90
PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI SALEP 2-4 DAN SABUN SULFUR 10% DENGAN SALEP 2-4 TUNGGAL SEBAGAI PENGOBATAN SKABIES DI PONDOK PESANTREN BAIT QUR’ANI CIPUTAT, TANGERANG SELATAN Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN Oleh : Firda Fakhrena NIM : 1112103000006 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/2015 M

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI SALEP 2 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37902/1/FIRDA... · TUNGGAL SEBAGAI PENGOBATAN SKABIES. DI . PONDOK PESANTREN

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI SALEP 2 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37902/1/FIRDA... · TUNGGAL SEBAGAI PENGOBATAN SKABIES. DI . PONDOK PESANTREN

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI

SALEP 2-4 DAN SABUN SULFUR 10% DENGAN SALEP 2-4

TUNGGAL SEBAGAI PENGOBATAN SKABIES DI

PONDOK PESANTREN BAIT QUR’ANI CIPUTAT,

TANGERANG SELATAN

Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA KEDOKTERAN

Oleh :

Firda Fakhrena

NIM : 1112103000006

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H/2015 M

Page 2: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI SALEP 2 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37902/1/FIRDA... · TUNGGAL SEBAGAI PENGOBATAN SKABIES. DI . PONDOK PESANTREN

i

Page 3: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI SALEP 2 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37902/1/FIRDA... · TUNGGAL SEBAGAI PENGOBATAN SKABIES. DI . PONDOK PESANTREN

ii

Page 4: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI SALEP 2 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37902/1/FIRDA... · TUNGGAL SEBAGAI PENGOBATAN SKABIES. DI . PONDOK PESANTREN

iii

Page 5: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI SALEP 2 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37902/1/FIRDA... · TUNGGAL SEBAGAI PENGOBATAN SKABIES. DI . PONDOK PESANTREN

iv

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji Syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada kita.

Shalawat serta salam tak lupa kami junjungkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah

membawa kita dari zaman jahiliyyah ke zaman yang terang benderang ini. Alhamdulillah

berkat rahmatnya, saya dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Perbandingan

Efektivitas Terapi Kombinasi Salep 2-4 dan Sabun Sulfur 10% dengan Salep 2-4

Tunggal Sebagai Pengobatan Skabies di Pondok Pesantren Bait Qur’ani Ciputat,

Tangerang Selatan.”

Penyusunan laporan penelitian ini dapat terselesaikan karena bantuan dari berbagai

pihak. Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat:

1. Dr. H. Arif Sumantri, SKM., M.Kes. selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Keseharatan UIN Jakarta,

2. dr. Witri Ardini, M.Gizi, SpGK selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter

beserta segenap dosen prodi ini yang selalu membimbing dan memberikan ilmu

kepada saya selama menjalani masa pendidikan di Program Studi Pendidikan

Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. dr. Nouval Shahab, SpU, PhD, FICS, FACS selaku Penanggung Jawab Modul

Riset Program Studi Pendidikan Dokter 2012.

4. dr. Meizi Fachrizal Achmad, M.Biomed selaku pembimbing pertama yang selalu

memberikan masukan dan arahannya dalam menyusun penelitian ini, memberikan

semangat dan motivasi di setiap bimbingannya sehingga saya dapat

menyelesaikan penelitian ini.

5. dr. Rahmatina, Sp.KK selaku pembimbing kedua saya yang selalu memberikan

masukan dan arahannya dalam menyusun penelitian ini. Senantiasa bersedia

menerima kedatangan kami untuk berkunjung ke rumahnya hingga larut malam

dan membantu menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian kami.

Page 6: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI SALEP 2 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37902/1/FIRDA... · TUNGGAL SEBAGAI PENGOBATAN SKABIES. DI . PONDOK PESANTREN

v

6. Kedua orang tua saya tercinta, Drs. H. Muhyiddin, MM.MBA dan Hj. Yayah

Nurlianah, S.Pd, M.Pd, yang selalu mendukung dan mendoakan saya demi

kelancaran penelitian ini.

7. dr. Faris El Haq dan dr. Arini Retno Palupi, kedua kakak saya yang turut

berkontribusi dalam penelitian saya sebagai dokter yang memeriksa seluruh santri

di Pondok Pesantren Bait Qur’ani dan sebagai orang yang merekomendasikan

pesantren ini sebagai sarana penelitian.

8. Ibu Nurul, Ibu Azizah dan Ibu Aisyah yang telah membantu kelancaran

pengobatan sebagai ketua koordinasi pengawas pemakaian obat skabies untuk

santri di Pondok Pesantren Bait Qur’ani.

9. Teman seperjuangan penelitian, Hana Qonita, Atina Nabila dan Irwana Arif yang

telah menyemangati, membantu, dan berjuang bersama di dalam penelitian ini.

Teman- teman PSPD 2012 untuk waktu yang telah dilalui bersama selama masa

pendidikan saya di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

10. Semua pihak yang telah memberi dukungan dan doa kepada saya yang tidak dapat

saya sebutkan satu persatu

Saya menyadari masih banyak kekurangan dalam penelitian ini. Kritik dan saran yang

membangun sangat membantu demi terwujudnya laporan penelitian yang lebih baik dan

bermanfaat untuk masyarakat. Akhir kata, semoga segala bantuan yang diberikan dalam

penelitian ini akan mendapat balasan, barokah dan ridho dari Allah SWT. Aamiin.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Ciputat, 15 September 2015

Penulis

Page 7: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI SALEP 2 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37902/1/FIRDA... · TUNGGAL SEBAGAI PENGOBATAN SKABIES. DI . PONDOK PESANTREN

vii

ABSTRAK

Firda Fakhrena. Program Studi Pendidikan Dokter. Perbandingan Efektivitas

Terapi Kombinasi Salep 2-4 dan Sabun Sulfur 10% dengan Salep 2-4 Tunggal

Sebagai Pengobatan Skabies di Pondok Pesantren Bait Qur’ani Ciputat, Tangerang

Selatan.

Berbagai macam pengobatan direkomendasikan untuk penyakit skabies, salah

satunya adalah salep 2-4 dan sabun sulfur 10%. Tujuan Penelitian : Mengetahui

perbandingan efektivitas sembuh secara klinis penggunaan kombinasi Salep 2-4 dan

sabun sulfur 10% dengan Salep 2-4 tunggal terhadap penyakit skabies. Metode

Penelitian : Penelitian ini adalah uji klinis yang dilakukan selama 3 minggu dan di

follow up tiap minggunya. Populasi penelitian adalah santri dari Pondok

Pesantren Bait Qur’ani, Ciputat. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara

consecutive sampling. Hasil penelitian ini dianalisis menggunakan uji Fisher’s Exact

Test. Hasil Penelitian : Terdapat perbedaan jumlah yang sembuh secara klinis dari

kelompok penelitian yang menggunakan salep 2-4 dan sabun sulfur 10% dengan salep

2-4 dan sabun non-sulfur, non-antiseptik namun perbedaan jumlah tersebut tidak

bermakna secara statistik yaitu pada minggu pertama (p=0,177), minggu kedua

(p=0,528) dan minggu ketiga (p=0,677) Kesimpulan : Tidak terdapat perbedaan

bermakna kombinasi salep 2-4 dan sabun sulfur 10% dibandingkan dengan salep 2-4

tunggal dalam pengobatan skabies.

Kata Kunci : Skabies, Salep 2-4, Sabun Sulfur 10%, Kesembuhan Klinis.

ABSTRACT

Firda Fakhrena. Medical Education Program. Effectiveness Comparation of

Combination Therapy of Ointment 2-4 and 10% Sulfur Soap Compared to

Ointment 2-4 only For Scabies Treatment in Bait Qur'ani Ciputat Boarding School.

Various treatments are recommended for scabies disease, one of which is ointment 2-4

and 10% sulfur soap. Objective: To determine the effectiveness comparison of clinical

cure by applying the combination of Ointment 2-4 and 10% sulfur soap compared to

ointment 2-4 only against scabies disease. Methods: This study is a clinical trial study

done for 3 weeks and was followed up in every week . The study population are students

of Bait Qur'ani Boarding School, Ciputat. Sampling was taken by consecutive sampling.

The results of this study were analyzed using Fisher's Exact Test. Results: There were

differences in numbers who were cured clinically from the research group using the

ointment 2-4 and 10% sulfur soap compared to ointment 2-4 and non-sulfur soap,

non-antiseptic. The different amount is not significant statistically in first week

(p=0,177), second week (p=0,528) and third week (p = 0.677). Conclusions: There were

no significant differences between the combination of ointment 2-4 and 10% sulfur soap

compared to ointment 2-4 only in the treatment of scabies.

Keywords: Scabies, Ointment 2-4, 10% Sulfur Soap, Clinical Cure.

Page 8: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI SALEP 2 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37902/1/FIRDA... · TUNGGAL SEBAGAI PENGOBATAN SKABIES. DI . PONDOK PESANTREN

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL.................................................................................................................iLEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA............................................................. iiLEMBAR PERSETUJUAN............................................................................................... iiiLEMBAR PENGESAHAN................................................................................................ ivKATAPENGANTAR........................................................................................................... vABSTRAK.......................................................................................................................... viiDAFTAR ISI...................................................................................................................1 viiiDAFTAR TABEL............................................................................................................. 1 xiDAFTAR GAMBAR....................................................................................................... 2 xiiDAFTAR LAMPIRAN.................................................................................................. 2 xiii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................3 11.1 Latar Belakang...........................................................................................................3 11.2 Rumusan Masalah........................................................................................................ 31.3 Hipotesis....................................................................................................................... 31.4 Tujuan Penelitian.......................................................................................................... 41.5 Manfaat Penelitian.....................................................................................................5 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................... 5 62.1 Landasan Teori..............................................................................................................6

2.1.1 Sinonim.......................................................................................................... 7 62.1.2 Definisi Skabies..............................................................................................8 62.1.3 Cara Penularan atau Transmisi....................................................................... 9 62.1.4 Biologi Tungau Skabies................................................................................10 62.1.5 Gejala Klinis.................................................................................................12 82.1.6 Manifestasi Klinis.........................................................................................13 9

2.1.6.1 Manifestasi Klasik............................................................................13 92.1.6.2 Atypical Skabies............................................................................. 13 112.1.6.3 Skabies Norwegia ( Skabies berkrusta)..........................................15 12

2.1.7 Komplikasi...................................................................................................18 13

Page 9: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI SALEP 2 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37902/1/FIRDA... · TUNGGAL SEBAGAI PENGOBATAN SKABIES. DI . PONDOK PESANTREN

ix

2.1.7.1 Infeksi Sekunder..............................................................................................18 132.1.8 Pembantu Diagnosis.................................................................................... 19 132.1.9 Diagnosis Banding.......................................................................................21 142.1.10 Pengobatan Skabies................................................................................... 21 14

2.1.10.1 Obat Skabies yang Direkomendasikan.........................................22 142.1.11 Pengobatan Topikal dalam Dermatologi....................................................23 18

2.1.11.1 Prinsip Pengobatan Topikal..........................................................24 182.1.12 Penilaian Setelah Pengobatan....................................................................23 242.1.13 Perhatian Khusus untuk Lingkungan.........................................................23 28

2.1.13.1 Selimut dan Seprai....................................................................... 23 282.1.13.2 Pakaian dan Barang Pribadi......................................................... 23 282.1.13.3 Perabotan dan Lingkungan Hidup................................................23 29

2.1.14 Edukasi Skabies.........................................................................................23 292.1.15 Identifikasi Wabah..................................................................................... 23 30

2.1.15.1 Protokol untuk Investigasi Kasus Skabies ................................. 23 312.1.16 Evaluasi Tindakan Pengendalian Skabies..................................................23 32

2.1.16.1 Kegagalan dalam Pengendalian Skabies......................................23 322.1.17 Langkah-langkah untuk Mencegah Skabies..............................................23 33

2.1.17.1 Penilaian Kulit..............................................................................23 332.1.18 Populasi Anak............................................................................................23 35

2.1.18.1 Tanggung Jawab Fasilitas.............................................................23 352.1.18.2 Pengendalian Penularan............................................................... 23 362.1.18.3 Edukasi untuk Pengaturan Populasi Anak....................................23 36

2.2 Kerangka Teori............................................................................................... 23 372.3 Kerangka Konsep........................................................................................... 23 382.4 Definisi Operasional.......................................................................................23 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN................................................................... 23 413.1 Jenis Penelitian dan Desain Penelitian........................................................... 23 413.2 Waktu dan Tempat Penelitian......................................................................... 23 413.3 Populasi dan Sampel.......................................................................................23 41

3.3.1 Jumlah Sampel.................................................................................. 23 413.3.2 Cara Pengambilan Sampel................................................................ 23 423.3.3 Kriteria Sampel................................................................................. 23 42

Page 10: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI SALEP 2 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37902/1/FIRDA... · TUNGGAL SEBAGAI PENGOBATAN SKABIES. DI . PONDOK PESANTREN

x

3.3.3.1 Kriteria Inklusi........................................................................ 23 423.3.3.2 Kriteria Eksklusi......................................................................23 433.3.3.3 Kriteria Drop Out (DO)...........................................................23 433.3.3.4 Variabel....................................................................................23 433.3.3.5 Alat dan Bahan........................................................................ 23 43

3.4 Cara Kerja Penelitian......................................................................................23 443.4.1 Alur Penelitian...................................................................................23 45

3.5 Manajemen Data.............................................................................................23 463.5.1 Pengumpulan Data............................................................................ 23 463.5.2 Pengolahan Data................................................................................23 463.5.3 Analisa Data...................................................................................... 23 463.5.4 Rencana Penyajian Data....................................................................23 463.5.5 Etika Penelitian................................................................................. 23 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................................. 23 47

4.1 Prevalensi Skabies.......................................................................................... 23 474.2 Karakteristik Penderita................................................................................... 23 484.3 Hasil Pengobatan............................................................................................ 23 50

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN........................................................................ 23 565.1 Kesimpulan.....................................................................................................23 565.2 Saran............................................................................................................... 23 56

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................23 59LAMPIRAN...................................................................................................................23 63

Page 11: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI SALEP 2 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37902/1/FIRDA... · TUNGGAL SEBAGAI PENGOBATAN SKABIES. DI . PONDOK PESANTREN

xi

DAFTAR TABEL

4.1 Prevalensi Penderita Skabies pada Pondok Pesantren Bait Qur’ani............................47

4.2 Distribusi Penderita Skabies menurut Jenis Kelamin..................................................48

4.3 Distribusi Penderita Skabies Berdasarkan Usia...........................................................49

4.4 Diagram Distribusi Penderita Skabies Berdasarkan Usia............................................49

4.5 Uji Perbedaan Kesembuhan pada Dua Kelompok Penelitian......................................51

4.6 Diagram Perbedaan Kesembuhan pada Dua Kelompok Penelitian.............................52

Page 12: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI SALEP 2 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37902/1/FIRDA... · TUNGGAL SEBAGAI PENGOBATAN SKABIES. DI . PONDOK PESANTREN

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Siklus Hidup.......................................................................................................3

Gambar 2. A. Papul Eritema dan Gatal pada Axilla Orang Dewasa....................................5

B. Papul Eritema dan Gatal pada Anak..............................................................5

Gambar 3. Distribusi Penyakit SkabiesBerdasarkan Lokasi di Tubuh................................6

Gambar 4. Bagan Vehikulum.............................................................................................19

Gambar 5. Pilihan Terapi untuk Pengobatan Skabies........................................................25

Gambar 6. Pengobatan Skabies yang Disarankan Untuk Populasi Khusus.......................26

Gambar 7. Bagan Alur Skabies..........................................................................................27

Gambar 8. Protokol Investigasi Skabies............................................................................31

Page 13: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI SALEP 2 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37902/1/FIRDA... · TUNGGAL SEBAGAI PENGOBATAN SKABIES. DI . PONDOK PESANTREN

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Komisi Etik.......................................................................................... 59

Lampiran 2. Lembar Persetujuan Responden Penelitian…............................................ 60

Lampiran 3. Alat dan Bahan Penelitian ............................................................................ 40

Lampiran 4. Proses Penelitian .......................................................................................... 64

Lampiran 5. Daftar Pengawasan Pemakaian Obat.............................................................66

Lampiran 6. Analisis Statistik............................................................................................ 68

Lampiran 7. Riwayat Penulis.............................................................................................71

Page 14: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI SALEP 2 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37902/1/FIRDA... · TUNGGAL SEBAGAI PENGOBATAN SKABIES. DI . PONDOK PESANTREN

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia berada di dalam daerah tropik basah atau daerah hangat dan lembab, hal ini

ditandai dengan kelembaban udara yang tinggi (>90%), curah hujan tinggi, suhu rata-rata

diatas 18oC (sekitar 23

oC dan dapat mencapai 38

oC pada musim kemarau). Perbedaan yang

signifikan antara musim hampir tidak ada.1

Keadaan iklim tropik ini sangat mendukung pertumbuhan parasit dan infeksi lain di

Indonesia.1 Sampai sekarang, penyakit parasit di Indonesia masih menempati posisi yang

tinggi. Arthropoda merupakan salah satu parasit yang sering menimbulkan masalah

kesehatan di Indonesia baik berupa sengatan racun atau gigitannya, maupun sebagai vektor

penyakit baik penyakit yang ditimbulkan bakteri, virus, jamur, maupun cacing dan protozoa.

