19
BUKU FAR L B ETUNJUK PRAKTIKU ASETIKA SEDIAAN SEMISOLIDA (Edisi revisi I) Oleh : dya Ameliana S.Si., Apt.,M.Farm. udiprat iwi W. S.Far m.,M.S c.,Apt . ina Winarti, S.Farm., M.Sc., Apt. iddy Agustian R. S.Farm., Apt. BAGIAN FARMASETIKA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS JEMBER 2013  

petunjuk+prakt+semsol+lengkapf

Embed Size (px)

DESCRIPTION

hhhhhhhhhhhhh

Citation preview

  • 5/25/2018 petunjuk+prakt+semsol+lengkapf

    1/19

    BUKU

    FAR

    ETUNJUK PRAKTIKU

    ASETIKA SEDIAAN

    SEMISOLIDA

    (Edisi revisi I)

  • 5/25/2018 petunjuk+prakt+semsol+lengkapf

    2/19

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas selesainya penyusunan Buku

    Petunjuk Praktikum Farmasetika Sediaan Semisolida edisi revisi ke-1 tahun 2013

    untuk mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Jember.

    Buku petunjuk praktikum ini disusun dengan tujuan untuk membantumahasiswa agar dapat lebih memahami proses pembuatan sediaan semisolida

    mulai dari praformulasi sediaan semisolida, merancang formula, proses

    pembuatan sediaan, dan melakukan evaluasi sediaan, serta merancang kemasan

    untuk sediaan semisolida tersebut.

    Penyusun menyadari bahwa buku ini masih belum sempurna, untuk itu

    saran dan kritik dari sejawat maupun mahasiswa peserta praktikum akan sangat

    bermanfaat untuk perbaikan pada edisi berikutnya.

    Semoga buku ini dapat bermanfaat dalam membantu memperdalam

    pemahaman tentang formulasi sediaan semisolida.

    Jember, Februari, 2013

  • 5/25/2018 petunjuk+prakt+semsol+lengkapf

    3/19

    DAFTAR ISI

    Kata Pengantar i

    Daftar Isi ii

    Deskripsi iii

    Tujuan iiiDasar Teori Sediaan Semisolida 1

    Salep 1

    Krim 3

    Pasta 4

    Gel 4

    Daftar Pustaka 7

    Lampiran 8

  • 5/25/2018 petunjuk+prakt+semsol+lengkapf

    4/19

    DESKRIPSI

    Praktikum Farmasetika Sediaan Semisolida merupakan penerapan teori

    kuliah Farmasetika Sediaan Semisolida yang meliputi :

    1. Penyusunan formula sediaan untuk penggunaan pada kulit (salep, krim, pasta, gel)

    2. Penyusunan rancangan pembuatan, rancangan evaluasi, rancangan kemasan baikprimer maupun sekunder yang dilengkapi dengan etiket dan brosur

    3. Melaksanakan manufaktur formula dan evaluasi sesuai dengan rancangan yang

    telah didiskusikan

    4. Melakukan pembahasan atas hasil yang telah dicapai

    TUJUAN

    Diharapkan setelah mengikuti Praktikum Farmasetika Sediaan Semisolida,

    mahasiswa dapat :

    1. Menyusun rancangan formula, pembuatan, evaluasi, dan kemasan sediaan

    semisolida

    2. Mendiskusikan rancangan formula dan pembuatan berdasarkan karakteristikfisiko-kimia komponen

    3. Membuat dan mengevaluasi sediaan salep, krim, dan gel

  • 5/25/2018 petunjuk+prakt+semsol+lengkapf

    5/19

    DASAR TEORI SEDIAAN SEMISOLIDA

    I. SALEP

    Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal

    pada kulit atau selaput lendir (DepKes RI, 1995). Salep merupakan bentuk sediaan

    dengan konsistensi semisolida yang berminyak dan pada umumnya tidakmengandung air dan mengandung bahan aktif yang dilarutkan atau didispersikan

    dalam suatu pembawa. Pembawa atau basis salep digolongkan dalam 4 tipe yaitu

    basis hidrokarbon, basis serap, basis yang dapat dicuci dengan air, dan basis larut

    air.

