30
PENDUDUK DAN PERMASALAHANNYA DI KABUPATEN PESISIR SELATAN MAKALAH DEMOGRAFI Diajukan untuk perbaikan nilai yang belum lengkap (BL) pada mata kuliah Demografi Oleh : APRIZON PUTRA NIM: 89059 Dosen Pembina : Dra. YURNI SUASTI, M.Si Program Studi Pendidikan Geografi JURUSAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU-ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2009

Permasalahan kependudukan Di Pesisir selatan

  • Upload
    aprizon

  • View
    1.745

  • Download
    28

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Permasalahan kependudukan Di Pesisir selatan

PENDUDUK DAN PERMASALAHANNYADI KABUPATEN PESISIR SELATAN

MAKALAH

DEMOGRAFI

Diajukan untuk perbaikan nilai yang belum lengkap (BL) pada mata kuliah Demografi

Oleh :APRIZON PUTRA

NIM: 89059

Dosen Pembina :Dra. YURNI SUASTI, M.Si

Program Studi Pendidikan GeografiJURUSAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU-ILMU SOSIALUNIVERSITAS NEGERI PADANG

2009

Page 2: Permasalahan kependudukan Di Pesisir selatan

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya kepada umatnya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan

makalah ini.

Makalah Demografi ini penulis beri judul tentang “Penduduk Dan

Permasalahannya Di Kabupaten Pesisir Selatan” Makalah ini Penulis susun untuk

memenuhi persyaratan perbaikan Nilai BL pada mata kuliah Demografi.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat

kekurangan dan memerlukan banyak perbaikan. Untuk itu Penulis mengharapkan kritik

dan saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan makalah ini dan makalah,

karya ilmiah dan sejenisnya kearah yang lebih baik lagi.

Penulis selaku penyusun berharap semoga makalah ini ada gunanya dan

bermanfaat bagi para pembaca. Amin.

Padang, 12 Desember 2009

Penulis

Page 3: Permasalahan kependudukan Di Pesisir selatan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penduduk merupakan populasi manusia yang mendiami suatu wilayah dalam

jangka waktu dan menempati ruang tertentu dengan aktivitas yang heterogen dalam

berintegrasi dengan alam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Yang dimaksud populasi

yaitu jumlah individu dalam satuan luas wilayah tertentu untuk produktivitas dan

perkembangbiakan. Perkembangbiakan adalah untuk kelangsungan hidup dan suatu

individu dalam mempertahankan hidup dan satu generasi ke generasi berikutnya.

Menurut Munir Rozy (1985) mengatakan bahwa keinginan untuk hidup dan

berkembang biak dimiliki oleh setiap manusia. Sementara kesanggupan bumi untuk

menyediakan sumber daya alam untuk kelangsungan hidup sangat terbatas.

Penduduk dapat dikatakan ideal apabila jumlahnya tidak terlalu besar dan tidak

pula terlalu kecil. tetapi terdapat keseimbangan antara sumber-sumber daya alam yang

tersedia di daerah tersebut, dan telah diusahakan untuk mendukung kabupaten tersebut.

Penduduk dikatakan sejahtera apabila kebutuhan sandang pangannya cukup (Munir Rozy,

1985).

Dalam rangka membahas masalah kependudukan dapat dilihat dan jumlah

pertumbuhan penduduk. penyebaran penduduk dan kualitas penduduk.

Ditinjau dari segi pertumbuhan penduduk, Indonesia masih merupakan negara

yang belum mengkhawatirkan pertumbuhan penduduknya, yang menempati daerah rata-

rata 120 juta per Km2 (Yusuf, 1985).

Adapun kriteria pertumbuhan penduduk dapat dibagi tiga kelompok yaitu: 1)

pertumbuhan penduduk tergolong tinggi bila, pertumbuhan penduduk (di atas 2%

pertahun, 2) pertumbuhan penduduk tergolong sedang bila ratio pertumbuhan sebesar

1,0% - 2% pertahun. 3) tergolong rendah bila ratio pertumbuhan penduduk di bawah

1.0% pertahun.

Dengan pertumbuhan penduduk yang demikian besar. tentu berbagai masalah

yang dapat ditimbulkan, juga menyangkut masalah lingkungan hidup. Keseimbangan

Page 4: Permasalahan kependudukan Di Pesisir selatan

pertumbuhan penduduk dengan pertumbuhan produksi pangan akan sangat

mempengaruhi kesejahteraan penduduk. Masalah pertumbuhan penduduk yang cepat mi

bukan hanya merupakan masalah nasional, akan tetapi juga merupakan masalah yang

dihadapi dunia. Kekhawatiran dunia cukup beralasan, karena kalau terjadi pertumbuhan

yang sangat cepat, maka pada suatu saat nanti akan terjadi ledakan penduduk

Masalah penyebaran penduduk di Indonesia sangat tidak merata antara di Kota

dan di Kabupaten serta Nagari sehingga terjadi ketimpangan sosial. Ketimpangan sosial

ini disebabkan oleh penyebaran pembangunan yang menyeluruh antara kota, kabupaten

dan nagari (dari unit ke sub unit). Hal ini dapat dilihat di kabupaten Pesisir Selatan bahwa

penyebaran penduduk di kota kabupaten lebih merata jika dibandingkan dengan

Kecamatan atau Nagari, tidak meratanya penyebaran penduduk ini terjadi karena tidak

homogennya pembangunan dari unit ke sub unit, sehingga terjadi proses interaksi yang

tidak sejalan. Penyebaran penduduk yang tidak rata ini disebabkan oleh bervariasinya

kebijakan yang diambil oleh pelaksana pemerintahan sehingga realisasi pembangunan

menjadi heterogen yang berefek pada penyebaran penduduk yang tidak rata. Penyebaran

penduduk yang tidak rata ini akan mengakibatkan kesenjangan sosial pada masyarakat

yang berinteraksi dalam suatu wilayah. Penyebaran yang tidak merata dari penduduk ini

sudah dapat dilihat dan zaman orde lama, orde baru karena kesalahan dalam pengambilan

keputusan terutama dalam pembangunan dan perkembangan wilayah yang khusus

kabupaten pesisir selatan yakni zaman orde lama, orde barn pembangunan di

kota perkembangannya 70% sedangkan pangan 30%.

Penyebaran penduduk ini akan merata apabila penyebar pembangunan secara

menyeluruh rata dari semua wilayah menjadi homogen maka akan dapat membuat merata

pula penyebaran penduduknya, karena penyebaran penduduk yang tidak merata akan

pengakibatkan munculnya konflik-konflik sosial di tingkat jenjang penduduk tersebut

sampai ke masing-masing individu akibat keputusan yang selama ini yang memunculkan

ego-ego dari pengambil keputusan.

Kualitas penduduk di Indonesia secara umum sangat rendah dan lemah

dibandingkan dengan negara-negara lainnya. Kabupaten Pesisir Selatan merupakan

Kabupaten yang cukup rendah kualitas penduduknya secara umum di banding dari 13

daerah tingkat dua propinsi Sumatera Barat. Rendahnya kualitas penduduk ini dapat

Page 5: Permasalahan kependudukan Di Pesisir selatan

dilihat dan segi Pendidikan, sarana dan prasarana yang kurang memadai yaitu gedung

sekolah, tenaga pendidik, transportasi, serta pertumbuhan penduduk tidak seimbang

dengan kebutuhannya.

Kabupaten Pesisir Selatan salah satu contoh dalam ruang lingkup kecil. yang

mana masalah kependudukan sangat komplit. Salah satu permasalahan yang menonjol

adalah masalah penyebaran penduduk yang tidak merata.

Kabupaten Pesisir Selatan yang mempunyai luas 4.473.05 Km2 dan didiami

sebanyak 391.347 jiwa pada tahun 2007, ternyata penyebaran penduduknya heterogen.

Penyebaran penduduk yang heterogen ini dapat dilihat secara rill di lapangan dari satu

Kecamatan dengan kecamatan lainnya, di mana kecamatan yang dekat dengan kota

kecamatan (pusat pemerintahan) lebih banyak jumlah penduduknya dibandingkan dengan

penduduk yang jauh dari luar pusat pemerintahan kecamatan dan hal tersebut terlihat dari

nagari-nagari radius yang jauh dari pusat pemerintahan kecamatan. Perbedaan-perbedaan

ini sangat mencolok sekali.

Penyebaran penduduk di Kab. Pesisir Selatan lebih padat penduduknya pada

daerah Barat dibandingkan daerah Timur yang merupakan daerah perbukitan. Padahal

daerah Timur potensi daerahnya sangat besar dan sesuai untuk daerah pertanian karena

masyarakat pesisir selatan pada umumnya bertani. Hal ini dapat dilihat dari data

statistik pesisir selatan. Pada data statistik 80,8% penduduknya bertani, tetapi masyarakat

pesisir selatan dilihat dari aspek-aspek kependudukan terlihat perbedaan. Perbedaan

ini sangat kentara kalau dilihat dari jumlah penduduk. penyebaran penduduk, kualitas

penduduk. Untuk mengatasi perbedaan ini diperlukan pemikiran-pemikiran yang tanpa

menonjolkan ego-ego pengambilan keputusan dan semua lapisan masyarakat untuk

menuju masyarakat Pesisir Selatan yang madani dan maju dari segi teknologi peluang

kerja. kualitas manusia yang tinggi. penyebaran penduduk yang homogen. kepadatan

penduduk yang rata.

B. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka dapat dibatasi permasalahan sebagai berikut :

1. Laju pertumbuhan penduduk, laju pertumbuhan yang dimaksud terfokus kepada

pertumbuhan penduduk Kabupaten Pesisir Selatan.

Page 6: Permasalahan kependudukan Di Pesisir selatan

2. Penyebaran penduduk. penyebaran penduduk tersebut menyangkut distribusi

penduduk yang belum merata khususnya di Kabupaten Pesisir Selatan.

3. Kualitas penduduk, kualitas penduduk tersebut meliputi indikator-

indikator tingkat pendidikan, tingkat pendapatan kesejahteraan dan tingkat

kesehatan penduduk di Kabupaten Pesisir Selatan.

C. Perumusan Masalah

Komplek dan banyaknya permasalahan kependudukan di Kabupaten Pesisir

Selatan, berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah dapat dirumuskan masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Pesisir Selatan ?

2. Bagaimana penyebaran penduduk di Kabupaten Pesisir Selatan ?

3. Bagaimana kualitas penduduk di kabupaten Pesisir Selatan ?

D. Tujuan Penulisan Makalah

Adapun tujuan dan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui lebih jauh tentang

1. Laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Pesisir Selatan

2. Penyebaran penduduk di Kabupaten Pesisir Selatan

3. Kualitas penduduk di Kabupaten Pesisir Selatan

E. Kegunaan Penulisan Makalah

Kegunaan dari penulisan makalah ini diantaranya yaitu :

1. Sebagai tugas tambahan/perbaikan nilai pada mata kuliah Demografi

2. Sebagai masukan dan informasi bagi pihak yang terkait dengan kependudukan

dalam memecahkan masalah-masalah kependudukan di Kab. Pesisir Selatan.

3. Untuk membuka cakrawala penulis sehubungan dengan masalah

kependudukan di Kab. Pesisir Selatan.

4. Sebagai bahan bagi pembaca untuk dapat meningkatkan kepedulian dan rasa

tanggung jawab terhadap masalah kependudukan di Kab. Pesisir Selatan.

Page 7: Permasalahan kependudukan Di Pesisir selatan

BAB II

KAJIAN TEORI DAN PEMBAHASAN

A. KAJIAN TEORI

Para ahli Demografi mengemukakan pendapatnya tentang teori penduduk, orang

pertama yang mengemukakan teori penduduk adalah Thomas Robert Malthus, seorang

ahli ekonomi Inggris yang hidup pada abad-18, di saat pertumbuhan penduduk

berkembang pesat di Inggris. Teori ini berkembang terus sesuai dengan perkembangan

perhatian tentang Ilmu Sosial dan Perubahan Struktur Masyarakat. Secara garis besar

teori-teori yang dikemukakan para ahli kependudukan di dasarkan pada faktor sosial

(ekonomi) dan faktor Alam.

1. Pertumbuhan Penduduk

Menurut teori sosial pertumbuhan penduduk ini merupakan hasil atau resultant

dari keadaan sosial yang saling berkaitan. Dasar pemikiran ini adalah bahwa makanan

sangat perlu, buat manusia sebagai alat pemeliharaan hidup dan tingkah laku sosial.

Tokoh-tokoh yang mengemukakan hal ini antara lain :

Menurut Boque D.J (1969) menyatakan dengan besarnya jumlah penduduk itu

selalu merupakan tekanan terhadap pembekalan hidup (pangan) hukum hasil lebih

berkurang pada abad ke-19 di Eropa telah berlaku dan dapat diatasi. Tetapi bukan akibat

perbaikan dalam teknik pertanian. Hukum hasil lebih yang berkurang maksudnya adalah

kesediaan sumber daya alam tidak akan berarti apa-apa kalau diikuti dengan

pertumbuhan penduduk yang liniar (tinggi).

Thomas Robert Maltus (1798) mengemukakan teori penduduk dalam bukunya

berjudul "An Essay in The Prinsciple of Population" yang terbit tahun 1798, dalam buku

ini dia menyatakan pendapatnya bahwa bahan makanan adalah penting untuk kehidupan

manusia. Sedangkan nafsu manusia tidak bisa ditahan yang berarti manusia akan tetap

berkembang biak.

Dinyatakan bahwa pertumbuhan produksi bahan makanan akibatnya pada suatu

saat akan terjadi perbedaan besar antara jumlah penduduk dengan persediaan bahan

Page 8: Permasalahan kependudukan Di Pesisir selatan

makanan sehingga menyebabkan orang akan kelaparan (kekurangan makanan).

Berdasarkan hal di atas diambil kesimpulan yang dikenal dengan teori deret Malthus,

bahwa pertambahan penduduk berjalan menurut deret ukur Malthus. bahwa pertambahan

jumlah bahan makanan berjalan menurut deret hitung.

Selanjutnya dikatakan bahwa penduduk akan berlipat ganda dalam waktu 25

tahun, sekiranya tidak ada faktor-faktor penghalang ini disebut dengan "Chek of

Population". Maksudnya jumlah penduduk dibatasi oleh faktor alam dan faktor sosial.

Teori deret dari Malthus dibuat dengan dasar perhitungan dari hukum hasil lebih yang

berkurang, yang dinyatakan sebagai berikut: manusia itu hidupnya terpaksa terbatas pada

bidang tanah, bila setiap hektar sudah ditumbuhi sehingga semua tanah yang telah

digunakan, pertumbuhan makanan setiap tahunnya hams bergantung pada perbaikan

tanah yang kini sudah ada. Luas tanah yang tidak dapat ditambah lagi itu adalah suatu

dana yang kesuburannya menurut alam lambat laun menjadi berkurang.

Faktor pencegah yang dapat mengurangi kegoncangan perbandingan antara

jumlah penduduk dan persediaan bahan makanan menurut Malthus ada dua hal yaitu :

Posotif Cheeks yaitu faktor-faktor yang dapat menambah jumlah kematian

sehingga jumlah penduduk yang sudah ada akan berkurang. Faktor-faktor ini misalnya

bencana alam, penyakit, pembunuhan, perperangan, kecelakaan.

Preventif Ceks yaitu faktor yang menyebabkan berkurangnya yang lahir yang bisa

disebut dengan moral restrain, seperti pengendalian hawa nafsu, penundaan masa

perkawinan, pantangan kawin dan sebagainya.

Dari pendapat di atas jelas bahwa Malthus tidak memikirkan bahwa pencegahan

pembuahan (kontrasepsi), jika dilaksanakan secara efektif dapat menurunkan tingkat

kelahiran.

Dumount (1984-1902) Teorinya berprinsip kepada hukum kapiler dan dikenal

dengan : "Teori Kapilaritet Sosial". Manusia terus berusaha untuk memperbaiki nasib

dalam hidupnya dan tidak berhenti sampai generasi berikutnya. Hal ini berjalan sejajar

dengan perkembangan kebudayaan. Untuk ini agar kemakmuran tercapai dianjurkan

membatasi jumlah keluarga, karena anak untuk menjadi dewasa memerlukan biaya yang

tinggi dari waktu yang dilalui.

Page 9: Permasalahan kependudukan Di Pesisir selatan

Pendapat Thomson W.S (1965) mengakui bahwa Malthus adalah benar ia

mengakui pula bahwa kemakmuran orang pada waktu ini makin meningkat. ia masih

mempunyai kekhawatiran bahwa suatu ketika hukum kemunduran kenaikan hasil

memberikan pengaruh bila pertumbuhan penduduk berjalan seperti ini.

Faktor alam menciptakan adanya teori Natural tentang pertumbuhan penduduk.

Pertumbuhan ditentukan oleh alam karena itu harus diselidiki keadaan biologisnya untuk

mendapatkan hukum pertumbuhan penduduk. Hukum ini memberikan pertunjukan masa

lampau dan masa yang akan datang dengan tidak memperhatikan bermacam-macam

tendesi karena sudah terikat pada keadaan alam penganut teori ini antara lain.

Gini (1884) teorinya berdasarkan faktor biologis dan statistik. la menggambarkan

pertambahan penduduk sebagai suatu sinusuida yaitu berdasarkan data sejarah, ilmu

arkeologi, statistik demografi, pertumbuhan sesumatif manusia melalui stadium muda,

stadium dewasa, stadium dan akhirnya mati.

Doubleday (1970-1870) Teorinya berdasarkan makanan yaitu :

Masyarakat yang makanannya kurang/miskin

Maka akan terjadi kenaikan penduduk yang konsisten.

Sebaliknya masyarakat yang makanannya berlimpah dan kaya, akan terjadi

penurunan penduduk yang konsisten. Dalam keadaan medium atau antara

keduanya penduduk tetap.

Spancer (1820-1903) berpendapat makin banyak tenaga yang dikeluarkan untuk

mencapai kemakmuran makin sedikit tenaga untuk berproduksi, demikian sebaliknya

hewan adalah makhluk yang sedikit tenaga untuk kemajuan sehingga daya biaknya

tinggi.

S. Pearl (1880) mengemukakan menurut setiap penduduk mula-mula berkembang

lambat dan maju sampai batas maksimalnya kemudian turun lagi seperti keadaan semula.

Berikut ini beberapa pendapat lain selain pendapat yang di atas yang dikemukakan oleh :

Jones (1977) mengadakan studi mengenai hubungan antara pertumbuhan penduduk

dengan pendidikan yang diperlukan. Jelas tekanan terhadap sektor penyediaan pelayanan

pendidikan oleh pertumbuhan penduduk makin-lama makin berat biaya yang diperlukan

dalam penyediaan saran pendidikan.

Page 10: Permasalahan kependudukan Di Pesisir selatan

Myrdal (1890) Menekankan pada bidang kesehatan dan pendidikan karena dalam

memperbaiki kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat yang pertama di perbaiki adalah

kesehatan dan pendidikan. Jika pendidikan dan kesehatan suatu masyarakat jelek maka

mutu masyarakatnya juga jelek. Dalam hubungan dengan pertumbuhan penduduk,

pendidikan kesehatan, perbaikan sanitasi, peningkatan mutu gizi bahan pangan secara

massal, serta penyediaan pelayanan kesehatan yang semakin baik, semuanya memberikan

pengaruhnya sangat nyata pada penurunan jumlah kematian peningkatan harapan umur

panjang dan peningkatan daya kerja sebagian tenaga kerja. Untuk itu dikerahkan daya,

dana dan biaya yang sangat besar jumlahnya.

Istilah penduduk oleh para ahli sosiologi diartikan sebagai jumlah orang yang

menempati suatu habitat tersebut dan berinteraksi satu sama lain. Penduduk juga di

defenisikan sebagai jumlah individu-individu yang membentuk suatu jumlah tertentu,

seperti jumlah orang-orang yang mendiami suatu nears, bangsa, negara bagian atau

masyarakat.

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia yang dimaksud dengan penduduk adalah

orang-orang yang mendiami suatu tempat (Kampung, Nagari, Pulau). Dalam ilmu biologi

yang dikatakan penduduk adalah suatu populasi yang bertempat tinggal dalam suatu

daerah atau wilayah tertentu. Populasi tidak hanya diartikan manusia saja, melainkan juga

hewan dan tumbuh-tumbuhan (Salladin, 1983).

Dalam pengertian luas penduduk dapat didefenisikan setiap orang, baik warga

negara Indonesia maupun orang asing yang bertempat tinggal tetap dalam wilayah

Republik Indonesia. Penduduk merupakan makhluk hidup yang dapat mengambil

manfaat dari lingkungannya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam pengertian

sempit penduduk yaitu manusia, manusia dalam hal ini adalah warga negara Indonesia

atau warga negara asing yang tinggal tetap di wilayah Indonesia. Masalah penduduk di

Indonesia merupakan suatu permasalahan yang cukup besar dan berarti, yang mana

pertumbuhan yang semakin meningkat dari tahun ke tahun tidak seimbang dengan

negara.

Menurut laporan Population Reference Bureau (1995) laju pertumbuhan Penduduk

dunia tahun 2025 diperkirakan akan mencapai 8,312 Milyar. Di samping waktu untuk

berlipat ganda makin singkat, laju pertumbuhan bahan pangan, makanan, pekerjaan,

Page 11: Permasalahan kependudukan Di Pesisir selatan

industrialisasi, kesehatan, pendidikan, pemanfaatan sumber daya secara berlebihan,

masalah pencemaran dan lingkungan.

Perkembangan/laju pertumbuhan penduduk dengan berbagai masalah yang

ditimbulkan telah menarik perhatian para ahli, misalnya Malthus (1766-1834) yang

dikutip oleh Mannion dan Bowilly (1992) yang menyatakan laju pertumbuhan penduduk

bertambah jumlah manusia berkembang mengikuti deret ukur (Esponential Growth),

sedangkan perkembangan sub sistem pangan mengikuti deret hitung ketidak seimbangan

antara kedua faktor tersebut menimbulkan masalah dalam kehidupan manusia,

diantaranya, kelaparan melanda berbagai lapisan masyarakat di suatu wilayah akibat

kekurangan gizi, masalah pemenuhan kebutuhan hidup lainnya baik pemungkiman

maupun tanah untuk pertanian.

Penduduk yang ideal ialah penduduk yang jumlahnya tidak terlalu besar dan tidak

terlalu kecil, tetapi cukup untuk besarnya suatu kabupaten dan untuk sumber daya yang

tersedia tersebut benar-benar diusahakan untuk mendukung suatu Kabupaten.

Sebagian besar penduduk Kabupaten Pesisir Selatan hidup dari hasil pertanian,

dengan semakin sempit penduduk yang sangat cepat. Penduduk daerah Kampung

(pedesan) berduyun-duyun pindah ke tempat yang banyak memberikan kesempatan

pekerjaan.

Secara umum penduduk yang begitu cepat disebabkan oleh angka kelahiran yang

tinggi dan menurunnya angka kematian secara drastis. Menurut Munir (1985) laju

pertumbuhan penduduk yang cepat disebabkan oleh :

a) Fertilisasi

Adanya anggapan bahwa sebagian besar masyarakat bahwa banyak anak

banyak rezeki.

Sedikit sekali orang yang terdorong untuk mempunyai anak sedikit atau

membatasi anggota keluarga.

Tersedianya alat kontrasepsi yang murah yang tidak efektif dan tidak

mempunyai pengaruh terhadap kelahiran, serta tidak memperlambat

pertumbuhan penduduk secara keseluruhan.

Perkawinan terlalu dini

Page 12: Permasalahan kependudukan Di Pesisir selatan

Suasana yang memberikan kemungkinan untuk terjadinya hubungan seks

sebelum pernikahan.

b) Turun Angka Kematian

Turunnya angka kematian yang disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:

Kemajuan yang diperoleh dan ilmu dan teknologi yang menghasilkan alat-alat

kedokteran, obat-obatan yang dapat memberantas penyakit, seperti penyakit

malaria, disentri, H1V, dan penyakit menular lainnya, hal ini akan

menurunkan angka kematian.

Gizi yang membaik serta perawatan yang intensif

Sanitasi yang baik, peningkatan sanitasi air dan lingkungan serta makanan

dalam waktu yang santa singkat telah berhasil menurunkan angka kematian

yang mencolok.

Diperkenalkan sumur-sumur artesi.

Cara-cara yang baik dalam pembuangan sampah.

2. Distribusi Penduduk

Imigrasi dalam hal ini berarti banyak orang asing yang datang ke suatu daerah :

Menurut Erlich (1968) dalam bukunya yang berjudul Population Resources

Environment Insues In Human Ecology menyatakan bahwa akibat dan kekurangan bahan

pangan adalah bencana yang ditimbulkan oleh kelaparan dan manultrasi

Menurut Samibiring laju pertumbuhan penduduk tergantung pada kebijakan

pemerintahan (kebijakan kependudukan) atau organisasi formal lainnya untuk

mempengaruhi laju pertumbuhan ini bertujuan untuk menaikkan taraf ekonomi, sosial,

kesejahteraan penduduk jadi bersifat makro.

Kebijakan penduduk di Indonesia secara umum telah dibariskan dalam GBHN.

Beberapa butir pentingnya erat kaitannya dengan kebijakan kependudukan antara lain :

Kebijakan kependudukan perlu dirumuskan secara merata dan menyeluruh dan

dituangkan dalam program kependudukan terpadu.

Kebijakan kependudukan yang perlu ditangani antara lain : bidang pengendalian

kelahiran, penurunan tingkat kematian terutama kematian anak-anak, perpanjangan

Page 13: Permasalahan kependudukan Di Pesisir selatan

harapan hidup, penyebaran penduduk yang baik dan serasi dan seimbang, pola urbanisasi

yang seimbang dan rata.

Agar pengembangan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat dapat terlaksana

dengan cepat, perlu dibarengi dengan pengaturan pertumbuhan penduduk melalui

program keluarga berencana.

Program keluarga berencana bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan

anak dalam rangka mewujudkan keluarga bahagia yang menjadi dasar terwujudnya

masyarakat sejahtera dengan mengendalikan kelahiran sekaligus dalam rangka menjamin

terkendalinya pertumbuhan penduduk Indonesia.

Pelaksanaan Keluarga berencana ditempuh dengan cara suka rela dengan

mempertimbangkan nilai-nilai agama dan kepercayaan pada Tuhan Yang Maha Esa.

Lima tahap pelaksanaan kebijakan kependudukan di Indonesia khususnya

Sumatera Barat yaitu :

Respons awal yang disertai banyak salah paham

Perbaikan sistem pemerintahan dan teknologi

Penyelenggaraan kesehatan ibu dan anak

Pembangunan ekonomi

Perubahan ekonomi

Perubahan faktor-faktor sosial budaya

Perlu diingat di Indonesia sistem pendidikan bam yang kemudian meresap dalam

masyarakat, kemutlakan sifat positif dan negatif pada realisasi menjadi kabur, mekanisme

dapat berbalik juga misalnya peningkatan pendapatan yang biasanya menurunkan usia

kawin, maka dapat menaikannya. Ini bertalian dengan pengaruh emansipasi wanita, ia tak

sekedar menjadi Child Berer dan ingin mempunyai penghasilan sendiri sebelum dan

sesudah kawin. Meningkatnya usia kawin juga dapat karena tidak berlakunya ijazah

sekolah untuk menaruh gaji yang cukup untuk membentuk keluarga. Usia kawin yang

rendah tidak perlu berakibat pertambahan penduduk yang pesat.

Manusia merupakan makhluk yang tidak pernah diam. Perpindahan merupakan

perpindahan dari proses adaptasinya dengan lingkungan, sosial, ekonomi, maupun

budaya dengan lingkungan fisik, sosial ekonomi, maupun budaya hal tersebut juga

terdapat di Kabupaten Pesisir Selatan.

Page 14: Permasalahan kependudukan Di Pesisir selatan

Salah satu penyebab penyebaran penduduk antara kota dan desa tidak merata

adalah akibat laju perkembangan kota dan nagari (desa) sangat mencolok sehingga terjadi

urbanisasi, urbanisasi yang normal berjalan periodis dari suatu kota-ke kota yang lebih

besar, tetapi yang abnormal dari desa langsung ke kota. Ini disebabkan oleh motivasi

yang mencolok dari masyarakat kota karena efek inventaris yang mencakup bidang sosial

dalam ekonomis. Inventaris dalam berbagai bentuk merupakan pintu yang terbuka lebar

bagi kesempatan kerja, mesti tenaga kerja dalam kota cukup, dilihat dari kacamata rural,

kota dapat diserbu yang ekonomis adanya kompetisi di antara perusahaan untuk

memberikan jaminan ekonomis yang lebih unggul.

Mengapa perkembangan kota berlangsung terus, hal ini dijawab oleh beberapa

ahli dengan tiga asumsi :

Surplus pangan yang dihasilkan oleh daerah pedalaman ataupun yang di

import masih akan cukup untuk menjamin kebutuhan penduduk kota yang

terus bertambah ini.

Energi yang relatif murah (kayu, batu bara, minyak bumi) masih akan selalu

diperoleh berkat kemajuan teknologi pengangkutan)

Jumlah tenaga kerja manusia cukup tersedia untuk melayani kemajuan

industri dan sektor lain.

Pada umumnya ada dua unsur khusus yang menentukan pola distribusi atas

penyebaran penduduk yaitu lingkungan alami dan kebudayaan manusia. Pada suatu

daerah yang penduduknya padat sangat memerlukan perhatian khusus pemerintah

tentang, pengangkutan teknologi, sumberdaya, hal-hal di atas supaya dapat meningkatkan

taraf kehidupan mereka ke arah yang lebih baik.

Penyebaran penduduk menurut ciri atau karakteristik biologis atau sosial. Dalam

hal ini yang sering digunakan adalah komposisi mengenai jenis kelamin, umur, etnik,

pendapatan, pekerjaan dan lainnya.

Penyebaran penduduk ini tidak merata di suatu wilayah, maka untuk itu

pemerintah melaksanakan kebijaksanaan dengan adanya hal-hal sebagai berikut:

Memperbanyak pembangunan di segala bidang di daerah pedesaan maupun di

pulau-pulau yang jarang penduduknya.

Adanya program transmigrasi

Page 15: Permasalahan kependudukan Di Pesisir selatan

Transmigrasi merupakan perpindahan penduduk dari suatu ke daerah lain untuk

menetapkan yang ditetapkan dalam wilayah Republik Indonesia guna kepentingan

Nasional atau alasan lain yang di pandangan perlu oleh Pemerintah.

Tujuan pelaksanaan transmigrasi dalam pelaksanaan pembangunan di Indonesia.

Memindahkan penduduk dan daerah yang padat penduduknya.

Meratakan penyebaran penduduk Indonesia

Meningkatkan taraf hidup penduduk

Memanfaatkan sumber daya alam yang belum diolah di luar pulau Jawa

Untuk menghilangkan perasaan kesukuan di antara berbagai suku di wilayah

Indonesia

Untuk memperkuat pertahanan dan keamanan nasional, terutama di daerah-

daerah yang masih kosong.

Memeratakan pembangunan nasional di seluruh wilayah Indonesia

Memberi kesempatan kerja kepada penduduk yang menganggur.

Secara garis besar bertujuan kebijakan kependudukan yaitu memelihara

keseimbangan antara pertumbuhan penduduk dan penyebaran penduduk dengan

perkembangan pembangunan sosial ekonomi, sehingga tingkat hidup layak dapat

diberikan kepada penduduk secara menyeluruh. Usaha yang demikian mencakup seluruh

kebijaksanaan baik di bidang ekonomi, sosial, kultural serta kegiatan lain untuk

meningkatkan pendapatan nasional, pembagian. Pendapatan yang adil, kesempatan kerja

dan pembangunan pendidikan cara menyeluruh, strategi yang digunakan adalah melalui

program jangka panjang dan jangka pendek.

Adapun tujuan panjangnya yang di usahakan yaitu :

Mencapai target demografis yaitu usaha keluarga kecil dengan dua orang anak

per keluarga.

Peningkatan volume dan migrasi ke daerah-daerah yang memerlukannya.

Menghambat pertumbuhan kota dan mengutamakan pembangunan di

pedesaan

Dengan tujuan jangka pendek diarahkan pada tingkat angka kelahiran,

peningkatan volume transmigrasi yang mantap. Untuk mencapai tujuan ini disusun

program-program kebijaksanaan sebagai berikut:

Page 16: Permasalahan kependudukan Di Pesisir selatan

Meningkatkan program KB, sehingga dapat melembagakan dalam masyarakat

termasuk semua program pendukung bagi keberhasilannya seperti

peningkatan mutu pendidikan, peningkatan umur untuk menikah pertama,

peningkatan status wanita.

Meningkatkan dan menyebarluaskan program pendidikan kependudukan

merangsang terciptanya keluarga kecil bahagia dan sejahtera.

Meningkatkan program transmigrasi secara teratur.

Mengatur perpindahan penduduk

Mengatasi masalah tenaga kerja

Meningkatkan pembinaan dan pengamanan lingkungan hidup.

Penyebaran penduduk ini juga dipengaruhi oleh migrasi-migrasi menyangkut

perpindahan penduduk dan suatu daerah administrasi pemerintahan ke daerah

administrasi lain perpindahan penduduk dan suatu kabupaten-kabupaten lainnya dalam

suatu propinsi disebut juga dengan migrasi.

Migrasi ini dipengaruhi oleh dua faktor yaitu :

1. Faktor pendorong

Faktor pendorong kegiatan migrasi, sebenarnya timbul karena dirasakan bahwa

daerah di mana penduduk tinggal dalam kondisi kurang menguntungkan sehingga

penduduk melalui kesadaran sendiri atau pengarahan dari luar meninggalkan daerahnya

seperti : kekurangan sumber daya alam, menyempit lapangan kerja, tekanan-tekanan

politik, sosial (ekonomi, agama, bencana alam, dll)

2. Faktor penarik

Faktor penarik migrasi timbul adanya daerah-daerah yang mempunyai kondisi

lebih menggantungkan dari pada daerah lain, seperti daerah perkotaan. Daerah ini

memungkinkan lapangan kerja sehingga pendapatan bisa lebih meningkat, terbukanya

kesempatan memperoleh pendidikan yang lebih tinggi, keadaan lingkungan dan sarana

Page 17: Permasalahan kependudukan Di Pesisir selatan

yang lebih tinggi, keadaan lingkungan dan sarana kehidupan yang lebih menyenangkan,

adanya aktivitas-aktivitas di kota yang lebih baik, dan lain-lainnya.

Sebenarnya, di samping dua faktor pendorong dan penarikan masih terdapat

faktor lain yang mempengaruhi migrasi yaitu : Faktor-faktor rintangan yang

menghambat, dan faktor pribadi penduduk yang akan melakukan migrasi.

Di antara faktor rintangan dan penghambat yaitu, jarak antara daerah asal dan

tujuan, nilai tradisional kebijakan pemerintah (adanya pembatasan atau larangan ) dan

biaya yang diperlukan.

Faktor pribadi timbul dari sikap masing-masing menduduki sendiri. Adanya sifat

pribadi yang statis enggan untuk meninggalkan daerah kelahirannya. dan ada sifat pribadi

yang di manis, yang senang menghadapi tantangan baru. Banyak faktor yang

mempengaruhi sifat pribadi ini antara lain: tingkat pendidikan, pengetahuan, komunikasi,

status sosial ekonominya dan sebagainya. jadi migrasi ini secara tidak langsung

mempengaruhi penyebaran penduduk.

3. Kualitas Penduduk

Kemajuan dalam pembangunan tidak dapat dilepas dari masalah pembangunan,

masalah kependudukan, sebab hasil produksi secara keseluruhan bertambah, mungkin

pula secara keseluruhan tidak akan merasakan, jika tingkat penduduk tidak setaraf dengan

tingkat teknologi.

Pertumbuhan dan perubahan struktur harus lebih cepat dari pada pertumbuhan

struktur harus lebih cepat dari pada pertumbuhan penduduk, apalagi kalau diperhitungkan

pula kualitas kebutuhan generasi yang akan datang.

Kualitas penduduk menyangkut pada kualitas fisik, baik jasmani dan rohani

maupun prilaku sosial, ekonomi. Menurut Todaro dalam Firman Lubis (1987)

pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat berkembang tidak hanya karena sumber daya

fisik saja (tanah, mineral, dan bahan mentah) tetapi juga karena sumber daya manusianya

dalam hal ini tingkat pendidikan, sikap terhadap kebudayaan, pekerjaan dan adanya

keinginan untuk memperbaiki diri.

Pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat diukur dan GNP perkapita rata-rata

penduduk setiap tahun. Menurut Bank dunia seperti dikutip oleh Todaro dalam Firman

Page 18: Permasalahan kependudukan Di Pesisir selatan

Lubis (1987) dengan tolak ukur GNP perkapita tersebut , maka negara-negara dibagi atas

negara dengan pendapatan rendah dan negara berpendapatan tinggi.

Kualitas penduduk dapat dilihat dari beberapa aspek antara lain :

Tingkat pendidikan

Tingkat pendapatan dan kesejahteraan

Tingkat kesehatan

Berbicara tentang kualitas penduduk telah banyak dirumuskan oleh para pakar

salah satu diantaranya John Dewey dalam Yusuf (1982) bahwa: Pendidikan merupakan

proses yang terus menerus atau berkelanjutan seumur hidup melalui pengetahuan sikap

dan keterampilan perubahan ke arah yang lebih sempurna.

Pendidikan merupakan faktor penentu produktivitas penduduk dan berpengaruh

pada kualitas penduduk di mana masyarakat yang kurang menempuh pendidikan formal

dan pendidikan informal (maka individu tersebut kurang kualitas individunya di dalam

kehidupan bermasyarakat dan umumnya akan merendahkan kualitas dari penduduk,

karena pendidikan merupakan salah satu pokok dalam penentu kualitas manusia.

Kesejahteraan keluarga merupakan bagian terpenting dalam kehidupan keluarga.

Konsep kesejahteraan telah banyak di kemukakan oleh para pakar diantaranya: Willlesky

dan Lebeaux dalam Sukirno (1980) bahwa : kesejahteraan merupakan suatu keadaan di

mana terpenuhi kebutuhan dasar manusia baik jasmani maupun rohani. Kebutuhan dasar

tersebut meliputi kebutuhan sandang, pangan. papan. pendidikan dan kesehatan, maksud

keluarga sejahtera apabila kondisi dimaksud dapat dipenuhi dengan layak.

Kualitas penduduk salah satu indikator yang mengukurnya adalah tingkat

kesehatan penduduk-penduduk yang sehat baik lahir maupun batin merupakan syarat

mutlak dalam menentukan kualitas sumber daya manusia penduduk.

Menurut Azwar dalam Firman Lubis (1990) bahwa sumber daya manusia yang

sehat merupakan salah satu penentu terpenting pada sumber daya manusia karena dengan

kesehatan yang memadai, maka tingkat intelektual dan kecerdasan akan dapat

berkembang dengan baik dan sempurna.

Page 19: Permasalahan kependudukan Di Pesisir selatan

B. PEMBAHASAN

1. Laju Pertumbuhan Penduduk

Laju pertumbuhan penduduk adalah persentase pertambahan penduduk pertahun

yang sangat berpengaruh sekali terhadap pelaksanaan pembangunan khususnya di

Kabupaten Pesisir Selatan yang merupakan salah satu daerah tingkat II di Sumatera

Barat.

Laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Pesisir Selatan terus bertambah dari

tahun ke tahun. Laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Pesisir Selatan dalam jangka

satu Repelita mengalami kenaikan dalam segi jumlah orang yang terdapat di Kabupaten

Pesisir Selatan yaitu di mulai dari tahun 2003 jumlah penduduk tercatat sebanyak

397.252 Jiwa, pada tahun 2004, naik menjadi 399, 032 jiwa , peta tahun 2005 naik

menjadi 402,280 pada tahun 2006 naik menjadi 406.634 jiwa dan pada tahun 2007 turun

menjadi 391.347 hal ini dapat dilihat pada grafik mengenai laju penduduk

Tabel II.1 Laju Pertumbuhan Penduduk Daerah Tingkat II

Kabupaten Pesisir Selatan

Tahun Laki-laki PerempuanJumlah

(Jiwa)

Pertumbuhan

(%)

2003 193.429 203.823 397.252 -

2004 194.444 204.588 399.032 0.45

2005 196.040 206.220 402.260 0.81

2006 198.267 208.367 406.634 1.09

2007 192.093 199.254 391.347 -3.76

Sumber : BPS Pesisir Selatan tahun 2003

Kalau dilihat dari pertumbuhan penduduk di Kabupaten Pesisir Selatan dimulai

dari tahun 2003-2007 mengalami penurunan walaupun dalam jumlah orang mengalami

kenaikan, tetapi hal ini telah mencerminkan kemajuan Kabupaten Pesisir Selatan dilihat

dari rata-ratanya, tetapi bila dilihat dalam jumlah individu bertambah terus menerus tahun

2003 dan turun pada tahun 2007,

Page 20: Permasalahan kependudukan Di Pesisir selatan

hal ini dapat dilihat pada grafik II.1

Sumber badan statistik Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2007 penurunan laju

pertumbuhan penduduk yang drastis ini disebabkan oleh kebijakan Badan Statistik Pesisir

Selatan dalam menentukan cara perhitungan penduduk pada tahun 2007 dibandingkan

dengan tahun-tahun sebelumnya yaitu dalam pengambilan data dengan cara

mengumpulkan data penduduk data jumlah penduduk tahun 2003 adalah hasil register

penduduk, sedangkan jumlah penduduk tahun 2007 merupakan hasil sensus penduduk

tahun 2007 yang dilakukan secara lengkap terhadap seluruh penduduk.

Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Pesisir Selatan kalau dilihat dari Sex

Ratio pada tahun 2007 sedikit mengalami peningkatan dibandingkan tahun-tahun

sebelumnya yakni tahun 1996 yaitu 94,90%, tahun 1997 yaitu 95.04 tahun 2003 yaitu

95,06%, tahun 2004 yaitu 95,15% dan tahun 2007 yaitu 96,41% hal ini dapat dilihat pada

grafik II.2

Dalam grafik II.2 ini terlihat jelas sex ratio dari tahun ke tahun terlihat bahwa

perkembangan penduduk yang berjenis kelamin laki-laki lebih besar dibandingkan

dengan jenis kelamin perempuan. Dengan memperlihatkan laju pertumbuhan penduduk

Kabupaten Pesisir selatan pada tahun 2007 terjadi penurunan yang tajam di samping

uraian dia atas (cara pengambilan data) kemungkinan lain menandakan program KB

(Keluarga berencana) berhasil dengan baik karena aseptor KB pada tahun 2007 naik

sebesar 23,04%.

380

385

390

395

400

405

410

1 2 3 4 5

OrangDalamRibuan

Persentase94.90

94.95

95

95.05

95.1

95.15

95.2

1 2 3 4 5

Persentase94.90

Page 21: Permasalahan kependudukan Di Pesisir selatan

Meskipun pelaksanaan program KB Kabupaten Pesisir Selatan mengalami

kemajuan secara umum, tetapi kalau dilihat dari % pertumbuhan penduduk yang terdapat

pada label satu jumlah individunya masih meningkat hal ini disebabkan belum meratanya

penyebaran mengenai program KB untuk seluruh Kecamatan yang terdapat di Pesisir

Selatan.

Untuk masalah penyebaran penduduk di tempuh melalui usaha yang bersifat

langsung, yaitu melalui program transmigrasi sehingga penyebaran penduduk untuk

masing-masing ruang lingkup administrasi Kecamatan dapat dilakukan secara rata dan

pembangunan gedung-gedung pendidikan dan lowongan pekerjaan yang rata masing-

masing Kecamatan sehingga tidak terjadi migrasi penduduk ke suatu tempat secara

menyeluruh dan diharapkan rata karena hal ini juga sangat berkaitan erat dengan

kebijaksanaan pemerintahan daerah tingkat II Kabupaten Pesisir Selatan.

Tabel II. 2. Kepadatan dan Penyebaran Penduduk Kabupaten Pesisir Selatan

Perkecamatan Tahun 2007

No Nama Kecamatan Luas Wilayah(Km2)

Jumlah Penduduk (Jiwa) Kepadatan Penduduk(Jiwa/Km2)

1 Lunang Silaut 470,23 23.076 49

2 Basa IV Balai 365,32 21.469 59

3 Pancung soal 234,71 29.891 127

4 Linggo Sari Baganti 315,41 37.964 120

5 Ranah Pesisir 564,39 29.326 52

6 Lengayang 590,60 49.518 84

7 Sutera 445,65 396.78 89

8 Bt. Kapas 359,07 29.474 82

9 IV Jurai 373,80 37.521 101

10 Bayang 328,24 46.156 141

11 Koto IV Tarusan 425,63 46.272 109

Sumber : BPS Pesisir Selatan, 2007

Page 22: Permasalahan kependudukan Di Pesisir selatan

Masalah penyebaran penduduk yang tidak rata juga merupakan problema

penduduk di daerah tingkat 11 Kab. Pesisir Selatan. Kabupaten Pesisir Selatan yang

daerahnya memanjang dan urutan keselatan dengan jumlah penduduk 391.347 jiwa tahun

2007, ternyata pada umumnya penduduk terkonsentrasi pada daerah bagian barat yang

merupakan daerah pantai dan daerah daratan rendah, selain itu Kabupaten yang memiliki

sebelas Kecamatan ini, ternyata antara satu kecamatan dengan kecamatan lain kepadatan

penduduknya tidak rata, bahkan terdapat perbedaan yang ketara seperti terlihat pada tabel

II.2.

Pada tabel 2 terlihat bahwa dari sebelas Kecamatan di Kabupaten Pesisir Selatan,

ternyata Kecamatan Bayang daerah yang paling padat penduduknya, dengan kepadatan

140 jiwa per Km dan penduduk yang kurang padat di Kabupaten Pesisir Selatan adalah

Inunang Silaut dengan kepadatan 49 jiwa/Km dan penduduk yang padat penduduknya

pada daerah tingkat 11 Kabupaten Pesisir Selatan yaitu: Kecamatan Linggo Sari Baganti

yaitu 120 Jiwa/Km2, Kecamatan IV Jurai yaitu 101 jiwa/ Km2, Kecamatan Koto XI

Tarusan yaitu 109 jiwa/ Km2 dan Kecamatan Bayang yaitu 140 jiwa/ Km2.

Penduduk yang kurang padat pada daerah tingkat II Kabupaten Pesisir Selatan

yaitu Kecamatan Inunang Silaut 49 jiwa/ Km2 dan Kecamatan Basa IV Balai yaitu 59

jiwa/ Km2 dan Ranah Pesisir 52 jiwa/Km2 (lihat peta hal.34).

Penyebaran penduduk di Kabupaten Pesisir Selatan juga dipengaruhi oleh

Keadaan fisiologis dari daerah yang terletak memanjang dari Utara ke Selatan. Wilayah

bahagian barat merupakan daerah dataran rendah dan daerah pantai, sedangkan pada

bahagian Timur yang berbatasan dengan Kabupaten Solok dan Propinsi .Iambi

merupakan daerah perbukitan.

Penyebaran penduduk yang tidak merata antara Kecamatan yang satu dengan

Kecamatan yang lain disebabkan oleh keadaan individu dari masing-masing jiwa untuk

memiliki dataran rendah dan daerah pantai karena secara struktural mempunyai tanah

pertanian dan menjadi lumbung pangan pada daerah Kabupaten Pesisir Selatan sekaligus

mudah untuk melaksanakan pembangunan.

Penyebaran penduduk ini juga dipengaruhi oleh faktor penunjang struktural

perekonomian yang mana pihak pemerintahan Kabupaten Pesisir Selatan dalam

melaksanakan pembangunan masih memilih daerah-daerah yang daerahnya reliefnya

Page 23: Permasalahan kependudukan Di Pesisir selatan

relatif datar sehingga memudahkan dalam pembangunan jalan, gedung dan faktor-faktor

struktural lainnya. Di samping itu secara ekonomis daerah pantai sangat menguntungkan

untuk berbagai jenis lapangan usaha, diantaranya usaha di bidang perikanan pariwisata,

dan perdagangan.

Pada daerah timur yang merupakan daerah perbukitan merupakan daerah yang

jarang penduduknya. Apabila problema jika ini tidak ada penanggulangannya dapat

mengakibatkan wilayah Timur menjadi wilayah yang tidak berpengaruh kalau

pemerintahan Pesisir Selatan jika melihat keadaan ketimpangan penyebaran penduduk ini

dapat diatasi dengan jalan membuka kesempatan kerja dan pembangunan sarana dan

prasarana vang rata dan antara wilayah barat dan wilayah timur tentu hal ini tidak akan

terjadi untuk mengatasi ketimpangan pada wilayah timur ini pihak pemerintahan dan

pihak struktural administratif pemerintahan Kabupaten Pesisir Selatan dapat melakukan

hal-hal sebagai berikut:

Memperbaiki daerah transportasi pada derah yang jarang penduduknya.

Mengambangkan daerah berpotensi untuk Objek Wisata

Membuka lapangan kerja dengan jalan membentuk perkebunan yang berskala

besar dengan mengundang pihak Investor dari luar

Menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam pemanfaatan lahan.

1. Kualitas Penduduk

Kualitas penduduk menyangkut pada kualitas fisik, baik jasmani dan rohani

maupun prilaku sosial ekonomi, menurut Todaro (1987) dalam pedoman pelaksanaan

pendidikan kependudukan dan lingkungan hidup menyatakan pertumbuhan ekonomi

suatu daerah dapat berkembang tidak hanya karena sumber daya fisik saja (tanah,

mineral dan bahan, mentah) tetapi juga karena sumber daya manusianya. Dalam hal

ini termasuk tingkat : pendidikan, sikap terhadap kebudayaan, pekerjaan dan

keinginan untuk memperbaiki diri.

Kualitas penduduk yaitu kemampuan manusia (penduduk) dalam usaha

memenuhi kebutuhan hidupnya. Kualitas penduduk yang sangat menentukan

keberhasilan pengembangan suatu daerah. Sebaliknya, jika kualitas penduduknya

jelek atau tidak baik, maka akan dapat menghambat jalannya pembangunan. Jadi

Page 24: Permasalahan kependudukan Di Pesisir selatan

usaha-usaha untuk meningkatkan kualitas penduduk mutlak diperlukan, agar

penduduk sebagai sumber daya manusia dapat dimanfaatkan untuk modal

pembangunan.

Kualitas penduduk secara umum dapat dilihat dari beberapa aspek diantaranya

yaitu : 1) tingkat pendidikan, 2) tingkat pendapatan dan kesejahteraan, 3) tingkat

Kesehatan

3.1. Tingkat pendidikan

Peningkatan mutu pendidikan merupakan upaya penting dalam pengembangan

sumber daya manusia. Dalam mencapai tujuan pendidikan nasional, dilakukan

penyediaan sarana pendidikan dengan membangun prasarana sekolah dan peningkatan

mutu tenaga Guru.

Secara umum situasi pendidikan di Kabupaten Pesisir Selatan sudah mulai

menunjukkan kemajuan. Hal ini dapat dilihat dengan meningkatkan jumlah para lulusan

dari tahun ketahuan pada setiap jenjang pendidikan. Pada tahun 2003 tercatat jumlah

siswa SD yang lulus 222.820 orang meningkat pada tahun 2007 yaitu 224.807 dan SLIP

9.479 tahun 2003 meningkat menjadi 10.068 orang sedangkan SLTA 5,711 meningkat

menjadi 6.869 orang murid SLTA.

Peningkatan tersebut tidak terlepas dari sarana pengolahan pendidikan yang

memadai. Bila diperhatikan sarana pendidikan di Kabupaten tidak banyak mengalami

perubahan. Jumlah taman kanak-kanak 58 unit, SD 4023 unit, SLTP 38 unit, dan SLTA

15 unit. Jumlah staf pengajar pada masing-masing jenjang pendidikan di antara yaitu, 125

guru TK, 3120 orang guru SD, 1139 orang guru SLTP, dan 470 orang Guru SLTA.

Di Pesisir Selatan pada tahun 2007 171.140 orang anak usia sekolah, tentu jumlah

sebanyak ini sekolah-sekolah tidak mampu menampung jumlah seluruh murid setiap

tahunnya apalagi untuk tingkat SLTA kalau dilihat dari unit bangunannya. Salah satu

cara untuk menanggulangi sekolah-sekolah terpaksa melakukan sistem belajar dua shift,

sehingga di Pesisir Selatan hampir tidak ada sekolah tingkat SLTP dan Tingkat SLTA

yang melaksanakan sistem belajar satu shift, sehingga melaksanakan sistem belajar dua

shift.

Page 25: Permasalahan kependudukan Di Pesisir selatan

Di Kabupaten Pesisir Selatan kalau dilihat dari segi staf pengajar masih belum

mencakupi, baik dari jumlah keseluruhan maupun jumlah perbidang studi untuk

mengatasi hal tersebut banyak sekolah-sekolah merekrut tenaga honorer, sehingga hal

yang wajar kalau dilihat di daerah Kabupaten Pesisir Selatan yang mengajar lebih dari

satu program bidang studi, bahkan yang sangat menyedihkan ada guru/ staf pengajar

yang mengajar tidak sesuai dengan disiplin ilmu pengetahuan yang dimilikinya, kalau hal

ini tidak ada tindak lanjut dari Departemen pendidikan dan kebudayaan, maka wajar

Kabupaten Pesisir akan rendah kualitas pendidikannya dibandingkan Kabupaten dan

Kotamadya yang berada di Propinsi Sumatera Barat bahkan akan jauh tertinggal dengan

propinsi lain. Hal ini memang sangat menyedihkan, tetapi merupakan kenyataan yang

dilanda Kabupaten Pesisir Selatan.

Dengan ketertinggalan jenjang pendidikan tentukan dapat meningkatkan

pengangguran karena Indonesia akan menuju dunia globalisasi dengan sistem

perdagangan bebas dan tenaga kerja bebas di yakini Kabupaten Pesisir Selatan belum

sanggup untuk hal ini kalau dilihat dari segi pendidikan di Kabupaten Pesisir Selatan.

Dengan kalahnya dalam persaingan mencari kerja di luar dan di dalam Sumatera Barat

Penduduk Pesisir Selatan akan meningkatkan jumlah penganggurannnya golongan

masyarakat yang mencari kerja dan tidak bekerja dapat digolongkan dalam bukan

kelompok angkutan kerja.

Penduduk angkutan kerja yang sedang mencari kerja digolongkan dalam

pengangguran. Adapun angkatan kerja yang menganggur dibedakan atas:

Pengangguran mutlak (un employment) yaitu penduduk produktif yang sama

sekali tidak mempunyai pekerjaan.

Pengangguran tersamar (Disguised unemployment) yaitu bila seseorang

nampak bekerja, tetapi kemampuan penghasilan sangat rendah, misal sebidang

tanah garapan yang sebenarnya dapat dikerjakan 4 orang, akan tetapi

dikerjakan 11 orang, maka 7 orang merupakan pengangguran tersamar.

Pengangguran musiman yaitu : penduduk toko bekerja dan masih usia

produktif secara musim-musim tertentu.

Page 26: Permasalahan kependudukan Di Pesisir selatan

3. 2 Tingkat pendapatan dan kesejahteraan

Pertambahan penduduk yang cepat dan tahun 2000-2006 yang dialami Pesisir

Selatan terutama yang dialami penduduk dengan tingkat kehidupan ekonomi yang relatif

rendah, megakibatkan kurangnya kemampuan keluarga, keluarga tersebut untuk

membiayai pendidikan anaknya bahkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.

Dengan terbatasnya kesempatan kerja yang tersedia, maka banyak tenaga kerja yang

berpendidikan lebih tinggi yang dapat menduduki profesi yang penting dengan bayaran

yang cukup, persaingan antara tenaga kerja yang kurang berpendidikan di mana-mana

dimenangkan oleh kelompok yang pertama. Perbedaan upah antara yang berpendidikan

dan yang tidak berpendidikan (pendidikan rendah) sering begitu besar sehingga

menimbulkan perbedaan dalam hidup mereka yang mencolok.

Kesejahteraan keluarga merupakan bahagian terpenting dalam kehidupan

keluarga di masyarakat. Konsep kesejahteraan telah banyak dikemukakan oleh para

ilmuan salah satu diataranya: Willesky dan Lebeaux dalam Sukirno (1980) bahwa

kesejahteraan merupakan suatu keadaan di mana terpenuhinya kebutuhan dasar manusia

baik jasmani dan rohani. Kebutuhan dasar dimaksud meliputi, kebutuhan sandang, papan,

pangan, pendidikan dan kesehatan. Maksudnya keluarga yang sejahtera apabila kondisi

tersebut dapat dipenuhi dengan layak.

Sedangkan menurut Gunnar (1972) ada dua elemen dasar yang dapat diadakan

ukuran untuk menentukan mutu kesejahteraan hidup masyarakat, yaitu kondisi kesehatan

dan kondisi pendidikan masyarakat itu.

3.3 Tingkat kesehatan

Menurut Firman Lubis (1982) bahwa sumber daya manusia yang sehat merupakan

suatu penentu terpenting pada sumber daya manusia, karena dengan kesehatan yang

memadai maka tingkat intelektual dan kecerdasan akan dapat berkembang dengan

sempurna.

Kualitas penduduk suatu daerah ditentukan oleh kondisi kesehatan masyarakat,

makin tinggi tingkat kesehatan suatu penduduk (masyarakat) maka makin tinggi pula

kualitas penduduknya. Bila diperhatikan sarana dan tenaga kesehatan di Kabupaten

Page 27: Permasalahan kependudukan Di Pesisir selatan

Pesisir Selatan, jumlah rumah sakit umum 1 unit, puskesmas 20 unit, puskesmas

pembantu 47 unit. Dari rumah sakit umum yang ada, secara umum kondisinya belum

memadai baik dari fasilitas maupun pengolahannya. Jumlah dokter spesialis belum

mewakili untuk semua jenis penyakit, sehingga apabila ada penduduk Pesisir Selatan

menderita penyakit tertentu terpaksa dibawa ke luar daerah.

Secara umum mengenai petugas kesehatan yang ada di Kabupaten Pesisir Selatan

adalah sebagai berikut, jumlah dokter spesialis 6 orang, dokter umum 21 orang, dokter

gigi 10 orang, bidan 74, perawatan kesehatan 170 orang jumlah tersebut harus ditambah

untuk dapat melayani jumlah penduduk yang lebih dan 391.347 jiwa pada tahun 2007.

karena menurut standar internasional setiap orang dokter melayani untuk 1000 orang

penduduk.

Pemerintah daerah Tingkat II Kabupaten Pesisir Selatan telah menyediakan

sarana kesehatan, namun sebagian penduduk masih menggunakan cara-cara pengobatan

Tradisional, sehingga dalam mengenai jenis penyakit yang diderita penduduk tidak

tergambar secara keseluruhan, baik dari jenis penyakit, dan jumlah penderitanya. Faktor

ini juga disebabkan oleh masih belum lengkapnya fasilitas kesehatan yang tersedia,

sehingga banyak penduduk yang pergi berobat keluar daerah. Untuk jenis penyakit yang

umumnya terdapat di Kabupaten Pesisir Selatan dapat dilihat tabel 3.

Tabel II.3 Distribusi Penyakit yang diderita

di Kabupaten Pesisir Selatan

No Nama penyakit Persentase

1 ISPA 24,26%

2 Saluran pernafasan 25,55%

3 Saluran Pencernaan 19,84%

4 Infeksi jangan kulit 9,38%

5 Diare 8,35%

6 Dan lain-lam 18,9%

Sumber : Data sukender, Depkes, 2007

Page 28: Permasalahan kependudukan Di Pesisir selatan

Di samping data di atas terakhir yang menyebutkan bahwa Kabupaten Pesisir

Selatan terdapat 325 orang anak usia balita menderita penyakit Munta Bocor (Hawan: 15

Oktober 2003)

Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas penduduk

di Kabupaten Pesisir Selatan diantaranya yaitu :

a.Di bidang Kesehatan

Meningkatkan pola makan bergizi

Memberikan penyuluhan kesehatan

Pengawasan obat-obatan dan Makanan (POM)

Memperbanyak alat-lat kesehatan yang masih kurang

Memeriksa kesehatan bayi dan balita serta ibu hamil secara kontiniu

Menambah jumlah tenaga kesehatan/petugas medis bagi daerah yang masih

kurang.

Memanfaatkan sarana dan prasarana kesehatan yang sudah ada dan sesuai dengan

fungsinya.

b.Di bidang Pendidikan

Meningkatkan wajib belajar sembilan tahun

Menambah jumlah tenaga pengajar yang masih kurang

Menanamkan minat baca pada anak didik sejak dini

Merehab lokal yang rusak, baik rusak berat maupun rusak ringan

Menambah unit pembangunan gedung baru bagi sekolah yang masih kurang

Membangun pustaka dan labor pada SLTP dan SLTA yang belum ada

Melakukan supervise kunjungan kelas oleh kepala Sekolah atau pengawas

c.Di bidang Pendapatan dan Kesejahteraan

Meningkatkan perekonomian

Meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat

Membuka lapangan kerja dengan jalan membangun perkebunan-perkebunan

berskala nasional

Mengundang pihak investor

Page 29: Permasalahan kependudukan Di Pesisir selatan

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan kajian teori dan pembahasan sebelumnya maka dapat

disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

1. Laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Pesisir Selatan adalah 0,35 %/ tahun

sudah menunjukkan penurunan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

2. Penyebaran penduduk di Kabupaten Pesisir Selatan tidak merata hal ini terlihat

jelas pada masing-masing Kecamatan dan penduduk yang padat terdapat di

wilayah Barat dan yang jarang penduduk pada wilayah Timur.

3. Kualitas penduduk Pesisir Selatan masih tergolong rendah, hal ini terbukti dengan

rendahnya ratio pendidikan penduduk, fasilitas kesehatan, dan masih rendahnya

kesejahteraan khususnya di bidang pendapatan.

B. Saran-saran

Dari kesimpulan di atas disarankan untuk :

1. Kepada Pihak BKKBN agar membimbing setiap rumah tangga, khususnya

pasangan usia subur untuk mengintensifkan pelaksanaan program KB.

2. Kepada pihak pemerintahan supaya dapat mengatasi masalah penyebaran

penduduk di Kabupaten Pesisir Selatan.

3. Diharapkan kesadaran akan pentingnya arti pendidikan dan kesehatan

DAFTAR PUSTAKA

Page 30: Permasalahan kependudukan Di Pesisir selatan

Akhiruddin. ( 1993). Geografi Kependudukan Padang. FPIPS KIP Padang BPS Pesse!,

(2000). Pesisir Selatan In Figures. Painan

Firman lubis, (1982), Masalah Kependudukan FDOK VI, Jakarta.

Munir Rozi, (1985). Geografi dan Kependudukan, Surabaya, PT . Bina Ilmu

R.K Sembiring. (1985), Demografi, Pasca Sarjana IKIP Jakarta bekerja sama dengan

BKKBN Jakarta, Jakarta

Salladin, dkk, (1983). Geografi dan Kependudukan, Surahaya : PT . Bina Ilmu

Yusuf Maftuchah, (1985). Pengaruh Timbal Balik antara Kependudukan dengan

Berbagai Aspek Kehidupan Manusia. Jakarta.

Fakultas Pasca Sarjana IKIP Jakarta