54
PETUNJUK PRAKTIKUM ILMU KEBUMIAN UNTUK KAJIAN KEBENCANAAN (SPSMB 6111) Program Studi Magister Manajemen Bencana

PETUNJUK PRAKTIKUM.doc

Embed Size (px)

Citation preview

PETUNJUK PRAKTIKUMILMU KEBUMIAN UNTUK KAJIAN KEBENCANAAN(SPSMB 6111)

Program Studi Magister Manajemen Bencana

Sekolah Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada

Jl. Teknika Utara, Pogung, Sleman, Yogyakarta, 55281

Telp. (0274) 544975, 564239PETUNJUK PRAKTIKUMILMU KEBUMIAN UNTUK KAJIAN KEBENCANAAN(SPSMB 6111)

DAFTAR ISI

Halaman JudulDaftar Isi

Acara 1. Pengenalan Kristal

Acara 2. Pengenalan Mineral

Acara 3. Pengenalan Batuan

Acara 4. Pengenalan Struktur Geologi

Acara 5. Pengenalan Bentuk Lahan

Acara 6. Pengenalan Alat : Kompas Dan Abney LevelAcara 7. Interpretasi Foto Udara Geologi dan Geomorfologi

Acara 8. Membuat Profil Topografi

Acara 9. Membuat Profil GeologiLampiran

ACARA 1PENGENALAN KRISTALI. Tujuan

1. Mengetahui karakteristik kristal

2. Mengetahui bentuk dasar kristalII. Dasar TeoriKristalografi merupakan ilmu yang mempelajari dan mendeskripsikan tentang kristal-kristal. Sedangkan Kristal didefinisikan sebagai zat padat homogen dengan ciri-ciri permukaan terdiri dari bidang-bidang datar (polieder)yang merupakan pencerminan susunan atomnya. Setiap mineral-mineral penyusun batuan memiliki sistem dan susunan kristal tertentu.A. Sistem kristalSistem kristal ditentukan berdasarkanparameter : 1) jumlah sumbu kristal, 2) satuan/panjang sumbu kristal, dan 3) sudut yang dibentuk oleh sumbu. Selanjutnya sistem kristal dibedakan menjadi tujuh :

1. Sistem Regular 5. Sistem Triklin

2. Sistem Tetragonal 6. Sistem Hexagonal

3. Sistem Rhombis 7. Sistem Trigonal

4. Sistem MonoklinTabel 1.1. Pembagian Sistem Kristal

Jml Sumbu3 Sumbu

Panjanga = b = ca = b ca b ca b ca b c

Sudut = = = 90 = = = 90 = = = 90< 90, , 90

SistemRegulerTetragonalRhombisMonoklinTriklin

Jml Sumbu4 Sumbu

Panjanga = b = c da = b = c

Sudut + + = 120 + + = 120

Bidang6 Bidang3 Bidang

SistemHexagonalTrigonal

SISTEM REGULER

SISTEM TETRAGONAL

Jumlah Sumbu 3

Sumbu a, b, dan c sama panjangSudut = = = 90 (tegak lurus)Sifat optik isotropis (satu indek bias) Empat sumbu simetri bernilai 3

Cara Penggambaran :Sudut antara a+ dengan b- = 30Panjang a : b : c = 1 : 3 : 3Jumlah Sumbu 3

Panjang sumbu a = b cSudut = = = 90 (tegak lurus)Sifat optik anisotropis (dua indek bias) Satu sumbu simetri bernilai 4

Cara Penggambaran :Sudut antara a+ dengan b- = 30Panjang a : b : c = 1 : 3 : 6SISTEM RHOMBIS/ORTORHOMBISJumlah Sumbu 3

Panjang sumbu a b c

Sudut = = = 90 (tegak lurus) Sifat optik anisotropis (tiga indek bias) Tiga sumbu simetri bernilai 2

Cara Penggambaran :Sudut antara a+ dengan b- = 30

Panjang a : b : c = sembarangSISTEM MONOKLIN

Jumlah Sumbu 3

Panjang sumbu a b cSudut miring,dan tegak lurusSifat optik anisotropis (tiga indek bias) Satu sumbu simetri bernilai 2

Cara Penggambaran :Sudut antara a+ dengan b- = 45Panjang a : b : c = sembarang

SISTEM HEXAGONAL DAN TRIGONALJumlah Sumbu 4Panjang sumbu a = b = d c

Sudut + + = 120 , dan tegak lurus Sifat optik anisotropis (dua indek bias) Tidak memiliki sumbu simetri

Cara Penggambaran :Sudut antara a+ dengan b- = 20Sudut antara b+ dengan d- = 40Panjang b : d : c = 3 : 1 : 6B. PENAMAAN KRISTAL

Cara-cara penamaan kristal didasarkan pada :

