8
DIBALIK STRATEGI POLITIK PERJANJIAN HUDAIBIYAH Kondisi Umat Islam Sebelum Perjanjian Perang Ahzab merupakan perang yang membuat pengaruh bagi kaum muslimin. Betapa tidak 10.000 pasukan sekutu Quraisy, Yahudi dan Arab Badui melawan 3.000 pasukan kaum Muslimin. Tetapi peperangan itu dimenangkan dengan usaha dan keimanan serta pertolongan dari Allah swt. Dan 6 tahun telah berlalu semenjak hijrah dari Makkah, Rasul saw berhasil mengokohkan pasukannya. Masyarakat Islam serta Daulah Islam menjadi ditakuti semua bangsa Arab. Yang hal itu membuat Rasulullah memikirkan langka-langkah selanjutnya untuk semakin memperkuat dakwah, Daulah Islam, dan melemahkan musuh-musuhnya. Karena strategi dakwah Rasulullah yang membuat kondisi kaum Muslimin hingga sampai kepada titik tersebut. Hanya masih ada hal yang perlu menguatkan kondisi politik kaum muslimin agar semakin memperkokoh kondisi kaum Muslimin. Keinginan Umat Muslim saat berangkat Haji Sudah enam tahun lamanya umat muslim tidak melakukan ibadah haji akibat dari orang-orang kafir menghalang-halangi untuk berangkat menunaikan ibadah haji, ini merupakan salah satu keinginan yang mendorong umat muslim ingin pergi melakukan ibadah haji. Selagi Rasulullah saw masih berada di Madinah, beliau bermimpi bahwa beliau bersama para sahabat memasuki Masjidil Haram, mengambil kunci ka’bah, melaksanakan thawaf dan umrah. Sebagian sahabat ada yang mencukur dan sebagian lain ada yang memendekkan rambutnya. Kemudian beliau menyampaikan mimpi tersebut kepada para sahabat dan mereka tampak senang. Menurut pikiran mereka, pada tahun itu pula mereka bisa memasuki Makkah. Dengan demikian semakin kuatlah rasa keinginan umat muslim untuk melakukan ibadah haji dan tak lama kemudian Rasulullah saw mengumumkan hendak melakukan umrah. Maka mereka segera mempersiapkan untuk melakukan perjalanan jauh. Orang-orang badui yang mendengar kabar tersebut berdatangan untuk bergabung dengan Rasulullah. Rasulullah mencuci pakaian lalu menaiki unta beliau yang bernama Al Qishwa’, sementara Madinah diserahkan k epada Numailah bin Abdullah Al-Laitsi sebagai imam (pemimpin) sementara. Ada pula istru Rasulullah yang ikut dalam perjalanan ini adalah Ummu Salamah, dan jumlah umat muslim yang ikut dalam perjalanan ini sekitar 1400 ada pula yang menyebutnya 1500.

Perjanjian Hudaibiyah

Embed Size (px)

DESCRIPTION

sejarah

Citation preview

  • DIBALIK STRATEGI POLITIK PERJANJIAN HUDAIBIYAH

    Kondisi Umat Islam Sebelum Perjanjian

    Perang Ahzab merupakan perang yang membuat pengaruh bagi kaum

    muslimin. Betapa tidak 10.000 pasukan sekutu Quraisy, Yahudi dan Arab Badui

    melawan 3.000 pasukan kaum Muslimin. Tetapi peperangan itu dimenangkan

    dengan usaha dan keimanan serta pertolongan dari Allah swt.

    Dan 6 tahun telah berlalu semenjak hijrah dari Makkah, Rasul saw berhasil

    mengokohkan pasukannya. Masyarakat Islam serta Daulah Islam menjadi ditakuti

    semua bangsa Arab. Yang hal itu membuat Rasulullah memikirkan langka-langkah

    selanjutnya untuk semakin memperkuat dakwah, Daulah Islam, dan melemahkan

    musuh-musuhnya.

    Karena strategi dakwah Rasulullah yang membuat kondisi kaum Muslimin

    hingga sampai kepada titik tersebut. Hanya masih ada hal yang perlu menguatkan

    kondisi politik kaum muslimin agar semakin memperkokoh kondisi kaum Muslimin.

    Keinginan Umat Muslim saat berangkat Haji

    Sudah enam tahun lamanya umat muslim tidak melakukan ibadah haji akibat

    dari orang-orang kafir menghalang-halangi untuk berangkat menunaikan ibadah haji,

    ini merupakan salah satu keinginan yang mendorong umat muslim ingin pergi

    melakukan ibadah haji. Selagi Rasulullah saw masih berada di Madinah, beliau

    bermimpi bahwa beliau bersama para sahabat memasuki Masjidil Haram,

    mengambil kunci kabah, melaksanakan thawaf dan umrah. Sebagian sahabat ada

    yang mencukur dan sebagian lain ada yang memendekkan rambutnya.

    Kemudian beliau menyampaikan mimpi tersebut kepada para sahabat dan

    mereka tampak senang. Menurut pikiran mereka, pada tahun itu pula mereka bisa

    memasuki Makkah. Dengan demikian semakin kuatlah rasa keinginan umat muslim

    untuk melakukan ibadah haji dan tak lama kemudian Rasulullah saw mengumumkan

    hendak melakukan umrah. Maka mereka segera mempersiapkan untuk melakukan

    perjalanan jauh.

    Orang-orang badui yang mendengar kabar tersebut berdatangan untuk

    bergabung dengan Rasulullah. Rasulullah mencuci pakaian lalu menaiki unta beliau

    yang bernama Al Qishwa, sementara Madinah diserahkan kepada Numailah bin

    Abdullah Al-Laitsi sebagai imam (pemimpin) sementara. Ada pula istru Rasulullah

    yang ikut dalam perjalanan ini adalah Ummu Salamah, dan jumlah umat muslim

    yang ikut dalam perjalanan ini sekitar 1400 ada pula yang menyebutnya 1500.

  • Mereka mulai nergerak menuju Makkah, dan setibanya di Dzul Hulaifa, hewan

    kurban dikalungi tali dan diberi tanda, hal ini menunjukkan keseriusan umat muslim

    akan melakukan ibadah haji. Rasulullah saw menggunakan pakaian ihram agar

    orang-orang tidak menyerang. Dalam melakukan ibadah haji kali ini banyak sekali

    rintangan yang menghalangi umat muslim untuk melaksanakan ibadah haji. Orang-

    orang Quraisy menghalangi umat muslim dengan berbagai cara.

    Setelah mendengar kabar keberangkatan Rasulullah orang-orang Quraisy

    segera menyelenggarakan majelis permusyawaratan, hasil daeri permusyawaratan

    itu adalah apapun caranya mereka hendak menghalangi orang-orang muslim

    memasuki Masjidil Haram.

    Cikal Bakal Perjanjian

    Untuk menghadapinya, beliau merumuskan strategi kebijakan yang bisa

    mengantarkan pada terbentuknya perjanjian damai dengan penduduk Makkah,

    sehingga diharapkan dapat menghasilkan sebuah kondisi yang menjamin tidak

    adanya perang antara Rasulullah dengan bangsa arab agar mempermudah

    penyebaran dakwah di Jazirah Arab.

    Strategi yang sudah dirancang dan sudah difikirkan oleh Rasulullah dengan

    penuh pertimbangan, karena itu Rasulullah berencana berangkat ke Bait Al Haram

    untuk menunaikan Ibadah Haji bukan untuk berperang. Bersama beliau berangkat

    beberapa orang Arab non Muslim yang dimaksudkan agar terbentuknya opini umum

    yang berpihak kepada beliau seandainya ada orang kafir Quraisy yang datang

    mencegah beliau berhaji. Dalam perjalanan ke Makkah Rasulullah tidak

    mengizinkan kaum muslimin untuk membawa senjata, terkecuali pedang yang

    tersimpan didalam sarungnya.

    Rasulullah berangkat dengan untanya Al Qishwa menuju kota Makkah

    dengan menggunakan Ihram untuk menunjukkan bahwa beliau berangkat benar

    benar untuk berhaji bukan bermaksud berperang. Berita tentang pergerakan

    Rasulullah menuju Makkah terendus oleh para kafir Quraisy. Kafir Quraisy

    beranggapan bahwa datangnya Muhammad ke Makkah bukan hanya untuk sekedar

    berhaji melainkan untuk menyerang penduduk Makkah. Kemudian kafir Quraisy pun

    memutuskan untuk menghalang halangi perjalanan Muhammad memasuki Makkah

    dengan cara apapun.

    Kaum kafir Quraisy pun menyiapkan pasukan dan mereka mengangkat Khalid

    bin Walid dan Ikrimah bin Abu Jahal untuk memimpin pasukan yang sangat besar.

    Pasukan pun bergerak menuju pada kafilah haji yang sedang dalam perjalanan.

    Kabar pencegahan agar kaum muslimin tidak sampai ke Makkah tersebut sampai

    kepada Rasulullah disaat beliau saw sampai di Asfan yang berjarak 88,704 km dari

    Makkah. Rasul bertemu dengan laki-laki dari bani Kaab dan bertanya tentang kabar

    orang Quraisy, kemudian laki-laki itu berkata Orang-orang Quraisy tersebut telah

  • mendengar perjalananmu. Mereka keluar dengan membawa perisai dan memakai

    baju kulit macan tutul. Mereka membangun perkemahan pasukan di Dzu Thuwa. Di

    sana mereka bersumpah kepada Allah akan mencegah engkau selamanya untuk

    masuk ke Makkah. Dalam pasukan mereka terdapat Khalid bin Walid. Mereka

    bergerak mau ke Kira Al Ghamim, suatu tempat yang jauh dari perkemahan kaum

    muslim di Ashfan sejauh 8 mil.

    Rasulullah pun kembali berfikir dan mengevaluasi apakah kebijakan yang

    sudah dilakukan beliau hingga saat ini sudah benar-benar bisa digunakan, dengan

    mengusung cara damai untuk mencapai Makkah tanpa mempersiapkan diri untuk

    berperang. Apakah dengan adanya penyerangan ini para kafilah lebih baik dibawa

    kembali ke Madinah dan mengubah kebijakan dari jalan damai menuju perperangan.

    Bisa saja disaat terjadinya situasi genting seperti saat itu Rasulullah merubah

    kebijakannya hanya saja dengan mempertimbangkan niat awal bahwa datang ke

    Makkah dengan cara damai harus tetap dilakukan hal ini bertujuan untuk

    membentuk opini umum di kalangan masyarakat Quraisy dan seluruh Makkah

    mengenai keluhuran dakwah ini.

    Dengan demikian Rasulullah pun tetap melanjutkan strategi damainya,

    sehingga tidak merusak maksud beliau keluar dari kota Madinah. Karena itu

    rasulullah menyeru kafilahnya, Siapa yang bersedia berjalan keluar bersama kami

    melalui sebuah jalan selain jalan mereka sendiri. Kemudian seorang laki-laki keluar

    bersama mereka menunjukkan jalan. Menyusuri jalan-jalan yang sulit dan becadas

    diantara celah gunung sempit. Mereka berjalan terus hingga Sahl dan berhenti di

    lembah Makkah, disuatu tempat yang dinamakan Hudaibiyah dan kafilah pun

    membuat tempat perkemahan ditempat itu.

    Disaat pasukan Quraisy melihat bahwa kafilah Haji kaum muslimin sudah

    mencapai Hudaibiyah alangkah terkejutnya mereka, karena kaum muslimin berhasil

    melampaui pasukan mereka dan menempati daerah perbatasan Makkah. Pasukan

    tersebut saling berhadapan, pasukan Quraisy didalam Makkah dan Muslimin di

    Hudaibiyah, dan muslimin berfikir bahwa pasukan Quraisy tidak akan membiarkan

    mereka tetap berhaji. Sementara itu, pihak kafir Quraisy juga berfikir tentang

    bagaimana caranya memerangi kaum muslimin dengan persiapan yang

    memungkinkan sehingga mampu menyerang dan menghancurkan mereka,

    sehingga mereka terusir dari Makkah, meski harus ditebus dengan kehancuran

    Quraisy sendiri. Adapun Rasulullah tetap berpegang pada niat awal yaitu dengan

    starategi damai. Beliau tetap bertahan di Hudaibiyah, sambil menunggu apa yang

    akan dilakukan kaum Quraisy. Akhirnya Quraisy mengirimkan utusan kepada beliau

    untuk berunding tentang kedatangannya untuk berhaji. Quraisy kemudian

    mengirimkan Badil bin Waraqa seorang laki-laki dalam rombongan Bani Khuzaah

    sebagai utusan perundingan. Tugas yang harus dijalankan adalah bertanya kepada

    Rasul saw mengenai tujuannya datang ke Makkah. Akhirnya mereka puas karena

    ternyata kaum muslim datang tidak untuk berperang, melainkan hanya untuk

    mengunjungi Baitullah demi mengagungkan kemuliaan. Mereka tidak mempercayai

  • ucapan para utusan ini, kemudian mereka mengirimkan utusan lain di bawah

    kepemimpinan Mukriz bin Hafash, namun nasibnya juga sama seperti utusan yang

    pertama.

    Kemudian mereka kembali mengirimkan Halis bin Alqamah, kepala suku Al

    Ahaabiisy untuk berunding dengan Muhammad saw, Quraisy percaya kepadanya

    maupun kaumnya dalam memusuhi Muhammad saw. Quraisy bermaksud

    membangkitkan permusuhannya terhadap kaum muslimin. Jika perundingan kembali

    tidak berhasil, tentu dendam Halis bertambah besar dan semangat mempertahankan

    Makkah semakin meningkat. Nabi saw mengetahui keberangkatannya, lalu beliau

    memerintahkan agar hewan-hewan sembelihan untuk umrah dilepaskan di hadapan

    beliau, agar hewan itu dalam pandangan Halis menjadi bukti langsung bahwa niat

    kaum Muslimin memang berhaji bukan untuk berperang.

    Halis pun berangkat dan ketika sampai di perkemahan kaum muslimin Halis

    melihat unta-unta berkeliaran di sekitar lembah. Pemandangan ini membawa

    pengaruh yang amat menyakitkan Halis, bahwa mereka sungguh-sungguh bertujuan

    untuk beribadah, bukan untuk berperang. Maka Halis pun kembali ke Makkah

    padahal dia belum bertemu Rasul saw, dia mengabarkan kepada Quraisy dan

    meminta mereka supaya membiarkan kaum Muslim melaksanakan haji. Apadaya

    sikap Quraisy tetap keras kepala Halis sangat marah mengancam mereka jika tidak

    memberi kemudahan pada Muhammad yang hendak mengunjungi Kabah, maka

    Halis dan orang-orang Al Ahaabiisy akan meninggalkan Quraisy dari Makkah.

    Sementara itu Quraisy mengirimkan lagi utusan yaitu Urwah bin Masud Ats

    Tsaqafiy. Urwah berangkat menemui Rasul saw dan mengajak berunding agar

    Rasul kembali saja dari Makkah. Urwah menggunakan berbagai macam uslub, akan

    tetap dia tidak berhasil, dan kembali dengan perasaan puas dengan cara pandang

    Rasul saw. Dia berkata kepada Quraisy : Hai orang-orang Quraisy, sesungguhnya

    aku pernah mendatangi Kisra di kerajaannya dan Kaisar di Imperiumnya demikian

    juga Najasyi di kerajaannya. Demi Allah, aku sama sekali belum pernah melihat

    sebuah kerajaan pun dalam suatu kaum seperti Muhammad di tengah-tengah para

    sahabatnya. Sungguh aku telah melihat suatu kaum ( kaum Muslim ) yang

    selamanya tidak akan menyerahkannya (Muhammad) untuk suatu apapun. Karena

    itu, pikirkan kembali pendapat kalian !.

    Kebencian dan dendam kafir Quraisy semakin menjadi-jadi. Lobi terus

    berlangsung dan memakan waktu lama tanpa mencapai kata sepakat. Melihat hal

    ini, Rasul saw berfikir hendak mengirimkan utusan untuk berunding. Lalu Rasul

    mengutus Kharrasy bin Umayyah al-Khuzaiy menemui mereka. Akan tetapi, mereka

    melukai utusan ini bahkan hendak membunuhnya, seandainya tidak ada pembelaan

    dari suku al Ahaabiisy. Kemarahan Quraisy semakin membara. Di tengah malam

    mereka mengirim beberapa orang untuk melempari kemah kaum Muslim dengan

    batu. Kaum Muslim marah, bahkan mereka sempat berfikir untuk memerangi kafir

    Quraisy. Akan tetapi Rasul saw berhasil meredakan kemarahan mereka.

  • Tersiar kabar bahwa 50 orang dari Quraisy telah keluar untuk mendatangi

    perkemahan kaum Muslim dengan tujuan menyerang dan menghancurkan mereka

    tanpa menyisakan seorang pun dari para sahabat Nabi. Namun aksi tersebut

    diketahui oleh nabi, ditangkap serta dihadirkan ke hadapan Rasulullah saw. Beliau

    memaafkan mereka dan melepaskannya. Tidakan rasul mempunyai pengaruh besar

    di Makkah dan menjadi bukti kuat bahwa Muhammad benar-benar datang ke

    Makkah hanya untuk berhaji bukan untuk berperang. Sedikit demi sedikit Makkah

    mulai menampakkan tanda-tanda ke arah perdamaian. Rasul saw pun mengirimkan

    utusan yang akan berunding dengan kafir Quraisy. Beliau meminta Umar bin

    Khattab berangkat ke Makkah, namun dia memberi alasan kepada Rasul, Wahai

    Rasul, aku khawatir kafir Quraisy akan membunuhku, sementara di Makkah tidak

    satupun bani Adi bin Kaab yang akan melindungiku. Permusuhan dan kekerasanku

    terhadap mereka sangat sengit. Akan tetapi, aku mengusulkan kepadamu

    seseorang yang lebih mampu daripada aku yaitu Utsman bin Affan. Nabi saw

    memanggil Utsman dan mengutusnya menemui Abu Sufyan. Maka Utsman

    berangkat menemui kaum Quraisy dan menyampaikan kepada mereka misi surat

    Nabi saw.

    Kemudian Utsman berunding dengan mereka tentang pentingnya thawaf

    Rasul, namun Quraisy menolak usulan itu. Perundingan di antara mereka menjadi

    berkepanjangan dan terus berlangsung. Perundingan beralih dari persoalan

    penolakan Quraisy, mengarah pada kesepakatan baru yang akan mengakomodir

    kepentingan Quraisy dan kepentingan kaum muslim. Mereka juga bersikap baik

    terhadap Utsman untuk menemukan jalan yang dapat membebaskan mereka dari

    situasi sulit dari permusuhan mereka dengan Muhammad saw yang

    berkepanjangan.

    Kepergian Utsman yang terlalu lama di Makkah sementara tanda-tanda

    keberadaannya di Makkah juga tidak tampak. Sampai pada akhirnya tersebar isu

    dikalangan kaum Muslim bahwa Quraisy berhasil memperdaya Utsman dan

    membunuhnya. Akibatnya kaum muslim bergejolak dan goncang. Masing masing

    mereka menggenggam pedangnya dan siap berperang serta membunuh. Seketika

    itu pula Rasul saw mengevaluasi kembali pandangannya tentang strategi yang telah

    digariskan, yaitu strategi damai. Karena itu Rasul berkata : Janganlah kita

    meninggalkan tempat ini hingga kita memerangi kaum itu !

    Beliau memanggil sahabat-sahabatnya, lalu diajak berdiri di bawah pohon

    seraya meminta mereka memberikan baiat kepadanya. Mereka semua berbaiat

    untuk tidak lari dari peperangan hingga mati. Mereka sangat bersemangat, dalam

    kekuatan yang luar biasa dan kebenaran keimanan. Ketika selesai mengadakan

    baiat, Rasul saw memukulkan salah satu tangannya kepada yang lainnya sebagai

    tanda baiat untuk Utsman. Seakan akan Utsman hadir bersama mereka. Baiat ini

    dinamakan Baiat Ridhwan. Mengenai peristiwa tersebut Allah menurunkan ayat-Nya

    : ( TQS. Al Fath [48] : 18 ).

  • Belum sempurna baiat dan kaum Muslim belum mempersiapkan diri terjun ke

    medan perang, tiba-tiba sampai kabar kepada mereka bahwa Utsman tidak dibunuh.

    Tidak lama kemudian Utsman kembali dan mengabarkan kepada Rasul saw tentang

    apa yang dikatakan Quraisy. Rasul menyimak dengan sungguh sungguh, lalu

    perundingan damai antara Rasul saw dan Quraisy diperbaharui

    Gejolak Perjanjian

    Agenda Rasul tidak hanya sekedar masalah haji dan umrah tapi justru jauh

    lebih luas dari itu melebar ke arah perjanjian damai yang akan di tetapkan antara

    beliau dan utusan Quraisy.

    Perjanjian ini sekaligus merealisasi maksud beliau dalam melakukan

    kunjungan ke Baitullah, lagi pula tidak menjadi masalah apakah mengunjungi

    Baitullah tahun ini maupun tahun depan. Beliau ingin mengisolir Khaibar dari Quraisy

    dan membersihkan rintangan antara beliau dengan bangsa Arab untuk kepentingan

    penyebaran dakwah Islam.

    Maka dari itu beliau setuju menetapkan perjanjian antara beliau dan Quraisy

    yang akan menghentikan perang-perang lainnya yang mungkin terjadi secara

    bersusulan.

    Ketika memasuki proses perundingan kondisi yang terjadi tidak semulus yang

    diinginkan. Tapi justru terdapat beberapa tingkah intruksi dan membuat nyaris batal

    proses perjanjian itu. Tetapi diskusi panjang lebar ini mampu menjadikan titik temu

    karena kedalaman pengalaman dan kejelian siasat Rasul saw sendiri.

    Para kaum muslimin masih menganggap kalau perjanjian ini berkaitan

    dengan Haji dan Umrah padahal apa yang dinginkan bukanlah itu. Karena

    pandangan politik kaum Muslim masih sempit, sedangkan Rasul bergembira

    terhadap hal itu dan mengarahkan perjanjan itu ke tujuan yang beliau kehendaki,

    tanpa melihat rincian maupun manfaat sesaat.

    Ketika telah di sepakati beberapa syarat tak membuat kaum muslimin tenang

    justru membakar amarah kaum muslimin. Mereka berusaha untuk meyakinkan Rasul

    agar membatalkan perjanjian itu. Tak luput juga Umar bin al-Khathtab yang

    merasakan perasaan yang sama sehingga menemui Abu Bakar dan berkata

    kepadanya, Kenapa kita menerima kehinaan untuk agama kita?

    Umar berusaha mengajak pergi menemui Rasulullah saw untuk meyakinkan

    beliau agar menolak syarat-syarat perjanjian tersebut. Akan tetapi abu bakar justru

    meyakinkan Umar agar ridha terhadap apa yang diridhai Rasulullah saw, namun

    tidak berhasil. Akhirnya, ia pergi sendiri menghadap Nabi saw dan berbicara

    langsung kepada beliau dengan nada marah. Tetapi pembicaraan Umar tidak

    mampu mengubah kesabaran dan kekokohan Nabi saw dan berkata kepada

    ;Umar,Aku adalah hamba Allah dan Rasu-Nya. Aku tidak akan pernah menyalahi

  • perintah-Nya dan Dia tidak akan menyia-nyiakanku. Kemudia beliau memanggil Ali

    bin Abi Tholib dan berkata kepadanya,Tulis olehmu:bismillaahirrahmaanirrahiim!

    Maka Suhai berkata:Aku tidak tau apa itu!, namun

    tulislah:bismikaallaahumma.Rasulullah saw menaggapi:Tulislah olehmu:bismika

    allahumma,. Kemudian beliau melanjutkan,Tulislah olehmu: Ini adalah perjanjian

    damai yang disepakati Muhammad Rasulullah dengan Suhail bin Amru. Maka

    Suhail pun memotong:Seandainya aku bersaksi bahwa engkau Rasulullah, tentu

    aku tidak memerangimu. Karena itu, tulislah namamu dan nama bapakmu!

    Rasulullah saw berkata.Tulislah olehmu: Ini adalah perjanjian damai yang disepakati

    Muhammad bi Abudullah dengan Suhail bin Amru.

    Kemudian Ali melanjutkan menuliskan perjanjian di antara kedua pihak yang isinya

    sebaga berikut:

    a. Perjanjian ini adalah penjanjian genjatan senjata yang mengikat kedua belah

    pihak. Di antara kedua belah pihak tidak ada perorangan atau saling

    membunuh.

    b. Bahwa siapa saja dari Quraisy yang telah masuk Islam dan datang kepada

    Muhammad harus mengembalikannya kepada mereka. Siapa saja yang

    murtad dari kalau Muslimin dan mendatangi Quraisy, maka mereka tidak akan

    mengembalikannya kepada Muhammad.

    c. Bahwa siapa saja dari bangsa Arab yang ingin ikut serta dalam kesepakatan

    Muhammad dan perjanjian, maka tidak akan dihilangi. Demikian juga siapa

    saja yang ingin ikut serta dalam kesepakatan dan perjanjian Quraisy maka

    tidak akan dihilangkan.

    d. Tahun ini Muhammad dan para sahabatnya harus kembali dari Mekkah.

    Mereka boleh kembali ke Mekkah pada tahun berikutnya. Mereka hanya

    boleh masuk dan tinggal di dalamnya selama tiga hari. Merekalah hanya

    boleh membawa pedang-pedang yang tersimpan di dalam sarungnya dan

    tidak boleh membawa senjata lainnya.

    e. Perjanjian diadakan dalam batas waktu tertentu. Masanya selama 10 tahun.

    Setelah itu perjanjian ditandatangi oleh Rasul saw dan Suhail ditengah gelora

    dan kemarahan pasukan kaum Muslimin. Suhail berdiri dan kembali ke Makkah,

    sementara Rasulullah saw masih berada di tempatnya dalam suasana kebingungan,

    kemarahan dan ketidaksukaan kaum muslim yang mencul dari semngat sikap keras

    dan harapan besar untuk perang. Kemudian Rasulullah saw menemui istrinya

    Ummu Salmah yang menyertainya dan mengabarkan kepadanya tentang kelakuan

    kaum muslimin. Dia berkata kepada beliau: Wahai Rasullulah kaum Muslimin tidak

    akan menentangmu. Sesungguhnya mereka sangat bersemangat untuk berperang

    karena agama dan iman mereka kepada Allah dan risalahnya. Karena itu, bercukur

    dan bertahalullah, niscahaya engkau akan menemukan kaum Muslimin mengikuti.

    Kemudian kita kembali ke Madinah bersama mereka.

    Rasul saw keluar menemui kaum Muslimin. Beliau kemudian mencukur rambut

    sebagai penutup umrah. Jiwanya penuh dengan ketenangan dan ridha. Ketika kaum

  • Muslimin melihat Rasul tetap tenang, mereka segera melalui hari nahar dan ikut

    mencukur dan memendekkan rambut. Kemudian Nabi saw dan kaum Muslimin

    kemudian kembali ke Madinah.

    Hikmah dari Perjanjian Hudaibiyah

    Kaum muslim tiba di kota Madinah. Rasulullah saw telah melaksanakan strateginya

    dalam menyelesaikan masalah Khaibar, penyebaran dakwah diluar Jazirah,

    menstabilkan kondisi dalam negeri Jazirah dan mengisi kekosongan waktu akibat

    adanya perjanjian damai dengan Quraisy untuk menyelesaikan masalah yang masih

    ada dikalangan suku Arab serta menjalin hubungan kerja sama luar negeri.

    Rasulullah saw berhasil melaksanakan strategi yang telah beliau susun saat akan

    berhaji dengan cermat, meskipun dihadang oleh berbagai kesulitan dan kekerasan.

    Beliau akhirnya mencapai tujuan politik yang telah ditetapkannya. Sehingga

    perjanjian Hudaibiyah merupakan kemenangan yang nyata dan diantara hasil-

    hasilnya adalah sebagai berikut :

    1. Mengantarkan Rasul saw kepada opini umum yang mendukung dakwah

    Islam diseluruh bangsa Arab pada umumnya, di Makkah dan dengan Quraisy

    pada khususnya. Hal itu menyebabkan semakin kuatnya kewibawaan kaum

    muslimin sekaligus melemahkan kewibawaan Quraisy.

    2. Menyingkap kepercayaan kaum Muslimin kepada Rasul saw, menunjukkan

    kekuatan Iman kaum muslimin dan kekokohan mereka dalam menghadapi

    marabahaya sekaligus bahwa mereka tidak takut mati.

    3. Mengajarkan kepada kaum Muslimin yang masih tinggal di Makkah di tengah-

    tengah kaum musyrikin untuk membentuk kantong-kantong dakwah didalam

    jantung barak Musuh

    4. Menjelaskan bahwa thariqah dalam politik harus berasal dari fiqrah itu sendiri

    dan disertai kejujuran serta memenuhi janji. Sedangkan sarana politik harus

    mencerminkan kecerdikan, yaitu menyembunyikan sarana-sarana dan tujuan-

    tujuan politis yang sebenarnya dari pandangan musuh.[]

    Reverensi :

    Ibnu Hisyam, Sirah Nabawiyyah, Darul Falah

    Taqiyuddin An Nabhani, Daulah Islam, HTI Press

    Mubarrak Furry, Sirah Nabawiyyah, Pustaka Al Kautsar