50
ANALISIS KEBUTUHAN AIR IRIGASI

Analisis kebutuhan air irigasi pert 6

Embed Size (px)

DESCRIPTION

materi irigasi untuk teknik sipil http://munsypedia.blogspot.com/ @munsyafandi

Citation preview

Page 1: Analisis kebutuhan air irigasi pert 6

ANALISIS KEBUTUHAN AIR IRIGASI

Page 2: Analisis kebutuhan air irigasi pert 6

Kebutuhan air untuk tanaman padi

• Menentukan besar kebutuhaan air tanaman di sawah, yang merupakan penjumlahan dari kebutuhan air untuk keperluan :1. Penyiapan lahan2. Penggunaan Konsumtif3. Perkolasi4. Penggantian lapisan air5. Evaporasi selama penyiapan lahan

Page 3: Analisis kebutuhan air irigasi pert 6

• Besarnya kebutuhan air di sawah bervariasi menurut jenis dan umur tanaman dan bergantung kepada cara pengolahan lahan.

• Besarnya kebutuhan air di sawah dinyatakan dalam mm/ hari.

Page 4: Analisis kebutuhan air irigasi pert 6

1. Penyiapan lahan

• Faktor yang menentukan besarnya kebutuhan air untuk penyiapan lahan adalah :1. Lama waktu penyiapan lahan2. Jumlah air untuk penyiapan lahan

• Untuk seluruh petak tersier, jangka waktu yang dianjurkan untuk penyiapan lahan adalah 1,5 bulan (45 hari)

• Bila penyiapan lahan terutama dilakukan dengan peralatan mesin, jangka waktu satu bulan (30 hari) dapat dipertimbangkan

Page 5: Analisis kebutuhan air irigasi pert 6

• Kebutuhan air untuk pengolahan lahan (puddling) bisa diambil 200 mm, ini untuk penjenuhan (presaturation). Dan untuk keperluan penggenangan sawah pada awal transplantasi akan ditambahkan lapisan air 50 mm lagi.

• Angka 200 m di atas mengandaikan bahwa tanah itu tidak ditanami selama lebih dari 2,5 bulan. Jika tanah itu dibiarkan bera lebih lama lagi, ambillah 250 mm sebagai kebutuhan air untuk penyiapan lahan.

Page 6: Analisis kebutuhan air irigasi pert 6

• Kebutuhan air untuk penyiapan lahan dapat dihitung dengan rumus Van de Goor dan Ziljstra (1968) dengan rumus :

Page 7: Analisis kebutuhan air irigasi pert 6

IR = kebutuhan air di sawah (mm/hr)M = Kebutuhan air untuk menggantikan air yg hilang

akibat evaporasi dan perkolasi di sawah yang sudah dijenuhkan (mm/hr)

Eo = evaporasi air terbuka selama penyiapan lahan (mm/hr)

P = perkolasi (mm/hr)T = jangka waktu penyiapan lahan (hari)S = kebutuhan air untuk penjenuhan sebesar

200mm + 50mm untuk lapisan genangan.

Page 8: Analisis kebutuhan air irigasi pert 6

Tabel kebutuhan air untuk penyiapan lahanTabel (1)

Eo + P T = 30 hari T = 45 harimm/hari S 250 mm S 300 mm S 250 mm S 300 mm

5 11.1 12.7 0.4 9.55.5 11.4 13 8.8 9

6 11.7 13.3 9.1 10.16.5 12 13.6 9.4 10.4

7 12.3 13.9 9.8 10.87.5 12.6 14.2 10.1 11.1

8 13 14.5 10.5 11.48.5 13.3 14.8 10.8 11.8

9 13.6 15.2 11.2 12.19.5 14 15.5 11.6 12.510 14.3 15.8 12 12.9

10.5 14.7 16.2 12.4 13.211 15 16.5 12.8 13.6

Sumber : Roedy, Soekibat., 2005

Page 9: Analisis kebutuhan air irigasi pert 6

2. Penggunaan konsumtif

• Penggunaan konsumtif (consumptive use) adalah jumlah air yang dipakai untuk proses evapotranspirasi

