kab. Kediri 500 45 Kab. Lamongan 500 46 Kab. Lumajang 500 47 Kab. Madiun 400 48 Kab. Magetan 300 49 Kab. Malang 400 50 Kab. Mojokerto 400 51 Kab. Nganjuk 1.500 52 Kab. Ngawi 1.000 53 Kab. Pacitan 500 54 Kab. Pamekasan 200 55 Kab. Pasuruan 300 56 Kab. Ponorogo 200 57 Kab. Probolinggo 500 58 Kab. Sampang 200 59 Kab. Sidoarjo 250 60 Kab. Situbondo 300 61 Kab. Sumenep 200 62 Kab. Trenggalek 500 63 Kab. Tuban 300

5 Prop. NAD 64 Kab. Aceh Besar 300 65 Kab. Aceh Tenggara 300 66 Kab. Aceh Timur 300 67 Kab. Pidie 400

6 Prop. Sumatera Utara 68 Kab. Asahan 500 69 Kab. Dairi 500 70 Kab. Deli Serdang 500 71 Kab. Mandailing Natal 500 72 Kab. Simalungun 1.000 73 Kab. Tapanuli Selatan 500 74 Kab. Tapanuli Tengah 500 75 Kab. Tapanuli Utara 500 76 Kab. Toba Samosir 500 77 Kab. Pakpak Bharat 300 78 Kab. Humbang Hasundutan 200 79 Kab. Serdang Bedagai 650

7 Prop. Sumatera Barat 80 Kab. Lima Puluh Kota 500 81 Kab. Agam 300 82 Kab. Padang Pariaman 300 83 Kab. Pasaman 300 84 Kab. Pesisir Selatan 300 85 Kab. Sawah Lunto Sijunjung 250

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2008

Page 42: pp irigasi 6

No Prop/Kab Luas JITUT (Ha) Keterangan

1 2 4 53

Kabupaten

86 Kab. Solok 500 87 Kab. Tanah Datar 250 88 Kab. Dharmas Raya 500

8 Prop. Riau 89 Kab. Kampar 500 90 Kab. Rokan Hulu 400

9 Prop. Jambi 91 Kab. Batanghari 400 92 Kab. Bungo 300 93 Kab. Merangin 400 94 Kab. Sarolangun 400 95 Kab. Tebo 300

10 Prop. Sumatera Selatan 96 Kab. Lahat 300 97 Kab. Ogan Komering Ulu 300 98 Muara Enim 200 99 Musi Rawas 700

100 OKU Timur 750 101 Lubuk Linggau 200

11 Prop. Lampung 102 Kab. Lampung Barat 500 103 Kab. Lampung Tengah 500 104 Kab. Lampung Utara 400 105 Kab. Lampung Timur 500 106 Kab. Way Kanan 500 107 Kota Metro 300

12 Prop. Kalimantan Barat 108 Kab.Kapuas Hulu 250 109 Kota Singkawang 300

13 Prop. Kalimantan Tengah 110 Kab. Barito Selatan 300 111 Kab.Kotawaringin Timur 300 112 Kab. Lamandau 200

14 Prop.Kalimantan Selatan 113 Kab.Hulu Sungai Tengah 400 114 Kab. Kota Baru 500 115 Kab. Tabalong 300 116 Kab. Tanah Laut 400 117 Kab. Balangan 350 118 Kab. Tanah Bumbu 250 119 Kab.Hulu Sungai Selatan 750

15 Prop. Kalimantan Timur 120 Kab. Berau 300 121 Kab. Bulungan 300 122 Kab. Nunukan 500 123 Kab. Pasir 300

16 Prop. Sulawesi Utara 124 Kab. Bolaang Mangondow 500

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2008

Page 43: pp irigasi 6

No Prop/Kab Luas JITUT (Ha) Keterangan

1 2 4 53

Kabupaten

125 Kab. Minahasa 300 126 Kab. Kep. Talaud 300 127 Kab. Minahasa Utara 400 128 Kab. Minahasa Selatan 400

17 Prop. Sulawesi Tengah 129 Kab. Banggai 400 130 Kab. Toli-toli 400 131 Kab. Donggala 600 132 Kab. Morowali 500 133 Kab. Poso 300 134 Kab. Parigi Moutong 400

