10
POTRET KETAHANAN KELUARGA INDONESIA DI WILAYAH TERTINGGAL, TERPENCIL, PERBATASAN, KUMUH, DAN RAWAN BENCANA (ISBN 978-602-8665-11-7) TAHUN 2013

POTRET KETAHANAN KELUARGA INDONESIA - EUIS …euissunarti.staff.ipb.ac.id/files/2014/11/POTRET-KETAHANAN... · Kementerian dan Lembaga yang memiliki program eksplisit ketahanan keluarga

Embed Size (px)

Citation preview

POTRET KETAHANAN KELUARGA

INDONESIA

DI WILAYAH TERTINGGAL, TERPENCIL, PERBATASAN, KUMUH,

DAN RAWAN BENCANA (ISBN 978-602-8665-11-7)

TAHUN 2013

POTRET KETAHANAN KELUARGA

INDONESIA

DI WILAYAH TERTINGGAL, TERPENCIL, PERBATASAN,

WILAYAH KUMUH, DAN RAWAN BENCANA

Oleh:

Prof. Dr. Ir. Euis Sunarti

Fakultas Ekologi Manusia IPB

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR PENULIS iii

SAMBUTAN iv

KETAHANAN KELUARGA DI WILAYAH KHUSUS 1

KELUARGA DI WILAYAH TERTINGGAL 13

KELUARGA DI WILAYAH TERPENCIL 29

KELUARGA DI WILAYAH PERBATASAN 43

KELUARGA DI WILAYAH KUMUH 59

KELUARGA DI WILAYAH RAWAN BENCANA 71

PETA TANTANGAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA 85

KATA PENGANTAR PENULIS

Pembangunan ketahanan keluarga Indonesia merupakan amanat Undang

Undang no 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan

Pembangunan Keluarga (amandemen dari UU No 10 Tahun 1992). Saat ini

Kementerian dan Lembaga yang memiliki program eksplisit ketahanan

keluarga adalah Kementerian Sosial dan BKKBN. Namun demikian,

setelah sekian lama pembangunan ketahanan keluarga dilaksanakan,

belum ada buku popular yang memotret ketahanan keluarga Indonesia

berdasarkan keragaman keluarga Indonesia.

Penulisan buku “Potret Ketahanan Keluarga Indonesia” bertujuan untuk menyediakan gambaran

cepat akan beragamnya ketahanan keluarga di Indonesia terkait lingkungan dimana keluarga

tinggal, baik lingkungan alam, lingkungan fisik, lingkungan social dan lingkungan ekonominya.

Dengan demikian melalui penulisan buku ini, diharapkan akan diperoleh sumber acuan atau

dokumentasi yang menyediakan informasi atau gambaran mengenai lingkup dan magnitude

(besar dan luasnya) tantangan pembangunan ketahanan keluarga Indonesia.

Buku ini merupakan serial pertama dari tiga serial buku mengenai “Potret Ketahanan Keluarga

Indonesia”. Buku ini memfokuskan pada keluarga yang tinggal di wilayah tertinggal, terpencil,

perbatasan, kumuh, dan rawan bencana. Adapun seri buku lainnya menyoroti keluarga di tengah

perubahan social dan perkembangan ekonomi, dan keluarga dalam ikatan adat budaya.

Pesan yang hendak diangkat dalam buku “Potret Ketahanan Keluarga Indonesia” yang meliputi

tiga bagian tulisan adalah visualisasi dan narasi fakta ketahanan (fisik-ekonomi, social,

psikologis) keluarga Indonesia menurut keragaman jenis keluarga, akses keluarga terhadap

perkembangan teknologi dan informasi, jenis pekerjaan dan pola nafkah keluarga, zona

agroekologi dimana keluarga tinggal, keterikatan keluarga dengan adat-budaya, dan kondisi

kekhususan wilayah dimana keluarga tinggal. Foto dan tulisan dalam buku didesain memotret

kesejahteraan, daya dukung alam dan daya tampung lingkungan, kesempatan dan akses keluarga

terhadap pola nafkah berbasis sumberdaya lokal. Pesan lain yang turut diangkat dalam buku

adalah persepsi keluarga mengenai kependudukan dan KB, nilai dan masa depan anak, dan

aspek kehidupan keluarga lainnya.

Buku ini dirancang mengkombinasikan dua kekuatan pesan yaitu pesan berupa foto-foto yang

didesain untuk memvisualisasikan keragaman kehidupan keluarga di berbagai wilayah Indonesia,

dan pesan keragaman kehidupan keluarga. Pesan yang diangkat dalam buku juga diharapkan

dapat memadukan gambaran umum kehidupan keluarga di suatu wilayah dan gambaran

kekhususan yang mengangkat ke-khas-an dan ke-uniq-an yang menunjukkan kekayaan sekaligus

keragaman ketahanan keluarga di Indonesia.

Pengumpulan data dilakukan di wilayah-wilayah yang memenuhi keragaman keluarga dan

keragaman wilayah Indonesia. Pertimbangan efisiensi biaya pengumpulan data menjadi salah

satu faktor pertimbangan pemilihan satu lokasi kajian untuk mengindikasikan lebih dari satu

potret keragaman keluarga, namun demikian pertimbangan tersebut dikombinasikan dengan

pertimbangan keragaman wilayah Indonesia yang perlu diangkat untuk menunjukkan kekayaan

dan keragaman Indonesia.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Drs Yunus Patriawan Noya, M.Si sebagai Direktur

Advokasi dan KIE BKKBN dan Drs. Adi Wahyono, M.Si sebagai Kasubdit Pengembangan

Advokasi dan KIE BKKBN yang telah menyambut dengan baik ide penulisan buku dan

memfasilitasi pengumpulan informasi dan penyusunannya. Sebuah ide hanya akan berhenti

sebagai ide jika tidak memperoleh dukungan dan fasilitas yang diperlukan. Penulis juga

mengucapkan terimakasih kepada tim lapang, fotographer, PLKB di lokasi kajian, narasumber,

dan informan yang telah turut serta membantu pengumpulan data, informasi, dan foto yang

diperlukan.

Akhir kata, semoga buku ini memberikan manfaat sebagaimana yang diharapkan. Saran dan

perbaikan yang membangun akan menjadi sumber berharga untuk upaya perbaikan di kemudian

hari.

Bogor, September 2013

Prof. Dr. Ir. Euis Sunarti

Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

Fakultas Ekologi Manusia

Institut Pertanian Bogor

SAMBUTAN

DEPUTI BIDANG KELUARGA SEJAHTERA DAN PEMBERDAYAAN KELUARGA

BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL

Hasil dari sebuah proses atau dinamika kependudukan seperti kelahiran, kematian, dan migrasi

adalah ukuran/jumlah penduduk, struktur umur penduduk, dan persebaran penduduk. Dalam

proses pembangunan, ketiga aspek tersebut berpengaruh pada konsumsi barang dan jasa

(pangan, kesehatan, pendidikan), investasi, pemanfaatan modal manusia (tenaga kerja),

pemanfaatan modal fisik (tanah/modal, teknologi), pemanfaatan sumber daya lingkungan,

pengeluaran pemerintah, dll. Kondisi tersebut berpengaruh pada hasil dari proses pembangunan

berupa distribusi pendapatan, pekerjaan, status pendidikan, kesehatan/status gizi, dan kualitas

lingkungan. Oleh karena itu, menempatkan penduduk sebagai titik sentral dalam pembangunan

menjadi sebuah keniscayaan karena penduduk merupakan modal dasar dan faktor dominan

pembangunan. Selain itu, keberhasilan dalam mewujudkan pertumbuhan penduduk yang

seimbang dan mengembangkan kualitas penduduk serta keluarga akan memperbaiki segala aspek

dan dimensi pembangunan dan kehidupan masyarakat untuk lebih maju, mandiri, dan dapat

berdampingan dengan bangsa lain dan dapat mempercepat terwujudnya pembangunan

berkelanjutan.

