40
POTENSI SERAPAN KARBON PADA TEGAKAN AKASIA WISSA HARRY PAMUDJI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

potensi serapan karbon pada tegakan akasia wissa harry pamudji

  • Upload
    buidien

  • View
    237

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: potensi serapan karbon pada tegakan akasia wissa harry pamudji

POTENSI SERAPAN KARBON

PADA TEGAKAN AKASIA

WISSA HARRY PAMUDJI

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011

Page 2: potensi serapan karbon pada tegakan akasia wissa harry pamudji

POTENSI SERAPAN KARBON

PADA TEGAKAN AKASIA

WISSA HARRY PAMUDJI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kehutanan pada

Departemen Manajemen Hutan

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011

Page 3: potensi serapan karbon pada tegakan akasia wissa harry pamudji

ii

RINGKASAN

WISSA HARRY PAMUDJI. Potensi Serapan Karbon pada Tegakan Akasia.

Dibimbing oleh SRI RAHAJU dan PRIYANTO.

Hutan memiliki fungsi yang meliputi segi sosial, ekonomi, ekologi, dan

lingkungan yang cukup penting bagi kehidupan manusia. Pada kenyataannya

upaya untuk mempertahankan kestabilan fungsi hutan akan sulit dilakukan

terutama bagi negara-negara yang sedang berkembang, dimana fungsi ekonomi

hutan lebih dominan. Pemanfaatan hutan yang tidak diimbangi oleh usaha

pemeliharaan dan perawatan akan mengakibatkan kerusakan hutan dan kerugian

bagi manusia. Berkaitan dengan hal tersebut, kerusakan hutan merupakan salah

satu penyebab perubahan iklim global. Solusi yang mungkin dilakukan saat ini

adalah mempertahankan luas hutan yang masih ada didasarkan pada fungsi hutan

sebagai tempat penyimpanan karbon.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi serapan karbon pada

tanaman akasia di BKPH Parungpanjang KPH Bogor. Penerapan metode

penarikan contoh dilanjutkan dengan metode destruktif menggunakan pohon

contoh dari masing-masing kelas umur dilakukan dalam penelitian ini. Selain itu,

pengujian validasi berdasarkan poohon contoh dilakukan untuk menguji

persamaan yang ada di lokasi penelitian. Pendugaan potensi serapa karbon pada

masing-masing kelas umur menggunakan persamaan yang sudah divalidasi.

Hasil penelitian menunjukan bahwa serapan karbon pada masing-masing

kelas umur berbeda-beda, yaitu pada kelas umur 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan 8 berturut

sebesar 2,923 ton ha-1

, 17,624 ton ha-1

, 23,987 ton ha-1

, 49,581 ton ha-1

, 20,782

ton ha-1

, 15,326 ton ha-1

, dan 56,047 ton ha-1

. Peningkatan dugaan potensi serapan

karbon terlihat seiring dengan meningkatnya kelas umur tegakan akasia, kecuali

kelas umur 6 dan 7, hal tersebut disebabkan oleh kondisi tegakan yang terserang

penyakit.

Kata kunci: akasia, serapan karbon, metode penarikan contoh, metode destruktif,

pengujian validasi

Page 4: potensi serapan karbon pada tegakan akasia wissa harry pamudji

iii

SUMMARY

WISSA HARRY PAMUDJI. Potention of Carbon for Acasia Forest. Supervised

by SRI RAHAJU dan PRIYANTO.

Forest has a function that includes social, economic, ecological, and

environmentally important enough for human life. In fact, efforts to maintain the

stability of forest function would be difficult to do especially for countries that are

developing, where the economic function of forests is more dominant. Utilization

of forest that are not offset by maintenance and repair efforts will result in forest

destruction and human losses. In this context, the destruction of forests is one of

the causes of global climate change. Solutions that might be done now is to

maintain the remaining forest area based on the function of forests as carbon

storage.

This study aims to determine the potential for carbon uptake in acacia at

BKPH Parungpanjang KPH Bogor. In this research, application of sampling

method followed by a destructive method using a tree sample of each age class. In

addition, validation testing based on sample trees conducted to test the equality of

the research sites. Estimation of potential carbon uptake in each age class using

the equations that have been validated.

The results showed that carbon uptake in each age class is different, namely

in age class 2, 3, 4, 5, 6, 7, and 8 respectively of 2,923 tons ha-1,

17,624 tons ha-1

,

23,987 tons ha-1

, 49,581 tons ha-1

, 20,782 tons ha-1

, 15,326 tons ha-1

, and 56,047

tons ha-1

. Increased expectations of potential carbon uptake seen with increasing

age class in acacia stands, except for age class 6 and 7, it is caused by a diseased.

Keywords: acacia, carbon absorption, sampling methods, destructive methods,

validation test

Page 5: potensi serapan karbon pada tegakan akasia wissa harry pamudji

iv

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Potensi Serapan Karbon pada

Tegakan Akasia adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan

dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada

perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau

dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir

skripsi ini.

Bogor, Januari 2011

Wissa Harry Pamudji

NRP E14050801

Page 6: potensi serapan karbon pada tegakan akasia wissa harry pamudji

v

Judul Skripsi : Potensi Serapan Karbon pada Tegakan Akasia

Nama : Wissa Harry Pamudji

NRP : E14050801

Menyetujui:

Komisi Pembimbing

Ketua, Anggota,

Dra. Sri Rahaju, M.Si. Priyanto, S.Hut.

NIP 19611217 199003 2 003 NIP 19750508 200501 1 003

Mengetahui,

Ketua Departemen Manajemen Hutan

Fakultas Kehutanan IPB

Dr. Ir. Didik Suhardjito, MS.

NIP 19630401 199403 1 001

Tanggal Lulus :

Page 7: potensi serapan karbon pada tegakan akasia wissa harry pamudji

vi

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 3 Mei 1987 sebagai anak pertama

dari tiga bersaudara pasangan Bapak Manuriyanto dan Ibu Pudji Rahayu. Pada

tahun 2005 penulis lulus dari Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 3 Jakarta

dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SPMB dan

menempuh Pendidikan Tingkat Bersama (TPB) selama satu tahun (2005/2006)

sebelum akhirnya diterima di Program Studi Manajemen Hutan, Fakultas

Kehutanan IPB pada tahun ajaran 2006/2007. Selama masa perkuliahan, penulis

aktif dalam organisasi kemahasiswaan yaitu sebagai staf dan Kepala Departemen

VCP IFSA LC IPB 2006/2008.

Penulis telah mengikuti Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) pada

tahun 2007 di Kamojang-Sancang, Praktek pengelolaan Hutan (P2H) pada tahun

2008 di Gunung Walat Sukabumi dan di KPH Cianjur Perum Perhutani Unit III

Jawa Barat dan Banten serta Praktek Kerja lapang (PKL) tahun 2009 di IUPHHK

HTI Arara Abadi distrik Gelombang, Siak Riau. Untuk memperoleh gelar Sarjana

Kehutanan IPB penulis menyelesaikan skripsi dengan judul Potensi Serapan

Karbon pada Tegakan Akasia dibimbing oleh Dra. Sri Rahaju, M.Si. dan Priyanto,

S.Hut.

Page 8: potensi serapan karbon pada tegakan akasia wissa harry pamudji

vii

KATA PENGANTAR

Penulis panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan

rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Skripsi yang

berjudul Potensi Serapan Karbon pada Tegakan Akasia ini disusun sebagai salah

satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan

Institut Pertanian Bogor.

Penulis menugcapkan terimakasih kepada Ibu Dra. Sri Rahaju, M.Si. dan

Bapak Priyanto, S.Hut. selaku pembimbing serta Bapak Dr. Ir. Omo Rusdiana,

M.Sc., Ibu Ir. Siti Badriyah Ruhayati, M.Si., dan Ibu Arinana, S.Hut, M.Si.

sebagai penguji. Selain itu penghargaan penulis disampaikan pula kepada Bapak

Slamet, Bapak Suhardiat, dan Bapak Awah serta pegawai BKPH Parungpanjang

lainnya atas bantuannya selama pengambilan dan pengumpulan data penelitian.

Ungkapan terimakasih juga disampaikan kepada Bapak dan Ibu penulis

Manuriyanto dan Pudji Rahayu serta adik-adikku tercinta Yeria Rayanti dan Risa

Sawitri yang selalu memberikan dukungan, doa dan kasih sayangnya, teman-

teman Tim Jepun (Alfian, Faris, Andrea, dll) atas kebersamaan dan bantuan yang

telah diberikan selama ini, dan keluarga Besar MNH 42 terima kasih atas

kebersamaan dan kekompakan selama ini.

Bogor,

Penulis

Page 9: potensi serapan karbon pada tegakan akasia wissa harry pamudji

viii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL .............................................................................................. ix

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xi

I PENDAHULUAN........................................................................................ 1 1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1 1.2 Tujuan Penelitian ................................................................................. 2 1.3 Manfaat Penelitian ............................................................................... 2

II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................... 3

2.1 Acacia mangium .................................................................................. 3 2.2 Biomassa ............................................................................................. 3

2.3 Karbon ................................................................................................. 4 2.4 Pendugaan Biomassa ........................................................................... 5

III METODE PENELITIAN ............................................................................. 7

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................. 7 3.2 Bahan dan Alat .................................................................................... 7 3.3 Pengumpulan Data .............................................................................. 7

3.4 Pengolahan Data .................................................................................. 8 3.4.1 Perhitungan kadar air ................................................................ 8

3.4.2 Perhitungan biomassa ............................................................... 9 3.4.3 Perhitungan karbon pohon ........................................................ 9 3.4.4 Perhitungan karbon serasah ...................................................... 9

3.4.5 Validasi persamaan penduga biomassa .................................... 9

3.4.6 Pendugaan potensi serapan karbon ........................................... 10

IV KEADAAN UMUM LOKASI .................................................................... 12 4.1 Letak .................................................................................................... 12 4.2 Luas ..................................................................................................... 13

4.3 Keadaan Lapangan .............................................................................. 13 4. 4 Sarana dan Prasarana Hutan ................................................................ 13

V HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 15 5.1 Biomassa pohon .................................................................................. 15 5.2 Serasah ................................................................................................. 21

VI KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 23 6.1 Kesimpulan .......................................................................................... 23

6.2 Saran .................................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 24

LAMPIRAN ....................................................................................................... 26

Page 10: potensi serapan karbon pada tegakan akasia wissa harry pamudji

ix

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1 Biomassa dan serapan karbon tanaman akasia di PT Musi Hutan Persada

(Heriyansyah et al. 2007) ...........................................................................Error! Bookmark not defined.

2 Jumlah plot contoh.......................................................................................Error! Bookmark not defined.

3 Luas areal hutan BKPH Parungpanjang ...................................................... 13

4 Tinggi tempat dan kisaran curah hujan pada RPH/Kelompok Hutan di

BKPH Parungpanjang.................................................................................. 13

5 Bangunan yang terdapat di BKPH Parungpanjang ...................................... 14

6 Data pengukuran plot contoh ....................................................................... 15

7 Berat basah (kg) pada pohon contoh pada berbagai bagian ........................ 16

8 Biomassa (kg) pada pohon contoh pada berbagai bagian ............................ 16

9 Biomassa akasia (kg) yang diduga menggunakan persamaan dan

biomassa aktual............................................................................................ 17

10 Dugaan potensi biomassa dan serapan karbon pada tanaman akasia di

BKPH Parungpanjang.................................................................................. 18

11 Biomassa dan serapan karbon tanaman akasia di PT Musi Hutan Persada

(Heriyansyah et al. 2007) ............................................................................ 20

12 Biomassa dan serapan karbon pada serasah ................................................ 21

Page 11: potensi serapan karbon pada tegakan akasia wissa harry pamudji

x

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1 Plot ukur pengukuran pohon dan serasah. ................................................... 8

2 BKPH Parungpanjang.................................................................................. 12

3 Pengukuran diameter. .................................................................................. 15

4 Penimbangan berat basah pohon contoh. .................................................... 17

5 Biomassa (■) dan serapan karbon (♦) pada tanaman akasia pada berbagai

kelas umur.................................................................................................... 18

6 Kondisi tegakan KU 6 (A), KU 7 (B), dan KU 8 (C). ................................. 20

7 Biomassa (♦) dan serapan karbon (■) pada serasah pada berbagai kelas

umur. ............................................................................................................ 21

8 Kondisi tegakan KU 2 (A) dan KU 3 (B). ................................................... 22

Page 12: potensi serapan karbon pada tegakan akasia wissa harry pamudji

xi

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1 Data pohon contoh ....................................................................................... 27

Page 13: potensi serapan karbon pada tegakan akasia wissa harry pamudji

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hutan memiliki fungsi yang meliputi segi sosial, ekonomi, ekologi dan

lingkungan yang cukup penting bagi kehidupan manusia baik pada masa kini

maupun pada masa yang akan datang. Pada kenyataannya upaya untuk

mempertahankan kestabilan fungsi hutan akan sulit dilakukan terutama bagi

negara-negara yang sedang berkembang dimana fungsi ekonomi hutan lebih

dominan, karena hutan merupakan salah satu sumber utama penghasilan devisa

negara dari penjualan kayu dan hasil hutan lainnya. Pemanfaatan fungsi hutan

yang tidak diimbangi oleh usaha pemeliharaan dan perawatan akan

mengakibatkan kerusakan hutan sekaligus kerugian bagi manusia, sehingga

diperlukan usaha konkrit yang berkesinambungan dalam memperbaiki

pengelolaan hutan untuk menjamin kelestarian hutan dimasa yang akan datang.

Berkaitan dengan hal tersebut, kerusakan hutan merupakan salah satu

penyebab perubahan iklim global. Solusi yang memungkinkan dilakukan saat ini

adalah mempertahankan luas hutan yang ada di permukaan bumi yang didasarkan

pada fungsi hutan sebagai tempat penyimpanan karbon.

Salah satu faktor yang dapat menurunkan akumulasi karbondioksida (CO2)

di atmosfer adalah penyerapan oleh vegetasi. CO2 di atmosfer dapat diserap oleh

pohon melalui proses fotosintesis. Tanaman atau pohon di hutan berfungsi sebagai

tempat penimbunan dan pengendapan karbon dan istilah ini disebut rosot karbon.

Proses penyimpanan karbon di dalam tanaman yang sedang tumbuh disebut

sebagai sekuestrasi karbon (carbon sequestration). Jumlah karbon yang ditimbun

dalam tanaman sangat bergantung pada jenis dan sifat tanaman itu sendiri.

Konferensi iklim di Kyoto Jepang yang pada tahun 1997 menghasilkan

suatu kesepakatan yang dinamakan Protokol Kyoto bertekad untuk menstabilkan

Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar 5,2% dibawah tingkat emisi 1990 yang akan

dicapai pada tahun 2008 dan diperkirakan akan stabil pada tahun 2012. Dalam

Protokol Kyoto juga disebutkan upaya-upaya dalam mengatasi pemanasan global

salah satunya adalah dengan Mekanisme Pembangunan Bersih atau Clean

Development Mechanism (CDM) dimana negara-negara maju dapat berinvestasi

Page 14: potensi serapan karbon pada tegakan akasia wissa harry pamudji

2

dalam proyek-proyek penurunan emisi di negara-negara berkembang untuk

mendapatkan sertifikat penurunan emisi (CER) sehingga dapat dipergunakan

untuk memenuhi komitmen penurunan emisi dan membantu negara-negara

berkembang yang menjadi tuan rumah bagi proyek-proyek CDM untuk mencapai

pembangunan yang berkelanjutan.

Berdasarkan isu yang telah berkembang saat ini, Indonesia sebagai negara

yang mempunyai luas hutan sebesar 88.495 juta ha (Hastoro dan Yani 2007) harus

dapat memanfaatkan potensinya semaksimal mungkin. Dalam memanfaatkan

potensi hutan yang melimpah, penelitian untuk mengetahui jumlah karbon dalam

hutan tanaman perlu dilakukan khususnya jenis akasia (Acacia mangium) melalui

pengukuran potensi serapan karbon.

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi serapan karbon tanaman

akasia pada berbagai kelas umur di BKPH Parungpanjang KPH Bogor.

1.3 Manfaat Penelitian

Memberikan informasi mengenai kontribusi tanaman akasia terhadap

potensi serapan karbon di BKPH Parungpanjang KPH Bogor.

Page 15: potensi serapan karbon pada tegakan akasia wissa harry pamudji

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Acacia mangium

Jenis akasia merupakan tumbuhan asli Queensland bagian utara Australia,

Papua New Guinea, Irian Jaya, dan Pulau Moluccas di Indonesia. akasia adalah

tumbuhan cepat tumbuh dengan ukuran sedang dan termasuk pohon evergreen.

Ketinggian tumbuhnya dapat mencapai 30 m dengan diameter sekitar 60 cm.

akasia dapat tumbuh dengan baik pada curah hujan berkisar antara 1.500−3.000

mm dengan ketinggian antara 10−50 mdpl (Francis 2003). Selain itu spesies ini

dapat tumbuh pada suhu rata-rata maksimum 31o−34

oC pada musim panas dan

suhu rata-rata minimum 12o−25

oC pada musim dingin. Spesies ini dapat tumbuh

pada berbagai macam jenis tanah dengan pH antara 4,2−7,5 (Mangium Industries

2009).

Akasia merupakan pohon yang banyak ditanam dalam kegiatan rehabilitasi

lahan. Karakteristiknya yang cepat tumbuh dan tajuknya yang lebat menjadikan

pohon ini efektif dan dapat mengurangi resiko kebakaran. Kemampuannya untuk

tumbuh dengan baik di tanah yang kurang subur khususnya pada tanah dengan

kandungan fosfor yang rendah menjadikan spesies ini spesies favorit dalam

kegiatan rehabilitasi lahan yang telah tererosi. Kayu dari akasia dapat digunakan

sebagai papan partikel, plywood, veener, pulp, kayu bakar, dan arang. Pembuahan

pada Acacia mangium terjadi pada bulan Mei di Australia, sedangkan di Indonesia

terjadi pada bulan Juli, di Papua New Guinea terjadi pada bulan September, dan di

Amerika Tengah terjadi pada bulan Februari sampai April (Francis 2003).

2.2 Biomassa

Biomassa adalah jumlah total bahan organik hidup di atas permukaan tanah

pada pohon yang dinyatakan dalam berat kering oven per unit luas (Brown 1997).

Jumlah karbon yang disimpan di dalam pohon atau hutan dapat dihitung jika

diketahui jumlah biomassa atau jaringan hidup tumbuhan di hutan tersebut dan

memberlakukan suatu faktor konversi (Rusolono 2006).

Pengertian biomassa ditinjau dari asal kata bio dan massa, sehingga

biomassa tanaman adalah massa dari bagian hidup tanaman. Bio mengandung

pengertian bagian dari makhluk hidup. Massa mengandung pengertian yang sama

Page 16: potensi serapan karbon pada tegakan akasia wissa harry pamudji

4

dengan yang terdapat dalam fisika yaitu parameter kepadatan dari suatu benda

atau zat yang memberikan unsur percepatannya bila suatu gaya diberikan. Dengan

demikian biomassa tanaman adalah bahan hidup yang dihasilkan tanaman yang

bebas dari pengaruh gravitasi, sehingga nilainya tidak sama dengan berat yang

tergantung kepada tempat penimbangan dan berhubungan dengan gaya gravitasi

(Handoko 2007).

Biomassa adalah berat bahan organik persatuan unit luas pada waktu

tertentu yang dinyatakan dengan istilah berat kering (dry weight) atau biomassa

dapat berupa berat bahan organik suatu organisme tertentu persatuan unit luas.

Biomassa pohon merupakan ukuran yang sering digunakan untuk

menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman. Hal ini didasarkan pada

kenyataan bahwa pendugaan biomassa relatif lebih rendah dan merupakan

akumulasi dari total proses metabolisme yang dialami oleh tanaman sehingga hal

ini merupakan indikator pertumbuhan yang cukup representatif apabila dikaitkan

dengan tampilan keseluruhan pertumbuhan tanaman.

Biomassa dapat diukur secara akurat melalui penebangan, pengeringan, dan

penimbangan. Akan tetapi cara tersebut tidak efisien dan membutuhkan biaya

yang cukup besar. Menurut Ewusie (1980), diacu dalam Jayasekara (1990),

pengukuran biomassa dapat dilakukan melalui pengukuran diameter setinggi dada

(DBH) dan tinggi pohon serta pengukuran volume kayu yang dikonversi menjadi

berat kering. Kandungan biomassa di atas permukaan tanah dari berbagai spesies

pohon dapat diukur menggunakan persamaan allometrik. (Whittaker et al.1974;

Pastor et al.1984; David et al.1987, diacu dalam Jayasekara 1990).

2.3 Karbon

Rata-rata global konsentrasi CO2 di atmosfer meningkat terus-menerus

dengan potensi yang sangat besar. Akan tetapi dampak dari peningkatan tersebut

belum diketahui secara pasti. Selain efek global dari peningkatan CO2 di udara,

sebagian besar general circulation models (GCM) dari pola iklim global juga

memprediksi adanya perubahan suhu pada daerah tropis. Sebagian besar penilaian

yang terjadi, daerah tropis diindikasi sebagai sumber CO2 di atmosfer merupakan

dampak dari pembukaan wilayah hutan dan konversi hutan menjadi penggunaan

lahan lainnya dengan daya serap karbon yang sangat rendah untuk setiap

Page 17: potensi serapan karbon pada tegakan akasia wissa harry pamudji

5

hektarnya (Houghton 1991, diacu dalam Nambiar et al. 1997). Beberapa laporan

terakhir memberikan informasi bahwa perbedaan suhu siang dan malam dapat

mengubah keseimbangan karbon pada pohon tanpa mempengaruhi suhu harian.

(Nambiar et al. 1997).

Gas CO2 sebagai salah satu penyusun gas rumah kaca (GRK) terbesar di

udara diserap pohon untuk fotosintesis dan ditimbun sebagai karbon organik (C-

organik) dalam tubuh tanaman (biomassa). Jumlah C yang tersimpan dalam tubuh

tanaman hidup (biomassa) pada suatu lahan menggambarkan banyaknya CO2 di

atmosfer yang diserap oleh tanaman (C-sequestration).

Siklus karbon secara global ini merupakan salah satu proses biogeokimia di

dalam planet yang membantu pengaturan kadar CO2 (karbon dioksida) di atmosfir.

Siklus biogeokimia adalah siklus senyawa kimia yang mengalir dari komponen

abiotik ke biotik dan kembali lagi ke komponen abiotik. Siklus tersebut juga

melibatkan reaksi-reaksi kimia dalam lingkungan abiotik sehingga disebut siklus

biogeokimia. Diperkirakan sekitar 830 milyar ton karbon tersimpan dalam hutan

di seluruh dunia. Jumlah ini merupakan sebagian besar dari kandungan karbon

dalam atmosfir yang terikat dalam CO2. Secara kasar sekitar 40% atau 330 milyar

ton karbon tersimpan dalam bagian pohon dan bagian tumbuhan hutan lainnya di

atas permukaan tanah, sedangkan sisanya yaitu sekitar 60% atau 500 milyar ton

tersimpan dalam tanah hutan dan akar-akar tumbuhan di dalam hutan (Suhendang

2002).

2.4 Pendugaan Biomassa

Pendugaan biomassa dapat melalui pengukuran secara langsung pada

beberapa komponen pohon (batang, ranting, akar, dan daun) yang selanjutnya

menghitung berat keringnya setelah dimasukan kedalam oven. Alternatif yang

lainnya yaitu menggunakan persamaan allometrik antara berat kering dengan

dimensi pohon yang mudah diukur, yaitu diameter (D) (Whitmore 1984).

Biomassa suatu vegetasi diketahui maka dapat diperoleh informasi

mengenai kandungan karbon yang tersimpan didalam vegetasi tersebut. Pada

umumnya terdapat dua metode pendugaan biomassa yaitu metode destruktif dan

metode allomterik. Metode destruktif sampel yang diambil sangat tergantung pada

homogenitas dari tegakan vegetasinya sehingga data yang didapat akan semakin

Page 18: potensi serapan karbon pada tegakan akasia wissa harry pamudji

6

akurat. Tegakan yang akan diambil sampelnya ditebang dan ditimbang (berat

basah) kemudian dikeringkan untuk mendapatkan konversi berat kering

(Murdiyarso et al. 1994).

Selain menggunakan metode destruktif, metode pendugaan biomassa ada

beberapa macam antara lain metode persamaan allometrik yang sudah ada.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Heriansyah et al. (2005), persamaaan

allometrik untuk menduga biomassa tegakan A. mangium di BKPH

Parungpanjang, KPH Bogor, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat menggunakan

persamaan = B = 0,0533*(DBH2)1,3585

, dengan nilai R2 = 99,22% dimana B =

biomassa total (kg) dan DBH = diameter setinggi dada (cm).

Selain penelitian yang dilakukan di daerah BKPH Parungpanjang, beberapa

penelitian mengenai biomassa dan serapan karbon pada akasia telah dilakukan

dibeberapa lokasi antara lain di Sumatera Selatan yang dilaksanakan di PT Musi

Hutan Persada. Penelitian ini dilakukan oleh Heriyansyah, Miyakuni, Kato,

Kiyono dan Kanazawa pada tahun 2007. Dari penelitian tersebut didapatkan data

untuk biomassa dan serapan karbon yang disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Biomassa dan serapan karbon tanaman akasia di PT Musi Hutan Persada

(Heriyansyah et al. 2007)

Umur Biomassa (ton ha-1

) Karbon (ton ha-1

)

2,5 51,14 25,57

5,5 126 63

8,5 152,99 76,495

10,5 169,59 84,795

Page 19: potensi serapan karbon pada tegakan akasia wissa harry pamudji

III METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di hutan tanaman akasia yang berada di BKPH

Parungpanjang KPH Bogor Perum Perhutani Unit III Jawa Barat-Banten dan

Laboratorium Anatomi Kayu Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan

Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan mulai dari bulan Maret 2010

sampai dengan bulan April 2010.

3.2 Bahan dan Alat

Objek dalam penelitian ini berupa tegakan akasia dengan Kelas Umur (KU)

1 sampai dengan KU 8. Alat ukur yang digunakan meliputi alat ukur pohon (phi-

band), kompas, alat ukur berat pohon dan pendukungnya (chainsaw, timbangan,

oven, dll) serta komputer untuk analisis data.

3.3 Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data

sekunder yang digunakan berupa literatur dan dijadikan pendukung dalam analisis

data secara menyeluruh. Data primer diambil dengan melakukan pengukuran plot-

plot contoh berupa empat persegi panjang ukuran 50 m 20 m sebanyak 104 buah

dengan intensitas penarikan contoh 5% dan tersebar secara proporsional terhadap

luasan masing-masing kelas umur (Tabel 2). Pengukuran diameter pohon pada

plot contoh dilakukan terhadap pohon yang diameternya 3 cm keatas, kecuali pada

KU 1 tidak dilakukan pengukuruan diameter karena tegakannya masih berupa

semai.

Tabel 2 Jumlah plot contoh

KU Luas (ha) Jumlah Lokasi

1

2

3

4

5

6

7

8

12

6

40

42

36

8

36

28

6

3

20

21

18

4

18

14

RPH Maribaya

RPH Maribaya

RPH Maribaya

RPH Maribaya

RPH Maribaya

RPH Tenjo

RPH Maribaya

RPH Maribaya

Jumlah 208 104

Page 20: potensi serapan karbon pada tegakan akasia wissa harry pamudji

8

Setiap KU diambil (ditebang) satu pohon contoh yang mewakili kondisi

tegakan untuk diukur kandungan biomassanya melalui metode destruktif.

Pengumpulan data berat basah dan berat kering contoh dilakukan pada bagian

akar, batang, ranting, dan daun. Penimbangan berat basah di lapangan terhadap

bagian akar, batang, ranting, daun, dan serasah dilakukan menggunakan

timbangan kapasitas 25 kg dan 50 kg. Untuk mendapatkan data persen kadar air

dilakukan pengambilan contoh uji seberat 300 g pada bagian akar, batang, ranting,

daun, dan serasah. Contoh uji ini selanjutnya dikeringkan melalui proses

menggunakan oven di laboratorium selama 24 jam pada suhu 103±2 C.

Pengukuran berat serasah pada plot contoh dilakukan menggunakan subplot bujur

sangkar berukuran 0,5 m 0,5 m yang diletakkan berseling pada poros jalur

sebanyak lima kali pengulangan dengan jarak antar plot 10 m seperti terlihat pada

Gambar 1.

Gambar 1 Plot ukur pengukuran pohon dan serasah.

3.4 Pengolahan Data

3.4.1 Perhitungan kadar air

Perhitungan kadar air akar, ranting, batang, daun, dan serasah dilakukan

dengan menggunakan rumus [1] (Haygreen dan Bowyer 1989).

.....................................................................................[1]

keterangan: %KA = persentase kadar air

BBc = berat basah contoh uji (g)

BKc = berat kering contoh uji (g)

50 m

20

m

0,5 m × 0,5 m

10 m

Page 21: potensi serapan karbon pada tegakan akasia wissa harry pamudji

9

3.4.2 Perhitungan biomassa

Perhitungan biomassa akar, ranting, batang, daun, dan serasah dilakukan

dengan menggunakan rumus [2] (Haygreen dan Bowyer 1989).

.............................................................................................................[2]

keterangan : %KA = persentase kadar air

BB = berat basah (kg)

B = biomassa(kg)

3.4.3 Perhitungan karbon pohon

Biomassa hutan dapat digunakan untuk menduga simpanan karbon yang

tersimpan dalam vegetasi karena 50% biomassa tersusun oleh karbon (Brown

1997) sehingga dari hasil perhitungan biomassa dapat diubah dalam bentuk

karbon (kg) melalui proses perkalian nilai biomassa dengan faktor konversi

sebesar 0,5 [3].

C = 0,5B................................................................................................................[3]

keterangan : C = jumlah stok karbon (kg)

B = biomassa (kg)

3.4.4 Perhitungan karbon serasah

Penentuan kandungan karbon serasah diperoleh melalui proses perkalian

biomassa serasah dengan faktor konversi 0,4 dimana kandungan karbon dalam

serasah sebesar 40% [4] (Hairiah et al. 2001).

C = 0,4B................................................................................................................[4]

keterangan : C = jumlah stok karbon (kg)

B = biomassa (kg)

3.4.5 Validasi persamaan penduga biomassa

Sebelum persamaan B = 0,0533*(DBH2)1,3585

, dimana B = biomassa total (kg) dan

DBH = diameter setinggi dada (cm) (Heriansyah et al. 2005) dapat digunakan

untuk menduga biomassa pada areal BKPH Parungpanjang dilakukan validasi

menggunakan uji χ² (Khi-kuadrat). Pohon contoh yang digunakan untuk validasi

berasal dari KU 2 sampai dengan KU 8. Hipotesis yang diuji adalah H0 (model

Page 22: potensi serapan karbon pada tegakan akasia wissa harry pamudji

10

valid) melawan H1 (model tidak valid). Pengujian dilakukan pada taraf nyata 5%

(α = 0,05) dengan statistik uji χ² [5] dan wilayah kritik χ² > 14,067.

χ² = .............................................................................................[5]

keterangan : BAi = biomassa aktual ke-i (kg)

BPi = biomassa persamaan ke-i (kg)

3.4.6 Pendugaan potensi serapan karbon

Pendugaan potensi serapan karbon pada setiap KU dilakukan dengan

menghitung nilai-nilai statistik dan parameter pada (Walpole 1992) :

3.4.6.1 Rata-rata biomassa/karbon

.......................................................................................................[6]

keterangan : Y = rata-rata biomassa/karbon KU ke-h

Yih = biomassa/karbon yang diukur pada plot ke-i pada KU ke-h

ni = plot contoh pada kelas umur ke-h

3.4.6.2 Ragam biomassa.karbon

................................................................................[7]

keterangan : S2

Yi = ragam biomassa/karbon KU ke-h

Yih = biomassa/karbon yang diukur pada plot ke-i pada KU ke-h

nh = plot contoh pada kelas umur ke-h

3.4.6.3 Ragam rata-rata biomassa/karbon

...............................................................................................................[8]

keterangan : S2

Yi = ragam rata-rata biomassa/karbon

nh = plot contoh pada kelas umur ke-h

3.4.6.4 Penduga total biomassa/karbon pada KU ke-h

.......................................................................................................[9]

keterangan : Ŷh = penduga total biomassa/karbon pada KU ke-h

Page 23: potensi serapan karbon pada tegakan akasia wissa harry pamudji

11

Yh = rata-rata biomassa/karbon pada KU ke-h

Nh = total plot contoh pada KU ke-h

3.4.6.5 Ragam total biomassa/karbon pada KU ke-h

..............................................................................................[10]

keterangan : S2

Ŷh = ragam total biomassa/karbon pada KU ke-h

S2

Yh = ragam rata-rata biomassa/karbon pada KU ke-h

Nh = total plot contoh pada KU ke-h

Page 24: potensi serapan karbon pada tegakan akasia wissa harry pamudji

IV KEADAAN UMUM LOKASI

4.1 Letak

Wilayah BKPH Parungpanjang termasuk Sub Kesatuan Pemangkuan Hutan

(SKPH) Bogor Barat, pada Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bogor, Perum

Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. Kawasan hutan BKPH Parungpanjang

terletak pada koordinat 106o26’−106

o35’ BT dan 06

o21’−06

o27’ LS (Gambar 2)

dengan batas:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan BKPH Tangerang

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan wilayah BKPH Jasinga

3. Sebelah Timur berbatasan dengan wilayah BKPH Leuwiliang

4. Sebelah Barat berbatasan dengan KPH Banten

Areal hutan BKPH Parungpanjang meliputi wilayah pemerintahan :

1) Kecamatan Parungpanjang meliputi Desa Jagabaya, Pingku, Corowong,

Dago, Cikuda, dan Gintung Cilejet

2) Kecamatan Tenjo meliputi Desa Bojong, Singabraja, Cilaku, Babakan, Batok,

Ciomas, dan Tapos

3) Kecamatan Jasinga meliputi Desa Barengkok dan Pangaur

Gambar 2 BKPH Parungpanjang.

Peta

BKPH Parungpanjang

Page 25: potensi serapan karbon pada tegakan akasia wissa harry pamudji

13

4.2 Luas

BKPH Parungpanjang yang terdiri dari 3 RPH yaitu RPH Tenjo, RPH

Maribaya dan RPH Jagabaya (Tabel 3).

Tabel 3 Luas areal hutan BKPH Parungpanjang

RPH Kelompok hutan Luas (ha)

Tenjo

Maribaya

Jagabaya

Cikadu I,II

Yanlapa

Parungpanjang I,II

1.536,15

2.127,39

1.733,70

Jumlah 5.397,24 Sumber: RPKH KP Acacia mangium Jangka 1 Januari 2006−31 Desember 2010

4.3 Keadaan Lapangan

Kawasan BKPH Parungpanjang memiliki topografi lapangan yang relatif

datar sampai dengan landai. Kemiringan di lapangan bervariasi mulai dari

kemiringan datar (0-8%) dengan beberapa lokasi seperti pada batas hutan dan

daerah dekat sungai memiliki kemiringan agak curam (15-25%). Ketinggian

tempat dan curah hujan untuk setiap RPH/Kelompok Hutan dapat dilihat pada

Tabel 4.

Tabel 4 Tinggi tempat dan kisaran curah hujan pada RPH/Kelompok Hutan di

BKPH Parungpanjang

RPH Kelompok hutan Tinggi tempat

(mdpl)

Kisaran curah hujan

(mm tahun-1

)

Tenjo

Maribaya

Jagabaya

Cikadu I,II

Yanlapa

Parungpanjang I,II

0 – 75

0 – 323

0 – 75

3000

3000

3000 Sumber: RPKH KP Acacia mangium Jangka 1 Januari 2006–31 Desember 2010

Jenis tanah pada wilayah BKPH Parungpanajng yang dominan adalah

podsolik merah sampai kekuningan. Keadaan iklim sesuai dengan Tabel 4 dengan

curah hujan rata-rata 3.000 mm tahun-1

termasuk dalam tipe iklim A menurut

Schmidt dan Ferguson (1951) dengan suhu harian tertinggi 25,50 oC dan suhu

terendah 18 oC.

Areal hutan di BKPH Parungpanjang yang berbatasan dengan

perkampungan penduduk menimbulkan interaksi sosial antara BKPH

Parungpanjang dengan penduduk sekitar hutan. Dalam hal ini masyarakat juga

ikut serta dalam kegiatan penggarapan lahan di kawasan hutan. Lahan-lahan di

kawasan hutan oleh masyarakat ditanami dengan tanaman pangan seperti

singkong, ubi, dan padi kering (huma). Selain itu, masyarakat juga menjadikan

Page 26: potensi serapan karbon pada tegakan akasia wissa harry pamudji

14

kawasan hutan sebagai tempat penggembalaan ternak (kerbau). Dengan adanya

kondisi seperti ini praktik pencurian kayu perlu diwaspadai. Pada tegakan yang

dijadikan objek penelitian, bonita 1 terdapat pada KU 1 dan 2; bonita 2 terdapat

pada KU 3, 4, dan 6; bonita 3 terdapat pada KU 5 dan 7; bonita 4 terdapat pada

KU 8.

4. 4 Sarana dan Prasarana Hutan

Sarana dan prasaran sangat diperlukan untuk menunjang kegiatan

pengembangan dan pemanfaatan potensi hutan. Bangunan-bangunan yang

terdapat di BKPH Parungpanjang meliputi kantor dan rumah-rumah (Tabel 5).

Tabel 5 Bangunan yang terdapat di BKPH Parungpanjang

Jenis bangunan Tempat kedudukan Jumlah

Kantor Asper

Rumah Dinas Asper

Rumah Dinas KRPH Tenjo

Kantor TPN Tenjo

Rumah Dinas KRPH Maribaya

Kantor TPN Jagabaya

Rumah Dinas KRPH Jagabaya

Parungpanjang

Parungpanjang

Tenjo

Tenjo

Jagabaya

Jagabaya

Banar

1

1

1

1

1

1

1 Sumber: RPKH KP Acacia mangium Jangka 1 Januari 2006–31 Desember 2010

Selain bangunan, BKPH Parungpanjang juga dilengkapi dengan alur, jalan

pemeriksaan dan jalan ronda yang berfungsi sebagai sarana angkutan hasil hutan

dan pemisah petak. Alur yang menghubungkan setiap resort sepanjang 572,63 hm

yang meliputi :

1. RPH Tenjo sepanjang 200,05 hm

2. RPH Maribaya sepanjang 236,14 hm

3. RPH Jagabaya sepanjang 136,44 hm

Ada sebagian kawasan hutan BKPH Parungpanjang yang tidak dilewati alur

terutama di wilayah RPH Jagabaya.

Page 27: potensi serapan karbon pada tegakan akasia wissa harry pamudji

V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Biomassa pohon

Hasil pengukuran diameter (Gambar 3) dan jumlah pohon pada plot-plot

contoh yang tersebar pada setiap kelas umur menunjukkan bahwa jumlah pohon

cenderung menurun seiring meningkatnya umur tegakan akasia, sedangkan

diameternya semakin meningkat (Tabel 6).

Gambar 3 Pengukuran diameter.

Tabel 6 Data pengukuran plot contoh

Kelas umur Jumlah plot Diameter (cm) Jumlah pohon

1 6 - 109±2

2 3 5±0,6 83±2

3 20 9±0,6 111±2

4 21 13±0,6 61±2

5 18 16±0,8 81±2

6 4 16±0,5 37±1

7 18 19±0,4 17±1

8 14 22±0,6 45±1 Sumber: Data Penelitian 2010

Penentuan biomassa pada pohon akasia dilakukan berdasarkan pengukuran

pohon contoh pada plot-plot contoh, dimana pohon contoh yang telah ditebang

dan ditimbang dipilih pada setiap kelas umur yang ada. Setiap kelas umur diambil

(ditebang) satu pohon contoh sehingga didapatkan delapan pohon contoh untuk

diukur berat basah sebagai bahan pengukuran biomassa. Penimbangan berat

basah dilakukan langsung di lapangan setelah pohon contoh yang dipilih ditebang

dan dibagi kedalam beberapa bagian yaitu akar, batang, ranting, dan daun

Page 28: potensi serapan karbon pada tegakan akasia wissa harry pamudji

16

(Gambar 4). Pemilihan pohon contoh didasarkan pada pengukuran diameter rata-

rata pada setiap kelas umur. Data tentang pohon contoh meliputi berat basah,

berat kering, dan kadar air dapat dilihat pada Lampiran 1.

Hasil pengukuran berat basah dan biomassa pada pohon contoh

menunjukkan bahwa kandungan berat basah dan biomassa pohon contoh terbesar

terdapat pada bagian batang pohon (33,261%) (Tabel 7 dan Tabel 8). Secara kasar

sekitar 40% atau 330 miliar ton karbon tersimpan dalam bagian pohon dan bagian

tumbuhan hutan lainnya di atas permukaan tanah, sedangkan sisanya yaitu sekitar

60% atau 500 miliar ton tersimpan dalam tanah hutan dan akar-akar tumbuhan di

dalam hutan (Suhendang 2002).

Tabel 7 Berat basah (kg) pada pohon contoh pada berbagai bagian

Kelas umur Akar Ranting Batang Daun Total

1 0,1 0,1 0,2 0,4 0,8

2 2,4 3,1 6,8 5 17,3

3 9,6 7,4 32,8 8 57,8

4 35,2 35,4 120,4 26,3 217,3

5 25 14,6 125,4 16 181

6 30,5 25 154 29 238,5

7 45 32,2 175,3 29,5 282

8 58,1 26,9 320,3 14,4 419,7 Sumber: Data Penelitian 2010

Tabel 8 Biomassa (kg) pada pohon contoh pada berbagai bagian

Kelas umur Akar Ranting Batang Daun Total

1 0,019 0,019 0,055 0,099 0,191

2 0,255 0,299 1,403 0,460 2,417

3 5,302 3,961 16,181 1,491 26,936

4 13,552 14,372 76,141 4,296 108,361

5 8,208 10,439 76,369 6,304 101,320

6 10,726 8,758 96,866 6,912 123,262

7 24,090 14,554 123,294 12,134 174,073

8 22,659 15,880 173,603 2,136 214,278 Sumber: Data Penelitian 2010

Keragaman nilai biomassa terlihat pada setiap kelas umur diduga

dipengaruhi oleh umur dan bonita pada tegakan akasia. Bonita 1 terdapat pada KU

1 dan 2, bonita 2 terdapat pada KU 3, 4, dan 6, bonita 3 terdapat pada KU 5 dan 7,

bonita 4 terdapat pada KU 8.

Page 29: potensi serapan karbon pada tegakan akasia wissa harry pamudji

17

Gambar 4 Penimbangan berat basah pohon contoh.

Selain menggunakan metode destruktif pendugaan biomassa juga dapat

dilakukan dengan menggunakan metode alometrik dengan menggunakan

persamaan yang sudah ada hasil penelitian sebelumnya, yaitu B = 0,0533*

(DBH2)1,3585

, dengan nilai R2 = 99,22% (Heriansyah et al. 2005). Hasil

perhitungan biomassa menggunakan persamaan tersebut dibandingkan dengan

metode alometrik menunjukkan adanya perbedaan nilai dugaannya (Tabel 9).

Tabel 9 Biomassa akasia (kg) yang diduga menggunakan persamaan dan

biomassa aktual

Kelas umur Biomassa (kg)

Persamaan Aktual

1 - 0,191

2 4,225 2,417

3 20,864 26,936

4 56,665 108,361

5 99,614 101,320

6 99,614 123,262

7 158,892 174,073

8 236,641 214,278 Sumber: Data Penelitian 2010

Biomassa aktual untuk KU 2 dan 8 lebih kecil dari nilai biomassa dengan

menggunakan persamaan. Estimasi biomassa dengan menggunakan persamaan

seringkali lebih tinggi jika dibandingkan dengan nilai aktualnya. Hal tersebut

terjadi antara lain disebabkan oleh adanya pola sebaran kanopi dan pola

percabangan yang berbeda (Noordwijk et al. 2001). Selanjutnya, dilakukan

pengujian validasi dengan uji Khi-kuadrat pada taraf nyata 5% dan wilayah kritik

χ² > 14,067. Berdasarkan hasil uji-χ² didapatkan nilai χ²Hitung = 8,123 yang berarti

persamaan tersebut dapat diterima dan dapat digunakan untuk menduga biomassa

pada KU 2-8.

Page 30: potensi serapan karbon pada tegakan akasia wissa harry pamudji

18

Besarnya serapan karbon dalam tegakan hutan tergantung dari besarnya

biomassa hutan. Biomassa hutan dapat digunakan untuk menduga serapan karbon

yang terdapat dalam vegetasi karena 50% biomassa tersusun oleh karbon (Brown

1997). Peningkatan jumlah biomassa akan diikuti oleh peningkatan jumlah

karbon. Hasil perhitungan dugaan potensi biomassa dan serapan karbon pada

setiap kelas umur menggunakan model yang sudah divalidasi dan data diameter

pohon akasia pada plot ukur disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10 Dugaan potensi biomassa dan serapan karbon pada tanaman akasia di

BKPH Parungpanjang

Kelas

umur

Luas

(ha) Ni ni

Rata-rata biomassa

(ton ha-1

)

Rata-rata karbon

(ton ha-1

)

2 6 60 3 5,845 2,923

3 40 400 20 35,247 17,624

4 42 420 21 47,974 23,987

5 36 360 18 99,162 49,581

6 8 80 4 41,564 20,782

7 36 360 18 30,652 15,326

8 28 280 14 112,093 56,047 Sumber: Data Penelitian 2010

Secara grafis potensi serapan karbon pada tanaman akasia terlihat bervariasi pada

setiap kelas umurnya (Gambar 5).

Gambar 5 Biomassa (■) dan serapan karbon (♦) pada tanaman akasia pada

berbagai kelas umur.

Page 31: potensi serapan karbon pada tegakan akasia wissa harry pamudji

19

Nilai biomassa terbesar terdapat pada KU 8 dengan nilai sebesar 112,093

ton ha-1

dan nilai biomassa terkecil terdapat pada KU 2 dengan nilai sebesar 5,845

ton ha-1

. Potensi serapan karbon terbesar terdapat pada KU 8 sebesar 56,047 ton

ha-1

, sedangkan potensi serapan karbon terkecil terdapat pada KU 2 sebesar 2,923

ton ha-1

. Dengan menggunakan parameter statistik yang ada dapat diduga rata-

rata potensi serapan karbon untuk populasi tanaman akasia dari KU 2 sampai

dengan KU 8 sebesar 29,603 ton ha-1

.

Besarnya nilai biomassa dan potensi serapan karbon pada tanaman akasia

terus meningkat seiring dengan bertambahnya umur tegakan, tetapi pada KU 6

dan KU 7 terjadi penurunan potensi serapan karbon (Tabel 10 dan Gambar 5).

Kondisi tegakan pada KU 6, 7, dan 8 terlihat seperti pada Gambar 6. Penurunan

potensi serapan karbon disebabkan oleh adanya gangguan yang terjadi pada

pertumbuhan tanaman akasia. Adanya gangguan menyebabkan beberapa pohon

menjadi mati sehingga mempengaruhi jumlah karbon yang diserap pada tegakan

tersebut. Bentuk gangguan yang dapat terjadi pada tanaman akasia berupa

serangan hama dan penyakit. Dengan kondisi tegakan yang sejenis, masalah

terhadap hama dan penyakit patut diperhatikan. Beberapa penyakit yang

berpotensi terjadi pada tanaman akasia adalah:

a) Penyakit pada daun: penyakit ini termasuk bintik-bintik jamur,

jerawat/bisul, pelapukan, dan jamur karat

b) Pembusukan batang: penyakit yang paling umum terjadi adalah pink

disease yang rata-rata terjadi juga pada tanaman karet

c) Pembusukan akar: penyakit ini termasuk ancaman serius terhadap tanaman

akasia. Akar yang tinggal dari tegakan sebelumnya dapat menularkan

jamur kepada tegakan baru. Penyakit akar yang umum dijumpai pada

tanaman akasia adalah jamur akar putih.

Serangan penyakit terhadap tanaman akasia harus dijadikan pertimbangan

sehingga potensi tegakan dapat terjaga dan dampak dari penyakit dapat

diminimalisir selama daur tegakan (Krishnapillay et al. 2003).

Page 32: potensi serapan karbon pada tegakan akasia wissa harry pamudji

20

Gambar 6 Kondisi tegakan KU 6 (A), KU 7 (B), dan KU 8 (C).

Beberapa penelitian mengenai biomassa dan serapan karbon pada akasia

telah dilakukan. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan di wilayah

Sumatera Selatan berlokasi di PT Musi Hutan Persada. Penelitian ini dilakukan

oleh Heriyansyah, Miyakuni, Kato, Kiyono dan Kanazawa pada tahun 2007. Dari

penelitian tersebut didapatkan data untuk biomassa dan serapan karbon yang

disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11 Biomassa dan serapan karbon tanaman akasia di PT Musi Hutan

Persada (Heriyansyah et al. 2007)

Umur Biomassa (ton ha-1

) Karbon (ton ha-1

)

2,5 51,14 25,57

5,5 126 63

8,5 152,99 76,495

10,5 169,59 84,795

Dari kedua data tersebut dapat dilihat bahwa nilai biomassa dan serapan

karbon di PT Musi Hutan Persada lebih besar jika dibandingkan dengan nilai

biomassa dan serapan karbon di BKPH Parungpanjang. Adanya perbedaan

tersebut disebabkan oleh perbedaan karakteristik dari masing-masing daerah.

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi antara lain faktor genetik, lokasi,

A B

C

Page 33: potensi serapan karbon pada tegakan akasia wissa harry pamudji

21

kondisi tanah, kerapatan tegakan dan praktek pengelolaan yang diterapkan oleh

kedua belah pihak.

5.2 Serasah

Data berat basah serasah didapat dari subplot contoh berukuran 0,5 m × 0,5

m. Contoh uji serasah diambil seberat 300 gram dari masing-masing kelas umur

untuk menentukan kadar air serasah. Perhitungan biomassa dan serapan karbon

pada serasah didapat berdasarkan data berat basah dan kadar air serasah (Tabel

12).

Tabel 12 Biomassa dan serapan karbon pada serasah

Kelas umur Biomassa (ton ha-1

) Karbon (ton ha-1

)

1 4,176 1,670

2 1,422 0,569

3 5,186 2,074

4 7,600 3,040

5 8,286 3,314

6 5,086 2,034

7 7,200 2,880

8 5,765 2,306 Sumber: Data Penelitian 2010

Secara grafis biomassa dan serapan karbon pada serasah dapat dilihat pada

Gambar 8.

Gambar 7 Biomassa (♦) dan serapan karbon (■) pada serasah pada

berbagai kelas umur.

Nilai biomassa terbesar terdapat pada KU 5 dengan nilai sebesar 8,286 ton

ha-1

, sedangkan nilai biomassa terkecil terdapat pada KU 2 dengan nilai sebesar

Page 34: potensi serapan karbon pada tegakan akasia wissa harry pamudji

22

1,422 ton ha-1

. Untuk serapan karbon terbesar terdapat pada KU 5 dengan nilai

sebesar 3,314 ton ha-1

dan serapan karbon terkecil terdapat pada KU 2 dengan

nilai sebesar 1,422 ton ha-1

. KU 2 memiliki nilai biomassa dan serapan karbon

terkecil dikarenakan adanya kegiatan pembersihan lantai hutan oleh pihak BKPH

Parungpanjang (Gambar 8).

Gambar 8 Kondisi tegakan KU 2 (A) dan KU 3 (B).

B A

Page 35: potensi serapan karbon pada tegakan akasia wissa harry pamudji

VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Peningkatan potensi serapan karbon pada tegakan akasia terjadi seiring

dengan peningkatan umur tegakan di BKPH Parugpanjang, walaupun tidak selalu

demikian terutama pada KU 6 dan KU 7 karena adanya perbedaan kondisi

tegakan pada KU tersebut.

6.2 Saran

BKPH Parungpanjang sebaiknya meningkatkan pengawasan terhadap

tegakan hutan dari faktor-faktor yang dapat mengganggu pertumbuhan tegakan

sehingga kondisi tegakan tetap terjaga dan potensi tegakan dapat tercapai secara

maksimal.

Page 36: potensi serapan karbon pada tegakan akasia wissa harry pamudji

DAFTAR PUSTAKA

Brown S. 1997. Estimating Biomass and Biomass Change of Tropical Forest. A

Primer. FAO. USA. FAO Forestry Paper No.134.

Francis JK. 2003. Acacia mangium Willd. http://www.rngr.net/Publications/tt

sm/Folder.2003-07-11.4726/Acacia%20mangium.pdf/file

[14Desember 2009]

Hairiah K, Sitompul SM, van Noordwijk M, Cheryl P. 2001. Methods for

sampling carbon stocks above and below ground. ASB Lecture note

4B. Bogor: ICRAF.

Handoko P. 2007. Pendugaan simpanan karbon di permukaan lahan pada tegakan

akasia (Acacia Mangium Willd.) di BKPH Parung Panjang KPH

Bogor Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten [skripsi].

Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Hastoro S, Yani A. 2007. Buruk Rupa Hutan Indonesia.

http://www.forestgam.web.id/berita/2007/05/13/buruk-rupa-hutan-

indonesia.html [7 Oktober 2009]

Haygreen JG, Bowyer JL. 1989. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu: Suatu Pengantar.

Sutjipto A. Hadikusumo, penerjemah. Yogyakarta: Gajah Mada

University Press. Terjemahan dari: Forest Products and Wood

Science: An Introduction.

Heriansyah I, Miyakuni K, Kato T, Kiyono Y, Kanazawa Y. 2007. Growth

characteristic and biomass accumulations of acacia mangium under

different management practices in Indonesia.

http://info.frim.gov.my/cfdocs/infocenter/Korporat/2003Publications/

Links/JTFS%2019(4)/05%20Ika%20Heriansyah.pdf [30 Mei 2010]

Heriansyah I, Heriyanto NM, Siregar CA. 2005. Demonstration study on carbon

fixing forest management in Indonesia. http://www.peat-

portal.net/view_file.cfm?fileid=233 [30 Mei 2010]

Jayasekara R. 1990. Biomass Estimation of a Tropical Montane Rain Forest in Sri

Lanka. Sri Lanka: Department of Botany, University of Kelaniya.

Krishnapillay B, Sim HC, dan Razak MAA. 2003. Acacias are they a thread as

invasive species in the wet tropics. Di dalam: The Unwelcome Guests;

Kunming, 17–23 Agustus 2003. Bangkok: FAO. hlm 47–49.

Mangium Industries. 2009. Acacia mangium an important multi-purpose tree.

http://www.mangium-industries.com.my/AcaciaMangium.pdf

[14 Desember 2009]

Murdiyarso D, Kurniatun H, Meine VM. 1994. Modelling and Measuring Soil

Organic matter dynamics and Greenhouse Gas Emissions After Forest

Conversion. Bogor: ASB Indonesia Report.

Page 37: potensi serapan karbon pada tegakan akasia wissa harry pamudji

25

Nambiar EK, Sadanandan, Brown AG. 1997. Management of Soil, Nutrients and

Water in Tropical Plantation Forest. ACIAR Monograph No.43,

571hlm.

Noordwijk MV, Rachmat M, Kurniatun H. 2001. Estimasi biomassa pohon di atas

dan di bawah pemukaan tanah dalam sistem agroforestri: Analisis

cabang fungsional (Functional Branch Analysis, FBA) untuk membuat

persamaan alometrik pohon. http://www.worldagroforestrycentre.org/

sea/products/AFModels/wanulcas/files14110002/LectureNotes/Lectur

eNote8.pdf [30 Mei 2010]

Rusolono T. 2006. Model pendugaan persediaan karbon tegakan agroforestri

untuk pengelolaan hutan milik melalui skema perdagangan karbon

[disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Suhendang E. 2002. Pengantar Ilmu Kehutanan. Bogor: Yayasan Penerbit

Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Whitmore TC. 1984. Tropical Rain Forest of The Far East Second

Edition.Oxford: University Press.

Walpole RE. 1992. Pengantar Statistika Edisi Ke-3. Bambang Sumantri,

penerjemah. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Terjemahan dari:

Introduction to Statistic 3rd

edition.

Page 38: potensi serapan karbon pada tegakan akasia wissa harry pamudji

LAMPIRAN

Page 39: potensi serapan karbon pada tegakan akasia wissa harry pamudji

27

Lampiran 1 Data pohon contoh

Berat basah pohon contoh (kg)

Kelas umur Akar Batang Ranting Daun

1 0.1 0.2 0.1 0.4

2 2.4 6.8 3.1 5

3 9.6 32.8 7.4 8

4 35.2 120.4 35.4 26.3

5 25 125.4 14.6 16

6 30.5 154 25 29

7 45 175.3 32.2 29.5

8 58.1 320.3 26.9 14.4

Berat basah sampel (kg)

Kelas umur Akar Batang Ranting Daun

1 0.1 0.2 0.1 0.3

2 0.3 0.3 0.3 0.3

3 0.3 0.3 0.3 0.3

4 0.3 0.3 0.3 0.3

5 0.3 0.3 0.3 0.3

6 0.3 0.3 0.3 0.3

7 0.3 0.3 0.3 0.3

8 0.3 0.3 0.3 0.3

Berat kering sampel (kg)

Kelas umur Akar Batang Ranting Daun

1 0.019 0.055 0.019 0.074

2 0.032 0.062 0.029 0.028

3 0.166 0.148 0.161 0.056

4 0.116 0.190 0.122 0.049

5 0.099 0.183 0.215 0.118

6 0.106 0.189 0.105 0.072

7 0.161 0.211 0.136 0.123

8 0.117 0.163 0.177 0.045

Page 40: potensi serapan karbon pada tegakan akasia wissa harry pamudji

28

Kadar air pohon contoh (%)

Kelas umur Akar Batang Ranting Daun

1 433.589 266.811 418.269 305.789

2 839.585 384.621 937.883 987.981

3 81.050 102.703 86.800 436.673

4 159.740 58.128 146.305 512.245

5 204.569 64.204 39.860 153.807

6 184.360 58.983 185.442 319.580

7 86.800 42.180 121.239 143.112

8 156.410 84.502 69.396 574.157