Upload
dyah-utami
View
162
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
PERUBAHAN KURIKULUM SMA DAN VISI INDONESIA 2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kurikulum menurut Undang-Undang Sisdiknas nomor 20 tahun 2003
merupakan pedoman kegiatan pembelajaran, memaknai kalimat tersebut berarti
kurikulum merupakan jantung dari pendidikan. Sehingga harus disadari bahwa
kurikulum merupakan faktor penting dalam menentukan arah kegiatan pendidikan.
Penentuan kurikulum secara nasional oleh pemerintah tidak terlepas dari
kesadaran bahwa kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh kemajuan pendidikannya.
Hal ini memperlihatkan pentingnya kurikulum dalam mempersiapkan generasi muda
dalam menghadapi tantangan yang akan dihadapi bangsanya mengikuti perubahan
jaman.
Kurikulum harus mampu memberi pengalaman belajar yang mampu
mengembangkan potensi peserta didik menjadi kemampuan yang diperlukan untuk
kehidupan masa mendatang. Artinya kurikulum harus berfungsi menghasilkan
generasi muda yang mampu mengembangkan kehidupan dirinya dan kehidupan
bangsanya sesuai dengan tuntutan masyarakat pada waktu itu.
Pengembangan potensi peserta didik diharapkan bersifat holistik, sehingga
kompetensi yang dikembangkan dalam kurikulum menggambarkan domain sikap,
ketrampilan dan pengetahuan.1 Sehingga pada akhirnya kurikulum dapat
mencerminkan karakter bangsa yang diharapkan.
Pemerintah melalui TAP MPR-RI memberikan arah dalam mengembangkan
kehidupan bangsa dan tuntutan masyarakat perubahan dan perkembangan jaman
melalui Visi Indonesia masa depan, yaitu di dalam visi Indonesia 2020.
Penetapan visi Indonesia 2020 terhadap diharapkan dapat diaplikasi dalam
perubahan kurikulum, karena yang akan melaksanakan pembangunan di Negara
Republik Indonesia adalah generasi muda yang diharapkan merupakan produk dari
system pendidikan.
Ini artinya, kurikulum yang baik adalah kurikulum yang dapat mengadaptasi
visi Negara Indonesia di masa depan, karena dengan begitu diharapkan output yang
1 Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Bahan Uji Publik Kurikulum 2013, 2012, hlm. 14.
1
dihasilkan dari sekolah-sekolah adalah sumber daya manusia yang sanggup
beradaptasi dan berpartisipasi aktif dalam pembangunan negara-bangsanya.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik beberapa masalah sebagai berikut :
1. Apakah yang dimaksud dengan kurikulum?
2. Bagaimana materi kurikulum yang relevan?
3. Bagaimana model kurikulum SMA yang pernah diterapkan di Indonesia?
4. Bagaimana perubahan kurikulum SMA di Indonesia?
5. Apakah visi Indonesia 2020?
6. Apakah visi Pendidikan Nasional?
7. Bagaimana perubahan kurikulum SMA dan visi Indonesia 2020?
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1Kurikulum
Hakikat kurikulum di Negara manapun di dunia ini secara prinsip mempunyai
kesamaan, yaitu kurikulum sebagai blueprint proses pembelajaran yang berupa
seperangkat rencana untuk membangun dan memberdayakan potensi peserta
didik. Sedangkan perbedaan kurikulum yang dikembangkan di setiap Negara
adalah muatan dalam kurikulum. Perbedaan muatan disebabkan oleh filosofi dan
beliefs, konteks dan kondisi yang dimiliki dan dihadapi oleh masing-masing
Negara.2
Pengertian kurikulum secara luas didefinisikan oleh Colin Marsh sebagai
berikut:
Curriculum is that which is taught in school
Curriculum is a set of subjects
Curriculum is a content
Curriculum is a set of material
Curriculum is a set of performance objektif
Curriculum is that which is taught both inside and outside of school directed by the
school
Curriculum is that which an individual learner experiences as a result of schooling
Curriculum is everything that is planned by school personnel3
Dari beragam definisi yang disampaikan di atas, jelas terlihat bahwa kurikulum
dapat sangat mempengaruhi individu pembelajar.
Untuk kepentingan pendidikan di Indonesia, kurikulum didefinisikan
secara formal sebagaimana yang dimuat dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional bahwa
kurikulum adalah “seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.”
2 Tim redaksi, ”Bunga Rampai Kurikulum Buku Kedua”, Jakarta, Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas, 2009, hlm. 177. 3 Colin Marsh, “Curriculum Development in East Asia”, Bristol, The Falmer Press Taylor and Francis Inc, 1991, hlm. 5.
3
2.2Materi Kurikulum Harus Relevan
Di dalam penyusunan kurikulum yang dapat memenuhi kebutuhan peserta
didik dalam menghadapi perubahan jaman dibutuhkan materi yang relevan. Philip
Phenix mengidentifikasikan enam wilayah yang bermakna dalam menjadikan
peserta didik memahami makna dimana mereka hidup dan mengembangkan diri.
Keenam wilayah makna tersebut yaitu: simbolics, empirics, synnoetics, aesthetics,
ethics dan synopticsations.4
Disadari bahwa kandungan pengetahuan yang terdapat dalam setiap wilayah
dan sub wilayah demikian luas. Karena itu pendidikan perlu memilih yang esensial.
Selanjutnya Phenix mengemukakan empat prinsip dasar dalam memilih media
pelajaran dari setiap wilayah arti, yaitu:
a. Bahan pelajaran harus diambil dari disciplined of inquiry
b. Bahan pelajaran harus dipilih dari konsep-konsep utama suatu disiplin yang
mewakili hakikat disiplin tersebut
c. Bahan pelajaran mengutamakan method of inquiry
d. Bahan pelajaran harus dapat mendorong peserta didik berpikir secara
imajinatif
2.3Kurikulum di Indonesia
kurikulum yang digunakan di Indonesia telah mengalami perubahan dimulai
dari masa awal kemerdekaan sampai dengan saat ini. Berikut akan dipaparkan
tujuan dan isi masing-masing kurikulum dimulai dari kurikulum yang digunakan di
Indonesia pada tahun 1968
2.3.1 Kurikulum 1968
Dasar hukum dari penetapan kurikulum 1968 adalah ketetapan Sidang
Umum MPRS No. XXVII/MPRS/1966.
Implementasi dari ketetapan Sidang Umum MPRS merumuskan tujuan
pendidikan sebagaimana tertulis di bawah ini
a. Membentuk manusia Pantja Sila sedjati berdasarkan ketentuan-ketentuan
seperti dikehendaki oleh pembukaan dan isi UUD 1945
4 Philip Phenix, Realms of Meaning: A Philosophy of The Curriculum For General Education, New York, Mc. Graw Hill Book Co., 1964, hlm 6
4
b. Mempersiapkan anak didik untuk memasuki perguruan tinggi dengan jalan
mematangkan mental intelejensinja jang dilengkapi dengan dasar2 umum
ketjakapan, kedjuruan dan pembinaan perkembangan physik jang kuat dan
sehat
c. Memberikan dasar-dasar keachlian umum kepada anak didik, sesuai
dengan bakat dan minat masing2 dalam pelbagai lapangan, sehingga
tamatannja dapat mengembangkan dirinja pada lembaga2 pendidikan
lainnja dan lembaga2 masyarakat, jang memerlukan SMA sebagai
dasarnja5
Tujuan Pendidikan Nasional berdasarkan kurikulum 1968 salah satunya
adalah membentuk manusia pancasila sejati, ini bersesuaian dengan sejarah
bangsa Indonesia yang pada tahun 1965 mengalami keguncangan politik
akibat usaha percobaan kudeta terhadap kedaulatan Negara Republik
Indonesia. Peristiwa yang kemudian dikenal sebagai G 30S/PKI disinyalir
terjadi karena adanya kelompok tertentu yang berkehendak merubah
Pancasila sebagai dasar negara menjadi Komunis.
Kurikulum 1968 memperlihatkan bahwa pembuatan kurikulum merupakan
reaksi dari Pemerintah Negara Republik Indonesia terhadap kondisi yang
terjadi pada negara ini pada saat tersebut.
2.3.2 Kurikulum 1975
Dasar hukum dari penetapan kurikulum 1975 adalah Keputusan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 008-E/U/1975 tentang
Pembakuan Kurikulum Sekolah Menengah Umum Tingkat Atas.
Tujuan Pendidikan Nasional sesuai kurikulum 1975 adalah membentuk
manusia pembangunan yang ber-Pancasila dan membentuk manusia
Indonesia yang sehat jasmani dan rokhaninya, memiliki pengetahuan dan
ketrampilan, dapat mengembangkan kreativitas dan tanggung jawab, dapat
menyuburkan sikap demokrasi dan penuh tenggang rasa, dapat
mengembangkan kecerdasan yang tinggi dan disertai budi pekerti yang luhur,
mencintai bangsanya dan mencintai sesama manusia sesuai ketentuan yang
termaktub dalam UUD 1945.6
5 Direktorat Pendidikan Umum, Kedjuruan dan Kursus-Kursus Dinas SMA, “Rentjana Pendidikan dan Peladjaran SMA”, Djakarta, Depdikbud, 1968, hlm. 8. 6 Tim Kurikulum, Kurikulum SMA 1975 Buku Kesatu, Ketentuan-Ketentuan Pokok”, Jakarta, Depdikbud, 1975, hlm.3.
5
Di dalam kurikulum ini kemampuan (kecerdasan dan ketrampilan),
pengetahuan dan sikap dirumuskan dalam bentuk tujuan-tujuan pendidikan.
Kurikulum ini mengenal berbagai tingkatan tujuan pendidikan : tujuan
institusionil (tujuan yang harus dicapai oleh keseluruhan program sekolah
tersebut); tujuan kurikuler (tujuan yang pencapaiannya dibebankan kepada
program sesuatu bidang pelajaran); dan tujuan instruksionil (tujuan yang
pencapaiannya dibebankan kepada suatu satuan program pengajaran sesuatu
bidang pelajaran); makin kecil suatu satuan pelajaran makin khusus suatu
rumusan tujuan.7
Kurikulum SMA tersusun atas program pendidikan, yang meliputi:
a. Program Pendidikan Umum
b. Program Pendidikan Akademis (meliputi jurusan IPA, IPS dan Bahasa)
c. Program Pendidikan Ketrampilan8
2.3.3 Kurikulum 1984
Berdasarkan ketetapan Majelis Permusyawaratan rakyat No. II/MPR/1983
tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara telah dirumuskan tujuan pendidikan
nasional yaitu meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
kecerdasan dan ketrampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat
kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air agar
dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat
membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas
pembangunan bangsa.9
Kurikulum 1984 hadir dengan harapan merupakan pengembangan dari
kurikulum yang berlaku sebelumnya. Hal ini sejalan dengan kebijakan
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan No.0461/U/1983 tertanggal 20
Oktober 1983 tentang Perbaikan Kurikulum Dasar dan Menengah, khususnya
pasal 2 dan 4 yang menyatakan bahwa, perbaikan kurikulum mencakup:
a. Peninjauan kembali dan perbaikan kurikulum secara menyeluruh melalui
pendekatan pengembangan dengan bertitik tolak kepada
1) Pilihan kemampuan dasar, baik pengetahuan maupun ketrampilan yang
perlu dikuasai dalam pembentukan kemampuan dan watak
7 Ibid, hlm. 19-21.8 Ibid, hlm. 5.9 Tim Kurikulum, “Kurikulum 1984 SMA, Landasan, Program dan Pengembangan”, Jakarta, Depdikbud Republik Indonesia, 1984, hlm. 1.
6
2) Keterpaduan dan keserasian antara matra kognitif, psikomotorik dan
afektif
3) Penyesuaian tujuan dan struktur program dengan perkembangan
masyarakat
b. Pelaksanaan PSPB
c. Pengadaan program studi baru yang merupakan usaha memenuhi
kebutuhan di lapangan kerja10
Lingkup pelajaran SMA di dalam kurikulum ini sebagai berikut:
a. Program inti
b. Program khusus (pilihan), terdiri dari:
1) Program A meliputi program ilmu Fisik. ilmu Biologi, ilmu sosial dan ilmu
budaya
2) Program B meliputi program di bidang Teknologi Industri, di bidang
pertanian dan kehutanan, di bidang komputer, di bidang jasa, di bidang
kesejahteraan keluarga, di bidang maritim, di bidang budaya dan di
bidang pengetahuan agama11
Perluasan yang terasa sekali pada kurikulum 1984 dibandingkan kurikulum
sebelumnya adalah perencanaan Program B sebagai program pilihan di SMA.
Program B sebagaimana terpapar di atas merupakan program keahlian yang
diharapkan mendukung usaha memenuhi kebutuhan di dunia kerja.
Pengembangan perluasan lapangan kerja dimungkinkan karena memasuki
periode tahun 1980-an, perkembangan Ekonomi di Indonesia sedang membaik
ditandai dengan banyaknya investor asing yang menanamkan modalnya di
Indonesia. Industri-industri yang berasal dari modal asing membutuhkan
banyak tenaga kerja di tingkat buruh atau karyawan.
Ini berarti kurikulum 1984 mencoba memenuhi kebutuhan yang
berkembang pada saat itu yaitu untuk menyediakan tenaga kerja. Sayangnya,
idealisme yang disuarakan dalam kurikulum 1984 untuk membentuk program B
tidak diikuti oleh pertimbangan metode yang sesuai untuk mendapatkan ilmu
yang membutuhkan sarana dan prasarana yang mendukung. Sebagaimana
semua keahlian vokasional, program pilihan B tidak akan bisa berhasil bila
tidak dilatih menggunakan sarana dan prasarana yang mendukung.
10 Ibid, hlm. 2.11 Ibid, hlm. 7-13.
7
2.3.4 Kurikulum 1994
Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur,
memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan (pasal 4 UU No. 2 tahun 1989).12
Pembagian program pengajaran untuk jenjang SMU (Sekolah Menengah
Umum) pada kurikulum ini kembali menjadi seperti kurikulum 1975 yaitu
program Bahasa, IPA dan IPS.13
2.3.5 Kurikulum 2004
Rumusan tujuan pendidikan nasional di dalam kurikulum ini berdasarkan
UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 yaitu, “mengembangkan potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
yang demokratis serta bertanggung jawab.14
Kurikulum 2004 diperkenalkan sebagai kurikulum berbasis kompetensi.
Implementasi kurikulum 2004 meliputi beberapa prinsip, yaitu
a. Penilaian berbasis kelas
Prinsip penilaian berbasis kelas menggunakan berbagai cara penilaian (tes
dan non tes), mencerminkan kompetensi siswa secara komprehensif,
berorientasi kepada kompetensi, valid, adil, terbuka, berkesinambungan,
bermakna dan mendidik
b. Kegiatan belajar mengajar
Prinsip KBM berpusat pada siswa, mengembangkan kreativitas siswa,
menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang, mengembangkan
beragam kemampuan yang bermuatan nilai, menyediakan pengalaman
belajar yang beragam dan belajar melalui berbuat
c. Pengelolaan kurikulum berbasis sekolah
Kesatuan dalam kebijaksanaan dan keberagaman dalam pelaksanaan15
12 Tim Kurikulum, “Kurikulum SMU, Landasan, Program dan Pengembangan”, Jakarta, Depdikbud, 1993, hlm. 3.13 Ibid, hlm. 6-8.14 Tim Kurikulum, “Naskah Akademik Kurikulum 2004”, Jakarta, Departemen Pendidikan Nasional, 2003, hlm.8.15 Ibid, hlm. 25-28
8
Kewenangan pemerintah dalam pelaksanaan KBK seperti dinyatakan
dalam Peraturan Pemerintah RI nomor 25 tahun 2000 bab II pasal 2 ayat 3
antara lain:
a. Penetapan standar peserta didik dan warga belajar
b. Pengaturan kurikulum nasional
c. Penilaian hasil belajar secara nasional
d. Penyusunan pedoman pelaksanaan
e. Penetapan standar materi pelajaran pokok, penetapan kalender pendidikan,
dan jumlah jam belajar efektif setiap tahun bagi pendidikan dasar,
menengah dan luar sekolah16
Prinsip-prinsip implementasi yang menghendaki peserta didik berkembang
secara komprehensif dan menyeluruh, kegiatan pembelajaran yang
seharusnya mengembangkan kreatifitas dengan menggunakan beragam
kemampuan yang bermuatan nilai untuk menemukan pengetahuan harus
dihadapkan dengan kewenangan pemerintah berdasarkan PP No. 25 tahun
2000 yang menghendaki keseragaman dengan penilaian hasil belajar,
penyusunan pedoman pelaksanaan dan penetapan standar materi pokok.
Hal penting lain yang harus diperhatikan adalah pemerintah dalam
penyusunan kurikulum mengabaikan pentingnya menentukan metode yang
sesuai dalam memperoleh pengetahuan. Metode yang sesuai akan
membutuhkan sarana dan prasarana pendukung yang sesuai.
2.3.6 Elemen Perubahan dalam Rancangan Kurikulum 2013
Tujuan Pendidikan nasional di dalam kurikulum ini mengacu pada tujuan
pendidikan menurut UU Sisdiknas nomor 20 tahun 2003, sebagaimana yang
digunakan pada kurikulum 2004.
Beberapa elemen perubahan yang dicantumkan dalam rancangan
kurikulum 2013 sebagai berikut:
Tabel 1. Elemen Perubahan dalam Kurikulum 201317
Elemen Deskripsi
Kompetensi Adanya peningkatan dan keseimbangan soft skill dan hard skills yang
16 Ibid, hlm. 18.17 Tim Kurikulum, “Bahan Uji Publik Kurikulum 2013”, Jakarta, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2012, hlm. 22-26.
9
Lulusan meliputi aspek kompetensi sikap, ketrampilan dan pengetahuan
Kedudukan
Mata
Pelajaran
Kompetensi yang semula diturunkan dari mata pelajaran berubah
menjadi
Mata pelajaran dikembangkan dari kompetensi
Pendekatan Kompetensi dikembangkan melalui mata pelajaran wajib dan pilihan
Struktur
Kurikulum
Perubahan sistem, ada mata pelajaran wajib dan pilihan
Terjadi pengurangan mata pelajaran yang harus diikuti siswa
Jumlah jam bertambah 2JP/minggu akibat perubahan pendekatan
pembelajaran
Proses
Pembelajaran
Standar proses yang semula terfokus pada eksplorasi, elaborasi dan
konfirmasi dilengkapi dengan mengamati, menanya, mengolah,
menalar, menyajikan, menyimpulkan dan mencipta
Belajar tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga di lingkungan
sekolah dan masyarakat
Guru bukan satu-satunya sumber belajar
Sikap tidak diajarkan secara verbal, tetapi melalui contoh dan teladan
Adanya mata pelajaran wajib dan pilihan sesuai dengan bakat dan
minatnya
Penilaian Penilaian berbasis kompetensi
Pergeseran dari penilaian melalui tes (mengukur kompetensi
pengetahuan berdasarkan hasil saja), menuju penilaian otentik
(mengukur semua kompetensi sikap, ketrampilan, dan pengetahuan
berdasarkan proses dan hasil)
Memperkuat PAP (Penilaian Acuan Patokan) yaitu pencapaian hasil
belajar didasarkan pada posisi skor yang diperolehnya terhadap skor
ideal
Penilaian tidak hanya pada level KD, tetapi juga kompetensi inti dan
SKL
Mendorong pemanfaatan portofolio yang dibuat siswa sebagai
instrumen utama penilaian
Ekstrakurikule
r
Pramuka (wajib)
OSIS
UKS
10
PMR
Dll
Perlunya ekstrakurikuler partisipasi aktif siswa dalam permasalahan
kemasyarakatan (menjadi bagian dari pramuka)
Elemen perubahan kurikulum 2013 sebagaimana dipaparkan di atas tidak
memiliki banyak perbedaan dibandingkan dengan rencana yang diajukan
dalam kurikulum 2004. Proses pembelajaran yang mengedepankan
ketrampilan proses dimana guru bukan merupakan satu-satunya sumber
belajar merupakan prinsip dasar dari kurikulum berbasis kompetensi.
Pengembangan peserta didik secara holistik dengan memperhatikan soft
skill dan hard skill bahkan sudah mulai dituliskan dimulai dari kurikulum 1994.
Penilaian secara menyeluruh dari peserta didik dengan berbasis pada
kompetensi individu yang akan dikembangkan sepertinya tetap akan
terkendala dengan kebijakan penilaian standar yang akan dilakukan
pemerintah.
Ekstra kurikuler pramuka menjadi wajib diikuti oleh seluruh peserta didik
adalah tambahan yang baru mulai dilakukan pada kurikulum 2013.
2.4 Visi
Visi adalah suatu pernyataan tentang gambaran keadaan dan karakteristik
yang ingin di capai oleh suatu lembaga pada jauh dimasa yang akan datang.
Banyak intepretasi yang dapat keluar dari pernyataan keadaan ideal yang ingin
dicapai lembaga tersebut.18
Visi itu sendiri tidak dapat dituliskan secara lebih jelas menerangkan detail
gambaran sistem yang ditujunya, oleh kemungkinan kemajuan dan perubahan ilmu
serta situasi yang sulit diprediksi selama masa yang panjang tersebut. Pernyataan
visi tersebut harus selalu berlaku pada semua kemungkinan perubahan yang
mungkin terjadi sehingga suatu visi hendaknya mempunyai sifat fleksibel. Untuk itu
ada beberapa persyaratan yang hendaknya dipenuhi oleh suatu pernyataan visi
a. Berorientasi pada masa depan
b. Tidak dibuat berdasar kondisi atau tren saat ini
c. Mengekspresikan kreativitas
d. Berdasar pada prinsip nilai yang mengandung penghargaan bagi masyarakat
18 Vincent Gasperz, “GE Way and Malcolm Baldrige Criteria for Performance Excellence”, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama, 2007, hlm. 240
11
e. Memperhatikan sejarah, kultur, dan nilai organisasi meskipun ada
perubahan terduga
f. Mempunyai standard yang tinggi, ideal serta harapan bagi anggauta lembaga
g. Memberikan klarifikasi bagi manfaat lembaga serta tujuan-tujuannya
h. Memberikan semangat dan mendorong timbulnya dedikasi pada lembaga
i. Menggambarkan keunikan lembaga dalam kompetisi serta citranya
j. Bersifat ambisius serta menantang segenap anggota lembaga19
2.5Visi Indonesia 2020
Berdasarkan TAP MPR-RI No. VII/MPR/2001 tentang visi Indonesia masa
depan, Visi Indonesia 2020 adalah terwujudnya masyarakat Indonesia yang
religius, manusiawi, bersatu, demokratis, adil, sejahtera, maju, mandiri serta baik
dan bersih dalam penyelenggaraan negara
2.6Perubahan Kurikulum SMA dan Visi Indonesia 2020
Pendidikan selalu diharapkan dapat menjadi kunci sukses meningkatkan taraf
hidup suatu bangsa. Hal ini tidak terlepas dari harapan masyarakat bahwa
pendidikan dapat mencerdaskan peserta didik sehingga pada akhirnya dapat
meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat.
Dewasa ini, di dalam kehidupan manusia yang terbuka dalam dunia global,
kurikulum dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan global. Dunia telah menjadi suatu
global village berarti harus menyiapkan kurikulum yang terbuka terhadap berbagai
kekuatan yang mempengaruhi dunia kehidupan manusia dewasa ini. Kurikulum
yang tidak peka terhadap perubahan akan mengakibatkan ketertinggalan. Sistem
pendidikan yang tidak memperhitungkan betapa besar pengaruh teknologi
informasi, arus demokratisasi, perdagangan global yang terbuka, akan tercecer
dari kehidupan manusia yang mengglobal.20
Berdasarkan paparan kurikulum yang digunakan di Indonesia dimulai dari
tahun 1968 sampai dengan rancangan kurikulum 2013 pada sub bab di atas, dapat
dilihat bahwa kurikulum yang berlaku bersifat reaktif atau hanya dikarenakan
adanya situasi tertentu yang terjadi pada saat tersebut. Sebagai contoh, salah satu
tujuan pendidikan dalam kurikulum 1968 yaitu membentuk manusia Pancasila
dikarenakan reaksi terhadap aksi G30S/PKI.
19 Ibid, hlm. 241.20 H.A.R. Tilaar, “Perubahan Sosial dan Pendidikan, Pengantar Pedagogik Transformatif untuk Indonesia”, Jakarta, PT Grasindo, 2002, hlm. 369
12
Kemudian kurikulum 1984 merupakan penjabaran dari reaksi pemerintah
terhadap perkembangan industri yang berasal dari penanaman modal asing
sehingga membutuhkan banyak tenaga kerja ditingkat madya, hanya untuk
menjadi karyawan tanpa mengembangkan pola pikir.
Berikutnya kurikulum 1984 mengalami perubahan menjadi kurikulum 1994.
Kurikulum 1994 pada dasarnya diharapkan dapat menjadi kurikulum yang
mengedepankan keterampilan proses. Kegiatan belajar mengajar pada dasarnya
mengembangkan kemampuan psikis dan fisik serta kemampuan penyesuaian
sosial siswa secara utuh. Selain itu, mengingat kekhasan setiap mata pelajaran,
cara penyajian pelajaran atau metode mengajar hendaknya memanfaatkan
berbagai sarana penunjang seperti kepustakaan, alat peraga, lingkungan alam,
sosial dan budaya serta nara sumber.21 Namun pemerintah abai menyediakan
sarana prasarana pendukung, sebagaimana terurai di atas bahwa kemampuan
yang diharapkan bisa dikembangkan adalah kompetensi individu secara utuh,
proses belajar diharapkan merupakan ketrampilan proses.
Kemudian kurikulum 2004 merupakan kurikulum berbasis kompetensi,
kurikulum yang dua tahun kemudian disempurnakan menjadi KTSP merupakan
reaksi terhadap gerakan reformasi yang menuntut perubahan sentralisasi
kurikulum menjadi desentralisasi.
Terakhir adalah dikeluarkannya rancangan kurikulum 2013 oleh Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan pada tanggal 29 November 2012. Kurikulum ini juga
merupakan reaksi atas hasil studi Internasional yang memperlihatkan hasil berupa
rendahnya kemampuan membaca, matematika dan IPA.22 Selain itu kondisi yang
mengemuka sebelum dikeluarkannya kurikulum tersebut adalah maraknya tawuran
pelajar dan meningkatnya angka kriminalitas yang dilakukan oleh remaja usia
sekolah.
Jelas sekali terlihat bahwa perubahan kurikulum yang dilakukan di Indonesia
cenderung bersifat reaktif. Padahal diharapkan dengan semakin besarnya
perubahan jaman, semakin dekatnya tantangan globalisasi, perubahan kurikulum
di Indonesia dapat bersifat prediktif dan atisipatif. Perubahan kurikulum seharusnya
mengacu pada visi Indonesia 2020.
21 Tim Kurikulum 1994, op.cit, hlm. 28.22 World Bank, “Teacher Sertification in Indonesia: A Strategy for Teacher Quality Improvement”, 2009 hlm. 6 Studi yang dimaksud adalah Program for International Student Assesment (PISA)
13
Berdasarkan visi Indonesia 2020 salah satu harapannnya adalah
terbentuknya masyarakat yang manusiawi, ini berarti kurikulum harus mampu
memanusiakan manusia. Maksudnya peserta didik diperlakukan secara manusiawi,
diberi kebebasan untuk mengembangkan diri, difasilitasi untuk mengembangkan
kemampuan kognitif, psikomotorik dan afektif. Pada kenyataannya berdasarkan
elemen perubahan dalam rancangan kurikulum 2013, aspek perubahan hanya
menekankan pada perubahan jam pelajaran. Penilaian terukur hanya melalui tes
tertulis bahkan ekstra kurikuler pramuka yang seharusnya merupakan pilihan
peserta didik apakah akan mengikuti atau tidak berubah menjadi wajib.
Pemerintah dalam merubah kurikulum seharusnya menyadari yang
dibutuhkan peserta didik bukan hanya perhitungan jumlah jam pelajaran,
perubahan mata pelajaran tertentu atau penentuan sikap-sikap seperti apa yang
harus dikuasai. Perubahan kurikulum seharusnya bersifat proaktif, memahami
bahwa peserta didik membutuhkan pengalaman nyata, proses pengamatan
langsung dan penemuan pengetahuan berdasarkan praktik. Elemen perubahan
seharusnya mengacu pada standar penyediaan sarana dan prasarana yang akan
sangat dibutuhkan untuk proses pembelajaran.
Masyarakat Indonesia yang religius, manusiawi, bersatu, demokratis, adil,
sejahtera, maju, mandiri, serta baik dan bersih dalam penyelenggaraan negara
hanya bisa diwujudkan jika perubahan kurikulum disiapkan secara matang
mengarah kesana. Perubahan kurikulum diharapkan bersifat prediktif dan
antisipatif, bukan hanya reaksi dari persoalan yang mengemuka tanpa didahului
penelitian, persiapan dan pembelajaran dari kurikulum sebelumnya. Apalah artinya
perubahan kurikulum yang hanya mengikuti siklus sepuluh tahunan, yang akhirnya
hanya akan menjadi kesalahan berulang dari kurikulum sebelumnya.
BAB III
CATATAN PENUTUP
Dari serangkaian uraian dan ulasan di atas dapat ditarik beberapa catatan
berikut:
3.1 Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi dan bahan pelajaran yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran
14
3.2 Kurikulum 1968 bersifat reaktif terhadap gejolak pergerakan G 30S/PKI,
sehingga tujuan pendidikan mencantumkan perlunya pembentukan manusia
berjiwa pancasila
3.3 Kurikulum 1974 memiliki ciri khas yaitu pengembangan tujuan institusionil,
tujuan kurikuler dan tujuan instruksionil
3.4 Kurikulum 1984 mengedepankan program pilihan keterampilan (program B)
yang memiliki dimensi vokasional dalam rangka menjawab kebutuhan dunia
industri waktu itu
3.5 Kurikulum 1994 sudah mulai mengembangkan penilaian secara holistik dari
aspek kognitif, psikomotorik dan afektif
3.6 Kurikulum 2004 adalah kurikulum yang dalam naskahnya mengembangkan
dimensi kompetensi siswa. Beberapa prinsip dasar implementasi kurikulum
berbasis kompetensi terkendala oleh PP mengenai kewenangan pemerintah
dalam pelaksanaan kurikulum
3.7 Rancangan kurikulum 2013 menampilkan beberapa elemen perubahan standar
yang sudah ditemui dalam kurikulum 2004, bahkan aspek penilaian dalam
matra kognitif, afektif dan psikomotorik sudah ada dalam kurikulum 1994
3.8 Visi Indonesia 2020 berdasarkan TAP MPR-RI No. VII/MPR/2001 adalah
terwujudnya masyarakat Indonesia yang religius, manusiawi, bersatu,
demokratis, adil, sejahtera, maju, mandiri serta baik dan bersih dalam
penyelenggaraan negara
3.9 Perubahan kurikulum di Indonesia lebih bersifat reaktif dibandingkan antisipatif
dan prediktif
3.10 Perubahan kurikulum seharusnya memperhatikan aspek penelitian dan
pengujian di lapangan sebelum diberlakukan di sekolah-sekolah
3.11 Elemen perubahan dalam rancangan kurikulum 2013 belum mengacu kepada
visi Indonesia 2020
DAFTAR PUSTAKA
Jasin, Anwar. 1987. Pembaharuan Kurikulum SD Sejak Proklamasi Kemerdekaan.
Balai Pustaka, Jakarta
Marsh, Colin. 1991. Curriculum Development in East Asia, The Falmer Press, Taylor
and Francis Inc, Bristol
O’neil, William F. 2002. Ideologi-Ideologi Pendidikan. Pustaka Pelajar, Yogyakarta
15
Phenix, Philip. 1964. Realms of Meaning: A Philosophy of the Curriculum For
General Education. Mc. Graw Hill Book Co, New York
Soedijarto. 2008. Landasan dan Arah Pendidikan Nasional Kita. Kompas Media
Nusantara, Jakarta
Tilaar, HAR. 2012. Kaleidoskop Pendidikan Nasional. Gramedia, Jakarta
Tilaar, HAR. 2002. Perubahan Sosial dan Pendidikan, Pengantar Pedagogik
Transformatif untuk Indonesia. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta
Tim Kurikulum. 1968. Rentjana Pendidikan dan Peladjaran SMA. Direktorat
Pendidikan Umum, Kedjuruan dan Kursus-Kursus, Dinas SMA, Jakarta
Tim Kurikulum. 1975. Kurikulum SMA 1975: Buku Kesatu. Depdikbud, Jakarta
Tim Kurikulum. 1984. Kurikulum 1984 SMA: Landasan, Program dan
Pengembangan. Depdikbud, Jakarta
Tim Kurikulum. 1993. Kurikulum Sekolah Menengah Umum: Landasan, Program dan
Pengembangan. Depdikbud, Jakarta
Tim Kurikulum. 2003. Kurikulum 2004: Naskah Akademik. Depdiknas, Jakarta
Tim Kurikulum. 2009. Bunga Rampai Kurikulum: Buku Kesatu. Pusat Kurikulum,
Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas, Jakarta.
Tim Kurikulum. 2010. Bunga Rampai Kurikulum: Buku Kedua. Pusat Kurikulum,
Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas, Jakarta.
Tim Kurikulum. 2012. Bahan Uji Publik Kurikulum 2013. Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan, Jakarta.
Tim Penulis. 2012. Pendidikan Nasional: Arah Kemana?. Kompas Media Nusantara,
Jakarta.
16