38
i LAPORAN AKHIR MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI PROVINSI BENGKULU Oleh : Umi Pudji Astuti BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN Desember 2011 No. Kode: 26.06.RDHP1801.19/022.E

LAPORAN AKHIR - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/LAPKHIR2011/... · keluarga dan menciptakan ketahanan lingkungan hijau yang

  • Upload
    vophuc

  • View
    231

  • Download
    3

Embed Size (px)

Citation preview

i

LAPORAN AKHIR

MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI

(M-KRPL) DI PROVINSI BENGKULU

Oleh :

Umi Pudji Astuti

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN

Desember 2011

No. Kode: 26.06.RDHP1801.19/022.E

ii

LAPORAN AKHIR TAHUN 2011

MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI

(M-KRPL) DI PROVINSI BENGKULU

Oleh :

Umi Pudji Astuti

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN

Desember 2011

iii

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN AKHIR TAHUN 2011

1. Judul RPTP : Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) di Provinsi Bengkulu 2. Unit Kerja : BPTP Bengkulu 3. Alamat Unit Kerja : JL. Irian KM, 6,5 Bengkulu 38119 4. Penanggung Jawab : a. Nama : Dr. Ir. Umi Pudji Astuti, MP b. Pangkat/Golongan : Pembina /IVa c. Jabatan Fungsional : Penyuluh Pertanian Madya 5. Lokasi : Provinsi Bengkulu 6. Status Penelitian (L/B) : Baru 7. Tahun Dimulai : 2011 8. Jangka Waktu : Tahunan 9. Biaya : Rp 181.850.000,- (Seratus delapan puluh

satu juta delapan ratus lima puluh ribu rupiah )

10. Sumber Dana : DIPA BPTP Bengkulu TA. 2011 Mengetahui Kepala Balai, Penanggung Jawab Kegiatan Dr. Ir. Dedi Segandi,MP Dr. Ir, Umi Pudji Astuti, MP NIP. 19590206 1986031002 NIP. 19610531 199003 2 001

iv

RINGKASAN

Pemanfaatan lahan pekarangan untuk pengembangan pangan rumah tangga merupakan salah satu alternatif untuk mewujudkan kemandirian pangan rumah tangga yang diawali dari pemanfaatkan sumberdaya yang tersedia maupun yang dapat disediakan di lingkungannya. Untuk itu perlu dilakukan berbagai upaya guna dapat mengoptimalkan pemanfaatan pekarangan guna memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga dan mengembangkan kegiatan ekonomi produktif keluarga. Tujuan kegiatan M-KRPL adalah: 1) Meningkatkan kemampuan keluarga dan masyarakat dalam pemanfaatan lahan pekarangan di perkotaan maupun pedesaan; 2) Mengembangkan sumber benih/bibit untuk menjaga keberlanjutan dan kelestarian pemanfaatan pekarangan; 3) Memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga melalui pemanfaatan lahan pekarangannya; 4) Mengembangkan kegiatan ekonomi produktif keluarga dan menciptakan ketahanan lingkungan hijau yang bersih dan sehat secara mandiri

Kegiatan M-KRPL dilaksanakan di Desa Harapan Makmur Kecamatan Pondok Kubang Kabupaten Bengkulu Tengah yang mewakili pedesaan dan di Kelurahan semarang Kecamatan sungai serut Kota Bengkulu yang mewakili perkotaan. Kegiatan dilaksanakan mulai bulan Oktober 2011 s/d Desember 2011. Jumlah petani kooperator 76 orang, jumlah demplot 6 lokasi yang mewakili strata I (luas lahan <100 m2), sedangkan strata II model perkotaan dan perdesaan. Analisis data dilakukan dengan analisis finansial, analisa usaha/BEP, serta analisis tabel. Hasil pelaksanaan diawali dengan sosialisasi kepada stakeholders dan calon petani kooperator, pembentukan kelompok, PRA, pelatihan teknis, penanaman tanaman sayuran dan pemeliharaan ayam buras. Setelah kegiatan berjalan 1 bulan dilakukan sosialisasi dan pameran kepada petani di sekitarnya dan kepada stakeholders untuk menghimpun masukan dan kerjasama dari dinas lain. Hasil sosialisasi disepakati Dinas Pertanian Kota Bengkulu memberikan bibit tanaman jeruk kalamansi kepada petani kooperator Kota Bengkulu, Dinas Peternakan dan Kelautan Bengkulu Tengah memberikan bibit ikan lele dan ikan nila, sedangkan kolam ikan dan makanan swadaya kelompok. Kegiatan M-KRPL model perkotaan telah dikunjungi Wali Kota yang sekaligus diharapkan dapat diimplementasikan di seluruh Kalurahan (67). Pemerintah Kota memberikan anggaran 25 juta per Kalurahan dengan desain model pekarangan berbasis komoditas unggulan. Analisis data kelayakan usaha dan BEP belum dilaksanakan karena kegiatan belum panen.

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah yang telah memberikan kesehatan dan

kemampuan kepada kami sehingga kami diperkenankan menyelesaikan kegiatan

Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (MKRPL) di Provinsi Bengkulu dari bulan

Oktober sampai bulan Desember 2011 yang tertuang dalam Laporan Akhir Tahun

2011.