    Basis hidrokarbon merupakan basis salep yang benar-benar bebas dari air.

    Formulasi basis hidrokarbon dibuat dengan mencampur hidrokarbon cair (minyak

    mineral dan paraffin cair) dengan hidrokarbon yang mempunyai rantai alkyl lebih

    panjang dan titik leleh lebih tinggi misalnya paraffin putih ataupin paraffin

    kuning. Penggunaan basis salep hidrokarbon sebagai system penghantaran obat

    topical sangat terbatas, karena sebagaian obat relatif tidak larut dalam minyak

    hidrokarbon. Masalah ini dapat diatasi dengan meningkatkan kelarutan obat dalambasis hidrokarbon, yaitu dengan mencampurkan pelarut-pelarut yang dapat

    campur dengan basis hidrokarbon, misalnya isopropyl miristat atau propilen

  • 5/25/2018 petunjuk+prakt+semsol+lengkapf

    6/19

    serosal yang keluar dalam kondisi dermatologi. Obat jenis tertentu dapat

    diabsorpsi lebih baik oleh kulit jika menggunakan dasar salep ini. Contoh basis

    salep yang dapat tercuci dengan air adalah basis yang terdiri dari alkohol stearat

    dan petrolatum putih (fase minyak), propilen glikol dan air (fase air), serta Na

    lauril sulfat sebagai surfaktan.

    Basis salep yang larut air merupakan basis yang hanya mengandungkomponen larut air, sehingga dapat tercuci air dengan mudah. Dalam formulasi,

    basis jenis ini digunakan untuk mencampur bahan obat yang tidak berair atau

    bahan padat. Contoh basis salep yang larut air adalah salep PEG yang merupakan

    kombinasi antara PEG 3350 dengan PEG 400 dengan perbandingan 4:6.

    Dalam pemilihan basis salep untuk memformulasi suatu bahan aktif

    menjadi sediaan semisolida, harus dipertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut

    (DepKes RI, 1995)

    1. Khasiat yang diinginkan

    2. Sifat bahan obat yang dicampurkan

    3. Ketersediaan hayati

    4. Stabilitas dan ketahanan sediaan jadiPembuatan formulasi sediaan salep dapat dilakukan dengan dua metode

    umum yaitu metode pencampuran dan metode peleburan. Dalam metode

  • 5/25/2018 petunjuk+prakt+semsol+lengkapf

    7/19

    II. KRIM

    Krim merupakan bentuk emulsi dengan konsistensi semisolida sehingga

    mempunyai viskositas yang lebih tinggi dibandingkan dengan sediaan likuida.

    Sediaan krim terdiri dari dua fase yang tidak saling ampur, yaitu fase internal

    (fase terdispersi) dan fase eksternal (fase pendispersi) yang digabungkan dengan

    adanya surfaktan. Pada umumnya sediaan krim dibagi menjadi dua tipe yaitu tipeminyak dalam air terdiri dari tetes-tetes kecil minyak (fase internal) yang

    terdispersi dalam air (fase eksternal), dan sebaliknya pada krim air dalam minyak

    Penggunaan surfaktan sangat dibutuhkan untuk menjaga stabilitas krim

    secara termodinamika. Surfaktan yang sering digunakan adalah surfaktan

    golongan ionic dan anionic, sedangkan surfaktan kationik hanya digunakan dalam

    kombinasi dengan surfaktan tipe lainnya. Contoh-contoh surfaktan yang sering

    digunakan antara lain : sodium alkyl sulfat, alkyl ammonium halida, polioksietilen

    alkyl eter, sorbitan, dan lain-lain. Dalam melakukan pemilihan surfaktan,

    formulator harus memperhatikan sifat atau karakteristik bahan aktif dan bahan

    tambahan lain yang digunakan dalam formula.

