Upload
mas-dion
View
60
Download
5
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Pendidikan Sekolah Dasar
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kebersamaan merupakan modal yang sangat penting dalam mencapai
suatu tujuan yang telah ditetapkan bersama. Dengan kebersamaan tugas yang
tadinya berat menjadi ringan, tugas yang tadinya rumit menjadi mudah.
Kenyataan di lapangan sering terjadi sebagian dari siswa enggan mengerjakan
tugas pembelajaran yang diberikan oleh guru. Berbagai alasan mereka berikan
misalnya, membantu orang tua bekerja akhirnya kelelahan, tidak memiliki buku
penunjang, diganggu kawannya, diajak bermain temannya, dan tidak ada yang
membantu bila menemui kesulitan.
Siswa diberi saran agar berusaha secara maksimal untuk mengerjakan
semua tugas sekolah agar nantinya dapat memperoleh nilai yang memuaskan
dan dapat naik kelas. Namun semua saran yang diberikan oleh guru tidak
banyak memberikan hasil. Ketika hari ini diberi nasehat, besuknya mereka
mengerjakan tugas-tugas sekolah dengan baik. Namun beberapa hari kemudian
kembali kepada kebiasaan awalnya yaitu selalu melalaikan tugas saat
pembelajaran berlangsung mereka amat pasif dan tertutup.
Sudah tentu kita dapat menduga akibat dari kebiasaan tersebut yakni
prestasi belajar siswa selalu rendah berada dibawah kemampuan yang dimiliki
oleh teman-temannya. Sementara para pendidik berusaha sekuat tenaga untuk
meningkatkan kualitas pendidikan anak, namun sambutan yang didapat masih
sangat rendah. Rendahnya nilai belajar PKn juga dialami oleh siswa kelas IV
1
MI Karanggandu masih banyak siswa yang nilainya di bawah niai KKM yaitu
70. Banyak faktor yang menjadikan nilai belajar siswa belum seperti yang
diharapkan. Faktor-faktor tersebut di antaranya faktor guru , faktor murid,
metode pembelajaran, materi pelajaran, media belajar, dan lain-lain.
Guru yang belum memenuhi standar pendidik, guru yang tidak
menguasai teknik pembelajaran, guru yang kurang tepat dalam pemilihan
metode, dan guru yang mengajar tanpa persiapan merupakan faktor
penghambat tercapainya tujuan pembelajaran yang maksimal. Hanya guru yang
mengajar secara profesional yang dapat menghasilkan prestasi baik dan
mungkin pula sangat baik. Guru yang professional dalam setiap pembelajaran
selalu melakukan kegiatan baku yakni membuat perencanaan yang matang
dalam segala hal, melaksanakan pembelajaran sesuai rencana yang
diprogramkan, melakukan pengamatan selama pembelajaran, dan selalu
melakukan refleksi untuk perbaikan pembelajaran selanjutnya.
Faktor murid juga sangat berpengaruh pada peningkatan prestasi
belajar. Murid yang telah siap belajar, murid yang sehat, murid yang memiliki
motivasi tinggi merupakan modal utama untuk meningkatkan prestasi belajar
mereka. Karena pembelajaran modern menjadikan murid sebagai pusat
perhatian maka murid pula yang akan menentukan peningkatan prestasi
belajarnya.
Model pembelajaran juga sangat menentukan keberhasilan siswa dalam
belajar. Seberapa baiknya guru menguasai materi pelajaran, namun jika metode
yang digunakan untuk menyampaikan pembelajaran kurang tepat maka sangat
sulit tercapai prestasi belajar seperti yang diharapkan. Demikian pula dengan
2
media pembelajaran yang tidak tepat dapat menghambat tercapainya tujuan
pembelajaran.
Setelah kita cermati bersama dapat diketahui bahwa rendahnya
perhatian dan minat anak terhadap pelajaran disebabkan oleh tidak tepatnya
metode dan strategi pembelajaran yang digunakan guru waktu mengajar.
Tanpa adanya inovasi dalam strategi mengajar sangat sulit diharapkan terjadi
kenaikan prestasi belajar anak secara maksimal.
Salah satu cara untuk meningkatkan motivasi belajar siswa adalah melalui
pembelajaran sistem kelompok. Dengan melakukan belajar bersama teman-
temannya maka anak merasa ada kawan untuk menyelesaiakan tugas yang
seharusnya diselesaiakan sendiri. Melalui pendekatan pembelajaran kooperatif
maka masalah pembelajaran akan dapat diatasi relatif lebih mudah.
Pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi pembelajaran yang secara
kelompok, siswa belajar bersama dan saling membantu dalam membuat tugas
dengan penekanan pada saling support diantara anggota. Pembelajaran bersifat
kooperatif bukan kompetitif, keberhasilan belajar adalah keberhasilan
kelompok.
Dengan pembelajaran kooperatif keaktifan siswa dalam belajar dapat
terbina dan berkembang secara positif. Berdasarkan latar balakang masalah
tersebut penulis melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul: “Penerapan
Pembelajaran Kooperatif untuk Meningkatkan Prestasi Belajar PKn pada Siswa
Kelas IV Semester I MI Karanggandu”.
3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah yang
timbul yang adalah: Apakah dengan penerapan pembelajaran kooperatif dapat
meningkatkan prestasi belajar PKn pada siswa kelas IV semester I MI
Karanggandu ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan utama dari penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Meningkatkan prestasi belajar PKn pada siswa kelas IV semester I MI
Karanggandu melalui penerapan pembelajaran kooperatif.
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dari penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut. Jika teknik
pembelajaran kooperatif diterapkan dalam pembelajaran maka prestasi belajar
PKn pada siswa kelas IV semester I MI Karanggandu meningkat.
E. Manfaat Penelitian
Secara rinci manfaat penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Bagi siswa.
a. Siswa menjadi senang mempelajari PKn karena terlibat
langsung dalam pembelajaran bersama kelompoknya.
b. Akan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
4
2. Bagi guru.
a. Dari hasil penelitian ini dapat meningkatkan kinerja guru
karena ia memiliki tambahan metode pembelajaran yang membuat
siswa aktif.
b. Dapat mempermudah guru dalam mengajarkan materi
PKn.
3. Bagi Kepala Sekolah.
a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar mengambil
kebijakan untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolahnya.
b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan ukuran untuk
mengetahui tingkat produktifitas suatu sekolah.
4. Bagi Peneliti Lain
a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam
melakukan penelitian sejenis.
b. Dapat dijadikan pembanding untuk meningkatkan kualitas
hasil penelitian.
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Suparno dan Sukamdi, (2007: 10) menyatakan, “Pembelajaran adalah
aktivitas yang kompleks, kondisional, dan transaksional, yang menuntut
persiapan yang prima, dan perencanaan tujuan dan kegiatan berbasis pada
satuan jam, hari, dan minggu, serta dalam jangka panjang mencakup
kegiatan lintas kurikulum dalam periode semester dan tahun”.