• Dihitung dengan rumus :

• Etc = Evapotranspirasi crop (mm/hr)• Eto = Evapotranspirasi potensial (mm/hr)• kc = koefisien tanaman

Page 10: Analisis kebutuhan air irigasi pert 6

ETc

• evapotranspirasi potensial (Eto) adalah evapotranspirasi tanaman acuan yang nilainya diperoleh dengan rumus Penman.

• Koefisien tanaman (kc) adalah harga konversi untuk mendapatkan nilai Etc (evapotranspirasi tanaman)

• Besarnya kc dipengaruhi dari jenis, varietas dan umur tanaman

Page 11: Analisis kebutuhan air irigasi pert 6

• Berikut ini contoh koefisien tanaman padi berdasarkan tabel FAO dan Nedeco/Prosida (Dirjen Pengairan, Bina Program PSA 010, 1985)

Bulan Nedeco/Prosida FAOVarietas biasa

Varietas unggul

Varietas biasa

Varietas unggul

0.5 1.2 1.2 1.1 1.11 1.2 1.27 1.1 1.11.5 1.32 1.33 1.1 1.052 1.4 1.3 1.1 1.052.5 1.35 1.3 1.1 0.953 1.24 0 1.05 03.5 1.12 0.954 0 0

Tabel (2)

Page 12: Analisis kebutuhan air irigasi pert 6

• Harga koefisien tanaman palawija berdasarkan FAO (Ref. FAO, 1977)

bulan Masa tumbuh (hari)

0.5 1 1.5 2 2.5 33.5 4 4.5 5 5.5 6 6.5 7

Kedelai 85 0.5 0.75 1.0 1 0.82 0.45

Jagung 80 0.5 0.59 0.96 0.96 1.05 1.02 0.95

Kacang tanah

130 0.3 0.51 0.66 0.85 0.95 0.95 0.95 0.55 0.55

Bawang 70 0.5 0.54 0.69 0.69 0.9 0.95

Buncis 75 0.5 0.64 0.89 0.89 0.95 0.88

kapas 195 0.5 0.5 0.58 0.75 0.91 1.04 1.05 1.05 1.05 0.78 0.65 0.65 0.65

Sumber : FAO Guideline for Crop Water Requirements (Ref. FAO, 1977)

Tabel (3)

Page 13: Analisis kebutuhan air irigasi pert 6

3. Perkolasi dan rembesan

• Perkolasi ini dipengaruhi antara lain oleh:a. Tekstur tanah, tanah dengan tekstur halus mempunyai

angka perkolasi yang rendah, sedangkan tanah dengan tekstur yang kasar mempunyai angka perkolasi yang besar.

b. Permeabilitas tanahc. Tebal lapisan tanah bagian atas, makin tipis lapisan

tanah bagian atas ini makin rendah/kecil angka perkolasinya.

Page 14: Analisis kebutuhan air irigasi pert 6

• Perkolasi ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu perkolasi vertikal dan horizontal. Menurut hasil penelitian di lapangan, perkolasi vertikal lebih kecil dari pada perkolasi horizontal, angkanya berkisar antara 3 sampai 10 kali, hal ini terutama untuk sawah-sawah dengan keadaan lapangan yang mempunyai kemiringan besar yaitu sawah-sawah dengan teras-teras.

• Akan tetapi perkolasi horizontal ini, masih dapat dipergunakan lagi oleh petak sawah dibawahnya sehingga perkolasi horizontal tidak diperhitungkan sebagai kehilangan.

