Upload
vuongdiep
View
247
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PERBANDINGAN MAKNA KORUPSI PADA ILUSTRASI SAMPUL
ANTARA MAJALAH GATRA DAN TEMPO TAHUN 2013
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Meraih Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh
ATHIFA RAHMAH
NIM: 1110051100061
KONSENTRASI JURNALISTIK
JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H/2014 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (S1) di Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Depok, September 2014
Athifa Rahmah
i
ABSTRAK
Athifa Rahmah
PERBANDINGAN MAKNA KORUPSI PADA ILUSTRASI SAMPUL
ANTARA MAJALAH GATRA DAN TEMPO TAHUN 2013
Majalah adalah penerbitan berkala yang menggunakan kertas bersampul,
memuat bermacam-macam tulisan yang dihiasi ilustrasi maupun foto-foto. Dari
segi isi dibagi dalam dua jenis yakni majalah umum dan majalah khusus. Isinya
meliputi berbagai liputan jurnalistik, pandangan tentang topik aktual yang patut
diketahui pembaca. Majalah berita terbesar dan teraktual di Indonesia di antaranya
Gatra dan Tempo. Keduanya merupakan dua majalah berita terbesar di Indonesia
yang terbit setiap minggu. Hal ini untuk menjaga keaktualan berita.
Sampul majalah merupakan gerbang untuk mengantarkan pembaca masuk
ke dalam isi majalah. Sebagian besar majalah Gatra dan Tempo menggunakan
ilustrasi pada sampulnya. Pada beberapa edisi khususnya kasus-kasus korupsi,
baik Gatra maupun Tempo seringkali menggunakan ilustrasi yang bersifat
mengejek untuk menarik pembaca.
Kemudian muncul pertanyaan bagaimana representasi makna pada
ilustrasi sampul majalah Gatra dan Tempo tahun 2013 yang bertema korupsi? Apa
saja perbandingan mengenai makna korupsi pada ilustrasi sampul antara majalah
Gatra dan Tempo tahun 2013 yang bertema korupsi?
Melihat konteks penelitian, tinjauan teoritis yang digunakan adalah
semiotika menurut Charles Sanders Peirce, yaitu dengan melihat makna atas sign
(ikon, indeks, dan simbol), object dan interpretant. Ikon merupakan tanda yang
dirancang untuk merepresentasikan sumber acuan melalui simulasi atau
persamaan (artinya, sumber acuan dapat dilihat, didengar, dan seterusnya dalam
ikon). Indeks merupakan tanda yang dirancang untuk mengindikasikan sumber
acuan atau saling menghubungkan sumber acuan. Sedangkan simbol merupakan
tanda yang dirancang untuk menjadkan sumber acuan melalui kesepakatan atau
persetujuan.
Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis
semiotik yang bersifat kualitatif model deskriptif. Data yang didapatkan adalah
ilustrasi sampul majalah Gatra dan Tempo selama 2013 yang bertemakan korupsi.
Dikarenakan perbandingan, dipilih edisi yang menampilkan ilustrasi kasus
korupsi yang sama. Juga ditambah dengan observasi buku dan dokumentasi.
Setelah melihat delapan ilustrasi sampul majalah yang diteliti, maka
kesimpulannya, meski mengangkat kasus korupsi yang sama, antara Gatra dan
Tempo mempunyai cara yang berbeda dalam menginterpretasikan setiap kasus ke
bentuk ilustrasi. Hal ini terkait dengan kebijakan redaksional dan ideologi yang
dianut oleh sebuah majalah.
Kata Kunci: Semiotika, Majalah Gatra dan Tempo, Ilustrasi, Sampul, dan
Korupsi
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’allaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillahirobbil’alamin, puja dan puji syukur peneliti panjatkan
hanya kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, nikmat, dan karunia
yang begitu banyak sehingga dengan ridho-Nya peneliti dapat menyelesaikan
skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa selalu tercurahkan kepada junjungan
kita Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan banyak pencerahan kepada
umatnya, dari zaman jahiliyah menuju zaman penuh ilmu seperti yang kita
rasakan sekarang.
Alhamdulillah peneliti telah menyelesaikan skripsi sebagai tugas akhir
pendidikan Strata Satu (S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Peneliti
menyadari tanpa bantuan dan bimbingan serta dorongan dari berbagai pihak,
penelitian skripsi ini tidak akan selesai, untuk itu pada kesempatan kali ini peneliti
ingin menyampaikan kata terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr. H. Arief Subhan,
M.Ag, Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr. Suparto, M.Ed, M.A, Wakil
Dekan II Bidang Administrasi Umum, Drs. Jumroni, M.Si, serta Wakil
Dekan III Bidang Kemahasiswaan, Dr. H. Sunandar Ibnu Nur, MA.
2. Ketua Konsentrasi Jurnalistik, Kholis Ridho, M.Si serta Sekretaris
Konsentrasi Jurnalistik, Dra. Hj. Musrifah Nurlaily, MA yang telah
banyak meluangkan waktunya untuk membantu menyelesaikan kuliah.
iii
3. Dosen Pembimbing Skripsi, Dr. Rulli Nasrullah, M.Si yang telah
menyediakan waktu di tengah kesibukannya untuk membimbing peneliti
sehingga skripsi ini selesai dengan baik. Terima kasih atas bimbingan,
ilmu, dan pencerahan yang telah Bapak berikan selama peneliti
mengerjakan skripsi.
4. Segenap Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, yang
namanya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih atas ilmu
dan dedikasi yang diberikan kepada peneliti.
5. Yang paling spesial teruntuk kedua orang tua peneliti, Ibunda Riski
Soeciningsih dan Ayahanda R. Kristianto Harijono, yang senantiasa
mencurahkan doa, cinta, kasih sayang, dan motivasinya kepada peneliti
sampai peneliti mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Untuk
ketujuh adik-adik peneliti yang selalu membuat warna di kehidupan
peneliti.
6. Segenap keluarga besar, khususnya untuk Mbah Kakung, Mbah Putri,
Eyang Putri, Budhe, Pakde, Om, Tante, dan sepupu-sepupu. Terima kasih
atas dukungan semangatnya kepada peneliti hingga skripsi ini selesai.
7. Terima kasih untuk sahabat-sahabat peneliti selama kuliah, Aulia Rahmi,
Latifah, dan Ika Suci Agustin. Untuk teman-teman Rongo, Nisa, Fajria,
Ntep, Diyah, Damar, Dwiyan, dan Tyo. Terima kasih untuk empat tahun
kebersamaan, tangis, canda dan tawa. Semoga pertemanan kita tidak
hanya sampai pada masa kuliah.
iv
8. Teman-teman Jurnalistik A, B, dan C 2010 yang tidak dapat peneliti
sebutkan satu-persatu.
9. Teman-teman KKN SIMFONI 2013 Tanjakan Mekar. Terima kasih atas
pengalaman hidup bersama satu bulan yang penuh rasa kekeluargaan.
10. Terima kasih kepada teman-teman di Aliansi Remaja Independen yang
telah banyak merubah cara pandang peneliti terhadap sesuatu hal.
11. Terima kasih kepada teman-teman di Save Street Child atas pengalaman
berorganisasi, bertemu dan berdiskusi dengan orang-orang hebat yang
menginspirasi.
12. Teman-teman di KMPLHK RANITA yang telah merubah peneliti menjadi
wanita ‘tangguh’. Terima kasih atas pengalaman naik gunung, wall
climbing, dan rafting yang tidak akan peneliti lupa.
Peneliti menyadari bahwa dalam skripsi masih banyak kekurangan. Karena
itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat peneliti harapkan sehingga
skripsi ini menjadi jalan penerang bagi peneliti dan bermanfaat bagi pembaca.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh
Depok, September 2014
Athifa Rahmah
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah ............................................................ 2
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................... 3
D. Tinjauan Pustaka ......................................................................................... 4
E. Metodologi Penelitian ................................................................................ 5
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Pesan dan Ideologi pada Ilustrasi Sampul Majalah ..................................... 10
1. Pengertian Majalah .............................................................................. 10
2. Pengertian Sampul Majalah ................................................................. 12
B. Makna Korupsi dan Islam ........................................................................... 18
1. Makna Korupsi ..................................................................................... 18
2. Korupsi dalam Pandangan Islam .......................................................... 27
C. Semiotika sebagai Upaya Melihat Tanda dan Ideologi .............................. 33
1. Semiotika .............................................................................................. 33
2. Semiotika Charles Sanders Pierce ........................................................ 36
BAB III PROFIL MAJALAH GATRA DAN TEMPO
A. Sejarah dan Perkembangan Majalah Gatra dan Tempo ............................. 39
1. Sejarah Tempo Inti Media ..................................................................... 39
2. Sejarah Gatra ........................................................................................ 41
B. Visi dan Misi .............................................................................................. 43
1. Visi dan Misi Tempo Inti Media .......................................................... 43
2. Visi dan Misi Majalah Gatra ................................................................ 44
C. Korupsi dalam Majalah Gatra dan Tempo ................................................. 44
vi
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Analisis Semiotika pada Ilustrasi Sampul Majalah Gatra dan Tempo ....... 45
B. Perbandingan Makna Korupsi pada Ilustrasi Majalah Gatra dan Tempo ... 95
1. Perbandingan 1 ....................................................................................... 95
2. Perbandingan 2 ....................................................................................... 98
3. Perbandingan 3 ..................................................................................... 100
4. Perbandingan 4 ..................................................................................... 102
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................... 104
B. Saran ......................................................................................................... 106
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 107
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Sampul Majalah Gatra Edisi 07 - 13 Februari 2013 ....................... 46
Gambar 4.2 Sampul Majalah Tempo Edisi 11 - 17 Februari 2013 ..................... 52
Gambar 4.3 Sampul Majalah Gatra Edisi 14 - 20 Februari 2013 ........................ 61
Gambar 4.4 Sampul Majalah Tempo Edisi 18 - 24 Februari 2013 ..................... 67
Gambar 4.5 Sampul Majalah Gatra Edisi 16 - 22 Mei 2013 .............................. 73
Gambar 4.6 Sampul Majalah Tempo Edisi 20 - 26 Mei 2013 ............................ 79
Gambar 4.7 Sampul Majalah Gatra Edisi 07 - 13 November 2013 .................... 85
Gambar 4.8 Sampul Majalah Tempo Edisi 07 - 13 Oktober 2013 ...................... 90
Gambar 4.9 Perbandingan 1 ................................................................................ 95
Gambar 4.10 Perbandingan 2 .............................................................................. 98
Gambar 4.11 Perbandingan 3 ............................................................................. 100
Gambar 4.12 Perbandingan 4 ............................................................................ 102
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 ............................................................................................................... 45
Tabel 4.2 ............................................................................................................... 49
Tabel 4.3 ............................................................................................................... 50
Tabel 4.4 ............................................................................................................... 56
Tabel 4.5 ............................................................................................................... 57
Tabel 4.6 ............................................................................................................... 63
Tabel 4.7 ............................................................................................................... 64
Tabel 4.8 ............................................................................................................... 69
Tabel 4.9 ............................................................................................................... 70
Tabel 4.10 ............................................................................................................. 74
Tabel 4.11 ............................................................................................................. 75
Tabel 4.12 ............................................................................................................. 81
Tabel 4.13 ............................................................................................................. 82
Tabel 4.14 .............................................................................................................. 86
Tabel 4.15 ............................................................................................................. 87
Tabel 4.16 ............................................................................................................. 93
Tabel 4.17 ............................................................................................................. 93
Tabel 4.18 ............................................................................................................. 96
Tabel 4.19 ............................................................................................................. 98
Tabel 4.20 ............................................................................................................. 99
Tabel 4.21 ........................................................................................................... 101
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Majalah adalah sebuah media publikasi yang diterbitkan secara berkala.
Sebuah majalah berisi berbagai artikel, gambar, cerita pendek, opini, ilustrasi,
dan kanal lainnya. Karena lengkapnya informasi yang diberikan, majalah
seringkali dijadikan bahan rujukan oleh para pembaca. Majalah menjadi salah
satu media yang menyediakan nilai-nilai informasi sekaligus hiburan, yang
juga memiliki segmentasi secara khusus.
Meski tak seaktual surat kabar yang terbit setiap hari, majalah yang terbit
setiap minggu, dwi mingguan atau bahkan bulanan memiliki strategi dan gaya
penyajian tersendiri agar majalah tetap menarik untuk dibaca. Majalah berita
merupakan salah satu contoh dari majalah mingguan, yang memiliki
segmentasi masyarakat umum. Siapapun bisa membaca dan menikmati majalah
berita karena sifatnya yang mengikuti berita-berita umum yang aktual.
Ada banyak majalah berita yang dikenal di pasaran Indonesia, seperti
majalah Gatra, Tempo, dan Sindo. Di dalam sebuah majalah, terkandung
banyak elemen grafis seperti foto, tipografi, warna, ilustrasi, dan elemen lain.
Dalam sampul majalah, ilustrasi dan foto merupakan materi yang umum
digunakan. Ilustrasi dan foto pada sampul majalah harus mampu mewakili isi
dari tema tertentu yang diangkat pada edisi yang akan terbit atau sesuai dengan
ideologi dari majalah. Ilustrasi dan foto digunakan untuk membantu
mengkomunikasikan pesan dari sebuah judul dengan cepat kepada para
2
pembaca atau khalayak. Dalam sampul majalah, tersimpan gambaran pesan
yang tidak terbaca oleh setiap pembaca, namun menjadi kesimpulan mengenai
edisi yang sedang terbit.
Sampul majalah harus terlihat menarik agar masyarakat tertarik untuk
membeli dan membacanya. Sampul majalah menjadi salah satu faktor apakah
suatu majalah akan laku atau tidak di pasaran. Sebelum membeli, orang akan
melihat dan memperhatikan terlebih dahulu sampul majalahnya. Dua majalah
di Indonesia yang menggunakan pendekatan ilustrasi pada sampulnya adalah
Gatra dan Tempo. Selain itu keduanya merupakan dua majalah berita terbesar
di Indonesia dengan jumlah oplah 110.000 – 180.000 eksemplar setiap terbit.
Majalah Gatra dan Tempo merupakan majalah berita mingguan yang terbit
setiap seminggu sekali.
Baik majalah Gatra maupun Tempo, masing-masing memiliki ciri khas
dalam penyajian ilustrasi terutama saat mengangkat laporan utama kasus-kasus
korupsi di Indonesia. Penyajian ilustrasi untuk kasus-kasus korupsi pada
sampul majalah Gatra maupun Tempo beberapa cukup keras menyindir elit
politik yang terlibat dalam kasus korupsi.
Tahun 2013, berbagai kasus korupsi berhasil diungkap oleh Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK). Pejabat pemerintahan dari mulai menteri,
anggota DPR RI, gubernur bahkan ketua dari sebuah lembaga konstitusi yang
sangat dihormati menjadi tersangka pada kasus korupsi di tahun 2013. Dalam
hal ini sebut saja Akil Mochtar, seorang hakim dan Ketua Mahkamah
Konstitusi. Ia ditetapkan menjadi tersangka setelah dilakukan penyelidikan
oleh KPK. Akil terbukti menerima suap dari berbagai kasus sengketa pilkada
3
yang ditanganinya. Tak hanya pejabat pemerintahan, beberapa petinggi partai
yang dekat dengan pejabat pemerintahan juga terjebak dalam kasus-kasus
korupsi di tahun 2013. Seperti Ketua Umum Partai Keadilan Sejahtera, Luthfi
Hasan Ishaaq yang ditetapkan sebagai tersangka atas keterlibatannya dalam
kasus korupsi pengaturan kuota daging sapi impor juga Anas Urbaningrum
yang menjadi tersangka atas kasus Hambalang.
Menjamurnya kasus korupsi di kalangan pejabat pemerintah
mengakibatkan kekhawatiran, karena perbuatan korupsi sangat merugikan
negara dan masyarakat. Di dalam Islam, korupsi diibaratkan seperti perbuatan
mencuri. Meski dianggap sebagai perbuatan mencuri, Islam tidak membahas
secara detail mengenai hukuman korupsi.
Oleh karena permasalahan yang menjadi fokus penelitian ini adalah terkait
dengan tanda-tanda dalam foto, maka untuk menjawab permasalahan tersebut
digunakan pendekatan yakni semiotika Charles Sanders Peirce. Peneliti akan
meneliti perbandingan makna korupsi yang muncul dari masing-masing
ilustrasi sampul majalah Gatra dan Tempo tahun 2013 yang bertema korupsi
melalui pendekatan semiotika. Mengapa membandingkan? Peneliti
menganalisa bahwa ada perbedaan-perbedaan dalam menampilkan sebuah
kasus korupsi menjadi ilustrasi sampul di antara kedua majalah. Seperti
perbedaan tokoh yang ditampilkan, ekspresi atau gesture, dan tanda-tanda
lainnya, sehingga menimbulkan representasi makna yang berbeda-beda pula.
Dari uraian latar belakang di atas, peneliti tertarik meneliti dengan judul
Perbandingan Makna Korupsi Pada Ilustrasi Sampul Antara Majalah
Gatra dan Tempo Tahun 2013.
4
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Mengingat majalah Gatra dan Tempo adalah majalah mingguan,
maka untuk membatasi pembahasan dalam penelitian ini peneliti hanya
meneliti analisis semiotika pada beberapa ilustrasi sampul majalah Gatra
dan Tempo tahun 2013 yang bertema korupsi.
2. Rumusan Masalah
Untuk memperjelas masalah yang akan diteliti oleh peneliti, maka
peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:
a. Bagaimana representasi makna pada ilustrasi sampul majalah Gatra
dan Tempo tahun 2013 yang bertema korupsi?
b. Apa saja perbandingan mengenai makna korupsi pada ilustrasi sampul
majalah Gatra dan Tempo tahun 2013 yang bertema korupsi?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah memberi pengetahuan mengenai
perbandingan makna korupsi dalam ilustrasi sampul antara majalah Gatra dan
Tempo dan untuk mengatasi salah membaca pesan dari sebuah ilustrasi sampul
majalah.
Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
dalam perkembangan kajian media massa melalui majalah, khususnya
5
ilustrasi sampul majalah untuk Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi konsentrasi Jurnalistik.
2. Manfaat Praktis. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi awal
bagi penelitian serupa di masa mendatang. Selain itu juga memberi
masukan akademis bagi para tim produksi majalah.
D. Tinjauan Pustaka
Dalam menentukan judul skripsi ini peneliti sudah mengadakan tinjauan
pustaka ke perpustakaan yang terdapat di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi dan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Peneliti
belum menemukan skripsi mahasiswa/i yang meneliti tentang judul ini. Ada
beberapa skripsi mahasiswa/i yang hampir serupa, namun berbeda dengan yang
peneliti teliti, di antaranya:
Analisis Semiotika Foto Berita Headline Koran Tempo karya Angga Rizal
Nurhuda, Semiotika Keluarga Pada Cover Majalah Ummi karya Virlindayani
Nur Maulida, Analisis Semiotik Kritik Sosial Handphone Dalam Kartun Benny
& Mice Talk About Hape karya Nurma Wazibali.
Dengan begitu, maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa belum ada
mahasiswa/i yang meneliti tentang Perbandingan Makna Korupsi Pada
Ilustrasi Sampul Antara Majalah Gatra dan Tempo Tahun 2013 di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
6
E. Metodologi Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan paradigma penelitian
konstruktivis yang bersifat subjectivist. Data yang didapat adalah sesuatu
yang menjadi perasaan dan keinginan pihak yang diteliti untuk
menyatakannya dengan penafsiran atau konstruksi makna.
2. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif bertujuan untuk menjelaskan suatu fenomena dengan
lebih mendalam melalui pengumpulan data sebanyak-banyaknya.
Penelitian sosial dengan pendekatan kualitatif memiliki relasi dengan
analisis data visual dan data verbal yang merefleksikan pengalaman sehari-
hari.
3. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis semiotika yang bersifat kualitatif deskriptif yang bertujuan
membuat deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat tentang fakta-
fakta dan sifat-sifat populasi atau objek tertentu.1 Analisis semiotika
memberi penekanan pada pencarian makna melalui relasi-relasi tanda yang
ada dalam teks itu sendiri (bukan relasi teks dengan pengarangnya,
pembacanya atau konteksnya).2 Pendekatan teori semiotika yang peneliti
lakukan memakai pendekatan teori semiotik Charles Sanders Peirce.
1 Rachmat Krisyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta: Kencana 2006) Cet-2,
h. 69. 2 M, Antonius Birowo, Metode Penelitian Komunikasi Teori dan Aplikasi (Yogyakarta:
Gitanyali, 2004), h. 63.
7
4. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah majalah Gatra dan Tempo. Sedangkan
objek pada penelitian ini adalah beberapa ilustrasi dari sampul majalah
Gatra dan Tempo tahun 2013 yang bertema korupsi. Berdasarkan
pengamatan peneliti, selama tahun 2013 ada empat edisi di Gatra dan
Tempo yang menampilkan ilustrasi sampul dengan tema kasus korupsi
yang sama. Berikut adalah judul pada ilustrasi sampul majalah Gatra dan
Tempo yang akan diteliti:
a. Majalah Gatra
- Politik Daging Sapi (Edisi 07 - 13 Februari 2013)
- Ada Apa Dengan Anas (Edisi 14 - 20 Februari 2013)
- Setelah Lutfi Siapa Lagi (Edisi 16 - 22 Mei 2013)
- Kisah Dangdut Akil Mochtar (Edisi 07 - 13 November 2013)
b. Majalah Tempo
- Hangus! (Edisi 11 - 17 Februari 2013)
- Buruk Anas Partai Dibelah (Edisi 18 - 24 Februari 2013)
- Selingkuh Fathanah dan Partai Dakwah (Edisi 20 - 26 Mei 2013)
- Wani Piro? (Edisi 07 - 13 Oktober 2013)
5. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dengan menggunakan semiotika model
Charles Sanders Peirce yang membagi tanda atas icon (ikon), index
(indeks) dan symbol (simbol). Ikon adalah tanda yang hubungan antara
penanda dan pertandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah atau dengan
kata lain, ikon adalah hubungan antara tanda dan objek atau acuan yang
8
bersifat kemiripan. Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya
hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau
hubungan sebab akibat, atau tanda yang langsung mengacu pada
kenyataan. Sedangkan simbol adalah tanda yang menunjukkan hubungan
alamiah antara penanda dengan petandanya.3
Menurut Charles Sanders Peirce, semiotika berangkat dari tiga
elemen utama tersebut, yang disebut Peirce sebagai teori segitiga makna
atau triangle meaning.4
6. Teknik Pengumpulan Data
Adapun tahapan-tahapan dalam pengumpulan data, peneliti
menggunakan metode mengumpulkan majalah dan pengamatan secara
menyeluruh dari semua sampul majalah maupun isi teks.
a. Observasi
Observasi adalah metode pertama yang digunakan dalam penelitian
ini, dengan melakukan pengamatan secara sistematis terhadap
fenomena-fenomena yang diselidiki. Observasi pada penelitian ini
diartikan sebagai kegiatan mengamati subjek (majalah Gatra dan
Tempo) dan objek (ilustrasi sampul majalah Gatra dan Tempo tahun
2013 yang bertema korupsi) secara langsung. Pada penelitian ini,
peneliti hanya menggunakan analisis dokumen sebagai instrumen
observasi. Analisis dokumen hanya mengamati dokumen sebagai
sumber informasi dan menginterpretasikannya ke dalam hasil
3 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), h. 42.
4 Rachmat Krisyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta: Kencana, 2006), cet.
2, h. 263.
9
penelitian. Dokumen yang digunakan yaitu majalah Gatra dan Tempo
tahun 2013 yang bertema korupsi.
b. Dokumentasi
Dokumentasi adalah penelitian yang mengumpulkan, membaca dan
mempelajari berbagai bentuk data tertulis (buku, majalah atau jurnal)
yang terdapat di perpustakaan, internet atau instansi lain yang dapat
dijadikan analisis dalam penelitian ini.
10
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pesan dan Ideologi pada Ilustrasi Sampul Majalah
1. Pengertian Majalah
Majalah adalah penerbitan berkala yang berisi bermacam-macam
artikel dalam subyek yang bervariasi. Majalah biasanya memiliki artikel
mengenai topik populer yang ditujukan kepada masyarakat dan ditulis
dengan gaya bahasa yang mudah dimengerti oleh banyak orang.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) majalah adalah
terbitan berkala yang isinya meliputi berbagai liputan jurnalistik,
pandangan tentang topik aktual yang patut diketahui pembaca, dan
menurut waktu penerbitannya dibedakan atas majalah bulanan, tengah
bulanan, mingguan, dan sebagainya, dan menurut penyusunan isinya
dibedakan atas majalah berita, wanita, remaja, olahraga, sastra, ilmu
pengetahuan tertentu, dan sebagainya.
Menurut ensiklopedia pers Indonesia majalah adalah penerbitan
berkala yang menggunakan kertas bersampul, memuat bermacam-macam
tulisan yang dihiasi ilustrasi maupun foto-foto. Dari segi isi dibagi dalam
dua jenis yakni majalah umum, yaitu majalah yang memuat karangan-
karangan pengetahuan umum, karangan-karangan yang menghibur,
gambar-gambar, olahraga, film, seni, dll. Majalah khusus, yaitu majalah
yang hanya memuat karangan-karangan mengenai bidang-bidang khusus,
11
seperti majalah wanita, majalah keluarga, majalah humor, majalah
kecantikan, politik, kebudayaan, cerpen, dll.1
Meskipun sama-sama sebagai media cetak, majalah tetap dapat
dibedakan dengan surat kabar, karena majalah memiliki karakteristik
tersendiri, yaitu2:
1. Penyajian lebih dalam.
Frekuensi terbit majalah pada umumnya adalah mingguan
selebihnya dwi mingguan, bahkan bulanan (satu kali sebulan).
Majalah berita biasanya terbit mingguan, sehingga para reporternya
mempunyai waktu cukup lama untuk memahami dan mempelajari
suatu peristiwa. Mereka juga mempunyai waktu yang leluasa untuk
melakukan analisis terhadap peristiwa tersebut, sehingga penyajian
berita dan informasinya dapat dibahas secara lebih mendalam.
2. Nilai aktualitas lebih lama.
Apabila nilai aktualitas surat kabar hanya berumur satu hari, maka
nilai aktualitas majalah bisa satu minggu. Sebagai contoh, kita akan
menganggap usang surat kabar kemarin atau dua hari yang lalu bila
kita baca saat ini. Akan tetapi kita tidak pernah menganggap usang
majalah yang terbit dua atau tiga hari yang lalu. Sebagaimana kita
alami bersama, bahwa dalam membaca majalah kita tidak pernah
tuntas sekaligus. Pada hari pertama kita hanya membaca topik yang
kita senangi atau relevan dengan profesi kita, hari esok dan seterusnya
1 Kurniawan Effendi, Ensiklopedia Pers Indonesia (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama), h.
154-155. 2 Ardianto, Elvinaro, & Lukiati Komala Erdiyana, Komunikasi Massa Suatu Pengantar
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), h. 113-114.
12
kita membaca topik lain sebagai referensi. Dengan demikian, majalah
mingguan baru tuntas kita baca dalam tempo tiga atau empat hari.
3. Gambar atau foto lebih banyak.
Jumlah halaman majalah lebih banyak, sehingga selain penyajian
beritanya yang mendalam majalah juga dapat menampilkan gambar
atau foto yang lengkap dengan ukuran besar dan kadang-kadang
berwarna, serta kualitas kertas yang digunakan pun lebih baik. Foto-
foto yang ditampilkan majalah memiliki daya tarik tersendiri apabila
foto tersebut sifatnya eksklusif.
4. Di samping foto, cover atau sampul majalah juga merupakan daya
tarik tersendiri.
Sampul majalah adalah ibarat pakaian dan aksesori pada manusia.
Sampul majalah biasanya menggunakan kertas yang bagus dengan
gambar dan warna yang menarik pula. Menarik tidaknya sampul
majalah sangat bergantung pada tipe majalahnya serta konsistensi
keajegan majalah tersebut dalam menampilkan ciri khasnya.
2. Pengertian Sampul Majalah
Menurut Ellen McCracken yang mengutip pernyataan dari Goerge
Gerbner bahwa sampul majalah memegang peran utama dalam
mengiklankan sebuah majalah yang bertujuan untuk membentuk karakter
budayanya yang dituangkan lewat sebuah sampul majalah itu. Ellen
McCracken menjelaskan bagaimana peran sampul depan majalah ini di
dalam tulisannya The Cover: window to the future self dalam buku
Turning It On, A Reader in Women and Media. Ia menulis bahwa sampul
13
majalah menjadi sebuah nilai tambah serta iklan yang paling penting yang
dilakukan oleh sebuah majalah, karena inilah salah satu alat yang bisa
membedakan majalah satu dengan majalah yang lain. Gaya dan aliran
suatu majalah adalah elemen terpenting dalam memposisikan sebuah
majalah di mana majalah tersebut akan menawarkan dan membentuk
pembaca melalui sebuah proses pemahaman.3
McCracken menambahkan bahwa kebanyakan sampul mencoba
untuk membentuk representasi pembaca yang ideal, yang ingin disasar
oleh pemasang iklan. Selain itu yang sering juga dilakukan adalah sebuah
ikon yang berfungsi sebagai penanda, ataupun konotasi lain pada sebuah
kasus tertentu. Tanpa kecuali, teks verbal pada sampul yang terdiri dari
nama majalah dalam huruf yang besar dan rangkaian topik utama didesain
untuk menarik pembaca dengan tulisan tertentu yang ada di dalam
majalah.4
McCracken juga menyebutkan bahwa identitas gaya atau aliran
sebuah majalah sangat menentukan penjualan majalah dan jumlah
pembaca, dan berperan penting untuk pembaca dalam memahami dirinya
saat dia membacanya. Pesan yang disampaikan dalam sampul secara
umum dapat dilakukan dalam lingkup publik, jadi ketika pembaca
membeli majalah, membaca di ruang publik, ataupun meletakkan majalah
di atas meja sebuah kedai kopi, pembaca lain akan mengenali bahwa
keduanya membaca majalah yang sama. Ketika sebuah sampul
3 Helen Baehr & Ann Gray, Turning It On A Reader in Women & Media (New York: St.
Martin Press Inc, 1996), h. 97. 4 Helen Baehr & Ann Gray, Turning It On A Reader in Women & Media, h. 98.
14
menyandikan sebuah gaya semata-mata digunakan untuk menjual majalah,
sampul tersebut juga menawarkan sebuah ideologi, yang membantu
pembaca dalam menggambarkan diri mereka kepada orang lain.5
McCracken menjelaskan tentang fungsi dari sampul majalah yaitu
untuk membantu apa yang dibangun majalah tersebut dengan melekatkan
definisi awal melalui judul majalah, berita utama, dan foto atau ilustrasi.
Kalimat, penekanan, warna, gambar visual, gambaran tersembunyi dari
karya yang dinikmati sampai pada posisi pada isi sebuah majalah.
Pembaca tidak hanya melihat sebuah isi majalah dari sampulnya, tapi
model interpretasi yang diberikan adalah bagian dari simbol yang ada pada
sampul yang mempunyai pengaruh yang kuat. Sampul adalah hal yang
paling penting dalam beriklan di dunia majalah, dan lalu melalui perannya
sebagai identitas gaya, sistem semiotik, dan kerangka. Hubungan saling
mempengaruhi dari fotografi, kata verbal, dan teks yang berwarna dalam
tiap sampul majalah menciptakan nilai yang dimuat dalam pengertian
kebudayaan tetapi bermaksud untuk menarik pengiklan dan meningkatkan
penjualan. Sampul majalah menjalankan peran sebagai pengenal aliran,
sistem tanda, dan kerangka untuk meraih hasil. Setiap peran yang
dimainkan sangat dekat hubungannya dengan struktur komersial dari
industri majalah dan akan menjadi berbeda dengan tujuan majalah lain
yaitu melakukan perubahan.6
5 Helen Baehr & Ann Gray, Turning It On A Reader in Women & Media (New York: St.
Martin Press Inc, 1996), h. 99. 6 Helen Baehr & Ann Gray, Turning It On A Reader in Women & Media, h. 100.
15
Unsur-unsur dalam sampul depan majalah ternyata juga terdapat
pada iklan cetak. Iklan cetak merupakan sebuah teks yang kompleks
dimana di dalam mengkonstruksikan pesan menggunakan bahasa visual
yang meliputi bahasa gambar dan tulisan. Dalam buku Komunikasi
Periklanan Cetak karangan Dendi Sudiana, dikemukakan beberapa unsur
dalam iklan cetak, dimana unsur-unsur tersebut juga terdapat dalam
halaman muka majalah. Unsur-unsur tersebut antara lain7:
1. Judul
Judul merupakan suatu unsur cetak terpenting dalam persaingan
untuk menarik perhatian pembaca. Ilustrasi mungkin menarik, tetapi
mungkin ditafsirkan terpisah. Dengan pembubuhan judul, pembaca
dituntun dalam penyeberangan dari ilustrasi ke pesan. Dalam suatu
pengertian umum, judul melayani dwifungsinya: (1) secara ringkas dan
langsung menyarankan isi pesan, atau (2) menampilkan daya tarik
terhadap suatu kepentingan dasar pembaca setelah menyajikan pesan
sumber.
Sifat penting judul terhadap badan naskah sangat berperan bagi
pertimbangan tata letak. Bila hasil guna iklan bergantung pada tingkat
keterbatasan teks, judul harus ditampakkan rupa dalam upaya
menuntun mata pembaca dari suatu titik tolak daya tarik ke naskah.
2. Naskah
Naskah iklan meliputi pesan kata-kata. Sebagaimana halnya judul,
semboyan, dan ilustrasi, naskah atau teks merupakan suatu bagian atau
7 Dendi Sudiana, Komunikasi Periklanan Cetak (Bandung: Remadja Karya, 1986), h. 34.
16
unit dalam iklan yang menyandang peranan tertentu masing-masing
pada penampilannya. Fungsi naskah adalah menjelaskan produk atau
jasa yang ditawarkan, sekaligus mengarahkan secara demikian rupa
agar pembaca berpikir, bersikap, dan bertindak sesuai dengan harapan
pemasang iklan. Naskah merupakan komunikasi dengan pengisian
kata-kata secara tepat guna berdasarkan gagasan atau daya tarik
tentang keunggulan, kemajuan, dan keindahan produk atau jasa yang
diiklankan.
Pendekatan kreatif naskah dapat bersifat dogmatis; bersifat
menampilan alasan-alasan, misalnya dengan mengungkapkan fakta-
fakta, bagan, dan statistik; menampilkan daya tarik (appeals), baik
yang menyenangkan maupun yang menggelisahkan (fear appeals).
Bagaimana pun, naskah iklan perlu direka secara menarik, bersahabat,
dan meyakinkan.
3. Ilustrasi
Ilustrasi merupakan salah satu unsur penting yang sering
digunakan dalam komunikasi periklanan karena sering dianggap
sebagai “bahasa universal” yang dapat menembus rintangan yang
ditimbulkan oleh perbedaan bahasa kata-kata (dalam hal ini termasuk
pula foto, diagram, peta, grafik, dan tanda-tanda) dapat
mengungkapkan suatu hal secara lebih cepat dan lebih berhasil guna
daripada teks.
Fungsi ilustrasi dalam iklan adalah:
- Menarik perhatian
17
- Merangsang minat membaca keseluruhan pesan
- Menonjolkan salah satu keistimewaan produk
- Menjelaskan suatu pernyataan
- Memenangkan persaingan dalam menarik perhatian pembaca di
antara rentetan pesan lainnya dalam suatu media yang sama
- Menciptakan suasana yang khas
- Mendramatisasi pesan
- Menonjolkan suatu merk atau menunjang semboyan yang
ditampilkan
- Mendukung judul iklan
4. Logo dan Merk Dagang
Pengkasatmataan iklan melibatkan pengambil keputusan yang
berkenaan dengan “tanda-tanda identifikasi”, terutama logo perusahaan
atau merk dagang. Bila kita perhatikan perilaku konsumen di pasar,
sering terjadi seseorang “membeli merk”, terutama terhadap barang-
barang yang dipandang dapat menaikkan gengsi atau stastusnya di
lingkungan sekitarnya. Dengan demikian logo, logogram, adcuts, dan
merk dagang ternyata dapat memainkan peran penting dalam
komunikasi periklanan.
5. Warna
Dahulu orang memilih warna hanya untuk kebutuhan tertentu
menurut perasaan saja. Pada masa modern ini orang sudah mulai
berpikir secara ilmiah melalui berbagai proses eksperimen, baik secara
fisika, kimiawi, atau seni, bahkan psikologi. Dengan perkataan lain
18
orang-orang sekarang memilih warna dengan kesadaran. Pada
dasarnya, warna adalah suatu mutu cahaya yang dipantulkan dari suatu
objek ke mata manusia.
B. Makna Korupsi dan Islam
1. Makna Korupsi
Korupsi sebagai fenomena penyimpangan dalam kehidupan sosial,
budaya, kemasyarakatan, dan kenegaraan sudah dikaji dan ditelaah secara
kritis oleh banyak ilmuwan dan filosof. Aristoteles misalnya, sejak awal
telah merumuskan sesuatu yang disebutnya sebagai korupsi moral (moral
corruption).8 Korupsi moral merujuk pada berbagai bentuk konstitusi yang
sudah melenceng, hingga para penguasa rezim termasuk dalam sistem
demokrasi, tidak lagi dipimpin oleh hukum, tetapi tidak lebih hanya
berupaya melayani dirinya sendiri.9
Korupsi berasal dari kata Latin Corruptio atau Corruptus.
Kemudian, muncul dalam bahasa Inggris dan Prancis Corruption, dalam
bahasa Belanda Korruptie, selanjutnya dalam bahasa Indonesia dengan
sebutan Korupsi.10
Akan tetapi definisi korupsi yang paling banyak diacu,
termasuk oleh World Bank dan UNDP, adalah “the abuse of public office
for private gain”. Dalam arti yang lebih luas, definisi korupsi adalah
penyalahgunaan kekuasaan publik untuk kepentingan pribadi atau privat
8 Albert Hasibuan, “Titik Pandang Untuk Orde Baru”, dalam Mansyur Semma, Negara
dan Korupsi (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008), h. 32. 9 Mansyur Semma, Negara dan Korupsi (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008), h. 32.
10 A. Hamzah, “Korupsi: Dalam Pengelolaan Proyek Pembangunan”, dalam Mansyur
Semma, Negara dan Korupsi (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008), h. 32.
19
yang merugikan publik dengan cara-cara bertentangan dengan ketentuan
hukum yang berlaku.11
Definisi ini merupakan konsensus yang banyak
diacu para pakar di bidang antikorupsi. Walau demikian, definisi ini belum
sempurna meski cukup membantu dalam membatasi pembicaraan tentang
korupsi. Beberapa kelemahan definisi tersebut di antaranya bias yang
cenderung memojokkan sektor publik, serta definisi yang mencakup
tindakan korupsi oleh privat walaupun sama-sama merugikan publik.12
Korupsi terjadi jika tiga hal terpenuhi, yaitu (1) Seseorang
memiliki kekuasaan termasuk untuk menentukan kebijakan publik dan
melakukan administrasi kebijakan tersebut, (2) Adanya economic rents,
yaitu manfaat ekonomi yang ada sebagai akibat kebijakan publik tersebut,
dan (3) Sistem yang ada membuka peluang terjadinya pelanggaran oleh
pejabat publik yang bersangkutan. Apabila satu dari ketiga parameter ini
tidak terpenuhi, tindakan yang terjadi tidak bisa dikategorikan sebagai
tindakan korupsi.13
Secara umum, tindakan ilegal seperti penggelapan uang dan
penyelundupan selama tidak melibatkan pejabat publik, menurut definisi
di atas, tidak dapat dikategorikan sebagai tindakan korupsi. Padahal,
secara tidak langsung tindakan ini merugikan publik karena mengurangi
pendapatan negara dari sektor pajak. Dalam studi Lambsdorff disebutkan
15
Peter Langseth et al, “The Role of a National Integrity System in Fighting Corruption”,
dalam Wijayanto & Ridwan Zachrie, Korupsi Mengorupsi Indonesia: Sebab, Akibat, dan Prospek
Pemberantasan (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009), h. 6. 12
Wijayanto & Ridwan Zachrie, Korupsi Mengorupsi Indonesia: Sebab, Akibat, dan
Prospek Pemberantasan, h. 6. 13
Arvin. K. Jain, “Corruption: A Review”, dalam Wijayanto & Ridwan Zachrie, Korupsi
Mengorupsi Indonesia: Sebab, Akibat, dan Prospek Pemberantasan (Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 2009), h. 7.
20
bahwa besarnya proporsi bujet pemerintah terhadap GDP suatu negara
berkorelasi positif terhadap tingkat korupsi.14
Definisi tersebut menyamaratakan korupsi di negara yang
menganut sistem kerajaan dan demokrasi. Dalam negara kerajaan, raja
mempunyai wewenang untuk mengatur distribusi kekayaan negara, karena
pada prinsipnya tidak ada pemisahan antara kekayaan negara dan
kekayaan pribadi raja. Seorang raja bisa saja menggunakan uang kerajaan
untuk urusan pribadi dan ini tidak dianggap sebagai tindakan korupsi.
