Upload
others
View
24
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 7
KECAMATAN TEGINENENG
Skripsi
OLEH
YANTI MANDA SARI
PROGRAM STUDI PGSD DALAM JABATAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRAK PENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) SISWA KELAS IV SD NEGERI 7 KECAMATAN TEGINENENG
Oleh
YANTI MANDA SARI
Masalah penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya hasil belajar siswa
pada pembelajaran PKn siswa kelas IV SD Negeri 7 Tegineneng Kabupaten
pesawaran Tahun Pelajaran 2017-2018, yang diketahui dari hasil observas.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar PKn
melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif tipe Student Teams Achievement
Division (STAD).
Jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas yang
bersifat daur siklus ulang, masing- masing siklus dilaksanakan melalui 4
Tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Pengumpulan
data dilakukan melalui observasi serta soal tes, yang kemudian dianalisis
menggunakan teknik analisis kuantitatif dan kualitatif. Subjek pada
penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN 7 Tegineneng yang berjumlah 19
orang siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mengukur
aktivitas guru di kelas digunakan data kualitatif yaitu lembar Observasi
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD
memiliki dampak positif dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada
siklus I pertemuan I persentase ketuntasan belajar siswa sebesar 89,47%,
meningkat pada siklus II pertemuan II menjadi 94,73%, hal ini menunjukan
adanya peningkatan persentase ketuntasan belajar siswa siklus II pada
pertemuan I dan pertemuan II sebesar 5,26%.
Kata kunci : hasil belajar dan pembelajaran kooperatif tipe STAD
PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 7
KECAMATAN TEGINENENG
OLEH
YANTI MANDA SARI
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi PGSD Dalam Jabatan
Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
PROGRAM STUDI PGSD DALAM JABATAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Yanti Manda Sari dilahirkan di Desa Kresnowidodo
Kecamatan Tegineneng Kabupaten Pesawaran pada tanggal 15 Desember
1984. Penulis adalah anak Pertama dari empat bersaudara dari pasangan
Bapak Hendra Suganda (Alm) dan Ibu Hetty.
Riwayat pendidikan penulis:
1. Sekolah Dasar (SD) Negeri I Kresnowidodo lulus tahun 1996
2. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 1 Tegineneng tahun 1999
3. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Mutiara Natar lulus tahun 2003.
4. Akademi Diploma-3 Manajemen Informatika dan Komputer (AMIK)
DCC Bandar Lampung lulus tahun 2006.
5. Tahun 2014 Peneliti terdaftar sebagai Mahasiswa di Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Jurusan Ilmu Pendidikan Program Studi S1 PGSD Dalam
Jabatan di Universitas Lampung.
MOTTO
“ Sebaik-baiknya manusia adalah yang memanfaatkan ilmunya untuk
orang lain ”
(HR BUKHARI)
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, karunia, kemudahan, dan kesehatan untuk dapat
menyelesaikan skripsi ini. Sebagai wujud ungkapan rasa cinta
kasih sayang serta bakti yang tulus kupersembahkan karya
sederhana ini untuk :
Ayahku tercinta Hendra Suganda (Alm) dan Ibundaku Hetty.
Suamiku Kadi dan anakku Zahra Keysanti Olivia Putri .
Bapak dan Ibu dosen FKIP PGSD Universitas Lampung yang
telah memberikan bekal ilmu demi keberhasilan saya.
Almamater tercintaku FKIP PGSD Universitas Lampung.
Terima kasih atas doa, semangat dan dukungan kalian semua
sehingga saya dapat menyelesaikan PTK ini
SANWACANA
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan PTK yang
berjudul “Peningkatan Hasil Belajar PKn Melalui Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD Siswa Kelas IV SD Negeri 7 Kecamatan Tegineneng
Tahun Pelajaran 2017-2018,Penyelesaian PTK ini tidak terlepas dari
bimbingan, dorongan, petunjuk, serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof.Dr.Ir.Hasriadi Mat Akin, M.Pd, selaku Rektor Universitas
Lampung.
2. Bapak Prof.Dr.Patuan Raja, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
3. Ibu Dr. Riswanti Rini, M.Si, selaku Ketua Jurusan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
4. Bapak Drs. Maman Surahman, M.Pd, selaku Ketua Program Studi S1
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Lampung .
5. Bapak Drs. A.Sudirman, M.H, selaku Dosen pembimbing telah memberikan
tuntunan dan masukan sehingga PTK ini menjadi lebih sempurna.
6. Bapak Dr.Suwarjo, M.Pd selaku Dosen pembahas yang tak henti-hentinya
memberikan dorongan,saran dan bimbingan guna kesempurnaan penulisan
PTK.
7. Bapak Musidi,S.Pd selaku Kepala Sekolah SD Negeri 7 Kecamatan
Tegineneng Kabupaten Pesawaran terimakasih atas izinnya yang diberikan
selama mengikuti perkuliahan dan penyelesaian PTK ini.
8. Segenap keluarga besar SD Negeri 7 Tegineneng Kabupaten Pesawaran
yang telah membantu dalam penyusunan PTK ini.
9. Rekan-rekan mahasiswa angkatan 2014 dan semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan PTK ini.
Peneliti menyadari bahwa PTK ini masih ada kekurangan dan kesalahan
oleh karena itu mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi
kesempurnaan P T K ini. Akhir kata, peneliti berharap semoga PTK ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Tegineneng
Penulis
Yanti Manda Sari
NPM 1413093060
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL................................................................... .. xiv
DAFTAR GAMBAR............................................................... .. xv
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................... ... xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah..................................................................... 6
C. Batasan Masalah........................................................................... 7
D. Rumusan Masalah......................................................................... 7
E. Tujuan Penelitian.......................................................................... 7
F. Manfaat Penelitian........................................................................ 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR, DAN
HIPOTESIS
A. Belajar .......................................................................................... 9
1. Pengertian Belajar................................................................... 9
2. Tujuan belajar......................................................................... 10
3. Unsur-Unsur Belajar............................................................... 13
4. Prinsip-Prinsip Belajar............................................................ 14
5. Aktivitas Belajar..................................................................... 16
6. Hasil Belajar........................................................................... 18
7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar................ 19
B. Pembelajaran................................................................................ 20
1. Pengertian Pembelajaran........................................................ 20
2. Tujuan Pembelajaran............................................................... 21
3. Ciri-ciri Pembelajaran........................................................... 22
4. Komponen- komponen Pembelajaran................................... 23
C. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) ...................................... 24
1. Pengertian PKn....................................................................... 24
2. Tujuan PKn............................................................................. 26
3. Optimalisasi PKn di SD.......................................................... 27
4. Ruang Lingkup PKn............................................................... 29
D. Pembelajaran Kooperatif............................................................. 30
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif...................................... 30
2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif............................................ 32
3. Jenis-Jenis Pembelajaran Kooperatif...................................... 34
4. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif.................................. 35
E. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams
Achievement Division (STAD) ……………............................... 36
1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD....... 36
2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD........................... 37
3. Manfaat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD.............. 39
4. Karakteristik Pembelajaran Pembelajaraan Tipe
STAD........................................................................................ 40
5. Langkah-langkah Kooperatif Tipe Kooperatif Tipe STAD...... 41
6. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD....................................................................... ........ 42
F. Penelitian Yang Relevan................................................................. 44
G. Kerangka Pikir Penelitian................................................................ 44
H. Hipotesis Tindakan.......................................................................... 46
BAB III METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian......................................................................... .. 47
1. Tempat Penelitian................................................................... 47
2. Waktu Penelitian..................................................................... 47
B. Subjek Penelitian............................................................................ 47
C. Disain Penelitian............................................................................. 47
D. Prosedur Penelitian ........................................................................ 49
E. Teknik dan Alat Pengumpulan Data............................................ ... 56
1. Intrument Penelitian................................................................. 57
2. Kisi-Kisi Instrumen.................................................................. 57
F. Pengumpulan Data.......................................................................... 58
1. Metode Observasi.................................................................... 58
2. Metode Dokumentasi............................................................... 59
3. Tes Tertulis............................................................................... 59
G. Teknik Analisis Data ..................................................................... 59
1. Data Kualitatif......................................................................... 59
2. Data Kuantitatif...................................................................... 60
H. Indikator Keberhasilan.................................................................... 61
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profile Sekolah................................................................................ 62
1. Letak geografis dan Prasarana SD Negeri 7 Tegineneng ........ 62
2. Keadaan Penyelenggaraan Sekolah........................................... 62
3. Keadaan Siswa........................................................................... 63
4. Penetapan kelas dan waktu penelitian........................................ 64
B. Prosedur Penelitian.......................................................................... 65
1. Deskripsi Awal........................................................................... 65
a. Refleksi Awal....................................................................... 65
b. Perencanaan Pembelajaran.................................................. 65
C. Hasil Penelitian................................................................................ 66
1. Siklus I...................................................................................... 66
a. Perencanaan Pembelajaran Siklus 1..................................... 66
b. Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 1..................................... 67
c. Hasil Observasi/ Pengamatan Siklus 1................................. 72
d. Refleksi Siklus I................................................................. 75
2. Siklus II.................................................................................... 76
a. Perencanaan Pembelajaran Siklus II................................... 76
b. Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II................................... 77
c. Hasil Observasi Siklus II.................................................... 82
d. Refleksi Siklus II................................................................ 85
D. Pembahasan................................................................................... 86
1. Hasil Belajar Siswa................................................................. 86
2. Ketuntasan Belajar.................................................................. 87
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan............................................................................ 90
B. Saran-Saran............................................................................ 91
DAFTAR PUSTAKA............................................................... ...... 93
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Gambar 1.Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif........................... 33
2. Gambar 2. Kerangka Berfikir Penelitian............................................ 45
3. Gambar 3. Diagram Alur Siklus Penelitian ....................................... 48
4. Gambar 4.Grafik Peningkatan Nilai Rata-rata Hasil Belajar
Siswa per Siklus................................................................................. 89
5. Gambar 5.Grafik Peningkatan Persentase Ketuntasan Hasil
Belajar Siswa per Siklus..................................................................... 91
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Tabel 1. Hasil Belajar PKn Kelas IV SD Negeri 7 Tegineneng............. 4
2. Tabel 2. Kisi-kisi Soal Siklus I..................................................... ......... 57
3. Tabel 3. Kisi-kisi Soal Siklus II.................................................... ......... 58
4. Tabel 4. Jumlah Ruangan di Sekolah SD Negeri 7 Tegineneng............ 64
5. Tabel 5. Jumlah Siswa di SD Negeri 7 Tegineneng............................... 65
6. Tabel 6. Jadwal Pertemuan Pembelajaran.............................................. 66
7. Tabel 7. Hasil Belajar Siswa Siklus I Pertemuan I................................. 75
8. Tabel 8. Hasil Belajar Siswa Siklus I Pertemuan II................................ 76
9. Tabel 9. Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I................................... 77
10. Tabel 10.Hasil Belajar Siswa Siklus II pertemuan I............................... 85
11. Tabel 11. Hasil Belajar Siswa Siklus II Pertemuan II............................ 86
12. Tabel 12.Hasil Observasi Aktivitas Gurur Siklus II............................... 87
13. Tabel 13. Rekapitulasi Peningkatan Nilai Rata-rata Hasil Belajar
Siswa Siklus I dan Siklus II.................................................................... 89
14. Tabel 14. Rekapitulasi Peningkatan Persentase Ketuntasan Belajar
Siswa Siklus I dan Siklus II................................................................... 90
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. SURAT-SURAT
a. Lembar Persetujuan Penelitian...................................................... 99
b. Surat Izin Penelitian....................................................................... 100
c. Surat Keterangan Penelitian.......................................................... 102
d. Surat Pernyataan Teman Sejawat.................................................. 103
2. PERANGKAT PEMBELAJARAN
a. Pemetaan........................................................................................ 104
b. Silabus............................................................................................ 106
c. RPP ................................................................................................ 108
d. Tes Formatif.................................................................................... 117
3. Hasil Belajar Siswa
a. Analisis Hasil Belajar Siswa Siklus I.............................................. 123
b. Analisis Hasil Belajar Siswa Siklus II............................................. 127
4. AKTIVITAS GURU
a. Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I.......................................... 131
b. Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II......................................... 132
5. DOKUMEN PENELITIAN
a. Foto-foto Kegiatan Pembelajaran................................................... 146
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah salah satu aspek penting dalam pembangunan suatu
bangsa. Dengan adanya dapat menciptakan sumber daya manusia yang cerdas,
terampil, berwawasan dan berkualitas yang diharapkan dapat menjadi generasi
penerus yang pendidikan dapat membawa perubahan bangsa menuju ke arah yang
lebih baik. Hal tersebut sejalan dengan (Undang-undang No. 20 tahun 2003 : 3: 5)
tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 1 yang menjelaskan bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.
Undang-undang di atas menjelaskan bahwa pendidikan dilaksanakan untuk
mengembangkan potensi siswa dengan mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran. Setiap proses apapun bentuknya, memiliki tujuan yang sama, yaitu
mencapai hasil yang memuaskan. Begitu pula proses pembelajaran yang
diselenggarakan dengan tujuan agar siswa mencapai hasil yang optimal dari
materi yang diajarkan.
Menurut Wahyudin (2008: 1.1) pendidikan adalah humanisasi, yaitu upaya
memanusiakan manusia atau upaya manusia agar mampu mewujudkan diri
2
manusia (siswa) itu mengerti, paham, dan lebih dewasa serta mampu membuat
manusia (siswa) lebih kritis dalam berpikir
Pendidikan Kewarganegaraan menurut Depdiknas (2006: 49) adalah mata
pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami
dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga
negara Indonesia yang cerdas, terampil, berkarakter yang diamanatkan oleh
Pancasila dan UUD NKRI 1945.
Salah satu masalah yang mendasar dalam dunia pendidikan adalah bagaimana
usaha untuk meningkatkan proses belajar mengajar sehingga memperoleh hasil
yang optimal. Pendidikan tidak lagi hanya dilihat dari dimensi rutinitas,
melainkan harus diberi makna mendalam dan bernilai bagi perbaikan kinerja
pendidikan sebagai salah satu instrumen utama pengembangan sumber daya
manusia dengan multi kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik.
Dengan adanya pelajaran PKn di sekolah siswa dapat mempelajari Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), peraturan perundang-undangan,
pemerintahan, bentuk-bentuk keputusan bersama dan yang lainnya. Indonesia
ialah Negara kesatuan,yang berbentuk republik pernyataan ini secara jelas
tertuang dalam UUD 1945 Pasal 1 ayat 1 (Sunarso, 2009: 20 ).
Oleh karena itu, penyelenggaraan pendidikan menghendaki perencanaan dan
pelaksanaan yang matang agar hasil yang diharapkan tercapai dengan maksimal.
Kenyataan di lapangan saat ini menunjukkan bahwa guru masih mengalami
kesulitan untuk mengatasi persoalan belajar siswa.
Banyak guru yang masih menggunakan pola lama, terutama yang berkaitan
dengan cara dan pendekatan yang digunakan dalam proses pembelajaran.
3
Hal ini tentunya dapat menimbulkan kejenuhan pada siswa dan berpengaruh
terhadap hasil belajar siswa.
Menurut Hamzah (2006:34) tujuan pembelajaran merupakan salah satu aspek
yang perlu di pertimbangkan dalam merencanakan pembelajaran, sebab segala
kegiatan pembelajaran muaranya pada tercapainya tujuan tersebut.
Oleh karena itu diperlukan keterampilan memilih dan menggunakan metode
mengajar untuk diterapkan dalam sistem pembelajaran yang efektif sehinggaakan
membawa siswa kedalam situasi belajar yang bervariasi dan siswa terhindar dari
situasi pengajaran yang membosankan.
Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan di kelas IV SD Negeri 7
Tegineneng Kabupaten Pesawaran pada kegiatan pembelajaran, guru masih
menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan materi, pelaksanaan
pembelajaran cenderung kurang melibatkan peran serta siswa. Selain itu,
perhatian siswa terhadap materi pelajaran PKn belum kondusif disebabkan
kondisi pembelajaran yang monoton dan searah, siswa memilih untuk
mengobrol dengan teman sebangkunya dan ketika diberi pertanyaan hanya
beberapa siswa yang dapat menjawabnya.
Selain itu, siswa lebih sering menghafal materi yang diberikan guru sehingga
siswa merasa bosan dan tidak tertarik untuk mengikuti pelajaran. Hal tersebut
menunjukkan bahwa aktivitas belajar siswa masih rendah dan berujung kepada
rendahnya hasil belajar siswa.
4
Berikut ini dapat kita lihat data hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 7
Tegineneng Kabupaten Pesawaran:
Tabel 1. Hasil Belajar PKn siswa kelas IV SD Negeri 7 Tegineneng
Kabupaten Pesawaran
No. Nilai Siswa Persen Keterangan
1 45-50 6
6
31% Belum Tuntas
2. 51 - 59
60 - 65
3 16% Belum Tuntas
3 60 - 65 3 16% Tuntas
4 66 - 70 4 21% Tuntas
5 71 - 76 3 16% Tuntas
Jumlah 19 100% 55%
Tuntas
45 % Belum Tuntas
Berdasarkan data tabel di atas sangat jelas bahwa hasil belajar PKn siswa kelas
IV masih rendah. Terbukti dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang
ditetapkan adalah 60, siswa kelas IV SDN 7 Tegineneng dapat kita lihat ada 6
siswa atau 30% yang mendapat nilai 45-50, ada 3 siswa atau 15% yang mendapat
nilai 51-59, ada 4 siswa atau 20% yang mendapat nilai 60-65, ada 4 siswa atau
20% yang mendapat nilai 60-70 dan 3 siswa atau 15% yang mendapat nilai 71-
76. Dari hasil tersebut diperoleh kesimpulan bahwa siswa kurang berminat dalam
belajar PKn karena guru masih menggunakan metode ceramah dalam
penyampaian materi di kelas tanpa disertai model pembelajaran yang
sesuai dengan karakteristik materi sehingga siswa merasa jenuh dan bosan.
Menurut Solihatin dan Raharjo (2007: 1) untuk memahami materi diperlukan
suatu cara agar dalam proses belajar baik di sekolah atau pun di rumah siswa
dapat memahami tentang apa yang mereka baca sehingga berdampak pada
peningkatan hasil belajar siswa, karena kualitas dan keberhasilan pembelajaran
sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan keterampilam guru dalam memilih dan
menggunakan metode pembelajaran.
5
Kegiatan pembelajaran tidak dapat terpisahkan dengan metode yang digunakan
guru. Salah satu cara untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam proses
pembelajaran adalah dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat.
Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk menjawab
permasalahan di atas antara lain dengan menerapkan model pembelajaran
kooperatif. Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah tipe STAD yaitu
model pembelajaran yang menempatkan siswa dalam kelompok- kelompok yang
heterogen untuk saling membantu satu sama lain dalam belajar dengan
menggunakan berbagai metode pembelajaran kooperatif dan prosedur kuis.
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD melibatkan pengakuan kelompok dan
tanggung jawab kelompok untuk pembelajaran individu anggota kelompok.
Oleh karena itu, diharapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan kolaborasi dengan guru kelas IV SD Negeri 7 Tegineneng
Kabupaten Pesawaran dengan memperhatikan permasalahan yang ada pada
pembelajaran PKn peneliti memilih model kooperatif tipe STAD.
Langkah pembelajaran STAD menurut Riyanto (2008:272) sebagai berikut:
1. Siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok terdiri dari 4 orang
secara heterogen (campuran).
2. Guru menyajikan pelajaran lalu memberi tugas kepada kelompok
untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggota yang tahu
menjelaskan kepada anggota yang lainnya sampai anggota yang lain
mengerti.
6
3. Setelah itu guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa, pada
saat menjawab kuis tidak boleh saling bantu.
4. Memberikan evaluasi/penilaian
5. Kesimpulan
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti perlu untuk mengadakan
perbaikan pembelajaran melalui kegiatan penelitian tindakan kelas dengan
judul “ Peningkatan Hasil Belajar PKn Melalui Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD Siswa Kelas IV SD Negeri 7 Kecamatan Tegineneng Tahun
Pelajaran 2017/2018”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diindentifikasi permasalahannya
antara lain:
1. Guru masih menggunakan metode ceramah dan belum menerapkan
model pembelajaran kooperatif khususnya tipe STAD.
2. Pelaksanaan pembelajaran cenderung kurang melibatkan peran serta
siswa.
3. Perhatian siswa terhadap pembelajaran PKn belum kondusif disebabkan
kondisi pembelajaran yang monoton dan searah.
4. Siswa lebih sering menghafal materi yang diberikan guru.
5. Rendahnya hasil belajar siswa yang ditandai dengan belum tercapainya
KKM (60).
7
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini dibatasi pada
masalah sebagai berikut: “ Peningkatkan Hasil Belajar PKn siswa kelas IV SD
Negeri 7 Tegineneng Kabupaten Pesawaran pelajaran 2017/2018”.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah: “ Apakah model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat
meningkatkan Hasil Belajar PKn siswa kelas IV SD Negeri 7 Tegineneng
Kabupaten Pesawaran tahun pelajaran 2017/2018?”.
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan, tujuan penelitian ini
antara lain: “ Untuk meningkatkan hasil belajar PKn melalui Model
Pembelajaran Kooperatif tipe STAD siswa kelas IV SD Negeri 7 Tegineneng
Kabupaten Pesawaran tahun pelajaran 2017 / 2018 ”.
F. Manfaat Penelitian
1. Siswa
Memberikan suasana baru dalam kegiatan belajar mengajar yang diharapkan
memberi semangat baru dalam belajar sehingga dapat membantu
mempermudah siswa dalam menguasai materi yang berdampak pada
meningkatnya aktivitas dan hasil belajar siswa khususnya pada mata
pelajaran PKn.
8
2. Guru
Meningkatkan profesionalisme guru dan menambah pengetahuan serta
wawasan guru dalam menunjang pembelajaran siswa, khususnya dalam
meningkatkan mutu pendidikan melalui penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD.
3. Kepala Sekolah
Memberikan masukan dan merumuskan kebijakan penyelenggaraan
pendidikan dan diperoleh gambaran yang nyata tentang adanya peningkatan
aktivitas dalam pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD.
4. Bagi Peneliti
Dapat memberikan pengalaman untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan
yang didapat di bangku kuliah ke dalam suatu karya atau penelitian.
5. Peneliti lain
Memberikan informasi dan masukan untuk melakukan penelitian di bidang
pendidikan.
9
II. KAJIAN PUSTAKA
A. Belajar
1. Pengertian Belajar
Belajar adalah proses yang sangat penting dalam kehidupan manusia, dalam
proses pendewasaan diri dalam rangka manusia menjalani hidup. Terdapat
beberapa teori belajar diantaranya yaitu teori belajar behavioristik, teori belajar
kognitif, dan teori belajar kontruktivis. Dari ketiga teori belajar diatas, teori
kontruktivis adalah teori belajar yang sesuai dan banyak diterapkan, karena
belajar menurut teori kontruktivis adalah membangun pengetahuan lebih
menekankan proses dari pada hasil ( Winataputra, 2008: 6: 3).
Salah satu teori yang melandasi pembelajaran kooperative adalah teori
konstruktivisme. Menurut Winataputra, dkk (2007:6.7) perspektif
konstruktivisme di kelas dilihat sebagai proses “konstruksi” pengetahuan oleh
siswa. Perspektif ini mengharuskan siswa bersifat aktif.
Sebagai sebuah proses, belajar adalah kegiatan membangun pengetahuan, seperti
yang dijelaskan pada pandangan konstruktivistik Budiningsih (2005:58)
menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses konstruksi pengetahuan.
Pembentukan ini harus dilakukan oleh orang yang belajar. Ia harus aktif
melakukan kegiatan, aktif berfikir, menyusun konsep dan memberi makna
tentang hal-hal yang sedang dipelajari.
10
Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku seseorang sebagai hasil
dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Menurut Oemar Hamalik (2004: 28)
Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi
dengan lingkungannya.
2. Tujuan Belajar
dapat diartikan sebagai suatu kondisi perubahan tingkah laku dari individu
setelah individu tersebut melaksanakan proses belajar. Melalui belajar diharapkan
dapat terjadi perubahan (peningkatan) bukan hanya pada aspek kognitif, tetapi
juga pada aspek lainnya. Selain itu tujuan belajar yang lainnya adalah untuk
memperoleh hasil belajar dan pengalaman hidup. Benyamin S Bloom,
menggolongkan bentuk tingkah laku sebagai tujuan belajar atas tiga ranah, yakni:
1. Ranah kognitif berkaitan dengan perilaku yang berhubungan dengan berpikir,
mengetahui, dan memecahkan masalah. Ranah kognitif menurut Bloom,
(Winkel, 1999; Dimyati & Modjiono, 1994) dibedakan atas 6 tingkatan dari
yang sederhana hingga yang tinggi, yakni:
a. Pengetahuan ( knowledge ), meliputi kemampuan ingatan tentang hal yang
telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan.
b. Pemahaman (comprehension), meliputi kemampuan menangkap arti dan
makna dari hal yang dipelajari. Ada tiga subkategori dari pemahaman,
yakni:
1) Translasi, yaitu kemampuan mengubah data yang disajikan dalam
suatu bentuk ke dalam bentuk lain.
2) Interpretasi, yaitu kemampuan merumuskan pandangan baru
11
3) Ekstrapolasi, yaitu kemampuan meramal perluasan trend atau
kemampuan meluaskan trend di luar data yang diberikan
c. Penerapan (aplication), meliputi kemampuan menerapkan metode dan
kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru.
d. Analisis (analysis), meliputi kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam
bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik.
