12
Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.2 Agustus 2013 56 PERBANDINGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRAOPERATIFMAYOR SEBELUM DAN SESUDAH DIBERIKANTERAPI RELAKSASI NAPAS DALAM DI RUANG RAFAEL RUMAH SAKIT CAHYA KAWALUYAN BANDUNG Evangeline H, S.Kp., M.Kep Ibrahim Noch Bola, S.Kp., M.Kep ABSTRAK Kecemasan merupakan suatu perasaan tidak pasti dan tidak jelas, biasanya di tandai dengan adanya perubahan fisiologis. Cemas dapat timbul oleh beberapa faktor diantaranya karena akan menghadapi suatu tindakan pembedahan. Perawat dapat memberikan intervensi keperawatan mandiri untuk mengatai kecemasan pasien sebelum menghadapi pembedahan (pra operatif) salah satunya dengan mengajarkan dan membimbing pasien untuk melakukan relaksasi nafas dalam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai rata-rata (mean) tingkat kecemasan pasien praoperatif mayor sebelum dan sesudah diberikan komunikasi terapeutik relaksasi napas dalam di ruang Rafael rumah sakit Cahya Kawaluyan Bandung. Rancangan penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan Quasi experiment dengan rancangan one group pretest- postest. Sampel pada penelitian ini adalah pasien praoperatif mayor sebanyak 15 responden, yang dipilih dengen menggunakan tehnikpurposive sampling. Analisa data yang digunakan analisa univariat dan bivariat. Hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata (mean) tingkat kecemasan pasien praoperatif mayor sebelum diberikan relaksasi napas dalam adalah 48,67 (cemas ringan), sedangkan nilai rata-rata (mean) tingkat kecemasan pasien praoperatif mayor sesudah diberikan komunikasi relaksasi napas dalam adalah 44,07 (tidak cemas). Dapat disimpulkan bahwa relaksasi napas dalam berpengaruh terhadap tingkat kecemasan pasien praoperatif mayor dengan p value = 0,000 (p-value < α = 0,05).Berdasarkan penelitian ini disarankanperawat dalam mempersiapkan pasien praoperatif mayor untuk memperhatikan tingkat kecemasan pasien dan menerapkan intervensi keperawatan mandiri seperti tehnik relaksasi nafas dalam untuk mengatasi kecemasan tersebut. Kata kunci : Relaksasi napas dalam, kecemasan pra operasi mayor, uji t-test Kepustakaan: 19, 2001-2012

PERBANDINGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN …

  • Upload
    others

  • View
    17

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERBANDINGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN …

Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.2 Agustus 2013

56

PERBANDINGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRAOPERATIFMAYOR SEBELUM

DAN SESUDAH DIBERIKANTERAPI

RELAKSASI NAPAS DALAM DI RUANG RAFAEL

RUMAH SAKIT CAHYA KAWALUYAN

BANDUNG

Evangeline H, S.Kp., M.Kep

Ibrahim Noch Bola, S.Kp., M.Kep

ABSTRAK

Kecemasan merupakan suatu perasaan tidak pasti dan tidak jelas, biasanya di tandai dengan adanya perubahan fisiologis. Cemas dapat timbul oleh beberapa faktor diantaranya karena akan menghadapi suatu tindakan pembedahan. Perawat dapat memberikan intervensi keperawatan mandiri untuk mengatai kecemasan pasien sebelum menghadapi pembedahan (pra operatif) salah satunya dengan mengajarkan dan membimbing pasien untuk melakukan relaksasi nafas dalam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai rata-rata (mean) tingkat kecemasan pasien praoperatif mayor sebelum dan sesudah diberikan komunikasi terapeutik relaksasi napas dalam di ruang Rafael rumah sakit Cahya Kawaluyan Bandung. Rancangan penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan Quasi experiment dengan rancangan one group pretest-postest. Sampel pada penelitian ini adalah pasien praoperatif mayor sebanyak 15 responden, yang dipilih dengen menggunakan tehnikpurposive sampling. Analisa data yang digunakan analisa univariat dan bivariat. Hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata (mean) tingkat kecemasan pasien praoperatif mayor sebelum diberikan relaksasi napas dalam adalah 48,67 (cemas ringan), sedangkan nilai rata-rata (mean) tingkat kecemasan pasien praoperatif mayor sesudah diberikan komunikasi relaksasi napas dalam adalah 44,07 (tidak cemas). Dapat disimpulkan bahwa relaksasi napas dalam berpengaruh terhadap tingkat kecemasan pasien praoperatif mayor dengan p value = 0,000 (p-value < α = 0,05).Berdasarkan penelitian ini disarankanperawat dalam mempersiapkan pasien praoperatif mayor untuk memperhatikan tingkat kecemasan pasien dan menerapkan intervensi keperawatan mandiri seperti tehnik relaksasi nafas dalam untuk mengatasi kecemasan tersebut.