Tindakan yang sama akan menjadi kasus korupsi besar apabila terjadi di
negara demokrasi.15
Sedangkan Transparansi Internasional mempunyai definisi yang
lebih fleksibel tentang korupsi, yaitu “penyalahgunaan kepercayaan yang
diberikan orang lain, untuk kepentingan pribadi”. Di sisi lain, Indonesia
juga telah mengambil langkah maju dalam mendefinisikan tindak korupsi,
saat jenis tindakan yang termasuk dalam kategori korupsi diperluas,
bahkan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi mencantumkan daftar 29 perbuatan yang bisa
dikategorikan sebagai korupsi baik melibatkan maupun tidak melibatkan
pejabat publik.16
14
Johann G. Lambdorff, “Corruption in Empirical Research-A Review”, dalam
Wijayanto & Ridwan Zachrie, Korupsi Mengorupsi Indonesia: Sebab, Akibat, dan Prospek
Pemberantasan (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009), h. 7. 15
Wijayanto & Ridwan Zachrie, Korupsi Mengorupsi Indonesia: Sebab, Akibat, dan
Prospek Pemberantasan, h. 7. 16
Wijayanto & Ridwan Zachrie, Korupsi Mengorupsi Indonesia: Sebab, Akibat, dan
Prospek Pemberantasan, h. 7.
21
Mahzar17
, menandaskan istilah korupsi secara umum sebagai
“tindakan gelap dan tidak sah (illicit or illegal activities)” untuk
mendapatkan keuntungan pribadi atau kelompok. Gagasan yang diambil
dari Philip ini, menyebutkan definisi korupsi sebagai; Pertama, pengertian
korupsi yang berpusat pada kantor publik (public office-centered
corruption), yang didefinisikan sebagai tingkah laku dan tindakan
seseorang pejabat publik yang menyimpang dari tugas-tugas publik formal
untuk mendapatkan keuntungan pribadi, atau keuntungan bagi orang-orang
tertentu yang berkaitan erat dengannya seperti keluarga, karib kerabat dan
teman. Pengertian ini, juga mencakup kolusi dan nepotisme memberikan
patronase lebih karena alasan hubungan kekeluargaan (ascriptive) daripada
merit.
Kedua, pengertian korupsi yang berpusat pada dampak korupsi
terhadap kepentingan umum (public interest-centered). Dalam kerangka
ini, korupsi dapat dikatakan terjadi, jika seorang pemegang kekuasaan atau
fungsionaris pada kedudukan publik yang melakukan tindakan-tindakan
tertentu dari orang-orang yang akan memberikan imbalan (apakah uang
atau materi lain), sehingga dengan demikian merusak kedudukannya dan
kepentingan publik. Ketiga, pengertian korupsi yang berpusat pada pasar
(market-centered) berdasarkan analisis tentang korupsi yang menggunakan
17
Asyumardi Mahzar, “Pemberantasan Korupsi Menuju Tata Pemerintahan yang Lebih
Baik; Makalah Seminar Internasional, Praktik-praktik yang Baik Dalam Memerangi Korupsi di
Asia”, dalam Mansyur Semma, Negara dan Korupsi (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008), h.
34.
22
teori pilihan publik dan sosial, dan pendekatan ekonomi di dalam kerangka
analisis politik.18
Berdasarkan kerangka ini, korupsi berarti lembaga ekstra-legal
yang digunakan individu-individu atau kelompok-kelompok untuk
mendapat pengaruh terhadap kebijakan dan tindakan birokrasi. Karena itu,
eksistensi korupsi jelas mengindikasikan, hanya individu dan kelompok
yang terlibat dalam proses pembuatan keputusan yang lebih mungkin
melakukan korupsi daripada pihak-pihak lain. Masih dalam kerangka ini,
korupsi juga berarti penyalahgunan kekuasaan oleh pegawai atau pejabat
pemerintah untuk mendapatkan tambahan pendapatan dari publik. Dengan
demikian, kedudukan publik telah dijadikan lahan bisnis, yang selalu akan
diusahakannya untuk memperoleh pendapatan sebesar-besarnya.19
Definisi korupsi yang dikemukakan oleh Benveniste dalam bukunya yang
berjudul “Birokrasi”. Dalam buku tersebut, korupsi didefinisikan ke dalam
4 jenis sebagai berikut20
:
a. Discretionery corruption, ialah korupsi yang dilakukan karena adanya
kebebasan dalam menentukan kebijaksanaan, sekalipun nampaknya
bersifat sah, bukanlah praktek-praktek yang dapat diterima oleh para
anggota organisasi. Contoh: Seorang pelayan perijinan Tenaga Kerja
Asing, memberikan layanan yang lebih cepat kepada “calo” atau orang
yang bersedia membayar lebih, ketimbang para pemohon yang biasa-
18
Asyumardi Mahzar, “Pemberantasan Korupsi Menuju Tata Pemerintahan yang Lebih
Baik; Makalah Seminar Internasional, Praktik-praktik yang Baik Dalam Memerangi Korupsi di
Asia”, dalam Mansyur Semma, Negara dan Korupsi (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008), h.
34-35. 19
Mansyur Semma, Negara dan Korupsi, h. 34-35. 20
Suyatno, Korupsi Kolusi dan Nepotisme (Jakarta: CV Muliasari, 2005), h. 17-18.
23
biasa saja. Alasannya karena calo adalah orang yang bisa memberikan
pendapatan tambahan. Dalam kasus ini, sulit dibuktikan tentang
praktek korupsi, karena tidak ada peraturan yang dilanggar.
b. Illegal corruption, ialah suatu jenis tindakan yang bermaksud
mengacaukan bahasa atau maksud-maksud hukum, peraturan dan
regulasi tertentu. Contoh: Di dalam peraturan lelang dinyatakan bahwa
untuk pengadaan barang jenis tertentu harus melalui proses pelelangan
atau tender. Namun karena waktunya mendesak, maka proses tender
itu tidak dimungkinkan. Untuk itu pemimpin proyek mencari dasar
hukum mana yang bisa mendukung atau memperkuat pelaksanaan
pelelangan, sehingga tidak disalahkan oleh inspektur. Dicarilah pasal-
pasal dalam peraturan yang memungkinkan untuk bisa dipergunakan
sebagai dasar hukum guna memperkuat sahnya pelaksanaan tender.
Dari sekian banyak pasal, misal ditemukan suatu pasal yang mengatur
perihal “keadaan darurat”. Dari sinilah dimulainya illegal corruption,
yakni ketika pemimpin proyek mengartikulasikan tentang keadaan
darurat yang dimaksud. Dalam beberapa kasus, letak illegal corruption
berada pada kecanggihan memainkan kata-kata bukan substansinya.
c. Mercenery corruption, ialah jenis korupsi yang dimaksud untuk
memperoleh keuntungan pribadi, melalui penyalahgunaan wewenang
dan kekuasaan. Contoh: Dalam sebuah persaingan tender, seorang
panitia lelang memiliki kewenangan untuk meluluskan peserta tender.
Untuk itu secara terselubung atau terang-terangan ia mengatakan
bahwa untuk memenangkan tender, peserta harus bersedia memberikan
24
uang “sogok” atau “semir” dalam jumlah tertentu. Jika permintaan ini
dipenuhi oleh kontraktor yang mengikuti tender, maka panitia lelang
ini sudah termasuk ke dalam kategori mercenary corruption. Bentuk
“sogok” atau “semir” itu tidak mutlak berupa uang, namun bisa juga
dalam bentuk lain.
d. Ideological corruption, ialah jenis korupsi illegal maupun
discretionary yang dimaksudkan untuk mengejar tujuan kelompok.
Sedangkan menurut tingkatannya, kasus korupsi dibagi menjadi
dua yakni21
:
1. Grand Corruption atau korupsi besar adalah korupsi yang dilakukan
oleh pejabat publik tingkat tinggi menyangkut kebijakan publik dan
keputusan besar di berbagai bidang, termasuk bidang ekonomi.
Korupsi disebut juga corruption by greed atau korupsi akibat
keserakahan karena para pelaku umumnya sudah berkecukupan secara
materiil.
Korupsi ini menyebabkan kerugian negara yang sangat besar
secara finansial maupun nonfinansial. Modus operandi yang umum
terjadi adalah kolusi antara kekuatan ekonomi, kekuatan politik dan
para pengambil kebijakan publik. Melalui pengaruh yang dimiliki,
kelompok kepentingan tertentu mempengaruhi pengambil kebijakan
guna mengeluarkan kebijakan yang menguntungkan kelompoknya.
Apabila pengaruh kelompok tersebut begitu besar dan seolah dapat
21
Wijayanto & Ridwan Zachrie, Korupsi Mengorupsi Indonesia: Sebab, Akibat, dan
Prospek Pemberantasan (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009), h. 18-21.
25
mengontrol proses perumusan kebijakan publik, fenomena ini sering
disebut dengan state capture atau elit capture.
State capture dapat terjadi dalam berbagai bentuk, World Bank
dalam bukunya Anti-Corruption in Transition 2, menjabarkan beberapa
bentuk state capture yaitu: (1) suap kepada anggota DPR untuk
mempengaruhi perundangan, (2) suap kepada pejabat negara untuk
mempengaruhi kebijakan publik, (3) suap kepada lembaga peradilan
untuk memengaruhi keputusan terkait dengan kasus-kasus besar, (4)
suap kepada pejabat bank sentral untuk memengaruhi kebijakan
moneter, dan (5) sumbangan kampanye ilegal untuk partai politik.22
Kerugian terbesar bagi negara dan rakyat tidak saja diakibatkan
oleh besarnya nilai uang yang hilang, tetapi juga bergesernya orientasi
kebijakan publik dari dan untuk kepentingan rakyat menjadi
kepentingan segelintir individu. Dalam jangka menengah dan panjang,
grand corruption akan melahirkan problem struktural yang sulit untuk
ditata ulang. Contoh klasik korupsi besar adalah privatisasi aset negara
secara tidak transparan dan fair, pemberian konsesi eksploitasi
tambang dan kekayaan alam lainnya kepada kelompok tertentu, proses
tender proyek skala besar yang tidak transparan, keringanan pajak dan
biaya masuk untuk sektor dan kelompok tertentu, dan bailout secara
pilih kasih kepada perusahaan tertentu agar lolos dari jebakan krisis
ekonomi.
22
World Bank, “Anti Corruption in Transition 2-Corruption in Enterprise Sate-
Interactionsin Europe and Central Asia 199-2002”, dalam Wijayanto & Ridwan Zachrie, Korupsi
Mengorupsi Indonesia: Sebab, Akibat, dan Prospek Pemberantasan (Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 2009), h. 18.
26
2. Petty Corruption atau korupsi kecil, sering disebut survival corruption
atau corruption by need, adalah korupsi yang dilakukan oleh pegawai
pemerintah guna mendukung kebutuhan hidup sehari-hari, akibat
pendapatan yang tidak memadai.23
Korupsi kecil merupakan fenomena
yang terjadi di banyak negara yang gagal menyusun dan
mengimplementasikan kebijakan publik yang menyejahterakan rakyat.
Pemberantasan korupsi kecil sama strategisnya dengan
pemberantasan grand corruption mengingat: pertama, kendati nilai
kerugian per-kejadian relatif besar, tetapi dikarenakan jumlah kejadian
yang massif, total kerugian yang diderita oleh negara dan masyarakat
akibat korupsi ini sangat besar. Kedua, korupsi kecil ini menyangkut
sisi kehidupan sehari-hari masyarakat. Apabila tidak segera
ditanggulangi, masyarakat akan menganggap korupsi sebagai bagian
dari keseharian mereka yang akan menciptakan masyarakat yang
permisif dan toleran terhadap korupsi. Ketiga, korupsi kecil menyemai
korupsi besar. Pejabat tingkat bawah yang terlibat korupsi kecil dengan
berjalannya waktu akan menjadi pejabat tinggi dengan diskresi
kekuasaan yang besar. Ada kecenderungam seseorang mengulangi
kejahatan yang pernah dilakukannya sepanjang ada kesempatan
sehingga meningkatkan potensi terjadinya korupsi besar.
23
Jeremy Pope et al, “The Role of National Integrity System in Fighting Corruption”,
dalam Wijayanto & Ridwan Zachrie, Korupsi Mengorupsi Indonesia: Sebab, Akibat, dan Prospek
Pemberantasan (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009), h. 19.
27
2. Korupsi dalam Pandangan Islam
Di dalam Islam, konsep atau istilah yang sering dikaitkan dengan
korupsi karena ditinjau dari perspektif sebagai pengkhianatan atas amanah
yang semestinya dipelihara ialah ghulûl. Ghulûl secara leksikal dimaknai
“akhdu al-syai‟ wa dassahu fi mata‟ihi” yang artinya “mengambil sesuatu
dan menyembunyikannya dalam hartanya.” Dalam sejarah Islam, konsep
ghulûl muncul karena adanya penggelapan harta rampasan perang sebelum
dibagikan. Ibn Hajar al-Asqalani mendefinisikannya sebagai “al-khinayah
fi al-maghnam” yaitu “pengkhianatan pada harta rampasan perang.” Di
dalam Al-Quran tindakan ghulûl tersebut dijelaskan dengan sanksi akhirat
tanpa memberikan sanksi yang jelas dalam kehidupan di dunia24
,
sebagaimana yang dijelaskan dalam Q.S. Ali Imran ayat 161 berikut:
“Tidak mungkin seorang nabi berkhianat dalam urusan harta rampasan
perang. Barang siapa yang berkhianat dalam urusan rampasan perang
itu, maka pada hari kiamat ia akan datang membawa apa yang
dikhianatkannya itu; kemudian tiap-tiap diri akan diberi pembalasan
tentang apa yang ia kerjakan dengan (pembalasan) setimpal, sedang
mereka tidak dianiaya.”(Q.S. Ali Imran: 161)
Rasulullah memperinci makna ghulûl ini meliputi tindakan
seseorang yang mengambil sesuatu di luar gajinya yang sudah ditetapkan
24
Majlis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, “Fikih Antikorupsi Perspektif Ulama
Muhammadiyah”, dalam Wijayanto & Ridwan Zachrie, Korupsi Mengorupsi Indonesia: Sebab,
Akibat, dan Prospek Pemberantasan (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009), h. 820.
28
dan orang yang mendapatkan hadiah karena jabatan yang melekat pada
dirinya.25
Selain konsep ghulûl, di dalam Islam dikenal juga istilah risywah
yang secara leksikal mengacu pada kata rasya-yarsyu-risywatan yang
bermakna al-ju‟l yang artinya upah, hadiah, pemberian atau komisi.
Sedangkan risywah secara terminologis adalah tindakan memberikan harta
dan yang sejenis untuk membatalkan hak milik pihak lain atau
mendapatkan atas hak milik pihak lain. Di samping itu, definisi lain
risywah adalah sesuatu yang diberikan seseorang kepada hakim atau yang
lainnya agar orang tersebut mendapatkan kepastian hukum atau sesuatu
yang diinginkannya. Rumusan terakhir ini dikenal dengan istilah “isti‟jal fi
al-qadhiyah”, yakni usaha untuk menyegerakan pengurusan masalah
hukum, termasuk pengurusan masalah lainnya tanpa melalui prosedur
yang berlaku. Dalam bahasa Indonesia, istilah risywah dapat diartikan
sebagai sogok.26
Di dalam Al-Quran dikemukakan jenis korupsi lain yaitu khianat.
Di dalamnya dijelaskan tentang larangan mengkhianati amanat sesama
manusia beriringan dengan larangan mengkhianati Allah dan Rasul-Nya.
Amanat sesama manusia di sini dapat meliputi banyak hal, mulai dari
25
Wijayanto & Ridwan Zachrie, Korupsi Mengorupsi Indonesia: Sebab, Akibat, dan
Prospek Pemberantasan (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009), h. 820. 26
Nasruddin al-Barabbasi, “Kisah-Kisah Islam Antikorupsi”, dalam Wijayanto & Ridwan
Zachrie, Korupsi Mengorupsi Indonesia: Sebab, Akibat, dan Prospek Pemberantasan (Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2009), h. 820.
29
amanat politik, ekonomi, bisnis, sosial, dan pergaulan.27
Sebagaimana
yang dijelaskan dalam Q.S. Al-Anfal ayat 27 berikut:
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengkhianati Allah
SWT dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati
amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.”(Q.S.
Al-Anfal: 27)
Selain ketiga istilah tersebut di atas, di dalam Islam terdapat istilah
ghasab yang artinya “mengambil sesuatu dari tangan seseorang dengan
jalan paksaan” dan saraqah yaitu “tindakan mengambil harta pihak lain
secara sembunyi-sembunyi tanpa ada pemberian amanat atasnya”,
kejahatan ini disinggung dalam Al-Quran. Selanjutnya ada konsep yang
sering juga dikaitkan dengan korupsi, yaitu intikhab (merampas) dan
ikhtilash (mencopet). Dua konsep ini dapat dikatakan korupsi dilihat dari
hakikatnya sebagai pemindahan hak secara melawan hukum.28
Sebagaimana yang dijelaskan dalam Q.S. Al-Mai’dah ayat 38 mengenai
hukuman bagi para pencuri, sebagai berikut:
“Adapun orang laki-laki maupun perempuan yang mencuri, potonglah
tangan keduanya (sebagai) balasan atas perbuatan yang mereka lakukan
27
Wijayanto & Ridwan Zachrie, Korupsi Mengorupsi Indonesia: Sebab, Akibat, dan
Prospek Pemberantasan (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009), h. 821. 28
Majlis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, “Fikih Antikorupsi Perspektif Ulama
Muhammadiyah”, dalam Wijayanto & Ridwan Zachrie, Korupsi Mengorupsi Indonesia: Sebab,
Akibat, dan Prospek Pemberantasan (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009), h. 821.
30
dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.” (Q.S Al-Maidah: 38)
Islam tidak secara spesifik membahas jenis hukuman bagi para
koruptor. Setidaknya terdapat beberapa model hukuman yang dapat
diberlakukan kepada pelaku korupsi seperti pertama, sanksi di dunia
berupa hukuman sebagaimana pencuri, dan diusir atau diasingkan
sebagaimana hirabah atau qath‟u al-thariq dalam kondisi dikhawatirkan
mengancam kehidupan atau keselamatan orang lain.29
Kedua, sanksi sosial saat masyarakat secara sadar akan
merendahkan orang-orang yang mendapatkan harta yang diraih dengan
jalur tidak halal atau koruptif. Sanksi tersebut dapat berupa30
:
1. Dijauhi oleh masyarakat karena memakan harta korupsi identik
dengan memakan barang haram (al-suht).
2. Pelaku korupsi tidak akan diterima kesaksiannya seperti dalam
kesaksian di pengadilan, kesaksian dalam penetapan ketentuan-
ketentuan syariah Islam – seperti kesaksian penentuan awal mula
masuk bulan Ramadhan, kesaksian pernikahan dan lain sebagainya.
Ini semua berangkat dari anggapan bahwa pelaku korupsi adalah
orang yang berkhianat kepada orang lain.
Ketiga, sanksi moral ketika meninggal dunia, pelaku korupsi
jenazahnya haram untuk dishalati, karena bagaimanapun juga seorang
koruptor adalah orang tercela dan celaka.
29
Wijayanto & Ridwan Zachrie, Korupsi Mengorupsi Indonesia: Sebab, Akibat, dan
Prospek Pemberantasan (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009), h. 821. 30
Wijayanto & Ridwan Zachrie, Korupsi Mengorupsi Indonesia: Sebab, Akibat, dan
Prospek Pemberantasan, h. 821-822.
31
Selain ketiga hukuman di atas, masih ada sanksi lain yang cukup
berat, yaitu hukuman kelak di akhirat. Perbuatan koruptif dapat
menghalangi pelakunya masuk surga, selain itu harta yang didapatkannya
juga akan membebaninya kelak di hari kiamat.31
Hafidhuddin32
mencoba memberikan gambaran korupsi dalam
perspektif ajaran Islam. Ia menyatakan, bahwa dalam Islam korupsi
termasuk perbutaan fasad atau perbuatan yang merusak tatanan kehidupan.
Pelakunya dikategorikan melakukan jinayah kubro (dosa besar) dan harus
dikenai sanksi dibunuh, disalib atau dipotong tangan dan kakinya dengan
cara menyilang (tangan kanan dengan kaki kiri atau tangan kiri dengan
kaki kanan) atau diusir. Dalam konteks ajaran Islam yang lebih luas,
korupsi merupakan tindakan yang bertentangan dengan prinsip keadilan
(al-„adalah), akuntabilitas (al-amanah), dan tanggung jawab. Korupsi
dengan segala dampak negatifnya yang menimbulkan berbagai distorsi
terhadap kehidupan negara dan masyarakat dapat dikategorikan termasuk
perbuatan fasad, kerusakan di muka bumi, yang sekali-kali amat dikutuk
Allah SWT.
Pengertian al-fasad sendiri dapat diterjemahkan sebagai segala
perbuatan yang menyebabkan hancurnya kemaslahatan dan kemanfaatan
hidup, seperti membuat teror yang menyebabkan orang takut, membunuh,
melukai dan mengambil atau merampas harta orang lain. Berdasarkan
31
Majlis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, “Fikih Antikorupsi Perspektif Ulama
Muhammadiyah” dan PBNU, “NU Melawan Korupsi Kajian Tafsir dan Fiqih” dalam Wijayanto &
Ridwan Zachrie, Korupsi Mengorupsi Indonesia: Sebab, Akibat, dan Prospek Pemberantasan
(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009), h. 822 32
Pramono U.Thantowi, Op Cit, h. 256
32
pendapat tersebut, Didin menegaskan bahwa “korupsi sama buruk dan
jahatnya dengan terorisme. Yang aneh, banyak kalangan tidak
menyadarinya seolah-olah korupsi itu dianggap perbuatan kriminal biasa,
bahkan sering dianggap perbuatan yang wajar.”33
Bagi Didin, ungkapan seperti ini sudah pasti harus ditolak
dinafikan. Karena, hanya dengan menolak korupsi sebagai perilaku
kriminal biasa, barulah perang terhadap korupsi dapat dilakukan senyaring
dan sekeras perang melawan terorisme. Antara terorisme dan korupsi,
merupakan dua entitas yang sangat membahayakan eksistensi serta
keutuhan masyarakat dan bangsa. Demikian pula bila seorang koruptor
meninggal dunia, seyogyanya jenasahnya tidak perlu dishalatkan oleh
kaum muslim, sebelum harta hasil korupsinya itu dijamin akan
dikembalikan oleh ahli warisnya kepada negara. Hal ini dianalogikan
dengan orang yang meninggal dunia dalam keadaan masih memiliki utang,
yang tidak boleh dishalatkan sebelum ada keluarga yang bersedia
menjaminnya. Jika tidak, kelak alam kuburnya, pelaku tindak perkara
korupsi akan terombang-ambing oleh kejahatan korupsinya.34
C. Semiotika sebagai Upaya Melihat Tanda dan Ideologi
1. Semiotika
Secara etimologis semiotika berasal dari kata Yunani semeion yang
berarti penafsir tanda atau tanda di mana sesuatu dikenal. Semiotika ialah
ilmu tentang tanda atau studi tentang bagaimana sistem penandaan
33
Pramono U.Thantowi, Op Cit, h. 257 34
Mansyur Semma, Negara dan Korupsi (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008), h. 34.
33
berfungsi. Semiotika ialah cabang ilmu dari filsafat yang mempelajari
“tanda” dan biasa disebut filsafat penanda. Semiotika adalah teori dan
analisis berbagai tanda dan pemaknaan. Menurut Umberto Eco, tanda itu
sendiri didefinisikan sebagai sesuatu yang atas dasar konvensi sosial yang
terbangun sebelumnya, dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain.35
Semiotika menurut Berger memiliki dua tokoh, yakni Charles
Sanders Peirce (1839-1914) dan Ferdinand de Saussure (1857-1913).36
Menurut Charles Sanders Peirce semiotika adalah tidak lain daripada
sebuah nama lain bagi logika, yakni “doktrin formal tentang tanda-tanda”.
Bagi Peirce semiotika adalah suatu cabang dari ilmu filsafat. Sedangkan
menurut Ferdinand de Saussure semiologi adalah sebuah ilmu yang
mengkaji kehidupan tanda-tanda di dalam masyarakat, menurutnya
semiologi adalah bagian dari disiplin ilmu psikologi sosial. Baik istilah
semiotika maupun semiologi dapat digunakan untuk merujuk kepada ilmu
tentang tanda-tanda tanpa adanya perbedaan pengertian yang terlalu
tajam.37
Semiotika berupaya menemukan makna tanda termasuk hal-hal
yang tersembunyi di balik sebuah tanda (teks, iklan, berita). Karena sistem
tanda sifatnya amat kontekstual dan bergantung pada pengguna tanda
tersebut. Pemikiran pengguna tanda merupakan hasil pengaruh dari
berbagai konstruksi sosial di mana pengguna tanda tersebut berada.38
35
Alex Sobur, Analisis Teks Media (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), h. 95. 36
Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual (Yogyakarta: Jalasutra, 2009), h. 11. 37
Kris Budiman, Semiotika Visual: Konsep, Isu, dan Problem Ikonisitias (Yogyakarya:
Jalasutra, 2011), h. 3. 38
Rachmat Krisyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta: Kencana, 2006), h.
262.
34
Menurut Saussure, tanda adalah kesatuan dari dua bidang yang
tidak dapat dipisahkan, seperti halnya selembar kertas. Di mana ada tanda,
di sana ada sistem. Artinya, sebuah tanda (berwujud kata atau gambar)
mempunyai dua aspek yang ditangkap oleh indra manusia yang disebut
signifier, bidang penanda atau bentuk. Aspek lainnya disebut signified,
bidang petanda atau konsep atau makna.39
Penanda terletak pada tingkatan ungkapan (level of expression) dan
mempunyai wujud atau merupakan bagian fisik seperti bunyi, huruf, kata,
gambar, warna, objek, dan sebagainya. Sedangkan petanda terletak pada
level of content (tingkatan isi atau gagasan) dari apa yang diungkapkan
melalui tingkatan ungkapan. Hubungan antara kedua unsur melahirkan
makna. Tanda akan selalu mengacu pada (mewakili) sesuatu hal (benda)
yang lain. Ini disebut referent.40
Alex Sobur, Msi dalam bukunya “Analisis Isi Teks Media”
menjelaskan bahwa Semiotika sebagai suatu kajian yang menitikberatkan
objek penelitiannya pada tanda yang pada awalnya dimaknai dengan suatu
hal yang menunduk atau merujuk pada benda lain. Sebagaimana juga bila
kita melihat rambu lalu lintas berupa lampu merah yang diartikan sebagai
tanda bahwa kendaraan harus berhenti, sedangkan bila lampu berwarna
hijau berarti kendaraan diperbolehkan berjalan.41
39
Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual (Yogyakarta: Jalasutra, 2009), h. 12-
13. 40
Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, h. 12-13. 41
Alex Sobur, Analisis Teks Media (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), h. 70.
35
2. Semiotika Charles Sanders Peirce
Semiotika adalah ilmu yang mempelajari tanda (sign),
berfungsinya tanda, dan produksi makna. Tanda adalah sesuatu yang bagi
seseorang berarti sesuatu yang lain. Dalam pandangan Zoest, segala
sesuatu yang dapat diamati atau dibuat teramati dapat disebut tanda.
Karena itu, tanda tidak terbatas pada benda.
Charles Sanders Peirce adalah salah seorang filsuf Amerika yang
paling orisinal dan multidimensional. Menurut Peirce, tanda
(representament) ialah sesuatu yang dapat mewakili sesuatu yang lain
dalam batas-batas tertentu. Tanda akan selalu mengacu kepada sesuatu
yang lain, oleh Peirce disebut objek (denotatum). Mengacu berarti
mewakili atau menggantikan. Tanda baru dapat berfungsi bila
diinterpretasikan dalam benak penerima tanda melalui interpretant. Jadi,
interpretant adalah pemahaman makna yang muncul dalam diri penerima
tanda.42
Bagi Peirce, tanda “is something which stands to somebody for
something in some respect or capacity”. Sesuatu yang digunakan agar
tanda bisa berfungsi, oleh Peirce disebut ground. Konsekuensinya, tanda
(sign atau representamen) selalu terdapat dalam hubungan triadik, yakni
ground, object dan interpretant. Atas dasar hubungan ini, Peirce
mengadakan klasifikasi tanda. Tanda yang dikaitkan dengan ground
dibaginya menjadi qualisign, sinsign, dan legisign. Qualisign adalah
kualitas yang ada pada tanda; misalnya kata-kata kasar, keras, lemah,
42
Alex Sobur, Analisis Teks Media (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), h. 70.
36
lembut, merdu. Sinsign adalah eksistensi aktual benda atau peristiwa yang
ada pada tanda; misalnya kata kabur atau keruh yang ada pada urutan kata
air sungai keruh yang menendakan bahwa ada hujan di hulu sungai.
Legisign adalah norma yang dikandung oleh tanda, misalnya rambu-rambu
lalu lintas yang menandakan hal-hal yang boleh atau tidak boleh dilakukan
manusia.43
Berdasarkan objeknya, Peirce membagi tanda atas icon (ikon),
index (indeks) dan symbol (simbol). Ikon adalah tanda yang hubungan
antara penanda dan petandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah. Atau
dengan kata lain, ikon adalah hubungan antara tanda dan objek atau acuan
yang bersifat kemiripan.44
Misalnya, majalah Gatra dan Tempo seringkali
menampilkan sampul dengan ilustrasi dari sosok tokoh atau politisi
Indonesia yang sedang terjerat kasus korupsi, seperti pada sampul majalah
Gatra pada edisi 20 Februari 2013 yang menampilkan ilustrasi Anas
Urbaningrum.
Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah
antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat,
atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan atau sebagai bukti.45
Misalnya, teks yang ada pada sampul majalah Gatra dan Tempo yang
mewakili keterangan atas ilustrasi yang ditampilkan. Teks “Ada Apa
Dengan Anas?” adalah indeks dari ilustrasi pada sampul majalah Gatra
pada edisi 20 Februari 2013 yang menampilkan ilustrasi sosok Anas
43
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 41. 44
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, h. 41. 45
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, h. 42.
37
Urbaningrum. Tanda dapat pula mengacu ke denotatum melalui konvensi.
Tanda seperti itu adalah tanda konvensional yang biasa disebut simbol.
Jadi, simbol adalah tanda yang menunjukkan hubungan alamiah antara
penanda dengan petandanya. Hubungan di antaranya bersifat arbiter atau
semena, hubungan berdasarkan konvensi (perjanjian) masyarakat.46
Berdasarkan interpretant, tanda (sign, representamen) dibagi atas
rema (rheme), dicent sign atau dicisign dan argument. Rheme adalah tanda
yang memungkinkan orang menafsirkan berdasarkan pilihan. Misalnya,
pada ilustrasi sampul majalah Tempo edisi 07 Oktober 2013 dapat saja
menandakan bahwa ilustrasi tersebut adalah ilustrasi dari kasus korupsi
yang menjerat Akil Mochtar. Dicent sign atau dicisign adalah tanda sesuai
kenyataan. Misalnya, pada sampul majalah tersebut ditambahkan teks
yang menyatakan bahwa ilustrasi tersebut adalah mengenai kasus yang
menjerat Akil. Argument adalah tanda yang langsung memberikan alasan
tentang sesuatu.47
46
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 41. 47
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, h. 42.
38
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Sejarah dan Perkembangan Majalah Gatra dan Tempo Inti Media
1. Sejarah Tempo Inti Media
Di tahun 1969, sekumpulan anak muda berangan-angan membuat
sebuah majalah berita mingguan. Alhasil, terbitlah majalah berita
mingguan bernama Ekspres. Di antara para pendiri dan pengelola awal,
terdapat nama seperti Goenawan Mohamad, Fikri Jufri, Christianto
Wibisono, dan Usamah. Namun, akibat perbedaan prinsip antara jajaran
redaksi dan pihak pemilik modal utama, terjadilah perpecahan. Goenawan
cs keluar dari Ekspres pada 1970.1
Di sudut Jakarta yang lain, seorang Harjoko Trisnadi sedang
mengalami masalah. Majalah Djaja, milik Pemerintah Daerah Khusus Ibu
Kota (DKI), yang dikelolanya sejak 1962 macet terbit. Menghadapi
kondisi tersebut, karyawan Djaja menulis surat kepada Gubernur DKI saat
itu, Ali Sadikin, minta agar Djaja diswastakan dan dikelola Yayasan Jaya
Raya – sebuah yayasan yang berada di bawah Pemerintah DKI. Lalu
terjadi rembugan tripartite antara Yayasan Jaya Raya – yang dipimpin
Ir.Ciputra - orang-orang bekas majalah Ekspres, dan orang-orang bekas
majalah Djaja. Disepakatilah berdirinya majalah Tempo di bawah PT.
Grafiti Pers sebagai penerbitnya.2
1 Tempo Media Group, “Sejarah Tempo”, artikel ini diakses pada 14 Juli 2014 pukul
01:39 WIB dari http://korporat.tempo.co/tentang/sejarah 2 Tempo Media Group, “Sejarah Tempo”, artikel ini diakses pada 14 Juli 2014 pukul
01:39 WIB dari http://korporat.tempo.co/tentang/sejarah
39
Mengenai filosofi dari kata Tempo, menurut Goenawan karena kata
ini mudah diucapkan, terutama oleh para pengecer. Cocok pula dengan
sifat sebuah media berkala yang jarak terbitnya longgar, yakni mingguan.
Edisi perdana majalah Tempo terbit pada 6 Maret 1971.3
Pada tahun 1982, untuk pertama kalinya Tempo dibredel. Tempo
dianggap terlalu tajam mengkritik rezim Orde Baru dan kendaraan
politiknya, Golkar. Saat itu tengah dilangsungkan kampanye dan prosesi
Pemilihan Umum. Tapi akhirnya Tempo diperbolehkan terbit kembali
setelah menandatangani semacam "janji" di atas kertas segel dengan Ali
Moertopo, Menteri Penerangan saat itu (zaman Soeharto ada Departemen
Penerangan yang fungsinya, antara lain mengontrol pers).4
Makin sempurna mekanisme internal keredaksian Tempo, makin
mengental semangat jurnalisme investigasinya. Maka makin tajam pula
daya kritik Tempo terhadap pemerintahan Soeharto yang sudah sedemikian
melumut. Puncaknya, pada Juni 1994. Untuk kedua kalinya Tempo
dibredel oleh pemerintah, melalui Menteri Penerangan Harmoko. Tempo
dinilai terlalu keras mengkritik Habibie dan Soeharto ihwal pembelian
kapal-kapal bekas dari Jerman Timur.5
Selepas Soeharto lengser pada Mei 1998, mereka yang pernah
bekerja di Tempo – dan tercerai berai akibat bredel – berembuk ulang.
Mereka bicara ihwal perlu – tidaknya majalah Tempo terbit kembali.
3 Tempo Media Group, “Sejarah Tempo”, artikel ini diakses pada 14 Juli 2014 pukul
01:39 WIB dari http://korporat.tempo.co/tentang/sejarah 4 Tempo Media Group, “Sejarah Tempo”, artikel ini diakses pada 14 Juli 2014 pukul
01:39 WIB dari http://korporat.tempo.co/tentang/sejarah 5 Tempo Media Group, “Sejarah Tempo”, artikel ini diakses pada 14 Juli 2014 pukul
01:39 WIB dari http://korporat.tempo.co/tentang/sejarah
40
Hasilnya, Tempo harus terbit kembali. Maka, sejak 12 Oktober 1998,
majalah Tempo hadir kembali.6
Untuk meningkatkan skala dan kemampuan penetrasi ke bisnis
dunia media, maka pada tahun 2001, PT. Arsa Raya Perdana go public dan
menjual sahamnya ke public dan lahirlah PT. Tempo Inti Media Tbk.
(PT.TIM) sebagai penerbit majalah Tempo - yang baru. – Pada tahun yang
sama (2001), lahirlah Koran Tempo yang berkompetisi di media harian.7
Sebaran informasi di bawah bendera PT.TIM Tbk, terus
berkembang dengan munculnya produk-produk baru seperti majalah
Tempo Edisi Bahasa Inggris, Travelounge (2009) dan Tempo Interaktif -
yang kemudian menjadi tempo.co serta Tempo News Room (TNR), kantor
berita yang berfungsi sebagai pusat berita media Group Tempo. Tempo
juga mencoba menembus bisnis televisi dengan mendirikan Tempo TV,
kerjasama dengan kantor berita radio KBR 68 H.8
2. Sejarah Majalah Gatra
Gatra adalah sebuah majalah berita mingguan yang diterbitkan di
Indonesia sejak tahun 1994. Banyak anggota majalah Tempo yang baru
saja dibredel saat itu kemudian menjadi anggota majalah ini. Didirikan
oleh pengusaha yang dekat dengan rezim Orde Baru, Bob Hasan, majalah
ini dikenal propemerintah saat pemerintah Orde Baru masih berkuasa.
6 Tempo Media Group, “Sejarah Tempo”, artikel ini diakses pada 14 Juli 2014 pukul
01:39 WIB dari http://korporat.tempo.co/tentang/sejarah 7 Tempo Media Group, “Sejarah Tempo”, artikel ini diakses pada 14 Juli 2014 pukul
01:39 WIB dari http://korporat.tempo.co/tentang/sejarah 8 Tempo Media Group, “Sejarah Tempo”, artikel ini diakses pada 14 Juli 2014 pukul
01:39 WIB dari http://korporat.tempo.co/tentang/sejarah
41
Seperti Tempo, format sampulnya juga meniru sampul majalah TIME
dengan garis merah di sepanjang sisi.9
Kini, Gatra menjadi salah satu majalah berita terbesar di
Indonesia. Gatra diolah dan dikemas oleh tangan-tangan profesional yang
mempunyai sejarah panjang di ladang jurnalistik. Para penggerak Gatra
adalah pekerja-pekerja pers yang telah menjalani spesialisasi majalah
berita lebih dari dua dasawarsa.10
Oplah Gatra saat ini 150.000 eksemplar setiap terbit, ditambah
dengan Gatra dalam format digital yang bisa dibaca via website, maupun
piranti tablet Apple dan Android, yang bisa diunduh dari berbagai toko
buku digital. Gatra cetak saat ini bisa diperoleh di semua kota besar di
Indonesia, hingga sejumlah kota di mancanegara. Dari hasil survei tim
Gatra, readership Gatra mencapai 1.000.000 orang.11
Mayoritas pembaca Gatra adalah dari kelompok usia produktif
antara 20 sampai 50 tahun sebesar 71,5% sementara pembaca di atas usia
50 tahun sebesar 28,9%. Mayoritas pembaca Gatra, ternyata, adalah
kalangan berpendidikan tingkat sarjana hingga doctoral sebesar (67,2%).
Gatra juga dipilih oleh pemasang iklan di Indonesia selama bertahun-
tahun sebagai media yang efektif untuk berpromosi dan mengiklankan
produknya. Mulai dari bisnis otomotif, properti, telekomunikasi, elektroik,
9 Doremindo Agency, “Media Kit Majalah Gatra”, artikel ini diakses pada 3 Juli 2014
pukul 00:23 WIB dari http://blog.doremindo.com/majalah-gatra 10
Gatra Media Group, Company Profile Gatra Media Group. 11
Gatra Media Group, Company Profile Gatra Media Group.
42
perbankan, penerbangan sampai perusahaan BUMN dan institusi
pemerintahan.12
Sementara filosofi pemilihan kata Gatra adalah sebuah kata
dengan makna Wujud atau Sudut Pandang. Diambil dari khasanah bahasa
bangsa, tidak mencerminkan symbol golongan, mudah diingat, mulus
diucap, singkat ditulis, lancer dilisan, dan bersahaja.13
B. Visi dan Misi
1. Visi dan Misi Tempo Inti Media
Visi Tempo Inti Media
Menjadi acuan dalam proses meningkatkan kebebasan rakyat untuk
berpikir dan mengutarakan pendapat serta membangun suatu masyarakat
yang menghargai kecerdasan dan perbedaan pendapat.
Misi Tempo Inti Media
1. Menyumbangkan kepada masyarakat suatu produk multimedia yang
menampung dan menyalurkan secara adil suara yang berbeda-beda
2. Sebuah produk multimedia yang mandiri, bebas dari tekanan kekuasaan
modal dan politik
3. Terus-menerus meningkatkan apresiasi terhadap isu-isu baru, bahasa,
dan tampilan visual yang baik
4. Sebuah karya yang bermutu tinggi dan berpegang pada kode etik
5. Menjadikan tempat kerja yang mencerminkan Indonesia yang beragam
sesuai kemajuan jaman
12
Gatra Media Group, Company Profile Gatra Media Group. 13
Gatra Media Group, Company Profile Gatra Media Group.
43
6. Sebuah proses kerja yang menghargai kemitraan dari semua sektor
7. Menjadi lahan yang subur bagi kegiatan-kegiatan untuk memperkaya
khasanah artistik dan intelektual
2. Visi dan Misi Majalah Gatra
- Membangun industri informasi menuju masyarakat yang cerdas,
berakhlak, dan sadar akan hak dan kewajibannya, serta mendorong
tegaknya hukum yang berkeadilan
- Menyajikan produk informasi yang terpercaya, mencerdaskan, objektif,
akurat, jujur, jernih, berakhlak, dan berimbang
- Meningkatkan hasil usaha dengan cara yang sehat, adil, efisien, efektif,
inovatif, tumbuh, dan disegani dalam bisnis global
- Meningkatkan mutu pelayanan untuk meningkatkan kepuasaan dan
loyalitas pembaca
C. Korupsi dalam Majalah Gatra dan Tempo
Gatra dan Tempo merupakan majalah berita yang seringkali menampilkan
sampul dengan ilustrasi yang terkesan menyindir dan mengkritik, khususnya
pada kasus-kasus korupsi. Masih ingat di pikiran, saat Tempo menampilkan
ilustrasi sampul „Rekening Gendut Perwira Polisi‟ yang membuat pihak polisi
geram dan menuntut Tempo untuk meminta maaf. Sama hanya dengan Tempo,
beberapa sampul Gatra juga pernah bermasalah dengan pihak-pihak tertentu
yang terkait.
Dalam penelitian ini, peneliti akan meneliti delapan objek penelitian
seperti yang sudah disebutkan di awal, yang terdiri dari empat sampul majalah
44
Gatra dan empat sampul majalah Tempo. Kedelapan sampul majalah tersebut,
menampilkan ilustrasi mengenai kasus-kasus korupsi yang terjadi di Indonesia
sepanjang 2013.
Seperti pada sampul majalah Gatra edisi 13 Februari 2013 yang
menampilkan ilustrasi kasus korupsi impor daging sapi yang menyeret tiga
petinggi Partai Keadilan Sejahtera. Sama halnya dengan majalah Gatra,
majalah Tempo edisi 10 Februari 2013 juga menampilkan ilustrasi mengenai
kasus yang sama. Hal ini menjadi menarik, karena dua majalah berita nasional
ini seringkali menampilkan ilustrasi sampul majalah mengenai kasus-kasus
korupsi yang sama di beberapa edisi.
45
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Analisis Semiotika Pada Ilustrasi Sampul Majalah Gatra dan Tempo
Dalam bab ini, peneliti akan menjelaskan secara detail mengenai objek
penelitian yang diambil untuk bahan penelitian. Terdapat masing-masing
empat sampul majalah dari Gatra dan Tempo. Peneliti akan mengupas objek
penelitian dengan menggunakan teori Charles Sanders Peirce yang
mengemukakan tentang jenis tanda, di antaranya sign (ikon, indeks, dan
simbol), object, dan interpretant.
Dalam bab ini, terdapat beberapa tabel dan gambar yang mendukung
penelitian untuk memudahkan para pembaca memahami apa yang peneliti tulis.
Sampul majalah Gatra dan Tempo yang akan dianalisis adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1
Sampul Majalah Gatra dan Tempo yang Diteliti
No. Gatra No. Tempo
A1 Politik Daging Sapi
(Edisi 07 - 13 Februari 2013)
A2 Hangus!
(Edisi 11 - 17 Februari 2013)
B1 Ada Apa Dengan Anas
(Edisi 14 - 20 Februari 2013)
B2 Buruk Anas Partai Dibelah
(Edisi 18 - 24 Februari 2013)
C1 Setelah Lutfi Siapa Lagi
(Edisi 16 - 22 Mei 2013)
C2 Selingkuh Fathanah dan Partai
Dakwah
(Edisi 20 - 26 Mei 2013)
D1 Kisah Dangdut Akil Mochtar
(Edisi 07 - 13 November 2013)
D2 Wani Piro?
(Edisi 07 - 13 Oktober 2013)
46
A1. Politik Daging Sapi (Edisi 07 - 13 Februari 2013)
Gambar 4.1
Sampul Majalah Gatra Edisi 07 - 13 Februari 2013
Skandal suap pengurusan kuota importasi daging sapi yang
dilakukan PT Indoguna Utama diduga tak hanya menyeret nama Luthfi
Hasan Ishaaq, dua petinggi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) lainnya, Hilmi
Aminuddin dan Suswono, disebut-sebut ikut terlibat. Kasus ini bermula
ketika seorang pengusaha yang juga merupakan sahabat karib Luthfi
Hasan Ishaaq, Ahmad Fathanah bersama kedua rekannya Juard Effendy,
dan Arya Abdi Effendy tertangkap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
membawa uang Rp 1 Milyar di Hotel Le Meridien.
A
B
D
C
E
47
Dari penangkapan terhadap Ahmad Fathanah, Juard Effendy, dan
Arya Abdi Effendy, direksi PT Indoguna Utama, sebuah perusahaan
importir daging, KPK berhasil mencium keterlibatan Luthfi. Luthfi diduga
menggunakan pengaruhnya untuk mengatur Menteri Pertanian, Suswono,
yang juga kader PKS, agar memberikan kuota tertentu kepada pengusaha
tertentu. Uang Rp 1 Milyar yang ditaruh di dua kantong plastik warna
merah bertuliskan PT Indoguna Utama yang ada di tangan Fathanah
berasal dari PT Indoguna Utama, yang rencananya akan diberikan kepada
Luthfi.
Nama Hilmi Aminuddin sebagai Ketua Majelis Syuro PKS yang
mana dalam partai merupakan jabatan tertinggi diduga sebagai otak di
balik kasus ini. Dalam menjalankan misinya, Hilmi dibantu oleh kaki
tangannya yang merupakan anaknya, Ridwan Hakim alias Iwan. Iwan
merupakan makelar sapi yang memuluskan perusahaan pengimpor sapi
agar mendapatkan izin.
Iwan kerap berhubungan langsung dengan Menteri Pertanian,
Suswono. Sang menterilah yang kemudian mengatur keluarnya izin-izin
itu. Dengan menjadi makelar, Iwan mendapat keuntungan Rp 5.000 per
kilo. Ridwan Hakim alias Iwan memang banyak disebut-sebut dalam
perkara ini. Iwan ditengarai mendapat perintah dari Hilmi untuk
berkoordinasi dengan Luthfi dalam menangani bisnis importasi daging dan
depo karantina di beberapa balai besar karantina pertanian di Tanjung
Priok, Tanjung Perak, dan Belawan.
48
Luthfi sendiri ditengarai berperan mengoordinasi eksekusi berbagai
proyek di Kementrian Pertanian, baik yang berasal dari APBN maupun
non-APBN. Luthfi juga ditengarai ikut cawe-cawe dalam penyususnan
personalia di Kementrian Pertanian, terutama pejabat eselon I (sekjen,
dirjen, dan kepala badan), eselon II (direktur, kepala biro, kepala pusat),
eselon III (kabag, kasubdit), hingga eselon IV (kasubag, kasi). Untuk
urusan ini, kabarnya Luthfi dibantu Sekretaris Menteri Pertanian, Baran
Wirawan.
Dengan begitu, Luthfi dan Iwan bisa leluasa memainkan jatah izin
impor sapi kepada para importir, Iwan diduga berhubungan dengan
seorang pengusaha bernama Sengman Tjahya dan Elizabeth Liman,
Direktur Utama PT Indoguna Utama. Sengman sendiri, menurut sumber
Gatra, merupakan orang dekat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
(SBY). Sengman bersama Elizabeth dan inilah yang di lapangan
memperjualbelikan surat rekomendasi importasi daging (SPP daging)
dengan harga Rp 3.000 per kilogran.
Selain menjual surat izin, Iwan cs juga ditengarai bermain dalam
memuluskan perusahaan yang SPP-nya bermasalah. Terkait kasus
Indoguna yang sedang diselidiki KPK, diduga Elizabeth Liman berupaya
menggunakan pengaruh Luthfi untuk mendapatkan kuota tambahan.
Kabarnya, Indoguna menyediakan fee Rp 3.000 per kilogram untuk jatah
kuota sebanyak 15.000 ton pada tahun ini. Terlebih, Indoguna ternyata
pernah diusulkan agar di-blacklist oleh Komisi IV DPR-RI lantaran
terlibat masalah izin impor 51 kontainer daging pada 2011. Tak hanya
49
Indoguna, 2 anak perusahaannya juga masuk dalam rekomendasi daftar
hitam. Akan tetapi untuk pengurusan kuota ini, yang mempunyai
wewenang dalam memutuskan adalah Kementrian Pertanian.
Tabel 4.2
Tanda-Tanda dalam Sampul Majalah
Jenis Tanda Contoh Tanda Kode
Ikon Tiga Orang Pria A, B, C
Indeks Mimik atau Gesture Tiga
Orang Pria, Banner Majalah,
dan Benda yang Dipegang oleh
Salah Satu Pria
A, B, C, D, E
Simbol Perjamuan Makan A, B, C
Dalam ilustrasi tersebut, menampilkan tiga orang pria dewasa yang
ditandai dengan kode A, B, dan C. Dengan mimik wajah, pakaian dan
benda yang dipegang oleh salah satu pria menunjukkan bahwa kesan yang
ditampilkan ilustrasi tersebut adalah perjamuan makan dalam sebuah
acara.
Indeks dalam ilustrasi sampul majalah ini dilihat dari gesture atau
mimik dari tiga pria (kode A, B, dan C), banner majalah yang bertuliskan
“Politik Daging Sapi” (kode E), benda berupa garpu yang menusuk daging
berbentuk sapi yang dipegang oleh salah satu pria (kode D), busana yang
dikenakan dua pria (kode A dan C) yaitu kemeja putih dengan rompi hitam
menggunakan dasi kupu-kupu yang merupakan ciri khas pramusaji pada
restoran, dan seorang pria yang mengenakan kemeja putih panjang. Posisi
50
duduk ketiganya pun, mencerminkan seolah-olah dalam perjamuan makan.
Dua pria dengan dasi kupu-kupu yang berperan sebagai pramusaji berdiri
mengapit pria berkemeja putih yang duduk di sebuah kursi.
Tabel 4.3
Hasil Analisis Sampul Majalah Gatra
Edisi 07 - 13 Februari 2013
Sign - Ikon dalam ilustrasi tersebut adalah tiga orang
pria.
- Indeksnya melalui tiga tanda yaitu gesture yang
ditunjukkan pada tiga orang pria, banner pada
majalah “Politik Daging Sapi”, dan sebuah garpu
menusuk daging berbentuk sapi yang dipegang
oleh salah satu pria.
- Sementara simbol yang muncul adalah perjamuan
makan.
Object Tiga Tokoh Partai Keadilan Sejahtera, yaitu Luthfi
Hasan Ishaaq, Hilmi Aminudin, dan Suswono. Dalam
ilustrasi, Suswono digambarkan menggunakan
kemeja putih, duduk diapit oleh Luthfi dan Hilmi
yang menggunakan kemeja putih dengan rompi dan
dasi kupu-kupu hitam.
Interpretant Tiga tokoh Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang
diduga terlibat dalam kasus korupsi pengaturan
jumlah kuota impor daging sapi. Ketiga tokoh yang
tampak dalam ilustrasi sampul majalah ini adalah
51
Luthfi Hasan Ishaaq, Suswono, dan Hilmi
Aminuddin.
Dalam ilustrasi di atas tampak tiga orang pria dewasa dengan
mengenakan pakaian yang berbeda-beda. Dua di antaranya (kode A dan C)
mengenakan kemeja putih panjang dengan rompi hitam dan dasi kupu-
kupu, sedangkan salah satu pria (kode C) mengenakan peci hitam dan
kacamata. Pakaian yang mereka kenakan merupakan ciri khas dari pakaian
yang sering digunakan pramusaji pada restoran.
Dua pria tersebut merupakan ilustrasi dari dua tokoh Partai
Keadilan Sejahtera (PKS) Luthfi Hasan Ishaaq, Presiden PKS dan Hilmi
Aminuddin, Ketua Majelis Syuro PKS. Luthfi dan Hilmi tampak mengapit
seorang pria berkemeja putih yang duduk memegang garpu. Garpu yang
dipegang oleh pria tersebut, tampak menusuk sebuah daging merah
berbentuk sapi. Pria tersebut adalah Suswono, Menteri Pertanian yang
berasal dari PKS.
Tampak dalam gambar ketiganya sedang terlibat dalam
perbincangan. Mimik wajah Luthfi tersenyum lebar ke arah Suswono yang
duduk menghadapnya, sedangkan mimik wajah Suswono seolah-olah
sedang mendengarkan penjelasan dari Luthfi mengenai daging yang
dipegangnya, Hilmi yang berdiri di belakang Suswono tampak diam dan
mengiyakan perbincangan antara Luthfi dan Suswono.
Ilustrasi tersebut di atas merepresentasikan kasus korupsi PKS
yang diangkat menjadi laporan utama dalam majalah Gatra edisi ini. Di
52
mana Luthfi dan Suswono terlibat dalam kasus pengaturan jumlah kuota
impor daging sapi. Meski Suswono belum dinyatakan sebagai tersangka,
akan tetapi beberapa bukti sudah menunjukkan keterlibatan Suswono.
Sedangkan Hilmi yang dalam ilustrasi tampak diam dan mengiyakan
perbincangan antara Luthfi dan Suswono, juga merepresentasikan bahwa
Hilmi disebut-sebut sebagai otak di balik kasus ini.
53
A2. Hangus! (11 - 17 Februari 2013)
Gambar 4.2
Sampul Majalah Tempo Edisi 11 - 17 Februari 2013
Ahmad Fathanah selalu menguntit Luthfi Hasan Ishaaq dalam
banyak acara Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Bukan rahasia di antara
kader PKS bahwa Ahmad dan Luthfi sudah lama berkawan. Keduanya
pernah kuliah di King Saud University, Riyadh, Arab Saudi. Menggeluti
bisnis, mereka mendirikan PT Atlas Jaringan Satu, perusahaan yang
bergerak di bidang pembangunan dan perdagangan, pada Juli 2004.
Dipercaya jadi tangan kanan Luthfi, Ahmad pun akrab dengan sejumlah
petinggi PKS.
A
B
D
C
E
H
F
G
54
Kejadian sebelum ia diringkus Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) menggambarkan kedekatannya dengan Anis Matta yang
merupakan Sekretaris Jenderal PKS sekaligus Wakil Ketua Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR). Hal ini bisa dibuktikan pada tas jinjing Ahmad
yang disita KPK setelah ia ditangkap di kamar 1740 Hotel Le Meridien.
Beberapa salinan sertifikat rumah atas nama istri pertama Anis, terselip
dalam tas pria itu. Saat dimintai konfirmasi, Anis tak membantah
mengenal Ahmad. Ia juga mengetahui keluarga Ahmad merupakan
pengasuh pondok pesantren terkenal di Sulawesi Selatan.
Pada 11 Januari 2013 lalu, acara Safari Dakwah PKS di Istana
Maimun, Medan, digelar untuk mengenalkan calon Gubernur Sumatera
Utara dan wakilnya. Dalam acara itu tampak Luthfi dan Menteri Pertanian
Suswono berada di deretan petinggi partai yang datang, di barisan kursi
pengusaha, duduk sejumlah importir daging. Di antaranya Elizabeth
Liman, pemilik sekaligus Direktur Utama PT Indoguna Utama. Elizabeth
merupakan ibu Arya Abdi Effendy dan kerabat dekat Juard Effendi,
keduanya merupakan tersangka penyuap Luthfi. Di sela acara, Elizabeth
bertemu dengan Suswono. Ketiganya diduga membicarakan kuota impor
daging sapi.
Menteri Suswono pernah berinteraksi dengan perusahaan itu
sebelumnya. Pada awal 2011, perseroan itu masuk daftar hitam
Kementrian Pertanian. Bersama tiga perusahaan lain, Indoguna disangka
melanggar aturan impor karena memasukkan barang tanpa surat
pemberitahuan pemasukan. Inspektorat Jenderal Kementrian Pertanian
55
menginstruksikan Indoguna tak boleh lagi mengimpor daging. Menteri
Suswono malah mengambil tindakan sebaliknya. Indoguna tetap diizinkan
beroperasi, dengan syarat harus meneken surat pernyataan tak akan
melakukan pelanggaran lagi.
Hal ini juga terkait dengan penetapan kuota impor daging
ditentukan Kementrian Pertanian. Sejak Kabinet Bersatu Jilid I, pos ini
selalu diduduki PKS, yang kerap dicitrakan sebagai “partai putih”. KPK
menuduh Luthfi menjual pengaruh sebagai Presiden PKS terhadap menteri
yang berasal dari partai itu dalam mengatur kuota impor. Luthfi tak turun
langsung, operator di lapangan adalah Ahmad Fathanah. Pria ini menjadi
penghubung antara imporir dan Luthfi. Di antara Ahmad dan Luthfi, ada
juga Elda Devianne.
Kedekatan Elda dengan petinggi kementrian membuatnya kenal
dengan Luthfi dan Ahmad. Segi empat hubungan Indoguna – Elda-
Ahmad – Luthfi ada kemungkinan akan menyeret petinggi PKS lainnya.
Yang paling dekat adalah Menteri Pertanian, Suswono. KPK sudah
menyiapkan bukti untuk memeriksa Suswono. Menurut sumber Tempo,
Luthfi berkomunikasi dengan Suswono mengenai siapa saja yang
mendapat jatah impor. Suswono kemudian memerintahkan bawahannya
meloloskan importir yang datang kepada Luthfi. Namun hal ini dibantah
oleh Suswono, karena menurutnya proses pengaturan kuota impor daging
sapi sudah dilakukan secara profesional.
56
Tabel 4.4
Tanda-Tanda dalam Sampul Majalah
Jenis Tanda Contoh Tanda Kode
Ikon Tiga Orang Pria A, B, C
Indeks Mimik atau Gesture Tiga
Orang Pria, Sebuah Logo,
Perbuatan yang Dilakukan
Oleh Salah Satu Pria,
Perlengkapan untuk Barbecue,
Banner Majalah
A, B, C, D, E, F, G, H
Simbol Pesta Barbecue E, F, G
Dalam ilustrasi tersebut menampilkan tiga orang pria dewasa yang
ditandai oleh kode A, B, dan C. Dengan mimik wajah, pakaian dan
perbuatan yang dilakukan oleh salah satu pria menunjukkan bahwa kesan
yang ingin ditampilkan dalam ilutrasi tersebut adalah sebuah pesta
barbecue.
Indeks dalam ilustrasi sampul majalah ini dilihat dari mimik atau
gesture dari tiga pria (kode A, B, dan C), banner majalah yang bertuliskan
“Hangus!” (kode H), busana yang dikenakan oleh tiga pria (kode A, B dan
C) yaitu dua orang pria (kode A dan B) menggunakan kemeja lengan
pendek warna putih dengan kerah baju warna hitam dan kuning sedangkan
seorang pria (kode C) mengenakan kemeja lengan pendek warna kuning.
Indeks dalam ilustrasi tersebut juga tergambar dari posisi berdiri
ketiganya, di mana dua orang pria (kode A dan B) berdiri berhadapan
57
sedangkan pria berkemeja kuning (kode C) berdiri di antara dua pria (kode
A dan B) dengan mimik wajah ketakutan. Selain itu perbuatan yang
dilakukan oleh salah satu pria (kode A, E, F) yang memberikan efek
ketakutan kepada dua pria (kode B dan C). Seperti sudah dijelaskan di
atas, bahwa ilustrasi pada gambar 4.2 merupakan simbol dalam sebuah
pesta barbecue, hal ini diperkuat dengan adanya perlengkapan untuk
barbecue yang ditunjukkan oleh kode G.
Tabel 4.5
Hasil Analisis Sampul Majalah Gatra
Edisi 11 - 17 Februari 2013
Sign - Ikon dalam ilustrasi tersebut adalah tiga orang
pria.
- Indeksnya melalui beberapa tanda yaitu mimik
atau gesture yang ditunjukkan pada tiga orang
pria, banner pada majalah “Hangus!”, sebuah
lambang atau logo, dan perbuatan yang dilakukan
oleh salah satu pria.
- Sementara simbol yang muncul adalah pesta
barbecue.
Object Tiga tokoh Partai Keadilan Sejahtera (PKS), yaitu
Luthfi Hasan Ishaaq (Presiden PKS), Anis Matta
(Sekretaris Jenderal PKS), dan Suswono (Menteri
Pertanian yang berasal dari PKS). Ketiganya
merupakan tokoh PKS yang disebut-sebut terlibat
dalam kasus pengaturan jumlah kuota impor daging
58
sapi.
Interpretant Ditetapkannya Luthfi Hasan Ishaaq sebagai tersangka
juga ikut membuat Anis Matta dan Suswono turut
dicurigai dalam kasus pengaturan kuota daging sapi
impor.
Dalam ilustrasi di atas, tampak tiga orang pria dewasa yang
ditunjukkan pada kode A, B, dan C yang mengenakan pakaian yang
berbeda-beda. Dua orang pria yang ditunjukkan kode A dan B adalah dua
tokoh Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yakni Luthfi Hasan Ishaaq (kode
A) dan Anis Matta (kode B), mengenakan kemeja lengan pendek dengan
kerah berwarna hitam dan kuning. Sedangkan pada Anis (kode B)
mengenakan sebuah celemek warna putih dan terdapat lambang PKS.
Kemeja Luthfi dan Anis juga merupakan seragam PKS di mana terlihat
dari kemeja berwarna putih dan kerah kemeja yang berwana hitam dan
kuning. Warna putih, hitam, dan kuning merupakan warna yang menjadi
ciri khas partai dakwah tersebut. Sedangkan pria yang ditunjukkan oleh
kode C merupakan Suswono, Menteri Pertanian yang berasal dari PKS.
Suswono dalam gambar tampak menggunakan kemeja lengan pendek
berwarna kuning.
Tampak posisi berdiri Luthfi dan Anis berhadapan dengan
dipisahkan oleh perlengkapan untuk barbecue (G), sedangkan posisi
Suswono berada di antara keduanya. Dalam ilustrasi, digambarkan Luthfi
sedang memegang sebuah peralatan untuk memasak yaitu sodet untuk
59
membalik daging yang sedang dipanggangnya. Akan tetapi, dalam gambar
terlihat ada sebuah kesalahan yang dilakukan oleh Luthfi sehingga daging
sapi panas yang hendak dibaliknya terlempar hingga hampir mengenai
wajah Anis dan Suswono.
Kesalahan yang dilakukan oleh Luthfi ini berhasil membuat takut
Anis dan Suswono. Hal ini terlihat dari mimik atau gesture keduanya
(kode B dan C) yang tampak seolah-olah ketakutan akan daging panas
yang hampir mengenai wajah mereka. Gesture ketakutan lebih menonjol
pada Suswono. Ia sampai mengangkat kedua tangannya dan menunjukkan
ekspresi takut pada daging panas yang akan mengenai wajah panasnya.
Ilustrasi tersebut di atas merepresentasikan kasus korupsi PKS
yang diangkat menjadi laporan utama dalam majalah Tempo edisi ini. Di
mana Luthfi Hasan Ishaaq dan Ahmad Fathanah resmi ditetapkan menjadi
tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam kasus
pengaturan jumlah kuota impor daging sapi. Berubahnya status Luthfi
menjadi tersangka ikut menyeret Anis Matta, sang Sekretaris Jenderal.
Dalam penangkapan Ahmad Fathanah, ditemukan surat salinan sertifikat
rumah atas nama istri pertama Anis. Ahmad juga mengaku beberapa
waktu sebelum ditangkap, Ia sempat bertemu dengan Anis di ruang kerja
Anis.
Dalam ilustrasi, tampak Luthfi sedang ingin membalik daging yang
dipanggang namun terjadi kesalahan hingga daging yang dipanggangnya
terlempar hampir mengenai wajah Anis. Tak hanya Anis, dalam ilustrasi
tampak Suswono dengan mimik muka ketakutan akan daging panas yang
60
akan mengenai wajahnya. Hal ini merepresentasikan, Suswono yang
sedang harap-harap cemas karena dirinya juga dicurigai turut berperan
dalam kasus pengurusan kuota impor daging sapi.
61
B1. Ada Apa Dengan Anas (Edisi 14 - 20 Februari 2013)
Gambar 4.3
Sampul Majalah Gatra Edisi 14 - 20 Februari 2013
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) selaku Ketua Dewan Pembina
Partai Demokrat mengambil alih kepemimpinan Partai Demokrat dari
Anas selaku Ketua Umum secara resmi pada rapat Majelis Tinggi
Demokrat. Fraksi, Dewan Pengurus Daerah (DPD), dan DPC
(kabupaten/kota) dinyatakan berada dalam kendali majelis tinggi. Anas
diminta berkonsentrasi menghadapi kasus hukum di Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK). Dalam hal ini, Anas masih tetap ketua
umum yang mempunyai kewenangan bersifat administratif formal.
A
B
C
62
Kebijakan dan pengendalian partai berada di majelis tinggi. Kebijakan
pengambilalihan ini sifatnya sementara sampai eletabilitas Demokrat naik.
Beberapa hari setelah rapat majelis tinggi diadakan, 33 DPD
menandatangi pakta integritas di Cikeas, Anas absen karena sakit. Pakta
integritas itu merupakan tahap lanjut operasional dari delapan solusi
penyelamatan Demokrat. Terdiri dari 10 klausul, di antara intinya,
komitmen transparansi kekayaan dan antikorupsi. Mereka yang berstatus
tersangka harus siap mundur. Solusi penyelamatan dan pakta integritas itu
disampaikan berdekatan dengan peredaran berkas mirip dokumen
persetujuan KPK terhadap surat perintah penyidikan (sprindik). Dalam
dokumen itu, tercantum nama Anas sebagai tersangka penerima suap
kasus Hambalang. Materi pakta integritas tersebut dibuat SBY saat
menunaikan umrah di Mekkah. Sedangkan sebagian pernah disampaikan
dalam Silatnas Demokrat pada 2012 lalu. Berkas pakta integritas tersebut
telah disebar ke 148 anggota Fraksi Demokrat, harus ditandatangi dan
dikembalikan.
Menurut pemerhati politik, Fadjroel Rachman, langkah SBY ini
tidak akan berpengaruh terhadap naiknya elektabilitas Demokrat pada
pemilu 2014. Sebab problem Demokrat terlalu banyak. Mulai
ketidakmampuan SBY, kehancuran internal partai, hingga korupsi.
Menurutnya posisi Anas sudah sangat lemah dan tak mungkin membuat
perlawanan berarti. Pendapat Fadjroel itu untuk menanggapi beberapa
pihak yang mensinyalir adanya perlawanan Anas terhadap upaya
penggulingan dirinya sebagai ketua umum. Di antara yang disebut-sebut
63
mengindikasikan perlawanan Anas, saat belum genap 24 jam SBY
mengambil alih kendali partai, Anas dalam kapasitas sebagai ketua umum
menghadiri pertemuan dengan kader Demokrat di Kabupaten Lebak,
Banten. Pada kesempatan yang sama, Anas juga melantik Pengurus Anak
Cabang (PAC) Partai Demokrat se-Kabupaten Lebak dan menghadiri
deklarasi Bupati dan Wakil Bupati Lebak yang diusung partainya.
Keesokan harinya, Anas tidak hadir dalam acara penandatangan pakta
integritas kader Demokrat di Cikeas. Ada yang mengartikan
ketidakhadirannya itu sebagai bentuk perlawanan Anas yang lain.
Modal politik Anas sebagai ketua umum terpilih adalah jaringan
kuat di tingkat akar rumput. Namun, faktanya, 33 ketua DPD Demokrat
telah menandatangani pakta integritas. Modal perlawanan Anas lainnya,
dikemukakan pengamat politik dari Universitas Indonesia, Boni Hargens,
sebagai ketua umum, Anas memiliki wewenang dalam proses pendaftaran
dan penetapan calon anggota legislatif (caleg) dari Demokrat. Selain
wewenang penetapan daftar caleg, sejumlah analis politik menyebut Anas
memegang kartu truf terkait dengan dugaan skandal yang melibatkan
Edhie Baskoro atau Ibas, putra bungsu SBY. Dalam Partai Demokrat, Ibas
menjabat sebagai sekretaris jenderal.
Tabel 4.6
Tanda-Tanda dalam Sampul Majalah
Jenis Tanda Contoh Tanda Kode
Ikon Seorang Pria A
Indeks Mimik atau Gesture Seorang A, B, dan C
64
Pria, Benda yang Dipegang
oleh Sang Pria, Banner
Majalah.
Simbol Pengakuan Jati Diri B
Dalam ilustrasi tersebut menampilkan seorang pria dewasa yang
ditunjukkan kode A. Mimik atau gesture yang terlihat pada ilustrasi adalah
wajah pria yang menunjukkan kepasrahan pada suatu hal. Hal ini
diperkuat dengan sebuah benda berupa kartu identitas diri beserta foto
yang ditunjukkan oleh sang pria, bahwa kesan yang ingin ditampilkan
dalam ilustrasi tersebut adalah sebuah pengakuan jati diri.
Indeks dalam ilustrasi sampul majalah ini dilihat dari mimik atau
gesture yang terlihat pada wajah sang pria (kode A), banner majalah yang
bertuliskan “Ada Apa Dengan Anas” (kode C), dan sebuah benda berupa
kartu identitas yang dipegang oleh sang pria (B). Seperti sudah dijelaskan
di atas, bahwa ilustrasi pada gambar 4.3 merupakan simbol dalam sebuah
pengakuan jati diri, hal ini diperkuat dengan adanya kartu identitas diri
beserta foto yang dipamerkan oleh sang pria.
Tabel 4.7
Hasil Analisis Sampul Majalah Gatra
Edisi 14 - 20 Februari 2013
Sign - Ikon dalam ilustrasi tersebut adalah seorang pria
dewasa berkacamata.
- Indeksnya melalui beberapa tanda yaitu mimik
atau gesture yang ditunjukkan pada seorang pria
65
yang menjadi tokoh utama, banner pada majalah
“Ada Apa dengan Anas”, sebuah benda yang
merupakan kartu identitas beserta foto diri.
- Simbol yang muncul adalah pengakuan jati diri.
Object Lelaki yang menjadi tokoh utama dalam ilustrasi
sampul edisi ini adalah Anas Urbaningrum, Ketua
Umum Partai Demokrat yang terjerat kasus
Hambalang.
Interpretant Anas Urbaningrum pasrah dengan kasus Hambalang
yang menyeret dirinya hingga ditetapkan menjadi
tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK).
Dalam ilustrasi di atas, tampak seorang pria dewasa mengenakan
setelan jas warna biru ditunjukkan kode A. Pria tersebut merupakan Anas
Urbaningrum yang merupakan Ketua Umum Partai Demokrat. Dalam
ilustrasi, tampak warna yang mendominasi adalah warna biru yang
merupakan warna khas dari Partai Demokrat.
Mimik atau gesture menunjukkan bahwa Anas sedang membuat
pengakuan mengenai dirinya. Hal ini terlihat dari telunjuk tangan kirinya
sedang menunjuk ke kartu identitas tanda anggota Partai Demokrat yang
dipegang tangan kanannya. Dalam kartu tersebut terdapat foto diri Anas
beserta kata “tersangka” dengan warna merah. Pengakuan Anas sebagai
“tersangka” diperkuat banner dalam ilustrasi yaitu “Ada Apa Dengan
66
Anas”. Hal ini menunjukkan bahwa seolah-olah terjadi sesuatu dengan
Anas.
Ilustrasi tersebut merepresentasikan Anas yang terlibat kasus
korupsi Hambalang dan sedang dalam penyidikan Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK). Sebelum resmi ditetapkan menjadi tersangka, beredar
berkas mirip dokumen persetujuan KPK terhadap surat perintah
penyidikan (sprindik). Dalam dokumen itu, tercantum nama Anas sebagai
tersangka penerima suap kasus Hambalang.
67
B2. Buruk Anas Partai Dibelah (Edisi 18 - 24 Februari 2013)
Gambar 4.4
Sampul Majalah Tempo Edisi 18 - 24 Februari 2013
Dalam rapat yang digelar di kediaman Susilo Bambang
Yudhoyono (SBY) di Cikeas, Februari 2013 lalu, SBY membeberkan
keterlibatan kader Demokrat dalam berbagai perkara korupsi. Ia juga
menunjukkan grafik pamor Demokrat yang mengalami penurunan. SBY
meminta para pengurus pusat dan daerah segera melaporkan nomor pokok
wajib pajak plus daftar kekayaan, dan memaksa mereka untuk
menandatangani pakta integritas. Terdiri dari sepuluh klausul, pakta itu
berisi komitmen tentang transparansi kekayaan dan gerakan antikorupsi.
A
B
C
68
Pengurus yang ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus hukum, menurut
pakta itu harus siap mundur.
Beberapa hari kemudian, SBY mengumpulkan sembilan anggota
Majelis Tinggi Demokrat, Ketua Fraksi Demokrat, serta empat menteri
yang berasal dari Demokrat, juga Anas Urbaningrum. Dalam pertemuan
itu menghasilkan kesepakatan bahwa semua infrastruktur dari pengurus
pusat, pengurus provinsi, hingga pengurus kabupaten akan dibawah SBY
sebagai Ketua Majelis Tinggi hingga tidak ada batasan waktu. Setelah
SBY memegang komando, sejumlah pengurus daerah yang sebelumnya
mendukung Anas patuh pada keputusan Majelis Tinggi.
Rotasi besar-besaran juga dilakukan di segala jenjang. Sekretaris
Jenderal Edhie Baskoro Yudhoyono atau Ibas pun mundur dari Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR), dengan alasan ingin berkonsentrasi membenahi
partai. Kubu Anas saat itu belum menunjukkan perlawanan. Para
pendukungnya menyebutkan serangan akan dimainkan di tingkat opini
publik. Di antaranya menunjukkan bahwa kubu Cikeas juga tidak
semuanya bersih. Caranya dengan menaikkan posisi tawar Anas di depan
SBY. Satu-satunya posisi tawar Anas adalah status hukumya, di Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK). Anas juga memilih diam, Ia terus
mengatakan bahwa tidak ada konflik di partainya.
Dalam pertemuan itu, Anas absen dengan alasan sakit, namun
menurut beberapa sumber absennya Anas merupakan isyarat protes atas
keputusan Majelis Tinggi mengambil alih kendali partai. Apalagi pada hari
69
yang sama, surat persetujuan pimpinan KPK menetapkan Anas sebagai
tersangka kasus Hambalang bocor ke media massa.
Muhammad Nazaruddin, mantan bendahara umum Demokrat
menudingnya terlibat sejumlah perkara, termasuk skandal proyek
pembangunan pusat olahraga Hambalang. Dalam waktu cepat, pamor
Demokrat merosot. Sejak itu KPK fokus mengusut dua hal. Pertama, ihwal
dugaan gelontoran Rp 100 miliar dari PT Adhi Karya untuk pemenangan
Anas dalam Kongres Demokrat di Bandung pada Mei 2010 lalu. Kedua,
soal pemberian mobil Toyota Harrier, juga dari Adhi Karya.
Uang dan mobil itu diduga imbalan untuk memuluskan Adhi Karya
sebagai penggarap proyek Hambalang. Meski Nazarudin sudah berbicara
banyak mengenai detail Anas ikut merencanakan proyek Hambalang dan
lalu lintas uang, penyelidik belum menemukan bukti yang cukup. Fakta
bahwa Adhi Karya menggandeng PT Dutasari Citralaras, yang salah satu
pemiliknya istri Anas dalam menggarap Hambalang dan ikut merugikan
keuangan negara, tak serta merta menjadikan Anas tersangka. Bukti yang
paling menusuk adalah di perkara Harrier. Abraham Samad, ketua KPK
mengatakan bukti-buktinya telak. Harrier diterima Anas ketika dia baru
saja dilantik sebagai anggota DPR.
Tabel 4.8
Tanda-Tanda dalam Sampul Majalah
Jenis Tanda Contoh Tanda Kode
Ikon Dua Wajah Pria Dewasa A dan B
Indeks Dua Wajah Pria Dewasa, Kaca A, B, dan C
70
yang Retak, dan Banner
Majalah
Simbol Hubungan Dua Pria yang
Meretak
B
Dalam ilustrasi tersebut menampilkan wajah seorang pria dewasa
di atas sebuah kaca yang ditunjukkan oleh kode A. Mimik atau gesture
wajah pria tersebut menggambarkan ekspresi senang atau bahagia. Akan
tetapi kaca yang terdapat ilustrasi wajah pria kode A retak hingga
menimbulkan lubang di bagian mata kiri. Dari lubang kaca, terlihat
sebagian wajah sesosok pria lain yang ditunjukkan pada kode B. Hal ini
menunjukkan bahwa kesan yang ingin ditampilkan dalam ilustrasi tersebut
adalah sebuah hubungan yang meretak di antara kedua pria (A dan B).
Indeks dalam ilustrasi sampul majalah ini dilihat dari mimik atau
gesture yang terlihat pada wajah pria pada kode A, retakan kaca yang
memunculkan wajah pria pada kode B, dan banner majalah yang
bertuliskan “Buruk Anas Partai Dibelah”. Seperti sudah dijelaskan di atas,
bahwa ilustrasi pada gambar 4.4 merupakan simbol dari hubungan dua
pria yang meretak.
Tabel 4.9
Hasil Analisis Sampul Majalah Tempo
Edisi 18 - 24 Februari 2013
Sign - Ikon dalam ilustrasi tersebut adalah dua wajah pria
dewasa.
- Indeksnya melalui beberapa tanda yaitu mimik
71
atau gesture yang ditunjukkan pada seorang pria
yang menjadi tokoh utama, wajah pria pada
retakan kaca yang berlubang, dan banner majalah
“Buruk Anas Partai Dibelah”.
- Simbol yang muncul adalah hubungan dua pria
yang meretak.
Object Lelaki yang menjadi tokoh utama dalam ilustrasi
sampul edisi ini adalah Anas Urbaningrum, Ketua
Umum Partai Demokrat dan Susilo Bambang
Yudhoyono, Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat.
Interpretant Memburuknya hubungan SBY dengan Anas setelah
pengambilalihan komando Ketua Umum Partai oleh
Majelis Tinggi sampai batas waktu yang tidak
ditentukan.
Dalam ilustrasi di atas, tampak wajah seorang pria dewasa dengan
ekspresi tertawa lepas ditunjukkan oleh kode A. Wajah pria berkacamata
tersebut seolah berada di atas kaca yang retak dan berlubang pada bagian
kanan kaca atau bagian mata kiri sang pria. Dari lubang di kaca tersebut,
terlihat sebagian wajah berupa mata kiri dan hidung sesosok pria lain yang
ditunjukkan pada kode B.
Wajah pria berkacamata tersebut adalah Anas Urbaningrum, Ketua
Umum Partai Demokrat. Sedangkan pria yang muncul dari lubang yang
terdapat pada kaca adalah Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang tak
72
lain adalah Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat. Retakan kaca yang
menimbulkan lubang merepresentasikan hubungan yang meretak di antara
kedua tokoh dalam ilustrasi tersebut.
Hubungan yang meretak di antara keduanya timbul setelah Majelis
Tinggi memutuskan untuk mengambil alih sementara komando seorang
Ketua Umum Partai sampai batas waktu yang tidak ditentukan. Hal ini
terkait dengan terlibatnya Anas dalam kasus Hambalang yang sedang
diselidiki oleh Komisi Pmeberantasan Korupsi (KPK). Sementara, banner
majalah yang bertuliskan “Buruk Anas Partai Dibelah” menggambarkan
kondisi terkini dari Partai Demokrat yang kabarnya terbelah dua menjadi
kubu Anas dan kubu Cikeas (SBY).
73
C1. Setelah Lutfi Siapa Lagi? (Edisi 16 - 22 Mei 2013)
Gambar 4.5
Sampul Majalah Gatra Edisi 16 - 22 Mei 2013
Luthfi Hasan Ishaaq, sudah lama diburu Komisi Pemberantasan
Koprusi (KPK). Dari penangkapan terhadap Ahmad Fathanah, Juard
Effendy, dan Arya Abdi Effendy, direksi PT Indoguna Utama, sebuah
perusahaan importir daging, KPK berhasil mencium keterlibatan Luthfi.
Luthfi diduga menggunakan pengaruhnya untuk mengatur Menteri
Pertanian, Suswono, yang juga kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS),
agar memberikan kuota tertentu kepada pengusaha tertentu. Uang sebesar
A
B C D
E
74
Rp 1 miliar yang menjadi barang bukti ketika Fathanah ditangkap, berasal
dari PT Indoguna Utama, yang rencananya akan diberikan kepada Luthfi.
Setelah Lutfi menjadi tersangka, Ketua Majelis Syuro PKS, Hilmi
Aminuddin dipanggil oleh KPK sebagai saksi untuk kasus dugaan korupsi
dan pencucian uang kuota impor daging sapi di Kementrian Pertanian
yang melibatkan tersangka Ahmad Fathanah dan Luthfi Hasan Ishaaq.
Sempat mangkir dari panggilan, akhirnya Hilmi memenuhi panggilan
KPK setelah menjadwal ulang panggilan.
Dalam pertemuan itu, Hilmi diperdengarkan rekaman pembicaraan
hasil penyadapan KPK. Beredar kabar di wartawan bahwa rekaman yang
diperdengarkan adalah percakapan antara Ahmad Fathanah dan seseorang
yang diduga bernama Ridwan, putra Hilmi. Isinya berupa konfirmasi yang
dikemukakan sosok yang diduga Ridwan itu kepada Fathanah soal
pengiriman uang Rp 17 miliar sebagai “jatah untuk engkong”, engkong
adalah sebutan untuk Hilmi. Namun ketika ditanyakan perihal ini, Hilmi
mengaku tidak mengenal suara yang diduga Ridwan tersebut.
Setelah Hilmi diperiksa, Suswono, kader PKS yang menjabat
sebagai Menteri Pertanian juga dua kali diperiksa KPK sebagai saksi
terkait kasus ini (18 Februari 2013 dan Maret 2013). Nama Suswono
disebut-sebut dalam materi dakwaan jaksa saat persidangan dua Direktur
PT Indoguna Utama, Arya Abdi Effendi dan Juard Effendi. Dalam
dakwaan, Luthfi mempertemukan Maria Elizabeth Liman dengan
Suswono di sebuah hotel, hadir juga dalam pertemuan itu Ahmad
Fathanah. Dalam pertemuan dibicarakan mengenai kuota impor daging
75
sapi. Tak lama, KPK mengumumkan nama Maria Elizabeth Liman sebagai
tersangka baru dalam kasus ini. Maria diduga sebagai pemberi suap
dengan Luthfi dan Fathanah sebagai penerimanya. Dengan menetapkan
Maria sebagai tersangka, ada indikasi KPK hendak menjerat Suswono.
Dua petinggi PKS lainnya yang juga diperiksa sebagai saksi dalam
kasus ini adalah Anis Matta, Presiden PKS dan Mahfudz Abdurrahman,
Bendahara Umum PKS. Pemeriksaan KPK terhadap Anis Matta, Mahfudz
Abdurrahman, dan Hilmi Aminuddin menambah daftar pengurus PKS
yang dimintai keterangan sebagai saksi atas dugaan tindak pidana korupsi
dan pencucian uang terkait kuota impor daging sapi di Kementrian
Pertanian.
Tabel 4.10
Tanda-Tanda dalam Sampul Majalah
Jenis Tanda Contoh Tanda Kode
Ikon Empat sosok pria A, B, C, D
Indeks Seorang pria beserta tiga sosok
lainnya yang berbentuk
bayangan dan banner majalah
A, B, C, D, dan E
Simbol Menunggu giliran A, B, C, dan D
Dalam ilustrasi di atas, tampak yang menjadi tokoh utama adalah
pria bertubuh gemuk dengan jenggot yang ditunjukkan oleh kode A. Tiga
pria lain yang berada di belakang sosok pria kode A tampak berupa
bayangan. Posisi keempatnya berjejer rapi seolah-olah sedang menanti
giliran. Hal ini menunjukkan bahwa kesan yang ingin ditampilkan dalam
76
ilustrasi tersebut adalah pria-pria yang menanti gilirannya. Kesan tersebut
diperkuat oleh banner pada majalah yang bertuliskan “Setelah Luthfi Siapa
Lagi”.
Indeks dalam ilustrasi sampul majalah ini dilihat dari ilustrasi
tokoh utama yaitu sang pria bertubuh gemuk dan berjenggot beserta
dengan ketiga sosok pria lain yang digambarkan secara samar-samar.
Posisi keempatnya berjejer rapi seolah sedang menanti giliran. Seperti
sudah dijelaskan di atas, bahwa ilustrasi pada gambar 4.5 merupakan
simbol dari sebuah penantian untuk mendapat giliran.
Tabel 4.11
Hasil Analisis Sampul Majalah Gatra
Edisi 16 - 22 Mei 2013
Sign - Ikon dalam ilustrasi tersebut adalah sesosok pria
yang menjadi tokoh utama dan tiga sosok pria lain
yang tampak samar-samar.
- Indeksnya melalui beberapa tanda yaitu seorang
pria yang menjadi tokoh utama, tiga orang pria
lainnya yang digambarkan masih samar-samar dan
banner majalah “Setelah Luthfi Siapa Lagi”.
- Simbol yang muncul adalah menanti giliran di
antara ketiga sosok pria yang masih berbentuk
samar-samar.
Object Pria yang menjadi tokoh utama dalam ilustrasi
tersebut adalah Luthfi Hasan Ishaaq yaitu Presiden
Partai Keadilan Sejahtera (PKS) sedangkan tiga pria
77
yang dalam ilustrasi masih terlihat samar-samar dari
kiri ke kanan adalah Anis Matta, Hilmi Aminuddin,
dan Suswono. Ketiganya merupakan tiga tokoh
penting dalam PKS.
Interpretant Para petinggi PKS cemas dengan keadaan Luthfi
yang berstatus tersangka. Hal ini bisa saja menjalar
ke tokoh-tokoh PKS lainnya mengingat Luthfi tidak
bekerja sendirian dalam menjalankan misi partainya
itu.
Dalam ilustrasi di atas, tampak seorang pria bertubuh gemuk dan
berjenggot terlihat paling menonjol di antara ketiga pria lainnya. Pria yang
ditunjukkan kode A tersebut berada di posisi paling depan dan terlihat
paling „jelas‟ di antara yang lain. Ketiga pria lainnya terlihat samar-samar
meski dapat secara jelas dikenali sosoknya.
Pria gemuk dan berjanggut tersebut tak lain adalah Luthfi Hasan
Ishaaq, Presiden PKS. Sementara sosok setelah Luthfi dari kiri ke kanan
adalah Anis Matta (Sekretaris Jenderal PKS), Hilmi Aminuddin (Ketua
Dewan Syuro PKS) dan yang terakhir adalah Suswono (Menteri Pertanian
yang berasal dari PKS). Ilustrasi tersebut merepresentasikan keadaan yang
sebenarnya pada PKS saat ini.
Setelah Luthfi resmi dinyatakan sebagai tersangka oleh Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) atas kasus suap pengaturan kuota impor
daging sapi, ketiga tokoh PKS yang tampak dalam ilustrasi mulai dilanda
78
kecemasan karena dalam penyelidikannya, KPK menemukan beberapa
bukti yang memiliki keterkaitan dengan ketiganya. KPK memanggil ketiga
pria tersebut untuk dijadikan sebagai saksi. Namun, tak menutup
kemungkinan adanya perubahan status dari saksi menjadi tersangka.
79
C2. Selingkuh Fathanah dan Partai Dakwah (Edisi 20 - 26 Mei 2013)
Gambar 4.6
Sampul Majalah Tempo Edisi 20 - 26 Mei 2013
Berbagai strategi disusun oleh Partai Keadilan Sejahtera untuk
mengumpulkan dana pemilu 2014. Untuk menyusun strategi, para petinggi
Partai Keadilan Sejahtera melakukan pertemuan dengan Yudi, pemilik PT
Cipta Inti Parmindo. Pertemuan itu dibuka oleh Luthfi Hasan Ishaaq yang
membicarakan sejumlah proyek yang bisa digarap Yudi. Dalam
pembicaraannya, Luthfi menargetkan Rp 2 triliun untuk dana pemilu 2014.
Hal ini dibuktikan dengan empat foto yang didapat Tempo dari notulensi
yang difoto karyawan Yudi saat pertemuan tersebut berakhir. Isinya
D
B
C
A
80
mengenai beragam program partai dakwah guna menjaring dana untuk
menyongsong pemilu.
Pada kolom paling atas tertulis Partai Keadilan Sejahtera (PKS)
dan angka 2 triliun. Di sebelahnya ada nama Luthfi dan Hilmi. Berikutnya,
pada tiga kolom tertulis masing-masing Kementrian Komunikasi dan
Informatika senilai Rp 0,5 triliun, Kementrian Pertanian Rp 1 triliun, serta
Kementrian Sosial Rp 0,5 triliun. Pada bagian lain, terdapat tulisan
delapan arahan Luthfi dalam merealisasi pencairan dana partai tersebut.
Pertama, target Rp 2 triliun pda tahun 2014 mesti terpenuhi. Kedua, kuota
Rp 1 triliun di Kementrian Pertanian dan maisng-masing Rp 0,5 triliun di
Kementrian Sosial dan Kementrian Komunikasi.
Ketiga, harus jelas mekanisme penyaluran infak. Keempat,
pembatasan pekerjaan ternak. Kelima, semua proyek harus aman,
khususnya yang terkait dengan kuasa penggunaan anggaran. Keenam,
menteri akan mengikuti Yudi selama target disepakati. Ketujuh, slot PKS
akan diberikan seluruhnya kepada Cipta Terang Abadi, perusahaan milik
Yudi. Dan terakhir, seluruh infak akan diterima lewat satu pintu.
Hubungan Yudi dengan para petinggi PKS semakin erat. Berkat
jasa Luthfi, PT Cipta Inti Parmindo berhasil mendapatkan kredit modal
kerja Rp 100 miliar dari bank Jabar dan Banten Cabang Surabaya. Proses
pencairan oleh bank yang mayoritas sahamnya milik Pemerintah Provinsi
Jawa Barat itu serba kilat.
Belakangan kesepakatan antara Yudi dan petinggi PKS berakhir,
karena Yudi ditangkap Kepolisian Kalimantan Selatan akibat melakukan
81
korupsi pengadaan alat peraga pendidikan senilai Rp 2,9 miliar di
Kabupaten Barito Kuala. Selain itu ia juga diumumkan sebagai tersangka
karena dituduh sebagai pelaku utama pembobolan Bank Jatim senilai 55
miliar. Terakhir, dia juga terseret kasus pembobolan Bank Jabar dan
Banten senilai 55 miliar. Kepada Tempo, Yudi mengaku sudah
mengeluarkan Rp 16,585 miliar untuk Luthfi dan Anis. Yudi dijanjikan
proyek dari jatah anggaran PKS pada anggaran perubahan 2012 dan 2013.
Terutama pada tiga kementrian yang dipimpin kader partai itu.
Luthfi dan Fathanah juga terseret perkara hukum. Mereka
dijadikan tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi karena diduga
penerima suap dari PT Indoguna Utama, perusahaan pengimpor daging,
senilai Rp 1 miliar, mereka juga dijerat pasal tindak pidana pencucian
uang karena berusaha mengaburkan nilai kekayaan dengan
mengatasnamakan orang lain pada rumah dan mobil milik mereka.
Tabel 4.12
Tanda-Tanda dalam Sampul Majalah
Jenis Tanda Contoh Tanda Kode
Ikon Sebuah Kotak Amal dan Logo
PKS
A dan B
Indeks Sebuah kotak amal, logo PKS,
uang yang dimasukkan ke
dalam kotak melalui lubang
yang berbeda, dan banner
majalah.
A, B, C, dan D
82
Simbol Kotak Amal A
Dalam ilustrasi di atas tampak sebuah kotak amal yang dipertegas
dengan lubang untuk memasukkan uang di atas kotak yang ditandai oleh
kode A. Kotak amal tersebut mempunyai gembok dan terdapat logo
sebuah institusi berukuran sedang di sisi kiri yang ditunjukkan oleh kode
B. Uniknya, kotak amal tersebut memiliki lubang untuk memasukkan uang
yang lain di sisi kiri yang ditunjukkan oleh kode C, tampak pada ilustrasi
selembar uang hendak dimasukkan melalui lubang di sisi kiri. Hal ini
menunjukkan bahwa kesan yang ingin ditampilkan adalah sebuah kotak
amal yang diperuntukkan untuk kepentingan sebuah institusi. Kesan
tersebut diperkuat dengan adanya logo institusi pada kotak amal tersebut.
Indeks dalam ilustrasi sampul majalah ini dilihat dari sebuah kotak
amal dengan logo institusi di sisi kiri dan uang yang hendak dimasukkan
ke kotak amal melalui lubang di sisi kiri. Seperti sudah dijelaskan di atas,
bahwa ilustrasi pada gambar 4.6 merupakan simbol dari sebuah kotak
amal yang diperuntukkan untuk kepentingan sebuah institusi.
Tabel 4.13
Hasil Analisis Sampul Majalah Tempo
Edisi 20 - 26 Mei 2013
Sign - Ikon dalam ilustrasi tersebut adalah sebuah kotak
amal dan logo institusi.
- Indeksnya melalui beberapa tanda yaitu sebuah
kotak amal, logo institusi, uang yang dimasukkan
melalui lubang di sisi kiri, dan banner majalah
83
“Selingkuh Fathanah dan Partai Dakwah”.
- Simbol yang muncul adalah sebuah kotak amal
yang diperuntukkan untuk kepentingan sebuah
institusi.
Object Sebuah kotak amal yang mempunyai simbol Partai
Keadilan Sejahtera (PKS). Kotak amal tersebut
mempunyai dua lubang untuk memasukkan uang
yang tidak seperti kotak amal pada umumnya.
Interpretant Kotak amal yang diperuntukkan PKS untuk
mengumpulkan dana menjelang pemilu 2014.
Tampak dalam ilustrasi di atas, sebuah kotak amal beserta dengan
gembok dan lubang untuk memasukkan uang berada di atas kotak. Di sisi
kiri kotak amal tersebut terdapat logo sebuah institusi. Uniknya di bawah
logo, terdapat uang yang hendak dimasukkan ke dalam kotak melalui
lubang di sisi kiri kotak.
Ilustrasi tersebut merepresentasikan kotak amal yang
diperuntukkan PKS untuk mendapatkan dana menjelang pemilu 2014. Hal
ini terlihat dari adanya logo PKS di sisi kiri kotak amal. Berbagai macam
strategi disusun PKS untuk mendapatkan dana sebesar Rp 2 triliun untuk
pemilu 2014. Salah satunya dengan infak dari pos-pos kementrian yang
menterinya berasal dari PKS, seperti Kementrian Pertanian, Kementrian
Komunikasi dan Informatika, dan Kementrian Sosial.
84
D1. Kisah Dangdut Akil Mochtar (Edisi 07-13 November 2013)
Gambar 4.7
Sampul Majalah Gatra Edisi 07 - 13 November 2013
Akil Mochtar dipecat dari jabatannya sebagai hakim ataupun Ketua
Mahkamah Konstitusi karena dianggap melanggar etika yang melewati
batas dan sudah masuk ranah pidana. Mulai dari transfer uang ke sejumlah
penyanyi dangdut, dugaan menggunakan narkotika, sampai menguasai
penganan perkara sengketa pilkada. Dalam persidangan yang digelar oleh
majelis kehormatan, terungkap bahwa Akil menyembunyikan kekayaan
melalui kepemilikan dua mobil mewah yang diatasnamakan sopir pribadi
A B
C
85
Akil, Daryono. Selain itu, Akil memiliki 15 rekening bank yang kerap
digunakan untuk transaksi secara tak wajar. Demikian pula dengan lima
rekening milik istrinya.
Terkait dengan rekening-rekening tersebut, Akil Mochtar juga
diketahui memerintahkan sekretarisnya, Yuanna Sisilia melakukan
transaksi keuangan yang dilakukan pengacara Susi Tur Andayani, yang
diduga dari pihak yang berperkara melalui setoran tunai kepada Akil
Mochtar. Selain itu bukti lain juga ditemukan oleh Pusat Pelaporan dan
Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) yang mengungkapkan bahwa Akil
juga sering menyetorkan sejumlah uang ke beberapa penyanyi dangdut.
Akil, misalnya, ketahuan sering mentransfer uang kepada Rya Fitria,
seorang penyanyi dangdut lulusan sebuah kontes musik, dalam jumlah
bervariasi Rp 8 juta – Rp 10 juta setiap bulannya.
Secara total, uang yang ditransfer Akil ke rekening Rya Fitria
mencapai Rp 900 juta. Belakangan terungkap kalau Akil juga pernah
mentransfer uang kepada dua pedangdut senior Iis Dahlia dan Evie
Tamala. Menurut kuasa hukum Akil, transfer uang kepada para pedangdut
itu terkait dengan kampanye Akil ketika mencalonkan diri sebagai
Gubernur Kalimantan Barat tahun 2007 silam.
Selain perilaku suapnya, beberapa perilakunya yang mencoreng
nama besar Mahkamah Konstitusi adalah pengumuman Badan Narkotika
Nasional atas hasil tes terhadap DNA Akil yang menemukan adanya DNA
Akil pada lintingan ganja yang ditemukan di ruang kerjanya tatkala
penggeledahan oleh KPK, selain lintingan ganja juga ditemukan dua butir
86
pil yang mengandung salah satu unsur narkotika jenis amfetamin, yaitu
sabu-sabu.
Sikap lancung lainnya yaitu, perilakunya saat menangani perkara-
perkara pilkada. Menurut narasumber Gatra, Akil cenderung selalu
mengetuai semua perkara yang terkait dengan sengketa pilkada.
Bandingannya ketika saat Mahfud MD masih menjadi ketua Mahkamah
Konstitusi, Mahfud terhitung jarang sekali menjadi ketua majelis yang
berkaitan dengan perkara sengketa pilkada. Padahal untuk urusan bagi-
bagi penanganan perkara, para penitera sudah membuat draf khusus, akan
tetapi ketika sudah sampai di tangan Akil, semua diubah, hingga sebagian
kasus sengketa pilkada jatuh ke tangan Akil.
Beberapa putusan sidang pimpinan Akil yang janggal membuat
sejumlah pengacara yang tergabung dalam Forum Korban Putusan MK
Berdaulat melapor ke KPK terkait dengan dugaan sejumlah putusan MK
yang terindikasi suap. Ada delapan pilkada yang dilaporkan oleh forum
ini, di antaranya di Kota Palembang, Kabupaten Empat Lawang,
Kabupaten Banyuasin, Kota Waringin Barat, Kota Kediri, dan Kabupaten
Maluku Tenggara.
Tabel 4.14
Tanda-Tanda dalam Sampul Majalah
Jenis Tanda Contoh Tanda Kode
Ikon Seorang pria yang mengenakan
jubah hakim.
B
Indeks Seorang pria yang mengenakan A, B, dan C
87
jubah hakim, seorang wanita di
sisi kanan, dan banner majalah.
Simbol Seorang pria yang sedang
joged dangdut.
A
Dalam ilustrasi di atas tampak seorang pria paruh baya
mengenakan jubah hakim dan membawa palu sidang yang ditunjukkan
oleh kode A. Pria tersebut digambarkan seolah-olah sedang berjoget, hal
ini terlihat dari gesture yang tampak dari kaki dan tangan kirinya.
Sementara itu di sisi kanan sang pria terdapat seorang wanita muda yang
digambarkan dalam bentuk samar-samar (kode B). Pria yang ditunjuk oleh
kode A, berjoget dengan muka menghadap ke gambar wanita. Hal ini
menunjukkan bahwa kesan yang ingin ditampilkan adalah mengenai joget
dangdut dari sang pria.
Indeks dalam ilustrasi sampul majalah ini dilihat dari gesture yang
ditampilkan oleh sang pria, wanita di sisi kanan, dan banner majalah.
Seperti sudah dijelaskan di atas, bahwa ilustrasi pada gambar 4.7
merupakan simbol dari joget dangdut yang dilakukan oleh sang pria yang
menjadi tokoh utama.
Tabel 4.15
Hasil Analisis Sampul Majalah Gatra
Edisi 07 - 13 November 2013
Sign - Ikon dalam ilustrasi tersebut adalah sesosok pria
yang mengenakan jubah hakim dan seorang
wanita yang berada di sisi kanan.
88
- Indeksnya melalui beberapa tanda yaitu palu
sidang yang dipegang oleh pria, jubah hakim, dan
seorang wanita, dan banner majalah “Kisah
Dangdut Akil Mochtar”
- Simbol yang muncul adalah hakim yang sedang
goyang dangdut.
Object Seorang pria yang menjadi tokoh utama adalah Akil
Mochtar, Ketua Mahkamah Konstitusi yang dijadikan
tersangka oleh KPK karena kasus suap pilkada.
Sedangkan wanita di sisi kanan, adalah pedangdut
Rya Fitria yang merupakan jebolan acara kontes
musik dangdut di salah satu stasiun televisi.
Interpretant Akil Mochtar membayar mahal beberapa pedangdut
tanah air, salah satunya adalah Rya Fitria.
Tampak dalam ilustrasi di atas adalah seorang pria berkacamata
mengenakan jubah hakim dan memegang palu sidang di tangan kanan.
Pria tersebut menunjukkan gesture yang tidak biasa, terlihat dari gesture
kaki dan tangan kirinya yang seolah-olah sedang berjoget memalingkan
muka ke arah kiri. Di sisi kiri terdapat sesosok wanita yang mengenakan
hijab, dengan wajah tersenyum.
Pria yang menjadi tokoh utama dalam ilustrasi tersebut adalah Akil
Mochtar, Ketua Mahkamah Konstitusi sedangkan wanita yang digambar
secara samar-samar dalam ilustrasi yaitu Rya Fitria, seorang penyanyi
89
dangdut jebolan sebuah kontes dangdut di salah satu stasiun televisi
swasta.
Ilustrasi di atas merepresentasikan kasus Akil yang resmi menjadi
tersangka dalam kasus suap pilkada. Sedangkan Rya Fitria merupakan
salah satu penerima aliran uang Akil, terungkap dalam penyelidikan KPK
bahwa beberapa kali Akil tampak melakukan pengiriman sejumlah uang
ke rekening milik Rya. Meski kuasa hukum Akil menyatakan bahwa uang
tersebut adalah untuk pembayaran jasa Rya menyanyi di kampanye Akil
saat akan mencalonkan Gubernur Kalimantan Barat 2007 silam.
90
D2. Wani Piro? (Edisi 07 – 13 Oktober 2013)
Gambar 4.8
Sampul Majalah Tempo Edisi 07 - 13 Oktober 2013
Akil Mochtar sudah lama menjadi buronan KPK, Ia berhasil
ditangkap tangan oleh KPK saat akan menerima uang suap yang dikirim
melalui Chairun Nisa, anggota dewan terpilih dari daerah pemilihan
Kalimantan Tengah, kawan lama Akil. Uang suap yang dibawa oleh
Chairun Nisa merupakan uang pelicin dari Bupati Gunung Mas, Hambit
yang bertarung untuk periode kedua pemerintahannya, memenangi
pemilihan. Perkara sengketa ini ditangani panel hakim dan ketua Akil.
Bupati Hambit merasa perlu untuk mengamankan kemenangannya karena
B
C
A
91
pesaingnya menggugat ke Mahkamah Konstitusi. Hambit sepakat akan
menyiapkan Rp 3 miliar demi mengamankan kemenangannya, tak hanya
itu Akil meminta uang tersebut dalam bentuk dolar Amerika Serikat.
Lain halnya dengan kisah sengketa pemilihan Bupati Lebak,
Banten yang juga ditangani panel hakim pimpinan Akil Mochtar.