Kegiatan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) di Provinsi Bengkulu ini

merupakan salah satu kegiatan yang harus dilaksanakan di BPTP sebagai wujud

nyata BPTP Bengkulu dalam mendukung 4 (empat sukses) program Kementerian

Pertanian,khususnya diversifikasi pangan, peningkatan nilai tambahn dan

kesejahteraan petani. Tujuan dari penyusunan laporan ini adalah untuk

mempertanggung jawabkan kegiatan selama satu tahun dan sekaligus menghimpun

masukan untuk perbaikan kegiatan selanjutnya. Realisasi kegiatan yang telah

dilaksanakan belum sesuai dengan perencanaan dikarenakan adanya keterlambatan

anggaran sehingga ada anggaran yang belum terserap. Secara prosentase, realisasi

fisik telah mencapai 90%, sedangkan realisasi keuangan mencapai %.

Kami menyadari bahwa laporan ini sangat jauh dari sempurna, oleh karena itu

evaluasi dan saran sangat kami harapkan untuk penyempurnaan laporan ini

Bengkulu, Desember 2011 Penanggung Jawab Kegiatan

Dr. Umi Pudji Astuti, MP NIP. 19610531 199003 2 001

vi

DAFTAR ISI

Halaman

I

II

III

IV

V

VI

HALAMAN JUDUL.................................................................

LEMBAR PENGESAHAN …………………………………………………….

RINGKASAN …………………………………………………………………….

KATA PENGANTAR ..............................................................

DAFTAR TABEL ……………………………………………………………….

DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………….

PENDAHULUAN ..............................................................

1.1. Latar Belakang ......................................................

1.2. Tujuan ...........................................................

1.3. Luaran ...........................................................

1.4. Perkiraan Manfaat dan Dampak ………………………………

TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................

PROSEDUR PELAKSANAAN ................................................

HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................

KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................

KINERJA HASIL PELAKSANAAN ………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA ............................................................

LAMPIRAN …………………………………………………………………….

i

ii

iii

iv

vi

vii

1

1

3

3

4

5

7

8

16

17

18

19

vii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Hasil Identifikasi Potensi Kelurahan Semarang Tahun 2011 ……………………………………………… 11

8

LAMPIRAN

Halaman 1. Surat Perintah Tugas dari kepala BPTP Bengkulu

nomor.1/KP.340/I.12.9/11/2011 tentang Tim Pelaksana Kegiatan MKRPL Tahun 2011 ……………………………………………………. 20

2. Transek hasil PRA Kelurahan Semarang ………………………………………… 21

3. Transek hasil PRA Desa Harapan Makmur …………………………………….. 22

4. Peta Kelurahan Semarang …………………………………………………………… 23

5. Peta Desa Harapan Makmur ………………………………………………………….. 24

6. Desain Pekarangan Model Perkotaan Strata I dan II ………………………. 25

7. Desain Pekarangan Model Perkotaan Strata I dan II ………………………… 26

8. Foto Kegiatan ………………………………………………………………………………. 27

9

I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembanguanan ketahanan pangan mempunyai ciri cakupan luas, adanya

keterlibatan lintas sektor, multidisiplin serta penekanan pada basis sumberdaya lokal.

Menurut Suryana (2009) pembangunan ketahanan pangan berhasil/terwujud bila dua

kondisi terpenuhi, yaitu (1) pada tataran makro, setiap saat tersedia pangan yang

cukup (jumlah, mutu, keamanan, keragaman merata dan terjangkau); (2) pada tataran

mikro, setiap rumah tangga setiap saat mampu mengkonsumsi pangan yang cukup,

aman, bergizi dan sesuai pilihannya, untuk menjalani hidup sehat dan produktif. Bila

terjadi kerawanan pangan akan mempunyai dampak besar bagi bangsa, yang meliputi

aspek ekonomi (produktivitas rendah), sosial (keresahan/ kerusuhan) serta politik

(instabilitas).

Salah satu butir kesepakatan Gubernur terkait dengan pembangunan ketahanan

pangan adalah mengembangkan ketersediaan dan mempercepat penganekaragaman

konsumsi pangan berbasis pangan lokal, melalui (a) menjamin ketersediaan sarana dan

prasarana produksi, (b) mengendalikan alih fungsi lahan, (c) melakukan pengkajian dan

penerapan berbagai teknologi tepat guna pengolahan pangan berbasis tepung-

tepungan dan aneka pangan lokal lainnya, (d) menetapkan hari-hari tertentu sebagai

hari mengkonsumsi pangan lokal, (e) mendorong berkembangnya kantin/warung

desa/sekolah/perguruan tinggi untuk memanfaatkan bahan-bahan pangan lokal (BKP,

2011).

Upaya diversifikasi pangan yang tertuang dalam salah satu butir kesepakatan

tersebut sangat strategis dalam rangka menurunkan konsumsi beras. Saat ini konsumsi

beras mencapai 139 kg/kapita/tahun. Menurut Wakil Menteri Pertanian, konsumsi ini

perlu diturunkan, idealnya pada kisaran 90 hingga 100 kg/kapita/tahun.

Presiden RI pada acara Konferensi Dewan Ketahanan Pangan di Jakarta

International Convention Center (JICC) bulan Oktober 2010, menyatakan bahwa

ketahanan dan kemandirian pangan nasional harus dimulai dari rumah tangga.

Pemanfaatan lahan pekarangan untuk pengembangan pangan rumah tangga

merupakan salah satu alternatif untuk mewujudkan kemandirian pangan rumah tangga.

