166
PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA PASIEN DENGAN CEDERA KEPALA (SEDANG - BERAT) DI RUANG 13 RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG TUGAS AKHIR Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Keperawatan Oleh: MEDICAL SHOCKER

Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TERHADAP PENURUNAN

TINGKAT KECEMASAN KELUARGA PASIEN DENGAN

CEDERA KEPALA (SEDANG - BERAT) DI RUANG 13

RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

TUGAS AKHIR

Untuk Memenuhi PersyaratanMemperoleh Gelar Sarjana Ilmu Keperawatan

Oleh:MEDICAL SHOCKER

JURUSAN ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS BRAWIJAYA

2008

Page 2: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

HALAMAN PERSETUJUAN

TUGAS AKHIR

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TERHADAP PENURUNAN

TINGKAT KECEMASAN KELUARGA PASIEN DENGAN

CEDERA KEPALA (SEDANG-BERAT) DI RUANG 13 (AKUT)

RUMAH SAKIT UMUM Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

Untuk Memenuhi PersyaratanMemperoleh Gelar Sarjana Ilmu Keperawatan

Oleh:

MEDICAL SHOCKER

Menyetujui :

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. dr. Sumarno, DMM, SpMK M. Fathoni., S. Kep, NsNIP. 130 809 130 NIP. 132 310 782

Page 3: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

HALAMAN PENGESAHAN

TUGAS AKHIR

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TERHADAP PENURUNAN

TINGKAT KECEMASAN KELUARGA PASIEN DENGAN

CEDERA KEPALA (SEDANG-BERAT) DI RUANG 13 (AKUT)

RUMAH SAKIT UMUM Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

Oleh:

MEDICAL SHOCKERNIM: 0610722044

Telah diuji pada

Hari : KamisTanggal : 31 Januari 2008

Dan dinyatakan lulus oleh :

Penguji I

Ns. Kumboyono. S.kep, M.KepNIP. 132 296 277

Penguji II Penguji III

Prof. Dr. dr. Sumarno, DMM, SpMK Ns. M. Fathoni, S. KepNIP. 130 809 130 NIP. 132 310 782

Page 4: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan petunjuk dan hidayah -

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul " Pengaruh

Penyuluhan Kesehatan terhadap penurunan tingkat kecemasan pada keluarga

pasien dengan cedera Cedera Kepala (sedang-berat) di Ruang 13 (Akut) RSU

Dr. Saiful Anwar Malang".

Ketertarikan penulis akan penelitian ini didasari oleh keinginan penulis

untuk mengetahui tingkat pengetahuan keluarga terhadap tingkat kecemasan

dengan pasien cedera kepala. Salah satunya dengan memberikan penyuluhan

kesehatan kepada keluarga pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap penurunan tingkat kecemasan pada

keluarga pasien dengan cedera Cedera Kepala (sedang-berat). Dengan

selesainya Tugas Akhir ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. dr. Samsul Islam, SpMK, M.Kes, sebagai dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Brawijaya Malang.

2. dr. Subandi, M.Kes, DHAK, sebagai Ketua Jurusan Ilmu Keperawatan

Universitas Brawijaya Malang.

3. Prof. Dr. dr. Sumarno, DMM, SpMK sebagai pembimbing pertama yang

telah memberikan bimbingan dan arahan, sehingga saya dapat

menyelesaikan penelitian ini.

4. M. Fathoni.S.Kep,Ns, sebagai pembimbing kedua yang telah memberikan

bimbingan dan arahan, sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian ini.

5. Ns. Kumboyono. S.kep, M.Kep, sebagai penguji I yang banyak

memberikan saran dan masukan demi perbaikan Tugas Akhir ini.

Page 5: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

6. Direktur RSU Dr. Saiful Anwar Malang yang telah memberikan ijin kepada

penulis untuk melaksanakan studi pendahuluan dan penelitian.

7. Segenap anggota Tim Pengelola Tugas Akhir Fakultas Kedokteran

Universitas Brawijaya yang telah membantu terselesainya penulisan

penelitian ini.

8. Segenap anggota Tim Pengelola Tugas Akhir RSU Dr. Saiful Anwar yang

telah membentu terselesainya penulisan penelitian ini.

9. Seluruh perawat Ruang 13 (Akut) RSU Dr.Saiful Anwar Malang yang

telah membantu terselesainya penelitian ini.

10. Ayah dan Bundaku tercinta yang telah memberikan segalanya untukku.

11. Sahabat-sahabatku (Ayu, Etik, Elok) yang telah menemani &

membantuku menjalani kuliah di Malang, terima kasih kalian semua

merupakan sesuatu yang paling berharga bagiku ” YOU ARE THE BEST

”.

12. Teman-teman PSIK-B 2006 dan semua pihak yang telah membantu dan

selalu memberi suport dalam menyelesaikan penulisan penelitian ini yang

tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa penulisan penelitian ini masih jauh dari

sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang

konstruktif bagi kesempurnaan penelitian selanjutnya.

Akhirnya, semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi yang

membutuhkan.

Malang, Januari 2008

Penulis

Page 6: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

ABSTRAK

MEDICAL SHOCKER, 2008. Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien dengan Cedera Kepala (Sedang-Berat) di Ruang 13 (Akut) RSU Dr. Saiful Anwar Malang.Tugas Akhir, Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Pembimbing: (1). Prof. Dr. dr. Sumarno, DMM,SPMK ; (2). M. Fathoni.S.Kep, Ns.

Cedera kepala merupakan kasus paling sering di ruang gawat darurat rumah sakit dan merupakan penyebab utama rawat inap. Keluarga pasien bisa masuk keadaan ansietas berat, menyangkal, marah, penyesalan, dan berduka. Personel keperawatan dapat memperjelas informasi pada keluarga tentang kondisi pasien dengan memberikan penyuluhan kesehatan untuk memberi dukungan, menambah pengalaman dan pengetahuan sehingga dapat mengurangi stress dan kecemasan.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui adakah pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan dan penurunan tingkat kecemasan keluarga pasien dengan cedera kepala (sedang-berat di ruang 13 (Akut) RSU Dr. Saiful Anwar Malang.

Desain penelitian quasi eksperimen dengan non randomized control group pretest posttest Jumlah populasi sebanyak 264 orang, dengan teknik purposive sampling, dan jumlah sampel 30 responden yang dibagi dua kelompok yaitu kelompok kontrol dan perlakuan. Penelitian menggunakan alat ukur kuisioner dan observasi GCS (Glasgow Coma Scale). Teknik analisa menggunakan Uji Wilcoxon dan Uji Mann-Whitney. Hasil uji Wilcoxon menunjukkan nilai Z hitung untuk “Tingkat Pengetahuan” -3.228 (p=0.001 < 0.05) dan untuk “Tingkat Kecemasan” -3.217 (p)=0.001 <0.05). Sedangkan Uji Mann-Whitney menunjukkan nilai signifikansi untuk tingkat pengetahuan 0, 000 dan tingkat kecemasan 0, 000 yang berada di bawah alpha 0,05, sehingga Ho ditolak.

Kesimpulan dari penelitian ini ada pengaruh penyuluhan kesehatan pada keluarga terhadap tingkat pengetahuan dan penurunan tingkat kecemasan keluarga pasien dengan cedera kepala (sedang-Berat).

Kata Kunci : Cedera Kepala, Keluarga, Penyuluhan Kesehatan, Tingkat Kecemasan.

Page 7: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

ABSTRACT

MEDICAL SHOCKER, 2008. The Effect of Health Education With Reduce the Family’s Anxiety Level With (Medium – Severe) Head- Injured Clients in Room 13 (Acute) of RSU Dr. Saiful Anwar Malang. Final Task, Nursing Departement of Brawijaya University. Advisor:1). Prof.Dr.dr. Sumarno, DMM, SpMK ; 2). M. Fathoni. S.Kep, Ners.

Head injury is one of most cases in intensive care unit and it is the main cause of hospitalization. Patient’s family may be in severe anxiety, denial, anger, deep regret, sorrows, and reconsiliation. The family need information to help them mobilize. Nursing personels can clarity information abaut patient’s condition by giving health instruction and support for them to increase their experience, to develop and knowledge for reducing stress and anxiety.

Objective of the research is to know the effect of health education with knowledge level and reduce the family’s anxiety level with (medium – severe) head- injured clients in room 13 of RSU Dr. Saiful Anwar Malang.

Research design uses quasy experiment methode with non randomized control group pre test - post test The number of population is 264, with purposive sampling technique, and the number of sample are 30 respondents deside in two group abaut control group and treatment group.

The measurement instrument is questionnaire and GCS (Glasgow Coma Scale). Analysis technique used is Wilcoxon Test and Mann- Whitney Test. Based on the result of Wlcoxon Test, it shows that Z calculated score for “knowledge level” is – 3,228 (=0,001< 0,05) and that of for “Anxiety Level” is – 3,217 with significance (p=0,001< 0,005). Based on Mann-Withney Test, it shows that significance level for Knowledge Level 0,000 and for Anxiety Level 0,000 is below alpha 0,005, so H0 refused.

Conclusion of the research is can be influence health education with knowledge level and reduce the family’s anxiety level with (medium – severe) head- injured clients.

Keywords : Head- Injured, Family, Health Education, Anxiety Level.

Page 8: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

DAFTAR ISI

Halaman

Judul ...................................................................................................... iHalaman Persetujuan............................................................................ iiHalaman Pengesahan........................................................................... iiiKata Pengantar...................................................................................... ivAbstrak................................................................................................... viAbstract.................................................................................................. viiDaftar Isi................................................................................................. viiiDaftar Tabel........................................................................................... xiDafta Gambar........................................................................................ xii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang........................................................................ 11.2 Rumusan Masalah.................................................................. 31.3 Tujuan Penelitian.................................................................... 41.4 Manfaat Penelitian.................................................................. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Tingkat Pengetahuan................................................. 72.1.1 Definisi Pengetahuan..................................................... 72.1.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan......... 8

2.2 Konsep Pendidikan Kesehatan............................................... 102.2.1 Definisi Pendidikan kesehatan....................................... 102.2.2 Tujuan Pendidikan Kesehatan....................................... 122.2.3 Metode Dalam Pendidikan Kesehatan........................... 122.2.4 Macam-macam Alat Peraga Pendidikan Kesehatan..... 17

2.3 Konsep Keluarga..................................................................... 202.3.1 Definisi Keluarga............................................................ 202.3.2 Fungsi Keluarga............................................................. 21

2.4 Konsep Cedera Kepala........................................................... 222.4.1 Definisi Cedera Kepala.................................................. 222.4.2 Etiologi........................................................................... 222.4.3 Klasifikasi....................................................................... 232.4.4 Penatalaksanaan........................................................... 282.4.5 Klasifikasi Tingkat Kesadaran........................................ 282.4.6 Perawatan Pasien Cedera Kepala di Ruang Perawatan 312.4.7 Perawatan Penderita Tidak Sadar................................. 32

Page 9: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

2.4.8 Prognosis....................................................................... 342.5 Konsep Kecemasan................................................................ 35

2.5.1 Definisi Kecemasan....................................................... 352.5.2 Klasifikasi Tingkat Kecemasan...................................... 362.5.3 Rentang Respon Kecemasan........................................ 372.5.4 Respon Terhadap Kecemasan...................................... 382.5.5 Faktor Predisposisi......................................................... 392.5.6 Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan.......... 41

2.6 Pengaruh Penyuluhan kesehatan terhadap penurunan tingkat kecemasan keluarga pasien dengan cedera kepala 42

BAB III KERANGKA TEORI, KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep.................................................................... 453.2 Hipotesis Penelitian................................................................. 46

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian.................................................................... 474.1.1 Alur Kerja....................................................................... 48

4.2 Poulasi dan Sampel............................................................... 494.2.1 Populasi......................................................................... 494.2.2 Sampel dan Sampling.................................................... 49

4.2.2.1 Sampel..................................................................... 494.2.2.2 Sampling.................................................................. 494.2.2.3 Kriteria Inklusi dan Eksklusi..................................... 50

4.3 Variabel Penelitian................................................................. 51 4.4.1 Variabel Bebas.............................................................. 51 4.4.2 Variabe Tergantung ..................................................... 51

4.4 Lokasi dan Waktu Penelitian................................................... 514.5 Bahan dan Alat/Instrumen Penelitian...................................... 514.6 Definisi Operasional............................................................... 524.7 Prosedur Penelitian/Pegumpulan Data................................... 53

4.7.1 Uji Validitas dan Uji Reabilitas...................................... 544.7.1.1 Uji Validitas.............................................................. 544.7.1.2 Uji Reabilitas............................................................ 54

4.8 Analisa Data........................................................................... 544.9 Penyajian Data........................................................................ 634.10 Etika Penelitian ................................................................... 63

4.10.1 Informed Concenmt...................................................... 634.10.2 Ananimity..................................................................... 634.10.3 Confidentiality............................................................... 634.10.4 Righ to Self Detemination............................................ 63

BAB V HASIL DAN ANALISA DATA

5.1 Hasil penelitian........................................................................ 645.1.1 Gambaran Umum .......................................................... 64

5.1.1.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur................ 655.1.1.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin. . 66

Page 10: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

5.1.1.3 Distribusi Responden Berdasarkan Status Hubungan 675.1.1.4 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan 685.1.1.5 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan........ 69

5.1.2 Hasil Data Variabel........................................................ 705.1.2.1 Data Tingkat Pengetahuan keluarga........................ 715.1.2.2 Data Tingkat Kecemasan......................................... 72

5.2 Hubungan Antar Variabel........................................................ 735.2.1 Hubungan Antara tingkat pengetahuan melalui PENKES

dengan tingkat kecemasan pada Pre Test..................... 745.2.2 Hubungan Antara tingkat pengetahuan melalui PENKES

dengan Tingkat Kecemasan Pada Post Test................. 75

BAB VI PEMBAHASAN

6.1 Pembahasan........................................................................... 80

6.2 Keterbatasan Penelitian.......................................................... 90

BAB VI PENUTUP

7.1 Kesimpulan............................................................................. 917.2 Saran....................................................................................... 92

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 11: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Glasgow Coma Scale............................................................. 30

Tabel 2. Respon Kecemasan................................................................ 38

Tabel 3. Definisi Operasional................................................................ 52

Tabel 4. Data tingkat pengetahuan keluarga tentang cedera kepala

sebelum (pre test) dan sesudah (post test)............................. 71

Tabel 5 . Data Tingkat kecemasan pada keluarga tentang cedera kepala

sebelum (pre test) dan sesudah (post test)............................. 72

Tabel 6. Data Crosstabs tingkat pengetahuan tentang cedera kepala (pre test)

dan penilaian kecemasan(pre test)......................................... 74

Tabel 7. Data Crosstabs Pendidikan Kesehatan cedera kepala (post test)

dan penilaian kecemasan (post test)...................................... 75

Tabel 8. Hasil uji Wilcoxon perbedaan diantara kelompok kontrol dan

perlakuan yang dibandingkan (pre test dan post test)........... 77

Tabel 9. Hasil uji Mann Whitney tentang perbedaan diantara dua

sampel bebas yaitu kelompok Kontrol dan perlakuan............ 78

Page 12: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Kerangka Teori, Konsep...................................................... 45

Gambar 2. Alur Kerja............................................................................. 48

Gambar 3. Diagram Pie Distribusi responden berdasarkan status

umur pada kelompok kontrol................................................ 65

Gambar 4. Diagram Pie Distribusi responden berdasarkan status

umur pada kelompok perlakuan.......................................... 65

Gambar 5. Diagram Pie Distribusi responden berdasarkan jenis

kelamin pada kelompok kontrol........................................... 66

Gambar 6.Diagram Pie Distribusi responden berdasarkan jenis

kelamin pada kelompok perlakuan...................................... 66

Gambar 7. Diagram Distribusi responden berdasarkan status

hubungan keluarga dengan klien pada kelompok kontrol. . . 67

Gambar 8. Diagram Distribusi responden berdasarkan status

hubungan keluarga dengan klien pada kelompok perlakuan 68

Gambar 9. Diagram Pie Distribusi responden penyuluhan berdasarkan

tingkat pendidikan pada kelompok kontrol......................... 68

Gambar 10. Diagram Pie Distribusi responden penyuluhan berdasarkan

tingkat pendidikan pada kelompok perlakuan..................... 69

Gambar 11. Diagram Pie Distribusi responden berdasarkan pekerjaan

pada kelompok kontrol...................................................... 69

Gambar 12. Diagram Pie Distribusi responden berdasarkan pekerjaan

pada kelompok perlakuan.................................................. 70

Page 13: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masyarakat sebagai pengguna jasa pelayanan kesehatan selalu

mengharapkan rumah sakit sebagai penyedia pelayanan kesehatan termasuk

tenaga medis yang menanganinya mampu memberikan penanganan yang cepat,

tepat dan aman, serta dapat di akses secara mudah untuk memperoleh

pelayanan kesehatan yang dibutuhkan. Salah satunya adalah penanganan

kegawatdarutratan untuk mencegah kecacatan dan kematian. Cedera kepala

merupakan salah satu kasus yang penting dan relatif sering ditemukan di UGD,

dan merupakan salah satu penyebab utama rawat inap. Diharapkan dengan

penangan yang cepat dan akurat dapat menekan mortalitas dan morbiditasnya.

(http://ihqn.or.id/files/resourcemodule /Buku Arida.pdf).

Berdasarkan data dari Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang

pasien cedera kepala yang masuk ruang rawat inap pada bulan Januari -

Agustus 2007 yaitu cedera kepala ringan sebanyak 609 orang, cedera kepala

sedang sebanyak 392 orang, dan cedera kepala berat sebanyak 123 orang.

Cedera kepala yang serius dapat menyebabkan penurunan kesadaran

atau tingkah laku yang menghambat kembalinya mereka dalam kehidupan

Page 14: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

normal dan stres yang lama bagi keluarga karena penurunan fisik dan emosi

pasien, hasil yang tidak dapat diprediksi dan perubahan hubungan keluarga

(Brunner & Suddarth, 2002 ).

Keluarga dari pasien tidak sadar bisa saja masuk dalam keadaan kritis

yang tiba–tiba dan menjalani proses ansietas berat, menyangkal, marah,

penyesalan yang dalam, berduka, dan rekonsilasi. Keluarga merupakan bagian

vital dalam mengembalikan kesehatan klien dan membutuhkan informasi yang

sama banyaknya dengan klien. Untuk membantu anggota keluarga memobilisasi

kapasitas mereka sendiri, personel keperawatan dapat menguatkan dan

memperjelas informasi tentang kondisi pasien dan memungkinkan keluarga

dilibatkan dalam perawatan. (Brunner & Suddarth, 2002 : 2229).

Dalam kasus dimana terjadi cedera serius, peran keluarga untuk

memberikan dukungan pada klien dapat ditumbuhkan melalui pengajaran

sehingga menambah pengetahuan, sikap dan ketrampilan pengalaman tertentu.

Keluarga yang kurang pengetahuan membutuhkan penyuluhan kesehatan yang

difokuskan pada area yang dibutuhkan. Keluarga pasien dengan koping tidak

efektif yang berhubungan dengan ketakutan tentang diagnosa medis

membutuhkan penyuluhan sebagai metoda intervensi keperawatan (Perry &

Potter, 2005 : 209).

Penyuluhan mendorong keluarga untuk meneliti ketersediaan alternatif

dan untuk memutuskan pilihan mana yang bermanfaat dan sesuai. Ketika

keluarga mampu untuk meneliti alternatif, mereka dapat mengembangkan rasa

kontrol dan mampu untuk menangani stres lebih baik (Perry & Potter, 2005: 209).

Dalam sistem perawatan kesehatan sekarang ini, terdapat penekanan

untuk memberikan pendidikan kesehatan berkualitas. Perawat harus meyakinkan

Page 15: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

bahwa klien, keluarga dan masyarakat menerima informasi yang diberikan untuk

mempertahankan kesehatan yang optimal (Perry & Potter, 2005 : 336-338).

Pendidikan kesehatan identik dengan penyuluhan kesehatan, karena

keduanya berorientasi kepada perubahan perilaku. Penyuluhan merupakan

komunikasi dua arah yang ditujukan kepada keluarga penderita khususnya untuk

membantu pelayanan penderita sebagai ”consumer” yang sedang dirawat

dirumah sakit (Narendra, 2005 :179).

Penyuluhan kesehatan merupakan kerja sama antara petugas kesehatan

dengan keluarga penderita dalam setting rumah sakit yang menguntungkan,

karena penderita dan keluarganya merupakan ”captive audience” yang baik

(mudah termotivasi) dan diharapkan dapat terjadi komunikasi yang mudah dan

baik antara petugas kesehatan (provider) dan konsumennya. Tujuan penyuluhan

kesehatan adalah untuk menghilangkan ketakutan dan kekhawatiran keluarga,

menginformasikan kepada keluarga sehingga menambah pengetahuan tentang

masalah dan prognosis penderita, serta menjawab keragua-raguan keluarga

(Narendra,2005).

Berdasarkan kasus diatas maka peneliti ingin meneliti tentang sejauh

mana pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap penurunan tingkat kecemasan

keluarga pasien dengan cedera kepala (sedang-berat) yang mengalami

penurunan kesadaran.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Rumusan Masalah Umum

Page 16: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

Adakah pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap tingkat

pengetahuan dan penurunan tingkat kecemasan keluarga pasien dengan

cedera kepala (sedang-berat)?

1.2.2 Rumusan Masalah Khusus

1. Bagaimana tingkat pengetahuan keluarga pasien dengan cedera kepala

sebelum diberikan penyuluhan kesehatan ?

2. Bagaimana tingkat pengetahuan keluarga pasien dengan cedera kepala

sesudah diberikan penyuluhan kesehatan ?

3. Adakah perbedaan tingkat pengetahuan pada keluarga pasien dengan

cedera kepala yang diberi penyuluhan kesehatan dan keluarga pasien

dengan cedera kepala yang tidak diberi penyuluhan kesehatan ?

4. Bagaimana penurunan tingkat kecemasan keluarga pasien dengan

cedera kepala sebelum diberikan penyuluhan kesehatan ?

5. Bagaimana penurunan tingkat kecemasan keluarga pasien dengan

cedera kepala sesudah diberikan penyuluhan kesehatan ?

6. Adakah perbedaan penurunan tingkat kecemasan pada keluarga pasien

dengan cedera kepala yang diberi penyuluhan kesehatan dan keluarga

pasien dengan cedera kepala yang tidak diberi penyuluhan kesehatan ?

1.3 Tujuan penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah pengaruh

penyuluhan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan dan penurunan tingkat

kecemasan keluarga pasien dengan cedera kepala (sedang-berat).

Page 17: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi tingkat

pengetahuan keluarga pasien dengan cedera kepala sebelum diberikan

penyuluhan kesehatan

2. Mengidentifikasi tingkat

pengetahuan keluarga pasien dengan cedera kepala sesudah diberikan

penyuluhan kesehatan

3. Mengidentifikasi perbedaan

tingkat pengetahuan keluarga pasien dengan cedera kepala yang diberi

penyuluhan kesehatan dan keluarga pasien dengan cedera kepala yang

tidak diberi penyuluhan kesehatan

4. Mengidentifikasi penurunan

tingkat kecemasan keluarga pasien dengan cedera kepala sebelum

diberikan penyuluhan kesehatan.

5. Mengidentifikasi penurunan

tingkat kecemasan keluarga pasien dengan cedera kepala sesudah

diberikan penyuluhan kesehatan.

6. Mengidentifikasi perbedaan

penurunan tingkat kecemasan pada keluarga pasien dengan cedera

kepala yang diberi penyuluhan kesehatan dan keluarga pasien dengan

cedera kepala yang tidak diberi penyuluhan kesehatan.

Page 18: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Rumah Sakit

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi berarti bagi

rumah sakit yaitu program PKMRS (Penyuluhan Kesehatan Masyarakat

di Rumah Sakit) dalam pengembangan pelayanan keperawatan secara

holistik, khususnya pada perawatan pasien cedera kepala dan

keluarganya.

1.4.2 Bagi Peneliti

Meningkatkan pemahaman tentang pengaruh penyuluhan kesehatan

pada keluarga yang mengalami kecemasan dengan klien cedera kepala

yang mengalami penurunan kesadaran di rumah sakit.

1.4.3 Bagi Perawat

Meningkatkan tampilan (performance) perawat dalam memberikan

asuhan keperawatan dan pendidikan kesehatan atau penyuluhan yang

berfokus pada pemenuhan kebutuhan keluarga dengan klien cedera

kepala yang menghadapi kecemasan.

1.4.4 Bagi Masyarakat dan Keluarga

Menambah masukan pengetahuan, motivasi keluarga dan masyarakat

tentang kecemasan dalam menghadapi kondisi klien.

1.4.5 Bagi Institusi

Sebagai sumber atau bahan penelitian selanjutnya.

Page 19: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 KONSEP PENGETAHUAN

2.1.1 Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi

melalui panca indra manusia, yaitu : indra penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh

mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6

tingkatan yaitu: (Notoatmodjo, 2003).

1. Tahu (Know).

Page 20: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

Adalah mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

Termasuk kedalamnya adalah mengingat kembali terhadap sesuatu yang

spesifik terhadap suatu bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah

diterima. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah, kata

kerja untuk mengukurnya antara: menyebutkan, menguraikan,

mendefinisikan dan menyatakan.

2. Memahami (Comprehension).

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara

benar obyek yang diketahui, dan dapat merngintepretasikan materi

tersebut secara benar.

3. Aplikasi (Aplication).

Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya (riil).

4. Analisis (Analysis).

Kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu subyek kedalam suatu

komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi

tersebut dan masih ada kaitanya satu sama lain.

5. Sintesis

Sintesis menunjuk suatu kemampuan untuk meletakan atau

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru.

6. Evaluasi (Evaluation).

Evaluasi menunjukkan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian ini berdasarkan

Page 21: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

suatu kriteria yang ditentukan atau menggunakan kriteria-kriteria yang

telah ada.

2.1.2 Faktor yang mempengaruhi Pengetahuan

Faktor yang mempengaruhi pengetahuan dibedakan menjadi 2 yaitu :

faktor internal dan faktor eksternal (Notoatmodjo, 2003).

A. Faktor Internal

1 ) Pengalaman

Menurut Notoatmodjo (2003), bahwa pengalaman itu merupakan

sumber pengetahuan dan pengalaman, itu merupakan suatu cara untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan, sehingga semakin banyak

pengalaman yang dimiliki seseorang, informasi yang didapatkan akan

semakin baik.

2 ) Umur

Menurut Huclok (1998) yang dikutip oleh Nursalam (2001), bahwa

semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan

lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Hal ini sebagai akibat dari

pengalaman dan kematangan jiwanya.

3 ) Pendidikan

Menurut Notoatmodjo (2003), konsep dasar pendidikan adalah suatu

proses belajar yang berarti dalam pendidikan itu terjadi proses

pertumbuhan, perkembangan atau perubahan kearah yang lebih dewasa,

lebih baik dan lebih matang pada diri individu, kelompok dan masyarakat.

Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana

Page 22: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

diharapkan adanya pendidikan maka akan semakin luas pula

pengetahuannya.

B. Faktor Eksternal

1 ) Pengaruh orang lain

Orang lain disekitar kita merupakan salah satu diantara komponen

sosial yang ikut mempengaruhi pengetahuan seseorang. Seseorang

yang kita anggap penting, seseorang yang kita harapkan persetujuannya

bagi setiap gerak tingkah dan pendapat kita, seseorang yang tidak kita

kecewakan atau seseorang yang berati khusus bagi kita, akan

mempengaruhi kita.

2 ) Media Massa.

Sebagai sarana komunikasi, bernagai bentuk media masa seperti

televisi, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar

dalam pembentukan opini dan kepercayaan seseorang. Dalam

penyampaian informasi, media masa membawa pesan-pesan yang berisi

sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang.

3 ) Pengaruh Kebudayaan

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai

pengaruh besar terhadap pengetahuan. Kebudayaan telah mewarnai

sikap masyarakat, karenanya kebudayaan pulalah yang memberi corak

pengalaman individu-individu yang menjadi anggota kelompok

asuhannya.

4 ) Informasi

Page 23: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

Adanya informasi baru mengenai suatu hal memberi landasan

kognitif baru. Pesan-pesan sugestif yang dibawa oleh informasi tersebut,

apabila cukup kuat, akan memberi dasar afektif dalam menilai suatu hal.

2.2 .KONSEP PEYULUHAN KESEHATAN

2.2.1 Definisi Peyuluhan Kesehatan

Penyuluhan kesehatan menurut Azrul Azwar dalam Effendi (2000 : 232)

adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara memberikan pesan,

menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak hanya sadar, tahu, dan

mengerti tapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada

hubungannya dengan kesehatan.

Menurut Departeman Kesehatan Penyuluhan kesehatan adalah

gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip

belajar untuk mencapai suatu keadaan dimana individu, keluarga, kelompok, dan

masyarakat secara keseluruhan, ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan

melakukan apa yang bisa dilakukan secara perseorangan maupun secara

kelompok (Effendi, 2000 : 233).

Penyuluhan kesehatan adalah suatu metoda implementasi yang

digunakan untuk menyajikan prinsip, prosedur, dan teknik yang tepat tentang

perawatan kesehatan untuk menginformasikan status kesehatan klien

(Perry&Potter, 2005: 210).

Penyuluhan kesehatan yang baik, selain terencana dengan baik, juga

harus dapat dievaluasi dan dapat dilakukan oleh semua petugas kesehatan (baik

medik maupun non/medik) sesuai dengan kompetensinya masing – masing.

Page 24: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

Penyuluhan kesehatan ditujukan pada seseorang atau kelompok, agar

berperilaku sehat serta menerapkan cara hidup sehat, sebagai bagian dari cara

hidupnya sehari-hari atas kesadarannya dan kemampuannya sendiri (Narendra,

2005 : 179).

Dari beberapa definisi yang dikemukakan diatas, pada kesimpulannya

penyuluhan kesehatan merupakan proses perubahan perilaku secara terencana

pada diri individu, kelompok, atau masyarakat untuk dapat lebih mandiri dalam

mencapai tujuan hidup sehat. Dengan demikian penyuluhan kesehatan

merupakan usaha/kegiatan untuk membantu individu, kelompok, dan masyarakat

dalam meningkatkan kemampuan baik pengetahuan, sikap, maupun ketrampilan

untuk mencapai hidup sehat secara optimal (Suliha, 2002).

2.2.2 Tujuan Peyuluhan Kesehatan

Jika dilihat dari pengertian diatas, tujuan dari pemberian pendidikan

kesehatan adalah :

1. Tercapainya perubahan-perubahan perilaku individu, keluarga

dan masyarakat dalam membina dan memelihara perilaku kesehatan, serta

berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan yang optimal.

2. Terbentuknya perilaku sehat pada individu sesuai dengan

konsep hidup sehat baik secara fisik, mental dan sosial sehingga dapat

menurunkan angka kesakitan dan kematian.

3. Merubah perilaku perorangan dan atau masyarakat dalam

bidang kesehatan (Nazrul Effendi, 2000 : 233).

2.2.3 Metode Dalam Penyuluhan Kesehatan

Page 25: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

1. Metode Ceramah

Ceramah adalah pidato yang disampaikan oleh seseorang pembicara

didepan sekelompok pengunjung. Ceramah pada hakikatnya adalah proses

transfer informasi dari pengajar kepada sasaran belajar. Dalam proses transfer

informasi ada tiga elemen yang penting, yang pengajar, materi pengajar, dan

sasaran belajar. (Suliha, 2002).

Penggunaan metode:

Metode ceramah digunakan pada sifat sasaran berikut, sasaran belajar

mempunyai perhatian yang selektif, sasaran belajar mempunyai lingkup

pergantian yang terbatas, sasaran belajar memerlukan informasi yang kategoris

atau sistematis, sasaran belajar perlu menyimpan informasi, sasaran belajar

perlu menggunakan informasi yang diterima.

Keunggulan metode ceramah :

a. Dapat digunakan pada orang dewasa

b. Penggunaan waktu yang efisien

c. Dapat dipakai pada kelompok yang besar

d. Tidak terlalu banyak melipatkan alat bantu pengajaran

e. Dapat dipakai untuk memberi pengantar pada pelajaran

atau suatu kegiatan.

2. Metode Diskusi Kelompok

Diskusi kelompok adalah percakapan yang direncanakan atau

dipersiapkan di antara tiga orang atau lebih tentang topik tertentu dengan

seseorang pemimpin.

Penggunaan metode :

Page 26: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

Metode diskusi kelompok digunakan bila sasaran pendidikan kesehatan,

diharapkan:

a. Dapat saling menguntungkan

b. Dapat mengenal dan mengolah problem kesehatan yang

dihadapi

c. Mengharapkan suasana informal

d. Diperoleh pendapat dari orang-orang yang tidak suka

berbicara

e. Agar problem kesehatan yang dihadapi lebih menarik

untuk dibahas

Keunggulan metode kelompok :

a. Memberi kemungkinan untuk saling mengemukakan pendapat

b. Merupakan pendekatan yang demokratis, mendorong rasa kesatuan

c. Dapat memperluas pandangan atau wawasan

d. Membantu mengembangkan kepemimpinan

3. Metode panel

Panel adalah pembicaraan yang sudah direncanakan di depan

pengunjung tentang sebuah topik dan diperlukan tiga panelis atau lebih serta

diperlukan seorang pemimpin. (Suliha, 2002).

Metode panel digunakan :

a. Pada waktu mengemukakan pendapat yang berbeda

tentang satu topik

b. Jika tersedia panelis dan moderator yang memenuhi

persyaratan

Page 27: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

c. Jika topik pembicaraan terlalu luas untuk didiskusikan

dalam kelompok

d. Jika peserta tidak diharapkan memberi tanggapan secara

verbal dalam diskusi.

Keunggulan metode panel :

a. Dapat membangkitkan pemikiran

b. Dapat mengemukakan pandangan yang berbeda-beda

c. Mendorong untuk melakukan analisis

d. Memberdayakan orang yang berpotensi

4. Metode Forum Panel

Forum panel adalah panel yang didalamnya pengunjung berpartisipasi

dalam diskusi. (Suliha, 2002).

Penggunaan forum panel :

a. Jika ingin menggabungkan penyajian topik / materi dengan

reaksi pengunjung

b. Jika anggota kelompok diharapkan memberikan reaksi

pada diskusi

c. Jika tersedia waktu yang cukup

d. Jika pengunjung mengajukan yang berbeda-beda

Keunggulan metode forum panel :

a. Memungkinkan setiap anggota berpartisipasi

b. Memungkinkan peserta menyatakan reaksinya

c. Membuat peserta mendengar dengan penuh perhatian

d. Memungkinkan tanggapan terhadap pendapat panelis

5. Metode permainan Peran

Page 28: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

Permainan peran adalah pemeran sebuah situasi dalam kehidupan

manusia dengan tanpa diadakan latihan, dilakukan oleh dua orang atau lebih

untuk dipakai sebagai bahan analisa oleh kelompok. (Suliha, 2002).

Metode permainan peran digunakan apabila :

a. Peserta perlu mengetahui pandangan yang berlawanan

b. Peserta mempunyai kemampuan untuk melakukan metode

tersebut

c. Pada waktu membantu peserta memahami suatu masalah

d. Jika akan mengubah sikap, pengaruh emosi dapat

membantu dalam penyajian masalah.

Keunggulan metode permainan peran :

a. Segera dapat perhatian

b. Dapat dipakai pada kelompok besar dan kecil

c. Membantu anggota untuk menganalisa situasi

d. Menambah rasa percaya diri peserta

e. Membantu anggota menyelami masalah

f. Membantu anggota mendapat pengalaman yang ada pikiran orang lain

g. Membangkitkan semangat untuk pemecahan masalah.

6. Metode symposium

Symposium adalah serangkaian pidato pendek di depan pengunjung

dengan seorang pemimpin. Pidato-pidato tersebut mengemukakan aspek-aspek

yang berbeda dari topik tertentu. (Suliha, 2002).

Metode symposium digunakan :

Page 29: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

a. Untuk mengemukakan aspek-aspek yang berbeda dari

topik tertentu

b. Pada kelompok besar

c. Kelompok itu membutuhkan keterangan ringkas

d. Jika tidak memerlukan reaksi pengunjung

e. Ketika pokok pembicaraan sudah ditentukan

Keunggulan metode simposium adalah :

a. Dapat dipakai pada kelompok besar maupun kecil

b. Dapat mengemukakan banyak informasi dalam waktu

singkat

c. Menyoroti hasil

d. Pergantian pembicara menambah variasi dan menjadikan

lebih menarik

e. Dapat direncakan jauh-jauh hari.

7. Metode demonstrasi

Metode demonstrasi adalah metode pembelajaran yang menyajikan

suara prosedur atau tugas, cara menggunakan alat, dan cara berinteraksi.

Demonstrasi dapat dilakukan secara langsung atau menggunakan media, seperti

radio dan film. (Suliha, 2002).

Metode demonstrasi digunakan :

a. Jika memerlukan contoh prosedur atau tugas dengan

benar

b. Apabila tersedia alat-alat peraga

c. Bila tersedia tenaga pengajar yang terampil

d. Membandingkan sesuatu cara dengan cara yang lain

Page 30: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

e. Untuk mengetahui serta melihat kebenaran sesuatu, bila

berhubungan dengan mengatur sesuatu, dan proses mengerjakan atau

menggunakan sesuatu.

Keunggulan metode demonstrasi adalah :

a. Dapat membuat proses pembelajaran menjadi lebih jelas

dan lebih konkret.

b. Dapat menghindari verbalisme

c. Lebih mudah memahami sesuatu

d. Lebih menarik

e. Peserta didik dirangsang untuk mengamati

f. Menyesuaikan teori dengan kenyataan dan dapt

melakukan sendiri (rekomendasi)

2.2.4 Macam-macam alat peraga dalam peyuluhan kesehatan

1. Papan pengumuman

Papan yang berukuran biasa yang dapat ditempelkan untuk

menempelkan informasi kesehatan. Papan pengumaman dapat menempelkan

gambar-gambar yang mengandung informasi kesehatan, tulisan-tulisan tentang

prosedur pelayanan kesehatan dan sebagainya. (Effendi, 2000).

Kenggulan :

a. Dapat dibuat sendiri sesuai dengan keinginan

b. Dapat merangsang pengunjung untuk membacanya bila

pemasangan tepat

c. Menghemat waktu dan dapat mengarahkan pembaca

untuk membaca informasi yang disajikan sesuai dengan urutan

Page 31: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

d. Dapat mengajak pembaca untuk mengetahui sesuatu

program kesehatan atau informasi yang dianggap perlu

e. Sebagai salah satu cara untuk mengingat kembali

tentang sesuatu yang telah di informasikan.

2. Poster

Poster adalah pesan yang singkat dalam bentuk gambar, dengan tujuan

untuk mempengaruhi seseorang atau kelompok agar tertarik pada obyek materi

yang di informasikan. (Effendi, 2000).

Keunggulan :

a. Poster sebaiknya ditempelkan diruang

tunggu puskesmas atau ruang pemerikasaan secara menarik

b. Dapat digunakan untuk alat bantu dalam

memberikan pendidikan kesehatan.

c. Dapat digunakan untuk bahan diskusi

kelompok dalam suatu kesempatan tertentu.

3. Leaflet

Leaflet adalah selembar kertas yang berisi tulisan cetak tentang suatu

masalah khususunya untuk suatu tujuan tertentu. (Effendi, 2000).

Keunggulan :

a. Dapat disimpan lama, bila lupa dapat dibuka

b. Dapat diakai sebagai bahan rujukan

c. Jangkauan jauh dan dapat membantu jangkauan media lain

d. Jika perlu dapat dicetak ulang.

e. Dapat dipakai sebagai bahan diskusi untuk kesempatan berbeda.

Page 32: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

Bentuk Leaflet :

1. Tulisan terdiri dari 200-400 huruf dengan

tulisan cetak biasanya diselingi dengan gambar

2. Harus dapat dibaca sekali pandang

3. Ukuran biasanya 20 X 30 cm

4. Flash card

Flash card adalah beberapa kertas/kartu yang berisi suatu masalah atau

program tertentu. Biasanya tulisan terletak dibalik gambar yang ada pada

gambar depan. (Effendi, 2000).

Keunggulan :

a. Dapat

dibawa kemana-mana

b. Dapat

digunakan untuk bahan pendidikan kesehatan

c. Dapat

membantu penyuluh yang kurang mampu bicara ada materi/ tulisan yang

ada dihalaman belakang.

5. Flip chart

Plip chart adalah beberapa cart yang telah disusun berurutan dan berisi

tulisan dengan gambar-gambar yang telah disatukan dengan ikatan atau ring

spiral pada bagian pinggir sisi atas.Biasanya jumlah chart lebih dari 12 lembar,

berukuran poster lebih besar atau lebih kecil. Dan biasanya memakai kertas tebal

(Effendi, 2000).

Page 33: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

2.3. KONSEP KELUARGA

2.3.1 Definisi Keluarga

Menurut Departemen Kesehatan RI (1988) Keluarga adalah unit terkecil

dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang

berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling

ketergantungan.

Menurut Salvicion dan Aracelis Maglaya (1989) Keluarga adalah dua atau

lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan

perkawinan atau pengangkatan dan meraka hidup dalam suatu rumah tangga,

berinteraksi atau satu sama lain, dan didalam perannya masing-masing

menciptakan serta mempertahankan kebudayaan.

Dalam Friedman (1998), Bugess menyatakan bahwa keluarga terdiri dari

orang-orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan, darah dan ikatan adopsi.

Para anggota keluarga biasanya hidup bersama-sama dalam satu rumah tangga,

atau jika mereka hidup secara terpisah, mereka tetap menganggap rumah

tangga tersebut sebagai rumah mereka. Anggota keluarga berinteraksi dan

berkomunikasi satu sama lain dalam peran-peran sosial keluarga seperti : suami-

istri, ayah dan ibu, anak laki-laki dan perempuan, saudara dan saudari. Keluarga

sama-sama menggunakan kultur yang sama, yaitu kultur yang diambil dari

masyarakat dengan beberapa ciri unik tersendiri.

Page 34: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

2.3.2 Fungsi Keluarga

Ada lima (5) fungsi keluarga (Friedman,1998 : 100) yaitu :

1. Fungsi afektif

Merupakan fungsi pemeliharaan kepribadian berguna untuk stabilitas

kepribadian kaum dewasa, memenuhi kebutuhan-kebutuhan para anggota

keluarga.

2. Sosialisasi dan fungsi penempatan sosial

Merupakan sosialisasi primer anak-anak yang bertujuan untuk membuat

mereka menjadi anggota masyarakat yang produktif dan juga sebagai

penganugerahan status anggota keluarga.

3. Fungsi reproduktif

Untuk menjaga kelangsungan generasi dan juga untuk keberlangsungan

hidup masyarakat.

4. Fungsi ekonomis

Untuk mengadakan sumber-sumber ekonomi yang memadai dan

pengalokasian sumber-sumber tersebut secara efektif.

5. Fungsi perawatan kesehatan

Untuk pengadaan kebutuhan-kebutuhan fisik dipenuhi oleh orang tua

dengan menyediakan pangan, papan, sandang dan perlindungan dari

bahaya. Perawatan kesehatan dan praktik-praktik sehat (yang mempengaruhi

status kesehatan anggota keluarga secara individual) merupakan bagian

yang paling relevan dari fungsi keluarga bagi perawatan keluarga.

Page 35: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

2.4 KONSEP CEDERA KEPALA

2.4.1 Definisi

Cedera Kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang

diseratai atau tanpa disertai perdarahan interstitiel dalam subtansi otak tanpa

diikuti terputusnya kontinuitas otak (Sudarsono, 1997).

Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan

kecelakaan utama pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi

akibat kecelakaan lalu lintas. Disamping penanganan dilokasi kejadian dan

selama transportasi korban ke rumah sakit, penilaian dan tindakan awal di ruang

gawat darurat sangat menentukan pelaksanaan dan prognosis selanjutnya

(Mansjoer, 2000 : 3).

Tindakan resusitasi, anamnesis dan pemeriksaan fisis umum serta

neurologis harus dilakukan secara serentak. Pendekatan yang sistematis dapat

mengurangi kemungkinan terlewatinya evaluasi unsur vital. (Mansjoer, 2000 : 3).

2.4.2. Etiologi

1. Kecelakaan/Tabrakan sepeda motor, mobil, sepeda

2. Kecelakaan saat menyeberang jalan

3. Jatuh dari ketinggian

4. Tertimpa benda (ranting pohon, kayu, dll)

5. Kecelakaan olah raga

6. Korban kekerasan

Page 36: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

7. Jatuh/cedera yang lain (Iskandar, 2004).

Cedera kepala umumnya terjadi pada usia dewasa muda antara usia 15-

44 tahun dengan rata-rata usia 30 tahun. Laki-laki dua kali lebih banyak dari

wanita. Kecelakaan sepeda motor yang berhubungan dengan cedera kepala

berat, sering dijumpai pada usia 15-24 tahun, sedangkan pada anak-anak

penyebab tersering karena jatuh dan cedera kepala yang dialami biasanya tidak

begitu berat. (Iskandar, 2002).

2.4.3 Klasifikasi

2.4.3.1 Berdasarkankan keparahannya cedera kepala dibagi menjadi :

1. Cedera kepala ringan

Penderita sadar dan orientasi baik tanpa kelainan neurologis yang berarti

(GCS 14-15). Mungkin terdapat sakit kepala, mual, muntah, dapat juga terjadi

post traumatik amnesia (suatu keadaan dimana pasien lupa akan kejadian

setelah suatu cedera kepala) (Iskandar, 2002).

Indikasi rawat pasien cedera kepala ringan :

a. Post traumatik amnesia lebih dari 1 jam.

b. Riwayat pingsan lebih dari 15 menit.

c. Pada observasi terjadi penurunan kesadaran

d. Sakit kepala yang tidak dapat diatasi dengan analgesik biasa

e. Disertai intoksikasi alkohol maupun obat-obatan.

f. Disertai fraktur tulang kepala

g. Adanya trauma penyerta

Page 37: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

h. Terdapat kelainan pada pemeriksaan CT Scan kepala.

2. Cedera kepala sedang

Pasien terlihat gelisah atau mengantuk, kadang - kadang masih dapat

mengikuti perintah sederhana, dengan atau tanpa defisit neurologis (GCS 9 -13).

Penanganan :

Di unit gawat darurat rumah sakit para penderita harus menjalani primary

survey yang sesuai mencakup :

a. Airway dengan kontrol C Spine

b. Breathing dengan ventilasi yang adekuat

c. Circulation dengan kontrol terhadap perdarahan

d. Disability dengan pemeriksaan neurologis

e. Exposure dengan pencegahan hipotermia

Pada setiap tahap ini secara stimultan akan dilakukan upaya resusitasi

yang adekuat. Setelah pasien stabil, akan dilakukan secondary survey untuk

merencanakan tindakan definitif, jika pasien tidak membutuhkan tindakan

tindakan operasi, maka pasien dirawat diruangan. Selama perawatan diruangan :

a. Dilakukan pemeriksaan neurologis setiap ½ jam untuk 6 jam pertama,

setiap1 jam untuk 6 jam kedua, dan setiap 2 jam untuk seterusnya.

Setelah 24 jam penderita dievaluasi setiap 4 jam sampai penderita sadar

penuh.

b. Follow up CT-Scan dilakukan pada hari ketiga atau bila ditemukan

gangguan neurologis.

Page 38: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

c. Sedapat mungkin dipasang monitor tekanan intrakranial jika ada indikasi

kuat.

d. Setelah pasien pulang, kontrol 2 minggu, 3 bulan, 6 bulan, dan kalau

perlu satu tahun setelah cedera. Pertahankan istirahat baring tanpa

bantal selama 1-2 minggu dan obat-obatan diteruskan sesuai kebutuhan.

( http://puskesmaspalaran.wordpress.com).

3. Cedera kepala berat

Pasien tidak dapat lagi mengikuti perintah sederhana, karena kesadaran

yang menurun, dengan atau tanpa defisit neurologis ( GCS ≤ 8).

a. Bebaskan jalan napas dan berikan bantuan nafas bila perlu.

Bersihkan jalan nafas, lakukan chin lift dan jaw thrust manuver

Indikasi intubasi karena :

- Tidak mampu mempertahankan ventilasi yang adekuat

- Reflek batuk yang buruk sehubungan dengan penurunan

kesadaran.

Jika usaha nafas dinilai kurang, dapat di bantu dengan ventilator.

b. Sejalan dengan tindakan pembebasan jalan napas, lakukan stabilitas

cervikal.

Perlakukan semua pasien cedera kepala sebagaimana pada cedera

cervical, sampai terbukti negatif pada pemeriksaan lebih lanjut.

c. Segera mulai resusitasi cairan

Paling baik dengan normal salin (osmolaritas 308

mOsm/L), kecuali pada pasien hipovolemik syok dan dehidrasi berat,

dapat diberikan lebih dulu ringer laktat.

Pertahankan euvolemik sampai hypervolemik ringan.

Page 39: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

d. Nilai tingkat kesadaran penderita, apakah ada tanda-tanda lateralisasi.

e. Tentukan dan stabilisasi cedera ekstrakranial

f. Cegah dan atasi secondary insult, seperti :

2.4.3.2 Berdasarkan Morfologinya dibagi menjadi :

1. Fraktur tulang tengkorak

Fraktur tulang tengkorak adalah rusaknya kontinuitas tulang tengkorak

disebabkan oleh trauma. Ini dapat terjadi dengan atau tanpa kerusakan otak.

Adanya fraktur tulang tengkorak biasanya dapat menimbulkan dampak tekanan

yang kuat (Brunner & Suddarth, 2002 : 2210).

Fraktur tulang tengkorak terjadi dalam berbagai bentuk. Fraktur linier

merupakan hal yang paling banyak terjadi disebabkan oleh pemberian kekuatan

melebihi luas area secara realtif dari tengkorak. Fraktur tengkorak basiler

mungkin terbatas hanya pada dasar tengkorak atau terjadi berkaitan dengan

fraktur tulang cranial, seperti bagian tulang frontal atau temporal.

Patah tulang tengkorak merupakan suatu retakan pada tulang tengkorak.

Patah tulang tengkorak bisa melukai arteri dan vena, yang kemudian

mengalirkan darahnya ke dalam rongga di sekeliling jaringan otak. Patah tulang

di dasar tengkorak bisa merobek meningens (selaput otak). Cairan serebrospinal

Hipotensi

Hipoksia

Cerebral iskemik

TIK

Vasospasme

Kejang

Hipertermia

Hipo - osmolaritas

Koagulapathy

Page 40: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

(cairan yang beredar diantara otak dan meningens) bisa merembes ke hidung

atau telinga. (www.medicastore.com).

2. Lesi Intra Kranial

Hematoma epidural

Hematoma epidural adalah suatu akumulasi darah pada ruang antara

tulang tengkorak bagian dalam dan lapisan meningen paling luar dura. Hal ini

terjadi karena patah tulang tengkorak telah merobek arteri. Darah di dalam arteri

memiliki tekanan lebih tinggi sehingga lebih cepat memancar. Tanda dan gejala

klasik terdiri dari penurunan kesadaran ringan pada waktu terjadi benturan

dengan pemulihan secara perlahan-lahan. Selanjutnya bisa terjadi peningkatan

kebingungan, rasa ngantuk, kelumpuhan, pingsan dan koma ( Hudak, 1996).

Diagnosis dini sangat penting dan biasanya tergantung kepada CT Scan

darurat. Hematoma epidural diatasi sesegera mungkin dengan membuat lubang

di dalam tulang tengkorak untuk mengalirkan kelebihan darah, juga dilakukan

pencarian dan penyumbatan sumber perdarahan. (www.medicastore.com).

Hematoma subdural.

Hematoma subdural adalah pengumpulan darah diantara dura dan dasar

otak. Hematoma subdural sering terjadi pada vena dan merupakan akibat

putusnya pembuluh darah kecil yang menjembatani ruang subdural.

(Brunner&Suddarth, 2002 : 2212).

Hasil pemeriksaan CT Scan dan MRI bisa menunjukkan adanya

genangan darah. Pasien dengan hematoma subdural akut menunjukkan gejala

dalam 24 jam sampai 48 jam setelah cedera. Manifestasi ini dari perluasan lesi

dan peningkatan TIK dengan cepat memerlukan intervensi darurat. Gejala umum

Page 41: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

meliputi sakit kepala, letargi, kacau mental, kejang, dan kadang-kadang disfasia.

(Hudak, 1996 : 228-229).

Intraserebral hematoma

Intraserebral hematoma adalah perdarahan ke dalam substansi otak.

Hemoragi ini biasanya terjadi pada cedera kepala dimana tekanan mendesak ke

kepala sampai daerah kecil (cedera peluru, cedera tumpul). Pada perdarahan

intraserebral bisa terjadi defisit neurologik yang diikuti oleh sakit kepala (Brunner

& Suddarth, 2002 : 2213).

2.4.4 Penatalaksanaan

Individu dengan cedera kepala diasumsikan mengalami cedera medula

servikal. Oleh karenanya terdapat tata cara tertentu untuk penanganannya,yaitu :

1. Dari tempat cedera , pasien dipindahkan dengan papan dimana kepala

dan leher dipertahankan sejajar

2. Traksi ringan harus dipertahankan pada kepala

3. Kolar servikal dipasang dan dipertahankan sampai pemeriksaan sinar X

medula servikal didapatkan (Brunner & Suddarth, 2002).

2.4.5 Klasifikasi tingkat kesadaran

Tingkat kesadaran atau responsivitas dikaji secara teratur karena

perubahan pada tingkat kesadaran mendahului semua perubahan tanda vital dan

neurologik lain.

a. Kompos mentis (GCS 14 -15)

Suatu keadaan sadar penuh atau kesadaran yang normal

Page 42: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

b. Somnolent (GCS 13 -11)

Suatu keadaan mengantuk dan kesadaran dapat pulih penuh bila dirangsang.

Somnolen disebut juga letargi atau obtundasi. Somnolen ditandai dengan

mudahnya klien dibangunkan, mampu memberi jawaban verbal dan

menangkis rangsang nyeri.

c. Sopor atau Stupor (GCS 8 -10)

Suatu keadan dengan rasa ngantuk yang dalam. Klien masih dapat

dibangunkan dengan rangsang yang kuat, singkat dan masih terlihat gerakan

spontan. Dengan rangsang nyeri klien tidak dapat dibangunkan sempurna.

Reaksi terhadap perintah tidak konsisten dan samar. Tidak dapat diperoleh

jawaban verbal dari klien. Gerak motorik untuk menangkis rangsang nyeri

masih baik.

d. Koma ringan atau semi koma (GCS 5 -7)

Pada keadaan ini, tidak ada respon terhadap rangsang verbal. Reflek

(kornea, pupil dan sebagainya) masih baik. Gerakan terutama timbul sebagai

respon terhadap rangsang nyeri. Reaksi terhadap rangsang nyeri tidak

terorganisasi, merupakan jawaban primitif. Klien sama sekali tidak dapat

dibangunkan.

e. Koma (dalam atau komplit) (GCS 3 - 4)

Tidak ada gerakan spontan. Tidak ada jawaban sama sekali terhadap

rangsang nyeri yang bagaimanapun kuatnya. (Lumbatobing, 1998).

Untuk melihat tingkat kesadaran klien digunakan Glasgow Coma Scale

(GCS), yaitu suatu skala untuk menilai secara kuantitatif tingkat kesadaran

seseorang dan kelainan neurologis yang terjadi. Ada tiga aspek yang dinilai, yaitu

reaksi membuka mata (eye opening), reaksi berbicara (verbal respons), dan

Page 43: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

reaksi gerakan lengan serta tungkai (motor respons). (www.temp.co.id/medika

/arsip/072002/pus-1.htm).

GLASGOW COMA SCALE (GCS)

Respon Nilaia. Membuka mata

Spontan Terhadap bicara

(Suruh pasien membuka mata) Dengan rangsang nyeri

(Tekan pada saraf supraorbita atau kuku) Tidak ada reaksi

(Dengan rangsang nyeri pasien tidak membuka mata)

43

2

1

b. Respon verbal (bicara) Baik dan tidak ada disorientasi

(Dapat menjawab dengan kalimat yang baik dan tahu dimana ia berada)

Kacau (confused)(Dapat bicara dengan kalimat, namun ada disorientasi waktu dan tempat)

Tidak tepat(Dapat mengucapkan kata-kata, namun tidak berupa kalimat dan tidak tepat)

Mengerang(Tidak mengucapkan kata, hanya suara mengerang)

Tidak ada jawaban

5

4

3

2

1c. Respon motorik (gerakan)

Menurut perintah(Misalnya : suruh pasien angkat tangan)

Mengetahui lokasi nyeri(Berikan rangsang nyeri, misalnya menekan dengan jari pada supraorbita. Bila oleh rasa nyeri pasien mengangkat tangannya sampai melewati dagu untuk maksud menapis rangsang tersebut berarti ia dapat mengetahui lokasi nyeri)

Reaksi menghindar Reaksi Fleksi (dekortikasi)

(Berikan rangsang nyeri, misalnya menekan dengan objek keras, seperti bolpoint, pada jari kuku. Bila sebagai jawaban siku memfleksi, terdapat reaksi fleksi terhadap nyeri (fleksi pada pergelangan tangan mungkin ada atau tidak ada)

Reaksi ekstensi (deserebrasi)(Dengan rangsang nyeri tersebut diatas terjadi ekstensi pada siku. Ini selalu disertai fleksi spastik

6

5

43

2

Page 44: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

pada pergelangan tangan) Tidak ada reaksi 1

(Lumbatobing, 1998).

Tabel 1. Glasgow Coma Scale (GCS)

2.4.6 Perawatan Pasien Cedera Kepala Di Ruang Perawatan

Dokter dan paramedis yang bertugas di ruangan harus memahami,

bahwa observasi terhadap penderita cedera kepala ringan-sedang di rungan

sangat penting. Observasi terutama di tujukan untuk menilai adanya perubahan

yang menandakan suatu hematoma intrakranial yang berkembang. Namun

jangan dilupakan bahwa penderita cedera kepala sering disertai dengan trauma

yang lain (multiple injury) sehingga observasi hendaknya bersifat menyeluruh.

Obesrvasi terutama dilakukan pada 24 jam pertama sejak trauma atau sampai

GCS mencapai 15. Pasien dengan fraktur cranium sebaiknya diobservasi selama

24 jam. Observasi yang dimaksud sebagai berikut :

a. Tanda vital, antara lain : tekanan darah, nadi, frekuensi napas, suhu. Jika

terjadi peningkatan tekanan darah yang disertai dengan penurunan frekuansi

nadi dan GCS, hati-hati dengan proses intrakranial yang berkembang.

Perubahan tersebut bermakna jika perubahan nadi 20x menit dan perubahan

tekanan darah 20mmHg. Perubahan yang demikian ini harus diwaspadai

sebagai ” cushing s phenomena”, yang lain, seperti :

- Sakit kepala yang tidak dapat diatasi dengan analgetik biasa

- Muntah-muntah yang tidak dapat diatasi dengan antiemetik

b. Tanda-tanda neurologis, antara lain :

- GCS, sebaiknya dinilai oleh orang yang sama dan bermakna jika

perubahan GCS 2.

Page 45: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

- Bentuk, ukuran, dan reaksi pupil terhadap cahaya, baik reflek cahaya

langsung maupun tidak langsung.

- Kekuatan motorik, apakah ada tanda-tanda parese atau tidak.

( Iskandar, 2004 : 79).

2.4.7 Perawatan penderita tidak sadar

Penderita tidak sadar membutuhkan lebih banyak perhatian dan

perawatan dalam beberapa hal antara lain :

a. Jalan napas

- Mulut dan gigi harus senantiasa dibersihkan palins sedikit 2 kali sehari

- Jika penderita diintubasi, pipa endotrachea harus dibersihkan secara

rutin, sebaiknya setiap hari.

Jika penderita membutuhkan bantuan napas lebih dari 1 minggu dan

diperkirakan akan membutuhkan dalam waktu cukup lama, maka dilakukan

trakeostomi. Trakeostomi memudahkan untuk perlindungan jalan napas

jangka panjang dan pulmonary toilet lebih mudah. Tetapi harus diingat

trakeostomi mengandung resiko seperti striktur trakea, obtruksi mekanik,

tercabutnya kanul trakea yang sudah terpasang sehingga hal tersebut dapat

menyebabkan obstruksi jalan napas yang tiba-tiba. ( Iskandar, 2004 : 81).

b. Mata

Mata harus dilindungi. Dapat diberikan salep mata atau tetes mata tetrasiklin,

lalu mata ditutupi dengan plester. Hal ini bertujuan untuk menghindari

terjadinya keratitis karena pemaparan yang terus menerus. ( Iskandar, 2004 :

81).

c. Keseimbangan cairan

Page 46: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

Lakukan pengawasan terhadap cairan yang masuk dan keluar, serta

perkiraan IWL (Insenssible Water Loss) yang sesuai dengan keadaan pasien.

( Iskandar, 2004 : 81).

d. Kateter urin

Penggunaan Foley kateter sebaiknya diganti setiap minggu, dilakukan

pemeriksaan urin rutin secara berkala terutama jika penderita demam. Jika

penderita tidak buang air besar setelah seminggu, lakukan klisma.

( Iskandar, 2004 : 81).

e. Nutrisi

Pemberian nutrisi harus sudah dimulai dalam 72 jam pertama sejak

cedera kepala. Jika waktu pengosongan lambung (gastric emptying time)

masih panjang (4 jam) maka sebaiknya diberikan nutrisi perparenteral. Pada

tahap awal nutrisi enteral, dapat diberikan 30 cc/jam melalui NGT atau OGT,

lalu dievaluasi setiap 4 jam, jika terdapat residu lebih dari 125 cc, maka

penderita sementara dipuasakan dan intake kalori sepenuhnya melaluai

perenteral. Tetapi jika pemberian nutrisi enteral ditoleransi dengan baik,

jumlah yang diberikan dapat ditinggalkan 15-25 cc / jam setiap 12-24 jam.

Kalori yang dibutuhkan pada penderita cedera kepala tanpa induksi

koma dapat mencapai 140 % dari kebutuhan energi basal (BEE : basal

energy expenditure), sedangkanpada penderita induksi koma, kebutuhan

energinya mencapai 100 % dari BEE. Komposisi kandungan protein yang

diberikan lebih kurang 15 % dari total kalori yang diberikan ( Iskandar, 2004 :

81).

Page 47: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

f. Bagian tubuh yang mengalami tekanan harus diistirahatkan secara berganti-

ganti, misalnya dengan miring kiri miring kanan, atau dengan menggunakan

handscoon yang diisi air dan diletakkan dibawah bagian tubuh yang

mengalami tekanan misalnya tumit kaki, siku, dan lain-lain. (Iskandar, 2004:

82).

2.4.8. Prognosis.

Cedera kepala bisa menyebabkan kematian atau penderita bisa

mengalami penyembuhan total. Jenis dan beratnya kelainan tergantung kepada

lokasi dan beratnya kerusakan otak yang terjadi. Berbagai fungsi otak dapat

dijalankan oleh beberapa area, sehingga area yang tidak mengalami kerusakan

bisa menggantikan fungsi dari area lainnya yang mengalami kerusakan. Tetapi

semakin tua umur penderita, maka kemampuan otak untuk menggantikan fungsi

satu sama lainnya, semakin berkurang. Kemampuan berbahasa pada anak kecil

dijalankan oleh beberapa area di otak, sedangkan pada dewasa sudah

dipusatkan pada satu area. Jika hemisfer kiri mengalami kerusakan hebat

sebelum usia 8 tahun, maka hemisfer kanan bisa mengambil alih fungsi bahasa.

Kerusakan area bahasa pada masa dewasa lebih cenderung menyebabkan

kelainan yang menetap. Beberapa fungsi (misalnya penglihatan serta pergerakan

lengan dan tungkai) dikendalikan oleh area khusus pada salah satu sisi otak.

Kerusakan pada area ini biasanya menyebabkan kelainan yang menetap.

Dampak dari kerusakan ini bisa diminimalkan dengan menjalani terapi

rehabilitasi. Penderita cedera kepala berat kadang mengalami amnesia dan tidak

dapat mengingat peristiwa sesaat sebelum dan sesudah terjadinya penurunan

kesadaran. Jika kesadaran telah kembali pada minggu pertama, maka biasanya

ingatan penderita akan pulih kembali. (www.medicastore.com).

Page 48: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

2.5 KONSEP KECEMASAN

2.5.1 Definisi Kecemasan

Kecemasan merupakan sinyal yang menyadarkan seseorang, akan

adanya bahaya yang akan mengancam dan kemungkinan seseorang mengambil

tindakan guna mengatasi ancaman tersebut. Secara subyektif, kecemasan

merupakan perasaan yang tidak menyenangkan dan tidak nyaman, sehingga

perasaan tersebut inginnya secepatnya secepat-cepatnya dihalau. Secara

obyektif, kecemasan merupakan suatu pola psikobiologik yang mempunyai

fungsi pemberitahuan (alarm) akan adanya bahaya, sehingga membutuhkan

perencanaan tindakan yang efektif dalam bentuk usaha penyesuaian diri

terhadap trauma psikik, psikis dan juga konflik (Ayub, Sani : OTC DIGEST, 2006)

Kecemasan merupakan respon individu terhadap suatu keadaan yang

tidak menyenangkan dan dialami oleh semua makhluk hidup dalam kehidupan

sehari-hari. Kecemasan merupakan pengalaman subyektif dari individu dan tidak

dapat diobservasi secara langsung serta merupakan suatu keadaan emosi tanpa

obyek yang spesifik. Kecemasan adalah respons emosi tanpa obyek yang

spesifik yang secara subyektif dialami dan dikomunikasikan secara interpersonal.

Kecemasan adalah kebingungan, kekhawatiran pada sesuatu yang akan terjadi

dengan penyebab yang tidak jelas dan dihubungkan dengan perasaan tidak

menentu dan tidak berdaya. (Suliswati, 2005).

Page 49: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

Kecemasan adalah suatu keadaan dimana individu/kelompok mengalami

perasaan yang sulit (ketakutan) dan aktivitas sistem saraf otonom dalam

berespon terhadap ketidakjelasan, ancaman tidak spesifik (Carpenito, 2000).

Kecemasan merupakan satu keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir

disertai dengan gejala somatik yang menandakan suatu kegiatan berlebihan dari

Susunan Saraf Autonomik (SSA) Kecemasan merupakan gejala yang umum

tetapi non- spesifik yang sering merupakan satu fungsi emosi. Kecemasan yang

patologik biasanya merupakan kondisi yang melampaui batas normal terhadap

satu ancaman yang sungguh-sungguh atau mal-adaptif. (Kaplan & Sadock,

1998).

Kecemasan adalah suatu keadaan yang ditandai dengan perasaan

ketakutan yang disertai dengan tanda somatic yang menyatakan terjadinya

hiperaktivitas sistem saraf otonom. Kecemasan adalah gejala yang tidak spesifik

yang sering ditemukan dan sering kali merupakan suatu emosi yang normal

(Kusuma Wijaya, 1997).

Kecemasan dapat meningkatkan atau menurunkan kemampuan

seseorang untuk memberikan perhatian (Perry & Potter, 2005). Kecemasan

berbeda dengan rasa takut, karakteristik rasa takut adalah adanya obyek/sumber

yang spesifik dan dapat diidentifikasikan serta dapat dijelaskan oleh individu.

Rasa takut terbentuk dari proses kognitif yang melibatkan penilaian intelektual

terhadap stimulus yang mengancam. Ketakutan disebabkan oleh hal yang

bersifat fisik dan psikologis (Suliswati, 2005).

2.5.2 Klasifikasi Tingkat Kecemasan

Page 50: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

Kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak

berdaya. Menurut Peplau ( Suliswati, 2005) ada empat tingkat kecemasan yang

dialami oleh individu yaitu :

1. Kecemasan Ringan

Dihubungkan dengan ketegangan yang dialami sehari-hari. Individu

masih waspada serta lapang persepsinya meluas, menajamkan indra. Dapat

memotifasi individu untuk belajar dan mampu memecahkan masalah secara

efektif dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.

2. Kecemasan Sedang

Individu terfokus hanya pada pikiran yang menjadi perhatiannya, terjadi

penyempitan lapangan persepsi, masih dapat melakukan sesuatu dengan

arahan orang lain.

3. Kecemasan Berat

Lapangan persepsi individu sangat sempit. Pusat perhatiannya pada detil

yang kecil (spesifik) dan tidak dapat berfikir tentang hal-hal lain. Seluruh perilaku

dimaksudkan untuk mengurangi kecemasan dan perlu banyak perintah / arahan

untuk terfokus pada area lain.

4. Panik

Individu kehilangan kendali diri dan detil perhatian hilang. Karena

hilangnya kontrol, maka tidak mampu melakukan apapun meskipun dengan

perintah.Terjadi peningkatan aktivitas motorik, berkurangnya kemampuan

berhubungan dengan orang lain, penyimpagan persepsi dan hilangnya pikiran

rasional, tidak mampu berfungsi secara efektif. Biasanya disertai dengan

disorganisasi kepribadian.

Page 51: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

2.5.3 Rentang Respon Kecemasan.

2.5.4 Respon Terhadap Kecemasan

1. Respon Fisiologis.

Tabel 2 . Respon Kecemasan

Sistem Tubuh Respon

Kardiovaskuler PalpitasiJantung berdebarTekanan darah meninggiRasa mau pingsanPingsanTekanan darah menurunDenyut nadi menurun

Pernapasan Napas cepatNapas pendekTekanan pada dadaNapas dangkalPembengkakan pada tenggorokSensasi tercekikTerengah-engah

Neuromuskuler Reflek meningkatReflek kejutanMata berkedip-kedipInsomniaTremorRigiditasGelisahWajah tegangKelemahan umumKaki goyahGerakan yang janggal

Gastrointestinal Kehilangan nafsu makanMenolak makananRasa tidak nyaman pada abdomenMualRasa terbakar pada jantung

Respon adaptif Respon maladatif

Antisipasi Ringan sedang Berat Panik

( Sumber : Stuart & Sundeen, 1998).

Page 52: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

DiareTraktus Urinarius Tidak dapat menahan kencing

Sering berkemihKulit Wajah kemerahan

Berkeringat setempat (telapak tangan)GatalRasa panas dan dingin pada kulitWajah pucatBerkeringat seluruh tubuh

(Sumber : Stuart & sundeen,1998)

2. Respon Psikologis

Kecemasan dapat mempengaruhi aspek interpersonal maupun personal.

Kecemasan tinggi akan mempengaruhi koordinasi dan gerak reflek. Kesulitan

mendengarkan akan mengganggu hubungan dengan orang lain. Kecemasan

dapat membuat individu menarik diri dan menurunkan katerlibatan dengan orang

lain. (Suliswati, 2005).

3. Respon Kognitif

Kecemasan dapat mempengaruhi kemampuan berfikir baik proses pikir

maupun isi pikir, diantaranya adalah tidak mampu memperhatikan, konsentrasi

menurun, mudah lupa, menurunya lapangan persepsi, bingung. (Suliswati,

2005).

4. Respon Afektif

Secara afektif klien akan mengekspresikan dalam bentuk kebingungan

dan curiga terhadap kecemasan. (Suliswati, 2005).

2.5.5 Faktor Predisposisi

1. Teori Psikoanalitik

Dalam pandangan psikoanalitik kecemasan adalah konflik emosional

yang terjadi antara dua elemen kepribadian yaitu id dan superego. Id mewakili

dorongan insting dan impuls primitif seseorang, sedangkan superego

Page 53: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma

budaya seseorang, ego atau aku berfungsi menengahi tuntutan-tuntutan dari dua

elemen yang bertentangan tersebut, dan fungsi kecemasan adalah

mengingatkan ego tentang sesuatu bahaya yang perlu dihindari.

2. Teori interpersonal

Menurut pandangan interpersonal kecemasan timbul dari perasaan takut

terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal. Kecemasan

juga berhubungan dengan trauma pada masa pertumbuhan seperti perpisahan

dan kehilangan menyebabkan seseorang tidak berdaya. Orang dengan harga diri

rendah biasanya sangat mudah untuk mengalami kecemasan berat.

3. Teori Perilaku

Menurut pandangan perilaku kecemasan merupakan produk frustasi

untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pakar perilaku lain menganggap

kecemasan sebagai suatu dorongan untuk belajar berdasarkan keinginan dari

dalam untuk menghindari kepedihan. Pakar tentang pembelajaran meyakini

bahwa individu yang terbiasa dalam kehidupan dirinya diharapkan pada

ketakutan yang berlebihan lebih sering menunjukkan kecemasan pada

kehidupan selanjutnya.

4. Teori Keluarga

Kajian keluarga menunjukkan gangguan kecemasan merupakan hal yang

biasa ditemui dalam suatu keluarga. Ada tumpang tindih antara gangguan

kecemasan dan depresi.

5. Teori Biologik

Kajian biologi menenjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus

untuk biodiazepines. Reseptor ini mungkin membantu mengatur kecemasan.

Page 54: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

Penghambat asam amino Butirik Gamma Neuroregulator (GABA) juga mungkin

memainkan peranan utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan

kecemasan, sebagaimana halnya dengan endorphin. Selain itu, telah dibuktikan

bahwa kesehatan umum seseorang mempunyai akibat nyata sebagai faktor

predisposisi terhadap kecemasan. Kecemasan mungkin disertai dengan

gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk

mengatasi stresor (Stuart &sundeen,1998).

2.5.6 Menurut Carpenito (2000) faktor–faktor yang mempengaruhi

kecemasan adalah :

1. Situasi (personal, lingkungan )

Berhubungan dengan nyata/merasa terganggu pada integritas biologis

sekunder terhadap serangan, prosedur invasif dan penyakit. Adanya perubahan

nyata/merasakan adanya perubahan lingkungan sekunder terhadap perawatan di

Rumah Sakit.

2. Maturasional

Tingkat maturasi individu akan mempengaruhi tingkat kecemasan. Pada

bayi kecemasan lebih disebabkan karena perpisahan, lingkungan atau orang

yang tidak dikenal dan perubahan hubungan dalam kelompok sebaya.

Kecemasan pada remaja mayoritas disebabkan oleh perkembangan seksual.

Pada dewasa berhubungan dengan ancaman konsep diri, sedangkan pada

lansia kecemasan berhubungan dengan kehilangan fungsi.

3. Tingkat Pendidikan

Bila dilihat dari tingkat pendidikan seseorang semakin tinggi tingkat

pendidikan maka akan semakin mudah dalam memperoleh penyesuaian diri

terhadap stresor. Penyesuaian diri terhadap stresor tersebut erat kaitannya

Page 55: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

dengan pemahaman seseorang terhadap pemberian informasi yang tepat

mengenai stressor. Individu yang berpendidikan tinggi akan mempunyai koping

yang lebih baik dari pada yang berpendidikan rendah sehingga dapat

mengeliminir kecemasan yang terjadi.

4. Karakteristik Stimulus

Intensitas stresor

Lama stresor

Jumlah Stresor

5. Karakteristik Individu

Makna stresor bagi individu

Sumber yang dapat dimanfaatkan dan respon koping

Status kesehatan individu.

2.6 PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TERHADAP PENURUNAN

TINGKAT KECEMASAN KELUARGA PASIEN DENGAN CEDERA

KEPALA.

Penyakit yang tiba – tiba atau trauma merupakan ancaman hemoestasis

psikologik dan fisiologik yang membutuhkan penyembuhan psikologik dan

fisiologik. Ketika klien mengalami penyakit berat dan mendadak, operasi besar,

atau trauma fisik maka keperawatan kesehatan akut menjadi suatu pelayanan

yang penting. Perawatan akut biasanya diberikan dalam ruang kedaruratan, unit

bedah dan unit perawatan intensif di rumah sakit. Cedera kepala merupakan

salah satu kasus yang paling sering dijumpai di ruang gawat darurat rumah sakit,

pada kasus ini biasanya terjadi penurunan kesadaran (Perry Potter, 2005 : 84).

Page 56: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

Keluarga dari pasien tidak sadar bisa saja masuk dalam keadaan kritis

yang tiba–tiba dan menjalani proses ansietas berat, menyangkal, marah,

penyesalan yang dalam, berduka, dan rekonsilasi. Untuk membantu anggota

keluarga memobilisasi kapasitas mereka sendiri, personel keperawatan dapat

menguatkan dan memperjelas informasi tentang kondisi pasien dan

memungkinkan keluarga dilibatkan dalam perawatan. (Brunner & Suddarth, 2002

: 2229). Keluarga harus disiapkan untuk pengalaman mereka dalam unit

perawatan kritis. Kondisi pasien, kewaspadaan, kesadaran dan penampilannya

harus diuraikan dalam istilah yang dapat diterima oleh tingkat pemahaman

keluarga ( Hudak, 1997).

Intervensi yang dilakukan untuk anggota keluarga adalah dengan

memberikan informasi yang jujur dan memberi dukungan yang terus menerus

kepada mereka untuk siap menetapkan tujuan bersama jangka pendek.

Pendidikan kesehatan pada keluarga untuk mengatasi perasaan yang luar biasa

karena kehilangan dan ketidakberdayaan dan memberikan bimbingan untuk

penalaksanaan yang tepat. Dukungan kelompok diberikan untuk memberikan

forum untuk saling berbagi persoalan dan pengalaman, mengembangkan

wawasan, menambah pengetahuan serta memberikan informasi dalam

mempertahankan harapan yang realistik dan yang diharapkan

(Brunner&Suddarth, 2002 :2219).

Pemberian informasi mengenai prosedur akan membantu membentuk

imajinasi realistis atas apa yang harus diantisipasi menghadapi pemeriksaan

atau prosedur yang tidak biasa dijalani yang menyebabkan timbulnya ansietas.

Teknik pemberian informasi diantaranya adalah penyuluhan kesehatan yang

mendorong keluarga untuk meneliti ketersediaan alternatif dan untuk

Page 57: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

memutuskan pilihan mana yang bermanfaat dan sesuai, sehingga mereka dapat

mengembangkan rasa kontrol dan mampu untuk mengatasi stres lebih baik

(Perry Potter, 2005 :209).

Keluarga merupakan bagian vital dalam mengembalikan kesehatan klien

dan membutuhkan informasi yang sama banyaknya dengan klien. Pada keluarga

yang kurang pengetahuan membutuhkan penyuluhan kesehatan yang

difokuskan pada area yang dibutuhkan. Pengetahuan sangat erat kaitannya

dengan pendidikan dimana diharapkan adanya pendidikan maka akan semakin

luas pula pengetahuannya. Keluarga pasien dengan koping tidak efektif yang

berhubungan dengan ketakutan tentang diagnosa medis membutuhkan

penyuluhan sebagai metoda intervensi keperawatan. Penyuluhan merupakan

suatu metoda implementasi yang digunakan untuk menyajikan prinsip, prosedur,

dan teknik yang tepat tentang kondisi pasien (Perry Potter, 2005).

Ketika deskripsi perawat secara akurat sesuai dengan pengalaman

sesungguhnya akan mampu secara lebih efektif mengatasi stress karena

prosedur dan terapi. Pengetahuan terhadap sesuatu akan sedikit menimbulkan

rasa takut daripada tidak tahu apapun (Perry & Potter, 2005 : 359).

Page 58: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

BAB III

KERANGKA TEORI, KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep

- kecelakaan lalu lintas

- jatuh- trauma- dll

- luka - cedera kepala

Ringan

SedangBerat

Penurunan tingkat kesadaran GCS CKS 9-13GCS CKB ≤ 8

Keluarga

- Perubahan peran- Takut- Syok

- Tidak cemas- Cemas Ringan - Cemas

Sedang - Cemas

Berat

Pendidikan kesehatan

- diskusi kelompok

- panel- forum panel- permainan

peran- symposium- demonstrasi

- penyuluhan

Pengetahuan dipengaruhi :Faktor internal:-pengalaman-pendidikan-UmurFaktor eksternal-pengaruh orang

lain yang dianggap penting

-Media masa-kebudayaan-informasi

Page 59: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

Gambar 1. Kerangka Teori, Konsep dan Hipotesis

3.2. Hipotesis

H0 : 1) Tidak ada perbedaan penyuluhan kesehatan terhadap tingkat

pengetahuan keluarga pasien dengan cedera kepala

(sedang-berat).

2). Tidak ada perbedaan penyuluhan kesehatan terhadap

penurunan tingkat kecemasan keluarga pasien dengan

cedera kepala (sedang-berat).

H1 : 1) Ada perbedaan penyuluhan kesehatan terhadap tingkat

pengetahuan keluarga pasien dengan cedera kepala

(sedang-berat).

2). Ada perbedaan penyuluhan kesehatan terhadap penurunan

tingkat kecemasan keluarga pasien dengan cedera kepala

(sedang-berat).

Keterangan : : tidak diteliti

: yang diteliti

: perlakuan

Page 60: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian merupakan hasil akhir dari satu tahap keputusan

yang dibuat oleh peneliti berhubungan dengan bagaimana penelitian tersebut

untuk bisa diterapkan (Nursalam, 2003). Desain penelitian ini menggunakan

metode quasi eksperimen dengan non randomized control group pretest posttest

yaitu desain dengan satu kelompok perlakuan dengan adanya pengukuran awal,

kemudian pemberian perlakuan dan pengukuran setelah pemberian perlakuan

dengan kelompok kontrol ( Sugiyono, 2006).

Penelitian ini terdiri dari dua kelompok yaitu kelompok perlakuan dan

kelompok kontrol. Kelompok perlakuan adalah kelompok yang mendapatkan

perlakuan berupa penyuluhan kesehatan tentang cedera kepala. Dan kelompok

kontrol yaitu kelompok yang tidak mendapatkan perlakuan.

Pola penelitian ini adalah : P : O1 X O2

K : O3 O4

Page 61: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

Ketrangan : P : kelompok perlakuan

K : kelompok kontrol

O1 : observasi sebelum perlakuan pada kelompok perlakuan

O2 : observasi sesudah perlakuan pada kelompok perlakuan

O3 : observasi kelompok kontrol

O4 : observasi kelompok kontrol

X : perlakuan.

4.1.1 Alur Kerja

Populasi: keluarga pasien cedera kepala (sedang – berat) di ruang 13 (akut) RSSA Malang.

Pengambilan sampel: purposif sampling

Identifikasi variabel independent

Penurunan tingkat kecemasan keluarga

Per test tingkat pengetahuan dan tingkat kecemasan

Tidak diberi penyuluhan kesehatan

Observasi : Quasi eksperimen

Penyuluhan kesehatan pada keluarga pasien dengan

cedera kepala (sedang-berat)

Pre test tingkat pengetahuan dan tingkat kecemasan

Kelompok PerlakuanKelompok Kontrol

Identifikasi variabel dependen

Pemberian Penyuluhan kesehatan

Post test tingkat pengetahuan dan tingkat kecemasan

Post test tingkat pengetahuan dan tingkat kecemasan

Page 62: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2002 : 108).

Pada penelitian ini populasinya adalah semua klien dengan cedera kepala dan

keluarganya di ruang 13 (Akut) RSU Dr. Saiful Anwar Malang. Dari data

didapatkan populasi pasien cedera kepala sedang-berat yang masuk ruang 13

(Akut) RSU Dr.Saiful Anwar Malang pada bulan Januari sampai Agustus 2007

sebanyak 264 orang.

4.2.2 Sampel dan Sampling

4.2.2.1 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang akan dilakukan penelitian

(Arikunto, 2002 : 109). Sampel pada penelitian ini adalah anggota keluarga

pasien dengan cedera kepala sedang-berat yang sesuai dengan kriteria inklusi

di ruang 13 (Akut) RSU Dr. Saiful Anwar Malang.

4.2.2.2 Sampling

Sampling adalah proses menyeleksi populasi yang dapat mewakili

populasi yang ada (Nursalam, 2003 : 95). Teknik sampling merupakan cara yang

Pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap penurunan tingkat kecemasan keluarga pasien dengan cedera kepala (sedang-berat).

Penyajian

Kesimpulan

Gambar 2. Alur Kerja

Page 63: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

ditempuh dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-

benar sesuai dengan keseluruhan subyek penelitian.

Pada penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling yaitu teknik

penetapan sampel dengan cara memilih diantara populasi sesuai dengan yang

dikehendaki oleh peneliti ( tujuan/masalah dalam penelitian ), sehingga sample

tersebut dapat mewakili populasi yang telah dikenal sebelumnya. ( Nursalam,

2003 : 98). Pada pengambilan sampel peneliti mengambil sampel yaitu yang

sesuai dengan kriteria inklusi.

4.2.2.3 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

4.2.2.3.1 Dalam penelitian ini yang menjadi kriteria inklusi yaitu :

Data klien

1. Klien cedera kepala sedang-berat di ruang 13

(Akut) RSU Dr. Saiful Anwar Malang.

2. Klien cedera kepala sedang-berat dengan

penurunan kesadaran

Data sampel atau

keluarga

1. Keluarga klien yang menanggung klien yang mengalami cedera kepala

sedang-berat

2. Keluarga klien yang paling berpengaruh pada klien dengan cedera kepala

sedang-berat (orang tua, suami/istri,anak, saudara/saudari).

3. Keluarga klien cedera kepala yang bersedia menjadi responden

penelitian.

4.2.2.3.2 Dalam penelitian ini yang menjadi kriteria eksklusi yaitu :

1. Usia klien.

Page 64: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

2. Klien pindah ruangan

Dari data yang didapatkan dari hasil wawancara dengan perawat ruang 13

didapatkan kriteria pasien pindah ruangan adalah sebagai berikut :

a. Keadaan Airway, Breathing, Circulation sudah stabil .

b. Klien dengan keadaan hemodinamik sudah stabil, walaupun tanpa

kenaikan GCS, yaitu : - Tekanan darah 100/90 - 120/80 mmHg

- Suhu 36,5 0 C – 37 0 C

- Respirasi rate 15-24 x / menit

- Nadi normal (70-85 x / menit).

3. Keluarga klien yang tidak mengalami kecemasan.

4. Keluarga klien cedera kepala yang tidak bersedia menjadi responden.

4.3 Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat 2 variabel yaitu :

1. Variabel Independen (bebas) : Pengaruh penyuluhan kesehatan

2. Variabel Dependen (tergantung) : Kecemasan keluarga.

4.4 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di ruang 13 (Akut) RSU Dr. Saiful Anwar Malang

pada tanggal 2 sampai 10 Januari 2008.

4.5 Bahan dan Alat/ Instrument Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan alat/instrumen kuisioner dan

observasi data medis tingkat kesadaran klien yaitu dengan GCS (Glasgow Coma

Scale).

Page 65: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

4.6 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional

Parameter Alat Ukur Skala Skor

1 Variabel IndependenPengaruh penyuluhan kesehatan pada keluarga dengan klien cedera kepala (sedang-berat)

1. memberikan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak hanya sadar,tahu,da mengerti tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan.

2. Hasil pemeriksaan

Penyuluhan kesehatan keluarga dengan klien cedera kepala dengan kriteria hasil: baik, cukup, kurang, tidak baik.

Ceramah / penyuluhan(Kuisioner) dan data GCS

Ordinal Untuk hasil kuisionernya : benar = 1Salah = 0Kemudian diprosentase dengan interpretasi Baik:76-100%Cukup:56-75%Kurang:40-55%Tidak baik<40%Kemudian dikode :tidak baik=1kurang=2cukup =3baik=4

Untuk observasinya

Page 66: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

catatan medis tentang cedera kepala sedang-berat yaitu GCS (Glasgow Coma Scale)

catatan medis diinterpretasikan:Sedang:GCS 9-13Berat:GCS ≤8

2 Variabel dependenTingkat kecemasan keluarga

Kebingungan, kekhawatiran pada sesuatu yang akan terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya.

Tingkat kecemasan keluarga dengan kriteria :-Tidak cemas

-Cemas ringan

-Cemas sedang

-Cemas berat

Kuisioner HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale)

Ordinal Tidak ada cemas : < 6Ringan : 6-14Sedang :15-27Berat : > 27Kemudian dikode ;-Tidak

cemas=1-Cemas

ringan=2-Cemas

sedang=3-Cemas

berat=4Tabel. 2 Definisi Operasional

4.7 Prosedur penelitian / Pengumpulan data

Pengumpulan data adalah proses pendekatan kepada subyek dan proses

pengumpulan karakteristik subyek yang diperlukan dalam suatu penelitian

(Nursalam, 2003).

Pada penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan untuk

metode ceramah / penyuluhan adalah dengan menggunakan kuisioner yang

diberikan sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan kesehatan. Sedangkan

observasi untuk tingkat kecemasan dengan memberikan standart kuisioner

HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale) kepada keluarga klien untuk diisi dengan

memberikan tanda chek ( ) sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan

kesehatan. Sebelum dilakukan pengumpulan data, peneliti menawarkan kepada

responden yaitu keluarga tentang ketersediannya menjadi responden. Kemudian

diberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan dilakukan penelitian.

Page 67: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

Selain itu peneiti juga memperoleh data dari pemeriksaan medis klien

(data sekunder). Pengumpulan data ini bersumber dari catatan medis yang telah

ada pada catatan medis klien. Pada penelitian ini data sekunder diperoleh dari

hasil dokumentasi medis tentang tingkat kesadaran klien yaitu GCS (Glasgow

Coma Scala) klien.

Setelah data terkumpul, kemudian dilakukan koding yaitu dengan

memberi tanda untuk memudahkan peneliti dalam mengenali datanya dan

kemudian ditabulasi untuk mempermudah pengolahan datanya. Kemudian

dianalisa dalam komputer menggunakan SPSS for Windows 12.

4.7.1 Uji Validitas dan Uji Reabilitas

4.7.1.1 Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat

kevalidan atau sesuatu kesalahan sesuatu instrumen. Suatu instrumen yang

valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang

valid berarti memiliki validitas rendah.

4.7.1.2 Uji Reabilitas

Menunjukkan pada pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen

cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena

instument tersebut sudah baik.

4.8 Analisa Data

Teknik analisa yang digunakan peneliti adalah Uji bertanda Wilcoxon

Match Pairs Test , yaitu uji yang di gunakan untuk menguji hipotesis komparatif

Page 68: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

dua sampel yang datanya berbentuk ordinal (Sugiono, 2006) dan Uji Mann-

Whitney.

1. Uji Wilcoxon

Uji Wilcoxon merupakan salah satu alat uji dua sampel berpasangan

(diberikan dua perlakuan yang berbeda) yang digunakan untuk mengetahui

terdapat perbedaan antara dua buah sampel berpasangan yang diteliti. (Santoso,

S : 2003; 118).

Proses perhitungan Wilcoxon adalah sebagai berikut:

a. Kedua data dari kelompok pre dan post , kemudian diurutkan dari

yang terkecil sampai yang terbesar (Wilcoxon menggunakan rangking dari

selisih data).

NEGATIVE DIFFERENCES atau selisih antara pre test dan

post test yang bernilai negatif, dalam artian angka “post test” lebih kecil

dari “pre test”.

POSITIVE DIFFERENCES atau selisih antara pre dan post

yang bernilai positif, dalam artian angka “post test” lebih besar dari “pre

test”.

TIES atau data pre test dan post test yang bernilai sama.

Mean Rank atau rata-rata nilai yang positif saja.

b. Angka sama yang menghasilkan selisih bernilai 0, dibuang dan

tidak diikutsertakan dalam pengujian.

c. Menghitung nilai Z berdasarkan nilai U, dengan menggunakan

rumus:

Page 69: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

Dimana:

T= selisih nilai terkecil

N =jumlah sampel

Dimana nilai Z hitung tersebut akan dibandingkan dengan Z tabel.

d. Hipotesis:

Ho : Tidak ada perbedaan diantara dua kondisi yang dibandingkan (pre

dan post).

H1 : Ada perbedaan diantara dua kondisi yang dibandingkan (pre dan

post).

e. Proses pengambilan keputusan:

Untuk tingkat kepercayaan 95% (α=0.05) dan uji dua sisi, ketentuannya

apabila Z hitung < Ztabel dengan nilai probabilitas Wilcoxon (signifikansi atau

nilai P) > alpha 0.05, maka Ho diterima, artinya tidak ada perbedaan

diantara dua kondisi yang dibandingkan (pre dan post). Sebaliknya jika Z

hitung > Z tabel dengan nilai probabilitas Wilcoxon (signifikansi atau nilai P) <

alpha 0.05, maka Ho ditolak, artinya ada perbedaan diantara dua kondisi

yang dibandingkan (pre test dan post test).

2. Uji Mann-Whitney

Uji Mann-Whitney merupakan salah satu alat uji dua sampel bebas yang

digunakan dalam praktek untuk mengetahui terdapat perbedaan antara dua buah

sampel bebas yang diamati. “Bebas” atau independen berarti dua sampel

tersebut tidak tergantung satu dengan yang lain. (Santoso, 2003; 118).

Proses perhitungan Mann-Whitney adalah sebagai berikut:

Kedua data dari kelompok Kontrol dan Perlakuan digabung,

kemudian diurutkan dari yang terkecil sampai yang terbesar.

Page 70: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

Memberikan rangking dari urutan yang telah dibuat tersebut.

Rangking dengan angka yang sama dilakukan dengan nilai rata-rata.

Setelah itu dilakukan penjumlahan angka rangking untuk kelompok

kontrol dan Perlakuan yang sama berdasarkan nomor rangking yang telah

didapat.

Kemudian mencari nilai “U” untuk masing-masing variabel pada

kelompok Kontrol dan Perlakuan dengan rumus:

dimana:

n1 = jumlah variabel kelompok KONTROL

n2 = jumlah variabel kelompok Perlakuan

Rx = jumlah rangking suatu variabel

x = kode variabel

Menghitung nilai Z berdasarkan nilai U, dengan menggunakan rumus:

Dimana nilai Z hitung tersebut akan dibandingkan dengan Z tabel.

Hipotesis:

Ho : Tidak ada perbedaan PENKES dan Kecemasan antara kelompok

KONTROL dan Perlakuan.

H1 : Ada perbedaan PENKES dan Kecemasan antara kelompok

KONTROL dan Perlakuan.

Page 71: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

Proses pengambilan keputusan:

Untuk tingkat kepercayaan 95% (α=0.05) dan uji dua sisi, ketentuannya

apabila Z hitung < Z tabel dengan nilai probabilitas Mann-Whitney (signifikansi

atau nilai p) > alpha 0.05, maka Ho diterima, artinya tidak ada perbedaan

PENKES dan Kecemasan antara kelompok KONTROL dan Perlakuan.

Sebaliknya jika Z hitung > Z tabel dengan nilai probabilitas Mann-Whitney

(signifikansi atau nilai p) < alpha 0.05, maka Ho ditolak, artinya ada

perbedaan PENKES dan Kecemasan antara kelompok KONTROL dan

Perlakuan.

Untuk memberi nilai pada variabel independen diperoleh perhitungan

sebagai berikut :

Semua data yang terkumpul melalui kuesioner kemudian ditabulasi dan

dikelompokkan sesuai variabelnya. Pengolahan datanya dengan cara pemberian

skore 1 pada jawaban benar dan skore 0 untuk jawaban salah, hal ini berlaku

untuk semua jawaban kemudian dilakukan penilaian dengan menjumlah skore

yang didapat dan dibandingkan dengan skore tertinggi, lalu dikalikan 100%

( Arikonto, 1998 ).

Rumus yang digunakan :

Keterangan :

N : Nilai yang didapat

Sp : Skore yang didapat

SpN = X 100% Sm

Page 72: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

Sm : Skore maksimal

Hasil prosentase dari setiap variabel diinterpretasikan dengan kriteria

sebagai berikut :

76 – 100% : Baik

56 – 75% : Cukup

41 – 55% : Kurang

< 41% : Tidak baik

( Arikunto, 1998: 246 )

Untuk memberi nilai pada variabel dependen diperoleh perhitungan

sebagai berikut :

Instrumen mengukur skala kecemasan adalah Hamilton Anxiety Rating

Scale (HARS) yaitu mengukur aspek kognitif dan afektif yang meliputi (Nursalam,

2003):

1) Perasaan cemas, ditandai dengan :

Firasat buruk

Takut akan pikiran sendiri

Mudah tersinggung

2) Ketegangan yang ditandai oleh :

Merasa tegang

Lesu

Tidak dapat istirahat tenang

Mudah terkejut

Mudah menangis

Gemetar

Page 73: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

3) Ketakutan ditandai oleh :

Ketakutan pada gelap

Ketakutan ditinggal sendiri

Ketakutan pada orang asing

Ketakutan pada binatang besar

Ketakutan pada keramaian lalu lintas

Ketakutan pada kerumunan orang banyak

4) Gangguan tidur ditandai oleh :

Sukar memulaiss tidur

Terbangun malam hari

Tidak pulas

Mimpi buruk

Mimpi yang menakutkan

5) Gangguan kecerdasan ditandai oleh :

Sukar konsentrasi

Daya ingat buruk

Sering bingung

6) Perasaan depresi ditandai oleh :

Kehilangan minat

Sedih

Bangun dini hari

Kurangnya kesenangan pada hobi

Perasaan berubah sepanjang hari

7) Gejala somatik ditandai oleh :

Page 74: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

Nyeri pada otot

Kaku

Kedutan otot

Gigi gemeretak

Suara tidak stabil

8) Gejala Sensorik ditandai oleh :

Telinga berdenging

Penglihatan kabur

Muka merah dan pucat

Merasa lemah

Perasaan ditusuk-tusuk

9) Gejala Kardiovaskuler ditandai oleh :

Denyut nadi cepat

Berdebar-debar

Nyeri dada

Denyut nadi mengeras

Rasa lemas seperti mau pingsan

Detak jantung hilang sekejap

10) Gejala pernafasan ditandai oleh :

Rasa tertekan atau sempit di dada

Perasaan tercekik

Merasa nafas pendek/ sesak

Sering menarik nafas panjang

11) Gejala Gastrointestinal ditandai oleh :

Sulit menelan

Page 75: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

Mual muntah

Berat badan menurun

Sulit buang air besar

Perut melilit

Gangguan pencernaan

Rasa panas di perut

Nyeri lambung sebelum / sesudah makan

Perut terasa kembung atau penuh

12) Gejala Urogenital ditandai oleh :

Sering kencing

Tidak dapat menahan kencing

Menstruasi tidak teratur

Frigiditas

13) Gejala Otonom ditandai oleh :

Mulut kering

Muka merah kering

Mudah berkeringat

Pusing, sakit kepala

Bulu - bulu berdiri

14) Perilaku sewaktu wawancara, ditandai oleh :

Gelisah

Tidak terang

Mengerutkan dahi atau kening

Tonus / ketegangan otot meningkat

Page 76: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

Nafas pendek dan cepat

Muka merah

Cara penilaian :

- Skor 0 (tidak ada gejala sama sekali)

- Skor 1 (1 dari gejala yang ada)

- Skor 2 (separuh dari gejala yang ada)

- Skor 3 (lebih dari separuh gejala yang ada)

- Skor 4 (Semua gejala ada)

Penilaian hasil yaitu dengan menjumlahkan nilai skor item 1 sampai

dengan 14 dengan ketentuan sebagai berikut :

- Skor kurang dari 6 = tidak ada kecemasan

- Skor 6 sampai dengan 14 = kecemasan ringan

- Skor 15 sampai dengan 27 = kecemasan sedang

- Skor lebih dari 27 = kecemasan berat

4.9 Penyajian data

Hasil penelitian akan disajikan dalam bentuk tabel dan diagram batang

lalu diimplementasikan.

4.10 Etika Penelitian

4.10.1 Informed Concent

Sebelum pelaksanaan penelitian, responden akan mendapatkan

informasi tentang tujuan penelitian yang akan dilaksankan. (Nursalam, 2003).

4.10.2 Anonimity ( Tanpa Nama)

Yaitu dengan menjelaskan bentuk alat ukur dengan tidak perlu

mencantumkan nama pada lembaga pengumpulan data. (Nursalam, 2003).

Page 77: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

4.10.3 Confidentiality (Kerahasiaan)

Yaitu dengan menjelaskan masalah - masalah responden yang harus

dirahasiakan dalam penelitian. Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan

dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan

dilaporkan pada hasil riset. (Nursalam, 2003).

4.10.4 Righ to Self Detemination (hak untuk tidak ikut menjadi responden)

Yaitu responden diminta jadi responden partisipan dalam penelitian ini

dan apabila responden setuju, responden dipersilahkan menandatangani surat

persetujuan. Adapun penandatangannan responden dalam keadaan tenang,

cukup waktu untuk berfikir dan memahaminya. (Nursalam, 2003).

BAB V

HASIL DAN ANALISA DATA

5.1 Hasil penelitian

Pada penelitian ini responden yang terjangkau sebanyak 30 responden,

dikarenakan adanya keterbatasan waktu pada saat penelitian. Di dalam hasil

penelitian ini akan diuraikan tentang gambaran umum lokasi penelitian,

karakteristik responden dan pengelolaan keluarga klien cedera kepala , yaitu

sebagai berikut :

Page 78: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

5.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di ruang 13 (Akut) RSU Dr.Saiful Anwar Malang.

Jumlah responden adalah salah satu anggota keluarga klien cedera kepala

sedang-berat yang sesuai dengan kriteria inklusi saat pengambilan data pada

tanggal 2 – 10 Januari 2008 berjumlah 30 responden. Dimana 30 responden

terbagi dalam 2 kelompok yaitu 1). Kelompok kontrol (kelompok yang tidak

diberikan penyuluhan kesehatan tentang cedera kepala yang terdiri dari pre test

dan post test, 2). Kelompok perlakuan atau yang mendapat perlakuan yaitu

penyuluhan kesehatan tentang cedera kepala yang terdiri dari pre test dan post

test. Karakteristik demografi responden sebelum dan sesudah dilakukan

penyuluhan kesehatan pada keluarga akan diuraikan berdasarkan umur, jenis

kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan dan hubungan anggota keluarga dengan

klien.

5.1.1.1 Distribusi responden berdasarkan umur

Kelompok Kontrol

Gambar 3. Diagram Pie Distribusi responden berdasarkan status

umur pada kelompok kontrol di ruang 13 (Akut) RSU

Dr.Saiful Anwar Malang pada bulan januari 2008.

Page 79: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

Berdasarkan gambar di atas, responden kelompok kontrol yang berumur

25-35 tahun yaitu 4 orang (26.7 %); umur 36-45 tahun yaitu 8 orang (53,3 %);

sedangkan yang berumur > 45 tahun yaitu 3 orang (20,0 %).

Kelompok Perlakuan

Gambar 4. Diagram Pie Distribusi responden berdasarkan status

umur pada kelompok perlakuan di ruang 13 (Akut) RSU

Dr.Saiful Anwar Malang pada bulan januari 2008.

Berdasarkan gambar di atas, responden kelompok perlakuan yang

berumur 25-35 tahun yaitu 9 orang (60%); umur 36-45 tahun yaitu 5 orang (33,3

%); sedangkan yang berumur > 45 tahun yaitu 1 orang (6,6 %).

5.1.1.1 Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin

Kelompok Kontrol

Gambar 5. Diagram Pie Distribusi responden berdasarkan jenis

Page 80: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

kelamin pada kelompok kontrol di ruang 13 (Akut) RSU

Dr.Saiful Anwar Malang pada bulan januari 2008.

Berdasarkan gambar di atas, responden berjenis kelamin laki-laki

sebanyak 10 orang (66,67 %%) dan yang berjenis kelamin perempuan berjumlah

5 orang (33,33 %).

Kelompok Perlakuan

Gambar 6. Diagram Pie Distribusi responden berdasarkan jenis

kelamin pada kelompok perlakuan di ruang 13 (Akut)

RSU Dr.Saiful Anwar Malang pada bulan januari

2008.

Berdasarkan gambar di atas, responden berjenis kelamin laki-laki

sebanyak 4 orang (26,7 %) dan yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 11

orang (73,3 %).

5.1.1.2 Distribusi Responden berdasarkan status hubungan keluarga dengan

klien.

Kelompok Kontrol

Page 81: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

Gambar 7. Diagram Distribusi responden berdasarkan status

hubungan keluarga dengan klien pada kelompok

kontrol di ruang 13 (Akut) RSU Dr.Saiful Anwar

Malang pada bulan januari 2008.

Berdasarkan gambar di atas, responden sebagian besar berstatus

sebagai Ayah sebanyak 3 orang (20%), Ibu sebanyak 3 orang (20%), Suami

sebanyak 2 orang (13,3%), Istri sebanyak 3 orang (20%), Anak sebanyak 2

orang (13,3%), Saudara kandung sebanyak 2 orang (13,3%).

Kelompok Perlakuan

Page 82: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

Gambar 8. Diagram Distribusi responden berdasarkan status

hubungan keluarga dengan klien pada kelompok

perlakuan di ruang 13 (Akut) RSU Dr.Saiful Anwar

Malang pada bulan januari 2008.

Berdasarkan gambar di atas, responden sebagian besar berstatus

sebagai Ayah sebanyak 1 orang (6,7%), Ibu sebanyak 5 orang (33,33%), Suami

sebanyak 0 orang (0%), Istri sebanyak 5 orang (33,33%), Anak sebanyak 2

orang (13,33%), Saudara kandung sebanyak 3 orang (20%).

5.1.1.3 Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan

Kelompok Kontrol

Gambar 9. Diagram Pie Distribusi responden penyuluhan

berdasarkan tingkat pendidikan pada kelompok

kontrol di ruang 13 (Akut) RSU dr.Saiful Anwar

Malang pada bulan januari 2008.

Berdasarkan gambar di atas, responden berjenis tingkat pendidikan yaitu

Page 83: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

SLTP sebanyak 8 orang (53,33 %%) dan yang SMU berjumlah 7 orang (46,67

%).

Kelompok Perlakuan

Gambar 10. Diagram Pie Distribusi responden penyuluhan

berdasarkan tingkat pendidikan pada kelompok

perlakuan di ruang 13 (Akut) RSU dr.Saiful Anwar

Malang pada bulan januari 2008.

Berdasarkan gambar di atas, responden berjenis tingkat pendidikan

yaitu SLTP sebanyak 9 orang (60 %%) dan yang SMU berjumlah 6 orang (40

%).

5.1.1.4 Distribusi responden berdasarkan pekerjaan.

kelompok kontrol

Gambar 11. Diagram Pie Distribusi responden berdasarkan

pekerjaan pada kelompok kontrol di ruang 13 (Akut)

RSU dr.Saiful Anwar Malang pada bulan januari

2008.

Berdasarkan gambar di atas, semua responden bekerja swasta yaitu 15

Page 84: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

orang (100 %).

Kelompok Perlakuan

Gambar 12. Diagram Pie Distribusi responden berdasarkan

pekerjaan pada kelompok perlakuan di ruang 13

(Akut) RSU dr.Saiful Anwar Malang pada bulan

januari 2008.

Berdasarkan gambar di atas, responden sebagian besar wirasasta yaitu

berjumlah 14 orang (93,33 %), sedangkan yang paling sedikit adalah bekerja

sebagai perangkat desa yaitu berjumlah 1 orang (6,67%).

5.1.2 Data Variabel Penelitian

Data variabel penelitian ini meliputi, data penerapan sebelum (pre test)

dan sesudah (post test) dilakukan penyuluhan kesehatan dan tingkat kecemasan

pada keluarga yang dilakukan pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan.

Page 85: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

5.1.2.1 Data tingkat pengetahuan keluarga pasien tentang cedera kepala.

Kriteria

Kelompok kontrol

Pre test % Post test %

Tidak baik 4 26,7 3 20,0

Kurang 6 40,0 5 33,3

Cukup 4 26,7 6 40,0

Baik 1 6,7 1 6,7

Jumlah 15 100 15 100

Kriteria

Kelompok perlakuan

Pre test % Post test %

Tidak baik 6 40,0 0 0

Kurang 4 26,7 0 0

Cukup 4 26,7 5 33,3

Baik 1 6,7 10 67,7

Jumlah 15 100 15 100

Tabel. 4 Tabel data pengetahuan keluarga pasien tentang cedera

kepala tentang cedera kepala sebelum (pre test) dan

sesudah (post test) dilakukan penyuluhan kesehatan di

ruang 13 (Akut) RSU Dr. Saiful Anwar Malang pada bulan

Januari 2008.

Kelompok kontrol adalah kelompok yang tidak mendapatkan penyuluhan kesehatan.

Kelompok perlakuan adalah kelompok yang mendapatkan penyuluhan kesehatan.

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui sebelum (pre test) dan sesudah

(post test) penyuluhan kesehatan pada keluarga terdapat perbaikan tingkat

pengetahuan yang ditunjukkan dengan perubahan yang berarti pada semua

kriteria. Pada kelompok kontrol data pre test diperoleh bahwa tingkat

pengetahuan dengan kriteria tidak baik sebanyak 4 orang (26,7%) dan post test

sebanyak 3 orang (20,0 %); kurang pada pre test sebanyak 6 orang (40,0 %) dan

post test 5 orang (33,3 %), cukup pada pre test sebanyak 4 orang (26,7 %) dan

Page 86: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

post test sebanyak 6 orang (40,0 %), baik pada pre test sebanyak 1 orang (6,7

%) dan pada post test sebanyak 1 orang (6,7 %).

Pada kelompok perlakuan data pre test diperoleh tingkat pengetahuan

dengan kriteria tidak baik sebanyak 6 orang (40,0%) dan post test sebanyak 0

orang (0 %); kurang pada pre test 4 orang (26,6 %) dan post test 0 orang (0 %),

cukup pada pre test sebanyak 4 orang (26,7 %) dan post test sebanyak 5 orang

(33,3 %), baik pada pre test sebanyak 1 orang (6,7 %) dan pada post test 10

orang (67,7 %).

5.1.2.2 Data Tingkat Kecemasan.

Kriteria

Kelompok kontrol

Pre test % Post test %

Cemas berat 2 13,3 3 20,0

Cemas sedang 13 86,7 12 80,0

Cemas ringan 0 0 0 0

Tidak cemas 0 0 0 0

Jumlah 15 100 15 100

Kriteria

Kelompok perlakuan

Pre test % Post test %

Cemas berat 5 33,3 0 0

Cemas sedang 10 66,7 5 33,3

Cemas ringan 0 0 10 66,7

Tidak cemas 0 0 0 0

Jumlah 15 100 15 100

Tabel. 5 Tabel data Tingkat kecemasan pada keluarga sebelum (pre test)

dan sesudah (post test) dilakukan penyuluhan kesehatan di

ruang 13 (Akut) RSU Dr. Saiful Anwar Malang pada bulan

Januari 2008.

Page 87: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

Keterangan:

Kelompok kontrol adalah kelompok yang tidak mendapatkan penyuluhan kesehatan.

Kelompok perlakuan adalah kelompok yang mendapatkan penyuluhan kesehatan.

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui sebelum (pre test) dan sesudah

(post test) diberikan penyuluhan kesehatan pada keluarga pasien terdapat

perbedaan pada tingkat kecemasan yang ditunjukkan dengan perubahan yang

berarti pada semua kriteria terutama kelompok perlakuan (diberi penyuluhan

kesehatan). Pada kelompok kontrol data pre test diperoleh bahwa kriteria cemas

berat sebanyak 2 orang (13,3%) dan pada saat post test sebanyak 3 orang (20,0

%), cemas sedang pada pre test sebanyak 13 (86,7 %) dan post test sebanyak

12 orang (80,0 %), cemas ringan pada pre test dan post test sebanyak 0 orang

(0 %), dan tidak cemas pada pre test dan post test sebanyak 0 orang (0 %).

Pada kelompok perlakuan data pre test diperoleh bahwa kriteria cemas

berat sebanyak 5 orang (13,3%) dan pada post test sebanyak 0 orang (0 %),

cemas sedang pada pre test sebanyak 10 (67,7 %) dan post test sebanyak 5

orang (33,3 %), cemas ringan pada pre test sebanyak 0 orang (0 %) dan post

test 10 orang (67,7 %), dan tidak cemas pada pre test dan post test sebanyak 0

orang (0 %).

5.2 Hubungan Antar Variabel.

Data variabel penelitian meliputi, data tingkat pengetahuan sebelum (pre

test) dan sesudah (post test) diberikan penyuluhan kesehatan terhadap tingkat

kecemasan pada keluarga yang dilakukan pada kelompok kontrol dan kelompok

perlakuan.

Page 88: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

5.2.1 Hubungan antara tingkat pengetahuan keluarga melalui penyuluhan

kesehatan pasien dengan penurunan tingkat kecemasan keluarga pada

pre test.

PENKES Cedera Kepala (Pre test) * Penilaian Kecemasan (Pre test) * Kelompok Crosstabulation

4 4

26.7% 26.7%

5 1 6

33.3% 6.7% 40.0%

3 1 4

20.0% 6.7% 26.7%

1 1

6.7% 6.7%

13 2 15

86.7% 13.3% 100.0%

6 6

40.0% 40.0%

2 2 4

13.3% 13.3% 26.7%

1 3 4

6.7% 20.0% 26.7%

1 1

6.7% 6.7%

10 5 15

66.7% 33.3% 100.0%

Count

% of Total

Count

% of Total

Count

% of Total

Count

% of Total

Count

% of Total

Count

% of Total

Count

% of Total

Count

% of Total

Count

% of Total

Count

% of Total

Tidak baik

Kurang

Cukup

Baik

PENKESCedera Kepala(Pre test)

Total

Tidak baik

Kurang

Cukup

Baik

PENKESCedera Kepala(Pre test)

Total

KelompokKontrol

Perlakuan

Cemassedang Cemas berat

Penilaian Kecemasan(Pre test)

Total

Tabel. 6 Data Crosstabs tingkat pengetahuankeluarga tentang cedera

kepala (pre test) dan penilaian kecemasan(pre test).

Keterangan : PENKES : Penyuluhan kesehatan untuk data tingkat pengetahuan.kelompok kontrol adalah kelompok yang tidak mendapatkan penyuluhan

kesehatan.Kelompok perlakuan adalah kelompok yang mendapatkan penyuluhan kesehatan.

Berdasarkan pada hasil tabel silang (crosstabs) di atas terlihat bahwa

tingkat pengetahuan keluarga pada kelompok kontrol saat pre test yang

tergolong “tidak baik” sehingga menyebabkan “cemas sedang” ada sebanyak 4

orang (26,7%). Untuk kriteria “kurang” sehingga menyebabkan “cemas sedang”

ada sebanyak 5 orang (33,3%), bahkan 6.,% “cemas berat”. Untuk kriteria

Page 89: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

“cukup” sehingga menyebabkan “cemas sedang” ada sebanyak 3 orang (20%),

bahkan 6,7% “cemas berat”. Kemudian untuk kriteria “baik” sehingga

menyebabkan “cemas sedang” ada sebanyak 1 orang (6,7%).

Selanjutnya tingkat pengetahuan keluarga pada kelompok perlakuan saat

pre test yang tergolong “tidak baik” sehingga menyebabkan “cemas sedang” ada

sebanyak 2 orang (13,3%), dan 6.7% mengalami “cemas berat”. Untuk kriteria

“kurang” sehingga menyebabkan “cemas sedang” ada sebanyak 5 orang (33.,%).

Untuk kriteria “cukup” sehingga menyebabkan “cemas sedang” ada sebanyak 4

orang (26,7%), bahkan 13,3% “cemas berat”. Kemudian untuk kriteria “baik”

sehingga menyebabkan “cemas sedang” ada sebanyak 1 orang (6,7%).

5.2.2 Hubungan antara tingkat pengetahuan keluarga melalui penyuluhan

kesehatan pasien dengan penurunan tingkat kecemasan keluarga pada

post test.

PENKES Cedera Kepala (post test) * Penilaian Kecemasan (post test) * Kelompok Crosstabulation

2 1 3

13.3% 6.7% 20.0%

5 5

33.3% 33.3%

4 2 6

26.7% 13.3% 40.0%

1 1

6.7% 6.7%

12 3 15

80.0% 20.0% 100.0%

2 3 5

13.3% 20.0% 33.3%

8 2 10

53.3% 13.3% 66.7%

10 5 15

66.7% 33.3% 100.0%

Count

% of Total

Count

% of Total

Count

% of Total

Count

% of Total

Count

% of Total

Count

% of Total

Count

% of Total

Count

% of Total

Tidak baik

Kurang

Cukup

Baik

PENKESCedera Kepala(post test)

Total

Cukup

Baik

PENKESCedera Kepala(post test)

Total

KelompokKontrol

Perlakuan

Cemasringan

Cemassedang Cemas berat

Penilaian Kecemasan (post test)

Total

Tabel. 7 Data Crosstabs tingkat pengetahuan keluarga tentang cedera

kepala (post test) dan penilaian kecemasan(post test).

Page 90: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

Keterangan :

PENKES : Penyuluhan kesehatan untuk data tingkat pengetahuan.kelompok kontrol adalah kelompok yang tidak mendapatkan penyuluhan

kesehatan.Kelompok perlakuan adalah kelompok yang mendapatkan penyuluhan kesehatan.

Dari hasil tabel silang (crosstabs) di atas terlihat bahwa untuk tingkat

pengetahuan keluarga pada kelompok kontrol saat post test yang tergolong

“tidak baik” sehingga menyebabkan “cemas sedang” ada sebanyak 2 orang

(13,3%) dan cemas berat ada sebanyak 1 orang (20,0 %). Untuk kriteria “kurang”

sehingga menyebabkan “cemas sedang” ada sebanyak 5 orang (33,3%). Untuk

kriteria “cukup” sehingga menyebabkan “cemas sedang” ada sebanyak 4 orang

(26,7%), bahkan ada 2 orang (6,7%) “cemas berat”. Kemudian untuk kriteria

“baik” sehingga menyebabkan “cemas sedang” ada sebanyak 1 orang (6,7%).

Selanjutnya tingkat pengetahuan keluarga pada kelompok perlakuan saat

post test yang tergolong “tidak baik” sebanyak 0 orang (0 %). Untuk kriteria

“kurang” sebanyak 0 orang (0 %). Untuk kriteria “cukup” sehingga menyebabkan

“cemas sedang” ada sebanyak 3 orang (20,0%) dan sebanyak 2 orang (13,3%)

“cemas ringan”. Kemudian untuk kriteria “baik” sehingga menyebabkan “cemas

sedang” ada sebanyak 5 orang (13,3 %) dan sebanyak 8 orang (67,7%) “cemas

ringan”.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kelompok kontrol

dan kelompok perlakuan didapatkan tidak terjadi perubahan dalam pengetahuan

dan tingkat kecemasannya sebelum (pre test) diberikan penyuluhan kesehatan.

Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan perubahan dalam tingkat

pengetahuan dan penurunan tingkat kecemasan sesudah (post test) diberikan

penyuluhan kesehatan. Jadi dari keduanya dapat simpulkan dengan uji analisis

Wilcoxon yang merupakan salah satu uji nonparametrik untuk mengetahui

Page 91: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

perbedaan diantara dua buah sampel berpasangan (pada “kontrol” dan

perlakuan” diantara dua kondisi yang dibandingkan (pre test dan post test))

dengan hasil pengujian sebagai berikut :

Variabel Z hitungSignifikansi

(P-Value)Keputusan

Tingkat Pengetahuan Tentang Cedera Kepala

KONTROL (pre dan post) -1.342 0.180 Tidak berbeda signifikan

Penilaian Kecemasan

KONTROL (pre dan post)-1.0 0.317 Tidak berbeda signifikan

Tingkat Pengetahuan Tentang Cedera Kepala

PERLAKUAN (pre dan post) -3.228 0.001 berbeda signifikan

Penilaian Kecemasan

PERLAKUAN (pre dan post)-3.217 0.001 berbeda signifikan

Tabel. 8 Hasil uji Wilcoxon perbedaan diantara kelompok kontrol dan

perlakuan yang dibandingkan (pre test dan post test).

Keterangan : Kelompok kontrol adalah kelompok yang tidak mendapatkan pendidikan kesehatan.Kelompok perlakuan adalah kelompok yang mendapatkan pendidikan kesehatan.

Berdasarkan hasil uji diatas, untuk perbedaan tingkat pengetahuan

keluarga tentang cedera kepala dan penilaian Kecemasan pada kelompok

kontrol diantara dua kondisi yang dibandingkan (pre test dan post test), ternyata

menunjukkan nilai Z hitung untuk “Tingkat Pengetahuan Keluarga” sebesar -

1.342 (p=0.180 > 0.05) dan untuk “Penilaian Kecemasan” sebesar -1.0 (dengan

signifikansi (p)=0.317 >0.05). Sehingga Ho diterima dan dapat diartikan bahwa

tidak ada perbedaan “Penyuluhan Kesehatan” tentang cedera kepala pada

keluarga dan penilaian kecemasan yang signifikan pada kelompok kontrol.

Sedangkan pada kelompok perlakuan menunjukkan nilai Z hitung untuk

“Tingkat Pengetahuan Keluarga” sebesar -3.228 (p=0.001 < 0.05) dan untuk

“Penilaian Kecemasan” sebesar -3.217 (dengan signifikansi (p)=0.001 <0.05).

Page 92: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

Sehingga Ho ditolak dan dapat diartikan bahwa ada perbedaan “Tingkat

Pengetahuan Keluarga” tentang cedera kepala pada keluarga dan penilaian

kecemasan yang signifikan pada kelompok perlakuan, Hal ini menunjukkan

bahwa pemberian perlakuan “Penyuluhan Kesehatan” tentang cedera kepala

lebih memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap penurunan tingkat

kecemasan keluarga pasien di ruang akut 13 RSU.dr.Saiful Anwar Malang

daripada sebelum (pre test) diberi “Penyuluhan Kesehatan” .

Selanjutnya hasil penelitian tingkat pengetahuan keluarga tentang cedera

kepala pada keluarga dan Kecemasan antara kelompok Kontrol dan Perlakuan,

maka dari hasil kuantifikasi data tersebut dapat diolah dan dianalisis untuk

mengetahui adanya perbedaan tingkat pengetahuan keluarga tentang cedera

kepala dan Kecemasan antara kelompok Kontrol dan Perlakuan. Salah satu uji

nonparametrik untuk mengetahui perbedaan diantara dua buah sampel bebas

adalah dengan uji Mann Whitney, dengan hasil pengujian sebagai berikut:

Mann-

Whitney U

Z

hitung

Signifikansi

(P-Value)Keputusan

Tingkat Pengetahuan Keluarga saat Pre test

antara kelompok KONTROL dan PERLAKUAN97.5 -0.655 0.512

Tidak berbeda

signifikan

Penilaian Kecemasan saat Pre test antara

kelompok KONTROL dan PERLAKUAN105 -0.482 0.775

Tidak berbeda

signifikan

Tingkat Pengetahuan Keluarga saat Post test

antara kelompok KONTROL dan PERLAKUAN20 -4.012 0.000

berbeda signifikan

Penilaian Kecemasan saat Post test antara

kelompok KONTROL dan PERLAKUAN25 -3.974 0.000

berbeda signifikan

Tabel 9. Hasil uji Mann Whitney tentang perbedaan diantara dua buah

sampel bebas yaitu kelompok Kontrol dan Perlakuan.

Keterangan : kelompok kontrol adalah kelompok yang tidak mendapatkan penyuluhan kesehatan Kelompok perlakuan adalah kelompok yang mendapatkan penyuluhan kesehatan.

Page 93: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

Berdasarkan hasil uji Mann-Whitney pada tabel diatas, dapat diketahui

bahwa tingkat pengetahuan keluarga dan penilaian kecemasan saat Pre test

antara kelompok Kontrol dan Perlakuan menunjukkan nilai signifikansi sebesar

0.512 dan 0.775 yang berada di atas alpha 0.05, Hal ini berarti tingkat

pengetahuan keluarga melalui penyuluhan kesehatan dan penilaian kecemasan

saat Pre test antara kelompok Kontrol dan Perlakuan tersebut tidak terdapat

perbedaan yang signifikan.

Tingkat pengetahuan keluarga melalui penyuluhan kesehatan dan

Penilaian Kecemasan saat post test antara kelompok Kontrol dan Perlakuan

menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0.000 dan 0.000 yang berada di bawah

alpha 0.05, sehingga Ho ditolak dan dapat diartikan bahwa ada pengaruh atau

perbedaan tingkat pengetahuan keluarga melalui penyuluhan kesehatan cedera

kepala dan penilaian kecemasan yang signifikan pada kelompok perlakuan. Hal

ini berarti tingkat pengetahuan keluarga melalui penyuluhan kesehatan saat post

test antara kelompok Kontrol dan Perlakuan tersebut terdapat perbedaan yang

signifikan dan lebih memberikan pengaruh yang lebih baik pada penurunan

tingkat kecemasan keluarga pasien di ruang akut 13 daripada yang tidak diberi

penyuluhan kesehatan (kelompok kontrol).

Page 94: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Pembahasan

Pada bab ini akan membahas tentang hasi penelitian mengenai

“Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan

Keluarga pasien cedera kepala (sedang-berat) di Ruang 13 (Akut) RSU Dr.Saiful

Anwar Malang”.

Hasil penelitian berdasarkan umur (Gambar 3) kelompok kontrol yang

berumur 25-35 tahun yaitu 4 orang (26.7 %); umur 36-45 tahun yaitu 8 orang

(53,3 %); sedangkan yang berumur > 45 tahun yaitu 3 orang (20,0 %).

Sedangkan kelompok perlakuan (Gambar 4) yang berumur 25-35 tahun yaitu 9

orang (60%); umur 36-45 tahun yaitu 5 orang (33,3 %); sedangkan yang berumur

> 45 tahun yaitu 1 orang (6,6 %).

Menurut Huclock yang dikutip oleh Nursalam (2003) bahwa semakin

cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang

dalam berfikir dan bekerja. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan

kematangan jiwanya. Didukung oleh teori yang dinyatakan Notoadmodjo (1997)

bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan, dan pengalaman itu

merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, sehingga

semakin banyak pengalaman yang dimiliki seseorang, informasi yang didapatkan

akan semakin baik ( Notoadmodjo ,1997).

Dari Hasil penelitian berdasarkan jenis kelamin (Gambar 5) pada

Page 95: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

kelompok kontrol didapatkan yang laki-laki sebanyak 10 orang (66,67 %) dan

yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 5 orang (33,33 %). Pada kelompok

perlakuan (Gambar 6) yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 4 orang (26,7

%) dan yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 11 orang (73,3 %).

Untuk data berdasarkan status hubungan keluarga dengan klien pada

kelompok kontrol (Gambar 7) yang berstatus sebagai Ayah sebanyak 3 orang

(20%), Ibu sebanyak 3 orang (20%), Suami sebanyak 2 orang (13,3%), Istri

sebanyak 3 orang (20%), Anak sebanyak 2 orang (13,3%), Saudara kandung

sebanyak 2 orang (13,3%). Pada kelompok perlakuan (Gambar 8) yang

berstatus sebagai Ayah sebanyak 1 orang (6,7%), Ibu sebanyak 5 orang

(33,33%), Suami sebanyak 0 orang (0%), Istri sebanyak 5 orang (33,33%), Anak

sebanyak 2 orang (13,33%), Saudara kandung sebanyak 3 orang (20%).

Dalam hal ini keluarga merupakan orang yang paling berpengaruh dalam

kehidupan. Menurut Friedman (1992) fungsi keluarga berfokus pada pemberian

dukungan psikologis kepada anggota keluarga selama siklus kehidupan.

Keluarga memiliki struktur dan cara untuk berfungsi yang berhubungan erat dan

berinteraksi satu sama lain. Pola hubungan membentuk kekuatan dan struktur

peran dalam keluarga. Struktur mungkin menambah atau mengurangi

kemampuan keluarga dalam berespon terhadap stres (Perry & Potter, 2005:625).

Berdasarkan pekerjaan pada kelompok kontrol (gambar 11) semua

responden bekerja swasta yaitu 15 orang (100 %). Pada kelompok

perlakuan(Gambar 12) sebagian besar wirasasta yaitu berjumlah 14 orang

(93,33 %), sedangkan yang paling sedikit adalah bekerja sebagai perangkat

desa yaitu berjumlah 1 orang (6,67%).

Dalam hal ini pekerjaan berhubungan dengan stabilitas ekonomi pada

Page 96: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

keluarga. Stabilitas ekonomi dapat meningkatkan akses keluarga pada

pelayanan kesehatan yang adekuat, menciptakan lebih banyak kesempatan

untuk pendidikan dan menurunkan stres (Perry & Potter, 2005:625).

Hasil penelitian berdasarkan tingkat pendidikan pada kelompok kontrol

(Gambar 9) tingkat pendidikan SLTP sebanyak 8 orang (53,33 %) dan yang SMU

berjumlah 7 orang (46,67 %). Pada kelompok perlakuan (Gambar 10) responden

yang berjenis tingkat SLTP sebanyak 9 orang (60 %) dan yang SMU berjumlah

6 orang (40 %).

Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan dipengaruhi oleh pendidikan,

jadi pengetahuan erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan dengan

adanya pendidikan maka akan semakin mudah menerima informasi sehingga

semakin banyak pengetahuan yang dimiliki. Menurut teori lain menyatakan

semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin mudah dalam

memperoleh penyesuaian diri terhadap stresor. Penyesuaian diri terhadap

stresor tersebut erat kaitannya dengan pemahaman seseorang terhadap

pemberian informasi yang tepat mengenai stressor. Individu yang berpendidikan

tinggi akan mempunyai koping yang lebih baik dari pada yang berpendidikan

rendah sehingga dapat mengeliminir kecemasan yang terjadi (Carpenito, 2000).

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa responden yang memiliki

latar belakang pendidikan yang lebih tinggi dalam hal ini adalah tingkat SMU

sebanyak 7 orang (46,67 %) pada kelompok kontrol dan 6 orang (40 %) pada

kelompok perlakuan mendapatkan skor yang lebih baik, meskipun pada

umumnya responden yang ada dalam penelitian ini sebagaian besar adalah

dengan latar belakang pendidikan setingkat SLTP yaitu sebanyak 8 orang

(53,33 %) pada kelompok kontrol dan sebanyak 9 orang (60 %) pada kelompok

Page 97: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

perlakuan mendapatkan skor dengan kriteria cukup, meskipun ada beberapa

juga yang mendapatkan skor dengan kriteria baik tetapi adapula yang

mendapatkan skor kurang bahkan mendapatkan skor tidak baik. Hal ini bisa

dipengaruhi juga oleh adanya informasi yang didapatkan keluarga klien selama

berhubungan dengan para petugas kesehatan selama berada dirumah sakit atau

ruang rawat inap.

Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa sebelum (pre test) diberikan

penyuluhan kesehatan (Tabel 4) pada kelompok kontrol data pre test diperoleh

bahwa tingkat pengetahuan dengan kriteria tidak baik sebanyak 4 orang (26,7%);

kurang sebanyak 6 orang (40,0 %), cukup sebanyak 4 orang (26,7 %), baik

sebanyak 1 orang (6,7 %) Pada kelompok perlakuan data pre test diperoleh

tingkat pengetahuan dengan kriteria tidak baik sebanyak 6 orang (40,0%) dan

post test sebanyak 0 orang (0 %); kurang pada pre test 4 orang (26,6 %) dan

post test 0 orang (0 %), cukup pada pre test sebanyak 4 orang (26,7 %) dan

post test sebanyak 5 orang (33,3 %), baik pada pre test sebanyak 1 orang (6,7

%) dan pada post test 10 orang (67,7 %).

Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa sesudah (post test) diberikan

penyuluhan kesehatan (Tabel 4) pada kelompok perlakuan diperoleh tingkat

pengetahuan dengan kriteria tidak baik sebanyak 0 orang (0 %); kurang 0 orang

(0 %), cukup sebanyak 5 orang (33,3 %), baik sebanyak 10 orang (67,7 %).

Sedangkan hasil obsevasi pada kelompok kontrol (yang tidak diberikan

penyuluhan kesehatan) diperoleh bahwa tingkat pengetahuan dengan kriteria

tidak baik sebanyak 3 orang (20,0 %); kurang 5 orang (33,3 %), cukup sebanyak

6 orang (40,0 %), baik 1 orang (6,7 %).

Page 98: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

Dari uraian diatas maka dapat dianalisis dengan uji analisis Wilcoxon

(Tabel 8) untuk mengetahui perbedaan diantara dua buah sampel berpasangan

(pada “kontrol” dan perlakuan” diantara dua kondisi yang dibandingkan (pre test

dan post test)) dengan hasil pengujian pada kelompok kontrol menunjukkan nilai

Z hitung untuk tingkat pengetahuan keluarga sebesar -1.342 (p=0.180 > 0.05).

Sedangkan pada kelompok perlakuan menunjukkan nilai Z hitung untuk “Tingkat

Pengetahuan” sebesar -3.228 (p=0.001 < 0.05). Sehingga Ho ditolak dan

diartikan bahwa ada perbedaan “tingkat pengetahuan keluarga” tentang cedera

kepala pada keluarga kelompok kontrol (yang tidak diberi penyuluhan kesehatan)

dan kelompok perlakuan (yang diberi penyuluhan kesehatan).

Sedangkan untuk mengetahui adanya perbedaan tingkat pengetahuan

keluarga antara kelompok Kontrol dan Perlakuan, salah satunya dengan uji

Mann Whitney (Tabel 9) yang menunjukkan sebelum (pre test) diberikan

penyuluhan kesehatan antara kelompok Kontrol dan Perlakuan menunjukkan

nilai signifikansi Z hitung sebesar -0,655 (p=0.512 > 0.05). Sedangkan sesudah

(post test) diberikan penyuluhan kesehatan menunjukkan Z hitung sebesar -

4,012 (p=0,000 > 0.05). Sehingga Ho ditolak dan diartikan bahwa ada perbedaan

“tingkat pengetahuan keluarga” kelompok kontrol (yang tidak diberi penyuluhan

kesehatan) dan kelompok perlakuan (yang diberi penyuluhan kesehatan).

Berdasarkan hasil penelitian diketahui sebelum (pre test) diberikan

penyuluhan kesehatan pada keluarga pasien untuk tingkat kecemasan (Tabel 5)

pada kelompok kontrol diperoleh bahwa kriteria cemas berat sebanyak 2 orang

(13,3%), cemas sedang sebanyak 13 (86,7 %), cemas ringan sebanyak 0 orang

(0 %), dan tidak cemas 0 orang (0 %). Sedangkan pada kelompok perlakuan

diperoleh bahwa kriteria cemas berat sebanyak 5 orang (13,3%), cemas sedang

Page 99: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

sebanyak 10 (67,7 %), cemas ringan sebanyak 0 orang (0 %), dan tidak cemas

sebanyak 0 orang (0 %).

Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa sesudah (post test) diberikan

penyuluhan kesehatan (Tabel 5) pada kelompok perlakuan diperoleh bahwa

kriteria cemas berat sebanyak 0 orang (0 %), cemas sedang sebanyak 5 orang

(33,3 %), cemas ringan 10 orang (67,7 %), dan tidak cemas 0 orang (0 %).

Sedangkan hasil observasi kelompok kontrol (yang tidak mendapatkan

penyuluhan kesehatan) diperoleh bahwa kriteria cemas berat sebanyak 2 orang

(13,3%), cemas sedang sebanyak 12 orang (80,0 %), cemas ringan 0 orang (0

%), dan tidak cemas 0 orang (0 %).

Dari uraian diatas maka dapat dianalisis dengan uji analisis Wilcoxon

(Tabel 8) untuk mengetahui perbedaan diantara dua buah sampel berpasangan

(pada “kontrol” dan perlakuan” diantara dua kondisi yang dibandingkan (pre test

dan post test)) dengan hasil pengujian pada kelompok kontrol untuk tingkat

kecemasan nilai Z hitung menunjukkan sebesar -1.0 (dengan signifikansi

(p)=0.317 >0.05). Sedangkan pada kelompok perlakuan menunjukkan nilai Z

hitung sebesar -3.217 (dengan signifikansi (p)=0.001 <0.05). Sehingga Ho ditolak

artinya bahwa ada perbedaan tingkat kecemasan keluarga pasien pada

kelompok kontrol (yang tidak diberi penyuluhan kesehatan) dan kelompok

perlakuan (yang diberi penyuluhan kesehatan).

Sedangkan untuk mengetahui adanya perbedaan tingkat kecemasan

keluarga antara kelompok Kontrol dan Perlakuan, salah satunya dengan uji

Mann-Whitney (Tabel 9) yang menunjukkan sebelum (pre test) diberikan

penyuluhan kesehatan menunjukkan nilai signifikansi Z hitung sebesar 0.775

yang berada di atas alpha 0.05 dan pada saat sesudah (post test) diberikan

Page 100: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

penyuluhan kesehatan menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0.000 dan 0.000

yang berada di bawah alpha 0.05, sehingga Ho ditolak artinya bahwa ada

perbedaan tingkat kecemasan pada pada kelompok kontrol (yang tidak diberi

penyuluhan kesehatan) dan kelompok perlakuan (yang diberi penyuluhan

kesehatan).

Hasil penelitian dapat diuraikan (Tabel 6) untuk tingkat pengetahuan

melalui penyuluhan kesehatan pada kelompok kontrol saat pre test yang

tergolong “tidak baik” sehingga menyebabkan “cemas sedang” ada sebanyak 4

orang (26,7%). Untuk kriteria “kurang” sehingga menyebabkan “cemas sedang”

ada sebanyak 5 orang (33,3%), bahkan 6.,% “cemas berat”. Untuk kriteria

“cukup” sehingga menyebabkan “cemas sedang” ada sebanyak 3 orang (20%),

bahkan 6,7% “cemas berat”. Kemudian untuk kriteria “baik” sehingga

menyebabkan “cemas sedang” ada sebanyak 1 orang (6,7%).

Selanjutnya untuk tingkat pengetahuan melalui penyuluhan kesehatan pada

kelompok perlakuan saat pre test (Tabel 6) yang tergolong “tidak baik” sehingga

menyebabkan “cemas sedang” ada sebanyak 2 orang (13,3%), dan 6.7%

mengalami “cemas berat”. Untuk kriteria “kurang” sehingga menyebabkan

“cemas sedang” ada sebanyak 5 orang (33.,%). Untuk kriteria “cukup” sehingga

menyebabkan “cemas sedang” ada sebanyak 4 orang (26,7%), bahkan 13,3%

“cemas berat”. Kemudian untuk kriteria “baik” sehingga menyebabkan “cemas

sedang” ada sebanyak 1 orang (6,7%).

Berdasarkan uraian diatas secara umum semua responden (keluarga

klien) pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan sebelum diberikan

penyuluhan kesehatan menunjukkan kecemasan. Secara teoritis digambarkan

bahwa kecemasan merupakan penilaian emosional terhadap suatu stimulus yang

Page 101: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

mengancam (Suliswati, 2005). Sifat penilaian yang bersifat emosional itulah

maka derajad kecemasan yang timbul dalam individu dapat berbeda-beda

walaupun menghadapi situasi yang serupa. Kecemasan juga merupakan hal

yang umum terjadi pada hospitalisasi, karena ketidaktahuan konsekuensi dari

pembedahan serta takut akan prosedur pembedahan dan perawatan, dimana

individu merasa mengalami ancaman terhadap integrits diri, harga diri dan

identitas. (Chitty, 1997).

Sedangkan hasil penelitian dapat diuraikan (Tabel 7) bahwa tingkat

pengetahuan keluarga melalui “Penyuluhan Kesehatan” pada kelompok kontrol

saat post test yang tergolong “tidak baik” sehingga menyebabkan “cemas

sedang” ada sebanyak 2 orang (13,3%) dan cemas berat ada sebanyak 1 orang

(20,0 %). Untuk kriteria “kurang” sehingga menyebabkan “cemas sedang” ada

sebanyak 5 orang (33,3%). Untuk kriteria “cukup” sehingga menyebabkan

“cemas sedang” ada sebanyak 4 orang (26,7%), bahkan ada 2 orang (6,7%)

“cemas berat”. Kemudian untuk kriteria “baik” sehingga menyebabkan “cemas

sedang” ada sebanyak 1 orang (6,7%). Dari data diatas menunujukkan bahwa

tidak ada pebedaan secara signifikan antara pre test dan post test.

Selanjutnya tingkat pengetahuan keluarga melalui “Penyuluhan Kesehatan”

pada kelompok perlakuan saat post test yang tergolong “tidak baik” sebanyak 0

orang (0 %). Untuk kriteria “kurang” sebanyak 0 orang (0 %). Untuk kriteria

“cukup” sehingga menyebabkan “cemas sedang” ada sebanyak 3 orang (20,0%)

dan sebanyak 2 orang (13,3%) “cemas ringan”. Kemudian untuk kriteria “baik”

sehingga menyebabkan “cemas sedang” ada sebanyak 5 orang (13,3 %) dan

sebanyak 8 orang (67,7%) “cemas ringan”.

Page 102: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

Berdasarkan uraian diatas dapat dilihat bahwa pada kelompok kontrol

(yang tidak mendapatkan penyuluhan kesehatan) tidak terjadi perubahan yang

signifikan terhadap tingkat pengetahuan dan penurunan tingkat kecemasannya.

Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan perubahan pada tingkat

pengetahuan dan penurunan tingkat kecemasan sesudah diberikan penyuluhan

kesehatan .

Keluarga merupakan bagian vital dalam mengembalikan kesehatan klien

dan membutuhkan informasi yang sama banyaknya dengan klien. Dalam kasus

dimana terjadi cedera serius, peran keluarga untuk memberikan dukungan pada

klien dapat ditumbuhkan melalui pengajaran sehingga menambah pengetahuan

baru, sikap dan ketrampilan pengalaman tertentu. (Perry & Potter, 2005).

Dalam sistem perawatan kesehatan, terdapat penekanan untuk

memberikan penyuluhan kesehatan berkualitas. Perawat harus meyakinkan

bahwa klien, keluarga dan masyarakat menerima informasi yang diberikan untuk

mempertahankan kesehatan yang optimal (Perry & Potter, 2005 : 336).

Berdasarkan hasil tersebut diatas memang tujuan dilakukan Penyuluhan

kesehatan ini untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan dan tingkat kecemasan

pada keluarga klien dengan cedera kepala (sedang-berat) dengan harapan

mereka mengetahui apa yang terjadi pada keluarganya yang sedang dalam

proses perawatan di rumah sakit sehingga dapat membantu mekanisme koping

yang positif pada keluarga sehingga dapat menurunkan kecemasan. Bentuk

pendekatan yang dilakukan oleh peneliti adalah penyuluhan kesehatan sehingga

tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai secara optimal.

Penyuluhan kesehatan adalah suatu metoda implementasi yang digunakan

untuk menyajikan prinsip, prosedur, dan teknik yang tepat tentang perawatan

Page 103: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

kesehatan untuk menginformasikan status kesehatan klien. Sebagai tanggung

jawab keperawatan, penyuluhan kesehatan diimplementasikan pada semua

lingkup keperawatan kesehatan, seperti di unit perawatan akut, perawatan

dirumah, dan lingkungan di komunitas (Perry&Potter, 2005: 210).

Menurut Azrul Azwar Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan

yang dilakukan dengan cara memberikan pesan, menanamkan keyakinan,

sehingga masyarakat tidak hanya sadar, tahu, dan mengerti tapi juga mau dan

bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan

( Effendi , 2000).

Secara teoritik dapat diterangkan bahwa adanya berbagai tindakan

keperawatan merupakan bentuk dukungan profesional dan dukungan sosial yang

dapat memberikan pengaruh baik fisik maupun psikologis sehingga seseorang

akan merasa lebih aman dan akhirnya kecemasan dapat menurun (Lonquis &

Weiss, 1997). Selain itu juga karena kecemasan lebih merupakan pengalaman

psikologis dan lebih sering timbul karena ketidaktahuan tentang konsekuensi

pembedahan dan prosedur bedah itu sendiri (Chitty, 1997).

Kecemasan sebagai bentuk stress dan ancaman yang berada di luar

kontrol individu, maka individu harus memiliki sumber yang cukup untuk

mengatasi masalah. Dalam keadaan cemas maka diperlukan suatu dukungan

dan pemberian informasi untuk menjelaskan keadaan yang terjadi. Pemberian

informasi mengenai prosedur akan bermakna dan membantu anggota keluarga

sehingga memiliki perasaan kontrol dan mengurangi stress. Pengetahuan

terhadap sesuatu akan sedikit menimbulkan rasa takut daripada tidak tahu

apapun (Perry & Potter, 2005 : 359).

Page 104: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

6.2 Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari bahwa pelaksanaan penelitian ini masih banyak

kekurangan, hal ini disebabkan karena :

terbatasnya dana penelitian

terbatasnya waktu penelitian

tidak semua responden bisa membaca kuesioner sehingga peneliti

harus membacakannya.

Page 105: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

BAB VII

PENUTUP

7. 1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan, maka secara umum

dapat kesimpulan sebagai berikut :

Ada pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan dan

penurunan tingkat kecemasan keluarga pasien dengan cedera kepala (sedang-

berat). Dan dengan kesimpulan khusus sebagai berikut :

1. Hasil penelitian tingkat

pengetahuan sebelum diberikan penyuluhan kesehatan menunjukkan hasil

baik sebesar 6,7%.

2. Hasil penelitian didapatkan

bahwa setelah diberikan penyuluhan kesehatan terdapat peningkatan pada

tingkat pengetahuan yaitu sebagian besar baik 67.7 %.

3. Hasil penelitian didapatkan ada

perbedaan tingkat pengetahuan pada keluarga yang diberi penyuluhan

kesehatan dan yang tidak diberikan penyuluhan kesehatan yang

menunjukkan perbaikan atau peningkatan yang signifikan.

4. Hasil penelitian didapatkan

bahwa sebelum diberikan penyuluhan kesehatan menunjukkan kriteria

cemas berat 13,3%, cemas sedang 67,7 %, cemas ringan 0 %.

Page 106: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

5. Hasil penelitian didapatkan

bahwa setelah diberikan penyuluhan kesehatan menunjukkan penurunan

tingkat kecemasan dengan kriteria cemas berat 0 %, cemas sedang 33,3

%, cemas ringan 67,7 %.

6. Hasil penelitian didapatkan ada

perbedaan penurunan tingkat kecemasan pada keluarga yang diberi

penyuluhan kesehatan dan keluarga yang tidak diberikan penyuluhan

kesehatan.

7. 2 Saran.

7.2.1 Bagi Instansi Rumah Sakit.

Diharapkan pihak rumah sakit atau petugas

kesehatan dapat meningkatkan program PKMRS (Penyuluhan

Kesehatan Masyarakat di Rumah Sakit) dalam pengembangan

pelayanan keperawatan secara holistik, khususnya pada perawatan

pasien cedera kepala untuk meningkatkan pengetahuan, pengalaman

dan pengembangan wawasan pada keluarga klien cedera kepala.

Diharapkan pihak rumah sakit dan petugas

kesehatan sebaiknya lebih meningkatkan hubungan dengan keluarga

pasien terutama dalam pengadaan “PROTAP” tentang pemberian

penyuluhan kesehatan khususnya untuk keluarga pasien cedera

kepala, sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan memberikan

informasi yang membangun bagi klien, keluarga maupun masyarakat.

7.2.2 Bagi peneliti yang akan datang.

Page 107: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

Untuk peneliti selanjutnya diharapkan bisa menjadikan penelitian ini

sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya sebagai upaya untuk

meningkatkan pengetahuan tentang dunia kesehatan di masyarakat pada

umumnya dan untuk keluarga klien cedera kepala khususnya dengan

tujuan menghasilkan penelitian yang lebih bermanfaat bagi masyarakat.

Page 108: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi revisi V. Jakarta : Rineka Cipta.

Bruner & Suddath. 2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal - Bedah.Jakarta : EGC

Carpenito, Lynda Juall. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinis Edisi 6. Jakarta : EGC.

Chitty, Kay K. (1997). Professional Nursing, Concepts and Challenge, 2nd edition, W.B Saunders Co, Philadelphia

Dilantas Babinkam, Mabes POLRI. Jumlah Kejadian Kecelakaan Lalu LintasDan Ratio Korban Luka dan Meninggal Terhadap Jumlah Penduduk Menurut Provinsi Tahun 2002. Diakses tanggal : 31-5-2007 Jam 16.21 WIB (http:// www.bank data.depkes.go.id /profil/web%202002/lamp%20125.htm)

Effendi, Drs.Nasrul. 2000. Dasar-Dasar keperawatan Kesehatan Masyarakat Edisi 2.Jakarta : EGC.

Friedman, Marilyn M.1998. Keperawatan Keluarga: Teori dan Praktek Edisi 3.Jakarta: EGC.

Hudak, Carolyn M. 1997. Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik Vol. 1. Jakarta : EGC.

Hudak, Carolyn M. 1996. Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik Vol.2. Jakarta : EGC

Ibrahim,.Ayub Sani. 2006. Mengantisipasi Gangguan Cemas. Jakarta : OTC DIGEST Edisi 2 Tahun I.

Japardi, Iskandar. 2002. Majalah Kedokteran Nusantara : Cedera Kepala. Medan : FK. Universitas Sumatra Utara.

Japardi, Iskandar. 2004. Cedera Kepala. Jakarta : PT. BHUANA ILMU POPULER.

Kaplan & Sadock. 1998. Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat. Jakarta : Widya Medika

Page 109: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

Kusuma, DR.Wijaya. 1997. Kedaruratan Psikiatrik dalam Praktek. Jakarta : ofessional Books.

Lumbatobing,S.M..1998. Neurologi Klinik : Pemerikasaan Fisik dan Mental. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran UI.

Lonnquist, Linne E & Weiss, Gregory L (1997) The Sociology of Health, Healing and Illness, 2nd edition, Prentice-Hall, New Jersey

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius

Narendra, B Moersintowarti. 2005. Buku Ajar II Tumbuh Kembang Anak dan Remaja Edisi pertama. Jakarta : CV.SAGUNG SETO.

Notoatmodjo S. 1997. Dasar-Dasar Perilaku Pendidikan Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam. 2003. Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Oetami, Arida. Pedoman Pelayanan Gawat Darutat : Diakses tanggal 14-9-2007 Jam 12.17 WIB. (http://ihqn.or.id/files/resourcemodule/@42931d979d88/1121313366-Buku-Arida.pdf).

Perry & Potter. 2005. Fundamental Keperawatan ; Konsep, Proses, dan Praktik. Jakarta :EGC

Santoso,S. 2003. Buku Statistik Non Parametrik. Jakarta: Penerbit PT. Elex Media Komputindo.

Singarimbun, M. 1995. Metode Penelitian Survei. Edisi revisi. Cetakan ke-2. Jakarta:PT Pustaka LP3ES Indonesia.

Sudarsono, Ratna Sitorus. 1997. Kumpulan Makalah Keperawatan Neurologi. Jakarta : Disampaikan dalam rangka kursus penyegaran keperawatan neurology diselenggarakan oleh Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 22-26 september 1997.

Sugiyono. 2006. Statistika untuk Penelitian. Bandung : CV ALFABETA

Suliha, Uha. 2002. Pendidikan Kesehatan dalam Keperawatan. Jakarta : EGC.

Suliswati, 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC.

Stuart & Sundeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3. Jakarta ; EGC

Page 110: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

Wijanarka & Dwiphrahasto.2005. Implementasi Clinical Governance: Pengembangan Indikator Klinik Cedera Kepala Di Instalasi Gawat Darurat. (http://www.jmpkonline.net/files/osagus.pdf ). Diakses 31-5-2007 Jam 10.42 WIB.

http://puskesmaspalaran.wordpress.com). Trauma capitis. Diakses tanggal 18-9-2007 jam 16.45

www.medicastrore.com. Otak dan Syaraf. Diakses tanggal 31-5-2007 Jam 10.07 WIB

http:// www.temp.co.id /medika / arsip / 072002 / pus-1.htm. Al Fauzi, Asra. Penanganan Cedera Kepala di Puskesmas . Diakses tanggal : 31-5-2007 Jam 16.46 WIB

Page 111: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

TIM ETIKA PENELITIAN MAHASISWAFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

KETERANGAN KELAIAKAN ETIK PENELITIAN(“ETHICAL CLEARENCE”)

No. 102 /PEPK/ XII /2007

Setelah Tim Etika Penelitian Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas

Brawijaya mempelajari dengan seksama rancangan penelitian yang diusulkan:

Judul : Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan

Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien dengan Cedera

Kepala (Sedang-Berat) di Ruang 13 RSU Dr.Saiful

Anwar Malang.

Peneliti : MEDICAL SHOCKER

NIM : 0610722044

Unit/Lembaga : Jurusan Ilmu Keperawatan

Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang

Tempat Penelitian : Ruang 13 (ruang akut) RSU Dr. Saiful Anwar Malang

Maka dengan ini dinyatakan bahwa penelitian tersebut telah memenuhi atau layak

etik.

Malang,

Page 112: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

An. KetuaKoordinator Divisi I (Mahasiswa SI-FKUB)

Dr. dr. Teguh Wahju Sardjono, DTM&H, MSc, SpPark

NIP. 130 809 100

PERMITAAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

Para keluarga pasien dengan cedera kepala di ruang 13 (Akut) di RSU

Dr. Saiful Anwar Malang Yang Terhormat.

Nama saya MEDICAL SHOCKER Mahasiswa Jurusan Keperawatan

Fakultas Kedoteran Universitas Brawijaya Malang. Saya akan melakukan

penelitian dengan judul “Pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap penurunan

tingkat kecemasan keluarga pasien dengan cedera kepala (sedang - berat)” di

ruang 13 (Akut) Dr. Saiful Anwar Malang.

Manfaat dari penelitian ini adalah untuk Menambah masukan informasii

dan pengetahuan, motivasi keluarga dan masyarakat tentang kecemasan

dalam menghadapi kondisi klien dengan penurunan kesadaran dengan

memberikan pendidikan kesehatan.

Untuk keperluan diatas saya mohon kesediaannya untuk mengisi

kuesioner (lembar pertanyaan) dan menanda tangani persetujuan yang telah

disediakan. Sejujur - jujurnya atau apa adanya sesuai yang Bapak / Ibu /

Saudara / Saudari alami (rasakan). Saya menjamin kerahasiaan pendapat dan

identitas Bapak / Ibu / Saudara / Saudari. Untuk itu saya mohon agar tidak

mencantumkan nama. Informasi yang Bapak / Ibu / Saudara / Saudari berikan

dipergunakan sebagai wahana untuk mengembangkan mutu pelayanan

keperawatan, tidak akan dipergunakan untuk maksud lain.

Atas partisipasi Bapak / Ibu / Saudara / Saudari saya mengucapkan

terima kasih.

Malang, 2 Januari 2008

Peneliti

Lampiran 3

Page 113: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

MEDICAL SHOCKER

NIM : 0610722044

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN/SUBJEK PENELITIAN

Saya telah mendapat penjelasan dengan baik mengenai tujuan dan

manfaat penelitian yang berjudul “Pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap

penurunan tingkat kecemasan keluarga pasien dengan cedera kepala (sedang -

berat) di Ruang 13 RSU Dr.Saiful Anwar Malang “.

Saya mengerti bahwa saya akan diminta untuk mengisi kuesioner dan

saya akan diobservasi peneliti dengan diberikan penyuluhan kesehatan dan

diobservasi pada satu hari berikutnya.

Saya mengerti bahwa catatan mengenai data penelitian ini akan

dirahasiakan, dan kerahasiaan ini akan dijamin. Informasi mengenai identitas

saya tidak akan ditulis pada instrumen penelitian dan akan disimpan secara

terpisah di tempat terkunci.

Saya mengerti bahwa saya berhak menolak untuk berperan serta dalam

penelitian ini atau mengundurkan diri dari penelitian setiap saat tanpa adanya

sanksi atau kehilangan hak – hak saya.

Saya telah diberi kesempatan untuk bertanya mengenai penelitian ini atau

mengenai peran serta saya dalam penelitian ini, dan telah dijawab serta

dijelaskan secara memuaskan. Saya secara sukarela dan sadar bersedia

berperan serta dalam penelitian ini dengan menandatangani Surat Persetujuan

Menjadi Responden/Subjek Penelitian.

Malang, 2 Januari 2008

Peneliti, Responden,

Lampiran 4

Page 114: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

MEDICAL SHOCKER

(...............................)

NIM. 0610722044

SURAT PERSETUJUAN PENELITIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :Nama ( Inisial) : .....………………………………………………………Umur/Jenis Kelamin : ……………………tahun, Laki-laki/Perempuan * )Alamat : ……………………………………………………….

………………………………………………………. Untuk Istri Suami Anak Orang Tua Lainnya ……. Nama Pasien ( Inisial) : ………………………………………………………...Umur/Jenis Kelamin : …………………….tahun, Laki-laki/Perempuan *) Alamat : ………………………………………………………..Ruangan : …………………………………………………………Dengan ini menyatakan sesungguhnya telah

Memberikan Persetujuan Penelitian Data Medik..Saya menyatakan telah memberikan persetujuan penggunaan data medik saya/keluarga saya sebagai penelitian.

Malang, 2 Januari 2008

Peneliti Responden

( MEDICAL SHOCKER) ( ) NIM: 0610722044

Lampiran 5

Page 115: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

Saksi 1 Saksi 2

PENGANTAR KUESIONER

Judul Penelitian : “Pengaruh Penyuluhan Kesehatan terhadap penurunan

tingkat kecemasan keluarga pasien dengan cedera kepala

(sedang - berat) di Ruang 13(Akut) RSU Dr.Saiful Anwar

Malang”.

Peneliti : MEDICAL SHOCKER

(Nomor telepon yang dapat dihubungi bila ada pertanyaan

0341-552526 atau 080334827781)

Pembimbing : 1. Prof. Dr. dr. Sumarno, DMM, SpMK

2. M. Fathoni, S. Kep, Ns

Saudara-Saudara Yang Terhormat,

Saya adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan - Fakultas

Kedokteran Universitas Brawijaya Malang. Dalam rangka untuk menyelesaikan

Tugas Akhir, saya bermaksud mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh

penyuluhan kesehatan terhadap penurunan tingkat kecemasan keluarga

pasien dengan cedera kepala (sedang - berat)di Ruang 13(Akut) RSU

Dr.Saiful Anwar Malang”.

Saya berkeyakinan bahwa penelitian ini memiliki manfaat yang luas, baik

untuk Rumah Sakit, Perawat, Penderita dan Keluarga khususnya bagi profesi

keperawatan dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.

Apabila saudara bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian saya

ini, silahkan saudara menandatangani persetujuan menjadi subjek penelitian.

Atas kesediaan dan kerjasamanya saya ucapkan terimakasih.

Lampiran 6

Page 116: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

Malang, Januari 2008 Mengetahui,

Pembimbing I Peneliti

Prof. Dr. dr. Sumarno, DMM, SpMK MEDICAL SHOCKER NIP. 130 809 130 NIM 0610722044

LEMBAR PERTANYAAN

Umur :

Pekerjaan :

Hubungan dengan klien :

Jawablah pertanyaan dibawah ini sesuai dengan yang anda yakini dengan cara

menyilang (X) pada jawaban yang benar.

1. Apa yang dimaksud cedera kepala

A. Cedera Kepala adalah suatu gangguan / traumatik dari fungsi otak yang

diseratai atau tanpa disertai perdarahan dalam subtansi otak tanpa diikuti

terputusnya pertahanan jaringan otak.

B. Suatu trauma yang terjadi di leher dengan perdarahan yang banyak

C. Suatu trauma pada kepala yang disebabkan oleh benda yang sangat

lunak dan lentur

D. Suatu trauma yang terjadi di kepala yang tidak mengakibatkan

perdarahan dan tidak berbahaya.

2. Cedera kepala disebabkan karena,

KECUALI :

A. Kecelakan sepeda motor

B. Kecelakaan mobil

C. Terjatuh dari tempat yang tinggi

D. Kebakar api

3. Sebutkan ciri-ciri cedera kepala sedang,

KECUALI :

Lampiran 7

Page 117: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

A. Gelisah

B. Mengantuk

C. Pasien sadar penuh

D. Bisa mengikuti perintah sederhana

4. Pada penderita cedera kepala sedang-berat

bisa terjadi :

A. Hilang ingatan

B. Ingatannya bagus

C. Mengantuk

D. Tidur

5. Cedera kepala bisa disertai dengan :

A. Keracunan alkohol dan obat-obatan

B. Mengantuk

C. Mengigau

D. Tidur

6. Gelisah, mengantuk dengan atau tanpa gangguan kesadaran merupakan ciri-

ciri dari :

A. Cedera kepala sedang

B. Cedera kepala ringan

C. Pusing

D. Stress

7. Keadaan penurunan kesadaran/koma merupakan ciri-ciri dari :

A. Cedera kepala berat

B. Cedera kepala ringan

C. Tidur

D. Cedera kepala sedang

8. Penaganan korban cedera, yaitu ;

A. Kepala ditempatkan pada tempat yang sejajar

B. Diberi bantal yang tinggi

C. Didudukkan

D. Dimiringkan

9. Ciri-ciri koma adalah :

Page 118: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

A. Gerakan spontan/langsung

B. Pasien bisa berbicara dengan baik

C. Tidak ada gerakan spontan

D. Pasien bisa merasakan nyeri

10. Penderita cedera kepala yang tidak sadar membutuhkan perawatan antara

lain, KECUALI :

A. Mulut dan gigi harus senantiasa dibersihkan paling sedikit 2 kali sehari

oleh petugas/perawat

B. Mata harus dilindungi dan dapat diberikan salep mata atau tetes mata

yaitu tetrasiklin, lalu mata ditutupi dengan plester/kapas oleh

petugas/perawat

C. Bagian tubuh yang mengalami tekanan harus diistirahatkan secara

berganti-ganti, misalnya dengan miring kiri miring kanan dibawah bagian

tubuh yang mengalami tekanan misalnya tumit kaki, siku, dan lain-lain

yang dilakukan oleh petugas/perawat

D. Pasien harus dimandikan dikamar mandI

11. Yang harus diperhatikan pada pasien setelah pulang dari rumah adalah :

A. Sukar dibangunkan dan susah bicara

B. Sering capek

C. Keseleo

D. Bicara lancar

12. Sukar bangun, sukar bicara, pusing, muntah, setelah pulang dari rumah

sakit, maka harusnya klien dibawa :

A. Dibawa ke UGD rumah sakit

B. Ke apotik

C. Ke dukun

D. Ke paranormal

13. Pasien cedera kepala harus kontrol setiap :

A. 2 hari sekali

B. 2 minggu sekali

C. 1 minggu 3 kali

D. Tiap hari

14. Pemeriksaan tingkat kesadaran klien cedera kepala diukur menggunakan :

A. GCS (Glasgow Coma Scale)

Page 119: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

B. Tensimeter

C. Disuntuik

D. Dengan termometer

15. Jenis-jenis cedera kepala adalah, KECUALI :

A. Cedera kepala ringan

B. Cedera kepala sedang

C. Cedera kepala berat.

D. Sakit kepala

LEMBAR PERTANYAAN

Umur :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Hubungan Dengan Klien :

Jawablah pertanyaan dibawah ini sesuai dengan keadaan yang anda alami,

dengan memberi tanda () pada setiap point-nya.

1. Apakah anda mengalami perasaan cemas saat ini , ditandai dengan :

Firasat buruk

Takut akan pikiran sendiri

Mudah tersinggung

2. Apakah anda mengalami ketegangan, yang ditandai dengan :

Merasa tegang

Lesu

Tidak dapat istirahat tenang

Mudah terkejut

Mudah menangis

Gemetar

3. Apakah anda merasakan ketakutan, ditandai oleh :

Ketakutan pada gelap

Ketakutan ditinggal sendiri

Page 120: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

Ketakutan pada orang asing

Ketakutan pada binatang besar

Ketakutan pada keramaian lalu lintas

Ketakutan pada kerumunan orang banyak

4. Apakah anda mengalami gangguan tidur atau sulit tidur, ditandai oleh :

Sukar memulai tidur

Terbangun malam hari

Tidak pulas

Mimpi buruk

Mimpi yang menakutkan

5. Apakah anda mengalami gangguan dalam mengingat / konsentarasi ditandai

oleh :

Sukar konsentrasi

Daya ingat buruk

Sering bingung

6. Apakah anda merasa depresi / bingung saat ini yang ditandai oleh :

Kehilangan minat

Sedih

Bangun dini hari

Kurangnya kesenangan pada hobi

Perasaan berubah sepanjang hari

7. Apakah anda mengalami gejala - gejala ditandai oleh :

Nyeri pada otot

Kaku

Kedutan otot / mata

Gigi gemeretak

Suara tidak stabil/ serak

8. Apakah anda mengalami gangguan panca indra seperti ditandai oleh :

Telinga berdenging

Penglihatan kabur

Muka merah dan pucat

Merasa lemah / lemas

Perasaan ditusuk-tusuk

9. Apakah anda mengalami tanda-tanda dibawah ini yang ditandai oleh :

Page 121: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

Denyut nadi cepat

Berdebar-debar

Nyeri dada

Denyut nadi mengeras

Rasa lemas seperti mau pingsan

Detak jantung lemah / hilang sekejap

10. Apakah anda mengalami gejala pernapasan ditandai oleh :

Rasa tertekan atau sempit di dada

Perasaan tercekik

Merasa nafas pendek / sesak

Sering menarik nafas panjang

11 Apakah anda merasakan gangguan di pencernaan / perut yang ditandai oleh:

Sulit menelan

Mual muntah

Berat badan menurun

Sulit buang air besar

Perut melilit

Gangguan pencernaan (diare)

Rasa panas di perut

Nyeri lambung sebelum / sesudah makan

Perut terasa kembung atau penuh

12 Apakah anda mengalami gangguan saat berkemih yang ditandai oleh :

Sering kencing

Tidak dapat menahan kencing

Menstruasi tidak teratur

Tidak mau berhubungan (suami istri)

13. Apakah anda mengalami gangguan seperti dibawah ini :

Mulut kering

Muka merah kering

Mudah berkeringat

Pusing, sakit kepala

Bulu - bulu berdiri

14 pakah saat Perilaku sewaktu wawancara, ditandai oleh :

Page 122: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Dengan

Gelisah

Tidak tenang

Mengerutkan dahi atau kening

Otot tegang / kaku

Nafas pendek dan cepat (terengah-engah)

Muka merah