Pemilihan di Lebak dimenangi pasangan Iti Oktavia – Ade Sumardi,
selanjutnya kemenangan ini digugat pesaing Amir Hamzah – Kasmin.
Melalui persidangan, hakim memerintahkan pemungutan suara ulang di
Lebak. Putusan ini sangat cocok dengan tuntutan kubu Amir – Kasmin,
yang didukung oleh Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah. Melalui
narasumber Tempo, pengacara penggugat bersama Wawan, adik kandung
Atut hendak menyampaikan “tanda terima kasih” untuk Akil yang pada
akhirnya ditangkap KPK saat uang belum sampai ke tangan Akil.
Sengketa pilkada yang juga diduga melibatkan Akil adalah
pemilihan kepala daerah Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan.
Pemilihan tersebut memenangkan pasangan Yan Anton Ferdian – S.A.
Supriono di atas duet Hazuar Bidui – Agus Sutikno. Mahkamah menolak
gugatan yang diajukan pesaing Yan – Supriono. Namun beberapa hari
kemudian, terbitlah surat yang berasal dari Mahkamah bahwa pelantikan
Yan – Supriono harus ditunda, menunggu “permasalahan dalam
penyelenggaraan pilkada tersebut dapat diselesaikan sesuai ketentuan
hukum yang berlaku.” Surat itu ditembuskan ke Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Banyuasin dan Komisi Pemilihan Umum Banyuasin dan dibawa
oleh seseorang bernama Muhtar Efendy. Pria ini muncul sejak sengketa
92
hasil pilkada masuk ke Mahkamah pada pertengahan Juni tahun lalu.
Diduga Muhtar adalah makelar untuk mendampingi kasus ini, karena
Muhtar pernah menemui Yan dan meminta tarif Rp 5 miliar.
Lain halnya di wilayah Sumba Barat, pada 10 Agustus 2013 lalu
Komisi Pemilihan menetapkan pasangan Markus Dairo Talu – Ndara
Tanggu Kaha sebagai bupati dan wakil bupati Kabupaten Sumba Barat
Daya. Pasangan Kornelius – Daud sebagai rival menggugat hasil
pemilihan ke Mahkamah Konstitusi. Mereka melaporkan dugaan
penggelembungan suara di Kecamatan Wewewa Barat dan Wewewa
Tengah. Kasus ini dipegang panel tiga hakim yang dipimpin Ketua
Mahkamah Konstitusi, Akil Mochtar.
“Keajaiban” muncul dalam putusan. Meski menyebutkan aneka
kejanggalan, Mahkamah menganggap tidak ada kekeliruan dalam
rekapitulasi surat suara. Mahkamah pun mementahkan gugatan kubu
Kornelius. Sejumlah sumber menyebutkan pelicin telah membelokkan
putusan akhir. Menurut sumber Tempo, jalur partai digunakan untuk
menembus Akil.
Kemenangan Markus – Ndara kukuh menurut Mahkamah
Konstitusi. Akan tetapi, di Sumba Barat Daya, polisi tetap menyelidiki
kecurangan. Polisi membuka ratusan kotak suara, isinya dihitung kembali
disaksikan kejaksaan, pengadilan, dan partai politik yang hasilnya justru
berbalik memenangi Kornelius. Hasil penyelidikan polisi menggoyahkan
Komisi Pemilihan Sumba Barat Daya, mereka membatalkan kemenangan
Markus – Ndara yang telah dikukuhkan oleh Mahkamah Konstitusi.
93
Tabel 4.16
Tanda-Tanda dalam Sampul Majalah
Jenis Tanda Contoh Tanda Kode
Ikon Seorang pria mengenakan jubah
hakim.
A
Indeks Palu sidang, label harga, jubah
hakim, dan banner majalah.
A dan B
Simbol Hakim yang
memperjualbelikan keputusan
sidang.
A dan B
Dalam ilustrasi di atas tampak seorang pria mengenakan jubah
hakim (kode A). Ada yang tak biasa dari pria tersebut, dari dalam jubah
yang Ia tunjukkan, terdapat banyak palu sidang lengkap dengan label
harganya yang digantung (kode B).
Indeks dalam ilustrasi tersebut adalah palu sidang, label harga dan
jubah hakim (kode B) dan banner majalah “Wani Piro”. Sementara simbol
yang muncul adalah jual beli keputusan sidang yang dilakukan oleh tokoh
utama. Sebagaimana yang sudah dijelaskan dalam gambar 4.8, bahwa
ilustrasi di atas merupakan simbol dari jual beli keputusan sidang.
Tabel 4.17
Hasil Analisis Sampul Majalah Tempo
Edisi 07 - 13 Oktober 2013
Sign - Ikon dalam ilustrasi tersebut adalah seorang pria
yang mengenakan jubah hakim.
94
- Indeksnya melalui beberapa tanda yaitu palu
sidang, label harga, jubah hakim, dan banner
majalah “Wani Piro”.
- Simbol yang muncul adalah jual beli keputusan
sidang.
Object Akil Mochtar, merupakan tokoh utama dalam sampul
majalah Tempo edisi ini. Akil resmi menjadi
tersangka pada kasus suap pilkada dan dicopot secara
tidak hormat oleh Mahkamah Konstitusi.
Interpretant Seorang hakim yang memperjualbelikan keputusan
sidang.
Dalam ilustrasi tersebut di atas, tampak seorang pria mengenakan
jubah hakim sambil memamerkan palu sidang berlabel harga yang
tergantung di jubahnya. Pria tersebut merupakan Akil Mochtar, Ketua
Mahkamah Konstitusi yang resmi menjadi tersangka dalam kasus suap
pilkada di beberapa daerah. Banyak palu yang berlabel harga,
merepresentasikan kasus jual beli keputusan sidang pada setiap sidang
yang dipimpin oleh Akil. Hal ini diperkuat dengan banner majalah yang
bertuliskan “Wani Piro” yang dalam bahasa Jawa, “Berani (bayar)
berapa?”.
95
B. Analisis Perbandingan Makna Korupsi pada Ilustrasi Sampul Majalah
Gatra dan Tempo Tahun 2013
Objek dalam penelitian ini adalah ilustrasi sampul majalah Gatra dan
Tempo tahun 2013 yang bertema korupsi. Sepanjang tahun 2013, terdapat
masing-masing empat edisi dalam Gatra dan Tempo yang menampilkan
ilustrasi sampul dengan tema korupsi yang sama. Meski kasus korupsi yang
dijadikan ilustrasi pada sampul adalah sama, namun terdapat beberapa
perbedaan dalam menginterpretasikan kasus ke dalam bentuk ilustrasi. Hal ini
tergantung dari pendekatan yang dipakai oleh masing-masing ilustrator dan
ideologi yang dianut masing-masing majalah.
Perbandingan 1
Gambar 4.9
Perbandingan 1
96
Tabel 4.18
Perbandingan 1
Edisi Majalah Perbandingan
A1. Majalah Gatra:
Politik Daging Sapi
(Edisi 07 - 13 Februari 2013)
Dalam edisi ini, Gatra menampilkan
ilustrasi dari kasus korupsi yang
menyeret ketua umum Partai Keadilan
Sejahtera (PKS), Luthfi Hasan Ishaaq.
Ia juga menjadi salah satu tokoh
dalam ilustrasi. Selain Luthfi juga
terdapat ilustrasi dari Hilmi
Aminuddin dan Suswono.
A2. Majalah Tempo:
Hangus!
(Edisi 11 – 17 Februari 2013)
Sama halnya dengan Gatra, majalah
Tempo edisi ini menampilkan ilustrasi
dari kasus korupsi daging sapi PKS.
Luthfi masih menjadi salah satu tokoh
yang terdapat dalam ilustrasi. Hanya
saja, terdapat sedikit perbedaan.
Kehadiran sosok Anis Matta
merupakan pembeda dengan ilustrasi
yang dibuat oleh Gatra.
97
Seperti sudah dijelaskan di atas, bahwa perbedaan antara ilustrasi majalah
Gatra dan Tempo dalam kasus pengaturan kuota daging sapi PKS terletak pada
masing-masing tokoh yang ditampilkan dalam ilustrasi. Baik Gatra maupun
Tempo menampilkan tiga pria dalam ilustrasi sampulnya. Terlihat bahwa
keduanya sama-sama menampilkan sosok Luthfi Hasan Ishaaq dan Suswono.
Sementara sosok ketiga inilah yang menjadi pembeda, Gatra menampilkan
sosok Hilmi Aminuddin sedangkan pada Tempo menampilkan sosok Anis
Matta.
Adanya perbedaan objek pada ilustrasi menyebabkan representasi makna
yang ingin ditampilkan pun berbeda. Dalam ilustrasinya, Gatra menampilkan
Hilmi Aminuddin. Hal ini dikarenakan Gatra melihat keterlibatan Hilmi yang
sangat besar dalam kasus ini. Hilmi adalah Ketua Majelis Syuro PKS yang
mana merupakan jabatan tertinggi dalam struktur partai. Sehingga ia
mempunyai tanggung jawab yang besar untuk menggalang dana partai.
Sedangkan Tempo, memilih untuk menampilkan Anis Matta. Tempo
memilih Anis Matta dikarenakan ia merupakan pengganti Luthfi sebagai ketua
umum partai. Tak hanya itu, dalam laporan utama yang ditulis Tempo, Anis
juga dikabarkan dekat dengan Ahmad Fathanah. Hal ini terungkap dari
ditemukannya surat salinan kepemilikan tanah atas nama istri pertama Anis.
98
Perbandingan 2
Gambar 4.9
Perbandingan 2
Tabel 4.19
Perbandingan 2
Edisi Majalah Perbandingan
B1. Majalah Gatra:
Ada Apa Dengan Anas
(Edisi 14 - 20 Februari 2013)
Dalam edisi ini Gatra menampilkan
Anas Urbaningrum sebagai tokoh
utama dalam ilustrasi sampulnya. Hal
ini terkait dengan kasus Hambalang
yang membuatnya berurusan dengan
Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK).
99
B2. Majalah Tempo:
Buruk Anas Partai Dibelah
(Edisi 18 - 24 Februari 2013)
Sama halnya dengan Gatra, Tempo
juga menampilkan tema kasus korupsi
Anas pada edisi ini. Bedanya, dalam
ilustrasi Tempo muncul sosok Susilo
Bambang Yudhono (SBY) meski
hanya sebagian wajahnya yang
ditampilkan.
Seperti sudah dijelaskan di atas, bahwa Gatra dan Tempo sama-sama
menampilkan ilustrasi mengenai kasus korupsi Anas Urbaningrum. Keduanya
menampilkan Anas Urbaningrum sebagai tokoh utama dalam sampul majalah.
Namun yang menjadi pembeda adalah adanya sosok SBY dalam ilustrasi yang
dibuat Tempo. Meski hanya sepotong wajah yang ditampilkan, akan tetapi
khalayak yang melihatnya sudah tahu bahwa pria yang dimaksud adalah SBY.
Ilustrasi yang dibuat oleh Gatra merepresentasikan bahwa Anas mengakui
dirinya seorang tersangka. Sedangkan pada ilustrasi yang dibuat oleh Tempo,
terlihat sosok SBY di antara retakan dan pecahan kaca merepresentasikan
hubungan yang meretak di antara Anas dan SBY.
100
Perbandingan 3
Gambar 4.11
Perbandingan 3
Tabel 4.20
Perbandingan 3
Edisi Majalah Perbandingan
C1. Majalah Gatra:
Setelah Lutfi Siapa Lagi
(Edisi 16 - 22 Mei 2013)
Dalam edisi ini, Gatra kembali
mengangkat tema ilustrasi kasus
korupsi daging sapi PKS yang
kasusnya semakin melebar. Empat
petinggi PKS yakni Luthfi Hasan
Ishaaq, Anis Matta, Hilmi Aminuddin,
dan Suswono menjadi objek dalam
101
ilustrasi sampul edisi ini.
C2. Majalah Tempo:
Selingkuh Fathanah dan Partai
Dakwah
(Edisi 20 - 26 Mei 2013)
Sama halnya dengan Gatra, Tempo
juga kembali mengangkat kasus
korupsi daging sapi PKS sebagai tema
ilustrasi sampul. Akan tetapi, Tempo
tidak menampilkan tokoh-tokoh PKS
yang dicurigai terlibat seperti halnya
Gatra. Ilustrasi yang digunakan
Tempo lebih kepada simbol-simbol
yang merujuk kepada kasus PKS.
Kembali mengangkat ilustrasi mengenai kasus korupsi daging sapi PKS,
baik Gatra maupun Tempo memiliki beberapa perbedaan dalam menyajikan
ilustrasinya. Majalah Gatra lebih menekankan pada tokoh-tokoh yang diduga
terlibat dalam kasus sedangkan majalah Tempo menekankan pada simbol-
simbol tertentu yang merujuk pada kasus PKS.
Ilustrasi pada Gatra merepresentasikan bahwa tiga tokoh PKS selain
Luthfi yang terdapat dalam ilustrasi, sedang menanti giliran dijatuhi status
tersangka oleh KPK. Hal ini diperkuat dengan banner majalah yang bertuliskan
“Setelah Luthfi Siapa Lagi”. Sedangkan Tempo menggambar ilustrasi berupa
sebuah kotak amal disertai dengan beberapa simbol yang merujuk pada PKS.
Hal ini merepresentasikan kotak amal yang digunakan PKS untuk
mendapatkan infak dan sedekah menjelang pemilu 2014.
102
Perbandingan 4
Gambar 4.12
Perbandingan 4
Tabel 4.21
Perbandingan 4
Edisi Majalah Perbandingan
D1. Majalah Gatra:
Kisah Dangdut Akil Mochtar
(Edisi 07 - 13 November 2013)
Dalam edisi ini, Gatra menampilkan
tema kasus korupsi sengketa pilkada.
Akil Mochtar dan seorang penyanyi
dangdut bernama Rya Fitria menjadi
tokoh utama dalam ilustrasi yang
dibuat Gatra.
D2. Majalah Tempo:
103
Wani Piro?
(Edisi 07 - 13 Oktober 2013)
Sama halnya dengan Gatra, pada edisi
ini Tempo juga mengangkat kasus
suap sengketa pilkada menjadi tema
ilustrasi sampul.
Namun yang menjadi perbedaan,
Tempo hanya menampilkan sosok
Akil dengan disertai simbol-simbol
tertentu yang merepresentasikan kasus
yang sebenarnya.
Dalam edisi ini, baik Gatra maupun Tempo mengambil tema kasus suap
pilkada untuk ilustrasi sampul. Ilustrasi yang dibuat Gatra, menampilkan Akil
dan Rya Fitria, seorang penyanyi dangdut lulusan sebuah kontes dangdut
televisi swasta. Ilustrasi tersebut merepresentasikan Akil yang menghamburkan
uangnya untuk membayar penyanyi dangdut saat kampanye calon Gubernur
Kalimantan Barat. Sedangkan dalam ilustrasi Tempo menampilkan sosok Akil
lengkap dengan jubah hakim ditambah dengan simbol-simbol seperti palu
sidang dan label harga pada palu. Ilustrasi tersebut dapat merepresentasikan
hakim yang menjual belikan keputusan sidang.
104
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam delapan sampul majalah Gatra dan Tempo yang peneliti teliti
terdapat tanda atau sign (ikon, indeks, dan simbol), object, dan interpretant.
Ikon yang muncul di setiap sampul majalah adalah tokoh atau orang yang
terlibat sebuah kasus korupsi.
Indeks pada sampul majalah yang ditampilkan melalui tiga tanda, yaitu
kata-kata yang terkait dengan gambar atau banner majalah, mimik atau gesture
tokoh, dan beberapa benda yang merepresentasikan kasus tersebut. Sementara
simbol yang muncul adalah kasus korupsi yang menjadi tema pada majalah.
Kesimpulan akhir dalam perbandingan makna korupsi pada ilustrasi antara
majalah Gatra dan Tempo tahun 2013 adalah:
1. Perbandingan 1, membandingkan ilustrasi sampul antara majalah Gatra
edisi 07-13 Februari 2013 dan Tempo edisi 11-17 Februari 2013 dengan
tema besar korupsi pengaturan kuota impor daging sapi oleh PKS.
Kesimpulan yang didapat bahwa perbandingan makna korupsi yang ingin
ditampilkan majalah Gatra adalah adanya keterlibatan petinggi partai di
mana Gatra menampilkan sosok Hilmi Aminuddin yang merupakan Ketua
Majelis Syuro PKS, jabatan tertinggi dalam partai. Sedangkan dalam
majalah Tempo makna korupsi yang ingin ditampilkan adalah keterlibatan
seorang sekretaris jenderal sebuah partai dalam kasus ini, Anis Matta, yang
105
kemudian juga menjadi ketua umum partai untuk menggantikan Luthfi
Hasan Ishaaq yang resmi dijadikan tersangka oleh KPK.
2. Perbandingan 2, membandingkan ilustrasi sampul antara majalah Gatra
edisi 14-20 Februari 2013 dan Tempo edisi 18-24 Februari 2013 dengan
tema besar korupsi Anas Urbaningrum. Dalam kasus ini, dapat disimpulkan
bahwa makna korupsi yang ingin ditampilkan dalam majalah Gatra adalah
tidak ada pihak lain yang terkait dalam kasus korupsi Anas sedangkan
dalam majalah Tempo makna korupsi yang ingin ditampilkan adalah adanya
keterkaitan yang besar antara Anas Urbaningrum sebagai ketua umum Partai
Demokrat dengan Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Ketua Majelis
Tinggi Partai Demokrat.
3. Perbandingan 3, membandingkan ilustrasi sampul antara majalah Gatra
edisi 16-22 Mei 2013 dan Tempo edisi 20–26 Mei 2013 dengan tema besar
korupsi pengaturan kuota impor daging sapi oleh PKS. Dapat disimpulkan
bahwa makna korupsi yang ingin ditampilkan majalah Gatra dalam kasus
ini adalah keterlibatan sejumlah tokoh-tokoh PKS dalam kasus korupsi
pengaturan kuota impor daging sapi sedangkan dalam majalah Tempo
makna korupsi yang ingin ditampilkan adalah citra PKS sebagai partai
‘putih’ yang berubah menjadi sebuah partai yang tak lagi putih setelah
beberapa kasus korupsi menyeret PKS.
4. Perbandingan 4, membandingkan ilustrasi sampul antara majalah Gatra
edisi 07 – 13 November 2013 dan Tempo edisi 07 – 13 Oktober 2013
dengan tema korupsi Akil Mochtar. Dapat disimpulkan bahwa makna
korupsi yang ingin ditampilkan oleh majalah Gatra dalam kasus ini adalah
106
salah satu pemicu terjadinya korupsi yaitu berasal dari luar diri sang pelaku,
salah satunya adalah wanita. Hal ini terlihat karena Gatra memilih
menampilkan sosok Rya Fitria dalam ilustrasi sampulnya. Sedangkan dalam
majalah Tempo, pemicu terjadinya korupsi berasal dari keserakahan dalam
diri sang pelaku. Hal ini terlihat dalam ilustrasi di mana Akil digambarkan
seorang diri dengan menunjukkan palu-palu sidang yang sudah berlabel
harga.
B. Saran
Gatra maupun Tempo dalam kasus-kasus korupsi tertentu selalu
menampilkan ilustrasi yang mengandung nilai sindiran yang cukup kasar. Hal
ini cukup baik untuk menjadi bahan pembelajaran bagi khalayak, namun
baiknya ilustrasi yang ditampilkan agar lebih diperhalus lagi. Khusus untuk
Gatra, ilustrasi yang dibuat lebih baik jika sedikit lebih bervariasi. Karena
peneliti menganalisis dari beberapa edisi, sampul majalah Gatra kurang
bervariasi bahkan cenderung monoton. Selain itu menurut analisis peneliti,
ilustrasi sampul majalah Gatra dan Tempo mempunyai multi interpretasi yang
dapat menimbulkan kesalahan dalam membaca pesan yang ingin disampaikan.
107
DAFTAR PUSTAKA
Ardianto, Elvinaro, & Lukiati Komala Erdiyana. Komunikasi Massa Suatu
Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004.
Budiman, Kris. Semiotika Visual: Konsep, Isu, dan Problem Ikonisitias.
Yogyakarta: Jalasutra, 2011.
Effendi, Kurniawan. Ensiklopedia Pers Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Krisyantono , Rachmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana, 2006.
Semma, Mansyur. Negara dan Korupsi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008.
Sobur, Alex. Analisis Teks Media. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004.
Sobur, Alex. Semiotika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003.
Suyatno. Korupsi Kolusi dan Nepotisme. Jakarta: CV Muliasari, 2005.
Sudiana, Dendi. Komunikasi Periklanan Cetak. Bandung: Remadja Karya, 1986.
Tinarbuko, Sumbo. Semiotika Komunikasi Visual. Yogyakarta: Jalasutra, 2009.
Wijayanto & Ridwan Zachrie. Korupsi Mengorupsi Indonesia: Sebab, Akibat, dan
Prospek Pemberantasan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009.