Menurut Kelough & kelough dalam Kasihani (2007: 13). menyatakan
“Pembelajaran kooperatif adalah sebagai suatu strategi pembelajaran yang
secara berkelompok, siswa belajar bersama dan saling membantu dalam
membuat tugas dengan penekanan pada saling support diantara anggota.”
Pembelajaran bersifat kooperatif bukan kompetitif, keberhasilan belajar
adalah keberhasilan kelompok.
Pembelajaran kooperatif tipe“Students Teams Achiement Divisions”
(STAD) adalah diskusi kelompok dimana siswa dikelompokkan dalam
kelompok-kelompok kecil, setiap anggota kelompok akan saling belajar dan
mempelajari. Fokus yang ditekankan keberhasilan setiap anggota kelompok
berpengaruh terhadap kelompoknya. Masing-masing kelompok akan
bersaing untuk mendapatkan penghargaan yang sebanyak-banyaknya.
Kelompok yang mendapat penghargaan terbanyak adalah kelompok yang
paling aktif.
a. Ada lima prinsip yang mendasari pembelajaran kooperatif:
6
1). Saling ketergantungan secara positif, artinya
anggota kelompok menyadari mereka perlu bekerja sama untuk
mencapai tujuan.
2). Semua anggota berinteraksi dengan saling
berhadapan.
3). Setiap anggota harus belajar dan menyumbang
demi pekerjaan dan keberhasilan kelompok.
4). Diperlukan ketrampilan bekerjasama dan
bersosialisasi.
5). Siswa perlu menilai bagaimana mereka bekerja
secara efektif.
1. Kelebihan-Kelebihan Pembelajaran Kooperatif
Ada beberapa kelebihan pembelajaran kooperatif diantaranya:
a.Dapat merangsang siswa untuk lebih kreatif khususnya dalam
memberikan gagasan dan ide-ide.
b. Dapat melatih untuk membiasakan diri bertukar pikiran dalam
mengatasi setiap permasalahan.
c.Dapat melatih siswa untuk dapat mengemukakan pendapat atau gagasan
secara verbal. Di samping itu, juga bisa melatih siswa untuk menghargai
pendapat orang lain.
2. Kelemahan-kelemahan pembelajaran kooperatif
a. Sering terjadi pembicaraan dikuasai oleh 2 atau 3 orang siswa yang
memiliki ketrampilan berbicara.
7
b. Kadang-kadang pembahasan masalah meluas, sehingga kesimpulan
menjadi kabur.
c. Memerlukan waktu yang cukup panjang, yang kadang-kadang tidak
sesuai dengan yang direncanakan.
d. Sering terjadi perbedaan pendapat yang bersifat emosional yang tidak
terkontrol. Akibatnya, kadang-kadang ada pihak yang merasa
tersinggung, sehingga dapat mengganggu iklim pembicaraan.
B. Prestasi Belajar
1. Pengertian Belajar
Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang
terhadap suatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang
berulang-ulang dalam situasi yang hampir sama. “Belajar merupakan suatu
proses pertumbuhan yang dihasilkan oleh perhubungan berkondisi antara
stimulus dan respon” (Winarno Surakhmad,1986:65). Sedangkan menurut
Tim P3D (1985: 55) merumuskan bahwa “belajar adalah proses usaha siswa
pada tempat tertentu dan untuk mencapai perubahan yang berupa
pengetahuan, ketrampilan, dan sikap serta perbuatan dan dinyatakan dalam
bentuk angka atau pernyataan nilai”.
Ciri khas belajar adalah perubahan. “Belajar menghasilkan perubahan
tingkah laku yang secara relatif tetap dalam berfikir, merasa dan melakukan
pada diri para peserta didik. Perubahan tersebut terjadi sebagai hasil latihan,
pengalaman dan pengembangan serta hasilnya tidak dapat diamati secara
langsung”. (Dinas PdanK, 1995: 7).
8
Pengertian belajar menurut Abu Ahmadi (1978:23) “Belajar
merupakan perbuatan murid dalam usahanya mengubah situasi dirinya
sendiri dalam bidang material, formal, serta fungsional pada umumnya dan
intelek khususnya”.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dalam
belajar ada usaha, proses dan perubahan tingkah laku menuju arah yang
positif, dan tingkah laku itu akan menjadi milik anak secara permanen.
2. Teori-Teori Belajar
Penelitian tentang belajar banyak dilakukan oleh para ahli untuk
menentukan apakah yang terjadi setelah individu melakukan pengalaman
belajar. Pandangan-pandangan teoritis tentang belajar disebut dengan istilah
teori belajar.
Beberapa teori belajar yang terkenal diantaranya:
a. Teori asosiasi
Menurut aliran ini “belajar adalah perubahan tingkat laku sebagai
akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Terjadinya perubahan
yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku
dengan cara yang baru adalah hasil interaksi antara stimulus dan
respon”. (Kasihani,2007:2). Menurut teori asosiasi, siswa sangat
dipengaruhi oleh kejadian di dalam lingkungannya, yang memberikan
pengalaman tertentu kepadanya. Belajar adalah terjadinya perubahan
tingkah laku yang terjadi berdasarkan hubungan stimulus dan respon.
b. Teori Pemahaman
9
Teori ini menyatakan bahwa belajar adalah perubahan persepsi dan
pemahaman yang tidak selalu terlihat sebagai tingkah laku. Teori ini
mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar itu sendiri. Dalam
hal ini belajar melibatkan proses berpikir yang sangat komplek.
Menurut teori ini, ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seorang
individu melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan
lingkungan.
c. Teori Membangun Makna
Menurut teori ini belajar merupakan pemaknaan pengetahuan.
Sedangkan pengetahuan bersifat temporer, selalu berubah. Karena
segala sesuatu bersifat temporer maka manusialah yang harus memberi
makna terhadap realitas. “Dalam hal ini belajar adalah proses
pemaknaan informasi baru”. (Kasihani,2007: 7). Pengetahuan bukan
gambaran dari dunia yang nyata, tetapi merupakan akibat dari suatu
konstruksi kognitif kenyataan melalui kegiatan seseorang.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses
Belajar
a. Minat
Untuk dapat belajar dengan baik dan tepat siswa harus mempunyai
minat terhadap pelajaran yang dipelajari. Sebab tanpa minat tujuan
belajar tidak akan tercapai.
b. Konsentrasi
10
Dalam proses belajar mengajar siswa harus memusatkan perhatiannya
terhadap pelajaran yang dihadapi, tanpa konsentrasi tentunya siswa akan
kesulitan memahami pelajaran yang diterima dari guru.
c. Kecerdasan (intelegensi)
“Kecerdasan adalah kemampuan untuk melakukan kegiatan dan
mencapai prestasi-prestasi yang didalamnya berpikir memainkan
peranan utama”. ( Depdikbud,1995: 32). Kecerdasan yang dimiliki oleh
seseorang merupakan salah satu faktor utama yang menentukan sukses
gagalnya peserta didik saat belajar di sekolah. Peserta didik yang
mempunyai taraf kecerdasan rendah sukar diharapkan berprestasi tinggi.
Tetapi tidak ada jaminan bahwa dengan taraf kecerdasan yang tinggi
seseorang otomatis akan sukses saat belajar.
Peserta didik perlu menyadari potensi kecerdasan dan
mengaktualisasikan secara optimal. Secara umum dapat dikemukakan
bahwa untuk dapat berhasil di pendidikan tinggi perlu ditunjang oeh
kecerdasan yang memadai.
d. Motivasi belajar
Seorang siswa yang memiliki kecerdasan normal akan punya peluang
berhasil lebih besar dari yang lainnya asalkan ditunjang oleh motivasi
belajar yang tinggi, jika dibanding dengan peserta didik yang cerdas di
atas rata-rata tetapi tanpa motivasi. Tiap peserta didik belajar dengan
motivasi yang berbeda-beda. “Motivasi merupakan daya penggerak
yang mendorong seseorang melakukan sesuatu tindakan untuk
mencapai tujuan yang diinginkan”. ( Depdikbud,1995: 34).
11
Yang perlu ditanamkan pada siswa adalah bahwa belajar
merupakan bagian dari kebutuhan hidup. Ilmu pengetahuan, kecakapan
dan sejumlah sikap yang terbentuk di sekolah diperlukan untuk masa
depan hidupnya sendiri dalam mencapai cita-cita yang diinginkan.
Tugas guru adalah merencanakan proses belajar-mengajar dan
menggunakan metode yang sedemikian rupa sehingga siswa termotivasi
untuk meningkatkan belajarnya secara optimal. Jadi motivasi sangat
berpengaruh pada prestasi belajar siswa secara keseluruhan.
e. Perhatian
Tidak dapat dibantah bahwa perhatian yang ditimbulkan dengan
sengaja, memainkan peranan penting pada belajar di sekolah. Tanpa
pemusatan diri pada bahan yang dipelajari, terhadap penjelasan guru,
maka sukar diperoleh hasil yang optimal dalam belajar. Banyak siswa
yang gagal dalam belajarnya bukan karena bodoh, bukan karena
fasilitas belajar kurang memadai melainkan tanpa perhatian.
f. Penginderaan dan persepsi
Ketepatan penginderaan dan persepsi merupakan faktor penentu bagi
pembentukan dan pemilikan pengetahuan yang benar. Jika alat indera
tidak peka menangkap rangsangan maka persepsi juga akan salah dalam
memiliki rangsangan tersebut.
4. Prestasi Belajar
“Prestasi belajar diartikan sebagai hasil yang telah dicapai atau hasil
yang telah dikerjakan”, (Poerwodarminto,1976: 362). Sedangkan pengertian
12
lain dari prestasi belajar adalah hasil yang dicapai seseorang setelah
melakukan usaha secara maksimal.
Jadi yang dimaksud dengan prestasi adalah suatu hasil yang dicapai
oleh seseorang setelah ia melakukan kegiatan sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki. Seseorang yang mempunyai kemampuan tinggi tentunya
akan memiliki prestasi yang tinggi pula asalkan disertai dengan usaha yang
maksimal. Sebelum membahas prestasi belajar terlebih dulu penulis akan
membahas maslah-masalah belajar.
Prestasi belajar merupakan hal yang menunjukkan hasil tertinggi yang
dapat dicapai dalam belajar menurut kemampuan anak dalam mengerjakan
sesuatu pada suatu saat tertentu. Prestasi biasanya berbentuk tingkah laku
baru yang dimiliki oleh anak biasanya ditulis di rapor. Prestasi belajar di
sekolah berupa catatan dari hasil belajar yang wujudnya telah diubah
menjadi angka-angka yang tertulis dalam buku raport.
Jadi prestasi belajar di sekolah ialah nilai-nilai yang dicatat di buku
raport sebagai hasil dari belajar. Dengan nila-nilai tersebut diketahui
seberapa jauh keinginan belajar siswa serta diketahui kedudukan siswa
tersebut di dalam kelompoknya, apakah ia termasuk anak yang pandai,
sedang, atau kurang.
5. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
a. Faktor Intern siswa
1) Kecerdasan. Kecerdasan ( intelegensi ) merupakan salah satu faktor
utama yang menentukan sukses gagalnya peserta didik belajar di
13
sekolah. Peserta didik yang mempunyai taraf kecerdasan rendah sukar
diharapkan berprestasi tinggi (Dinas PdanK, 1995:32)..
2) Motivasi Belajar. Motivasi merupakan daya penggerak yang mendorong
seseorang melakukan sesuatu tindakan untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Yang perlu ditanamkan pada siswa adalah bahwa belajar
merupakan bagian dari kebutuhan hidup. Ilmu pengetahuan, kecakapan
dan sejumlan sikap yang terbentuk di sekolah diperlukan untuk masa
depan hidupnya sendiri. Tugas guru adalah merencanakan proses
belajar-mengajar dan menggunakan metode yang sedemikian rupa
sehingga siswa termotivasi untuk meningkatkan belajarnya secara
optimal.
3) Penginderaan dan persepsi. Jika alat indera tidak peka menangkap
rangsangan maka persepsi juga akan salah dalam memiliki rangsangan
tersebut.
4) Karena sakit. Seorang yang sakit akan mengalami kelemahan fisiknya,
sehingga saraf sensoris dan motorisnya lemah. Bila dipaksakan untuk
belajar maka sarafnya akan bertambah lemah dan sakitnya bertambah
parah.
5) Karena kurang sehat. Anak yang kurang sehat dapat mengalami
kesulitan belajar, sebab ia mudah kelelahan, mengantuk, pusing, daya
konsentrasinya lemah.
6) Karena cacat tubuh. Cacat tubuh yang ringan seperti kurang
pendengaran, kurang penglihatan, dan gangguan psikomotorik.
b. Faktor Ekstern
14
1) Faktor keluarga. Keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama dan
pertama, tetapi dapat juga sebagai faktor penyabab kesulitan belajar.
Orang tua yang bersifat otoriter akan menimbulkan mental yang tidak
sehat pada anaknya. Hubungan yang harmonis orang tua dengan
anaknya akan mendukung berjalannya proses pembelajaran.
2) Faktor sekolah. Banyak sekali faktor yang berasal dari sekolah yang
mempengaruhi proses belajar siswa misalnya faktor guru, faktor sarana
dan prasarana belajar, faktor gedung, dan kurikulum.
3) Faktor Mass Media. Faktor media massa yang mempengaruhi proses
belajar siswa diantaranya: TV, surat kabar, majalah, buku komik dan
sebagainya.
4) Faktor lingkungan sosial. Teman bergaul dan tetangga yang setiap hari
bertemu dengan siswa sangat mempengaruhi proses pembelajaran.
C. Mata Pelajaran PKn
Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah mata
pelajaran yang digunakan sebagai wahana untuk mengembangkan dan
melestarikan nilau luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa
Indonesia. Nilai luhur dan moral tersebut diharapkan dapat diwujudkan dalam
bentuk perilaku kehidupan sehari-hari siswa, baik sebagai individu maupun
sebagai anggota masyarakat dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
Fungsi mata pelajaran PKn adalah untuk mengembangkan dan
melestarikan nilai luhur Pancasila dalam kehidupan sehari-hari,
mengembangkan dan membina siswa yang sadar akan hak dan kewajibannya,
15
taat peraturan yang berlaku, serta berbudi pekerti luhur, dan membina siswa
agar memahami dan menyadari, hubungan antar sesama anggota keluarga,
sekolah dan masyarakat, serta dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Menurut peraturan Mendiknas No 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
untuk satuan pendidikan dasar dan menengah dalam bab II disebutkan:
Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian dimaksudkan
untuk peningkatan kesadaran dan wawasan peswerta didik akan status, hak, dan
kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta
peningkatan kualitas dirinya sebagai manusia.
Kesadaran dan wawasan termasuk wawasan kebangsaan, jiwa dan
patriotisme bela negara, penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia,
kemajemukan bangsa, pelestarian lingkungan hidup, kesetaraan gender,
demokrasi, tanggung jawab sosial, ketaatan pada hukum, ketaatan membayar
pajak, dan sikap serta perilaku anti korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Dalam penelitian tindakan kelas yang penulis lakukan mengambil standar
kompetensi mendiskripsikan makna proklamasi kemerdekaan dan konstitusi
pertama. Adapun kompetensi dari materi penelitian PKn ialah mendiskripsikan
suasana kebatinan kanstitusi pertama.
16
BAB III
PELAKSANAAN PERBAIKAN
A. Rancangan Penelitian
Berkaiatan dengan keinginan penulis untuk mengungkapkan gejala yang
terjadi di dalam kelas saat proses pembelajaran maka rancangan yang penulis
yaitu penelitian tindakan kelas (PTK). Tujuan dari penggunaan PTK ialah
untuk memperbaiki proses pembelajaran yang yang terjadi di dalam kelas dan
untuk meningkatkan kemantapan rasional guru dalam melaksanakan tugas,
memperdalam pemahaman tentang tindakan-tindakan yang dilakukan secara
reflektif dalam beberapa siklus.
Melalui penggunaan PTK penulis bermaksud untuk mengungkapkan data
yang alami dan data tersebut tidak perlu diolah dengan rumus statistik yang
rumit. Sebab pengungkapan permasalahan dengan kalimat akan menjadikan
pemahaman siswa menjadi lebih lengkap dan menyeluruh terhadap suatu
masalah. Sajian data alami akan memudahkan pelaksanaan penelitian tindakan
kelas dalam mencapai tujuan yang diinginkan.
Menurut Kurt Lewin dalam Basuki Wibowo (2003:16). “Penelitian
tindakan yang dilakukan dalam satu siklus terdiri dari 4 langkah yaitu: 1)
planning atau perencanaan, 2) acting atau tindakan, 3) observing atau
pengamatan, dan 4) reflecting atau refleksi. Penelitian tindakan kelas ini
direncanakan berlangsung selama dua siklus.
17
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian .
Tempat penelitian yang digunakan dalam melakukan penelitin untuk
memperoleh data. Penelitian ini bertempat di MI Karanggandu Kecamatan
Watulimo Kabupaten Trenggalek.
2. Waktu Penelitian.
Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian.
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 28 September sampai 06 Oktober
2010 semester Ganjil tahun pelajaran 2010 / 2011.
C. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa kelas IV MI Karanggandu
Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek tahun pelajaran 2010 / 2011 yang
berjumlah 32 siswa pada mata pelajaran PKn.
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan melalui 3 tahap yaitu (1) Tahap
persiapan (2) Tahap pelaksanaan dan (3) Tahap penyelesaian:
1. Tahap persiapan
Peneliti mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan
pelaksanaan dengan harapan pelaksanaan penelitian berjalan lancer sesuai
dengan tujuan yang diinginkan. Tahap ini meliputi : 1). Kajian pustaka, 2)
Penyusunan administrasi perijinan, 3) Penyusunan rancangan penelitian 4)
Orientasi lapangan dan 5) Penyusunan instrument penelitian.
18
2. Tahap pelaksanaan
Pada tahap pra PTK penulis melakukan refleksi awal terhadap
permasalahan pembelajaran yang berada di kelas, permasalahan tersebut
bersifat umum dan klasikal, dan bukan masalah individual. Kegiatan
pratindakan memuat kegiatan membuat soal tes awal, menentukan sumber
data, melakukan tes awal, dan menentukan subyek penelitian.
Selanjutnya peneliti merealisasikan semua rencana yang dibuat, yang
akan dilaksanakan dalam kelas dan merupakan realisasi dari pendekatan
pembelajaran yang telah dibuat. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini
sebagai berikut: 1) Guru melakukan tindakan pembelajaran sesuai dengan
rencana yang telah dibuat. 2) Peneliti dan partisipan mengadakan
pengamatan dengan menggunakan format observasi, format catatan
lapangan, dan melakukan refleksi terhadap tindakan melalui diskusi.
Tindakan yang penulis lakukan dalam penelitian ini adalah:
a. Langkah-Langkah Pembelajaran
1) Siswa dibagi dalam 4 kelompok yang bersifat hiterogen.
2) Siswa dalam kelompok diberi tugas; tugas ditentukan guru, siswa
yang relatip berkemampuan rendah diberi tugas yang mudah, siswa
menyampaikan yang diselesaikan kepada kelompoknya.
3) Diskusi kelas; Salah satu kelompok mempresentasikan hasil diskusi,
siswa yang lain menjadi pendengar.
4) Guru dan siswa menyimpulkan hasil diskusi.
5) Selama proses diskusi, keaktifan siswa dihargai oleh guru dengan
memberikan tanda penghargaan.
19
6) Akhir pembelajaran . Tanda penghargaan yang diterima dari guru
dihitung. Kelompok yang paling aktif mendapat hadiah.
b. Persiapan guru
1). Menyiapkan materi yang akan disampaikan.
2). Menyiapkan LKS untuk masing-masing kelompok
yang sudah ditentukan tingkat kesulitan. Dan nama siswa yang
mengerjakan. Soal yang sulit untuk siswa yang pandai soal yang
mudah untuk siswa yang berkemampuan rendah.
3). Tanda Penghargaan; digunakan untuk menentukan
keaktifan anggota kelompok, dan menentukan kelompok yang
paling aktif.
c. Pelaksanaan Diskusi
1. Guru membantu siswa membentuk kelompok sesuai yang telah
ditentukan.
2. Anggota kelompok mengambil LKS yang sudah ditentukan
kelompoknya, nama, dan tugasnya, serta tanda penghargaan.
3. Tiap siswa mengerjakan LKS sesuai dengan nama masing-masing
kemudian mendiskusikan hasil tugas kepada kelompoknya.
4. Siswa mempresentasikan hasil diskusinya sedang kelompok yang
lain berhak bertanya, menyanggah, dan menjawab pertanyaan.
5. Selama diskusi berlangsung guru mengamati jalan diskusi.
6. Siswa yang mempresentasikan hasil kelompok
mendapat penghargaan 1 dan kalau menjawab tambah lagi 1.
7. Siswa yang bertanya, menyanggah, dan menjawab mendapat 1.
20
8. Kelompok yang mempresentasikan menyimpulkan hasil diskusi.
g. Akhir Diskusi
1. Guru dan siswa menyimpulkan hasil diskusi.
2. Guru dan siswa menghitung banyaknya penghargaan yang diperoleh
siswa untuk menentukan kelompok yang paling aktif.
3. Guru memberi penghargaan pada kelompok yang paling aktif.
h. Pengamatan Tindakan
Kegiatan pengamatan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan
tindakan. Data yang terkumpul dalam kegiatan ini berisi pelaksanaan
tindakan, rencana yang dibuat, serta dampaknya terhadap proses dan
hasil pembelajaran yang dikumpulkan dengan alat bantu instrumen
pengamatan.
i. Refleksi Terhadap Tindakan
Pada tahap ini penulis memproses data yang didapat saat melakukan
pengamatan, sehingga diketahui apa yang terjadi dan apa yang perlu
dilakukan pada tahap berikutnya. Setiap tindakan dikatakan berhasil apabila
memenuhi dua kriteria keberhasilan yaitu kriteria keberhasilan proses dan
kriteria keherhasilan hasil belajar. Jadi dalam penelitian ini yang diukur
adalah proses pembelajaran dan hasil belajar yang berupa hasil tes dan
portofolio.
3. Tahap penyelesaian.
21
Kegiatan ini meliputi (1) Menyusun draf laporan penelitian (2)
Mendiskusikan (3) Merevisi (4) Menyusun naskah (5) menggandakan
laporan.
Kegiatan penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Siklus I
Siklus II
Gambar 1. Alur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas
ini antara lain :
22
Perencanaan TindakanPelaksanaan tindakan
Observasi
Refleksi
Perencanaan Tindakan Berdasarkan Refleksi
Siklus I
Pelaksanaaan tindakan
Observasi
Refleksi
Laporan
1. Lembar observasi meliputi:
a. Lembar observasi siswa.
b. Lembar observasi guru.
2. Perangkat pembelajaran, terdiri atas
a. Silabus dan RPP
b. Alat penilaian
3. Alat bantu pembelajaran
a. Lembar tugas
b. Papan tulis
c. Papan tempel
F. Pengumpulan Data
1. Teknis Tes
Data penulis kumpulkan melalui tes, skor hasil tes siswa dalam
mengerjakan soal meliputi tes sebelum tindakan, hasil tes saat akhir
tindakan. Selanjutnya data tersebut dianalisis. Adapun rumus yang
dipergunakan yaitu rumus prosentase tuntasan individu (Agustina, 1999:32)
X1 %X = ------ x 100% N
%X = persentase ketuntasan individual.
X1 = jumlah skor yang dicapai siswa
N = jumlah skor ideal
Selain rumus prosentase ketuntasan individu dipergunakan pula rumus
prosentase ketuntasan kelas, yaitu:
23
X1 %X = ------ X 100% N
%X = persentase ketuntasan kelas.
X1 = jumlah skor yang tuntas individual.
N = jumlah seluruh siswa
Ketuntasan klasikal dapat tercapai jika jumlah siswa yang tuntas
mencapai minimal 80 %. Artinya siswa yang mencapai nilai 70 ke atas
harus mencapai 80% dari jumlah seluruh siswa.
2. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengamati aktivitas siswa dan guru
selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Observasi dimaksudkan untuk
mengetahui adanya kesesuaian antara perencanaan dengan pelaksanaan
tindakan dan untuk menjaring data aktivitas siswa. Observasi dilakukan
oleh peneliti, guru, dan teman sejawat dengan menggunakan lembar
observasi.
Dari hasil observasi kegiatan pembelajaran dicari persentase nilai
rata ratanya, lalu dibandingkan dengan kriteria taraf keberhasilan. Rumus
nilai rata-rata adalah sebagai berikut;
Jumlah skorPersentase nilai rata-rata = --------------------------- X 100%
Skor maksimal
NR = 75% -- 100% : sangat baik
NR = 50% -- 75% : baik
NR = 25% -- 50% : cukup
NR = 0% -- 25% : kurang
24
3. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk menelusuri dan menggali pemahaman
siswa tentang materi yang diberikan, yang mungkin sulit diperoleh dari
hasil pekerjaan siswa. Wawancara juga untuk mengetahui pendapat siswa
saat proses belajar mengajar.
4. Catatan Lapangan
Pencatatan lapangan digunakan untuk melengkapi data yang tidak
terekam dalam instrumen pengumpul data. Dengan demikian diharapkan
tidak ada data penting yang terlewatkan dalam kegiatan penelitian.
G. Teknis Analisis Data
1. Analisa Data
Data kualitas pembelajaran dikumpulkan dari 12 butir ketrampilan
guru dalam kegiatan pembelajaran. Tiap ketrampilan diberi skor 1-4 dengan
rincian sebagai berikut :
1 = kurang baik 3 = baik
2 = cukup baik 4 = sangat baik
Kemudian nilai dari tiap partisipan dijumlahkan dan dirata-rata, baru
kemudian dikonversikan dengan kriteria sebagai berikut:
0,00 – 1,49 = tidak baik 2,50 – 3,49 = baik
1,50 – 2,49 = kurang baik 3,50 – 4,00 = sangat baik
25
Selanjutnya dikonversi ke nilai kategori, rumus konversinya sebagai
berikut:
X = x 4 ( Agustina, 1999: 32)
Keterangan:
X = Nilai kategori
= Nilai yang diperoleh
N = Nilai ideal
2. Analisis data aktivitas dan keterlibatan siswa dalam proses
pembelajaran
Hasil Observasi aktivitas dan keterlibatan siswa dalam proses
pembelajaran menurut Agustina (1999:32) sebagai berikut:
a. Tiap item kegiatan dan aktivitas siswa diberi nilai satu sampai
empat dengan kategori sebagai berikut:
4 = selalu
3 = sering
2 = kadang-kadang
1 = tidak pernah
b. Nilai-nilai ini kemudian dijumlahkan untuk memperoleh skor
aktivitas dan keterlibatan siswa dalam satu kelas, baru kemudian
dikonversikan dengan nilai kategori. Rumus untuk mencari prosentase
dimaksud adalah sebagai berikut:
% X = x %
Keterangan:
26
%X = prosentase aktivitas dan keterlibatan siswa satu kelas
= jumlah skor yang diperoleh
n = skor maksimal (ideal)
Selanjutnya prosentase keberhasilan atau aktivitas dan
keterlibatan siswa dikonversikan lebih lanjut dengan kriteria aktifitas
dan keberhasilan siswa, sebagai berikut:
NR = 75% -- 100% : sangat baik
NR = 50% -- 75% : baik
NR = 25% -- 50% : cukup
NR = 0% -- 25% : kurang
3. Analisis data tes tulis
Suatu kelas dinyatakan tuntas belajarnya apabila di kelas tersebut
terdapat 80 % siswa yang telah mencapai ketuntasan individual. Dalam
penelitian ini, penulis menetapkan ketuntasan secara individual 70%.
Perhitungan prosentase untuk ketuntasan belajar secara individual
maupun ketuntasan belajar kelas, penulis mengambil dari sebagai berikut:
a. Prosentase ketuntasan belajar individual
%X = x 100%
Keterangan:
%X = prosentase ketuntasan belajar siswa individual
= jumlah skor yang diperoleh
n = jumlah skor ideal
b. Prosentase ketuntasan belajar kelas
27
%X = x 100%
%X = prosentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal
= jumlah siswa yang tuntas secara individual
n = jumlah seluruh siswa.
c. Prosentase kedisiplinan dan aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran %X = x %
Keterangan :
%X = prosentase kedisiplinan dan aktivitas siswa satu kelas
= jumlah skor yang diperoleh
n = skor maksimal (ideal)
Selanjutnya prosentase keberhasilan siswa atau kedisiplinan dan
aktivitas siswa ini dikonversikan lebih lanjut dengan criteria aktivitas
dan kedisiplinan siswa sebagai berikut:
NR = 75% -- 100% : sangat baik
NR = 50% -- 75% : baik
NR = 25% -- 50% : cukup
NR = 0% -- 25% : kurang
28
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Kegiatan Pra-Tindakan
a. Dari hasil observasi awal sebelum pelaksanaan penelitian tindakan
kelas diketahui bahwa guru mengajar dengan cara tradisional,
mendominasi kegiatan, sedangkan siswa pasif sebagai pendengar.
b. Dari hasil dokumentasi diketahui bahwa nilai hasil ulangan PKn
siswa kelas IV MI Karanggandu dari hari-ke hari selalu rendah.
c. Dari hasil pre-tes diketahui bahwa prestasi belajar siswa dalam
pembelajaran PKn masih rendah tidak sesuai dengan kemampuan siswa.
Hasil tes sebelum siklus disajikan dalam tabel berikut ini:
Tabel 1. Daftar Nilai Hasil Test Awal
No NamaNilai
KetTes
1 Ahmad Samsul Mubarok 60 TT2 Amelia Diah Sastika 70 T3 Andika Afdolu Rizki 70 T4 Bekti Habibi rouf 60 TT5 Egen hardika Kurniawan 60 TT6 Febri Elia Riznanda 70 T7 Hasanul Azizi 50 TT8 Helmi Hustan Nawawi 60 TT9 Khulsum Fatimah 70 T10 Ifan zayim Muaftuhi 70 T11 Ika Harirotussakdiyah 60 TT12 Maskur Arifin 70 T13 Muhammad Nasirul Huda 60 TT
29
14 Muhammad Fahrur Rozi 70 T15 Muhammad Rifa Abidin 60 TT16 Nafi Roudhotul Husna 70 T17 Muhammad. Najib Burhanudin 80 T18 Nasrulloh Afshogi 50 TT19 Nurkolis Abdul Aziz 50 TT20 Rendi Bayu Kurniawan 60 TT21 Rio Saputra 50 TT22 Rohmatul Munfaidah 70 T23 Siti Afriatul Husna 60 TT24 Siti Roikawati 70 T25 Tasya Putri Armandani 50 TT26 Vera Sesuka Fifiani 70 T27 Vera Yunita Sari 50 TT28 Wardatul Afwa 60 TT29 Wilda Hamalu Faza 60 TT30 Lukman Hakim 60 TT31 Muhammad Lukman Hakim 40 TT32 Wildan Pramudian 70 T
Jumlah nilai 1980 T = 13Rata – rata 61,88
Keterangan:T = TuntasTT = Tidak Tuntas
Dari paparan data pada tabel 1 diketahui bahwa nilai rata-rata hasil
pretes sebesar 61,88 termasuk kategori baik, namun masih kurang dari
kriteria ketuntasan belajar yang ditetapkan sekolah yakni 70. Siswa yang
mencapai ketuntasan hanya 13 anak dari 32 siswa.
Semua temuan pada refleksi awal dijadikan dasar untuk menyusun
kegiatan siklus I. Berdasarkan temuan dari kegiatan pratindakan ini
kemudian dibuat rencana kegiatan pada siklus I sebagai berikut:
Siklus I
a. Perencanaan Tindakan
30
Peneliti bersama guru pendamping sebagai pengamat membuat
rencana pembelajaran untuk satu siklus, membuat lembar soal,
membuat lembar observasi siswa dan guru, lembar penilaian, lembar
analisis, dan perlengkapan pembelajaran.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan penelitian dilakukan oleh peneliti dan guru
pendamping dengan langkah – langkah sebagai berikut :
Kegiatan awal :
Salam pembuka, do’a dan presensi.
Apersepsi : mengingat kembali pelajaran yang telah dipelajari
sebelumnya.
Kegiatan Inti :
Pertemuan 1
1) Siswa dibagi dalam 4 kelompok yang bersifat hiterogen.
2) Siswa dalam kelompok diberi tugas; tugas ditentukan guru, siswa
yang relatip berkemampuan rendah diberi tugas yang mudah.
3) Siswa menyampaikan yang diselesaikan kepada kelompoknya.
4) Diskusi kelas; Salah satu kelompok mempresentasikan hasil
diskusi, siswa yang lain menjadi pendengar.
5) Selama proses diskusi, keaktifan siswa dihargai oleh guru dengan
memberikan tanda penghargaan.
Pertemuan 2
1) Siswa dibagi dalam 4 kelompok yang bersifat hiterogen.
2) Siswa dalam kelompok diberi tugas; tugas ditentukan guru, siswa
31
yang relatip berkemampuan rendah diberi tugas yang mudah.
3) Siswa menyampaikan yang diselesaikan kepada kelompoknya.
4) Diskusi kelas; Salah satu kelompok mempresentasikan hasil
diskusi, siswa yang lain menjadi pendengar.
5) Selama proses diskusi, keaktifan siswa dihargai oleh guru dengan
memberikan tanda penghargaan.
Kegiatan Akhir
- Kesimpulan
- Evaluasi
- Refleksi
- Tindak lanjut
- Penutup
c. Pengamatan
Pengamatan dilakukan oleh guru pendamping bersamaan dengan
pelaksanaan penelitian. Pengamatan ditujukan pada kegiatan guru dan
kegiatan siswa selama proses penelitian.
Dari hasil tes siklus I diketahui bahwa prestasi belajar siswa dalam
pembelajaran PKn dengan uraian sebagai berikut.
Tabel 2. Daftar Nilai Hasil Test Siklus I
No NamaNilai Tes Ket
P 1 P2 Rata21 Ahmad Samsul Mubarok 65 75 70 T2 Amelia Diah Sastika 70 90 80 T3 Andika Afdolu Rizki 80 80 80 T4 Bekti Habibi rouf 65 75 70 T5 Egen hardika Kurniawan 70 70 70 T
32
6 Febri Elia Riznanda 75 85 80 T7 Hasanul Azizi 50 70 60 TT8 Helmi Hustan Nawawi 60 60 60 TT9 Khulsum Fatimah 85 75 80 T10 Ifan zayim Muaftuhi 70 90 80 T11 Ika Harirotussakdiyah 75 65 70 T12 Maskur Arifin 80 80 80 T13 Muhammad Nasirul Huda 65 55 60 TT14 Muhammad Fahrur Rozi 75 85 80 T15 Muhammad Rifa Abidin 70 70 70 T16 Nafi Roudhotul Husna 85 75 80 T17 Muhammad. Najib B. 85 95 90 T18 Nasrulloh Afshogi 60 60 60 TT19 Nurkolis Abdul Aziz 50 70 60 TT20 Rendi Bayu Kurniawan 70 70 70 T21 Rio Saputra 65 75 70 T22 Rohmatul Munfaidah 80 80 80 T23 Siti Afriatul Husna 60 80 70 T24 Siti Roikawati 80 80 80 T25 Tasya Putri Armandani 55 65 60 TT26 Vera Sesuka Fifiani 80 80 80 T27 Vera Yunita Sari 55 65 60 TT28 Wardatul Afwa 70 70 70 T29 Wilda Hamalu Faza 75 85 80 T30 Lukman Hakim 60 80 70 T31 Muhammad Lukman H. 60 60 60 TT32 Wildan Pramudian 75 85 80 T
Jumlah nilai 2310 T = 24Rata-rata 72,18
Keterangan:T = TuntasTT = Tidak Tuntas
Dari paparan data pada tabel 2 dapat diketahui bahwa nilai rata-rata
hasil tes siklus I sebesar 72,18 termasuk dalam kategori baik. Siswa yang
tuntas belajar sebanyak 24 anak dari jumlah 32 siswa.
Keaktifan siswa dalam pembelajaran pada siklus I mencapai 25 anak
dari jumlah siswa sebanyak 32 anak, dengan persentasi 78,12 % masuk
dalam kategori baik.
33
Data hasil observasi ketrampilan guru dalam pembelajaran diketahui
bahwa dari sepuluh butir materi pengamatan skor yang didapat sebesar 24
dari nilai maksimal sebesar 40, dengan persentasi sebesar 60 %.
d. Refleksi
Pada siklus I peningkatan prestasi belajar siswa yang berupa hasil
tes mendapat skor rata-rata 72,18 masuk dalam kategori baik dan
mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan hasil pretes yakni
sebesar 61,88.
Keaktifan siswa dalam pembelajaran pada siklus I mencapai 25
anak dari jumlah siswa sebanyak 32 anak, dengan persentasi 78,12 %
dari nilai maksimal 100 %.
Keterampilan guru dalam pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan kooperatif mendapat skor 24 dengan persentasi sebesar 60%
masuk dalam kategori baik.
Dari hasil refleksi siklus I digunakan sebagai landasan untuk
melakukan tindakan pada siklus II.
Tabel 3. Daftar Perolehan Skor Penelitian Siklus I
No Variabel PenelitianNilai
Ket Siklus I
1 Prestasi belajar siswa 72,18 Baik
2 Ketuntasan belajar siswa 75 % Tidak Tuntas
3 Keaktifan siswa dalam belajar 78,12 % Baik
4 Ketrampilan guru dalam pembelajaran 60 % Baik
34
Siklus II
e. Perencanaan Tindakan
Peneliti bersama guru pendamping sebagai pengamat membuat
rencana pembelajaran untuk satu siklus, membuat lembar soal,
membuat lembar observasi siswa dan guru, lembar penilaian, lembar
analisis, dan perlengkapan pembelajaran.
f. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan penelitian dilakukan oleh peneliti dan guru
pendamping dengan langkah – langkah sebagai berikut :
Kegiatan awal :
Salam pembuka, do’a dan presensi.
Apersepsi : mengingat kembali pelajaran yang telah dipelajari
sebelumnya.
Kegiatan Inti :
Pertemuan 1
1) Siswa dibagi dalam 4 kelompok yang bersifat hiterogen.
2) Siswa dalam kelompok diberi tugas; tugas ditentukan guru, siswa
yang relatip berkemampuan rendah diberi tugas yang mudah.
3) Siswa menyampaikan yang diselesaikan kepada kelompoknya.
4) Diskusi kelas; Salah satu kelompok mempresentasikan hasil
diskusi, siswa yang lain menjadi pendengar.
5) Selama proses diskusi, keaktifan siswa dihargai oleh guru dengan
memberikan tanda penghargaan.
35
Pertemuan 2
1) Siswa dibagi dalam 4 kelompok yang bersifat hiterogen.
2) Siswa dalam kelompok diberi tugas; tugas ditentukan guru, siswa
yang relatip berkemampuan rendah diberi tugas yang mudah.
3) Siswa menyampaikan yang diselesaikan kepada kelompoknya.
4) Diskusi kelas; Salah satu kelompok mempresentasikan hasil
diskusi, siswa yang lain menjadi pendengar.
5) Selama proses diskusi, keaktifan siswa dihargai oleh guru dengan
memberikan tanda penghargaan.
Kegiatan Akhir
- Kesimpulan
- Evaluasi
- Refleksi
- Tindak lanjut
- Penutup
g. Pengamatan
Pengamatan dilakukan oleh guru pendamping bersamaan dengan
pelaksanaan penelitian. Pengamatan ditujukan pada kegiatan guru dan
kegiatan siswa selama proses penelitian.
Dari hasil tes siklus II diketahui bahwa kemampuan belajar siswa
dalam pembelajaran PKn menjadi sebagai berikut.
36
Tabel 4. Daftar Nilai Hasil Test Siklus II
No NamaNilai Tes
KetP 1 P 2 Rata2
1 Ahmad Samsul Mubarok 75 85 80 T2 Amelia Diah Sastika 100 100 100 T3 Andika Afdolu Rizki 80 100 90 T4 Bekti Habibi rouf 75 85 80 T5 Egen hardika Kurniawan 70 90 80 T6 Febri Elia Riznanda 90 90 90 T7 Hasanul Azizi 65 75 70 T8 Helmi Hustan Nawawi 55 65 60 TT9 Khulsum Fatimah 100 100 100 T
10 Ifan zayim Muaftuhi 95 85 90 T11 Ika Harirotussakdiyah 75 85 80 T12 Maskur Arifin 90 90 90 T13 Muhammad Nasirul H. 60 80 70 T14 Muhammad Fahrur Rozi 95 85 90 T15 Muhammad Rifa Abidin 80 80 80 T16 Nafi Roudhotul Husna 85 95 90 T17 Muhammad. Najib B. 100 100 100 T18 Nasrulloh Afshogi 80 80 80 T19 Nurkolis Abdul Aziz 60 80 70 T20 Rendi Bayu Kurniawan 75 85 80 T21 Rio Saputra 60 80 70 T22 Rohmatul Munfaidah 70 90 80 T23 Siti Afriatul Husna 75 85 80 T24 Siti Roikawati 100 100 100 T25 Tasya Putri Armandani 65 75 70 T26 Vera Sesuka Fifiani 90 90 90 T27 Vera Yunita Sari 60 80 70 T28 Wardatul Afwa 75 85 80 T29 Wilda Hamalu Faza 90 90 90 T30 Lukman Hakim 85 75 80 T31 Muhammad Lukman H. 65 65 65 TT32 Wildan Pramudian 85 95 90 T
Jumlah nilai 2635Rata-rata nilai 82,34 T = 30
Keterangan:T = Tuntas
TT = Tidak Tuntas
37
Dari paparan data pada tabel 4 dapat diketahui bahwa nilai hasil tes
siklus II sebesar 82,34 termasuk kategori sangat baik. Siswa yang mencapai
ketuntasan belajar sebanyak 30 anak dari jumlah seluruh siswa 32 anak
persentasinya sebesar 93,75 %.
Dari hasil pengamatan siswa pada siklus II diketahui bahwa dari
jumlah 32 anak yang aktif dalam pembelajaran ada 28 anak dengan
persentasi sebesar 87,50 % masuk dalam kategori sangat baik, sedangkan
siswa yang tidak aktif sebanyak 4 anak dengan persentasi sebesar 12,50 %.
Data hasil observasi ketrampilan guru dalam pembelajaran diketahui
bahwa dari sepuluh butir materi pengamatan skor yang didapat sebesar 36
dari skor maksimal 40 dengan persentasi sebesar 90 % masuk dalam
kategori sangat baik.
a. Refleksi
Keaktifan siswa dalam pembelajaran pada siklus II mencapai 28
anak dari jumlah siswa 32 anak dengan persentasi sebesar 87,50 %
termasuk dalam kategori sangat baik.
Pada siklus II terjadi peningkatan prestasi belajar siswa yang
berupa hasil tes dengan mendapat skor rata-rata 82,34 masuk dalam
kategori sangat baik dan mengalami peningkatan jika dibandingkan
dengan hasil siklus I sebesar 72,18.
Keterampilan guru dalam pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan kooperatif mendapat skor 36 dari skor maksimal 40 dengan
persentasi sebesar 90 % masuk dalam kategori sangat baik.
38
Tabel 5. Daftar Perolehan Skor Penelitian Siklus II
No Variabel PenelitianNilai Nilai
Siklus I Siklus II1 Prestasi belajar siswa 72,18 82,34
2 Ketuntasan belajar siswa 75 % 93,75 %
3 Keaktifan siswa dalam belajar 78,12 % 87,50 %
4 Ketrampilan guru dalam pembelajaran 60 % 90 %
B. Pembahasan
1. Analisis data observasi keaktifan siswa dalam pembelajaran PKn dengan
menggunakan pendekatan kooperatif.
Pada putaran ke satu diperoleh skor sebesar 24 dari jumlah siswa 32 anak.
Dari hasil observasi kegiatan pembelajaran dicari persentasi, kemudian
dibandingkan dengan kriteria taraf keberhasilan.
Nilai prosentasenya = 25/32 x 100% = 78,12 % masuk kategori baik.
Pada putaran ke dua skor observer mencapai 30. Nilai persentasinya sebesar
30/32 x 100% = 93,75 % masuk dalam kategori sangat baik.
Tabel 6 Daftar skor keaktifan siswa dalam pembelajaran PKn
SiklusNilai Termasuk
KategoriSkor Persentasi
1 25 78,12 Baik
2 38 87,50 Sangat Baik
Dari tabel 6 diketahui bahwa terjadi peningkatan pemahaman siswa
dalam pembelajaran dari siklus I sebesar 69 % pada siklus II meningkat
menjadi 86,1 % peningkatanya sebesar 17,1 % .
39
2. Analisis data prestasi belajar dalam pembelajaran PKn dengan penerapan
pembelajaran kooperatif.
Pada putaran I diperoleh nilai 72,18 termasuk dalam kategori sangat baik.
Pada putaran II diperoleh nilai 82,2 termasuk dalam kategori sangat baik.
Tabel 7 Daftar skor prestasi siswa dalam pembelajaran PKn
SiklusNilai Termasuk
KategoriNilai Rata-Rata Ketuntasan
1 72,18 75 % Tidak Tuntas
2 82,34 93,75 % Tuntas
Dari tabel 7 diketahui bahwa terjadi peningkatan prestasi belajar siswa
dalam pembelajaran dari siklus I sebesar 72,18 % pada siklus II meningkat
menjadi 82,34 % .
40
3. Analisis keterampilan guru dalam pembelajaran PKn dengan pendekatan
pembelajaran kooperatif.
Pada putaran ke satu diperoleh skor sebesar 24 dari skor maksimal 40.
Dari hasil observasi keterampilan guru dalam pembelajaran, kemudian
dibandingkan dengan kriteria taraf keberhasilan.
Nilai persentasinya = 24/40 x 100% = 60 % masuk kategori baik.
Pada putaran ke dua skor observer mencapai 36 dari skor maksimal 40.
Nilai persentasinya = 36/40 x 100% = 90 % masuk kategori sangat baik.
Tabel 8 Daftar skor keterampilan guru dalam pembelajaran PKn
Siklus
ke
Nilai Termasuk
KategoriSkor Persentasi
1 24 60 Baik
2 36 90 Sangat Baik
41
Dari tabel 8 diketahui bahwa terjadi peningkatan keterampilan guru
dalam pembelajaran dari siklus I sebesar 60 % pada siklus II meningkat
menjadi 90 % dan pada siklus III menjadi 97,5 %.
42
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data pada bab IV maka kesimpulan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut.
Penerapan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar
PKn pada siswa kelas IV semester I MI Karanggandu.
B. Saran-Saran
Berdasarkan simpulan di atas maka dapat disampaikan saran-saran
sebagai berikut:
1. Bagi guru PKn MI Karanggandu mengingat hasil yang baik
dalam penelitian ini maka dapat meggunakan pembelajaran kooperatif
secara periodik.
2. Bagi kepala sekolah, dapat menganjurkan penggunaan
pembelajaran kooperatif pada guru yang lain dalam mata pelajaran yang
lain.
3. Bagi peneliti lain dapat mengadakan penelitian lanjutan untuk
mendapatkan hasil karya ilmiah yang lebih berkualitas.
43
DAFTAR PUSTAKA
Abu Achmadi, 1978. Didaktik Metodik. Semarang: CV Toha Putra.
Basuki Wibowo, 2003. Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Tulungagung.
Bogdan, R. C., & Biklen, S. K. 1998. Qualitative Research In Education. Boston: Allyn & Bacon
Dinas P dan K. 1995. Pedoman Belajar di Sekolah Dasar. Surabaya: Dinas P d K
Ensiklopedi Indonesia, 1980 Jakarta: PN. Balai Pustaka
Kasihani K.E. 2007. Model Pembelajaran. Malang: Universitas Negeri Malang
Moleong, L. J. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatij: Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Poerwodarminto, WJS. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PN. Balai Pustaka
Saliwangi, Basenang, 1989. Pengantar Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Malang : IKIP Malang
Suparno & Sukamdi. 2007. Pengembagan Profesionalitas Guru. Malang: Universitas Negeri Malang.
Surakhmad, Winarno. 1986. Metodologi Pengajaran Nasional. Bandung: IKIP Bandung.
44