Analisis dapat pula dibedakan atas tiga jenis, yakni:
1) Analisis elemen, yaitu kemampuan mengidentifikasi dan merinci
elemen-elemen dari suatu masalah atau dari suatu bagian besar.
2) Analisis relasi, yaitu kemampuan mengidentifikasi relasi utama
antara elemen-elemen dalam suatu struktur.
3) Analisis organisasi, yaitu kemampuan mengenal semua elemen dan
relasi dari struktur kompleks.
e. Sintesis (synthesis), meliputi kemampuan membentuk suatu pola baru
dengan memperhatikan unsur-unsur kecil yang ada atau untuk membentuk
struktur atau sistem baru. Dilihat dari segi produknya, sintesis dapat
dibedakan atas:
1) Memproduksi komunikasi unik, lisan atau tulisan
2) Mengembangkan rencana atau sejumlah aktivitas
3) Menurunkan sekumpulan relasi-relasi abstrak
f. Evaluasi (evaluation), meliputi kemampuan membentuk pendapat tentang
sesuatu atau beberapa hal dan pertanggungjawabannya berdasarkan
kriteria tertentu.
12
2. Ranah afektif berkaitan dengan sikap, nilai-nilai, minat, aspirasi dan
penyesuaian perasaan sosial. Ranah efektif menurut Bloom (1999:86) terdiri
dari 5 jenis perilaku yang diklasifikasikan dari yang sederhana hingga yang
kompleks, yakni:
a. Penerimaan (reseving) yakni sensitivitas terhadap keberadaan fenomena
atau stimuli tertentu, meliputi kepekaan terhadap hal-hal tertentu, dan
kesediaan untuk memperhatikan hal tersebut.
b. Pemberian respon (responding) yakni kemampuan memberikan respon
secara aktif terhadap fenomena atau stimuli.
c. Penilaian atau penentuan sikap (valuing) yakni kemampuan untuk dapat
memberikan penilaian atau pertimbangan terhadap suatu objek atau
kejadian tertentu.
d. Organisasi (organization), yakni konseptualisasi dari nilai-nilai untuk
menentukan keterhubungan diantara nilai-nilai.
e. Karakterisasi, yakni kemampuan yang mengacu pada karakter dan gaya
hidup seseorang.
3. Ranah psikomotor mencakup tujuan yang berkaitan dengan keterampilan
(skill) yang bersifat manual dan motorik. Ranah psikomotor menurut
Simpson (1984:32) dapat diklasifikasikan atas:
a. Persepsi (perception), meliputi kemampuan memilah-milah 2 perangsang
atau lebih berdasarkan perbedaan antara ciri-ciri fisik yang khas pada
masing-masing perangsang.
13
b. Kesiapan melakukan suatu pekerjaan (set), meliputi kemampuan
menempatkan diri dalam keadaan dimana akan terjadi suatu gerakan atau
rangkaian gerakan.
c. Gerakan terbimbing (mechanism), meliputi kemampuan melakukan
gerakan sesuai contoh atau gerak peniruan.
d. Gerakan terbiasa, meliputi kemampuan melakukan suatu rangkaian
gerakan dengan lancar, karena sudah dilatih sebelumnya.
e. Gerakan kompleks (complex overt response), meliputi kemampuan untuk
melakukan gerakan atau keterampilan yang terdiri dari beberapa
komponen secara lancar, tepat, dan efisien.
f. Penyesuaian pola gerakan (adaptation), meliputi kemampuan mengadakan
perubahan dan penyesuaian pola gerak-gerik dengan persyaratan khusus
yang berlaku.
g. Kreativitas, meliputi kemampuan melahirkan pola gerak-gerik yang baru
atas dasar prakarsa dan inisiatif sendiri.
3. Unsur-Unsur Belajar
Dalam kegiatan belajar ada unsur-unsur penting yang perlu diketahui agar proses
belajar dapat berjalan dengan baik. Mudjiono (2009: 126) menyatakan ada tujuh
unsur utama dalam proses belajar, yang meliputi:
a. Tujuan. Belajar dimulai karena adanya tujuan yang ingin dicapai. Tujuan
ini muncul karena adaanya suatu kebutuhan.
b. Kesiapan. Agar mampu melaksanakan kegiatan belajar dengan baik, anak
perlu memiliki kesiapan, baik kesiapan fisik, psikis maupun kesiapan yang
14
berupa kematangan untuk melakukan sesuatu yang terkait dengan
pengalaman belajar
c. Situasi. Kegiatan belajar berlangsung dalam situasi belajar. Adapun yang
dimaksud situasi belajar ini adalah tempat, lingkungan sekitar, alat dan
bahan yang dipelajari, guru, kepala sekolah, pegawai administrasi, dan
seluruh warga sekolah yang lain.
d. Interpretasi. Yaitu melihat hubungan diantara komponen-komponen situasi
belajar, melihat makna dari hubungan tersebut dan menghubungkannya
dengan kemungkinan pencapaian tujuan.
e. Respon. Berlandaskan hasil interpretasi tentang kemungkinannya dalam
mencapai tujuan belajar, maka anak membuat respon.
f. Konsekuensi. Berupa hasil, dapat hasil positif (keberhasilan) maupun
hasil negatif (kegagalan) sebgai konsekuensi respon yang dipilih siswa.
g. Reaksi terhadap kegagalan. Kegagaglan dapat menurunkan semangat,
motivasi, memperkecil usaha-usaha belajar selanjutnya.
4. Prinsip-Prinsip Belajar
Selain dari unsur-unsur belajar, seorang pendidik juga harus mengetahui
beberapa prinsip-prinsip belajar.
Burton (dalam Hamalik , 2012: 31) menyimpulkan uraian yang cukup panjang
tentang prinsip-prinsip belajar sebagai berikut:
a. Proses belajar adalah pengalaman berbuat, mereaksi, dan melampaui.
b. Proses itu melalui bermacam-macam ragam pengalaman dan mata
pelajaran yang terpusat pada suatu tujuan tertentu.
c. Pengalaman belajar secara maksimum bermakna bagi kehidupan murid.
15
d. Pengalaman belajar bersumber dari kebutuhan dan tujuan murid sendiri
yang mendorong dan memotivasi yang kontinue.
e. Proses belajar dan hasil belajar diisaratkan oleh hereditas dan lingkungan
f. Proses belajar dan hasil usaha belajar secara materil dipengaruhi oleh
perbedaan-perbedaan individual dikalangan para murid-murid.
g. Proses belajar berlangsung secara efektif apabila pengalaman-pengalaman
dan hasil-hasil yang diiinginkan disesuaikan dengan kematangan murid.
h. Proses belajar yang terbaik apabila murid mengetahui status dan kemajuan.
i. Hasil-hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-
pengertian, sikap-sikap, apersepsi, apibilitas, dan ketrampilan
j. Hasil-hasil belajar diterima oleh murid-murid apabila memberi kepuasan
pada kebutuhannya dan berguna dan bermakna baginya.
k. Hasil-hasil belajar lambat laun dipersatukan menjadi kepribadian dengan
kecepatan yang berbeda-beda.
l. Hasil-hasil belajar yang telah dicapai adalah bersifat kompleks dan dapat
berubah-ubah, jadi tidak sederhana dan statis.
Lie (2004: 51) pengajar perlu menyusun dan melaksanakan kegiatan belajar
mengajar berdasarkan beberapa pokok pemikiran sebagai berikut:
a. Pengetahuan ditemukan, dibentuk, dan dikembangkan oleh siswa. Guru
menciptakan kondisi dan situasi yang memungkinkan siswa membentuk
makna dari bahan-bahan pelajaran melalui suatu proses belajar dan
menyimpannya dalam ingatan yang sewaktu-waktu dapat diproses dan
dikembangkan lebih lanjut.
16
b. Siswa membangun pengetahuan secara aktif. Belajar merupakan kegiatan
yang dilakukan siswa, bukan sesuatu yang dilakukan terhadap siswa.
c. Pengajar perlu berusaha mengembangkan kompetensi dan kemampuan
siswa. Kegiatan belajar mengajar harus lebih menekankan pada proses dari
pada hasil.
d. Dalam belajar terjadi interaksi pribadi di antara para siswa dan interaksi
antara guru dan siswa. Kegiatan belajar adalah suatu proses sosial yang
tidak dapat terjadi tanpa interaksi antar pribadi. Tetapi juga suatu proses
sosial yang terjadi ketika masing-masing orang berhubungan dengan orang
lain dan membangun pengetahuan dan pengertian bersama.
5. Aktivitas Belajar
Aktivitas belajar merupakan faktor yang menentukan keberhasilan seorang
siswa, karena pada dasarnya belajar adalah berbuat. Menurut Poerwadarminta
(2011:115) aktivasi adalah kegiatan atau kesibukan.
Sedangkan Nasution (2010:67) mengemukakan aktivitas adalah keaktifan
jasmani dan rohani dan kedua-duanya harus dihubungkan. Dimyati dan
Mudjiono (2009: 100) aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik
maupun mental.
Menurut Mulyono (2009: 12) mengemukakan bahwa aktivitas siswa merupakan
kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar.
Berdasarkan uraian diatas dapat peneliti simpulkan bahwa aktifitas belajar adalah
suatu kegiatan atau proses keaktifan yang bersifat fisik yaitu giat-aktif dan tidak
hanya pasif yang terjadi dalam proses kegiatan pembelajaran dengan indikator
17
membaca, memecahkan masalah, membantu teman, mengerjakan tes, kerja sama
tanggung jawab, ketrampilan dan kreativitas.
Dierich (dalam Hamalik 2012: 172) aktivitas siswa dapat digolongkan menjadi
delapan, yaitu sebagai berikut:
a. Visual Aktivies, yang termasuk didalamnya adalah: memberi
saran,memperhatikan gambar, demontrasi, praktikum, percobaan.
b. Oral Activies Seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,
mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi.
c. Listening Activies seperti mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, pidato.
d. Writing Activies, seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.
e. Drawing Activies, seperti menggambar, membuat grafik, peta diagram.
f. Mental Ativies, seperti menanggapi, mengingat, memecahkan soal,
menganalisis, melihat dan mengambil keputusan.
g. Motor Activies, seperti melakukan percobaan, membuat kontruksi model,
mereparasi, bermain, berkebun, dan berternak.
h. Emotionira, bal Activies, seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira
gugup, bersemangat, bergairah, berani, tenang.
Berdasarkan definisi di atas, aktivitas belajar dapat disimpulkan bahwa
rangkaian kegiatan yang meliputi keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran
atau layanan.
Belajar sambil melakukan aktivitas dapat menyebabkan kesan, konsep yang
didapatkan akan lebih tahan lama tersimpan dalam benak anak didik.
18
6. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah prestasi dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan,
diciptakan, baik secara individu maupun kelompok. Hasil belajar akan tampak
pada setiap perubahan pada aspek-aspek pengetahuan, pengertian, kebiasaan,
keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi
pekerti dan sikap. Sehingga akan merubah cara berpikir serta menghasilkan
perilaku kerja yang lebih baik.
Hasil belajar adalah suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara
individu maupun kelompok, setelah siswa menyelesaikan semua kegiatan yang
dilakukan untuk mengukur kemampuan kognitif atau ranah yang mencakup
kegiatan mental atau otak, kemampuan afektif atau ranah yang berkaitan dengan
sikap dan nilai, dan psikomotor yang merupakan ranah yang berkaitan dengan
keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima
pengalaman belajar Hamalik (2010: 81).
Belajar adalah proses yang dilakukan untuk mencapai tujuan belajar berupa
hasil belajar. Hasil belajar menjadi salah satu indikator tercapai atau tidaknya
suatu proses pembelajaran.
Menurut Sudjana (2005: 22) hasil belajar yaitu suatu perubahan yang terjadi
pada individu yang belajar, bukan hanya perubahan mengenai pengetahuan,
tetapi juga untuk membentuk kecakapan, kebiasaan, pengertian, penguasaan
dan penghargaan dalam diri seseorang yang belajar. Sedangkan menurut
Kunandar (2010: 276) hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah
mengikuti suatu materi tertentu dari mata pelajaran yang berupa data kuantitatif
dan kualitatif.
Rusman (2011: 22) hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah
menerima pengalaman belajar. Hasil dari kegiatan belajar ditandai dengan
adanya perubahan perilaku ke arah positif yang relatif permanen pada diri orang
yang belajar.
19
7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Hasil belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik yang bersifat internal
maupun eksternal Muhibbin (2007: 16).
faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa dibedakan menjadi tiga
macam, yaitu: a. Faktor internal (faktor dari dalam siswa); b. Faktor eksternal
(faktor dari luar siswa); c.Faktor pendekatan belajar (Approach to learning).
