93
PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN TARIK DENTIN BONDING BERBASIS HEMA & NON-HEMA SETELAH APLIKASI DIPERMUKAAN DENTIN SUPERFISIAL DAN PROFUNDA (Penelitian Eksperimental Laboratoris) SKRIPSI OLEH: ERESHA MELATI KUSUMA WURDANI NIM: 021311133121 FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2016 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN ... ERESHA MELATI K.W

PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN TARIK DENTIN …repository.unair.ac.id/54379/13/Eresha-Melati-021311133121-min.pdf · Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi sapi (bovine)

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN TARIK DENTIN …repository.unair.ac.id/54379/13/Eresha-Melati-021311133121-min.pdf · Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi sapi (bovine)

PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN TARIK DENTIN BONDING BERBASIS HEMA & NON-HEMA

SETELAH APLIKASI DIPERMUKAAN DENTIN SUPERFISIAL DAN PROFUNDA

(Penelitian Eksperimental Laboratoris)

SKRIPSI

OLEH: ERESHA MELATI KUSUMA WURDANI

NIM: 021311133121

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA

2016

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN ... ERESHA MELATI K.W

Page 2: PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN TARIK DENTIN …repository.unair.ac.id/54379/13/Eresha-Melati-021311133121-min.pdf · Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi sapi (bovine)

Scanned by CamScanner

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN ... ERESHA MELATI K.W

Page 3: PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN TARIK DENTIN …repository.unair.ac.id/54379/13/Eresha-Melati-021311133121-min.pdf · Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi sapi (bovine)

Scanned by CamScanner

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN ... ERESHA MELATI K.W

Page 4: PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN TARIK DENTIN …repository.unair.ac.id/54379/13/Eresha-Melati-021311133121-min.pdf · Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi sapi (bovine)

iv

PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah diuji pada tanggal 13 Desember 2016

PANITIA PENGUJI SKRIPSI

1. Moh. Rulianto, drg., MS., SpKG(K) (Ketua Penguji).

2. Prof. Dr. Adioro Soetojo, drg., MS., SpKG(K) (Pembimbing Utama

/ Sekertaris).

3. Devi Eka Juniarti, drg., M.Kes. SpKG (Pembimbing Serta/ Anggota

Penguji).

4. Cecillia G.J. Lunardhi, drg., MS., SpKG(K) (Anggota Penguji).

5. Edhie Arif Prasetyo, drg., MS., SpKG(K) (Anggota Penguji).

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN ... ERESHA MELATI K.W

Page 5: PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN TARIK DENTIN …repository.unair.ac.id/54379/13/Eresha-Melati-021311133121-min.pdf · Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi sapi (bovine)

v

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN ... ERESHA MELATI K.W

Page 6: PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN TARIK DENTIN …repository.unair.ac.id/54379/13/Eresha-Melati-021311133121-min.pdf · Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi sapi (bovine)

vi

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT karena berkat, rahmat,

dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “

Perbedaan Kekuatan Perlekatan Tarik Dentin Bonding Berbasis HEMA & Non-

HEMA Setelah Aplikasi Dipermukaan Dentin Superfisial dan Profunda ” sebagai

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi pada program studi S1

Pendidikan Dokter Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Pada

kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan

kepada:

1. Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga, Dr. R. Darmawan

Setijanto, drg., M.Kes. yang telah memberi kesempatan untuk menempuh

pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga.

2. Dr. Ira Widjiastuti, drg., M.Kes., SpKG(K), selaku Kepala Departemen

Konservasi Gigi yang telah memberi ijin untuk pembuatan skripsi.

3. Prof. Dr. Adioro Soetojo, drg., MS., SpKG(K), selaku dosen pembimbing

utama yang telah mencurahkan pikiran serta dengan sabar memberikan

motivasi dalam membimbing, mengarahkan, dan senantiasa membagi

banyak ilmu pengetahuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

dengan baik.

4. Devi Eka Juniarti, drg., M.Kes., SpKG, selaku dosen pembimbing serta

yang selalu sabar membimbing penulis dan menyediakan waktu untuk

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN ... ERESHA MELATI K.W

Page 7: PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN TARIK DENTIN …repository.unair.ac.id/54379/13/Eresha-Melati-021311133121-min.pdf · Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi sapi (bovine)

vii

berkonsultasi dalam penulisan skripsi ini.

5. Dewan penguji yakni Moh. Rulianto, drg., MS., SpKG(K) , Cecillia G.J.

Lunardhi, drg., MS., SpKG(K) , Edhie Arif Prasetyo, drg., MS., SpKG(K)

yang selalu memberikan nasihat, masukan, dukungan, serta meluangkan

waktu di tengah kesibukan beliau selama penyusunan skripsi sehingga

skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

6. Adi Hapsoro, drg., M.Kes yang telah membantu penulis untuk

menganalisa data statistik skripsi ini.

7. Bu Anik yang telah mengijinkan penulis untuk dapat menggunakan Lab

Bersama Kampus B Universitas Airlangga hingga proses penelitian dapat

terselesaikan dengan baik.

8. Dokter – dokter pendidikan spesialis konservasi gigi yang telah

memberikan masukan dalam skripsi penulis di tengah kesibukan serta

dapat memberikan ijin bagi penulis untuk dapat menggunakan alat plunger

set secara bersama – sama.

9. Seluruh admin Departemen Konservasi Gigi yang selalu memberikan

informasi dan membantu menyusun jadwal sidang.

10. Bapak dan Ibu tercinta ( H. R. Tjahyo Sukamto, S.E dan Hj. Nuraida

Setiawati, S.E) selaku orang tua penulis yang selalu memberikan do’a dan

banyak memberikan dukungan lahir dan batin. Penulis juga

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN ... ERESHA MELATI K.W

Page 8: PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN TARIK DENTIN …repository.unair.ac.id/54379/13/Eresha-Melati-021311133121-min.pdf · Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi sapi (bovine)

viii

mendedikasikan karya tulis ilmiah ini untuk eyang penulis, Prof. Siti

Wuryan A Prayitno, drg., SKM., M.Sc., PhD., Sp.Perio(K) dan Prof. Dr.

Moetmainah Prajitno, drg., MS., SpKG(K) sebagai panutan bagi penulis

serta beliau – beliau yang tidak pernah bosan memberikan motivasi dan

mengingatkan agar dapat menyelesaikan skripsi dengan baik dan tepat

waktu.

11. Diaz Kurnia Pentasandi, yang tidak pernah bosan memberikan bantuan,

mengingatkan, memberikan motivasi kepada penulis agar dapat

menyelesaikan penulisan skripsi dengan baik dan tepat waktu.

12. Sahabat tercinta Dewi Kusuma Wardani, Nike Puji Rahmawati, Afrista

Dyah Setiawan, Sonya Liani R dan Putri Permata Timur yang telah

memberikan segala bentuk motivasi dalam usaha menyelesaikan penulisan

skripsi ini.

13. Sahabat, orang-orang terkasih dan semua pihak yang tidak dapat

disebutkan namanya satu persatu yang telah banyak membantu

penyusunan skripsi ini.

Semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala amal yang telah

diberikan, semoga skripsi ini berguna bagi diri sendiri maupun pihak lain yang

memanfaatkan.

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN ... ERESHA MELATI K.W

Page 9: PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN TARIK DENTIN …repository.unair.ac.id/54379/13/Eresha-Melati-021311133121-min.pdf · Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi sapi (bovine)

ix

Penulis menyadari bahwa penulisan ini jauh dari kata sempurna dan

banyak kekurangan serta kelemahan, untuk itu segala kritik dan saran yang

bersifat membangun dari semua pihak selalu kami harapkan demi sempurnanya

penyusunan skripsi ini.

Surabaya, 13 Desember 2016

Penulis

Eresha Melati Kusuma Wurdani

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN ... ERESHA MELATI K.W

Page 10: PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN TARIK DENTIN …repository.unair.ac.id/54379/13/Eresha-Melati-021311133121-min.pdf · Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi sapi (bovine)

x

PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN TARIK DENTIN BONDING BERBASIS HEMA & NON-HEMA SETELAH APLIKASI

DIPERMUKAAN DENTIN SUPERFISIAL DAN PROFUNDA

(Penelitian Eksperimental Laboratoris)

ABSTRAK

Latar Belakang. Kemajuan dalam bidang kedokteran gigi semakin berkembang nyata seiring dengan permintaan pasien yang menyadari akan pentingnya merawat gigi. Fenomena lesi yang sering ditemukan adalah lesi servikal dengan prevalensi pada pria 46.36% dan wanita 38.13%. Pada lesi servikal yang membutuhkan perawatan dan pengaplikasian tumpatan untuk menghentikan proses kerusakan jaringan, merupakan hal yang kompleks terutama perlekatan pada dentin. Proses perlekatan bahan tumpatan dengan struktur gigi diharapkan tumpatan tidak mudah lepas dan memiliki fungsi yang optimal pada rongga mulut. Pengaplikasian bahan bonding untuk merekatkan dentin dengan komposit sangat diperlukan. Pemilihan bahan bonding berbasis HEMA dan non-Hema yang memiliki komposisi pelarut berbeda dari tiap bahan, setelah diaplikasikan pada dentin superfisial dan dentin profunda sangat mempengaruhi hasil dari uji debonding. Uji debonding yaitu untuk mengukur kekuatan adhesi dari suatu bahan bonding. Tujuan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan kekuatan perlekatan tarik dentin bonding berbasis HEMA & non-HEMA setelah aplikasi dipermukaan dentin superfisial dan profunda. Metode. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi sapi (bovine). Pengambilan dentin superfisial yaitu 0,5-1 mm dari dentino enamel junction dan dentin profunda yaitu 0,5 mm puncak dari pulp horn. Luas permukaan dentin yang digunakan untuk penelitian yaitu sebesar p x r2 = (3,14 x 22) = 12,56 mm2. 6 sampel dentin bonding berbasis HEMA yang diaplikasikan pada dentin superfisial. 6 sampel dentin bonding berbasis non-HEMA yang diaplikasikan pada dentin superfisial. 6 sampel dentin bonding berbasis HEMA yang diaplikasikan pada dentin profunda. 6 sampel dentin bonding berbasis non-HEMA yang diaplikasikan pada profunda. Alat pengukur kekuatan tarik Autograph AG-10TE (Shimadzu, Japan) di LDB- Unair. Hasil. Terdapat perbedaan kekuatan perlekatan tarik dentin bonding berbasis HEMA & non-HEMA setelah aplikasi dipermukaan dentin superfisial dan profunda. Kesimpulan. Berdasarkan uji kekuatan tarik, terdapat perbedaan kekuatan perlekatan tarik dentin bonding berbasis HEMA & non-HEMA setelah aplikasi dipermukaan dentin superfisial dan profunda. Penggunaan bahan dentin bonding berbasis non-HEMA lebih baik dibandingkan dengan dentin bonding berbasis HEMA setelah diaplikasikan pada kedalaman dentin yang berbeda. Kata kunci : HEMA, non-HEMA, dentin superfisial, dentin profunda.

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN ... ERESHA MELATI K.W

Page 11: PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN TARIK DENTIN …repository.unair.ac.id/54379/13/Eresha-Melati-021311133121-min.pdf · Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi sapi (bovine)

xi

DIFFERENCES IN TENSILE BOND STRENGTH OF DENTINE BONDING HEMA-BASED & HEMA-FREE BASED AFTER

APPLICATION IN SUPERFICIAL AND DEEP DENTINE SURFACE

(Experimental Laboratory Research)

ABSTRACT Background. Improvement in dentistry shows some progress, due to patients awareness the importance of dental care. Cervical lesion is the most common phenomenon which oftenly found 46.36% in man and 38.13% in woman. Cervical lesions needs composite restoration application for treatment to stop the process of tissue damage. The process of adhesion in composite restoration material with tooth structure was not easily separated and needed optimal function in the oral cavity. Application of dentin bonding agents to attach the composite was needed. Selection of HEMA-based bonding material and Hema free-based bonding material which have a different solvent composition, as applied to the dentin superficial and deep dentin affect the results of debonding test. Debonding test is measure the adhesion strength of a bonding material. Purpose. The aim of this study was analyzed differences in tensile bond strength of dentine bonding HEMA-based and HEMA-free based after application in superficial and deep dentine surface. Methods. The sample used in this study was the tooth (bovine). Superficial dentine was taking from 0.5-1 mm of dentino enamel junction and deep dentine was taking from 0.5 mm culmination of pulp horn. Dentine surface area that used for research is equal to p x r2 = (3.14 x 22) = 12.56 mm2. 6 samples of HEMA-based bonding was applied to the dentine superficial. 6 samples of HEMA-free based bonding was applied to the superficial dentine. 6 samples of HEMA-based bonding was applied to the deep dentine. 6 samples of HEMA-free based bonding was applied to the deep dentine. Tensile strength measuring device Autograph AG-10TE (Shimadzu, Japan) in LDB- Unair. Results. There are differences tensile bond strength of dentine bonding HEMA-based and HEMA- free based after the application in superficial and deep dentine surface. Conclusion. Based on tensile strength test, There are differences tensile bond strength of dentine bonding HEMA-based and HEMA-free based after the application in superficial and deep dentine surface.The use of dentine bonding materials HEMA-free based better than HEMA-based after application on different dentine depths. Keywords: HEMA-based, HEMA-free based, superficial dentine, deep dentin.

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN ... ERESHA MELATI K.W

Page 12: PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN TARIK DENTIN …repository.unair.ac.id/54379/13/Eresha-Melati-021311133121-min.pdf · Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi sapi (bovine)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................... i

HALAMAN JUDUL .................................................................................................. ii

LEMBAR PERSETUJUAN ..................................................................................... iii

LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI ..................................................... iv

SURAT PERNYATAAN TENTANG ORISINALITAS ....................................... v

UCAPAN TERIMA KASIH ..................................................................................... vi

ABSTRAK .................................................................................................................. x

DAFTAR ISI ............................................................................................................. xii

DAFTAR TABEL .................................................................................................... xvi

DAFTAR GRAFIK ................................................................................................ xvii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xviii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xix

BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................................... 1

1.1 Latar belakang ........................................................................................................ 1

1.2 Rumusan masalah ................................................................................................... 6

1.3 Tujuan penelitian .................................................................................................... 6

1.4 Manfaat .................................................................................................................. 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 8

2.1 Resin Komposit ...................................................................................................... 8

2.1.1 Definisi ................................................................................................................ 8

2.1.2 Komposisi & struktur resin komposit ............................................................... 10

2.2 Dentin gigi ............................................................................................................ 14

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN ... ERESHA MELATI K.W

Page 13: PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN TARIK DENTIN …repository.unair.ac.id/54379/13/Eresha-Melati-021311133121-min.pdf · Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi sapi (bovine)

xiii

2.2.1 Struktur .............................................................................................................. 14

2.2.2 Komposisi ......................................................................................................... 15

2.2.3 Klasifikasi ......................................................................................................... 16

2.2.3.1 Dentin superfisial ........................................................................................... 16

2.2.3.2 Dentin profunda ............................................................................................ 17

2.3 Bonding ................................................................................................................ 17

2.3.1 Bonding dentin .................................................................................................. 17

2.3.2 HEMA sebagai bahan dasar dentin bonding ..................................................... 21

2.3.3 Non-HEMA sebagai bahan dasar dentin bonding ............................................. 23

2.3.4 Sistem bonding total etch .................................................................................. 23

2.4 Etsa asam .............................................................................................................. 25

2.5 Smear layer .......................................................................................................... 26

2.6 Adesi & kohesi ..................................................................................................... 27

2.6.1 Faktor yang mempengaruhi adesi ..................................................................... 29

2.6.1.1 Energi permukaan .......................................................................................... 29

2.6.1.2 Pembasahan (wetting) .................................................................................... 30

2.6.2 Perlekatan komposit dengan dentin bonding .................................................... 31

2.7 Kekuatan perlekatan tarik .................................................................................... 33

2.8 Gigi bovine ........................................................................................................... 34

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN ......... 36

3.1 Kerangka konseptual ............................................................................................ 36

3.2 Penjelasan kerangka konseptual ........................................................................... 37

3.3 Hipotesis penelitian .............................................................................................. 39

BAB 4 METODE PENELITIAN ............................................................................ 40

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN ... ERESHA MELATI K.W

Page 14: PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN TARIK DENTIN …repository.unair.ac.id/54379/13/Eresha-Melati-021311133121-min.pdf · Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi sapi (bovine)

xiv

4.1 Jenis penelitian ..................................................................................................... 40

4.2 Lokasi penelitian .................................................................................................. 40

4.3 Waktu penelitian .................................................................................................. 40

4.4 Sampel penelitian ................................................................................................. 40

4.4.1 Populasi sampel ................................................................................................. 40

4.4.2 Kriteria sampel .................................................................................................. 41

4.4.3 Pembagian sampel ............................................................................................. 41

4.4.4 Jumlah sampel ................................................................................................... 41

4.5 Variabel penelitian ............................................................................................... 42

4.5.1 Variabel bebas ................................................................................................... 42

4.5.2 Variabel terikat .................................................................................................. 43

4.5.3 Variabel terkendali ............................................................................................ 43

4.6 Definisi operasional penelitian ............................................................................. 43

4.7 Prosedur penelitian ............................................................................................... 46

4.7.1 Bahan-bahan ...................................................................................................... 46

4.7.2 Instrumen penelitian .......................................................................................... 47

4.7.3 Cara kerja penelitian ......................................................................................... 47

4.7.3.1 Persiapan sampel ............................................................................................ 47

4.7.3.2 Persiapan aplikasi bonding HEMA dan Non-HEMA serta resin komposit ... 48

4.7.3.3 Mengukur kekuatan perlekatan tarik .............................................................. 51

4.7.4 Analisis data ...................................................................................................... 52

4.7.5 Alur penelitian ................................................................................................... 53

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA ....................................... 54

BAB 6 PEMBAHASAN ........................................................................................... 58

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN ... ERESHA MELATI K.W

Page 15: PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN TARIK DENTIN …repository.unair.ac.id/54379/13/Eresha-Melati-021311133121-min.pdf · Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi sapi (bovine)

xv

BAB 7 PENUTUP ..................................................................................................... 64

7.1 Kesimpulan .......................................................................................................... 64

7.2 Saran ..................................................................................................................... 64

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 65

LAMPIRAN

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN ... ERESHA MELATI K.W

Page 16: PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN TARIK DENTIN …repository.unair.ac.id/54379/13/Eresha-Melati-021311133121-min.pdf · Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi sapi (bovine)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Keuntungan dan kerugian primer dengan bermacam solvent ................... 20

Tabel 2.2. Komposisi dan aplikasi bahan dentin bonding berbasis Hema dan Non-

HEMA yang digunakan dalam penelitian .................................................................. 21

Tabel 5.1. Rerata dan simpangan baku kekuatan perlekatan tarik dentin bonding

berbasis HEMA & non-HEMA setelah aplikasi dipermukaan dentin superfisial

dan profunda. (MPa) ................................................................................................. 55

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN ... ERESHA MELATI K.W

Page 17: PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN TARIK DENTIN …repository.unair.ac.id/54379/13/Eresha-Melati-021311133121-min.pdf · Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi sapi (bovine)

xvii

DAFTAR GRAFIK

Grafik 5.1 Rerata dan simpangan baku kekuatan perlekatan tarik dentin bonding

berbasis HEMA & non-HEMA setelah aplikasi dipermukaan dentin superfisial

dan profunda. (MPa) ................................................................................................. 56

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN ... ERESHA MELATI K.W

Page 18: PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN TARIK DENTIN …repository.unair.ac.id/54379/13/Eresha-Melati-021311133121-min.pdf · Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi sapi (bovine)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar. 2.1. Perkembangan resin komposit selama 55 tahun terakhir ....................... 9

Gambar. 2.2. Struktur molekul dari modifikasi tiga metakrilat atau monomer resin

akrlik yang digunakan di material komposit. (a) Bis GMA (merupakan produk

dari BisPhenol A dan glisidilmetakrilat). (b) Uretan dimetakrilat. (c) Trietilen

glikol dimetakrilat ...................................................................................................... 11

Gambar. 2.3. Permukaan dentin yang di etsa menghilangkan smear layer dan

hidroksiapatit pada permukaan sekitar 2 µm .............................................................. 25

Gambar. 2.4. Smear layer pada dentin ....................................................................... 26

Gambar. 2.5. Gambar diatas menunjukkan ilustrasi adesi (garis dengan tanda

silang) menandakan perlekatan antara 2 molekul yang berbeda yaitu gigi dengan

bahan bonding dan bahan bonding dengan restorasi .................................................. 28

Gambar. 2.6. Sudut kontak yang besar menyebabkan pembasahan kurang baik ...... 30

Gambar. 2.7. Sudut kontak yang kecil menyebabkan pembasahan baik ................... 31

Gambar. 2.8. Preparasi gigi untuk memperoleh dentin superfisial yang terletak

0,5-1 mm dari dentino enamel junction (tanda hitam pada gambar yang

merupakan dentin superfisial) .................................................................................... 45

Gambar. 2.9. Preparasi gigi untuk memperoleh dentin profunda yang terletak 0,5

mm dari puncak pulp horn (tanda hitam pada gambar yang merupakan dentin

profunda) .................................................................................................................... 46

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN ... ERESHA MELATI K.W

Page 19: PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN TARIK DENTIN …repository.unair.ac.id/54379/13/Eresha-Melati-021311133121-min.pdf · Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi sapi (bovine)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Foto penelitian

Lampiran 2. Hasil statistik

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN ... ERESHA MELATI K.W

Page 20: PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN TARIK DENTIN …repository.unair.ac.id/54379/13/Eresha-Melati-021311133121-min.pdf · Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi sapi (bovine)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemajuan dalam bidang kedokteran gigi semakin berkembang nyata

seiring dengan permintaan pasien yang menyadari akan pentingnya merawat

gigi. Dewasa ini, terdapat fenomena lesi yang sering ditemukan adalah lesi

servikal dengan daerah sementum dan dentin yang terbuka dapat

menyebabkan gigi mengalami rasa sensitif terhadap perubahan temperatur.

Lesi servikal tersebut juga dapat disebabkan oleh karena abrasi sikat gigi.

Pada daerah dentin juga terdapat lesi erosi yang saat ini semakin bertambah

jumlahnya. Suatu penelitian menunjukkan bahwa prevalensi lesi servikal pada

pria 46.36% dan wanita 38.13% (Al-Zahawi, 2015). Perawatan dan

pengaplikasian tumpatan pada daerah dentin juga semakin meningkat untuk

menghentikan proses kerusakan jaringan, namun proses perlekatan bahan

tumpatan dengan struktur gigi merupakan hal yang kompleks terutama

perlekatan pada dentin. Perawatan lesi servikal yaitu dengan melakukan

preparasi kavitas kelas V yang dapat ditumpat menggunakan bahan restorasi.

(Anusavice, 2003).

Penggunaan resin komposit sebagai bahan restorasi yang baik dan dapat

mengembalikan estetik merupakan kebutuhan masyarakat. Resin komposit

merupakan suatu bahan campuran antara bisfenol A dengan glisidil metakrilat

yang dikenal sebagai Bis-GMA. Keuntungan dari resin komposit yaitu mampu

merestorasi hampir semua klasifikasi karies menurut Black, daya absorbsi air

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN ... ERESHA MELATI K.W

Page 21: PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN TARIK DENTIN …repository.unair.ac.id/54379/13/Eresha-Melati-021311133121-min.pdf · Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi sapi (bovine)

2

yang rendah, dapat melekat dengan mudah pada permukaan gigi, mudah

dimanipulasi, warna dapat disesuaikan dengan mudah karena translusensi

cahaya yang rendah dan dapat membentuk ikatan dengan enamel dan dentin

(Anusavice, 2003; Adioro, 2006; Annette, 2005; Ibrahim et al., 2011.

Dentin merupakan jaringan yang selalu basah karena terdapatnya cairan

pada tubuli dentin sehingga resin komposit yang memiliki sifat hidrofobik

tidak dapat melekat pada dentin, oleh karena itu diperlukan suatu bahan

bonding untuk merekatkan dentin dengan komposit (Anusavice,2003).

Bonding terdiri dari tiga komponen utama yaitu etsa, primer dan adesif,

ketiganya dikombinasikan untuk menghasilkan suatu perlekatan (Craig, 2002).

Bonding pada bidang kedokteran gigi mengandung prinsip adhesi yang

sangat berperan penting dalam penggunaannya. Adhesi merupakan proses

atraksi antara molekul berbeda menyebabkan terjadinya ikatan antara kedua

fase secara bersama-sama. Fase tersebut adalah kekuatan (force) atau energi

diantara atom atau molekul pada daerah antarmuka (interface). Adhesi yang

optimal harus memiliki sifat pembasahan yang baik antara bahan bonding

dengan struktur jaringan keras gigi. Faktor utama yang dapat mempengaruhi

pembasahan yaitu tegangan permukaan pada cairan bonding dan energi

permukaan dentin. Tegangan permukaan cairan bonding harus lebih rendah

dari energi permukaan substrat dentin. Dalam hal tersebut, uji debonding

sangat diperlukan untuk mengukur kekuatan adhesi dari suatu bahan bonding

(Adioro, 2006; Fraunhofer, 2012). Menurut Craig, (2002) pengujian tersebut

ditentukan dengan pembebanan pada keadaan geser atau tarik sampai terjadi

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN ... ERESHA MELATI K.W

Page 22: PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN TARIK DENTIN …repository.unair.ac.id/54379/13/Eresha-Melati-021311133121-min.pdf · Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi sapi (bovine)

3

fraktur. Evaluasi tersebut diharapkan dapat menunjukkan bagaimana

perlekatan berfungsi dalam mulut.

Pada saat komposit akan diaplikasikan, permukaan dentin harus bersih dari

kontaminasi sehingga dapat terjadi perlekatan nano-micromechanic. Adanya

smear layer merupakan kontaminasi yang dapat mengurangi kekuatan

perlekatan bahan bonding dentin. Smear layer merupakan lapisan pada

permukaan dentin dan menghalangi kontak langsung resin bonding dengan

dentin (Yasen & Subba, 2009). Teknik total-etch sering digunakan pada

sistem bonding dentin. Teknik tersebut menghilangkan smear layer dan

hrdroxy-apatite pada dentin (Kumari et al., 2015). Pengetsaan tersebut akan

menyebabkan tubulus dentin terbuka sehingga cairan dalam tubulus dentin

akan keluar (Anusavice, 2003). Dalam hal tersebut, terdapat perbedaan

kepadatan tubulus dentin dan kadar air pada tiap kedalaman dentin. Kadar air

terendah pada dentin terdapat pada dentin supefisial dan kadar tertinggi

terdapat pada dentin profunda. Pada dentin superfisial, memiliki tubulus yang

lebih sedikit sehingga pada saat dentin bonding berpenetrasi ke dalam dentin

intertubular yang bertanggung jawab memberikan kekuatan perlekatan antara

dentin dan bahan restorasi pada gigi nantinya akan memiliki kekuatan yang

lebih rendah. Sebaliknya, pada profunda dentin, tubulus dentin yang dimiliki

lebih banyak jumlahnya sehingga permeabilitas intratubular resin memiliki

kekuatan ikatan perlekatan yang lebih tinggi (Kumari et al., 2015).

Aplikasi bahan adesif resin yang digunakan untuk membentuk ikatan

antara resin komposit dengan struktur gigi dihasilkan dari sistem bonding

dengan cara adesi. Ikatan antara resin komposit dengan struktur gigi

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN ... ERESHA MELATI K.W

Page 23: PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN TARIK DENTIN …repository.unair.ac.id/54379/13/Eresha-Melati-021311133121-min.pdf · Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi sapi (bovine)

4

merupakan suatu proses perlekatan bahan restorasi yang membentuk suatu

hubungan antara resin dengan enamel dan dentin (Adioro, 2006; Maher,

2013). Bonding pada enamel dapat dicapai lebih mudah karena enamel

sebagian besar terdiri dari kristal hidroksiapatit. Meskipun untuk mendapatkan

adhesi pada enamel lebih mudah, adhesi pada dentin yang merupakan bagian

terbesar dari gigi telah terbukti lebih baik karena memiliki sifat heterogen.

Mekanisme adhesi dentin diawali dengan pembentukan lapisan hybrid antara

resin dan dentin. Pembentukan lapisan hybrid yang terjadi penting untuk

membentuk ikatan yang kuat dan tahan lama antara resin dan dentin (Adioro,

2006; Maher, 2013). Sistem bonding pada dentin dapat diperoleh dengan

adanya interaksi kimia antara gugus fungsi amina kolagen dengan gugus

karbonil resin yang selanjutnya membentuk ikatan peptida yang merupakan

ikatan primer kovalen yang kuat. Sistem bonding pada dentin terdiri dari

bahan anorganik seperti kolagen serta smear layer, mengandung lebih banyak

air karena dentin merupakan jaringan yang selalu basah oleh cairan yang

dikeluarkan oleh tubuli dentin sehingga bersifat hidrofilik. Dalam hal ini,

perlekatan dentin bonding pada fibril kolagen dentin juga merupakan interaksi

yang penting. Dentin bonding dapat berpenetrasi masuk kedalam rongga-

rongga nano interfibriler kemudian berpolimerisasi membentuk penjangkaran

secara mekanis (Adioro, 2006).

Dentin bonding terdiri dari bahan yang berbasis HEMA dan non-

HEMA. Pada dentin bonding yang berbasis hema (2-hidroksietil-metakrilat)

paling sering digunakan karena memiliki beberapa kelebihan yaitu

pembuatannya relatif mudah, dapat bertahan cukup lama karena terdapatnya

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN ... ERESHA MELATI K.W

Page 24: PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN TARIK DENTIN …repository.unair.ac.id/54379/13/Eresha-Melati-021311133121-min.pdf · Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi sapi (bovine)

5

penambahan zat preservatif serta berfungsi sebagai gugus hidrofobik maupun

hidrofilik. Gugus hidrofobik dan hidrofilik tersebut meningkatkan kekuatan

ikatan dentin serta resin komposit diatasnya. Bahan dentin bonding berbasis

HEMA memiliki sifat pembasahan yang baik sehubungan dengan sifat

viskositas yang rendah sehingga dapat meningkatkan energi permukaan.

Dengan adanya bahan dentin bonding berbasis HEMA diharapkan bahan

tersebut akan berikatan secara fisik maupun kimiawi dengan fibril kolagen

sehingga terjadi kekuatan pelekatan pada dentin dengan tujuan memperbaiki

adaptasi antar permukaan dari restorasi dapat meningkat (Adioro, 2006;

Dijken, 2013; Klíssia et al., 2011). Bahan dentin bonding berbasis HEMA

juga memiliki kekurangan dengan berbagai studi melaporkan secara klinis

bahan dentin bonding berbasis HEMA menunjukkan bahan tersebut

merupakan sensitizer paling umum untuk menginduksi hipersensitivitas pada

gigi. Selain itu, beberapa penelitian telah menunjukkan efek sitotoksik yang

signifikan berkaitan dengan monomer metakrilat yang terkandung dalam

dentin bonding berbasis HEMA. Oleh karena itu, terdapat alternatif bahan

dentin bonding yaitu berupa dentin bonding berbasis non-HEMA (Dijken,

2013).

Bonding berbasis non-HEMA umumnya memiliki monomer yang

disebut urethane dimetakrilat (UDMA). UDMA dapat membentuk polimer

cross-link yang padat sehingga terjadi peningkatan kekuatan mekanis. Polimer

tersebut apabila direnggangkan atau tertarik saat kontraksi polimerisasi dapat

mencegah rantai individual bergeser satu sama lain serta apabila stress akibat

polimerisasi hilang, rantai polimer cross link dapat kembali ke posisi awal dan

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN ... ERESHA MELATI K.W

Page 25: PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN TARIK DENTIN …repository.unair.ac.id/54379/13/Eresha-Melati-021311133121-min.pdf · Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi sapi (bovine)

6

objek kembali kebentuk semula. UDMA memiliki berat molekul yang lebih

tinggi sehingga dapat meningkatkan derajat polimerisasi (Fraunhofer, 2012;

Papakonstantinou, 2011). Bahan dentin bonding juga memiliki komposisi

pelarut yang berbeda pada tiap bahan. Komposisi tersebut juga sangat

mempengaruhi kekuatan perlekatan dentin bonding pada fibril kolagen.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis apakah terdapat

perbedaan kekuatan perlekatan tarik dentin bonding berbasis HEMA & non-

HEMA setelah aplikasi dipermukaan dentin superfisial dan profunda.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah terdapat perbedaan kekuatan perlekatan tarik dentin bonding

berbasis HEMA & non-HEMA setelah aplikasi dipermukaan dentin superfisial

dan profunda?

1.3 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan

kekuatan perlekatan tarik dentin bonding berbasis HEMA & non-HEMA

setelah aplikasi dipermukaan dentin superfisial dan profunda.

1.4 Manfaat

Manfaat dari penelitian ini yaitu:

1. Memberikan gambaran kekuatan perlekatan bahan dentin bonding pada

perbedaan kedalaman kavitas gigi.

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN ... ERESHA MELATI K.W

Page 26: PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN TARIK DENTIN …repository.unair.ac.id/54379/13/Eresha-Melati-021311133121-min.pdf · Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi sapi (bovine)

7

2. Mengurangi terjadinya kegagalan restorasi resin komposit akibat

kesalahan pemilihan bahan bonding.

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN ... ERESHA MELATI K.W

Page 27: PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN TARIK DENTIN …repository.unair.ac.id/54379/13/Eresha-Melati-021311133121-min.pdf · Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi sapi (bovine)

8

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Resin komposit

2.1.1 Definisi

Perkembangan resin komposit dimulai dari akhir 1950 dan awal 1960,

ketika Bowen memulai mengembangkan suatu jenis bahan komposit baru.

Percobaan untuk memperkuat resin efoksi dengan partikel bahan pengisi.

Kelemahan sistem resin efoksi yaitu lamanya pengerasan, tingginya pengerutan

dan kecenderungan berubah warna sehingga mendorong Bowen

mengkombinasikan keunggulan efoksi dan akrilat. Percobaan ini menghasilkan

pengembangan molekul bisfenol A-glisidil metakrilat (Bis-GMA) yang

merupakan suatu resin dimetakrilat dan penggunaan silane yang dapat berikatan

kimia dengan resin untuk melapisi bahan pengisi. Bis-GMA memiliki berat

molekul yang tinggi daripada metil metakrilat, kepadatan gugus metakrilat

berikatan ganda adalah lebih rendah dalam monomer Bis-GMA yang merupakan

faktor untuk mengurangi pengerutan polimerisasi. Dengan adanya penggunaan

dimetakrilat juga menyebabkan bertambahnya ikatan silang dan perbaikan sifat

polimer. Penemuan tersebut membuat bahan resin komposit menjadi pengganti

semen silikat dan resin akrilat untuk restorasi estetika gigi anterior (Anusavice,

2012).

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN ... ERESHA MELATI K.W

Page 28: PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN TARIK DENTIN …repository.unair.ac.id/54379/13/Eresha-Melati-021311133121-min.pdf · Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi sapi (bovine)

9

Gambar. 2.1. Perkembangan resin komposit selama 55 tahun terakhir (Anusavice,

2012).

Resin komposit merupakan campuran dua atau lebih bahan yang pada

akhir pencampran tersebut sifat-sifat bahan menjadi lebih baik. Pengunaan bahan

komposit berbasis resin dalam bidang kedokteran gigi khususnya dalam ilmu

konservasi gigi sudah sangat luas yaitu digunakan sebagai bahan tumpatan , bahan

luting, restorasi indirek dan facing logam untuk pasak dan inti (core) (Adioro,

2006). Bahan restorasi yang baik yaitu dapat mengembalikan estetik merupakan

kebutuhan masyarakat dewasa ini. Resin komposit sinar memiliki berbagai

macam keuntungan seperti sifat yang baik dalam hal pemakaian, memiliki

resistensi yang baik terhadap keadaan kelas IV, mempunyai daya absorpsi air

yang rendah, melekat dengan mudah pada permukaan gigi, warna yang mudah

disesuaikan karena translusensi cahaya yang rendah, dan mudah dimanipulasi

(Annette, 2005). Kemajuan yang sangat menonjol dibidang restorasi gigi pada

saat ini ditandai dengan dikembangkannya material resin komposit yang banyak

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN ... ERESHA MELATI K.W

Page 29: PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN TARIK DENTIN …repository.unair.ac.id/54379/13/Eresha-Melati-021311133121-min.pdf · Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi sapi (bovine)

10

digunakan sebagai material restorasi untuk kavitas klas III, IV dan V yang tidak

menerima beban kunyah yang besar. Berdasarkan sistim aktivasi, ada dua macam

resin komposit yaitu yang beaktivasi secara kimia dan sinar tampak, saat ini resin

komposit sebagai material restorasi yang beraktivasi dengan sinar tampak sangat

populer penggunaannya (Anggraini dkk., 2005).

2.1.2 Komposisi dan struktur resin komposit

Terdapat tiga komponen utama yang terkandung dalam bahan restorasi

resin yaitu matriks resin organik terdiri dari monomer dasar resin Bis-GMA atau

Bowen’s, monomer pengencer seperti triethylene atau tetraethylene glycol

dimethacrylate untuk kemudahan mengalir, bahan pengisi (filler) anorganik

bersifat penguat seperti crystaline quartz, lithium aluminosilicate, barium

aluminoborate silica glass, dan fused silica, bahan penggabung (coupling agent)

untuk mendapatkan ikatan adesif yang sangat stabil oleh bahan pengisi terhadap

resin dapat meningkatkan kekuatan dan daya tahan dari komposit, bahan

penghambat polimerisasi untuk membatasi terjadinya proses polimerisasi selama

penyinaran, bahan pemula polimerisasi (initiator) dan bahan pengaktif

polimerisasi (activator) (Annette, 2005; Adioro,2006). Masing-masing komponen

tersebut memiliki kesempatan untuk lebih dikembangkan lagi dalam bentuk

penelitian-penelitan yang berguna untuk menghasilkan bahan restorasi komposit

yang lebih baik lagi (Cramer dkk., 2011). Komponen yang terkandung dalam

bahan restorasi resin komposit yaitu:

Resin matriks

Bahan komposit terbanyak menggunakan monomer yang merupakan

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN ... ERESHA MELATI K.W

Page 30: PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN TARIK DENTIN …repository.unair.ac.id/54379/13/Eresha-Melati-021311133121-min.pdf · Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi sapi (bovine)

11

diakrilat aromatik atau alipatik. Bisphenol-A-Glycidyl Methacrylate (Bis- GMA),

Urethane Dimethacrylate (UEDMA), dan Trietilen Glikol Dimethacrylate

(TEGDMA) merupakan Dimetakrilat yang umum digunakan dalam resin

komposit (Gambar 2.2).

Gambar. 2.2. Struktur molekul dari modifikasi tiga metakrilat atau

monomer resin akrlik yang digunakan di material komposit. (a) Bis GMA

(merupakan produk dari BisPhenol A dan glisidilmetakrilat). (b) Uretan

dimetakrilat. (c) Trietilen glikol dimetakrilat (Anusavice, 2012).

Monomer dengan berat molekul tinggi, khususnya Bis-GMA amatlah

kental pada temperatur ruang (250C). Monomer yang memiliki berat molekul

lebih tinggi dari pada metilmetakrilat yang membantu mengurangi pengerutan

polimerisasi. Nilai polimerisasi pengerutan untuk resin metil metakrilat adalah 22

% V sedangkan untuk resin Bis-GMA 7,5 % V. Terdapat sejumlah komposit yang

menggunakan UEDMA daripada Bis-GMA (Anusavice, 2003; Lesage, 2007).

Bis-GMA dan UDMA adalah suatu cairan monomer yang sangat kental. Secara

klinis penggunaan aplikasi bahan tersebut memerlukan penambahan monomer

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN ... ERESHA MELATI K.W

Page 31: PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN TARIK DENTIN …repository.unair.ac.id/54379/13/Eresha-Melati-021311133121-min.pdf · Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi sapi (bovine)

12

yang memiliki berat molekul yang lebih rendah yang disebut juga zat viscousity

controllers. Monomer pengencer tersebut yang umumnya merupakan bahan

inhibitor yaitu hidrokuinon dengan konsentrasi sebesar 0,1% digunakan untuk

dapat memperoleh long shelf life yang adekuat dari komposit sehingga proses

premature polimerisasi dapat dicegah dengan bahan inhibitor tersebut (Adioro,

2006).

Partikel bahan pengisi ( filler )

Filler dimasukan kedalam matriks resin untuk mengurangi kontraksi

polimerisasi, mengurangi koefisien muai termis komposit, meningkatkan sifat

mekanis komposit antara lain kekuatan dan kekerasan, mengurangi penyerapan

air, kelunakan dan pewarnaan (Sularsih dan sarianoferni, 2007). Penggunaan

bahan pengisi sangatlah diperlukan untuk keberhasilan suatu bahan komposit.

Untuk memastikan estetik dari restorasi komposit, ketransparanan bahan pengisi

harus serupa dengan struktur gigi (Anusavice, 2003).

Bahan Pengikat (Coupling agents )

Coupling agents pada umumnya merupakan bahan yang dapat meningkatkan

sifat mekanis dan fisik serta memberikan kestabilan hidrolitik dengan mencegah

air menembus sepanjang antar bahan pengisi dan resin. Hal tersebut sangat

penting bahwa partikel bahan pengisi harus dapat berikatan dengan matriks resin

sehingga memungkinkan matriks polimer lebih fleksibel dalam meneruskan

tekanan ke partikel yang lebih kaku (Anusavice, 2003). Secara umum, ada banyak

jenis coupling agents silan yang diformulasikan untuk ikatan spesifik antara filler

dan matriks resin yang berbeda. Parameter kelarutan digunakan untuk

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN ... ERESHA MELATI K.W

Page 32: PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN TARIK DENTIN …repository.unair.ac.id/54379/13/Eresha-Melati-021311133121-min.pdf · Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi sapi (bovine)

13

mempertimbangkan penetrasi agents coupling agents silan ke dalam matriks resin,

khususnya resin termoplastik (Takahasi dkk., 2012).

Sistem Aktivator-inisiator

Monomer metil metakrilat dan dimetil metakrilat berpolimerisasi dengan

mekanisme polimerisasi tambahan yang diawali oleh radikal bebas. Radikal bebas

dapat berasal dari aktivasi kimia atau pengaktifan energi eksternal (panas atau

sinar) (Anusavice, 2003).

Bahan penghambat

Bahan penghambat digunakan untuk meminimalkan atau mencegah

polimerisasi spontan dari monomer bahan penghambat ditambahkan pada sistem

resin. Bahan tersebut mempunyai potensi yang kuat dengan radikal bebas, bila

radikal bebas telah terbentuk seperti suatu pemaparan singkat terhadap sinar dan

dapat bereaksi dengan radikal bebas yang kemudian menghambat perpanjangan

rantai dengan mengakhiri kemampuan radikal bebas untuk mengawali proses

polimerisasi (Susanto, 2005).

Modifier Optik

Untuk mencocokan dengan warna gigi, komposit kedokteran gigi harus

memiliki warna visual (shading) dan translusensi yang dapat menyerupai struktur

gigi. Warna dapat diperoleh dengan menambahkan pigmen yang berbeda, bahan

pigmen ini seringkali terdiri dari oksidasi logam berbeda yang ditambahkan dalam

jumlah sedikit (Bergmann dan Kieschnick, 2009 ; Anusavice, 2003).

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN ... ERESHA MELATI K.W

Page 33: PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN TARIK DENTIN …repository.unair.ac.id/54379/13/Eresha-Melati-021311133121-min.pdf · Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi sapi (bovine)

14

2.2 Dentin Gigi

Gigi memiliki jaringan keras yang terdiri dari enamel, dentin dan sementum.

Dentin merupakan bagian terbesar dari jaringan keras gigi. Bagian luar dentin

ditutupi oleh enamel pada mahkota dan sementum pada akar. Bagian dalam dentin

membentuk dinding rongga pulpa. Dentin dibentuk oleh sel-sel odontoblas

(Roberson et al., 2001).

2.2.1 Struktur

Struktur dentin mengikuti prinsip hukum kapiler. Prinsip hukum kapiler

yaitu dentin merupakan struktur yang dinamis dengan perubahan cairan yang terus

menerus pada strukturnya. Selain itu dentin berfungsi melindungi pulpa dari

gangguan termal dan menghalangi penetrasi bahan yang berbahaya, karena tubuli

dentin berisi serat dentin yang menyalurkan rasa nyeri ke pulpa, apabila dentin

tidak terlindungi oleh enamel, maka serat dentin akan memindahkan nyeri ke

dalam pulpa (Anusavice, 2003).

Dentin merupakan jaringan hidup yang mengelilingi pulpa mengandung

sel odontoblast yang terkalsifikasi membentuk matriks dentin. Badan sel

odontoblast tersusun di sepanjang permukaan pulpa dari tonjolan sitoplasma

(Tome fibers) berada dalam tubulus dentin yang merupakan kanal mikroskopik

pada dentin. Jumlah tubuli dentin yakni kurang lebih 30.000 tiap mm2 dan

berdiameter 0,5-1,5 μm, masing-masing tubuli mengandung serat kolagen

tersusun dalam suatu jaringan yang membentuk matriks yang berisi Kristal

hidroxy-apatite. Tubuli dentin terdiri dari dua macam yaitu peritubuli dentin dan

intertubuli. Peritubuli dentin adalah struktur yang melapisi dentin, sedangkan

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN ... ERESHA MELATI K.W

Page 34: PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN TARIK DENTIN …repository.unair.ac.id/54379/13/Eresha-Melati-021311133121-min.pdf · Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi sapi (bovine)

15

intertubuli merupakan bagian dari dentin yang terletak di antara peritubuli dentin

(Anusavice, 2003).

2.2.2 Komposisi

Menurut Cohen dan Burns (2002), dentin merupakan jaringan hidup yang

mengandung bahan anorganik kurang lebih sebesar 60% dalam bentuk hidroksi-

apatit : Ca10(PO4)6(OH)2. Bahan organik 30% dan air 10% berat. Bahan organik

tersebut, 90%-nya berupa kolagen dan sisanya terdiri dari komponen non

kolagenous. Bahan kolagen sebagian besar dari tipe I dan sedikit yang berbentuk

tipe V. Berdasarkan susunan gugus rantai samping (gugus R pada molekul asam

amino) maka kolagen dibedakan menjadi beberapa tipe, yakni tipe I hingga tipe

VII (Cohen dan Burns, 2002). Anusavice (2003) menyatakan bahwa dentin

banyak mengandung bahan organik protein jenis kolagen tipe I. Matriks non

kolagenous yang terkandung dalam dentin berisi fosfo-protein, proteoglikans, g-

karboksi-glutamat yang mengandung protein (misalnya gla-protein), asam

glikoprotein, growth factor dan lipida (Cohen dan Burns, 2002). Kolagen yang

disebut juga fibril kolagen merupakan biopolimer protein dan tersusun secara

triple helix (tiga buah serat yang terpilin satu dengan lainnya). Ikatan antar serat

tersebut dibentuk oleh adanya ikatan hidrogen, sehingga serat ini menjadi kaku

dan kuat (Nishiyama et al, 2000). Breschi et al (2002) meneliti struktur mikro dari

fibril kolagen dengan pembesaran 150.000 kali. Terlihat bahwa panjang fibril

kolagen berkisar antara 0.5 – 1.0 m, diameter fibril mayor 60 – 80 nm, diameter

cabang minor 10 – 25 nm dan rongga antar fibril sebesar 15 – 20 nm. Kedalam

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN ... ERESHA MELATI K.W

Page 35: PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN TARIK DENTIN …repository.unair.ac.id/54379/13/Eresha-Melati-021311133121-min.pdf · Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi sapi (bovine)

16

rongga inilah resin akan berpenetrasi kemudian berpolimerisasi. Keadaan tersebut

merupakan retensi mekanis dentin bonding pada kolagen gigi.

Fibril kolagen umumnya berjalan tegak lurus dengan tubuli dentin

(Nishiyama et al., 2000). Tubuli dentin merupakan saluran kecil yang

berhubungan erat dengan pulpa. Di dalam tubuli dentin berisi cairan yang

mengalir dari pulpa menuju dentin sampai dentino-enamel junction. Setiap tubuli

ini dikelilingi oleh dentin yang mengalami hipermineralisasi dan bagian ini

dinamakan peritubuler dentin. Jumlah tubuli dentin yang berdekatan pulpa ±

45.000/mm2 kemudian di bagian dentino-enamel junction daerah korona menurun

hingga mencapai 20.000/mm2. Sifat sifat karakteristik akan berbeda disetiap

lokasi pada dentin. Sebagai contoh permeabilitas bagian oklusal di atas tanduk

pulpa lebih besar dari pada di pusat permukaan oklusal gigi. Dentin di bagian

proksimal lebih permeabel dari pada di oklusal. Sedangkan korona dentin lebih

permeabel dari pada di bagian akar (Tay et al, 2002).

2.2.3 Klasifikasi

Berdasarkan perbedaan kepadatan tubulus dentin dan kadar air pada tiap

kedalaman dentin terdapat dua klasifikasi yaitu dentin superfisial dan dentin

profunda (Kumari et al., 2015).

2.2.3.1 Dentin superfisial

Dentin superfisial yaitu dentin yang berada 0,5-1 mm dari dentino enamel

junction. Pada dentin superfisial, memiliki tubulus yang lebih sedikit sehingga

pada saat dentin bonding berpenetrasi ke dalam dentin intertubular yang

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN ... ERESHA MELATI K.W

Page 36: PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN TARIK DENTIN …repository.unair.ac.id/54379/13/Eresha-Melati-021311133121-min.pdf · Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi sapi (bovine)

17

bertanggung jawab memberikan kekuatan perlekatan antara dentin dan bahan

restorasi pada gigi nantinya akan memiliki kekuatan yang lebih rendah (Kumari et

al., 2015).

2.2.3.2 Dentin profunda

Dentin profunda yaitu dentin yang berada 0,5 mm puncak dari pulp horn.

Pada dentin profunda, tubulus dentin yang dimiliki lebih banyak jumlahnya

sehingga permeabilitas intratubular resin memiliki kekuatan ikatan perlekatan

yang lebih tinggi (Kumari et al., 2015).

2.3 Bonding

Dentin merupakan jaringan yang selalu basah karena terdapatnya cairan

pada tubuli dentin sehingga resin komposit yang memiliki sifat hidrofobik tidak

dapat melekat pada dentin, oleh karena itu diperlukan suatu bahan bonding untuk

merekatkan dentin dengan komposit (Anusavice, 2003). Bonding terdiri dari tiga

komponen utama yaitu etsa, primer dan adesif, ketiganya dikombinasikan untuk

menghasilkan suatu perlekatan (Craig, 2002).

2.3.1 Bonding Dentin

Penggunaan bahan dentin bonding merupakan pengembangan dari bahan

restorasi resin komposit yang diperkenalkan oleh Bowen sekitar tahun enam

puluhan (Anusavice, 2003). Resin komposit ini umumnya bersifat hidrofobik,

yaitu dapat melekat dengan baik pada daerah yang kering misalnya enamel.

Berbeda dengan resin Bowen, dentin bonding merupakan resin yang bersifat

hidrofilik, sehingga bahan ini baik sekali untuk aplikasi di permukaan dentin.

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN ... ERESHA MELATI K.W

Page 37: PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN TARIK DENTIN …repository.unair.ac.id/54379/13/Eresha-Melati-021311133121-min.pdf · Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi sapi (bovine)

18

Dentin bonding merupakan tahapan yang cukup sulit dalam restorasi pada bidang

kedokteran gigi karena adanya kandungan organik, struktur tubulus dentin, dan

proses odontoblas dalam tubulus dan aliran cairan yang keluar yang dipercaya

sebagai permasalahan pada teknik bonding dentin (Perdiago, 2001). Permasalahan

bonding dengan dentin lebih susah dikarenakan alasan alasan sebagai berikut:

a. Pola kristal hidroksiapatit enamel terorganisasi, sedangkan pada dentin

kristal hidroksiapatit tersusun acak di antara matriks organik (Cardoso et

al., 2011).

b. Dentin berhubungan dengan pulpa melalui tubuli tubuli dentin yang

berjalan dari pulpa sampai ke dentino enamel junction. Di bawah tekanan

konstan kearah luar, cairan dari pulpa keluar melalui tubuli dentin. Cairan

ini membuat permukaan dentin menjadi lembab sehingga dentin secara

intriksi bersifat hidrofobik. Hidrofilisitas ini merupakan tantangan untuk

interaksi adesif dengan dentin (Cardoso et al., 2011).

c. Preparasi kavitas dapat merubah permukaan paling atas dari dentin, setelah

preparasi dinding kavitas dentin akan terlapisi dengan debris dan smear

layer. Smear layer ini mengandung fragmen-fragmen kristal hidroksiapatit

yang hancur dan pecah setelah preparasi dan juga kolagen yang

terdenaturasi. Kehadiran Smear layer ini dapat mengganggu kebersihan

permukaan sehingga mempengaruhi adesi dengan bahan bonding (Landuit

et al., 2005; Cardoso et al., 2011).

Bahan kolagen dentin sebagaian besar adalah kolagen tipe I, perlekatan

antara kolagen tipe I dengan bahan bonding yaitu melalui interaksi kimia

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN ... ERESHA MELATI K.W

Page 38: PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN TARIK DENTIN …repository.unair.ac.id/54379/13/Eresha-Melati-021311133121-min.pdf · Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi sapi (bovine)

19

antara gugus fungsi yang terdapat dalam kolagen dan dentin bonding,

misalnya gugus amina, karbonil, amida, karboksil, hidroksil dan

sebagainya (Adioro, 2006).

Keseluruhan proses bonding dengan dentin dapat dijabarkan menjadi 3

tahap yaitu:

1. Conditioning

Conditioning merupakan proses pembuangan smear layer dan

smear plug dan dekalsifikasi dentin intertubular sampai kedalaman 3-5 m

(Cardoso et al., 2011). Proses dekalsifikasi ini meninggalkan jaringan

kolagen yang dapat diinfiltrasi oleh primer dan resin untuk membentuk

lapisan hybrid pada permukaan anatara dentin dengan resin McCabe &

Walls, 2008). Lapisan hybrid terbentuk oleh demineralisasi dentin dan

infiltrasi monomer dan polimerisasi yang terjadi. Conditioning dapat

dilakukan dengan menggunakan asam atau calcium chelators. Asam yang

digunakan pada umumnya adalah asam fosfat 37%, sedangkan calcium

chelators yang sering digunakan adalah EDTA (Garg, 2013).

2 . Priming

Bahan Priming adalah monomer metakrilat difungsional yang

memiliki gugus hidrofobik yang dapat berikatan dengan resin dan gugus

hidrofilik yang dapat berikatan dengan dentin sehingga fungsi bahan

primer adalah perekat dalam sistem bonding. Bahan primer umumnya

dilarutkan dalam aseton/etanol. Pelarut ini dibutuhkan untuk

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN ... ERESHA MELATI K.W

Page 39: PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN TARIK DENTIN …repository.unair.ac.id/54379/13/Eresha-Melati-021311133121-min.pdf · Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi sapi (bovine)

20

memindahkan air dari permukaan dentin sehingga mempersiapkan

jaringan kolagen untuk infiltrasi adesif resin (Cardoso et al., 2011).

Priming meningkatkan difusi resin ke dentin yang terdemineralisasi dan

lembab sehingga terjadi ikatan mikromekanikal yang optimal (Garg,

2013).

3. Sealer atau bonding adesif

Bahan bonding adalah suatu semi/unfilled resin yang mengandung

sedikit bahan primer seperti HEMA. Bahan bonding ini diaplikasikan

pada gigi yang telah dietsa dan diberi primer, akan berikatan dengan

bagian hidrofobik dari primer, bersama-sama membentuk lapisan hybrid.

Tubuli dentin akan tertutup sehingga mencegah kebocoran mikro, dan

resin komposit akan berlekatan dengan baik dengan struktur dentin

(Annusavice, 2003). Sama seperti komposit, resin bonding ini diaktivasi

dengan chemically atau light cured (Garg, 2013).

Tabel 2.1 Keuntungan dan kerugian primer dengan bermacam solvent (Craig,

2002).

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN ... ERESHA MELATI K.W

Page 40: PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN TARIK DENTIN …repository.unair.ac.id/54379/13/Eresha-Melati-021311133121-min.pdf · Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi sapi (bovine)

21

Tabel 2.2 Komposisi dan aplikasi bahan dentin bonding berbasis Hema dan Non-

HEMA yang digunakan dalam penelitian.

Material Komposisi

G-aenial Bond

Actone, distilled water, dimethacrylate, 4-MET,

phosporic acid ester monomer, silicon dioxide,

photoinitiator.

Ivoclar Vivadent

Eco-tech contains phosporic acid (37% wt in

water), thickeners and pigments

Te-Econom Bond consist oh HEMA, di- and

monomethacrylates, inorganic fillers, initiators

and stabilizers in an alcohol solution.

Te-Econom Flow consist of dimethacrylates

(37% wt), inorganic fillers (62% wt or 38% vol)

with a particel size between 0.04 and 7μm,

initiators, stabilizers and pigments (1% wt)

Te-Econom Plus consist of dimethacrylate and

TEGDMA (22 wt%). The fillers include barium

glass, ytterbium trifluoride, silicon dioxide and

mixed oxide (76 wt% or 60 vol%). Additives,

initiators, stabilizers and pigments are additional

contetnts (2 wt%). The particel size of inorganic

fillers is between 0.04 and 7μm. The mean

particel size is 850 nm.

2.3.2 HEMA sebagai bahan dasar Dentin bonding

Dentin bonding berbasis HEMA (2-hidroksietil-metakrilat) telah banyak

ditemukan dan paling sering digunakan, seperti merk Gluma Comfort Bond,

Single Bond, Clearfil SE Bond, dan lain-lain. HEMA merupakan molekul analog

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN ... ERESHA MELATI K.W

Page 41: PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN TARIK DENTIN …repository.unair.ac.id/54379/13/Eresha-Melati-021311133121-min.pdf · Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi sapi (bovine)

22

dengan metil metakrilat kecuali pendant metil ester digantikan oleh grup etoksi

eter. (Sherwood, 2010). Bahan dentin bonding berbasis HEMA memiliki beberapa

kelebihan yaitu pembuatannya relatif mudah, dapat bertahan cukup lama karena

terdapatnya penambahan zat preservatif serta berfungsi sebagai gugus hidrofobik

maupun hidrofilik (Adioro. 2006; Dijken, 2013; Klíssia et al., 2011). Grup

fungsional yaitu grup hidrofilik dan grup hidrofobik memiliki afinitas yang

berbeda. Pada grup hidrofilik berpengaruh pada afinitas di permukaan dentin

sedangkan grup hidrofobik memiliki pengaruh afinitas dengan resin (Sherwood,

2010). Gugus hidrofobik dan hidrofilik tersebut meningkatkan kekuatan ikatan

dentin serta resin komposit diatasnya. Bahan dentin bonding berbasis HEMA

memiliki sifat pembasahan yang baik sehubungan dengan sifat viskositas yang

rendah sehingga dapat meningkatkan energi permukaan. Dengan adanya bahan

dentin bonding berbasis HEMA diharapkan bahan tersebut akan berikatan secara

fisik maupun kimiawi dengan fibril kolagen sehingga terjadi kekuatan pelekatan

pada dentin dengan tujuan memperbaiki adaptasi antar permukaan dari restorasi

dapat meningkat (Adioro. 2006; Dijken, 2013; Klíssia et al., 2011).

HEMA memiliki berat molekul yang rendah sehingga memiliki sifat flow

yang tinggi, hal tersebut dapat membantu meningkatkan pembasahan pada

struktur dentin. Pembasahan yang baik berarti cairan (bonding) dapat mengalir

dengan leluasa di permukaan substrat yang solid (dentin), sehingga adaptasi bahan

bonding terhadap dentin dapat meningkat (Moreirea, 2010). N Nishiyama et al

mendiskripsikan adesi HEMA sebagai berikut: (1) HEMA memfasilitasi restorasi

lapisan kolagen dimana jaringan kolagen telah kolaps saat proses pengeringan dan

grup karbonil ester pada HEMA membentuk ikatan hydrogen dengan grup

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN ... ERESHA MELATI K.W

Page 42: PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN TARIK DENTIN …repository.unair.ac.id/54379/13/Eresha-Melati-021311133121-min.pdf · Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi sapi (bovine)

23

karbosilik pada kolagen; (2) Ikatan hydrogen oleh HEMA menyebabkan

hibridisasi resin adesif dengan fibril kolagen dentin, sehingga meningkatkan

bonding pada permukaan resin dentin (Sherwood, 2010). Bahan dentin bonding

berbasis HEMA juga memiliki kekurangan dengan berbagai studi melaporkan

secara klinis bahan dentin bonding berbasis HEMA menunjukkan bahwa

sensitizer paling umum untuk menginduksi hipersensitivitas pada gigi (Dijken,

2013).

2.3.3 Non- HEMA sebagai bahan dasar Dentin bonding

Bonding berbasis Non-HEMA yang beredar di pasaran misalnya Prime

and Bond NT, G-bond, AllBond, dan lain-lain. Bonding berbasis non-HEMA

umumnya memiliki monomer yang disebut urethane dimetakrilat (UDMA).

UDMA dapat membentuk polimer cross-link yang padat sehingga terjadi

peningkatan kekuatan mekanis. Polimer tersebut apabila direnggangkan atau

tertarik saat kontraksi polimerisasi dapat mencegah rantai individual bergeser satu

sama lain serta apabila stress akibat polimerisasi hilang, rantai polimer cross link

dapat kembali ke posisi awal dan objek kembali kebentuk semula. UDMA

memiliki berat molekul yang lebih tinggi sehingga dapat meningkatkan derajat

polimerisasi (Fraunhofer, 2012; Papakonstantinou, 2011).

2.3.4 Sistem bonding total etch

Menurut Strassler (2004), sistem bonding total etch pertama kali

ditemukan pada akhir 1970 oleh Fusuyama, Bertolotti dan Kanca yaitu smear

layer dapat dihilangkan secara sempurna. Fusuyama menyederhanakan teknik etsa

asam. Pengaplikasian menggunakan asam fosfat 40%, namun dia tidak

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN ... ERESHA MELATI K.W

Page 43: PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN TARIK DENTIN …repository.unair.ac.id/54379/13/Eresha-Melati-021311133121-min.pdf · Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi sapi (bovine)

24

memperhitungkan prosedur tersebut dapat mengetsa dentin secara berlebihan dan

dapat menyebabkan sabut-sabut kolagen kolaps. Untuk menghindari hal tersebut,

dikembangkan sistem bonding total etch yaitu dengan pengulasan asam fosfat

secara bersamaan pada enamel dan dentin selama 10 detik. Pada generasi ke

empat, sistem bonding total etch menggunakan Multi-Bottle (Multi-Step) system,

yaitu aplikasi etsa, primer, dan adesif secara terpisah (Kugel, 2000).

Berbeda dengan generasi sebelumnya, generasi ke lima menggunakan

“One Bottle System” (System Total-Etch-Wet-Bonding) yaitu menggabungkan

primer dan adesif ke dalam satu larutan yang diaplikasikan setelah etsa enamel

dan dentin secara bersama-sama dengan menggunakan 35-37% asam fosfat

selama 10 detik. Primer dan adesif bergabung menjadi satu, terdiri dari PENTA,

UDMA, T-resin, D-resin (molekul hidrofilik kecil), butylatyed hydroxitoluene, 4-

ethyldimethyl aminobenzoate, cetilamine hydrofluoride, acetone, silica nanofilier.

Sistem bonding ini menghasilkan mechanical interlocking dengan dentin yang

dietsa melalui resin tag, ikatan adesif lateral dan formasi hybrid layer sehingga

menunjukkan nilai kekuatan bonding yang cukup tinggi baik dengan enamel

maupun dengan dentin (Perdiago, 2001). Keberhasilan sistem bonding ini dapat

dicapai, namun sensifitas setelah perawatan, waktu aplikasi bahan dan sulitnya

mendapatkan permukaan dentin dengan kelembaban yang ideal masih menjadi

permasalahan (Kugel, 2000).

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN ... ERESHA MELATI K.W

Page 44: PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN TARIK DENTIN …repository.unair.ac.id/54379/13/Eresha-Melati-021311133121-min.pdf · Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi sapi (bovine)

25

2.4 Etsa asam

Suatu tindakan pengulasan bahan asam pada permukaan dentin biasanya

dikenal juga sebagai pengetsaan. Etsa asam ini digunakan untuk melarutkan

smear layer setelah dilakukan preparasi dan hidroxy-apatite, namun hal ini dapat

menyebabkan masuknya bakteri dan cairan tubulus dentin akan keluar

kepermukaan sehingga menggangu proses adesi. Sampai sekarang terjadi

pertentangan para peneliti, beberapa menyebutkan agar lapisan smear layer harus

ditinggalkan tetapi dalam bentuk yang termodifikasi, sementara peneliti lain

mengatakan bahwa lapisan tersebut harus dibuang untuk mengoptimalkan

perlekatan bahan restorasi (Anusavice, 2003).

Gambar. 2.3. Permukaan dentin yang di etsa menghilangkan smear layer dan

hidroksiapatit pada permukaan sekitar 2μm (Craig, 2002).

Menurut Nakabayashi (1994) dikemukakan bahwa larutan etsa asam dapat

melarutkan hidroxy-apatite dentin sehingga jaringan fibril kolagen akan terbuka

dan kolagen ini akan berikatan dengan resin dentin bonding yang diaplikasikan di

atas dentin tersebut. Penelitian secara in vivo, ethylene diamine tetra acetic acid

(EDTA) ditemukan efektif untuk etsa asam untuk menghilangkan smear layer.

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN ... ERESHA MELATI K.W

Page 45: PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN TARIK DENTIN …repository.unair.ac.id/54379/13/Eresha-Melati-021311133121-min.pdf · Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi sapi (bovine)

26

Peningkatan penghilangan smear layer dapat juga menggunakan asam sitrat,

poliakrilik, laktik, dan asam fosporit (Summit et al, 2006).

2.5 Smear layer

Smear layer merupakan lapisan yang melapisi permukaan dentin, dan

menghalangi kontak langsung resin bonding dengan dentin. Smear layer terdiri

dari debris hasil preparasi jaringan keras gigi, bakteri, minyak dari high atau low

speed handpieces. Ketebalannya bervariasi sekitar 5μm tergantung dari tipe

instrument yang digunakan (Yaseen & Subba, 2009).

Gambar. 2.4. Smear layer pada dentin (Craig, 2002)

Konsistensi smear layer sangat halus sehingga dapat menyumbat tubulus

dentin. Bila smear layer dibersihkan maka sumbatan pada tubulus dentin akan

hilang dan bahan bonding akan dapat masuk dan berikatan dengan kolagen dentin.

Banyak bahan yang dapat digunakan untuk melarutkan smear layer mulai dari

asam, chelating agents seperti EDTA, sodium hipoklorit dan enzim proteolitik.

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN ... ERESHA MELATI K.W

Page 46: PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN TARIK DENTIN …repository.unair.ac.id/54379/13/Eresha-Melati-021311133121-min.pdf · Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi sapi (bovine)

27

Asam yang sering digunakan adalah asam fosfat 30-40% yang diaplikasikan

selama 15 detik (Akpata, 2000).

Tebal lapisan smear layer ini antara 0.5 – 0.6 μm dan harus dibuang

terlebih dahulu supaya bahan resin bonding dapat mengikat fibril kolagen untuk

membentuk lapisan dentin hybrid (Tay & Pashley, 2001). Sampai saat ini

pembersihan smear layer masih menjadi perdebatan. Beberapa mengatakan

perlekatan komposit pada dentin yang optimal tidak harus membuang seluruh

lapisan smear layer yang disebut bonding self etch namun pendapat lain

mengatakan perlekatan resin dengan dentin yang optimal harus membuang

seluruh lapisan smear layer yang disebut bonding total etch (Kugel, 2000).

2.6 Adesi dan Kohesi

Adesi dan kohesi berperan penting dalam penggunaan bahan bonding

dental. Adesi merupakan proses atraksi antara molekul yang berbeda, seperti

bahan bonding dengan substrat gigi yang terjadi pada permukaan interfasial.

Sebaliknya, kohesi adalah proses atraksi yang terjadi pada molekul yang sama,

utamanya karena hasil ikatan kimia yang telah terbentuk antara komponen

didalam bahan bonding, sehingga kohesi dapat diartikan sebagai kekuatan internal

dari bahan bonding. Ilutrasi adesi dan kohesi ini seperti yang ditunjukkan pada

(Gambar 2.5; Gambar 2.6). Kekuatan adesif mengikat bahan bonding pada

restorasi disalah satu sisi dan pada gigi di sisi lain dengan kekuatan kohesif pada

bahan bonding itu sendiri. Adesi dan kohesi pada adesif menentukan efektivitas

suatu bonding. Pelekatan adesif akan gagal bila adesif terpisah dari substrat atau

ketika kerusakan internal dari adesif terjadi ( Fraunhofer, 2012).

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN ... ERESHA MELATI K.W

Page 47: PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN TARIK DENTIN …repository.unair.ac.id/54379/13/Eresha-Melati-021311133121-min.pdf · Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi sapi (bovine)

28

Gambar. 2.5. Gambar diatas menunjukkan ilustrasi adesi (garis dengan

tanda silang) menandakan perlekatan antara 2 molekul yang berbeda yaitu gigi

dengan bahan bonding dan bahan bonding dengan restorasi (Fraunhofer, 2012).

Adhesi merupakan proses atraksi antara molekul berbeda menyebabkan

terjadinya ikatan antara kedua fase secara bersama-sama. Fase tersebut adalah

kekuatan (force) atau energi diantara atom atau molekul pada daerah antarmuka

(interface). Sebaliknya, kohesi merupakan kekuatan internal bahan bonding

dimana terjadi proses atraksi pada molekul yang sama, seperti ikatan kimia yang

terbentuk antara komponen bahan bonding. Kegagalan dapat terjadi didaerah

antarmuka dari suatu substansi. Hal tersebut membedakan antara kekuatan adhesi

dan kohesif. Apabila terjadi kegagalan di daerah antarmuka dari kedua substansi

maka disebut kekuatan adhesi. Namun, apabila kegagalan perlekatan terjadi pada

salah satu substrat dan tidak pada daerah antarmuka maka disebut kekuatan

kohesif. Sifat adhesi dan kohesi menentukan efektivitas suatu bahan bonding.

Adhesi yang optimal harus memiliki sifat pembasahan yang baik antara bahan

bonding dengan struktur jaringan keras gigi. Faktor utama yang dapat

mempengaruhi pembasahan yaitu tegangan permukaan pada cairan bonding dan

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN ... ERESHA MELATI K.W

Page 48: PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN TARIK DENTIN …repository.unair.ac.id/54379/13/Eresha-Melati-021311133121-min.pdf · Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi sapi (bovine)

29

energi permukaan dentin. Tegangan permukaan cairan bonding harus lebih rendah

dari energi permukaan substrat dentin. Dalam hal tersebut, uji debonding sangat

diperlukan untuk mengukur kekuatan adhesi dari suatu bahan bonding (Adioro,

2006; Fraunhofer, 2012).

Menurut Annusavice (2003) ada beberapa teori dalam fenomena adesif:

1. Teori mekanis. Adesi terjadi karena adanya interlock (penguncian) secara

mekanis yang erat hubungannya dengan kekasaran dan ketidakteraturan dari

permukaan bahan aderen.

2. Teori adsorpsi. Adesi terjadi karena ikatan kimia di antara bahan adesif dengan

aderen. Ikatan kimia ini meliputi ikatan primer (ionik dan kovalen) dan ikatan

sekunder ( hidrogen, interaksi dipolar, dispersi London).

3. Teori difusi. Adesi terjadi karena hasil perlekatan antara molekul yang

bergerak. Polimer pada salah satu sisi dari permukaan antarmuka dapat

berkaitan secara kimia dengan molekul-molekul di sisi lainnya.

4. Teori elektrostatis. Adesi membentuk lapisan ganda elektrik pada daerah

antarmuka antara logam dengan polimer, kemudian akan menyatukan kedua

substansi tersebut.

2.6.1 Faktor yang mempengaruhi adesi

2.6.1.1 Energi permukaan

Pengertian dari energi permukaan adalah kemampuan suatu permukaan

bahan untuk menarik permukaan bahan lain. Agar terjadi suatu adesi pada kedua

bahan tersebut maka kedua permukaan itu harus saling tarik-menarik pada daerah

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN ... ERESHA MELATI K.W

Page 49: PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN TARIK DENTIN …repository.unair.ac.id/54379/13/Eresha-Melati-021311133121-min.pdf · Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi sapi (bovine)

30

antarmuka (Anusavice, 2013). Tegangan permukaan dari cairan dan energi

permukaan dari aderen menentukan pembasahan yang terjadi. Umumnya, semakin

keras suatu permukaan maka makin tinggi energi permukaan, yang berarti sifat

adesifnya tinggi (Garg,2013).

2.6.1.2 Pembasahan (wetting)

Pembasahan adalah istilah dari tarik-menarik antara molekul adesif

(bonding) dengan aderen atau disebut juga dengan proses atraksi molekular.

Kemampuan bonding untuk membasahi permukaan dari adesen dapat diukur dari

sudut kontak pada permukaan. Sudut kontak tergantung dari tegangan permukaan

cairan. Sudut kontak yang semakin besar menunjukkan pembasahan yang kurang

baik (Gambar 2.7). Sedangkan sudut kontak yang kecil menunjukkan pembasahan

yang baik (Gambar 2.8) (Hussain, 2008). Di dalam kedokteran gigi kemampuan

bahan bonding untuk membasahi permukaan dipengaruhi beberapa faktor yakni

kebersihan permukaan bahan yang dilekatkan, semakin bersih suatu permukaan

maka pembasahan semakin baik. Etsa asam pada permukaan dentin dapat

meningkatkan pembasahan, menigkatkan kekasaran permukaan dan menyebabkan

pembukaan tubuli dentin (Adioro, 2006).

Gambar. 2.6. Sudut kontak yang besar menyebabkan pembasahan kurang baik

(Hussain,2008).

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN ... ERESHA MELATI K.W

Page 50: PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN TARIK DENTIN …repository.unair.ac.id/54379/13/Eresha-Melati-021311133121-min.pdf · Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi sapi (bovine)

31

Gambar. 2.7. Sudut kontak yang kecil menyebabkan pembasahan baik (Hussain,

2008).

Dari aspek energi permukaan dan pembasahan, dapat disimpulkan bahwa

bonding ke enamel jauh lebih mudah dibandingkan dengan bonding ke dentin

karena enamel terutama mengandung hidroksiapatit dan kolagen dengan energi

permukaan yang rendah yang akan mengganggu pembasahan yang memedai.

Di samping itu, instrumentasi pada dentin akan menghasilkan debris dan smear

layer dengan energi permukaan yang rendah, itu sebabnya permukaan meningkat

sehingga bonding lebih mudah terjadi. Sifat pembasahan yang baik pada bahan

dentin bonding yakni sehubungan dengan sifat viskositasnya yang rendah

sehingga dapat meningkatkan energi permukaan (Adioro, 2006).

2.6.2 Perlekatan komposit dan dentin bonding

Aplikasi bahan adesif resin yang digunakan untuk membentuk ikatan

antara resin komposit dengan struktur gigi dihasilkan dari sistem bonding dengan

cara adesi.Perlekatan komposit dan dentin bonding dihasilkan dari ikatan kovalen

antara bahan resin dari dentin bonding dengan resin komposit, yaitu suatu ikatan

kimia primer yang cukup kuat karena kedua resin tersebut merupakan derivat dari

golongan metakrilat (Anusavice, 2003). Ikatan antara resin komposit dengan

struktur gigi merupakan suatu proses perlekatan bahan restorasi yang membentuk

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN ... ERESHA MELATI K.W

Page 51: PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN TARIK DENTIN …repository.unair.ac.id/54379/13/Eresha-Melati-021311133121-min.pdf · Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi sapi (bovine)

32

suatu hubungan antara resin dengan enamel dan dentin (Maher, 2013; Adioro,

2006). Prinsip adesi pada struktur gigi ialah proses penggantian bahan anorganik

gigi digantikan dengan resin. Proses ini terjadi dalam dua tahap. Fase pertama ini

membuat mikroporositas pada permukaan enamel atau dentin, selanjutnya fase

hibridisasi melibatkan infiltrasi dan substitusi polimerisasi resin kedalam

permukaan mikroporositas yang telah dibentuk. Hasilnya terjadi mechanical

interlocking yang merupakan dasar mekanisme difusi. Micromechanical

interlocking merupakan syarat untuk mencapai perlekatan bonding yang baik

secara klinis (Summit et al, 2006).

Bonding pada enamel dapat dicapai lebih mudah karena enamel sebagian

besar terdiri dari kristal hidroksiapatit. Meskipun untuk mendapatkan adhesi pada

enamel lebih mudah, adhesi pada dentin yang merupakan bagian terbesar dari gigi

telah terbukti lebih baik karena memiliki sifat heterogen. Mekanisme adhesi

dentin diawali dengan pembentukan lapisan hybrid antara resin dan dentin.

Pembentukan lapisan hybrid yang terjadi penting untuk membentuk ikatan yang

kuat dan tahan lama antara resin dan dentin (Maher, 2013; Adioro,2006). Sistem

bonding pada dentin dapat diperoleh dengan adanya interaksi kimia antara gugus

fungsi amina kolagen dengan gugus karbonil resin yang selanjutnya membentuk

ikatan peptida yang merupakan ikatan primer kovalen yang kuat. Sistem bonding

pada dentin terdiri dari bahan anorganik seperti kolagen serta smear layer,

mengandung lebih banyak air karena dentin merupakan jaringan yang selalu basah

oleh cairan yang dikeluarkan oleh tubuli dentin sehingga bersifat hidrofilik.

Dalam hal ini, perlekatan dentin bonding pada fibril kolagen dentin juga

merupakan interaksi yang penting. Dentin bonding dapat berpenetrasi masuk

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN ... ERESHA MELATI K.W

Page 52: PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN TARIK DENTIN …repository.unair.ac.id/54379/13/Eresha-Melati-021311133121-min.pdf · Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi sapi (bovine)

33

kedalam rongga-rongga nano interfibriler kemudian berpolimerisasi membentuk

penjangkaran secara mekanis (Adioro, 2006).

2.7 Kekuatan perlekatan tarik

Sifat mekanis dari suatu bahan erat hubungannya dengan pengaruh

kekuatan yang diberikan pada bahan tersebut. Salah satu faktor yang secara klinis

berpengaruh terhadap keberhasilan perlekatan suatu restorasi gigi dalam rongga

mulut adalah adanya daya tahan restorasi tersebut dalam menerima daya kunyah.

Pada restorasi yang berupa tumpatan, daya kunyah diterima sebagai gaya tekanan,

gaya tarikan, dan gaya geser oleh bahan tumpatan tersebut. Kekuatan (strength)

adalah tekanan maksimal yang dibutuhkan untuk membuat suatu bahan retak atau

fraktur. Kekuatan ini dibedakan menjadi 3 yaitu Tensile Strength (kekuatan tarik).

Compressive Strength (kekuatan tekan hancur) dan Shear Strength (kekuatan

geser) yang diklasifikasikan menurut tipe tekanan yang mengenainya (Craig RG,

2002).

Kekuatan perlekatan tarik adalah kekuatan maksimum dua buah bahan

yang saling melekat untuk melawan gaya tarik aksial yang arahnya tegak lurus

terhadap bidang tersebut sebelum akhirnya perlekatan kedua bahan tersebut

terlepas yang ditandai dengan keretakan. Gaya tarik aksial menyebabkan tegangan

tarik yang bekerja tegak lurus bidang penampang melintang (Mangonon, 1999).

Kekuatan perlekatan tarik dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN ... ERESHA MELATI K.W

Page 53: PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN TARIK DENTIN …repository.unair.ac.id/54379/13/Eresha-Melati-021311133121-min.pdf · Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi sapi (bovine)

34

2.8 Gigi bovine

Penggunaan gigi manusia dalam laboratorium penelitian telah

diminimalkan karena keterbatasan etika, kesulitan dalam memperoleh ukuran

sampel yang sesuai dan ketidakmungkinan standardisasi (Fais, 2010). Dilakukan

berbagai penelitian untuk menemukan substitusi dari gigi manusia, dengan spesies

lain yang mempunyai lapisan gigi yang sama dengan manusia secara

morfohistologi (Camila & Sebastiano, 2013). Didapatkan beberapa hewan yang

dapat dipakai diantaranya bovine dan swine. Disebutkan tidak ditemukan

perbedaan pada test antara lapisan gigi manusia dan bovine yang dilakukan (Fais,

2010). Pada penelitian ini digunakan gigi sapi bovine sebagai sampel percobaan.

Gigi yang digunakan adalah gigi insisivus daerah dentin. Daerah dentin dapat

dicapai dengan pemotongan enamel sekitar 2 mm, dan terlihat warna dentin yang

lebih kekuningan dibandingkan daerah enamel (Wegehaupt et al., 2010). Pada

penelitian Nakamichi, (1983) tentang adesi pada dentin bovine menyatakan bahwa

tidak ada perbedaan kekuatan perlekatan yang signifikan pada lapisan dentin

antara gigi manusia. Schilke, (2000) menyatakan bahwa tidak ada perbedaan

signifikan antara gigi manusia dan bovine dalam hal jumlah tubulus dentin per

mm2 dan diameter tubulus meskipun densitas tubulus gigi bovine secara

signifikan lebih tinggi.

Sapi dipilih yang sehat, berumur sekitar 3 tahun dan tidak dibedakan jenis

kelaminnya. Binatang sapi ini diperoleh dari rumah potong hewan Jl. Pegirian

Surabaya. Gigi insisivus pada sapi hanya terdapat pada rahang bawah, sedangkan

pada rahang atas tidak ada. Pada rahang bawah, gigi bentuk insisivus dan kaninus

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN ... ERESHA MELATI K.W

Page 54: PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN TARIK DENTIN …repository.unair.ac.id/54379/13/Eresha-Melati-021311133121-min.pdf · Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi sapi (bovine)

35

tidak dapat dibedakan, karena bentuknya mirip satu sama lain. Gigi premolar pada

rahang atas maupun rahang bawah perkembangannya tidak sempurna (Adioro,

2006).

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN ... ERESHA MELATI K.W

Page 55: PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN TARIK DENTIN …repository.unair.ac.id/54379/13/Eresha-Melati-021311133121-min.pdf · Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi sapi (bovine)

36

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN ... ERESHA MELATI K.W

Page 56: PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN TARIK DENTIN …repository.unair.ac.id/54379/13/Eresha-Melati-021311133121-min.pdf · Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi sapi (bovine)

37

3.2 Penjelasan Kerangka Konseptual

Dentin merupakan jaringan yang selalu basah karena terdapatnya cairan

pada tubuli dentin sehingga resin komposit yang memiliki sifat hidrofobik

tidak dapat melekat pada dentin, oleh karena itu diperlukan suatu bahan

bonding untuk merekatkan dentin dengan komposit (Anusavice, 2003).

Mekanisme adhesi dentin diawali dengan pembentukan lapisan hybrid antara

resin dan dentin. Pembentukan lapisan hybrid yang terjadi penting untuk

membentuk ikatan yang kuat dan tahan lama antara resin dan dentin (Kumari

et al., 2015). Sistem bonding pada dentin yang paling sering digunakan yaitu

teknik total etch atau etsa asam. Pada teknik tersebut, pengaplikasian berupa

etsa asam akan menghilangkan lapisan smear layer, kristal hrdroxy-apatite,

garam-garam hasil reaksi asam hidroksi, protein serta debris dan kuman pada

dentin sehingga akan menyebabkan tubulus dentin terbuka dan sabut-sabut

kolagen dapat terbuka. Pengaplikasian resin bonding HEMA dan non-Hema

pada kedalaman kavitas gigi sangat berpengaruh dalam kekuatan perlekatan

tarik. Komposisi pelarut yang berbeda pada tiap bahan juga sangat

mempengaruhi kekuatan perlekatan dentin bonding pada fibril kolagen.

Pelarut dibutuhkan untuk memindahkan air dari permukaan dentin sehingga

mempersiapkan jaringan kolagen untuk infiltrasi adesif resin. Pada dentin

superfisial memiliki kadar air rendah dan memiliki tubulus yang lebih sedikit,

apabila diaplikasikan menggunakan resin bonding berbasis HEMA yang

mengandung pelarut alkohol, menghasilkan kekuatan perlekatan tarik terendah

(+). Hal tersebut dikarenakan alkohol yang terkandung dalam resin bonding

berbasis HEMA memiliki sifat lebih lama menguap, menyebabkan

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN ... ERESHA MELATI K.W

Page 57: PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN TARIK DENTIN …repository.unair.ac.id/54379/13/Eresha-Melati-021311133121-min.pdf · Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi sapi (bovine)

38

pemindahan air dari permukaan dentin tidak optimal dan sensitifitas terhadap

kelembaban dentin berkurang dibandingkan dengan pelarut aseton yang

terkandung dalam dentin bonding berbasis non-HEMA, menyebabkan

pembasahan dentin kurang baik, sehingga infiltrasi resin dengan fibril kolagen

semakin sedikit. Perlekatan resin bonding berbasis HEMA & fibril kolagen

membentuk lapisan hibrid semakin sedikit yang membuat sifat adesi semakin

lemah. Hal tersebut menyebabkan kekuatan perlekatan tarik menjadi lebih

rendah. Sedangkan, pengaplikasian resin bonding berbasis non-HEMA yang

mengandung pelarut aseton pada dentin superfisial, menghasilkan kekuatan

perlekatan tarik yang tinggi (++) dibandingkan dengan resin bonding berbasis

HEMA yang mengandung pelarut alkohol. Hal tersebut dikarenakan aseton

yang terkandung dalam resin bonding berbasis non-HEMA memiliki sifat

cepat dalam penguapan, menyebabkan pemindahan air dari permukaan dentin

optimal dan sensitifitas terhadap kelembaban dentin yang baik dibandingkan

dengan pelarut alkohol, pembasahan pada dentin baik, sehingga infiltrasi resin

dengan fibril kolagen semakin banyak. Perlekatan resin bonding berbasis non-

HEMA & fibril kolagen membentuk lapisan hibrid semakin banyak yang

membuat sifat adesi semakin kuat.

Pada dentin profunda, tubulus dentin yang dimiliki lebih banyak

jumlahnya sehingga permeabilitas intratubular resin memiliki kekuatan ikatan

perlekatan yang lebih tinggi. Aplikasi menggunakan resin bonding berbasis

HEMA yang mengandung pelarut alkohol, menghasilkan kekuatan perlekatan

tarik tinggi (+++). Hal tersebut dikarenakan alkohol yang terkandung dalam

resin bonding berbasis HEMA memiliki sifat lebih lama menguap,

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN ... ERESHA MELATI K.W

Page 58: PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN TARIK DENTIN …repository.unair.ac.id/54379/13/Eresha-Melati-021311133121-min.pdf · Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi sapi (bovine)

39

menyebabkan pemindahan air dari permukaan dentin tidak optimal dan

sensitifitas terhadap kelembaban dentin berkurang dibandingkan dengan

pelarut aseton yang terkandung dalam dentin bonding berbasis non-HEMA,

menyebabkan pembasahan dentin kurang baik, sehingga infiltrasi resin dengan

fibril kolagen semakin sedikit. Perlekatan resin bonding berbasis HEMA &

fibril kolagen membentuk lapisan hibrid semakin sedikit yang membuat sifat

adesi semakin lemah. Hal tersebut menyebabkan kekuatan perlekatan tarik

menjadi lebih rendah. Sedangkan, pengaplikasian resin bonding berbasis non-

HEMA yang mengandung pelarut aseton pada dentin profunda, menghasilkan

kekuatan perlekatan tarik yang paling tinggi (++++) dibandingkan dengan

resin bonding berbasis HEMA yang mengandung pelarut alkohol . Hal

tersebut dikarenakan aseton yang terkandung dalam resin bonding berbasis

non-HEMA memiliki sifat cepat dalam penguapan, menyebabkan pemindahan

air dari permukaan dentin tidak optimal dan sensitifitas terhadap kelembaban

dentin yang baik dibandingkan dengan pelarut alkohol, pembasahan pada

dentin baik, sehingga infiltrasi resin dengan fibril kolagen semakin banyak.

Perlekatan resin bonding berbasis non-HEMA & fibril kolagen membentuk

lapisan hibrid semakin banyak yang membuat sifat adesi semakin kuat.

3.3 Hipotesis Penelitian

Terdapat perbedaan kekuatan perlekatan tarik dentin bonding berbasis

HEMA & non-HEMA setelah aplikasi dipermukaan dentin superfisial dan

profunda. Penggunaan bahan dentin bonding berbasis non-HEMA lebih baik

dibandingkan dengan dentin bonding berbasis HEMA setelah diaplikasikan

pada kedalaman dentin yang berbeda.

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN ... ERESHA MELATI K.W

Page 59: PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN TARIK DENTIN …repository.unair.ac.id/54379/13/Eresha-Melati-021311133121-min.pdf · Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi sapi (bovine)

40

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratoris.

4.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Dasar Bersama Kampus

B Universitas Airlangga.

4.3 Waktu Peneltian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2016 – September 2016.

4.4 Sampel Penelitian

4.4.1 Populasi Sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi sapi (bovine) yang

diperoleh dari rumah potong hewan Pegirian Surabaya, dipilih sapi yang sehat dan

gemuk. Sesudah sapi disembelih, gigi insisivus yang baik dicabut dan dibersihkan

dengan sikat dan scalpel tajam dibawah air mengalir. Jaringan lunak yang masih

menempel dibuang dengan hati-hati. Gigi sediaan direndam dalam larutan garam

fisiologis dan disimpan di dalam lemari es dengan suhu 40 (Adioro, 2006).

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN ... ERESHA MELATI K.W

Page 60: PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN TARIK DENTIN …repository.unair.ac.id/54379/13/Eresha-Melati-021311133121-min.pdf · Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi sapi (bovine)

41

4.4.2 Kriteria Sampel

Gigi sapi (bovine) yaitu gigi insisivus yang sehat tidak abrasi, tidak

terdapat karies dan tidak terdapat retak-retak

4.4.3 Pembagian Sampel

Sampel yang digunakan dibagi menjadi empat kelompok, yaitu sebagai

berikut:

1. Kelompok I : kelompok gigi yang akan diberi perlakuan dentin bonding

berbasis HEMA dengan preparasi gigi hingga mencapai dentin superfisial.

2. Kelompok II : kelompok gigi yang akan diberi perlakuan dentin bonding

berbasis non-HEMA dengan preparasi gigi hingga mencapai dentin superfisial.

3. Kelompok III : kelompok gigi yang akan diberi perlakuan dentin bonding

berbasis HEMA dengan preparasi gigi hingga mencapai dentin profunda.

4. Kelompok IV: kelompok gigi yang akan diberi perlakuan dentin bonding

berbasis non- HEMA dengan preparasi gigi hingga mencapai dentin profunda.

4.4.4 Jumlah Sampel

Besar sampel tiap kelompok berdasarkan rumus Federer yaitu:

(t-1) ≥ (n-1) 15

Dimana (t) adalah kelompok perlakuan, dan (n) adalah jumlah sampel

perkelompok perlakuan.

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN ... ERESHA MELATI K.W

Page 61: PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN TARIK DENTIN …repository.unair.ac.id/54379/13/Eresha-Melati-021311133121-min.pdf · Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi sapi (bovine)

42

(t-1)(n-1) ≥ 15

(4–1)(n–1) ≥ 15

3 (n – 1) ≥ 15

3n–3 ≥ 15

3n ≥ 18

n ≥ 6

Dalam penelitian ini, gigi sapi dibagi menjadi 4 kelompok perlakuan, dan

jumlah sampel per kelompok 6 gigi sapi (bovine) sehingga didapat jumlah sampel

24 gigi sapi (bovine).

4.5 Variabel Penelitian

4.5.1 Variabel bebas

Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Dentin bonding berbasis HEMA yang diaplikasikan pada dentin

superfisial.

2. Dentin bonding berbasis non-HEMA yang diaplikasikan pada dentin

superfisial.

3. Dentin bonding berbasis HEMA yang diaplikasikan pada dentin profunda.

4. Dentin bonding berbasis non-HEMA yang diaplikasikan pada profunda.

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN ... ERESHA MELATI K.W

Page 62: PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN TARIK DENTIN …repository.unair.ac.id/54379/13/Eresha-Melati-021311133121-min.pdf · Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi sapi (bovine)

43

4.5.2 Variabel terikat

Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kekuatan

perlekatan tarik dentin bonding berbasis HEMA & non-HEMA setelah aplikasi

dipermukaan dentin superfisial dan profunda.

4.5.3 Variabel terkendali

Variabel terkendali yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Jenis resin komposit yang digunakan dalam penelitian

2. Jenis bahan dentin bonding yang digunakan dalam penelitian

3. Teknik yang digunakan dalam penelitian

4. Jenis gigi yang digunakan dalam penelitian

5. Bentuk dan ukuran sampel

6. Cara pembuatan sampel

7. Cara dan alat yang digunakan untuk mengukur kekuatan perlekatan tarik

4.6 Definisi Operasional Penelitian

1. Kekuatan perlekatan tarik

Kekuatan perlekatan tarik adalah kekuatan maksimum dentin bonding

berbasis HEMA dan non-HEMA pada permukaan dentin superfisial dan profunda

melawan gaya tarik aksial yang arahnya tegak lurus terhadap bidang dentin

bonding berbasis HEMA dan non-HEMA pada dentin. Diukur dengan alat uji

kekuatan tarik dilakukan dengan alat autograph AG-10 TE Shimadzu, Japan.

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN ... ERESHA MELATI K.W

Page 63: PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN TARIK DENTIN …repository.unair.ac.id/54379/13/Eresha-Melati-021311133121-min.pdf · Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi sapi (bovine)

44

2. Dentin bonding berbasis HEMA dan non-HEMA

Dentin bonding berbasis HEMA (2-hidroksietil-metakrilat) telah banyak

ditemukan dan paling sering digunakan, seperti merk Gluma Comfort Bond,

Single Bond, Clearfil SE Bond, dan lain-lain. HEMA merupakan molekul analog

dengan metil metakrilat kecuali pendant metil ester digantikan oleh grup etoksi

eter. (Sherwood, 2010). Bahan dentin bonding berbasis HEMA memiliki beberapa

kelebihan yaitu pembuatannya relatif mudah, dapat bertahan cukup lama karena

terdapatnya penambahan zat preservatif serta berfungsi sebagai gugus hidrofobik

maupun hidrofilik (Dijken, 2013; Adioro. 2006; Klíssia et al., 2011).

Bonding berbasis non-HEMA yang beredar di pasaran misalnya Prime and

Bond NT, G-bond, AllBond, dan lain-lain. Bonding berbasis non-HEMA

umumnya memiliki monomer yang disebut urethane dimetakrilat (UDMA).

UDMA dapat membentuk polimer cross-link yang padat sehingga terjadi

peningkatan kekuatan mekanis. Polimer tersebut apabila direnggangkan atau

tertarik saat kontraksi polimerisasi dapat mencegah rantai individual bergeser satu

sama lain serta apabila stress akibat polimerisasi hilang, rantai polimer cross link

dapat kembali ke posisi awal dan objek kembali kebentuk semula (Fraunhofer,

2012; Papakonstantinou, 2011).

3.Dentin Superfisial

Dentin superfisial yaitu 0,5-1 mm dari dentino enamel junction. Tubulus

yang dimiliki lebih sedikit sehingga pada saat dentin bonding berpenetrasi ke

dalam dentin intertubular yang bertanggung jawab memberikan kekuatan

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN ... ERESHA MELATI K.W

Page 64: PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN TARIK DENTIN …repository.unair.ac.id/54379/13/Eresha-Melati-021311133121-min.pdf · Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi sapi (bovine)

45

perlekatan antara dentin dan bahan restorasi pada gigi nantinya akan memiliki

kekuatan yang lebih rendah (Kumari et al., 2015). Pengambilan dentin superfisial

pada bagian tengah mahkota gigi, terlebih dahulu menetukan jarak dari

permukaan labial gigi menuju bagian tengah mahkota gigi yaitu 0,5 mm. Setelah

memperoleh jarak tersebut, bagian tengah mahkota gigi yang diindikasikan berupa

dentin superfisial dipreparasi berupa bentukan kotak untuk bisa diletakan pada

cetakan.

Gambar. 2.8. Preparasi gigi untuk memperoleh dentin superfisial yang terletak

0,5-1 mm dari dentino enamel junction (tanda hitam pada gambar yang

merupakan dentin superfisial).

4.Dentin profunda

Dentin profunda yaitu 0,5 mm puncak dari pulp horn. Tubulus dentin yang

dimiliki lebih banyak jumlahnya sehingga permeabilitas intratubular resin

memiliki kekuatan ikatan perlekatan yang lebih tinggi (Kumari et al., 2015).

Pengambilan dentin profunda pada bagian tengah mahkota gigi dapat diperoleh

dengan memperkirakan daerah puncak pulp horn. Bagian tengah mahkota gigi

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN ... ERESHA MELATI K.W

Page 65: PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN TARIK DENTIN …repository.unair.ac.id/54379/13/Eresha-Melati-021311133121-min.pdf · Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi sapi (bovine)

46

yang diindikasikan berupa dentin profunda yaitu terletak 0,5 mm dari puncak pulp

horn dipreparasi berupa bentukan kotak untuk bisa diletakkan pada cetakan.

Gambar. 2.9. Preparasi gigi untuk memperoleh dentin profunda yang terletak 0,5

mm dari puncak pulp horn (tanda hitam pada gambar yang merupakan dentin

profunda).

4.7 Prosedur Penelitian

4.7.1 Bahan-bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gigi insisive bovine

PZ (larutan fisiologis)

Resin komposit

Bahan etsa asam fosfat 37%

Bahan dentin bonding berbasis HEMA (ivoclar vivadent)

Bahan dentin bonding berbasis non-HEMA (G-ænial)

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN ... ERESHA MELATI K.W

Page 66: PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN TARIK DENTIN …repository.unair.ac.id/54379/13/Eresha-Melati-021311133121-min.pdf · Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi sapi (bovine)

47

Dental stone

Aquadest steril

Vaselin

4.7.2 Instrument penelitian

Alat - alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

- Alat untuk memotong dan menghaluskan gigi sediaan : disk diamond, bor intan,

kertas rempelas no. 400 dan no. 1000 (Fuji Star, Japan), contra angel hand piece

(NSK), fissure burs low speed, mikromotor. Alat untuk aplikasi bahan dentin

bonding berbasis HEMA dan non-HEMA : pinset, bowl dan spatula, kaca tebal,

brush kecil, spatula semen, plastic filling instrumen, cotton pellet, adhesif tape

(isolasi), cetakan silinder dari logam dengan diameter 16 mm dan tinggi 26 mm,

light-curing unit.

- Alat untuk mengukur kekuatan perlekatan tarik antara dentin bonding berbasis

HEMA dan non-HEMA dengan dentin : Plunger set sebagai alat bantu uji tarik,

alat pengukur kekuatan tarik Autograph AG-10TE (Shimadzu, Japan).

4.7.3 Cara kerja penelitian

4.7.3.1 Persiapan sampel

a. Gigi-gigi sediaan dibersihkan secara hati-hati dengan membuang kotoran pada

permukaan gigi menggunakan sikat, untuk jaringan lunak atau keras dengan

skalpel tajam. Selama pembersihan, gigi selalu dalam keadaan basah. Gigi

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN ... ERESHA MELATI K.W

Page 67: PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN TARIK DENTIN …repository.unair.ac.id/54379/13/Eresha-Melati-021311133121-min.pdf · Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi sapi (bovine)

48

direndam dalam larutan garam fisiologis untuk memberikan suasana seperti di

dalam rongga mulut dan disimpan dalam lemari es agar kelembaban gigi terjaga.

b. Bagian mahkota gigi dipotong sebatas servikal gigi dengan disk diamond bur.

Preparasi bagian bukal sampai bagian dentin dengan menggunakan fissure bur

serta contra angle hand piece dengan arah yang sama dan dihaluskan dengan

kertas gosok untuk mendapatkan bidang datar dan rata.

c. Cetakan silinder dengan diameter 16 mm dan tinggi 26 mm diolesi vaselin dan

diletakkan di atas kaca sebagai alas dan gigi bovine diposisikan di tengah pada

dasar cetakan. Bubuk gips dicampur dengan air dan diaduk menggunakan spatula

dengan perbandingan sesuai petunjuk pabrik. Kemudian adonan gips dituangkan

ke dalam cetakan silinder sampai penuh dan ditunggu sampai gips mengeras.

Bagian dentin yang diberi perlakuan dibatasi dengan adhesif tape (isolasi)

berlubang dan diletakkan tepat di tengah permukaan dentin.

4.7.3.2 Persiapan aplikasi bonding HEMA dan non-HEMA serta resin

komposit

a. Secara acak sampel dibagi menjadi 4 kelompok.

1. Dentin bonding berbasis HEMA yang diaplikasikan dengan preparasi gigi

hingga sampai dentin superfisial.

2. Dentin bonding berbasis non-HEMA yang diaplikasikan dengan preparasi

gigi hingga sampai dentin superfisial.

3. Dentin bonding berbasis HEMA yang diaplikasikan dengan preparasi gigi

hingga sampai dentin profunda.

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN ... ERESHA MELATI K.W

Page 68: PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN TARIK DENTIN …repository.unair.ac.id/54379/13/Eresha-Melati-021311133121-min.pdf · Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi sapi (bovine)

49

4. Dentin bonding berbasis non-HEMA yang diaplikasikan dengan preparasi

gigi hingga sampai dentin profunda.

Permukaan dentin yang telah ditanam dalam dental stone dibersihkan

dengan sikat dan air kemudian dikeringkan dengan semprotan udara.

Kelompok I (sistem total etch) spesimen dentin superfisial diulasi gel

asam fosfat 37% selama 10 detik. Setelah itu dentin dicuci dengan air selama ± 10

detik kemudian diserap dengan kapas untuk menghilangkan kelebihan air.

Kemudian 2 tetes (0,02 gram) bahan dentin bonding berbasis HEMA diteteskan

pada disposable brush, lalu diulaskan pada dentin (2 kali ulasan) dan dibiarkan

selama 20 detik. Kemudian disemprot dengan semprotan udara dari chip blower

selama 5 detik untuk menghilangkan kelebihan solvent (pelarut yang terkandung

dalam primer yaitu air), lalu dilakukan curing selama 10 detik (sesuai petunjuk

pabrik). Silinder gips dimasukkan ke dalam plunger bawah dan difiksasi dengan

memasang pengunci. Silinder cetakan pada plunger atas diisi komposit kemudian

disatukan dengan plunger bawah dan difiksasi dengan memasang pengunci.

Kemudian lakukan penyinaran dengan light cure selama 20 detik pada kedua sisi

plunger, masing-masing 10 detik, dan akan mengeras dalam waktu 2 menit.

Kelompok II (sistem total etch) spesimen dentin superfisial diulasi gel

asam fosfat 37% selama 10 detik. Setelah itu dentin dicuci dengan air selama ± 10

detik kemudian diserap dengan kapas untuk menghilangkan kelebihan air.

Kemudian 2 tetes (0,02 gram) bahan dentin bonding berbasis non-HEMA

diteteskan pada disposable brush, lalu diulaskan pada dentin (2 kali ulasan) dan

dibiarkan selama 20 detik. Kemudian disemprot dengan semprotan udara dari chip

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN ... ERESHA MELATI K.W

Page 69: PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN TARIK DENTIN …repository.unair.ac.id/54379/13/Eresha-Melati-021311133121-min.pdf · Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi sapi (bovine)

50

blower selama 5 detik untuk menghilangkan kelebihan solvent (pelarut yang

terkandung dalam primer yaitu air), lalu dilakukan curing selama 10 detik (sesuai

petunjuk pabrik). Silinder gips dimasukkan ke dalam plunger bawah dan difiksasi

dengan memasang pengunci. Silinder cetakan pada plunger atas diisi komposit

kemudian disatukan dengan plunger bawah dan difiksasi dengan memasang

pengunci. Kemudian lakukan penyinaran dengan light cure selama 20 detik pada

kedua sisi plunger, masing-masing 10 detik, dan akan mengeras dalam waktu 2

menit.

Kelompok III (sistem total etch) spesimen dentin profunda diulasi gel

asam fosfat 37% selama 10 detik. Setelah itu dentin dicuci dengan air selama ± 10

detik kemudian diserap dengan kapas untuk menghilangkan kelebihan air.

Kemudian 2 tetes (0,02 gram) bahan dentin bonding berbasis HEMA diteteskan

pada disposable brush, lalu diulaskan pada dentin (2 kali ulasan) dan dibiarkan

selama 20 detik. Kemudian disemprot dengan semprotan udara dari chip blower

selama 5 detik untuk menghilangkan kelebihan solvent (pelarut yang terkandung

dalam primer yaitu air), lalu dilakukan curing selama 10 detik (sesuai petunjuk

pabrik). Silinder gips dimasukkan ke dalam plunger bawah dan difiksasi dengan

memasang pengunci. Silinder cetakan pada plunger atas diisi komposit kemudian

disatukan dengan plunger bawah dan difiksasi dengan memasang pengunci.

Kemudian lakukan penyinaran dengan light cure selama 20 detik pada kedua sisi

plunger, masing-masing 10 detik, dan akan mengeras dalam waktu 2 menit.

Kelompok IV (sistem total etch) spesimen dentin profunda diulasi gel

asam fosfat 37% selama 10 detik. Setelah itu dentin dicuci dengan air selama ± 10

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN ... ERESHA MELATI K.W

Page 70: PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN TARIK DENTIN …repository.unair.ac.id/54379/13/Eresha-Melati-021311133121-min.pdf · Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi sapi (bovine)

51

detik kemudian diserap dengan kapas untuk menghilangkan kelebihan air.

Kemudian 2 tetes (0,02 gram) bahan dentin bonding berbasis non-HEMA

diteteskan pada disposable brush, lalu diulaskan pada dentin (2 kali ulasan) dan

dibiarkan selama 20 detik. Kemudian disemprot dengan semprotan udara dari chip

blower selama 5 detik untuk menghilangkan kelebihan solvent (pelarut yang

terkandung dalam primer yaitu air), lalu dilakukan curing selama 10 detik (sesuai

petunjuk pabrik). Silinder gips dimasukkan ke dalam plunger bawah dan difiksasi

dengan memasang pengunci. Silinder cetakan pada plunger atas diisi komposit

kemudian disatukan dengan plunger bawah dan difiksasi dengan memasang

pengunci. Kemudian lakukan penyinaran dengan light cure selama 20 detik pada

kedua sisi plunger, masing-masing 10 detik, dan akan mengeras dalam waktu 2

menit.

4.7.3.3 Mengukur Kekuatan Perlekatan Tarik

Uji kekuatan tarik dilakukan dengan alat autograph AG-10 TE Shimadzu,

Japan. Plunger set diletakkan pada autograph dengan plunger bawah difiksasi

pada grip bawah autograph dan plunger atas difiksasi pada grip atas. Kunci pada

plunger atas kemudian dilepas. Pada saat pemakaian, alat dioperasikan dengan

ketentuan sebagai berikut: kecepatan cross head 10 mm/menit. Alat dijalankan

sampai plunger atas dan plunger bawah terpisah serta angka pada load cell sudah

stabil (tidak berubah lagi). Hasil yang terlihat pada layar mempunyai satuan kgf.

1 kgf = 9,81 N, 1 Mpa = 1 N/mm2 , range : 5, kapasitas load cell : 5 kN/500kgf,

luas permukaan dentin coba = πr2 = 12,56 mm

2 Angka yang terbaca pada waktu

penarikan sampel dihitung dengan rumus (Mangonon, 1999):

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN ... ERESHA MELATI K.W

Page 71: PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN TARIK DENTIN …repository.unair.ac.id/54379/13/Eresha-Melati-021311133121-min.pdf · Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi sapi (bovine)

52

4.7.4 Analisis Data

Analisis data dari hasil penelitian ini menggunakan uji One way ANOVA

karena jenis datanya adalah rasio parametik dengan 2 perlakuan berbeda pada

kelompok sampel dari populasi yang sama dengan taraf kemaknaan (α) = 0,05.

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN ... ERESHA MELATI K.W

Page 72: PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN TARIK DENTIN …repository.unair.ac.id/54379/13/Eresha-Melati-021311133121-min.pdf · Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi sapi (bovine)

53

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN ... ERESHA MELATI K.W

Page 73: PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN TARIK DENTIN …repository.unair.ac.id/54379/13/Eresha-Melati-021311133121-min.pdf · Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi sapi (bovine)

54

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

Penelitian ini dilakukan pada permukaan dentin bovine. Bagian enamel

diasah rata (arah sejajar pulpa) hingga mencapai dentin. Pengambilan letak dentin

superfisial dan profunda memiliki prinsip yang berbeda. Luas permukaan dentin

yang digunakan untuk penelitian yaitu sebesar p x r2 = (3,14 x 2

2) = 12,56 mm

2.

Kekuatan tarik (MPa) diuji dengan alat Autograph Simadzu di LDB – UNAIR.

Plunger set diletakkan pada autograph dengan plunger bawah difiksasi pada grip

bawah autograph dan plunger atas difiksasi pada grip atas. Kunci pada plunger

atas kemudian dilepas. Pada saat pemakaian, alat dioperasikan sampai plunger

atas dan plunger bawah terpisah serta angka pada load cell sudah stabil (tidak

berubah lagi).

Berdasarkan hasil pengumpulan data kekuatan perlekatan tarik dentin

bonding berbasis HEMA & non-HEMA setelah aplikasi dipermukaan dentin

superfisial dan profunda maka didapatkan hasil nilai rerata kekuatan perlekatan

tarik adalah:

1. Dentin superfisial dengan aplikasi bonding HEMA yaitu sebesar 2.2733

Mpa dengan SD 0.08506.

2. Dentin superfisial dengan aplikasi bonding non-HEMA yaitu sebesar

3.0888 MPa dengan SD 0.06769.

3. Dentin profunda dengan aplikasi bonding HEMA yaitu sebesar 3.9110

MPa dengan SD 0.08340.

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN ... ERESHA MELATI K.W

Page 74: PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN TARIK DENTIN …repository.unair.ac.id/54379/13/Eresha-Melati-021311133121-min.pdf · Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi sapi (bovine)

55

4. Dentin profunda dengan aplikasi bonding non-HEMA yaitu sebesar

4.5788 MPa dengan SD 0.09750.

Tabel 5.1 Rerata dan simpangan baku kekuatan perlekatan tarik dentin bonding

berbasis HEMA & non-HEMA setelah aplikasi dipermukaan dentin superfisial

dan profunda. (MPa)

KELOMPOK

MEAN (MPa)

SD

N

I

2.2733

0.08506

6

II

3.0888

0.06769

6

III

3.9110

0.08340

6

IV

4.5788

0.09750

6

Keterangan :

N = Jumlah sampel.

X = Nilai rata – rata.

SD = Simpangan baku.

Kelompok I = Dentin Superfisial dengan Aplikasi bonding HEMA.

Kelompok II = Dentin Superfisial dengan Aplikasi bonding non- HEMA.

Kelompok III = Dentin Profunda dengan Aplikasi bonding HEMA.

Kelompok IV = Dentin Profunda dengan Aplikasi bonding non- HEMA.

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN ... ERESHA MELATI K.W

Page 75: PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN TARIK DENTIN …repository.unair.ac.id/54379/13/Eresha-Melati-021311133121-min.pdf · Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi sapi (bovine)

56

One Way ANOVA: p= 0.000 Ada perbedaan yang bermakna antara keempat

kelompok sampel diatas pada α = 0.05.

Gambaran secara visual dari rata – rata kekuatan perlekatan tarik dentin

bonding berbasis HEMA & non-HEMA setelah aplikasi dipermukaan dentin

superfisial dan profunda dapat dilihat pada grafik berikut:

Grafik 5.1 Rerata dan simpangan baku kekuatan perlekatan tarik dentin

bonding berbasis HEMA & non-HEMA setelah aplikasi dipermukaan dentin

superfisial dan profunda. (MPa)

Untuk mengetahui apakah data kekuatan perlekatan tarik dentin bonding

berbasis HEMA & non-HEMA setelah aplikasi dipermukaan dentin superfisial

dan profunda tersebut normal maka dilakukan dengan uji normalitas Kolmogorov-

Smirnov yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN ... ERESHA MELATI K.W

Page 76: PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN TARIK DENTIN …repository.unair.ac.id/54379/13/Eresha-Melati-021311133121-min.pdf · Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi sapi (bovine)

57

Data yang dihasilkan pada uji statistik menunjukkan bahwa keempat

kelompok percobaan mempunyai nilai p > 0.05. Hal ini menandakan bahwa data

pada variabel kekuatan perlekatan tarik dentin bonding berbasis HEMA & non-

HEMA setelah aplikasi dipermukaan dentin superfisial dan profunda mempunyai

distribusi normal. Untuk membuktikan apakah kelompok percobaan kekuatan

tarik ini homogen maka dilakukan uji homogenitas Levene yang menghasilkan

nilai p = 0.343 ( p > 0.05 ). Hal tersebut memperlihatkan bahwa data kelompok

kekuatan perlekatan tarik dentin bonding berbasis HEMA & non-HEMA setelah

aplikasi dipermukaan dentin superfisial dan profunda adalah homogen.

Data hasil penelitian yang telah diuji normalitas dan homogenitasnya

maka dilakukan uji beda statistik menggunakan uji One Way ANOVA untuk

mengetahui adanya perbedaan diantara masing-masing kelompok percobaan. Uji

beda tersebut memperlihatkan nilai p = 0.00 ( p < 0.05 ) dimana p merupakan

probabilitas untuk menerima H0. Pada penelitian ini H0 ditolak dan H1 diterima

berarti terdapat perbedaan yang bermakna untuk perbandingan antara keempat

kelompok. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan

kekuatan perlekatan tarik dentin bonding berbasis HEMA & non-HEMA setelah

aplikasi dipermukaan dentin superfisial dan profunda. Dari hasil yang diperoleh

sesuai hipotesa yaitu terdapat perbedaan kekuatan perlekatan tarik dentin bonding

berbasis HEMA & non-HEMA setelah aplikasi dipermukaan dentin superfisial

dan profunda. Penggunaan bahan dentin bonding berbasis non-HEMA lebih baik

dibandingkan dengan dentin bonding berbasis HEMA setelah diaplikasikan pada

kedalaman dentin yang berbeda.

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN ... ERESHA MELATI K.W

Page 77: PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN TARIK DENTIN …repository.unair.ac.id/54379/13/Eresha-Melati-021311133121-min.pdf · Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi sapi (bovine)

58

BAB 6

PEMBAHASAN

Kekuatan tarik yang diperoleh pada penelitian ini adalah kekuatan

perlekatan antara resin bonding berbasis HEMA dan non-HEMA diaplikasikan

pada permukaan dentin superfisial dan profunda. Dentin superfisial dan profunda

diambil dari gigi bovine. Pengambilan dentin pada gigi bovine tersebut diambil

secara berbeda namun prinsipnya dentin bovine yang telah diambil harus diasah

rata. Pada dentin superfisial, dentin diambil 0,5-1 mm dari dentino enamel

junction sedangkan dentin profunda diambil 0,5 mm puncak dari pulp horn.

Berdasarkan hasil analisa statistik menggunakan uji One Way ANOVA

didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan yang bermakna pada kekuatan

perlekatan tarik dentin bonding berbasis HEMA & non-HEMA setelah aplikasi

dipermukaan dentin superfisial dan profunda. Dari grafik rerata kekuatan

perlekatan tarik (grafik 5.1) dapat dilihat bahwa kekuatan perlekatan tarik pertama

terdapat pada dentin bonding berbasis non-HEMA setelah aplikasi dipermukaan

dentin profunda. Kekuatan perlekatan tarik kedua terdapat pada dentin bonding

berbasis HEMA setelah aplikasi dipermukaan dentin profunda. Kekuatan

perlekatan tarik ketiga terdapat pada dentin bonding berbasis non-HEMA setelah

aplikasi dipermukaan dentin superfisial. Kekuatan perlekatan tarik keempat

terdapat pada dentin bonding berbasis HEMA setelah aplikasi dipermukaan dentin

superfisial. Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa penggunaan bahan dentin

bonding berbasis non-HEMA lebih baik dibandingkan dengan dentin bonding

berbasis HEMA setelah diaplikasikan pada kedalaman dentin yang berbeda.

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN ... ERESHA MELATI K.W

Page 78: PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN TARIK DENTIN …repository.unair.ac.id/54379/13/Eresha-Melati-021311133121-min.pdf · Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi sapi (bovine)

59

Bonding berbasis non-HEMA umumnya memiliki monomer yang disebut

urethane dimetakrilat (UDMA). UDMA dapat membentuk polimer cross-link

yang padat sehingga terjadi peningkatan kekuatan mekanis. Polimer tersebut

apabila direnggangkan atau tertarik saat kontraksi polimerisasi dapat mencegah

rantai individual bergeser satu sama lain serta apabila stress akibat polimerisasi

hilang, rantai polimer cross link dapat kembali ke posisi awal dan objek kembali

kebentuk semula. UDMA memiliki berat molekul yang lebih tinggi sehingga

dapat meningkatkan derajat polimerisasi (Fraunhofer, 2012; Papakonstantinou,

2011). Bahan dentin bonding juga memiliki komposisi pelarut yang berbeda

pada tiap bahan. Komposisi tersebut juga sangat mempengaruhi kekuatan

perlekatan dentin bonding pada fibril kolagen. Bahan pelarut yang sering

digunakan antara lain aseton dan alkohol (etanol) (Craig, 2002). Pelarut

dibutuhkan untuk memindahkan air dari permukaan dentin sehingga

mempersiapkan jaringan kolagen untuk infiltrasi adesif resin. (Cardoso et al.,

2011). Bahan priming dapat meningkatkan difusi resin ke dentin yang

terdemineralisasi dan lembab sehingga terjadi ikatan mikromekanikal yang

optimal (Garg, 2013). Dalam hal tersebut, resin bonding berbasis HEMA yang

digunakan pada penelitian mengandung pelarut alkohol, sedangkan resin

bonding berbasis non- HEMA mengandung pelarut aseton.

Pengaplikasian resin bonding berbasis non-HEMA yang mengandung

pelarut aseton pada dentin superfisial maupun profunda, menghasilkan kekuatan

perlekatan tarik yang tinggi dibandingkan dengan resin bonding berbasis HEMA

yang mengandung pelarut alkohol. Hal tersebut dikarenakan aseton yang

terkandung dalam resin bonding berbasis non-HEMA memiliki sifat cepat dalam

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN ... ERESHA MELATI K.W

Page 79: PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN TARIK DENTIN …repository.unair.ac.id/54379/13/Eresha-Melati-021311133121-min.pdf · Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi sapi (bovine)

60

penguapan, menyebabkan pemindahan air dari permukaan dentin optimal dan

sensitifitas terhadap kelembaban dentin yang baik dibandingkan dengan pelarut

alkohol, pembasahan pada dentin baik, sehingga infiltrasi resin dengan fibril

kolagen semakin banyak. Perlekatan resin bonding berbasis non-HEMA & fibril

kolagen membentuk lapisan hibrid semakin banyak yang membuat sifat adesi

semakin kuat.

Pada dentin superfisial maupun profunda, apabila diaplikasikan

menggunakan resin bonding berbasis HEMA yang mengandung pelarut alkohol,

menghasilkan kekuatan perlekatan tarik terendah dibandingkan dengan

penggunaan resin bonding berbasis non-HEMA. Hal tersebut dikarenakan

alkohol yang terkandung dalam resin bonding berbasis HEMA memiliki sifat

lebih lama menguap, menyebabkan pemindahan air dari permukaan dentin tidak

optimal dan sensitifitas terhadap kelembaban dentin berkurang dibandingkan

dengan pelarut aseton yang terkandung dalam dentin bonding berbasis non-

HEMA, dan menyebabkan pembasahan dentin kurang baik, sehingga infiltrasi

resin dengan fibril kolagen semakin sedikit. Perlekatan resin bonding berbasis

HEMA & fibril kolagen membentuk lapisan hibrid semakin sedikit yang

membuat sifat adesi semakin lemah. Hal tersebut menyebabkan kekuatan

perlekatan tarik menjadi lebih rendah. Kemungkinan tersebut yang dapat

menyebabkan kekuatan perlekatan tarik bahan dentin bonding berbasis non-

HEMA lebih baik dibandingkan dengan dentin bonding berbasis HEMA setelah

diaplikasikan pada kedalaman dentin yang berbeda. Selain itu, bonding berbasis

HEMA juga memiliki kekurangan dengan berbagai studi melaporkan secara

klinis menunjukkan bahan tersebut merupakan sensitizer paling umum untuk

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN ... ERESHA MELATI K.W

Page 80: PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN TARIK DENTIN …repository.unair.ac.id/54379/13/Eresha-Melati-021311133121-min.pdf · Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi sapi (bovine)

61

menginduksi hipersensitivitas pada gigi. Beberapa penelitian telah menunjukkan

efek sitotoksik yang signifikan berkaitan dengan monomer metakrilat yang

terkandung dalam dentin bonding berbasis HEMA. Oleh karena itu, terdapat

alternatif bahan dentin bonding yaitu berupa dentin bonding berbasis non-

HEMA dapat menjadi pilihan yang baik untuk digunakan (Dijken, 2013).

Nilai kekuatan HEMA terhadap dentin pada penelitian ini yaitu 2.2733

Mpa untuk dentin superfisial dengan aplikasi bonding HEMA, 3.0888 MPa

untuk dentin superfisial dengan aplikasi bonding non-HEMA, 3.9110 MPa dan

4.5788 MPa untuk dentin profunda dengan aplikasi bonding non-HEMA. Nilai

tersebut cukup kecil bila dibandingkan dengan kekuatan perlekatan bahan resin

bonding terhadap dentin pada beberapa penelitian. Pada penelitian yang

dilakukan oleh Adioro (2006) dimana nilai berkisar antara 10,02250 – 16.7375

MPa memiliki nilai kekuatan perlekatan tarik yang tinggi. Secara klinis nilai

kekuatan perlekatan tarik yang baik berkisar lebih dari 5 MPa.

Nilai kekuatan perlekatan tarik yang rendah bisa disebabkan karena

adanya beberapa kesulitan yang ditemukan pada penelitian ini. Salah satunya

adalah tidak memperhitungkan kelembaban dentin secara mendetail. Usaha yang

dilakukan untuk menghasilkan kelembaban yang optimal hanya dilakukan

dengan melakukan pengeringan dengan teknik dry – bonding untuk mencegah

fenomena over wet. Penelitian ini tidak melakukan pengukuran kelembaban

pada dentin secara ilmiah maka terdapat dua kemungkinan yang dapat terjadi.

Yang pertama adalah dentin terlalu kering akibat proses pengeringan sehingga

fibril kolagennya kolaps dan air dari solvent tidak cukup untuk membuat

kolagen tersebut re-ekspansi, Sedangkan yang kedua adalah dentin justru belum

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN ... ERESHA MELATI K.W

Page 81: PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN TARIK DENTIN …repository.unair.ac.id/54379/13/Eresha-Melati-021311133121-min.pdf · Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi sapi (bovine)

62

benar-benar kering pada proses pengeringan kemudian ditambah dengan air dari

solvent sehingga fenomena over wet tetap terjadi. Kedua kemungkinan ini bisa

menurunkan interaksi resin bonding dengan fibril kolagen dentin sehingga

menurunkan kekuatan perlekatan seperti yang dijelaskan sebelumnya.

Kesulitan lain pada penelitian ini adalah keterbatasan alat bantu (plunger

set) yang digunakan sehingga tidak mampu menciptakan prosedur tumpatan

yang sama dengan keadaan klinis. Pada klinisnya komposit diaplikasikan secara

layer by layer kemudian dilakukan penyinaran di seluruh permukaan komposit

(Anusavice, 2003), Sedangkan pada penelitian ini komposit diaplikasikan

sekaligus pada bagian plunger set yang disediakan sebagai tempat cetakan

komposit kemudian disatukan dengan plunger bawah yang berisi spesimen gigi

yang telah diaplikasikan dentin bonding sebelumnya baru kemudian dilakukan

penyinaran. Penyinaran juga tidak bisa dilakukan disemua bagian permukaan

komposit tetapi hanya pada permukaan luar pada dua sisi yang terlihat melalui

celah plunger set.

Pada uji kekuatan tarik, terlepasnya bahan resin bonding dengan dentin

pada kondisi basah (wet condition) ditemukan 70 % yaitu daerah lapisan hibrid

dentin. Hal ini dikarenakan struktur fibril kolagen yang sangat lunak dan mudah

terputus bila dibandingkan dengan struktur polimerisasi resin bonding dengan

dentin dan polimerisasi resin bonding dengan komposit, namun bila dilihat

dengan mikroskop ternyata tubulus-tubulus dentin terletak tidak sejajar sehingga

membuat penjangkaran dari fibril kolagen yang memungkinkan pelepasan resin

bonding terletak didaerah resin komposit, lapisan resin bonding dan demineral

dentin (30%). Untuk kondisi kering (dry condition), lepasnya resin bonding dari

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN ... ERESHA MELATI K.W

Page 82: PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN TARIK DENTIN …repository.unair.ac.id/54379/13/Eresha-Melati-021311133121-min.pdf · Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi sapi (bovine)

63

permukaan dentin sebesar 91,6 % pada lapisan hibrid dentin (Hashimoto et al,

2002).

Dalam penelitian ini, lepasnya bahan resin bonding dengan dentin

tersebut diharapkan terjadi pada daerah interfece pada kedua bahan tersebut.

Setelah pengulasan larutan resin bonding, di atasnya diaplikasikan bahan

tumpatan komposit. Pada polimerisasinya resin bonding akan berkaitan secara

kovalen dengan komposit, yakni suatu ikatan kimia primer yang cukup kuat

karena kedua resin tersebut merupakan derivat dari golongan metakrilat. Dengan

demikian resiko terlepasnya bahan resin bonding pada daerah resin komposit,

lapisan resin bonding, dan demineral dentin, dan bukan pada interface resin

bonding dengan dentin dapat diabaikan.

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN ... ERESHA MELATI K.W

Page 83: PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN TARIK DENTIN …repository.unair.ac.id/54379/13/Eresha-Melati-021311133121-min.pdf · Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi sapi (bovine)

64

BAB 7

PENUTUP

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat perbedaan kekuatan perlekatan tarik

dentin bonding berbasis HEMA & non-HEMA setelah aplikasi dipermukaan

dentin superfisial dan profunda. Penggunaan bahan dentin bonding berbasis non-

HEMA lebih baik dibandingkan dengan dentin bonding berbasis HEMA setelah

diaplikasikan pada kedalaman dentin yang berbeda.

7.2 Saran

Diharapkan adanya penelitian lebih lanjut tentang komposisi bahan yang

terkandung dalam dentin bonding berbasis HEMA & non-HEMA sehingga dapat

menghasilkan kekuatan adhesi yang optimal.

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN ... ERESHA MELATI K.W

Page 84: PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN TARIK DENTIN …repository.unair.ac.id/54379/13/Eresha-Melati-021311133121-min.pdf · Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi sapi (bovine)

65

DAFTAR PUSTAKA

Akpata ES. (2000). Current Trend in Restorative Dentistry : An Overview. Saudi

Dent J. 12:109.

Anusavice KJ. (2003). Philip’s Science of Dental Material 11th

ed. USA:WB

Elsevier, Saunders Company .pp:21,24,79,251-9,227-232.

Anusavice KJ. (2012). Philip’s Science of Dental Material 12th

ed. USA:WB

Elsevier, Saunders Company.pp:277-280.

Annette Alexandra Susanto. (2005). Pengaruh Ketebalan Bahan dan Lamanya

Waktu Penyinaran Terhadap Kekerasan Permukaan Resin Komposit

Sinar. Surabaya : DenJ.pp: 32-3.

Anggraeni A., Yuliati A., Nirwana I. (2005). Perlekatan Koloni Streptococcus

mutans pada permukaan resin komposit sinar tampak. Majalah

Kedokteran gigi bagian ilmu material dan teknologi kedokteran gigi

Universitas Airlangga. Vol. 38. No 1, hlm : 8-11.

Adioro S. (2006). Tensile Bond Strength of Hydroxyethyl Methacrylate (HEMA)

Bonding Agent to Bovine Dentine Surface at Various Humadity. Dental

Journal. 39:2. p:1-3, 54-69, 88-92, 103-128.

Abdulsalam R.Al-Zahawi, Mohammed, Talabani, Rupak. (2015). The Prevelence

and Causes of dental Non Carious Cervical Lesion in the Sulaimani

population (Cross-sectional study). Iraq: iosrjournal. Vol.14, Issue 8

Ver.III.p:94-5.

Bergmann A. dan Kieschnick A. (2009). Komposit – Entscheidendist die

Rezeptur, Dental Education Media Fuchstal No. 12,hlm: 506-519.

Breschi L, Gobbi P, Marzotti G, Falconi M. (2002). High Resolution SEM

Evaluation of Dentin Etched with Maleic and Citric Acid, Dent Mat, 18 :

26-35.

Craig RG. (2002). Restorative Dental Materials 11th

ed.London : Mosby. p.57,69-

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN ... ERESHA MELATI K.W

Page 85: PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN TARIK DENTIN …repository.unair.ac.id/54379/13/Eresha-Melati-021311133121-min.pdf · Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi sapi (bovine)

66

70, 232-40,261,269-70.

Cardoso MV, Neves AA, Mine A, Coutinho E, Landuyt KV, Munck JD, Meerbek

BV. (2011). Current aspects on bonding effectiveness and stability in

adhesive dentistry. Australian Dental Juournal 58:31-44.

Cohen S dan Burns R. (2002).Pathways of The Pulp. 8th

ed. St. Louis : Mosby year

book inc. p: 421.

Cramer N. B., Stansbury J. W., Bowman C. N. (2011). Recent Advances and

Developments in Composite Dental Restorative Materials’. Critical

Reviews in Oral Biology and Madicine.

Fais LM, Marcello CC, Silva RH, Guadlianoni DG, Pinelli LA. (2010). Human

Teeth Versus Bovine Teeth: Cutting Effectiveness of Diamond Burs.

Braz Oral Sci J. 9(1) : 39.

Fraunhofer Von JA. (2012). Adhesion and Cohesion.International Journal of

Dentistry (12): 1-3.

Garg N, Garg A. (2013). Textbook of operative dentistry 2nd

ed. New Delhi, India:

Jaypee Brother Medical Publishers.p:23-25.

Hussain S. (2008). Textbook of Dental Material. India, New Delhi: Jaypee

Medical Publisher.p:8-10.

Ibrahim M. Hamouda, HagagAbd Elkader, Manal F. Badawi . (2011).

Microleakage of Nanofilled Composite Resin Restorative Material.

Egypt: Journal of Biomaterials and Nanobiotechnology.pp: 329-334.

Jan W.V. van Dijken. (2013). A randomized controlled 5-year prospective study

of two HEMA-free adhesives, a 1-step self etching and a 3-step etch-and-

rinse, in non-carious cervical lesions. Sweden: Dental materials.p:271-

280.

Klíssia FELIZARDO, Letícia Vargas Freire Martins LEMOS, Rodrigo Varella de

CARVALHO, Alcides GONINI JUNIOR, MuriloBaenaLOPES, Sandra

Kiss MOURA. (2011). Bond Strength of HEMA-Containing versus

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN ... ERESHA MELATI K.W

Page 86: PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN TARIK DENTIN …repository.unair.ac.id/54379/13/Eresha-Melati-021311133121-min.pdf · Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi sapi (bovine)

67

HEMA-Free Self-Etch Adhesive Systems to Dentin. Braz Dent J 22(6):

468-472.

Kugel G and Ferrari M. (2000).The Science of Bonding: From First to Sixth

Generation. American Dental Association J. 131:20.

Landulit K, De Munck J, Snauwaert J, Coutinho E, Poitevin A, Yoshida Y, Inoue

S, Peumans M, Suzuki K, Lambrechts P, Meerbeel BV. (2005).

Monomer-Solvent Phase Separation in One-step Self-etch adhesive. J

Dent Res 84(2):183-8.

Maher Bourbia. (2013). Biodegradation of Dental Resin Composite and Adhesive

by Streptococcus mutans: An in vitro Study. Toronto:ProQuest. p:6-13.

McCabe JF, Walls AWG. (2008). Applied Dental Materials 9th

ed,

UK:Blackwell.p:225-9.

Moreirea F. Filho N. Souza J. Lopes L. (2010). Sorption, Solubility, and Residual

Monomers of a Dental Adhesive Cured By Different Light Curing

Unit.Brazillian Dental Journal 21(5): 432-8.

Muhammet Kerim Ayar. (2015). Status of self‐etch adhesives for bonding to pulp

chamber dentin. Turkey: Journal of Restorative Dentistry. Vol.3.p:51.

Mangonon. P.L. (1999). The Principles of materials Selection for Engineering

Design. Printice-Hall International,Inc. Hal- 29 -81.

Nishiyama N, Asakura T, Suzuki K. (1998). Adhesion Mechanism of Resin to

Etched Dentin Primed with N-MGly Studied by 13

C NMR. Biomed

Material Res J. 40 : 458.

Nakamichi I, Iwaku M and Fusuyama, T. (1983). Bovine teeth as Possible

Substitutes in the Adhesion Test. Dent Res J. 62:156.

Perdiago J and Lopez M. (2001).The Effect of Etching Time on Dentin

Demineralization. Quintessence Int J. 32:142.

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN ... ERESHA MELATI K.W

Page 87: PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN TARIK DENTIN …repository.unair.ac.id/54379/13/Eresha-Melati-021311133121-min.pdf · Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi sapi (bovine)

68

Papakonstantinou AE, Eliades T, Cellesi F, Watts DC, Silikas N. (2013).Evaluatin

of UDMA’s Potential as A Substitute for Bis-GMA in Orthodontic

Adhesives. Dent Mater 29:898-905.

R Veena Kumari, Kishore Siddaraju, Hema Nagaraj, Ramya Krishna Poluri.

(2015). Evaluation of Shear Bond Strength of Newer Bonding Systems

on Super cial and Deep Dentin.Journal of International Oral Health

7(9):31-5.

Roberson, Heymann, and Swift Junior. (2001). Sturdevant.Art and Science of

Operative Dentistry 4th

edition.St.Louis-London-Philadelphia-Sydney-

Toronto : Mosby. p: 17,22,250,258.

Strassler HE. (2004). Bonding Composite Resin with Self-etching Adhesive.

USA:ADACERP. P: 37-47.

Summit JB, James B, Robbins J, William, Hilton, Thomas J Schwartz, Richard S.

(2006). Fundamentals of Operative Dentistry 3rd

ed. Chicago-Berlin-

Tokyo- London-Paris-Milan-Barcelona-Istanbul-Sao Paulo-New dehli-

Moscow- Prague-Warsaw : Quintessence. P: 8,202.

Schilke R, Lisson JA, Bauβ O, Gaurtse W. (2000). Comparison of the Number

and Diameter of Dentinal Tubulus in Human and Bovine Dentin by SEM

Investigation. Archives of Oral Biology J. 45(5):279.

Susanto,A.A. (2005). Pengaruh Ketebalan Bahan dan Lamanya Waktu Penyinaran

Terhadap Kekerasan Permukaan Resin Komposit Sinar.Majalah

Kedokteran Gigi (Dent. J.), Vol 38. No 1, Hlm 32 – 5.

Tay FR, Pashley DH. (2001). Aggresiveness of Contemporary Self-Etching

Systems.Dental Material Journal.17(4) 296.

Takahashi H., Nishiyama N., Arksornnukit M. (2012). Effects of silane coupling

agents and solutions of different polarity on PMMA bonding to alumina’,

Dental Materials Journal No. 31(4), hlm : 610-16.

Tamires Timm Maske, Camila Neunfel dt Nascimento, Françoise Hélène van de

Sande, Marina Sousa Azevedo, Elenara Ferreira Oliveira,

MaximilianoSérgio Cenci. (2014). The effect of non-restorative

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN ... ERESHA MELATI K.W

Page 88: PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN TARIK DENTIN …repository.unair.ac.id/54379/13/Eresha-Melati-021311133121-min.pdf · Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi sapi (bovine)

69

treatments on the progression of artificial dentine caries lesions

underneath enamel. Brazil: Journal of Dental Science.p:40-5.

Wegehaupt FJ, Widmer R, Attin T. (2010). Is Bovine Dentine An Appropriate

Substitute In Abrasion Studies.Clin Oral Invest J.14:201

Yaseen SM and Subba RV. (2009). Comparative Evaluation of Shear Bond

Strength of two Self etching Adhesive (6th

and 7th

Generation) on Dentin

of Primary and Permanent Teeth. J Indian Soc Pedodontic Prevent

Dent.27(34):33.

Yan-Fang Ren DDS. (2011). Dental erosion:Etiology, diagnosis and prevention.

ADA: The academy of dental therapeutic and stomatology.p:76.

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN ... ERESHA MELATI K.W

Page 89: PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN TARIK DENTIN …repository.unair.ac.id/54379/13/Eresha-Melati-021311133121-min.pdf · Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi sapi (bovine)

Lampiran 1

FOTO PENELITIAN

Gambar 1. Plunger set sebagai alat bantu

uji tarik.

Gambar 2. Preparasi gigi bovine

sampai bagian dentin superfisial atau

profunda.

Gambar 3. Dentin ditanam dalam dental

stone menggunakan cetakan.

Gambar 4. light-curing unit.

Gambar 5. Bahan – bahan yang

digunakan etsa asam, bonding berbasis

HEMA & non-HEMA dan resin

komposit.

Gambar 6. Alat – alat yang digunakan

dalam penelitian.

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN ... ERESHA MELATI K.W

Page 90: PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN TARIK DENTIN …repository.unair.ac.id/54379/13/Eresha-Melati-021311133121-min.pdf · Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi sapi (bovine)

Gambar 7. Alat pengukur kekuatan tarik

Autograph AG-10TE (Shimadzu, Japan).

Gambar 8. Dentin diaplikasikan

dengan etsa asam selama 10 detik.

Gambar 9. Dentin dicuci dengan air 10

detik, diserap dengan kapas.

Gambar 10. Air pada dentin diserap

dengan kapas.

\

Gambar 11. Dentin diaplikasikan dengan

dentin bonding berbasis HEMA atau

non-HEMA, tunggu 20 detik.

Gambar 12. Semprot udara 5 detik.

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN ... ERESHA MELATI K.W

Page 91: PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN TARIK DENTIN …repository.unair.ac.id/54379/13/Eresha-Melati-021311133121-min.pdf · Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi sapi (bovine)

Gambar 13. Light cure 10 detik.

Gambar 14. Silinder gips ditempatkan

pada plunger bawah.

Gambar 15. Aplikasi komposit pada

plunger atas.

Gambar 16. Plunger atas & plunger

bawah disatukan.

Gambar 17. Light cure 20 detik pada

kedua sisi plunger.

Gambar 18. Uji kekuatan tarik.

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN ... ERESHA MELATI K.W

Page 92: PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN TARIK DENTIN …repository.unair.ac.id/54379/13/Eresha-Melati-021311133121-min.pdf · Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi sapi (bovine)

Lampiran 2

HASIL STATISTIK

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN ... ERESHA MELATI K.W

Page 93: PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN TARIK DENTIN …repository.unair.ac.id/54379/13/Eresha-Melati-021311133121-min.pdf · Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi sapi (bovine)

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN ... ERESHA MELATI K.W