30
MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA RESIKO PERILAKU KEKERASAN DI SUSUN OLEH : HORY MAULANA HUSNUL YAKIN IQADATUL ISLAMIYAH KHAIRUNNISSYAH SULBI I WAYAN DIKY SASTRAWAN 1

RISIKO PERILAKU KEKERASAN

Embed Size (px)

Citation preview

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

RESIKO PERILAKU KEKERASAN

DI SUSUN OLEH :

HORY MAULANA

HUSNUL YAKIN

IQADATUL ISLAMIYAH

KHAIRUNNISSYAH SULBI

I WAYAN DIKY SASTRAWAN

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN [STIKES]

MATARAM

2013

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. PENDAHULUAN

Proyek integrasi kesehatan jiwa di Puskesmas dan rumah sakit menun-

jukkan adanya kebutuhan pelayanan kesehatan jiwa yang lebih terkoordinasi den-

gan baik di semua unsur kesehatan. Hakekat pembangunan kesehatan merujuk pada

penyelengaraan pelayanan kesehatan untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi

setiap penduduk.(Depkes RI, 2006).

Pravelensi penderita Skizofrenia di Indonesia adalah 0,3 – 1 persen dan bi-

asanya timbul pada usia sekitar 18-45 tahun namun ada juga yang baru berusia 11-

12 tahun sudah menderita Skizofrenia. Apabila penduduk Indonesia sekitar 200

juta jiwa maka diperkirakan sekitar 2 juta jiwa menderita Skizofrenia, dimana seki-

tar 99% pasien di RS jiwa di Indonesia adalah penderita Skizofrenia. Gejala-gejala

Skizofrenia mengalami penurunan fungsi / ketidakmampuan dalam menjalani

hidupnya, sangat terlambat produktifitasnya dan nyaris terputus relasinya dengan

orang lain. ( Arif, 2006).

Masalah keperawatan yang paling sering ditemukan di RS. Jiwa adalah per-

ilaku kekerasan, halusinasi, menarik diri, harga diri rendah, waham, bunuh diri,

ketergantungan napza, dan defisit perawatan diri. Dari delapan masalah keper-

awatan diatas akan mempunyai manifestasi yang berbeda, proses terjadinya

masalah yang berbeda dan sehingga dibutuhkan penanganan yang berbeda pula.

Ketujuh masalah itu dipandang sama pentingnya, antara masalah satu dengan lain-

nya. ( Depkes 2006). Sedangkan perilaku kekerasan sendiri adalah suatu keadaan

dimanan seorang individu mengalami perilaku yang dapat melukai secara fisik baik

terhadap diri / orang lain. (Townsend, 1998)

2

Walau demikian meskipun perilaku kekerasan kadang bernilai negative tapi

tetap ada karena sebenarnya marah juga berguna yaitu untuk meningkatkan energi

dan membuat seseorang lebih berfokus/bersemangat mencapai tujuan. Kamarahan

yang ditekan atau pura-pura tidak marah akan akan mempersulit diri sendiri dan

mengganggu hubungan intra personal.(Harnawatiaj,2008, 3,http://www.gaya hidup

sehat online.com,27 januari 2008).

Hal ini melihat fenomena-fenomena diatas baik gejala yang muncul / akibat

dari masalah itu sendiri yang akhirnya mengurangi produktifitas pasien. Untuk itu

Askep yang professional pada pasien perilaku kekerasan sangat diharapkan oleh

pasien atau keluarga.

B. RUMUSAN MASALAH1. Bagaimana konsep dari perilaku kekerasan ?2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pasien perilaku kekerasan ?

C. TUJUAN1. Mengetahui konsep dari perilaku kekerasan2. Mengetahui konsep asuhan keperawatan pasien perilaku ekeraan

3

BAB II

TINJAUAN MATERI

PERILAKU KEKERASAN

A. Masalah Utama:

Perilaku kekerasan/amuk.

B. Pengertian

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang

dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun

lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah

yang tidak konstruktif. (Stuart dan Sundeen, 1995)

C. Proses Terjadinya Masalah

1. Pengertian

Perilaku kekerasan/amuk dapat disebabkan karena frustasi, takut, manipulasi atau

intimidasi. Perilaku kekerasan merupakan hasil konflik emosional yang belum da-

pat diselesaikan. Perilaku kekerasan juga menggambarkan rasa tidak aman, kebu-

tuhan akan perhatian dan ketergantungan pada orang lain.

Gejala klinis

Gejala klinis yang ditemukan pada klien dengan perilaku kekerasan didapatkan

melalui pengkajian meliputi :

a. Wawancara : diarahkan penyebab marah, perasaan marah, tanda-tanda marah

yang diserasakan oleh klien.

b. Observasi : muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi,

berdebat dan sering pula tampak klien memaksakan kehendak: merampas

makanan, memukul jika tidak senang.

4

Faktor predisposisi

Berbagai pengalaman yang dialami tiap orang mungkin menjadi faktor predispo-

sisi yang mungkin/ tidak mungkin terjadi jika faktor berikut dialami oleh individu

:

a. Psikologis; kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemu-

dian dapat timbul agresif atau amuk.

b. Perilaku, reinforcement yang diteima ketika melakukan kekerasan, sering men-

gobservasi kekerasan, merupakan aspek yang menstimuli mengadopsi perilaku

kekerasan

c. Sosial budaya; budaya tertutup, control sosial yang tidak pasti terhadap peri-

laku kekerasan menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan diterima

d. Bioneurologis; kerusakan sistem limbic, lobus frontal/temporal dan ketidakse-

imbangan neurotransmiser

Faktor presipitasi

Bersumber dari klien (kelemahan fisik, keputusasaan, ketidak berdayaan, percaya

diri kurang), lingkungan (ribut, padat, kritikan mengarah penghinaan, kehilangan

orang yang dicintai/pekerjaan dan kekerasan) dan interaksi dengan orang

lain( provokatif dan konflik).

( Budiana Keliat, 2004)

2. Penyebab

Untuk menegaskan keterangan diatas, pada klien gangguan jiwa, perilaku kek-

erasan bisa disebabkan adanya gangguan harga diri: harga diri rendah. Harga diri

adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa

jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digam-

barkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri,

merasa gagal mencapai keinginan.

Gejala Klinis

Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap

penyakit (rambut botak karena terapi)

Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri)

Gangguan hubungan sosial (menarik diri)

Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan)

5

Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang

suram, mungkin klien akan mengakiri kehidupannya.

( Budiana Keliat, 1999)

3. Rentang Respon Perilaku Kekerasan

Kegagalan yang menimbulkan frustasi dapat menimbulkan respon pasif dan

melarikan diri atau respon melawan dan menantang. Respon melawan dan

menantang merupakan respon maladaptive yaitu agresi-kekerasan. Perilaku yang

ditampakkan mulai dari yang rendah sampai yang tinggi, yaitu :

1. Agresif

Memperlihatkan permusuhan, keras dan menuntut, mendekati orang lain

dengan ancaman, memberika kata-kata ancaman tanpa niat melukai.

Umumnya klien masih dapat mengontrol perilakunya untauk tidak

melukai orang lain.

2. Kekerasan

Sering juga disebut gaduh gelisah atau amuk. Perilaku kekerasan

ditandai dengan menyentuh orang lain secara menakutkan, memberi

kata-kata ancaman melukai disertai melukai pada tingkat ringan, dan

yang paling berat adalah melukai/merusak secara serius. Klien tidak

mampu mengendalikan diri

4. Akibat

Klien dengan perilaku kekerasan dapat melakukan tindakan-tindakan berbahaya

bagi dirinya, orang lain maupun lingkungannya, seperti menyerang orang lain,

memecahkan perabot, membakar rumah dll.

6

D. 1. Pohon Masalah

Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

Gangguan Harga Diri : Harga Diri Rendah

( Budiana Keliat, 1999)

2. Masalah Keperawatan dan data yang perlu dikaji

a. Masalah keperawatan:

1). Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

2). Perilaku kekerasan / amuk

3). Gangguan harga diri : harga diri rendah

b. Data yang perlu dikaji:

1. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

1). Data Subyektif :

Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.

Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya

jika sedang kesal atau marah.

Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.

2). Data Objektif :

Mata merah, wajah agak merah.

Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit,

memukul diri sendiri/orang lain.

Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.

Merusak dan melempar barang-barang.

2. Perilaku kekerasan / amuk

1). Data Subyektif :

Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.

Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika

sedang kesal atau marah.

Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.

7

Perilaku Kekerasan/amuk

2). Data Obyektif

Mata merah, wajah agak merah.

Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.

Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.

Merusak dan melempar barang-barang.

3. Gangguan harga diri : harga diri rendah

1). Data subyektif:

Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa,

bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap

diri sendiri.

2). Data obyektif:

Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif

tindakan, ingin mencederai diri / ingin mengakhiri hidup.

8

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseo-

rang secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan defenisi ini maka perilaku kek-

erasan dapat delakukan secara verbal, diarahkna kepada diri sendiri, orang lain, dan

lingkungan. Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk yaitu saat sedang

berlangsung perilaku kekerasan atau riwayat perilaku kekerasan.

Data perilaku kekerasan dapat diperoleh melalui observasi atau wawancara tentang

perilaku berikut ini :

1. Muka merah dan tegang

2. Pandangan tajam

3. Mengatupkan rahang dengan kuat

4. Mengepalkan tangan

5. Jalan mondar-mandir

6. Bicara kasar

7. Suara tinggi, menjerit atau berteriak

8. Mengancam secara verbal atau fisik

9. Melempar atau memukul benda/orang lain

10. Merusak barang atau benda

11. Tidak mempunyai kemampuan untuk mencegah/mengontrol perilaku kekerasan

Data ini sesuai dengan format pengkajian untuk masalah perilaku kekerasan.

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan ditetapkan sesuai dengan data yang didapat, dan saat ini tidak

melakukan perilaku kekerasan tetapi pernah melakukan perilaku kekerasan dan belum

mempunyai kemampuan untuk mencegah/mengontrol perilaku kekerasan tersebut. Di-

agnosa yang berlaku pada gangguan ini adalah risiko perilaku kekerasan.

9

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

KLIEN DENGAN PERILAKU KEKERASAN

Nama Klien : …………………… DX Medis : …………………..

No CM : …………………… Ruangan : …………………..

Tgl No Dx Dx KeperawatanPerencanaan

Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi………………… b.d. Perilaku Kek-erasan

TUM: …………..………………….………………….

TUK:1. Klien dapat

membina hubungan saling percaya

1. Klien menunjukkan tanda-tanda percaya kepada perawat:

o Wajah cerah, tersenyumo Mau berkenalano Ada kontak matao Bersedia menceritakan perasaan

1. Bina hubungan saling percaya dengan: Beri salam setiap berinter-

aksi. Perkenalkan nama, nama

panggilan perawat dan tu-juan perawat berkenalan

Tanyakan dan panggil nama kesukaan klien

Tunjukkan sikap empati, jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi

Tanyakan perasaan klien

10

dan masalah yang dihadapi klien

Buat kontrak interaksi yang jelas

Dengarkan dengan penuh perhatian ungkapan perasaan klien

2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan yang dilakukannya

2. Klien menceritakan penyebab perilaku kekerasan yang dilakukannya:o Menceritakan penyebab perasaan

jengkel/kesal baik dari diri sendiri maupun lingkungannya

2. Bantu klien mengungkapkan perasaan marahnya: Motivasi klien untuk

menceritakan penyebab rasa kesal atau jengkelnya

Dengarkan tanpa menyela atau memberi penilaian setiap ungkapan perasaan klien

3. Klien dapat mengi-dentifikasi tanda-tanda perilaku kek-erasan

3. Klien menceritakan keadaano Fisik : mata merah, tangan mengepal,

ekspresi tegang, dan lain-lain. o Emosional : perasaan marah, jengkel,

bicara kasar.o Sosial : bermusuhan

yang dialami saat terjadi perilaku kekerasan.

3. Bantu klien mengungkapkan tanda-tanda perilaku kekerasan yang dialaminya: Motivasi klien menceritakan

kondisi fisik saat perilaku kekerasan terjadi

Motivasi klien menceritakan kondisi emosinya saat terjadi perilaku kekerasan

Motivasi klien menceritakan kondisi psikologis saat terjadi perilaku kekerasan

Motivasi klien menceritakan kondisi hubungan dengan orang lainh saat terjadi peri-laku kekerasan

4. Klien dapat mengi- 4. Klien menjelaskan: 4. Diskusikan dengan klien perilaku

11

dentifikasi jenis per-ilaku kekerasan yang pernah di-lakukannya

o Jenis-jenis ekspresi kemarahan yang selama ini telah dilakukannya

o Perasaannya saat melakukan kek-erasan

o Efektivitas cara yang dipakai dalam menyelesaikan masalah

kekerasan yang dilakukannya selama ini: Motivasi klien menceritakan

jenis-jenis tindak kekerasan yang selama ini permah dilakukannya.

Motivasi klien menceritakan perasaan klien setelah tindak kekerasan tersebut terjadi

Diskusikan apakah dengan tindak kekerasan yang di-lakukannya masalah yang di-alami teratasi.

5. Klien dapat mengi-dentifikasi akibat perilaku kekerasan

5. Klien menjelaskan akibat tindak kekerasan yang dilakukannyao Diri sendiri : luka, dijauhi teman, dllo Orang lain/keluarga : luka,

tersinggung, ketakutan, dllo Lingkungan : barang atau benda

rusak dll

5. Diskusikan dengan klien akibat negatif (kerugian) cara yang dilakukan pada: Diri sendiri Orang lain/keluarga Lingkungan

6. Klien dapat mengi-dentifikasi cara kon-struktif dalam men-gungkapkan ke-marahan

6. Klien :o Menjelaskan cara-cara sehat men-

gungkapkan marah

6. Diskusikan dengan klien: Apakah klien mau mempela-

jari cara baru mengungkap-kan marah yang sehat

Jelaskan berbagai alternatif pilihan untuk mengungkap-kan marah selain perilaku kekerasan yang diketahui klien.

Jelaskan cara-cara sehat un-tuk mengungkapkan marah:

Cara fisik: nafas dalam, pukul bantal atau kasur, olah raga.

12

Verbal: mengungkapkan bahwa dirinya sedang kesal kepada orang lain.

Sosial: latihan asertif dengan orang lain.

Spiritual: sembahyang/doa, zikir, meditasi, dsb sesuai keyakinan agamanya masing-masing

7. Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan

7. Klien memperagakan cara mengontrol perilaku kekerasan:o Fisik: tarik nafas dalam, memukul

bantal/kasuro Verbal: mengungkapkan perasaan

kesal/jengkel pada orang lain tanpa menyakiti

o Spiritual: zikir/doa, meditasi sesuai agamanya

7. 1. Diskusikan cara yang mungkin dipilih dan anjurkan klien memilih cara yang mungkin un-tuk mengungkapkan kemara-han.

7.2. Latih klien memperagakan cara yang dipilih:

Peragakan cara melak-sanakan cara yang dipilih.

Jelaskan manfaat cara terse-but

Anjurkan klien menirukan peragaan yang sudah di-lakukan.

Beri penguatan pada klien, perbaiki cara yang masih belum sempurna

7.3. Anjurkan klien menggunakan cara yang sudah dilatih saat marah/jengkel

8. Klien mendapat dukungan keluarga untuk mengontrol perilaku kekerasan

8. Keluarga:o Menjelaskan cara merawat klien

dengan perilaku kekerasano Mengungkapkan rasa puas dalam

8.1. Diskusikan pentingnya peran serta keluarga sebagai pendukung klien untuk mengatasi perilaku kekerasan.

13

merawat klien 8.2. Diskusikan potensi keluarga untuk membantu klien mengatasi perilaku kekerasan

8.3. Jelaskan pengertian, penyebab, akibat dan cara merawat klien perilaku kekerasan yang dapat dilaksanakan oleh keluarga.

8.4. Peragakan cara merawat klien (menangani PK )

8.5.Beri kesempatan keluarga untuk memperagakan ulang

8.6. Beri pujian kepada keluarga setelah peragaan

8.7. Tanyakan perasaan keluarga setelah mencoba cara yang dilatihkan

9. Klien menggunakan obat sesuai pro-gram yang telah ditetapkan

9. Klien menjelaskan:o Manfaat minum obato Kerugian tidak minum obat o Nama obato Bentuk dan warna obat o Dosis yang diberikan kepadanyao Waktu pemakaiano Cara pemakaiano Efek yang dirasakan

10. Klien menggunakan obat sesuai program

9.1. Jelaskan manfaat menggu-nakan obat secara teratur dan kerugian jika tidak menggu-nakan obat

9.2. Jelaskan kepada klien: Jenis obat (nama, wanrna

dan bentuk obat) Dosis yang tepat untuk klien Waktu pemakaian Cara pemakaian Efek yang akan dirasakan

klien9.3. Anjurkan klien:

Minta dan menggunakan obat tepat waktu

Lapor ke perawat/dokter jika mengalami efek yang tidak biasa

14

Beri pujian terhadap kedis-plinan klien menggunakan obat.

15

C. Tindakan keperawatan

Tindakan Keperawatan Untuk pasien

Tujuan :

1. Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan

2. Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan

3. Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukannya

4. Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukannya

5. Pasien dapat menyebutkan cara mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya

6. Pasien dapat mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik, spiritual,

social dan dengan terapi psikofarmaka.

Tindakan keperawatan

1. Bina hubungan saling percaya. Dalam membina hubungan saling percaya perlu

dipertimbangkan agar pasien merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan

anda. Tindakan yang harus dilakukan dalam rangka membina hubungan saling

percaya adalah:

a. Mengucapkan salam terapeutik

b. Berjabat tangan

c. Menjelaskan tujuan interaksi

d. Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien

2. Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku kekerasan saat ini dan yang lalu

3. Diskusikan perasaan pasien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan

a. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik

b. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara psikologis

c. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara sosial

d. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara spiritual

e. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara intelektual

4. Diskusikan bersama pasien perilaku kekerasan yang biasa dilakukan pada saat

marah, yaitu secara verbal terhadap:

a. Orang lain

b. Diri sendiri

c. Lingkungan

5. Diskusikan bersama pasien akibat perilakunya

6. Diskusikan bersama pasien cara mengontrol perilaku kekerasan secara:

a. Fisik : pukul kasur atau bantal, tarik napas

16

b. Obat

c. Sosial/verbal: menyatakan secara asertif rasa marahnya

d. Spiritual : kegiatan ibadah sesuai keyakinan pasien

7. Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara fisik:

a. Latihan napas dalam dan pukul kasur-bantal

b. Susun jadwal latihan napas dalam dan pukul kasur-bantal

8. Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal:

a. Latihan mengungkapkan rasa marah secara verbal : menolak dengan baik,

meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik

b. Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal

9. Latih mengontrol prilaku kekerasan secara spiritual:

a. Diskusikan kegiatan ibadah yang pernah dilakuakn pasien

b. Latih mengontrol marah dengan melakukan kegiatan ibadah yang biasa di-

lakukan pasien

c. Buat jadwal latihan kegiatan ibadah

10. Latih mengontrol perilaku kekerasan dengan patuh meminum obat:

a. Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar (benar nama

pasien, benar nama obat, benar cara minum obat, benar waktu minum obat,

dan benar dosis obat) disertai penjelasan guna obat dan akibat berhenti

minumm obat.

b. Susun jadwal minum obat secara teratur.

11. Ikutsertakan pasien dalam Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi men-

gontrol prilaku kekerasan.

Setrategi Pelaksanaan

 SP Ip

1. Mengidentifikasi penyebab PK2. Mengidentifikasi tanda dan gejala PK3. Mengidentifikasi PK yang dilakukan4. Mengidentifikasi akibat PK5. Menyebutkan cara mengontrol PK6. Membantu pasien mempraktekkan latihan cara mengontrol fisik I7. Menganjurkan pasien memasukkan dalam kegiatan harian

17

 SP IIp

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien2. Melatih pasien  mengontrol PK dengan cara fisik II3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

SP IIIp

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien2. Melatih pasien mengontrol PK dengan cara verbal3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

SP IVp

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien2. Melatih pasien mengontrol PK dengan cara spiritual3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

 SP Vp

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien2. Menjelaskan  cara mengontrol PK dengan minum obat3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

SP 1 : Bina Hubungan saling percaya, identifikasi penyebab perasaan marah, tanda

dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan, akibatnya

serta cara mengontrol secara fisik ke-1.

Orientasi :

“Selamat pagi pak, perkenalkan saya perawat A K, panggil saya A, saya perawat

disini … Nama bapak siapa? Senangnya dipanggil apa?”

“Bagaimana perasaan bapak saat ini? Masih dada perasaan kesal atau marah?”

“Baiklah kita akan berbincang-bincang sekarang tentang perasaan marah Ba-

pak”

“Berapa lama bapak mau berbincnag-bincang?” Bagaimana kalau 20 menit?”

“Dimana enaknya kita duduk untuk berbincang-bincang, pak? Bagaimana kalau

diruang tamu?”

Kerja :

“Apa yang menyebabkan bapak marah? Apakah sebelumnya bapak pernah

18

malah? Terus, penyebabnya apa? Samakah dengan yang sekarang? O …iya, jadi

ada 2 penyebab marah bapak.”

“Pada saat penyebab marah itu ada, seperti Bapak pulang ke rumah dan istri

belum menyediakan makanan (misalnya., ini penyebab marah pasien), apa yang

bapak rasakan?”(tunggu respon pasien)

“Apakah bapak merasakan kesal kemudian dada bapak berdebar-debar, mata

melotot, rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal?”

“Setelah itu apa yang bapak lakukan? O … iya, jadi bapak memukul istri bapak

dan memecahkan piring, apakah dengan cara ini dengan cara ini makanan terhi-

dangkan? Iya, tentu tidak. Apa,kerugian cara yang bapak lakukan? Betul, istri

jadi sakit dan takut, piring-piring pecah. Menurut bapak adakah cara lain yang

lebih baik? Maukah bapak belajar cara mengungkapkan kemarahan dengan baik

tanpa menimbulkan kerugian?”

“Ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan, pak. Salah satunya adalah

dengan cara fisik. Jadi melalui kegiatan fisik disalurkan rasa marah.”

“Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu?”

“Begini pak, kalau tanda-tanda marah tadi sudah bapak rasakan maka bapak

berdiri, lalu tarik napas dari hidung, bagus, tahan sebentar, lalu keluarkanlah

tiup perlahan-lahan melalui mulut seperti mengeluarkan kemarahan. Ayo coba

lagi, tarik dari hidung, bagus …, tahan, dan tiup melalui mulut. Nah, lakukan 5

kali. Bagus sekali, bapak sudah dapat melakukannya. Bagaiman perasaannya?”

“Nah, sebaiknya latihan ini bapak lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-

waktu rasa marah itu muncul bapak sudah terbiasa melakukannya.”

Terminasi :

“Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang tentang kemarahan ba-

pak?”

“Iya jadi ada 2 penyebab bapak marah …(sebutkan) dann yang bapak rasakan

(sebutkan) dan yang bapak lakukan …(sebutkan) serta akibatnya …(sebutkan)

“Coba selama saya tidak ada, ingat-ingat lagi penyebab marah bapak yang lalu.

Jangan lupa latihan napas dalamnya ya pak.. sekarang kita buat jadwal latihan-

nya ya pak, berapa kali sehari bapak mau latihan napas dalam? Jam berapa saja

pak?”

19

“Baik, bagaimana kalau 2 hari lagi saya dating dan kita latihan cara lain untuk

mencegah/mngontrol marah? Tempatnya di rumah bapak saja ya, Selamat pagi!”

SP 2 : Latihan mengontrol prilaku kekerasan secara fisik ke-2

1. Evaluasi latihan napas dalam

2. Latihan cara fiksik ke-2: pukul kasur dan bantal

3. Susun jadwal kegiatan harian cara kedua

Orientasi :

“selamat pagi, pak, sesuai dengan janji saya dua hari yang lalu sekarang saya

dating lagi.”

“Bagaimana perasaan bapak saat ini, adakah hal yang menyebabkan bapak

marah? Apakah latihan napas dalamnya sudah dilakukan? Coba saya lihat jad-

wal kegiatannya. Bagus sekali,

D. Evaluasi

Evaluasi terhadap kemampuan pasien dan keluarga dan kemampuan perawat.

20

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan masalah yang telah kami sampaikan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

Pasien yang mengalami perilaku kekerasan, pasien akan condong menunjukkan tanda-tanda pandangan mata tajam, bibir kasar / dengan nada tinggi, otot tegang, memukul bila tidak tenang dengan memberikan asuhan keperawatan dengan komunikasi terapeutik kepada pasien akan dapat membantu meminimalkan tindakan kekerasan yang terjadi.

Pada saat melakukan asuhan keperawatan pada pasien perilaku kekerasan masalah yang sering didapatkan yaitu melakukan komunikasi terapeutik, menciptakan hubungan terapeutik, sikap jujur, sabar dan terbuka, sangat tepat diterapkan dalam rangka membina hubungan saling percaya dengan pasien

B. Saran

Bagi perawat diperlukan pendekatan yang optimal pada klien dengan masalah perilaku kekerasan untuk memberikan perawatan secara optimal agar klien dapat melakukan marah secara asertif dan dapat mengontrol emosinya saat marah

Bagi institusi rumah sakit untuk menunjang keberhasilan keperawatan klien dengan perilaku kekerasan perlu ditingkatkan lagi hubungan kerja sama antara pihak rumah sakit dan keluarga dalam perawatan klien baik di rumah sakit maupun sudah pulang di rumah

Bagi keluarga diharapkan memberik motivasi kepada klien dengan perilaku kekerasan dengan cara inilah rasa optimisme dan perasaan positif terhadap diri sendiri ataupun orang lain akan muncul sehingga pasien dapat mengontrol emosinya saat marah

Bagi institusi pendidikan agar senantiasa mengembangkan sayap melalui secara aktual dalam menyelesaikan masalah klien dengan perilaku kekerasan

21