30
PELATIHAN POLA ASUH ANAK DALAM KELUARGA PADA MASYARAKAT DI KAMPUNG JLAGRAN Oleh : Puji Lestari, Terry Irenewaty, Nur Hidayah Program Studi Pendidikan Sosiologi, FISE UNY Abstrak Kegiatan pelatihan ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan bagi para orang tua mengenai pola asuh secara umum serta dilengkapi dengan penekanan pada beberapa bidang seperti pada pendidikan, kesehatan, pergaulan dan ibadah. Selain itu juga diupayakan untuk memberikan pengetahuan pada orang tua mengenai hak-hak anak sesuai dengan KHA (Konvensi Hak Anak). Kegiatan pelatihan menggunakan metode ceramah, brainstorming, curah pendapat, body mapping, dan dialog. Pemilihan metode ini dilakukan dengan tujuan tercapainya target yang diinginkan yaitu keberhasilan pelatihan mengenai pola asuh anak dalam keluarga. Dalam kegiatan ini yang menjadi khalayak sasaran adalah para ibu dari pengamen anak, tokoh masyarakat, tokoh agama serta masyarakat sekitar kampung Jlagran. Di samping itu juga melibatkan aktivis LSM pemerhati anak. Setiap peserta pelatihan menerapkan pola asuh yang berbeda. Ada yang menerapkan pola permisif, otoriter dan demokratis. Sebagian besar dari mereka menerapkan pola otoriter pada berbagai bidang. Setelah pelatihan 1

POLA ASUH ANAK DALAM KELUARGA

Embed Size (px)

Citation preview

PELATIHAN POLA ASUH ANAK DALAM KELUARGA PADA

MASYARAKAT DI KAMPUNG JLAGRAN

Oleh : Puji Lestari, Terry Irenewaty, Nur HidayahProgram Studi Pendidikan Sosiologi, FISE UNY

Abstrak

Kegiatan pelatihan ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan bagi para

orang tua mengenai pola asuh secara umum serta dilengkapi dengan penekanan

pada beberapa bidang seperti pada pendidikan, kesehatan, pergaulan dan ibadah.

Selain itu juga diupayakan untuk memberikan pengetahuan pada orang tua

mengenai hak-hak anak sesuai dengan KHA (Konvensi Hak Anak).

Kegiatan pelatihan menggunakan metode ceramah, brainstorming, curah

pendapat, body mapping, dan dialog. Pemilihan metode ini dilakukan dengan

tujuan tercapainya target yang diinginkan yaitu keberhasilan pelatihan mengenai

pola asuh anak dalam keluarga. Dalam kegiatan ini yang menjadi khalayak

sasaran adalah para ibu dari pengamen anak, tokoh masyarakat, tokoh agama serta

masyarakat sekitar kampung Jlagran. Di samping itu juga melibatkan aktivis LSM

pemerhati anak.

Setiap peserta pelatihan menerapkan pola asuh yang berbeda. Ada yang

menerapkan pola permisif, otoriter dan demokratis. Sebagian besar dari mereka

menerapkan pola otoriter pada berbagai bidang. Setelah pelatihan berakhir para

peserta berusaha mengubah pola asuh yang telah mereka terapkan selama ini agar

sesuai dengan tumbuh-kembang anak serta kemajuan anak di masa yang akan

datang. Terlebih lagi usaha mengubah pola asuh ini muncul setelah mereka

mengetahui hak-hak anak sesuai KHA yang seharusnya selama ini mereka penuhi.

Kata kunci : Pola Asuh Anak, Keluarga, Masyarakat

1

Abstract Activity of this Training aimed to to give knowledge to all parent about take care

of pattern in general, included in education, health, assocciation and religious service.

Others it is also strived to give knowledge to parent about rights of child as according to

KHA ( Children Right Convention ).

Activity of this training used discourse method, brainstorming, bulk o] opinion,

body mapping, and the dialogue. Election of this method is conducted with an eye to

reaching of goals of the desired that is efficacy of training take care of pattern to child in

family. In this activity, the targets are all mothers from street musician child, elite figure,

figure of religion and also society in Jlagran village. Despitefully also entangle activist of

NGO which concern about children.

