32
No. ID dan Nama Peserta : dr. Santri Dwizamzami Faridahanum No. ID dan Nama Wahana : Puskesmas Kecamatan Kalideres Topik : Skizofrenia Paranoid Tanggal (kasus) : 10 Maret 2015 Nama Pasien : Tn. B No. RM : 5330/15 Tanggal Presentasi : Pendamping : dr. Rina Handayani Tempat Presentasi : Puskesmas Kecamatan Kalideres Objektif Presentasi : □ Keilmuan □ Keterampilan □ Penyegaran □ Tinjauan Pustaka □ Diagnostik □ Manajemen □ Masalah □ Istimewa Neonatus □ Bayi □ Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil Deskripsi : Laki –laki, usia 26 tahun, sering marah – marah dan berbicara sendiri. Tujuan : Diagnosis dan terapi skizofrenia paranoid. Bahan Bahasan : □ Tinjauan Pustaka □ Riset □ Kasus □ Audit Cara Membahas : Diskusi Presentasi dan Diskusi □ E-mail □ Pos Data Pasien Nama : Tn. B No. Registrasi : 5330/15 1

Portofolio Jiwa Skizofrenia Paranoid

Embed Size (px)

DESCRIPTION

iship

Citation preview

No. ID dan Nama Peserta :dr. Santri Dwizamzami Faridahanum

No. ID dan Nama Wahana :Puskesmas Kecamatan Kalideres

Topik : Skizofrenia Paranoid

Tanggal (kasus) :10 Maret 2015

Nama Pasien :Tn. BNo. RM : 5330/15

Tanggal Presentasi :Pendamping :dr. Rina Handayani

Tempat Presentasi :Puskesmas Kecamatan Kalideres

Objektif Presentasi :

Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka

Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa

Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil

Deskripsi : Laki laki, usia 26 tahun, sering marah marah dan berbicara sendiri.

Tujuan :Diagnosis dan terapi skizofrenia paranoid.

Bahan Bahasan : Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit

Cara Membahas : Diskusi Presentasi dan Diskusi E-mail Pos

Data Pasien :Nama : Tn. BNo. Registrasi : 5330/15

Nama Klinik : Puskesmas Kecamatan KalideresTelp : Terdaftar sejak :

Data Utama untuk Bahan Diskusi :

1. Diagnosis / Gambaran Klinis : Pasien laki laki, 26 tahun, datang dibawa keluarganya karena sering marah marah dan berbicara sendiri.

2. Riwayat Pengobatan : Pasien belum pernah berobat sebelumnya.

3. Riwayat Kesehatan / Penyakit : Pasien belum pernah sakit seperti ini sebelumnya.

4. Riwayat Keluarga : Kakek pasien dan keponakan pasien juga sama seperti pasien, sering berbicara sendiri.

5. Riwayat Pekerjaan : Pasien tidak berkerja.

6. Riwayat Fisik dan Sosial : Pasien

Daftar Pustaka : 1. Amir N. Skizofrenia. In : Elvira S.D, Hadisukanto G Editors. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta; Badan Penerbit FKUI. 2010. p. 170-176.2. Kaplan, HI, Sadock BJ, Greb JA, Skizofrenia, Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Prilaku Psikiatri Klinis Jilid Satu 7th ed. Jakarta; Binarupa Aksara, 1997. p.699-702,706-713,720-727,737-7403. Maslim, Rusdi dr. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkasan dari PPDGJ III. Jakarta: Nuh Jaya, 2001

Hasil Pembelajaran :

1. Diagnosis skizofrenia paranoid.

2. Tata laksana skizofrenia paranoid.

3. Edukasi mengenai skizofrenia paranoid.

4. Motivasi agar pasien patuh berobat.

Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio1. Subjektif : Keluhan Utama : Marah marah dan bicara sendiri semenjak 1 minggu yang lalu. Riwayat Penyakit SekarangPasien laki laki, 26 tahun datang dibawa keluarganya karena sering marah marah dan berbicara sendiri semenjak satu minggu yang lalu. Pasien marah marah terhadap ibunya dengan mengatakan kata kata kasar kepada ibunya. Pasien tidak merusak barang barang, namun menurut ibunya, sebelum ke puskesmas pasien tadi sempat membanting piring yang berisi makanan saat disuruh makan oleh ibunya. Pasien juga menjadi mudah tersinggung dan kesal dengan orang di rumahnya. Contohnya, kemarin pada saat dimintai tolong untuk membuang sampah oleh kakaknya, pasien malah mengomel dan marah marah terhadap kakaknya. Pasien mengaku sering mendengar suara suara di telinganya yang memanggil manggil namanya dan berkata semua tergantung keyakinan masing masing agama saja. Saat ditanya apa maksudnya pasien hanya terdiam. Pasien menyatakan bahwa suara tersebut sering terdengar terutama saat pasien berada di kamar sendiri. Pasien tidak pernah mendengar suara suara yang mengomentari atau menyuruh pasien melakukan sesuatu. Pasien juga berkata bahwa dia melihat bayangan yang berwarna putih. Bayangan tersebut kadang tidak berbentuk, kadang seperti bapaknya. Suara dan bayangan tersebut sudah muncul kira kira sejak 3 hari yang lalu.Dua minggu yang lalu ayah pasien meninggal karena sakit. Semenjak itu pasien menjadi murung dan kadang terlihat menangis. Pasien memang dekat dengan ayahnya. Ibu pasien mengatakan bahwa di rumah pasien terlihat tidak semangat dan bermalas malasan. Pasien biasanya rajin mengerjakan pekerjaan rumah seperti mencuci baju, menyapu, mengepel, mencuci piring. Namun dalam 2 minggu ini terlihat berbeda, yaitu bangun tidur menjadi lebih siang, sering melamun, dan hanya kadang kadang saja melakukan pekerjaan rumah.Pasien mengaku nafsu makannya berkurang. Pasien mengatakan tidak dapat tidur semenjak 3 hari. Pasien tidur hanya pagi hari selama 2 jam, sedangkan malamnya pasien hanya diam di tempat tidur berusaha untuk tidur. Pasien tidak pernah melakukan usaha bunuh diri dan tidak pernah terpikir untuk bunuh diri. Pasien juga menjadi malas mandi dan malas sholat 5 waktu. Riwayat Gangguan SebelumnyaRiwayat Psikiatri Sebelumnya : Pasien tidak pernah mengalami gangguan seperti saat ini maupun gangguan psikiatri sebelumnya. Riwayat Medis Lainnya : Pasien tidak mempunyai riwayat sakit berat atau menderita sakit. Tidak ada riwayat demam, kejang, trauma kepala, ataupun penyakit lainnya.Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif dan Alkohol : Pasien mengaku tidak pernah merokok. Pasien juga tidak mengkonsumsi alkohol dan mengkonsumsi obat-obatan terlarang. Riwayat Kehidupan PribadiRiwayat prenatal dan perinatalPasien merupakan anak kelima dari enam bersaudara. Menurut ibu pasien dilahirkan secara normal, cukup bulan (9 bulan) dibantu oleh dukun beranak di rumahnya. Tidak ada riwayat trauma/luka saat lahir dan cacat bawaan. Riwayat masa kanak awal (0-3 tahun)Menurut ibunya, pasien mempunyai riwayat tumbuh kembang yang baik (sesuai dengan usianya). Pasien mendapatkan ASI hingga usia 2 tahun. Pasien diasuh oleh ayah dan ibunya serta tinggal bersama keluarganya.Riwayat masa kanak pertengahan (3-11 tahun)Menurut ibu pasien pertama kali masuk sekolah dasar pada umur 6 tahun. Prestasi pasien disekolah tidak terlau baik walaupun tidak pernah tinggal kelas. Pasien termasuk anak yang tidak memiliki banyak teman dan tidak sering main ke luar rumah. Riwayat masa kanak akhir (pubertas) dan remajaa. Hubungan sosialPasien memiliki beberapa teman di lingkungan rumahnya. Sering berbicara dan mengobrol dengan teman temannya itu di depan rumah.b. Riwayat pendidikanPasien bersekolah hanya sampai kelas 3 SMA. Pasien tidak pernah tinggal kelas dan tidak pernah pindah sekolah.c. Perkembangan kognitif dan motorikPasien bisa membaca dan menulis dengan baik dan tidak terdapat gangguan perkembangan spesifik.d. Riwayat psikoseksualPasien pernah beberapa kali pacaran. Saat ini tidak punya pacar. Pasien belum pernah menikah.e. Latar belakang agamaPasien beragama Islam dan rajin sholat. Riwayat masa dewasaa. Riwayat pekerjaanPasien pernah berkerja di pabrik. Namun sudah berhenti semenjak ayahnya meninggal. Pasein menjadi sering bermalas malasan.b. Aktivitas sosialPasien jarang bersosialisasi dengan tetangga. Aktivitas di luar rumah yang dilakukannya adalah mengikuti karang taruna dan pengajian dengan anak muda di lingkungannya.c. Kehidupan seksual masa dewasaPasien pernah beberapa kali pacaran. Saat ini tidak punya pacar. Pasien belum pernah menikah.

Penyakit KeluargaKakek dan keponakan pasien juga sama seperti pasien, yaitu sering berbicara sendiri. Menurut keluarga, kakek dan keponakan pasien berobat di RS jiwa. Riwayat Sosial EkonomiPasien pernah bekerja di pabrik namun saat ini sudah tidak bekerja. Di rumah hanya membantu ibunya mengerjakan beberapa pekerjaan. Sumber pendapatan keluarga berasal dari kakak pasien sebagai tukang ojeg dan ibu pasien yang membuka usaha catering.

2. ObjektifSTATUS MENTALDeskripsi Umum1. Penampilan UmumPasien seorang laki laki berumur 26 tahun, berpenampilan fisik tampak sesuai dengan usianya. Penampilan cukup rapi, rambut, berwarna hitan, muka bersih, kuku tidak dipotong, kulit cokelat, dan perawakan pasien tinggi kurus. 2. Kesadaran Neurologis/biologis : compos mentis Psikologis : terganggu Sosial : baik3.Pembicaraan Pasien menjawab pertanyaan dengan spontan, volume cukup, lancar. Kontak mata dengan pewawancara kurang. 4. Sikap terhadap pemeriksa : kooperatif

B. Alam Perasaan1. Afek : Stabilitas: Stabil Pengendalian : Cukup Echt/unecht : Echt Empati : Tidak dapat dirabarasakan Dalam : Dalam Skala diferensiasi : Sempit Keserasian : Serasi2. Mood: Hipotim

C. Fungsi Intelektual1. Taraf pendidikan, pengetahuan dan kecerdasanTaraf Pendidikan : SMAPengetahuan Umum : BaikKecerdasan: Baik Daya Konsentrasi : Baik 2. OrientasiDaya Orientasi Waktu: BaikDaya Orientasi Tempat: BaikDaya Orientasi Personal: Baik3. Daya IngatDaya Ingat Jangka Panjang: TergangguDaya Ingat Jangka Pendek: Baik Daya Ingat Sesaat: Baik Kemampuan Visuospatial : Baik Pikiran Abstrak: Terganggu4. Kemampuan Menolong Diri : Kurang baik

D. Gangguan Persepsi1. Halusinasi Halusinasi Auditorik : AdaHalusinasi Visual : Ada2. Ilusi : Tidak ada3. Depersonalisasi : Tidak ada4. Derealisasi : Tidak ada

E. Proses Pikir1. Arus PikirProduktivitas : Cukup. Kontinuitas Pikiran : Koheren.Hendaya Berbahasa : Tidak ada.2. Isi PikirPreokupasi : Tidak AdaWaham : Curiga; Pasien merasa yakin kalau ibunya sengaja memberikan obat yang salah untuk diminum. Dan pasien yakin bahwa bapaknya meninggal bukan karena sakit, namun ada yang mengguna-gunanya.F. Pengendalian Impuls: Pasien tenang selama wawancara (pengendalian impuls cukup baik)

G. Daya Nilai1. Daya nilai sosial : Baik2. Uji daya nilai : Baik3. Penilaian realita : Terganggu

H. Tilikan: Derajat 2I. Taraf Dapat Dipercaya: Dapat dipercaya

STATUS FISIK

A. Status InternusKeadaan umum: BaikKesadaran: Compos mentisTekanan darah: 120/80 mmHgFrekuensi napas: 20x/menitFrekuensi nadi: 88x/menitSuhu: dalam batas normalStatus gizi: Kesan gizi cukupBB 165 cm, BB = 60 kgKulit: Sawo matang Kepala: Tidak ada deformitas, normocephali.Rambut: Hitam, lebat, tidak mudah tercabut.Mata: Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik, Telinga: Normotia, sekret (-)Gigi dan mulut: Dalam batas normalLeher: Pembesaran KGB (-)Jantung: Bunyi jantung I-II normal, murmur (-), gallop (-)Paru: Pergerakan dinding dada simetris, suara napas vesikuler, Ronkhi -/-, wheezing -/-Abdomen: Datar, supel, bising usus normal, tidak ditemukan pembesaran hepar dan lien.Ekstremitas: Akral hangat (+), edema (-)