Dalam masyarakat perdesaan, pemanfaatan lahan pekarangan untuk ditanami

tanaman kebutuhan keluarga sudah berlangsung dalam waktu yang lama dan masih

10

berkembang hingga sekarang meski dijumpai berbagai pergeseran. Komitmen

pemerintah untuk melibatkan rumah tangga dalam mewujudkan kemandirian pangan

perlu diaktualisasikan dalam menggerakkan lagi budaya menanam di lahan pekarangan,

baik di perkotaan maupun di pedesaan.

Kementerian Pertanian menyusun suatu konsep yang disebut dengan “Model

Kawasan Rumah Pangan Lestari” yang dibangun dari Rumah Pangan Lestari (RPL)

dengan prinsip pemanfaatan pekarangan yang ramah lingkungan untuk pemenuhan

kebutuhan pangan dan gizi keluarga, serta peningkatan pendapatan yang pada akhirnya

akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Provinsi Bengkulu memiliki potensi sumberdaya alam yang melimpah. Ketersediaan jenis

pangan dan rempah yang beraneka ragam, berbagai jenis tanaman pangan seperti padi-

padian, umbi-umbian, kacang-kacangan, sayur, buah, dan pangan dari hewani banyak kita

jumpai. Demikian pula berbagai jenis tanaman rempah dan obat-obatan dapat tumbuh dan

berkembang dengan mudah di wilayah kita ini. Namun demikian realisasi konsumsi masyarakat

masih dibawah anjuran pemenuhan gizi. Oleh karena itu salah satu upaya untuk meningkatkan

ketahanan pangan keluarga dan gizi masyarakat harus diawali dari pemanfaatkan sumberdaya

yang tersedia maupun yang dapat disediakan di lingkungannya. Upaya tersebut ialah

memanfaatkan pekarangan yang dikelola oleh keluarga.

Berdasarkan pengamatan, perhatian petani terhadap pemanfaatan lahan

pekarangan relatif masih terbatas, sehingga pengembangan berbagai inovasi yang

terkait dengan lahan pekarangan belum banyak berkembang sebagaimana yang

diharapkan. Hal ini terlihat dengan realisasi konsumsi masyarakat yang masih di bawah

anjuran pemenuhan gizi yang ditunjukkan melalui indikator skor pola pangan harapan

(PPH) nasional masih rendah 75,7 (2009). Tahun 2010 PPH Provinsi Bengkulu masih

73,2 dan ditargetkan pada tahun 2015 angka PPH kiata mencapai 95.

Kementerian Pertanian melihat potensi lahan pekarangan ini sebagai salah satu

pilar yang dapat diupayakan untuk mewujudkan kesejahteraan keluarga, baik bagi

rumah tangga di pedesaan maupun di perkotaan. Kegiatan Model Kawasan Rumah

Pangan Lestari (M-KRPL) yang diinisiasi oleh Badan Litbang Pertanian diharapkan akan

memicu lahirnya pemikiran dan konsep bagi optimalisasi pemanfaatan lahan

pekarangan, utamanya melalui pemanfaatan berbagai inovasi yang telah dihasilkan oleh

Badan Litbang Pertanian dan lembaga penelitian lainnya. Ke depan diharapkan melalui

inisiatif ini akan semakin berkembang upaya-upaya kreatif di tengah masyarakat dalam

pemanfaatan lahan dan ruang yang ada di sekitar mereka.

11

1.2. Tujuan

Tujuan jangka pendek :

1. Memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga melalui pemanfaatan lahan

pekarangannya

2. Meningkatkan kemampuan keluarga dan masyarakat dalam pemanfaatan lahan

pekarangan

3. Mengembangkan sumber benih/bibit untuk menjaga keberlanjutan dan kelestarian

pemanfaatan pekarangan

4. Mengembangkan kegiatan ekonomi produktif keluarga dan menciptakan ketahanan

lingkungan hijau yang bersih dan sehat secara mandiri

Tujuan jangka panjang adalah :

1. Kemandirian pangan keluarga

2. Diversifikasi pangan berbasis sumberdaya lokal

3. Pelestarian tanaman pangan untuk masa depan

4. Peningkatan kesejahteraan keluarga dan masyarakat

1.3 Keluaran Yang Diharapkan

1. Terbentuknya kawasan pengembangan pekarangan mendukung Rumah Pangan

Lestari di Perkotaan dan Perdesaan sebanyak 4 model

2. Terpenuhinya kebutuhan pangan dan gizi di setiap rumah tangga

3. Berkembangnya kegiatan ekonomi produktif di perdesaan dan perkotaan

1.4. Perkiraan Manfaat dan Dampak

Manfaat

Teradopsinya model pemanfaatan pekarangan di kelompok rumahtangga dalam satu

Rukun Tetangga, Rukun Warga atau satu dusun/kampung.

Dampak

1. Menurunnya pengeluaran konsumsi pangan rumah tangga masyarakat

2. Peningkatan kesejahteraan masyarakat

12

II TINJAUAN PUSTAKA

Lahan pekarangan memiliki fungsi multiguna, karena dari lahan yang relatif sempit ini, bisa

menghasilkan bahan pangan seperti umbi-umbian, sayuran, buah-buahan; bahan tanaman rempah

dan obat, bahan kerajinan tangan; serta bahan pangan hewani yang berasal dari unggas, ternak

kecil maupun ikan. Manfaat yang akan diperoleh dari pengelolaan pekarangan antara lain dapat :

memenuhi kebutuhan konsumsi dan gizi keluarga, menghemat pengeluaran, dan juga dapat

memberikan tambahan pendapatan bagi keluarga.

Berbagai jenis tanaman pangan seperti padi-padian, umbi-umbian, kacang-kacangan, sayur,

buah, dan pangan dari hewani banyak kita jumpai. Demikian pula berbagai jenis tanaman rempah

dan obat-obatan dapat tumbuh dan berkembang dengan mudah di wilayah kita ini. Namun

demikian realisasi konsumsi masyarakat masih dibawah anjuran pemenuhan gizi. Oleh karena itu

salah satu upaya untuk meningkatkan ketahanan pangan keluarga dan gizi masyarakat harus

diawali dari pemanfaatan sumberdaya yang tersedia maupun yang dapat disediakan di

lingkungannya. Upaya tersebut ialah memanfaatkan pekarangan yang dikelola oleh keluarga.

Manfaat yang akan diperoleh dari pengelolaan pekarangan antara lain dapat: memenuhi kebutuhan

konsumsi dan gizi keluarga, menghemat pengeluaran, dan juga dapat memberikan tambahan

pendapatan bagi keluarga. Potensi lahan pekarangan sebagai salah satu pilar yang dapat

diupayakan untuk mewujudkan kesejahteraan keluarga, baik bagi rumah tangga di

pedesaan maupun di perkotaan.

Konsep dan Batasan

Rumah Pangan Lestari: Tempat tinggal bagi keluarga atau rumah tangga yang

memanfaatkan pekarangannya secara intensif melalui pengelolaan sumberdaya alam lokal

secara bijaksana, yang menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara

dan meningkatkan kualitas, nilai dan keanekaragamannya (Badan Litbang, 2011).

Penataan Pekarangan: ditujukan untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya

melalui pengelolaan lahan pekarangan secara intensif dengan tata letak sesuai pemilihan

komoditas.

13

Pengelompokan Lahan Pekarangan: Dibedakan atas pekarangan perkotaan dan

perdesaan, masing-masing memiliki spesifikasi baik untuk menetapkan komoditas yang akan

ditanam, besarnya skala usaha pekarangan, maupun cara menata tanaman, ternak, dan

ikan.

a. Pekarangan Perkotaan : Pekarangan perkotaan dikelompokkan menjadi 4, yaitu: (1)

Perumahan Tipe 21, dengan total luas lahan sekitar 36 m2; (2) Perumahan Tipe 36, luas

lahan sekitar 72 m2; (3) Perumahan Tipe 45, luas lahan sekitar 90 m2; dan (4)

Perumahan Tipe 54 atau 60, luas lahan sekitar 120 m2.

b. Pekarangan Perdesaan: Pekarangan perdesaan dikelompkkan menjadi 4, yaitu (1)

pekarangan sangat sempit (tanpa halaman), (2) pekarangan sempit (<120 m2), (3)

pekarangan sedang (120-400 m2), dan (4) pekarangan luas (>400 m2).

Pemilihan komoditas: ditentukan dengan mempertimbangkan pemenuhan kebutuhan

pangan dan gizi keluarga serta kemungkinan pengembangannya secara komersial berbasis

kawasan. Komoditas untuk pekarangan antara lain: sayuran, tanaman rempah dan obat,

serta buah (pepaya, belimbing, jambu biji, srikaya, sirsak). Pada pekarangan yang lebih

luas dapat ditambahkan kolam ikan dan ternak.

Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (Model KRPL), diwujudkan dalam satu dusun

(kampung) yang telah menerapkan prinsip RPL dengan menambahkan intensifikasi

pemanfaatan pagar hidup, jalan desa, dan fasilitas umum lainnya (sekolah, rumah ibadah,

dll), lahan terbuka hijau, serta mengembangkan pengolahan dan pemasaran hasil. Suatu

kawasan harus menentukan komoditas pilihan yang dapat dikembangkan secara komersial,

dilengkapi dengan kebun bibit.

14

III PROSEDUR

3.1. Ruang Lingkup

Lokasi kegiatan Model KRPL dilaksanakan 2 (dua) unit yaitu di Kota Bengkulu

yang mewakili model perkotaan dan di Kabupaten Bengkulu Tengah) yang mewakili

model perdesaan. Kegiatan dilaksanakan mulai bulan Oktober s/d Desember 2011.

Kelompok sasaran adalah rumah tangga atau kelompok rumah tangga, dalam

beberapa Rukun Tetangga atau satu dusun/kampung dalam satu Desa atau Kelurahan.

Kelompok dibentuk dari, oleh, dan untuk kepentingan para anggota kelompok itu

sendiri. Pelaksanaan kegiatan Model KRPL di Provinsi Bengkulu dikelompokkan menjadi

dua kelompok yaitu Model KRPL Perkotaan dan Model KRPL Pedesaan. Model KRPL

Perkotaan dibagi menjadi 2 strata yaitu: strata I luas lahan pekaranagan < 100 m2

dengan komoditas Sayuran; strata II luas lahan pekarangan 100 – 200 m2 dengan

komoditas sayuran-ayam-ikan- tanaman obat. Model KRPL Pedesaan dibagi menjadi 2

strata yaitu : Strata I luas lahan < 400 m2 dengan komoditas Sayuran-ayam-ikan-

tanaman obat, dan strata II luas lahan > 400 m2 dengan komoditas sayuran-

kambing/sapi-ikan-umbi umbian.

3.2. Pendekatan

Pola kegiatan dilaksanakan dalam 1 kawasan yang terdirir dari beberapa RT atau

dukuh dengan pendekatan secara partisipatif yang melibatkan kelompok sasaran, tokoh

masyarakat, dan perangkat desa.

3.3. Tahapan untuk mencapai tujuan dan luaran adalah :

Persiapan

Sosialisasi

Pembentukan Kelompok

Perencanaan Kegiatan melalui PRA

Penetapan Petani Kooperator dan petani Demplot

Pelatihan

Pelaksanaan

Monitoring dan Evaluasi

IV HASIL PELAKSANAAN

15

4.1. Karakteristik Lokasi Kegiatan

Kelurahan Semarang

Gambar.1 Peta kelurahan Semarang

Luas wilayah Kelurahan Semarang 142,98 Ha (9 RT, 3 RW)dengan jumlah

penduduk 1.540 jiwa, komoditas unggulannya adalah padi. Jenis tanah pada

umumnya Podsolik Merah Kuning (PMK) yang kurang subur, kelembaban 60 – 70%

dan tinggi tempat 0 – 15 dari permukaan laut Kegiatan-kegiatan ibu-ibu di desa

tersebut antara lain program PKK, lomba2, Majelis taklim per RT, usaha peningkatan

pendapatan keluarga (UPPKS). Luas pekarangan masyarakat per kk bervariasi

Desa Harapan Makmur

Penduduk Desa Harapan Makmur berjumlah 2103 jiwa, 668 KK. Komoditas

unggulannya adalah karet, sawit, padi. Dusun 1 yang merupakan lokasi MKRPL

adalah desa lumbung pangan. Kegiatan-kegiatan ibu-ibu di desa tersebut antara lain

program PKK, lomba2, Majelis taklim per RT, tabungan lebaran, usaha peningkatan

pendapatan keluarga (UPPKS). Luas pekarangan masyarakat per kk bervariasi 200

m2 hingga 2500 m2.

16

Gambar2. Peta desa Harapan Makmur dan Lokasi kegiatan M-KRPL

4.2. Persiapan

Kegiatan persiapan dilaksanakan sejak bulan Juni 2011 setelah pelaksanaan

Rapat Kerja Lingkup Balai Besar Pengkajian di Solo bulan Mei 2011 dengan kegiatan :

(1) pengumpulan informasi awal tentang potensi sumberdaya dan kelompok sasaran,

(2) pertemuan dengan dinas terkait Badan Ketahanan Pangan Provinsi untuk mencari

kesepakatan dalam penentuan calon kelompok sasaran dan lokasi, (3) koordinasi

dengan Dinas Pertanian dan Dinas Terkait lainnya di Kabupaten/Kota

4.3. Sosialisasi

Telah dilaksanakan dua kali di BPTP Bengkulu dengan tujuan menyampaikan

maksud dan tujuan kegiatan dan membuat kesepakatan awal untuk rencana tindak

lanjut yang akan dilakukan. Kegiatan sosialisasi pertama dilakukan pada bulan Oktober

kepada stakeholders dan calon petani kooperator/kelompok sasaran dan pemuka

masyarakat serta petugas pelaksana instansi terkait (Foto terlampir). Tindak lanjut

dari sosialisasi ini dilakukan pertemuan tingkat RT dan Kelurahan dan Desa. Hasil

pertemuan di tingkat RT dan Desa dibentuklah kelompok baru di Kota Bengkulu dan di

Desa Harapan Makmur dihimpun peserta KRPL dari kelompok wanitatani Anggrek

Putih.

17

Sosialisasi berikutnya dilakukan di BPTP Bengkulu pada bulan Desember 2011

dengan tujuan mensosialisasikan kegiatan yang telah berjalan kepada petani di luar

Desa/Kelurahan lain dan stakeholders untuk memberikan dukungan keberhasilan

kelompok yang sedang berjalan. Pada kesempatan ini disepakati adanya bantuan bibit

ikan nila dan lele dari Dinas Peternakan dan Kelautan Bengkulu Tengah, sedangkan

kolam dan makanan ikan dilakukan swadaya kelompok. Demikian juga Dinas pertanian

Kota Bengkulu siap memberikan bibit jeruk kalamansi untuk kelompok di Kota

Bengkulu.

Pada tanggal 22 Desember dilaksanakan pameran MKRPL (Foto terlampir) dan

dialog interaktif di TVRI stasiun Bengkulu melalui acara Klinik Tani. Dampak dari

sosialisasi ini disambut baik oleh Pemerintah Kota Bengkulu, Bapak Walikota meninjau

langsung kegiatan petani Demplot model Perkotaan strata I dan II yang berada di

Kelurahan Semarang (Nurjanah dan Yuni Agus). Tindak lanjut dari kunjungan Walikota

ke BPTPP dan petani demplot diharapkan seluruh Kelurahan (67) yang berada di Kota

Bengkulu melakukan kegiatan serupa melalui program pemberdayaan masyarakat

menuju ekonomi produktif. Setiap Kelurahan akan disediakan anggaran sekitar 25 juta

rupiah. Kegiatan ini akan dituangkan dalam kerjasama antara Pemerintah Kota dengan

BPTP melalui penandatanganan MoU pada tahun 2012.

4.4. Pembentukan Kelompok

Kelompok MKRPL model Perkotaan dibentuk melalui bimbingan penyuluh lapangan

dikarenakan kelompok sasaran/kooperator belum ada kelompok. Di Kelurahan

Semarang terbentuk 2 (dua) kelompok wanita tani yaitu 1) Kelompok Semarang

Lestari yang beranggotakan 42 orang dengan ketua : ibu Jusmani. 2) Kelompok Bukit

Lestari beranggotakan 18 orang dengan ketua kelompok bapak Eko Kristanto.

Sedangkan kelompok M-KRPL model Perdesaan di Desa Harapan Makmur adalah

kelompok Anggrek Putih (kelompok ini sudah terbentuk cukup lama) dengan jumlah

kooperator KRPL 30 orang dengan ketua Ibu Suminah

4.5. Pelaksanaan PRA

PRA bertujuan untuk mengumpulkan dan menganalisis berbagai informasi yang

dibutuhkan dalam rangka perancangan jenis-jenis inovasi yang dibutuhkan untuk

mendukung M-KRPL yang akan dikembangkan di desa, sesuai dengan potensi

18

sumberdaya yang tersedia dan permasalahan yang dihadapi petani. PRA dilaksanakan

pada awal bulan November untuk mengetahui pemanfaatan lahan pekarangan

eksisting, permasalahan dan kendala yang pada akhirnya sebagai bahan penyusunan

disain pekarangan dan penentuan petani demplot. Selain itu dilakukan penyusunan

rencana kerja untuk satu tahun. Kegiatan tersebut dilakukan bersama-sama dengan

kelompok dan dinas instansi terkait.

Keluaran yang diharapkan dari PRA adalah : (1) pemahaman masalah

pengembangan kawasan rumah pangan lestari (peta desa, monografi desa dan

transek), (2) rancangan M-KRPL dan jenis-jenis inovasi pertanian yang akan dilakukan

serta demplot M-KRPL pada 2 strata luas lahan, dan (3) Kesepakatan M-KRPL dengan

petani dan stakeholder

Hasil PRA Desa Harapan Makmur antara lain potensi lahan pekarangan cukup

luas dan sudah dimanfaatkan (sesuai program P2KP Kabupaten) namun dalam

pelaksanaan optimalisasi pekarangan ini belum ada sentuhan teknologi yang terlihat

dari jenis tanaman serta produksi yang dihasilkan.

Kendala yang dihadapi selama ini : pada musim kemarau petani kesulitan

memperoleh air, ternak masyarakat masih ada yang memelihara ternak tidak intensif

dan dilepas, kesuburan tanah rendah. Hasil PRA disepakati ada tiga petani kooperator

sebagai lokasi demplot yang masing-masing mewakili strata model perdesaan yaitu

Ibu suminah (strata II) dan ibu Sumarmi dan ibu Sri Rahayu (strata I), desain model

terlampir.

Hasil PRA di Kalurahan Semarang, Kota Bengkulu : halaman pekarangan

bervariasi ada yang sempit dan cukup luas sehingga disepakati dibentuk dua strata

yaitu strata I (luas lahan <100 m2) dan strata II (luas lahan 100 – 200 m2).

Pemanfaatan lahan cukup tertata namun belum ada varietas unggul yang digunakan

dan teknologi pemeliharaan belum dilakukan (pemupukan, penyiangan). Dinas

Pertanian Kota bersedia memberikan bibit buah jeruk kalamansi di kelompok, dan

akan ditindak lanjuti dengan pengajuan proposal oleh kelompoktani. Kendala yang

dihadapi, lahan tertalu liat sehingga air sulit meresap, sering terjadi banjir. Pada lahan

sawah, IP padi baru 200 karena selalu ada perbaikan saluran irigasi. Hasil identifikasi

(Tabel 1) dan traksek desa/kelurahan terlampir. Lokasi demplot ada dua yang

mewakili strata I oleh Yuni Agus sedangkan strata II oleh ibu Jusmani dan ibu

Nurjanah Asmawi Musa.

Tabel 1. Hasil Identifikasi Potensi Kelurahan Semarang Tahun 2011

19

Lahan Sawah Irigasi

dan Sawah Tadah

Hujan

Pemukiman dan pekarangan

Luas lahan (ha) 6 HA 102, Ha

Kesuburan

tanah

Rendah Rendah Rendah

Jenis tanaman Ubi Kayu, Pisang,

kelapa , Kakao

Padi sawah Tanaman dalam pot (Cabe,

tomat, Terong), tanaman buah

Jenis ternak - - Ayam Buras, entok, kambing,

puyuh

Pola usaha tani • Lahan tidur Padi • Ternak (kambing : dilepas, ayam : dilepas)

• Buruh tani (sawah), • Bangunan • Dagang Sayur keliling • Dagang warung

Status lahan

petani

Semak blukar Lahan milik, sewa/garap Lahan milik

Respon petani

terhadap inovasi

- Baik Baik

Masalah

teknologi

- • Pengolahan lahan menggunakan traktor

• Padi: varietas baru • Pergiliran penggunaan

belum teratur • Kesadaran petani

mengelola air irigasi

• Kotoran ternak belum diolah • Cara budidaya tanaman

sayuran • masih sederhana • Pemanfaatan pekarangan

belum maksimal

Masalah sosial

dan

kelembagaan

- • Tanam serentak padi terkendala kurangnya air irigasi

• pada musim tertentu hanya satu kali tanam

• Belum ada terbentuk kelompok untuk mengelola lahan pekarangan

• Lahan pekarangan sebagian besar masih kosong hanya digunakan sebagai taman rumah

20

4.6. Penyusunan Desain Pekarangan

Desain pekarangan disusun oleh tim MKRPL dengan mempertimbangkan kondisi

lahan dan kemampuan petani.

Model Perkotaan : Strata I (Luas < 100 m2)

1. Tanaman sayuran vertikultur : tingkat 4 diisi dengan tanaman kangkung, bayam,

sawi, daun bawang

2. Tanaman sayuran vertikultur vertikal dan horizontal : bayam, sawi, cabe

3. Tanaman obat dan sayuran vertikultur : kencur, kunyit, kunyit putih, sirih merah,

kemangi, kenikir,

4. Tanaman sayuran dalam polibag : tomat, terung, cabe, kacang panjang , buncis

tegak diletakkan di teras rumah

5. Tanaman sayuran dan obat yang ditanam di halaman sempit : 1) kangkung -

kacang panjang; 2) kangkung – sawi; 3 ) cabe – timun; 5) kunyit, kunyit putih,

cahe, kencur, lengkuas

6. Kolam kelompok (Ikan nila/lele)

Model Perkotaan : Strata II (luas pekarangan 100 – 200 m2 )

1. Tanaman sayuran dalam polibag : Tanaman sayuran di polibag : tomat, terung,

cabe, kacang panjang , buncis tegak diletakkan di teras rumah

2. Tanaman sayuran, buah-buahan dan obat yang ditanam di halaman : kangkung -

kacang panjang; kangkung – sawi; cabe – timun; tomat – terung hijau; jeruk

kalamansi; mangga Bengkulu; sirsak/ pisang ; lengkuas, kapulogo, kunyit, kunyit

putih

3. Ayam kampung (telur dan daging)

4. Kolam ikan : (lele, Nila)

5. Kebun bibit desa/kelurahan

6. Mesin tetas ayam

Model Perdesaan : Strata I (luas pekarangan < 400 m2)

1. Contoh tanaman vertikultur sayuran ( 4 tingkat, paralon tegak)

2. Tanaman sayuran dalam polibag : Tanaman sayuran di polibag : tomat, terung,

cabe, kacang panjang , buncis tegak diletakkan di teras rumah

21

3. Tanaman sayuran, buah-buahan dan obat yang ditanam di halaman : kangkung -

kacang panjang; kangkung – sawi; cabe – timun; tomat – terung hijau; jeruk

kalamansi; mangga Bengkulu; sirsak; pisang; lengkuas, kapulogo, kunyit, kunyit

putih

4. Ayam kampung (telur dan daging)

5. Kolam ikan : (lele, Nila)

Model Perdesaan : Strata II (luas pekarangan > 400 m2)

1. Tanaman sayuran dalam polibag : Tanaman sayuran di polibag : tomat, terung,

cabe, kacang panjang , buncis tegak diletakkan di teras rumah

2. Tanaman sayuran, buah-buahan dan obat yang ditanam di halaman : kangkung -

kacang panjang; kangkung – sawi; cabe – timun; tomat – terung hijau; jeruk

kalamansi; mangga Bengkulu; sirsak; lengkuas, kapulogo, kunyit, kunyit putih

3. Tanaman pisang, umbi-umbian (ganyong, garut, uwi)

4. Ayam kampung (telur dan daging)

5. Kolam ikan : (lele, Nila)

6. Kambing kacang,

7. Kebun bibit desa

4.7. Pelatihan

Pelatihan dilakukan bulan November sebelum pelaksanaan penanaman di

lapang. Jenis pelatihan yang dilakukan diantaranya: teknik budidaya tanaman sayuran,

toga, teknik budidaya ikan dan ternak ayam, pengolahan hasil (khususnya kue dan

sirup mangga), serta teknologi pengelolaan limbah rumah tangga menjadi kompos.

4.8. Penguatan Kelembagaan Kelompok

Pada tahap ini (2 bulan berjalan) belum dilakukan penguatan kelembagaan

tetapi akan dilakukan pada tahun kedua dengan tujuan untuk meningkatkan

kemampuan kelompok agar : (1) mampu mengambil keputusan bersama melalui

musyawarah; (2) mampu menaati keputusan yang telah ditetapkan bersama; (3)

mampu memperoleh dan memanfaatkan informasi; (4) mampu untuk bekerjasama

dalam kelompok (sifat kegotong-royongan); dan (5) mampu untuk bekerjasama

dengan aparat maupun dengan kelompok-kelompok masyarakat lainnya.

22

4.9. Bimbingan Teknis

Bimbingan teknis dilaksanakan secara rutin dan berkelanjutan dengan tujuan

agar petani kooperator terampil dalam mengelola lahan pekarangannya serta

memahami cara budidaya sayuran di lahan pekarangan. Bimbingan teknis dilakukan

secara bersama-sama antara peneliti/penyuluh BPTP sebagai nara sumber, teknis

BPTP serta penyuluh lapangan dan petugas pertanian kecamatan.

4.10. Analisis Ekonomi

Dari kegiatan yang dilaksanakan, tanaman sayuran yang telah dipanen dan

dijual antara lain : kangkung, sawi dan ketimun. Hasil yang diperoleh petani demplot

dalam luasan 4 m X 5 m diperoleh 100 ikat kangkung dengan harga jual Rp 1000,-

/ikat. Hasil penjualan kangkung, timun dan sawi perdana yang dikelola kelompok

seluas 10 m X 5m sebesar Rp 170.000 , hasil penjualan bibit cabe sebesar Rp 50.000,-

4.11. Kebun Bibit Desa (KBD)

Pada tahap pelaksanaan kegiatan tahun 2011 belum terbentuk KBD

mengingat kesediaan SDM petani belum siap sehingga pembibitan dilaksanakan di

areal BPTP yang nantinya akan dikembangkan menjadi Kebun Bibit Inti (KBI).

23

V KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Adanya kegiatan M-KRPL khususnya aktivitas menanam sayuran di lahan pekarangan

menambah wawasan dan keterampilan ibu-ibu dan anggota keluarga dalam

pemanfaatan lahan pekarangan

2. Kebutuhan pangan khususnya sayuran dan makanan tambahan dari umbi dapat

terpenuhi dari lahan pekarangan yang dikelola dengan baik dan sungguh-sungguh

3. Kegiatan ekonomi produktif keluarga dapat berjalan dan terciptanya lingkungan hijau

yang bersih dan sehat.

Saran

1. Analisis finasial dan kajian curahan tenaga kerja serta pasar perlu dilakukan agar hasil

petani kooperator dapat terjual dengan harga yang layak

2. Model Kawasan Rumah Pangan Lestari perlu disosialisasikan ke seluruh Kabupaten

3. Perlu adanya dukungan stakeholders untuk mengebangkan KBD di setiap Kelurahan/Desa

24

VI KINERJA HASIL

1. Tersusunya laporan akhir kegiatan

2. Tereplikasikannya M-KRPL model perkotaan di 67 Kelurahan pada tahun 2012

25

DAFTAR PUSTAKA Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2011. Petunjuk Pelaksanaan

Pengembangan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Bogor

Badan Ketahanan Pangan Provinsi Bengkulu, 2010. Bahan Presentasi Rakorbang. Badan

Ketahanan Pangan Provinsi Bengkulu, Bengkulu. BPS Provinsi Bengkulu. 2011. Provinsi Bengkulu dalam Angka. Bappeda dan BPS Provinsi

Bengkulu, Bengkulu.

http://pacitanisti.com/batu-mulia-2/pertanian-batu-mulia-2/melihat-konsep-brilian-krpl-di-pacitan/#more-1678. Melihat Konsep Berlian KRPL di Pacitan. Diakses pada tanggal 26 Mei 2011.

http://id.shvoong.com/lifestyle/home-and-garden/2041150-menanam-sayuran-di-

pekarangan-rumah/#ixzz1LcVwN6h8

26

LAMPIRAN

Lahan Kering Atas Lahan Sawah Irigasi dan

Sawah Tadah Hujan Pemukiman dan pekarangan

Luas lahan (ha) 6 HA 102, Ha

Kesuburan tanah Rendah Rendah Rendah

Jenis tanaman Ubi Kayu, Pisang, Kelapa , Kakao

Padi sawah Tanaman dalam pot (Cabe, tomat, Terong), tanaman buah

Jenis ternak - - Ayam Buras, entok, kambing, puyuh

Pola usaha tani • Lahan tidur

Padi • Ternak (kambing : dilepas, ayam : dilepas)

• Buruh tani (sawah), • Bangunan • Dagang Sayur keliling • Dagang warung

Status lahan petani

Semak blukar

Lahan milik, sewa/garap Lahan milik

Respon petani terhadap inovasi

- Baik Baik

Masalah teknologi

- • Pengolahan lahan menggunakan traktor

• Padi: varietas baru • Pergiliran penggunaan belum

teratur • Kesadaran petani mengelola

air irigasi

• Kotoran ternak belum diolah • Cara budidaya tanaman sayuran • masih sederhana • Pemanfaatan pekarangan belum

maksimal

Masalah sosial dan kelembagaan

- • Tanam serentak padi terkendala kurangnya air irigasi

• pada musim tertentu hanya satu kali tanam

• Belum ada terbentuk kelompok untuk mengelola lahan pekarangan

• Lahan pekarangan sebagian besar masih kosong hanya digunakan sebagai taman rumah

27

Peta transek Desa Harapan

Sawah Tegalan /

kebun

campuran

Sawah Pemukiman/

pekarangan

Sawah Tegalan /

kebun

campuran

Pemukiman/

pekarangan

Luas lahan(ha) <400 m2 >400 m2

Jenis tanah PMK PMK

Kesuburan

tanah

Jenis tanaman Sawit, karet Sawit,

karet

Jenis ternak Kambing,

sapi

Kambing,

sapi

Status lahan

petani

milik milik milik

Respon petani

terhadap

inovasi

tinggi tinggi

Masalah

teknologi

Masih tradisional Masih

tradisional

Masalah teknis

dan sosial

Sebagian Ternak

tidak dikandang

kan

Sebagian

Ternak tidak

dikandang

kan

28

Sebaran Petani Kooperator MKRPL Model Perkotaan Tahun 2011

29

Sebaran Petani Kooperator MKRPL Model Perdesaan Tahun 2011

30

Desain Pekarangan Model Perkotaan Strata I

31

Desain Pekarangan Model Perkotaan Strata II

32

Desain Pekarangan Model Perkotaan Strata II

33

Desain Pekarangan Model Perdesaan Strata I

34

Desain Pekarangan Model Perdesaaan Strata II

35

FOTO KEGIATAN

Pemanfaatan Lahan Pekarangan Eksisting

36

Bimbingan Teknis oleh Petugas

Rak Pembibitan Pemanenan Hasil

37

Sosialisasi kegiatan MKRPL Bengkulu dan Pameran

38

Kunjungan Bp Walikota ke lokasi MKRPL Bengkulu