Each member of training apply take care of pattern differently. There are

applying permisif pattern, democratic and autoritary. Most of them apply autoritary pattern

at various area. After the training end, all member of training try to alter take care of

pattern which they have been applied during the time in order to progress of child in the

future. Particularly again the effort altering take care of pattern, this emerge after they

know rights of child] according to KHA, they will fulfill the rights.

Keyword : Take Care of Child Pattern, Family, Society

A. PENDAHULUAN

1. Analisis Situasi

Akhir-akhir ini banyak bermunculan kasus-kasus kekerasan terhadap anak

baik yang ditayangkan lewat media televisi maupun media cetak. Jenis kekerasan

yang menonjol ada dua yaitu kekerasan fisik dan ekonomi. Namun pada dasarnya

kedua jenis ini saling berkaitan satu sama lain, disamping juga bisa menjadi

menjadi hubungan sebab-akibat. Kekerasan fisik yang banyak dijumpai seperti

pemukulan terhadap anak, penyiksaan lain dengan membakar anak dan

sebagainya. Hal ini tentu mengundang keprihatinan yang mendalam. Penyebabnya

terkadang sepele, ketika orang tua jengkel karena si anak terus saja merengek

2

meminta uang jajan, maka dari situlah si orang tua kemudian naik pitam yang

berujung pada penyiksaan fisik pada anak. Apabila dirunut lebih jauh, krisis

ekonomi yang berkepanjangan turut menyebabkan kondisi ini terjadi. Belum lagi

ditambah dengan kebijakan mengenai kenaikan BBM yang dalam satu tahun telah

terdapat 2 (dua) kali kenaikan. Implikasi lebih jauh, rakyat semakin menjerit

terutama dari kalangan menengah ke bawah. Terlebih lagi bagi masyarakat yang

hidupnya hanya mengandalkan pada penghasilan seadanya seperti dari hasil si

anak bekerja seperti dengan mengamen, menyemir sepatu. Bahkan saat ini banyak

anak kecil yang masih sangat dini usianya sudah berkeliaran di perempatan jalan

tepatnya di dekat traffic light, mereka menengadahkan tangan menunggu beberapa

rupiah dari para pengguna jalan. Sementara si orang tua terkadang berada di

pinggir trotoar jalan menunggu sampai si anak mendapatkan uang yang

diinginkannya.

Si anak hanya tahu bahwa ia harus selalu menuruti apa yang diperintahkan

oleh orang tuanya. Tanpa keluhan si anak terus saja mengemis tanpa tahu bahwa

ia sebenarnya mempunyai hak untuk menikmati masa kecilnya. Masa kanak-

kanaknya terampas oleh kejamnya perjuangan menghadapi hidup di bawah

bayang-bayang orang tua. Dunia anak yang semestinya diisi dengan bermain,

justru diganti dengan berpanas-panas di tengah jalan raya. Kondisi ini bisa

dijumpai di perempatan Jlagran dan sekitarnya. Setiap hari pemandangan anak

yang mengamen silih berganti dengan para orang tua dan dewasa.

Dalam mengembangkan anak untuk menjadi sumber daya manusia yang

berkualitas diperlukan persiapan dan perlakuan terhadap anak secara tepat sesuai

3

dengan kondisi anak. Sebagai manusia, setiap anak mempunyai ciri individual

yang berbeda satu dengan yang lain. Di samping itu setiap anak yang lahir di

dunia ini berhak hidup dan berkembang semaksimal mungkin sesuai dengan

kondisi yang dimilikinya. Untuk dapat memberi kesempatan berkembang bagi

setiap anak diperlukan pola asuh yang tepat dari orang tuanya, hal ini mengingat

anak adalah menjadi tanggung jawab orang tuanya baik secara fisik, psikis

maupun sosial ( Nuryoto, 1998 ).

2. Tujuan Kegiatan

Kegiatan pelatihan ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan bagi para

orang tua mengenai pola asuh secara umum serta dilengkapi dengan penekanan

pada beberapa bidang seperti pada pendidikan, kesehatan, pergaulan dan

ibadah. Selain itu juga diupayakan untuk memberikan pengetahuan pada orang

tua mengenai hak-hak anak sesuai dengan KHA (Konvensi Hak Anak).

3. Manfaat Kegiatan

a. Bagi orang tua

Kegiatan ini diharapkan akan memberikan manfaat bagi para orang tua untuk

mendapatkan pengetahuan mengenai pola asuh yang sesuai pada anak. Di

samping itu diharapkan orang tua menyadari posisi anak dalam keluarga yang

senantiasa membutuhkan bimbingan.

b. Bagi pemerintah

4

Kegiatan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan untuk perumusan

kebijakan terkait dengan eksploitasi anak oleh orang tua.

4. Tinjauan Pustaka

a. Pola Asuh

Pengertian pola asuh dalam keluarga bisa ditelusuri dari pedoman yang

dikeluarkan oleh Tim Penggerak PKK Pusat (1995), yakni : usaha orang tua

dalam membina anak dan membimbing anak baik jiwa maupun raganya sejak

lahir sampai dewasa (18 tahun).

Secara garis besar pola asuh yang diterapkan orang tua kepada anaknya

dapat digolongkan menjadi :

1.) Pola asuh otoriter

Yang dimaksud adalah setiap orang tua dalam mendidik anak mengharuskan

setiap anak patuh tunduk terhadap setiap kehendak orang tua. Anak tidak

diberi kesempatan untuk menanyakan segala sesuatu yang menyangkut

tentang tugas, kewajiban dan hak yang diberikan kepada dirinya.

2.) Pola asuh demokratis

Yang dimaksud adalah sikap orang tua yang mau mendengarkan pendapat

anaknya, kemudian dilakukan musyawarah antara pendapat orang tua dan

pendapat anak lalu diambil suatu kesimpulan secara bersama, tanpa ada yang

merasa terpaksa.

3.) Pola asuh permisif

5

Yang dimaksud dengan sikap orang tua dalam mendidik anak memberikan

kebebasan secara mutlak kepada anak dalam bertindak tanpa ada pengarahan

sehingga bagi anak yang perilakunya menyimpang akan menjadi anak yang

tidak diterima di masyarakat karena dia tidak bisa menyesuaikan diri dengan

lingkungan ( Nuryoto,1998).

b. Keluarga

Secara sosiologis ( Melly dalam Busono, 2005 ), keluarga dituntut

berperan dan berfungsi untuk mencapai suatu masyarakat sejahtera yang dihuni

oleh individu (anggota keluarga) yang bahagia dan sejahtera. Fungsi keluarga

perlu diamati sebagai tugas yang harus diperankan oleh keluarga sebagai

lembaga sosial terkecil.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa, berdasarkan pendekatan budaya dan

sosiologis, fungsi keluarga adalah sebagai berikut :

1.) Fungsi Biologis

Bagi pasangan suami istri, fungsi ini untuk memenuhi kebutuhan seksual

dan mendapatkan keturunan. Fungsi ini memberi kesempatan hidup bagi

setiap anggotanya. Keluarga disini menjadi tempat untuk memenuhi

kebutuhan dasar seperti pangan, sandang, dan papan dengan syarat-syarat

tertentu.

2.) Fungsi Pendidikan

Fungsi pendidikan mengharuskan setiap orang tua untuk mengkondisikan

kehidupan keluarga menjadi situasi pendidikan, sehingga terdapat proses

saling belajar di antara anggota keluarga. Dalam situasi ini orang tua

6

menjadi pemegang peran utama dalam proses pembelajaran anak-anaknya,

terutama di kala mereka belum dewasa. Kegiatannya antara lain melalui

asuhan, bimbingan, dan teladan.

3.) Fungsi Beragama

Fungsi beragama berkaitan dengan kewajiban orang tua untuk

mengenalkan, membimbing, memberi teladan dan melibatkan anak serta

anggota keluarga lainnya mengenai kaidah-kaidah agama dan perilaku

keagamaan. Fungsi ini mengharuskan orang tua, sebagai seorang tokoh

inti dan panutan dalam keluarga, untuk menciptakan iklim keagamaan

dalam kehidupan keluarganya.

4.) Fungsi Perlindungan

Fungsi perlindungan dalam keluarga ialah untuk menjaga dan memelihara

anak dan anggota keluarga lainnya dari tindakan negatif yang mungkin

timbul. Baik dari dalam maupun dari luar kehidupan keluarga.

5.) Fungsi Sosialisasi Anak

Fungsi sosialisasi berkaitan dengan mempersiapkan anak untuk menjadi

anggota masyarakat yang baik. Dalam melaksanakan fungsi ini, keluarga

berperan sebagai penghubung antara kehidupan anak dengan kehidupan

sosial dan norma-norma sosial, sehingga kehidupan di sekitarnya dapat

dimengerti oleh anak, sehingga pada gilirannya anak berpikir dan berbuat

positif di dalam dan terhadap lingkungannya.

6.) Fungsi Kasih Sayang

7

Keluarga harus dapat menjalankan tugasnya menjadi lembaga interaksi

dalam ikatan batin yang kuat antara anggotanya, sesuai dengan status dan

peranan sosial masing-masing dalam kehidupan keluarga itu. Ikatan batin

yang dalam dan kuat ini, harus dapat dirasakan oleh setiap anggota

keluarga sebagai bentuk kasih sayang. Dalam suasana yang penuh

kerukunan, keakraban, kerjasama dalam menghadapi berbagai masalah

dan persoalan hidup.

7.) Fungsi Ekonomis

Fungsi ini menunjukkan bahwa keluarga merupakan kesatuan ekonomis.

Aktivitas dalam fungsi ekonomis berkaitan dengan pencarian nafkah,

pembinaan usaha, dan perencanaan anggaran biaya, baik penerimaan

maupun pengeluaran biaya keluarga.

8.) Fungsi Rekreatif

Suasana Rekreatif akan dialami oleh anak dan anggota keluarga lainnya

apabila dalam kehidupan keluarga itu terdapat perasaan damai, jauh dari

ketegangan batin, dan pada saat-saat tertentu merasakan kehidupan bebas

dari kesibukan sehari-hari.

9.) Fungsi Status Keluarga

Fungsi ini dapat dicapai apabila keluarga telah menjalankan fungsinya

yang lain. Fungsi keluarga ini menunjuk pada kadar kedudukan (status)

keluarga dibandingkan dengan keluarga lainnya.

B. METODE PENGABDIAN

8

Kegiatan ini akan menggunakan metode ceramah, brainstorming, curah

pendapat, body mapping, dan dialog. Pemilihan metode ini dilakukan dengan

tujuan tercapainya target yang diinginkan yaitu keberhasilan pelatihan

mengenai pola asuh anak dalam keluarga

C. HASIL PENGABDIAN DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Pelaksanaan Kegiatan PPM

a. Pelatihan I

Dilaksanakan pada tanggal 5 Agustus 2008. Dihadiri oleh 33 peserta.

Bertempat di halaman rumah salah satu warga RT 01 Jlagran. Pelatihan ini berisi

mengenai Pola Asuh Anak di Bidang Agama. Secara garis besar materi

disampaikan oleh ibu Terry Irenewaty M. Hum, yang menekankan pada agama

sebagai tuntunan untuk melangkah. Di samping itu orang tua bertanggung jawab

terhadap anak di hadapan Allah SWT.

b. Pelatihan II

Dilaksanakan pada tanggal 25 Agustus 2008. Dihadiri oleh 45 peserta.

Bertempat di halaman rumah salah satu warga RT 01 Jlagran. Pelatihan ini berisi

mengenai Pola Asuh Anak di Bidang Pendidikan dan Pergaulan. Materi yang

disampaikan mengenai cara orang tua mendidik anak dan mengontrol anak dalam

pergaulan sehari-hari.

Pertemuan dibuka oleh ibu ketua PKK. Kemudian dilanjutkan dengan

materi dari fasilitator yaitu ibu Puji Lestari, M. Hum. Fasilitator membagi peserta

menjadi 6 kelompok. Setiap kelompok beranggotakan 6 – 7 orang. Tiap-tiap

9

kelompok diberi kertas plano dan spidol. Masing-masing kelompok mengerjakan

instruksi dari fasilitator. Ada 3 pertanyaan yang harus dijawab yaitu :

1.) Bagaimana cara ibu mendidik anak ?

2.) Bagaimana ibu mengawasi atau mengontrol anak dalam pergaulan ?

3.) Apa saja suka-dukanya ?

Setelah masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusinya,

maka fasilitator pun merangkum dari seluruh jawaban yang ada. Ternyata, orang

tua itu sebenarnya dalam melaksanakan kewajiban mendidik anak-anaknya

terbatas sekali dalam menggunakan model-model pendekatan pola asuh yang bisa

dilakukan. Sadar maupun tidak sadar dalam melaksanakan tugas yang mulia

tersebut diwarnai oleh kemampuan yang dimiliki oleh orang tua itu sendiri yang

pernah didapatkan dari keluarga asalnya maupun pengetahuan dan pengalaman

yang dimilikinya. Besar kemungkinan ada ketidaktepatan pola asuh dari orang

tua tersebut terhadap anak-anak mereka karena anak-anak tersebut mempunyai

sifat pribadi dan karakter yang berbeda-beda. Anak yang satu bisa tepat / cocok

dengan model yang dilakukan oleh orang tua, tetapi ada kemungkinan anak yang

satunya atau yang lainnya lagi tidak cocok dengan model tersebut. Oleh karena

itu, model pola asuh yang tepat bagi anak perlu digali lebih dalam lagi.

c. Pelatihan III

Dilaksanakan pada tanggal 12 September 2008. Dihadiri oleh 34 peserta.

Bertempat di halaman rumah warga RT 01 Jlagran. Pelatihan ini berisi mengenai

Pola Asuh Anak di Bidang Kesehatan. Materi disampaikan oleh Ibu Nur Hidayah,

10

M. Si, yang menekankan pentingnya orang tua membiasakan pola hidup sehat di

dalam keluarga terutama mendidik anak dalam bidang kesehatan.

Dalam pelatihan ini digunakan simulasi mengenai kegiatan anak sehari-

hari terkait dengan kesehatan. Ada tiga orang peserta yang bermain peran. Salah

satu berperan sebagai anak, sedang dua lainnya berperan masing-masing menjadi

ibu dari anak tersebut dan dokter. Ketiga orang ini berada di tengah-tengah

lingkaran peserta lainnya yang mengelilingi mereka. Di tengah lingkaran telah

terhampar kertas berukuran besar yang berisi angka-angka yang dibaliknya berisi

pernyataan mengenai kegiatan anak sehari-hari. Mekanisme simulasi dilaksanakan

dengan mengocok dadu terlebih dahulu. Setelah keluar jumlah angka dari dua

buah dadu maka baru dijalankan langkahnya. Ketika angka pada dadu menunjuk

pada jumlah lima, maka permainan dimulai dengan memajukan lima langkah dari

awal. Setelah berhenti pada langkah kelima, baru dibuka lembaran di balik angka

yang dimaksud. Si anak kemudian membaca pernyataan di kertas tersebut. Setelah

itu si anak diminta pendapatnya mengenai hal tersebut. Demikian pula dengan si

ibu yang juga dimintai pendapat mengenai pernyataan yang tertulis. Bila setuju

dikemukakan alasannya, bila tidak setuju juga dijelaskan alasannya. Para peserta

lain yang mengelilingi diberi kesempatan pula untuk memberikan pendapatnya.

Terakhir baru si dokter yang menengahi antara jawaban dari si anak dan si ibu.

Demikian seterusnya sampai simulasi berakhir.

Setelah simulasi berakhir, fasilitator berusaha merangkum dari seluruh

rangkaian pernyataan yang ada beserta jawaban dari masing-masing anak, ibu,

11

dan dokter. Pada akhirnya didapat suatu kesimpulan bahwa pola asuh ibu terhadap

anak di bidang kesehatan bisa dicermati dari kegiatan keseharian anak, antara lain:

1.) Selama ini ketika anak pulang dari sekolah langsung pulang ke rumah atau

bermain dulu di tempat temannya. Dalam hal ini juga harus diperhatikan

apakah anak tersebut sudah makan siang atau belum. Artinya kontrol

terhadap pola makan anak dijalankan dengan baik. Apabila anak pulang

sampai sore atau malam hari maka orang tua perlu menanyakan kemana

saja seharian anak tersebut.

2.) Selama ini ketika anak pulang dari sekolah, apakah langsung membantu

orang tua atau bermain. Hal ini ditinjau dari pandangan orang tua jelas

tentunya lebih senang ketika anak langsung membantu orang tua dalam hal

pekerjaan di dalam rumah. Lalu bagaimana bila ternyata anak membantu

orang tua dalam arti ikut bekerja mencari uang ? Tentunya hal ini

sebaiknya belum boleh dilakukan oleh anak, mengingat anak masih

tumbuh dan berkembang dan mempunyai hak untuk menikmati dunia

bermainnya. Bisa dibayangkan betapa anak nantinya akan terbebani

ketika harus memikirkan pelajaran di sekolah, namun di sisi yang lain

masih harus bekerja mencari uang. Sudah menjadi kewajiban orang tualah

untuk membiayai segala macam keperluan anak sehari-hari termasuk pula

dalam hal biaya sekolah.

3.) Anak dipastikan mandi sehari dua kali. Dalam hal ini orang tua senantiasa

mengontrol apakah anak sudah mandi atau belum.

12

4.) Asupan gizi yang dikonsumsi anak juga harus diperhatikan. Apabila anak

setiap hari diberi lauk daging, tentunya tidak bagus. Akan lebih baik bila

diimbangi dengan sayur, buah dan susu. Dalam arti makanan yang

dikonsumsi sehari-hari memenuhi 4 sehat 5 sempurna. Sesekali anak

diberi lauk ikan, telur, tempe, tahu dan lainnya. Hal ini dimaksudkan agar

terdapat variasi menu makanan anak agar anak tidak bosan.

d. Pelatihan IV

Dilaksanakan pada tanggal 25 September 2008. Dihadiri oleh 35 peserta.

Bertempat di halaman rumah warga RT 01 Jlagran. Pelatihan ini berisi mengenai

Hak-hak Anak sesuai dengan KHA (Konvensi Hak Anak). Materi disampaikan

oleh seorang aktivis Lembaga Pemerhati Anak, yang menekankan hak-hak anak

yang selama ini belum banyak diketahui. Terutama sekali mengenai hak anak di

berbagai bidang dan siapa saja yang bertanggung jawab melaksanakan hak-hak

anak tersebut.

Pertemuan dibuka pada pukul 16.00. Dilanjutkan dengan pelatihan

mengenai hak-hak anak melalui metode body mapping oleh fasilitator Ibu

Islamiyatur Rokhmah, M. SI dari lembaga KEDASIH. Fasilitator membagi

peserta menjadi beberapa kelompok dengan anggota masing-masing 7 orang.

Masing-masing kelompok diberi nama buah-buahan. Masing-masing kelompok

diminta mengerjakan instruksi dari fasilitator. Salah satu anggota dari masing-

masing kelompok diminta tidur terlentang, kemudian anggota lainnya

menggambar tubuh anggota kelompok tersebut. Setelah gambar selesai, maka

gambar utuh tubuh anggota kelompok tersebut diberi garis vertikal yang

13

memotong tubuh menjadi dua bagian. Bagian kiri diberi tulisan kiri, bagian kanan

diberi tulisan kanan. Setelah itu tiap kelompok diminta menuliskan perbuatan

jelek yang pernah dilakukan orang tua pada anak pada gambar bagian kiri.

Sementara, bagian kanan diberi tulisan perbuatan baik yang pernah dilakukan

orang tua pada anak. Setelah selesai, masing-masing kelompok diminta

perwakilannya untuk maju ke depan mempresentasikan hasil diskusi kelompok

sambil menempelkan gambar dan tulisan yang telah dibuat ke dinding. Jawaban

dari masing-masing kelompok sangat bervariasi.

Setelah semua wakil kelompok mempresentasikan hasil diskusinya,

fasilitator kemudian memberikan materi tentang hak-hak anak sesuai KHA

(Konvensi Hak Anak) Kemudian fasilitator memberikan kesimpulan dari diskusi

bahwa yang termasuk dalam hak anak antara lain : bermain, belajar, kasih sayang,

nama baik, perlindungan, dan perhatian. Adapun orang yang melakukan hak-hak

anak adalah : keluarga, masyarakat, dan pemerintah.

2. Pembahasan Hasil Pelaksanaan Kegiatan PPM

Pelaksanaan PPM dengan tema Pelatihan Pola Asuh Anak dalam Keluarga

pada Masyarakat di kampung Jlagran berjalan dengan baik. Pelaksanaan

dilakukan secara bertahap dengan pemberian materi yang berbeda-beda.

Pelatihan I yang menekankan pada pelatihan pola asuh anak di bidang agama

cukup mendapatkan perhatian dari para peserta. Hal ini ditunjukkan dengan

banyaknya peserta yang menanyakan kepada fasilitator mengenai aktivitas anak di

bidang agama. Selama ini sebagian besar ibu sangat sulit untuk mengajak anaknya

untuk beribadah terutama dalam hal ini adalah ibadah sholat. Mengingat sebagian

14

besar masyarakat kampung Jlagran ini beragama Islam, sehingga ibadah sholatlah

yang kemudian menjadi perbincangan yang cukup hangat dalam pelatihan.

Berangkat dari kegelisahan ini, fasilitatorlah yang kemudian menjelaskan

pada peserta bahwa memang untuk bisa mengajak sholat pada anak, maka orang

tua harus menjadi teladan atau contoh terlebih dahulu. Bagaimana anak akan

menurut pada ajakan orang tua bila si orang tua sendiri tidak menjalankannya.

Setelah mendengar penjelasan ini, para peserta merasa bersalah juga selama ini

telah mendidik anak di bidang agama dengan cara yang kurang tepat. Sehingga

setelah pelatihan selesai, peserta mengemukakan akan berusaha menjalankan

ibadah sesuai dengan syari’at agama. Dengan demikian, mereka bisa dengan

mudah mengajak anak-anak untuk beribadah.

Adapun Pelatihan II yang menekankan pada pola asuh anak di bidang

pendidikan dan pergaulan cukup mendapat sambutan yang hangat dari para

peserta. Selama ini dalam mendidik anak, peserta mengungkapkan bahwa mereka

mendidik dangan sabar dan telaten, agar anak menurut sesuai dengan yang

diinginkan. Namun tidak jarang pula mereka menggunakan cara-cara yang sedikit

otoriter, agar anak tidak bandel dan menurut apa yang kita perintah.

Dalam bidang pergaulan pun, anak tetap dikontrol. Sebagian peserta

mengungkapkan bahwa mereka biasa mengontrol melalui teman si anak, serta

menghubungi ibu/bapak guru melalui HP. Di samping itu, setalah anak pulang

sekolah, para peserta juga memeriksa tas sekolah anak, kalau-kalau si anak

membawa sesuatu yang tidak wajar. Adapun suka-duka para peserta dalam

mendidik anak sangat bervariasi. Sebagian peserta menyatakan sangat senang bila

15

anak-anak mereka menurut terhadap apa yang mereka sarankan. Namun di sisi

lain, peserta merasa sedih bila si anak terkadang membantah perkataan mereka,

ngambek tidak mau belajar, salah pergaulan dan sebagainya.

Setelah mendapatkan pelatihan ini, para peserta mengemukakan akan

berusaha sekuat tenaga untuk bisa mendidik anak dengan baik, dengan

menggunakan pola asuh yang tepat tentunya bagi anak.

Pada Pelatihan III, para peserta diberi materi mengenai pola asuh anak di

bidang kesehatan. Pola hidup sehat perlu diterapkan di dalam keluarga yang bisa

dilakukan dengan cara :

a.) Memberitahukan pada anak untuk mengurangi konsumsi makanan instan

atau cepat saji. Sebab di dalam makanan instan terdapat zat pengawet yang

jika dikonsumsi secara berlebihan akan membahayakan bagi kesehatan.

b.) Memberitahukan pada anak untuk berolah raga secara rutin.

c.) Menyediakan sayuran dan buah bagi anak untuk dikonsumsi.

d.) Memberitahukan pada anak untuk memperbanyak minum air putih.

Selama pelatihan dengan menggunakan metode simulasi berlangsung, para

peserta mengikuti dengan penuh antusias. Bahkan selama berlangsungnya

simulasi, ada beberapa peserta yang ikut menyumbangkan pendapatnya. Hal ini

menunjukkan keterlibatan emosional peserta dalam pelatihan cukup tinggi.

Akhirnya pada Pelatihan IV, para peserta diberikan materi mengenai hak-

hak anak sesuai dengan KHA. Selama ini para peserta tidak mengetahui apa yang

dimaksud dengan hak anak. Oleh karena itu, setelah melalui metode body

mapping yang memberi kesempatan pada semua peserta untuk mengungkapkan

16

perbuatan baik dan jelek yang selama ini telah mereka lakukan pada anak. Baru

setelah itu dijelaskan oleh fasilitator mengenai hal-hal yang selama ini tidak boleh

dilakukan pada anak.