    Penggunaan campuran dari beberapa surfaktan dalam satu formulasemisolida, dapat memberikan sediaan yang lebih stabil jika dibandingkan dengan

    penggunaan surfaktan tunggal. Sedangkan komponen lain yang perlu ditambahkan

  • 5/25/2018 petunjuk+prakt+semsol+lengkapf

    8/19

    Krim dengan basis minyak dalam air memiliki sifat yang lebih nyaman

    dan cenderung disukai oleh masyarakat, karena memberikan konsistensi yang

    berminyak dan cenderung lengket, akan tetapi banyak bahan aktif yang bersifat

    hidrofobik yang pelepasannya lebih mudah jika menggunakan basis jenis ini.

    Krim air dalam minyak sering digunakan untuk memberikan efek emolien pada

    kulit.Sediaan krim banyak digunakan untuk sediaan obat misalnya untuk obat

    anti inflamasi, antijamur, anastetik, antibiotik, dan hormon. Sediaan krim juga

    sering digunakan dalam industri kosmetik, misalnya untuk sediaan pembersih,

    emolien, tabir surya, antiaging, dan masih banyak lagi.

    III. PASTA

    Pasta merupakan sediaan semipadat yang mengandung satu atau lebih bahan obat

    yang ditujukan yang ditujukan untuk pemakaian topikal (Departemen Kesehatan

    RI, 1995). Pasta ialah campuran salep dan bedak sehingga komponen pasta terdiri

    dari bahan untuk salep misalnya vaselin dan bahan bedak seperti talcum, oxydum

    zincicum. Pasta merupakan salep padat, kaku yang tidak meleleh pada suhu tubuhdan berfungsi sebagai lapisan pelindung pada bagian yang diolesi. Efek pasta

    lebih melekat dibandingkan salep, mempunyai daya penetrasi dan daya maserasi

  • 5/25/2018 petunjuk+prakt+semsol+lengkapf

    9/19

    semisintetis (misal : methylcellulose, carboxymethylcellulose, atau

    hydroxyethylcellulose), bahan sintetis (misal : carbomer), atau clay (misal :

    silikat). Viskositas gel pada umumnya sebanding dengan jumlah dan berat

    molekul bahan pengental yang ditambahkan.

    Gel dapat dikelompokkan menjadi : lipophilic gels dan hydrophilic gels.

    Lipophilic gels (oleogel) merupakan gel dengan basis yang terdiri dari parafincair, polietilen atau minyak lemak yang ditambah dengan silika koloid atau sabun-

    sabun aluminium atau seng. Sedangkan hydrophylic gels,basisnya terbuat dari air,

    gliserol atau propilen glikol, yang ditambah gelling agent seperti amilum, turunan

    selulosa, carbomer dan magnesium-aluminum silikat (Gaur et al, 2008).

    Berdasarkan sifat pelarut terdiri dari hidrogel, organogel, dan xerogel.

    Hydrogel (sering disebut juga aquagel)merupakan bentuk jaringan tiga dimensi

    dari rantai polimer hidrofilik yang tidak larut dalam air tapi dapat mengembang di

    dalam air. Karena sifat hidrofil dari rantai polimer, hidrogel dapat menahan air

    dalam jumlah banyak di dalam struktur gelnya (superabsorbent)

    Organogel merupakan bahan padatan non kristalin dan thermoplastic yang

    terdapat dalam fase cairan organic yang tertahan dalam jaringan cross-linked tigadimensi. Cairan dapat berupa pelarut organic, minyak mineral, atau minyak sayur.

    Xerogel berbentuk gel padat yang dikeringkan dengan cara penyusutan.

  • 5/25/2018 petunjuk+prakt+semsol+lengkapf

    10/19

    Penggunaan gelling agent dengan konsentrasi yang tinggi mengakibatkan

    viskositas dari gel meningkat pula sehingga bisa mengakibatkan gel akan sulit

    dikeluarkan dari wadahnya. Temperature yang tinggi pada saat penyimpanan akan

    mengakibatkan konsistensi dari basis berubah, misalnya pada hydrogel yang

    sebagian besar solvennya berupa air maka temperature yang tinggi akan

    mengakibatkan sebagian dari solvennya akan menguap sehingga akanmengakibatkan perubahan pada struktur gel.

