Petunjuk Praktikum_Irigasi

Embed Size (px)

Citation preview

Petunjuk Praktikum

Laboratorium Teknik Sumberdaya Alam PertanianJurusan Teknik Pertanian

Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada 2007

2

Lab. TSAP

3

Tata Tertib1. Praktikan harus datang tepat pada waktunya untuk mengikuti tes praktikum yang dilaksanakan sebelum acara yang bersangkutan dimulai. Pratikan harus memperhatikan asistensi guna kelancaran pelaksanaan praktikum, setelah tes selesai dilaksanakan. Berpakaian sopan dan praktis untuk kerja lapang dan bersikap sopan serta hormat terhadap petugas (Dosen, Co-ass, dan Teknisi) Kerusakan akibat kesengajaan atau ketidaksengajaan oleh praktikan, menjadi tanggung jawab pratikan dan diwajibkan mengganti. Tidak diadakan inhal, bila praktikan tidak hadir lebih dari satu hari praktikum, dianggap gugur. Diharuskan membuat laporan untuk setiap acara praktikum, yang harus diserahkan pada petugas pada pelaksanaan acara praktikum berikutnya. Praktikan harus membuat laporan sementara (berupa data pengamatan) setelah acara selesai dilaksanakan, untuk disahkan oleh petugas. Perbaikan laporan dilakukan hanya sekali, dengan konsekuensi pengurangan nilai bagi praktikan yang terlambat menyerahkan laporan perbaikan. Setelah seluruh acara praktikum selesai dilaksanakan, laporan-laporan akan dikembalikan kepada praktikan untuk dijilid, sebagai syarat mengikuti responsi.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

4

10. Responsi dilaksanakan setelah seluruh acara praktikum selesai dilaksanakan, yang harinya akan ditentukan berdasarkan kesepakatan. 11. Nilai praktikum diperhitungkan atas dasar hasil tes, kemampuan pelaksanaan praktikum, laporan praktikum dan hasil responsi. 12. Segala sesuatu yang berhubungan dengan praktikum harus sudah diselesaikan selambatlambatnya seminggu setelah seluruh acara praktikum selesai lewat batas waktu tersebut tidak akan dilayani.

5

Acara 1PENENTUAN KEBUTUHAN AIR IRIGASI A. KEBUTUHAN AIR TANAMAN DAN NERACA AIR

1. TUJUAN1. 2. Menentukan besarnya nilai kebutuhan air tanaman (crop water requirement) Membuat neraca air (water balance)

2. DASAR TEORIKebutuhan air tanaman (crop water requirement) Penentuan besarnya nilai kebutuhan air tanaman bisa dihitung berdasarkan persamaan empiris yang telah banyak dikembangkan oleh beberapa peneliti, ataupun pengukuran secara langsung di lapangan. Modifikasi formulasi empiris tersebut banyak dilakukan oleh peneliti dengan mempertimbangkan ketersediaan data klimatologi, ketelitian hasil perhitungan, tujuan pemanfaatan nilai kebutuhan tanaman tersebut, dll. Beberapa formulasi klasik yang telah dikenal diantaranya ialah metode Blaney-Criddle, Penman, Radiasi, dll, yang masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Sekilas persamaan untuk menghitung kebutuhan air tanaman tersebut ialah : a. Metode Blaney-Criddle seperti pada persamaan 1.1 Eto = c [ p (0,46t + 8,13)} mm/hari ............................................. (1.1) 6 1.

b. 1.2. Eto

Metode Radiasi seperti pada persamaan = c (W.Rs) mm/hari .......................................................... (1.2)

c. Metode Penman yang dimodifikasi seperti pada persamaan 1.3. Eto = c [W.Rn + (1 W) f(u) (ea ed) ] mm/hari ............ (1.3) d. Metode Panci Evaporasi seperti pada persamaan 1.4 Eto = Kp. Epan ..................................................................... (1.4) Besarnya Eto yang diperoleh dari metode tersebut adalah merupakan evapotranspirasi potensial. Sedangkan untuk mendapatkan besarnya evapotranspirasi crop (Etcrop) dibutuhkan koefisien tanaman (Kc) dengan menggunakan persamaan 1.5 Etcrop = Eto x Kc ............................................................ (1.5) Tentunya masih banyak persamaan untuk menghitung besarnya kebutuhan air tanaman yang telah dikembangkan para peneliti (antara lain : Thornthwaite, Wickman, Hargreaves, JensenHaise, dll) yang bertitik tolak kepada kepentingannya sehingga menentukan komponen yang dimasukkan dalam persamaan tersebut. Sedangkan pengukuran nilai kebutuhan air tanaman secara langsung dilakukan dengan 7

mengamati perubahan kadar lengas tanah. Untuk tanaman palawija pengukuran kadar lengas dapat dilakukan dengan beberapa metode, antara lain gravimetri, blok porous, tensiometer, neutron probe, dll. Khusus untuk tanaman padi, karena metode pemberian airnya adalah genangan, maka digunakan alat "lysimeter" dengan mengamati perubahan tinggi muka air dalam alat tersebut. 2. Neraca air (water balance) Neraca air adalah gambaran keadaan potensi penyediaan air dan potensi kebutuhan air yang dirupakan dalam bentuk hasil ploting data curah hujan bulanan dan nilai kebutuhan air tanaman di suatu wilayah. Ploting data curah hujan dan nilai kebutuhan air tanaman tersebut bisa dimulai bulan Januari atau lebih sering diawali dengan bulan Oktober yaitu pada saat tanam pertama. Atas dasar hasil ploting tersebut bisa ditentukan bulan-bulan cukup air (surplus) dan bulan-bulan kurang air (defisit). Disamping itu selisih ketebalan air yang terjadi bisa diketahui langsung dari ploting data tersebut. Fungsi dari pemberian air irigasi, baik itu dengan sistem irigasi siram, irigasi permukaan, atau irigasi bawah permukaan adalah pada saat terjadi bulan-bulan kekurangan air. Namun perlu diperhatikan bahwa tebal air yang dibutuhkan oleh tanaman pada bulan yang bersangkutan masih harus dipertimbangkan hilangnya air baik melalui proses penguapan (evapotranspirasi), rembesan (seepage), bocoran, operasional, dll. Oleh karenanya tebal air yang harus dipasok pada bulan kurang air mestinya lebih besar dari tebal air hasil ploting, yang besar kecilnya ditentukan oleh karateristik dari wilayah yang bersangkutan.

8

3. BAHAN YANG DIGUNAKANData klimatologi yang meliputi : hujan, suhu, kelembaban, sinar matahari dll

4. PELAKSANAAN1. Hitung besarnya nilai kebutuhan air tanaman untuk padi, jagung, dan semangka, berdasarkan data klimat yang tersedia dengan menggunakan metode klasik yang telah diperkenalkan. Buat neraca air atas dasar data curah hujan serta nilai kebutuhan air tanaman padi, jagung, dan semangka.

2.

5. LAPORAN1. Bandingkan hasil perhitungan kebutuhan air tanaman padi, jagung, dan semangka dari beberapa metode yang telah dipergunakan. Buat neraca air antara nilai kebutuhan air ketiga tanaman dan data hujan Bahas hasil ploting data curah hujan dan nilai kebutuhan air ketiga tanaman tersebut Dengan beberapa asumsi untuk memperkirakan kehilangan air akibat perkolasi, rembesan, bocoran dan operasional, hitung air yang harus di pasok melalui irigasi dalam satuan lt/dt/ha.

2. 3.

4.

B. PENGENALAN PERANGKAT LUNAK KEBUTUHAN AIR IRIGASI

9

1. TUJUANMengenal perangkat lunak (software) komputer untuk menghitung kebutuhan air tanaman dan kebutuhan air irigasi beserta karateristiknya

2. DASAR TEORIDiseluruh dunia ini telah tersedia beribu-ribu jenis perangkat lunak komputer dalam bidang teknik tanah dan air yang telah disusun oleh berbagai lembaga untuk bermacam-macam keperluan. Penyusunan perangkat lunak dimaksudkan untuk mempermudah dan mempercepat pekerjan terutama yang berkaitan dengan perencanaan dan perhitungan-perhitungan yang rumit, memerlukan iterasi atau presisi yang tinggi. Perangkat lunak disusun berdasarkan suatu teori atau model tertentu sehingga penggunanya juga harus menguasai teori atau model tersebut sebelum mengoperasikannya. Disamping itu pengguna juga harus mengetahui cara pengoperasian dan data yang diperlukan serta kelebihan dan kelemahan perangkat lunak yang bersangkutan. Kesalahan dalam hal-hal tersebut akan mengakibatkan kesalahan keluaran (output). Salah satu perangkat lunak dalam bidang irigasi adalah CROPWAT yang disusun oleh FAO. CROPWAT dapat dipergunakan untuk menghitung evapotranspirasi potensial, evapotranspirasi aktual, kebutuhan air irigasi satu jenis tanaman maupun beberapa jenis tanaman dalam satu hamparan, serta merencanakan pemberian air irigasi. Data yang diperlukan untuk mengoperasikan CROPWAT adalah data klimatologi bulanan (temperatur maksimumminimum atau rata-rata, penyinaran matahari, kelembabab, kecepatan angin dan curah hujan). Data tanaman tersedia dalam program secara 10

terbatas dan dapat ditambahkan atau dimodifikasi sesuai dengan kondisi setempat. Pada praktikum ini digunakan perangkat lunak CROPWAT 4 for WINDOW yang menggunakan persamaan yang sama dengan CROPWAT versi 7 versi DOS. Menu yang terdapat pada CROPWAT 4 for WINDOW adalah:

Menu File dan InputData digunakan untuk memasukkan data. Menu Schedule digunakan untuk mengatur penjadwalan irigasi. Menu Tables dan Graphs digunakan untuk menyajikan hasil perhitungan. Program ini juga dilengkapi dengan menu SaveReport untuk menyimpan file dalam bentuk ASCII. Untuk mengelola data yang telah dimasukkan tersedia Data Status Window yang merupakan suatu tabel ringkasan data yang sedang digunakan yang juga menunjukkan apakah data sudah cukup bila akan melanjutkan perhitungan kebutuhan air tanaman atau penjadwalan irigasi.

3. ALAT DAN BAHAN1. 2. Seperangkat komputer dan printer Perangkat lunak CROPWAT 4 WINDOWS for

11

3.

Data klimatologi tanaman

bulanan

dan

data

4. PELAKSANAAN1. 2. Komputer CROPWAT dipanggil Masukkan data-data klimatologi dan data curah hujan. Simpan dengan data dengan nama baru. Periksa di Data Status Window status data klimat dan curah hujan yang dimasukkan. Lihat hasil perhitungan ETo dan curah hujan efektif. Pilihlah tanaman jagung dan semangka dengan tanggal tanam seperti pada acara IA kemudian perintahkan komputer untuk menghitung kebutuhan air irigasinya. Pergunakan hasil perhitungan di atas untuk menghitung kebutuhan air irigasi dalam satu hamparan dengan berbagai kombinasi tanaman. Hasil perhitungan dapat disimpan dalam file ASCII dan dibuka lagi dengan program pengolah kata apabila akan dicetak

3. 4.

5.

6.

5. LAPORAN1. Bandingkan kebutuhan irigasi hasil perhitungan CROPWAT dengan hasil perhitungan acara IA. Bahaslah kelebihan dan kelemahan perangkat lunak CROPWAT seperti tingkat presisinya, tingkat kemudahannya, kesesuaiannya dengan jenis tanaman tropis, dan sebagainya.

2.

12

Acara 2PENGUKURAN LAJU INFILTRASI

1. TUJUANMengukur besarnya laju infiltrasi pada berbagai kondisi tanah

2. DASAR TEORILaju infiltrasi adalah laju air yang meresap kedalam tanah, yang besarnya dinyatakan dalam mm/jam. Laju infiltrasi ini sangat besar pengaruhnya di dalam rancangan-rancangan untuk cara pemberian air, periode dan lamanya pemberian air beserta besarnya air yang harus diberikan. Laju infiltrasi sangat dipengaruhi : a. Keadaan permukaan tanah Hal ini meliputi kemiringan tanah, keadaan erosi, perlakuan terhadap permukaan tanah, macam tanaman penutup, dll b. Keadaan profil tanah Hal ini meliputi struktur tanah, tekstur tanah, lapisan kedap air dan keadaan fauna dalam tanah c. Kandungan lengas tanah d. Suhu di dalam tanah e. Kandungan garam yang ada dalam tanah dan air Terutama garam sodium (Na) dan jenis bahan yang tersuspensi dalam air.

13

Kemampuan tanah menyerap air akan semakin berkurang dengan makin bertambahnya waktu. Pada tingkat awal kecepatan penyerapan air cukup tinggi dan pada tingkat waktu tertentu kecepatan penyerapan air ini akan mendekati konstan. Hubungan antara waktu dan infiltrasi kumulatif air ke dalam tanah dapat dituliskan sebagai persamaan 2.1.

I = at b ................................................................... (2.1) dimana : I = infiltrasi kumulatif; t = waktu; a,b = konstantaLaju infiltrasi merupakan besarnya infiltrasi tiap satuan waktu. Untuk waktu sesaat (t O) laju infiltrasi merupakan turunan dari kapasitas infiltrasi. Dengan demikian persamaan laju infiltrasi dapat diturunkan dari persamaan 2.1 menjadi persamaan 2.2.

i = ct b 1 (2.2)dimana : i = laju infiltrasi; c = konstanta a c= b 1 Harga-harga konstanta dapat dicari dengan analisis regresi. Untuk mengukur laju infiltrasi ada banyak cara yang dapat digunakan. Cara yang biasa digunakan ialah : 1. Metode infiltrometer tabung (cylinder infiltrometer method) 2. Metode Saluran (furrow stream method) Pada cara pertama laju infiltrasi ditentukan dengan mengukur penurunan air di dalam silinder tabung infiltrometer, sedang pada cara kedua laju 14

infiltrasi diukur dengan mengukur aliran yang masuk dan keluar dari saluran. Sedangkan dalam praktikum ini digunakan metode infiltrometer tabung.

3. ALAT DAN BAHAN1. 2. 3. 4. Infiltrometer tabung Pengukur taraf muka air Stop watch Ember

4. PELAKSANAAN1. Pilih daerah yang mewakili untuk diukur 2. Catat tentang : a. Tanaman yang ada b. Keadaan permukaan tanah : bekas perlakuan apa berbongkah, berkerak, retak dll c. Keadaan profil tanah (minimum kedalaman 30 cm pertama), tekstur dan strukturnya 3. Pasang tabung infiltrometer tegak lurus permukaan tanah dengan kedalaman 10 cm. Dalam pemasangan ini diusahakan jangan sampai merusak permukaan tanah. 4. Pasang silinder pelindung (buffer) dengan jarak 10 cm dari silinder pengukur dengan kedalaman 5 10 cm. Bila tidak menggunakan pelindung dapat menggunakan tanggul tanah dengan jarak 15 cm dengan kedalaman 7 15 cm. Tanpa merusak lapisan permukaan tanah dalam silinder pengukur.

15

5. Isi bagian luar (bagian pelindung) dengan air sampai setinggi 5 cm dan dipertahankan mempunyai kedalaman tetap selama pengukuran. 6. Isi bagian silinder pengukur dengan air, cara pengisian harus hati-hati jangan sampai merusak lapisan permukaan tanah. Isi silinder pengukur sesuai dengan kedalaman yang dikehendaki. 7. Catat jam pada waktu pengukuran 8. Awasi penurunan air dengan interval waktu tertentu (misal : 1, 2, 3, 4, 6, 8, 10, 12, 15, 18, 21, 26, 31 .....). Pengamatan dilakukan sampai laju infiltrasi hampir konstan. Catat hasil pengamatan pada Tabel yang tersedia. 9. Bila air dalam silinder pengukur sudah turun 5,5 cm ditambah lagi sehingga mencapai tinggi mula-mula. Diusahakan pengisian kembali secepat mungkin.

5. ANALISISBuatlah grafik hubungan antara t dengan I dan t dengan i. Carilah persamaan infiltrasi kumulatif dan laju infiltrasi dengan mencari konstanta a,b, dan c pada persamaan 2.1 dan 2.2. Salah satu cara untuk mengetahui hubungan antara t dengan I dan t dengan I adalah dengan mengambil logaritma hasil pengamatan. Analisis regresi linier dari logaritma t, I dan i tersebut menghasilkan persamaan 2.3 dan 2.4 Log I = log a + b logt (2.3) log i = log c + (b-1) logt (2.4) 16

Persamaan 2.3 dan 2.4 setara dengan persamaan linier 2.5 y = c +mx . (2.5)

6. TUGAS1. Bagaimana hasil pengamatan dan mengapa terdapat demikian serta apa guna hasil pengamatan ini Buat saran dari hasil pengamatan tersebut

2.

17

TABEL PENGAMATAN PENCATATAN WAKTU DAN PENURUNAN AIR Tanggal : Nama : Tempat pengukuran : No.mhs : Keadaan permukaan : Golongan : Inter val wakt u (men it) Pembac aan skala (mm) Penuru nan (mm) Penuru nan Kumula tif (mm) Laju penuru nan (mm/m nt)

Ja m

18

Disahkan oleh:

19

Acara 3PENGENALAN SISTEM IRIGASI TETES

1. TUJUAN1. 2. Mengenal sistem irigasi tetes Mempelajari dan memahami kinerja dari sistem tersebut

2. DASAR TEORIPrinsip dari irigasi tetes adalah pemberian air pada tanaman yang dilakukan dengan menggunakan jaringan pipa bertekanan rendah, yang dipasangi dengan penetes (emitter), dan ditempatkan sepanjang baris-baris tanaman (Baars, 1976) Dasar operasi sistem irigasi tetes adalah memberikan air ke tanaman dengan menggunakan jaringan pipa yang ekstensif pada tekanan rendah (1 2 atm) yang diletakan di dekat tanaman yang akan diairi. Air keluar dari jaringan pipa melalui lubang-lubang penetes dalam bentuk tetesan (trickle), karena adanya perbedaan tinggi tekan antara sumber air dan penetes. Salah satu ciri khas irigasi tetes adalah bahwa air dialirkan dari sumbernya ke tanaman yang akan diairi melalui jaringan pipa yang ektensif. Komponen-komponen yang digunakan dalam sistem ini meliputi pengendali tinggi tekan, jaringan pipa dan unit penetes. Sasaran utama dari perancangan dan pengelolaan sistem irigasi yang baik adalah memperoleh kapasitas sistem yang bisa mencukupi kebutuhan air seluruh tanaman. Hubungan antara debit 20

penetes minimum dan rata-rata merupakan faktor terpenting dalam pemakaian sistem irigasi ini. Tingkat keseragaman sistem irigasi tetes dinyatakan sebagai keseragaman tetesan (Emission Uniformity, EU).

3. ALAT DAN BAHAN1. 2. 3. 4. 5. 6. Unit penetes Manometer air Gelas ukur Penampung air Stopwatch Kran pengatur debit

4. PELAKSANAAN1. Beberapa penetes dipasang dengan jarak seragam pada lateral seperti gambar berikut :Keterangan : Manometer air Kran pengatur debit Penampung air Penetes 4

1 2

3

2. Air dialirkan melalui lateral, dengan tekanan kerja 100 cm-air yang diatur dengan kran pengatur debit. 3. Air dari penetes ditampung dalam botol penampung selama waktu 10 menit, kemudian diukur dengan gelas ukur 4. Cara kerja no.2 dan no.3 diulang untuk tinggi tekan operasi 150 cm air dan 200 cm 21

air. (percobaan dilakukan untuk tiga variasi kedalaman sekrup pengatur debit)

5. ANALISIS1. Parameter yang diamati : a. volume tetesan tiap satuan waktu b. tinggi tekan operasi c. kedalaman pengaturan sekrup pengatur 2. Perhitungan Berdasarkan US Soil Conservation Service (US SCS) untuk Evaluasi Lapangan Sistem Irigasi EU dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan 4.1. EU = 100 qn/ qa ...................................................... (4.1.) dengan : qn : debit rata-rata seperempat terendah dan qa : debit rata-rata keseluruhan Menurut James (1988) Eu dinyatakan dengan persamaan 4.2

1.27 q EU = 100 1.0 cv min (4.2) Ne qadengan Ne = jumlah titik sumber tiap emiter cv = koefisien variasi qmin = debit emiter terendah koefisien variasi cv dapat dihitung dengan persamaan 4.3

22

cv =(4.3) dengan :

(q

2 1

2 + q 2 + .........q n nqa

2

2

qa

( n 1)

)

..

q1, q2, . qn = debit tiap-tiap emiter qa = debit rata-rata n = jumlah emiter

6. LAPORAN1. Hitung harga keseragaman tetesan (EU) pada setiap tekanan operasi dan kedalaman sekrup pengatur debit 2. Pada tekanan dan kedalaman sekrup berapa dicapai harga EU tertinggi

23

Acara 4PENGENALAN SISTEM IRIGASI CURAH

1. TUJUAN1. Mengenal sistem irigasi curah 2. Mempelajari dan memahami kinerja sistem irigasi curah

2. DASAR TEORISistem irigasi curah (sprinkler) merupakan salah satu alternatif metode pemberian air dengan efisiensi pemberian air lebih tinggi dibandingkan dengan irigasi permukaan (surface irrigation). Salah satu kelemahan dari sistem ini adalah mahalnya biaya investasi awal. Sistem irigasi curah ini menggunakan energi tekan untuk membentuk dan mendistribusikan air ke lahan. Tekanan merupakan salah satu faktor penting yang menentukan kinerja sprinkler. Komponen utama dari sistem ini antara lain mata curah (sprinkler), lateral, saluran cabang (sub main) dan saluran utama (main line). Sprinkler digunakan untuk menyemprotkan air dalam bentuk rintik ke lahan. Jaringan lateral, saluran cabang, dan saluran utama digunakan untuk mengalirkan air dari sumber ke sprinkler. Kinerja (performance) alat pencurah (James, 1988) dinyatakan dalam lima parameter, yaitu debit sprinkler (sprinkler discharge), jarak pancaran (distance of throw), pola sebaran air (distribution pattern), harga pemberian air (application rate), dan ukuran rintik (droplet size).

24

3. BAHAN DAN DIPERGUNAKAN1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

PERALATAN

YANG

Botol penampung (collector) Manometer tipe U Stopwatch Gelas ukur Alat ukur panjang Flowmeter Hygrometer, termometer, anemometer

4. CARA KERJA1. Mempersiapkan alat dan bahan tersebut, serta memasangnya dalam suatu rangkaian seperti terlihat pada Gambar 4.1 2. Mengoperasikan sistem irigasi curah dalam selang waktu tertentu (1 menit) kemudian diukur: a. Debit terbaca pada flowmeter b. Waktu pemberian air c. Volume air tertampung dalam kolektor d. Diameter kolektor e. Jarak pancaran (jangkauan terjauh) f. Kecepatan dan arah angin g. Suhu dan RH Udara. 3. Cara kerja no. 2 diulangi dengan 3 variasi tekanan (dengan cara mengatur bukaan kran)Keterangan: Alat pencurah Botol penampung Flowmeter Bukaan 25 kran

Gambar 4.1. Tata letak pengujian kinerja sprinkler

5. ANALISIS1. Parameter yang diamati a. tebal air tertampung tiap satuan waktu b. tinggi tekan operasi c. debit d. profil sebaran air e. jarak pancaran 2. Tekanan operasi Dibaca pada manometer. 3. Tingkat keseragaman penyebaran air Tingkat keseragaman penyebaran air dinilai dengan menggunakan indeks CU (coefficient uniformity) yang dinyatakan dengan d CU =100 1 mn (4.1)

Dengan: CU m n 26

= koefisien keseragaman = rerata data = jumlah data observasi

d = deviasi numeris Tingkat keseragaman pada overlapping daerah pemberian air diatur dengan mengatur jarak antar sprinkler tertentu. Indeks CU dapat dihitung dengan program komputer.

6. LAPORAN1. Buat profil sebaran air pada setiap tekanan operasi dengan grafik. 2. Hitung debit, jarak pancaran, harga rerata pemberian air, dan CU pada setiap tekanan operasi

27

Acara 5PENGENALAN SISTEM IRIGASI SAWAH

1. TUJUAN1. Mengenal bangunan yang ada pada suatu jaringan irigasi 2. Mengenal tatacara pemberian nama/ kode pada bangunan irigasi 3. Mengenal macam fungsi, kegunaan serta cara pengoperasian bangunan irigasi

2. DASAR TEORI1. Bangunan Irigasi Dalam jaringan irigasi ada 4 unsur pokok dari bangunan irigasi yaitu : (i) bangunan utama, (ii) jaringan pembawa dan kelengkapan bangunannya, (iii) saluran pembuang, dan (iv) petak tersier. Bangunan utama adalah suatu komplek bangunan yang direncanakan dibangun di sepanjang sungai atau aliran air untuk membelokan air ke saluran irigasi. Bangunan utama dapat mengatur debit dan mengurangi sedimen yang masuk ke saluran irigasi. Bangunan utama terdiri dari : bangunan pengelak dengan peredam energi, pengambilan utama, pintu bilas, kolam olak, kantong lumpur, dan tanggul banjir. Bendung (weir) berfungsi untuk mengatur atau meninggikan muka air hingga dapat disadap. Selain itu ada penyadapan bebas atau penyadapan pada waduk atau penyadapan dengan pompa apabila pengaliran secara gravitasi dengan meninggikan muka air tak mungkin. Jaringan pembawa terdiri dari jaringan utama dan jaringan tersier. Jaringan saluran utama terdiri 28

dari saluran primer dan saluran sekunder. Sedangkan jaringan tersier terdiri atas saluran tersier serta saluran kuarter di petak tersier. Dalam saluran tersebut dilengkapi dengan saluran pembagi, bangunan sadap tersier, bangunan bagi sadap dan bok-bok tersier. Bangunan sadap tersebut dapat pula berfungsi sebagai bangunan ukur atau hanya dapat berfungsi sebagai pengatur debit. Dalam saluran primer atau sekunder dilengkapi dengan bangunan pengatur muka dan pada saluran pembawa dengan lairan super kritis dilengkapi bangunan terjun, got miring. Pada saluran pembawa sub kritis dilengkapi dengan bangunan talang, sipon, jembatan sipon, bangunan pelimpah, bangunan penguras, saluran pembuang samping dan jalan jembatan. Saluran pembuang terdiri dari saluran pembuang utama, yaitu saluran yang menampung kelebihan air dari jaringan sekunder dan tersier keluar daerah irigasi. Saluran pembuang tersier adalah saluran yang menampung dan membuang kelebihan air dari petak sawah ke saluran pembuang primer atau sekunder. Petak tersier terdiri dari kumpulan petak sawah (100 ha, 150 ha) yang dilengkapi dengan saluran tersier, serta saluran kuarter. Dalam operasidan pemeliharaanya, petak tersier ini sudah menjadi tanggung jawab dari petani pemakai air. 2. Standar tata nama bangunan pada jaringan irigasi Daerah irigasi dapat diberi nama sesuai dengan nama daerah setempat, nama sungai yang disadap atau nama waduk. Sebagai contoh Daerah Irigasi Tajum, Daerah Irigasi Sempor,

29

Daerah Irigasi Dolok, Derah Irigasi Pijenan dan lain sebagainya. Saluran irigasi primer diberi nama sesuai dengan daerah irigasi yang dilayani, contoh saluran primer Mataram diberi nama BM2 (Bangunan Mataram) dan angka arab menunjukan nomer urut bangunan. Saluran sekunder sering diberi nama sesuai dengan nama desa yang terletak di petak sekunder. Saluran antara dua bangunan dinamakan Ruas disingkat R, contoh RS1 (Ruas ke-1 dari sekunder Sambak), S menunjukan nama saluran sekunder. Contoh nama bangunan pada saluran BS2 (Bangunan , Sekunder Sambak, No. 22) Pada petak tersier kode sesuai dengan nama bangunan sadap tersier pada saluran sekunder. Contoh S2K artinya petak tersier menyadap dari saluran sekunder Sambak bangunan nomer 2 dan sebelah kanan saluran. Untuk boks tersier diberi kode T1, T2 ,........ dan angka arab disesuaikan dengan dengan banyaknya boks tersier. Petak kuarter diberi kode K, sedang untuk petak rotasi diberi kode A, B, ....C dan seterusnya sesuai dengan jumlah rotasi.

3. ALAT DAN BAHAN1. 2. 3. 4. Peta jaringan Roll meter (50 m) Selang plastik Alat tulis

4. PELAKSANAAN1. Penetap jaringan irigasi yang ditinjau 2. Menelusuri jaringan dari penyadap utama sampai ke petak tersier. 30

3. Catat : a. Nomer kode bangunan b. Nama bangunan c. Kondisi dan fungsi bangunan d. Gambar bangunan tersebut

5. LAPORAN1. Diskripsi dari jaringan irigasi 2. Macam bangunan yang ada 3. Keadaan dan unjuk kerja dari bangunan tersebut

31

Acara 6PENGUKURAN DEBIT DI SALURAN TERBUKA A. KALIBRASI ALAT UKUR DEBIT DI LABORATORIUM

1. TUJUAN1. Menentukan hubungan head dengan debit pada bangunan ukur cipoletti menggunakan metode falling head 2. Menentukan hubungan head hulu dengan debit pada pintu ukur

2. DASAR TEORIPrinsip kerja bangunan ukur di saluran terbuka adalah menciptakan aliran kritis. Pada aliran kritis, energi spesifik pada nilai minimum sehingga ada hubungan tunggal antara head dengan debit. Dengan kata lain Q hanya merupakan fungsi H saja. Pada umumnya hubungan H dengan Q dapat dinyatakan dengan: Q = k Hn (6.1) Dengan : Q = debit; H = head; k dan n = konstanta Besarnya konstanta k dan n ditentukan dari turunan pertama persamaan energi pada penampang saluran yang bersangkutan. Pada praktikum ini besarnya konstanta k dan n ditentukan dengan membuat serangkaian hubungan H dengan Q yang apabila diplotkan pada grafik akan diperoleh garis hubungan H-Q 32

yang paling sesuai untuk masing-masing jenis bangunan ukur.

3. ALAT DAN BAHANCippoletti 1. Bak dengan alat ukur cipoletti 2. Penutup 3. Stopwatch Pintu aliran bawah (undershot) 1. Multi-purpose teaching flume C4 2. Pintu aliran bawah 3. Kait pengukur (hook) tinggi muka air 2 buah

4. CARA KERJACippoletti 1. Ukur luas permukaan bak pengatur air hulu 2. Kosongkan bak hilir 3. Tutup cipoletti dengan sekat dan isikan air di bak hulu sampai penuh 4. Buka sekat dan catat penurunan muka air tiap detik 5. Ulangi langkah 2-4 Undershot 1. Ukur lebar flume (b) dan tinggi ambang (P) 2. Pasanglah pintu dan kedua kait pengukur seperti gambar berikut. Bagian tajam pintu menghadap hulu. Baca posisi dasar flume. 3. Atur bukaan pintu (yg)sampai jarak 0,02 m dari dasar flume.GarisQ H1

energiV12 / 2g

33

Vo2 / 2g yo vo Ho yg y1

v1

4. Atur slope flume pada posisi 0,5% 5. Buka pengatur debit perlahan dan alirkan air dengan ketinggian hulu yo = 0,2 m. Atur ujung kait pengukur yo dan yc 6. Pada posisi ini baca debit Q dan tinggi muka air hilir y1 7. Naikkan pintu tiap 0,01 m. Atur debit sedemikian sehingga yo tetap 0,2 m. tiap kenaikan pintu baca debit Q dan tinggi muka air hilir y1 8. Ulangi percobaan untuk penurunan pintu. 9. Ulangi percoban dengan debit Q konstan. Catat perubahan tinggi muka air yo dan y1

5. ANALISISCippoletti 1. Untuk setiap t hitung H dan volume air yang keluar pada t tersebut dengan mengalikan luas penampang bak. Hitunglah debit Q untuk tiap t Hubungkan H dengan Q untuk tiap t Plotkan H dengan Q pada grafik Carilah persamaan hubungan H-Q dengan menghitung koefisien k dan n Undershot 1. Hitung Cd untuk setiap bacaan yo Q Cd = b y g 2 g yo 2. 3. 4. 5. 34

2. Buatlah grafik hubungan Q dengan yg untuk yo konstan 3. Buatlah grafik hubungan yo dengan yg untuk Q konstan 4. Carilah hubungan Q dengan yo dan yg grafik 5. Bandingkan dengan hubungan Q dengan yo dan yg dari perhitunganQ = C d by g 2 gy o

6. LAPORAN1. Buat analisis kedua jenis bangunan ukur. 2. Buat analisis kedua cara mencari hubungan Hu-Q

35

TABEL PENGAMATAN KALIBRASI ALAT UKUR CIPOLETTI Tanggal : Nama : Luas permukaan bak : _______ m2 No.mhs : Dimensi Cipoletti : Golongan : t (detik) h (cm) t (detik) h (cm)

Disahkan oleh,

36

TABEL PENGAMATAN KALIBRASI ALAT UKUR UNDERSHOT Tanggal : Nama : Lebar ambang (b) : _______ No.mhs : Tinggi ambang (P) : _______ Golongan : Slope : ________% yo = _____________ m _____________ l/dt Q yg (m) y1 (m) (l/dt) Q yg (m) yo (m)

m m

=

y1 (m)

37

Disahkan oleh,

38

B. PENGUKURAN DEBIT AIR DI SALURAN TERBUKA

1. TUJUANMengetahui teori-teori untuk mengukur debit air di lapang, peralatan yang dipergunakan dan cara pengukuran.

2. DASAR TEORIPada pemberian air di tingkat saluran, diperlukan peralatan dan cara pengukuran debit air yang sederhana tetapi cukup teliti dan mudah dilaksanakan. Ada 2 cara yang diterapkan di sini, kesemuanya berdasarkan prinsip : luas penampang aliran dan kecepatan aliran. Caracara tersebut yaitu : (i) menggunakan current meter, (ii) menggunakan pelampung, 1. Pengukuran dengan Current meter Alat ini terdiri dari flow detecting unit dan counter unit. Aliran yang diterima detecting unit akan terbaca pada counter unit, yang terbaca pada counter unit dapat merupakan jumlah putaran dari propeler maupun langsung menunjukkan kecepatan aliran. Untuk jenis yang tidak lamgsung menunjukkan kecepatan aliran, aliran di hitung terlebih dahulu dengan memasukkan dalam rumus yang sudah di buat oleh pembuat alat untuk tiap-tiap propeler. Pada jenis yang menunjukkan langsung, kecepatan aliran yang sebenarnya diperoleh dengan mengalihkan faktor koreksi yang dilengkapkan pada masing-masing alat bersangkutan. Propeler pada detecting unit dapat berupa : (i) mangkok, (ii) bilah, dan (iii) sekrup.

39

Bentuk dan ukuran propeler ini berkaitan dengan besar kecilnya aliran yang akan diukur. Debit aliran dihitung dari rumus : Q = V.A, dengan V = kecepatan aliran, dan A = luas penampang. Dengan demikian dalam pengukuran tersebut di samping harus mengukur kecepatan aliran, diukur pula luas penampangnya. Distribusi kecepatan untuk tiap bagian pada saluran tidak sama, distribusi kecepatan tergantung pada : (i) bentuk saluran, (ii) kekasaran saluran, dan (iii) kondisi kelurusan saluran. Dalam penggunaan curent meter pengetahuan mengenai distribusi kecepatan ini amat penting. Hal ini bertalian dengan penentuan kecepatan aliran yang dapat dianggap mewakili rata-rata kecepatan pada bidang tersebut. Dari hasil penelitian United Stated Geological Survey aliran air di saluran (stream) dan sungai mempunyai karakteristik distribusi kecepatan sebagai berikut : 1. Kurva distribusi kecepatan pada penampang melintang berbentuk parabolik 2. Lokasi kecepatan maksimum berada antara 0,05 s/d 0,25 h kedalam air dihitung dari permukaan aliran 3. Kecepatan rata-rata berada kedalaman di bawah permukaan air 0,6

4. Kecepatan rata-rata 85 % kecepatan permukaan 5. Untuk memperoleh ketelitian yang lebih besar dilakukan pengukuran secara mendetail ke arah vertical dengan menggunakan integrasi dari pengukuranpengukuran tersebut dapat dihitung kecepatan rata-ratanya . Dalam

40

pelaksanaan kecepatan rata-rata dapat diperoleh dengan : a. mengukur kecepatan pada titik 0,6 kedalaman dengan kecepatan rata-rata = kecepatan pada titik tersebut b. mengukur kecepatan pada titik 0,2 kedalaman dan 0,8 kedalaman, dengan kecepatan rata-rata = 0,5 (kecepatan pada 0,2 h + kecepatan pada 0,8h) c. mengukur kecepatan pada titik pengukuran yaitu pada 0,2 h ; 0,6h dan 0,8h., dengan kecepatan rata-rata = 0,5 (kecepatan pada 0,2 h + 2 kecepatan pada 0,6 + kecepatan pada 0,8h) Jumlah titik pengukuran berkaitan dengan kedalaman aliran ; Jumlah titik pengukuran pada berbagai kedalaman sesuai dengan daftar berikut :

Tabel 5.1. Jumlah titik pengukuran pada berbagai kedalaman Kedalaman saluran (h) dalam m 0,0 0,6 0,6 3,0 Jumlah titik penguku ran 1 2 Titik kedalaman pengukuran

0,6 h 0,2 h; 0,8 h 41

3,0 6,0 > 6,0

3 4

0,2 h; 0,6 h; 0,8 h 0,2 h; 0,6 h; 0,8 h dan pada dasarnya

Pengukuran luas penampang aliran dilakukan dengan membuat profil penampang melintangnya dengan cara mengadakan pengukuran kearah horizontal (lebar aliran) dan kearah vertikal (kedalam aliran). Luas aliran merupakan jumlah luas tiap bagian (segment) dari profil yang terbuat. Pada tiap bagian tersebut diukur kecepatan alirannya (sesuai dengan yang telah diterangkan dimuka). Debit aliran di segment (Qi) = Ai.Vi dimana : Qi = debit aliran pada segment i Ai = luas aliran pada segment 2i Vi = kecepatan aliran pada segment i Debit aliran (Qtot) = jumlah debit untuk tiap n segment Qtot = Qi i =1 (5.1)

Untuk memperoleh hitungan luas dan debit pada tiap segment, garis pengukuran dalamnya air 2 kali banyaknya garis pengukuran kecepatan, akan diperoleh hasil seperti pada gambar berikut :

42

b c

V d

b d e

b

= interval pengukuran kedalaman air

c,d,e = dalamnya air tiap pengukuran Vd = kecepatan rata-rata pada garis pengukuran

dasar saluran= garis kedalaman air = garis kecepatan aliran

pengukuran

pengukuran

Maka luas untuk segment tersebut (Fd) :

Fd = b x

c + 2d + e 2

Debit aliran pada segment tersebut (Qd) : Qd = Fd x Vd Pengukuran luas penampang tergantung pada stabilitas dasar sungai. Pada dasar sungai yang stabil, hasil suatu pengukuran dapat dipakai untuk 3 5 kali pengukuran debit. Apabila dasar sungai tidak stabil, pengukuran luas penampang harus dilakukan setiap kali pengukuran debit. Jika dasar sangat tidak stabil dimana deformasi terjadi pada waktu pengukuran kecepatan aliran, maka pengukuran dilakukan 2 kali, yaitu sebelum dan sesudah pengukuran kecepatan aluran dan kedalaman di tentukan dari hasil rata-rata kedua pengukuran tersebut. 2. Pengukuran dengan pelampung

43

Terdapat dua type pelampung yang digunakan yaitu : (i) pelampung permukaan, dan (ii) pelampung tangkai. Tipe pelampung tangkai lebih teliti dibanding dengan type pelampung permukaan. Pada pengukuran debit dengan pelampung dipilih bagian sungai yang lurus dan seragam, kondisi aliran seragam dengan pergolakannya seminim mungkin. Pengukuran dilakukan pada saat tidak ada angin. Pada bentang terpilih (jarak tergantung pada kecepatan aliran, waktu yang ditempuh pelampung untuk jarak tersebut tidak boleh lebih dari 20 detik) paling sedikit lebih panjang dibanding lebar aliran. Kecepatan aliran permukaan ditentukan berdasarkan rata-rata yang diperlukan pelampung menempuh jarak tersebut. Sedang kecepatan rata-rata didekati dengan pengukuran kecepatan permukaan dengan suatu koefisien yang besarnya tergantung dari perbandingan antara lebar dan kedalaman air. Koefisien kecepatan pengaliran dari pelampung permukaan sbb : B/H Vm/V s 5 0,98 10 0,95 15 0,92 20 0,90 30 0,87 40 0,85

Keterangan : B = lebar permukaan aliran H = kedalaman air Vm = kecepatan rata-rata Vs = kecepatan pada permukaan Pada pelampung tangkai koefisien kecepatan dapat dihitung dengan rumus Francis :

=44

V = 1 0,116 1 0,1 u

(

)

dimana : = koefisien V = kecepatan rata-rata u = kecepatan pelampung kedalaman tangkai pelampung = dalamnya air Dalam pelepasan pelampung harus diingat bahwa pada waktu pelepasannya, pelampung tidak stabil oleh karena itu perhitungan kecepatan tidak dapat dilakukan pada saat pelampung baru dilepaskan; keadaan stabil akan dicapai 5 sekon sesudah pelepasannya. Pada keadaan pelampung stabil baru dapat dimulai pengukuran kecepatannya. Debit aliran diperhitungkan berdasarkan kecepatan rata-rata kali luas penampang. Pada pengukuran dengan pelapung, dibutuhkan paling sedikit 2 penampang melintang. Dari 2 pengukuran penampang melintang ini dicarai penampang melintang rataratanya, dengan jangka garis tengah lebar permukaan air kedua penampang melintang yang diukur pada waktu bersama-sama disusun berimpitan; penampang lintang rata-rata didapat dengan menentukan titik-titik pertengahan garisgaris horizontal dan vertikal dari penampang itu, jika terdapat tiga penampang melintang, maka mula-mula dibuat penampang melintang rata-rata antara penampang yang ditengah dengan penampang melintang rata-rata yang diperoleh dari penampang lintang teratas dan terbawah. Debit aliran kecepatan rata-rata : Q = C.Vp.Ap .. (5.2) dimana : Q = debit aliran 45

C = Koefisien yang tergantung dari macam pelampung yang digunakan Vp = kecepatan rata-rata pelampung Ap = luas aliran rata-rata

3. ALAT DAN BAHAN1. 2. 3. 4. 5. Stop watch Roll meter Pelampung Pengunting Rol meter

4. PELAKSANAAN1. Dipilih saluran terbuka dengan panjang bentangan minimal 50 meter; tentukan tempat pada saluran tersebut, diukur penampang melintang alirannya. 2. Ukur kecepatan aliran air dengan berbagai metode di saluran tertentu waktu untuk melintas pada jarak 50 meter tersebut.

5. LAPORAN1. Bandingkan debit yang diukur dari masingmasing cara pengukuran. Terangkan sebabsebab terjadinya perbedaan tersebut. 2. Hitung kehilangan air antara 2 titik pengukuran.

46

Acara 7OPERASI SISTEM IRIGASI

1. TUJUAN1. Menentukan Rencana Tata Tanam Global (RTTG) 2. Menentukan jatah pemberian air irigasi

2. DASAR TEORI1. Penentuan Rencana Tata Tanam Global Penentuan Rencana Tata Tanam Global (RTTG) merupakan bagian dari pengelolaan air irigasi, yaitu dengan cara menentukan jenis dan luas tanaman serta saat mulai pengolahan tanah dimulai untuk jangka waktu satu tahun. Penentuan RTTG pada dasarnya merupakan pengaturan jadwal dan jenis dan luas tanaman agar kebutuhan air tanamannya dapat sesuai dengan air irigasi yang tersedia. Dari pengertian tersebut terdapat dua komponen penting yang harus diperhitungkan, yaitu : (i) kebutuhan air irigasi yang terdiri dari kebutuhan air tanaman dan kehilangan air irigasi, dan (ii) ketersediaan air irigasi. Kebutuhan air tanaman di petak sawah merupakan kebutuhan air agar tanaman dapat tumbuh dan berproduksi secara optimal. Kebutuhan air tanaman ini didekati dengan nilai evapotranspirasi (ET) tanaman. Khusus tanaman padi sawah kebutuhan air ini merupakan nilai ET + p (perkolasi). Untuk memudahkan dalam pengelolaan air irigasi kebutuhan air ini dinyatakan dengan satuan pemberian air 47

(pasten). Besarnya satuan pemberian air tersebut tercantum pada tabel 6.1.

Tabel 6.1. Satuan pemberian air untuk tanaman padi, tebu dan palawija Jenis Tanam an Padi Fase/ Umur Pengolahan tanah + persemaian Pertumbuhan Pemasakan Pengolahan tanah + penanaman tebu Tebu Muda Tebu Tua Perlu banyak air Perlu sedikit air Lama(bula n) 1,5 2,5 1,5 1,0 4,0 10,0 3,0 3,0 Pasten(lt/d t/ha) 1,125 1,000 0,625 0,750 0,500 0,125 0,250 0,125

Tebu

Palawij a

Kehilangan air merupakan sejumlah air yang hilang selama pengalirannya dari sumber sampai ke sawah melalui proses rembesan, bocoran dan lain-lainnya, juga merupakan air yang hilang karena pengelolaan. Banyaknya air yang hilang ini dapat dinyatakan dalam persen (%), sedangkan untuk kompensasi air yang hilang ini agar jumlah air yang sampai ke petak sawah sesuai dengan yang dibutuhkan sering dinyatakan 48

sebagai suatu faktor (misalnya faktor tersier). Hubungan antara persen (%) air yang hilang dengan faktornya adalah : 100 Faktor = .(6.1) 100 L dengan L : air tanaman untuk suatu daerah irigasi yang hilang Kebutuhan air tanaman untuk suatu daerah irigasi dihitung dengan bertahap. Tahap I : yaitu kebutuhan air tanaman = luas tanaman x pasten Tahap II : yaitu kebutuhan air dipintu sadap = kebutuhan air tanaman x faktor tersier Tahap III : yaitu kebutuhan air dibendung = kebutuhan air dipintu sadap + kehilangan air di saluran induk Dengan catatan kehilangan air disebabkan oleh perembesan disepanjang saluran di petak tersier dan oleh karena pengelolaan di petak tersier diperkirakan sebanyak 25% - 30%. Besarnya kehilangan air di saluran induk diperkirakan sebesar 15 %. Pelaksanaan pembuatan RTTG dilakukan dengan cara membuat neraca air untuk periode selama satu tahun. dengan menentukan pola tanam serta luasan masing-masing tanaman akan dapat dibuat rencana kebutuhan air untuk periode satu tahun. Air irigasi yang diperkirakan akan tersedia dihitung berdasarkan data pengamatan debit air di sumber air, kemudian dibuat perkiraan debit air irigasi yang tersedia dengan probabilitas tertentu. Neraca air ditentukan untuk lama periode 7 15 harian dengan persamaan 6.2.

49

NR = AI KI .......................................... (6.2.) dengan : NR : neraca air untuk setiap periode pembagian air, lt/dt AI : air irigasi yang tersedia untuk periode tersebut, lt/dt KI : kebutuhan air irigasi dibendung untuk periode tersebut, lt/dt dalam penentuan RTTG ini harus diusahakan agar kebutuhan air irigasinya tidak melebihi jumlah air irigasi yang tersedia (NR bernilai positif) 2. Penentuan jatah pemberian air irigasi Penentuan jatah pembagian air dilakukan dengan menghitung airirigasi yang dibutuhkan dibandingkan dengan air irigasi yang tersedia, yaitu dengan mengkoreksi penjatahan air. Hal ini dilakukan apabila air irigasi yang tersedia kurang mencukupi kebutuhan. Berdasarkan atas laporan ketua P3A berupa jenis, umur dan luasan tanaman, dihitung besarnya kebutuhan air irigasi. Berdasarkan data pengamatan debit air di bendung ditentukan debit air irigasi yang tersedia. Perbandingan antara air irigasi tersedia dibandingkan dengan kebutuhan airnya disebut sebagai faktor koreksi (faktor K). Air irigasi yang diberikan ke petak tersier sebanyak yang dibutuhkan dikalikan dengan faktor K.

3. CARA KERJA1. Penentuan RTTG : a. Tentukan pola tanam b. Hitung neraca air selama setahun, apabila musim tanam dimulai pada 50

tanggal 1 Oktober, 15 Oktober, 1 Nopember dan 15 Nopember. c. Buat grafik : (i) neraca air untuk masing-masing tanggal tanam (ii) surplus air 2. Penentuan jatah air a. Hitung perkiraan debit air irigasi yang tersedia b. Hitung kebutuhan air irigasi c. Hitung faktor K d. Hitung jatah air irigasi untuk masingmasing petak tersier

4. PEMBAHASANBuatlah pembahasan saudara. dari hasil perhitungan

51

ReferensiAnonim, 1986, Standar Perencanaan Irigasi, kriteria perencanaan KP-01 KP-07, Direktorat Jenderal Pengairan Departemen Pekerjaan Umum Baars, C., 1976, Design of Trickle Irrigation System, Dept. of Irrigation and Civil Engeneering, Agriculture University, Wageningen, The Netherlands. Chow, V.T., (1959), Open-channel Hydraulics, McGraw-Hill Book Company, Inc. Tokyo Dastane, NG., 1974, Effective rainfal in Irrigated Agriculture, Irrigation and Drainage paper, FAO, Roma Doorenbos, J., dan W.O. Pruitt, 1977, Guidelines for Predicting Crop Water Requirement, Irrigation and Drainage Paper, FAO, Roma Israelsen, Irrigation Principle and Practices. James, Larry G., 1988, Principles of Farm Irrigation System Design, John Willey and Sons, New York, USA. Kraatz dkk, 1975, Small Hydraulic Structures, FAO, Rome. Munson, B.R., Young, D.F., and Okiishi, T.H. 1990, Fundamental of Fluid Mechanics, John Willey and Sons, Singapore Schwab O.W., Hins W.W., Edminster T.W., Barnest, K.K., 1981. Soil and Water Conservation Engineering, John Willey and Sons Inc., London Varshney dkk, 1979, Theory & Design on Irrigation Structures, Vol I dan Vol II, Nem Chand & Bros Roorkee 52

Vermeiran, I. & Jobling, G.A., 1983, Localized Irrigation, Irrigation and Drainage Paper, FAO, Rome. lh. 12.

53

54