Secara keseluruhan proses pelatihan pola asuh ini berjalan dengan baik,

karena dukungan dari warga cukup membantu pelaksanaan pelatihan. Salah

satunya adalah ketersediaan halaman yang luas di salah satu rumah warga RT 01

Jlagran yang bisa digunakan tempat pelatihan. Selain itu sarana-prasarana lain

yang juga mendukung pelatihan sudah tersedia. Pelatihan ini tidak mengalami

hambatan yang berarti. Hanya saja pengetahuan peserta yang beragam

menyebabkan penerimaan yang cukup bervariasi antara satu peserta dengan

peserta yang lain. Bagi sebagian peserta bisa cukup dijelaskan satu kali. Namun

untuk beberapa peserta lainnya harus diulang penjelasan lebih dari satu kali.

Selain itu ketidaktepatan waktu peserta dalam menghadiri pelatihan cukup

membuat peserta lainnya menunggu. Akan tetapi hal ini bisa diatasi dengan

mengkondisikan peserta yang terlambat untuk segera bisa mengikuti materi yang

dilatihkan.

Sampai akhir pelatihan semua peserta merasa senang karena mendapatkan

pengetahuan yang baru. Selama ini mereka telah menerapkan pola asuh yang

cenderung otoriter pada anak, namun ini baru mereka ketahui setelah mengikuti

pelatihan. Meskipun demikian, para peserta menginginkan setelah pelatihan

mereka bisa menerapkan pola asuh yang sesuai bagi anak dan mendukung

tumbuh-kembang anak serta kemajuan anak di masa yang akan datang.

17

D. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Setiap peserta pelatihan menerapkan pola asuh yang berbeda. Ada yang

menerapkan pola permisif, otoriter dan demokratis. Sebagian besar dari mereka

menerapkan pola otoriter pada berbagai bidang. Setelah pelatihan para peserta

berusaha mengubah pola asuh yang telah mereka terapkan selama ini agar sesuai

dengan tumbuh-kembang anak serta kemajuan anak di masa yang akan datang.

Terlebih lagi usaha mengubah pola asuh ini muncul setelah mereka mengetahui

hak-hak anak sesuai KHA yang seharusnya selama ini mereka penuhi.

2. Saran

1.) Sebaiknya anak dibiarkan menikmati masa bermainnya, karena dengan

memaksakan kehendak orang tua pada anak seperti mengharuskan anak

mengamen di jalan dengan sendirinya telah merampas dunia kanak-kanak

mereka.

2.) Perlunya penguatan pada orang tua agar tidak terus-menerus

mengkaryakan anaknya untuk mendapatkan uang dengan tanpa susah

payah bekerja keras. Lambat laun para orang tua ini akan menghargai

sebuah proses menuju kesuksesan dibandingkan budaya malas yang

menghinggapi selama ini.

3.) Perlunya tindak lanjut atas pelatihan pola asuh yang telah diselenggarakan.

Tindak lanjut ini bisa berupa monitoring terhadap para peserta pelatihan

maupun kegiatan lain yang mendukung.

18

DAFTAR PUSTAKA

Busono, Tjahjani, dkk. 2005. Perubahan Sosial di desa Asal Migran TKW ( Studi Kasus di Kecamatan Ciranjang Kabupaten. Ciawi Jawa Barat ). Tidak diterbitkan

Nuryoto, Sartini. Pola Asuh Anak. (disampaikan dalam sarasehan “ Pola Asuh Anak yang Adil Gender ”, 24 Juli 1998 di Benteng Vredeberg. Yogyakarta.

Tim Penggerak PKK Pusat. 1995. Pola Asuh Anak dalam Keluarga : Pedoman bagi Orang Tua, Jakarta

Pola Hidup Sehat. Tersedia pada http://organisasi.org/keuntungan-manfaat-penerapan-pola-hidup-sehat-ilmu pengetahuan-kesehatan. Diakses pada tanggal 12 Setember 2008

Pola Hidup Sehat. Tersedia pada http ; //id.shvoong.com/medicine-and-health/1747401-lakukan-pola-hidup-sehat/. Diakses pada tanggal 12 September 2008

19

20