Upload
vuthien
View
229
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
1
Persepsi akuntan pendidik dan mahasiswa terhadap
teknologi informasi yang harus dikuasai oleh akuntan
(survei di wilayah Surakarta)
Sutyastuti
F.0399076
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teknologi informasi dan sistem informasi merupakan pertimbangan penting
bagi organisasi dalam penyediaan informasi yang tepat guna pada persaingan
bisnis. Teknologi informasi didiskripsikan sebagai kombinasi teknologi komputer
(hardware, software) dengan teknologi telekomunikasi (data, image, dan jaringan
atau network) oleh Whitten et al (1999). Perkembangan teknologi informasi dapat
dilihat dengan makin banyaknya produk-produk software, hardware, processor
yang semakin canggih dan network komunikasi seperti internet, intranet yang
mampu menunjang kebutuhan bisnis akan informasi. Tom Peters (1992) dalam
Harahap (2002) mengemukakan beberapa bentuk teknologi informasi yang dulu
belum begitu dikenal yaitu alat informasi langsung (personal computer dan
telekomunikasi), computer assited design and manufacturing, computer
simulation and modelling, CD player dan program smartening everything lain
seperti computer equipment (ATM, Phone Banking, Internet Banking), perusahaan
2
yang memiliki jaringan luas (telecomputing). Teknologi informasi semakin
berkembang dalam mempermudah pelayanan bisnis bagi user.
Perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat berpengaruh terhadap
akuntansi (Baridwan, 1996), dalam penyediaan informasi akuntansi , keuangan,
manajemen dan fungsi atestasi. Perubahan lingkungan bisnis menyebabkan
kebutuhan akan informasi yang tepat guna. Komputerisasi maupun investasi
teknologi informasi lain yang dilakukan oleh suatu organisasi mendorong akuntan
untuk meggeser perannya. Akuntan sebagai penyedia informasi harus mampu
memberikan layanan jasa sesuai dengan kebutuhan. Sehingga diperlukan suatu
upaya untuk menyiapkan akuntan yang tanggap akan teknologi informasi. Husein
(1999) menyatakan bahwa perubahan teknologi informasi perlu diperhitungkan
dalam pendidikan akuntansi agar lulusan akuntansi mempunyai pengetahuan yang
cukup di bidang teknologi informasi dengan memasukkan unsur teknologi
informasi dalam pengajaran akuntansi.
Mulyadi (2000) berpendapat bahwa akuntan manajemen perlu menggeser
perannya dan harus mengubah basis keahlian profesionalnya menyongsong era
teknologi informasi. Akuntan manajemen tidak lagi berperan sebagai penyedia
informasi keuangan bagi pengambilan keputusan namun harus menempatkan diri
sebagai pengambil keputusan sendiri. Akuntan manajemen harus bergabung
sebagai anggota senior dalam team manajemen untuk mengambil keputusan
strategik. Pergeseran peran ini berdampak besar pada reskilling praktisi akuntan
dan pendidikan akuntansi. Pengetahuan dan keterampilan yang digunakan sebagai
dasar kompetensi profesi akuntan manajemen Indonesia tidak lagi terbatas pada
3
akuntansi, sistem akuntansi, dan auditing namun meluas ke pengetahuan yang
dapat digunakan untuk membaca tren perubahan lingkungan makro dan mikro,
manajemen strategik, teknologi informasi, manajemen perubahan dan ketrampilan
komunikasi (Mulyadi, 2001).
Trauth et al (1993) meneliti tentang respon akademisi terhadap penyiapan
pendidikan profesi sistem informasi di masa depan apakah sesuai dengan
kebutuhan bisnis. Penelitian melibatkan tugas sistem informasi, keahlian teknis
teknologi informasi dan kemampuan interpersonal agar lebih produktif. Penelitian
serupa dilakukan oleh Lee et al (1995) dengan melihat faktor pengerak perubahan
yaitu perubahan teknologi informasi, perubahan lingkungan bisnis dan perubahan
peran sistem informasi dalam organisasi.
Perkembangan software audit mempengaruhi auditor dalam suatu pengauditan.
Auditor perlu mengetahui perkembangan teknologi informasi agar lebih
kompeten. Morgan (1993) meneliti dampak alat audit expert system pada kantor
akuntan publik tahun 2001 dengan investigasi Delphi memperkirakan apa yang
terjadi di masa datang. Juniarti (2001) meneliti tentang faktor yang mempengaruhi
penerimaan software audit yaitu karakteristik individu organisasi, karakteristik
software dengan model Technologi Acceptance Model dan Theory of Planned
Behaviour.
Brown dan Ruf (1987) berpendapat bahwa tujuan pendidikan akuntansi akan
lebih bermanfaat dengan menerapkan software computer pembelajaran daripada
hanya teori. Berdasarkan riset, pengintegrasiaan komputer dalam kurikulum dapat
mempertinggi pembelajaran akuntansi. Brown dan Ruff menyarankan penggunaan
4
direct manipulation terhadap software pengajaran akuntansi. Brown dan Ruf juga
melakukan evaluasi terhadap produk software Niewviews, hasilnya tujuan
pembelajaran tercapai dengan adanya pengurangan waktu pembelajaran,
meningkatkan kinerja, dan menambah pengalaman dan kepuasan mahasiswa.
Penelitian tentang pengintegrasiaan komputer dalam kurikulum banyak telah
dilakukan yaitu Gelinas et al (2001), Anderson et al (2000), dan hasilnya
menunjukkan kinerja dan hasil yang lebih baik bagi mahasiswa.
Sarwoko (2001) menyatakan bahwa mulai tahun 1950-an secara bertahap
sistem informasi manual mulai ditransformasikan ke dalam sistem berdasar
komputerisasi. Perkembangan tersebut menyebabkan posisi akuntan berubah tidak
lagi sebagai staf keuangan tapi juga staf analis dalam pengembangan sistem
terhadap data organisasi. Menurut Arifin (2000) akuntan harus dapat mengikuti
perkembangan teknologi informasi dan dituntut untuk menguasai atau paling tidak
mengetahui metode kuantitatif, teknologi komputer, dan analisis tingkah laku.
Pengetahuan itu akan mempertinggi kemampuaan akuntan dalam era informasi.
Pengetahuan terhadap teknologi informasi dapat membantu akuntan dalam
mempertimbangkan teknologi komputer yang bermanfaat dan sesuai kebutuhan
dalam pengembangan sistem.
Diterimanya suatu teknologi informasi tergantung pada teknologi itu sendiri
dan tingkat keahlian dari individu yang menggunakan. Igbaria dalam Permatasari
dan Trisnawati (2000) menyatakan bahwa keahlian komputer sangat mungkin
untuk merubah persepsi dan sikap seseorang terhadap penggunaan teknologi
informasi dengan mengurangi ketakutan yang mereka rasakan.
5
Beberapa penelitian tentang pengetahuan teknologi informasi dalam akuntansi
telah dilakukan. Frantis Gultom (1993) meneliti tentang persepsi akuntan terhadap
pengetahuan teknologi informasi yang harus dikuasai oleh akuntan. Penelitian
tersebut dilakukan dengan pengujian hipotesa dan hasilnya menunjukkan rata-rata
akuntan mempersepsikan bahwa pengetahuan tentang keyboard, EDP harus
dikuasai oleh akuntan. Ada perbedaan persepsi berdasar beda profesi yang
signifikan. Sedangkan Rachmadi (1996) meneliti tentang persepsi mahasiswa dan
konsultan ekonomi terhadap pengetahuan komputer yang harus dikuasai
mahasiswa akuntansi. Hasilnya tidak ada perbedaan persepsi antar dua kelompok
dan menyatakan bahwa pengetahuan komputer yang harus dikuasai mahasiswa
akuntansi. Penelitian serupa dilakukan oleh Lukito (2002 ), Edmons (1989).
Pengintegrasian TI dalam kurikulum akuntansi di USA telah dilakukan sejak
1988 (Husein, 1999) hal ini dilakukan dengan memecahkan masalah pada mata
kuliah pengantar akuntansi, akuntansi keuangan menengah, akuntansi manajemen,
auditing, akuntansi keuangan lanjutan dengan alat bantu komputer. Husein (1999)
melakukan evaluasi terhadap kurikulum perguruan tinggi akuntansi berdasar Sk
Mendikbud No 03/3/4/1994 hasilnya kurikulum dapat menampung globalisasi dan
teknologi informasi sebagai mata kuliah pilihan agar tidak merubah kurikulum
secara keseluruhan. Akademisi yang bertanggung jawab atas kualitas lulusan
seharusnya melihat perkembangan kebutuhan pengetahuan atau keahlian bagi
anak didiknya.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui persepsi mahasiswa dan akuntan
pendidik terhadap pengetahuan teknologi informasi yang harus dikuasai oleh
6
akuntan. Penelitian ini merupakan penelitian yang mengacu pada penelitian
Gultom (1993) dengan beberapa pengembangan. Peneliti mengembangkan
kuesioner dengan menambah pengetahuan tentang jaringan dan praktek sederhana
komputer. Instrumen jaringan diadopsi dari penelitian Lee et al (1995) dan
praktek sederhana diadopsi dari penelitian rachmadi (1996). Peneliti tidak
menggunakan model sigi atau pengukuran multidimensional seperti yang
digunakan pada penelitian sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk menekankan
jawaban responden dan mengacu pada implikasi dari penelitian terdahulu terhadap
pengukuran dengan model sigi. Sampel yang dipakai yaitu mahasiswa dan
akuntan pendidik di Surakarta. Penelitian dilakukan dengan membandingkan
persepsi akuntan dan mahasiswa. Penelitian ini juga dilakukan untuk mengetahui
pendapat responden terhadap kecukupan muatan teknologi informasi dalam
kurikulum pendididkan tinggi akuntansi yang berupa jajak pendapat. Penelitian ini
berjudul ‘Persepsi Akuntan Pendidik Dan Mahasiswa Terhadap Teknologi
Informasi Yang Harus Dikuasai Oleh Akuntan ‘.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti mengajukan perumusan
masalah sebagai berikut ini.
1. Apakah ada perbedaan yang signifikan antara persepsi akuntan pendidik dan
mahasiswa terhadap teknologi informasi yang harus dikuasai oleh akuntan ?
2. Bagaimana pendapat akuntan pendidik dan mahasiswa terhadap kecukupan
cakupan teknologi informasi dalam kurikulum perguruan tinggi akuntansi ?
7
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan persepsi akuntan pendidik dan
mahasiswa terhadap pengetahuan teknologi informasi yang harus dikuasai
oleh akuntan
2. Untuk mengetahui pendapat akuntan pendidik dan mahasiswa terhadap
kecukupan cakupan muatan teknologi informasi dalam kurikulum.
D. Pembatasan Masalah
Pengetahuan teknologi informasi yang sangat luas menyebabkan peneliti harus
membatasi penelitian tentang teknologi informasi yang berguna dalam akuntansi.
Teknologi informasi yang paling dekat dan sering dipakai akuntan dalam
penyediaan informasi adalah database dengan menggunakan komputer. Database
merupakan kumpulan dari data yang saling berhubungan satu dengan yang
lainnya, tersimpan di perangkat lunak untuk memanipulasinya, sebagai basis data
bagi pemakai dalam menyediakan informasi. Penelitian ini menekankan pada
pengetahuan atau keahlian yang harus dikuasai akuntan dalam pendidikan tinggi
akuntansi. Akuntan merupakan lulusan S1 jurusan akuntansi dan atau lulusan S1
yang mengambil program Pendidikan Profesi Akuntansi (PPA).
E. Manfaat Penelitian
1. Mahasiswa dapat mempersiapkan diri untuk menghadapi dunia kerja yang
memerlukan profesi akuntan yang kompeten. Mahasiswa dan akuntan
8
pendidik diharapkan dapat mengetahui pengetahuan teknologi informasi yang
harus dikuasai oleh akuntan.
2. Akademik dapat memperbaiki kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan
pemakai.
F. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini membahas mengenai latar balakang masalah, perumusan masalah,
tujuan penelitian, pembatasan masalah, manfaat penelitian, dan sistematika
penulisaan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini menguraikan mengenai pengertian persepsi, pengetahuan teknologi
informasi yang harus dikuasai akuntan, penelitian sebelumnya, pengintegrasian
teknologi informasi dalam kurikulum, kerangka teoritis dan hipotesis.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini membahas mengenai metode penelitian, populasi dan sampel, teknik
pengumpulan data, variabel dan alat uji, dan teknik pengujian.
BAB IV ANALISA DATA
Bab ini menguraikan hasil pengolahan data dan analisis penelitian.
BAB V KESIMPULAN DAN KETERBATASAN
Bab ini menguraikan kesimpulan penelitian, keterbatasan dan saran.
9
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Persepsi
Menurut kamus besar bahasa Indonesia persepsi didefinisikan sebagai suatu
proses mental yang menghasilkan bayangan pada suatu ingatan tertentu, baik
secara indra penglihatan, peraba dan indra lainya sehingga bayangan dapat
disadari (1996).
Persepsi merupakan interpretasi psychologis dari suatu perubahan fisik
(Wortman et al, 1999). Suatu proses dimana otak menginterpretasikan sensasi,
memberinya perintah dan arti. Sensasi merupakan proses stimuli dari sel receptor
dalam berbagai bagian tubuh yang mengirim impuls ke otak. Sehingga muncul
suatu respon dalam suatu sistem saraf. Sensasi ini akan diterjemahkan oleh otak
sebagai persepsi. Kebanyakan sistem saraf akan merespon perbedaan kualitas dan
kuantitas dari stimulus yang mempengaruhi kejelasan dari suatu persepsi yang
dihasilkan.
Beberapa proses persepsi dasar menurut Wotrman et al (1999) sebagai berikut
ini.
10
1. Persepsi bentuk
Kemungkinan memahami secara sederhana dengan analisa dari beberapa
sensasi yang terdaftar di otak ketika melihat, mendengar, merasakan atau
menyentuh sesuatu secara keseluruhan.
2. Percetual Constanty
Persepsi yang muncul secara efektif karena jarak jauh. Persepsi akibat dampak
jauh yang mempengaruhi judgment terhadap objek yang sebenarnya. Persepsi
yang dihasilkan tergantung pada pandangan yang konsisten terhadap objek
yang jauh.
3. Dept Perception
Kemampuan mengatakan bagaimana jauhnya suatu objek yang dipengaruhi
oleh kemampuan indra penglihatan. Mata mempunyai kecenderungan
penglihatan dalam dua dimensi daripada tiga dimensi sehingga muncul suatu
judgment yang relatif. Persepsi akibat sensasi dari mata seseorang
kemungkinan akan diterjemahkan berbeda oleh orang lain.
4. Ilusi
Ilusi merupakan proses persepsi yang muncul karena adanya lingkungan yang
tidak seperti biasanya (ada objek yang berbeda dari kenyataan). Misalnya
adanya garis yang sebenarnya sama panjang karena berada pada letak
pandangan yang berbeda sehingga kelihatan salah satu lebih panjang atau
berbeda.
Feming dan Levie (1981) menyatakan bahwa persepsi adalah suatu proses yang
bersifat kompleks yang menyebabkan orang dapat menerima atau meringkas
11
informasi yang diperoleh dari lingkungannya (Pekerti, 1992). Persepsi
bersifat:
1. relatif, tidak absolut, tergantung pada pengalaman tepat sebelumnya,
2. selektif, tergantung pada pengalaman, minat, kebutuhan, dan kemampuan
untuk mengadakan persepsi,
3. teratur, sesuatu yang tidak teratur akan sukar dipersepsikan.
Suatu objek akan dapat dipersepsikan dengan baik apabila objek tersebut lebih
menonjol dibandingkan dengan lingkungannya.
Secord dan Backman (1964) dalam Azwar (1998) mendefinisikan sikap
sebagai keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi) dan
predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan
sekitarnya. Mann (1969) dalam Azwar (1998) menyatakan komponen kognitif
berisi persepsi, kepercayaan , streotip yang dimiliki individu mengenai sesuatu.
Persepsi merupakan tingkat awal struktur kognitif untuk membentuk sikap.
Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku
atau apa yang benar bagi objek sikap. Persepsi seseorang terhadap suatu objek
merupakan komponen kognitif yang dapat diukur jika berbentuk respon verbal
daripada non verbal. Respon verbal merupakan pernyataan keyakinan mengenai
objek sikap.
Faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap menurut Azwar (1998)
meliputi pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting,
pengaruh budaya, pengaruh media massa, lembaga pendidikan dan lembaga
agama, dan pengaruh emosional.
12
Pearson (1996) dalam Hermanus (1996), perbedaan persepsi disebabkan
karena beberapa faktor sebagai berikut:
1. faktor fisiologis yaitu tinggi, berat, gender, panca indra, lapar,
2. pengalaman dan peranan yaitu apa yang telah dialami di masa lalu dan
peranan seseorang yang diajak bicara,
3. budaya yang merupakan suatu sistem kepercayaan, nilai, kebiasaan, dan
perilaku yang digunakan dalam masyarakat tertentu,
4. perasaan dan keadaan misalnya hari baik atau buruk, menyenangkan atau
tidak.
Persepsi dapat diadakan jika suatu keadaan memenuhi karakteristik sebagai
berikut:
§ ada objek yang dipersepsikan,
§ ada alat indra,
§ ada perhatian.
2. Pengetahuan Teknologi Informasi
Teknologi informasi didefinisikan sebagai kombinasi teknologi komputer
(hardware dan software) dengan teknologi telekomunikasi (data, image, dan
jaringan suara) oleh Whitten dan Bentley (2001). Utomo (2001) mendefinisikan
teknologi informasi sebagai bentuk teknologi yang dipergunakan untuk
pengumpulan, pengolahan, penyimpanan dan penyajian data untuk kemudian
ditransformasikan menjadi informasi yang diperlukan bagi suatu kegiatan usaha
yang mencakup piranti keras, piranti lunak dan jaringan komunikasi. Sedangkan
13
Thomson (1995) memberikan definisi pemanfaatan teknologi sebagai perilaku
menggunakan teknologi dalam penyelesaian tugas. Teknologi informasi dalam
organisasi bisnis dewasa ini menjadi penting artinya berkaitan dengan ketepatan
waktu, kebenaran dan ketelitian penyajian informasi terutama keuangan yang
dibutuhkan dalam pengambilan keputusan.
Teknologi komputer merupakan teknologi informasi yang digunakan dalam
suatu organisasi. Komputer merupakan mesin yang memberikan suatu rangkaian
instruksi yang bisa memanipulasi data dengan sendirinya (Lawlor,1992). Pemakai
hanya memberinya instruksi, data dan komputer akan mengerjakannya. Sistem
komputer terdiri dari dua komponen penting yaitu hardware dan software.
Hardware
Hardware adalah peralatan nyata seperti keyboard, layar, printer, kotak penuh
kabel dan sirkuit. Bagian dari kompuer yang merupakan hardware sebagai berikut.
· Central Processsing Unit (CPU)
CPU merupakan jantung dari komputer, bagian terpenting dalam sistem
komputer yang mengambil instruksi kita dan melaksanakan penghitungan serta
langsung membebaskan sistem dan menangani instruksi. CPU merupakan tempat
pemrosesan instruksi-instruksi program, yang disebut juga sebagai processor.
CPU terdiri dari dua bagian utama yaitu Control Unit dan Aritmetic And Logic
Unit (ALU). Control Unit yang bertugas mengatur dan mengendalikan semua
peralatan pada sistem komputer serta mengambil instruksi pemakai. ALU
bertugas melakukan penghitungan aritmetik atau metematika yang terjadi sesuai
dengan instruksi program. Selain itu CPU mempunyai beberapa simpanan
14
berukuran kecil yang disebut register. Register berfungsi menyimpan instruksi
dan data yang sedang diproses oleh CPU, data atau instruksi lain disimpan dalam
main memory. Kecepatan dari processor dipengaruhi oleh ukuran register.
· Main Memory
Suatu sistem komputer harus melibatkan peralatan penyimpanan untuk
mengingat data dan program. Main Memory merupakan peralatan penyimpanan
komputer utama. CPU dapat memperoleh data dari Main Memory jutaan fraksi
perdetik. Main memory terdiri dari Random Access Memory (RAM) dan Read
Only Memory (ROM). RAM merupakan memori yang dapat diakses atau diambil
dan diisi oleh programer. ROM hanya dapat dibaca, programer tidak dapat
mengisi sesuatu ke ROM. Isi dibuat oleh pembuatnya berupa sistem operasi yang
terdiri dari program pokok yang diperlukan sistem komputer.
· Peralatan Input Dan Output
Keyboard merupakan peralatan input yang paling umum. Peralatan output
yaitu monitor atau display yang nampak dalam bentuk softcopy pada layar. Printer
menghasilkan hardcopy atau output permanen pada kertas. Keyboard input dapat
berupa optical sensing untuk marksense reading misalnya barcode universal
product code (UPC), optical character recognition (OCR). Magnetic ink
Character Recognition yang dicetak dengan tinta magnetik dan dibaca secara
teknik untuk input data. MICR ini dapat berupa nomor cek, kode bank, nomor
akun. Magnetic Stripe Reader berisi chips memory yang didalamnya ada kode
khusus yang akan dibaca oleh komputer dan sebagai pengendali terhadap akun
tertentu. Jika kode salah baca maka tidak bisa dibaca atau terbuka oleh komputer
15
misalnya kartu kredit. Pointing devices yang merupakan alat input berupa joystick,
mouse, traceball, yang menggerakkan kursor pada layar. Alat input selain untuk
memasukkan data juga untuk memasukan program. Alat input ada yang berperan
sebagai alat output yang biasa disebut terminal. Terminal dapat dihubungkan
dengan kabel atau alat telekomunikasi.
· Penyimpanan Sekunder
Penyimpan sekunder merupakan penyimpanan data sementara atau tidak
permanen. Penyimpanan sekunder merupakan simpanan tambahan yang
menyimpan data dan program dalam kurun waktu tertentu. Simpanan luar
digunakan untuk back up file untuk cadangan atau pelindung bila file yang asli
rusak atau mungkin hilang. Simpanan sekunder ada yang dapat langsung diakses
ke main memory dan ada juga yang tidak bisa diakses langsung ke main memory
tetapi harus dibaca dengan alat penggerak tertentu. Bentuk dari simpanan
sekunder berupa pita magnetic, 3 ½ floopy disk (microdisk disket), optical disk,
harddisk. Harddisk terdiri dari susunan piringan keras yang melekat dengan
komputer. Harddisk dapat diganti.
Software
Software adalah rangkaian instruksi program yang menyuruh hardware untuk
melakukan sesuatu. Hardware akan berfungsi bila ada instruksi. Sehingga dengan
adanya software, hardware dapat difungsikan. Software adalah board term yang
diberi instruksi yang mengatur operasi dari hardware. Instruksi dibuat oleh
manusia.
16
Software diklasifikasikan menjadi dua tipe utama yaitu sistem software dan
software aplikasi (Lowlor, 1992). Sedangkan Jogiyanto (2000) membagi software
dalam tiga kategori sebagai berikut ini.
1. Perangkat lunak sistem operasi (operating system) yaitu program yang ditulis
untuk mengendalikan dan mengkoordinasi kegiatan dari sistem komputer.
2. Perangkat lunak bahasa (language software) yaitu perangkat lunak yang
digunakan untuk menterjemahkan instruksi-instruksi yang ditulis dalam
bahasa pemrograman ke dalam bahasa mesin supaya dapat dimengerti oleh
komputer.
3. Perangkat lunak aplikasi (application software) yaitu program yang ditulis dan
diterjemahkan oleh language software untuk menyelesaikan suatu aplikasi
tertentu.
System software terdiri dari operating system dan language system. System
software berperan sebagai pengendali, pengatur dan pengkoordinasi dalam sistem
komputer yang membantu pemakai dalam menyelesaikan pekerjaannya. Ketika
seseorang membeli komputer sudah meliputi program sistem yang berupa
operating system dan language system yang dibuat oleh perusahaan software.
Misalnya instruksi dari printing yang nampak pada layar meminta instruksi dari
pemakai, CPU akan menemukan kalimat instruksi dalam main memory dan
mengirimnya ke layar. System software menjadi suatu ukuran kemampuan
software dan menjadi patokan seseorang untuk membeli komputer. Hal ini
disebabkan karena suatu operating system kadang hanya dapat digunakan untuk
17
satu merk komputer saja sehingga kesulitan dalam mencari program aplikasi yang
dapat digunakan oleh komputer tersebut.
Program aplikasi disebut juga application software merupakan software yang
dapat melakukan tugas khusus misalnya program menulis cek pembayaran, word
processing, playgames, analisa keuangan. Program aplikasi dapat dikembangkan
sendiri atau membeli. Pengembangan program aplikasi membutuhkan bahasa
pemrograman agar dapat dimengerti oleh komputer dan dapat dimengerti oleh end
user. Program aplikasi banyak tersedia dalam bentuk paket program, misal paket
akuntansi, paket perhitungan SPSS. Program aplikasi, membantu menterjemahkan
instruksi umum menjadi detail, khusus dibutuhkan secara aktual langsung ke
hardware komputer.
Bahasa Pemrograman
Komputer tidak memahami bahasa Inggris, CPU hanya mampu bekerja pada
bahasa mesin dengan angka nol (0) dan satu (1) untuk data dan program.
UNIVAC I, 1951 merupakan komputer utama pertama yang menerima bahasa
dengan menggunakan alphanumeric (alphabetic dan numeric). Karakter dalam
komputer diterjemahkan dalam kode 0 dan 1 agar berfungsi. Kemudian
berkembang menjadi High Level Language yang hampir seperti bahasa Inggris
dengan bahasa mesin yang masih tetap dengan kode 0 dan 1.
Fourh Generation Language (4GLs) dapat dilihat dalam aplikasi sebagai
berikut ini.
1. Spreadsheet Language
18
Ini merupakan paket yang memanipulasi garis dan kolom data pada bahasa
khusus yang ada pada layar misalnya, excell, lotus 123.
2. Database Language
DBMS mempunyai bahasa queri dengan perluasan mengikuti pemakai tidak
hanya penyimpanan dan pengambilan data tetapi juga memanipulasinya dan
memproduksi laporan yang dibutuhkan. Misalnya, dBase IV, Paradox,
RBASE, INTELECT, Query by Example dan English Larger System.
3. Aplication Generator
Ini merupakan bahasa khusus yang digunakan dalam program menulis dalam
kode sumber dan bahasa lain misalnya: ADS, FOCUS, MANTIS, NATURAL.
4. Report Generator
Merupakan paket yang mengikuti pemakai untuk merumuskan data tetapi
tidak memodifikasi, menghapus, atau menambah dan mengatur dalam bentuk
laporan, misalnya: Easytrieve Plus, NOMAND.
Binary Code untuk Data Alphanumeric
Digit binari terdiri dari 0 dan 1 sebagai kode untuk karakter. Jumlah bit untuk
membuat kode alphanumeric setidaknya ada enam bit dengan enam puluh empat
kombinasi berbeda. Untuk kode yang dapat membedakan alphabetic besar dan
kecil harus mengunakan delapan bit. Untuk masing-masing delapan bit
membentuk satu karakter yang disebut byte. Beberapa kombinasi yang dapat
dipakai dalam bahasa mesin sebagai berikut.
6 bit 7 bit 8 bit
Maksimal jumlah karakter 64 128 256 Alphabetic besar 26 26 26
19
Alphabetic kecil 0 26 26 Angka 10 10 10 Karakter khusus 28 66 194
Sumber : Lawlor (1992), Computer Information System
Ada dua standar skema pengkodean yang digunakan yaitu:
1. ASCII (American Standard Code For Information Interchange),
2. EBCDIC (Extended Binary Code Decimal Interchange Code) yang biasanya
digunakan oleh IBM Machine.
Microcode dan Intruksi Bahasa Mesin
Instruksi komputer biasanya ditulis dalam bahasa program. Bahasa program harus diterjemahkan dalam bahasa mesin dengan bentuk sangat khusus dan sangat mendasar yang disebut dengan mikroinstruksi. Beberapa bahasa program dan penggunaanya adalah sebagai berikut ini.
1. COBOL (Common Business Oriented Language)
Kegunaan utamanya untuk aplikasi persyaratan pemrosesan jumlah dari
catatan data. Umumnya bahasa pemrosesan data seperti aplikasi penghitungan
gaji kotor. Bahasa ini berorientasi pada masalah bisnis.
2. FORTRAN (FORmula TRANslator)
Ini berguna untuk penghitungan matematis, logaritma dan aplikasi khusus
penghitungan dalam sejumlah kecil data numerik misalnya penghitungan
present value. Bahasa ini berorientasi pada masalah rumus atau teknik
penghitungan.
3. PL/I (Programing Language)
Orientasi untuk aplikasi yang berbentuk penghitungan dan pemrosesan data.
4. Pascal
Bahasa algoritma yang khusus untuk tujuan instruksi dan didukung oleh
elemen dari pemrograman yang baik. Bahasa ini berorientasi pada segala hal,
20
untuk membuat program yang terstruktur dan sangat digemari karena bersifat
interaktif layaknya interpreter.
5. BASIC (Beginners all Purpose System For Interactive Computing)
Mudah dipelajari dan dipakai, instruksi berupa statement dasar dan sering
dipakai untuk personal komputer.
6. APL ( A Programing Language)
Bahasa interaktif untuk pemrosesan logaritma yang bermanfaat bagi prosedur
penghitungan yang melibatkan vektor dan matrik.
7. ADA
Bahasa yang sangat komprehensif, mengkombinasikan kemampuan untuk
pemrograman, proses data, algoritma realtime, dan aplikasi software system.
Bahasa generasi keempat merupakan pengembangan dari bahasa yang
dirancang untuk memperbaiki efisiensi dari proses pengembangan aplikasi.
Beberapa diantaranya untuk memperbaiki produktivitas dari pemrograman
profesional yang dirancang untuk end user, misalnya FOCUS.
Komponen fisik yang diperlukan dalam perancangan sistem sebagai berikut ini.
1. Hardware
2. Software
3. Database
4. Prosedur
5. Personal Operasi
21
Electronic Data Processing Audit Komputer semakin umum digunakan untuk pemrosesan data sehingga
pemakai memperoleh informasi yang bermanfaat bagi pengambilan keputusan.
Perananan komputer semakin meningkat dalam pemrosesan data sehingga
perlu adanya pengendalian. Menurut Weber (1999) ada tujuh alasan kenapa
diperlukan suatu pengendalian terhadap pemrosesan data berdasar komputer
yaitu:
1. besarnya cost akibat data hilang,
2. keputusan yang diambil menjadi tidak benar,
3. cost yang ditimbulkan karena penyalahgunaan komputer,
4. investasi yang tinggi terhadap hardware, software maupun brainware,
5. cost yang tinggi akibat computer error,
6. pemeliharaan privasi data,
7. pengendalian terhadap adanya evolusi komputer yang semakin cepat.
Dalam SA seksi 335 (PSA No. 57) auditing dalam lingkungan sistem
informasi komputer (SIK) didefinisikan sebagai berikut.
Untuk tujuan seksi ini, suatu lingkungan SIK ada bila suatu komputer dengan tipe atau ukuran apa pun digunakan dalam pengolahan informasi keuangan suatu entitas yang signifikan bagi audit, terlepas apakah komputer tersebut dioperasikan oleh entitas tersebut atau oleh pihak ketiga.
Prosedur pengendalian intern dalam lingkungan SIK dapat dilakukan dengan
pengendalian umum (general control) dan pengendalian khusus atas aplikasi
(application control). Tujuan pengendalian menurut SA Seksi 314 (PSA No. 60):
Tujuan pengendalian umum adalah untuk membuat rerangka pengendalian meyeluruh atas aktivitas SIK dan untuk memberikan keyakinan memadai bahwa tujuan pengendalian intern secara keseluruhan dapat tercapai.
22
Sedangkan tujuan pengendalian aplikasi SIK adalah untuk menetapkan prosedur pengendalain khusus aplikasi atas akuntansi untuk memberikan keyakinan memadai bahwa semua transaksi telah diotorisasi dan dicatat, serta diolah seluruhnya, dengan cermat, dan tepat waktu.
Pengetahuan Jaringan
Network komunikasi merupakan komunikasi data yang melibatkan sebuah
atau lebih sistem komputer yang dihubungkan dengan jalur transmisi dan alat
komunikasi sehingga membentuk suatu sistem (Jogiyanto, 2000).
Jaringan komunikasi membutuhkan beberapa objek sebagai berikut:
1. peralatan pendorong ke pusat komputer,
2. komputer satu dengan yang lain,
3. intelligent devices ke intelligent devices lain yang mempunyai kemampuan
melakukan proses.
Ada dua jaringan komunikasi berdasar area adalah sebagai berikut ini.
1. Local Area Network (LAN) digunakan untuk mendukung hubungan dalam
satu gedung atau rangkaian gedung yang saling tertutup.
2. Wide Area Network (WAN) yang digunakan pada jangkauan jarak jauh atau
lintas geografis.
Komponen hardware yang diperlukan dalam jaringan meliputi terminal,
modem dan media transmisi.
B. Penelitian Sebelumnya
Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Gultom (1993) yang meneliti tentang
pengetahuan teknologi informasi yang harus dikuasai akuntan meliputi
23
pengetahuan tentang : keyboard, software, hardware, rancang sistem, paket
akuntansi, EDP audit, pemrograman. Penelitian dilakukan dengan responden
akuntan seluruh Indonesia untuk mengetahui pengetahuan apa saja yang harus
dikuasai oleh akuntan dan melihat apakah ada perbedaan persepsi terhadap
perbedaan profesi. Hasilnya pengetahuan yang perlu diketahui oleh akuntan yaitu
pengetahuan keyboard, hardware, paket akuntansi, pengetahuan EDP audit.
Pengetahuan software, desain sistem dan pemrograman tidak harus diketahui oleh
akuntan. Ada perbedaan persepsi yang signifikan antara akuntan pendididik,
internal dan pemerintah.
Rachmadi (1996) meneliti tentang persepsi mahasiswa dan konsultan ekonomi
terhadap pengetahuan komputer yang harus dikuasai mahasiswa akuntansi.
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian survei dengan sampel mahasiswa
fakutas ekonomi UNS dan UMS jurusan akuntansi dan konsultan ekonomi.
Hasilnya tidak ada perbedaan persepsi yang signifikan antara konsultan ekonomi
dan mahasiswa terhadap pengetahuan komputer yang harus dikuasai oleh
mahasiswa jurusan akuntansi.
Lukito (2002) melakukan penelitian tentang persepsi akuntan internal terhadap
pengetahuan teknologi informasi yang harus dikuasai oleh akuntan internal.
Penelitian dilakukan terhadap akuntan internal dengan pengujian proporsi
hasilnya pengetahuan terhadap aplikasi komputer untuk akuntansi memiliki
peringkat tertinggi dan peringkat terendah terlihat pada pengetahuan terhadap
syarat software untuk kebutuhan sistem dan kecangihan kapasitas memori.
24
Sriyono (1994) meneliti tentang sikap akuntan terhadap perkembangan
teknologi komputer untuk proses pengolahan dan kepentingan audit. Pengujian
dilakukan dengan Chi Square untuk uji rata-rata terhadap sikap akuntan dan
hasilnya akuntan bersikap positif terhadap pengolahan data dan kepentingan audit
dengan komputer. Pengujian dilakukan untuk membuktikan perbeaan persepsi
menyebabkan perbedaan sikap dilakukan pengujian dengan uji F dan hasilnya
perbedaan tipe profesi menyebabkan perbedaan sikap.
Lee et al (1994) meneliti tentang kritik pengetahuan atau keahlian yang
disyaratkan dalam profesi sistem informasi. Penelitian dilakukan secara multistep.
Langkah pertama dilakukan dengan melakukan diskusi terhadap akademisi dan
industri tentang pengetahuan atau keahlian yang harus dimiliki oleh profesi sistem
informasi sekarang (saat penelitian) dan dimasa yang akan datang. Langkah
selanjutnya dilakukan penelitian dengan mengirimkan kuesioner kepada manajer
sistem informasi, manajer non sistem, dan konsultan sistem. Data yang dapat
dipakai terdiri dari 52 manajer sistem informasi, 16 manajer non sistem informasi
dan 30 konsultan sistem. Kategori kritik yang dilakukan meliputi pengetahuan
atau keahlian spesifikasi teknis, manajemen teknologi, fungsi bisnis, interpersonal
dan manajemen. Hasilnya perkembangan terhadap profesi sistem menurut manajer
sistem diperkirakan tingkat pertumbuhan 4,2%, manajer memperkirakan
pertumbuhan 5,6% dan manajer non sistem memperkirakan pertumbuhan sebesar
23,5%. Ketiga responden setuju adanya pengurangan staff sistem sebagai operator
dan clerk. Keempat kategori pengetahuan dan keahlian dinilai lebih penting di
masa depan oleh ketiga kelompok responden. Dari keempat kategori itu
25
pengetahuan teknis kurang penting baik sekarang maupun di masa datang yang
dianggap paling penting oleh ketiga responden yaitu pengetahuan tentang keahlian
interpersonal dan manajemen dan fungsi bisnis di masa datang. Pengujian
dilanjutkan dengan melihat apakah kebutuhan bisnis dan pengientegrasian
jaringan mempengaruhi persyaratan pengetahuan bagi profesi sistem informasi.
Hasilnya terdapat perbedaan pada kebutuhan pengetahuan sekarang dan yang akan
datang oleh industri yang merencanakan perubahan bisnis dan pengintegrasian
jaringan. Pengetahuan yang paling penting yang harus dikuasai oleh profesi sistem
informasi yaitu manajemen teknologi, interpersonal dan fungsi bisnis.
Penelitian yang sama dilakukan oleh Trauth et al (1994) dengan sampel dari
akademisi. Penelitian dilakukan dengan melihat relevansi kurikulum sistem
dengan adanya penyebaran komputer dan pertumbuhan teknologi baru.
Selanjutnya melakukan wawancara melalui telepon terhadap responden untuk
mendiskusikan diskripsi job level, kepuasan memperkerjakan profesi sistem,
rekomendasi kurikulum dan kualifikasi profesi sistem di masa datang. Langkah
berikutnya dengan mengirimkan kuesioner. Penelitian dilakukan terhadap 16
manajer sebagai end user, 30 konsultan sistem dan 33 profesor sistem. Praktisi
lebih menekankan pada pengintegrasian jaringan dan hubungan dengan klien.
Akademisi lebih menekakan pada keahlian teknis.
Hyun (1991) dalam Pratikno (2003) berpendapat bahwa pengetahuan
teknologi informasi yang penting diketahui oleh akuntan meliputi:
1. keyboard literacy yaitu kemampuan mengikuti instruksi sederhana untuk
mengkomunikasikan mesin,
26
2. aplication literacy yaitu kemampuan untuk menentukan hubungan variabel
yang ada pada program dapat difungsikan termasuk juga pengetahuan
pemrograman dan penentuan struktur input dan output,
3. system literacy yaitu kemampuan untuk menentukan kebutuhan sistem dan
pengembangan sistem informasi.
Sedangkan Leung (1991) dalam Pratikno (2003) ada enam kelompok
pengetahuan teknologi informasi yaitu:
1. personal computer knowledge yaitu kemampuan menguasai aplikasi dasar
spreadsheet, rancang struktur file, aplikasi olah kata, manajemen basis data
dan komputer grafis,
2. system spesification yaitu kemampuan untuk menentukan spesifikasi
kebutuhan perangkat sistem seperti kapasitas memori, input dan output, serta
spesifikasi kebutuhan software seperti sistem pengendalian, sistem operasi dan
aplikasi program,
3. system design and development yaitu kemampuan untuk analisa sistem,
rancang format input, rancang struktur pengendalian dan perancangan
kebutuhan sumber daya dan analisa cost benefit serta dokumentasi data,
4. accounting package yaitu kemampuan menentukan kriteria pemilihan paket
akuntansi serta merancang chart of account, laporan keuangan dan struktur
pengendalian juga pengiriman data pada spreadsheet,
5. EDP audit yaitu kemampuan untuk menggunakan paket auditing secara
umum, mengevaluasi pengendalian internal dan lingkungan EDP, melakukan
pengujian dalam lingkungan EDP dan mengidentifikasi audit trail,
27
6. end user programing yaitu kemampuan untuk mengkombinasikan serta
mengolah data dan informasi demi tugas mendapatkan solusi untuk mengatasi
permasalahannya.
C. Pengintegrasian Teknologi Informasi dalam Kurikulum
Brown dalam artikelnya melakukan evaluasi terhadap produk software
akuntansi yang memberikan manipilasi langsung. American Association dan
College standar menyarankan pengintegrasian komputer dalam kurikulum
akuntansi. Dengan adanya direct manipulation pada software akuntansi
dipersepsikan bermanfaat bagi pengajaran akuntansi dengan adanya pengurangan
waktu belajar, kinerja meningkat, kepuasan mahasiswa meningkat. Niewviews
sebagai salah satu produk software dengan direct manipulation bisa digunakan
secara efektif dalam pendidikan akuntansi (Brown, 1987).
Adanya teknologi informasi mengakibatkan pengaruh yang bersifat negatif dan
positif dalam bidang akuntansi. Fungsi akuntansi kehilangan atau terpaksa harus
berbagi tanggung jawab utamanya dengan komputer. Tanggung jawab mulai
ditransfer ke fungsi sistem informasi dimana akuntan hanya berperan sebagai
pemakai sistem (Sarwoko, 2001). Sehingga peran akuntansi sebagai perancang
sistem informasi digantikan oleh tenaga profesional yang mempunyai keahlian
bidang teknologi informasi dan fungsi akuntansi semakin kurang berperan karena
digantikan komputer. Sisi positifnya komputer memberi dukungan besar bagi
fungsi akuntansi dan manajer dengan informasi yang efisien dan efektif. Akuntan
lebih banyak berperan dalam dalam proses pengambilan keputusan (Jogiyanto,
28
2000). Mulyadi berpendapat bahwa pada era teknologi informasi akuntan harus
mengeser perannya dengan lebih banyak berperan dalam proses pengambilan
keputusan dalam suatu team manajemen strategik.
Pihak akademisi harus menyadari pergeseran akuntan perubahan teknologi
informasi dengan menghadapi tantangan itu serta mengambil peluang dengan
mengembangkan pengetahuan tentang teknologi informasi dan tetap berperan
dalam manajemen informasi. Akuntan dituntut paling tidak memahami sistem
informasi yang mencakup sistem pemrosesan transaksi, pengendalian dan cara
pengamanan data, penggunaan komputer dalam pelaksanaan akuntansi dan
perancangan dan implementasi sistem informasi berdasar komputer (Sarwoko,
2001).
Akademisi akuntansi harus mempertimbangkan perkembangan teknologi
informasi dalam dunia bisnis. Kurikulum merupakan alat yang harus mampu
menampung hal baru dalam mata kuliah yang tercakup agar pendidikan
memberikan lulusan yang berkualitas. Ada dua arus pemikiran dalam cara
pandang terhadap kurikulum yaitu generalis dan spesialisasi. Aliran pemikiran
generalis mengajukan alasan bahwa pendidikan sarjana akuntansi merupakan
langkah awal sehinga mahasiswa perlu dikenalkan dengan seluruh bidang
keahlian akuntansi. Aliran spesialis mendasarkan pendapat bahwa tidak cukup
waktu bagi penyelenggaraan pendidikan akuntan yang dapat menghasilkan
lulusan yang memahami semua bidang.
Generalis mensyaratkan pengetahuan keseluruhan bidang dengan baik
sehingga bila ingin memperdalam pengetahuan TI dapat melanjutkan pendidikan
29
pada jenjang lebih tinggi. Hal ini dipertimbangkan karena lulusan akan sulit
mencari kerja bila terbatas pada keahlian yang dimiliki. Sedangkan spesialisasi
mengarahkan akuntan dalam bidang khusus sesuai minatnya (Husein, 1999).
D. Kerangka Teoritis
Teknologi informasi merupakan alat bantu dalam penyelesaian tugas yang
terdiri dari teknologi komputer dan jaringan. Teknologi informasi yang paling
dekat dengan akuntan adalah teknologi komputer yang berguna dalam suatu
database bagi penyediaan informasi. Pengetahuan teknologi komputer sebagai
berikut :
§ keyboard,
§ hardware,
§ software,
§ paket akuntansi,
§ design system,
§ pemrograman,
§ EDP audit,
§ jaringan (network),
§ praktik sederhana.
Persepsi merupakan pandangan responden yaitu mahasiswa dan akuntan
pendidik terhadap suatu objek berupa pengetahuan teknologi informasi yang harus
dikuasai akuntan.
30
Pendapat tentang cakupan kurikulum diperoleh dengan adanya jajak pendapat
dari responden tentang kecukupan pengetahuan teknologi informasi yang
diperoleh dalam pendidikan tinggi akuntansi Strata Satu (S1).
E. HIPOTESIS
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Gultom (1993) melibatkan variabel
persepsi akuntan dan pengetahuan teknologi informasi yang harus dikuasai oleh
akuntan. Pengetahuan teknologi informasi yang dilibatkan meliputi pengetahuan
keyboard, software, hardware, rancang sistem, paket akuntansi, EDP audit,
pemrograman. Hasilnya ada perbedaan persepsi yang signifikan terhadap
teknologi informasi yang harus dikuasai akuntan berdasar beda profesi.
Sedangkan Rachmadi (1996) mengadopsi kuesioner dari Gultom dengan
menambah pengetahuan tentang praktek sederhana dan pengetahuan tentang virus
dan anti virus. Hasilnya tidak ada perbedaan yang signifikan antara mahasiswa
dan konsultan ekonomi terhadap teknologi informasi yang harus dikuasai oleh
mahasiswa.
Persepsi mahasiswa
Persepsi akuntan pendidik
Pengetahuan
teknologi informasi
31
Lee et al (1994) meneliti tentang kritik terhadap pengetahuan atau keahlian
yang disyaratkan bagi profesi Sistem Informasi. Penelitian ini melibatkan variabel
keahlian teknis, manajemen teknologi, fungsi bisnis serta interpersonal dan
manajemen. Trauth et al (1995)melakukan penelitian yang sama dengan melihat
relevansinya pada kurikulum.
Berdasarkan penelitian sebelumnya itu, peneliti ingin meneliti tentang persepsi
akuntan pendidik dan mahasiswa terhadap teknologi informasi yang harus dikusai
oleh akuntan. Variabel teknologi informasi diadopsi dari penelitian sebelumnya.
Berdasar uraian tersebut dirumuskan hipotesa sebagai berikut ini.
Ho 1: Tidak ada perbedaan persepsi yang signifikan antara akuntan pendidik dan mahasiswa terhadap pengetahuan keyboard yang harus dikuasai akuntan.
Ho 2: Tidak ada perbedaan persepsi yang signifikan antara akuntan pendidik dan mahasiswa terhadap pengetahuan software yang harus dikuasai akuntan.
Ho 3: Tidak ada perbedaan persepsi yang signifikan antara akuntan pendidik dan mahasiswa terhadap pengetahuan hardware yang harus dikuasai akuntan.
Ho 4: Tidak ada perbedaan persepsi yang signifikan antara akuntan pendidik dan mahasiswa terhadap pengetahuan design system yang harus dikuasai akuntan.
Ho 5: Tidak ada perbedaan persepsi yang signifikan antara akuntan pendidik dan mahasiswa terhadap pengetahuan paket akuntansi yang harus dikuasai akuntan.
Ho 6: Tidak ada perbedaan persepsi yang signifikan antara akuntan pendidik dan mahasiswa terhadap pengetahuan EDP Audit yang harus dikuasai akuntan.
Ho 7: Tidak ada perbedaan persepsi yang signifikan antara akuntan pendidik dan mahasiswa terhadap pengetahuan pemrograman yang harus dikuasai akuntan.
Ho 8 :Tidak ada perbedaan persepsi yang signifikan antara akuntan pendidik dan mahasiswa terhadap pengetahuan jaringan (network) yang harus dikuasai akuntan.
Ho 9: Tidak ada perbedaan persepsi yang signifikan antara akuntan pendidik dan mahasiswa terhadap pengetahuan praktek sederhana yang harus dikuasai akuntan.
Ho 10: Tidak ada perbedaan persepsi yang signifikan antara akuntan pendidik dan mahasiswa terhadap teknologi informasi yang harus dikuasai akuntan.
32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Kriteria Penelitian
Metode riset yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah metode survey
yaitu dengan melakukan pengamatan terhadap suatu gejala yang ada dengan
menguji hipotesa. Metode penelitian untuk mengenali pendapat responden
dilakukan dengan survey design yaitu suatu metode dimana objek adalah orang
atau individu dengan menggunakan kuesioner sebagai alat untuk mendapatkan
data atau informasi (Eriyanto, 1999). Survei dilakukan terhadap pengetahuan
teknologi iformasi yang harus dikuasai oleh akuntan. Penelitian dilakukan di
wilayah Surakarta.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan survey sampel agar lebih efektif.
Sampel dipakai sebagai gambaran populasi yang luas. Penelitian yang dilakukan
bersifat cross sectional yaitu penelitian yang dilakukan dalam satu waktu.Survei
sampel berupa penggambaran sikap, pandangan atau pendapat ketika penelitian
itu dijalankan.
33
B. Populasi dan Sampel
Penggunaan sampel dalam penelitian dilakukan karena adanya keterbatasan
waktu dan biaya. Penggunaan sampel menjadikan suatu penelitian lebih efektif.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu convinient
sampling. Pengambilan sampel dilakukan terhadap anggota sampel yang mudah
ditemui sehingga tidak semua anggota dalam populasi mempunyai kesempatan
yang sama untuk dipakai sebagi sampel. Sampel yang dipakai dalam penelitian ini
hanya anggota populasi yang memenuhi kriteria.
Suatu populasi terbentuk oleh tujuan dan tema penelitian. Populasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa akuntansi dan akuntan pendidik
di wilayah Surakarta. Sampel yang digunakan merupakan bagian dari populasi
yang diikutkan dalam analisis data sesuai kriteria. Sampel terdiri dari dua
kelompok.
1. Mahasiswa
Mahasiswa yang dipakai sebagai sampel adalah mahasiswa akuntansi yang
telah mengambil mata kuliah sistem informasi, mahasiswa semester empat ke
atas. Peneliti beranggapan bahwa mahasiswa tersebut telah mengetahui kebutuhan
pengetahuan atau keterampilan teknologi informasi yang bermanfaat bagi
akuntan.
2. Akuntan pendidik
Sampel akuntan pendidik merupakan keseluruhan populasi karena adanya
tingkat pengembalian yang kecil ditetapkan dengan memberikan kuesioner kepada
34
anggota populasi yang mudah ditemui. Akuntan pendidik yang mengampu
pendidikan di perguruan tinggi dianggap mengetahui kebutuhan pengetahuan bagi
peserta didiknya.
Peneliti ingin melihat ada tidaknya perbedaan pendapat dalam lingkup
akademisi terhadap kebutuhan pengetahuan teknologi informasi bagi profesi
akuntan.
C. Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua sebagai
berikut ini.
1. Data primer
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari responden. Data
diperoleh berupa pendapat yang diungkapkan dalam bentuk jawaban dari
kuesioner yang disebarkan. Kuesioner diserahkan langsung kepada responden.
2. Data sekunder
Data yang diperoleh dari buku-buku, jurnal dan artikel yang dikaji oleh peneliti
untuk mendukung penelitian yang dilaksanakan.
D. Variabel dan Alat Uji
Variabel yang terlibat sebagai berikut ini.
1. Persepsi mahasiswa
2. Persepsi akuntan pendidik
3. Pengetahuan teknologi informasi yang harus dikuasai akuntan
35
Alat uji berupa kuesioner yang diperoleh dari penelitian sebelumnya yang
telah diketahui validitas dan reliabilitasnya dengan beberapa pengembangan.
Kuesioner yang dipakai dalam penelitian ini merupakan kuesioner yang
digunakan oleh Gultom (1993) yang merupakan adopsi dari penelitian Heung dan
Leung. Peneliti melakukan beberapa pengembangan dengan menambah
pengetahuan tentang praktek sedehana dan jaringan. Peneliti tidak menggunakan
pengukuran multidimensiponal agar lebih menekankan atau menegaskan jawaban
responden Hal ini mengacu pada implikasi penelitian sebelumnya yang
mengungkapkan adanya penelitian model sigi yang perlu dikaji ulang.. Instrumen
berupa persepsi merupakan pandangan responden terhadap teknologi informasi.
Pengukuran instrumen terhadap unsur-unsur teknologi informasi yang digunakan
oleh akuntan meliputi:
1. pengetahuan keyboard, digunakan tiga butir pertanyaan yaitu pertanyaan
nomor 1,2,3,
2. pengetahuan software, digunakan dua butir pertanyaan pada nomor 4,5,
3. pengetahuan hardware, digunakan tiga butir pertanyaan pada nomor 6,7,8,
4. pengetahuan rancang sistem, digunakan empat butir pertanyaan pada nomor
9,10,11,12,
5. pengetahuan paket akuntansi, digunakan tiga butir pertanyaan pada nomor
13,14,15,
6. pengetahuan elektronik data processing audit (pengauditan pemrosesan data
elektronik) digunakan dua butir pertanyan pada nomor 16,17,
36
7. pengetahuan pemrograman, digunakan tiga butir pertanyaan pada nomor
18,19,20,
8. pengetahuan tentang jaringan diwakili oleh empat butir pertanyaan yaitu
nomor 21,22,23, 24,
9. pengetahuan tentang praktik sederhana diwakili oleh tiga butir pertanyaan
pada nomor 25,26,27.
Persepsi responden diukur dari jawaban kuesioner yang menggunakan skala
ordinal dengan lima skala likert sebagai berikut ini.
1. Sangat penting
2. Penting
3. Netral
4. Tidak penting
5. Sangat tidak penting
E. Teknik Pengujian
Pengujian dilakukan dengan bantuan software SPSS 10.0. Analisa dilakukan
dengan tujuan sebagai berikut menurut Sekaran (1999).
1. Menempatkan data
2. Menguji data tentang baik tidaknya alat uji
3. Menguji hipotesa
1. Uji Instrumen
Pengujian baik tidaknya alat uji dilakukan dengan uji reliabilitas dan validitas.
Instrumen yang digunakan berupa kuesioner yang diperoleh dari peneliti
37
sebelumnya yang telah diketahui validitas dan reliabilitasnya. Pengujian ulang
akan memperoleh kosistensi yang lebih tinggi.
1. Uji validitas
Uji validitas dilakukan dengan product moment. Analisa valliditas dilakukan
untuk melihat sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin
diukur.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran relatif konsisten
apabila pengukuran diulang dua kali atau lebih (Eriyanto, 1999). Pengujian
reliabilitas dilakukan setelah analisa validitas dan dilakukan terhadap butir yang
valid saja. Analisa dilakukan dengan croanbach alpha. Indeks croanbach alpha
yang digunakan (Suharsini dalam Lukito,2003) yaitu:
0,800 – 1.000 = sangat tinggi
0,600 – 0,799 = tinggi
0,400 – 0,599 = cukup tinggi
0,200 - 0,399 = rendah
< 0,200 = sangat rendah
2. Uji Normalitas
Uji distribusi dilakukan untuk mengetahui kecenderungannya dan penyebaran
data dengan melakukan uji normalitas. Uji normalitas dilakukan untuk
mengetahui apakah data yang dibandingkan rata-ratanya terdistribusi normal atau
tidak. Pengujian dilakukan dengan kolmogorov smirnov test. Hasilnya digunakan
untuk menentukan teknik pengujian yang dilakukan pada tahap selanjutnya. Jika
38
sebaran data normal akan diuji dengan statistik parametik sedangkan untuk data
tidak normal diuji dengan statistik non parametik.
3. Pengujian Hipotesa
Masing-masing kelompok yang diuji saling independen maka pengujian
dilakukan dengan independent sample t test atau dengan mann whitney u test.
Pengujian digunakan untuk mengetahui apakah kedua kelompok mempunyai
perbedaan rata-rata yang sama atau tidak secara signifikan. Independen sampel t
test dilakukan jika memenuhi syarat data terdistribusi normal. Pengujian ini
dilakukan untuk melihat rata-rata dari dua kelompok yang saling tidak
berhubungan.
Uji man whitney u test yang merupakan uji non parametrik dilakukan jika data
tidak terdistribusi normal. Persyaratan diterima atau ditolaknya Ho:
· Ho diterima jika nilai probabilitas > 0,05
· Ho ditolak jika nilai probabilitas < 0,05
Ho diterima berarti tidak ada perbedaan yang signifikan diantara dua kelompok
yang dibandingkan. Sedangkan jika Ho ditolak berarti ada perbedaan secara
signifikan antara dua kelompok yang dibandingkan.
39
Pengujian dilakukan terhadap pengetahuan keyboard, software, hardware,
design system, paket akuntansi, EDP audit, pemrograman, jaringan dan praktek
sederhana yang merupakan unsur-unsur teknologi informasi. Selanjutnya
dilakukan pengujian terhadap teknologi informasi yang merupakan keseluruhan
unsur-unsur tersebut.
F. Analisis Diskriptif
Analisis ini dilakukan terhadap faktor demografi yang terdiri dari profesi,
umur, jenis kelamin, pengalaman kerja, dan semester untuk melihat sebaran data
responden. Selanjutnya dilihat skor rata-rata pendapat responden berdasarkan data
demografi tersebut.
BAB IV
ANALISIS DATA
A. Pelaksanaan Penelitian
Data yang diperoleh dengan menyebarkan kuesioner kepada responden terdiri
dari dua kelompok yaitu mahasiswa akuntansi dan akuntan pendidik di Surakarta.
Penyebaran kuesioner dimulai pada tanggal 8 September 2003, setelah ujian akhir
semester genap.
Peneliti mendatangi masing-masing universitas secara langsung. Setelah
memberikan ijin penelitian kepada pihak terkait, kuesioner diserahkan di bagian
40
administrasi atau kepala jurusan akuntansi untuk disebarkan kepada dosen
akuntansi. Sedangkan penyebaran kuesioner di Universitas Sebelas Maret dan
Universitas Islam Batik diserahkan secara langsung kepada dosen akuntansi yang
masih aktif mengajar di fakultas ekonomi tersebut. Penyebaran kuesioner bagi
mahasiswa diserahkan secara langsung atau diserahkan di administrasi. Hal ini
tergantung pada kebijakan universitas terkait. Penyebaran dilakukan selama satu
bulan lima belas hari.
Pengambilan dilakukan secara bertahap karena tidak semua responden
mengembalikan pada saat yang sama. Kuesioner yang diberikan kepada akuntan
pendidik sebanyak 55 buah. Jumlah kuesioner yang kembali 36, diantaranya ada
satu yang gugur sehingga hanya 35 yang dapat diolah. Kuesioner yang disebarkan
kepada mahasiswa sebanyak 150. Kuesioner yang kembali sebanyak 100 buah
sedangkan yang dapat diolah hanya 95 buah. Kuesioner gugur karena pengisian
yang tidak lengkap. Keseluruhan kuesioner yang dapat diolah sebanyak 130.
Tabel IV. I Rincian Kuesioner
Keterangan Kuesioner
Di sebar Kuesioner kembali
Kuesioner gugur
Kuesioner diolah
Data diolah (%)
1.Akuntan pendidik
55 36 1 35 26,92%
2.Mahasiswa Akuntansi
150 100 5 95 73,08%
Jumlah 205 136 6 130 100 % Sumber : data diolah
B. Data Responden
Pertanyaan yang diajukan melibatkan jenis kelamin, umur, pengalaman kerja,
dan semester. Hasil perolehan data dapat dilihat pada tabel IV. 2.
41
Tabel IV. 2 Data Responden
Keterangan Akuntan pendidik Mahasiswa Total persentase Jenis kelamin
1. perempuan 2. laki-laki
21 14
61 34
82 48
63,1% 36.9%
Total 35 95 130 100% Umur
1. 20-30 tahun 2. 31-40 tahun 3. 41-50 tahun 4. tidak
menjawab
11 14 5 5
95
106 14 5 5
81,5% 10,8% 3,8% 3,8%
Total 35 95 130 100% Pengalaman kerja
1. 1-5 tahun 2. 6-10 tahun 3. 11-15 tahun 4. 16-20 tahun 5. 20 thn keatas 6. tdk menjawab
11 11 1 2 5 5
11 11 1 2 5 5
31,4% 31,4% 2,9% 5,7% 14,3% 14,3%
Total 35 35 100% (Lanjutan) Semester
1. semester V 2. semester VII 3. semester IX
10 74 11
10 74 11
10,5% 77,9% 11,6%
Total 95 95 100% Sumber : data diolah
C. Hasil Pengujian
1. Uji Validitas
Sebelumnya melakukan pengujian alat uji, peneliti melakukan tabulasi data.
Pengkodean dilakukan terhadap kuesioner untuk menghindari adanya pemasukan
secara berulang. Uji validitas dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu alat
pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Pengujian dilakukan dengan
corelation pearson product moment dengan menggunakan software SPSS versi
42
10.0. Data yang digunakan untuk pengujian selanjutnya hanya data yang valid
saja. Hasil uji validitas disajikan dalam Tabel IV. 3
Tabel IV. 3 Uji Validitas
Pertanyaan Nilai r Status 1. Keyboard Literacy § nomor 1 § nomor 2 § nomor 3
0, 831** 0,696 ** 0,762 **
Valid Valid Valid
2. Software § nomor 4 § nomor 5
0,903 ** 0,873 **
Valid Valid
3. Hardware § Nomor 6 § Nomor 7 § Nomor 8
0,829 ** 0,809 ** 0,836 **
Valid Valid Valid
4. Design System § Nomor 9 § Nomor 10 § Nomor 11 § Nomor 12
0,723 ** 0,781 ** 0,827 ** 0,748 **
Valid Valid Valid Valid
(Lanjutan) 5. Paket Akuntansi § Nomor 13 § Nomor 14 § Nomor 15
0,862 ** 0,893 ** 0,824 **
Valid Valid Valid
6. EDP Audit § Nomor 16 § Nomor 17
0,861** 0,847 **
Valid Valid
7. Pemrograman § Nomor 18 § Nomor 19 § Nomor 20
0,816 ** 0,838 ** 0,691**
Valid Valid Valid
8. Jaringan (network) § Nomor 21 § Nomor 22 § Nomor 23 § Nomor 24
0,773 ** 0,776 ** 0,830 ** 0,844 **
Valid Valid Valid Valid
9. Praktik Sederhana § Nomor 25 § Nomor 26 § Nomor 27
0,725 ** 0,773 ** 0,754 **
Valid Valid Valid
Sumber : data diolah
43
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk melihat sejauh mana hasil pengukuran
relatif konsisten apabila pengukuran diulang. Pengujian dilakukan dengan
Cronbach Alpha. Analisis dilakukan pada tiap faktor. Indeks yang digunakan
seperti telah diuraikan pada bab sebelumnya.
Tabel IV. 3 Hasil Reliabilitas
Pertanyaan Alpha ( a ) Indeks Status 1. Keyboard 0,6405 Tinggi Reliabel 2. Software 0,7297 Tinggi Reliabel 3. Hardware 0,7605 Tinggi Reliabel 4. Design System 0,7723 Tinggi Reliabel 5. Paket Akuntansi 0,8219 Sangat tinggi Reliabel 6. EDP Audit 0,6290 Tinggi Reliabel 7. Pemrograman 0,6803 Tinggi Reliabel 8. Jaringan (network) 0,8200 Sangat tinggi Reliabel 9. Praktik Sederhana 0,6123 Tinggi Reliabel
Seluruh item data terbukti valid dan reliabel sehingga dapat digunakan untuk
pengujian selanjutnya.
3. Uji Normalitas
Uji distribusi dilakukan sebagai persyaratan terhadap pengujian selanjutnya.
Apabila data terdistribusi normal maka pengujian dilakukan dengan statistik
parametik sedangkan data yang tidak terdistribusi normal dilakukan dengan
pengujian statistik non parametik. Pengujian dilakukan dengan Kolmogorov
Smirnov Test. Pengujian dilakukan per faktor kemudian dilihat secara
keseluruhan. Data terdistribusi normal jika nilai probabilitas > 0,05 apabila nilai
probabilitas < 0,05 maka data tidak terdistribusi normal.
Tabel IV. 4 Hasil Uji Normalitas
44
Keterangan Nilai Probabilitas Status 1. Keyboard 0,000 Tidak normal 2. Software 0,000 Tidak normal 3. Hardware 0,004 Tidak normal 4. Design System 0,000 Tidak normal 5. Paket akuntansi 0,001 Tidak normal 6. EDP Audit 0,000 Tidak normal 7. Pemrograman 0,030 Tidak normal 8. Jaringan (network) 0,000 Tidak normal 9. Praktik Sederhana 0,001 Tidak normal Teknologi Informasi 0,171 Normal
Sumber : data diolah
4. Uji Hipotesis
Berdasarkan uji normalitas yang telah dilakukan ternyata data per faktor tidak
terdistribusi normal sehingga dilakukan pengujian statistik non parametik.
Pengujian dilakukan untuk melihat ada tidaknya perbedaan rata-rata antara dua
sampel yang saling independen sehingga digunakan uji mann whitney u test.
Sedangkan data secara keseluruhan terdistribusi normal sehingga pengujian
hipotesis dilakukan dengan statistik parametrik. Uji beda rata-rata yang dipakai
yaitu independent t test. Uji hipotesis yang dilakukan bertujuan untuk melihat ada
tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok akuntan pendidik dan
mahasiswa. Alasan penggunaan uji tersebut karena dua kelompok yang
dibandingkan saling independen. Uji independent t test dilakukan dengan uji
levene’s test terlebih dahulu untuk melihat apakah varians sama atau tidak. Jika
signifikansi pada levene’s test > 0,05 maka varians sama. Berdasarkan hasil
pengujian levene’s tets diperoleh nilai sebesar 0,001<0,05 maka varians tidak
sama. Sehingga untuk membandingkan rata-rata dengan independent t test dipakai
nilai probabilitas pada asumsi varians tidak sama. Persyaratan uji hipotesis :
· Ho diterima jika nilai probabilitas > 0,05
45
· Ho ditolak jika nilai probabilitas < 0,05
Ho diterima berarti tidak ada perbedaan yang signifikan diantara dua kelompk
yang diandingkan. Sedangkan jika Ho ditolak berarti ada perbedaan secara
signifikan antara dua kelompok yang dibandingkan.
Tabel IV. 5 Hasil Uji Hipotesis
Keterangan Nilai probabilitas Status terhadap Ho 1. Keyboard 0,072 Diterima 2. Software 0,946 Diterima 3. Hardware 0,001 Ditolak 4. Design System 0,429 Diterima 5. Paket Akuntansi 0,362 Diterima 6. EDP audit 0,054 Diterima 7. Pemrograman 0,622 Diterima 8. Jaringan (network) 0,803 Diterima 9. Praktik Sederhana 0,769 Diterima Teknologi Informasi 0,275 Diterima
Sumber : hasil data diolah
Berdasarkan hasil diatas diketahui bahwa tidak ada perbedaan antara akuntan
pendidik dan mahasiswa terhadap pengetahuan keyboard, software, design system,
paket akuntansi, EDP audit, pemrograman, jaringan dan praktik sederhana.
Pengetahuan keyboard, software, design system, paket akuntansi, EDP audit,
pemrograman, jaringan dan praktik sederhana yang merupakan faktor dari
teknologi informasi diketahui nilai probabilitasnya lebih dari 0,05 sehingga Ho
diterima. Sedangkan pengetahuan tentang hardware diketahui nilai
probabilitasnya sebesar 0,001. Nilai probabilitas hardware lebih kecil dari tingkat
signifikansinya sehingga Ho ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
perbedaan antara akuntan pendidik dan mahasiswa terhadap pengetahuan
hardware secara signifikan.
46
Pengujian terhadap pengetahuan teknologi informasi dilakukan dengan uji
independent t test. Hasil pengujian diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,275.
Sehingga Ho diterima yang berarti tidak ada perbedaan yang signifikan antara
akuntan pendidik dan mahasiswa terhadap teknologi informasi. Hal ini berati
mendukung penelitian Rachmadi (1996) hanya sampel yang dibandingkan
berbeda.
D. Analisis Diskriptif Tabel IV. 6
Hasil Statististik Diskriptif Terhadap Profesi Keterangan Mean
akuntan pendidik Mean
Mahasiswa 1. Keyboard 1,99 1,72 2. Software 2,04 1,96 3. Hardware 2,74 2,14 4. Design System 1,93 1,92 5. Paket Akuntansi 1,93 1,92 6. EDP Audit 1,98 1,89 7. Pemrograman 2,58 2,48
(Lanjutan) 8. Jaringan
2,29
2,13
9. Praktik Sederhana 2,24 2,10 10. Teknologi Informasi 2,19 2,05
Sumber : data diolah
Berdasarkan tabel IV. 6 diatas diketahui bahwa rata-rata akuntan pendidik
terhadap pegetahuan tentang keyboard, software, hardware, design system, paket
akuntansi, EDP audit, pemrograman, jaringan, praktik sederhana, teknologi
informasi lebih besar dibandingkan dengan rata-rata mahasiswa akuntansi. Maka
dapat disimpulkan bahwa pengetahuan tentang keyboard, software, hardware,
design system, paket akuntansi, EDP audit, pemrograman, jaringan, praktik
sederhana, teknologi informasi menurut persepsi akuntan pendidik kurang penting
dibandingkan persepsi mahasiswa akuntansi. Secara keseluruhan kedua kelompok
47
sampel mempersepsikan bahwa pengetahuan keyborad, software, design system,
paket akuntansi, EDP audit, jaringan, praktek sederhana penting bagi akuntan
pendidik. Akuntan pendidik ragu-ragu terhadap pengetahuan hardware dan
pemrograman penting bagi akuntan dapat dilihat dari rata-rata skor sebesar 2,74
terhadap hardware dan 2,58 terhadap pemrograman sedangkan mahasiswa
mempersepsikan pengetahuan hardware dan pemrograman penting bagi akuntan.
Kedua kelompok sampel mempersepsikan bahwa pengetahuan teknologi
informasi penting bagi akuntan.
Analisis Terhadap Faktor Demografi
Akuntan pendidik yang berpengalaman 1 sampai 5 tahun mempersepsikan
pengetahuan keyborad, software, design system, paket akuntansi, EDP audit,
jaringan, praktik sederhana penting bagi akuntan. Kelompok ini mempersepsikan
pengetahuan teknologi informasi penting dikuasai oleh akuntan. Sedangkan
pengetahuan pemrograman dan pengetahuan hardware dapat dilihat dari rata-rata
skor sebesar 2,89 dan 2,70 , kelompok ini mempersepsikan ragu-ragu terhadap
pentingnya bagi akuntan. Akuntan pendidik yang berpengalaman 6 sampai 10
tahun mempersepsikan bahwa pengetahuan keyboard, software, hardware, design
system, paket akuntansi, EDP audit, pemrograman, jaringan, praktik sederhana
penting bagi akuntan. Kelompok ini mempersepsikan bahwa pengetahuaan
teknologi informasi penting dikuasai oleh akuntan. Akuntan pendidik yang
berpengalaman kerja 11 sampai 15 mepersepsikan bahwa pengetahuan keyboard,
software, design system, EDP audit, pemrograman penting dikuasai oleh akuntan.
Sedangkan terhadap pengetahuan hardware, paket akuntansi, jaringan dan praktik
48
sederhana kelompok ini ragu-ragu terhadap pentingnya harus dikuasai akuntan.
Kelompok ini mempersepsikan bahwa pengetahuan teknologi informasi penting
dikuasai oleh akuntan. Kelompok akuntan pendidik yang berpengalaman 15
sampai 20 tahun mempersepsikan pengetahuan keyboard, software, hardware,
design system, paket akuntansi, EDP audit, jaringan, praktik sederhana ragu-ragu
terhadap pentingnya dikuasai oleh akuntan. Kelompok ini menganggap penting
pengetahuan pemrograman bagi akuntan. Pengetahuan teknologi informasi
menurut kelompok ini ragu-ragu terhadap penting tidaknya dikuasai oleh akuntan.
Akuntan pendidik yang berpengalaman kerja 20 tahun keatas mempersepsikan
pengetahuan keyboard, software, design system, paket akuntansi, EDP audit,
pemrograman, jaringan, teknologi informasi penting dikuasai oleh akuntan
sedangkan mereka ragu-ragu terhadap pentingnya pengetahuan hardware dan
praktek sederhana bagi akuntan. Kelompok yang tidak menjawab umur
mempersepsikan pengetahuan keyboard, software, design system, paket akuntansi,
EDP audit, jaringan, teknologi informasi penting bagi akuntan sedangkan
terhadap pengetahuan hardware, pemrograman, dan praktik sederhana ragu-ragu
terhadap pentingnya dikuasai oleh akuntan.
Mahasiswa berdasarkan tingkat semester diketahui bahwa pengetahuan
teknologi informasi penting dikuasai oleh akuntan. Mahasiswa semester tujuh
memiliki rata-rata tertinggi ini berarti mereka mempersepsikan bahwa
pengetahuan teknologi informasi kurang penting dibandingkan dengan mahasiwa
semester lima dan sembilan. Mahasiswa semester lima paling rendah rata-rata
49
skornya yang berarti mereka mempersepsikan pengetahuan teknologi informasi
lebih penting dibandingkan mahasiswa semester tujuh dan sembilan.
Berdasarkan jenis kelamin semua kelompok diketahui bahwa pengetahuan
teknologi informasi penting dikuasai oleh akuntan. Sedangkan berdasarkan umur
diketahui rata-rata tertinggi terdapat pada akuntan pendidik umur 41-50 tahun
pada tingkat 2,50 yang berarti mereka ragu-ragu pengetahuan teknologi informasi
penting dikuasai oleh akuntan. Diketahui berdasarkan mean hanya akuntan
pendidik yang tidak menjawab mempersepsikan bahwa pengetahuan hardware
tidak penting dikuasai oleh akuntan.
E. Hasil Jajak Pendapat
Peneliti mengajukan beberapa pertanyaan yang bertujuan untuk mengetahui
tentang kecukupan muatan teknologi informasi dalam kurikulum pendidikan
tinggi saat ini dan peranan akuntan dalam pengembangan sistem berbasis
komputer. Hasil jajak pendapat cakupan pengetahuan teknologi informasi dalam
kurikulum pendidikan tinggi akuntansi menunjukkan bahwa dari 35 responden
yang berprofesi sebagai akuntan pendidik 4 orang diantaranya menyatakan sudah
cukup sisanya menjawab belum cukup. Sedangkan 95 responden sebagai
mahasiswa 6 orang menyatakan sudah cukup sisanya menyatakan belum cukup.
Selanjutnya responden yang menyatakan belum cukup mampu memberikan
bekal teknologi informasi untuk terjun di dunia kerja berbasis komputer
memberikan alternatif pemecahan dengan memilih empat alternatif yang
ditawarkan peneliti. Dari jawaban 31 responden yang berperan sebagai akuntan
50
pendidik menjawab belum, 21 memilih alternatif dengan memperluas dengan
pengintegrasian ke mata kuliah tertentu. 4 orang dari kelompok akuntan pendidik
memilih alternatif pengetahuan diperluas ke semua mata kuliah. Sedangkan
responden dalam kelompok akuntan pendidik yang memilih alternatif
pengetahuan teknologi diperluas dengan disajikan secara terpisah pada mata
kuliah tersendiri sebanyak 3 orang. Sisanya 3 orang memberikan pendapat lain
yaitu pemantapan dengan praktik dan disajikan dalam lab. Mahasiswa yang tediri
dari 89 responden yang menjawab belum, 26 memilih alternatif diperluas dengan
pengintegrasian ke mata kuliah tertentu. 31 orang dalam kelompok mahasiswa
menyatakan diperluas dengan pengitegrasian ke semua mata kuliah dan 29
memilih pendapat diperluas ke mata kuliah tersendiri secar terpisah. Pendapat lain
dari 3 menyatakan perlu diperluas dengan disajikan dalam praktek. Hasil pendapat
responden tentang pemecahan terhadap belum cukupnya pengetahuan teknologi
dalam informasi disajikan dalam tabel IV. 7.
Tabel IV. 7 Alternatif Jawaban responden atas belum cukupnya
pengetahuan TI dalam kurikulum
Alternatif jawaban responden Persentase 1. Diperluas dengan pengintegrasian ke mata kuliah
tertentu. 2. Diperluas dng pengintegrasian ke semua mata
kuliah. 3. Diperluas dengan menyajikan secara terpisah
sebagai mata kuliah sendiri. 4. Pendapat lain.
47
35
32 6
39,17 %
29,16 %
26,67 %
5 % Jumlah 120 100%
Sumber : data diolah
Pertanyaan tentang peranan akuntan dalam perancangan sistem berbasis
komputer, dari kelompok akuntan pendidik 32 menjawab akuntan berperan dalam
51
perancangan sistem informasi berbasis komputer dan 3 orang menjawab tidak.
Sedangkan responden mahasiswa 80 orang menjawab akuntan berperan dalam
perancangan sistem berbasis komputer 15 lainya menjawab tidak. Responden
yang menjawab akuntan berperan dalam perancangan sistem berbasis komputer
memilih alternatif peranan yang dapat diambil oleh akuntan. Karena pemilihan
boleh lebih dari satu maka peneliti memperingkat pilihan sebagai berikut:
1. analis, sebanyak 27 dari akuntan pendidik dan 53 dari mahasiswa,
2. programer, sebanyak 8 orang dari akuntan pendidik dan 33 dari mahasiswa,
3. clerk administrator, sebanyak 6 orang dari kelompok akuntan pendidik dan 33
orang dari kelompok mahasiswa,
4. end user, sebanyak 5 orang dari akuntan pendiidk dan 25 dari kelompok
mahasiswa,
5. technical specialist sebanyak 1 orang dari akiuntan pendidik dan15 orang dari
kelompok mahasiswa.
Pertanyaan tentang pengetahuan teknologi informasi yang dikuasai oleh
lulusan S1 terhadap kecukupan untuk berperan dalam perancangan sistem
informasi berbasis komputer 33 orang dari kelompok akuntan pendidik dan 85
dari kelompok mahasiswa menyatakan belum. 2 orang dari kelompok akuntan
pendidik dan 10 mahasiswa menyatakan sudah cukup.
52
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis membuktikan bahwa tidak ada
perbedaan yang signifikan antara akuntan pendidik dan mahasiswa terhadap
pengetahuan teknologi informasi yang harus dikuasai oleh akuntan. Hal ini dapat
diketahui dari hasil uji hipotesis dengan uji independent t test yang diperoleh nilai
probabilitas sebesar 0,275 pada tingkat signifikansi 0,05. Sedangkan pengujian
yang dilakukan secara perfaktor diperoleh hasil bahwa tidak ada perbedaan yang
signifikan terhadap pengetahuan keyboard, software, design system, paket
53
akuntansi, EDP audit, pemrograman, jaringan, praktek sederhana bagi akuntan.
Ada perbedaan yang signifikan antara akuntan pendidik dan mahasiswa terhadap
pengetahuan hardware yang harus dikuasai oleh akuntan dapat diketahui pada
nilai probabilitas yang diperoleh dari uji mann whitney u test sebesar 0,001 yang
lebih kecil dari nilai signifikansinya (0,05).
Hasil jajak pendapat tentang kecukupan muatan teknologi informasi dalam
kurikulum pendidikan tinggi akuntansi untuk terjun di dunia kerja berbasis
komputer saat ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan
belum cukup. Responden mengusulkan pengetahuan teknologi informasi diperluas
ke mata kuliah tertentu sebanyak 47 (39,17 %). Sebagian besar responden
menyatakan bahwa akuntan berperan dalam perancangan sistem berbasis
komputer sebanyak 112 (86,15 %). Peranan yang dapat diambil akuntan sebagai
analis menduduki peringkat tertinggi dan peranan sebagai technical specialist
menduduki peringkat terendah .
B. Keterbatasan
Penelitian yang dilaksanakan mempunyai beberapa kelemahan sebagai berikut
ini.
1. Penelitian yang dilakukan hanya dilakukan di wilayah Surakarta. Hal ini
menyebabkan kurang dapat digeneralisasikan lebih luas terhadap seluruh
akuntan.
2. Teknik pengambilan sampel yang digunakan convinient yang berarti hanya
terhadap anggota sampel yang mudah ditemui saja yang mempunyai
54
kesempatan untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Sehingga kurang
dapat digeneralissikan terhadap populasi yang ditetapkan yaitu akuntan di
wilayah Surakarta.
3. Teknologi informasi yang diangkat dalam penelitian ini merupakan
pengetahuan secara umum yang harus dikuasi oleh akuntan.
4. Pendapat terhadap kecukupan pengetahuan teknologi informasi dalam
kurikulum pendidikan tinggi akuntansi hanya berupa jajak pendapat bukan uji
hipotesis.
C. Saran
Berdasarkan keterbatasan di atas perlu diperhatikan beberapa perbaikan untuk
penelitian berikutnya. Peneliti menyarankan beberapa hal berikut ini.
1. Sampel penelitian diperluas agar dapa digeneralisasikan hasilnya secara lebih
luas.
2. Penelitian berikutnya sebaiknya menguji terhadap pengetahuan teknologi
informasi yang harus dikuasai oleh akuntan dalam bidang khusus, misalnya
terhadap bidang audit oleh auditor atau bidang pengembangan sistem berbasis
komputer. Sehingga lebih bermanfaat bagi pengemangan mata kuliah yang
ada di pendidikan tinggi akuntansi.
3. Kecukupan pengetahuan teknologi informasi dalam pendidikan tinggi
akuntansi menjadi perhatian lebih. Sehingga diharapkan penelitian berikutnya
lebih memfokuskan pada persoalan ini.
55
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Johan. 2000. Mengoptimalkan Peran Akuntan Dalam
Mengembangkan Sistem Informasi Akuntansi Berbasis Komputer. Aplikasi Bisnis. Azwar, Syaifuddin.1998. Sikap Manusia. Pustaka Pelajar, Edisi Kedua.
Baridwan, Zaki. 1996. Kurikulum Program Pendidikan Tinggi Akuntansi . Jurnal Akuntansi Dan Manajemen, Edisi Juli. Yogyakarta : STIEYKPN.
Brown, Robert M And Ruf. 1987. Appliying Software Design Principle To
Accounting Software: A Direct Manipulation Appproach. Journal Of Information System.
Catanach, Anthony H.Jr.,Croll,D.B., And Grinaker,R.L. 2000. Teaching
Intermediate Financial Accounting Using Business Activity Model. Issue In Accounting Education.
56
Gelinas, Ulric Jr.,Levy,Elliot S., And Thibodeau, J.C. 2001. Nowood Office Suplies, Inc : A Teaching Case To Integrate Computer-Assisted Auditing Tecniques Into The Auditing Course. Issues In Accounting Education.
Gultom, Frantis Francis. 1993. Persepsi Akuntan Di Indonesia Terhadap
Pengetahuan Teknologi Informasi Yang Harus Dikuasai Oleh Akuntan. Yogyakarta : Universiatas Gajah Mada (Tesis).
Harahap, Sofyan S. 2002. Peran Akuntansi Dalam Era Cyberspace. Media
Riset Akuntansi, Auditing Dan Informasi,Vol 2no 1 Pp: 91-105. Hermanus, Yustaff. 1995. Persepsi Dosen Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Terhadap Faktor-Faktor Yang Dapat Digunakan Untuk Menilai Kualitas Akuntan Pendidik. Surakarta : UNS (Skripsi).
Husein, Muhammad Fakhrie. 1999. Teknologi Informasi Dan Kurikulum
Akuntansi Di Perguruan Tinggi. Media Akuntansi , Juni No 35. Ikatan Akuntan indonesia. 2000. Standar Profesional Akuntan Publik.
Jakarta. Jogiyanto, H.M. 2000. Sistem Informasi Berbasis Komputer : Konsep
Dasar dan Komponen. BPFE Yogyakarta, Edisi Kedua. Juniarti. 2001. Technology Acceptance Model (TAM) Dan Theory Of
Planed Behaviour (TPB), Aplikasinya Dalam Penggunaan Software Audit Oleh Auditor. Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Indonesia, Volume 4 No 2 Pp: 332-354.
Lawlor. 1992. Computer Information System. Driden Press: Harcourt
Brace Jovanovich College Publisher. Lee, Denis M.S., Trauth, Eileen M., And Farwell, Douglas. 1995. A
Crtical Skil And Knowledge Requerment Of informaion System Profesional : A Joint Academic/Industry Investigation. Management Information System Quaertely.
Lukito, Uniek. 2002. Persepsi Akuntan Internal Terhadap Pengetahuan
Teknologi Informasi Yuang Harus Dikuasai Oleh Akuntan. Surakarta : UNS (Skripsi).
Morgan, Amelia Annnete Baldwin. 1993. The Impact Of Expert System Audit
Tool On Auditing Firm In The Year 2001 : A Delphi Investigation. Journal Of Information System.
.
57
Mulyadi. 2000. Menyongsong Pergeseran Peran Profesi Akuntansi Manajemen Dalam Era Teknologi Informasi. Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Indonesia, Volume 15 No 2 Pp: 225-246.
.2001. Respon Profesi Akuntansi Manajemen Indonesia Terhadap Pergeseran Peran Profesi Tersebut Dalam Era Teknologi Informasi. Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Indonesia, Volume 16 No 2 Pp: 188-189. Pratikno, Makmun. 2003. Pengetahuan Dan Pemanfaatan Internet oleh
Akuntan. Surakarta : Universitas Sebelas Maret Skripsi. Rachmadi, Heksawan. 1996. Pesepsi Konsultan Ekonomi Dan Mahasiswa
Akuntansi Terhadap Pengetahuan Komputer. Surakarta : Universitas Sebelas Maret Skripsi.
Sarwoko, Haris. 2001. Pergeseran Fungsi Akuntansi Di Tengah-Tengah
Perkembangan Teknologi Informasi. Jurnal Sosial Ekonomi. Sekaran, Uma. 2000. Research Methods For Business. New York : John
Willey And Sons, Inc. Suryono. 1994. Sikap Akuntan Terhadap Perkembangan Teknologi
Komputer Untuk Pengolahan Data dan Kepentingan Audit. Yogyakarta: Program Pasca Sarjana UGM (Tesis).
Trauth, Eileen M., Farwell, D. W., And Lee, Denis. 1993. The IS
Expectation Gap: Industry Expectation Versus Academic Preparation. Management Information System Quaertely.
Utomo, Hargo. 2001. Studi Eksplorasi Tentang Penyebaran Teknologi Informasi Untuk Usaha Kecil Dan Menengah. Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Indonesia.
Whitten, Bentley dan Dittman. 2001. System Analysis And Design
Methods.New York : Mcgraw Hill Irwin, Inc. Worman, Camille . 1999. Psychology. New York : Mc Graw Hill
Companies, Inc. Edisi Kelima. Weber, Ron. 1999. Electronic Data Processing Audit And Control System.
New York : Mcgraw Hill Irwin, Inc.