1. Faktor Internal ( faktor dari dalam diri siswa)
Menurut Muhibbin (2007: 16) faktor internal yaitu keadaan jasmani dan rohani
siswa, yang meliputi dua aspek, yaitu (1) aspek fisiologis (yang bersifat
jasmaniah); (2) aspek Psikologis (yang bersifat rohaniah).
a. Aspek fisiologis Kondisi jasmani dan tegangan otot yang menandai
kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi
semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran.
b. Aspek psikologis. Kondisi rohaniah dapat mempengaruhi kualitas dan
kuantitas prestasi pembelajaran siswa, Aspek psikologis/ rohaniah siswa
tersebut meliputi: tingkat kecerdasan, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa,
dan motivasi siswa.
2. Faktor eksternal (faktor dari luar)
Faktor eksternal yaitu kondisi lingkungan di sekitar siswa, Faktor eksternal (faktor
dari luar diri siswa). Faktor ini datangnya dari luar diri siswa, faktor ini melipui
faktor keluarga, sekolah, dan masyarakat. Ketersediaan sarana dan prasarana
atau adanya laboratorium.
20
3. Faktor Pendekatan Belajar (Approach toLearning)
Faktor pendekatan belajar yaitu jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi
dan metode yang dipergunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran
materi-materi pelajaran.
B. Pembelajaran
1. Pengertian Pembelajaran
Dalam kegiatan belajar mengajar merupakan sebuah proses yang dinamakan
pembelajaran, yaitu kegiatan yang didalamnya terjadi suatu interaksi antara
pemberi dan penerima informasi untuk mencapai suatu tujuan.
Menurut Sudjana ( 2013: 28) pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan
dengan sengaja oleh pendidik yang dapat menyebabkan siswa melakukan
kegiatan belajar.
Rusmono (2012: 6) menyatakan bahwa pembelajaran merupakan suatu upaya
untuk menciptakan suatu kondisi bagi terciptanya suatu kegiatan belajar yang
memungkinkan siswa memperoleh pengalaman belajar yang memadai.
Menurut Winataputra (2008: 21) pembelajaran merupakan kegiatan yang
dilakukan untuk menginisiasi, memfasilitasi, dan meningkatkan intensitas
dan kualitas belajar pada diri siswa. Oleh karena itu pembelajaran
merupakan upaya sistematis dan sistemik untuk menginisiasi, memfasilitasi,
dan meningkatkan proses belajar maka kegiatan pembelajaran berkaitan erat
dengan jenis hakikat, dan jenis belajar serta hasil belajar tersebut.
Pembelajaran harus menghasilkan belajar, tetapi tidak semua proses belajar
terjadi karena pembelajaran. Proses belajar terjadi juga dalam konteks
interaksi sosial-kultural dalam lingkungan masyarakat.
Sedangkan menurut Prawiradilaga (2008: 19) pembelajaran adalah proses
interaksi peserta didik dengan tutor dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar, proses pembelajaran perlu direncanakan, dilaksanakan, dinilai, dan
diawasi agar terlaksana secara efektif dan efesien.
21
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli, penulis menyimpulkan bahwa
pembelajaran adalah suatu aktivitas belajar yang dilakukan agar terciptanya suatu
interaksi antara pengajar dan siswa untuk mencapai suatu tujuan yaitu
pengalaman belajar yang berpengaruh pada pengetahuan, sikap, dan ketrampilan.
2. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran adalah terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang
akan mengarah pada peningkatan prestasi belajar yang diharapkan terjadi atau
dikuasai oleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran tertentu atau
suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam bentuk perilaku yang
diwujudkan dalam bentuk tulisan yang menggambarkan hasil belajar yang
diharapkan Rusman (2008:8).
Tujuan pembelajaran adalah pernyataan mengenai keterampilan atau konsep yang
diharapkan dapat dikuasai oleh pesertadidik pada akhir periode pembelajaran,
berupa arah yang hendak dituju dari rangkaian aktivitas yang dilakukan dalam
proses pembelajaran Suprijono (2011:23).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan tujuan
pembelajaran adalah bentuk perilaku yang diwujudkan dengan rangkaian
aktivitas yang dilakukan selama proses pembelajaran.
22
3. Ciri-ciri Pembelajaran
Pembelajaran berasal dari kata ajar yang mendapat awalan pe dan akhiran an
yang dalam kamus bahasa Indonesia berarti cara atau perbuatan mengajar atau
mengajarkan. Ciri-ciri pembelajaran:
a. Rencana ialah penataan ketenagaan, material, dan prosedur yang merupakan
unsur-unsur sistem pembelajaran, dalam suatu rencana khusus.
b. Saling ketergantungan, antara unsur-unsur sistem pembelajaran yang serasi
dalam suatu keseluruhan.Tiap unsur bersifat esensial dan masing-masing
memberikan sumbangannya kepada sistem pembelajaran.
c. Tujuan, pembelajaran mempunyai tujuan tertentu yang hendak dicapai
Hamalik (2000:45).
Selanjutnya ciri-ciri pembelajaran lebih detail adalah sebagai berikut:
a. Memiliki tujuan, yaitu untuk membentuk siswa dalam suatu perkembangan
tertentu.
b. Terdapat mekanisme, prosedur, langkah-langkah, metode dan teknik yang
direncanakan dan didesain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
c. Fokus materi ajar, terarah, dan terencana dengan baik.
d. Adanya aktivitas siswa yang merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya
kegiatan pembelajaran.
e. Aktor guru yang cermat dan tepat.
f. Terdapat pola aturan yang ditaati guru dan siswa dalam proporsi masing-
masing.
g. Limit waktu untuk mencapai tujuan pembelajaran.
h. Evaluasi, baik evaluasi proses maupun evaluasi produk Sudjana (2004:19).
23
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan ciri-ciri pembelajaran
adalah terencana, saling ketergantungan, dan mempunyai tujuan,
terdapat mekanisme, materi ajar, dan pola aturan limit waktu untuk
mengevaluasi.
4. Komponen- komponen Pembelajaran
Agar kegiatan pembelajaran berjalan baik maka dibutuhkan suasana yang
mendukung terjadinya proses belajar di kelas. Menurut Usman (2008:8-10) hal
yang terpenting yang harus diperhatikan guru dalam mengelola proses
pembelajaran ialah menciptakan suatu lingkungan yang memungkinkan terjadinya
proses pembelajaran pada diri siswa. Komponen-komponen tersebut antara lain:
a. Tujuan intruksional yang akan dicapai,
b. Materi atau isi bahan pelajaran yang akan diajarkan,
c. Sarana dan prasarana belajar dan mengajar yang tersedia,
d. Jenis-jenis kegiatan belajar yang dilakukan,
e. Guru dan siswa yang melakukan kegiatan mengajar dan belajar keduanya
terlibat dalam suatu hubungan sosial tertentu,dan
f. Suasana kelas atau lingkungan proses belajar mengajar tersebut
berlangsung.
24
C. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
1. Pengertian PKn
Pendidikan Kewarganegaraan PKn terdiri dari dua kata yaitu pendidikan dan
kewarganegaraan. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, dan akhlak mulia serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya.
Berdasarkan (Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003:5) tentang Sistem
Pendidikan Nasiona, mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
(PPKN) berubah menjadi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dan dalam
kurikulum 2014 disebut sebagai mata pelajaran Kewarganegaraan (citizenship).
Pengertian PKn(n) tidak sama dengan PKN (N), PKn adalah Pendidikan
Kewarganegaraan, sedangkan PKN adalah Pendidikan Kewargaan negara Fajar
(2009: 141). Sedangkan menurut Winataputra (dalam Ruminiati. 2007: 1.25)
perbedaan PKN dan PKn, PKN merupakan pelajaran sosial yang bertujuan untuk
membentuk atau membina warga negara yang baik yaitu warga negara yang tahu,
mau dan mampu berbuat baik.
Sedangkan PKn adalah pendidikan yang mencakup status formal warga negara
yang awalnya diatur dalam Undang-undang dasar 1945. PKn merupakan salah
satu mata pelajaran yang sangat penting untuk diajarkan pada jenjang sekolah
dasar. Menurut Permendiknas No. 22 tahun 2006: 5 tentang standar isi, bahwa
Pendidikan Kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada
pembentukan warga negara yang memahami dan mampu
25
melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia
yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD
1945.
Henry (2006:6) pendidikan kewarganegaraan merupakan wahana untuk
mengembangkan dan melestarikan nilai-nilai luhur dan moral yang berakar
pada budaya bangsa indonesia, yang diwujudkan dalam bentuk prilaku sehari-
hari, baik sebagai individu, anggota masyarakat maupun mahluk Tuhan Yang
Maha Esa, yang membekali siswa dengan budi pekerti, pengetahuan dan
kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan warga negara dengan negara
serta pendidikan pendahuluan bela negara.
Menurut Samsuri (2011: 28) pendidikan Kewarganegaraan diartikan sebagai
penyiapan generasi muda (siswa) untuk menjadi warga negara yang memiliki
pengetahuan, kecakapan, dan nilai-nilai yang diperlukan untuk berpartisipasi aktif
dalam masyarakatnya.
Zamroni (2010: 26) pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan demokratis
yang bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat berpikir kritis dan
bertindak demokratis.
Ittidah (2007:1.37) pendidikan kewarganegaraan (PKn) merupakan pendidikan
untuk memberikan bekal awal dalam bela negara yang dilandasi oleh rasa cinta
kepada tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara, berkeyakinan atas
kebenaran idiologi pancasila dan UUD 1945 serta kerelaan berkorban untuk
kepentingan bangsa dan negara.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat dikemukakan bahwa Pendidikan
Kewarganegaraan adalah suatu mata pelajaran yang merupakan satu rangkaian
proses untuk mengarahkan peserta didik menjadi warga negara yang cerdas,
terampil, berkarakter dan bertanggung jawab sehingga dapat berperan aktif
dalam masyarakat sesuai dengan ketentuan Pancasila dan UUD 1945.
26
2. Tujuan PKn
Pendidikan kewarganegaraan adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan
pada semua jenjang pendidikan. Mata Pelajaran PKn memiliki tujuan yang
ingin dicapai yaitu untuk membentuk watak dan karakteristik warga Negara
yang baik, terampil, dan berkarakter yang setia pada bangsa dan Negara
Indonesia dengan merefleksikan dirinya dalam kebiasaan berfikir sesuai dengan
amanat pancasila dan UUD 1945.
Sejalan dengan itu, tujuan pembelajaran mata pelajaran PKn adalah untuk
mejadikan siswa (1) Mampu berfikir kritis, rasional dan kreatif; (2) mau
berpartisipasi secara aktif dalam segala bidang kegiatan dan bertanggung jawab;
(3) dapat berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk
diriberdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesiaagar dapat hidup
bersama dengan bangsa-bangsa lainya; (4) mampu berinteraksi dengan bangsa-
bangsa lainya baik secara langsung dan tidak langsung dengan memanfaatkan
teknologi dan informasi, ( dalam Ruminiati, 2007: 1.26).
PKn adalah pendidikan yang bertujuan mengkaji dan membahas tentang
pemerintahan, konstitusi lembaga-lembaga demokrasi, Rule of law, HAM, hak
dan kewajiban-kewajiban warga negara serta proses demokrasi. Haris,
(2010:42).
Sedangkan tujuan PKn di SD menurut Atha (2011:18) adalah (1) memberikan
pengertian dan pengetahuan serta pemahaman tentang pancasila yang benar dan
sah, (2) meletakkan dan membentuk pola fikir yang sesuai dengan pancasila
dan ciri khas serta watak ke-Indonesiaan, (3) menanamkan nilai-nilai moral
pancasila
27
ke dalam diri anak didik , (4) menggugah kesadaran anak didik sebagai warga
negara dan warga masyarakat Indonesia untuk selalu mempertahankan dan
melestarikan nilai-nilai moral pancasila tanpa menutup kemungkinanbagi
diakomondasikannya nilai-nilai lain dari luar yang sesuai dan tidak
bertentangan dengan nilai-nilai moral pancasila terutama dalam menghadapi
arus globalisasi dan dalam rangka kompetensi dalam pasar bebas dunia;
(5) memeberikan motivasi agar dalam setiap tingkah laku dalam bertindak dan
berprilaku sesuai dengan nilai, moral, dan norma pancasila, (6) mempersiapkan
siswa untuk menjadi warga negara dan warga masyarakat Indonesia yang baik
dan bertanggung jawab serta mencintai bangsa dan negaranya.
3. Optimalisasi Pembelajaran PKn di SD
Optimalisasi adalah hasil yang dicapai sesuai dengan keinginan, jadi optimalisasi
merupakan pencapaian hasil sesuai harapan secara efektif dan efisien. Menurut
Poerwadarminta (1990:628) dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
optimalisasi berasal dari kata optimal yang berarti terbaik, tertinggi.
Optimalisasi banyak juga diartikan sebagai ukuran dimana semua kebutuhan
dapat dipenuhi dari kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan. Optimalisasi adalah
ukuran yang menyebabkan tercapainya tujuan. Secara umum optimalisasi adalah
pencarian nilai terbaik dari yang tersedia dari beberapa fungsi yang diberikan
pada suatu konteks. Mata pelajaran Pendididkan Kewarganegaraan memiliki
peranan yang sangat penting, dalam hubungannya dengan pembentukan warga
negara Indonesia yang demokratis dan bertanggung jawab. Melalui mata
pelajaran PKn, siswa diharapkan menjadi warga negara yang baik, yang dapat
memahami kebhinekaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.
28
Mulyasa (2007: 114) ceramah merupakan metode yang paling umum digunakan
dalam pembelajaran. Metode ini, guru menyajikan bahan melalui penuturan
atau penjelasan lisan secara langsung terhadap peserta didik. Dengan
menggunakan metode ceramah, guru akan menjadi satu-satunya pusat
perhatian. Sehingga proses belajar mengajar lebih banyak didominasi oleh guru.
Akibatnya partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar relatif kecil. Sebagian
dari siswa memandang mata pelajaran PKn sebagai mata pelajaran yang bersifat
konseptual dan teoritis. Sehingga ketika mengikuti pelajaran PKn, siswa merasa
cukup mencatat dan menghafal konsep-konsep teori-teori yang diceramahkan
oleh guru. Kondisi yang semacam inilah yang bertolak belakang dengan
semangat untuk menciptakan pembelajaran yang bermakna bagi siswa.
Pembelajaran yang kurang bermakna ini akan semakin meluas, apabila
dalam proses pembelajaran tersebut guru masih menerapkan strategi dan
pendekatan pembelajaran yang konvensional, yang memandang siswa sebagai
objek saja, komunikasi lebih banyak berlangsung searah, dan penilaian lebih
menekankan pada aspek kognitif. Dalam rangka untuk mengoptimalkan
kemampuan berpikir siswa pada pembelajaran mata pelajaran PKn maka perlu
dikaji mengenai peranan penilaian afektif dan psikomorik.
Berdasarkan hal tersebut, maka dianggap perlu guru mengembangkan dan
mengoptimalisasikan pembelajaran PKn khususnya di SD melalui model
pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dan memfokuskan pada
pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak- hak
dan kewajiban untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas,terampil,dan
berkaraktrer yang diamanatkan oleh pancasila dan UUD 1945.
29
4. Ruang Lingkup PKn
Pelaksanaan pembelajaran PKn di SD merupakan sarana pembentukan sikap dan
ahlak mulia sebagai warga negara sebagai salah satu tujuan PKn. Terdapat banyak
materi yang harus diberikan guna tercapainya tujuan dari mata pelajaran tersebut.
Menurut Mulyasa ( 2007: 1.26) ruang lingkup mata pelajaran PKn secara umum
meliputi aspek:
1. Persatuan dan kesatuan;
2. Norma hukum dan peraturan;
3. Hak asasi manusia;
4. Kebutuhan warga negara;
5. Konstitusi negara;
6. Kekuasaan politik;
7. Kedudukan pancasila dan;
Berdasarkan tujuan dan ruang lingkup di atas, dapat diketahui bahwa pendidikan
PKn merupakan suatu wahana yang berfungsi melestarikan nilai-nilai luhur
pancasila, mengembangkan dan membina manusia Indonesia seutuhnya, serta
membina pengalaman dan kesadaran warga negara untuk dapat melaksanakan hak
dan kewajibannya sebagai warga negara yang mampu diandalkan oleh bangsa dan
negara.
Mata pelajaran PKn memiliki klasifikasi materi yang dirangkum dalam ruang
lingkup pembelajaran. Ruang lingkup pada materi mata pelajaran PKn sesuai
Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi, meliputi:
a. Persatuan dan Kesatuan bangsa meliputi: hidup rukun dalam perbedaan,
cinta lingkungan, kebanggan sebagai bangsa Indonesia, sumpah pemuda,
30
keutuhan Negara Kesatuan Indonesia, partisipasi dalam pembelaan
negara, sikap positif terhadap Negara Kesatuan Ripublik Indonesia,
keterbukaan jasmani keadilan.
b. Norma, hukum dan peraturan meliputi : tertib dalam kehidupan keluarga, tata
tertib disekolah, norma yang berlaku dimasyarakat, peraturan-peraturan
daerah, norma-norma dalam berbangsa dan bernegara.
c. Hak asasi manusia hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban anggota
masyarakat, instrument nasional dan internasional HAM.
d. Kebutuhan warga negara meliputi: hidup gotong royong, hargan diri sebagai
masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan pendapat,
menghargai keputusan bersama.
e. Konstitusi Negara meliputi: proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang
pertama, konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, hubungan dasar
antar negara dengan konstitusi.
f. Kekuasan dan Politik meliputi : pemerintah desa dan kecamatan,
pemerintah daerah dan otonomi.
D. Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan berdasarkan teori belajar
konstruktivisme, hal ini terlihat pada salah satu teori Vygotsky, yaitu penekanan
pada hakikat sosial dari pembelajaran. Vygotsky yakin bahwa fungsi mental yang
lebih tinggi pada umumnya muncul dalam diskusi atau kerjasama antar individu
sebelum fungsi mental yang lebih tinggi itu terserap ke dalam individu.
31
Kooperatif mengandung pengertian bekerja bersama dalam mencapai tujuan.
Dalam kegiatan kooperatif, siswa secara individual mencari hasil yang
menguntungkan bagi seluruh anggota kelompoknya, jadi hakikat sosial dan
penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran
kooperatif. Menurut Suyatno (2009: 51) pembelajaran kooperatif adalah
pembelajaran yang menekankan belajar dalam kelompok heterogen saling
membantu satu sama lain, bekerja sama menyelesaikan masalah, dan menyatukan
pendapat untuk memperoleh keberhasilan yang optimal baik kelompok maupun
individual. Pembelajaran kooperatif adalah suatu pembelajaran di mana para
anggota dalam satu kelompok dapat saling kerja sama untuk
memecahkan permasalahan yang dihadapi serta dapat menyatukan
pendapat-pendapat guna memperoleh keberhasilan bersama yang optimal
dalam kelompok.
Lie (2004: 59) pembelajaran kooperatif adalah sistem pembelajaran yang
memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama
siswa dalam tugas-tugas terstruktur. Sedangkan Menurut Slavin (2005: 8)
pembelajaran kooperatif adalah suatu variasi metode pembelajaran di
mana siswa bekerja dalam kelompok kecil untuk saling membantu dalam
mempelajari materi akademis. Kelas yang kooperatif, siswa diharapkan
saling membantu berdiskusi dan berargumentasi, menilai pengetahuan-
pengetahuan yang baru diperoleh dan saling mengisi kekurangan-kekurangan
mereka.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran kooperatif adalah suatu pendekatan pembelajaran yang didasarkan
32
atas kerja kelompok, yang menuntut keaktifan siswa untuk saling bekerja
sama dan membantu untuk menyelesaikan masalah atau tugas yang diberikan
oleh guru. Melalui pendekatan kooperatif siswa didorong untuk bekerja sama
secara maksimal sesuai dengan keadaan kelompoknya. Kerja sama yang
dimaksud dalam pembelajaran kooperatif adalah setiap kelompok harus saling
membantu menguasai bahan ajar. Bagi siswa yang mempunyai kemampuan
tinggi harus membantu teman sekelompoknya yang berkemampuan
rendah karena penilaian akhir ditentukan oleh keberhasilan kelompok. Oleh
karena itu setiap anggota kelompok harus mempunyai tanggung jawab
terhadap kelompoknya.
Annurahman, dkk. (2001: 8) model pembelajaran dimaksudkan sebagai pola
interaksi siswa dengan guru di dalam kelas yang menyangkut strategi, pendekatan
metode dan teknik pembelajaran yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar di kelas.
Memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaannya, misal tujuan
dan fungsi dari jenis-jenis metode pembelajaran yang ada, tingkat kematangan
anak didik yang berbeda- beda, serta pribadi dan kemampuan profesional guru
yang berbeda-beda pula.
2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan paling sedikit tiga tujuan penting
yaitu tujuan pertama, pembelajaran kooperatif dimaksudkan untuk meningkatkan
kinerja siswa dalam tugas-tugas akademis yang penting. Tujuan kedua adalah
toleransi dan penerimaan yang lebih luas terhadap orang-orang yang berbeda ras,
budaya, kelas sosial atau kemampuanya. Tujuan ketiga adalah model
33
pembelajaran kooperatif mengajarkan ketrampilan kerja sama dan berkolaborasi
kepada siswa (Martati, 2010: 15).
Tujuan model pembelajaram Kooperatif digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1. Tujuan Model Kooperatif
Berdasarkan gambar di atas tujuan dari pembelajaran kooperatif yaitu
pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif dapat meningkatkanprestasi
akademis siswa. Dapat menumbuhkan sikap toleransi dan penerimaan terhadap
keanekaragaman, serta dapat mengembangkan ketrampilan sosial.
Prestasi
Kooperatif
Toleransi
Pengembangan ket. sosial
34
3. Jenis-jenis Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif juga memiliki berbagai jenis, yang dibedakan
berdasarkan cara kerja pembelajaran secara berkelompok. Beberapa variasi model
dalam pembelajaran kooperatif yaitu: Student Teams Achievement Division
(STAD), Jigsaw, Team Game Tournament (TGT), Group Resume, Group
Investigation (GI). Dari berbagai model tersebut, yang banyak dikembangkan
adalah model STAD dan Jigsaw (Isjoni, 2009: 73).
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini cocok untuk diterapkan bagi
sekolah-sekolah yang masih menggunakan model pembelajaran secara langsung
karena sangat mudah diterapkan dan paling sederhana dalam penerapannya. Siswa
akan lebih mudah dalam menemukan dan menangani konsep-konsep yang sulit
jika mereka saling mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya.
Siswa yang berkemampuan rendah mendapat kesempatan untuk dibimbing oleh
siswa yang yang memiliki wawasan lebih tinggi, sedangkan siswa yang lebih
tinggi kemampuannya mempunyai kesempatan untuk menjadi tutor sehingga
pemahamannya menjadi lebih baik lagi (Asma, 2006: 51).
Berdasarkan hal tersebut, maka dalam penelitian ini, penulis memilih model
pembelajaran STAD.
35
4. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif
Ada beberapa karakteristik pembelajaran kooperatif yang membedakan model
pembelajaran yang lainya. Abdulhak (dalam Isjoni, 2009: 28) menjelaskan bahwa
model pembelajaran kooperatif dilaksanakan melalui berbagai proses antara
peserta belajar sehingga dapat mewujudkan pemahaman bersama diantara peserta
belajar itu sendiri. Pada hakikatnya model pembelajaran kooperatif sama dengan
kerja kelompok, oleh karena itu banyak banyak guru yang mengatakan tidak ada
sesuatu yang aneh dalam model pembelajaran kooperatif karena mereka
menganggap telah biasa digunakan Isjoni (2009:59).
Walaupun model pembelajaran kooperatif terjadi dalam bentuk kelompok, tetapi
tidak setiap kerja kelompok dikatakan model pembelajaran kooperatif. Bennet
(dalam Isjoni, 2009: 60) menyatakan ada lima unsur dasar yang dapat
membedakan model pembelajaran kooperatif dengan kerja kelompok, yaitu:
a. Positive Interdepedence, hubungan timbal balik didasari kepentingan yang
sama atau perasaan anggota kelompok dimana keberhasilan seseorang
merupakan keberhasilan yang lain dan sebaliknya.
b. Interaction face to face, nteraksi antar siswa tanpa ada perantara.
c. Adanya tanggung jawab pribadi mengenai materi pembelajaran dalam
anggota kelompok.
d. Membutuhkan keluwesan
e. Meningkatkan ketrampilan kerja sama dalam memecahkan masalah
(proses kelompok).
Model pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja, tetapi siswa
juga harus mempelajari ketrampilan khusus yang disebut ketrampilan kooperatif.
36
Menurut Lundren ( dalam Isjoni 2009: 65) ketrampilan-ketrampilan dalam
kooperatif antara lain, ketrampilan kooperatif tingkat awal, tingkat menengah dan
tingkat mahir. Tingkat awal adalah kemampuan kelompok untuk mengerjakan
tugas, tingkat menengah adalah kemampuan kelompok berinteraksi dan kerja
sama, tingkat mahir adalah kemampuan kelompok bekerja dan berinteraksi
dengan kelompok lain atau membentuk kelompok-kelompok baru.
Berdasarkan pendapat di atas, karakteristik model pembelajaran kooperatif adalah
pembelajaran yang dilaksanakan dengan memfokuskan pada kerja kelompok
untuk mencapai tujuan yang bersama.
E. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement
Division (STAD)
1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Model kooperatif tipe STAD ini merupakan salah satu tipe dari model
pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan
jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara hiterogen. Diawali dengan
penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis
dan penghargaan kelompok, Hasan(dalam Solihatin& Raharjo, 2008: 4)
Cooperative mengandung pengertian kerja sama dalam mencapai tujuan bersama
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dikembangkan oleh Robert Slavin
dan kawan-kawannya dari Universitas John Hopkins.
Menurut Huda (2014: 46) pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah
satu strategi pembelajaran kooperatif yang di dalamnya terdiri dari beberapa
kelompok kecil siswa dengan kemampuan akademik yang berbeda-beda saling
bekerja sama untuk menyelesaikan tujuan pembelajaran. Tidak hanya secara
37
Menurut Imas (2015: 22) dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD para
siswa dalam suatu kelas tertentu dipecah menjadi kelompok dengan
anggota 4-5 orang, usahakan setiap kelompok beranggotakan heterogen,
terdiri atas laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki
kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Anggota tim menggunakan lembar
kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan
materi pelajarannya dan kemudian saling membantu satu sama lain untuk
memahami bahan pelajaran melalui diskusi dan kuis. Dalam STAD,
penghargaan kelompok didasarkan atas skor yang didapatkan oleh
kelompok.
Menurut Trianto (2007: 91) pembelajaran kooperatif tipe STAD ini
merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan
menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap
kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen. Diawali dengan penyampaian
tujuan pembelajaran, materi, kegiatan kelompok, kuis dan penghargaan
kelompok. Sedangkan menurut Slavin (2005: 72) menyatakan bahwa
pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa ditempatkan dalam tim belajar
beranggotakan 4-5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi
jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan pelajaran, dan kemudian siswa
bekerja dalam tim mereka memastikan bahwa seluruh anggota tim telah
menguasai pelajaran tersebut. Kemudian, seluruh siswa diberikan tes tentang
materi tersebut, pada saat tes ini mereka tidak diperbolehkan saling
membantu.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, Peneliti menyimpulkan bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah model pembelajaran yang membantu
siswa untuk saling berinteraksi dan berkomunikasi dengan memberikan
informasi serta bertukar pikiran secara langsung, membantu di antara sesama
dalam stuktur kerja sama yang teratur dalam kelompok untuk memecahkan
masalah sehingga dapat membentuk pembelajaran yang menyenangkan.
2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Tujuan pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah menciptakan situasi di mana
keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan
kelompoknya. Tujuan model pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut
Widyantini (2006: 4) adalah hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa
dapat menerima berbagai keragaman dari temannya serta pengembangan
38
keterampilan sosial. Johnson (dalam Trianto, 2010: 57) menyatakan bahwa
tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk
peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun
secara kelompok Louisell dan Descamps (dalam Trianto, 2010: 57) juga
menambahkan, karena siswa bekerja dalam suatu tim, maka dengan
sendirinya dapat dapat memperbaiki hubungan diantara para siswa dari latar
belakang etnis dan kemampuan, mengembangkan keterampilan-keterampilan
proses dan pemecahan masalah. Jadi inti dari tujuan pembelajaran kooperatif
adalah untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa, dan
memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama
siswa lainnya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Tujuan model pembelajaran
kooperatif bertujuan untuk meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa.
Pada intinya model pembelajaran kooperatif tipe STAD dikembangkan untuk
mencapai tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu :
1. Hasil belajar akademik, tujuannya untuk meningkatkan kinerja tugas-tugas
akademik. Para pengembang model ini telah membuktikan bahwa model
struktur penghargaan kooperatif tipe STAD telah dapat meningkatkan nilai
siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan
hasil belajar.
2. Penerimaan terhadap perbedaan individu, tujuannya adalah penerimaan
terhadap orang yang berbeda ras, budaya, kelas sosial, maupun kemampuan.
Kooperatif tipe STAD memberikan peluang kepada siswa yang berbeda latar
belakang dan kondisi untuk saling bergantungan satu sama lain atau tugas
39
tugas bersama dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif, serta
belajar untuk menghargai satu sama lain.
3. Pengembangan keterampilan sosial, ketrampilan sosial yang dimaksud antara
lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain,
memancing teman untuk bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat dsb.
Tujuannya adalah untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja
sama dan berkolaborasi. Ketrampilan ini sangat penting untuk dimiliki siswa
di dalam masyarakat, banyak kerja orang dewasa yang dilakukan dalam
organisasi yang saling bergantung satu dengan yang lainnya meskipun
beragam budayanya.
3. Manfaat Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Adapun beberapa manfaat dari pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam
kegiatan pembelajaran. Menurut Ibrahim (2007: 24) menjelaskan manfaat
pembelajaran kooperatif tipe STAD, antara lain sebagai berikut:
a. Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas
b. Rasa percaya diri lebih tinggi
c. Memperbaiki kehadiran
d. Angka putus sekolah lebih rendah
e. Penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar
f. Konflik antar pribadi berkurang
g. Sikap apatis berkurang
h. Pemahaman yang lebih mendalam
i. Motivasi belajar lebih besar
j. Prilaku mengganggu menjadi lebih kecil
40
k. Hasil Belajar lebih tinggi
l. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, dan toleransi.
Berdasarkan uraian diatas, penulis menyimpulkanbahwa pembelajaran
kooperatif ini menekankan pada kerja sama dalam kelompok, hal ini diladasi
oleh pemikiran bahwa siswa lebih mudahn menemukan dan memahami suatu
konsep jika mereka saling mendiskusikan masalah tersebut.
4. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Ada beberapa karakteristik kooperatif Tipe STAD dalam kegiatan pembelajaran
dikelas. Menurut pendapat Slavin ( 2005: 143-146), salah satu pembelajaran
kooperatif yang paling tua dan paling banyak diteliti adalah model
pembelajaran tipe STAD. Model ini merupakan salah satu metode pembelajaran
yang sederhana, dan merupakan salah satu model yang baik untuk permulaan
bagi guru yang baru menggunakan model pembelajaran kooperatif. Model
pembelajaran tipe STAD terdiri dari 5 komponen utama yaitu :
1. Penyajian Kelas
Guru menyampaikan materi pembelajaran sesuai dengan penyajian kelas
tersebut mencakup pembukaan, pengembangan, dan latihan terbimbing.
2. Kegiatan kelompok siswa mendiskusikan lembar kerja yang
diberikan dan diharapkan saling membantu sesama anggota kelompok untuk
memahami bahan pelajaran dan menyelesaikan permasalahan yang diberikan.
3. Kuis
Kuis adalah tes yang dikerjakan secara mandiri dengan tujuan untuk
mengetahui keberhasilan siswa setelah belajar kelompok. Hasil tes digunakan
41
sebagai hasil perkembangan individu dan disumbangkan sebagai nilai
perkembangan dan keberhasilan kelompok.
a. Skor Kemajuan (Perkembangan) individu
Skor kemajuan individu ini tidak berdasarkan pada skor mutlak siswa, tetapi
berdasarkan pada seberapa jauh skor kuis terkini yang melampaui
rata - rata skor siswa yang lalu.
b. Penghargaan Kelompok
Penghargaan kelompok adalah pemberian predikat kepada masing- masing
kelompok.
Predikat ini diperoleh dengan mengumpulkan skor kemajuan masing-masing
kelompok sehingga diperoleh skor rata - rata kelompok.
5. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD ini didasarkan pada
langkah-langkah pembelajaran kooperatif yang terdiri beberapa tahapan atau
fase. Menurut Rusman (2014: 125) langkah-langkah pembelajaran kooperatif
tipe STAD, didasarkan pada langkah-langkah kooperatif yang terdiri dari enam
langkah yaitu: menyampaikan, menyajikan, mengorganisasikan, membimbing,
mengevaluasi dan memberi penghargaan. Langkah-langkah tersebut antara lain:
a. Guru menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa.
b. Guru menyampaikan informasi kepada siswa.
c. Guru mengorganisasi siswa ke dalam kelompok-kelompok
belajar.
d. Guru membimbing kelompok bekerja dan belajar (diskusi).
e. Evaluasi, guru memberikan kuis yang harus dikerjakan oleh siswa
secara individu.
f. Memberikan penghargaan.
42
Huda (2014: 47) menyatakan bahwa tahap dalam model pembelajaran kooperatif
tipe STAD, yakni:
a. Pengajaran, pada tahap pengajaran guru menyajikan materi
pelajaran, biasanya dengan format ceramah diskusi.
b. Pada tahap ini guru mengajarkan siswa tentang apa yang akan
mereka pelajari dan mengapa pelajaran tersebut penting. Tim studi, pada
tahap ini para anggota kelompok bekerja secara kooperatif
untuk menyelesaikan lembar kerja dan lembar jawaban yang telah
disediakan guru.
c. Tes, pada tahap ujian setiap siswa secara invidu menyelesaikan
kuis. Guru menilai kuis tersebut dan mencatat pemerolehan hasilnya saat
itu serta hasil kuis pada pertemuan sebelumnya. Hasil dari tes individu
akan diakumulasikan untuk skor tim mereka.
d. Rekognisi, setiap tim menerima penghargaan atau reward
bergantung pada nilai skor rata-rata tim. Misalnya, tim-tim yang
memperoleh poin peningkatan dari 15 hingga 20 poin akan
menerima sertifikat sebagai tim baik, tim yang memperoleh rata-rata
poin peningkatan dari 21 hingga 24 akan menerima sertifikat tim
hebat, sementara tim yang memperoleh poin 25 hingga 30 akan
menerima sertifikat sebagai tim super.
Berdasarkan pendapat para ahli, penulis menggunakan langkah-langkah atau
fase-fase model pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut Ibrahim. Sehingga
dalam pembelajaran siswa mampu memberikan suasana yang berbeda dan dapat
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
6. Kelebihan dan kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
STAD
Setiap model pembelajaran tentunya mempunyai kelebihan dan kelemahan
termasuk cooperative learning tipe STAD.
Ibrahim (dalam Rusman 2014: 126) kelebihan model pembelajaran kooperatif
tipe antara lain sebagai berikut:
a. Relatif mudah menyelenggarakannya, mampu memotivasi siswa dalam
mengembangkan potensi individu terutama kreativitas dan tanggung jawab
dalam mengangkat citra kelompoknya.
43
b. Melatih siswa untuk bekerja sama dan saling tolong- menolong
dalam kelompok.
c. Siswa lebih mampu berkomunikasi verbal dan non verbal dalam bekerja
sama.
d. Siswa mampu meyakinkan dirinya dan orang lain bahwa tujuan yang
ingin dicapai bergantung pada kinerja mereka, bukanlah karena
keberuntungan.
e. Meningkatkan keakraban siswa.
Sedangkan kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
sebagai berikut:
a. Kerja sama kelompok seringkali hanya melibatkan kepada siswa
yang mampu, sebab mereka cukup memimpin dan mengarahkan kepada
mereka yang kurang mampu.
b. Strategi ini kadang menuntut pengaturan tempat duduk yang
berbeda-beda dan gaya mengajar yang berbeda pula.
c. Keberhasilan strategi kelompok ini bergantung kepada kemampuan siswa
memimpin kelompok atau bekerja sendiri.
44
F. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Penelitian tentang model pembelajaran kooperatif telah banyak dilakukan,
diantaranya:
1. Sri Budiarti yang berjudul “Upaya Meningkatan Hasil Belajar PKn
Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Siswa kelas IV SD
Tunas Harapan Kecamatan Rajabasa Bandar Lampung Tahun Pelajaran
2014/2015”.
2. Eka Handayani yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar PKn Melalui
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD Siswa kelas IV SD Negeri 2
Negarasaka Kecamatan Negeri Katon Kabupaten Pesawaran Tahun
Pelajaran 2015/2016”.
Berdasarkan dari kedua hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar
PKn siswa.
G. Kerangka Pikir Penelitian
Berdasarkan kajian teori-teori yang ada, bahwa hal yang mendasar dalam belajar
adalah perubahan tingkah laku. Untuk memperoleh perubahan tingkah laku
tersebut pada penelitian ini dilakukan dengan perubahan perilaku yang terjadi
hasil dari pengalaman.
Pada kondisi awal proses belajar siswa belum optimal sehingga berdampak pada
hasil belajar siswa yang rendah. oleh sebab itu peneliti memanfaatkan model
pembelajaran kooperatif STAD untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Melalui model pembelajaran STAD, siswa belajar dengan cara bekerja sama
45
membentuk kelompok-kelompok. Sehingga siswa akan memperoleh hasil
belajar berdasarkan pengalaman yang didapat pada proses kerja sama dalam
kelompok. Pada siklus 1 dalam proses pembelajaran diberikan perlakuan dengan
menggunakan strategi pembelajaran kooperatif STAD. Dari perlakuan
tersebut kemudian siswa diberikan evaluasi untuk mengukur kemampuan
siswa. Dari evaluasi tersebut nantinya dapat dilihat sampai di mana kemampuan
siswa. Proses perlakuan pembelajaran tersebut disertai dengan pengamatan agar
kelemahan-kelemahan yang ada dapat ditemukan. Jika hasil nilai masih kurang
seperti yang ditargetkan dapat dimungkinkan penerapan model kooperatif
STAD dalam siklus 1 memiliki kekurangan. Oleh karena itu, penerapan model
kooperatif STAD disempurnakan pada perlakuan siklus 2. Begitu selanjutnya
sampai didapatkan hasil evaluasi yang sesuai target atau siklus tersebut tidak
perlu dilanjutkan kembali. Berdasarkan kajian teori dan hasil-hasil penelitian
terdahulu dapat disusun kerangka pikir penelitian sebagai berikut:
Lanjautan Susunan Kerangka Pikir adalah sebagai berikut:
Gambar 1. Kerangka pikir Penelitian
Kondi Awal
Rendahnya hasil
belajar PKn siswa
kelas kelas IV SDN 7
Tegineneng, hanya 9
siswa (45%) dari 19
siswa yang mencapai
KKM
Menggunakan
model
Pembelajaran
Kooperatif Tipe
STAD
Peningkatan Hasil
Belajar Siswa (
≥75% dari 19
siswa dengan
KKM 60).
Tindakan Tindakan
Evaluasi
Efektivitas Evaluasi Akhir Evaluasi Awal
46
H. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir kajian teori di atas diajukan
hipotesis tindakan yaitu:
Melalui Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD dengan
memperhatikan langkah-langkah secara tepat dapat Meningkatkan Hasil
Belajar PKn siswa kelas IV SD Negeri 7 Tegineneng Kabupaten Tahun
Pelajaran 2017/2018.
47
III. METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 7 Kecamatan Tegineneng
Kabupaten Pesawaran Tahun Pelajaran 2017/2018
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap yaitu bulan april tahun
pelajaran 2017/2018.
B. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 7 Tegineneng
Kabupaten Pesawaran tahun pelajaran 2017/2018 dengan jumlah sebanyak 19
siswa yang terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan.
C. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) atau dalam bahasa
Inggris disebut Classroom Action Research (CAR). Penelitian ini
dimaksudkan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa yang berkaitan
dengan proses pembelajaran di kelas, dengan menggunakan pendekatan kooperatif
tipe STAD.
48
Penelitian ini dilakukan dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari 4 tahap,
yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Dalam
penelitian ini peneliti melaksanakan penelitian tindakan kelas dengan
mengikuti draft pelaksanaan penelitian sebagai berikut.
Gambar 2. Diagram Alur Siklus Penelitian Tindakan Kelas
Sumber: Arikunto, S. (2006: 16)
Perencanaan
SIKLUS I
Perencanaan
SIKLUS II
Pengamatan
Pengamatan
Refleksi Pelaksanaan
Pelaksanaan Refleksi
49
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dirancang sebagai suatu penelitian tindakan kelas yang
berkolaborasi dengan melibatkan guru mitra atau teman sejawat, untuk
bersama-sama melakukan penelitian. Pada waktu penelitian ini, peneliti
bertindak sebagai pengajar, sedangkan mitra guru/teman sejawat bertindak
sebagai observer. Proses penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam
dua siklus. Setiap siklus ada empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan dan refleksi. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai.
Siklus I
1. Perencanaan
Pada tahap perencanaan di tetapkan hal-hal sebagai berikut:
a. Inditifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah
b. Mrencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses belajar
mengajar.
c. Melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui standar kompetensidan
kompetensi dasar serta indikator pembelajaran
d. Memilih bahan materi pelajaran yang sesuai
e. Menyusun skenario pembelajaran seperti: RPP, silabus, bahan ajar, dan
bentuk aktivitas lainyadengan menggunakan model pembelajaan
kooperatif tipe STAD
f. Mempersiapkasn sumber, bahan, dan alat bantu yang dibutuhkan
g. Menyiapkan intrument penelitian yang terdiri dari dari Lembar Kerja
Peserta Didik (LKPD) dan lembar jawaban
h. Membuat lembar observasi untuk siswa dan guru peneliti
i. Membuat alat evaluasi Pembelajaran (Burhan, 2013:61-62)
2. Tindakan
Kegiatan Awal
a. Guru memberi salam dan doa bersama, menanyakan tentang keadaan
siswa pada hari ini.
50
b. Guru mengecek kehadiran siswa.
c. Guru melakukan apersepsi.
d. Guru menginformasikan tujuan pembelajaran dan menginformasikan
model pembelajaran yang akan diterapkan yaitu STAD.
Kegiatan Inti
1. Eksplorasi
a. Guru menjelaskan sedikit materi pembelajaran yang akan dipelajari
kepada siswa
b. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok terdiri dari 4-5 orang
siswa dalam setiap kelompoknya. Anggota setiap kelompok
diusahakan heterogen (siswa pandai, sedang, dan kurang diharapkan
terdapat pada setiap kelompok).
c. Guru membagi materi dan lembar LKPD ke setiap kelompok,
kemudia guru menjelaskan tentang materi yang telah dibagikan kepada
siswa/kelompok.
2. Elaborasi
a. Siswa menyimak pemahaman dari materi pembahasan
b. Siswa berkelompok dan berdiskusi tentang materi yang di berikan
guru
c. Setiap kelompok diberi tugas mengerjakan Lembar Kegiatan Peserta
Didik (LKPD)
51
3. Konfirmasi
a. Anggota kelompok yang menguasai di minta menjelaskan tugas
diskusi ke depan kelas.
b. Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa.
c. Guru bersama siswa meluruskan kesalahan pemahaman mengenai
materi yang telah dipelajari.
d. Guru memberikan penguatan dan penyimpulan.
e. Guru memotivasi siswa.
Kegiatan Akhir
a. Guru dan siswa merefleksi hasil kegiatan pembelajaran yang
telah dilakukan.
b. Bagian penutup kegiatan pembelajaran, siswa diberi kesempatan
untuk klarifikasi dan menyimpulkan seluruh materi yang telah
dibahas bersama.
c. Guru meminta siswa mempelajari kembali di rumah materi yang
telah diterimanya.
d. Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
e. Memberikan salam penutup.
3. Pengamatan
Observasi dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan.Tahap ini
dilakukan menggunakan lembar Observasi. Kegiatan ini dilakukan dengan
tujuan memperoleh informasi yang lebih mendalam tentang data dan minat
siswa.
52
Data hasil observasi tersebut digunakan untuk mengetahui kekurangan dan
kelebihan dari pelaksanaan penelitian antara lain sebagai berikut
a. Melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe
STAD yang dilakukan guru
b. Mencatat setiap perubahan hasil belajar yang terjadi pada siswa saat
pembelajaran berlangsung dengan penerapan kooperatif tipe STAD dengan
lembar observasi yang telah disiapkan
c. Mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi pada guru saat
penerapan kooperatif tipe STAD dengan lembar observasi yang telah
disiapkan (Burhan, 2013: 63)
4. Refleksi
Refleksi merupakan langkah untuk menganalisis dan membuat kesimpulan
berdasarkan pelaksanaan, perbaikan pembelajaran dan hasil pengamatan
oleh observer. Hasil observasi dianalisisi untuk memperoleh gambaran
bagaimana dampak dari tindakan yang telah dilakukan, hal apa saja yang
perlu diperbaiki dan apa saja yang harus menjadi perhatian pada tindakan
berikutnya, adapun tahap-tahap refleksi sebagai berikut:
a. Menganalisis temuan lainnya saat pelaksanaan pembelajaran
b. Melakukan diskusi dengan guru untuk membahas kelemahan-kelemahan atau
kekurangan yang masih terjadi pada saat pembelajaran serta memberikan
saran dan masukan untuk memperbaiki pada siklus berikutnya
c. Menganalisis kelemahan dan keberhasilan guru menerapkan pembelajaran
kooperatif tipe STAD
d. Melakukan refleksi terhadap hasil belajar siswa (Burhan, 2013: 63)
53
Siklus II
1. Perencanaan
Pada tahap perencanaan di tetapkan hal-hal sebagai berikut:
a. Inditifikasi masalah yang muncul pada siklus I dan belum teratasi berikut
penetapan alternatif pemecahan masalah
b. Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses belajar
mengajar.
c. Melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui standar kompetensi dan
kompetensi dasar serta indikator pembelajaran sebagai kelanjutan sekaligus
perbaikan dari rencana pada siklus sebelumnya
d. Memilih bahan materi pelajaran yang sesuai
e. Menyusun skenario pembelajaran seperti: RPP, silabus, bahan ajar, dan
bentuk aktivitas lainyadengan menggunakan model pembelajaan kooperatif
tipe STAD
f. Mempersiapkasn sumber, bahan, dan alat bantu yang dibutuhkan
g. Menyiapkan intrument penelitian yang terdiri dari dari Lembar Kerja Peserta
Didik (LKPD) dan lembar jawaban
h. Membuat lembar observasi untuk siswa dan guru peneliti
i. Mmbuat alat evaluasi Pembelajaran (Burhan, 2013:61-62)
2. Tindakan Kegiatan Awal
a. Guru memberi salam dan doa bersama, menanyakan tentang keadaan siswa
pada hari ini.
b. Guru mengecek kehadiran siswa.
c. Guru melakukan apersepsi.
d. Guru menginformasikan tujuan pembelajaran dan menginformasikan
model pembelajaran yang akan diterapkan yaitu STAD.
54
Kegiatan Inti
1. Eksplorasi
a. Guru menjelaskan sidikit materi pembelajaran yang akan dipelajari
kepada siswa
b. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok terdiri dari 4-5 orang
siswa dalam setiap kelompoknya. Anggota setiap kelompok
diusahakan heterogen (siswa pandai, sedang, dan kurang diharapkan
terdapat pada setiap kelompok).
c. Guru membagi materi dan lembar LKPD ke setiap kelompok, kemudia
guru menjelaskan tentang materi yang telah dibagikan kepada
siswa/kelompok
2. Elaborasi
a. Siswa menyimak pemahaman dari materi pembahasan
b. Siswa berkelompok dan berdiskusi tentang materi yang di berikan guru
c. Setiap kelompok diberi tugas mengerjakan Lembar Kegiatan Peserta
Dididk (LKPD)
3. Konfirmasi
a. Anggota kelompok yang menguasai di minta menjelaskan tugas diskusi
ke depan kelas
b. Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa.
c. Guru bersama siswa meluruskan kesalahan pemahaman mengenai materi
yang telah dipelajari
d. Guru memberikan penguatan dan penyimpulan
e. Guru memotivasi siswa
55
Kegiatan Akhir
a. Guru dan siswa merefleksi hasil kegiatan pembelajaran yang
telah dilakukan.
b. Bagian penutup kegiatan pembelajaran, siswa diberi kesempatan
untuk klarifikasi dan menyimpulkan seluruh materi yang telah
dibahas bersama.
c. Guru meminta siswa mempelajari kembali di rumah materi yang
telah diterimanya.
d. Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
e. Memberikan salam penutup.
3. Pengamatan
Observasi dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Tahap ini
dilakukan menggunakan lembar Observasi. Kegiatan ini dilakukan dengan
tujuan memperoleh informasi yang lebih mendalam tentang data dan minat
siswa.
Data hasil observasi tersebut digunakan untuk mengetahui kekurangan dan
kelebihan dari pelaksanaan penelitian antara lain sebagai berikut:
a. Melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran kooperatif
tipe STAD yang dilakukan guru.
b. Mencatat setiap perubahan hasil belajar yang terjadi pada siswa saat
pembelajaran berlangsung dengan penerapan kooperatif tipe STAD
dengan lembar observasi yang telah disiapkan
c. Mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi pada guru saat
penerapan kooperatif tipe STAD dengan lembar observasi yang telah
disiapkan (Burhan, 2013: 63).
56
4. Refleksi
Refleksi merupakan langkah untuk menganalisis dan membuat kesimpulan
berdasarkan pelaksanaan, perbaikan pembelajaran dan hasil pengamatan
oleh observer. Hasil observasi dianalisisi untuk memperoleh gambaran
bagaimana dampak dari tindakan yang telah dilakukan, hal apa saja yang
perlu diperbaiki dan apa saja yang harus menjadi perhatian pada tindakan
berikutnya, adapun tahap-tahap refleksi sebagai berikut:
a. Menganalisis temuan lainnya saat pelaksanaan pembelajaran
b. Melakukan diskusi dengan guru untuk membahas kelemahan-kelemahan atau
kekurangan yang masih terjadi pada saat pembelajaran serta memberikan
saran dan masukan untuk memperbaiki pada siklus berikutnya
c. Menganalisis kelemahan dan keberhasilan guru menerapkan pembelajaran
kooperatif tipe STAD
d. Melakukan refleksi terhadap hasil belajar siswa
(Burhan, 2013: 63)
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan peneliti dalam pengumpulan data adalah
sebagai berikut:
1. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian digunakan untuk menggali seluruh data yang
diperlukanuntuk memecahkan suatu masalah dalam kegiatan penelitian.
Menurut Sukardi (2003:75) menyatakan bahwa Instumen adalah alat atau
fasilitas yang digunakan peneliti dalam mengumpulakn data penelitian.
Instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini
adalah Lembar obsevasi kinerja guru dalam mengimplementasikan
pembelajaran kooperatif tipe STAD. Lembar observasi kegiatan siswa yaitu
tes soal pilihan ganda.
57
2. Kisi-kisi Instrumen
Kisi-kisi adalah sebuah tabel yang menunjukan hubungan antarahal -hal
yang disebutkan dalam baris dengan hal-hal yang disebutkan dalam kolom.
Kisi-kisi penyusun instrument menunjukan kaitan antara variabel yang
diteliti dengan instrument dengan sumber data dari mana data akan diambil.
Ada kisi-kisi khusus sebelum peneliti merancang sebuah instrumen
Arikunto (2010: 205).
Kisi-kisi khusus yaitu kisi-kisi yang dibuat untuk menggambarkan butir-
butir yang akan disusun semua instrument.
Berdasarkan kutipan dan uraian di atas, rancangan kisi-kisi instrumen yang
dibuat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Kisi-kisi Khusus Soal Siklus I
Variabel Standar
Kompetensi
Kompetensi Dasar Indikator
Pemaham
an
Belajar
4. Menunjukan
sikap
terhadap
globalisasi
dilingkungan
nya
4.1 Memberikan
contoh sederhana
pengaruh
globalisasi
dilingkungannya
4.1.1 Menjelaskan
maksud globalisasi
secara kreatif
4.1.2 Menjelaskan
pengaruh positif dan
negatif dari globalisasi
dengan semangat
kebangsaan
4.1.3 Mampu
memberikan contoh
pengaruh globalisasi
dilingkungan secara
kreatif
58
Tabel 3. Kisi-kisi Khusus Soal Siklus II
Variabel Standar
Kompetensi
Kompetensi
Dasar
Indikator
Pemahaman
Belajar
4. Menunjukan
sikap
terhadap
globalisasi
di
lingkungan
sekitar
4.2
Mengidentifikasi
jenis budaya
indonesia yang
pernah
ditampilkan dalam
misi kebudayaan
internasional
4.2.1 Mendeskripsikan
ragam budaya
Indonesia yang
ditampilkan dalam
misi kebudayaan
internasional dengan
semangat kebangsaan
4.2.2 Menjelaskan
bagaimana cara untuk
dapat menampilkan
ragam kebudayaan
indonesia dalam misi
kebudayaan
internasional
F. Pengumpulan Data
Langkah awal dalam penelitian ini adalah mengadakan survey yang akan
dijadikan objek penelitian dalam proses pengumpulan data peneliti
menggunakan beberapa metode yaitu:
1. Metode Observasi
Observasi sebagai teknik pengumpulan data yang sangat ampuh dalam
penelitian kualitatif.Keuntungan yang diperoleh melalui observasi adalah
pengalaman yang diperoleh secara mendalam , dimana peneliti
berhubungan secara langsung ,peneliti dapat melihat secara langsung apa
yang terjadi dilapangan. Menurut Arikunto (2010: 199) observasi adalah
pengumpulan data melalui pengamatan terhadap objek penelitian secara
sistematis dengan menggunakan seluruh alat indra, agar diperoleh
gambaran yang konkrit dari kondisi lapangan.
59
Lembar observasi, digunakan untuk mengamati kinerja guru pada saat
pelaksanaan pembelajaran berlangsung, hal ini dilaksanakan dan diamati
oleh pengamat sebagai observer.
2. Metode Dokumentasi
Dokumentasi merupakan suatu pengumpulan data dengan mencari data
tertulis sebagai bukti fisik penelitian. Metode dokumentasi digunakan
sebagai metode pendukung untuk memperoleh data mengenai denah lokasi,
struktir organisasi,keadaan guru, dan siswa serta data hasil belajar siswa
pada mata pelajaran PKn
3. Tes Tertulis
Tes tertulis dilakukan untuk mengukur hail belajar PKn siswa untuk mengetahui
sejauh mana siswa dapat menguasai pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD pada saat pembelajaran PKn dengan
menggunakan soal pilihan ganda pada setiap siklusnya
G. Teknik Analisis Data
1. Data Kualitatif
Data kualitatif akan digunakan untuk menganalisis data yang menunjukan
dinamika proses dengan memberikan pemaknaan secara konstektual dan
mendalam sesuai dengan permasalahan penelitian yaitu data tentang
kinerja guru serta pendapat siswa dan guru tentang penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD.
60
Data yang tergolong kualitatif diperoleh melalui lembar observasi .
Lembar observasi bertujuan untuk menjaring data tentang kinerja guru
selama proses pembelajaran berlangsung dengan menerapkan pembelajaran
kooperatif tipe STAD.
Rumus analisis kinerja guru selama dalam proses pembelajaran
berlangsung yakni:
Skor akhir = Jumlah skor yang diperoleh X 100
Jumlah Skor maksimal
Keterangan: 86 - 100% :B a i k s e k a l i
71 - 85% :Baik
56 - 70 % :Cukup
41- 55 % :Kurang
Adaptasi dari Departemen Pendidikan Nasional (2010:56)
2. Data kuantitatif
Data kuantitatif diambil dari tes formatif pada pembelajaran PKn
menggunakan model pembelajaran STAD. Data kuantitatif digunakan untuk
mengumpulkan data hasil belajar siswa pada pembelajaran PKn di kelas IV.
Rumus yang digunakan sebagai berikut:
a. Analisis Data Hasil Belajar
N = β x 100 JS
Keterangan
N = Nilai Siswa
Β = Skor Perolehan
JS = Skor Maksimal
(Sumber : Sanusi, 1996 : 80)
61
b. Analisis Nilai Rata-rata siswa
Nilai rata-rata siswa diperoleh dengan menggunakan rumus:
X = ∑N X 100%
∑S Keterangan
N = Nilai Rata-rata
∑N = Jumlah silai seluruh Siswa
∑S = Jumlah seluruh siswa
H. Indikator Keberhasilan
Tolak ukur keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah adanya
peningkatan rata-rata nilai siswa setiap siklusnya dan kriterian ketuntasan untuk
mata pelajaran PKN di SDN 7 Tegineneng adalah 60, seorang siswa dianggap
tuntas belajar jika siswa tersebut telah mendapat nilai 60 dan suatu kelas dianggap
tuntas belajar apabila 75 % dari jumlah siswa telah mencapai Ketuntasan.
90
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil tindakan dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab IV,
maka dapat dirumuskan kesimpulan tentang pembelajaran dengan model Student
Teams Adchivement Division (STAD) pada materi globalisasi sebagai berikut :
1. Penerapan model STADdapat meningkatkan aktivitas belajar siswa SD
Negeri 7 Tegineneng. Secara berurutan persentase rata-rata tiap siklus
adalah pada siklus I pertemuan I sebesar 68,42% Naik Pada pertemuan II
menjadi 73,68% hal ini menunjukan adanya peningkatan persentase siklus
I pada pertemuan I ke pertemuan II adalah sebesar 5,26%.
Begitu juga pada siklus II pertemuan I dan pertemuan II terjadi
peningkatan nilai rata-rata hasil belajar siswa yakni sebagai berikut:
siklus I, pada pertemuan I persentase ketuntasan belajar siswa sebesar
89,47% meningkat pada siklus II pertemuan ke II menjadim 94,73% hal
ini menunjukan adanya peningkatan persentase ketuntasan belajar siswa
siklus II pada pertemuan I dan pertemuan ke II.
91
2. Aktivitas guru dalam proses pembelajaran PKn di kelas IV SD Negeri 7
Tegineneng melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
meningkat. Hal ini ditunjukan dengan peningkatan aktivitas guru dari
siklus ke siklus. Rata-rata guru siklus I (sedang dan baik), namun pada
siklus ke II mengalami peningkatan (baik).
B. Saran-saran
Berdasarkan kesimpulan yang diuraikan di atas, berikut ini disampaikan saran-
saran dalam menerapkan model kooperatif tipe STAD yaitu kepada:
1. Siswa
Siswa selalu aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dan siswa
bertanggung jawab atas tugas yang diberikan oleh guru, baik tugas
individu ataupun tugas kelompok.
2. Guru
Guru memperhitungkan waktu yang tersedia agar semua rencana
pembelajaran dapat terlaksana secara maksimal.dan guru harus lebih
kreatif dalam mengkaitkan konsep materi pembelajaran.
3. Sekolah
Perlu dilakukan pengembangan proses pembelajaran tentang penerapan
model kooperatif tipe STAD, memfasilitasi sarana pendukung untuk
melaksanakan perbaikan pembelajaran demi meningkatkn mutu
pendidikan sekolah.
92
4. Peneliti lain
Diharpakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat menjadi
model yang disarankan kepada peneliti lainya untuk melakukan penelitian
tindakan kelas dengan tujuan untuk mengoptimalkan proses dan hasil
belajar.
93
DAFTAR PUSTAKA
Amri, Sofan. 2013. Pengembangan Model & Model Pembelajaran dalam
Kurikulum 2013. Prestasi Pustaka. Jakarta.
Annurahman, dkk. 2001. Modul Pembelajaran: Model-model Pembelajaran.
UPI. Jakarta.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bina Aksara.
Jakarta.
Aqib, Zainal. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Yama Widya. Bandung.
Depdikbud. 2003. Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar. Depdikbub. Jakarta.
Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. BNSP. Jakarta.
Dimyati & Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Depdikbud. Jakarta.
Djamarah, Syaiful Bahri. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.
Hamalik, Oemar. 2004. Psikologi Belajar Mengajar. Sinar Baru Algensindo.
Bandung.
Huda, Miftahul. 2014. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran: Isu-isu
Metodis dan Pragmatis. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Henry, 2006. Teori belajar dan Pembelajaran PKn. Ar- Ruzzmdia.Jakarta.
Imas, Berlin. 2015. Ragam Pengembangan Model Pembelajaran. Kata Pena.
Yogyakarta.
Ittidah. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan. Universitas Terbuka. Jakarta
Kunandar. 2010. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai
Pengembangan Profesi Guru. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Lie. 2004. Cooperative Learning. Grasindo. Jakarta.
94
Mulyasa, E. 2005. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik, dan
Implementasi. Remaja Rosda Karya. Bandung.
Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta
Mulyono. 2009. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Rineka Cipta.
Jakarta.
Nasution. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka. Jakarta
Poerwadarminta. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.
Prawiradilaga, Dewi. 2008. Prinsip Desain Pembelajaran. Kencana Prenada
Media Group. Jakarta.
Purwanto, Ngalim. 2003. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Remaja Rosda
Karya. Bandung.
Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran. Rajawali Press. Jakarta.
Rusmono. 2012. Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning itu
Perlu. Ghalia Indonesia. Bogor.
Rianto. 2008. Model Pembelajaran Kooperatif. Rineka Cipta. Jakarta
Ruminiati. 2007. Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan SD.Jendral
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta
Sardiman. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta.
Jakarta.
Slavin, Robert, E. 2005. Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktik. Nusa
Media. Jakarta.
Simson, 1999. Teori Belajar dan pembelajaran .PT Bumi Aksara. Jakarta
Setianingsih. 2007. Keefektipan model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada
Pembelajaran PKn. Universitas Negeri Semarang. Semarang
Solihatin, 2007. Konsep dan makna Pembelajaran. Alfabeta. Bandung.
Sudjana, Nana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja
Rosda karya. Bandung.
95
Suprijono, Agus. 2013. Strategi Pembelajaran: Teori dan Aplikasi. Ar Ruzz
Media. Yogyakarta.
Suyatno. 2009. Macam-macam Model Pembelajaran Kooperatif. Raja Grafindo.
Jakarta.
Sunarso, 2009. Pendidikan Kewarganegaraan. Universitas Terbuka Jakarta.
Suyitno. 2002. Model Pembelajaran Kooperatif. Remaja Rosdakarya.
Surabaya.
Winataputra, 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Universitas Terbuka.
Jakarta.
Wahyudin. 2008 Teori Belajar dan Pembelajaran. Universitas Terbuka.
Jakarta.
Widiyastuti, 2007. Penerapan Pendekatan Kooperatif STAD. Rajawali Pers.
Jakarta.
Widyantini. 2006. Penerapan Pendekatan Kooperatif Tipe STAD. Dirjen Dikti
Depdiknas. Yogyakarta.
Zamroni. 2010. Paradigma Pendidikan Indonesia. Griya Publishing. Yogyakarta