Page 15: Analisis kebutuhan air irigasi pert 6

• Di Jepang menurut hasil penelitian di lapangan, angka-angka perkolasi untuk berbagai jenis tanah disawah dengan lapisan tanah bagian atas (top soil) lebih tebal dari 50 Cm adalah sebagai berikut (Rice Irrigation in Japan, OTCA 1973)

Macam Tanah Perkolasi Perkolasi Vertikal (mm/hari)

Sandy loam 3 - 6

Loam 2-3

Clay Loam 1-2

Tabel (4)

Page 16: Analisis kebutuhan air irigasi pert 6

• Sedangkan Pemerintah Indonesia telah membuat standar pemakaian angka perkolasi seperti disajikan dalam tabel berikut :

Jenis TanahAngka Perkolasi

Padi (mm/hari) Palawija (mm/hari)

Tekstur BeratTekstur SedangTekstur Ringan

125

2410

Sumber : standar Perencanaan Irigasi KP. 01

Tingkat perkolasi pada berbagai tekstur tanah

Tabel (5)

Page 17: Analisis kebutuhan air irigasi pert 6

• Di Indonesia menurut penelitian di lapangan, angka perkolasi ini seperti untuk Proyek Irigasi Sempor adalah 0,70 mm/hari. Didaerah daratan pantai utara pulau Jawa dari percobaan-percobaan yang telah dilakukan berkisar 1 mm/hari. Di NTB digunakan angka 2mm/hari.

• Untuk menentukan besarnya perkolasi secara tepat, satu satunya cara yang diperlukan adalah dengan mengadakan pengukuran di lapangan

Page 18: Analisis kebutuhan air irigasi pert 6

Penggantian lapisan air (WLR)

• WLR (water layer replacement) adalah penggantian air genangan di sawah dengan air irigasi yang baru dan segar.

• Penggantian lapisan air dilakukan setelah pemupukan. Penggantian lapisan air dilakukan menurut kebutuhan.

• Biasanya dilakukan penggantian lapisan air sebanyak 2 kali masing-masing 50mm atau (3,3 mm/hari) selama 1 bulan dan 2 bulan setelah transplantasi.

Page 19: Analisis kebutuhan air irigasi pert 6

5. Curah hujan efektif

• Curah hujan efektif adalah curah hujan yang jatuh selama masa tumbuh tanaman, yang dapat digunakan untuk memenuhi air konsumtif tanaman.

• Besarnya curah hujan ditentukan dengan 70% dari curah hujan rata – rata tengah bulanan dengan kemungkinan kegagalan 20% (Curah hujan R80 ). Dengan menggunakan Basic Year dengan rumus : R80 = n/5 + 1 dengan n adalah periode lama pengamatan

Page 20: Analisis kebutuhan air irigasi pert 6

• Curah hujan efektif diperoleh dari 70% x R80 per periode waktu pengamatan. Apabila data hujan yang digunakan 10 harian maka persamaannya menjadi :

− Repadi =(R80x 70%)/10 mm/hari.− Retebu =(R80x60%)/ 10 mm/hari.− Repalawija = (R80 x 50%) / 10 mm/hari

• Curah hujan efektif juga dapat dihitung dengan menggunakan metode Log Pearson III berdasarkan data hujan yang tersedia.

Page 21: Analisis kebutuhan air irigasi pert 6

Contoh perhitungan hujan efektif Hujan Setengah Bulan Rata-Rata Daerah (Sta.Sengkol, Mangkung, Rambitan)

A. Perhitungan CH Efektif (andalan) dengan cara BASIC YEAR

No Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agts Sept Okt Nov DesTahunan

I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II (mm)

1 1992 123 146 140 189 157 97 105 29 0 9 1 0 1 2 0 2 11 54 28 39 5 145 117 96 14972 1993 120 211 228 23 16 55 83 13 24 0 14 3 0 0 0 0 0 3 12 23 20 68 114 323 13533 1994 38 144 179 135 224 126 58 0 2 0 0 0 0 6 0 0 4 0 2 0 1 59 153 36 11704 1995 140 148 126 120 111 85 60 7 14 6 3 1 3 2 0 0 10 0 20 11 167 116 150 44 13455 1996 84 55 125 169 130 31 36 24 46 0 0 0 13 2 5 0 0 3 1 45 41 42 72 29 9506 1997 137 59 188 264 81 0 36 3 45 1 11 2 2 0 0 0 0 35 11 78 3 27 143 109 12377 1998 204 51 38 60 76 211 124 145 0 3 45 4 66 29 1 0 3 137 14 363 137 85 74 189 20588 1999 154 176 107 85 131 165 64 10 19 0 0 1 2 0 2 2 0 0 18 73 102 65 196 58 14319 2000 184 174 53 83 53 90 208 74 111 8 2 0 0 0 0 0 0 0 134 51 312 64 93 3 1698

10 2001 61 71 156 20 67 138 157 42 0 0 74 0 0 0 0 0 0 0 12 46 36 69 141 71 1161

1. Hujan setengah bulanan rata-rata daerah, dijumlahkan (menjadi hujan tahunan)

Tabel (6)

Page 22: Analisis kebutuhan air irigasi pert 6

No TahunP (%) tahunan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agts Sept Okt Nov Des

 = m/(n+1) ranking I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II

1 1998 9.09 2,058

204 51

38

60

76

211

124

145

-

3 45 4 66

29

1 - 3

137

14

363

137

85

74

189

2 2000 18.18 1,698

184

174 53

83

53

90

208

74

111

8

2 0 - -

- - -

-

134

51

312

64

93 3

3 1992 27.27 1,497

123

146

140

189

157 97

105

29

-

9

1 0 1 2

0 2

11

54

28

39

5

145

117

96

4 1999 36.36 1,431

154

176

107 85

131

165

64

10

19

-

- 1 2 -

2 2 0

-

18

73

102

65

196

58

5 1993 45.45 1,353

120

211

228 23

16

55

83

13

24

- 14 3 0 -

- - - 3

12

23

20

68

114

323

6 1995 54.55 1,345

140

148

126

120

111 85

60 7 14 6 3 1 3 2 - - 10

- 20

11 167 116

150 44

7 1997 63.64 1,237

137 59

188

264

81

0

36

3

45

1 11 2 2 -

- - -

35

11

78

3

27

143

109

8 1994 72.73 1,170 38

144

179

135

224

126

58

0 2

-

- - 0 6

- - 4

- 2

0

1

59

153

36

9 2001 81.82 1,161 61

71

156

20

67

138 157

42

- 0 74 0 0 0 - - -

- 12

46

36

69

141 71

10 1996 90.91 950 84

55

125

169

130

31

36

24

46

-

- - 13 2

5 - - 3 1

45

41

42

72

29

2. Hujan tahunan dirangking dan diberi peluang

Tabel (7)

Page 23: Analisis kebutuhan air irigasi pert 6

Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agts Sept Okt Nov Des

Periode I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II

Padi (R80) 61 71 156 20 67 138 157 42 - 0 74 0 0 0 - - - - 12 46 36 69 141 71

Palawija (R50) 140 148 126 120 111 85 60 7 14 6 3 1 3 2 - - 10 - 20 11 167 116 150 44

R efektif padi 43 49 109 14 47 96 110 30 - 0 52 0 0 0 - - - - 8 32 25 48 98 49

R efektif Palawija 98 104 88 84 78 60 42 5 10 4 2 1 2 2 - - 7 - 14 8 117 81 105 31

3. R efektif adalah hujan pada tahun tertentu dengan probabilitas tertentu. Dapat langsung diambil (th 1994 dan 2001) atau diinterpolasi (2001 - 1994 dan 1995 - 1993). Lihat tabel (7)

4. Jadi hujan dengan peluang 80% (R80) adalah seluruh data pada tahun 2001, sedangkan R50 adalah seluruh data tahun 1995

5. Hujan efektif padi = 0.7*R80, dan hujan efektif palawija = 0.7*R50

Tabel (8)

Page 24: Analisis kebutuhan air irigasi pert 6

Efisiensi Irigasi

• Efisiensi merupakan persentase perbandingan antara jumlah air yang dapat digunakan untuk pertumbuhan tanaman dengan jumlah air yang dikeluarkan dari pintu pengambilan. Agar air yang sampai pada tanaman tepat jumlahnya seperti yang direncanakan, maka air yang dikeluarkan dari pintu pengambilan harus lebih besar dari kebutuhan.

• Biasanya Efisiensi Irigasi dipengaruhi oleh besarnya jumlah air yang hilang di perjalanannya dari saluran primer, sekunder hingga tersier.− saluran tersier : 80 %− saluran sekunder : 90 %− saluran primer : 90 %

Efisiensi irigasi total (C)= 80% x 90% x 90% = 65 %

Page 25: Analisis kebutuhan air irigasi pert 6

Ringkasan Langkah-langkah perhitungan kebutuhan air

1. Menentukan besarnya nilai evapotranspirasi daerah setempat, dengan menggunakan metode Penman, radiasi, thornwhite, atau yang lain.

2. Menentukan koefisien tanaman (kc) berdasarkan berdasarkan tabel FAO atau NEDECO.

3. Menentukan penggunaan konsumtif tanaman (Cu atau ETc), didapatkan dengan cara mengalikan koefisien tanaman (kc) dengan angka evapotranspirasi potensial (ETo).

Page 26: Analisis kebutuhan air irigasi pert 6

3. Menentukan kebutuhan air untuk persiapan lahan, biasanya ditentukan berdasarkan kondisi kekeringan lahan serta kebiasaan petani. Besarnya 200 + 50 mm untuk genangan, atau 250 mm utk tanah kering berat/pecah2 + 50mm untuk genangan.

4. Selanjutnya dihitung kebutuhan air selama penyiapan lahan dengan persamaan Van Goor dan Ziljstra atau baca tabel dari KP 01 di atas.

Page 27: Analisis kebutuhan air irigasi pert 6

5. Menentukan nilai perkolasi. Nilai perkolasi untuk daerah NTB (biasanya diambil) sebesar 2,0 mm/hari.

6. Menentukan evaporasi selama penyiapan lahan yang didapatkan dari mengalikan nilai evapotranspirasi potensial dengan koefisien 1,1.

7. Penggantian lapisan air dilakukan sebanyak 2 kali masing-masing 50 mm pada saat sebulan dan dua bulan setelah transplantasi (atau 3,33mm/hari selama setengah bulan).

Page 28: Analisis kebutuhan air irigasi pert 6

8. Menentukan hujan efektif R eff dengan rumus : (0,7 x R80)/Jumlah hari setengah bulanan.− R80 adalah hujan dengan probabilitas 80%,

untuk tanaman padi.− R50 adalah hujan dengan probabilitas 50% untuk

tanaman palawija.

Page 29: Analisis kebutuhan air irigasi pert 6

9. Menentukan kebutuhan air irigasi di sawah yaitu dengan cara mengurangi total kebutuhan air dengan hujan efektif untuk tanaman padi/palawija.

10. Mengkonversi satuan kebutuhan air di sawah dari mm/hari menjadi l/dt/ha dengan cara membagi kebutuhan air irigasi dengan 8,64. (lihat contoh hitungan).

11. Menentukan kebutuhan air di intake (DR) yaitu dengan cara membagikan kebutuhan air di sawah dengan efisiensi irigasi. Nilai efisiensi irigasi keseluruhan adalah 0,65.

Page 30: Analisis kebutuhan air irigasi pert 6

Contoh Contoh Perhitungan kebutuhan air tanaman Padi Musim tanam ke-2

Masa Tanam : 90 Hari

No. Kegiatan tanam Satuan

Bulan / 2 mingguan ke-

KeteranganMar Apr Mei Jun

I II I II I II I II16 15 15 15 16 15 15 15

1 ETomm/hari 3.713 4.640

3.5004.350 3.281 3.659 3.020 3.050 Penman

2 Kc      1.10

01.100 1.05 1.05 0.95 0.00 FAO

3 ETcmm/hari    

3.8504.785 3.609 4.025 3.171 2.898 Kc * Eto

                       4 Evap selama PL (Eo)   4.084 5.104            1.1*Eto

5 Perkolasi (P)mm/hari 2.000 2.000

2.0002.000 2.000 2.000 2.000 2.000  

6 Persiapan lahanmm/hari

11.700

12.300           

Lihat tabel (1)

                     

7

Penggantian Lap. Air (WLR)

mm/hari       3.333  3.333    50 mm /15

                       

8 Total Keb. Airmm/hari

11.700

12.300

5.8506.785 5.609 6.025 5.171 4.898

[ 3+4+5+6+7 ]

9 Hujan Efektifmm/hari 3.148 6.425

7.3201.974 0.000 0.003 3.470 0.008 0.7*R80/15

                       

10

Keb. Air di sawah (NFR)

mm/hari 8.552 5.875

-1.47

04.811 5.609 6.022 1.701 4.890 [ 8 - 9 ]

11

Keb. Air di sawah(NFR) l/dt/Ha 0.990 0.680

-0.17

00.557 0.649 0.697 0.197 0.566 [ 10 ] / 8.64                       

12 Keb. Di Intake (DR) l/dt/Ha 1.52 1.05 0.00 0.86 1.00 1.07 0.30 0.87 [ 11 ] / 0.65                                               

 

max kebtuhan air (l/dt/ha) : 1.52

(Nilai max untuk menentukan dimensi saluran. Angka negatif dianggap nol)

                       

Page 31: Analisis kebutuhan air irigasi pert 6

Kebutuhan air untuk tanaman palawija

1. Perhitungan kebutuhan air untuk tanaman palawija sama dengan perhitungan kebutuhan air untuk padi, hanya saja R efektif untuk palawija adalah R50.

2. Selain itu tanaman palawija tidak membutuhkan air untuk pengolahan lahan serta pergantian lapisan air.

3. Contoh perhitungan kebutuhan air untuk tanaman Padi dan palawija dapat dilihat pada tabel terlampir.

Page 32: Analisis kebutuhan air irigasi pert 6

TUGASSS……!!!!!!

Ubahlah satuan dari mm/ha menjadi l/det/ha.

Sekarang dikumpulkan

Page 33: Analisis kebutuhan air irigasi pert 6

Awal tanam

• Satu kali masa tanam disebut 1 musim tanam.

• Musim tanam pertama biasanya dimulai ketika awal musim hujan

• Musim tanam pertama disebut MT1 dilanjutkan musim tanam kedua MT2 dan Musim tanam ketiga MT3

tanaman Pengolahan lahan Umur tanaman

Padi 1 bulan 2,5 – 3 bulan

palawija - 3 bulan

Page 34: Analisis kebutuhan air irigasi pert 6

Intensitas tanamIntensitas tanam didefinisikan sebagai prosentase luas

lahan yang dapat ditanami terhadap luas seluruh Daerah Irigasi

Contoh :Jika diketahui luas DI 1000ha. Maka perhitungan intensitas

tanamnya diilustrasikan seperti dlm tabel berikut

Musim tanam Luas tanam (ha) Intensitas tanam (%)

MT1 1000 100

MT2 750 75

MT3 500 50

IT Total (setahun) 225

Page 35: Analisis kebutuhan air irigasi pert 6

Pola tanam

• Untuk memenuhi kebutuhan air bagi tanaman, penentuan pola tanam merupakan hal yang perlu dipertimbangkan.

• Berikut ini contoh pola tanam yang biasa dipakai :

Ketersediaan air irigasi pola tanam dalam satu tahun

1. Berlimpah/ banyak Padi – padi - palawija

2. cukup/sedang Padi – padi – KosongPadi – Palawija - Palawija

3. Kurang Padi – Palawija - KosongPalawija _ Padi - Kosong

Page 36: Analisis kebutuhan air irigasi pert 6

Neraca air

• Neraca air adalah perimbangan antara kebutuhan dan ketersediaan air di daerah studi

• Debit kebutuhan didapat dari perhitungan kebutuhan air irigasi berdasarkan pola tanam yang terpilih

• Debit ketersediaan didapat dari perhitungan debit andalan di sungai atau tempat pengambilan air

Page 37: Analisis kebutuhan air irigasi pert 6

• Bila debit melimpah maka kebutuhan dipenuhi sesuai luas sawah maksimum.

• Bila debit kurang, maka ada tiga alternatif solusi yaitu :1. luas daerah irigasi dikurangi2. melakukan modifikasi dalam pola tanam3. rotasi teknis golongan

Page 38: Analisis kebutuhan air irigasi pert 6

Padi sistem hemat air• Mengantisipasi ketersediaan air yang semakin

terbatas maka perlu dicari terus cara budidaya tanaman padi yang hemat air. Salah satunya adalah Cara pemberian air terputus/berkala (intermittent irrigation).

• Cara ini terbukti efektif dilapangan dalam usaha hemat air, namun mengandung kelemahan dalam membatasi pertumbuhan rumput.

• Sistem pemberian air terputus/ berkala sesuai untuk daerah dengan debit tersedia aktual lebih rendah dari debit andalan 80 %.

Page 39: Analisis kebutuhan air irigasi pert 6

Sistem golongan

• Sumber air tidak selalu dapat menyediakan air irigasi yang dibutuhkan, sehingga harus dibuat rencana pembagian air yang baik.

• Kebutuhan air tertinggi dalam petak tersier disebut Qmax

• Pada saat air tidak memenuhi kebutuhan air tanaman dengan pengaliran menerus, maka pemberian air tanaman diberikan secara bergilir.

Page 40: Analisis kebutuhan air irigasi pert 6

• Dalam sistem pemberian air secara bergilir, permulaan tanam tidaklah serempak. Sawah dibagi menurut golongan-golongan dan permulaan pekerjaan sawah dijalankan secara bergiliran menurut golongan masing-masing

Page 41: Analisis kebutuhan air irigasi pert 6

Keuntungan sistem rotasi kekurangan

1. Q puncak berkurang 1. Bisa menimbulkan komplikasi sosial

2. Kebutuhan pengambilan bertambah secara berangsur2 pd periode penyiapan lahan

2. Kehilangan air akibat eksploitasi lebih tinggi

3. Eksploitasi lebih rumit

4. Jangka waktu penanaman lebih lama (khususnya utk tanaman padi karena membutuhkan pengolahan lahan), dan mengakibatkan waktu utk tanaman kedua menjadi berkurang

5. Daur hama sulit diberantas. Jadi akan ada pemakaian pestisida.

Page 42: Analisis kebutuhan air irigasi pert 6

• Contoh perhitungan rotasi

• Petak tersier seluas 135,65 ha terdiri dari 3 petak sub tersier dengan masing-masing luas − Sub tersier a luas 53,10 ha dengan

kebutuhan air 2,84 l/dt/ha− Sub tersier b luas 47,55 ha dengan

kebutuhan air 2,95 l/dt/ha− Sub tersier c luas 35,00 ha dengan

kebutuhan air 3,26 l/dt/ha

Page 43: Analisis kebutuhan air irigasi pert 6

A. Perhitungan debit rencana

• Kondisi batas : Jika debit tersedia >65% Qmaks, maka pemberian air dilakukan secara terus menerus

• Pemberian air (Q) Jika Q = 100% Qmaks

− Petak a dapat air = 53,10 ha x 2,84 l/det /ha = 150,80 l/det− Petak b dapat air = 47,55 ha x 2,95 l/det/ha = 140,27 l/det− Petak c dapat air = 35,00 ha x 3,26 l/det/ha = 114,10 l/det

jumlah Q max = 405,17 l/det

Page 44: Analisis kebutuhan air irigasi pert 6

• Pemberian air jika Q = 65% Qmaks. Sebesar 65/100 x 405,17 l/det = 263,36 l/det. Maka pemberian air nya menggunakan cara rotasi sub tersier I

• Periode I. Sub tersier a+b diairi, c ditutupLuas a+b = 53,10 + 47,55 = 100,65 ha− Qa = (53,10/100,65) x 263,36 = 138,94 l/det− Qb = (47,55/100,65) x 263,36 = 124,42 l/det

Page 45: Analisis kebutuhan air irigasi pert 6

• Periode II. Sub tersier a+c diairi, b ditutupLuas a+c = 53,10 + 35,00 = 88,10 ha− Qa = (53,10/88,10) x 263,36 = 158,73 l/det− Qc = (35,00/88,10) x 263,36 = 104,63 l/det

• Periode III. Sub tersier b+c diairi, a ditutupLuas b+c = 47,55 + 35,00 = 82,55 ha− Qa = (47,55 / 82,55) x 263,36 = 151,73 l/det− Qc = (35,00/ 82,55) x 263,36 = 111,55l/det

Page 46: Analisis kebutuhan air irigasi pert 6

• Pemberian air jika Q = 35% Qmaks, maka pemberian airnya menggunakan cara rotasi sub tersier II

• Pemberian air nya = 0,35 x 405,17 = 121,55 l/dt• Air sebanyak 121,55 l/det tidak dapat dibagikan

secara proporsional dalam waktu yang bersamaan, sehingga diberikan secara bergilir di masing-masing sub tersier a, b dan c, dengan penjadwalan dan lama waktu pemberiannya diperhitungkan sesuai proporsi luas masing-masing.

Page 47: Analisis kebutuhan air irigasi pert 6

• Hasil hitungan pemberian air di atas, dapat dirangkum dalam tabel berikut :

• Dari tabel di atas dapat diambil kesimpulan bahwa debit yang terbesar tidak selalu terdapat pada Q = Qmax. Sehingga debit rencana tidak selalu dapat ditentukan dari 100%Qmax, melainkan harus dihitung juga pemberian airnya secara rotasi.

petak sub Luas (ha) Q (l/det) Q rencanatersier 100% 65% 35% (l/det)

a 53.10 150.80 158.73 121.55 158.73b 47.55 140.27 151.70 121.55 151.70c 35.00 114.10 104.63 121.55 121.55

Page 48: Analisis kebutuhan air irigasi pert 6

B. Perhitungan jam rotasi

• Q> 65%, Semua petak mendapatkan giliran pemberian air secara terus menerus

• 65% > Qmax > 35%• 2 golongan dibuka dan 1 golongan ditutup

Page 49: Analisis kebutuhan air irigasi pert 6

• Qmax < 35%• 1 golongan dibuka, 2 golongan ditutup

Page 50: Analisis kebutuhan air irigasi pert 6

Hari Pemberian air terus menerus (Q = 65% – 100%)

Rotasi I (Q = 35% - 100%) Rotasi II (Q < 35%)

jam Petak yang diairi

jam Petak yang diairi

jam Petak yang diairi

Senin 6:00 6:00 6:00 bSelasaRabo a + b 17:00 cKamisJumat 12:00 aSabtu a + b + c 11:00Minggu Senin 6:00 bSelasa b + cRabo 17:00 17:00 cKamisJumat a + c 12:00Sabtu aMinggu senin 6:00 6:00 6:00