Selain sebagai vektor penyakit, beberapa arthropoda lainnya dapat menimbulkan masalah

kesehatan oleh karena infestasinya ke tubuh manusia, salah satunya adalah penyakit skabies

yang disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei var. hominis. Penyakit scabies sekarang

sudah tak dapat dianggap lagi sebagai penyakit yang diderita oleh golongan tingkat sosial

ekonomi yang rendah saja, namun sudah menjadi penyakit kosmopolit yang menyerang

semua tingkat sosial.2

Dibeberapa negara berkembang, prevalensinya berkisar antara 6-27% dari populasi

umum dan puncaknya pada usia sekolah dan remaja. Prevalensi skabies telah meningkat di

beberapa daerah di Indonesia, khususnya di tempat dengan sanitasi yang buruk dan hidup

berkelompok seperti di asrama, rumah tahanan, barak tentara, pesantren, maupun panti

asuhan dan panti jompo.3,4

Data pola 10 penyakit tersering di kota Medan tahun 2010

menunjukkan bahwa skabies menduduki urutan kelima setelah penyakit infeksi akut lain

pada saluran napas atas, hipertensi, penyakit pada sistem musculoskeletal dan penyakit lain

pada saluran napas atas.3

Pada bulan Januari 2012, dilaporkan bahwa terdapat 26 dari 137 orang penghuni rumah

tahanan kelas II B Pacitan, Jawa Timur yang terjangkit penyakit skabies.4 Pada survei

pendahuluan yang dilakukan, warga binaan yang tinggal di dalam setiap ruangan tahanan

kelebihan kapasitas. Kapasitas ideal seluruh rumah tahanan adalah 73.000 orang, namun

Page 15: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI SALEP 2 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37902/1/FIRDA... · TUNGGAL SEBAGAI PENGOBATAN SKABIES. DI . PONDOK PESANTREN

2

jumlah warga binaan pemasyarakatan sebanyak 111.357 orang dan dengan begitu terdapat

kelebihan penghuni sebesar 65,6%.5 Kelebihan kapasitas tersebut dapat mengganggu

ketersediaan sanitasi lingkungan seperti air bersih dan luas ruangan tahanan yang tersedia

sehingga penghuni tahanan memiliki keterbatasan untuk menjaga kebersihan diri dan

memudahkan penularan skabies dalam lingkungan tersebut.5

Di bagian Kulit dan Kelamin FKUI/RSCM pada tahun 1988, dijumpai 734 kasus

skabies yang merupakan 5,77 % dari seluruh kasus baru. Prevalensi skabies pada 12

pondok pesantren di Kabupaten Lamongan pada tahun 2003 adalah 48,8 % dan pada

tahun 2008, di Pondok Pesantren An-Najach Magelang adalah 43%.6 Penelitian tahun

2014 di Pondok Pesantren daerah Jakarta Timur adalah sebesar 51,6%, dipengaruhi oleh

berbagai faktor seperti jenis kelamin dan tingkat pendidikan.6

Santri maupun para penderita skabies di kelompok lingkungan lain yang menderita

penyakit skabies akan terganggu kualitas hidupnya karena keluhan gatal yang cukup

hebat dan infeksi sekunder yang dialaminya.7,8

Maka dari itu, pengobatan scabies harus

dilakukan sedini mungkin bahkan sebelum timbulnya gejala. Hal ini karena, infestasi

Sarcoptes scabiei dapat terjadi beberapa minggu sebelum manifestasi klinis timbul.8

Berbagai macam pengobatan direkomendasikan untuk scabies seperti permethrin,

ivermectin, lindane, benzyl benzoat, crotamiton, sulfur dan decamethrin.8,9

Obat tersebut

adalah obat topikal dalam bentuk cream dan salep. Namun untuk pemilihan obat

penggunaannya perlu dipertimbangkan berbagai macam faktor, yaitu efektivitas,

toksisitas, efek samping, harga, kepraktisan, dan kenyamanan pemakaian.10

Obat skabies yang masih digunakan di puskesmas adalah salep 2-4 yang

mengandung Asam Salisilat 2% dan sulfur 4%. Salep 2-4 masih efektif untuk membunuh

tungau dan larva, namun tidak efektif untuk membunuh stadium telur.7 Dalam

penelitiannya, Moh Amer dkk (1981) memakai salep sulfur 5% didapatkan angka

kesembuhan sebesar 81,8%.6,8

Irma Binarso, pada penelitiannya membandingkan salep

2-4 dan gameksan 1% didapatkan hasil kesembuhan salep 2-4 sebesar 69,05%.6 Dalam

penelitiannya, Eka (2004) membandingkan efektivitas permetrin dengan salep 2-4 yang

hasilnya adalah terdapat perbedaan jumlah penderita yang sembuh secara klinis antara

pemberian permetrin 5% dengan salep 2-4, namun uji statistik antara kelompok

pengobtatan tidak terdapat perbedaan yang bermakna.9

Page 16: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI SALEP 2 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37902/1/FIRDA... · TUNGGAL SEBAGAI PENGOBATAN SKABIES. DI . PONDOK PESANTREN

3

Pengobatan skabies dengan krim permethrin 5% lebih praktis namun harga lebih

mahal. Sedangkan pengobatan skabies dengan salep 2-4 lebih murah tetapi compliance

penderita menurun.9

Alebiosu dkk pada tahun 2003 meneliti efektivitas salep yang mengandung sulfur

dan sabun untuk penyakit kulit yang sering terjadi seperti infeksi jamur, infestasi skabies,

infeksi bakteri, acne vulgaris dan ketombe. Dari hasil penelitian tersebut, penggunakan

salep yang mengandung sulfur dengan sabun memiliki tingkat keberhasilan yang lebih

baik dibandingkan dengan pengobatan dengan salep sulfur saja untuk penyakit kulit

diatas.10,11

Dari data tersebut, peneliti tertarik untuk mencari informasi dan melakukan

penelitian mengenai perbedaan kecepatan sembuh penggunaan kombinasi Salep 2-4

dengan sabun sulfur dibandingkan dengan Salep 2-4 tunggal di Pondok Pesantren Bait

Qur’ani, Ciputat tahun 2015.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah terapi kombinasi Salep 2-4 dengan sabun sulfur 10% lebih efektif mengobati

penyakit skabies dibandingkan dengan Salep 2-4 tunggal di Pondok Pesantren Bait

Qur’ani, Ciputat?

1.3 Hipotesis

Kombinasi Salep 2-4 dengan sabun sulfur 10% lebih efektif mengobati penyakit

skabies dibandingkan dengan Salep 2-4 tunggal di Pondok Pesantren Bait Qur’ani,

Ciputat

Page 17: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI SALEP 2 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37902/1/FIRDA... · TUNGGAL SEBAGAI PENGOBATAN SKABIES. DI . PONDOK PESANTREN

4

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Mengetahui perbedaan efektivitas sembuh secara klinis penggunaan kombinasi Salep

2-4 dengan sabun sulfur 10% dibandingkan dengan Salep 2-4 tunggal terhadap penyakit

skabies pada santriwan - santriwati di Pondok Pesantren Bait Qur’ani sehingga dapat

digunakan sebagai pengobatan yang direkomendasikan untuk mengobati penyakit skabies

dan dapat mempercepat angka kesembuhannya.

1.4.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui prevalensi penyakit skabies

b. Untuk mengetahui penyebaran penyakit skabies berdasarkan usia

c. Untuk mengetahui penyebaran penyakit skabies berdasarkan jenis kelamin

d. Untuk mengetahui efektivitas penggunaan kombinasi Salep 2-4 dan sabun sulfur

10% dibandingkan dengan salep 2-4 tunggal terhadap penyakit skabies pada

santriwan dan santriwati di Pondok Pesantren Bait Qur’ani

1.5 Manfaat Penelitian

1. Bagi subjek penelitian

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

efektivitas penggunaan kombinasi Salep 2-4 dengan sabun sulfur 10%

dibandingkan dengan Salep 2-4 tunggal kepada santriwan dan santriwati

Pondok Pesantren Bait Qur’ani

2. Bagi Pondok Pesantren

a. Dapat memberikan masukan kepada Pemimpin Pondok Pesantren terhadap

pengelolaan penyakit skabies.

Page 18: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI SALEP 2 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37902/1/FIRDA... · TUNGGAL SEBAGAI PENGOBATAN SKABIES. DI . PONDOK PESANTREN

5

3. Peneliti

a. Menambah pengetahuan peneliti mengenai penyakit skabies

b. Menambah pengetahuan peneliti tentang efektivitas kombinasi Salep 2-4

dengan sabun sulfur 10% dibandingkan dengan Salep 2-4 tunggal

c. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data awal bagi penelitian

selanjutnya mengenai pengobatan skabies

Page 19: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI SALEP 2 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37902/1/FIRDA... · TUNGGAL SEBAGAI PENGOBATAN SKABIES. DI . PONDOK PESANTREN

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Sinonim

The itch, gudik, budukan, gatal agogo.7

2.1.2 Definisi Skabies

Scabies adalah infestasi dan sensitisasi ke dalam kulit yang disebabkan oleh tungau

manusia, Sarcoptes scabiei var. Hominis.7

2.1.3 Cara Penularan atau Transmisi

Penularannya oleh Sarcoptes scabiei betina yang sudah dibuahi atau kadang oleh

bentuk larva.7 Selain Sarcoptes scabiei var. Hominis, dikenal pula Sarcoptes scabiei var.

Animalis yang kadang-kadang dapat menularkan manusia yang banyak memelihara

binatang peliharaan seperti anjing.7

1. Kontak langsung

Yaitu kontak kulit dengan kulit. Contoh : berjabat tangan, tidur bersama, dan

hubungan seksual.7

2. Kontak tak langsung

Yaitu kontak melalui benda. Contoh : handuk, sprei, pakaian, bantal, dan lain-lain.7

2.1.4 Biologi Tungau Skabies

Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordo Ackarima, super

famili Sarcoptes.7 Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei, pada hewan seperti kambing

dan babi disebut Sarcoptes scabiei var. Animalis.7

Morfologi tungau ini adalah berbentuk oval, punggung cembung, perut datar, ukuran

Page 20: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI SALEP 2 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37902/1/FIRDA... · TUNGGAL SEBAGAI PENGOBATAN SKABIES. DI . PONDOK PESANTREN

7

betina berkisar antara 330-450 mikron x 250-350 mikron, sedangkan yang jantan lebih

kecil, yaitu 200-240 mikron x 150-200 mikron.7 Tungau dewasa memiliki 4 pasang kaki.1

2 Pasang kaki paling depan berfungsi untuk melekat, 2 pasang kaki belakang berakhir

dengan rambut pada betina, pada jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan

pasangan kaki keempat terdapat alat perekat.7

Infestasi dimulai ketika satu atau beberapa tungau betina yang telah dibuahi

berpindah dari kulit manusia yang sudah terinfestasi oleh tungau tersebut, ke kulit orang

lain yang belum terinfestasi.7,12 Setelah berpindah dari kulit orang yang telah terinfestasi,

atau, lebih jarang dari tungau ke kulit orang yang belum terinfestasi, tungau betina

dewasa berjalan di permukaan kulit, 1 inchi per menit mencari tempat untuk

bersembunyi.7,12

Setelah menemukan lokasi yang cocok, tungau betina akan menggali lubang atau

terowongan dalam stratum korneum dan membentuk terowongan sempit dengan

kecepatan 2-3 mm sehari dimana tungau tersebut menyimpan 2 - 4 telur per hari sampai

40 atau 50 butir telur selama 4 - 6 minggu rentang hidupnya.7,12 Telur akan

menetas biasanya dalam waktu 3-5 hari dan berkembang menjadi larva yang memiliki 3

pasang kaki.7,12 Larva dapat tinggal diterowongan atau bisa juga di luar.

7,12 Setelah

itu, larva berubah menjadi nimfa setelah 2-3 hari kemudian.7,12 Nimfa mempunyai 2

bentuk yaitu jantan dan betina, sudah memiliki 4 pasang kaki.7,12 Nimfa akhirnya

berkembang hingga menjadi tungau dewasa, dan seluruh siklus hidupnya mulai dari telur

hingga dewasa memerlukan waktu 8-12 hari.7 Tungau dewasa migrasi ke permukaan

kulit dan kawin disana. Tungau jantan mati dengan cepat, kadang masih dapat hidup

beberapa hari di terowongan dan tungau betina penetrasi di kulit, mengulangi siklus.7,12

Tungau ini butuh manusia untuk melengkapi siklusnya dan tidak dapat bertahan di suhu

ruangan lebih dari 3-4 hari.12

Page 21: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI SALEP 2 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37902/1/FIRDA... · TUNGGAL SEBAGAI PENGOBATAN SKABIES. DI . PONDOK PESANTREN

8

Gambar 1 : Siklus hidup Sarcoptes scabiei12

2.1.5 Gejala Klinis

Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda kardinal, sebagai berikut :

a. Pruritus nokturia7

Aktivitas tungau skabies meningkat karena tungau ini suka dengan suhu yang lebih

lembab dan panas pada malam hari.7

b. Penyakit skabies menyerang manusia yang hidup berkelompok.7

Contoh : dalam sebuah keluarga, seluruh anggota keluarga terkena skabies, dalam sebuah

daerah dengan pada penduduk, sebagian tetangga yang berdekatan akan terserang

penyakit ini.7 Seluruh anggota keluarga terkena namun tidak menimbulkan gejala

disebut juga hiposensitisasi.1 Penderita yang mengalami hal ini bersifat sebagai

pembawa atau carrier.7

c. Terdapat terowongan atau kunikulus pada tempat predileksi seperti sela-sela jari

tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan,

areola mammae (wanita), umbilikus, bokong, genitalia eksterna (pria), dan perut

bagian bawah.7 Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki.

7 Tempat

predileksi tersebut merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis.7

Terowongan pada tempat predileksi berwarna putih atau keabuan, rata-rata 1 cm,

Page 22: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI SALEP 2 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37902/1/FIRDA... · TUNGGAL SEBAGAI PENGOBATAN SKABIES. DI . PONDOK PESANTREN

9

bentuk lurus atau berkelok, pada ujung terowongan dapat ditemukan papul atau

vesikel.7 Jika sudah terjadi infeksi sekunder, ruam kulitnya menjadi polimorf

(ekskoriasi, pustul, dll).7

d. Ditemukan tungau.7

Dapat menemukan satu bahkan lebih stadium tungau ini. Hal ini merupakan yang

paling diagnostik.7

2.1.6 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis skabies pada orang yang belum pernah terpapar sebelumnya oleh

tungau ini biasanya 4-6 minggu, atau paling cepat satu minggu dan paling lama satu

tahun.12 Pada orang yang sudah tersensitisasi atau sudah pernah terpapar pada skabies

sebelumnya, manifestasi klinis akan muncul dalam waktu 1-4 hari setelah terpapar

kembali.12 Infestasi skabies dapat bermanifestasi dalam 3 bentuk, yaitu manifestasi klasik,

atypical dan skabies norwegia (skabies berkrusta).12

2.1.6.1 Manifestasi klasik

Manifestasi klinis ini adalah yang paling umum terjadi pada orang dengan penyakit

skabies.12

Gejala primer dari skabies adalah gatal terus menerus yang semakin memberat pada

malam hari atau setelah mandi dengan air hangat.12 Gatal tersebut bukan merupakan

penyebab langsung dari tungau skabies tetapi sebagai hasil dari reaksi alergi sistemik

pada tungau, telur, sekret (air liur) dan ekskret (feses).12

Page 23: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI SALEP 2 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37902/1/FIRDA... · TUNGGAL SEBAGAI PENGOBATAN SKABIES. DI . PONDOK PESANTREN

10

Gambar 2. A. Papul eritema dan gatal pada axilla orang dewasa, B. Papul eritema dan

gatal pada punggung anak.12

Gejala lainnya adalah eritema (ruam merah), papul, pustul dan nodul.12

Intensitas gatal tidak berhubungan dengan jumlah tungau yang berinfestasi di host.12

papulovesikular 2-3 mm, bulat, dan simetris dapat kita lihat pada tubuh penderita.12

Biasanya terdapat 3-15 mm terowongan iregular berbentuk halus, dan berwarna,

yang sulit untuk dilihat.12

Area tubuh yang biasa terkena adalah kulit dengan lapisan yang tipis dan area lipatan

seperti : fleksor pergelangan tangan (bagian volar), sela jari tangan, mammae, areola,

umbilicus, sepanjang diameter umbilicus, abdomen, intergluteal (celah pantat),

pantat, paha, penis, scrotum, siku, kaki, ankle, lipatan ketiak.12

Area yang dapat terkena pada pekerja kesehatan yang terpapar termasuk bahu depan,

dada,paha, dan abdomen.12

Page 24: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI SALEP 2 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37902/1/FIRDA... · TUNGGAL SEBAGAI PENGOBATAN SKABIES. DI . PONDOK PESANTREN

11

Gambar 3. Distribusi penyakit skabies berdasarkan lokasi di tubuh.12

Pasien ini biasanya mempunyai hanya 10-15 tungau betina dewasa yang hidup di

tubuh manusia pada waktu tertentu. Biasanya, hanya 1 atau 2 tungau, seringnya tidak ada,

yang dapat dilihat dari kerokan kulit.12

Kulit kepala dan wajah jarang mengenai orang dewasa, tetapi bisa terjadi pada

anak-anak dengan skabies.12

2.1.6.2 Atypical skabies

Atypical skabies jarang terjadi. Manifestasi klasik seperti yang dijelaskan pada point

2.1.6.1 skabies seringkali turut serta pada tanda dan gejala atypical.12

Pasien dengan manifestasi klinis atypical adalah penderita dengan umur yang sangat

muda, usia lanjut, lemah, dan orang dengan imunocompromised.12

Gejalanya berupa hiperpigmentasi luas, eritema, berskuama, dan pyoderma12

Gatal tidak muncul.12

Pada anak dapat mengalami eczema dan terdapat vesikel di kepala, belakang telinga,

Page 25: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI SALEP 2 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37902/1/FIRDA... · TUNGGAL SEBAGAI PENGOBATAN SKABIES. DI . PONDOK PESANTREN

12

leher, palmar, dan telapak kaki.12

Pada usia lanjut dapat mengalami gejala di kulit kepala dimana rambutnya menipis.12

Pada orang dengan usia lanjut, dimana kekebalan tubuhnya sudah menurun, dapat

mengalami penurunan respon inflamasi atau sensitisasi terhadap infestasi tungau

ini.12 Sistem imunnya tidak mengenal keberadaan tungau skabies sehingga tidak

muncul reaksi imun terhadap tungau tersebut.12

2.1.6.3 Skabies Norwegia (Skabies berkrusta)

Skabies berkrusta adalah meluasnya infestasi dengan jutaan tungau dalam tubuh. Skabies

berkrusta jarang terjadi.12 Ditandai dengan dermatosis berkrusta pada tangan dan

kaki, kuku distrofik, skuama generalisata.12

Tungau dalam jumlah besar (berjuta-juta), kulit mengalami penebalan karena ledakan

populasi tungau Sarcoptes scabiei yang berada dalam tubuh.12

Pengobatan topical kurang efektif karena sudah tidak dapat berpenetrasi ke dalam

kulit.12

Usia lanjut, retardasi mental, kelemahan fisik, psikosis dan orang dengan

immune-compromised adalah yang paling sering terjangkit penyakit ini.12

Eritema, hiperkeratosis, alopecia, hiperpigmentasi, pyoderma, dan eosinofilia

(peningkatan sel darah putih yang biasa terjadi akibat respon alergi terhadap suatu

infeksi parasit) mungkin akan muncul.12

Manifestasi klinis dapat mulai terjadi di bawah dan di sekeliling bantalan kuku.12

Ruam luas atau ruam lokal muncul.12

Lingkungan sekitar pasien merupakan lingkungan dengan kontaminasi yang tinggi

oleh tungau. Bentuk ini sangat menular.12

Kondisi ini dapat menjadi penyebab oleh besarnya prevalensi skabies dalam

perawatan jangka panjang.12

Page 26: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI SALEP 2 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37902/1/FIRDA... · TUNGGAL SEBAGAI PENGOBATAN SKABIES. DI . PONDOK PESANTREN

13

2.1.7 Komplikasi

2.1.7.1 Infeksi Sekunder

Kelainan kulit tidak hanya disebabkan oleh tungau skabies tapi juga akibat garukan.

Gatal hebat yang disebabkan oleh sekreta dan ekskreta tungau memerlukan waktu

kira-kira sebulan setelah infestasi.7 Kelainan kulit yang terjadi menyerupai dermatitis

dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika, dan lain-lain.7 Kulit yang sudah digaruk

mengalami erosi, ekskoriasi, krusta, dan akan terinfeksi oleh mikroorganisme lain.7

Bakteri yang biasa menginfeksi adalah Staphylococcus aureus dan Streptococcus

epidermidis.7,12

2.1.8 Pembantu Diagnosis

Cara menemukan tungau :

a. Mula-mula cari terowongan, kemudian papul dan vesikel di ujung terowongan

dicongkel dengan jarum dan diletakkan disebuah kaca objek lalu ditutup dengan kaca

penutup dan dilihat dibawah mikroskop cahaya.7

b. Menyikat dengan sikat dan ditampung diatas selembar kertas putih dan dilihat

dengan kaca pembesar.7

c. Dengan membuat biopsi irisan. Yaitu dengan mengiris tipis lesi yang dijepit dengan

dua jari. Diiris dengan menggunakan pisau dan diperiksa dibawah mikroskop

cahaya.7

d. Biopsi eksisional dan diperiksa dengan pewarnaan HE.7

Kerokan kulit harus diperoleh dari minimal 1 penderita yang bergejala.7 Spesimen

tambahan dapat diperoleh dari petugas kesehatan, sukarelawan, dan/atau pengunjung.12

Page 27: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI SALEP 2 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37902/1/FIRDA... · TUNGGAL SEBAGAI PENGOBATAN SKABIES. DI . PONDOK PESANTREN

14

2.1.9 Diagnosis Banding

Penyakit skabies merupakan the great immitator karena banyak sekali penyakit kulit

yang menyerupai dengan keluhan gatal.7 Berikut ini mempunyai tanda dan gejala yang

mirip dengan skabies, yaitu prurigo, pediculosis corporis, acute urtikaria, dermatitis.7,12

2.1.10 Pengobatan Skabies

Pengobatan skabies harus dilakukan menyeluruh kepada semua anggota keluarga

termasuk penderita yang hiposensitisasi.7

Syarat obat yang ideal :

a. Harus efektif terhadap semua stadium tungau.7

b. Harus tidak menimbulkan iritasi dan tidak toksik.7

c. Tidak berbau atau kotor serta tidak merusak atau mengotori pakaian.7

d. Mudah diperoleh dan harganya murah.7

Pengobatan yang cepat diperlukan untuk penderita yang sudah terdiagnosis skabies.

Untuk yang telah terdiagnosis skabies dan yang telah kontak lama dengan penderita harus

diberikan pengobatan.12

Kontak yang dimaksud antara lain petugas kesehatan, pengunjung, teman kamar dan

teman yang sering berkontak dengan penderita.2 Jika kontak hanya minimal, seperti

penjual makanan, penjual koran, penjual bunga, dan lain-lain, tidak diperlukan

pengobatan.12

2.1.10.1 Obat skabies yang direkomendasikan antara lain :

1. Krim Permethrin (5%)

Permethrin merupakan pengobatan yang paling direkomendasikan untuk penyakit

skabies.12,13,14 Permethrin merupakan sintetik piretroid yang dapat melumpuhkan

sampai

Page 28: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI SALEP 2 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37902/1/FIRDA... · TUNGGAL SEBAGAI PENGOBATAN SKABIES. DI . PONDOK PESANTREN

15

mematikan tungau skabies.12,13,14 Insektisida golongan piretroid sintetik merupakan

bahan sintetik kimia dari racun yang terdapat dalam tanaman piretrum.12,13,14 Piretroid

sintetik mempunyai spektrum yang luas mulai dari ulat, kupu, kumbang, tungau, belalang,

sampai udang.12,13,14 Piretroid sintetik sangat disukai karena mempunyai efek knokdown

(jatuhnya hama setelah terkena pestisida) yang sangat cepat.12,13,14

Selain mempunyai beberapa kelebihan, piretroid sintetik juga mempunyai

kelamahan.2,3 Racun pada piretroid sintetik hanya bersifat kontak sehingga jika dalam

aplikasi pestisida tidak mengenai hama, dipastikan hama tersebut tidak mati.12,13,14

Pasien harus diberitahu gatal-gatal, rasa panas dapat terjadi setelah permethrin

diaplikasikan ke kulit.12,13,14 Tetapi, gejala yang muncul tersebut bukan pertanda dari

pengobatan yang gagal.12

Efektivitas permethrin >90% jika pemakaiannya sudah benar.12 Berikut ini

langkah-langkah yang harus diikuti dalam pemakaian permethrin:

a. Semua penderita yang terdiagnosis skabies dan orang yang kontak dengannya harus

diberikan pengobatan secara serentak dalam waktu 24 jam.12

b. Mandikan dan keringkan penderita. Cuci rambut dan potong/bersihkan kuku di

tangan dan kuku di kaki. Pastikan kuku tangan dan kaki.12

c. Petugas kesehatan harus menggunakan sarung tangan dan baju tahan air sekali pakai

selama memandikan dan membantu mengoleskan permethrin.12 Lengan pakaian

harus berada dibawah sarung tangan.12

d. Oleskan krim di seluruh permukaan tubuh dari leher sampai telapak kaki.12

Perlu perhatian khusus pada lipatan kulit, jempol tangan dan jempol kaki.12 Oleskan

krim dibawah kuku jari tangan dan jari kaki dengan menggunakan sikat halus seperti

sikat gigi, jika diperlukan.12

e. Lepaskan sarung tangan dan baju anti air sekali pakai yang digunakan setelah

pengolesan obat selesai.12 Masukan ke dalam kantung plastik dan dibuang

seperti biasa.12

f. Cuci tangan, pergelangan tangan, dan lengan bawah dengan menggunakan sabun dan

air mengalir.12

g. Biarkan krim meresap pada penderita skabies selama 8-14 jam.12

h. Oleskan kembali krim jika penderita mencuci tangan, mandi, dan segala kegiatan

Page 29: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI SALEP 2 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37902/1/FIRDA... · TUNGGAL SEBAGAI PENGOBATAN SKABIES. DI . PONDOK PESANTREN

16

yang dapat menghapus krim sebelum waktu yang telah ditentukan.12

i. Hapus krim pada tubuh penderita dengan mandi setelah waktu pemakaian selesai.12

j. Periksa pasien tiap minggu selama 3-4 minggu untuk memantau kesembuhan.2

Ulangi pengobatan satu minggu kemudian jika gejala belum mereda.12,19

Catatan : kemerahan akan timbul beberapa minggu setelah pengobatan tetapi gejala harus

hilang.12

2. Ivermectin (Stromectol)

Ivermectin merupakan agen anti parasitik yang diindikasikan untuk infeksi yang

disebabkan oleh parasit.12 Ivermectin belum mendapatkan persetujuan dari United State

Food and Drug Administration untuk penggunaannya dalam penyakit skabies.12 Tetapi,

berdasarkan penelitian baru-baru ini menyatakan ivermectin efektif 90-95% oral dengan

dosis tunggal (200ug/kg) atau 0,2 mg/kg 2-3 dosis setiap 1-2 minggu.12,19

Penggunaan dosis ivermectin harus sesuai dengan anjuran dokter.2 Ivermectin dikonsumsi

secara oral, satu jam sebelum makan pagi.12 Efektivitas ivermectin meningkat sampai

95% dengan dosis dua kali untuk skabies jenis atypical.12

Gatal dan ruam kemerahan dapat memburuk di hari pertama pemakaian ivermectin.2

Reaksi lokal atau bahkan sistemik dapat terjadi sebagai efek samping dari ivermectin.2

Penggunaan ivermectin direkomendasikan hanya bila tubuh penderita tidak dapat

dioleskan oleh krim atau salep (contoh : pasien dengan ventilator, pasien yang mengalami

kontraktur berat, dan/atau luka terbuka, dan/atau terdapat lesi jaringan lunak.12

Dosis tunggal ivermectin dapat diberikan bersama dengan agen keratolitik untuk

pengobatan krusta skabies.12 Dosis tambahan dengan rentang waktu 2 minggu dapat

diberikan untuk pasien dengan immunocompromised dan menderita krusta skabies.12

3. 10% Crotamiton (Eurax)

Lotion Crotamiton efektif dalam mengobati penyakit skabies sebesar 50-70%.12

Oleskan di seluruh tubuh dan pemakaian diulangi setelah 24 jam atau bisa juga dioleskan

Page 30: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI SALEP 2 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37902/1/FIRDA... · TUNGGAL SEBAGAI PENGOBATAN SKABIES. DI . PONDOK PESANTREN

17

5 kali per hari.12 Lotion dapat dihapuskan setelah 48 jam pemakaian.

12 Efek samping

crotamiton adalah iritasi kulit, gatal, dan rasa panas.2 Keamanan dan efektivitas pada

anak-anak belum terbukti.12

Crotamiton sebaiknya tidak digunakan pada kulit yang sedang mengalami inflamasi

akut dan luka terbuka.12 Belum terbukti keamanannya untuk wanita hamil.

12

4. Lindane 1% (Kwell)

Lindane dioleskan pada kulit dan dibiarkan selama 8 jam.21 Dapat diulang setelah satu

minggu.22 Tidak boleh digunakan pada bayi, anak dan wanita hamil.

21 Lindane sudah tidak

direkomendasikan untuk pengobatan skabies karena banyak terjadi resistensi, neurotoksik,

dan berujung pada kematian.12,22

5. Salep Sulfur 4-20%

Digunakan tidak boleh kurang dari 3 hari karena tidak efektif pada stadium telur.

Salep dihapus setelah 8 jam.23 Salep sulfur dapat digunakan sebagai pengobatan skabies

jika pengobatan lain tidak dapat digunakan.2 Efek samping yang dapat terjadi adalah kulit

kering dan iritasi.23 Penderita yang memiliki hipersensitivitas pada sulfonamid sebaiknya

tidak boleh menggunakan salep ini.24

6. Benzyl Benzoate

Benzyl benzoate 20-25% adalah krim topikal yang diaplikasikan selama 24 jam 3

hari berturut-turut.25 Setelah pengobatan selama 24 jam, krim harus dihapus dengan

sabun dan air.25 Untuk infestasi yang berat, krim tersebut dapat di ulang pengaplikasiannya

24 jam setelah pemakaian pertama.25 Pemakaian ulang harus dilakukan dalam 5 hari

pertama.25 Efek samping yang ditimbulkan berupa gatal dan rasa panas.25

Page 31: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI SALEP 2 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37902/1/FIRDA... · TUNGGAL SEBAGAI PENGOBATAN SKABIES. DI . PONDOK PESANTREN

18

2.1.11 PENGOBATAN TOPIKAL DALAM DERMATOLOGI

Ada dua pedoman pengobatan topikal :

1. A. Basah dan basah

Jika dermatosis (kelainan kulit) basah (eksudatif) diobati dengan kompres

terbuka.16 Tetapi, prinsip ini tidak mutlak, kompres terbuka juga digunakan pada

dermatosis dengan peradangan yang hebat, misalnya erisipelas.16

B. Kering dengan kering

Dermatosis kering diobati dengan vehikulum yang kering, misalnya salep.16

2. Makin akut suatu dermatosis, makin lemah bahan aktif yang dipakai

Pada dermatosis akut jangan diberi terapi dengan bahan aktif yang kuat yakni

dengan konsentrasi yang tinggi karena akan menghebat.16 Misalnya pada

tinea korporis yang akut jangan diobati dengan asam benzoik 12% melainkan 6%.16

2.1.11.1 Prinsip Pengobatan Topikal

Prinsip pengobatan topikal dibagi menjadi 2 bagian :

1. Vehikulum16

2. Bahan aktif.16

1. Vehikulum

Vehikulum adalah wahana, yang dimaksudkan ialah pembawa bahan aktif suatu

obat.16 Vehikulum terdiri atas tiga, yakni cairan, bedak dan salep.

16 Diantaranya

terdapat campuran ketiganya ialah bedak kocok, krim, pasta berlemak, dan pasta

Page 32: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI SALEP 2 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37902/1/FIRDA... · TUNGGAL SEBAGAI PENGOBATAN SKABIES. DI . PONDOK PESANTREN

19

pendingin.16

Cairan Bedak kocok bedak

Krim Pasta pendingin pasta berlemak

Gambar 4. Bagan Vehikulum.16

Salep

a. Cairan

Jika bahan pelarutnya akua disebut solusio.16 Kalau bahan pelarutnya alkohol,

eter, atau kloroform dinamakan tingtur.16 Solusio dapat dipakai untuk mandi, rendam,

atau kompres.16 Yang tersering dilakukan ialah kompres.

16 Contoh mandi ialah dengan

membubuhi sedikit bubuk permanganas kalikus ke dalam satu ember air sampai

warnanya keunguan untuk pasien varisela.16

Cara mengompres ada 2 macam :

1. Kompres terbuka.16

2. Kompres tertutup 16

b. Krim

Krim ialah campuran lemak dan cairan, biasanya akua, agar dapat bercampur

diperlukan emulgator, yang dapat mengikat baik air maupun lemak.16

Ada 2 macam krim, yaitu W/O (cold cream) dan krim O/W (vanishing cream).16

Page 33: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI SALEP 2 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37902/1/FIRDA... · TUNGGAL SEBAGAI PENGOBATAN SKABIES. DI . PONDOK PESANTREN

20

Bahan

Bahan krim tersebut sebagian telah dijelaskan pada bab “salep” ialah cera alba,

oleum olivarum, dan oleum sesami.6 Yang belum dijelaskan ialah cetaceum dan cera

lanett N.16

Cetaceum

Cetaceum atau spermatici merupakan lemak murni padat diperoleh dari lemak ikan

paus, berupa kristal putih terutama terdiri atas cetylester dan asam palmitat, titik cairnya

43-47°C.16 Bila dicampur dengan lemak dan minyak memberikan konsistensi yang

baik dan halus berwarna putih.16

Cera lanette N

Juga merupakan lemak murni padat, terdiri atas cetyl alcohol yang ditambahkan ester

asam sulfat dari fatty alcohol.16

Khasiat

Krim mempunyai efek mendinginkan efek mendinginkan dan sebagai emolien.16 Efek

pendingin vanishing cream besar daripada cold cream, sebaliknya daya emolien cold

cream lebih besar daripada vanishing cream.16

Kedua krim tersebut dapat dpakai sebagai bahan dasar untuk berbagai bahan aktif,

tetapi ada obat-obat yang dapat memisahkan emulsi sehingga tidak dapat dicampur

dengan krim, misalnya resorsin dan fenol.16

Indikasi

Krim dipakai pada kelainan yang agak eksudatif atau kering, tetapi superfisial yang

biasanya terdapat pada dermatosis akut atau subakut.16 Dibandingkan salep,

daya

Page 34: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI SALEP 2 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37902/1/FIRDA... · TUNGGAL SEBAGAI PENGOBATAN SKABIES. DI . PONDOK PESANTREN

21

penetrasinya kurang sehingga tidak dipakai pada kelainan kulit yang kronik dan tebal

seperti pada pemakaian salep.16 Meskipun demikian krim mempunyai kelebihan

dibandingkan salep karena nyaman, dapat dipakai didaerah lipatan dan kulit yang

berambut.16 Contoh penggunaan krim ialah pada dermatitis akut yang telah tidak

eksudatif lagi setelah dikompres terbuka.16

Dalam apotek, biasanyang apotek tidak bersedia membuat krim karena tidak tersedia

alat emulgator dan pembuatannya lebih sulit dibandingkan dengan salep.16 Jika hendak

membuat resep krim, dan membubuhi bahan aktif dapat dipakai krim yang sudah jadi

misalnya biocream.16

c. Salep

Salep ialah bahan lemak atau mirip lemak yang pada suhu kamar mempunyai

konsistensi seperti mentega.16 Bahan dasar terdiri atas lemak mineral dan lemak murni.

Bahan yang tersering dipakai ialah vaselin (petrolatum).16

Bahan

a. Lemak mineral

Contoh ialah vaselinum album, vaselinum flavum dan paraffinum liquidum. Yang

terakhir ini tidak akan diuraikan karena jarang dipakai disebabkan oleh

konsistensinya yang terlalu lunak.16

i. Vaselinum album

Diperoleh dari minyak bumi. Titik cair sekitar 10-50°C.16 Dapat

mengikat kira-kira 30% air, tidak berbau, transparan, tidak pernah menjadi tengik,

konsistensi lunak.16 Dipakai untuk dasar salep, juga dalam krim, pasta, dan pasta

pendingin.16

ii. Vaselinum flavum

Berwarna kuning, pemakaiannya sama dengan vaselinum album.16

Page 35: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI SALEP 2 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37902/1/FIRDA... · TUNGGAL SEBAGAI PENGOBATAN SKABIES. DI . PONDOK PESANTREN

22

b. Lemak Murni

i. Adeps lanae

Adeps lanae adalah lemak bulu domba murni, keras, dan lekat sehingga sukar

dioleskan pada kulit, mudah mengikat air.16 Adeps lanae hydrosue atau disebut juga

lanolin ialah adeps lanae dengan akua 25-27%.16 Banyak digunakan sebagai salep,

dipakai dengan konsentrasi 10% dalam vaselin sebagai emolien.16

ii. Cera alba

Lilin lebah berwarna putih, konsistensinya padat pada suhu kamar.16

Dipakai untuk membuat konsistensi obat menjadi lebih keras.16 Juga dipakai sebagai

emulgator.16

iii. Cera flava

Lilin lebah berwarna kuning, pemakaiannya sama dengan cera alba.16

c. Minyak

Terdapat berbagai macam minyak, diantaranya :

Oleum olivarum (minyak zaitun)

Oleum sesami (minyak wijen)

Oleum arachidis (minyak kacang)

Oleum cocos (minyak kelapa)

Oleum ricini (minyak jarak).16

Salap dengan bahan dasar minyak, konsistensinya lebih lunak (terlalu cair) daripada

dengan vaselin.16

Indikasi

Indikasi penggunaan salep untuk dermatosis yang kering dan tebal (proses kronik),

termasuk likenifikasi dan hiperkeratosis karena salep mempunyai daya penetrasi yang

Page 36: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI SALEP 2 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37902/1/FIRDA... · TUNGGAL SEBAGAI PENGOBATAN SKABIES. DI . PONDOK PESANTREN

23

Baik.16 Contohnya : hiperkeratosis palmaris et plantaris, dermatosis atipik bentuk

dewasa, dan neurodermatitis sirkumskripta.16 Demikian pula pada dermatosis yang

berkrusta.6 Juga pada ulkus yang telah bersih, kalau masih kotor dikompres terbuka.16

Kontraindikasi

Kontraindikasinya ialah pada radang akut, terutama dermatosis eksudatif karena

salep tidak dapat melekat.16 Juga tidak nyaman bila dipakai pada daerah berambut karena

menyebabkan perlekatan.16 Demikian pula bila dipakai pada daerah lipatan.

16 Pada

kelainan kulit yang akut dan kering lebih baik digunakan krim daripada salap karena jika

diberi salap sering kulitnya meradang lagi (intoleransi).16

2. Bahan Aktif

Memilih obat topikal selain faktor vehikulum, juga faktor bahan aktif yang

dimasukkan ke dalam vehikulum yang mempunyai khasiat tertentu yang sesuai untuk

pengobatan topikal.16 Khasiat bahan aktif topikal dipengaruhi oleh keadaan fisikokimia

permukaan kulit, disamping komposisi formulasi zat yang dipakai.16

Penetrasi bahan aktif melalui kulit dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk

konsentrasi obat, kelarutannya dalam vehikulum, besar partikel, viskositas, dan efek

vehikulum terhadap kulit.16

Bahan aktif dalam salep 2-4 : A. Asam salisilat

Berupa kristal putih, mudah larut dalam alkohol (1:4), sukar larut dalam akua (1:650),

agak larut dalam oleum ricini (1:10).16

Khasiatnya desinfektan, anti pruritik , antimikotik, dan antiinflamasi.16 Digunakan

dalam solusio, bedak, bedak kocok, dan salep.16,17 Jika dipakai dalam bedak kocok harus

dibubuhi alkohol karena daya larut dalam air rendah.16 Bila dikombinasikan dengan sulfur,

efeknya sinergik.16 Pada konsentrasi 2% bersifat keratoplastik, dalam salep digunakan

Page 37: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI SALEP 2 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37902/1/FIRDA... · TUNGGAL SEBAGAI PENGOBATAN SKABIES. DI . PONDOK PESANTREN

24

untuk merangsang epitel pada ulkus yang telah bersih.16,17 Pada konsentrasi 3-20%

bersifat keratolitik digunakan pada dermatosis yang hiperkeratotik.16,17 Pada

konsentrasi tinggi 30-60% bersifat destruktif digunakan sebagai pengobatan kalus dan

veruka.16,17 Solusio 1% dipakai sebagai kompres, berwarna jernih sehingga tidak

mengotori pakaian dan seprai seperti larutan permanganas kalikus dan rivanol.16

Contoh pemakaian pada dermatitis yang eksudatif.16,19 Jika asam salisilat bercampur

dengan oydum zincicum menjadi tak aktif karena terbentuk salycilicum zincicum.16 Asam

salisilat 3-5% juga bersifat mempertinggi absorbsi perkutan bahan-bahan aktif, misalnya

dicampur dengan preparat ter untuk pengobatan psoriasis.16

Pemakaian pada daerah yang luas hendaknya berhati-hati karena akan diabsorbsi dan

bersifat toksik.16 Gejalanya sama dengan intoksikasi salisilat yakni : tinitus dengan

gangguan mental, kematian pernah di laporkan.16

B. Sulfur

Bersifat antiseboroik, anti akne, anti skabies, anti bakteri positif-Gram, dan anti

jamur.16 Yang digunakan ialah sulfur yang terhalus, yaitu sulfur presipitatum (belerang

endap) berupa bubuk kuning kehijauan.16 Biasanya dipakai dalam konsentrasi 4-

20%.7,16

Dapat digunakan dalam pasta, krim, salap, dan bedak kocok.16 Contoh dalam salep ialah

salep 2-4 yang mengandung asam salisilat 2% dan sulfur presipitatum 4%.14,16 Sedangkan

contoh dalam bedak kocok ialah losio Kummerfeldi dipakai untuk akne.6

Farmakokinetik obat topikal menggambarkan perubahan konsentrasi obat setelah

aplikasinya pada permukaan kulit, perjalanannya menembus sawar kulit dan jaringan

dibawahnya, dan distribusinya ke dalam sirkulasi sistemik.15

2.1.12 Penilaian setelah pengobatan

Symptom dapat bertahan walaupun pengobatan telah selesai sebagai reaksi

hipersensitivitas terhadap tungau yang mati.12 Anti histamin dan steroid topikal krim

(aplikasikan setelah skabisid telah dihapus) mungkin dapat digunakan untuk mengurangi

symptoms.12 Symptoms akan membaik setelah 7 sampai 14 hari.

12,18 Symptom yang

terus bertahan lewat waktu tersebut merupakan pertanda pengobatan yang gagal.12,18

Page 38: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI SALEP 2 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37902/1/FIRDA... · TUNGGAL SEBAGAI PENGOBATAN SKABIES. DI . PONDOK PESANTREN

25

Berikut merupakan beberapa penyebab terjadinya kegagalan pengobatan skabies :

a. Pemakaian krim yang tidak rutin.12

b. Gagal mengidentifikasi dan mengobati semua kasus skabies (termasuk penderita,

pekerja kesehatan, keluarga, pengunjung, kerabat).12

c. Paparan terus menerus pada penderita skabies lain.12

d. Kebersihan lingkungan yang kurang terjaga.12

e. Kurangnya pengawasan terhadap kasus skabies setelah dilakukan pengobatan.12

f. Respon terhadap skabisid minimal karena penderita memiliki imunitas yang rendah.12

g. Penggunaan steroid topikal saat pengobatan.12

h. Resisten terhadap skabisid.12

Pilihan Terapi untuk Pengobatan Skabies

Page 39: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI SALEP 2 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37902/1/FIRDA... · TUNGGAL SEBAGAI PENGOBATAN SKABIES. DI . PONDOK PESANTREN

26

Gambar 5. Pilihan terapi untuk pengobatan skabies12

Pengobatan Skabies yang disarankan untuk populasi khusus

Penggunaan Lindane tidak direkomendasikan karena telah terjadi resistensi dan efek

samping neurotoksik.12

Gambar 6. Pengobatan skabies yang disarankan untuk populasi khusus12

Page 40: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI SALEP 2 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37902/1/FIRDA... · TUNGGAL SEBAGAI PENGOBATAN SKABIES. DI . PONDOK PESANTREN

27

Bagan Alur Skabies

Pasien dengan

gatal dan lesi

Diagnosis

banding

Tidak

DIAGNOSIS

Apakah gejala klinis dan hasil

laboratorium menyokong skabies ?

Ya

EVALUASI

Edukasi pasien

Farmakoterapi

Ivermetrin (oral)

Ditambah

Skabisid (topikal)

Terapi hiperkeratosis:

Obat keratolitik (misalnya: asam

salisilat)

Apakah pasien menunjukkan Ya

gejala skabies berkrusta?

Tidak

Terapi simptomatik Antihistamin oral

Kortikosteroid topikal

Infeksi bakterial sekunder:

Terapi dengan antibiotik yang sesuai

Terapi untuk pasien dan semua

kontak risiko tinggi

Edukasi pasien

Farmakoterapi

Lini pertama (skabisid topikal)

Permetrin

Lini kedua (skabisid topikal) Benzil benzoat

Crotamiton

Lindane

Sulfur

Terapi simtomatik:

Follow up

Pemeriksaan ulang pasien,

1-2 minggu setelah terapi

awal Evaluasi

Apakah terjadi perbaikan

terhadap rasa gatal & lesi kulit

atau lewat mikroskopis ?

Antihistamin oral

Kortikosteroid topikal

Infeksi bakterial sekunder:

Terapi dengan antibiotik yang

sesuai

Tidak

Ulang terapi

Ya

Tidak

memerlukan

terapi lanjut

Gambar 5. Bagan Alur Skabies

Page 41: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI SALEP 2 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37902/1/FIRDA... · TUNGGAL SEBAGAI PENGOBATAN SKABIES. DI . PONDOK PESANTREN

28

2.1.13 Perhatian khusus untuk Lingkungan

Kebersihan lingkungan adalah kunci untuk kontrol penyakit skabies.12 Tungau

skabies dapat bertahan hidup di luar tubuh hostnya hanya 2-5 hari.12,18 Oleh sebab itu,

desinfeksi lingkungan sekitar pada kasus skabies membantu mencegah reinfestasi dan

transmisi.12

Ketika sedang membersihkan lingkungan penderita, harus selalu diberitahukan untuk

memanaskan atau merendam pakaian dan sarung tangan yang digunakan dengan air

panas.12

2.1.13.1 Selimut dan Seprai

a. Semua seprai, termasuk sarung bantal, selimut harus diganti dan dicuci selama atau

secepatnya selama pengobatan skabies dilakukan.12,18

b. Semua handuk dan pakaian harus dicuci dengan air panas.12,18

c. Ulangi hal diatas setelah pengobatan skabies telah selesai dilakukan.12,18

2.1.13.2 Pakaian dan Barang Pribadi

a. Semua pakaian dan barang pribadi penderita harus segera dicuci. Jika penderita

tinggal di sebuah asrama dan memulangkan pakaiannya ke rumah, disarankan untuk

memisahkan pakaian yang dicuci dengan anggota keluarga yang lain dan sebaiknya

menggunakan sarung tangan saat mencuci (disposable gloves). Suhu air untuk

mencuci sebaiknya 120°F atau 50°C (pengaturan sepanas mungkin) selama 10

menit.12

b. Pakaian dan barang pribadi yang disimpan dalam lemari atau laci dan belum

tersentuh oleh barang lain yang sudah terkontaminasi penderita tidak perlu dicuci

atau di desinfeksi.12

c. Semua barang seperti sepatu, mantel, boneka yang terpapar oleh penderita sebaiknya

disimpan dalam kantung plastik dan diikat. Keringkan atau jemur barang-barang

selama 20 menit atau ikat barang tersebut pada kantung plastik selama 1 minggu (7

hari) pada suhu ruangan atau lebih panas. Cara alternatif selain itu adalah simpan

Page 42: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI SALEP 2 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37902/1/FIRDA... · TUNGGAL SEBAGAI PENGOBATAN SKABIES. DI . PONDOK PESANTREN

29

barang pada sebuah kantung dan bekukan pada -20°C selama 12 jam.12

d. Simpan semua kosmetik dalam kantung plastik dalam 2 minggu pada suhu ruangan

atau lebih panas sebelum digunakan lagi.12

2.1.13.3 Perabotan dan Lingkungan Hidup

Gunakan pembersih perabotan dan produk desinfeksi sesuai dengan arahan pabrik.

a. Semua peralatan yang dapat dicuci sebaiknya dibersihkan sebelum di desinfeksi.12,18

b. Kasur, sarung bantal, tirai, seluruh peralatan kasur, lantai keramik yang terpapar oleh

penderita skabies harus dibersihkan setelah skabisida dihapus.12,18

c. Vakum lantai karpet dan perabotan jika berada di dalam ruangan penderita atau

ruangan terdekat yang dikunjungi oleh pasien. Selama pengobatan skabies, beberapa

perabotan yang digunakan pasien, sebaiknya dilapisi.12,18

d. Perabotan sebaiknya di vakum dan dilapisi dengan plastik selama 7 hari.12,18

2.1.14 Edukasi Skabies

Semua rencana kontrol penyakit skabies memerlukan pengetahuan dan pelatihan

kepada semua staff kesehatan (seperti suster, dokter, dan mahasiswa di bidang kesehatan).

Informasi umum juga harus diberikan untuk warga sekitar, keluarga, pengunjung,

dan lain-lain. Pengetahuan yang adekuat dan akurat tentang pengobatan dan kontrol

skabies akan memperbaiki pemahaman, mengurangi kecemasan, dan meningkatkan

penanggulangan wabah.12,18

Selama skabies mewabah, informasi sebaiknya diberikan kepada semua individu

termasuk staff, pasien, keluarga dan pengunjung. Mempersiapkan informasi

sebanyak mungkin sebelum wabah terjadi, akan menghemat waktu berharga jika

wabah terjadi dan dapat dikontrol dengan baik. Pertanyaan yang sering diajukan :

1. Apa itu skabies?

2. Bagaimana penularan skabies?

3. Apakah cakupan terjadinya wabah?

4. Kapan wabah terjadi?

Page 43: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI SALEP 2 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37902/1/FIRDA... · TUNGGAL SEBAGAI PENGOBATAN SKABIES. DI . PONDOK PESANTREN

30

5. Metode apa yang digunakan untuk kontrol wabah?

6. Pengobatan apa yang digunakan untuk mengobati wabah?

7. Siapa yang bisa dihubungi untuk menggali informasi mengenai wabah ini?

8. Kepada siapa seharusnya kasus skabies dilaporkan?

2.1.15 Identifikasi Wabah

Definisi wabah adalah terjadinya peningkatan yang tidak biasa suatu penyakit dalam

populasi dalam waktu dan lokasi tertentu. Angka yang diharapkan untuk kasus skabies

yang adalah 0.12

Tujuan identifikasi wabah skabies adalah pertama untuk menentukan dan konfirmasi

agen yang menjadi penyebab wabah tersebut; menerapkan langkah-langkah

pengendalian; identifikasi pengukuran untuk mencegah wabah di masa yang akan

datang.12

Page 44: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI SALEP 2 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37902/1/FIRDA... · TUNGGAL SEBAGAI PENGOBATAN SKABIES. DI . PONDOK PESANTREN

31

2.1.15.1. Protokol untuk Investigasi Kasus Skabies

Apakah pasien memiliki symptom penyakit skabies?

Tentukan

tindakan yang

tepat untuk

diagnosis

banding

Tidak

Pertimbangkan

atypical skabies

Tidak YA Secepatnya

obati kasus dan

yang kontak

dalam hari

yang sama

Laporkan

wabah (1 atau

lebih kasus) ke

Departemen

Kesehatan

Gunakan

pelindung diri

untuk semua

pasien yang

dicurigai

Kumpulkan 4-6

kerokan kulit

atau potongan

kuku per kasus

untuk

pemeriksaan

lab

Apakah tingkat

keparahan gejala

menurun selama 2

minggu sejak awal

pengobatan

Tidak

Pertimbangkan

kegagalan

pengobatan,

re-infestasi atau

diagnosis

alternatif

Ulangi

pengobatan dan

perhatikan

kebersihan

lingkungan

Tentukan

tindakan yang

tepat untuk

diagnosis

banding

YA

Monitor kasus

tambahan untuk

memutus rantai

penularan

Setelah pengobatan

selesai, hentikan

isolasi dan lakukan

tindakan

pencegahan

Ganti dan cuci

seprai sebelum

dan sesudah

pengobatan

Simpan YA

barang-barang

penderita di

dalam kantung

plastik dan letakkan dalam

pemanas

selama 20

menit ATAU

simpan dalam

kantung plastik

dan biarkan

selama 7 hari

Telusuri kontak

dan cari kasus

yang baru

Apakah

kerokan kulit

positif skabies?

Tidak

Pertimbangkan

diagnosis

banding Obati dengan

skabisida jika

diagnosis

lainnya dapat

disingkirkan

dan

menemukan 2

dari 4 tanda

kardinal

Gambar 6. Protokol Investigasi Skabies.12

Page 45: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI SALEP 2 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37902/1/FIRDA... · TUNGGAL SEBAGAI PENGOBATAN SKABIES. DI . PONDOK PESANTREN

32

2.1.16 Evaluasi Tindakan Pengendalian Skabies

Penderita, pekerja kesehatan, dan pengasuh yang terinfestasi skabies, harus diperiksa

ulang tiap minggu untuk menilai apakah pengobatan berhasil atau tidak. Pengobatan

tambahan perlu dipertimbangkan jika gejala tidak membaik.12,18

Gatal dan ruam membaik 7-14 hari setelah pengobatan. Pengobatan gagal atau

reinfestasi perlu dipikirkan jika tanda dan gejala skabies bertahan atau memburuk setelah

periode waktu tersebut.12,18

2.1.16.1 Kegagalan dalam Pengendalian Skabies

Berikut ini alasan-alasan yang mungkin berpengaruh pada kegagalan pada kontrol skabies.

1. Pengobatan yang tidak adekuat, termasuk gagal mengaplikasikan ulang obat setelah

terhapus selama periode pengobatan, gagal mematuhi petunjuk pemakaian obat,

menggunakan steroid topikal selama periode pengobatan, gagal mengaplikasikan

obat ke seluruh tubuh.12

2. Paparan terus menerus pada orang yang terinfestasi akibat kegagalan

mengidentifikasi kasus.12

3. Paparan terus menerus pada barang-barang yang kontak seperti selimut, pakaian, dan

lain-lain.12

4. Resistensi obat.12

5. Reinfestasi pada petugas kesehatan, dan pengunjung, akibat paparan keluarga

penderita, dan teman kamar yang terinfestasi.12

6. Penderita dengan immunocompromised.12

7. Gagal mengidentifikasi dan melaporkan penderita yang memiliki gejala skabies.12

8. Gagal mengidentifikasi dan mengawasi yang kontak dekat dengan penderita.12

Setiap tindakan pengendalian skabies yang belum dipatuhi, segera diperbaiki. Jika salah

satu kegagalan diatas telah teridentifikasi, pemakaian ulang obat mungkin diperlukan.12

Page 46: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI SALEP 2 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37902/1/FIRDA... · TUNGGAL SEBAGAI PENGOBATAN SKABIES. DI . PONDOK PESANTREN

33

2.1.17 Langkah-langkah untuk Mencegah Skabies

Kebijakan pencegahan skabies, prosedur dan protokol harus dikembangkan dan

dimanfaatkan oleh lembaga pelayanan kesehatan untuk mengatasi dan mencegah infestasi

skabies.12 Rencana pencegahan skabies harus mencakup pendekatan sebagai berikut :

2.1.17.1 Penilaian Kulit

Saat masuk

Pemeriksaan menyeluruh dari kulit kepala-kulit kaki apakah terdapat tanda dan

gejala skabies terutama yang melibatkan sela-sela jari, tangan, pergelangan tangan, sikut,

harus dilakukan dalam 24 jam untuk semua pasien.12

Berkala

Pemeriksaan kulit yang menyeluruh, seperti yang dijelaskan diatas, harus dipenuhi

dan didokumentasikan tiap minggu. Semua tanda dan gejala harus dilaporkan segera

kepada petugas kesehatan. Pencegahan umum harus dilakukan oleh setiap pasien dengan

gejala yang dicurigai sampai diketahui penyebab gejala tersebut. Pencegahan umum

tersebut adalah menggunakan perlengkapan proteksi pribadi untuk semua kontak dengan

kulit pasien, cairan tubuh, dan/atau pakaian.12

Pencegahan Umum (Universal)

Perlengkapan proteksi pribadi seperti sarung tangan harus digunakan oleh setiap

orang yang berkontak langsung dengan kulit pasien yang menunjukan efloresensi skabies.

Cara mencuci tangan yang baik harus dilakukan sebelum dan sesudah menggunakan

sarung tangan dan diantara kontak dengan semua pasien. Penggunaan hand sanitizer

diperbolehkan jika tangan tidak terlihat kotor. Buanglah sarung tangan setiap habis

digunakan.12

Page 47: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI SALEP 2 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37902/1/FIRDA... · TUNGGAL SEBAGAI PENGOBATAN SKABIES. DI . PONDOK PESANTREN

34

Perawatan Pasien Rutin

Mandi harus dilakukan secara rutin. Pakaian harus diganti setiap habis mandi.

Melakukan penilaian kulit pada saat mandi dianjurkan. Kuku jari tangan dan kuku jari

kaki harus selalu pendek dan bersih.12

Pertimbangan Kebersihan

Kegiatan membersihkan lingkungan secara rutin dan terjadwal harus dikembangkan,

diterapkan dan dipelihara. Mengganti seprai harus dilakukan setidaknya setiap minggu

dan lebih sering jika diperlukan. Barang pribadi pasien harus dicuci dan didesinfeksi.12

Edukasi Staff

Semua karyawan harus secara berkala menerima informasi tentang skabies. Minimal,

dalam pelatihan atau seminar edukasi tersebut menyampaikan informasi mengenai

biologi, periode inkubasi, transmisi, tanda dan gejala, pengobatan, pencegahan, dan

bagaimana mendokumentasikan dan melaporkan kasus skabies.12

Mengikuti satu kasus atau wabah skabies, menyediakan karyawan dengan “review

setelah tindakan” dan rencana aksi (kegiatan peningkatan kerja) intuk menurunkan resiko

kejadian berulang.12

Pertimbangan Tambahan

Petugas kesehatan harus diberitahukan untuk melaporkan paparan skabies di rumah

atau komunitas segera. Ketika dicurigai skabies, harus dilakukan pencarian langsung

untuk kasus tambahan. Pergantian shift karyawan harus diminimalisir untuk menurunkan

resiko penularan penyakit.12

Para karyawan sebaiknyaa menggunakan seragam yang baru setiap pergantian shift.

Para karyawan harusmandi dan mengganti pakaian secepatnya setelah bekerja.

Menggunakan aksesoris sebaiknya diminimalisir saat bekerja. Dianjurkan untuk menjaga

kuku tetap pendek dan bersih untuk mencegah penularan penyakit.12

Page 48: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI SALEP 2 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37902/1/FIRDA... · TUNGGAL SEBAGAI PENGOBATAN SKABIES. DI . PONDOK PESANTREN

35

2.1.18 Populasi Anak

Tempat penitipan anak, sekolah, dan tempat aktivitas anak lainnya sering memiliki

kesulitan dalam kontrol skabies. Anak-anak lebih sering melakukan kontak satu sama lain,

yang dapat meningkatkan kesempatan penularan selama di tempat tersebut. Kepanikan

masal dapat mudah terjadi jika terdapat kasus seperti ini. Informasi berikut ini

dimaksudkan untuk membantu dalam kontrol skabies di populasi anak-anak.12

2.1.18.1 Tanggung Jawab Fasilitas

a. Setiap anak yang memiliki tanda dan gejala skabies harus segera diperiksa ke dokter

untuk evaluasi dan diagnosis. Skabies harus bisa di curigai ketika anak memiliki

ruam yang menyebabkan gatal hebat, terutama saat malam.12

b. Anak-anak yang dicurigai memiliki penyakit skabies yang terletak di area tubuh yang

tidak ditutupi oleh pakaian harus di hindari dari kontak dengan yang lain sampai

selesai dievaluasi oleh dokter. Anak-anak yang dicurigai memiliki penyakit skabies

yang terletak di area tubuh yang ditutupi oleh pakaian, dapat dipulangkan ke rumah.

Anak-anak yang menetap di sekolah, harus di isolasi dari kegiatan, contohnya

kegiatan ekstrakulikular untuk mencegah penularan langsung kulit dengan kulit.12

c. Anak yang sudah terdiagnosis dengan skabies harus diisolasi dari sekolah dan

kegiatan ekstrakurikular sampai pengobatan telah selesai dilakukan. Jika topikal krim

skabies telah digunakan (yang digunakan semalaman), anak-anak dapat kembali ke

sekolah hari berikutnya setelah pengobatan selesai.12

d. Laporkan tiap wabah ( satu atau lebih anak yang memiliki gejala) kepada pelayanan

kesehatan setempat.12

e. Anggota staff yang ditunjuk harus mencatat daftar yang kontak pada kasus skabies.

Daftar tersebut harus termasuk anak di tingkat berapa, umur, gejala, kapan orangtua

atau pengasuh menyadari munculnya gejala tersebut, apakah sudah dibawa berobat

ke dokter.12

f. Fasilitas atau sekolah harus memberikan edukasi kepada orangtua pasien atau

pengasuhnya yang memiliki anak di kelas yang sama atau sering kontak langsung

Page 49: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI SALEP 2 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37902/1/FIRDA... · TUNGGAL SEBAGAI PENGOBATAN SKABIES. DI . PONDOK PESANTREN

36

dengan penderita skabies bahwa gejala skabies akan muncul, paling lambat 6 minggu

setelah paparan. Pada saat memberikan informasi, tidak perlu disertakan nama anak

yang terinfestasi oleh skabies tersebut.12

g. Pertemuan umum dengan orang tua atau pengasuh untuk membahas masalah apa

yang sedang dihadapi dan langkah-langkah yang akan diambil untuk mencegah

penyebaran di masa yang akan datang dapat membantu mencegah kepanikan masal

di kalangan orangtua.12

2.1.18.2 Pengendalian Penularan

a. Berkoordinasi dengan pelayanan kesehatan setempat untuk mengidentifikasi dan

menerapkan langkah-langkah yang tepat untuk mencegah penularan skabies.12

b. Kasus skabies harus mendapatkan pengobatan dengan skabisida dan harus

diikuti sampai gejala hilang dan tidak ada lesi baru yang muncul. Jika

pengobatan skabies berhasil, intensitas gatal dan ruam akan membaik selama

periode 7-14 hari.12,18

c. Jika tanda dan gejala bertahan, lebih intensif, atau terdapat lesi baru dalam 7-14

hari, kegagalan pengobatan atau diagnosis banding harus dipertimbangkan.

Bawa anak-anak ke dokter untuk di evaluasi ulang.12,18

d. Gagal untuk benar-benar mengobati kontak erat dengan kasus dan anggota

keluarga dapat menyebabkan terjadinya reinfestasi. Kegiatan surveilans untuk

kasus skabies harus dilakukan jika telah terjadi reinfestasi.12,18

2.1.18.3 Edukasi untuk Pengaturan Populasi Anak

a. Edukasi untuk guru, petugas kesehatan, dan staff tentang penyakit ini termasuk

gejala, pengobatan, dan metode pencegahan dapat menurunkan resiko penularan

dengan mendeteksi dini kasus.12,18

b. Pelatihan kepada guru, petugas kesehatan dan staff harus dilakukan secara rutin

sebagai agenda tahunan dalam pemberian informasi penyakit ini.12,18

c. Orang tua sudah harus diinformasikan mengenai penyakit ini di awal tahun

Page 50: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI SALEP 2 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37902/1/FIRDA... · TUNGGAL SEBAGAI PENGOBATAN SKABIES. DI . PONDOK PESANTREN

37

ajaran baru saat anak pertama kali masuk, beberapa fakta mengenai tanda dan gejala

penyakit skabies, orang yang harus dilaporkan dalam yayasan tersebut jika menemukan

kasus ini, dan evaluasi yang tepat oleh dokter.12,18

2.2 Kerangka Teori

Anamnesis :

1. Pasien mengeluh gatal terutama malam hari

2. Terdapat keluhan serupa pada kerabat

atau keluarga

3. Tinggal bersama dengan kerabat atau keluarga

yang mengalami keluhan serupa

Pemeriksaan Fisik :

Lokasi lesi : sela-sela jari tangan, pergelangan tangan

bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan,

areola mammae (wanita), umbilikus, bokong, genitalia

eksterna (pria), dan perut bagian bawah

Jenis lesi : papul, vesikel, terdapat kunikulus, pustul

Diagnosis skabies memenuhi 2 dari

4 tanda kardinal :

1. Gatal malam hari

2. Hidup berkelompok

3. Terdapat kunikulus pada

tempat predileksi

4. Ditemukannya tungau

Skabies

1. Usia

2. Pendidikan

3. Kebersihan lingkungan

4. Perilaku sehat 5. Kontak penderita

Pengobatan

topikal

Pengobatan sistemik

A. Faktor yang mempengaruhi

absorbsi obat topikal : 1. Jenis vehikulum

2. Faktor fisiokimiawi

3. Penetration enhancer

4. Oklusi dan lokasi aplikasi obat topikal

B. Compliance penderita

C. Reinfestasi

D. Kebersihan pribadi dan lingkungan

1. Peremthrin

5%

2. Lindan 1%

3. Sulfur 4-20%

4. Krotamiton

5. Emulsi

benzilbenat

(20-25%) 6. Gameksan 1%

1. Anti-histamin

sedative

2. Infeksi sekunder :

ditambahkan

antibiotik

3. Ivermektin

Ulangi pengobatan 1 minggu kemudian

jika diperlukan. Kontrol tiap minggu

Tidak muncul lesi baru dalam

2 minggu, vesikel dan papul hilang 80%

Page 51: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI SALEP 2 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37902/1/FIRDA... · TUNGGAL SEBAGAI PENGOBATAN SKABIES. DI . PONDOK PESANTREN

38

2.3 Kerangka Konsep

Sembuh Tidak sembuh

Gejala hilang

setelah 2 minggu

Tidak timbul lesi

baru dalam 2

minggu, papul

dan vesikel

hilang 80%

Gejala bertahan

atau memburuk

setelah 2 minggu

Timbul lesi baru

dalam 2 minggu,

papul dan vesikel

hilang <80%

Anamnesis Pemeriksaan Fisik

Diagnosis presumtif

1. Lesi kulit pada daerah predileksi

2. Pruritus nokturia

3. Riwayat serupa dengan kontak erat

skabies

Terapi topikal

serentak

Salep 2-4 tunggal Salep 2-4 dengan

sabun sulfur 10%

Page 52: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI SALEP 2 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37902/1/FIRDA... · TUNGGAL SEBAGAI PENGOBATAN SKABIES. DI . PONDOK PESANTREN

39

2.4 Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Cara Ukur Alat

Ukur

Hasil Ukur Skala

Ukur

1. Salep 2-4 Salep 2-4

merupakan salep

yang

mengandung zat

aktif asam

salisiliat 2% dan

sulfur 4% yang

efektif untuk

mengobati

penyakit skabies

Aplikasikan salep 2-

4 selama 3 malam

berturut-turut,

selama

8 jam, seluruh tubuh

mulai dari leher.

Setelah wudhu dan

mandi, salep 2-4

diaplikasikan ulang

Catatan

harian

pemakai

an salep

2-4

1. Ya

2. Tidak

Kriteria :

1. Ya :

Salep 2-4 telah

diaplikasikan

sesuai arahan

2. Tidak :

Salep 2-4 tidak

atau kurang

lengkap

diaplikasikannya

Nominal

2. Sabun

sulfur

10%

Sabun sulfur

10% merupakan

terapi topikal

dalam sediaan

sabun yang

mengandung

10% sulfur

Aplikasikan sabun

sulfur 10% tiap

mandi pagi dan sore

selama 3 minggu

selama 5 menit

Catatan

harian

pemakai

an sabun

sulfur

1. Ya

2. Tidak

Kriteria :

1. Ya :

Sabun sulfur 10%

diaplikasikan

sesuai arahan

2. Tidak :

Sabun sulfur 10%

tidak atau kurang

lengkap

diaplikasikannya

Nominal

Page 53: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI SALEP 2 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37902/1/FIRDA... · TUNGGAL SEBAGAI PENGOBATAN SKABIES. DI . PONDOK PESANTREN

3

.

Kesembuhan

skabies

Kesembuhan

skabies ditandai

dengan gejala

berkurang setelah

2 minggu, tidak

muncul lesi baru

dalam 2 minggu,

papul dan vesikel

hilang 80%

Anamnesis

dan

pemeriksaan fisik

setelah

pengobatan di

minggu pertama,

minggu kedua

dan minggu

ketiga

Catatan

kontrol

minggu

1,

minggu

2 dan

minggu

3

1. Sembuh

2. Tidak

Sembuh

Kriteria :

1. Sembuh :

gejala skabies

berkurang setelah

2 minggu, tidak

ada lesi baru

dalam 2 minggu,

papul dan vesikel

hilang 80%

2.Tidak Sembuh

: Gejala skabies

bertahan atau

memburuk setelah

2 minggu, muncul

lesi baru dalam 2

minggu, papul dan

vesikel hilang

<80%

Nominal

Page 54: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI SALEP 2 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37902/1/FIRDA... · TUNGGAL SEBAGAI PENGOBATAN SKABIES. DI . PONDOK PESANTREN

41

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian pada penelitian ini adalah uji klinis untuk mengetahui

perbandingan efektivitas terapi kombinasi salep 2-4 dan sabun sulfur 10%

dibandingkan dengan terapi salep 2-4 tunggal terhadap angka kesembuhan

skabies.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama 3 minggu pada bulan Februari dan Maret

dimulai dari tanggal 28 Februari - 20 Maret 2015 di Pondok Pesantren Bait

Qur’ani, Ciputat.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi penelitian adalah santri dari Pondok Pesantren Bait Qur’ani,

Ciputat. Sampel yang diambil sebanyak jumlah perhitungan sampel.

3.3.1 Jumlah Sampel

Rumus besar sampel yang digunakan adalah berdasarkan jenis pertanyaan

pada penelitian ini yaitu analitis kategorik tidak berpasangan dengan kontrol

negatif dan kontrol positif masing-masing satu orang.

N1 = N2 = (Zα√2PQ + Zβ√P1Q1 + P2Q2)2

(P1-P2)2

1,64 √2 x 0,79 x 0,21 + 0,84 √0,89 x 0,11 + 0,69 x 0,31

(0,89 - 0,69)2

N1 = N2 = 25,64 orang = 26 orang untuk masing-masing kelompok

41

Page 55: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI SALEP 2 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37902/1/FIRDA... · TUNGGAL SEBAGAI PENGOBATAN SKABIES. DI . PONDOK PESANTREN

42

Keterangan:

N = jumlah sampel setiap kelompok perlakuan

Zα = derivat baku alfa = 95% = 1,64

Zβ = derivat baku beta = 20% = 20% = 0,84

P2= proporsi kesembuhan salep standard menurut pustaka = 0,69

Q2= 1 – P2 = 1 – 0,69 = 0,31

P1 – P2 = selisih proporsi minimal = 0,2

P1= proporsi kesembuhan obat yang diuji = P2 + 0,2 = 0,6 + 0,2 = 0,89

Q1= 1 – P1 = 1 – 0,8 9= 0,11

P = P1+P2 = 0,89 + 0,69 = 0,79

2 2

Q = 1 – P = 1 – 0,79 = 0,21

3.3.2 Cara Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara consecutive sampling sehingga

semua subjek yang memenuhi syarat penelitian akan direkrut.

3.3.3 Kriteria Sampel

3.3.3.1 Kriteria Inklusi

1. Seluruh santri Pondok Pesantren Bait Qur’ani Ciputat dan bersedia mengikuti

peneilitian.

2. Santri yang tinggal serta menginap di Pondok Pesantren Bait Qur’ani Ciputat.

3. Santri yang memenuhi kriteria diagnosis skabies.

4. Santri yang tidak dalam pengobatan skabies dalam 1 bulan terakhir

Page 56: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI SALEP 2 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37902/1/FIRDA... · TUNGGAL SEBAGAI PENGOBATAN SKABIES. DI . PONDOK PESANTREN

43

3.3.3.2 Kriteria Ekslusi

1. Santri dengan komplikasi infeksi sekunder

2. Santri yang menunjukkan gejala-gejala klinis penyakit kulit lain.

3. Santri yang sudah mendapatkan pengobatan skabies atau dalam masa

pengobatan.

4. Santri yang mempunyai riwayat hipersensitivitas terhadap komponen obat

yang diuji.

3.3.3.3 Kriteria Drop Out (DO)

1. Santri yang tidak mengikuti pengobatan sesuai yang diarahkan sebagai sampel

penelitian.

2. Santri yang tidak selesai menjalankan pengobatan skabies

3. Santri yang mengundurkan diri dari sampel penelitian.

4. Santri yang berobat ke tempat pengobatan lain.

3.3.3.4 Variabel

Variabel Bebas

Salep 2-4 dan sabun sulfur 10 % ;

Salep 2-4 tunggal

Variabel terikat

Kesembuhan skabies

3.3.3.5 Alat dan Bahan

Bahan

1. Salep 2 - 4

2. Sabun sulfur

Page 57: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI SALEP 2 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37902/1/FIRDA... · TUNGGAL SEBAGAI PENGOBATAN SKABIES. DI . PONDOK PESANTREN

44

3. Sabun non - sulfur dan non - antiseptik

Alat

1. Kaca pembesar

2. Senter

3. Catatan pemakaian harian obat

4. Sarung tangan

3.4 Cara Kerja Penelitian

Penelitian ini dimulai dengan melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk

menegakkan diagnosis skabies berdasarkan gejala klinis.

Semua subjek yang memenuhi kriteria direkrut sampai besar sampel minimal

terpenuhi (consecutive samping).

Sampel yang memenuhi kriteria inklusi dibagi menjadi 2 kelompok dengan

menggunakan simpel randomization.

Satu kelompok sampel diberikan pengobatan kombinasi salep 2-4 dan sabun sulfur

10%.. Sabun sulfur yang digunakan pada penelitian ini adalah sabun JF sulfur®

Kelompok yang ke -2 diberikan pengobatan dengan menggunakan salep 2-4 dan

sabun non - sulfur dan non - antiseptik. Pada penelitian ini sabun non-sulfur dan

non-antiseptik yang digunakan adalah sabun Giv®

Pengobatan salep 2-4 dilakukan selama 3 hari berturut-turut tiap malam, mulai pukul

20.00 WIB hingga pukul 0 4.00 WIB. Salep diaplikasikan ulang jika terhapus dan

dipantau dengan catatan harian pemakaian obat tiap santri

Pengobatan dengan sabun JF sulfur® dan sabun Giv® dilakukan dua kali sehari selama

3 minggu. Setiap kali mandi, sabun didiamkan selama 5 menit.

Selanjutnya dilakukan observasi dan penilaian kesembuhan dengan anamnesis dan

pemeriksaan fisik ulang di minggu 1, minggu 2, dan minggu 3 sejak hari pertama

pemakaian obat kemudian dilakukan pengolahan data.

Page 58: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI SALEP 2 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37902/1/FIRDA... · TUNGGAL SEBAGAI PENGOBATAN SKABIES. DI . PONDOK PESANTREN

45

3.4.1 Alur Penelitian

Semua santri di Pondok

Pesantren Bait Qur’ani yang

menginap

Anamnesis dan pemeriksaan

fisik untuk diagnosis skabies

Santri terdiagnosis skabies

Santri yang masuk dalam

kriteria inklusi

Kelompok 2 : mendapatkan

pengobatan dengan salep 2-4

dan sabun non sulfur, non

antiseptik

Dilakukan pembagian 2

kelompok dengan

menggunakan simple

randomized

Kelompok 1 : mendapatkan

pengobatan dengan salep 2-

4 dan sabun sulfur 10%

Pengobatan dilakukan

selama 3 hari berturut-turut

tiap malam. Mulai pukul

20.00-04.00 WIB untuk

salep 2-4. Dan untuk sabun

sulfur dan sabun non-

antiseptik&non-sulfur

dipakai tiap mandi pagi dan

sore selama 3 minggu,

didiamkan selama 5 menit.

Observasi dan penilaian

kesembuhan hari ke - 7

Observasi dan penilaian

kesembuhan hari ke - 28

Observasi dan penilaian

kesembuhan hari ke - 14

Pengolahan data

Page 59: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI SALEP 2 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37902/1/FIRDA... · TUNGGAL SEBAGAI PENGOBATAN SKABIES. DI . PONDOK PESANTREN

46

3.5 Manajemen Data

3.5.1 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnesis dan pemeriksaan

fisik untuk menegakkan diagnosis skabies.

3.5.2 Pengolahan Data

Pengolahan data menggunakan SPSS 21.

3.5.3 Analisa Data

Analisa perbedaan efektivitas obat dilakukan dengan uji Chi-Square Test. Namun

karena syarat uji Chi-Square Test yaitu nilai Expected <5 dan maksimal 20%

dari jumlah sel tidak terpenuhi, maka digunakan uji alternatif yaitu dengan uji

Fisher’s Exact Test.

3.5.4 Rencana Penyajian Data

Data hasil penelitian secara deskriptif dan analitik dalam bentuk tabel dan

gambar.

3.5.5 Etika Penelitian

a. Mendapat persetujuan untuk melakukan penelitian dari Kaprodi Pendidikan

Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

b. Mendapat persetujuan untuk melakukan penelitian dari pihak Pondok

Pesantren Baitul Qur’an Ciputat.

c. Semua subjek penelitian akan diberikan penjelasan secara lisan dan tertulis

mengenai tujuan dan cara penelitian.

d. Penelitian ini akan dijalankan setalah mendapatkan persetujuan secara

sukarela (informed consent) dari sampel.

e. Subjek yang akan diteliti berhak menolak untuk tidak mengikuti penelitian.

Page 60: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI SALEP 2 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37902/1/FIRDA... · TUNGGAL SEBAGAI PENGOBATAN SKABIES. DI . PONDOK PESANTREN

47

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Prevalensi Skabies di Pondok Pesantren

Pondok pesantren yang menjadi tempat dilakukannya pemeriksaan skabies adalah

Pondok Pesantren Bait Qur’ani, Ciputat. Jumlah santri yang diperiksa sebanyak 110 orang

dengan jumlah laki-laki sebanyak 59 orang dan perempuan sebanyak 51 orang. Berikut

dibawah ini data prevalensi skabies di Pondok Pesantren Bait Qur’ani, Ciputat.

Tabel 4.1 Prevalensi Penderita Skabies pada Pondok Pesantren Bait Qur’ani

Prevalensi skabies pada Pondok Pesantren Bait Qur’ani adalah sebesar 45 orang

(40,9%). Jumlah santri yang diduga tidak menderita skabies sebesar 65 orang (59,1 %).

Prevalensi skabies tanpa infeksi sekunder adalah sebesar 36 orang (32,7%) dan prevalensi

skabies dengan infeksi sekunder adalah sebesar 9 orang (8,2%).

Prevalensi skabies di Pondok Pesantren Bait Qur’ani lebih rendah dibandingkan

dengan Prevalensi skabies di Pondok Pesantren Darul Mujahadah Kabupaten Tegal

sebesar 61,8% (Yasin, 2009). Prevalensi skabies di Pondok Pesantren Al-Muayyad

Surakarta sebesar 74,7% (Rohmawati 2010) dan pada penelitian pada tahun 2014 di

Pondok Pesantren daerah Jakarta Timur adalah sebesar 51,6% (Ratnasari dan Saleha

Sungkar, 2014).

No

.

Diagnosis Jumlah

Santri

Presentase (%)

1. Skabies

Dengan

Infeksi

Sekunder

9 orang 8,2%

40,9%

Tanpa

Infeksi

Sekunder

36 orang

32,7%

2. Bukan Skabies 65 orang 59,1%

TOTAL 110 orang 100%

47

Page 61: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI SALEP 2 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37902/1/FIRDA... · TUNGGAL SEBAGAI PENGOBATAN SKABIES. DI . PONDOK PESANTREN

48

Hal ini kemungkinan disebabkan oleh :

a. Prevalensi skabies di daerah dengan lokasi padat penduduk, hidup berkelompok, dan

dengan higienitas yang rendah lebih besar hasilnya, seperti pada penelitian Isa Ma’rufi

pada tahun 2005, santri di Ponpes Lamongan yang tinggal di pemondokan dengan

kepadatan hunian tinggi (<8m2 untuk 2 orang) sebanyak 245 orang mempunyai

prevalensi penyakit skabies sebesar 71,40%, sedangkan santri yang tinggal di

kepadatan hunian rendah (>8m2 untuk 2 orang) sebanyak 93 orang mempunyai

prevalensi penyakit skabies sebesar 45,20%.

b. Pada Pondok Pesantren Bait Qur’ani ini, lingkungan padat hunian dan berkelompok,

mengganggu ketersediaan sanitasi lingkungan dan luas ruangan yang tersedia

sehingga penghuni pondok pesantren memiliki keterbatasan untuk menjaga

kebersihan diri dan memudahkan penularan skabies dalam lingkungan tersebut.

Menurut Peraturan Kementrian Kesehatan No.829 tahun 1999 kepadatan hunian

ruang tidur minimal 8 m2 dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari 2 orang dalam

satu ruangan kecuali anak usia <5 tahun.4 Sementara pada Pondok Pesantren Bait

Qur’ani, ruang tidur yang digunakan berukuran 6x5 m2

berisi 5 orang.

c. Variasi prevalensi skabies di berbagai tempat juga dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin

dan tingkat pendidikan

B. Karakteristik Penderita

Berikut adalah distribusi penderita skabies menurut jenis kelamin di Pondok

Pesantren Bait Qur’ani, Ciputat.

Tabel 4.2 Distribusi Penderita Skabies Menurut Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah %

Laki-laki 29 64,4%

Perempuan 16 35,6%

Total 45 100%

Page 62: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI SALEP 2 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37902/1/FIRDA... · TUNGGAL SEBAGAI PENGOBATAN SKABIES. DI . PONDOK PESANTREN

49

Pada tabel 4.2 diatas, dari 45 orang penderita skabies dapat dilihat bahwa jumlah

penderita skabies pada laki-laki (64,4%) lebih banyak dari jumlah perempuan yang

menderita skabies (35,6%). Hal ini sesuai dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang

membuktikan bahwa prevalensi skabies pada laki-laki lebih besar dibandingkan dengan

perempuan seperti pada penelitian Eka (2004) dengan jumlah penderita skabies pada

laki-laki sebesar 84,4%, sedangkan pada perempuan hanya 15,6%. Pada penelitian oleh

Heru pada tahun 2014 didapatkan penderita skabies pada laki-laki sebesar 53,3% dan

perempuan sebesar 46,7%. Pada hasil pengumpulan data tahun 2001 oleh KSDAI, dari 9

rumah sakit di 7 kota besar di Indonesia didapatkan jumlah laki-laki yang menderita

skabies sebanyak 566, dan perempuan sebanyak 326.22

Hal ini diduga disebabkan terutama oleh higiene perorangan pada laki-laki yang lebih

rendah dibandingkan perempuan. Higiene perorangan meliputi frekuensi mencuci pakaian

dan handuk, kebiasaan berganti pakaian dan handuk dengan teman, frekuensi mandi, dan

kebersihan alas tidur.5 Pada asrama laki-laki Pondok Pesantren Bait Qur’ani, alas tidur

yang digunakan adalah kasur lipat, jarak yang memisahkan satu kasur dengan yang lain

berdekatan, kebiasaan menumpuk pakaian kotor di sembarang tempat, dan memakai

ruang kelas untuk dijadikan ruang tidurnya dengan jumlah hunian yang padat, sehingga

kesempatan untuk menjaga kebersihan diri terganggu.

Dibandingkan dengan asrama putri Pondok Pesantren Bait Qur’ani, walaupun mereka

juga menggunakan kasur lipat dengan jarak yang berdekatan, namun mereka memiliki

ruang khusus untuk tidur. Sehingga resiko penularan skabies di ruang tidur hanya

terbatas pada satu ruangan.

Page 63: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI SALEP 2 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37902/1/FIRDA... · TUNGGAL SEBAGAI PENGOBATAN SKABIES. DI . PONDOK PESANTREN

50

Berikut adalah distribusi penderita skabies berdasarkan usia di Pondok Pesantren

Bait Qur’ani, Ciputat.

Tabel 4.3 Distribusi Penderita Skabies Berdasarkan Usia

Gambar 4.4 Diagram Distribusi Penderita Skabies Berdasarkan Usia

Rentang usia yang diambil adalah berdasarkan kategori usia menurut Depkes RI

tahun 2009, yakni usia anak-anak (5-11 tahun), remaja awal (12-16 tahun) dan remaja

akhir (17-25 tahun).

Pada tabel 3 didapatkan bahwa jumlah penderita skabies berumur 12-16 tahun

lebih banyak (64,5%) dibandingkan dengan jumlah penderita skabies berumur 5-11 tahun

(131,1%), dan > 15 tahun (4,4%). Hal ini sesuai dengan distribusi penderita skabies dari 9

rumah sakit di 7 kota besar oleh KSDAI tahun 2001 didapatkan kelompok umur 5-14

tahun paling besar insidennya yaitu 487 dari 892 penderita skabies. Pada penelitian Ria,

2007 juga didapatkan kelompok umur paling tinggi jumlah penderita skabiesnya adalah

Usia Jumlah %

5-11 tahun 14 31,1%

12-16 tahun 29 64,5%

>16 tahun 2 4,4%

Jumlah 45 100%

Page 64: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI SALEP 2 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37902/1/FIRDA... · TUNGGAL SEBAGAI PENGOBATAN SKABIES. DI . PONDOK PESANTREN

51

umur 5-14 tahun sebanyak 75,5%.

Penelitian-penelitian tersebut mendukung bahwa skabies sering terjadi pada

anak-anak dan dewasa muda, dimana anak-anak dan dewasa muda memiliki faktor resiko

yang tinggi untuk saling menularkan karena perilaku sehat diantara mereka masih rendah.

Santri pada Pondok Pesantren Bait Qur’ani adalah santri di tingkat MI dan MTS, dimana

usia mereka semua masih tergolong dalam usia anak dan dewasa muda sehingga perilaku

sehat meliputi pengetahuan, sikap dan tindakan terhadap penyakit masih rendah. Salah

satu contohnya adalah sering mengabaikan bertukar pakaian dan handuk dengan teman.

Selain itu, usia anak-anak juga cenderung dapat menularkan skabies dengan cepat karena

sangat dekatnya interaksi diantara mereka.

C. Hasil Pengobatan

Banyaknya subjek yang diperlukan dalam penelitian ini adalah ≥ 52 orang untuk

masing-masing kelompok penelitian. Pada penelitian ini, jumlah sampel yang diperoleh

tidak memenuhi persyaratan jumlah sampel dalam rumus penelitian karena jumlah santri

yang menderita skabies di Pondok Pesantren Bait Qur’ani, Ciputat hanya sebanyak 36

orang tanpa infeksi sekunder.

Seluruh subjek penelitian dibagi dua kelompok dengan metode alokasi random yaitu

dibagi dua kelompok sama besar (18 orang untuk masing-masing kelompok). Namun pada

hari ke-2 pengobatan didapatkan satu santri pulang untuk berobat ke tempat lain sehingga

santri tersebut dimasukan ke dalam kriteria drop out. Santri tersebut adalah santri yang

mendapatkan pengobatan dengan salep 2-4 dan sabun non-sulfur, non-antiseptik. Jumlah

santri yang menjadi subjek penelitian kini berjumlah 35 orang. Santri dari kelompok

penelitian salep 2-4 dengan sabun sulfur 10% yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 11

orang dan santri perempuan sebesar 7 orang. Santri dari kelompok penelitian salep 2-4

tunggal yang berjenis kelamin laki-laki sebesar 8 orang dan santri perempuan sebesar 9

orang.

Page 65: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI SALEP 2 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37902/1/FIRDA... · TUNGGAL SEBAGAI PENGOBATAN SKABIES. DI . PONDOK PESANTREN

52

Setelah dilakukan pengobatan selama 3 hari, seluruh santri dilakukan follow up tiap

minggunya dan dinyatakan sembuh menurut Panduan Praktis Klinis RSCM tahun 2012

jika :

1. Tidak timbul lesi baru dalam 2 minggu

2. Papul dan vesikel menghilang 80%

Pengobatan skabies dikatakan gagal jika gejala gatal malam hari menetap bahkan

memburuk setelah 2 minggu. Penilaian kesembuhan klinis selain dari tinjauan pustaka,

dilihat dari kontrol positif dan kontrol negatif masing-masing satu orang dengan

menggunakan cream permethrin 5%. Setelah satu minggu dilakukan pengobatan, dilakukan

pengobatan ulang kepada santri yang masih belum menunjukkan kesembuhan klinis. Santri

yang dilakukan pengobatan ulang pada minggu pertama adalah sebanyak 7 orang.

Berikut adalah hasil uji perbedaan kesembuhan pada dua kelompok penelitian di

Pondok Pesantren Bait Qur’ani, Ciputat.

Page 66: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI SALEP 2 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37902/1/FIRDA... · TUNGGAL SEBAGAI PENGOBATAN SKABIES. DI . PONDOK PESANTREN

53

Tabel 4.5 Uji Perbedaan Kesembuhan pada Dua Kelompok Penelitian

Follow up Kelompok

Perlakuan

Sembuh Tidak Sembuh Nilai p

Jumlah % Jumlah %

Follow

up

Minggu

Pertama

Salep 2-4

dan Sabun

Sulfur

16 (88,9%) 2 (11,1%) 0,177

Salep 2-4 12 (70,6%) 5 (29,4%)

Follow

up

Minggu

ke-2

Salep 2-4

dan Sabun

Sulfur

15 (83,3%) 3 (16,7%) 0,528

Salep 2-4 15 (88,2%) 2 (11,8%)

Follow

up

Minggu

ke-3

Salep 2-4

dan Sabun

Sulfur

16 (88,9%) 2 (11,1%) 0,677

Salep 2-4 15 (88,2%) 2 (11,8%)

Penelitian yang dilakukan selama 3 minggu pada 35 santri dengan penyakit skabies

tanpa infeksi sekunder ini didapatkan hasil kesembuhan klinis pada kelompok perlakuan

kombinasi salep 2-4 dan sabun sulfur 10% pada follow up minggu pertama sebanyak 16

santri (88,9%), follow up di minggu ke-2 sebanyak 15 santri (83,3%), dan follow up ke-

3 sebanyak 16 santri (88,9%). Sedangkan pada kelompok perlakuan salep 2-4

tunggal, angka kesembuhan klinis pada follow up minggu pertama sebanyak 12 santri

(70,6%), follow up minggu ke-2 sebanyak 15 santri (88,2%), dan follow up minggu ke-3

sebanyak 15 santri (88,2%).

Follow up di minggu pertama pada kelompok perlakuan salep 2-4 dengan

sabun sulfur 10%, didapatkan santri yang tidak sembuh sebanyak 2 santri (11,1%),

Page 67: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI SALEP 2 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37902/1/FIRDA... · TUNGGAL SEBAGAI PENGOBATAN SKABIES. DI . PONDOK PESANTREN

54

follow up minggu ke-2 sebanyak 3 santri (16,7%), dan follow up minggu ke-3 sebanyak 2

santri (11,1%). Sedangkan pada kelompok perlakuan salep 2-4 tunggal, santri yang

tidak sembuh pada follow up minggu pertama sebanyak 5 santri (29,4%), follow up

minggu ke-2 sebanyak 2 santri (11,8%), dan follow up minggu ke-3 sebanyak 2 santri

(11,8%).

Gambar 4.6 Diagram Perbedaan Kesembuhan pada Dua Kelompok Penelitian

Penggunaan salep 2-4 dengan sabun sulfur 10% di follow up pertama, kedua dan

ketiga menunjukan angka cukup tinggi. Hal ini disebabkan konsentrasi sulfur dalam

salep 2-4 adalah 4% dan sabun sulfur yang diberikan mengandung sulfur 10%,

sehingga jika dibandingkan dengan penggunaan salep 2-4 dengan sabun non-sulfur dan

non-antiseptik, kombinasi salep 2-4 dengan sabun sulfur lebih efektif membunuh larva

dan tungau dewasa karena konsentrasinya yang meningkat sehingga absorbsinya akan

lebih baik. Dibuktikan dengan terdapatnya perbedaan jumlah sembuh yang lebih

banyak pada sampel yang memakai kombinasi salep 2-4 dengan sabun sulfur.

Jumlah angka kesembuhan salep 2-4 dengan sabun sulfur 10% mengalami

penurunan di follow up minggu kedua dan meningkat kembali di follow up minggu ke-3.

Hal ini kemungkinan disebabkan karena terjadinya reinfestasi skabies. Penderita yang

mempunyai sensitisasi terhadapat tungau skabies dapat muncul gejala klinis kembali 2-3

hari kemudian. Presentase kesembuhan salep 2-4 dengan sabun sulfur 10% adalah

Page 68: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI SALEP 2 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37902/1/FIRDA... · TUNGGAL SEBAGAI PENGOBATAN SKABIES. DI . PONDOK PESANTREN

55

sebesar 88,9%.

Penggunaan salep 2-4 dengan sabun non-sulfur dan non-antiseptik di follow up

minggu pertama jumlahnya hanya sebanyak 12 orang (70,6%). Hal ini terjadi karena

salep 2-4 hanya membunuh larva dan tungau saja tanpa membunuh telur. Telur baru akan

menetas setelah 3-4 hari sehingga di follow up ke-2 dan ke-3 baru terjadi peningkatan

jumlah sembuh dengan salep 2-4 tunggal. Selain itu, jika dibandingkan dengan terapi

kombinasi salep 2-4 dan sabun sulfur 10% memiliki konsentrasi sulfur yang lebih tinggi

sehingga pada pemakaian salep 2-4 tunggal jumlah santri yang sembuh secara klinis lebih

sedikit dibandingkan dengan terapi kombinasi salep 2-4 dan sabun sulfur 10%. Jumlah

santri yang sembuh pada terapi kombinasi salep 2-4 dan sabun sulfur 10% pada minggu

pertama yaitu 88,9% dibandingkan dengan salep 2-4 tunggal hanya sebesar 70,6%.

Dari hasil uji Fisher’s Exact Test antara kelompok perlakuan kombinasi salep

2-4 dan sabun sulfur 10% dibandingkan dengan salep 2-4 tunggal didapatkan pada follow

up minggu pertama (p =0,177), follow up minggu kedua (p=0,528), dan follow up

minggu ketiga (p=0,677) yang artinya tidak terdapat perbedaan bermakna proporsi

kesembuhan antar kelompok. Kemungkinan penyebab hal ini adalah :

1. Salep 2-4 dan sabun sulfur 10% memiliki kemampuan yang sama dalam absorbsinya

di kulit, namun karena pemakaian sabun memang terbatas digunakan saat mandi saja

dan hanya selama 3 minggu, efektivitasnya pada terapi kombinasi salep 2-4 dan sabun

sulfur 10% dibandingkan dengan salep 2-4 tunggal tidak terdapat perbedaan jumlah

santri yang sembuh secara signifikan antar dua kelompok

2. Penggunaan sabun hanya 3 minggu, sementara efektivitas sabun dalam mengobati

penyakit kulit sebaiknya diaplikasikan selama 6 minggu.

3. Sampel yang diperoleh pada penelitian ini, tidak memenuhi syarat jumlah sampel

penelitian sehingga hasil uji statistik yang diperoleh tidak menunjukkan perbedaan

bermakna proporsi kesembuhan antar kelompok.

Pada tabel 4.5, walaupun jumlah santri yang sembuh pada terapi kombinasi salep 2-4

dan sabun sulfur lebih banyak dibandingkan dengan terapi salep 2-4 tunggal, namun

perbedaan jumlah santri yang sembuh diantara dua kelompok hanya berbeda 4 orang di

minggu pertama, jumlah yang sama di minggu kedua, dan 1 orang di minggu ke tiga

sehingga pada saat dilakukan penilaian saat observasi didapatkan hasil pengobatan dengan

Page 69: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI SALEP 2 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37902/1/FIRDA... · TUNGGAL SEBAGAI PENGOBATAN SKABIES. DI . PONDOK PESANTREN

56

menggunakan kombinasi salep 2-4 dan sabun sulfur 10% lebih efektif dalam mengobati

penyakit skabies dibandingkan dengan salep 2-4 tunggal, namun ketika di uji secara

statistik, perbedaan jumlah yang sembuh tersebut tidak menunjukkan hasil yang bermakna

walaupun secara klinis menunjukkan hasil perbedaan kesembuhan klinis yang lebih banyak

pada santri yang menggunakan terapi kombinasi salep 2-4 dengan sabun sulfur 10%

dibandingkan dengan salep 2-4 tunggal. Dapat dilihat presentase kesembuhan klinis salep

2-4 dengan sabun sulfur 10% adalah sebesar 88,9% dan salep 2-4 tunggal sebesar 70,6%.

Beberapa faktor yang menyebabkan pada penelitian ini didapatkan jumlah sampel

penelitian yang tidak memenuhi syarat rumus sampel penelitian :

1. Jumlah santri yang menderita penyakit skabies pada waktu tersebut hanya berjumlah

36 orang tanpa infeksi sekunder

2. Sampel penelitian tidak diperoleh dari beberapa pondok pesantren namun hanya

berasal dari satu pondok pesantren yakni Pondok Pesantren Bait Qur’ani, Ciputat, hal

inilah yang menyebabkan jumlah sampel yang diperoleh terbatas.

Page 70: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI SALEP 2 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37902/1/FIRDA... · TUNGGAL SEBAGAI PENGOBATAN SKABIES. DI . PONDOK PESANTREN

57

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Prevalensi skabies di Pondok Pesantren Bait Qur’ani, Ciputat sebesar 45 orang

(40,9%) dari total 110 santri.

Jumlah laki-laki yang menderita skabies lebih banyak dibandingkan perempuan yaitu

sebesar 29 orang (64,4%).

Kategori usia terbanyak yang menderita skabies adalah usia 12-16 tahun yaitu

sebanyak 29 orang (64,9%).

Pada penelitian ini, secara statistik tidak menunjukan hasil yang bermakna antara

kelompok penelitian yang menggunakan kombinasi salep 2-4 dan sabun sulfur 10%

dengan salep 2-4 tunggal namun secara klinis menunjukan hasil perbedaan

kesembuhan klinis yang lebih banyak pada santri yang menggunakan terapi kombinasi

salep 2-4 dan sabun sulfur 10% dibandingkan dengan salep 2-4 tunggal.

5.2 Saran

1. Penelitian selanjutnya sebaiknya dilakukan dengan jumlah penderita skabies yang

memenuhi syarat jumlah sampel dalam rumus sampel penelitian

2. Sebaiknya perlu dilakukan penelitian mengenai efek samping dari terapi

kombinasi salep 2-4 dan sabun sulfur 10%

3. Sebaiknya sabun sulfur 10% dipakai selama 6 minggu agar efektif sebagai terapi

tambahan sekaligus sebagai pencegahan skabies

57

Page 71: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI SALEP 2 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37902/1/FIRDA... · TUNGGAL SEBAGAI PENGOBATAN SKABIES. DI . PONDOK PESANTREN

58

4. Sebaiknya penderita skabies di pondok pesantren Bait Qur’ani dipisahkan kamar

tidurnya dari santri yang sehat sehingga dapat mengurangi resiko penularan

skabies

5. Sebaiknya pondok pesantren Bait Qur’ani memiliki kegiatan kebersihan secara

berkala agar dapat memutus rantai skabies, Orang tua sebaiknya sudah harus

diinformasikan mengenai penyakit ini di awal tahun ajaran baru saat anak

pertama kali masuk, dan edukasi kepada guru, para santri, dan petugas kesehatan

di Pondok Pesantren mengenai penyakit skabies sebaiknya menjadi agenda

tahunan yang dapat dilakukan oleh Pondok Pesantren Bait Qur’ani.

Page 72: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI SALEP 2 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37902/1/FIRDA... · TUNGGAL SEBAGAI PENGOBATAN SKABIES. DI . PONDOK PESANTREN

59

DAFTAR PUSTAKA

1. Lakitan. Klasifikasi Iklim Indonesia. PT. Dunia Pustaka Jaya: Jakarta; 2002

2. Gandahusada S, Herry D.I, Wita Pribadi. Parasitologi Kedokteran Edisi Ke-3. Jakarta:

Balai Penebit FKUI; 1998

3. Saleha Sungkar. Skabies. Jakarta : Yayasan Penerbitan IDI; 2008

4. Burns DA. Diseases Caused by Arthropods and Other Noxious Animals. In: Burns T,

Breathnach S, Cox N, Griffiths C. Rooks Textbook of Dermatology. USA: Blackwell

publishing; 2004

5. Subchan P. Hubungan Antara Lama Mukim di Pondok Pesantren dengan Perilaku

Mencegah Skabies. Media Dermato-Venerologis Indonesia. Vol. 28 No.2; 2001

6. Irma B. Skabies di panti asuhan se Kota madya Smarang hasil perbandingan salep

sulfur 2-4 dan gameksam 1% Semarang. Fakultas Kedokteran Universitas Dipenogoro

Bagian Kulit Kelamin, 1991.

7. Handoko RP. Skabies. Dalam: Adhi Djuanda, A. Kosasih, Benny E. Wiryadi,

Natahusada, Emmy S, Evita H, et al. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-6.

Jakarta: FK UI; 2010. p. 122-125

8. Ma’rufi, Isa, dkk. 2005. Faktor Sanitasi Lingkungan yang berperan Terhadap

Pravalensi Penyakit Skabies, Studi pada Santri Pondok Pesantren Kabupaten

Lamongan. Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 2, No. 1. Juli 2005, Halaman 11-18

9. Eka Naraya Chandra. Uji Banding Efektivitas Krim Permethrin 5% dan Salep 2-4

Pada Pengobatan Skabies [Skripsi]. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas

Diponegoro Bagian Kulit dan Kelamin; 2004

Page 73: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI SALEP 2 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37902/1/FIRDA... · TUNGGAL SEBAGAI PENGOBATAN SKABIES. DI . PONDOK PESANTREN

60

10. Sharquie, dkk. Treatment of Scabies using 8% and 10% topical sulfur ointment in

regimens of application. Diakses pada tanggal 01 september 2015 dari

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22395587

11. Diaz M, Cazorla D, Acosta M. Efficacy, Safety and Acceptabilitiy of precipitated

sulphur petrolatum for topical treatment of scabies at the city of coro, Falcon State,

Venezuela. Diakses pada tanggal 01 September 2015 dari

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15776866

12. Jennifer M, Governor J. Journal Scabies Prevention and Control Manual. Michigan:

Michigan Department of Community Health; 2005

13. Anonymous. Permethrin Facts (Reregistration Eligibility Decision (RED) Fact Sheet);

U.S. Environmental Protection Agency, Office of Prevention, Pesticide and Toxic

Substances, Office of Pesticide Programs, U.S. Government Printing Office:

Wahington DC; 2006

14. Schaefer H, Redelmeier TE, Nohynek GJ, Lademann J. Pharmacokinetics and

Topical applications of drugs. Dalam: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA,

Paller AS, Leffel DJ, penyunting. Fitzpatrick’s dermatology in general medicine.

Edisi ke-8. New York: McGraw Hill; 2012. p. 2097-102

15. PERDOKSKI. Panduan Pelayanan Medis Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin.

Jakarta: Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FKUI/RSCM; 2011

16. Adhi D. Pengobatan Topikal dalam Bidang Dermatologi. Jakarta: Yayasan

Pendidikan Kedokteran Indonesia; 2010

17. Wyatt EL, Sutter SH, Drake LA. Dermatological Pharmacology. Dalam: Goodman

and Gillman’s the pharmacological basis of therapeutics. Edisi ke-10. New York:

McGraw-Hill. 2010. p. 1795

Page 74: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI SALEP 2 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37902/1/FIRDA... · TUNGGAL SEBAGAI PENGOBATAN SKABIES. DI . PONDOK PESANTREN

61

18. Dr. Gordon R Scott, Oliver Chosidow. European Guideline for the Management of

Scabies. France: Dermatology Departement; 2015

19. Anjas Asmara, Sjaiful Fahmi Daili, Tantien Noegrohowati, Ida Zubaedah. Jurnal

Vehikulum Dalam Dermatoterapi Topikal. Jakarta: Departemen Ilmu Kesehatan Kulit

dan Kelamin FKUI; 2012

20. Teichmann A, Jacobi U, Ossadnik M, Richter H, Koch S, Sterry W, et al. Differential

stripping: Determination of the amount of topically applied substances penetrated

into hair follicles. J. Invest Dermatol; 2005

21. Bergstorm KG, Strobber BE. Principles of topical therapy. Dalam: Wolff K,

Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ, penyunting. Fitzpatrick’s

dermatology in general medicine. Edisi ke-7. New York: McGraw Hill; 2008.p. 2091

22. Sudigdo Sastroasmoro, Sofyan Ismael. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis.

Edisi ke-3. Jakarta: Sagung Seto; 2007

23. M.Sopiyudin Dahlan. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam Penelitian

Kedokteran dan Kesehatan. Edisi ke-2. Jakarta: Salemba Medika; 2009

24. M. Sopiyudin Dahlan. Statistik untuk Kedokteran Kesehatan. Edisi ke-4. Jakarta:

Salemba Medika; 2009

25. Bratawidjaja. Imunologi Dasar. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia; 2007

26. Akmal, Suci Chairiya, et al. Hubungan Personal Hygiene dengan Kejadian Skabies di

Pondok Pendidikan Islam Darul Ulum, Palarik Air Pacah, Kecamatan Koto Tengah

Padang tahun 2013. Jurnal Kesehatan Andalas; 2013

27. Al Audhah, Nelly, et al. Faktor Resiko Skabies pada Siswa Pondok Pesantren (Kajian

Page 75: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI SALEP 2 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37902/1/FIRDA... · TUNGGAL SEBAGAI PENGOBATAN SKABIES. DI . PONDOK PESANTREN

62

di Pondok Darul Hijrah Kelurahan Cindai Alus Kecamatan Martapura Kabupaten

Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan). Jurnal Buski; 2012

28. Mushallina Lathifa. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Suspect Skabies pada

Santriwati Pondok Pesantren Modern Sumatra Barat Tahun 2014 [Skripsi]. Jakarta:

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta; 2014

Page 76: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI SALEP 2 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37902/1/FIRDA... · TUNGGAL SEBAGAI PENGOBATAN SKABIES. DI . PONDOK PESANTREN

63

Lampiran 1. Surat Komisi Etik

Page 77: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI SALEP 2 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37902/1/FIRDA... · TUNGGAL SEBAGAI PENGOBATAN SKABIES. DI . PONDOK PESANTREN

64

Lampiran 2. Lembar Persetujuan Responden Penelitian

Page 78: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI SALEP 2 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37902/1/FIRDA... · TUNGGAL SEBAGAI PENGOBATAN SKABIES. DI . PONDOK PESANTREN

65

Page 79: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI SALEP 2 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37902/1/FIRDA... · TUNGGAL SEBAGAI PENGOBATAN SKABIES. DI . PONDOK PESANTREN

66

;

Page 80: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI SALEP 2 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37902/1/FIRDA... · TUNGGAL SEBAGAI PENGOBATAN SKABIES. DI . PONDOK PESANTREN

67

Lampiran 3. Alat dan Bahan Penelitian

Page 81: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI SALEP 2 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37902/1/FIRDA... · TUNGGAL SEBAGAI PENGOBATAN SKABIES. DI . PONDOK PESANTREN

68

Lampiran 4. Proses Penelitian

Gambar 2. Sabun Sulfur 10%

Gambar 3. Permethrin cream 5%

Gambar 4. Loop dan senter

Gambar 1. Salep 2-4

Page 82: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI SALEP 2 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37902/1/FIRDA... · TUNGGAL SEBAGAI PENGOBATAN SKABIES. DI . PONDOK PESANTREN

69

Gambar 6. Diagnosis skabies pasien B

Gambar 7. Follow up Minggu Pertama

pasien A

Gambar 8. Follow up Minggu Pertama

pasien B

Gambar 5. Diagnosis skabies pasien A

Page 83: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI SALEP 2 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37902/1/FIRDA... · TUNGGAL SEBAGAI PENGOBATAN SKABIES. DI . PONDOK PESANTREN

70

Gambar 11. Follow up Minggu ketiga

Pasien A

Gambar 12. Follow up Minggu ketiga

Pasien B

Gambar 10. Follow up Minggu kedua

Pasien B Gambar 9. Follow up Minggu kedua

Pasien A

Page 84: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI SALEP 2 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37902/1/FIRDA... · TUNGGAL SEBAGAI PENGOBATAN SKABIES. DI . PONDOK PESANTREN

71

Gambar 14. Ruang tidur putri

Gambar 13. Tumpukan handuk dan pakaian kotor

Page 85: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI SALEP 2 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37902/1/FIRDA... · TUNGGAL SEBAGAI PENGOBATAN SKABIES. DI . PONDOK PESANTREN

72

Lampiran 5. Daftar Pengawasan Pemakaian Obat

Page 86: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI SALEP 2 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37902/1/FIRDA... · TUNGGAL SEBAGAI PENGOBATAN SKABIES. DI . PONDOK PESANTREN

73

Page 87: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI SALEP 2 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37902/1/FIRDA... · TUNGGAL SEBAGAI PENGOBATAN SKABIES. DI . PONDOK PESANTREN

74

Lampiran 6. Analisis Statistik

Kontrol Minggu Pertama

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 1,830a 1 ,176

Continuity Correctionb ,865 1 ,352

Likelihood Ratio 1,873 1 ,171

Fisher's Exact Test ,228 ,177

Linear-by-Linear

Association

1,778 1 ,182

N of Valid Cases 35

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,40.

b. Computed only for a 2x2 table

Kelompok Perlakuan * Follow Up 1 Crosstabulation

Follow Up 1 Total

sembuh tidak

sembuh

Kelompok Perlakuan

salep 2-4 dan sabun

sulfur

Count 16 2 18

% within Kelompok

Perlakuan

88,9% 11,1% 100,0

%

salep 2-4 saja

Count 12 5 17

% within Kelompok

Perlakuan

70,6% 29,4% 100,0

%

Total

Count 28 7 35

% within Kelompok

Perlakuan

80,0% 20,0% 100,0

%

Page 88: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI SALEP 2 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37902/1/FIRDA... · TUNGGAL SEBAGAI PENGOBATAN SKABIES. DI . PONDOK PESANTREN

75

Kontrol Minggu Kedua

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square ,172a 1 ,679

Continuity Correctionb ,000 1 1,000

Likelihood Ratio ,173 1 ,678

Fisher's Exact Test 1,000 ,528

Linear-by-Linear

Association

,167 1 ,683

N of Valid Cases 35

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,43.

b. Computed only for a 2x2 table

Kelompok Perlakuan * Follow Up 2 Crosstabulation

Follow Up 2 Total

sembuh tidak

sembuh

Kelompok Perlakuan

salep 2-4 dan

sabun sulfur

Count 15 3 18

% within

Kelompok

Perlakuan

83,3% 16,7% 100,0%

salep 2-4 saja

Count 15 2 17

% within

Kelompok

Perlakuan

88,2% 11,8% 100,0%

Total

Count 30 5 35

% within

Kelompok

Perlakuan

85,7% 14,3% 100,0%

Page 89: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI SALEP 2 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37902/1/FIRDA... · TUNGGAL SEBAGAI PENGOBATAN SKABIES. DI . PONDOK PESANTREN

76

Kontrol Minggu Ketiga

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square ,004a 1 ,952

Continuity Correctionb ,000 1 1,000

Likelihood Ratio ,004 1 ,952

Fisher's Exact Test 1,000 ,677

Linear-by-Linear

Association

,004 1 ,952

N of Valid Cases 35

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,94.

b. Computed only for a 2x2 table

Kelompok Perlakuan * Follow Up 3 Crosstabulation

Follow Up 3 Total

sembuh tidak

sembuh

Kelompok

Perlakuan

salep 2-4 dan sabun

sulfur

Count 16 2 18

% within Kelompok

Perlakuan

88,9% 11,1% 100,0%

salep 2-4 saja

Count 15 2 17

% within Kelompok

Perlakuan

88,2% 11,8% 100,0%

Total

Count 31 4 35

% within Kelompok

Perlakuan

88,6% 11,4% 100,0%

Page 90: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI SALEP 2 …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37902/1/FIRDA... · TUNGGAL SEBAGAI PENGOBATAN SKABIES. DI . PONDOK PESANTREN

77

Lampiran 7.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

PERSONAL DATA

Nama : Firda Fakhrena

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, Tanggal Lahir : Bekasi, 12 Juli 1994

Status : Belum Menikah

Agama : Islam

Alamat : JL. KH. Masmansyur No. 11 RT 07 RW 03, Bekasi Timur

No. Telepon/ HP : 0877-8072-9384

Email : [email protected]

RIWAYAT PENDIDIKAN

1998 - 2000 : TK Aisyiah 82, Bekasi Timur

2000 - 2006 : SD Negeri Bekasi Jaya 1

2006 - 2009 : SMP Negeri 1 Bekasi

2009 - 2012 : SMA Negeri 1 Bekasi

2012 - sekarang :Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta