14
PERBANDINGAN BAKTERI STREPTOCOCCUS PADA SWAB TONSILOFARINGITIS DENGAN DARAH COMPARISON OF STREPTOCOCCUS BACTERIA ON THE SWAB WITH BLOOD TONSILOFARINGITIS Dewi Isnaeni 1 , Rizalinda Sjahril 2 , Muh. Nasrum Massi 3 1 Fakultas Farmasi Universitas Indonesi Timur 2 Program Studi Biomedik, Jurusan Mikrobiologi, Pascasarjana Universitas Hasanuddin 3 Program Studi Biomedik Jurusan Mikrobiologi, Pascasarjana Universitas Hasanuddin Alamat Koresponden : Dewi Isnaeni Jl. Muh. Jufri Lr.3 No.7 081342554794 [email protected]

PERBANDINGAN BAKTERI STREPTOCOCCUS PADA …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/846ca0aad4f55639d05d30837aa0e264.pdf · PENDAHULUAN Faringitis dan tonsilitis sering ditemukan bersamaan

  • Upload
    dinhbao

  • View
    231

  • Download
    2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERBANDINGAN BAKTERI STREPTOCOCCUS PADA …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/846ca0aad4f55639d05d30837aa0e264.pdf · PENDAHULUAN Faringitis dan tonsilitis sering ditemukan bersamaan

PERBANDINGAN BAKTERI STREPTOCOCCUS PADA SWAB TONSILOFARINGITIS DENGAN DARAH

COMPARISON OF STREPTOCOCCUS BACTERIA ON THE SWAB WITH BLOOD TONSILOFARINGITIS

Dewi Isnaeni1, Rizalinda Sjahril2, Muh. Nasrum Massi3

1Fakultas Farmasi Universitas Indonesi Timur

2Program Studi Biomedik, Jurusan Mikrobiologi, Pascasarjana Universitas Hasanuddin 3Program Studi Biomedik Jurusan Mikrobiologi, Pascasarjana Universitas Hasanuddin

Alamat Koresponden :

Dewi Isnaeni Jl. Muh. Jufri Lr.3 No.7 081342554794 [email protected]

Page 2: PERBANDINGAN BAKTERI STREPTOCOCCUS PADA …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/846ca0aad4f55639d05d30837aa0e264.pdf · PENDAHULUAN Faringitis dan tonsilitis sering ditemukan bersamaan

Abstrak Peneltian ini bertujuan (1) Mengisolasi keberadaan bakteri Streptococcus dari penderita tonsilofaringitis, (2). Membandingkan keberadaan bakteri Streptococcus dengan cara swab dan metode kultur darah.. Penelitian ini menggunakan desain penelitian yang digunakan yaitu analitik cross sectional, jumlah sampel yang digunakan adalah 50 sampel dengan spesimen swab tonsil-faring, dan darah penderita dengan tonsilofaringitis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kultur swab dan kultur darah..Hasil penelitian diperoleh hasil kultur Streptococcus sebesar 15 sampel (30%), dan 35 (70%) negatif kultur Streptococcus .Dari Kultur darah diperoleh hasil positif 13 (32,5%) dan kultur negative sejumlah 27 (67,5%) kedua-duanya non Streptococcus..Pada penelitian ini rata-rata diperoleh nilai skor 3-5 gejala.

. Kata Kunci : Streptococcus, tonsilofaringitis, kultur.

Abstract

The study aims to: 1) Isolate the presence of the bacterium Streptococcus tonsilofaringitis patients, (2). Comparing the presence of the bacterium Streptococcus by swab and blood culture method. This study uses a research design that used the analytic cross sectional study, the number of samples used were 50 samples with tonsil-pharyngeal swab specimens, and blood of patients with tonsilofaringitis. The method used in this study is the swab culture method and blood culture. The results obtained Streptococcus culture results of 15 samples (30%), and 35 (70%) negative cultures Streptococcus. From blood cultures obtained 13 positive results (32.5%) and culture negative number of 27 (67.5%) second-both non Streptococcus .. In this study the average values obtained symptom score of 3-5. Key words: Streptococcus, tonsilofaringitis, culture

Page 3: PERBANDINGAN BAKTERI STREPTOCOCCUS PADA …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/846ca0aad4f55639d05d30837aa0e264.pdf · PENDAHULUAN Faringitis dan tonsilitis sering ditemukan bersamaan

PENDAHULUAN Faringitis dan tonsilitis sering ditemukan bersamaan. Tonsilofaringitis merupakan

peradangan yang berulang pada tonsil dan faring yang memiliki faktor predisposisi antara

lain rangsangan kronis rokok, makanan tertentu, higiene mulut yang buruk, pasien yang

biasa bernapas melalui mulut karena hidungnya tersumbat, pengaruh cuaca dan

pengobatan tonsilofaringitis sebelumnya yang tidak adekuat ( Adams, G.L. 1997).

Tonsilitis kronis merupakan kondisi di mana terjadi pembesaran tonsil disertai dengan

serangan infeksi yang berulang-ulang. Tonsillitis merupakan salah satu penyakit yang

paling umum ditemukan pada masa anak-anak. Angka kejadian tertinggi terutama antara

anak-anak dalam kelompok usia antara 5 sampai 10 tahun yang mana radang tersebut

merupakan infeksi dari berbagai jenis bakteri (Brook dan Gober, dalam Hammouda,

2009). Tonsilitis kronis merupakan penyakit yang terjadi di tenggorokan terutama terjadi

pada kelompok usia muda ( Kurien, 2000)

Pola penyakit THT (Telinga Hidung Tenggorokan) bervariasi pada tiap-tiap

negara. Banyak faktor lingkungan dan sosial diyakini bertanggung jawab terhadap

etiologi infeksi penyakit ini. Penelitian yang dilakukan di Departemen THT Islamabad-

Pakistan selama 10 tahun (Januari 1998-Desember 2007) dari 68.488 kunjungan pasien

didapati penyakit Tonsilitis Kronis merupakan penyakit yang paling banyak dijumpai

yakni sebanyak 15.067 (22%) penderita. Sementara penelitian yang dilakukan di

Malaysia pada poli THT Rumah Sakit Sarawak selama 1 tahun dijumpai 8.118 kunjungan

pasien dan jumlah penderita penyakit Tonsilitis Kronis menempati urutan keempat yakni

sebanyak 657 (8,1%) (Shah, 2007). Dalam analisa tentang kekambuhan penyakit-

penyakit kronis pada saluran nafas atas dilakukan penelitian terhadap total populasi lebih

dari 3,5 juta jiwa populasi di Amerika Serikat mendapatkan prevalensi penderita tonsilitis

kronis sebesar 15,9/1.000 penduduk. Menurut penelitian di Rusia mengenai prevalensi

dan pencegahan keluarga dengan tonsilitis kronis didapatkan data bahwa sebanyak 84

(26,3%) dari 307 ibu-ibu usia reproduktif didiagnosa tonsilitis kronis. (Awan Z,, et al, 2009)

Berdasarkan data epidemiologi penyakit THT di 7 provinsi (Indonesia) pada

tahun 1994-1996, prevalensi tonsilitis kronis 4,6% tertinggi setelah Nasofaringitis Akut

(3,8%)). Sedangkan penelitian di RSUP Dr. Hasan Sadikin pada periode April 1997

sampai dengan Maret 1998 ditemukan 1024 pasien tonsilitis kronis atau 6,75% dari

Page 4: PERBANDINGAN BAKTERI STREPTOCOCCUS PADA …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/846ca0aad4f55639d05d30837aa0e264.pdf · PENDAHULUAN Faringitis dan tonsilitis sering ditemukan bersamaan

seluruh jumlah kunjungan. Data morbiditas pada anak menurut Survey Kesehatan Rumah

Tangga (SKRT) 1995 pola penyakit anak laki-laki dan perempuan umur 5-14 tahun yang

paling sering terjadi, tonsilitis kronis menempati urutan kelima (10,5 persen pada laki-

laki, 13,7 persen pada perempuan) (Hannaford PC, et al, 2005).

Tonsil dan adenoid merupakan salah satu organ pertahanan tubuh utama yang

terdapat pada saluran napas atas. Sistem pertahanan tubuh ini akan berfungsi sebagai

imunitas lokal untuk menghasilkan antibodi yang akan melawan infeksi yang terjadi baik

akut atau kronik, terbentuknya antigen disebabkan rangsangan bakteri, virus, infeksi serta

iritasi lingkungan terhadap tonsil dan adenoid. Jika terjadi infeksi akan menyebabkan

terjadinya tonsillitis yaitu radang tonsil palatina yang dapat juga disertai dengan

peradangan pada faring. Radang ini dapat disebabkan oleh infeksi grup A Streptococcuus

β hemolitikus, Pneumokokus, Staphylococcus dan Haemofilus influenza, biasanya menyerang anak

pra sekolah sampai dewasa, dapat tmengakibatkan komplikasi seperti peritonsilar abses,

parafaring abses, demam rematik dan glomerulonefritis akut dan radang katup jantung

(Brodsky L, Poje C. 2006 )

Pemeriksaan laboratorium sangat penting pada penderita dengan demam

tonsilofaringitis yang bertujuan agar bisa mengetahui proses perjalanan suatu penyakit

dan letak infeksi penyebab suatu penyakit.. Maka dengan proses tersebut tenaga medis

dapat menentukan obat dan terapi yang tepat sehingga penderita dengan demam

tonsilofaringitis kronis tidak sampai mengalami tosilektomi dan meninggal.

Berdasarkan hal tersebut di atas dan mengingat pentingnya efisiensi waktu dalam

pemeriksaan penyakit dengan demam tonsilofaringitis sehingga tidak menjadi kronis

maka perlu dikembangkan suatu metode yang cepat dan aman dan menjadi gold standar

yaitu metode kultur untuk mendeteksi keberadaan bakteri Streptococcus pada penderita

tonsilofaringitis secara cepat dan dini.Tujuan dari penelitian ini Mengisolasi keberadaan

bakteri Streptococcus dari penderita tonsilofaringitis Apakah bakteri Streptococcus

dengan cara swab dan kultur darah.Membandingkan keberadaan bakteri Streptococcus

dengan cara swab dan metode kultur darah.

Page 5: PERBANDINGAN BAKTERI STREPTOCOCCUS PADA …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/846ca0aad4f55639d05d30837aa0e264.pdf · PENDAHULUAN Faringitis dan tonsilitis sering ditemukan bersamaan

BAHAN DAN METODE

Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan suatu penelitian analitik cross sectional untuk mengisolasi dan

menigidentifikasi Streptococcus pada penderita dengan tonsilofaringitis dengan metode

swab tonsil-faring dan kultur darah.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Juli 2012. Lokasi penelitian dilakukan di

Rumah Sakit Pendidikan UNHAS Lt.6.

Populasi dan Sampel

Populasi penelitian adalah pasien penderita tonsilofaringitis di Puskesmas Kassi-

Kassi kota Makassar. Sampel penelitian ini adalah sampel swab tonsil-faring dan darah

sebanyak 50 sampel. Sampel adalah seluruh populasi terjangkau yang memenuhi kriteria

penelitian. Cara pemilihan sampel pada penelitian ini adalah Consecutive Sampling, yaitu

semua sampel swab tonsil-faring dan darah yang memenuhi kriteria pemilihan

dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah sampel yang diperlukan terpenuhi.

HASIL

Berdasarkan table 1. hasil kultur darah didapatkan data bahwa terdapat mikroba

yang tumbuh pada medium sejumlah 13(32.5%) dengan jenis mikroorganisme berupa

Staphyllococcus aureus dan Staphyllococcus epidermidis (data mikroorganisme dapat

dilihat pada lampiran 2), sedangkan yang tidak tumbuh sebanyak 27(67,5%)

Hasil kultur tonsil-faring didperoleh data bahwa mikroba yang tumbuh pada medium

NA sejumlah 49 dengan pengklasifikasian jenis Streptococcus yang tumnbuh sejumlah

15 (30%) dan yang Non Streptococcus yang tumbuh sejumlah 34 (68%) (data

mikroorganisme dapat dilihat pada lampiran 2).

Dari histogram di atas dapat dibaca bahwa pasien penderita dengan demam

tonsilofaringitis yang datang berobat ke puskesmas Kassi-Kassi Kota Makassar periode

Mei-Juli pada tingkat usia 1-5 tahun sebanyak 7 orang (14%), usia 6-10 tahun sebanyak

17 orang (34%), usia 11-15 tahun sebanyak 12 orang (24%), dan usia > 15 tahun

Page 6: PERBANDINGAN BAKTERI STREPTOCOCCUS PADA …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/846ca0aad4f55639d05d30837aa0e264.pdf · PENDAHULUAN Faringitis dan tonsilitis sering ditemukan bersamaan

sebanyak 14 orang (28%). Hal ini membuktikan bahwa penderita dengan demam

tonsilofaringitis umumnya diderita pada anak-anak usia ≤ 15 tahun.

Untuk lebih meyakinkan bahwa koloni tersebut merupakan isolat Streptococcus

dilakukan penanaman pada medium Blood Agar. Pada hasil kultur Streptococcus pada

medium Blood Agar Domba diperoleh karakteristik Streptococcus berupa Streptococcus

α-hemolitik sebanyak 5 isolat dan golongan Streptococcus β-hemolitik sebanyak 10

isolat

Golongan Streptococcus α-hemolitik ini mmenyebabkan hemolisis tidak

sempurna pada eritrosit medium di sekitar koloni sehingga dihasilkan hemoglobin yang

menyebabkan daerah sekitar koloni berwarna kehijauan. Sedangkan Streptococcus β-

hemolitik menyebabkan hemolisis sempurna pada eritrosit medium di sekitar koloni

sehingga dihasilkan hemoglobin yang menyebabkan derah sekitar koloni berwarna

kuning.

Dilakukan pula pengamatan mikroskopik Streptococcus dengan melakukan

pewarnaa Gram pada salah satu sampel sampel tonsil-faring yang menunjukkan rantai

bulat pendek.

PEMBAHASAN

Penelitian ini adalah mengisolasi Streptococcus pada penderita tonsilofaringitis

dengan metode swab dan kultur darah bertujuan untuk Mengisolasi keberadaan bakteri

Streptococcus dari penderita tonsilofaringitis dengan cara swab dan kultur darah. dan

membandingkan keberadaan bakteri Streptococcus dengan cara swab dan metode kultur

darah. dengan gejala klinis berdasarkan Mc Isaac yaitu demam ≥38OC, tidak batuk,

eksudat pada tonsil, kelenjar leher anterior bengkak dan nyeri, umur < 15 tahun. Selain

itu terdapat pemeriksaan fisik berupa hiperemis, dan pus, Sampel berjumlah 50 yang

terdiri dari pasien anak-anak dan dewasa yang diisolasi dari swab tonsil-faring dan darah

vena.. Sampel diperoleh dari Puskesmas Kassi-Kassi Makasaar.

Penelitian ini menggunakan 50 sampel yang terdiri dari pasien anak-anak usia 1-

15 tahun dan dewasa usia 15 tahun ke atas yang diperoleh dari Puskesmas Kassi-Kassi

Makassar. Sampel berupa swab tonsil-faring dan darah. Pada penelitian ini dilakukan

Page 7: PERBANDINGAN BAKTERI STREPTOCOCCUS PADA …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/846ca0aad4f55639d05d30837aa0e264.pdf · PENDAHULUAN Faringitis dan tonsilitis sering ditemukan bersamaan

pemeriksaan kultur swab tonsil-faring, kultur darah dan pemeriksaan mikroskopik yaitu

pewarnaan Gram.

Berdasarkan hasil kultur darah didapatkan data bahwa terdapat mikroba yang

tumbuh pada medium bactec sejumlah 13(32,5%) dengan jenis mikroorganisme berupa

Staphyllococcus aureus dan Staphyllococcus epidermidis (data mikroorganismenya dapat

dilihat pada lampiran 2), sedangkan yang tidak tumbuh pada medium bactec sebanyak 27

(67,5%).

Hasil kultur tonsil-faring didperoleh data bahwa mikroba yang tumbuh pada medium NA

sejumlah 49 (98%) dengan pengklasifikasian jenis Streptococcus yang tumbuh sejumlah

15(30%) dan yang Non Streptococcus yang tumbuh sejumlah 34 (68%) (data

mikroorganisme dapat dilihat pada lampiran 2).

Kultur darah dilakukan hanya pada pasien dengan demam ≥ 38oC dengan maksud

apakah pada penderita dengan demam tonsilofaringitis infeksi sudah mencapai aliran

darah makanya perlu dilakukan kultur dua kali yaitu kultur tonsil-faring dan kultur darah

pada. Dari hasil pemeriksaan kultur dua kali didapatkan 5 yang positif pada kultur darah

dengan mikrobanya berupa Staphyllococcus epidermidis dan positif Streptococcus dari

sampel tonsil-faring.

Dari 50 sampel yang diperoleh terdapat 36 (72%) pasien anak-anak dan 14 (28%)

pasien dewasa. Menurut criteria Centor modifikasi Mc Isaac, dimana untuk penderita

tonsilofaringitis umumnya ana-anak pada usia < 15 tahun. Dari kultur tonsil-faring

didapatkan 15 positif Streptococcus yang didapatkan umumnya dari pasien anak-anak (10

orang) dan selebihnya pasien dewasa (5 orang).

Dari hasil perhitungan scoring berdasarkan skor Centor modifikasi Mc Isaac dari

sampel positif Streptococcus pada kultur tonsil-faring didapatkan skor gejala klinis

penderita tonsilofaringitis seluruhnya memiliki skor gejala 3-5 yang terdiri dari pasien

anak sejumlah 10 (67%) dan dewasa sejumlah 5 (33%)antara 3-5.

Dari keselruhan sampel diperoleh skor 5 gejala 9 pasien (18%) yang diderita

kelompok usia ≤ 15 tahun sebanyak 6 orang (88,9%), skor 4 gejala 33 pasien (66%)ang

diderita kelompok usia ≤ 15 sebanyak 24 orang (72,72%), skor 3 gejala sejumlah 7 pasien

Page 8: PERBANDINGAN BAKTERI STREPTOCOCCUS PADA …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/846ca0aad4f55639d05d30837aa0e264.pdf · PENDAHULUAN Faringitis dan tonsilitis sering ditemukan bersamaan

(14%) yang diderita oleh kelompok usia ≤ 15 sejumlah 4 orang (8%) yang derita oleh

kelompok usia≤ 15 sejumlah 4 orang (57,14%), sedangkan skor 2 gejala hanya I pasien

(2%) yaitu pada pasien usia > 15 tahun.

Menurut Brodsky, l et al (1991). Bila terdapat > 3 gejala kemungkinanbesar

adalah infeksi oleh Streptococcus β-hemolitik grup A sehingga memerlukan pengobatan

antibiotik. Sedangkan skor 2-3 gejala memerlukan pemeriksaan lanjut apakah infeksi

oleh Streptococcus β-hemolitik grup A, dan jika skor kurang dari 2 gejala, umumnya

disebabkan oleh infeksi virus.

Berdasarkan kriteria Centor modifikasi Mc Isaac pada pasien dengan demam

tonsilofaringitis yang positif Streptococcus diperoleh data score rata-rata >2 yang berarti

bahwa infeksi ini disebabkan oleh bakteri khususnya Streptococcus dan untuk tindakan

lebih lanjut harus segera diberi antibiotik, jika tidak penyakit ini akan kronis dan dapat

tmengakibatkan komplikasi seperti peritonsilar abses, parafaring abses, demam rematik

dan glomerulonefritis akut dan radang katup jantung (Brodsky L, Poje C. 2006 )

Berdasarkan hasil diagnosis dari pemeriksaan kultur tonsil-faring pada medium

Agar Darah didapatkan sifat hemolisis dari Streptococcus dari keseluruhan sampel

positif yaitu bersifat Streptococcus α-hemolisis dan Streptococcus β-hemolitik

Streptococcus golongan α-hemolisis menyebabkan hemolisis tidak sempurna pada

eritrosit medium di sekitar koloni sehingga dihasilkan hemoglobin yang menyebabkan

daerah sekitar koloni berwarna kehijauan sedangkan Streptococcus β-hemolitik

menyebabkan hemolisis sempurna pada eritrosit medium di sekitar koloni sehingga

dihasilkan hemoglobin yang menyebabkan derah sekitar koloni berwarna kuning.

(Madjid, Baedah, 2001).

Menurut Jawetz,J.L. et al, 1986, penyajit tonsilofaringitis disebabkan oleh jenis

Streptococcus β-hemolitik adalah bakteri pathogen utama pada manusia dikaitkan dengan

invasi lokal atau sistemik dan gangguan immunologi pasca infeksi oleh Streptococcus.

Berdasarkan hasil pemeriksaan secara mikroskopik melalui preparat langsung

dengan pewarnaan Gram, pada preparat ini diperlihatkan morfologi, cara berkelompok

dan sifat pewarnaan dari bakteri Streptococcus yang berwarna biru yang tersusun seperti

manik-manik dan bersifat Gram positif.

Page 9: PERBANDINGAN BAKTERI STREPTOCOCCUS PADA …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/846ca0aad4f55639d05d30837aa0e264.pdf · PENDAHULUAN Faringitis dan tonsilitis sering ditemukan bersamaan

Dari keseluruhan sampel penelitian ini dengan menggunakan kultur darah

mendapatkan hasil yang lebih akurat dan lebih cepat (1-4 hari), kultur tonsilfaring

dengan cara konvensional membutuhkan waktu sekitar 4-5 hari karena butuh

pemeriksaan lanjutan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil kultur Streptococcus diperoleh sebesar 15 sampel (30%), dan 35

(70%) negatif kultur Streptococcus. Dari Kultur darah diperoleh hasil positif 13 (32,5%)

dan kultur negative sejumlah 27 (67,5%) kedua-duanya non Streptococcus. Pada

penelitian ini rata-rata diperoleh nilai skor 3-5 gejala.

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk tes RADT (Rapid Antigen Detection

Test) pada sampel serum pada penderita dengan demam tonsilofaringitis.

DAFTAR PUSTAKA

Adam, GL, (1997). Penyakit-Penyakit Nasofaring dan Orofaring dalam Harjanto E dkk (ed) Boies Buku Ajar Penyakit THT, edisi ke 6, Penerbit Buku Kedokteran EGC;Jakarta.

Awan Z Husain A, Bashir H, (2009),Statistical Analysis or Ear, Nose, and Throat (ENT) Disease in Paedi≤ 15 atric Population at PIMS Islamabad: 10 Years Experience. JournalMedical Scient. 2009 Vol.17, No.2. p. 92-4.

Broodsky. L, Poje C. (2006) , Tonsilitis, Tonsillectomy, and Adenoidectomy. In: Bailey, Johnson JT editors, Head and Neck Surgery Otolaryngology, Lippincott Williams andWilkins, Philadelpia. p.1183-98. Brooks GF, Butel JS, Morse SA. (2005), Patogenesis Infeksi Bakteri, Dalam : Jawetz, Menick, & Adelberg’s Mikrobiologi Kedokteran. 22nd Ed

Terjemahan Bonang G. Jakarta: EGC;2005.h.205-22.

Hannaford PC, Simpson JA, Dav, is A, McKerrow W, Mills R. , (2005) The Prevalence of EarNose and Throat Problems in the Community: Result from a National Cross-SectionalPostal Survey in Scotland. Fampra Oxfort Journals .. 22: 227-3

Page 10: PERBANDINGAN BAKTERI STREPTOCOCCUS PADA …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/846ca0aad4f55639d05d30837aa0e264.pdf · PENDAHULUAN Faringitis dan tonsilitis sering ditemukan bersamaan

Jawetz, J.L. et al.(1986) Mikrobiologi Untuk Profesi Kesehatan, Edisi 16. EGC Penerbit Buku Kedokteran; Jakarta .

Jawetz, J.L. et al.(2008) Mikrobiologi Untuk Profesi Kesehatan, Edisi 23 Penerbit Buku Kedokteran, EGC; Jakarta.

Kurien,M,( 2000), Throat Swab in the Chronic Tonsillitis: How Reliable and Valid is it?, Department of ENT Speech & Hearing, Microbiology, Medicine and Clinical Epidemiology Christian Medical College &

Hospital Vellore, Tamilnadu 632004 India, Singapore Med J 2000 Vol 41(7):324-326.

Madjid, Baedah, (2002), Mikrobiologi, , Bagian Mikrobiologi Fak Kedokteran UNHAS. 2002.

Shah, M. Atif Imran, (2007), Tonsillectomy;Quality-Of-Life Improvement In

School Going Children, ENT Specialist PAF Hospital Rafiqui, Shorkot, Pakistan, Professional Med J Sep 2007; 14(3): 491-495

Page 11: PERBANDINGAN BAKTERI STREPTOCOCCUS PADA …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/846ca0aad4f55639d05d30837aa0e264.pdf · PENDAHULUAN Faringitis dan tonsilitis sering ditemukan bersamaan

Tabel 1. Perbandingant isolasi Streptococcus dari sampel tonsil-faring dan kultur darah

(N=50).

Kultur Tumbuh ≠ tumbuh Total

Darah 13 (32,5%) 27(67,5%) 40(100%)

Tonsil-

faring

Streptococcus 15(30%) 1(2%) 50(100%)

Non Streptococcus 34 (68%)

Gambar . Histogram distribusi pasien tonsilofaringitis menurut usia

Gambar Streptococcus α-hemolitik daerah sekitar koloni berwarna hijau

0

5

10

15

20

1-5 tahun 6-10 tahun 11-15 tahun > 15 tahun

Page 12: PERBANDINGAN BAKTERI STREPTOCOCCUS PADA …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/846ca0aad4f55639d05d30837aa0e264.pdf · PENDAHULUAN Faringitis dan tonsilitis sering ditemukan bersamaan

Gambar Streptococcus β-hemolitik , daerah sekitar koloni

berwarna kekuningan

Gambar Pewarnaan Gram dari Streptococcus memperlihatkan Kokkus Gram Positif yang nampak berwarna biru

Page 13: PERBANDINGAN BAKTERI STREPTOCOCCUS PADA …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/846ca0aad4f55639d05d30837aa0e264.pdf · PENDAHULUAN Faringitis dan tonsilitis sering ditemukan bersamaan

Hasil Pemeriksaan mikroba sampel apusan tenggorok dan sampel darah

No KODE JK Umur (thn)

Kultur Swab Kultur Darah (bactec) Suhu tubuh(oC)

Score

1 A1 P 10 Klebsiella pneomoniae Staphylococcus epidermidis

38,4 5

2 A2 P 12 Proteus vulgaris Neg 38.5 4 3 A3 P 14 Proteus vulgaris Neg 38 4 4 A4 L 16 Negatif Staphylococcus

aureus 39,9 4

5 A5 P 2.3 Klebsiella pneomoniae Neg 38,3 4 6 A6 P 29 Staphylococcus

epidermidis Neg 38 4

7 A7 L 12 Streptococcus sp Neg 38,4 4 8 A8 P 4,11 Streptococcus sp Staphylococcus

epidermidis 38 4

9 A9 L 8 Proteus vulgaris Staphylococcus epidermidis

38,2 4

10 A10 L 4 Enterobacter Neg 38 4 11 A11 P 19 Streptococcus sp Neg 38 5 12 A12 L 63 Klebsiella pneomoniae Neg 38 3 13 A13 P 4,6 Proteus vulgaris Neg 38 4 14 A14 P 8 Enterobacter Staphylococcus

aureus 38,6 4

15 A15 P 7 Enterobacter Staphylococcus aureus

38,5 4

16 A16 L 11 Proteus vulgaris Staphylococcus epidermidis

38,4 4

17 A17 L 8 Proteus vulgaris Neg 38,4 5 18 A18 L 9 Enterobacter Neg 38 5 19 A19 L 5 Proteus vulgaris Neg 38,2 4 20 A20 P 47 Enterobacter

aglumerans Neg 38,3 2

21 A21 P 8 Proteus vulgaris Neg 38 5 22 A22 P 19 Proteus vulgaris Neg 38.2 4 23 A23 P 13 Proteus vulgaris Neg 39 4 24 A24 P 6 Proteus vulgaris Neg 38,5 4 25 A25 L `11 Streptococcus sp Staphylococcus

epidermidis 39 5

26 A26 L 17 Streptococcus sp Neg 38,7 4 27 A27 P ,6 Klebsiella pneomoniae Neg 38 4 28 A28 P 23 Klebsiella pneomoniae Neg 38 4 29 A29 P 9 Streptococcus sp Neg 38.5 3 30 A30 L 9 Alcaligenes faecalis Staphylococcus

aureus 39,8 3

31 A31 P 16 Streptococcus s ≠ Bactec 37,3 4 32 A32 L 3,8 Klebsiella pneomoniae Neg 38 4 33 A33 L 6 Proteus vulgaris ≠ Bactec 37 3 34 A34 P 6,2 Enterobacter Neg 38 3 35 A36 L 1,10 Enterobacter Neg 38,4 4 36 A38 P 40 Streptococcus s ≠ Bactec 37 3 37 A41 L 15 Streptococcus s ≠ Bactec 37 4

Page 14: PERBANDINGAN BAKTERI STREPTOCOCCUS PADA …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/846ca0aad4f55639d05d30837aa0e264.pdf · PENDAHULUAN Faringitis dan tonsilitis sering ditemukan bersamaan

38 A44 P 18 Klebsiella pneomoniae ≠ Bactec 37,5 3 39 A45 P 17 Streptococcus s Staphylococcus

epidermidis 38,5 4

40 A49 P 7 Klebsiella pneomoniae ≠ Bactec 37 4 41 A53 P 11 Klebsiella pneomoniae ≠ Bactec 37.4 4 42 A54 P 11 Streptococcus s ≠ Bactec 37 4 43 A55 L 9 Streptococcus s ≠ Bactec 37,5 4 44 A57 L 7 Klebsiella pneomoniae ≠ Bactec 37,3 4 45 A60 P 34 Enterobacter hapniae Staphylococcus

epidermidis 38,6 4

46 A61 P 13 Providencia alkalifaciens

Neg 38,6 4

47 A64 P 12 Streptococcus s Staphylococcus epidermidis

38 5

48 A65 P 10 Streptococcus s Staphylococcus epidermidis

38,3 5

49 A66 L 11 Streptococcus s Neg 38,3 5 50 A68 P 2 Klebsiella Sp Neg 38 4

. Hasil Isolasi Streptococcus pada medium Blood Agar.

No Kode JK Umur (tahun) Kultur Swab tonsil-faring pd medium Blood Agar

1 A7 L 12 Streptococcus α-hemolitik

2 A8 P 4,11 Streptococcus β-hemolitik

3 A11 P 19 Streptococcus β-hemolitik

4 A25 L 11 Streptococcus α-hemolitik

5 A26 L 17 Streptococcus β-hemolitik

6 A29 P 9 Streptococcus β-hemolitik

7 A31 P 16 Streptococcus α -hemolitik

8 A38 P 40 Streptococcus β-hemolitik

9 A41 L 15 Streptococcus β-hemolitik

10 A45 P 17 Streptococcus α-hemolitik

11 A54 P 11 Streptococcus β-hemolitik

12 A55 L 9 Streptococcus β-hemolitik

13 A64 P 12 Streptococcus α-hemolitik

14 A65 P 10 Streptococcus β-hemolitik

15 A66 L 11 Streptococcus β-hemolitik