18 Prop. Sulawesi Selatan 135 Kab. Bantaeng 300 136 Kab. Bone 300 137 Kab. Bulukumba 500 138 Kab. Enrekang 200 139 Kab. Gowa 200 140 Kab. Jeneponto 300 141 Kab. Luwu 200 142 Kab. Luwu Utara 500 143 Kab. Maros 200 144 Kab. Pangkep 250 145 Kab. Pinrang 300 146 Kab. Selayar 200 147 Kab. Sidenreng Rappang 500 148 Kab. Sinjai 400 149 Kab. Soppeng 1.000 150 Kab. Takalar 300 151 Kab. Tana Toraja 200 152 Kab. Wajo 250

19 Prop.SulawesiTenggara 153 Kab. Konawe 300 154 Kab. Kolaka 200 155 Kab. Muna 200 156 Kab. Konawe Selatan 500 157 Kab. Bombana 400 158 Kab. Kolaka Utara 200 159 Kota Kendari 200

20 Prop. Maluku 160 Kab. Kepulauan Buru 400 161 Kab. Seram Bagian Barat 200 162 Kab. Seram Bagian Timur 500

21 Prop. Bali 163 Kab. Badung 200 164 Kab. Bangli 300 165 Kab. Buleleng 500 166 Kab. Gianyar 500 167 Kab. Jembrana 350

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2008

Page 44: pp irigasi 6

No Prop/Kab Luas JITUT (Ha) Keterangan

1 2 4 53

Kabupaten

168 Kab. Klungkung 100 169 Kab. Tabanan 500 170 Kota Denpasar 300

22 Prop. NTB 171 Kab. Bima 500 172 Kab. Dompu 500 173 Kab. Lombok Barat 300 174 Kab. Lombok Tengah 400 175 Kab. Lombok Timur 300 176 Kab. Sumbawa 400 177 Kab. Sumbawa Barat 300

23 Prop. NTT 178 Kab. Kupang 300 179 Manggarai 300 180 Sumba Barat 200 181 Sumba Timur 200 182 Rotendau 200 183 Manggarai Barat 304 184 Nagekeo 100

24 Prop. Papua 185 Kab.Jayapura 300 186 Kab.Nabire 300 187 Kab.Sarmi 100 188 Kab.Jaya Wijaya 150

25 Prop. Bengkulu 189 Kab. Bengkulu Selatan 500 190 Kab. Rejang Lebong 500 191 Kab. Seluma 500 192 Kab. Muko-muko 300 193 Kab. Lebong 2.000 194 Kab. Kepahiang 770

26 Prop. Banten 195 Kab. Lebak 1.000 196 Kab. Pandeglang 1.000 197 Kab. Serang 1.000 198 Kab. Tangerang 800

27 Prop. Bangka Belitung 199 Belitung 300 200 Bangka 200

28 Prop. Gorontalo 201 Kab. Boalemo 300 202 Kab. Gorontalo 200 203 Kab. Pohuwato 200 204 Kab. Bone Bolango 250

29 Prop. Kep. Riau 205 Natuna 200

30 Prop. Irja Barat 206 Kab. Sorong 300

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2008

Page 45: pp irigasi 6

No Prop/Kab Luas JITUT (Ha) Keterangan

1 2 4 53

Kabupaten

31 Prop. Sulawesi Barat 207 Kab. Mamuju 200 208 Kab. Mamasa 250 209 Kab. Mamuju Utara 200 210 Kab. Polewali Mandar 300

103.174 JUMLAH SELURUH INDONESIA

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2008

Page 46: pp irigasi 6

Lampiran 7

No Prop/Kab Luas JIDES (Ha) Keterangan

1 2 4 5

1 Prop. Jawa Barat 1 Bandung 600

2 Ciamis 500

3 Cianjur 400

4 Garut 400

5 Karawang 750

6 Kuningan 500

7 Majalengka 600

8 Purwakarta 600

9 Subang 200

10 Sumedang 750

11 Kab. Tasikmalaya 400

12 Kab Sukabumi 400

13 Bogor 200

2 Prop. Jawa Tengah 14 Sragen 300

15 Sukoharjo 300

16 Pati 200

17 Kudus 200

18 Rembang 200

19 Magelang 200

20 Wonosobo 500

21 Batang 200

22 Purworejo 300

23 Temanggung 500

24 Boyolali 500

25 Karanganyar 200

26 Cilacap 200

27 Pemalang 200

28 Tegal 200

3 Prop. DIY 29 Sleman 100

4 Prop. Jawa Timur 30 Kab. Bangkalan 1.000

31 Kab. Banyuwangi 300

32 Kab. Blitar 300

33 Kab. Bojonegoro 200

34 Kab. Bondowoso 300

35 Kab. Jember 200

36 Kab. Jombang 200

37 Kab. Kediri 200

38 Kab. Lamongan 200

39 Kab. Lumajang 200

40 Kab. Madiun 200

41 Kab. Magetan 200

42 Kab. Malang 300

3

ALOKASI KEGIATAN REHAB. JIDES TA 2008

Kabupaten

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2008

Page 47: pp irigasi 6

No Prop/Kab Luas JIDES (Ha) Keterangan

1 2 4 53

Kabupaten

43 Kab. Mojokerto 200

44 Kab. Nganjuk 500

45 Kab. Ngawi 800

46 Kab. Pacitan 200

47 Kab. Pamekasan 200

48 Kab. Pasuruan 200

49 Kab. Ponorogo 200

50 Kab. Probolinggo 300

51 Kab. Sampang 150

52 Kab. Sidoarjo 200

53 Kab. Situbondo 200

54 Kab. Sumenep 200

55 Kab. Trenggalek 300

56 Kab. Tulungagung 1.000

5 Prop. NAD 57 Kab. Aceh Tengah 300

58 Kab. Bireuen 100

59 Kab. Pidie 300

60 Kab. Nagan Raya 300

61 Kab. Aceh Tamiang 300

62 Kab. Aceh Utara 100

6 Prop. Sumatera Utara 63 Kab. Deli Serdang 300

64 Kab. Mandailing Natal 300

65 Kab. Simalungun 300

66 Kab. Tapanuli Selatan 300

67 Kab. Tapanuli Tengah 200

68 Kab. Pakpak Bharat 300

69 Kab. Humbang Hasundutan 300

70 Kab. Samosir 400

71 Kab. Serdang Bedagai 300

7 Prop. Sumatera Barat 72 Kab. Lima Puluh Kota 250

73 Kab. Agam 200

74 Kab. Pesisir Selatan 100

75 Kab. Sawah Lunto Sijunjung 250

76 Kab. Solok 300

77 Kab. Tanah Datar 200

78 Kab. Solok Selatan 250

79 Kab. Pasaman Barat 500

8 Prop. Riau 80 Kab. Kuantan Singingi 200

9 Prop. Jambi 81 Kab. Bungo 150

82 Kab. Kerinci 300

83 Kab. Merangin 200

84 Kab. Sarolangun 200

85 Kab. Tebo 100

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2008

Page 48: pp irigasi 6

No Prop/Kab Luas JIDES (Ha) Keterangan

1 2 4 53

Kabupaten

10 Prop. Sumatera Selatan 86 Kab. Lahat 200

87 Kab. Ogan Komering Ulu 200

88 Kota Lubuk Linggau 100

11 Prop. Lampung 89 Kab. Lampung Barat 200

90 Kab. Lampung Timur 250

91 Kab. Tanggamus 200

92 Kab. Way Kanan 200

12 Prop. Kalimantan Barat 93 Kab.Bengkayang 200

94 Kab.Sanggau 150

95 Kab.Sintang 200

13 Prop. Kalimantan Tengah 96 Kab. Barito Utara 200

97 Kab. Gunung Mas 200

14 Prop. Kalimantan Timur 98 Kab. Kutai Timur 200

15 Prop. Sulawesi Utara 99 Kab. Minahasa 300

100 Kab. Minahasa Utara 200

101 Kab. Minahasa Selatan 250

102 Kab. Bolaang Mangandow 100

16 Prop. Sulawesi Tengah 103 Kab. Donggala 300

104 Kab. Poso 200

17 Prop. Sulawesi Selatan 105 Kab. Barru 250

106 Kab. Enrekang 200

107 Kab. Gowa 200

108 Kab. Jeneponto 200

109 Kab. Maros 300

110 Kab. Pangkep 100

111 Kab. Pinrang 100

112 Kab. Selayar 100

113 Kab. Sidenreng Rappang 100

114 Kab. Takalar 100

115 Kab. Wajo 100

116 Kota Palopo 100

117 Kab. Luwu Timur 100

118 Kab. Sopeng 500

18 Prop.SulawesiTenggara 119 Kab. Buton 100

120 Kab. Konawe 200

121 Kab. Kolaka 200

122 Kab. Muna 200

123 Kab. Konawe Selatan 300

124 Kab. Bombana 250

125 Kab. Kolaka Utara 250

126 Kota Kendari 250

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2008

Page 49: pp irigasi 6

No Prop/Kab Luas JIDES (Ha) Keterangan

1 2 4 53

Kabupaten

19 Prop. Maluku 127 Kab. Seram Bagian Barat 100

128 Kab. Seram Bagian Timur 100

129 Kab. Maluku Tengah 200

20 Prop. Bali 130 Kab. Badung 300

131 Kab. Bangli 300

132 Kab. Buleleng 300

133 Kab. Gianyar 200

134 Kab. Jembrana 300

135 Kab. Klungkung 200

136 Kab. Tabanan 300

137 Kab. Karangasem 200

21 Prop. NTB 138 Kab. Dompu 300

139 Kab. Lombok Barat 200

140 Kab. Sumbawa 200

141 Kab. Sumbawa Barat 200

22 Prop. NTT 142 Alor 100

143 Lembata 100

144 Manggarai Barat 100

145 Ende 200

146 Ngada 100

147 Nagekeo 100

148 Flores Timur 200

23 Prop. Papua 149 Kab.Jayapura 200

150 Kab.Jayawijaya 150

151 Kab.Mimika 200

152 Kab.Nabire 200

153 Kab. Yapen 200

154 Kota Jayapura 100

155 Kab.Sarmi 100

156 Kab.Keerom 150

157 Kab.Asmat 100

24 Prop. Bengkulu 158 Kab. Bengkulu Selatan 200

159 Kab. Rejang Lebong 200

160 Kab. Seluma 200

161 Kab. Muko-muko 200

25 Prop. Maluku Utara 162 Kab. Halmahera Tengah 100

163 Kab. Halmahera Timur 100

164 Kab. Halmahera Selatan 100

165 Kab. Halmahera Utara 100

26 Prop. Banten 166 Kab. Lebak 500

167 Kab. Pandeglang 500

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2008

Page 50: pp irigasi 6

No Prop/Kab Luas JIDES (Ha) Keterangan

1 2 4 53

Kabupaten

168 Kab. Serang 1.000

27 Prop. Bangka Belitung 169 Bangka Tengah 200

170 Bangka Selatan 200

171 Belitung Timur 200

172 Bangka 200

28 Prop. Gorontalo 173 Kab. Boalemo 100

174 Kab. Gorontalo 150

175 Kab. Pohuwato 100

176 Kab. Bone Bolango 100

29 Prop. Irja Barat 177 Kab. Manokwari 100

30 Prop. Sulawesi Barat 178 Kab. Mamuju Utara 150

44.800 JUMLAH SELURUH INDONESIA

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2008

Page 51: pp irigasi 6

Dinas : ……………………..Kabupaten/Kota : ……………………..Provinsi : ……………………..Subsektor : ……………………..Program : ……………………..Bulan : ……………………..

Selesai Konstruksi

Dalam Proses Konstruksi

(Ha/Unit) (Ha/Unit)1 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

A. Pengelolaan Air 1. Rehab JITUT2. Rehab JIDES3. TAM4. Embung5. Sumur Resapan6. Dam Parit7. Irigasi Tnh Dangkal8. Irigasi Tnh Dalam9. Air Permukaan10. Irigasi Sprinkler 11. Irigasi Tetes12. SID Pompa Hidram13. Pompa Hydram14. PIP15. Balai Subak16. dst………..

Cara Pengisian Form Lampiran :1. Kolom 4 - 6 = Kegiatan yang lebih dari satu lokasi, agar dirinci berdasarkan satuan wilayah administrasi sampai dengan tingkat desa beserta dengan volume (Ha/Unit)2. Kolom 9. = Selesai konstruksi adalah kegiatan yang secara fisik telah selrsai 100% dengan satuan (Ha/Unit)3. Kolom 10. = Kegiatan yang masih dalam tahap pelaksanaan/penyelesaian dengan satuan Ha/Unit4. Kolom 13. = Tambahan penjelasan dari kolom 1 - 12 …………………, …………………2008

Penanggung Jawab Kegiatan

FORM LAPORAN REALISASI FISIK DAN KEUANGAN KEGIATAN DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR T.A. 2008

TargetLokasi Kegiatan

No.Kecamatan / Desa Nama Kelompok Koordinat

Fisik KeuanganKeteranganAspek Kegiatan

32

Realisasi

Fisik (Ha/Unit) Keuangan (Rp) (Rp) (%)