10
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN GANGGUAN EKSPRESI MARAH/PERILAKU KEKERASAN Oleh : Ns. SYAM’ANI, SKep MATERI KULIAH KEPERAWATAN JIWA POLITEKNIK KESEHATAN PALANGKA RAYA

PERILAKU KEKERASAN

  • Upload
    bi-ly

  • View
    21

  • Download
    4

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Keperawatan Jiwa (Perilaku Kekerasan)

Citation preview

PERILAKU KEKERASAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN

GANGGUAN EKSPRESI MARAH/PERILAKU KEKERASAN

Oleh :Ns. SYAMANI, SKep

MATERI KULIAH KEPERAWATAN JIWA

POLITEKNIK KESEHATAN PALANGKA RAYA

JURUSAN KEPERAWATAN

2007

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN

GANGGUAN EKSPRESI MARAH/PERILAKU KEKERASAN

A. PengertianPerilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis (Berkowitz). Berdasarkan definisi ini maka perilaku kekerasan dapat dibagi dua menjadi perilaku kekerasan secara verbal dan fisik (Keltner et al, 1995). Sedangkan marah tidak harus memiliki tujuan khusus, marah lebih merujuk kepada suatu perangkat perasaan-perasaan tertentu yang biasanya disebut dengan perasaan marah (Berkowitz, 1993). Dengan kata lain kemarahan adalah perasaan jengkel yang muncul sebagai respons terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman oleh individu (Stuart dan Sandeen,1995).

Perasaan marah normal bagi tiap individu, namun perilaku yang dimanifestasikan oleh perasaan marah dapat berfluktuasi sepanjang rentang adaptif dan maladaptif.

Respon adaptifRespon maladaptif

Asertif Frustrasi Pasif Agresif Kekerasan/AmukAsertif adalah kemarahan yang diungkapkan tanpa menyakiti orang lainFrustrasi adalah kegagalan mencapai tujuan karena tidak realistis atau terhambat

Pasif adalah respon lanjutan, dimana klien tidak mampu mengungkapkan perasaan

Agresif adalah perilaku destruktif tapi masih terkontrol

Amuk/kekerasan adalah perilaku destruktif dan tidak terkontrolB. Proses Terjadinya Masalah

a. Penyebab

Perilaku kekerasan/amuk dapat disebabkan karena frustasi, takut, manipulasi atau intimidasi. Perilaku kekerasan merupakan hasil konflik emosional yang belum dapat diselesaikan. Perilaku kekerasan juga menggambarkan rasa tidak aman, kebutuhan akan perhatian dan ketergantungan pada orang lain.

Pada klien gangguan jiwa, perilaku kekerasan bisa disebabkan adanya perubahan sensori persepsi berupa halusinasi, baik dengar, visual maupun lainnya. Klien merasa diperintah oleh suara-suara atau bayangan yang dilihatnya untuk melakukan kekerasan atau klien merasa marah terhadap suara-suara atau bayangan yang mengejeknya.

Faktor presipitasi bisa bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi dengan orang lain. Kondisi klien seperti kelemahan fisik (penyakit fisik), keputusasaan, ketidakberdayaan, percaya diri yang kurang dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan. Demikian pula dengan kritikan yang mengarah pada penghinaan, kehilangan orang yang dicintai/pekerjaan dan kekerasan merupakan faktor penyebab. Interaksi sosial yang provokatif dan konflik dapat pula memicu perilaku kekerasan.

b. Tanda dan gejala

Pada pengkajian awal dapat diketahui alasan utama klien dibawa ke rumah sakit adalah perilaku kekerasan di rumah. Kemudian perawat dapat melakukan pengkajian dengan cara observasi : muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi, berdebat, memaksakan kehendak, memukul dan mengamuk.

c. Akibat

Klien dengan perilaku kekerasan dapat melakukan tindakan-tindakan berbahaya bagi dirinya, orang lain maupun lingkungannya, seperti menyerang orang lain, memecahkan perabot, membakar rumah dll. Sehingga klien dengan perilaku kekerasan beresiko untuk mencederai diri orang lain dan lingkungan.

C. 1. Pohon Masalah

Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

Gangguan konsep diri : harga diri rendah

2. Masalah Keperawatan dan data yang perlu dikaji

a. Masalah keperawatan:b. Masalah keperawatan yang mungkin untuk masalah perilaku kekerasan adalah (Capernito, 1995):

1). Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

2). Perilaku kekerasan / amuk

3). Gangguan konsep diri : harga diri rendah

c. Data yang perlu dikaji pada masalah keperawatan perilaku kekerasan1). Data Subyektif :

a). Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.

b). Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal atau marah.

c). Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.

2). Data Obyektif :a). Mata merah, wajah agak merah.b). Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.c). Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.d). Merusak dan melempar barangbarang.E Diagnosa Keperawatana. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan/amuk.

b. Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah.F. Rencana TindakanResiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan.

a. TujuanUmum: Klien terhindar dari mencederai diri, orang lain dan lingkungan.

b. Tujuan Khusus:

1). Klien dapat membina hubungan saling percaya.Tindakan:

1.1. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama perawat dan jelaskan tujuan interaksi.

1.2. Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.

1.3. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.

2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.

Tindakan:

2.1. Beri kesempatan mengungkapkan perasaan.

2.2. Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel / kesal.2.3. Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien dengan sikap tenang.3. Klien dapat mengidentifikasi tandatanda perilaku kekerasan.

Tindakan :

3.1. Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan

dirasakan saat jengkel/kesal.

3.2. Observasi tanda perilaku kekerasan.3.3. Simpulkan bersama klien tandatanda jengkel / kesal yang dialami klien.4. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.

Tindakan:

4.1. Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.

4.2. Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.

4.3. Tanyakan "apakah dengan cara yang dilakukan masalahnya selesai ?"

5. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.

Tindakan:

5.1. Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan.

5.2. Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan.

5.3. Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat.6. Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap kemarahan.

Tindakan :

6.1. Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat.

6.2. Diskusikan cara lain yang sehat.Secara fisik : tarik nafas dalam jika sedang kesal, berolah raga, memukul bantal / kasur.

6.3. Secara verbal : katakan bahwa anda sedang marah atau kesal / tersinggung

6.4. Secara spiritual : berdo'a, sembahyang, memohon kepada Tuhan untuk diberi kesabaran.

7. Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku kekerasan.

Tindakan:

7.1. Bantu memilih cara yang paling tepat.

7.2. Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih.

7.3. Bantu mensimulasikan cara yang telah dipilih.

7.4. Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai dalam simulasi.

7.5. Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat jengkel / marah.

8. Klien mendapat dukungan dari keluarga.

Tindakan :

8.1. Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melalui pertemuan keluarga.

8.2. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.

9. Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program).

Tindakan:

9.1. Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek samping).

9.2. Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama klien, obat, dosis, cara dan waktu).

9.3. Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan.

Perilaku kekerasan/amuk