45

PERENCANAAN, PENGEMBANGAN, DAN SAFETY ...digital.library.ump.ac.id/116/1/FULL TEXT.pdfvi Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA vii bahkan acara makan-makan

  • Upload
    others

  • View
    42

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERENCANAAN, PENGEMBANGAN, DAN SAFETY ...digital.library.ump.ac.id/116/1/FULL TEXT.pdfvi Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA vii bahkan acara makan-makan
Page 2: PERENCANAAN, PENGEMBANGAN, DAN SAFETY ...digital.library.ump.ac.id/116/1/FULL TEXT.pdfvi Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA vii bahkan acara makan-makan

iPerencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA

PERENCANAAN, PENGEMBANGAN, DAN SAFETY LABORATORIUM IPA

Page 3: PERENCANAAN, PENGEMBANGAN, DAN SAFETY ...digital.library.ump.ac.id/116/1/FULL TEXT.pdfvi Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA vii bahkan acara makan-makan

ii iiiSisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA

Sisunandar, Ph.D

PERENCANAAN, PENGEMBANGAN, DAN SAFETY LABORATORIUM IPA

Page 4: PERENCANAAN, PENGEMBANGAN, DAN SAFETY ...digital.library.ump.ac.id/116/1/FULL TEXT.pdfvi Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA vii bahkan acara makan-makan

iv vSisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA

Pengantar Penulis

Laboratorium merupakan salah satu fasilitas utama di

sekolah atau universitas dimana seluruh siswa melakukan

aktivitasnya guna memecahkan suatu masalah atau sekedar

mengulangi eksperimen yang pernah dilakukan orang dengan

menggunakan pendekatan saintifik. Dengan adanya fasilitas

tersebut maka sekolah menjadi tempat yang menyenangkan bagi

siswa. Salah satu laboratorium yang sangat penting dimiliki dan

dikembangkan oleh sekolah adalah laborartorium IPA (sains).

Namun demikian, pengembangan dan pengelolaan labora-

torium IPA di Indonesia masih sangat terbatas. Meskipun hampir

semua sekolah menengah di Indonesia telah memiliki laboratorium

IPA tetapi peralatan yang dimiliki masih terbatas, bahkan mayoritas

peralatan masih ketinggalan jaman. Hal yang menggembirakan

saat ini adalah mulai adanya kesadaran dari para guru IPA

untuk menggunakan laboratorium, sebagai sarana pembelajaran,

namun kegiatan yang dilakukan di dalam laboratorium masih

sangat terbatas dalam mengembangkan kemampuan analisis

dan pemecahan masalah bagi siswa. Lebih-lebih masih banyak

ditemukan anggapan laboratorium adalah fasilitas pelengkap di

sekolah sehingga jika ada kegiatan seperti pertemuan guru, seminar

PERENCANAAN, PENGEMBANGAN, DANSAFETY LABORATORIUM IPA

Penulis

Sisunandar, Ph.D

Editor

Arifin Suryo Nugroho

Desain Cover

Marjeck

Tata Aksara

Dimaswids

Cetakan I: November 2015

Penerbit

PUSTAKA PELAJARCeleban Timur UH III/548 Yogyakarta 55167

Telp. 0274 381542, Faks. 0274 383083

E-mail: [email protected]

Bekerja sama dengan

UM Purwokerto Press

ISBN:

Page 5: PERENCANAAN, PENGEMBANGAN, DAN SAFETY ...digital.library.ump.ac.id/116/1/FULL TEXT.pdfvi Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA vii bahkan acara makan-makan

vi viiSisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA

bahkan acara makan-makan masih dilakukan di laboratorium. Hal

tersebut dapat menimbulkan dampak kesehatan dan keselamatan

kerja yang kurang baik bagi orang yang melakukannya.

Kesehatan dan keselamatan kerjadi laboratorium (safety lab)

menjadi hal dasar yang HARUS diperhatikan sebelum seseorang

masuk dan melakukan kegiatan di laboratorium. Peraturan di

laboratorium yang otoriter dan berbunyi HARUS dan TIDAK

PERNAH juga wajib disosialisasikan dengan baik kepada pihak

pengguna. Pemahaman yang bagus tentang kesehatan dan

keselamatan kerja oleh para kepala laboratorium juga sangat di-

butuhkan dalam menegakkan aturan dan memastikan para

pengguna bisa bekerja dengan aman dan selamat.

Buku ini menguraikan secara detail perencanaan dan

pengembangan laboratorium IPA, desain laboratorium, pedoman

safety dengan bahan kimia, bahan biologi maupun fire safety. Semoga

buku ini bisa dimanfaatkan oleh para pengelola laboratorium IPA,

para siswa maupun mahasiswa yang akan bekerja di laboratorium

IPA maupun para pengguna laboratorium IPA pada umumnya.

Penulis menghaturkan terima kasih kepada seluruh jajaran

pimpinan Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Rektor dan

para Wakil Rektor, Dekan FKIP, Ketua Program Studi Pendidikan

Biologi, dan Penerbit Pustaka Pelajar bekerja sama dengan UM

Purwokerto Press yang telah menerbitkan naskah buku ini.

Purwokerto, Oktober 2015

Sisunandar

Daftar Isi

Pengantar Penulis

Daftar Isi

Daftar Tabel

Daftar Gambar

BAB I PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN LABORATORIUM IPA

A. Pendahuluan

B. Peran Laboratorium dalam Pengajaran IPA

C. Persepsi Guru terhadap Peranan Laboratorium dalam

Pengajaran IPA

D. Arah pengembangan Laboratorium IPA Abad 21

BAB II DESAIN LABORATORIUM IPA

A. Pendahuluan

B. Standar Laboratorium Sains

C. Standar Ruang Persiapan (Preparation Room)D. Perabotan dan Peralatan Laboratorium

BAB III PEDOMAN UMUM SAFETY DI LABORATORIUM

A. Pendahuluan

B. Peraturan Umum Keselamatan Kerja di Laboratorium

1. Makan, Minum dan Merokok .. 23

Page 6: PERENCANAAN, PENGEMBANGAN, DAN SAFETY ...digital.library.ump.ac.id/116/1/FULL TEXT.pdfvi Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA vii bahkan acara makan-makan

viii ixSisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA

2. Alat Pelindung Diri (Personal Protection Equipments /PPE)

BAB IV BEKERJA DENGAN BAHAN KIMIA

A. Pendahuluan

B. Safety dengan Bahan Kimia

1. Cara Bahan Kimia Masuk ke dalam Tubuh

2. Cara Bekerja dengan Bahan Kimia secara Aman

3. Cara Penyimpanan Bahan Kimia

a. Symbol Bahan Kimia

b. Lokasi Penyimpanan

C. Material Safety Data Sheets (MSDS) atau Lembar Data

Keselamatan Bahan

D. Prosedur Penanganan Limbah

BAB V BEKERJA DENGAN BAHAN BIOLOGI

A. Pendahuluan

B. Klasifikasi laboratorium yang Bekerja dengan Bahan

Biologi

1. Laboratorium Level 1 - Biosafety Dasar

2. Laboratorium Level 2 - Biosafety Dasar

3. Laboratorium Level 3 - Biosafety Khusus

4. Laboratorium Level 4 - Biosafety Maksimum

BAB VI FIRE SAFETY

A. Sumber Api

B. Penyimpanan Bahan Kimia Mudah Terbakar

C. Aturan Keselamatan Kerja

D. Alat Pemadam Kebakaran

E. Prosedur Penyelamatan

BAB VII PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

BIODATA PENULIS

DAFTAR TABEL

4.1 Jenis bahan yang disimpan di ruang terbuka dan ketentuan

maksimum untuk setiap bahan bagi setiap ruang laboratorium

berukuran 50 m2 (OHS The University of Queensland,

2010).

6.1 Tanda dan klasifikasi api berdasarkan British Standard(The

University of Cambridge London Fire Officer, 2011)

Page 7: PERENCANAAN, PENGEMBANGAN, DAN SAFETY ...digital.library.ump.ac.id/116/1/FULL TEXT.pdfvi Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA vii bahkan acara makan-makan

x xiSisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA

DAFTAR GAMBAR

2.1 Denah laboratorium Fisika yang banyak digunakan di Hong

Kong (Education Department, 1995)

2.2 Denah laboratorium kimia yang banyak digunakan di Hong

Kong (Education Department, 1995)

2.3 Denah laboratorium biologi yang banyak digunakan di Hong

Kong (Education Department, 1995)

2.4 Denah laboratorium sains yang direkomendasikan oleh

asosiasi guru sains nasional untuk digunakan di sekolah

menengah di USA (Biehle et al., 1999)

2.5 Denah laboratorium yang dapat digunakan oleh guru untuk

melakukan demonstrasi ataupun praktikum berkelompok di

USA (National Research Council, 2006)

2.6 Denah laboratorium yang banyak digunakan di sekolah

menengah di Inggris (Piggott, 2011)

2.7 Semua udara yang masuk ke dalam laboratorium harus

sebanding dengan semua udara yang keluar dari laboratoium

(TSI Incorporated, 2010)

2.8 Ruang persiapan yang juga berfungsi sebagai ruang

penyimpanan yang diletakkan di antara dua laboratorium

sehingga memudahkan akses ke dalam ruang persiapan (Motz

et al., 2007).

2.9 Beberapa model desain ruang persiapan dan penyimpanan

serta tata letak perabot yang dibutuhkan di dalam ruang

persiapan (Piggott, 2010)..

2.10 Jarak aman bagi siswa untuk beraktivitas. Ukuran dalam

milimeter (Piggott, 2011)

2.11 Tata letak meja dan kursi yang kurang bagus (atas) dan tata

letak yang direkomendasikan untuk memudahkan guru

mengawasi aktivitas seluruh siswa (Piggott, 2011)..

2.12 Diagram tampak muka lemari asam (Education Department,

1995) dan gambar lemari asam yang umum digunakan

laboratorium IPA (Piggott, 2011)

3.1 Tanda dilarang merokok, makan dan minum selama berada

di dalam laboratorium yang harus tertempel di ruang

laboratorium..

3.2 Jas lab dan sepatu tertutup harus selalu digunakan jika berada

di dalam ruangan laboratorium (Laboratory and Chemical

Safety Committee, 2012)..

3.3 Kaca mata pengaman (safety glasses; kiri), goggles (tengah)

dan face shields (kanan) merupakan pelindung mata dengan

proteksi yang khusus (Laboratory and Chemical Safety

Committee, 2012)..

3.4 Beberapa jenis sarung tangan yang sering digunakan di

laboratorium seperti disposable latex gloves, disposable

nitrile gloves, nitrile gloves, autoclave gloves dan cryogenic

gloves (searah jarum jam; Laboratory and Chemical Safety

Committee, 2012).

3.5 Masker bedah yang umum digunakan untuk melindungi

pernafasan dari mikroorganisme (kiri), N-95 yang dapat

digunakan untuk melindungi pernafasan dari debu dan

mikroorganisme (tengah) serta air purifying respirator yang

dapat digunakan untuk melindungi pernafasan dari berbagai

partikel, gas maupun uap (kanan; Laboratory and Chemical

Safety Committee, 2012)

Page 8: PERENCANAAN, PENGEMBANGAN, DAN SAFETY ...digital.library.ump.ac.id/116/1/FULL TEXT.pdfvi Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA vii bahkan acara makan-makan

xii xiiiSisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA

4.1 Symbol bahan kimia dari NFPA (kiri) dan symbol dari HMIS

(kanan) (Laboratory and Chemical Safety Committee, 2012)

4.2 Symbol bahan kimia dari Eropean Union. Dari kiri ke kanan

: korosif; mudah terbakar; oksidatif; mudah meledak (atas):

berbahaya; iritan; beracun; toksik bagi lingkungan (bawah)

(Laboratory and Chemical Safety Committee, 2012)

4.3 Symbol bahan kimia dari pemerintah Canada. Dari kiri ke

kanan, tabung gas dan aerosol; Mudah terbakar; oksidatif;

sangat beracun (atas). Beracun; biohazard; korosif; reaktif

(Laboratory and Chemical Safety Committee, 2012)

4.4 Simbol yang diusulkan oleh United Nations untuk dipakai

secara global oleh seluruh perusahaan kimia. Dari kiri ke

kanan: mudah terbakar; berbahaya; oksidatif; beracun terhadap

lingkungan; korosif; tabung gas; mudah meledak; berbahaya

bagi kesehatan manusia; sangat beracun (Laboratory and

Chemical Safety Committee, 2012)

4.5 Kompatibilitas penyimpanan bahan kimia. Bahan kimia

kelompok tertentu tidak boleh disimpan ditempat yang

sama dengan kelompok bahan kimia yang tidak kompatibel.

(OHS The University of Queensland, 2010). S1: dipisahkan

dengan jarak 3 m atau lebih dengan ventilasi yang baik. S2:

Dipisahkan dengan jarak 5 m atau lebih; S3: dipisahkanjarak

3 m untukPGIII atau 5m untuk PG II. S4:Harus ditempatkan

diruang terpisah. A dan B: umumnya kompatible tetapi harus

dicek MSDS untuk memastikannya;C. harus dipisahkan

minimal 3 (lebih lanjut lihat http://education.qld.gov.au/

health/pdfs/healthsafety/guideline-managing-chemicals.pdf)

4.6 Tanda dilarang menyimpan bahan yang mudah terbakar atau

makanan dan minuman yang harus ditempel dipintu kulkas

4.7 Tanda yang harus tertera pada bahan yang bersifat racun atau

karsinogen

4.8 Contoh MSDS bahan kimia 2,4-dichlorophenoxy acetic acid

(2,4-D), salah satu zat pengatur tumbuh auksin yang banyak

digunakan di laboratorium

4.9 Contoh lembar data keselamatan bahan dalam bahasa

Indonesia

5.1 Symbol biohazard yang harus ditempel didepan pintu

laboratorium yang bekerja dengan makluk hidup

5.2 Model laboratorium biosfatey level 1 (WHO, 2004)

5.3 Model laboratorium biosfatey level 2 yang menyediakan

autoklaf di luar laboratorium (WHO, 2004)

5.4 Model laboratorium biosafety level 3 yang memiliki double

pintu, autoklaf yang tersedia di dalam laboratorium serta

udara dengan aliran ke arah dalam laboratirum (WHO, 2004)

6.1 Symbol bahan cair mudah terbakar, bahan padat mudah

terbakar, dapat terbakar secara spontan dan bahan yang dapat

terbakar jika kontak dengan air

6.2 Aplikasi tabung pemadam kebakaran sangat tergantung

dari bahan sumber kebakaran (The University of Cambridge

London Fire Officer, 2011)

Page 9: PERENCANAAN, PENGEMBANGAN, DAN SAFETY ...digital.library.ump.ac.id/116/1/FULL TEXT.pdfvi Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA vii bahkan acara makan-makan

xiv 1Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA

Bab I

PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN LABORATORIUM IPA

A. Pendahuluan

Sains adalah ilmu yang mempelajari fenomena-fenomena alam

berdasarkan observasi dan eksperimen secara ilmiah. Hampir

semua orang percaya bahwa laboratorium memiliki peran

yang sangat penting dalam pendidikan sains. Di dalam laboratorium,

siswa dapat melakukan kegiatan penelitian, pengamatan dan

berbagai aktivitas lainnya sehingga pemahaman siswa terhadap

materi pembelajaran menjadi lebih baik. Oleh karena itu di dalam

Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia No 19 tahun 2005

tentang Standar Pendidikan Nasional pasal 42 ayat 2 mewajibkan

setiap sekolah untuk memiliki laboratorium guna menun jang proses

pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Bunyi pasal tersebut

adalah:

“(2) Setiap satuan pendidikan wajid memiliki sarana yang

meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuanpendidikan,

ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang

laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang

kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat

Page 10: PERENCANAAN, PENGEMBANGAN, DAN SAFETY ...digital.library.ump.ac.id/116/1/FULL TEXT.pdfvi Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA vii bahkan acara makan-makan

2 3Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA

beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi, danruang/

tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses pem-

belajaran yang teratur dan berkelanjutan”.

Disamping sekolah wajib memiliki laboratorium, Sekolah juga

diwajibkan untuk memiliki peralatan dengan jenis dan jumlah yang

sesuai dengan rasio jumlah siswa. Dalam PP No.19 tahun 2005 pasar

43 ayat 1 dan 2 dinyatakan bahwa:

“(1) Standar keragaman jenis peralatan laboratorium ilmu

pengetahuan alam (IPA), laboratorium bahasa, laboratorium

komputer, dan peralatan pembelajaran lain pada satuan

pendidikandinyatakan dalam daftar yang berisi jenis minimal

peralatan yang harus tersedia. (2) standar jumlah peralatan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan dalama rasio

minimal jumlahperalatan per peserta didik”.

Meskipun pemerintah, sekolah maupun pendidik menyadari

betapa pentingnya peranan laboratorium dalam menunjang pen-

didikan, namun kondisi laboratorium di banyak sekolah masih

memprihatinkan. Hasil penelitian di salah satu kota di Indonesia

menunjukkan bahwa dukungan semua pihak untuk mengem-

bangkan laboratorium sebagai sarana pembelajaran masih

sangat kurang sehingga sekolah memiliki keterbatasan peralatan

(Sumintono et al., 2010). Disamping masih ditemukan sebagian

sekolah yang tidak memiliki sarana laboratorium sehingga tidak

mematuhi peraturan pemerintah tersebut juga masih banyak

sekolah yang telah memiliki laboratorium namun pemanfaatannya

masih sangat minim (www.neraca.co.id, 24 september 2012).

Ada juga yang melaporkan bahwa meskipun sekolah memiliki

laboratorium tetapi tidak digunakan untuk kegiatan pengajaran IPA

(Sumintono et al., 2010). Meskipun banyak juga sekolah yang telah

memanfaatkan laboratorium sebagai tempat pembelajaran namun

apakah pemanfaatan tersebut telah efektif untuk meningkatkan

pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran juga masih jarang

untuk dievaluasi (Russel and Weaver, 2008).

B. Peran Laboratorium dalam Pengajaran IPA

Di dalam Pengajaran IPA materi pembelajaran dapat diungkap-

kan melalui pengajaran tentang fakta, teori maupun prinsip tentang

hukum alam (Sumintono et al., 2010). Pengajaran ini umumnya

dilakukan dengan cara siswa mempelajari buku teks di kelas secara

klasikal. Pengajaran model ini merupakan kecenderungan umum

kurikulum sains di Negara berkembang termasuk Indonesia.

Dalam model yang umum diterapkan di negara maju, peng-

ajaran sains dilakukan melalui pengembangan kemampuan siswa

dalam memecahkan maalah sains melalui metode ilmiah. Kegiatan

pengajaran umumnya dilakukan di laboratorium dengan melibatkan

peralatan dan bahan yang dibutuhkan. Kegiatan praktikum di

laboratorium telah dibuktikan mampu meningkatkan sikap kritis,

ketrampilan proses sains maupun sikap ilmiah siswa.

Istilah laboratorium sekolah (lab) dan praktikum sering

digunakan dalam pendidikan, namun definisi yang tepat masih

jarang ditemukan. Pada umumnya lab atau praktikum didefinisikan

sebagai suatu aktivitas secara luas tentang kegiatan siswa berinteraksi

dan suatu bahan untuk mengobservasi dan memahami fenomena

alam (Hofstein and Mamlok-Naaman, 2007). Sudah bertahun-tahun

para pelaku pendidikan percaya bahwa sains tidak dapat berarti

apa-apa tanpa adanya kegiatan praktikum di laboratorium sekolah.

Banyak kegiatan di laboratorium dirancang untuk dilakukan

secara individu, sementara kegiatan lain dirancang untuk dilakukan

secara berkelompok dalam group yang kecil ataupun dalam group

yang besar melalui demonstrasi.

Peranan guru dalam melakukan kegaitan laboratorium juga

bervariasi mulai dari kegiatan yang berorientasi kepada guru

ataupun kegiatan yang terbuka dan berorientasi kepada sisiwa. Oleh

karena itu berdasarkan orientasi dan tingkat kesulitannya, kegiatan

praktikum di laboratorium biasa dibagi menjadi 4 level, yaitu

Page 11: PERENCANAAN, PENGEMBANGAN, DAN SAFETY ...digital.library.ump.ac.id/116/1/FULL TEXT.pdfvi Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA vii bahkan acara makan-makan

4 5Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA

Level 0: permasalahan, metode pemecahan masalah dan cara

menginterpretasikan kegiatan praktikum telah diberikan

dengan jelas di buku petunjuk praktikum ataupun buku

teks. Dalam hal ini siswa hanya melakukan observasi atau

pengalaman terhadap suatu fenomena. Pada level ini siswa

juga dapat belajar menguasai teknik tertentu

Level 1: Petunjuk praktikum mengungkapkan permasalahan dan

cara kerja sedangkan cara menginterprestasikan hasil tidak

diberikan sehingga siswa dapat menemukan hubungan

suatu fenomena yang tidak diketahui sebelumnya dari

buku teks

Level 2: Petunjuk praktikum hanya mengungkapkan problem yang

ingin dipecahkan, sedangkan metode dan pemecahan

masalah dibiarkan terbuka sehingga memacu siswa men-

jadi lebih kreatif

Level 3: Siswa hanya dikonfrontasikan dengan suatu fenomena ,

tetapi problem, metode dan pemecahan masalahnya tidak

diberikan.

Tentu saja kegiatan pada level 0 dan 1 akan memberikan

pengalaman yang lebih banyak kepada siswa dibandingkan dengan

level 2 dan 3, namun sisiwa perlu memiliki kemampuan untuk

bertanya dan mengembangkan rencana penelitian sehingga kegiat-

an praktikum sangat diharapkan mulai ditingkatkan dari level

0 sampai level 3 secara bertahap. Oleh karena itu pengembangan

kegiatan pembelajaran laboratorium harus dilakukan secara ber-

tingkat sesuai dengan kemampuan siswa. Dengan demikian ke-

giatan laboratorium akan memberikan makna yang lebih dalam

bagi siswa dibandingkan pembelajaran yang hanya mementingkan

hafalan fakta dan teori.

Meskipun banyak penelitian yang menunjukkan bahwa

kegiatan laboratorium dapat meningkatkan pemahaman siswa ter-

hadap sains, memberi pengalaman praktis maupun sikap ilmiah

bagi para siswa (Hofstein and Mamlok-Naaman, 2007; Kipniz and

Hofstein, 2007; Russel and Weaver, 2008; Singer et al., 2006), namun

beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa kegiatan praktikum

kurang produktif dan membingungkan karena sering dilakukan

tanpa pemikiran matang tentang tujuan dari kegiatan tersebut

(Hofstein and Mamlok-Naaman, 2007). Oleh karena itu agar kegiatan

laboratorium menjadi lebih bermakna maka sangat disarankan

agar siswa diberi keleluasaan dalam memanipulasi alat dan bahan

(level 2 dan 3) agar dapat membantu pengetahuan mereka dalam

memahami konsep sains (Hofstein and Mamlok-Naaman, 2007).

C. Persepsi Guru terhadap Peranan Laboratorium dalam Pengajaran IPA

Meskipun hampir seluruh guru percaya bahwa laboratorium

memiliki peran yang sangat penting dalam pengajaran IPA. Hasil

penelitian Sumintono et al., 2010, menunjukkan bahwa hampir

seluruh guru (97%) percaya bahwa praktek laboratorium merupakan

bagian dari pelajaran IPA. Hampir seluruh guru percaya bahwa

dengan praktikum siswa mampu menemukan fakta dan prinsip

dalam sains, mampu memecahkan masalah, membantu siswa

berpikir kritis serta mampu meningkatkan kemampuan kerjasama

antar siswa.

Dalam pelaksanaannya, kegiatan praktikum di laboratorium

masih memiliki banyak kendala. Hampir 75% dari guru hanya

melakukan praktikum kurang dari 5 kali setiap semesternya. Hampir

60% guru menyatakan bahwa peralatan dan bahan praktikum

merupakan kendala utama dalam pelaksanaan kegiatan, meskipun

sebagian guru (19%) menyatakan ruangan laboratorium yang

terbatas dan 12% guru menyatakan tidak adanya laboran menjadi

kendala utama (Sumintono et al., 2010).

Praktikum di laboratorium juga dapat menjadi kurang efektif

karena kemampuan guru dalam mengelola kegiatan praktikum

masih rendah. Hal ini terbukti dengan adanya guru yang menya-

takan bahwa hasil praktikum yang gagal (24 %) ataupun kelas

Page 12: PERENCANAAN, PENGEMBANGAN, DAN SAFETY ...digital.library.ump.ac.id/116/1/FULL TEXT.pdfvi Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA vii bahkan acara makan-makan

6 7Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA

tidak terkendali (39%). Bahkan, evaluasi kegiatan praktikum hanya

dilakukan dengan melihat laporan hasil praktikum (40%) maupun

test tertulis (22%; Sumintono et al., 2010).

D. Arah Pengembangan Laboratorium IPA Abad 21

Hampir semua pendidik percaya bahwa laboratorium me-

rupakan sarana utama dalam meningkatkan pemahaman siswa.

Bahkan di US, laboratorium telah dikenalkan kepada siswa sejak

tingkat taman kanak-kanak (preschool) dengan tujuan memberi

kesempatan kepada seluruh siswa agar terbiasa dengan dan

benda-benda di lingkungan sekitar (National_Science_Teachers_

Assosiation, 2007). Pada level yang lebih tinggi (sekolah dasar), para

siswa sudah mulai diperkenalkan untuk melakukan penelitian,

bertanya, menganalisis hasil penelitian, berdebat tentang bukti-bukti

yang ditemukan, membangun pengertian tentang konsep science

dan mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Pada tingkatan

sekolah menengah, kegiatan di laboratorium dilakukan setiap

minggu , mengumpulkan data setiap minggu dan mempresentasikan

hasilnya (National_Science_Teachers_Assosiation, 2007).

Di dalam memasuki abad 21, pengajaran IPA harus di

Indonesia harus lebih memfokuskan kegiatan kepada para peserta

didik dan bukan pada guru dan focus pada pengetahuan dan bukan

hafalan. Kegiatan laboratorium harus berorientasi ke masa depan

sehingga kegiatan laboratorium harus memiliki tujuan mampu

mendukung melahirkan generasi peneliti dan teknisi yang handal di

masa depan. Kegiatan laboratorium tersebut harus bertujuan untuk:

1. meningkatkan kemampuan siswa dalam menguasai

bahan ajar

2. mengembangkan pemikiran dengan alasan yang

rasional dan ilmiah

3. memahami kompleksitas suatu fenomena

4. mengembangkan ketampilan praktis

5. memahami sains

6. merangsang siswa untuk tertarik dalam bidang sains

7. mengembangkan kemampuan bekerja kelompok.

Kegiatan laboratorium yang mampu mencapai tujuan-tujuan

tersebut membutuhkan kesiapan tenaga pendidik dan sekolah untuk

menyediakan kegiatan praktikum yang mumpuni. Hal ini hanya

dapat dilakukan jika suatu sekolah telah mapan dengan tenaga

pendidik yang terlatih. Akan tetapi jika kondisi suatu Negara atau

sekolah tidak memungkinkan memiliki laboratorium yang ideal,

maka alternatif –alternatif untuk melakukan kerja di laboratorium

dapat diganti tanpa harus meninggalkan kegiatan eksplorasi dengan

hal-hal sebagai berikut:

1. Guru melakukan demonstrasi suatu percobaan

dan merekam nya. Kemudian video tersebut dapat

ditunjukkan kepada siswa pada waktu yang tepat. Pada

saat ini siswa lebih menyukai menonton video dari pada

melakukan pekerjaan penelitian sendiri. Meskipun

teknik ini memerlukan banyak biaya pada awalnya,

namun investasi tersebut hanya dilakukan sekali dan

dapat digunakan berkalikali tanpa harus mengeluarkan

biaya kembali.

2. Beberapa kegiatan laboratorium tidak mungkin

dilakukan karena biayanya yang mahal dan waktu

yang lama misalnya dalam bidang rekayasa genetika,

tidak memungkinkan misal nya struktur dan anatomi

manusia, berbahaya misalnya meng gunakan asam atau

basa kuat dll., maka kegiatan laboratorium dapat diganti

dengan simulasi komputer. Yang perlu dilakukan oleh

sekolah hanya membeli software dan menggunakannya

bersama-sama dengan siswa sehingga siswa memiliki

pemahaman yang lebih baik tanpa harus mengeluarkan

biaya yang besar.

3. Beberapa website juga menyediakan laboratorium

virtual yang bisa diakses secara gratis sehingga para

Page 13: PERENCANAAN, PENGEMBANGAN, DAN SAFETY ...digital.library.ump.ac.id/116/1/FULL TEXT.pdfvi Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA vii bahkan acara makan-makan

8 9Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA

pendidik dan siswa dapat melakukan kegiatan secara

bersama-sama. Website tersebut antara lain: http://

learn.genetics.utah.edu; www.khanacademy.org atapun

http://ocw.mit.edu/courses/.

Bab II

DESAIN LABORATORIUM IPA

A. Pendahuluan

Hampir semua pelaku pendidikan percaya bahwa untuk

belajar sains, siswa membutuhkan pengalaman melakukan kegiatan

penelitian dan pengamatan secara langsung. Dengan melakukan

aktivitas tersebut maka pemahaman siswa terhadap sains menjadi

lebih baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir semua

guru IPA di Indonesia percaya bahwa praktikum di laboratorium

merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pelajaran

sains (Sumintono et al., 2010). Oleh karena itu di dalam Peraturan

Pemerintah (PP) Republik Indonesia No 19 tahun 2005 tentang

Standar Pendidikan Nasional pasal 42 ayat 2 mewajibkan setiap

sekolah untuk memiliki laboratorium guna menunjang proses

pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.

Hasil survey yang dilakukan di Kabupaten Purbalingga Jawa

Tengah menunjukkan bahwa hampir semua sekolah mene ngah

pertama maupun sekolah menengah atas telah memiliki labora-

torium sains. Namun laboratorium yang ada masih banyak yang

belum sesuai dengan kebutuhan. Hampir seluruh guru IPA di

sekolah menyatakan bahwa kondisi laboratorium mereka masih

perlu diperbaiki guna meningkatkan kualitas layanan kepada para

siswa. Jumlah peralatan dan bahan praktikum juga masih kurang

Page 14: PERENCANAAN, PENGEMBANGAN, DAN SAFETY ...digital.library.ump.ac.id/116/1/FULL TEXT.pdfvi Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA vii bahkan acara makan-makan

10 11Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA

sehingga sedikit mengganggu jalannya praktikum yang mereka

selenggarakan hanya 2 – 5 kali setiap semesternya.

Salah satu kendala yang dihadapi dalam pengembangan

laboratorium sebagai sumber belajar sains bagi para siswa adalah

laboratorium sekolah yang dibangun kurang memperhatikan

desain laboratorium yang baik. Laboratorium adalah investasi

yang mahal dan diharapkan bisa difungsikan untuk jangka waktu

yang sangat lama. Desain laboratorium yang kurang baik akan

berpengaruh terhadap kurang baik terhadap aktivitas guru, laboran

maupun para siswa yang bekerja di laboratorium (Piggott, 2011).

Oleh karena itu komunikasi yang baik antara arsitek bangunan,

desiner laboratorium, pengembang dengan guru sains dan para

laboran merupakan hal yang sangat penting dalam membangun

sebuah laboratorium dengan standar tinggi untuk pendidikan dan

pengajaran.

Kendala lain yang dihadapi adalah belum adanya standar

laboratorium yang ditetapkan secara nasional yang bisa dijadikan

acuan bagi sekolah apabila akan memperbaiki kondisi laboratorium

ataupun membangun laboratorium yang baru. Buku ini bukan

merupakan dokumen keputusan pemerintah tentang desain standar

laboratorium sekolah, namun isi dari buku ini dapat digunakan

sebagai referensi apabila sekolah akan membangun atau merenovasi

laboratorium agar menjadi lebih optimal dalam memberi layanan

bagi para siswa.

B. Standar Laboratorium Sains

Desain suatu laboratorium harus memenuhi tiga sayarat,

yaitu kesehatan dan keamanan kerja, rasa nyaman dan efisien

energi (TSI Incorporated, 2010). Laboratorium harus didesain

untuk memenuhi keamanan dan kesehatan kerja bagi orang-orang

yang bekerja di laboratorium tersebut. Banyak bahan-bahan kimia

atau bahan bahan biologi yang berbahaya dan digunakan dalam

kegiatan laboratorium. Oleh karena itu keamanan dan keselamatan

kerja harus menjadi prioritas utama. Kenyamanan laboratorium

juga harus menjadi perhatian karena laboratorium yang pengap

dan panas karena kurang udara juga dapat mengganggu kesehatan

para pekerja disamping tidak membuat betah para pekerja. Oleh

karena itu laboratorium harus memiliki ventilasi yang baik sehingga

membuat para pekerja menjadi nyaman.

Standar laboratorium berikut dapat digunakan sebagai

referensi dalam mendesain laboratorium sains.

1. Ukuran dan Lokasi

Ruangan laboratorium sebaiknya berbentuk persegi empat

atau yang mendekati dengan ukuran tertentu. Standar yang berlaku

di Inggris menyebutkan bahwa setiap siswa membutuhkan ruang

seluas sekitar 3 m2. Oleh karena itu ukuran standar laboratorium

yang diperuntukkan bagi 30 siswa seluas 90 m2 dengan rasio

perbandingan panjang dan lebar antara 1: 0,8 atau 1: 1,1 (Piggott,

2011). Departemen pendidikan Hong Kong mewajibkan setiap

laboratorium sains memiliki ukuran sekitar 120 m2 dengan lebar

minimal dari 7 m di setiap sisinya (Gambar 2.1 - 2.3; Education

Department, 1995).

Ruang laboratorium sebaiknya tidak memiliki pilar (tiang)

di tengahnya sehingga pemandangan guru tidak terganggu. Setiap

laboratorium wajib memiliki ruang persiapan (preparation room)

yang dapat digunakan untuk menyiapkan kegiatan praktikum,

perbaikan peralatan maupun penyimpanan alat dan bahan. Satu

ruang persiapan dapat digunakan untuk satu atau dua laboratorium

yang berdekatan. Ruang persiapan disarankan memiliki ukuran

sekitar 45 m2 (Education Department, 1995).

Page 15: PERENCANAAN, PENGEMBANGAN, DAN SAFETY ...digital.library.ump.ac.id/116/1/FULL TEXT.pdfvi Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA vii bahkan acara makan-makan

12 13Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA

Gambar 2.1 Denah laboratorium Fisika yang banyak digunakan di Hong Kong

(Education Department, 1995).

Gambar 2.2 Denah laboratorium kimia yang banyak digunakan di Hong Kong

(Education Department, 1995).

Page 16: PERENCANAAN, PENGEMBANGAN, DAN SAFETY ...digital.library.ump.ac.id/116/1/FULL TEXT.pdfvi Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA vii bahkan acara makan-makan

14 15Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA

Gambar 2.3 Denah laboratorium biologi yang banyak digunakan di Hong Kong

(Education Department, 1995).

Lokasi laboratorium sangat disarankan untuk berdekatan satu

dengan yang lain sehingga memudahkan administrasi dan penge-

lolaannya. Apabila banguna laboratorium bertingkat, maka tempat

penyimpanan bahan kimia atau laboratorium kimia perlu mendapat

perhatian khusus. Laboratorium tersebut harus ditempat kan pada

bagian paling atas untuk menjaga bahaya gas atau debu yang keluar

dari bahan kimia atau lemari asam.

Gambar 2.4 Denah laboratorium sains yang direkomendasikan oleh asosiasi guru sains nasional untuk

digunakan di sekolah menengah di USA (Biehle et al., 1999).

Denah laboratorium yang banyak digunakan di laboratorium

sains di banyak negara sangat bervariasi, tergantung kondisi ekonomi

dan pendidikan yang ada di negara tersebut. Denah laboratorium

Page 17: PERENCANAAN, PENGEMBANGAN, DAN SAFETY ...digital.library.ump.ac.id/116/1/FULL TEXT.pdfvi Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA vii bahkan acara makan-makan

16 17Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA

yang banyak digunakan di Hong Kong seperti laboratorium Fisika,

Kimia maupun Biologi nampak pada Gambar 2.1-2.3. sedangkan

denah laboratorium yang banyak digunakan di US (Gambar 2.4 dan

2.5) dan Inggris dapat dilihat di Gambar 2.6.

Gambar 2.5 Denah laboratorium yang dapat digunakan oleh guru untuk melakukan demonstrasi

ataupun praktikum berkelompok di USA (National Research Council, 2006).

Gambar 2.6 Denah laboratorium yang banyak digunakan di sekolah menengah di Inggris

(Piggott, 2011).

2. Pintu Masuk

Setiap laboratorium sebaiknya memiliki dua pintu masuk

yang berlokasi di ujung ruangan (Education Department, 1995).

Salah satu pintu tersebut harus berfungsi sebagai pintu darurat

yang harus bisa dibuka dari dalam. Semua pintu dan jalan harus

tidak terhalangi dari apapun seperti meja dan kursi sehingga tidak

mengganggu jika terjadi kondisi darurat. Salah satu dari pintu

masuk tersebut sebaiknya merupakan pintu dengan dua daun

pintu sehingga memudahkan akses keluar masuk jika ada peralatan

laboratorium yang berukuran besar.

3. Ventilasi

Laboratorium harus didesain untuk kenyamanan, kesehatan

dan keselamatan kerja. Ruangan laboratorium yang terlalu pengap

dan panas akan menurunkan produktivitas para pekerja di

laboratorium. Oleh karena itu ventilasi yang menjadi tempat keluar

masuknya udara ke dalam laboratorium memiliki peran penting

dalam menjaga suhu laboratorium agar tetap nyaman. Prinsip

dasarnya adalah jumlah udara yang masuk ke dalam laboratorium

harus sama dengan jumlah udara yang keluar dari laboratorium

(Gambar 2.7) atau udara yang masuk ke dalam laboratorium harus

Page 18: PERENCANAAN, PENGEMBANGAN, DAN SAFETY ...digital.library.ump.ac.id/116/1/FULL TEXT.pdfvi Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA vii bahkan acara makan-makan

18 19Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA

keluar sehingga volume udara di dalam laboratorium selalu tetap

atau konstant (TSI Incorporated, 2010).

Gambar 2.7 Semua udara yang masuk ke dalam laboratorium harus sebanding dengan semua udara

yang keluar dari laboratoium (TSI Incorporated, 2010).

C. Standar Ruang Persiapan (Preparation Room)

Ruang persiapan memiliki fungsi mendukung kegiatan

praktikum yang dilakukan di laboratorium. Ruangan ini berfungsi

untuk menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam

kegiatan praktikum, pemeliharaan dan perbaikan peralatan labora-

torium, serta untuk menyimpan bahan-bahan yang telah digunakan.

Apabila ruangan yang sangat terbatas maka ruang preparasi juga

digunakan untuk menyimpan ruang penyimpanan alat dan bahan.

1. Ukuran dan Lokasi

Ruang persiapan sangat dianjurkan memiliki ukuran yang

memadai sebagai tempat menyiapkan praktikum dan menyimpan

alat dan bahan. Rekomendasi umum yang digunakan untuk ruang

preparasi adalah minimal 0,5 m2 per siswa (Piggott, 2011). Jadi kalau

ada dua buah laboratorium masing-masing untuk 30 siswa (90 m2),

maka ruang persiapan memiliki luas minimal 0,5 x 30 siswa x 2 lab =

30 m2. Peruntukan ruang tersebut umumnya 30 % digunakan untuk

area kerja, 40 % untuk penyimpanan alat dan 30 % untuk sirkulasi

(Piggott, 2011).

Ruang persiapan sebaiknya ditempatkan bersebelahan

dengan laboratorium. Jika terdapat dua atau lebih laboratorium,

maka ruang persiapan harus diletakkan pada posisi sentral yang

mudah dijangkau seperti pada Gambar 2.8.

Gambar 2.8 Ruang persiapan yang juga berfungsi sebagai ruang penyimpanan yang diletakkan di

antara dua laboratorium sehingga memudahkan akses ke dalam ruang persiapan (Motz et al., 2007).

2. Peralatan

Ruang persiapan harus didesain secara cermat sehingga

perabot, peralatan dan bahan yang disimpan dapat tertata dengan

baik. Meja pada ruangan ini sebaiknya setinggsi sekitar 90 cm

sehingga memudahkan para laboran atau guru untuk bekerja.

Seeting ruang persiapan dapat dilihat di Gambar 2.9.

Page 19: PERENCANAAN, PENGEMBANGAN, DAN SAFETY ...digital.library.ump.ac.id/116/1/FULL TEXT.pdfvi Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA vii bahkan acara makan-makan

20 21Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA

Gambar 2.9 Beberapa model desain ruang persiapan dan penyimpanan serta tata letak perabot

yang dibutuhkan di dalam ruang persiapan (Piggott, 2010).

D. Perabot dan Peralatan Laboratorium

Beberapa fasilitas yang direkomendasikan harus ada di

laboratorium sains adalah sebagai berikut:

1. Meja dan Kursi

Setiap siswa diharuskan memiliki satu buah kursi yang

ergonomis sehingga tidak menggangu pertumbuhan siswa. Dalam

hal jarak antara meja satu dengan meja yang lain juga harus

mendapat perhatian yang serius agar aktivitas setiap siswa tidak

saling mengganggu (Gambar 2.10) dan memudahkan siswa siswa

untuk bergerak.

Gambar 2.10. Jarak aman bagi siswa untuk beraktivitas. Ukuran dalam milimeter (Piggott, 2011).

Area kerja (meja) yang direkomendasikan untuk digunakan

per siswa adalah adalah minimal 0.36 m2 per siswa (Piggott,

2011). Ketinggian meja yang digunakan oleh siswa sekitar 80 cm.

penempatan meja dan kursi harus diatur sedemikian rupa sehingga

guru bisa mengawasi seluruh aktivitas siswa secara maksimal.

Sangat disarankan agar meja laboratorium tidak disusun berbanjar

ke belakang, tetapi sebaiknya disusun melinkar sehingga guru bisa

mengawasi aktivitasiswa dengan mudah (Gambar11).

2. Meja Demonstrasi

Meja yang digunakan untuk demonstrasi memiliki ketinggian

yang sama dengan meja siswa dan memiliki semua fasilitas seperti

Page 20: PERENCANAAN, PENGEMBANGAN, DAN SAFETY ...digital.library.ump.ac.id/116/1/FULL TEXT.pdfvi Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA vii bahkan acara makan-makan

22 23Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA

air dan listrik. Di tempat ini juga bisa ditempatkan meja untuk

menyimpan laptop atau tas milik guru selama guru melakukan

aktivitas. Di dekat tempat ini juga bisa ditempatkan papan tulis

maupun LCD projector yang dipasang secara permanen untuk

mendukung kegiatan laboratorium.

3. Lemari asam (Fume hood)

Lemari asam (Gambar 2.12) adalah peralatan yang wajib

tersedia di semua laboratorium yang menggunakan bahan kimia.

Lemari asambukanmerupakan alat untuk melindungi para siswa

dan guru dari bahan kimia tetapi hanya merupakan tempat bekerja

jika menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya seperti asam kuat

atau basa kuat.

Gambar 2.11 Tata letak meja dan kursi yang kurang bagus (atas) dan tata letak yang direkomendasikan

untuk memudahkan guru mengawasi aktivitas seluruh siswa (Piggott, 2011).

Lemari asam sebaiknya tidak ditempatkan di sudut labora-

torium atau di dekat pintu masuk utama. Lemari asam juga tidak

boleh ditempatkan di jalan yang banyak dilalui orang. Hal ini karena

orang yang berjalan di muka lemari asam dapat menyebabkan

udara di dalam lemari keluar ke ruang laboratorium. Sistem yang

digunakan dalam mengeluarkan udari dari dalam lemari asam

harus sangat aman sehingga udara yang ada di dalam lemari asam

tidak keluar dan membahayakan orang-orang yang bekerja di

laboratorium.

Lemari asam memiliki ukuran dan bentuk yang beragam

tergantung kepada pabrik yang membuatnya. Hal-hal yang harus

diperhatikan jika memilih lemari asam antara lain bahan yang

digunakan. Sebaiknya meja yang digunakan untuk membuat lemari

asam berasal dari bahan yang tahan asam atau basa kuat. Demikian

pula kipas penghisap (blower) yang digunakan untuk menghisap

udara dari dalam lemari asam dan dikeluarkan ke luar laboratorium.

Saluran udara untuk mengeluarkan udara dari ruang lemari

asam harus dibuat sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu

kesehatan orang di luar laboratorium.

Hal lain yang HARUS selalu menjadi perhatian para pengelola

laboratorium adalah kesalahan umum yang menggunakan lemari

asam sebagai tempat penyimpanan bahan kimia. Sekali lagi perlu

ditegaskan bahwa lemari asam bukan tempat menyimpan bahan

kimia yang berbahaya atau mudah menguap. Penggunaan lemari

asam untuk keperluan tersebut disamping menyalahi aturan, mem-

bahayakan pihak pengguna yang lain, maupun menyebabkan cepat

ausnya lemari asam khususnya blower akibat terjadinya korosi.

Lemari asam harus selalu dijaga kebersihannya.

Page 21: PERENCANAAN, PENGEMBANGAN, DAN SAFETY ...digital.library.ump.ac.id/116/1/FULL TEXT.pdfvi Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA vii bahkan acara makan-makan

24 25Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA

Gambar 2.12. Diagram tampak muka lemari asam (Education Department, 1995) dan gambar lemari

asam yang umum digunakan laboratorium IPA (Piggott, 2011).

4. Lemari tas

Siswa biasanya membawa barang-barang seperti buku atau-

pun tas ke dalam ruang laboratorium. Buku atau tas tersebut tidak

diijinkanuntuk ditempatkan di atas meja kerja atau diletakkan di

atas lantai. Hal ini akan menyebabkan bahaya yang serius serta risiko

terhadap keselamatan yang tinggi. Oleh karena itu tambahan perabot

yang dapat digunakan untuk menyimpan barang-barang tersebut

sangat dibutuhkan untuk kenyamanan kerja di laboratorium. Pada

umumnya perabot tersebut ditempatkan di dekat pintu utama tetapi

tidak mengganggu pintu utama tersebut.5. Listrik

Socket (stop contact/colokan) harus ditempatkan di tempat

yang jauh dari air dengan jumlah yang memadai. Setiap siswa

sebaiknya memiliki satu buah socket di dalam laboratorium sains.

Oleh karena itu jumlah stop kontak yang ada di dalam laboratorium

harus melebihi jumlah siswa yang paktikum di laboratorium

tersebut. Disampingitu socket juga harus tersedia di meja untuk

demonstrasi. Tegangan listrik yang ada di dalam laboratorium

harus seragam sehingga tidak menimbulkan kesalahan dalam

penggunaan daya untuk alat-alat tertentu. Listrikdi laboratorium

juga harus terhubung dengan sirkuit utama sehingga apabila terjadi

kecelakan kerja di laboratorium, maka mematikan listrik di seluruh

laboratorium menjadi mudah dan kecelakaan dapat diisolasi.6. Air dan bak cuci

Supply air di laboratorium harus dengan volume yang

memadai dan tekanan yang cukup besar. Tekanan air yang cukup

besar sangat penting untuk kondisi darurat misalnya untuk

membasuh mata jika terjadi kecelakaan. Oleh karena itu tandon

air yang disambung dengan pompa air sangat dianjurkan untuk

digunakan di laboratorium sehingga tekanan air menjadi cukup

besar.

Bak cuci (sink) direkomendasikan untuk tersedia di labora-

torium dalam jumlah cukup. Setiap enam siswa direkomen dasikan

memiliki satu buah bak cuci (Piggott, 2011). Rekomendasi bak

cuci berupa stainless stell dengan ukuran 20 cm x 30 cm dengan

kedalaman 15 cm. Setiap bak cuci dilengkapi dengan satu buah kran

air. Tidak direkomendasikan bahan untuk bak cuci menggunakan

proselin atau batu cor arena sangat riskan menyebabkan alat gelas

pecah sewaktu dicuci.

Di dekat pintu keluar dari laboratorium harus tersedia

wastafel untuk mencuci tangan bagi seluruh orang yang telah

selesai bekerja di laboratorium atau keluar dari laboratorium. Bak

cuci ini harus khusus dan tidak boleh digunakan untuk mencuci alat

laboratorium. Di dekat wastafel harus dilengkapi dengan sabun cuci

cair dan tissue pengering.

7. Fasilitas emergency

Beberapa fasilitas darurat yang harus tersedia di dalam

laboratorium adalah kotak P3K yang memiliki isi minimal berupa

antiseptik, cotton wool, palstik, bandages dengan beberapa ukuran,

pisau, gunting dan obat-obatan ringan.

Page 22: PERENCANAAN, PENGEMBANGAN, DAN SAFETY ...digital.library.ump.ac.id/116/1/FULL TEXT.pdfvi Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA vii bahkan acara makan-makan

26 27Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA

Bab III

PEDOMAN UMUM SAFETY DI LABORATORIUM

A. Pendahuluan

Sains adalah ilmu yang mempelajari fenomena-fenomena alam

berdasarkan observasi dan eksperimen secara ilmiah. Hampir

semua pelaku pendidikan percaya bahwa untuk belajar sains,

siswa membutuhkan pengalaman melakukan kegiatan penelitian

dan pengamatan yang dilakukan di laboratorium. Dengan melaku-

kan aktivitas secara langsung tersebut maka pemahaman siswa

terhadap sains menjadi lebih baik.

Untuk melakukan kegiatan observasi dan eksperimen

dalam membuktikan hukum dan teori dalam sains, keberadaan

laboratorium menjadi sebuah keharusan (National Science Teachers

Assosiation, 2007). Melalui proses dan kegiatan yang dilakukan di

dalam laboratorium, siswa dapat merancang suatu eksperimen,

memberikan alasan-alasan ilmiah, mencatat data hasil eksperimen,

menganalisis data maupun mendiskusikan hasil eksperimen yang

diperoleh. Keterampilan dan pengetahuan yang didapat dari

kegiatan-kegiatan di laboratorium tersebut merupakan bagian

yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Meskipun dalam

memahami materi pembelajaran dapat dilakukan dengan membaca,

menggunakan simulasi komputer ataupun cara lainnya, namun

Page 23: PERENCANAAN, PENGEMBANGAN, DAN SAFETY ...digital.library.ump.ac.id/116/1/FULL TEXT.pdfvi Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA vii bahkan acara makan-makan

28 29Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA

peran laboratorium sebagai tempat siswa melakukan pembelajaran

masih tetap tidak tergantikan. Agar sains dapat dipelajari dengan

baik maka laboratorium harus menjadi bagian integral dari

kurikulum sains (National Science Teachers Assosiation, 2007).

Salah satu faktor yang harus dipenuhi sebelum, selama dan

sesudah melakukan observasi dan ekperimen di laboratorium

adalah masalah kesehatan dan keselamatan kerja di laboratorium

(laboratory health and safety). Kebutuhan akan kesehatan dan

keselamatan kerja di laboratorium akan semakin meningkat dengan

semakin baiknya kualitas pendidikan dan semakin bertambahnya

frekuensi penggunaan laboratorium untuk kegiatan penelitian,

pendidikan dan pembelajaran (McQuillan and Coleman, 2008).

Kesehatan dan keselamatan kerja di laboratorium merupa-

kan tanggung jawab semua orang baik orang yang bekerja di

laboratorium tersebut maupun pihak management sekolah. Meski-

pun penanggungjawab utama adalah orang-orang yang bekerja

di laboratorium tersebut, namun pihak yang tidak terkait secara

langsung dengan laboratorium seperti Dinas Pendidikan Kabupaten,

Propinsi ataupun Kementrian Pendidikan turut bertanggungjawab

dengan membuat peraturan yang dibutuhkan oleh laboratorium

agar terjaga Keselamatan dan kesehatannya bagi para pengguna.

Adalah sebuah keharusan bagi seluruh pihak yang terkait untuk

memastikan bahwa laboratorium sebagai tempat penelitian dan

pendidikan merupakan lingkungan yang aman dan sehat untuk

digunakan beraktivitas (Committee on Prudent Practices in the

Laboratory, 2011).

Komitmen dari semua pihak merupakan kunci keberhasilan

menciptakan laboratorium yang baik. Di tingkatan paling penting

dalam menciptakan komitment tersebut berada di pundak

guru sains (Klein et al., 2008). Guru sains harus dibekali dengan

keterampilan professional dalam mengelola dan menjaga kesehatan

dan keselamatan kerja para siswa dalam bekerja di laboratorium.

Guru sains yang professional diharapkan mampu mencegah segala

kemungkinan kecelakaan kerja maupun gangguan kesehatan siswa

selama bekerja di laboratorium. Dengan kata lain, guru sains maupun

administrasi sekolah memiliki tantangan dan tanggungjawab dalam

menciptakan lingkungan laboratorium yang aman dan sehat secara

professional.

B. Peraturan Umum Keselamatan Kerja di Laboratorium

Bekerja di laboratorium dengan menggunakan berbagai zat

kimia dan peralatan-peralatan modern adalah berbahaya. Akan

tetapi, jika orang-orang yang bekerja di laboratorium peka dan

betul-betul memperhatikan cara penggunaan zat kimia dan alat-alat

tersebut, maka laboratorium dapat menjadi tempat dengan tingkat

bahaya seperti rumah tinggal. Setiap praktikan bertanggung jawab

untuk melaksanakan percobaan-percobaannya dengan cara-cara

yang aman tanpa membahayakan diri sendiri maupun orang lain.

Oleh karena itu setiap praktikan berkewajiban untuk mempelajari

dan mengamati dengan seksama aturan-aturan keselamatan kerja

di laboratorium (Laboratory and Chemical Safety Committee, 2012).

Setiap organisasi sekolah atau lembaga lain dapat membuat

peraturan sendiri guna menjaga kesehatan dan keselamatan selama

bekerja di laboratorium. Pada umumnya, peraturan-peraturan

keselamatan kerja di laboratorium dinyatakan dengan dua kata

sederhana, yaitu SELALU DAN TIDAK PERNAH (Klein et al., 2008). SELALU

• Memahamiprosedurkeselamatankerja• Berpakaiankerjauntukdilaboratorium:menggunakan

alat pelindung diri (personal protective equipment / PPE)

selama berada di laboratorium

• Mencucitangansebelummeninggalkanlaboratorium• Membaca instruksi dengan baik sebelum melakukan

percobaan

• Memeriksa peralatan apakah sudah terpasangdengan

Page 24: PERENCANAAN, PENGEMBANGAN, DAN SAFETY ...digital.library.ump.ac.id/116/1/FULL TEXT.pdfvi Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA vii bahkan acara makan-makan

30 31Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA

betul

• Menggunakanberbagaizatkimiadenganhati-hati• Bertanyapadainstrukturapabiladalamkeraguan

TIDAK PERNAH

• Makan,minumdanmerokokdilaboratorium• Menghirup,memegangataumencicipizatkimia• Berlari-laridilaboratorium• Bekerjasendiri• Melaksanakanpercobaanyangtidakadakepentingannya

1. Makan, Minum, Merokok

Makan, minum dan merokok (Gambar 3.1), dalam hal ini

termasuk mengunyah permen, berdandan dan sejenisnya

merupakan kegiatan yang tidak boleh dilakukan di dalam labora-

torium. Hal tersebut di atas dilarang dilakukan dilaboratorium

karena ada kemung kinan terjadinya peningkatan kontak antara

tubuh kita dengan bahan-bahan kimia yang ada atau pernah

digunakan di dalam laboratorium tersebut. Kita tidak pernah tahu

bahan apa yang pernah digunakan oleh paktikan yang lain di

laboratorium tersebut dan juga tidak pernah tahu apakah ada

tumpahan dari bahan-bahan kimia yang telah digunakan. Oleh

karena itu menjaga segala

kemungkinan masuknya

bahan-bahan kimia ke

tubuh kita mellaui system

pen cer nakan sangat di-

wajib kan dan harus men-

jadi kebiasaan bagi semua

orang yang bekerja di

laboratorium.

Gambar 3.1 Tanda dilarang merokok, makan dan minum selama berada

di dalam laboratorium yang harus tertempel di ruang laboratorium

Sebelum memasuki ruang laboratorium, makanan, minuman

ataupun rokok dan sejenisnya WAJIB ditinggal di luar ruangan

atau dimasukkan ke tempat yang tertutup rapat dan ditaruh di

tempat yang jauh dari area kerja. Aturan ini harus terus menerus

di sosialisasikan dan ditegakkan sehingga menjadi sebuah kebiasaan

yang baik.

2. Alat Pelindung Diri (Personal Protection Equipments/PPEs)

Laboratorium bukan tempat untuk berpakaian yang paling

bagus karena walaupun berhati-hati, tumpahan zat kimia akan

merusak pakaian (Laboratory and Chemical Safety Committee,

2012). Laboratorium juga bukan tempat beristirahat, mengobrol

dengan teman ataupun bersenda gurau. Siapapun yang berada di

dalam laboratorium maka ada kemungkinan mendapatkan bahaya

dari semua benda dan aktivitas yang dilakukan di laboratorium

tersebut. Alat pelindung diri yang harus selalu dipakai selama

berada di dalam laboratorium meskipun sedang tidak bekerja adalah

• Jaslab(labcoat)lenganpanjangdansepanjanglutut(Gambar 3.2).

• Sepatu tertutup dengan bahan yang tidak tembus cairan(Gambar 3.2).

• Kacamatapengaman(Gambar 3.3)

Gambar 3.2 Jas lab dan sepatu tertutup harus selalu digunakan jika berada di dalam ruangan

laboratorium (Laboratory and Chemical Safety Committee, 2012)

Page 25: PERENCANAAN, PENGEMBANGAN, DAN SAFETY ...digital.library.ump.ac.id/116/1/FULL TEXT.pdfvi Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA vii bahkan acara makan-makan

32 33Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA

Jas laboratorium

Jas lab memiliki fungsi untuk melindungi kulit dari tumpah-

an bahan kimia maupun pecahan alat-alat gelas. Jas lab juga

berfungsi melindungi pakain dari tumpahan maupun bahan-bahan

aerosol. Oleh karena itu selama bekerja di laboratorium diwajib-

kan menggunakan jas lab ataupun apron. Bahan kain yang bagus

digunakan untuk jas lab adalah cotton dan synthetic, sedangkan

rayon dan polyester tidak baik digunakan sebagai bahan pembuat

jas lab (Laboratory and Chemical Safety Committee, 2012). Meskipun

demikian, jas laboratorium tidak kedap terhadap cairan organic

sehingga diwajibkan untuk melepas jas lab secepatnya jika tersiram

bahan tersebut. Apron yang berbahan plastik atau karet memberikan

perlindungan yang lebih baik dari bahan kimia yang bersifat korosif

dan iritasi, namun sangat berbahaya jika digunakan didekat api.

Ketika membawa jas laboratorium sangat dianjurkan untuk

memasukkan ke dalam kantong plastik terlebih dahulu sebe-

lum dimasukkan ke dalam tas sekolah atau tas kerja. Setelah sele-

sai digunakan dianjurkan untuk mencuci jas lab, namun dalam

men cuci WAJIB dipisahkan dari pakaian yang lain untuyk meng-

hindarkan kontaminasi dengan bahan pakaian lain. Sangat

diajurkan jika laboratorium dapat mengorganisir pencucian jas

lab secara bersamaan dengan mengontak tenaga professional atau

menyediaan mesin cuci khusus untuk jas lab.

Kaca mata pengaman (Safety glasses)

Kaca mata pengaman merupakan pelindung mata dari

partikel-partikel berbahaya baik dari depan maupun dari samping.

Terdapat tiga macam pelindung mata yang umum digunakan di

laboratorrium, yaitu kaca mata pengaman (safety glasses), goggles,

dan pelindung wajah (face shields). Dari ketiga jenis pengaman

tersebut, kaca mata pengaman merupakan pelindung mata yang

wajib digunakan di hampir semua jenis laboratorium, sedangkan

goggles dan face shields digunakan ketika kita membutuhkan

perlindungan yang lebih baik (Gambar 3.3). Para pengelola

laboratorium dapat menentukan type pelindung mata mana yang

paling cocok digunakan di laboratorium mereka (Laboratory and

Chemical Safety Committee, 2012).

Gambar 3.3 Kaca mata pengaman (safety glasses; kiri), goggles (tengah) dan face shields (kanan) merupakan pelindung mata dengan proteksi yang khusus (Laboratory and Chemical

Safety Committee, 2012)

Hal yang perlu ditegaskan disini adalah kaca mata biasa dan

contact lenses tidak dapat melindungi mata dari berbagai beda

berbahaya yang mungkin ada di laboratorium. Dengan demikian,

jika ada yang menggunakan kaca mata atau contact lenses bekerja di

laboratorium maka yang bersangkutan tetap harus menggunakan

kaca mata pengaman disamping kedua kaca mata baca tersebut.

Sepatu

Selama berada di dalam laboratorium diwajibkan selalu

menggunakan sepatu yang tertutup untuk melindungi kaki dari

benda yang jatuh, benda tajam, pecahan gelas, maupun tumpahan

bahan kimia (Laboratory and Chemical Safety Committee, 2012).

Selama dilaboratorium dilarang menggunakan sepatu terbuka atau

sandal.

Sarung tangan

Gunakan sarung tangan ketika akan bekerja dengan bahan

kimia yang bersifat toksik ataupun korosif, bahan-bahan yang diduga

akan berbahaya, benda-benda tajam, panas ataupun dingin. Sarung

Page 26: PERENCANAAN, PENGEMBANGAN, DAN SAFETY ...digital.library.ump.ac.id/116/1/FULL TEXT.pdfvi Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA vii bahkan acara makan-makan

34 35Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA

tangan yang akan digunakan tergantung terhadap jenis bahan kimia

yang akan dipegang, jenis bahaya yang akan timbul dan percobaan

yang akan dilakukan. Sarung tangan yang umum digunakan jika

akan bekerja dengan benda hidup termasuk hewan adalah sarung

tangan disposable latex type powdered atau unpowdered (Gambar 3.4). Sarung tangan jenis ini, umumnya berwarna putih, bersifat

tidak kedap terhadap bahan kimia sehingga tidak dianjurkan untuk

digunakan dalam bekerja dengan bahan kimia. Sarung tangan

sekali pakai yang dapat digunakan untuk bekerja dengan bahan

kimia maupun materi biologi adalah sarung tangan berbahan nitril

(umumnya berwarna biru). Jika akan bekerja dengan bahan kimia

yang bersifat reaktif maka harus digunakan sarung tangan dengan

tingkat kekedapan yang lebih baik (Gambar 3.4). Sarung tangan

type lain juga harus digunakan jika bekerja dengan benda panas

atau benda dingin (Laboratory and Chemical Safety Committee,

2012).

Gambar 3.4 Beberapa jenis sarung tangan yang sering digunakan di laboratorium seperti disposable

latex gloves, disposable nitrile gloves, nitrile gloves, autoclave gloves dan cryogenic gloves (searah jarum jam; Laboratory and Chemical Safety Committee, 2012)

Hal yang perlu diingat dalam menggunakan sarung tangan

adalah selama menggunakannya kita dilarang untuk melakukan

aktivitas di area yang bersih seperti menerima telefon, memegang

laptop, mengetik dan lain-lain. Sebelum melakukan hal tersebut

harus diingat untuk melepas sarung tangan termasuk sewaktu akan

memegang gagang pintu. Sarung tangan harus tidak digunakan

diluar laboratorium.

Pelindung pernapasan

Masker harus dikenakan selama bekerja dengan bahan kimia

yang bersifat toksik, benda biologi berbahaya seperti jamur dan

bakteri, ataupun debu yang dapat menyebabkan asma ataupun

gangguan pernafasan yang lain. Jenis masker yang harus digunakan

tergantung kepada jenis bahaya yang akan dihadapi selama bekerja.

Masker bedah (Gambar 3.5) digunakan untuk mencegah masuknya

bakteri dan spora jamur ke saluran pernafasa. Masker ini juga

digunakan ketika bekerja dengan organisme hidup. Masker type

N95 merupakan pelindung pernafasan yang dapat digunakan

untuk debu maupun mikroorganisme (Laboratory and Chemical

Safety Committee, 2012).

Gambar 3.5 Masker bedah yang umum digunakan untuk melindungi pernafasan dari mikroorganisme

(kiri), N-95 yang dapat digunakan untuk melindungi pernafasan dari debu dan mikroorganisme (tengah) serta air purifying respirator yang dapat digunakan untuk

melindungi pernafasan dari berbagai partikel, gas maupun uap (kanan; Laboratory and Chemical Safety Committee, 2012).

Page 27: PERENCANAAN, PENGEMBANGAN, DAN SAFETY ...digital.library.ump.ac.id/116/1/FULL TEXT.pdfvi Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA vii bahkan acara makan-makan

36 37Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA

Meskipun demikian hanya beberapa jenis masker yang

benar-benar memiliki fungsi sebagai pelindung pernafasan seperti

air purifying respirator (Gambar 5). Oleh karena itu masker

merupakan alternatif terakhir untuk digunakan. Untuk melindungi

pernafasan, maka laboratorium harus didesain secara bagus

dengan memperhatikan ventilas (Laboratory and Chemical Safety

Committee, 2012). Jika bekerja dengan bahan kimia berbahaya harus

dilakukan di dalam lemari asam (fume hood) sehingga gas bisa

langsung dibuang dari laboratorium.

lain-lain

Selama bekerja di laboratorium dilarang menggunakan

pakaian yang sangat longgar sehingga dapat menyebabkan ke ce-

lakaan. Asesoris seperti kalung, syal ataupun jilbab yang sangat

menggantung juga dilarang dikenakan selama bekerja di labo-

ratorium. Bagi anda yang berambut panjang diwajibkan agar

rambut diikat ke belakang sehingga mengurangi resiko terjadinya

kecelakaan.

Hal lain yang harus diperhatikan adalah laboratorium harus

dijaga kebersihannya. Segera setelah selesai beraktivitas maka

seluruh alat dan meja kerja yang digunakan harus dibersihkan dan

dikembalikan pada tempatnya. Seluruh bahan kimia yang telah

dibuat larutan harus diberi label dengan jelas.

Bab IV

BEKERJA DENGAN BAHAN KIMIA

A. Pendahuluan

Yang dimaksud dengan laboratorium kimia dalam bab ini

adalah semua laboratorium yang memiliki atau menyimpan

atau menggunakan bahan kimia di dalamnya. Jadi pedoman

yang ditulis dalam bab ini tidak hanya berlaku bagi laboratorium

kimia dalam arti yang sebenarnya, tetapi laboratorium biologi

atau sejenisnya maupun laboratorium fisika atau yang sejenisnya

wajib mengikuti aturan-aturan baku yang berlaku secara umum

di seluruh dunia. Oleh karena itu siapapun orang yang bekerja

di laboratorium memiliki aturan dan tata cara yang wajid diikuti,

baik dalam penyimpanan, penggunaan maupun perlakuan limbah

sesudah bahan kimia tersebut digunakan.

B. Safety dengan Bahan Kimia

Hampir semua bahan kimia dapat bersifat toksik pada dosis

dan paparan tertentu. Oleh karena itu meminimalkan dosis dan

paparan yang diterima oleh tubuh merupakan cara terbaik untuk

menurunkan resiko kesehatan dan keselamatan jika bekerja dengan

bahan kimia. Bahan kimia yang masuk ke dalam tubuh dapat

Page 28: PERENCANAAN, PENGEMBANGAN, DAN SAFETY ...digital.library.ump.ac.id/116/1/FULL TEXT.pdfvi Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA vii bahkan acara makan-makan

38 39Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA

memiliki pengaruh secara local atau berpengaruh secara sistemik

(Laboratory and Chemical Safety Committee, 2012). Bahan kimia

yang berpengaruh secara local merujuk pada pengaruh secara

langsung pada daerah kontak dengan bahan tersebut, sedangkan

berpengaruh secara sistemik jika bahan tersebut diserap oleh tubuh

masuk ke pembuluh darah kemudian diedarkan ke seluruh tubuh

dan mempengaruhi lebih dari satu organ. Pengaruh terhadap

kesehatan dapat bersifat akut atau kronis. Besifat akut jika pengaruh

terhadap kesehatan tersebut terjadi dalam waktu yang relatif pendek,

sedangkan kronis berarti pengaruhnya tetap dan tidak dapat kembali

seperti semula (Laboratory and Chemical Safety Committee, 2012).

Munculnya pengaruh kesehatan yang kronis dapat terjadi karena

adanya kontak dalam waktu yang singkat (akut) tetapi dengan dosis

dan ciri bahan kimia tertentu. Kontak dengan bahan kimia dalam

waktu yang lama meskipun dengan dosis yang rendah (kronis)

dapat mengakibatkan pengaruh terhadap kesehatan yang bersifat

akut ataupun kronis.

1. Cara Bahan Kimia Masuk ke Dalam Tubuh

a. Kontak dengan kulit. Cara ini merupakan kecelakaan

yang sering terjadi di laboratorium. Kontaminasi pada kulit

dapat terjadi melalui ceceran bahan kimia ataupun cipratan

bahan secara tidak sengaja. Terkadang orangyang bekerja di

laboarotorium juga tanpa sengaja menyentuh barang-barang

bersih sehingga menyebarkan kontaminasi ke tempat yang

tidak semestinya. Bahan kimia kontaminan kemudian akan

masuk ke dalam tubuh ketika tangan yang terkontaminasi

tersebut mengusap hidung, mata atau masuk bersamaan

dengan makanan dan minuman. Pengaruh umum yang

muncul jika terjadi kontak langsung dengan bahan kimia

melalui kulit adalah adanya iritasi local (Laboratory and

Chemical Safety Committee, 2012), namun dapat pula muncul

respon yang sistemik pada tubuh manusia

b. Pernapasan. Senyawa kimia toksik yang dapat menghasilkan

bau, gas atau debu dapat meracuni tubuh melalui membran

mucus pada mulut, tenggorokan maupun paru-paru.

Kejadian tersebut dapat menyebabkan sel-sel pada jaringan

yang terpapar bahan kimia tersebut mengalami kerusakan.

Peristiwa ini dapat berlangsung secara cepat dengan tingkat

kerusakan tergantung dari senyawa toksik yang terhirup,

tingkat kelarutan senyawa pada cairan jaringan, konsentrasi

dan durasi terpapar (Laboratory and Chemical Safety

Committee, 2012).

c. Pencernakan. Bahan kimia toksik dapat masukke dalam

tubuh ketika tangan yang terkontaminasi digunakan untuk

menyentuh mulut ataupun makan dan minum. Kesalahan

yang sangat fatal yang terjadi pada sebagian laboratorium

adalah memipet senyawa menggunakan mulut. Oleh karena

itu DILARANG MEMIPET LARUTAN MENGGUNAKAN

MULUT, meskipun bahan kimia tersebut tidak berbahaya

(Klein et al., 2008).

d. Injeksi. Kecelakan yang melibatkan jarum suntik biasanya

terjadi ketika sedang bekerja untuk menyuntikkan suatu

larutan ke hewan percobaan.

e. Mata. Mata sangat sensitive terhadap senyawa yang bersifat

iritan. Mata bisa terkena senyawa tersebut jika terjadi cipratan

senyawa kimia. Mata memiliki banyak pembuluh darah

sehingga sedikit cipratan pada mata akan menyebabkan

senyawa kimia akan terserap dengan cepat . Akibatnya kontak

mata langsung dengan bahan kimia iritan dapat menyebabkan

kebutaan. Oleh karena itu semua orang yang bekerja di

laboratorium diwajibkan menggunakan kaca mata pengaman.

2. Cara bekerja dengan bahan kimia secara aman.

Untuk menjaga kesehatan dan keselamatan kerja dengan

menggunakan bahan-bahan kimia maka hal pertama yang harus

Page 29: PERENCANAAN, PENGEMBANGAN, DAN SAFETY ...digital.library.ump.ac.id/116/1/FULL TEXT.pdfvi Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA vii bahkan acara makan-makan

40 41Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA

dilakukan oleh pengelola laboratorium adalahmengontrol akses ke

laboratorium yang memiliki bahan kimia (Laboratory and Chemical

Safety Committee, 2012). Pintu laboratorium harus selalu dikunci

untuk mencegah ganguan selama bekerja dengan bahan kimia.

HARUS diingat bahwa setiap selesai bekerja dan akan meninggalkan

ruangan maka segera cuci tangan dengan menggunakan sabun.

Harus digunakan sabun cair dengan pompa dispenser dan bukan

dengan menggunakan sabun batang atau sabun cair dalam kemasan

plastik.

Jika di dalam laboratorium terdapat kantor maka harus

dipasti kan bahwa di dalam kantor tersebut tidak dipakai untuk

meyim pan bahan kimia, berbagai buku petunjuk praktikum, per-

alatan laboratorium dll. Harus diingat bahwa setiap akan me masuki

kantor tersebut DILARANG mengenakan sarung tangan atau alat

pengaman diri yang lain yang dapat mengkontaminasi ruangan

kantor tersebut (Committee on Prudent Practices in the Laboratory,

2011).

Beberapa teknik dalam bekerja juga dapat digunakan untuk

meminimalkan terbentuknya aerosol dari cairan atau serbuk karena

bekerja dengan tabung terbuka. Ketika akan memasukkan cairan

menggunakan pipet harus dilakukan sedekat mungkin dengan

per mukaan cairan yang menerima. Disamping itu usahakan agar

cairan mengalir melalui dinding tabung penerima (Laboratory and

Chemical Safety Committee, 2012). Jika meneteskan cairan dengan

jarak yang jauh maka aerosol yang terbentuk akan semakin banyak.

Cara yang terbaik untuk mengontrol terkontaminasinya

benda-benda dengan senyawa toksik adalah dengan menggunakan

lemari asam ketika berkerja (fume hood). Lemari asam berfungsi

meng isolasi senyawa berbahaya dan memompanya keluar

dari laboratorium sebelum senyawa tersebut masuk ke saluran

pernapasan kita.

3. Cara Penyimpanan Bahan Kimia.

Setiap laboratorium yang menyimpan bahan kimia harus

mencatat seluruh informasi tentang senyawa kimia yang mereka

miliki termasuk jumlah yang tersisa. Dalam menyimpan bahan

kimia harus selalu diingat bahwa bahan kimia disimpan berdasarkan

kelasnya dan BUKAN berdasarkan alfabetnya (Committee on

Prudent Practices in the Laboratory, 2011). Inspeksi bahan kimia

dilakukan palingtidak setahun sekali untuk memisahkan senyawa

yang sudah kedaluwarsa (expaired of date), tidak dibutuhkan, tidak

berlabel, botol yang pecah dll.

Untuk mencegah adanya bau, gas atau senyawa yang bereaksi

dengan udara maka setiap botol zat harus tertutup rapat. Beberapa

zat kimia juga ada yang tidak boleh ditutup secara rapat seperti

bahan kimia yang dapat membentuk gas secara alami misalnya

nitrogen cair.

Jika memilih botol penyimpan, maka sedapat mungkin dipilih

yang memiliki ukuran kecil. Ukuran kecil memiliki keuntungan

menurunkan potensi bahaya, mengurangi tempat penyimpanan,

menurunkan kemungkina bahan kimia kedaluwarsa, menghemat

bahan yang terbuang sia-sia (Laboratory and Chemical Safety

Committee, 2012).

a. Symbol Bahan Kimia

Hampir semua pabrik kimia mencantumkan symbol pada

setiap labelnya. Berikut beberapa symbol bahan kimia yang

ditetapkan oleh National Fire Protection Assosiation (NFPA 704),

Hazardous Materials Identification System (HMIS), system dari

European Union , Canada maupun United Nation (Gambar 4.1 - 4.4)

Page 30: PERENCANAAN, PENGEMBANGAN, DAN SAFETY ...digital.library.ump.ac.id/116/1/FULL TEXT.pdfvi Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA vii bahkan acara makan-makan

42 43Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA

Gambar 4.1. Symbol bahan kimia dari NFPA (kiri) dan symbol dari HMIS (kanan)

(Laboratory and Chemical Safety Committee, 2012)

Gambar 4.2 Symbol bahan kimia dari Eropean Union. Dari kiri ke kanan : korosif; mudah terbakar; oksidatif; mudah meledak (atas): berbahaya; iritan; beracun; toksik bagi lingkungan

(bawah)(Laboratory and Chemical Safety Committee, 2012)

Gambar 4.3 Symbol bahan kimia dari pemerintah Canada. Dari kiri ke kanan, tabung gas dan aerosol;

Mudah terbakar; oksidatif; sangat beracun (atas). Beracun; biohazard; korosif; reaktif (Laboratory and Chemical Safety Committee, 2012)

Gambar 4.4 Simbol yang diusulkan oleh United Nations untuk dipakai secara global oleh seluruh

perusahaan kimia. Dari kiri ke kanan : mudah terbakar; berbahaya; oksidatif; beracun terhadap lingkungan; korosif; tabung gas; mudah meledak; berbahaya bagi kesehatan

manusia; sangat beracun (Laboratory and Chemical Safety Committee, 2012)

b. Lokasi Penyimpanan

Bahan kimia dikelompokkan berdasarkan kelasnya dan

harus disimpan secara terpisah menurut kelasnya dan BUKAN

BERDASARKAN ALFABET. Jika tempat menyimpannya terbatas,

maka penyimpanan dapat dilakukan dengan cara memasukkan

bahan-bahan kimia yang tergolong dalam satu kelas ke dalam satu

tempat seperti plastik kontainer kemudian ditempatkan pada rak

secara berhati-hati. Plastik kontainer kedua ini dapat menurunkan

kemungkinan bahaya akibat kontak antara dua kelompok kimia

yang berbeda (Laboratory and Chemical Safety Committee, 2012).

Gambar 4.5 menunjukkan kompatibilitas penyimpanan bahan

kimia.

Page 31: PERENCANAAN, PENGEMBANGAN, DAN SAFETY ...digital.library.ump.ac.id/116/1/FULL TEXT.pdfvi Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA vii bahkan acara makan-makan

44 45Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA

Gambar 4.5 Kompatibilitas penyimpanan bahan kimia. Bahan kimia kelompok tertentu tidak boleh

disimpan ditempat yang sama dengan kelompok bahan kimia yang tidak kompatibel. (OHS The University of Queensland, 2010). S1 : dipisahkan dengan jarak 3 m atau lebih dengan

ventilasi yang baik. S2: Dipisahkan dengan jarak 5 m atau lebih; S3: dipisahkanjarak 3 m untukPGIII atau 5m untuk PG II. S4:Harus ditempatkan diruang terpisah. A dan B:

umumnya kompatible tetapi harus dicek MSDS untuk memastikannya;C. harus dipisahkan minimal 3 (lebih lanjut lihat http://education.qld.gov.au/health/pdfs/healthsafety/

guideline-managing-chemicals.pdf).

Aturan umum yang digunakan untuk menyimpan bahan

kimia adalah sebagai berikut:

1. Semua logam basa seperti sodium, potasium, kalsium

dan lithium tidak boleh disimpan (incompatible) dengan

karbondioksida, hidrokarbon terklorinasi maupun air

2. Halogen incompatible dengan amonia, asetilene maupun

hdirokarbon

3. Asam asetat, hidrogen sulfica, anilin, hidrokarbon dan asam

sulfat tidak boleh disimpan bersamaan denga agen-agen

pengoksidasi seperti asam kromat, asam nitrit, peroksida

maupun permanganat.

Hal lain yang harus diperhatikan dalam menyimpan bahan

kimia disamping kompatibiltas bahan satu dengan yang lain adalah

beberapa bahan kimia dapat menyebabkan ledakan jika tercampur

seperti ether yang menguap membentuk kristal, asam perklorat

yang mengering, maupun asam pikrat yang dapat meledak karena

panas.

Dalam menyimpan bahan harus mengikuti aturan sesuai

dengan label yang tertera pada kemasan bahan kimia tersebut.

a. Lemari pendingan. Beberapa bahan kimi seperti zat pengatur

tumbuh tertentu membutuhkan lemari pendingn untuk

penyimpanannnya. Kulkas dapat digunakan untuk menyim-

pan bahan-bahan kimia tersebut, namun untuk bahan kimia

yang mudah terbakar seperti isopentana tidak boleh disimpan

dengan menggunakan kulkas, tetapi harus menggunakan

lemari pendingin khusus karena kulkas tidak memiliki ventilasi

sehingga sangat berbahaya untuk menyimpan bahan yang

mudah terbakar. Di pintu lemari pendingin yang digunakan

untuk menyimpan bahan kimia tidak boleh digunakan untuk

menyimpan bahan makanan (Gambar 4.6).

b. Lemari. Lemari terpisah atau lemari di bawah meja dapat

digunakan untuk menyimpan bahan kimia. Namun tidak

boleh menyimpan bahan kimia di dekat bak cuci karena akan

mudah terkena air. Jika lamri yang dimiliki sangat terbatas,

penyimpanan bahan kimia yang kurang kompatibel dapat

dilakukan di satu lemari, namun harus dimasukkan ke dalam

kotak plastik (kontainer) terlebih dahulu.

c. Lemari penyimpan bahan mudah terbakar. Lemari penyim-

pan bahan ini harus didesain khusus dengan menam bahkan

kipas ventilasi sehingga gas yang ditimbulkan oleh bahan

ter sebut tidak terkumpul di dalam lemari. Namun bahan-

bahan tersebut dapat disimpan disimpan di ruang terbuka di

laboratorium dengan mengikuti ketentuan seperti pada Tabel 4.1.

d. Dessicator. Desiccator sangat penting digunakan untuk

menyimpan bahan kimia yang bersifat racun, reaktif terhadap

air dan udara dan bahan yang menimbulkan bau. Dalam hal

Page 32: PERENCANAAN, PENGEMBANGAN, DAN SAFETY ...digital.library.ump.ac.id/116/1/FULL TEXT.pdfvi Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA vii bahkan acara makan-makan

46 47Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA

bahan kimia yang bersifat reaktif, di dalam desiccator harus

dimasukkan silica gel yang masih aktif, sedangkan kasus

bahan yang menimbulkan bau, di dalam desiccator harus

dimasukkan arang aktif untuk menyerap bau.

Tabel 4.1

Jenis bahan yang disimpan di ruang terbuka dan ketentuan maksimum untuk setiap bahan bagi setiap ruang laboratorium berukuran 50 m2 (OHS The University of

Queensland, 2010).

e. Bahan Toksik dan Carcinogen. Khusus bahan kimia berbahaya

yang bersifat toksik dan karsinogen harus disimpan di lemari

khusus yang terkunci (Gambar 4.7). Sebelum disimpan,

bahan-bahan kimia tersebut harus dimasukkan ke dalam

kontainer kedua dan tertutup rapat dengan disertai tanda

bahwa di dalam kontainer terdapat bahan kimia racun atau

karsinogen. Untuk mengetahui apakah bahan kimia tersebut

bersifat racun atau tidak maka dapat dilihat di label bahan

tersebut atau dilihat di material safety data sheats (MSDS).

Gambar 4.7 Tanda yang harus tertera pada bahan yang bersifat racun atau karsinogen

3. Material Safety Data Sheats (MSDS) atau Lembar Data Keselamatan Bahan

MSDS adalah data tentang komponen-komponen penting pada

suatu produk bahan kimia. Data tersebut sangat penting bagi para

pengguna bahan tersebut agar bisa bekerja secara aman (Gambar 4.8 - 4.9). Termasuk dalam data tersebut adalah data tentang ciri-ciri

fisik, toksisitas, kesehatan, pertolongan pertama, cara menangani

limbah, alat pelindung diri yang harus dikenakan dalam menangani

bahan kimia tersebut, sertacara menangani tumpahan bahan kimia.

MSDS dapat diperoleh secara bebas dengan mendowload dari

internet. Cara termudah adalah dengan menggunakan www.google.

com kemudian ketik MSDS dan nama bahan kimia yang akan dicari

Page 33: PERENCANAAN, PENGEMBANGAN, DAN SAFETY ...digital.library.ump.ac.id/116/1/FULL TEXT.pdfvi Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA vii bahkan acara makan-makan

48 49Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA

informasinya.

Gambar 4.8. Contoh MSDS bahan kimia 2,4-dichlorophenoxy acetic acid (2,4-D), salah satu zat

pengatur tumbuh auksin yang banyak digunakan di laboratorium.

Jika menginginkan informasi dalam bahasa Indonesia dapat

dilakukan dengan cara ketik “lembar data keselamatan bahan” dan

diikuti nama bahan kimia yang akan dicari kemudian pilih website

yang akan dibaca. Beberapa produsen bahan kimia seperti MERCK

juga menyediakan lembar data dalam bahasa Indonesia seperti

tampak dalam contoh Gambar 14.

Gambar 4.9. Contoh lembar data keselamatan bahan dalam bahasa Indonesia

Page 34: PERENCANAAN, PENGEMBANGAN, DAN SAFETY ...digital.library.ump.ac.id/116/1/FULL TEXT.pdfvi Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA vii bahkan acara makan-makan

50 51Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA

Bab V

BEKERJA DENGAN BAHAN BIOLOGI

A. Pendahuluan

Laboratorium yang berkerja dengan organisnme HARUS

harus dipisahkan antara laboratorium khusus hewan

dan laboratorium mikrobiologi dan diberi tanda sebagai

biohazard (Gambar 5.1). Bekerja dengan benda hidup bisa memiliki

resiko yang rendah seperti menggunakan tanaman, hewan seperti

katak, kadal dll.. Namun, jika makluk hidup tersebut bersifat

infeksius maka resiko terhadap kesehatan dan keamanan kerja

menjadi sangat tinggi (The University of North Carolina at Chapel

Hill, 2012).

Gambar 5.1. Symbol biohazard yang harus ditempel didepan pintu laboratorium yang bekerja dengan makluk hidup

4. Prosedur Penangan Limbah

Semua bahan kimia yang telah digunakan atau belum diguna-

kan tetapi akan dibuang maka bahan kimia tersebut dinamakan

limbah kimia. Hampir semua limbah kimia memerlukan perlakuan

khusus sehingga membutuhkan perlakuan serius sehingga tidak

mencemari lingkungan.

Langkah umum yang dapat dilakukan untuk menangani

limbah kimia antara lain sebabagi berikut:

• Dilarang membuang bahan kimia langsung ke saluran airkecuali diijinkan oleh Dinas Lingkungan Hidup.

• Harus selalu merujuk pada penangan limbah bahan kimiasesuai dengan yang tercantum pada MSDS atau lembar data

keselamatan bahan (Gambar 4.8).

• Simpan semua limbahkimiadalam tempat-tempatpenyim-panan seperti kontainer atau derigen. Namun demikian,

penyimpanan limbah HARUS memperhatikan kompatibilas

bahan seperti telah ditunjukkan pada Gambar 4.5.

• Berilabelbahanyangdisimpandenganpadamasing-masingkontainer tentang isi bahan kimia beserta label bahan kimia

berbahaya.

• Semuakontainerharustertutupsecararapat• Dilarangmengisi kontainer secara penuh, sisakan beberapa

centimeter ruangan.

• Hubungi petugas dari Dinas Lingkungan Hidup untukpembuangan limbah bahan kimia jika kontainer telah penuh.

Page 35: PERENCANAAN, PENGEMBANGAN, DAN SAFETY ...digital.library.ump.ac.id/116/1/FULL TEXT.pdfvi Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA vii bahkan acara makan-makan

52 53Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA

Secara umum, bahan biologi dapat dikelompokkan menjadi

empat berdasarkan resiko yang dapat ditimbulkannya.

Grup 1, mikroorganisme yang tidak menyebabkan penyakit pada

hewan ataupun manusia

Grup 2, mikroorganisme yang dapat menyebabkan penyakit

pada hewan maupun manusia tetapi tidak menyebabkan

masalah yang serius kepada pekerja di laboratorium,

masya rakat, lingkungan maupun hewan piaraan.

Grup 3, mikroorganisme patogen yang menyebabkan penyakit

serius pada hewan atau manusia tetapi pada umumnya

tidak menular dari satu individu ke individu lainnya. Cara

pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit tersebut

juga telah tersedia

Grup 4, mikroorganisme yang menyebabkan penyakit yang serius

pada hewan atau manusia dan dapat menular baik langsung

maupun tidak langsung. Pencegahan dan pengobatan

terhadap penyakit tersebut juga tidak tersedia.

Oleh karena sangat bervariasinya mikroorganisme yang

mungkin di pelihara di laboratorium, maka persyaratan yang ketat

bagi laboratorium menjadi persyaratan utama untuk memelihara

mikroorganisme tertentu. Tidak semua laboratorium diijinkan

untuk memelihara mikroorganisme dari group 2 sampai 4. Hanya

laboratorium yang memenuhi persyaratan khusus yang diper -

bolehkan memeliharan dan melakukan penelitian dengan meng-

gunakan mirkoorganisme dari grup 2 sampai grup 4 tersebut.

B. Klasifikasi Laboratorium yang Bekerja dengan Bahan Biologi

Badan kesehatan dunia (WHO), mengklasifikasikan

laboratorium yang berkerja dengan benda hidup menjadi empat

kelompok (World Health Organization, 2004).

1. Laboratorium Level 1 – Biosafety Dasar.

Laboratorium ini berfungsi sebagai laboratorium dasar

dan laboratorium pengajaran. Benda hidup yang digunakan di

laboratorium ini adalah organisme yang tidak berbahaya bagi

kesehatan manusia, mikroorganisme yang tidak menyebabkan

penyakit bagi manusia atau hewan lain. Di laboratorium ini tidak

harus tersedia peralatan keselamatan khusus. Meskipun demikian,

laboratorium masih tetap harus memiliki bak cuci tangan dan alat

pelindung diri yang digunakan oleh orang yang bekerja di dalamnya

(The University of North Carolina at Chapel Hill, 2012).

Beberapa aturan dasar yang harus dimiliki oleh laboratorium

biosafety level 1 seperti harus tersedia sistem keamanan seperti

alat emergensi shawer maupun fasilitas cuci matan, laboratorium

yang bersih serta mudah dibersihkan serta memiliki tempat untuk

mencuci tangan seperti tampak pada Gambar 5.2.

Gambar 5.2 Model laboratorium biosfatey level 1 (WHO, 2004)

2. Laboratorium Level 2- Biosafety Dasar.

Laboratorium iniumumnya digunakan untuk penelitian,

layanan diagnosis dan kesehatan dasar. Di laboratorium ini dapat

dipelihara hewan uji yang telah ditanam suatu mikroorganisme.

Namun mikroorganisme yang dipelihara di laboratorium type

ini hanya mikroorganisme yang bersifat pathogen yang memiliki

Page 36: PERENCANAAN, PENGEMBANGAN, DAN SAFETY ...digital.library.ump.ac.id/116/1/FULL TEXT.pdfvi Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA vii bahkan acara makan-makan

54 55Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA

resiko rendah untuk menyebabkan penyakit pada hewan dan

manusia serta memiliki resiko yang rendah terhadap orang-orang

yang bekerja di laboratorium tersebut, komunitas, hewan piaraan

di sekitar serta lingkungan. Hal terpenting dari laboratorium ini

adalah harus tersedia alat pencegah dan pengobatan yang efektif

jika terjadi infeksi serta resiko penularannya sangat terbatas. Pada

laboratorium type ini peralatan keselamatan yang tersedia dapat

berupa autoclave dan biosafety cabinet disamping peralatan

dasar yang harus dimiliki oleh laboratorium dasar (World Health

Organization, 2004).

Persyaratan umum yang wajib dimiliki oleh laboratorium

level 2 hampir sama dengan persyaratan laboratium level 1,

namun autoklaf maupun peralatan dekontaminan wajib tersedia di

laboratoium ini (Gambar 5.3).

Gambar 5.3. Model laboratorium biosfatey level 2 yang menyediakan autoklaf

di luar laboratorium (WHO, 2004).

3. Laboratorium Level 3- Biosafety Khusus.

Laboratorium ini umumnya digunakan untuk penelitian dan

layanan diagnosis khusus. Di laboratorium ini dapat dipelihara

mikroorganisme yang dapat menyebabkan penyakit pada hewan

dan manusia yang serius tetapi tidak menyebar dari satu individu

ke individu yang lain. Laboratorium type ini harus memiliki desain

khusus dengan ventilasi khusus, pintu ringkap (double-door),

ruangan khusus sebelum masuk ke laboratorium, autoklaf ditempat

dan biosafety cabinet. Pada laboratorium ini juga harus tersedia

alat pencegahan dan pengobatan yang efektif (Gambar 5.4; World

Health Organization, 2004).

Gambar 5.4 Model laboratorium biosafety level 3 yang memiliki double pintu, autoklaf yang tersedia di dalam laboratorium serta udara dengan aliran ke arah dalam laboratirum (WHO, 2004)

Page 37: PERENCANAAN, PENGEMBANGAN, DAN SAFETY ...digital.library.ump.ac.id/116/1/FULL TEXT.pdfvi Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA vii bahkan acara makan-makan

56 57Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA

4. Laboratorium Level 4- Biosafety Maksimum.

Laboratorium type ini hanya khusus digunakan sebagai

tempat penelitian mikroorganisme pathogen yang berbahaya.

Mikroorganisme yang dapat dipelihara di laboratorium ini

merupakan mikroorganisme yang dapat menyebabkan penyakit

pada hewan dan manusia yang serious dan mikroorganisme tersebut

dapat menular dari satu individu ke individu yang lain baik secara

langsung maupun tidak langsung (World Health Organization, 2004).

Keamanan dan keselamatan yang dibutuhkan oleh laboratorium

ini bersifat maksimum, seperti laboratorium level 3 namun perlu

ditambahkan biosafetycabinet khusus untuk level4, autoclave dua

pintu, udara yang tersaring dengan EPA filter baik udara keluar dari

laboratorium maupun udara masuk ke laboratorium (World Health

Organization, 2004).

Bab VI

FIRE SAFETY

Banyak bahan kimia di laboratorium atau tempat kerja yang

dapat menimbulkan kebakaran sehingga perhatian utama

dalam kesehatan dan keselamatan kerja laboratorium adalah

mengontrol sumber-sumber api dan mencegah terjadinya akumulasi

gas.

A. Sumber Api.

Beberapa benda di laboratorium yang dapat menjadi sumber

api antara lain listrik, lampu Bunsen, korek api, kompor listrik

maupun sumber-sumber panas yang lain. Hal yang harus diper-

hatikan ketika bekerja dengan bahan-bahan yang mudah terbakar

adalah memberikan perhatikan penuh kepada sumber-sumber api

tersebut. Pada umumnya gas-gas yang mudah terbakar memiliki

berat jenis yang lebih berat dibandingkan dengan udara sehingga

perhatian serius perlu diberikan kepada sumber-sumber api yang

berada di bawah bahan kimia yang digunakan.

Berdasarkan bentuknya, sumber api dapat dipisahkan menjadi

cairan, padat ataupun gas. Banyak cairan seperti alcohol dan

spiritus memiliki flash point sekitar a tau dibawah 37.7 0C sehingga

digolongkan dalam cairan yang mudah terbakar (flammable liquids;

Gambar 6.1).

Page 38: PERENCANAAN, PENGEMBANGAN, DAN SAFETY ...digital.library.ump.ac.id/116/1/FULL TEXT.pdfvi Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA vii bahkan acara makan-makan

58 59Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA

Gambar 6.1 Symbol bahan cair mudah terbakar, bahan padat mudah terbakar, dapat terbakar secara

spontan dan bahan yang dapat terbakar jika kontak dengan air.

Carian-cairan tersebut pada suhu di atas flash point akan

menghasilkan gas yang mudah terbakar. Jadi yang menimbulkan

kebakaran adalah gas yang ditimbulkan oleh cairan tersebut dan

bukan cairannya. Banyak benda padat juga dapat secara spontan

menghasilkan gas danmudah terbakar. Untuk mengetahui hal

tersebut dapat dilihat di label bahan kimia tersebut atau dilihat di

MSDS bahan kimia yang bersangkutan. Beberapa simbol bahan

kimia yang mudah terbakar (Gambar 6.1)

B. Penyimpanan Bahan Kimia Mudah Terbakar

Penyimpanan bahan kimia mudah terbakar harus dilakukan

secara hati-hati dan mengikuti prosedur standar yang berlaku.

Peraturan dasar penyimpanan bahan mudah terbakar antara lain

sebagai berikut:

• Jika memungkinan bahan kimia disimpan dalam lemarikhusus untuk bahan kimia yang mudah terbakar. Jika senyawa

tersebut harus disimpan di suhu rendah, maka penyimpanan

harus dilakukan di lemari pendingin khusus untuk bahan

mudah terbakar. Lemari es (kulkas) bukan merupakan tempat

untuk menyimpan bahan kimia yang mudah terbakar. Namun

jika tidak ada fasilitas tersebut, bahan mudah terbakar dapat

disimpan di ruang terbuka di dalam laboratorium dengan

yang memiliki system ventillasi yang baik dengan mengikuti

batas maksimum penyimpanan (lihat Tabel 4.1)

• Bahankimiayangmudahterbakartidakditempatkandidekatpintu keluar, atau jalan keluar lainnya.

• Bahan kimia harus dijauhkan dari sinarmatahari langsungataupun sumber panas yang lain

• Bahan harus dihindarkan dari kontak dengan bahan kimiayang bersifat oksidatif kuat seperti permanganat dan klorat.

• Setiap institusi seharusnya melarang merokok di dalambangunan termasuk di area penyimpanan bahan kimia

C. Aturan Keselamatan Kerja

Jika bekerja dengan bahan kimia yang mudah terbakar harus

diperhatikan hal sebagai berikut:

• Bekerjadiareayangbebassumberpanas• Tidak boleh memanaskan bahan kimia yang mudah

terbakar,termasuk di dalam waterbath, incubator dll

• Ventilasimerupakanlangkahpalingefektifuntukmencegahterjadinya kebakaran.

D. Alat Pemadam Kebakaran

Menurut British Standard EN-2, berdasarkan sumbernya api

dapat diklasifikasikan menjadi enam macam, yaitu seperti terlihat

pada Tabel 6.1. Oleh karena itu alat pemadam kebakaran juga harus

disesuaikan dengan jenis api. TIDAK semua api dapat dipadamkan

dengan menggunakan air.

Page 39: PERENCANAAN, PENGEMBANGAN, DAN SAFETY ...digital.library.ump.ac.id/116/1/FULL TEXT.pdfvi Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA vii bahkan acara makan-makan

60 61Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA

Tabel 6.1 Tanda dan klasifikasi api berdasarkan British Standard

(The University of Cambridge London Fire Officer, 2011)

Tanda Klasifikasi api

Class A: Api berasal dari bahan kayu, tekstil, kertas dan plastik

Class B: Semua bahan kimia yang bersifat mudah terbakar (flammable) baik cair maupun padat. Bahan ini juga digolongkan menjadi bahan yang tidak dapat bercampur dengan air seperti BBM, oli, minyak cat dan lilin, serta bahan yang dapt bercampur dengan air seperti alcohol, methanol, acetone, propanol dll.

Class C: Api yang berasal dari gas, liquid petroleum gasesn (LPG), butan, propane serta gas-gas untuk medis dan industri

Class D: Api yang kemudian melibatkan metal dan serbuk metal seperti sodium (Na) dan potassium (K). Jenis api ini harus dipadamkan dengan serbuk kering yang dibuat khusus untuk memadamkan api. Serbuk tersebut dapat mencegah oksigen mengenai permukaan metal sehingga api dapat dipadamkan.

Listrik: Listrik tidak menyebabkan api tetapi dapat memicu terjadinya kebakaran sehingga apabila terjadi kebakaran karena arus listrik maka setelah listrik dimatikan kemudian api ditangani seperti penanganan class A. Namun banyak alat-alat laboratorium yang mampu menyimpan listrik dengan menggunakan kapasitor meskipun sumber listrik telah dimatikan. Oleh karena itu penggunaan karbondioksida (CO2) atau bubuk kering sangat dianjurkan dalam penanganan ini

Class F: adalah klasifikasi baru untuk dapur katering, restoran dll yang menggunakan minyak goreng dengan pemanasan di atas 360 0C. Minyak goreng yang terbakar sangat sulit untuk dipadamkan dengan alat pemadam kebakaran konvensional, bahkan pemadaman yang tidak benar dapat membahayakan petugas karena api dapat menyebar. Isi tabung pemadam harus khusus dibuat bagi kelas ini.

Jika terjadi kebakaran, maka pemadamannya harus

menggunakan jenis pemadam tertentu. Misalnya terjadi kebakaran

karena kayu, kertas dan bahan sejenis yang terbakar, maka

pemadamannya dapat menggunakan air atau tabung pemadam

kelas A. Namun jika terjadi kebakaran karena alcohol maka

pemadamannya tidak boleh menggunakan air tetapi harus tabung

pemadam kelas B yang umumnya berupa busa atau kelas C yang

berisi gas CO2. Demikian seterusnya dan dapat dilihat di Gambar

6.2.

Page 40: PERENCANAAN, PENGEMBANGAN, DAN SAFETY ...digital.library.ump.ac.id/116/1/FULL TEXT.pdfvi Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA vii bahkan acara makan-makan

62 63Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA

di laboratorium adalah PACE (Laboratory and Chemical Safety

Committee, 2012).

P: Pindahkan orang-orang dari bahaya

A: Aktifkan alarm kebakaran dan hubungi petugas

C: Cegah menjalarkan api dengan menutup pintu dan

jendela

E: Evakuasi secepatnya dan tinggalkan gedung labo-

ratorium

Jika saudara pernah mendapatkan pelatihan cara menggunakan

pemadam kebakaran maka saudara berhak menggunakannya,

namun jika belum pernah mendapatkan training tersebut maka sece-

pat nya tinggalkan laboratorium setelah melakukan PACE tersebut.

Gambar 6.2. Aplikasi tabung pemadam kebakaran sangat tergantung dari bahan sumber kebakaran

(The University of Cambridge London Fire Officer, 2011).

E. Prosedur Penyelamatan

Laboratorium memiliki tanggung jawab untuk membuat

prosedur jika terjadi kebakaran. Pada umumnya jika terjadi

kebakaran maka hal pertama yang harus dilakukan oleh orang

Page 41: PERENCANAAN, PENGEMBANGAN, DAN SAFETY ...digital.library.ump.ac.id/116/1/FULL TEXT.pdfvi Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA vii bahkan acara makan-makan

64 65Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA

Bab VII

PENUTUP

Hampir semua pelaku pendidikan IPA percaya bahwa

pengajaran IPA tidak akan bermakna tanpa melakukan

aktivitas di laboratorium. Kegiatan laboratorium akan

mampu mendorong siswa berfikir kritis, mampu memecahkan

masalah dan mampu memahami materi dengan baik apabila

kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan di laboratorium dirancang

dan dipersiapkan dengan baik oleh para guru IPA dan pengelola

laboratorium. Agar para guru IPA dan pengelola laboratorium

dapat melakukan hal tersebut maka para guru harus mumpuni,

professional dan menguasai bahan pembelajaran sehingga materi

yang disajikan menjadi menarik bagi siswa untuk mempelajari dan

memahami sains dari berbagai aspek. Untuk melakukan hal tersebut,

dibutuhkan kesiapan yang matang bagi para pemangku kebijakan

pendidikan, pengelola sekolah dan para pelaku pendidikan agar

laboratorium mampu menghasilkan para scientist dan engineers di

masa mendatang.

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan tanggung

jawab semua pihak yang menggunakan laboratorium. Hal ini

yang harus diletakkan diatas segalanya sebelum suatu kegiatan

laboratorium dilaksanakan. Meskipun hampir semua pihak percaya

Page 42: PERENCANAAN, PENGEMBANGAN, DAN SAFETY ...digital.library.ump.ac.id/116/1/FULL TEXT.pdfvi Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA vii bahkan acara makan-makan

66 67Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA

bahwa kegiatan laboratorium merupakan hal yang tidak dapat

dipisahkan dari pengajaran sains, namun masih banyak pihak yang

tidak menyadari pentingnya kesehatan dan keselamatan kerja.

Oleh karena dua hal tersebut merupakan budaya yang tidak dapat

terlahir secara otomatis dan instant maka penanggungjawab sekolah

maupun pengelola laboratorium harus selalu berusaha menjadikan

kesehatan dan keselamatan kerja menjadi suatu budaya di institusi

mereka.

Kebutuhan akan pelatihan pengelolaan laboratorium yang

dilakukan secara rutin dan terprogram juga sangat dibutuhkan untuk

menjaga aturan keselamatan dan kesehatan kerja di laboratorium.

DAFTAR PUSTAKA

Biehle J.T., Motz L.L., West S.S. (1999) NSTA Guide to School Science Facilities.NSTAPress,Arlington,VA.

Committee on Prudent Practices in the Laboratory. (2011) Prudent Practices in the Laboratory: Handling and Management of Chemical Hazards - Updated Edition. National Academies Press,

Washington, D.C.

EducationDepartment. (1995) Science Laboratories. Fixtures & Furniture. Physical and Biological Science Section, Advisory

Inspectorate. Education Department, Wan Chai, Hong Kong.

Hofstein A., Mamlok-Naaman R. (2007) The laboratory in science

education: the state of art. Chemistry Education Research and Practice, 8, 105 - 107.

Kipniz M., Hofstein A. (2007) Inquiring the inquiry laboratory in

high school. In: Pinto R., Couso D. (eds), Constributing from Science Education Research. Springer, Dordrecht.

Klein J.I., Lyles M., Curtis-Bey L. (2008) Science Safety Manual. New

York City Department of Education.

Laboratory and Chemical Safety Committee. (2012) Laboratory Safety Manual. The University of North Carolina at Chapel Hill.

Page 43: PERENCANAAN, PENGEMBANGAN, DAN SAFETY ...digital.library.ump.ac.id/116/1/FULL TEXT.pdfvi Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA vii bahkan acara makan-makan

68 69Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA

McQuillan M.K., Coleman G.A. (2008) Connecticut High School Science Safety: Prudent Practices and Regulation. Connecticut

State Deparment of Education.

Motz L.L., Biehle J.T., West S.S. (2007) NSTA Guide to Planning School Science Facilities.NSTAPress,Arlington,VA.

National Science Teachers Assosiation. (2007) Position Statetement: The Role of Laboratory Investigation in Science Instruction.

NationalResearchCouncil. (2006) America’s Lab Report: Investigation

in High School Science. Cpmmittee on High School Science

Laboratories: Role and Vision. In: Singer S.R., Hilton M.L.,Schweingruber H.A. (eds). Board on Science Education, Center

for Education. Division of Behavioral and Social Science and

Education, Washington, DC.: The National Academies Press.

OHS The University of Queensland. (2010) Guidelines for the safe storage of chemicals. The University of Queensland, Australia,

Brisbane.

Piggott A. (2010) Science Prep Rooms in Secondary Schools. An Introduction to Prep Room Design for Architects and Designers.

Gratnells Ltd., Harlow, Essex CM20 2 SU, UK.

Piggott A. (2011) Science Labs in Secondary Schools. A Special Report to Good Science Lab Standards for Architects adn Designers. Gratnells

Ltd., Harlow, Essex CM20 2 SU, UK.

Russel C.B., Weaver G.C. (2008) Student perception of the purpuse

and function of the laboratory in science: A grounded theory

study. International Journal for the Scholarship of Teaching and Learning, 2, 1-14.

Singer S.R., Hilton M.L., Schwingruber H.A. (2006) America’s Lab Report. In, The Ntional Academic Press, Washington D.C.

Sumintono B., Ibrahim M.A., Phang F.A. (2010) Pengajaran sains

dengan praktikum laboratorium: Perspektif dari guru-guru

sains SMPN di kota Cimahi. Jurnal Pengajaran MIPA, 15, 120

- 127.

The University of Cambridge London Fire Officer. (2011) UCL Fire

Technical Note No: 024 User Guide to the Classification of Fire for Extinguishing Purposes.

The University of North Carolina at Chapel Hill. (2012) Biological Safety Manual. UNC Environment, Health & Safety.

TSIIncorporated. (2010) Lobaratory Design Handbook.

World Health Organization. (2004) Laboratory Biosafety Manual 3rd Edition.

Page 44: PERENCANAAN, PENGEMBANGAN, DAN SAFETY ...digital.library.ump.ac.id/116/1/FULL TEXT.pdfvi Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA vii bahkan acara makan-makan

70 71Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA

Biodata Penulis

Sisunandar, Ph.D. menyelesaikan pendidikan sarjana di

jurusan Pendidikan Biologi, IKIP Semarang (sekarang UNNES) pada

tahun 1991 dan menyelesaikan program master di Jurusan Biologi

Institut Teknologi Bandung pada tahun 1996, serta menyelesaikan

program doktor di School Land, Crop and Food Sciences, University

of Queensland, Australia. Sejak tahun 1992 sampai sekarang menjadi

staf pengajar di Program Studi Pendidikan Biologi, Universitas

Muhammadiyah Purwokerto.

Selama kurun waktu tersebut, banyak kegiatan pelatihan

keselamatan kerja laboratorium telah diikuti di Australia dan

Perancis seperti pelatihan tentang keselamatan kerja laboratorium

(Perancis, 2009; Australia, 2004 dan 2010), pelatihan tentang handling

quarantine materials (Australia, 2005 dan 2006), maupun Pelatihan

tentang handling liquid nitrogen (Australia, 2005).Ketrampilan

yang telah diperoleh juga telah banyak di tularkan dalam kegiatan

pelatihan keselamatan kerja di laboratorium IPA bagi para guru

sekolah menengah di lingkungan eks Karesidenan Banyumas.

Dalam bidang penelitian, banyak penelitian di bidang

bioteknologi telah dilakukan bekerjasama dengan peneliti Indonesia

maupun peneliti asing seperti di Perancis (2009, 2013 dan 2014) dan

Page 45: PERENCANAAN, PENGEMBANGAN, DAN SAFETY ...digital.library.ump.ac.id/116/1/FULL TEXT.pdfvi Sisunandar, Ph.D Perencanaan, Pengembangan, dan Safety Laboratorium IPA vii bahkan acara makan-makan

72 Sisunandar, Ph.D

Australia (2010). Karya ilmiah yang telah dihasilkan juga telah banyak

dipublikasikan dalam forum seminar nasional dan internasional,

maupun ditulis di beberapa jurnal internasional seperti Planta (2010,

2015), Cryobiology (2010), CryoLetters (2012) maupun In vitro Celluler and Developmetal Biology (2014).