1. Jumlah bidang 4. Nama mineral yang mengkristal

2. Bentuk dan jumlah bidang 5. Bentuk kombinasi

3. Sistem dan bentuk dasar1. Berdasarkan jumlah bidang kristal, penamaan dasar dengan akhiran ederatauhedron. Contoh :

Jumlah Bidang Nama Kristal4 Tetraeder atau Tetrahedron

6 Hexaeder atau Hexahedron

8 Oktaeder atau Oktahedron

12 Dodekaeder atau Dodekahedron

20 Ikosieder atau Ikosihedron

24 Ikositetraeder atau Ikositetrahedron2. Berdasarkan bentukdan jumlah bidang kristal. Contoh :

Bentuk Bidang Jumlah Bidang Nama KristalSegi 5 12 Pentagon dodekaeder

Layang-layang 24 Deltoid ikosi tetraeder

Belah ketupat 12 Romben dodekaeder

3. Berdasarkan sistem dan bentuk dasar kristal. Contoh:RegulerKubus Bentuk dasar : KubusHexagonal Prisma Bentuk dasar : Prisma Tetragonal Dipiramida Bentuk dasar : Piramida (ganda) Monoklin Pinakoid Bentuk dasar : Pinakoid (2 bidang sejajar) Triklin Dome

Bentuk dasar : Dome (2 bidang berpotongan)

Trigonal Pedion Bentuk dasar : Pedion (bidang tegak lurus sumbu)4. Berdasarkan nama mineral yang mengkristal dan karakteristik pada bentuk tersebut.Contoh:

Pyritoeder Nama mineral : PyriteGranatoeder Nama mineral : Granit

Leusitoeder Nama mineral : Leusit

5. Bentuk kombinasi, penamaan dengan menyebutkan nama kombinasi dari kristal pembentuknya.Contoh :

Hexa oktaeder Kombinasi :Hexagonal - 8 bidang

Triakis tetraeder Kombinasi : Triklin - 4 bidang

Bentuk Utama Kristal

Bentuk kristal di alam sangat beraneka ragam dan sangat komplek. Bentuk tersebut meliputi bentuk dasar, bentuk kombinasi, dan bentuk kembaran. Bentuk utama kristal yang sering dijumpai paling tidak ada 22 yang diuraikan benkut ini.

1. Sistem RegulerBentuk kristal dengan sistem reguler sering dijumpai dalam bentuk :

a. Kubus, berupa enam bidang bujur sangkar yang saling tegak lurus. Contoh mineral : Pirit, Galena, Halit, Kobaltit, Argentit, dan Kuprit.

b. Oktaeder (8 bidang), berupa delapan bidang yang sama.Contoh mineral : Kromit, Kobaltit, Kuprit, Fluorit, Franklinit, Magnetit, Pirit, dan Spinel.

c. Rombododekaeder berupa bidang belah ketupat sebanyak duabelas. Contoh mineral : Kuprit,Garnet, Borasit, Magnetit, dan Sfalerit.

d. Pentagon dodekaeder, berupa duabelas bidang segilima. Contoh mineral Pirit, Kobaltit, dan Smaltit.e. Tetraeder, berupa enam buah bidang yang sama. Contoh mineral : Borasit, Sfalerit, dan Tetrahedrit. Kristal mineral sering dijumapai berkombinasi dengan bidang-bidang kecil lainnya. f. Sebagai contoh sering dijumpai bentuk kubus dengan sudut-sudutnya dibatasi oleh bidang segitiga.Agregat Kristal

Kristal sering dijumpai dalam bentuk agregat, dalam hal ini kristal tidak membentuk sistem kristal. Beberapa agregat kristal yang sering dijumpai seperti ditunjukkan pada gambar.

Kubus Oktaeder

Tetragonal Prisma

Hexagonal Prisma

Tetragonal Dipiramid

Rhombohedron

Rhomben Dodekaeder

Pentagon Dodekaeder

Ortorhombik

Dipiramid

Tetragonal Prisma

Dipiramid

Tetragonal Pinakoid

Rhomben Dome

Tetrahexsahedron

Monoklin Pinakoid

Scalenohedron

III. Alat dan Bahan

1. Model Kristal

2. Alat tulis dan alat gambar

IV. Langkah Kerja1. Persiapkan alat dan bahan meliputi alat tulis, alat gambar, dan model kristal dari berbagai bentuk

2. Pelajari bentuk dasar, bentuk kombinasi, dan bentuk kembaran pada Kristal.

3. Pelajari sifat-sifat simetri yang terdapat pada Kristal4. Gambarlah tujuh sistem utama kristal dan tiga sistem tambahan Kristal5. Tentukan nama bentuk, sistem kristal, kelas kristal, simbol internasional, serta macam dan jumlah elemen simetrinya.

V. Hasil Praktikum

1. Gambar ketujuh sistem Kristal kedalam ceklist 2. Penamaan nama sistem Kristal

Acara 2Pengenalan MineralI. Tujuan

1. Mengetahui jenis mineral pada batuan

2. Mengidentifikasi sifat fisik utama suatu mineralII. Dasar TeoriMineraladalah suatu benda padat homogen yang terdapat di alam, terbentuk secara anorganik, dengan komposisi kimia dan batas tertentu dan memiliki susunan atom tertentu secara teratur.Contoh : Galena, Jesper, Gypsum, Dolomite, Calcite, Halite, Colite, Agate, Amber,dll

Kristaladalah suatu mineral yang memiliki bentukgeometriyang sempurna, dengan dibatasi oleh bidang-bidang yang jelas.

Batuanadalah suatu benda padat yang tersusun secara alami dari kombinasi satu atau beberapa mineral di dalamnya.

Definisi mineral

1. Bahan Alam

2. Mempunyai sifat fisis dan kimia tetap

3. Beberapa unsur tunggal atau persenyawaan tetap

4. Terbentuk secara organic

5. Benda padat homogeny

Mineral dafat diidentifikasi berdasarkan sifat fisik yaitu terhadap pembentukan tenaga kohesi, berdasarkan kerapatannya, dan berdasarkan sinar yang terbentuk.

Gambar 1. Identifikasi Mineral A. Berdasarkan Tehaga Kohesi

1. Belahan (cleavage)

Sebuah mineral apabila dipaksakan untuk melampaui batas plastis dan elastisnya, maka mineral tersebut akan pecah (batas brittle). Jika pecahan mineral tidak beraturan maka akan memperlihatkan pecahan (fracture) Jika pecahan mengikuti bidang kristalnya maka akan memperlihatkan belahan (cleavege). Belahan dibedakan menjadi : sempuma (perfect), baik/jelas (good/distinct), dan tak jelas (indistinct).Cleavage juga dapat dikenali dari arah bidang belahan sebagai berikut :

1) Satu arah, contoh :Mika (Pinakoid Basal)2) Dua arah, contoh : Piroksen/Amfibol (Bidang Prismatik)3) Tiga arah, contoh : Calsit (Rombohedral)4) Empat arah, contoh : Flourit (Oktahedral)5) Enam arah, contoh : Granat (Dodekahedral)2. Pecahan

Pecahan dapat langsung diamati pada bidang pecahan dari mineral. Pecahan mineral secara sederhana digolongkan menjadi rata dan tidak rata. Klasifikasi lain dapat dibedakan menjadi :

1) Concoidal, seperti kulit kerang. Contoh : Kwarsa, Obsidian, Opal2) Splintery, rucing-rucing. Contoh :Amfibol3) Earthy, seperti bongkah tanah. Contoh :Kaolin4) Haddy, seperti hancuran besi3. Kekerasan (hardness)Kekerasan merupakan daya tahan mineral terhadap goresan. Cara melakukan identifikasi kekerasan dilapangan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1) Kekerasan 1: bila diraba terasa seperti lemak, mudah hancur2) Kekerasan 2: dapat digores dengan kuku tangan3) Kekerasan 3: dapat dipotong dengan pisau4) Kekerasan 4: agak mudah digores dengan pisau5) Kekerasan 5: sulit digores dengan pisau6) Kekerasan >6: tidak bisa digores dengan pisau4. Sifat Dalam (tenacity)

Tenacity merupakan sifat mineral yang tergantung pada tenaga kohesi antar atom-atom mineral. Tenacity dibedakan menjadi:

1) Malleabel, mineral dapat ditempa dengan palu. Contoh : Emas danPerak.2) Ductile, dapat berubah bentuk dengan suatu tekanan/dengan api. Contoh :Emas, Perak, dan Tembaga.3) Sectile, mineral dapat dipotong dengan pisau. Contoh :Gips.4) Flexible (Plastis), mineral dapat dibengkokkan setelah tenaganya hilang, mineral tetap bengkok. Contoh : Talk.5) Elastis, mineral dapat dibengkokan dan setelah tenaga hilang mineral dapat kembali seperti semula. Contoh : Mika.6) Brittle, dengan suatu tekanan (misalnya dipukul atau dibengkokkan) mineral pecah menjadi fragmen-fragmen yang kecil.5. Sifat Magnetisme

Sifat magnetis merupakan sifat mineral yang menentukan dapat atau tidaknya mineral tertarik oleh magnet. Mineral yang dapat ditarik oleh magnet adalah mineral yang banyak mengandung unsur besi, seperti Magnesite (Fe3O4) dan Polymorf (Fe2O3).B. Berdasarkan kerapatan

1. Berat Jenis

Berat mineral diukur secara langsung diudara dan di dalam zat cairan.

Sg = [W1 / (W1 - W2)] LKeterangan :

W1 = berat mineral di udara

W2 = berat frogmen mineral di dalam cairan dengan density L

C. Berdasarkan Aktifitas Sinar

1. Kilap/Luster

Kilap atau luster merupakan sifat optik yang berkaitan dengan peristiwa pemantulan atau pembiasan cahaya. Dua jenis utama dari kilap/luster yang sering dimiliki mineral yaitu kilap logam (metalic) dan kilap non-logam (non-metalic), selain itu terdapat mineral dengan kilap/lusterperalihan yang disebut dengankilap sub-metalik. Kilap dari mineral sangat ditentukan oleh indek bias mineral terhadap sinar atau cahaya, bukan berdasarkan warna mineral.

1) Kilap logam (metalik)

Kilap logam dimiliki oleh mineral yang dapat menyerap sinar secara kuat disebabkan oleh sifat Opaque(tidak tembus cahaya). Mineral dengan kilap logam mempunyai indeks bias 3 atau lebih. Contoh : Pirit dan Galenit.

2) Kilap sub-metalik

Kilap su-metalik dimiliki oleh mineral dengan indeks bias antara 2,6 hingga 3, biasanya merupakan mineral semi opaque sampai opaque mineral. Contoh : Kuprit dan Cinabar.

3) Kilap non-metalik

Kilap non-metalik dibedakan menjadi :

a. Kilap Kaca (Vitreous Luster)

Kilap kaca merupakan kilap yang ditimbulkan oleh kaca/gelas, biasanya dimiliki oleh mineral dengan indeks bias antara 1,3 hingga 1,9.

b. Kilap Intan (Adamantin Luster)

Kilap ini merupakan kilap yang dimiliki oleh intan, pada umumnya dimiliki oleh mineral dengan indeks bias 1,9 hingga 2,6. Contoh : Intan, Rutil, dan Zirkon.

c. Kilap Lemak (Greasy), Kilap Lilin (Waxy), Kilap Sutra (Silky), dan Kilap Mutiara (Pearly)Merupakan variasi dari kilap non-metalik yang disebabkan oleh sifatpermukaan mineral. MisalnyaIntan dapat memiliki kilap lemak apabila permukaannya kasar. Halit dengan bidang kristal yang baik dan segar mempunyai kilap kaca, tetapi setelah terkena udara lembah menjadi kilap lemak. Kilap lilin dimiliki oleh mineral Kriptokristalin seperti Kalsedon dan Opal. Mineral-mineral yang porous seperti lempung memiliki kilap Earthy/Dull. Kilap sutra dimiliki oleh mineral yang fibrious seperti Asbes. Kilap mutiara ditimbulkan oleh mineral transparan yang berstruktur lembaran, seperti Talk, Mika, Gypsum yang berkristal kasar.2. Warna dan Gores (Streak)

Warna mineral ditimbulkan karena penyerapan beberapa jenis panjang gelombang. Mineral yang berwarna gelap adalah mineral yang dapat menyerap semua panjang gelombang. Warna mineral sering kali terpengaruh oleh kondisi permukaan mineral yang dapat berubah-ubah. Sifat mineral yang berkaitan dengan warna yang relatif tetap adalah gores. Gores didapat dengan jalan menggoreskan mineral pada porselin atau menumbuknya menjadi bubuk.3 . Transparancy (Daya Tembus Cahaya)

Daya tembus cahaya dibedakan menjadi : Transparent : tembus cahaya Subtransparent : setengah tembus cahaya Translucent : sifat pandangan yang kabur Opaque : tidak tembus cahaya4. Warna Spesifik Akibat Permainan Warna

Warna yang spesifik atas dasar permainan warna dibedakan menjadi :

a. Opalescene : pantulan seperti mutiara, seperti drop milk didalam galas.

b. Iridesenc : adanya serangkaian prismatik baik di permukaan dan di dalam mineral.

c. Asterism : seperti refleksi sinar berbentuk bintang.

d. Fluorecence : emisi cahaya pada saatyang bersamaan dengan iradiasi. e. Phosphorecence : emisi cahaya yang rerus menerussetelah iradiasi berakhir. f. Thermoluminescence : setelah mineral dibakar masih kelihatan bara api.

III. Alat Dan Bahan

1. Sampel/contoh mineral

2. Lup

3. Pisau skala mohs untuk kekerasan

4. Magnet untuk sifat magnet

5. Alat tulis

IV. Langkah Kerja

1. Persiapkan alat dan bahan 2. Ambillah beberapa contoh mineral batuan

3. Amatilah sifat-sifat fisik utama dari mineral yang diambil

4. Gambarlah bentuk mineral yang diamati pada selembar kertas

5. Diskripsikan sifat-sifat fisik mineral yang telah diamati dan digambar.V. Hasil Praktikum

Identifikasi 10 sampel mineral dengan bantuan ceklist:

Acara 3Pengenalan Batuan

I. Tujuan

1. Mengetahui ciri-ciri batuan2. Mengtahu jenis-jenis batuanII. Dasar Teori

A. Batu Beku

Batuan Beku adalah batuan yang berasal dari proses pendinginan dan penghabluranlelehan batuan didalam bumi yang berasal dari magma. Penamaan batu beku berdasarkan tekstur batuan dan kompisisi mineral.Tekstur batu beku : yaitu Aphanitics (bertekstur halus), Porphyritics (bertekstur halus dan kasar), dan Phanerics (bertekstur kasar). Pada batuan beku kita mengenal derajat kristalisasi batuan: Holohyaline (seluruhnya terdiri dari mineral amorf/gelas)), holocrystalline (seluruhnya terdiri dari kristal), dan hypocrystalline (sebagian teridiri dari amorf dan sebagian kristal). Sedangkan bentuk mineral/butir dalam batuan beku dikenal dengan bentuk mineral: Anhedral, Euhedral, dan Glass/amorf. Komposisi mineral utama batuan adalah mineral penyusun batuan (Rock forming Mineral) dari Bowen series, dapat terdiri dari satu atau lebih mineral. Komposisi mineral dalam batuan beku dapat terdiri dari mineral primer (mineral yang terbentuk pada saat pembentukan batuan / bersamaan pembekuan magma) dan mineral sekunder (mineral yang terbentuk setelah pembentukan batuan). B. Batu Sedimen

Batuan Sedimen Klastik adalah batuan sedimen yang berasal dari hasil rombakan batuan yang telah ada berupa batuan beku, metamorf, atau sedimen dan kemudian terangkut melalui media air, angin, atau gletser, selanjutnya diendapkan dalam suatu cekungan yang kemudian mengalami proses kompaksi, diagenesa, sementasi dan litifikasi dan pada akhirnya berubah menjadi batuan sedimen.Batuan Sedimen Non-klastik adalah batuan sedimen yang terbentuk sebagai hasil dari proses kimiawi (batuan halit sebagai hasil dari proses evaporasi), ataupun hasil dari proses organik (seperti batugamping terumbu yang berasal dari organisme dan batubara yang berasal dari tumbuhan yang telah mati).Ciri dari batu sedimen dicikan dengan struktur sedimen dapat dibagi menjadi 2 (dua), yaitu struktur sedimen primer dan struktur sedimen sekunder, namun demikan berdasarkan proses pembentukan batuan sedimen, maka struktur sedimen dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :1. struktur sedimen yang terbentuk sebelum proses pembatuan ; 2. struktur sedimen yang terbentuk pada proses sedimentasi (struktur primer); 3. struktur sedimen yang terbentuk setelah pembentukan batuan sedimen (struktur sekunder).C. Batu Metamorf

Batuan Metamorf adalah batuan yang terbentuk sebagai hasil dari proses metamorfosa,baik itu berupa metamorfosa termal (perubahan temperatur), metamorfosa dynamo (perubahan tekanan), ataupun metamorfosa dinamo-termal (perubahan temperatur dan tekanan) pada batuan-batuan yang telah ada. Tipe Metamorfosa :

a) Metamorfosa Kataklastik adalah metamorfosa yang diakibatkan oleh deformasi mekanis, seperti yang terjadi pada dua blok batuan yang mengalami pergeseran satu dan lainnya disepajang suatu zona sesar / patahan.

b) Metamorfosa Burial adalah metamorfosa yang terjadi apabila batuan-batuan sedimen yang berada pada kedalaman tertentu dimana kondisi temperaturnya lebih besar dari 300 C dan absennya tekanan diferensial.

c) Metamorfosa Kontak adalah metamorfosa yang terjadi didekat intrusi batuan beku dan merupakan hasil dari kenaikan temperatur yang tinggi dan berhubungandengan intrusi batuan beku.

d) Metamorfosa Regional adalah metamorfosa yang terjadi pada wilayah yang sangat luas dimana tingkat deformasi yang tinggi dibawah tekanan diferensial. Metamorfosa jenis ini biasanya akan menghasilkan batuan metamorf dengan tingkat foliasi yang sangat kuat, seperti Slate, Schists, dan Gneisses. III. Alat Dan Bahan

1. Sampel/contoh batuan

2. Lup

3. Alat tulisIV. Langkah Kerja

1. Persiapkan alat dan bahan

2. Ambillah beberapa contoh batuan beku, sedimen, metamorf3. Amatilah sifat-sifat fisik batuan yang diambil

4. Deskripsikan perbedaan batuan dalam satu siklus (batu beku, batu sedimen, batu metamof.V. Hasil Praktikum

1. Deskripsi batuan dalam satu siklus (batu beku, batu sedimen, batu metamof.Acara 4Pengenalan Bentuk LahanI. Tujuan

1. Mengetahui definisi bentang lahan2. Mengetahui proses dari bentanglahanII. Dasar TeoriMenurut Strahler (1983), bentuk lahan adalah konfigurasi permukaan lahan yang dihasilkan oleh proses alam. Lebih lanjut Whitton (1984) menyatakan bahwa bentuklahan merupakan morfologi dan karakteristik permukaan lahan sebagai hasil interaksi antara proses fisik dan gerakan kerak dengan geologi lapisan permukaan bumi. Berdasarkan kedua definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa bentuklahan merupakan bentang permukaan lahan yang mempunyai relief khas karena pengaruh kuat dari struktur kulit bumi dan akibat dari proses alam yang bekerja pada batuan di dalam ruang dan waktu tertentu. Masing-masing bentuklahan dicirikan oleh adanya perbedaan dalam hal struktur dan proses geomorfologi, relief/topografi dan material penyusun.Struktur geomorfologi memberikan informasi tentang asal-usul (genesa) dari bentuklahan. Proses geomorfologi dicerminkan oleh tingkat pentorehan atau pengikisan, sedangkan relief ditentukan oleh perbedaan titik tertinggi dengan titik terendah dan kemiringan lereng. Relief atau kesan topografi memberikan informasi tentang konfigurasi permukaan bentuklahan yang ditentukan oleh keadaan morfometriknya. Litologi memberikan informasi jenis dan karakteristik batuan serta mineral penyusunnya, yang akan mempengaruhi pembentukan bentuklahan.Bentuklahan adalah suatu kenampakan medan yang terbentuk oleh proses alami yang memiliki komposisi tertentu dan karakteristik fisikal dan visual dengan julat tertentu yang terjadi dimanapun bentuklahan tersebut terdapat. Berdasarkan klasifikasi yang dikemukaan oleh Van Zuidam (1969) dan Verstappen maka bentuk muka bumi dapat diklasifikasikan menjadi 8 satuan bentuklahan utama (geomorfologi), yang dapat masing-masing dirinci lagi berdasarkan skala peta yang digunakan. Bentuk lahan adalah bagian dari permukaan bumi yang memiliki bentuk topografis khas, akibat pengaruh kuat dari proses alam dan struktur geologis pada material batuan dalam ruang dan waktu kronologis tertentu. Bentuk lahan terdiri dari sistem Pegunungan, Perbukitan, Vulkanik, Karst, Alluvial, Dataran sampai Marine terbentuk oleh pengaruh batuan penyusunnya yang ada di bawah lapisan permukaan bumi. III. Alat Dan Bahan1. Peta kontur/ peta DEM/ citra/ foto udara hitam-putih / foto udara pankromatic

2. Alat TulisIV. Langkah Kerja

1. Persiapkan alat dan bahan

2. Amati Bentuklahan dari peta tersebut3. Amatilah bentukan dari asal proses terententu4. Deskripsikan dan identifikasi nama-nama bentuk lahan tersebutV. Hasil Praktikum

1. Identifikasi bentuk lahan dari citra

Acara 5Interpretasi Foto Udara Geologi dan Geomorfologi

I. Tujuan

1. Memahami kunci interpretasi (9) foto udara2. Identifikasi dan interpretasi dengan alat bantu stereoskopis

II. Dasar Teori

Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu objek, daerah atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan objek, daerah atau fenomena yang dikaji (Lillesand and Kiefer, 1979 dalam Sutanto, 1986). Data penginderaan jauh diperoleh dari suatu satelit, pesawat udara balon udara atau wahana lainnya. Data-data hasil penginderaan jauh diantaranya berupa citra dan foto udara. Data-data tersebut memiliki karakteristik berbeda-beda, misalnya perbedaan resolusi spasial, resolusi spektral, dan resolusi temporal. Prinsip pengenalan objek pada foto udara mendasarkan atas penyidikan karakteristik atau atributnya pada foto udara. Karakteristik objek yang tergambar pada foto udara dan digunakan untuk mengenali obyek disebut unsur interpretasi foto udara. Unsur interpretasi foto udara terdiri dari sembilan butir, yaitu rona atau warna, ukuran, bentuk, tekstur, pola, bayangan, situs, asosiasi, dan konvergensi bukti.

1.Rona dan Warna

Rona adalah tingkat kegelapan atau kecerahan objek pada foto. Warna adalah ujud yang tampak oleh mata dengan menggunakan spektrum sempit, lebih sempit dari spektrum tampak.

Faktor yang mempengaruhi rona:

a.Karakteristik objeknya sendiri

b.Bahan yang digunakan

c.Pemrosesan emulsi

d.Cuaca

e.Letak objek di permukaan bumi.

Contoh pengenalan objek pada foto pankromatik: Jalan, berbeda jelas terhadap sekitarnya dan umumnya lebih cerah. Lapangan sepak bola, mempunyai rona yang cerah karena rumput Perairan, ronanya gelap pada musim kemarau dan cerah pada musim penghujan.2.Bentuk

Bentuk adalah variabel kualitatif yang memerikan konfigurasi atau kerangka suatu obyek (Lo, 1996). Contoh pengenalan objek berdasarkan bentuk :

Gedung sekolah pada umumnya mempunyai bentuk huruf I, L, U, atau berbentuk persegi panjang. Gunung api berbentuk kerucut

3.Ukuran

Ukuran adalah atribut objek yang antara lain berupa jarak, luas, tinggi, lereng, dan volume. Contoh pengenalan objek berdasarkan ukuran:

Ukuran rumah sering mencirikan apakah rumah itu rumah mukim, kantor, atau industri. Rumah mukim pada ummnya lebih kecil bila dibandingkan dengan kantor atau industri. Lapangan sepak bola, mempunyai ukuran sekitar 80 m x 1m.4.Tekstur

Tekstur adalah frekuensi perubahan rona pada citra fotografi atau pengulangan rona kelompok objek yang terlalu kecil untuk dibedakan secara individual.

Contoh pengenalan objek berdasarkan tekstur: Hutan bertekstur kasar, Belukar bertektus sedang

5.Pola

Pola adalah hubungan susunan spasial objek. Contoh: Pola aliran sungai sering menandai bagi struktur geologi, litologi, dan jenis tanah. Pabrik/industri, beberapa gedung sering bergabung atau berjaraj rapat (hemat lahan)

6.Bayangan

Bayangan bersifat menyembunyikan detail atau objek yang berada di daerah gelap. Contoh pengenalan objek berdasarkan bayangan: Cerobong asap dipasang tinggi akan lebih tampak dari bayangan. Lereng terjal tampak lebih jelas dengan adanya bayangan.

7.Situs

Situs atau lokasi objek dalam hubungannya dengan objek yang lain dapat sangat berguna untuk membantu pengenalan suatu objek. Contoh pengenalan objek berdasarkan situs: Situs kebun kopi terletak di tanah miring karena tanaman kopi menghendaki pengatusan air yang baik Situs pemukiman memanjang pada umumnya pada igir beting pantai, pada tanggul alam, atau sepanjang tepi jalan.

8.Asosiasi

Asosiasi dapat diartikan sebagai keterkaitan antara objek yang satu dengan objek lain. Contoh pengenalan objek berdasarkan asosiasi: Lapangan sepak bola berasosiasi dengan adanya gawang Stasiun kereta api berasosiasi dengan jalan kereta api yang jumlahnya lebih dari satu (bercabang)

9.Konvergensi bukti

Keandalan hasil interpretasi semakin tinggi bila semakin banyak unsur interpretasi yang digunakan. Semakin banyak unsur interpretasi, semakin menciut lingkupnya ke arah satu titik simpul. Inilah yang dimaksud konvergensi bukti.III. Alat Dan Bahan1. Peta kontur/ peta DEM/ citra/ foto udara hitam-putih / foto udara pankromatic2. Stereskopis TOPCON3. Plastik mika / transfaransi untuk hasil interpretasi

4. Pena OHP dan alat tulisVI. Langkah Kerja

1. Siapkan foto udara dengan seri berpasangan (seteroskopis)2. Kunci salah foto udara untuk menemukan sudut/posisi stereskopis tiga dimensi.

3. Interpretasi dengan delineasi degan satuan kenampakan yang berbeda dengan satuan toposekuen (elevasi) yang berbeda.

4. Identifikasi seluruh foto udara dengan santuan informasi, bentuklahan dan kenampakan geologi misalkan patahan, lipatan,

VII. Hasil Praktikum

1. Identifikasi proses geomorfologi berdasarkan toposekuen

Acara 6Pengenalan Alat Ukur : Kompas GeologiI. Tujuan

1. Mengetahui pengunaan alau ukur lapangan

2. Menghitung arah dan kemiringan lereng

II. Dasar Teori

Intrumen lapangan yang digunakan untuk orientasi salahsatunya adalah kompas. Alat ukur lapangan yang paling mudah digunakan adalah kompas geologi. Kompas secara umum dapat mengetahui orientasi (arah mata angina) dan sudut kemiringan garis ataupun bidang. Bagian-bagian utama kompas geologi terdiri dari :a.Jarum magnetUjung jarum bagian utara selalu mengarah kekutub utara magnet bumi. Dalam hal ini arah utara sebenarnya harus dikoreksi terhadap deklinasi dan inklinasi yang harganya tergantung dari posisi kutub magnet bumi dimana kompas tersebut digunakan. Penting sekali untuk memperhatikan dan kemudian mengingat-ingat tanda yang digunakan untuk mengenal ujung utara jarum kompas itu. Biasanya diberi warna (merah, biru, atau putih).b.Lingkaran pembagian derajat (Graduated circle)

Dikenal 2 macam jenis kompas yaitu kompas azimuth dengan pembagian derajat dimulai 0oarah utara (N) samapi 360o, tertulis berlawan dengan arah perputaran jarum jam dan kwadra, denganpembagian derajat dimulai 0opada arah utara (N) dan selatan (S), sampai 90opada arah timur (E) dan barat (W).

c.Klinometer

Klinometer adalah bagian kompas untuk mengukur besarnya kecondongan atau kemiringan suatu bidang atau lereng.

Clinometer level : Fungsinya digunakan dalam menentukan kedatarankompas geologi saat melakukan pengukuran dip dan plunge. Clinometer scale : skala yang digunakan saat melakukan pengukuran dipdan plunge.d.Penunjuk Arah (sighting arm)

Gunanya adalah untuk menunjukkan arah mata angin sesuai jarum kompas.Small sight dan large sight : Fungsinya digunakan untuk melakukanpenembakan menggunkan kompas geologi supaya yang kita bidik tepat lurusdengan kita.e.Bulls eye level : Kalau di bahasa indonesiakan level mata sapi. Fungsinya digunakan dalam menentukan kedataran kompas geologi saat melakukan pengukuran strike dan trend.f.Index pin : penunjuk 0 derajat pada kompas geologi. Bagian ini dapatdiputar-putar sesuai kebutuhan, tetapi biasanya di arahkan arah Utara.

III. Alat Dan Bahan

1. Kompas dan abney level2. Abney Level

3. Alat tulis

IV. Langkah Kerja1. Periksa Inklinasi dan Deklinasinya apakah sudah disesuaikan dengan daerah kerja. Inklinasi : adalah keadaan dimana jarum magnit tidak berada dalam keadaan horizontal. Dan kalau diletakkan horizontal, maka ujung jarum akan menyentuh kaca penutupnya, akibatnya pembaca akan terganggu dan dapat menimbulkan kesalahan yang fatal. Cara mengatasinya adalah dengan menggeser bobot pada tangan-tangan jarum keujung atau ketengah. Untuk daerah di Lintang selatan Indonesia pada tangan utara jarumnya. Deklinasi : adalah besarnya sudut penyimpangan yang terbentuk antara arah utara magnetis dengan arah utara sebenarnya (True North).Besarnya sudut deklinasi untuk tiap-tiap daerah (local declination) selalu berbeda. Untuk mengetahui dapat dilihat pada salah satu tepi dari peta. Kompas yang digunakan harus disesuaikan dengan deklinasi setempat dengan cara memutar lingkaran berderajat dari kompas itu ke kiri atau ke kanan sesuai dengan arah Magnetic North terhadap True North. Titik nol disesuaikan terhadap indeks pin pada kompas berdasarkan besarnya deklinasi.

Contoh : Diketahui deklinasi 5 sebelah barat dari True North. Sehingga lingkaran berderajat harus diputar sampai indeks menunjukkan angka 5 sebelah barat titik nol.Setelah koreksi dilakukan, maka selanjutnya kita lakukan pengukuran-pengukuran untuk :

Menentukan arah (Azimuth)

Mengukur sudut lereng (slope)

Menentukan beda tinggi

Mengukur jurus dan kemiringan (strike dan Dip)

Mengukur kedudukan bidang

Menentukan ketinggian suatu titik (Elevasi)

Mengukur struktur garis2. Menentukan arah (Azimuth)

Yang dimaksud dengan arah adalah arah lokasi titik yang akan dituju dari titik lokasi dimana kita berdiri.Caranya adalah sebagai berikut :

a. Pegang kompas dengan tangan kiri setinggi pinggang atau dada

b. Cermin (tutup kompas) dibuka 135 dan menghadap kedepan.

c. Bila menggunakan kompas merek Brunton, maka sighting arm dibuka horizontal dan peep sight ditegakkan.

d. Putar kompas sedemikian rupa sampai ke titik yang dimaksud tampak dalam cermin dan berimpit dengan ujung jari Sighting arm dan garis hitam cermin.

e. Bila nivo leveling (nivo mata lembu) sudah berada ditengah, baca jarum utara kompas dan catat angka yang ditunjuknya.3. Mengukur sudut lereng (slope)

Besarnya sudut lereng dapat diukur menggunakan kompas dengan cara membaca klinometer. Ketelitian pembacaan sudut lereng dengan kompas Brunton adalah seperempat derajat (15 detik).

Caranya adalah sebagai berikut :

a. Buka tutup kompas hingga membentuk sudut 45 . Tangan-tangan penunjuknya dibuka dan ujungnya ditekuk 90 .

b. Pegang kompas dengan tangan yang ditekuk 90 dan pada posisi vertikal.

c. Bidik titik yang dituju melalui lubang peep sight dan sighting window dimana titik tersebut tingginya harus sama dengan mata dan atur dengan menaik turunkan kompas.

d. Gerakkan klinometer dengan memutar pengatur datar yang terdapat dibagian belakang kompas, sehingga gelembung dalam nivo lonjong berada ditengah dapat dilihat melalui cermin.e. Baca dan catat angka yang ditunjukkan oleh klinometer.4. Mentukan beda tinggi

a. Baca dan catat besarnya sudut lerengb. Ukur jarak dari titik kita berdiri ketitik yang kita bidik dengan langkah atau roll meter (50 meter).c. Beda tinggi didapat dengan rumus : Beda tinggi = jarak x Sin sudut lereng ()

H = L sin .

5. Mengukur jurus dan kemiringan

Mengukur jurus dan kemiringan pada bidang perlapisan, bidang kekar, bidang sesar dan sebagainya dapat dilakukan dengan cara seperti petunjuk dibawah sedangkan mengarahkan jurus/strike dari tempat kita berdiri kesuatu titik yang jauh dapat dilakukan dengan cara :

a. Mengukur jurus/strike

- Letakkan sisi yang bertuliskan E pada bidang yang diukur

- Atur nivo mata lembu sampai gelembungnya berada di tengah

- Baca jarum utaranya b. Mengukur kemiringan/dip

- Letakkan sisi yang bertulis W tegak lurus jurus yang sudah kita ukur (tanda garis yang sudah kita buat).

- Atur gelembungnya sampai gelembung pada nivo lonjong berada di tengah

- Baca angka yang ditunjukkan pada skala clino.c. Cara menulisan hasil pembacaan

- Untuk kompas dengan sistem kuadran misalnya hasil pembacaan jurus 45 kemiringan 25, maka tata cara penulisannya adalah : S 45 W / 25 NW, dimana NW menunjukkan arah kemiringan.

- Untuk kompas dengan sistem azimuth misalnya hasil pembacaan jurus 50 dan kemiringan 42, maka tata cara penulisannya : N 50 N / 42.V. Hasil Praktikum1. Menghitung arah orientasi dari maket contoh blok sesarAcara 7Membuat Profil TopografiI. Tujuan II. Dasar TeoriProfil adalah penampang melintang bentuk muka bumi. Profil merupakan penampang permukaan bumi apabila dipotong secara tegak lurus oleh bidang tegak. Dengan profil, secara visual diperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai relief suatu permukaan bumi. Dengan profil, dapat segera mengetahui bentukmuka bumi tersebut berupa dataran tinggi, dataran rendah, bukit, lembah, lereng curam, lereng landai, atau yang lain.

Ada dua macamprofil, yaitu profil topografi dan profil geologi.

a. Profil topografi merupakan penampang permukaan bumi tanpa menghiraukan bentuk lapisan batuan yang ada di bawahnya sehingga yang diperlukan adalah bagaimana bentuk muka bumi.

b. Profil geologi merupakan penampang kulit bumi yang menggambarkan struktur lapisan batuan di bawah permukaan bumi. Penggambaran profil geologi ada dua macam, yaitu tanpa memperhatikan relief muka bumi dan dengan memperhatikan relief muka bumi.III. Alat Dan Bahan1. Peta Kontur / Peta Rupa Bumi Indonesia

2. Kertas plot profil

3. Alat tulis

IV. Langkah Kerja1. Siapkan terlebih dahulu peta kontur.2. Pilihlah daerah mana yang akan dibuat penampangnya.3. Buatlah garis profil yang memotong peta kontur menurut daerah yang ditentukan. 4. Gambarlah garis dasar (base line) dan garis tegak (vertical line) pada kertas yang akan digunakan untuk menggambar profil.5. Pindahkan titik-titik potong antara garis profil dengan peta kontur pada garis dasar.6. Ukurlah pada garis tegak, ketinggian yang terendah sampai ketinggian yang paling tinggi untuk daerah tersebut. Ketinggian terendah pada perpotongan garis tegak dan garis dasar.

7. Titik-titik potong antara garis profil dan kontur diproyeksikan ke bawah pada garis dasar.

8. Dari titik-titik tinggi pada garis tegak buatlah garis-garis horizontal sejajar dengan garis dasar.9. Terjadi perpotongan antara garis-garis horizontal dan garis-garis vertikal.10. Titik-titik perpotongan tersebut hubungkan satu sama lain sehingga terbentuklah profil tersebut.V. Hasil Praktikum1. Profil Melintang topografi sepanjang 30 cm dari peta RBI dan identifikasi morfologi permukaannya

Gambar Sistem Kristal

Keterangan :

Sistem Kristal :

Jumlah bidang :

Bentuk bidang: