Perilaku Mengkonsumsi Air Putih Ditinjau Dari Persepsi Terhadap Perilaku Kesehatan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Perilaku Mengkonsumsi Air Putih

Citation preview

  • 1

    Perilaku Mengkonsumsi Air Putih

    Ditinjau Dari Persepsi Terhadap Perilaku Kesehatan

    Oleh:

    Herlia Uddy Pratiwi 1)

    dan Esthi Rahayu 2)

    Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang

    ABSTRAKSI

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan persepsi

    terhadap perilaku kesehatan dengan perilaku mengkonsumsi air putih. Hipotesis

    yang diajukan adalah ada hubungan positif antara persepsi terhadap perilaku

    kesehatan dengan perilaku mengkonsumsi air putih. Subjek penelitian adalah

    mahasiswa Universitas Katolik Soegijapranata Semarang yang berjumlah 97

    mahasiswa. Teknik pengambilan sampel adalah incidental sampling. Hasil

    penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara

    persepsi terhadap perilaku kesehatan dengan perilaku mengkonsumsi air putih.

    Koefisien korelasi rxy sebesar 0,391 dengan p

  • 2

    LATAR BELAKANG MASALAH

    Setiap hari, manusia memerlukan 1,6-2 liter air untuk membantu proses

    fisiologis di dalam tubuhnya. Batas minimumnya adalah sekitar 1,6 liter (600

    ml untuk urine, 200 ml untuk feses, dan 800 ml untuk kulit dan paru-paru).

    Saat ini, banyak remaja kurang menyadari akan pentingnya kebutuhan air

    dalam tubuh. Hal itu terungkap dari paparan penelitian yang dilakukan oleh

    Hardiansyah, Ketua Umum Perhimpunan Peminat Gizi pergizi dan Pangan

    Indonesia; yang mengungkapkan bahwa dari 209 remaja yang diteliti, 51,1

    persen mempunyai pengetahuan yang rendah tentang air minum. Hanya 21,4

    persen yang mengetahui empat kegunaan air bagi tubuh; 43,2 persen yang

    mengetahui akibat kurang air minum; 44,2 persen yang mengetahui empat

    gejala kekurangan air pada tubuh.

    Peranan pentingnya air putih sudah sepatutnya diimbangi dengan

    pengetahuan dan perilaku masyarakat agar air putih kini menjadi prioritas

    utama dalam menjaga kesehatan tubuh, karena pada kenyataannya sebagian

    besar masyarakat Indonesia lebih menyukai minuman manis dibandingkan

    dengan air putih. Saat ini banyak remaja dan orang dewasa yang

    mengkonsumsi minuman-minuman selain air putih, seperti minuman yang

    bersoda, minuman yang mengandung kaffein, atau bahkan mengkonsumsi

    minuman beralkohol, yang sebenarnya apabila dikonsumsi secara terus

    menerus dan menjadi sebuah kebiasaan akan sangat merugikan kesehatan bagi

    dirinya sendiri (Fauziyah, 2011).

    Kurangnya pengetahuan mengenai manfaat lebih dari air putih bagi

    kesehatan tubuh juga memberikan peluang bagi remaja untuk tidak

    memperhatikan air putih bagi tubuhnya. Selain kebiasaan minum air putih

    hanya pada saat rasa haus saja, minum air putih hanya sebagai pelengkap bagi

    rasa haus pada saat makan, atau sesegera minum saat makan, bahkan tidak

    jarang di tempat-tempat makan mereka justru makan tidak dibarengi dengan air

    putih ini menjadi pola kebiasaan yang jauh dari pola kesehatan minum yang

    baik dan benar (Maulana, 2010).

  • 3

    Air putih kini bukan minuman prioritas utama bagi remaja. Kebiasaan

    sulit untuk membiasakan minum air putih di kalangan remaja ini karena

    banyaknya stimulan dari luar atau dengan kata lain remaja sudah terbiasa

    dengan minuman selain air putih. Berdasarkan hasil lapangan yang dilakukan

    oleh Maulana dengan responden remaja di SMU Muthahari Bandung,

    menyatakan bahwa perilaku remaja hampir semua tidak minum air putih, baik

    itu saat makan, hang out, dan lain-lain. Banyak minuman-minuman yang

    menawarkan berbagai rasa, warna dan sebagainya; membuat sebagian mereka

    lebih tertarik mengkonsumsi minuman-minuman tersebut. Mereka

    beranggapan dengan minuman-minuman tersebut juga sudah dapat

    menggantikan air putih dalam asupan air putih bagi tubuhnya. Jauh dari itu

    mereka tidak mengetahui manfaat lebih dari air putih bagi kesehatan tubuh

    walaupun tidak berwarna ataupun berasa (Maulana, 2010).

    Berdasarkan wawancara peneliti pada hari kamis tanggal 24 Maret

    2011 dan 9 April 2012 dengan beberapa mahasiswa Fakultas Psikologi

    Universitas Katolik Soegijapranata Semarang, didapatkan keterangan bahwa

    mahasiswa ini jarang mengkonsumsi air putih. Biasanya mereka

    mengkonsumsi air minum dalam kemasan kotak atau botol. Alasan mereka

    tidak mengkonsumsi air putih adalah karena menurut mereka air putih tidak

    enak, sehingga tidak terbiasa mengkonsumsi air putih. Alasan lainnya juga

    karena mereka beranggapan kalau mengkonsumsi air putih bisa menyebabkan

    berat badan menjadi naik. Ada juga yang beralasan kalau mereka hanya bisa

    mengkonsumsi air putih hanya pada saat-saat tertentu ketika mengeluarkan

    keringat. Misalnya, ketika selesai berolahraga atau ketika cuaca sedang panas.

    Beberapa mahasiswa mengemukakan bahwa mereka mengkonsumsi air putih

    tidak sesuai dengan ukuran yang tepat. Dalam waktu sehari rata-rata mereka

    hanya mengkonsumsi 5 gelas (1 liter). Alasannya karena mereka selain

    mengkonsumsi air putih, juga mengkonsumsi minuman lain seperti minuman

    yang mengandung gula, kaffein dan minuman bersoda.

    Berdasarkan observasi yang telah dilakukan oleh peneliti di lingkungan

    Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang, diperoleh

  • 4

    hasil bahwa dalam usaha mengumpulkan dana untuk mengadakan suatu

    kegiatan tertentu, mahasiswa menjual minum-minuman yang mengandung

    bahan pengawet dan pemanis buatan. Hal ini menunjukkan bahwa minuman

    yang mengandung bahan pengawet dan pemanis buatan masih menjadi hal

    yang menarik untuk dikonsumsi oleh mahasiswa.

    Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada beberapa

    penjual makanan dan minuman di kantin Thomas Aquinas Universitas Katolik

    Soegijapranata Semarang didapatkan keterangan bahwa sebagian besar

    minuman yang terjual setiap harinya adalah minuman yang mengandung

    pemanis atau kaffein, seperti: jus buah, teh, kopi, coklat, dan soft drink

    dibandingkan dengan penjualan air putih.

    Keadaan ini menunjukkan bahwa pengetahuan para remaja akan

    pentingnya air putih bagi kesehatan masih minim. Sebagian besar dari mereka

    hanya minum air sebagai kebutuhan sehari-hari tanpa mengetahui jenis

    minuman apa yang baik untuk tubuh dan juga berapa krusialnya peran air

    untuk kesehatan.

    Sehubungan dengan hal itu, maka penulis akan melakukan penelitian

    tentang perilaku mengkonsumsi air putih pada mahasiswa. Dalam penelitian

    ini, secara khusus akan dibahas tentang salah satu faktor internal individu yang

    mempengaruhi perilaku mengkonsumsi adalah persepsi, yang dalam hal ini

    persepsi terhadap perilaku kesehatan. Persepsi itu sendiri, menurut Gibson

    (Indriana, dkk., 2007), adalah proses kognitif yang dipergunakan untuk

    menafsirkan dan memahami dunia sekitarnya atau proses pemberian arti

    terhadap lingkungan. Adanya persepsi akan menyebabkan individu memiliki

    perilaku yang positif atau negatif. Setiap individu akan mempunyai persepsi

    yang berbeda meskipun objeknya sama. Begitu juga dengan perilaku

    kesehatan, akan dipersepsikan berbeda oleh setiap individu.

    Persepsi terhadap perilaku kesehatan berarti proses bagaimana

    seseorang memberikan penilaian atau memberi arti tentang perilaku yang

    dilakukannya yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan dan peningkatan

    kesehatan. Individu yang memiliki persepsi positif terhadap perilaku kesehatan

  • 5

    akan cenderung melakukan perilaku sehat atau perilaku yang mendukung

    kesehatannya. Dalam hal ini individu yang memiliki persepsi yang positif akan

    mempengaruhi cara berpikirnya menjadi positif dalam memandang sesuatu.

    Selanjutnya cara berpikir yang positif ini turut mempengaruhi perilaku individu

    tersebut dengan melakukan hal-hal atau kegiatan yang positif juga. Contoh

    perilaku menjaga dan memelihara kesehatan diantaranya adalah dengan

    menerapkan pola hidup sehat seperti berolahraga yang teratur, menghindari

    asap rokok, mengkonsumsi makanan bergizi dan minuman yang sehat serta

    aman untuk dikonsumsi seperti air putih sesuai dengan jumlah takaran yang

    tepat. Berdasarkan uraian-uraian diatas maka muncul pertanyaan apakah ada

    hubungan antara persepsi terhadap perilaku kesehatan dengan perilaku

    mengkonsumsi air putih.

    TINJAUAN KEPUSTAKAAN

    Pengertian Perilaku Mengkonsumsi Air Putih

    Menurut Sarwono (2004) perilaku diterangkan sebagai hasil dari segala

    macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang

    terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Perilaku merupakan

    respon atau reaksi individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun

    dari dalam dirinya.

    Poerwadarminta (1983) mengemukakan bahwa kata dasar konsumsi

    memiliki definisi pemakaian barang-barang hasil industri, hasil makanan,

    minuman dan sebagainya. Air putih adalah air murni atau air bening yang tidak

    bercampur zat tambahan atau air yang tidak terikat oleh komponen lain. Air

    putih tidak mengandung kalori, gula, lemak atau zat pengawet sehingga

    menyehatkan bagi tubuh.

    Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa perilaku

    mengkonsumsi air putih adalah perbuatan memakai atau menggunakan air

    murni atau air bening yang tidak bercampur zat tambahan.

  • 6

    Aspek Perilaku Mengkonsumsi

    Soekadji (1983) berpendapat bahwa orang berperilaku mengkonsumsi

    itu ditandai dengan:

    a. Frekuensi. Seberapa sering perilaku itu muncul dalam waktu tertentu.

    b. Lamanya berlangsung. Berapa lama waktu yang diperlukan seseorang untuk

    mengkonsumsi.

    c. Intensitas. Berapa kuat atau lemahnya tingkatan seseorang untuk

    mengkonsumsi.

    Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Mengkonsumsi

    Menurut Kotler (2001), faktor yang mempengaruhi perilaku

    mengkonsumsi adalah:

    a. Faktor budaya, terdiri dari:

    1) Budaya. Budaya merupakan penentu keinginan dan perilaku yang paling

    mendasar.

    2) Sub-budaya. Sub-budaya terdiri dari kebangsaan, agama, kelompok, ras,

    dan daerah geografis.

    3) Kelas sosial. Kelas sosial adalah pembagian masyarakat yang relatif

    homogen dan permanen, yang tersusun secara hierarkis dan yang

    anggotanya menganut nilai-nilai, minat dan perilaku yang serupa.

    b. Faktor sosial, terdiri dari:

    1) Kelompok acuan. Kelompok acuan seseorang terdiri dari semua

    kelompok yang memiliki pengaruh langsung (tatap muka) atau tidak

    langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang.

    2) Keluarga. Anggota keluarga merupakan kelompok acuan primer yang

    berpengaruh.

    3) Peran dan status. Peran meliputi kegiatan yang diharapkan akan

    dilakukan oleh seseorang. Masing-masing peran menghasilkan status.

    Orang-orang memilih produk yang dapat mengkomunikasikan peran dan

    status mereka di masyarakat.

  • 7

    c. Faktor pribadi, terdiri dari:

    1) Usia dan tahap siklus hidup. Orang membeli barang dan jasa yang

    berbeda sepanjang hidupnya.

    2) Pekerjaan dan lingkungan ekonomi. Pekerjaan seseorang akan

    mempengaruhi pola konsumsinya dan pilihan produk sangat dipengaruhi

    oleh keadaaan ekonomi seseorang.

    3) Gaya hidup. Gaya hidup menggambarkan keseluruhan diri seseorang

    yang berinteraksi dengan lingkungannya.

    4) Kepribadian dan konsep diri. Kepribadian berkaitan dengan konsep diri

    yang meliputi konsep diri aktual seseorang (bagaimana seseorang

    memandang dirinya), konsep diri ideal seseorang (ingin memandang

    dirinya seperti apa) dan konsep diri oranglain (bagaimana seseorang

    menganggap oranglain memandang dirinya).

    d. Faktor psikologis, terdiri dari:

    1) Motivasi. Seseorang memiliki banyak kebutuhan pada waktu tertentu.

    Suatu kebutuhan akan menjadi motif jika ia didorong hingga mencapai

    tingkat intensitas yang memadai.

    2) Persepsi. Persepsi adalah proses yang digunakan oleh seseorang individu

    untuk memilih, mengorganisasi dan menginterpretasikan masukan-

    masukan informasi guna menciptakan gambaran dunia yang memiliki

    arti.

    3) Pembelajaran. Pembelajaran meliputi perubahan perilaku seseorang yang

    timbul dari pengalaman.

    4) Keyakinan dan sikap. Keyakinan (belief) adalah gambaran pemikiran

    yang dianut seseorang tentang suatu hal. Sedangkan sikap (attitude)

    adalah evaluasi, perasaan emosional dan kecenderungan tindakan yang

    menguntungkan dan bertahan lama dari seseorang terhadap suatu obyek

    atau gagasan.

  • 8

    Protokol Mengkonsumsi Air Putih

    Menurut Susilo (2010) mengenai protokol air, waktu yang tepat untuk

    mengkonsumsi air putih adalah :

    a. Meminum satu gelas air (300 ml) pada saat bangun dari tidur.

    b. Meminum satu gelas air (300 ml) pada saat setengah jam sebelum makan.

    c. Meminum satu gelas air (300 ml) pada saat satu jam sebelum makan siang

    dan tidak minum selama makan siang atau segera setelah makan siang.

    d. Meminum satu gelas air (300 ml) pada saat sebelum makan malam dan tidak

    minum selama makan malam atau segera setelah makan malam.

    e. Meminum satu gelas air (300 ml) pada saat sebelum tidur.

    Pengertian Persepsi Terhadap Perilaku Kesehatan

    Menurut Walgito (1983), persepsi merupakan pengorganisasian,

    penginterpretasian terhadap stimulus yang diinderanya sehingga merupakan

    sesuatu yang berarti, dan merupakan respon yang integrated dalam diri

    individu. Menurut Gibson (Indriana, dkk., 2007), persepsi adalah proses

    kognitif yang dipergunakan untuk menafsirkan dan memahami dunia

    sekitarnya atau proses pemberian arti (kognisi) terhadap lingkungan.

    Notoatmodjo (2003) mengemukakan perilaku kesehatan adalah semua

    aktivitas atau kegiatan seseorang, baik dapat diamati (observable) maupun

    yang tidak dapat diamati (unobservable) yang berkaitan dengan pemeliharaan

    kesehatan dan peningkatan kesehatan.

    Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa persepsi terhadap

    perilaku kesehatan adalah proses bagaimana seseorang memberikan penilaian

    atau arti tentang perilaku yang dilakukannya yang berkaitan dengan

    pemeliharaan kesehatan dan peningkatan kesehatan.

    Aspek Persepsi terhadap Perilaku Kesehatan

    Menurut Walgito (1983), persepsi digolongkan menjadi tiga aspek,

    yaitu:

    a. Aspek Kognisi

  • 9

    Yaitu menyangkut pengharapan, cara mendapatkan pengetahuan atau cara

    berpikir dan pengalaman masa lalu individu dalam mempersepsikan sesuatu.

    b. Aspek Afeksi

    Yaitu menyangkut emosi dari individu.

    c. Aspek Konasi

    Yaitu menyangkut sikap, perilaku, aktivitas dan motif, berkaitan dengan

    pandangannya tentang sesuatu yang berhubungan dengan motif atau tujuan.

    Klasifikasi Perilaku Kesehatan

    Menurut Becker (Notoatmodjo, 2003), klasifikasi perilaku yang

    berkaitan dengan kesehatan atau pola hidup sehat adalah sebagai berikut:

    a. Makan dengan menu seimbang

    Menu seimbang adalah pola makan sehari-hari yang memenuhi kebutuhan

    nutrisi tubuh baik jumlahnya maupun jenisnya.

    b. Kegiatan fisik secara teratur dan cukup

    Kegiatan fisik misalnya olahraga.

    c. Tidak Merokok dan tidak minum-minuman keras serta menggunakan

    narkoba.

    d. Istirahat yang cukup

    Istirahat yang cukup berguna untuk memelihara kesehatan fisik dan juga

    untuk kesehatan mental.

    e. Pengendalian dan manajemen stres

    Stress adalah bagian dari kehidupan setiap orang. Stres tidak dapat dihindari

    oleh siapa saja, namun yang dapat dilakukan adalah mengatasi,

    mengendalikan atau mengelola stres tersebut agar tidak mengakibatkan

    gangguan kesehatan.

    f. Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan.

  • 10

    Hubungan antara Persepsi Terhadap Perilaku Kesehatan dengan Perilaku

    Mengkonsumsi Air Putih pada Mahasiswa

    Dalam hidup sehari-hari, manusia memiliki kebutuhan utama yang

    harus dipenuhi untuk dapat bertahan hidup. Salah satu kebutuhan pokok

    tersebut adalah minuman, terutama minuman yang sehat dan aman untuk

    dikonsumsi. Tindakan mengkonsumsi minuman yang dilakukan secara

    berulang-ulang akan membentuk sebuah perilaku.

    Perilaku mengkonsumsi sendiri oleh Poerwadarminta (1983) diartikan

    sebagai perbuatan memakai atau menggunakan barang-barang hasil industri,

    hasil makanan, minuman dan sebagainya sesuai dengan nilai fungsi atau

    kegunaan barang-barang tersebut. Dalam hal ini lebih mengutamakan perilaku

    mengkonsumsi air putih. Arti dari perilaku mengkonsumsi air putih itu sendiri

    adalah perbuatan memakai atau menggunakan air murni atau air bening yang

    tidak bercampur zat tambahan.

    Berdasarkan pendapat dari Notoatmodjo (2003), salah satu faktor yang

    mempengaruhi perilaku mengkonsumsi air putih adalah persepsi. Persepsi

    adalah sebagian pengalaman yang dihasilkan oleh panca indra. Dengan kata

    lain persepsi adalah proses pemberian arti atau penilaian terhadap stimulus.

    Setiap orang akan mempunyai persepsi yang berbeda meskipun objeknya sama.

    Persepsi yang dimiliki individu akan mempengaruhi proses berpikirnya dan

    selanjutnya proses berpikir tersebut akan mempengaruhi pada perilaku yang

    dilakukannya.

    Kesehatan merupakan sesuatu hal yang sangat penting dalam kehidupan

    manusia. Perilaku kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang,

    baik dapat diamati (observable) maupun yang tidak dapat diamati

    (unobservable) yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan dan

    peningkatan kesehatan (Notoatmodjo, 2003). Contoh perilaku yang dapat

    menjaga dan memelihara kesehatan adalah seperti berolahraga, menghindari

    asap rokok, mengkonsumsi makanan dan minuman yang sehat serta aman

    untuk dikonsumsi.

  • 11

    Persepsi terhadap perilaku kesehatan adalah proses bagaimana

    seseorang memberikan penilaian atau arti tentang perilaku yang dilakukannya

    yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan dan peningkatan kesehatan.

    Adanya persepsi dalam diri individu dapat menyebabkan individu memiliki

    perilaku yang positif dan negatif.

    Kesehatan merupakan sesuatu hal yang sangat penting dalam kehidupan

    manusia. Penilaian individu terhadap perilaku kesehatannya merupakan salah

    satu faktor untuk menentukan perilakunya. Penting tidaknya pemeliharaan atau

    peningkatan kesehatan bagi diri seseorang dapat dilihat dari sikapnya sehari-

    hari seperti perilaku berolahraga, menghindari asap rokok, mengkonsumsi

    makanan dan minuman yang sehat serta aman untuk dikonsumsi. Jika ia

    merupakan orang yang sangat memperhatikan kesehatan dan menganggap

    kesehatan adalah suatu hal yang sangat penting dan perlu dijaga, maka individu

    akan mempertimbangkan aspek kesehatan ini dalam setiap tindakan yang

    dilakukannya dan sebaliknya, individu akan berperilaku tidak sehat jika ia

    merasa kesehatan bukan merupakan sesuatu yang penting dan tidak perlu

    dijaga atau ditingkatkan. Salah satu contoh perilaku sehat adalah dengan

    mengkonsumsi minuman yang baik untuk kesehatan, sehingga apabila

    kesehatan dipersepsikan sebagai sesuatu yang positif atau penting maka

    perilaku mengkonsumsi air putih akan muncul.

    Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa dengan

    adanya persepsi (yang meliputi kognisi, afeksi dan konasi) terhadap perilaku

    kesehatan dapat menyebabkan seseorang memiliki perilaku positif. Seseorang

    yang memiliki persepsi yang positif terhadap perilaku kesehatannya akan

    cenderung melakukan perilaku mengkonsumsi air putih. Dengan persepsi yang

    dimiliki oleh individu tentang perilaku kesehatan, seseorang yang menyadari

    pentingnya menjaga dan meningkatkan perilaku kesehatan akan mewujudkan

    penerimaan yang tinggi terhadap perilaku mengkonsumsi air putih.

  • 12

    HIPOTESIS

    Ada hubungan positif antara persepsi terhadap perilaku kesehatan dengan

    perilaku mengkonsumsi air putih. Artinya semakin positif persepsi seseorang

    terhadap perilaku kesehatan maka akan semakin tinggi perilaku mengkonsumsi

    air putihnya, dan sebaliknya.

    METODE PENELITIAN

    Subjek penelitian adalah 97 orang mahasiswa S1 Universitas Katolik

    Soegijapranata Semarang. Tehnik Pengambilan sampel adalah Incidental

    Sampling.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Berdasarkan hasil analisis data, koefisien korelasi yang diperoleh antara

    persepsi terhadap perilaku kesehatan dengan perilaku mengkonsumsi air putih

    didapatkan hasil rxy sebesar 0,391 dengan p

  • 13

    putih. Afeksi menyangkut emosi dari individu. Individu yang merasa senang

    atau nyaman dengan sesuatu hal yang berkaitan dengan upaya untuk

    memelihara dan meningkatkan kesehatan maka cenderung akan melakukan

    perilaku mengkonsumsi air putih. Aspek yang terakhir adalah konasi

    menyangkut sikap, perilaku, aktivitas dan motif seseorang melakukan sesuatu.

    Individu yang memiliki suatu tujuan atau motif untuk memelihara atau

    meningkatkan kesehatan maka akan melakukan perilaku yang berkaitan dengan

    pola hidup sehat, salah satunya adalah dengan mengkonsumsi air putih. Jika

    tindakan atau sikap tersebut berdampak positif bagi dirinya maka dia akan

    meneruskan tindakan tersebut dan demikian pula sebaliknya.

    Jika dilihat dari aspek - aspek persepsi, yaitu aspek kognisi, afeksi dan

    konasi, ketiganya sama-sama mempunyai pengaruh terhadap perilaku

    mengkonsumsi air putih yang sangat signifikan. Namun aspek kognisi dan

    aspek konasi adalah yang paling kuat dibandingkan dengan aspek afeksi. Hal

    ini terlihat dari uji korelasi dengan menggunakan Pearson Correlation adalah

    aspek kognisi 0,392 (p

  • 14

    oleh faktor lainnya. Secara teoritis, faktor-faktor tersebut adalah faktor

    kebudayaan (budaya, sub-budaya dan kelas sosial), faktor sosial (kelompok,

    keluarga serta peran dan status), faktor kepribadian (usia, pekerjaan, situasi

    ekonomi, gaya hidup, pengalaman, demografi serta kepribadian dan konsep

    diri), faktor psikologis (motivasi, pembelajaran serta keyakinan dan sikap).

    Penelitian ini tentunya memiliki kelemahan. Adapun kelemahan dari

    penelitian ini yang mungkin dapat mempengaruhi hasil penelitian adalah

    bahwa sampel tidak mewakili seluruh program studi S1 yang ada di

    Universitas Katolik Soegijapranata Semarang.

    KESIMPULAN

    Hipotesis yang diajukan oleh peneliti dalam penelitian ini diterima, yaitu: ada

    hubungan positif yang sangat signifikan antara persepsi terhadap perilaku

    kesehatan dengan perilaku mengkonsumsi air putih. Semakin positif persepsi

    seseorang terhadap perilaku kesehatan maka akan semakin tinggi perilaku

    mengkonsumsi air putih, dan sebaliknya. Koefisien korelasi rxy sebesar 0,391

    dengan p

  • 15

    kepribadian (usia, pekerjaan, situasi ekonomi, gaya hidup, pengalaman,

    demografi serta kepribadian dan konsep diri), faktor psikologis (motivasi,

    pembelajaran serta keyakinan dan sikap).

    DAFTAR PUSTAKA

    Fauziyah, Metta. 2011. Sehat Dengan Air Putih: Cara Sehat Alami.

    Surabaya: Stomata

    Indriana, Y., Indarwati, E.S., Ayuningsih, A. 2007. Persepsi Perempuan Karir

    Lajang Tentang Pasangan Hidup: Studi Kualitatif Fenomenologis di

    Semarang. ARKHE. Tahun 12. No. 2 (153-167)

    Kotler, P., Amstrong, G. 2001. Prinsip-prinsip Pemasaran I. Alih Bahasa:

    Damos Sihombing. Jakarta: Erlangga

    Maulana, Bayu. 2010. Kampanye Minum Air Putih di Kalangan

    Remaja. Bandung

    Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta; Rineka

    Cipta

    Poerwadarminta, W. J. S. 1983. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta:

    Balai Pustaka

    Sarwono, S. 2004. Sosiologi Kesehatan; Beberapa Konsep serta Aplikasinya.

    Yogyakarta: Gajah Mada University Press

    Soekadji, S. 1983. Modifikasi Perilaku. Yogyakarta: Liberty

    Susilo, Bondan. 2010. Fungsi air putih dan waktu yang tepat untuk

    meminumnya. Tips n Trick (26 Januari 2010)

    Walgito, B. 1983. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Yayasan Penerbit

    Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada