Upload
mohammad-khalili-ken
View
696
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
5/11/2018 Perbedaan Ipa & Ips Dalam Perspektif Ontologi Dan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/perbedaan-ipa-ips-dalam-perspektif-ontologi-dan 1/7
PERBEDAAN IPA DAN IPS DALAM PERSPEKTIF
ONTOLOGI DAN EPISTIMOLOGI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial, merupakan cabang ilmu yang memberikan kontribusi
dalam berbagai bidang pembangunan khususnya dalam bidang pendidikan. Kedua jenis ilmu
tersebut merupakan kajian yang dominan dalam pembelajaran di sekolah. Melalui
pembelajaran ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial masyarakat sejak dini dipersiapkan untuk
dapat mengaplikasikan ilmu-ilmu alam dan sosial dalam kehidupannya. Semakin banyak
kajian ilmu-ilmu alam dan sosial yang dipelajari masyarakat maka pemahaman tentang gejala
alam dan hakekat hidup antar makhluk hidup dapat lebih dipahami oleh masyarakat.
Ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial merupakan kajian umum yang banyak dipelajari oleh
masyarakat. Berbagai pembelajaran yang merupakan cabang dari ilmu-ilmu alam dan sosial
dilembagakan dalam bentuk pendidikan formal. Hakekat perbedaan ilmu-ilmu alam dan
sosial kadang dimaknai hanya pada bentuk materi kajian tanpa memahami tentang perbedaan
kedua ilmu tersebut ditinjau dari hakekat pembagian ilmu. Kajian yang mendasar tentang
ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial dapat memberikan batasan tentang kategorisasi ilmu-
ilmu lebih terarah dan serta kemungkinan kategorisasi cabang ilmu-ilmu baru yang muncul.
Menganalisis tentang komparasi antara ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial sebenarnyadapat ditinjau dari berbagai perspektif. Tinjauan yang yang mendasar dalam membedakan
kedua ilmu tersebut dengan menggunakan kajian dari filsafat ilmu. Kategori untuk
membedakan kedua jenis ilmu tersebut dapat dianalisis dalam pertanyaan apa yang dikaji
oleh pengetahuan itu, bagaimana cara mendapatkan pengetahuan tersebut, serta bagaimana pengetahuan tersebut dipergunakan. Kajian filsafat ilmu dapat memberi kategorisasi secara
umum tentang ciri yang spesifik mengenai apa (ontologi), bagaimana (epistemologi) dan
untuk apa (aksiologi) pengetahuan tersebut disusun. Berlatar belakang dari asumsi tersebut
dalam karya ini akan dikaji tentang analisis perbedaan ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial
dalam perspektif ontologi dan epistimologi.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam kajian tentang perbedaan antara ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu
sosial adalah:
1. Bagaimana perbedaan ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial dalam perspektif
ontologi?
2. Bagaimana perbedaan ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial dalam perspektif
epistemologi?
5/11/2018 Perbedaan Ipa & Ips Dalam Perspektif Ontologi Dan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/perbedaan-ipa-ips-dalam-perspektif-ontologi-dan 2/7
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana perbedaan ilmu-
ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial dalam perspektif ontologis dan epistemologi.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan makalah ini terbagi menjadi dua yaitu manfaat secara teoritis dan manfaat
secara praktis. Secara teoritis manfaat penulisan makalah ini adalah memberikan tambahan
pengetahuan kepada pembaca tentang perbedaan ilmui-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial
ditinjau dari perspektif ontologis dan epistemologi. Manfaat pratis makalah ini diharapkan
pembaca dapat membedakan antara ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial dalam perspektif
ontologi dan epistemologi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perbedaan Ilmu-Ilmu Alam dengan Ilmu-Ilmu Sosial ditinjau dari Ontologi
Menganalisis tentang masalah perbedaan ilmu-ilmu alam dengan ilmu-ilmu sosial ditinjau
dari segi ontologi. Perlu diwacanakan tentang kriteria ilmu sebagai latar dari kajian. Ilmu
merupakan pengetahuan yang diatur secara sistematis dan langkah-langkah pencapaiannya
dipertanggungjawabkan secara teoritis (Tim Dosen Filsafat Ilmu, 2007: 46). Ilmu
pengetahuan juga memiliki ciri-ciri yang umum yaitu memiliki objek, metode, sistematis dankriteria kebenaran (Kaelan, 1996: 26). Kajian ontologi dalam filsafat ilmu berhubungan
dengan telaah terhadap ilmu yang menyelidiki landasan suatu ilmu yang menanyakan apa
asumsi ilmu terhadap objek material dan objek formal, baik bersifat fisik atau kejiwaan (Tim
Dosen Filsafat Ilmu, 2007: 53).
Ilmu berkembang dengan pesat sering dengan penambahan jumlah cabang-cabangnya. Hasrat
untuk menspesialisasikan diri pada satu bidang telaah yang memungkinkan analisis yang
makin cermat dan seksama menyebabkan objek forma dari disiplin keilmuan menjadi kian
terbatas. Pada dasarnya cabang-cabang ilmu tersebut berkembang dari dua cabang utama
yakni filsafat alam yang kemudian menjadi rumpun ilmu-ilmu alam atau the natural sciences
dan filsafat moral yang kemudian berkembang ke dalam cabang ilmu-ilmu sosial atau the social sciences (Jujun S. Suriasumantri, 2005: 93).
Ilmu-ilmu alam membagi diri kepada dua kelompok lagi yakni ilmu alam (the physical sciences) dan ilmu hayat (the biological sciences). Ilmu alam bertujuan mempelajari zat yang
membentuk alam semesta, sedangkan ilmu alam kemudian bercabang lagi menjadi fisika
(mempelajari massa dan energi), kimia (mempelajari substansi zat), astronomi (mempelajari
benda-benda langit, dan ilmu bumi yang mempelajari bumi (Jujun S. Suriasumantri, 2005:
93). Tiap-tiap cabang kemudian membikin ranting-ranting baru seperti fisika berkembang
menjadi mekanika, hidrodinamika, bunyi, cahaya, panas, kelistrikan dan magnetisme, fisika
nuklir dan kimia fisik (ilmu-ilmu murni).
5/11/2018 Perbedaan Ipa & Ips Dalam Perspektif Ontologi Dan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/perbedaan-ipa-ips-dalam-perspektif-ontologi-dan 3/7
Ilmu murni merupakan kumpulan teori-teori ilmiah yang bersifat dasar dan teoritis yang
belum dikaitkan dengan masalah-masalah kehidupan yang bersifat praktis. Ilmu terapan
merupakan aplikasi ilmu murni kepada masalah-masalah kehidupan yang mempunyai
manfaat praktis (Jujun S. Suriasumantri, 2005: 94).
Ilmu-ilmu sosial berkembang agak lambat dibanding dengan ilmu-ilmu alam. Pada pokoknyaterdapat cabang utama ilmu-ilmu sosial yakni antropologi (mempelajari manusia dalam
perspektif waktu dan tempat), psikologi (mempelajari proses mental dan kelakuan manusia)
ekonomi (mempelajari manusia dalam memenuhi kebutuhan kehidupannya lewat proses
pertukaran), sosiologi (mempelajari struktur organisasi sosial manusia) dan ilmu politik
(mempelajari sistem dan proses dalam kehidupan manusia berpemerintahan dan bernegara)
(Jujun S. Suriasumantri, 2005: 94). Cabang utama ilmu-ilmu sosial ini kemudian mempunyai
cabang-cabang lain seperti antropologi terpecah menjadi lima yakni arkeologi, antropologi
fisik, linguistik, etnologi dan antropologi sosial/kultural (Jujun S. Suriasumantri, 2005: 95).
B. Perbedaan Ilmu-Ilmu Alam dengan Sosial ditinjau dari Epistimologi
Epistemologi atau teori pengetahuan membahas secara mendalam segenap proses yang
terlibat dalam usaha untuk memperoleh pengetahuan. Ilmu merupakan pengetahuan yang
didapat melalui proses tertentu yang dinamakan metode keilmuan. Metode inilah yang
membedakan ilmu dengan buah pemikiran yang lainnya (Jujun S. Suriasumantri, 2006: 9).
Munculnya persoalan epistemologi bukan mengenai suatu prosedur penyelidikan ilmiah,
tetapi dengan mempertanyakan “mengapa prosedur ini bukan yang lain”. Dalam konteks ilmu
sosial, filsafat mempertanyakan metode dan prosedur yang dipergunakan peneliti sosial dari
disiplin sosial (Tim Dosen Filsafat Ilmu, 2007: 46). Ilmu alam memang terkait secara pokok
dalam positivistik, mempelajari sesuatu yang objektif, tidak hidup, dunia fisik. Kajianmasyarakat, hasil akal manusia, adalah subjektif, emotif bersifat subyektif. Tingkah laku
masyarakat adalah selalu mengandung nilai, dan pengetahuan reliabel tentang kebudayaan
hanya dapat digapai dengan cara mengisolasi ide-ide umum, opini atau tujuan khusus
masyarakat. Hal tersebut membuat tindakan sosial adalah penuh bermakna subyektif.
Alat untuk memperoleh pengetahuan sangat tergantung dari asumsi terhadap objek. Demikian
juga telaah dalam filsafat ilmu, sarana dan alat untuk memproses ilmu harus konsisten dengan
karakter objek material ilmu. Berdasarkan kondisi tersebut terdapat perbedaan paradigma
yang disebabkan oleh karakter objek yang berbeda. Misalnya antara ilmu alam dan ilmu
sosial yang terdapat perbedaan metode dan sarana yang dipakai (Tim Dosen Filsafat Ilmu,
2007: 47). Objek material adalah bahan yang dijadikan sasaran penyelidikan (misalnya ilmukedokteran, ilmu sastra, psikologi) sedangkan objek formal adalah sudut pandang tertentu
terhadap objek materialnya misalnya ilmu kedokteran objek formalnya keadaan fisik manusia (Lasiyo dan Yuwono, 1984: 5).
Hindes Barry (Tim Dosen Filsafat Ilmu, 2007: 47) menyatakan bahwa keabsahan yang
merupakan bukti bahwa suatu ilmu adalah benar secara epistemologis bukanlah sesuatu yang
didatangkan dari luar, melainkan hasil dari metode penyelidikan dan hasil penyelidikan. Oleh
karena itu masalah keabsahan apakah ukurannya cocok tergantung pada metode dan karakter
objek, sehingga jenis ilmu yang satu dan lainnya tidak sama. Dengan kata lain seseorang
tidak bisa menguji metode dan hasil ilmu yang satu dengan menggunakan ilmu lainnya.
5/11/2018 Perbedaan Ipa & Ips Dalam Perspektif Ontologi Dan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/perbedaan-ipa-ips-dalam-perspektif-ontologi-dan 4/7
Kajian tersebut dapat menjadi dasar perbedaan ilmu-ilmu alam dan sosial berdasarkan
perspektif epistimologi yaitu:
1. Ilmu-Ilmu Alam
Ilmu alam merupakan ilmu yang mempelajari objek-objek empiris di alam semesta ini. Ilmualam mempelajari berbagai gejala dan peristiwa yang mempunyai manfaat bagi kehidupan
manusia. Berdasarkan objek telaahnya maka ilmu dapat disebut sebagai suatu pengetahuan
empiris. Ilmu membatasi diri hanya pada kejadian yang bersifat empiris. Objek-objek yang
berada di luar jangkauan pengalaman manusia tidak termasuk bidang penelaahan ilmu
(Yuyun S, 1981: 6).
Ilmu alam mempunyai asumsi mengenai objek, antara lain:
1. Menganggap objek-objek tertentu mempunyai keserupaan satu sama lain, yaitu dalam
hal bentuk struktur dan sifat, sehingga ilmu tidak bicara mengenai kasus individual
melainkan suatu kelas tertentu.
2. Menanggap bahwa suatu benda tidak mungkin mengalami perubahan dalam jangka
waktu tertentu. Kelestarian relatif dalam jangka waktu tertentu ini memungkinkan
dilakukan pendekatan keilmuan terhadap objek yang sedang diselidiki.
3. Menganggap tiap gejala bukan merupakan suatu kejadian yang bersifat kebetulan, tiap
gejala mempunyai pola tertentu yang bersifat tetap dan urut-urutan kejadian yang
sama (Yuyun S, 1981: 7).
Dalam pandangan empirisme ilmu tidak menuntut adanya hubungan kausalitas yang mutlak,
sehingga suatu kejadian tertentu harus diikuti oleh kejadian yang lain, melainkan bahwa suatu
kejadian mempunyai kemungkinan besar untuk mengakibatkan terjadinya kejadian lain. Ilmutentang objek empiris pada dasarnya merupakan abstraksi yang disederhanakan, hal ini perlu
sebab kejadian alam sangat kompleks. Kegiatan yang dilakukan dalam ilmu alam tidak
merupakan objek penelitian ilmu alam, sebab praktek ilmu alam merupakan suatu aktivitas
manusia yang khas. Manusia memang dapat terlibat sebagai subjek dan sebagai objek,
dengan kata lain manusia adalah mempraktekkan dan diprakteki (Tim Dosen Filsafat Ilmu,
2007: 49).
2. Ilmu-ilmu Sosial
Ilmu sosial adalah ilmu yang mempelajari manusia dalam segala aspek hidupnya, ciri
khasnya, tingkah lakunya, baik perseorangan maupun bersama, dalam lingkup kecil maupun besar. Objek material ilmu sosial lain sama sekali dengan objek material dalam ilmu alam.
Objek material dalam ilmu sosial adalah berupa tingkah laku dalam tindakan yang khas
manusia, bebas dan tidak deterministik (Tim Dosen Filsafat Ilmu, 2007: 49).
Kajian yang berbeda-beda terhadap ilmu merupakan konsekuensi dari perbedaan objek
formal. Objek ilmu sosial yaitu manusia sebagai keseluruhan. Penelitian dalam ilmu sosial
juga menimbulkan perbedaan pendekatan. Dalam ilmu manusia praktek ilmiah sebagai
aktivitas manusiawi merupakan juga objek penelitian ilmu manusia, misalnya psikologi,
psikis, sosiologis, dan sejarah. Spesifikasi ilmu sejarah adalah data peninggalan masa lampau
baik berupa kesaksian, alat-alat, makam, rumah, tulisan dan karya seni, namun objek ilmu
sejarah tidak dapat dikenai eksperiment karena menyangkut masa lampau. Kondisi tersebutyang mempengaruhi kemurnian objek manusiawi berkaitan dengan sikap menilai dari subjek
5/11/2018 Perbedaan Ipa & Ips Dalam Perspektif Ontologi Dan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/perbedaan-ipa-ips-dalam-perspektif-ontologi-dan 5/7
penelitian, maka objektivitas ilmu sejarah sebagai ilmu kemanusiaan (Tim Dosen Filsafat
Ilmu, 2007: 51).
Klaim terhadap ilmu-ilmu sosial kadang dinilai gagal dalam menangkap kekomplekan gejala,
didasarkan pada kegagalan dalam membedakan antara pernyataan beserta sistematika yang
dipakai dengan gejala sosial yang dinyatakan oleh pernyataan tersebut. Tidak semuaargumentasi tentang kerumitan gejala sosial yang menyebabkan ketidakmungkinan ilmu-ilmu
sosial. Rangkaian argumentasi yang lain didasarkan pada tuduhan bahwa metode keilmuan
tidak mampu untuk menangkap “keunikan” gejala sosial dan manusiawi. Penelaahan sosial
tertarik kepada keungikan tiap-tiap kejadian sosial, padahal metode keimuan hanya mampu
mensistematikakan berdasarkan generaslisasi, maka keadaan in menyebabkan harus
ditetapkannya metode yang lain dalam ilmu-ilmu sosial (Jujun S. Suriasumantri, 2006: 143).
Objek penelaahan Ilmu Sosial mempunyai karakter (Jujun S. Suriasumantri, 2006: 134) di
bawah ini:
1. Objek Penelaahan yang Kompleks
Gejala sosial lebih kompleks dibandingkan dengan gejala alam. Ahli ilmu alam berhubungan
dengan satu jenis gejala yakni gejala yang bersifat fisik. Gejala sosial juga mempelajari
karakteristik fisik namun diperlukan penjelasan yang lebih dalam untuk mampu menerangkan
gejala tersebut. Guna menjelaskan hal ini berdasarkan hukum-hukum seperti yang terdapat
dalam ilmu alam tidaklah cukup.
Ahli ilmu alam berhubungan dengan gejala fisik yang bersifat umum. Penelaahannya
meliputi beberapa variabel dalam jumlah yang relatif kecil yang dapat diukur secara tepat.
Ilmu-ilmu sosial mempelajari manusia selaku perseorangan maupun selaku anggota darisuatu kelompok sosial yang menyebabkan situasi yang bertambah rumit. Variabel dalam
penelaahan sosial adalah relatif banyak kadang-kadang membimbangkan peneliti.
Apabila seorang ahli kimia mencampurkan dua buah zat kimia dan meledak, hal itu dapat
dijelaskan dengan tepat dalam ilmu alam, namun apabila terjadi kejahatan, maka kajiannya
terdapat faktor yang banyak sekali untuk dijelaskan. Faktor-faktor penjelas yang dimaksud
antara lain, apa latar belakang kejahatan, bagaimana latar belakang psikologi orang, mengapa
harus memilih melakukan kejahatan dan sebagainya. Tingkat-tingkat kejadian suatu
peristiwa sosial selalu menyulitkan ahli ilmu sosial untuk menetapkan aspek-aspek apa saja
yang terlibat, pola pendekatan mana yang paling tepat dan variabel-variabel apa saja yang
termasuk di dalamnya.
2. Kesukaran dalam Pengamatan
Pengamatan langsung gejala sosial lebih sulit dibandingkan dengan gejala ilmu-ilmu alam.
Ahli ilmu sosial tidak mungkin melhat, mendengar, meraba, mencium atau mengecap gejala
yang sudah terjadi di masa lalu. Serorang ahli pendidikan yang sedang mempelajari sistem
persekolahan di zaman penjajahan dulu tidak dapat melihat dengan mata kepala sendiri
kejadian-kejadian tersebut. Keadaan ini berbeda dengan seorang ahli kimia yang bisa
mengulang kejadian yang sama setiap waktu dan mengamati suatu kejadian tertentu secara
langsung.
5/11/2018 Perbedaan Ipa & Ips Dalam Perspektif Ontologi Dan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/perbedaan-ipa-ips-dalam-perspektif-ontologi-dan 6/7
3. Objek Penelaahan yang Tak Terulang
Gejala fisik pada umumnya bersifat seragam dan gejala tersebut dapat diamati sekarang.
Gejala sosial banyak yang bersifat unik dan sukar untuk terulang kembali. Abstraksi secara
tepat dapat dilakukan terhadap gejala fisik melalui perumusan kuantitatif dan hukum yang
berlaku umum. Masalah sosial sering kali bersifat spesifik dan konteks historis tertentu.Kejadian tersebut bersifat mandiri. Bervariasinya kejadian-kejadian sosial ditambah dengan
sulitnya pengamatan secara langsung waktu penelaahan dilakukan menyebabkan sukarnya
mengembangkan dan menguji hukum-hukum sosial.
4. Hubungan antara Ahli dan Objek Penelaahan Sosial
Gejala fisik seperti unsur kimia bukanlah suatu individu melainkan barang mati. Ahli ilmu
alam tidak usah memperhitungkan tujuan atau motif dari planet. Ahli sosial mempelajari
manusia yang merupakan makhluk yang penuh tujuan dalam tingkah laku. Manusia bertindak
sesuai dengan keinginannya dan mempunyai kemampuan untuk melakukan pilihan atas
tindakan yang akan diambilnya. Hal ini menyebabkan manusia dapat melakukan perubahan
dalam tindakannya. Kondisi ini menyebabkan objek penelaahan ilmu sosial sangat
dipengaruhi oleh keinginan dan pilihan manusia maka gejala sosial berubah secara tetap
sesuai dengan tindakan manusia yang didasari keinginan dan pilihan tersebut.
Ahli ilmu alam menyelidiki proses alami dan menyusun hukum yang bersifat umum
mengenai proses. Ahli alam tidak bermaksud untuk mengubah alam atau harus setuju dan
tidak setuju dengan proses tersebut. Ahli ilmu alam hanya berharap bahwa pengetahuan
mengenai gejala fisik dari alam akan memungkinkan manusia untuk memanfaatkan proses
alam. Ahli ilmu sosial tidaklah bersikap sebagai penonton yang menyaksikan suatu proses
kejadian sosial.
Ahli ilmu alam mempelajari fakta dan memusatkan perhatiannya pada keadaan yang terjadi
pada alam. Ahli ilmu sosial juga mempelajari fakta umpamanya mengenai kondisi-kondisi
yang terdapat dalam suatu masyarakat. Peneliti mencoba untuk tidak terlibat dalam pola yang
ada di masyarakat, namun kadang peneliti kemudian mengembangkan materi berdasarkan
penemuannya tersebut untuk dapat diaplikasikan kepada masyarakat.
Perbedaan-perbedaan secara epistemologi tersebut dapat dijadikan asumsi bahwa pada
pengkajian ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial tidak dapat disamakan. Metode dalam
pengkajian ilmu-ilmu alam berbeda objeknya sehingga akan menyebabkan perbedaan cara
pengkajian.
BAB III
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan akhir dalam pembahasan mengenai perbedaan ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu
sosial dalam perspektif ontologi dan epistemologi antara lain:
1. Ditinjau dari perspektif ontologi, perbedaan ilmu-ilmu alam dan sosial yaitu ilmu-ilmu alam merupakan cabang cari filsafat alam (the natural sciences) sedangkan ilmu-
5/11/2018 Perbedaan Ipa & Ips Dalam Perspektif Ontologi Dan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/perbedaan-ipa-ips-dalam-perspektif-ontologi-dan 7/7
ilmu sosial merupakan cabang dari filsafat moral (the social sciences). Ilmu-ilmu
alam kemudian terbagi menjadi ilmu alam dan ilmu hayat. Ilmu alam terbagi lagi
menjadi fisika, kimia, astronomi dan ilmu bumi. Ilmu-ilmu sosial terbagi menjadi
antropologi, psikologi, ekonomi, sosiologi, dan ilmu politik.
2. Ditinjau dari perspektif epistemologi, perbedaan ilmu-ilmu alam dan sosial terletak
pada penggunaan prosedur ilmiah. Ilmu alam terkait secara pokok dalam positifistik,mempelajari yang objektif, tidak hidup, dan dunia fisik. Objek ilmu alam dianggap
serupa, tidak mengalami perubahan dalam jangka tertentu, dan setiap gejala terpola.
Ilmu-ilmu sosial merupakan hasil akal manusia, subjektif, dan emotif. Objek material
ilmu sosial adalah tingkah laku khas manusia dan tidak desterministik.
B. Implikasi
Pengetahuan tentang perbedaan ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial ditinjau dari aspek
ontologis memberi pemahaman bahwa ilmu alam dan ilmu sosial tersegmentasi dalam
karakter yang sama. Perbedaan secara ontologis menjadikan kejelasan batasan mengenai
karakter ilmu yang lebih bersifat ilmu alam atau ilmu sosial.
Tinjauan epistemologi tentang perbedaan ilmu-ilmu alam dan ilmu sosial memberikan
wacana tentang metode yang digunakan dalam mengkaji masalah ilmu alam dan sosial.
Metode yang digunakan harus disesuaikan dengan karakter objeknya baik ilmu alam atau
ilmu sosial. Ketepatan metode menjadikan ilmu dapat dikaji secara benar.
C. Saran
Saran yang dapat disampaikan antara lain:
1. Pemahaman secara ontologis antara ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial penting
dilakukan berbagai pihak karena dengan kajian tersebut maka dapat memberi
penjelasan batasan antara ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial.
2. Pengetahuan tentang batasan epistemologis perlu dipahami oleh berbagai pihak agar
tidak salah dalam menganalisis ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial dengan metode
yang tidak tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Jujun S. Suriasumantri. 2005. Filsafat ilmu sebuah pengantar populer. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.
————–. 2006. Ilmu dalam perspektif sebuah kumpulan dan karangan tentang hakekat ilmu. Yogyakarta: Liberty.
Kaelan. 1996. Filsafat Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.
Lasiyo dan Yuwono. 1984. Pengantar Ilmu filsafat . Yogyakarta: Liberty.
Tim Dosen Filsafat Ilmu. 2007. Filsafat ilmu sebagai dasar pengembangan ilmu
pengetahuan. Yogyakarta: Liberty.
Yuyun S. 1981. Ilmu dalam perspektif . Yogyakarta: Gramedia.