B. Status NeurologisGCS: 15 (E4,V5,M6)Kaku kuduk: (-)Pupil: Bulat, isokorKesan parase nervus kranialis : (-)Motorik : Kekuatan (5), tonus baik, rigiditas (-), spasme (-), hipotoni (-), eutrofi, tidak ada gangguan keseimbangan dan koordinasiSensorik:Tidak ada gangguan sensibilitasReflex fisiologis: NormalReflex patologis: (-)Gejala ekstrapiramidal : (-)Stabilitas postur tubuh: NormalTremor di kedua tangan : (-)

3. Assesment (penalaran klinis) :Pada pasien terdapat pola perilaku atau psikologis yang secara bermakna dan khas berkaitan dengan suatu gejala yang menimbulkan hendaya (disfungsi) dalam berbagai fungsi psikososial. Terdapat pula penderitaan (disstres) yang dialami oleh pasien. Dengan demikian dapat disimpulkan pasien mengalami gangguan jiwa.Diagnosis Aksis IBerdasarkan anamnesis, pasien tidak memiliki riwayat cedera kepala, riwayat tindakan operatif, dan riwayat kondisi medik lain yang dapat secara langsung ataupun tidak langsung mempengaruhi fungsi otak. Berdasarkan pemeriksaan fisik juga tidak ditemukan kondisi medis umum yang dapat mempengaruhi fungsi otak. Pasien tidak mengalami gangguan yang bermakna yang menimbulkan gangguan jiwa. Pasien juga tidak mengaami defisit kognitif dan gangguan kesadaran dan perhatian. Oleh karena itu, gangguan mental organik (F00-09) dapat disingkirkan.Pada pasien tidak ditemukan riwayat penggunaan obat/zat psikoaktif. Sehingga diagnosis gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif (F10-19) dapat disingkirkan.Pada pasien terdapat gejala-gejala psikotik seperti marah-marah, halusinasi auditorik dan waham curiga. Dari gejala dan tanda diatas, diagnosis lebih diberatkan pada F.20.0 yaitu gangguan skizofrenia paranoid berdasarkan PPDGJ-III, dimana pada riwayat penyakit sekarang terdapat gejala dan tanda seperti, halusinasi auditorik bentuk verbal berupa suara-suara dari orang tertentu dan suara anjing, gangguan isi pikir berupa waham curiga, gejala negatif berupa bicara yang jarang, respon emosional yang tidak wajar, dan lebih suka menyendiri.Diagnosis aksis IITidak didapatkan gangguan kepribadian pada pasien. Namun berdasarkan anamnesis pasien memiliki ciri kepribadia skizoid, dimana pasien adalah ana yang pendiam, pemalu, jarang bergaul dengan tetangganya dan tidak terlalu punya banyak teman. Tidak didapatkan retardasi mental.

Diagnosis aksis IIIPada pemeriksaan fisik dan pemeriksaan neurologis tidak ditemukan kondisi medik yang berhubungan dengan kondisi pasien pada saat ini, dapat disimpulkan tidak ada diagnosis pada aksis III.

Diagnosis aksis IVPada anamnesis tidak didapatkan adanya masalah psikososial dan lingkungan yang mendahului gejala kekambuhan. Namun, pada riwayat perjalanan penyakit, pada riwayat gangguan dahulu terdapat masalah yang diduga sebagai pencetus timbulnya gangguan yaitu bercerai dengan suaminya dan kemudian suaminya menikah lagi.

Diagnosis aksis VSkala GAF : GAF HLPY : 90 (gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari masalah harian yang biasa) GAF current : 60 ( gejala sedang, disabilitas sedang )

4. Plan :Diagnosis :Aksis I: F20.0 Skizofrenia ParanoidAksis II: Z03.2 Tidak ada diagnosisCiri kepribadian skizoid Aksis III: Tidak adaAksis IV: Tidak adaAksis V: GAF HPYL : 90, GAF current : 60Pengobatan : Haloperidol 5mg 3x1 Trihexyphenydil 2mg 2x1 Clobazam 10 mg 2x1 Vitamin B12 2x1Edukasi : Menjelaskan kepada keluarga pasien tentang keadaan pasien agar mengerti keadaan pasien dan selalu memberi dukungan kepada pasien. Mengikutsertakan pasien dalam berbagai kegiatan agar dapat berinteraksi dengan baik dan pendalaman agama sesuai dengan kepercayaannya. Mengingatkan keluarga pasien untuk rajin kontrol ke poliklinik jiwa di puskesmas dan mengambil obat secara teratur. Mengajarkan keterampilan yang sesuai dengan kemampuan dan pendidikannya. Memberikan informasi pentingnya activity daily living dalam kehidupannya sehari-hari dan meyakinkan pasien agar mau melaksanakan kegiatan tersebut.

TINJAUAN PUSTAKASKIZOFRENIA PARANOID BAB IPENDAHULUAN

Skizofrenia merupakan gangguan mental klasifikasi berat dan kronik (psikotik). Secara umum ditandai oleh distorsi pikiran, persepsi yang khas, dan gangguan afek yang tidak wajar. Schizophrenia disebabkan oleh hal yang multikompleks, seperti ketidakseimbangan neurotransmitter di otak, faktor edukasi dan perkembangan mental sejak masa anak-anak, stressor psikososial berat yang menumpuk, dengan sifat perjalanan penyakit yang progresif, cenderung menahun, (kronik), eksaserbasi (kumat-kumatan), sehingga terkesan penderita tidak bisa disembuhkan seumur hidup. Tiga per empat dari jumlah pasien skizofrenia umumnya dimulai pada usia 16 sampai 25 tahun pada laki-laki. Pada kaum perempuan, skizofrenia biasanya mulai diidap pada usia 25 hingga 30 tahun. Penyakit yang satu ini cenderung menyebar di antara anggota keluarga sedarah.1,2

Dalam skizofrenia terdapat beberapa tipe yaitu tipe tak terorganisasi, tipe katatonik dan tipe paranoid (DSM-IV-TR; APA, 2000). Simptom utama dari skizofrenia paranoid adalah delusi persecusion dan grandeur, di mana individu merasa dikejar-kejar. Hal tersebut terjadi karena segala sesuatu ditanggapi secara sensitif dan egosentris seolah-olah orang lain akan berbuat buruk kepadanya. Oleh karena itu, sikapnya terhadap orang lain agresif. Delusi tersebut diperkuat oleh halusinasi penglihatan dan pendengaran. Hal-hal tersebut juga bisa mendorong penderita untuk membunuh orang lain atau sebaliknya bunuh diri, sebagai usahanya untuk menghindari delusi persecusion.1

BAB IIPEMBAHASAN

1. DEFINISISkizofrenia adalah gangguan psikotik yang bersifat kronis atau kambuh ditandai dengan terdapatnya perpecahan (schism) antara pikiran, emosi dan perilaku pasien yang terkena. Perpecahan pada pasien digambarkan dengan adanya gejala fundamental (atau primer) spesifik, yaitu gangguan pikiran yang ditandai dengan gangguan asosiasi, khususnya kelonggaran asosiasi. Gejala fundamental lainnya adalah gangguan afektif, autisme, dan ambivalensi. Sedangkan gejala sekundernya adalah waham dan halusinasi 2Berdasarkan DSM-IV, skizofrenia merupakan gangguan yang terjadi dalam durasi paling sedikit selama 6 bulan, dengan 1 bulan fase aktif gejala (atau lebih) yang diikuti munculnya delusi, halusinasi, pembicaraan yang tidak terorganisir, dan adanya perilaku yang katatonik serta adanya gejala negatif.2Skozofrenia paranoid adalah salah satu sub tipe skizofrenia, dimana dalam DSM IV disebutkan bahwa tipe ini ditandai oleh preokupasi (keasyikan) pada satu atau lebih waham atau halusinasi dengar yang sering dan tidak ada prilaku lain yang mengarahkan kepada terdisorganisasi ataupun katatonik.2

2. ETIOLOGITeori tentang penyebab skizofrenia, yaitu 1,2a. Diatesis-Stres Model Teori ini menggabungkan antara faktor biologis, psikososial, dan lingkungan yang secara khusus mempengaruhi diri seseorang sehingga dapat menyebabkan berkembangnya gejala skizofrenia. Dimana ketiga faktor tersebut saling berpengaruh secara dinamis.

b. Faktor BiologisDari faktor biologis dikenal suatu hipotesis dopamin yang menyatakan bahwa skizofrenia disebabkan oleh aktivitas dopaminergik yang berlebihan di bagian kortikal otak, dan berkaitan dengan gejala positif dari skizofrenia. Penelitian terbaru juga menunjukkan pentingnya neurotransmiter lain termasuk serotonin, norepinefrin, glutamat dan GABA. Selain perubahan yang sifatnya neurokimiawi, penelitian menggunakan CT Scan ternyata ditemukan perubahan anatomi otak seperti pelebaran lateral ventrikel, atropi koteks atau atropi otak kecil (cerebellum), terutama pada penderita kronis skizofrenia.c. GenetikaFaktor genetika telah dibuktikan secara meyakinkan. Resiko masyarakat umum 1%, pada orang tua resiko 5%, pada saudara kandung 8% dan pada anak 12% apabila salah satu orang tua menderita skizofrenia, walaupun anak telah dipisahkan dari orang tua sejak lahir, anak dari kedua orang tua skizofrenia 40%. Pada kembar monozigot 47%, sedangkan untuk kembar dizigot sebesar 12% .d. Faktor PsikososialPada faktor ini menandakan adanya tekanan psikososial yang terjadi pada orang tertentu yang bisa memicu terjadinya skizofrenia, seperti permasalahan keluarga, hubungan intrapersonal, konflik dan frustasi dalam lingkungan.

3. KLASIFIKASIBeberapa subtype Skizofrenia yang diidentifkasi berdasarkan variable klinik 1,2,3 Skizofrenia Paranoid Skizofrenia hebefrenik Skizofrenia katatonik Skizofrenia tak terinci Skizofrenia residual Skizofrenia simplek Depresi pasca Skizofrenia

4. PERJALANAN GANGGUAN SKIZOFRENIAPerjalanan berkembangnya skizofrenia sangatlah beragam pada setiap kasus. Namun, secara umum melewati tiga fase utama, yaitu1,5:a. Fase ProdromalFase prodromal ditandai dengan deteriorasi yang jelas dalam fungsi kehidupan, sebelum fase aktif gejala gangguan, dan tidak disebabkan oleh gangguan afek atau akibat gangguan penggunaan zat, serta mencakup paling sedikit dua gejala dari kriteria A pada criteria diagnosis skizofrenia. Awal munculnya skizofrenia dapat terjadi setelah melewati suatu periode yang sangat panjang, yaitu ketika seorang individu mulai menarik diri secara sosial dari lingkungannya.Individu yang mengalami fase prodromal dapat berlangsung selama beberapa minggu hingga bertahun-tahun, sebelum gejala lain yang memenuhi kriteria untuk menegakkan diagnosis skizorenia muncul. Individu dengan fase prodromal singkat, perkembangan gejala gangguannya lebih jelas terlihat daripada individu yang mengalami fase prodromal panjang.b. Fase Aktif GejalaFase aktif gejala ditandai dengan munculnya gejala-gejala skizofrenia secara jelas. Sebagian besar penderita gangguan skizofrenia memiliki kelainan pada kemampuannya untuk melihat realitas dan kesulitan dalam mencapai insight. Sebagai akibatnya episode psikosis dapat ditandai oleh adanya kesenjangan yang semakin besar antara individu dengan lingkungan sosialnya.c. Fase ResidualFase residual terjadi setelah fase aktif gejala paling sedikit terdapat dua gejala dari kriteria A pada kriteria diagnosis skizofrenia yang bersifat mentap dan tidak disebabkan oleh gangguan afek atau gangguan penggunaan zat. Dalam perjalanan gangguannya, beberapa pasien skizofrenia mengalami kekambuhan hingga lebih dari lima kali. Oleh karena itu, tantangan terapi saat ini adalah untuk mengurangi dan mencegah terjadinya kekambuhan.

5. DIAGNOSAPEDOMAN DIAGNOSTIK SKIZOFRENIA MENURUT PPDGJ III 4a. Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas) : Thought echo Isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isi sama, namun kualitasnya berbeda; atauThought insertion or withdrawalIsi pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); danThought broadcastingIsi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum mengetahuinya; Delusion of controlWaham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari luar; atauDelusion of influenceWaham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar; atauDelusion of passivityWaham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan tertentu dari luar; (tentang dirinya = secara jelas merujuk ke pergerakan tubuh atau anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau penginderaan khusus)Delusional perceptionPengalaman inderawi yang tak wajar, yang bermakna, sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat; Halusinasi auditorik: Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien, atau Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang berbicara), atau Jenis suara halusinasi lain yang berasla dari salah satu bagian tubuh Wahamwaham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan diatas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain).b. Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas : Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide ide berlebihan (over loaded ideas) yang menetap, atau yang apabila terjadi setiap hari selama berminggu minggu atau berbulan bulan terus menerus; Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan atau neologisme; Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme dan stupor; Gejalagejala negatif, seperti sangat apatis, bicara yang jarang, dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika.

c. Adanya gejala gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodormal);d. Harus ada suatu perbuatan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behaviour), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.Diagnosis Skizofrenia Paranoid a. Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofreniab. Sebagai tambahan : Halusinasi dan/atau waham harus menonjol; Suara suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit (whistling), mendengung (humming), atau bunyi tawa (laughing); Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau lain lain perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol; Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi (deusion of influence), atau passivity (delusion of passivity), dan keyakinan dikejar kejar beraneka ragam, adalah yang paling khas; Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik secara relatif tidak nyata/tidak menonjol.46. DIAGNOSA BANDING Gangguan waham menetap Gangguan akibat pemakaian zat psikoadiktif Gangguan mood Gangguan kepribadian

7. PENATALAKSANAANSkizofrenia diyakini merupakan interaksi dari tiga factor (biogenik-psikogenik-sosiogenik) maka pengobatan gangguan skizofrenia juga diarahkan pada ketiga faktor tersebut yaitu somatoterapi, psikoterapi, dan sosioterapi. Dengan kata lain, tidak ada pengobatan tunggal yang dapat memperbaiki keanekaragaman gejala dan disabilitas berkaitan dengan skizofrenia, tetapi harus dilakukan secara komprehensif.3a. SomatoterapiSasaran utama somatoterapi adalah tubuh manusia dengan harapan pasien akan sembuh melalui reaksi holistik. Somatoterapi yang umum dilakukan adalah psikofarmaka dan ECT (Electroconvulsive Therapy). Psikofarmaka atau disebut obat neuroleptika/antipsikotika dibedakan menjadi dua golongan tipikal (konvensional) dan golongan atipikal (generasi kedua). Dasar pemilihan suatu jenis psikofarmaka adalah atas pertimbangan manfaat dan resiko secara individual yang mencakup farmakokinetik dan farmakodinamik. Semua antipsikotik yang saat ini tersedia (tipikal maupun atipikal) adalah bersifat antagonis reseptor dopamni D2 dalam mesokortikal. Blokader reseptor D2 ini cenderung menyebabkan symptom ekstrapiramidal walaupun secara umum golongan atipikal mempunyai resiko efek samping neurologik yang lebih rendah (dibandingkan antipsikotik tipikal).3Antipsikotik golongan atipikal dengan efek samping neuromotorik relatif sedikit tersebut merupakan suatu kemauan terapi terhadap skizofrenia. Meskipun demikian tetap harus dipertimbangkan bahwa efek samping lain yang tidak diinginkan dari golongan atipikal tersebut yaitu peningkatan berat badan, hiperprolaktinemia, hiperglikemia, dan dislipidemia. Akibat kurang baik lainnya seperti dislipidemia, ketoasidosis diabetika, diabetes melitus, dan perubahan elektrokardiografi (EKG) serta resiko kanker payudara akibat hiperprolaktinemia juga telah dicatat pada penggunaan antipsikotik atipikal.3

Antipsikotik dibedakan atas: 5 Antipsikotik tipikal (antipsikotik generasi pertama) Klorpromazin Flufenazin Tioridazin Haloperidol Antipsikotik atipikal (antipsikotik generasi kedua) Klozapin Olanzapin Risperidon Quetapin AripiprazolPemakaian antipsikotik dalam menanggulangi skizofrenia telah mengalami pergeseran. Bila mulanya menggunakan antipsikotik tipikal, kini pilihan beralih ke antipsikotik atipikal, yang dinyatakan lebih superior dalam menanggulangi simtom negatif dan kemunduran kognitif. Adanya perbedaan efek samping yang nyata antara antipsikotik atipikal dan antipsikotik tipikal.Antipsikotik atipikal: Menimbulkan lebih sedikit efek samping neurologis. Lebih besar kemungkinan dalam menimbulkan efek samping metabolik, misalnya pertambahan berat badan, diabetes mellitus, atau sindroma metabolik.Penanggulangan memakai antipsikotik diusahakan sesegera mungkin, bila memungkinkan secara klinik, karena eksaserbasi psikotik akut melibatkan distres emosional, perilaku individu membahayakan diri sendiri, orang lain, dan merusak sekitar. Individu terlebih dahulu menjalani pemeriksaan kondisi fisik, vital signs, dan pemeriksaan laboratorium dasar, sebelum memperoleh antipsikotik.3

Jenis intervensi somatogenik selain psikofarmaka adalah ECT. Bagaimana sebenarnya cara kerja ECT sehingga dapat menyembuhkan penderita gangguan jiwa sampai sekarang belum diketahui pasti walaupun beberapa teori telah diajukan dimana ada yang berorientasi secara organik tetapi ada juga yang tidak berorientasi organik.

b. PsikoterapiTerapi psikososial dimaksudkan agar pasien skizofrenia mampu kembali beradaptasi dengan lingkungan sosial sekitarnya dan mampu merawat diri, mandiri, serta tidak menjadi beban bagi keluarga dan masyarakat). Termasuk dalam terapi psikososial adalah terapi perilaku, terapi berorientasi keluarga, terapi kelompok, dan psikoterapi individual.3

8. PROGNOSAPenegakan prognosis dapat menghasilkan dua kemungkinan, yaitu a. prognosis positif, apabila didukung oleh beberapa aspek berikut, seperti: onset terjadi pada usia yang lebih lanjut, faktor pencetusnya jelas, adanya kehidupan yang relatif baik sebelum terjadinya gangguan dalam bidang sosial, pekerjaan, dan seksual, fase prodromal terjadi secara singkat, munculnya gejala gangguan mood, adanya gejala positif, sudah menikah, dan adanya sistem pendukung yang baik.b. prognosis negatif, dapat ditegakkan apabila muncul beberapa keadaan seperti berikut: onset gangguan lebih awal, factor pencetus tidak jelas, riwayat kehidupan sebelum terjadinya gangguan kurang baik, fase prodromal terjadi cukup lama, adanya perilaku yang autistik, melakukan penarikan diri, statusnya lajang, bercerai, atau pasangannya telah meninggal, adanya riwayat keluarga yang mengidap skizofrenia, munculnya gejala negatif, sering kambuh secara berulang, dan tidak adanya sistem pendukung yang baik.3

BAB IIIPENUTUP

KESIMPULANSkizofrenia paranoid adalah salah satu sub tipe skizofrenia, dimana dalam DSM IV disebutkan bahwa tipe ini ditandai oleh preokupasi (keasyikan) pada satu atau lebih waham atau halusinasi dengar yang sering dan tidak ada prilaku lain yang mengarahkan kepada terdisorganisasi ataupun katatonik. Simptom utama dari skizofrenia paranoid adalah delusi persecusion dan grandeur, di mana individu merasa dikejar-kejar. Skizofrenia merupakan gangguan yang bersifat kronis, berangsur-angsur menjadi semakin menarik diri dan tidak berfungsi selama bertahun-tahun. Beberapa penelitian menemukan lebih dari periode waktu 5 sampai 10 tahun setelah perawatan pertama kali dirumah sakit, hanya 10 sampai 20% memiliki hasil yang baik. Lebih dari 50% memiliki hasil buruk.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan HI, Saddock BC, Roan WM. Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat. Widya Medika, Jakarta. 1998: 407-4122. Kaplan HI, Saddock BC, Grebb JA. Sipnosis Psikiatri. Jilid I.Edisi VII. Binarupa Aksara Jakarta. 1997: 699-7433. Elvira SD, Hadisukanto G. Buku Ajar Psikiatri. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta, 2001: 170-1964. Maslim, Rusdi. 2003. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ III. Jakarta: Nuh Jaya.5. Maslim, Rusdi. 2002. Panduan Praktis Penggunaan Obat Klinis Psikotropik. Edisi III. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya.

8