    Basis gel sebagian besar berupa polimer polimer. Gel merupakan

    crosslinked system dimana aliran tidak akan terjadi apabila berada dalam keadaan

    steady state. Sebagian besar bahan merupakn liquid tetapi gel memiliki sifat

    seperti padatan karena adanya ikatan 3 dimensi didalam larutan. Ikatan ini

    mengakibatkan adanya sifat swelling dan elastic. Untuk melihat kerusakan dari

    struktur gel dapat dilihat dari kekakuan/rigidness dari gel tersebut. Temperature

    tinggi dapat mengakibatkan kekakuan dari gel meningkat oleh karena itu proses

    penyimpanan dari sediaan bentuk gel harus diperhatikan.

  • 5/25/2018 petunjuk+prakt+semsol+lengkapf

    11/19

    DAFTAR PUSTAKA

    Ansel, H.C.1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, edisi keempat, Jakarta : UI

    Press

    Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia IV,. Penerbit Dirjen POM : Jakarta.

    Djuanda A. 1994. Pengobatan topikal dalam bidang dermatologi. YayasanPenerbitan IDI. Jakarta

    Gaur, R., Azizi, M., Gan, J., Hansal, P., Harper, K., Mannan, R., Panchal, A.,

    Patel, K., Patel, M., Patel, N., Rana, J., Rogowska, A.,2008. British

    Pharmacopoeia 2009. (Electronic version).

    Hamzah M. 2007. Dermatoterapi. In: Hamza M, Aisah S, eds. Ilmu Penyakit

    Kulit dan Kelamin. Edisi ke-5. Jakarta: FKUI

    Niazi, S.K..2004. Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Formulation

    Semisolid Products, CRC Press

    Rowe, R.C., Sheskey, P.J., dan Weller, P.J. 2003.Hand Book of Pharmaceutical

    Excipient 4th Edition. London: Pharmaceutical Press and American

    Pharmaceutical Association

    Sharma S.2008. Topical drug delivery system: A review. Pharmaceut. Rev.6:1-29.

    Walters, K.A.2002.Dermatological and Transdermal Formulations, Marcell and

    Dekker, New York.

  • 5/25/2018 petunjuk+prakt+semsol+lengkapf

    12/19

    Lampiran 1.

    Materi Praktikum

    Praktikum I : Formulasi Sediaan Salep/Krim

    Praktikum II : Formulasi Sediaan Pasta

    Praktikum III : Formulasi Sediaan Gel

    Praktikum IV : Uji pelepasan sediaan semisolid

  • 5/25/2018 petunjuk+prakt+semsol+lengkapf

    13/19

    Lampiran 2

    Format Jurnal/laporan praktikum (untuk praktikum I, II, dan III)

    Judul Praktikum :

    Hari/Tanggal :

    Kelompok :Nama Peserta :

    Materi Praktikum :

    I. Tujuan Praktikum

    II. Dasar Teori

    III. Evaluasi Produk Referen

    IV. Studi Praformulasi Bahan Aktif

    Tabel 1. Hasil Studi Pustaka Bahan Aktif

    No Bahan

    Aktif

    Efek

    Utama

    Efek

    Samping

    Karakteristik

    Fisik

    Karakteristik

    Kimia

    Sifat

    Lain

  • 5/25/2018 petunjuk+prakt+semsol+lengkapf

    14/19

    Tabel 2. Rancangan Formula per Satuan Kemasan

    No Bahan Fungsi Jumlah

    VII. Metode:

    - Alat

    - Prosedur Pembuatan

    - Prosedur Evaluasi

    VIII. Rancangan Etiket, Brosur dan Kemasan

    IX. Hasil dan Pembahasan

    X. Kesimpulan

    XI. Daftar Pustaka

  • 5/25/2018 petunjuk+prakt+semsol+lengkapf

    15/19

    Lampiran 3. Format Laporan IV

    Judul Praktikum :

    Hari/Tanggal :

    Kelompok :

    Nama Peserta :Materi Praktikum :

    Tujuan Praktikum

    Dasar Teori

    UJI PELEPASAN BAHAN AKTIF DARI SEDIAAN SEMISOLIDA

    a. Media difusi yang digunakan disesuaikan dengan bahan aktif yang digunakan

    dalam sediaan semisolid.

    b. Penyiapan Membran. Membran selofan dipotong seukuran sel difusi,

    selanjutnya direndam dalam aquadest selama semalam. Setelah direndam

    semalam, membran selofan ditiriskan dengan kertas tisu. Setelah itu membran

    selofan siap digunakan.

    c. Alat Uji Pelepasan bahan aktif dari basis sediaan. Alat dan perlengkapan

  • 5/25/2018 petunjuk+prakt+semsol+lengkapf

    16/19

    Gambar 1. Rangkaian alat uji pelepasan (British Pharmacopoeia

    Comission, 2008)

    Keterangan gambar :A: Tabung uji pelepasan yang berisi larutan mediaB: Paddle (pengaduk) yang diatur kecepatannya

    C J k j ddl d b

  • 5/25/2018 petunjuk+prakt+semsol+lengkapf

    17/19

    Gambar 2. Sel Difusi (Sanghvi,1993)

    e Pengukuran Pelepasan Bahan Aktif dari Sediaan Semisolid

    Sel difusi yang telah disiapkan dimasukan kedalam bejana tabung uji

    yang berisi media disolusi sebanyak 500 mL yang terlebih dahulu dihangatkan

    sampai mencapai temperatur percobaan 37 0,5o C, sel difusi kemudian

  • 5/25/2018 petunjuk+prakt+semsol+lengkapf

    18/19

    Rumus koreksi Wurster:

    1

    1

    'N

    s

    Csb

    anCCn .(1)

    Keterangan:

    Cn = kadar sebenarnya setelah dikoreksi (ppm)

    Cn = kadar terbaca (hasil perhitungan dari nilai serapan sampel yang

    terbaca pada spektrofotometer) dalam ppm

    Cs = kadar terbaca dari sampel sebelumnya

    a = volume sampel yang diambil

    b = volume media

    f. Penentuan Jumlah Bahan Aktif yang Terlepas dari Basis

    Jumlah kumulatif bahan aktif yang terlepas dari basis per satuan luas

    membran setiap waktu (g/cm

    2

    ) dihitung dari konsentrasi yang diperolehsetiap waktu (g/mL) dikalikan dengan jumlah media (500 mL) dan dibagi

    luas permukaan membran. Kemudian dibuat kurva hubungan antar jumlah

    bahan aktif kumulatif yang lepas (g/cm2) terhadap akar waktu (menit

    1/2).

    Pengukuran kadar bahan aktif hasil uji pelepasan dilakukan dengan

    Spektrofotometer UV-Vis.

    g. Penentuan Profil Pelepasan Bahan Aktif dari Basis

    P fil l b h k if i i d h 37 0 5oC k

  • 5/25/2018 petunjuk+prakt+semsol+lengkapf

    19/19

    19

    Lampiran 4. Contoh Perhitungan Fluks Uji Pelepasan

    Waktu(menit) Akar t Abs Abs tn-t0 Kadar C Kadar Koreksi Wurster (Cw) Kadar total (C+Cw)*500

    JumlahKumulatif

    0 0 0.018 0 0 0 0 0

    5 2.236 0.037 0.019 0.126 0 63.141 9.555

    10 3.162 0.047 0.029 0.43 0.001 215.605 32.628

    15 3.873 0.053 0.035 0.612 0.006 308.854 46.74

    30 5.477 0.071 0.053 1.159 0.012 585.212 88.563

    60 7.746 0.115 0.097 2.495 0.023 1259.068 190.54

    90 9.487 0.147 0.129 3.467 0.048 1757.405 265.955

    Keterangan

    1. Kadar obat pada t=0 menit dibuat 0

    2. Kadar koreksi Wurster (Cw) dihitung sesuai rumus 1

    3. Jumlah kumulatif adalah Kadar total dibagi luas permukaan sediaan semisolid yang kontak dengan media dapar (ug/cm2)

    4. Dilakukan regresi antara akar t dengan jumlah kumulatif, sehingga didapat persamaan regresi y=bx+a, dimana b adalah nilai

    fluks pelepasan bahan aktif dari sediaan semisolid tersebut.