Kata kunci : Relaksasi napas dalam, kecemasan pra operasi mayor, uji t-test

Kepustakaan: 19, 2001-2012

Page 2: PERBANDINGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN …

Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.2 Agustus 2013

57

A. Pendahuluan

Salah satu pelayanan medik yang ada dirumah sakit adalah pelayanan

pengobatan melalui tindakan operasi atau pembedahan. Operasi atau

pembedahan berdasarkan besar kecilnya, dapat dibedakan menjadi bedah

mayor dan bedah minor (Perry & Potter, 2006).

Bedah mayor adalah pembedahan yang melibatkan rekontruksi atau

perubahan yang luas pada bagian tubuh, menimbulkan resiko yang tinggi bagi

kesehatan, sedangkan bedah minor adalah pembedahan melibatkan perubahan

yang kecil pada bagian tubuh, sering dilakukan untuk memperbaiki

deformitas, mengadung resiko lebih rendah bila di bandingkan dengan

prosedur bedah mayor. (Perry & Potter,2006).

Segala bentuk tindakan operasi atau pembedahan akan selalu didahului

dengan reaksi emosional tertentu oleh pasien, reaksi tersebut terkadang

tampak jelas atau terkadang tersembunyi, normal atau tidak normal. Sebagai

contoh kecemasan pada pasien praoperatif merupakan suatu respon antisipasi

terhadap suatu pengalaman yang dianggap pasien suatu ancaman terhadap

peranannya dalam hidup, integritas tubuh bahkan kehidupan itu sendiri

(Smeltzer, 2002).

Kecemasan yang terjadi pada pasien pra operatif bisa berupa

ketakutan.Ketakutanterhadapanestesi, nyeri, kematian, ketidaktahuan atau

takut tentang citra tubuh.Selain ketakutan-ketakutan di atas, pasien sering

mengalami kecemasan antara lain seperti masalah finansial, tanggungjawab

terhadap keluarga dan kewajiban pekerjaan atau ketakutan akan prognosa

yang buruk dan probabilitas kecacatan di masadatang (Smeltzer, 2002).

Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar

berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya, keadaan emosi ini

tidak memiliki objek yang spesifik, kondisi alami subjektif dan di

komunikasikan dalam hubungan interpersonal (Stuart, 1993 dalam Kapoh,

2012). Kecemasan yang dialami pada pasien yang akan menjalani operasi

dapat terlihat dari adanya perubahan-perubahan fisik seperti : meningkatnya

frekuensi nadi, pernafasan, gerakan-gerakan tangan yang tidak terkontrol,

telapak tangan yang lembab, gelisah, menanyakan pertanyaan yang sama

berulang kali, maka disini seorang perawat harus jeli dalam menghadapi

pasien praoperatif, salah satu tindakan perawat melakukan pendekatan pada

dengan menggunakan sentuhan seperlunya untuk menunjukan rasa empati dan

kepedulian (Smeltzer, 2002).

Peran perawat dalam memenuhi kebutuhan pada pasien praoperatif

tersebut antara lain adalah mengambil tindakan untuk memaksimalkan

keamanan dan kenyamanan fisik serta emosional. Beberapa tindakan

keperawatan dapat mengurangi kecemasan yang dialami pasien, salah satunya

tindakan tersebut adalah relaksasi napas dalam .

Page 3: PERBANDINGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN …

Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.2 Agustus 2013

58

Relaksasi napas dalam merupakan salah satu tindakan yang dapat mengurangi

beban emosional.

Adapun tujuan dari relaksasi napas dalam adalah meningkatkan inflasi

alveolar maksimal, meningkatkan relaksasi otot, melambatkan frekuensi

pernapasan, mengurangi stres dan menghilangkan kecemasan (Muttaqin,

2008).

Penelitian yang dilakukan oleh Purwoko (2009), di Ngudi Saras

Trikilan Kali Jambe Sragen, didapatkan data bahwa sebelum dilakukan

relaksasi napas dalam responden dengan tingkat kecemasan berat (74,49%),

dan tingkat kecemasan ringan (25%) sedangkan hasil setelah dilakukan

relaksasi napas dalam responden dengan tingkat kecemasan sedang (66,67%),

dan tingkat kecemasan ringan (33,33%). (Purwoko,2010,¶4,

http://library.upnvj.ac.id diperoleh tanggal 09 Mei 2013).

Rumah Sakit Cahya Kawaluyan adalah rumah sakit swasta tipe C yang

berdiri sejak tahun 2006, terdapat 72 tempat tidur yang terdiri dari ruang

perawatan penyakit dalam, perawatan bedah, perawatan anak, perawatan

maternitas dan ruang intensif care unit. Rumah sakit Cahya Kawaluyan

terletak kawasan Kota Baru Parahyangan Bandung. Salah satu pelayanan yang

ada di rumah sakit Cahya Kawaluyan adalah pelayanan kamar operasi.

Berdasarkan studipendahuluandidapatkan data dari rekam medik

Rumah Sakit Cahya Kawaluyan periode Januari sampai Desember 2012

bahwa jumlah operasi mayor sebanyak 321 pasien. Dan berdasarkan hasil

wawancara da nobservasi secara langsung pada tanggal 21 Maret 2013

dengan15 pasien praoperatif yang akan menjalani bedah mayor, 6 pasien

mengatakan takut operasinya gagal, 5 pasien mengatakan jantungnya

berdebar-debar saat masuk kamar operasi, 2 pasien mengatakan takut dibius, 2

mengatakan takut sakit setelah operasi. Berdasarkan fenomena diatas dan

mengingat sangat penting bagi pasien untuk memiliki tingkat cemas minimal

dalam menghadapi prosedur operasi yang akan , peneliti tertarik melakukan

penelitian tentang Perbandingan Tingkat Kecemasan Pasien Praoperatif Mayor

sebelum dan sesudah diberikan Komunikasi Terapeutik tentang Relaksasi

Napas Dalam di Ruang Rafael Rumah Sakit Cahya Kawaluyan Bandung.

Page 4: PERBANDINGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN …

Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.2 Agustus 2013

59

B. Metodologi penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan Quasi

exsperimentdengan rancangan one group pretest-posttest designyaitu suatu

model penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu

terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiono, 2012). Dengan

rancangan design seperti bagan berikut ini

Pre test

01

Perlakuan

x

Post test

02

Kecemasan

sebelum

relaksasi nafas

dalam

Relaksasi

nafas dalam

Kecemasan

setelah

relaksasi nafas

dalam

Gambar Rancangan Penelitian Quasi experiment dengan

rancangan one grup pretest-posttest design (Sugiono, 2012).

Keterangan :

01:Pengukuran sebelum dilakukan komunikasi terapeutik relaksasi

napas dalam(pre-test)

02:Pengukuran sesudah dilakukan komunikasi terapeutik relaksasi napas

dalam (post-test)

X: Perlakuan Komunikasi terapeutik relaksasi napas dalam

1. Hipotesis Penelitian

Menurut La Biondo Wood & Haber (1994 dalam Nursalam, 2011),

adalah suatu pernyataan asumsi tentang hubungan antara dua atau lebih

variabel yang diharapkan bisa menjawab suatu pernyataan dalam

penelitian. Hipotesis penelitian sebagai berikut :

Ha : Ada perbedaan tingkat kecemasan pasien praoperatif mayor sebelum

dan sesudah diberikan relaksasi napas dalam di ruang Rafael Rumah

Sakit Cahya Kawaluyan Bandung.

Page 5: PERBANDINGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN …

Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.2 Agustus 2013

60

Ho : Tidak ada perbedaan tingkat kecemasan pasien praoperatif mayor

sebelum dan sesudah diberikan komunikasi terapeutik relaksasi

napas dalam di ruang Rafael Rumah Sakit Cahya Kawaluyan

Bandung.

2. Variabel Penelitian

Variabelpenelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh

informasi tentang hal tersebut kemudian ditarik kesimpulannya

(Sugiyono, 2012).Variabel dalam penelitian ini adalah :

a. Variabel Independen (variabel bebas)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah relaksasi napas dalam.

b. Variabel Dependen (variabel efek, hasil, outcome, atau event)

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah tingkat kecemasan

pada pasien praoperatif mayor.

3. Definisi Operasional

Tabel Definisi Operasional

Variabel Definisi Konseptual Definisi

Operasional

Alat

Ukur

Hasil

Ukur Skala

relaksasi

napas

dalam

Kemampuan atau

ketrampilan perawat

untuk membantu

pasien beradaptasi

terhadap stres,

mengatasi dan

bagaimana

berhubungan dengan

orang lain dan

bagaimana napas

dalam dan napas

lambat dan

bagaimana

menghembuskan

napas secara perlahan

(Smeltzer 2002)

Metode

relaksasi yang

dilakukan

perawat kepada

pasien

praoperatif

mayor di ruang

rawat inap

(Rafael)

SOP

Relaksasi

napas

dalam

- -

Page 6: PERBANDINGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN …

Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.2 Agustus 2013

61

Kecemasan Kekhawatiran yang

tidak jelas dan

menyebar, yang

berkaitan dengan

tidak pasti dan tidak

berdaya (Stuart,

2012).

Suatu keadaan

dimana

responden

menunjukkan

gejala tanda

adanya

kecemasan

dalam

menghadapi

operasi mayor d

Zung

Self-

Rating

Anxiety

Scale

(ZSAS)

Rasio Nilai

kece

masa

n 25-

100

4. Populasi, sampel dan instrumen Penelitian

Populasipasien yang menjalani operasi mayor pada periode tahun

2012 sebanyak 321 orang. Untuk populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh pasien yang akan menjalani bedah mayor di Ruang Rafael Rumah

Sakit Cahya Kawaluyan.

Cara pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan

menggunakan teknik nonprobability sampling dengan rancangan

purposive sample. Karena dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

rancangan penelitian quasi experiment maka jumlah sampel yang diambil

adalah 15 responden (Sugiyono, 2012). Sampel diambil berdasarkan

kriteria inklusi dan eksklusi, yaitu :

a. Kriteria Inklusi

1) Pasien yang bersedia menjadirespoden

2) Bisa membaca dan menulis

3) Pasien yang akan dilakukan operasi mayor

b. Kriteria Eksklusi

1) Pasien dengan hemodinamik tidak stabil.

Page 7: PERBANDINGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN …

Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.2 Agustus 2013

62

Instrumen yang digunakan dalam penelitian untuk variabel kecemasan

adalah Zung Self-Rating Anxiety Scale (ZSAS). Adapun nilai skore untuk tiap

pilihan jawaban adalah sebagai berikut :

A = Tidak pernah sama sekali (Nilai 1)

B = Kadang-kadang saja mengalami demikian (Nilai 2)

C = Sering mengalami demikian (Nilai 3)

D = Selalu mengalami demikian (Nilai 4)

Sedangkan klasifikasi tingkat kecemasan ZSAS (anxiety index)adalah

sebagai berikut :

1) Tidak Cemas, jika nilai < 45

2) Cemas Ringan, jika nilai 45-59

3) Cemas Sedang, jika nilai 60-74

4) Cemas Berat, jika nilai ≥ 75

5. Analisa data

Data tingkat kecemasan responden dianalisa menggunakan metode

analisa univariat dan bivariat. Analisa univariat dilakukan untuk menentukan

rerata tingkat kecemasan sebelum dan sesudah pemberian relaksasi nafas

dalam. Analisa bivariat yang digunakan adalah uji t dependen setelah

melakukan uji normalitas data dan didapatkan bahwa data berdistribusi

normal.

6. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitiantelah dilakukan diruang Rafael di RumahSakitCahyaKawaluyan

Bandung pada tanggal 08 sampai dengan 26 Juni 2013.

C. Hasil Penelitian dan Pembahasan

1. Analisa Univariat

a. Nilai rata-rata (mean) tingkat kecemasan pasien praoperatif mayor

sebelum diberikankomunikasi terapeutik relaksasi napas dalam

Page 8: PERBANDINGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN …

Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.2 Agustus 2013

63

Tabel Nilai Rata-Rata (Mean) Tingkat Kecemasan Sebelum Dilakukan

Relaksasi Napas Dalam

Variabel

Nilai Rata-Rata

(Mean)/Tingkat

Kecemasan

Minimal-

Maksimal

Std.

Deviation

95%

Confidence

Interval (CI)

Kecemasan

Sebelum

Komunikasi

Terapeutik

Relaksasi Napas

Dalam

(Pre-Test)

48,67

43-54

3,754

46,59-50,75

Berdasarkan tabel diatas, didapatkan bahwa nilai rata-rata (mean)

tingkat kecemasan sebelum diberikan komunikasi terapeutik relaksasi napas

dalam adalah 48,67, hal ini termasuk tingkat kecemasan ringan.

b. Nilai rata-rata (mean) tingkat kecemasan pasien praoperatif mayor

sesudah diberikan Komunikasi Terapeutik Relaksasi Napas Dalam

Tabel Nilai Rata-Rata (Mean)/ TingkatKecemasanSesudah

Dilakukan Relaksasi Napas Dalam

Variabel

Nilai Rata-Rata

(Mean)/Tingkat

Kecemasan

Minimal-

Maksimal

Std.

Deviation

95%

Confidence

Interval

(CI)

Kecemasan

Sebelum

Komunikasi

Terapeutik

Relaksasi Napas

Dalam

(Post-Test)

44,07

39-50

3,173

39-50

Berdasarkan dari tabel diatas didapatkan bahwa nilai rata-rata (mean)

tingkat kecemasan sesudah diberikan komunikasi terapeutik relaksasi napas

dalam adalah 44,07, hal ini termasuk tidak cemas.

Page 9: PERBANDINGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN …

Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.2 Agustus 2013

64

2. Analisis Bivariat

Tabel Perbandingan Tingkat Kecemasan Pasien Praoperatif

Mayor Sebelum dan Sesudah Relaksasi Napas Dalam

Variabel

Tingkat

Kecemasan

Nilai Rata-

Rata

(Mean)

/Tingkat

Kecemasan

Perbedaan

Rata-Rata

(Mean)

Std.

Deviation

95% Confidence

Interval

P-

Value

N Lower Upper

Kecemasan

Sebelum

Relaksasi

Napas Dalam

(Pre-Test)

48,67

4,6

3,754

46,59

50,75

0,000

15

Kecemasan

Sesudah

Relaksasi

Napas Dalam

(Post-Test)

44,07

3,173

39

50

15

Dari hasil penelitian secara statisik didapatkan rata-rata penurunan

kecemasan sebesar 4,6 yaitu dari 48,67 menjadi 44,07, dengan kata lain dapat

disimpulkan perubahan tingkat kecemasan responden mengalai perubahan yaitu

dari kategori cemas ringan menjadi tidak cemas. Sedangkan berdasarkan hasil

uji kemaknaan didapatkan nilai p-value 0,000, p-value ,α (α = 0,05) maka Ho

ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan

yang signifikan sebelum dan sesudah diberikan relaksasi napas dalam pada

pasien praoperatif mayor .

3. Pembahasan

Menurut Smeltzer & Barre (2009) kecemasan pada pasien praoperatif

dapat disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya pasien mengalami

ketakutan terhadap anestesi, takut terhadap nyeri atau kematian, takut tentang

ketidaktahuan atau ancaman lain terhadap citra tubuh. Perawat dapat membantu

pasien melewati fase ini dengan lebih baik dengan memberikan intervensi

keperawatan mandiri salah satunya dengan mengajarkan serta membimbing

pasien untuk melakukan tehnik relaksasi nafas dalam.

Tehnik relaksasi napas dalam adalah kemampuan atau ketrampilan

perawat dalam membantu pasien beradaptasi terhadap stres. Tujuan dari

Page 10: PERBANDINGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN …

Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.2 Agustus 2013

65

relaksasi napas dalam adalah meningkatkan inflasi alveolar maksimal,

meningkatkan relaksasi otot, melambatkan frekuensi pernapasan, mengurangi

stres dan menghilangkan kecemasan (Muttaqin, 2008).

Tehnik relaksasi napas dalam dapat mengurangi kecemasan, beberapa

bukti telah menunjukan bahwa seseorang dengan tingkat kecemasan berat dapat

menunjukan efek fisiologis melalui relaksasi napas dalam. (dalam Purwoko,

2009, ¶ 4, http://library.upnvj.ac.id diperoleh tanggal 09 Mei 2013), didapatkan

data sebelum diberikan relaksasi napas dalam, responden dengan tingkat

kecemasan berat sebanyak (79,49%), dan tingkat kecemasan ringan (25%),

sedangkan hasil setelah diberikan relaksasi napas dalam, responden dengan

tingkat kecemasan sedang (66,67%), dan tingkat kecemasan ringan (33,33%).

Dari hasil penelitian pada pasien praoperatif mayor sebelum diberikan

relaksasi napas dalam, pasien yang mengalami tanda dan gejala kecemasan

paling banyak adalah :gugup, takut, mudah marah, jantung berdebar-debar,

tangan dingin keluar keringat dan perasaan gelisah. Sedangkan setelah diberikan

komunikasi terapeutik relaksasi napas dalam, tanda dan gejala kecemasan yang

dirasakan pasien berkurang.

D. Kesimpulandan saran

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian Perbandingan Tingkat Kecemasan Pasien

Praoperatif Mayor sebelum dan sesudah pemberian relaksai nafas dalam Di

Ruang Rafael Rumah Sakit Cahya Kawaluyan Bandung, dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Rata-rata (mean) tingkat kecemasan pada pasien praoperatif mayor

sebelum diberikan relaksasi napas dalam (pre-test) adalah 48,67

(tingkat kecemasan ringan).

2. Rata-rata (mean) tingkat kecemasan pada pasien praoperatif mayor

setelah diberikan relaksasi nafas dalam adalah 44,07 (tidak cemas).

3. Ada pengaruh relaksasi nafas dalam terhadap tingkat kecemasan

pasien bedah mayor di ruang Rafael, Rumah Sakit Cahaya

Kawaluyaan, Bandung dengan nilaip = 0,000 (p-value< α, α = 0,05).

Page 11: PERBANDINGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN …

Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.2 Agustus 2013

66

2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian beberapa saran dapat diberikan sebagai

berikut bagi Rumah Sakit Cahya Kawaluyan hendaknya senantiasa

mendorong peningkatan mutu pelayanan kesehatan serta dibuat standar

prosedur operasional terkait tehnik relaksasi nafas dalam pada pasien pre

operasi pada umumnya. Sedangkan bagi perawat diharapkan perawat lebih

peka untuk mengkaji tingkat kecemasan pasien pre operasi pada umumnya

serta menerapkan intervensi kepewaratan mandiri seperti relaksasi nafas

dalam untuk mengatasi kecemasan yang dialami pasien. Bagi peneliti

selanjutnya.

Bagi peneliti ini mempunyai kelemahan dan keterbatasan pada sumber

data sehingga diharapkan peneliti selanjutnya dapat mengembangkan

penelitian ini dengan kelompok kontrol, responden lebih banyak dan

intervensi dilakukan lebih dari satu kali saat pre-test dan post-test yaitu satu

hari sebelum dilakukan pembedahan dan saat akan dilakukan pembedahan.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto.(2003). Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.

_______.(2010). Prosedur Penelitian.Jakarta : Rineka Cipta.

Damaiyanti.(2010). Komunikasi Terapeutik Dalam Praktik Keperawatan.

Bandung: Refika Aditama.

Dalami.(2009). Komunikasi Keperawatan. Jakarta: Trans Info media.

Hawari.(2001). Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta: FKUI

Hidayat.(2009). Metode Penelitian Keperawatan dan Tehnik Analisis Data.

Jakarta : Salemba Medika.

Muttaqin.(2008). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan

SistemPernapasan. Jakarta: Salemba Medika

Nasir.(2009). Komunikasi Dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Notoatmodjo, S.(2012). MetodologiPenelitianKesehatan. Jakarta :RinekaCipta.

Nursalam.(2011). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Purwoko. (2010).http://library.upnvj.ac.id.diperoleh tanggal 09 Mei 2013

Riyadi & Purwanto. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha Ilmu

Page 12: PERBANDINGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN …

Jurnal Kesehatan Kartika Vol.8 No.2 Agustus 2013

67

Riyanto, A. (2011). Pengolahan Data danAnalisa Data Kesehatan.Yogyakarta

:NuhaMedika.

Smeltzer, S. (2009). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner Suddarth.

Volume 1 Edisi 8. Jakarta : EGC.

__________. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner Suddarth.

Volume 2 Edisi 8. Jakarta : EGC.

Stuart. (2012). Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Suliswati. (2005). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Suryani. (2006). Komunikasi Terapeutik. Jakarta: EGC.

Tamsuri. (2006). Komunikasi Dalam Keperawatan. Jakarta: EGC.