Indonesia menghadapi permasalahan kependudukan yang kompleks karena terjadi di seluruh

aspek kependudukan: jumlah, kualitas, dan persebaran penduduk. Selain melalui pengaturan

kelahiran dengan penyelenggaraan keluarga berencana, kebijakan penanganan kependudukan

dilakukan melalui pembangunan keluarga. Pembangunan keluarga bertujuan untuk

meningkatkan kualitas keluarga agar dapat timbul rasa aman, tenteram, dan harapan masa depan

yang lebih baik dalam mewujudkan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin. Keluarga

berkualitas yang dicita-citakan adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah

dan bercirikan sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan ke

depan, bertanggung jawab, harmonis dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Keluarga

berkualitas juga keluarga yang berketahanan, yaitu keluarga yang memiliki keuletan dan

ketangguhan serta memiliki kemampuan fisik materil guna hidup mandiri dan mengembangkan

diri dan keluarganya untuk hidup harmonis dalam meningkatkan kesejahteraan kebahagiaan

lahir dan batin.

Dalam upaya pembangunan keluarga, pemerintah dan pemerintah daerah menetapkan kebijakan

pembangunan keluarga melalui Pembinaan Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga (PK3) yang

dimaksudkan untuk mendukung keluarga agar dapat melaksanakan fungsi keluarga secara

optimal. Kebijakan pembangunan keluarga melalui PK3 dilaksanakan dengan cara: (1)

peningkatan kualitas anak dengan pemberian akses informasi, pendidikan, penyuluhan, dan

pelayanan tentang perawatan, pengasuhan dan perkembangan anak; (2) peningkatan kualitas

remaja dengan pemberian akses informasi, pendidikan, konseling, dan pelayanan tentang

kehidupan berkeluarga; (3) peningkatan kualitas hidup lansia agar tetap produktif dan berguna

bagi keluarga dan masyarakat dengan pemberian kesempatan untuk berperan dalam kehidupan

keluarga; (4) pemberdayaan keluarga rentan dengan memberikan perlindungan dan bantuan

untuk mengembangkan diri agar setara dengan keluarga lainnya; (5) peningkatan kualitas

lingkungan keluarga; (6) peningkatan akses dan peluang terhadap penerimaan informasi dan

sumber daya ekonomi melalui usaha mikro keluarga; (7) pengembangan cara inovatif untuk

memberikan bantuan yang lebih efektif bagi keluarga miskin; dan (8) penyelenggaraan upaya

penghapusan kemiskinan terutama bagi perempuan yang berperan sebagai kepala keluarga.

Dalam penyelenggaraan keluarga berencana, sebagai implementasi kesepakatan International

Conference on Population and Development (ICPD) di Cairo tahun 1994, pemerintah

mengupayakan akses yang terjangkau secara universal dalam upaya pemenuhan hak-hak

reproduksi. Hal tersebut karena perluasan akses terhadap kesehatan reproduksi secara universal

merupakan kunci keberhasilan dalam (1) menurunkan AKI; (2) mencegah Kehamilan Tidak

Diinginkan (KTD); (3) mengurangi persebaran IMS dan HIV dan AIDS; dan (4) pemberdayaan

perempuan. Dalam upaya itu, salah satu wilayah yang menjadi fokus pemenuhan pelayanan

kontrasepsi adalah wilayah tertinggal, terpencil, dan perbatasan (GALCILTAS), serta wilayah

miskin perkotaan.

Dalam upaya tersebut diperlukan potret tentang karaktersitik kewilayahan, aktivitas kehidupan

keluarga terutama aktivitas pencarian nafkah, persepsi mengenai nilai anak dan KB, serta

kesejahteraan dan ketahanan yang dimiliki keluarga. Karaktersitik tersebut diperlukan untuk

memetakan tantangan pembangunan ketahanan dan kesejahteraan keluarga di wilayah khusus.

Hal tersebut didasari oleh pemahaman bahwa kehidupan keluarga dipengaruhi secara langsung

dan tidak langsung oleh karaktersitik wilayah. Karakteristik wilayah GALCILTAS menyebabkan

keluarga tidak mudah untuk mengakses informasi sehingga berdampak pada terbatasnya

alternatif pilihan untuk mengembangkan keluarga. Dalam hal ekonomi, keterbatasan

karakteristik kewilayahan berdampak pada kesulitan keluarga dalam mengembangkan pola

nafkah sehingga menghambat tercapainya kesejahteraan.

Oleh karena itu, saya menyambut baik disusunnya buku Potret Katahanan Keluarga Indonesia di

Wilayah Tertinggal, Terpencil, Perbatasan, Kumuh, dan Rawan Bencana” ini karena telah

memberikan informasi tentang keragaman potret ketahanan keluarga di Indonesia terutama yang

terkait dengan lingkungan tempat tinggalnya, baik lingkungan alam, lingkungan fisik, lingkungan

social, maupun lingkungan ekonominya. Saya berharap buku ini menjadi dasar dalam menyusun

rancangan advokasi dan KIE serta penggarapan program kependudukan dan KB di wilayah

tertinggal, terpencil, dan perbatasan.

Jakarta, September 2013

Deputi Bidang Keluarga Sejahtera

dan Pemberdayaan Keluarga,

Dr. Sudibyo Alimoeso, MA

SAMBUTAN

DEKAN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Keluarga merupakan pilar peradaban bangsa. Ini tidak bisa dipungkiri, karena disinilah

sosialisasi dan internalisasi nilai-nilai berlangsung. Sebagai unit sosial terkecil

masyarakat dan sumber ketahanan sosial dalam masyarakat, maka penguatan keluarga

menjadi penting. Keluarga yang kuat dapat menjadi benteng pertahanan bangsa

sehingga jika setiap keluarga memiliki kekuatan dan ketahanan akan tercipta

masyarakat yang kuat terhadap tantangan dan permasalahan yang ada. Upaya menuju

Masyarakat yang kuat bukanlah pekerjaan yang mudah. Apalagi saat ini merupakan era

modernisasi dan industrialisasi dimana teknologi informasi sudah sangat cepat sehingga

akses informasi dari mana pun akan mudah. Nilai-nilai positif dan negatif serta nilai

baru dan lama akan terus berkontestasi. Posisi keluarga menjadi strategis dalam

kerangka membentengi nilai-nilai tersebut. Oleh karena itu, kerjasama berbagai pihak

baik dari pemerintah, perguruan tinggi, swasta, asosiasi dan LSM sangatlah diharapkan.

Dalam konteks ekologi, keluarga memiliki keterkaitan dengan lingkungan sekitarnya.

Keluarga sebagai bagian dalam suatu sistem akan melakukan adaptasi dengan kondisi

lingkungan yang ditempatinya. Keluarga-keluarga yang tinggal di wilayah terpencil dan

tertinggal akan melakukan adaptasi dengan lingkungan yang mereka tempati.

Tantangan di wilayah tersebut tidak kecil. Apalagi bila dibandingkan dengan wilayah-

wilayah lain yang lebih maju.

Saya sangat menyambut baik hasil karya Prof.Euis Sunarti yang menggambarkan potret

keluarga yang nyata di Indonesia. Semoga buku Potret Ketahanan Keluarga ini menjadi

acuan bagi para akademisi dan birokrat dalam menetapkan kebijakan keluarga

khususnya di wilayah terpencil dan tertinggal. Semoga buku ini dapat memberikan

kontribusi yang signifikan terhadap penyelesaian isu-isu ketahanan keluarga di

Indonesia, utamanya untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga di Indonesia.

Bogor, September 2013

Dr. Arif Satria

SAMBUTAN

DIREKTUR ADVOKASI, KOMUNIKASI, INFORMASI DAN EDUKASI. BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA

BERENCANA NASIONAL

Tantangan kegiatan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) Program Kependudukan dan

Keluarga Berencana (KKB) ke depan semakin berat. Hal tersebut berkaitan dengan pencapaian

kinerja Program KKB selama sepuluh tahun terakhir yang kurang menggembirakan: prevalensi

pemakaian kontrasepsi modern yang hanya mengalami peningkatan sebesar 1,2 persen

berkontribusi pada stagnasi angka kelahiran total sehingga laju pertumbuhan penduduk

mengalami peningkatan dari 1,45 persen (SP 2000) menjadi 1,49 persen (SP 2010). Hasil evaluasi

pelaksanaan KIE hanya berhasil meningkatkan aspek kognisi (pengetahuan), tetapi tidak diikuti

dengan aspek penerimaan (afeksi) dan perilaku (konasi). Hasil SDKI 2012 menunjukkan bahwa

hampir semua (98,9 persen) pasangan usia subur mengetahui tentang alat/cara kontrsepsi

(modern methode), tetapi hanya 57,9 persen yang memakai kontrasepsi (modern methode).

Artinya, terdapat 41 persen PUS yang hanya sebatas mengetahui alat/cara kontrsepsi, tetapi tidak

menggunakannya. Kondisi tersebut berkontribusi pada pencapaian indikator kinerja program

pembangunan kependudukan dan KB, terutama dalam upaya menurunkan angka fertilitas.

Sebagai bagian dari Revolusi Advokasi dan KIE dalam upaya Akselerasi Pembangunan KKB

dalam rangka pencapaian target RPJMN 2010 – 2014 dan MDGs 2015, kegiatan KIE Program

KKB Below The Line dilakukan secara menyeluruh yang mencakup segala wilayah, termasuk

wilayah khusus seperti tertinggal, terpencil, dan perbatasan (Galciltas). Kondisi wilayah yang

demikian menyebabkan terbatasnya infrastruktur sehingga mengakibatkan rendahnya akses

penduduk terhadap informasi, termasuk informasi tentang program KKB. Dalam upaya

pemetaan sasaran KIE Program KKB, pemahaman terhadap sasaran yang lebih spesifik mutlak

diperlukan untuk keberhasilan kegiatan KIE yang akan dilaksanakan. Semua aspek yang

menyangkut karakteristik sasaran seperti bentuk rumah tangga, sumber mata pencaharian, adat

istiadat, dan kehidupan sosial budaya lainnya merupakan informasi yang berharga yang dapat

dijadikan bahan pertimbangan dalam merancang kegiatan KIE dan merancang kegiatan lainnya.

Dalam upaya memberikan pemahaman tentang karakteristik keluarga di wilayah tertinggal,

terpencil, dan perbatasan, Direktorat Advokasi dan KIE bekerjasama dengan Prof. Dr. Ir. Euis

Sunarti, M.Si dari Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen Fakultas Ekologi Manusia Institut

Pertanian Bogor menyusun buku Potret Ketahanan Keluarga Indonesia di Wilayah

Tertinggal, Terpencil, Perbatasan, Kumuh, dan Rawan Bencana. Seperti judulnya,

buku ini berisi potret kondisi ketahanan keluarga di wilayah khusus, yaitu wilayah tertinggal,

terpencil, perbatasan, kumuh, dan rawan bencana. Keragaman keluarga seperti jenis pekerjaan

dan pola nafkah serta kondisi adat-budaya memberikan gambaran yang variatif tentang

implementasi ketahanan keluarga. Buku ini juga memberikan deskripsi tentang persepsi keluarga

tentang kependudukan dan KB, nilai dan masa depan anak, serta perkembangan kehidupan

keluarga di Indonesia. Semoga buku ini bermanfaat dalam upaya pengembangan program

kependudukan dan KB di masa yang akan datang.

Jakarta, September 2013

Direktur Advokasi dan KIE,

Drs. Yunus Patriawan Noya, M.Si

Euis Sunarti. Guru Besar Bidang

Ketahanan dan Pemberdayaan

Keluarga. Departemen Ilmu

Keluarga dan Kon sumen. Fakultas

Ekologi Manusia IPB. Sejak tahun

1999 melakukan penelitian dan

menulis mengenai ketahanan dan

pemberdayaan keluarga.