Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Repository Tugas Akhir Arsitektur No.14 | Vol. V
© Prodi Arsitektur Itenas Oktober 2020
Repository Tugas Akhir Arsitektur – 1
Perancangan Museum Fur Fossil Parahyangan Nieuwe
Stadt dengan Pendekatan Konsep Art Deco
Teddy Maulani Mulyawan
Jurusan Arsitektur, Fakultas Arsitektur dan Desain, Itenas, Bandung
Email: [email protected]
ABSTRAK
Kota Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang berstatus sebagai Ibu Kota Provinsi Jawa
Barat yang sering kali dijadikan sebagai kota destinasi untuk berwisata masyarakat Indonesia, bahkan
wisatawan mancanegara pun sering kali memilih Kota Bandung sebagai destinasi untuk beriwasata, selain
sebagai pusat berwisata, Kota Bandung pun juga mempunyai banyak sekali bangunan peninggalan-
peninggalan sejarah yang masih berdiri kokoh dari masa penjajahan Belanda yang saat ini bangunannya
banyak dialihfungsikan menjadi bermacam-macam jenis fungsi bangunan salah satunya museum. Pada
era modern ini peran museum di Kota Bandung kurang diminati oleh masyarakat, karena masyarakat pada
era modern untuk saat ini berfikir museum adalah tempat destinasi yang kurang tepat untuk mengisi waktu
senggang atau masa libur. Melihat fenomena yang terjadi pada saat ini tidak sedikit dari masyarakat
Indonesia yang kurang akan kesadaran dan kepedulian terhadap melestarikan pengetahuan maupun
benda-benda museum karena museum pada saat ini belum memiliki daya tarik yang menjadikan museum
sebagai destinasi utama untuk dikunjungi dalam waktu senggang atau masa libur. Mengusung konsep Art
Deco pada perancangan museum ini diharapkan dapat mempresentasikan bangunan museum sebagai
tempatnya peninggalan sejarah pada zaman dahulu, dilihat dari gaya bangunan dan fungsi bangunan
keduanya sama-sama patut dilestarikan dan diperkenalkan pada masyarakat agar bisa mengenal dan
memahami bahwa Indonesia memiliki banyak peninggalan sejarah yang menarik.
Kata kunci: Art deco, bangunan colonial, museum
ABSTRACT
Bandung City is one of the cities in Indonesia which has the status as the capital city of West Java Province
which is often used as a destination city for Indonesian people to travel, even foreign tourists often choose
Bandung as a destination for sightseeing, apart from being a tourist center, The city of Bandung also has
a lot of historical heritage buildings that are still standing strong from the Dutch colonial period which are
currently being converted into various types of building functions, one of which is a museum. In this modern
era, the role of museums in Bandung is less attractive to the public, because people in the modern era
consider museums to be inappropriate destinations to fill their spare time or vacation. Seeing the current
phenomenon, not a few Indonesians lack concern and concern for the preservation of knowledge and
museum objects because museums currently do not have the charm that makes museums the main
destination to visit on leisure and on holidays. Carrying the Art Deco concept is expected to present the
museum building as a place for historical relics in ancient times, judging from the building style and
function of the building must be preserved and introduced to the public in order to recognize and
understand that Indonesia has many interesting historical heritages.
Keywords: Art deco, colonial building, museum
Teddy Maulani Mulyawan
Repository Jurnal Tugas Akhir Arsitektur – 2
1. PENDAHULUAN
Kota Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang berstatus sebagai Ibu Kota Provinsi Jawa
Barat yang sering dijadikan sebagai kota destinasi untuk berwisata masyarakat Indonesia, selain itu Kota
Bandung juga mempunyai banyak bangunan peninggalan-peninggalan sejarah pada masa penjajahan
Belanda yang saat ini banyak dialihfungsikan menjadi bermacam-macam jenis fungsi bangunan salah
satunya museum.
Peran museum di Kota Bandung saat ini kurang diminati oleh masyarakat, masyarakat berpikir untuk
saat ini museum adalah tempat destinasi dengan pilihan terakhir, karena hanya sebagian orang yang
berpikiran bahwa museum kurang cocok untuk dijadikan destinasi berlibur yang tepat. Ada beberapa
faktor yang mungkin menjadi permasalahan, misalnya daya tarik dari bangunan museum itu sendiri
kurang menarik ataupun fasilitas-fasilitas pada museum itu sendiri kurang baik yang menjadikan
masyarakat berfikir kembali alasan museum sebagai destinasi untuk berlibur dalam waktu senggang. Dengan melihat fenomena yang terjadi pada saat ini berdampak pada khususnya masyarakat Indonesia
yang kurang akan kesadaran dan kepedulian terhadap peran museum.
Maka dari itu dengan mengusung konsep Art Deco diharapkan konsep dan fungsi bangunan dapat
mempresentasikan bangunan museum sebagai tempatnya peninggalan sejarah pada zaman dahulu,
karena dilihat dari gaya bangunan dan fungsi bangunan keduanya sama-sama patut dilestarikan dan
diperkenalkan pada masyarakat agar bisa mengenal dan memahami bahwa Indonesia memiliki banyak
peninggalan sejarah yang menarik.
2. EKSPLORASI DAN PROSES RANCANGAN
2.1 Definisi Proyek
Pengertian museum menurut para Ahli dan Peraturan Pemerintahan :
1) Menurut Douglas A. Allan (ahli geologi & seorang kurator), museum adalah sebuah gedung
yang didalamnya menyimpan kumpulan benda-benda untuk penelitian studi dan kesenangan.
(Douglas A. Allan, 1957) [1]
2) Menurut PP No.19 tahun 1995 pasal 1 ayat 1, museum adalah lembaga, tempat penyimpanan,
perawatan, pengamanan, dan pemanfaatan benda-benda bukti materiil hasil budaya manusia
serta alam dan lingkungannya guna menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan
budaya bangsa [2]
3) Menurut A. C. Parker (ahli permuseuman Amerika) museum adalah sebuah lembaga yang
secara aktif menjelaskan dunia, manusia dan alam [3]
4) Menurut International Council of Museums (ICOM), museum adalah sebuah lembaga yang
bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat dan perkembangannya, dengan
sifat terbuka dengan cara melakukan usaha pengoleksian, mengonservasi, meriset,
mengomunikasikan, dan memamerkan benda nyata kepada masyarakat untuk kebutuhan studi,
pendidikan, dan kesenangan [4]
Museum Fur Fossil Parahyangan Nieuwe Stadt adalah sebuah bangunan sebagai wadah fasilitas benda
bersejarah dan didalamnya memberikan ilmu-ilmu tentang pengetahuan sejarah fosil-fosil dengan tujuan
sebagai sarana pendidikan dan juga sarana rekreasi agar merefresh pikiran kita tentang kekayaan sumber
daya alam. “Museum Fur Fossil” sendiri diambil dari Bahasa belanda yang berarti Museum Fosil, lalu
arti dari “Parahyangan Nieuwe Stadt” adalah Kota Baru Parahyangan yang sama diambil dari Bahasa
belanda. Maka dari itu judul proyek dengan pendekatan konsep bangunan kolonial art deco diharapkan
dapat mempresentasikan zaman prasejarah di lokasi site yang berada di Kota Baru Parahyangan.
Perancangan Museum Fur Fossil Parahyangan Nieuwe Stadt Dengan Pendekatan Art Deco
Repository Tugas Akhir Arsitektur - 3
2.2 Lokasi Proyek
Tapak berada di wilayah Bandung Barat tepatnya di jalan Raya Padalarang, Padalarang. Kab. Bandung
Barat. Keadaan tapak merupakan lahan yang belum terbangun. Akses memasuk tapak yaitu melalui
jalan Raya Padalang. Area tapak berada pada belokan yang berdekatan dengan museum PUSPA IPTEK.
Keadaan topografi tapak cukup datar yang berbeda dengan sisi timur tapak yang merupakan lahan
berkontur dengan ketinggian 1 m dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1. Lokasi Tapak
2.3 Definisi Tema
Berakar dari perencanaan sebuah museum dengan melakukan metoda pendekatan konsep bangunan
kolonial, karena museum yang direncanakan berhubungan dengan fosil jaman purba kala, maka Art
Deco merupakan tema konsep yang muncul karena adanya pemikiran bahwa konsep bangunan Art Deco
dapat mempresentasikan sebuah museum yang menerbitkan hasil-hasil penelitian tentang fosil-fosil
karena keduanya memiliki unsur-unsur peninggalan pada zaman dahulu yang wajib dilestarikan.
Tema yang digunakan pada perancangan museum fur fossil parahyangan nieuwe stadt adalah Nieuwe
Bouwen. Dimana Nieuwe Bouwen ini memiliki gaya bangunan kolonial art deco namun mengalami
campuran arsitektur tradisional Indonesia yang lebih memperhatikan penataan ruang yang jelas, terlihat
baru, bersih dan sederhana dengan massa bangunan kubus atau tabung.
2.4 Elaborasi Tema
Tema yang diangkat dalam perancangan Museum Fur Fossil Parahyangan Nieuwe Stadt ini adalah Art
Deco. Istilah art deco muncul setelah perang dunia 1, para ahli dari art deco menganggap bahwa art
deco merupakan gabungan dari beberapa jenis gaya yang populer di abad 20. Art deco banyak diterapkan
dalam berbagai bidang, seperti fashion, lukisan, seni grafis maupun eksterior dan interior bangunan.[5]
Dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Elaborasi Tema
Teddy Maulani Mulyawan
Repository Jurnal Tugas Akhir Arsitektur – 4
3. HASIL RANCANGAN
3.1 Zoning Dalam Tapak
Pada area site terdapat tiga zona bangunan yang dibagi berdasarkan jenis pelaku dengan kegiatannya
yaitu zona pengguna publik yang terdiri dari hall, atm center, foodcourt, galeri buku, klinik, toko
souvenir dan amphitheater yang dapat digunakan oleh pengunjung museum maupun tamu (pengguna
bukan pengunjung museum). Zona pengguna semi publik yang terdiri dari lobby museum, ruang
tiketing, ruang penitipan barang, dan area pamer yang dapat digunakan oleh pengunjung museum dan
tamu penting; zona pengguna privat yang terdiri dari auditorium, gudang, loker pegawai dapat dilihat
pada gambar 2.
Gambar 2. Zoning Tapak
Perancangan Museum Fur Fossil Parahyangan Nieuwe Stadt Dengan Pendekatan Art Deco
Repository Tugas Akhir Arsitektur - 5
3.2 Sirkulasi Dalam Tapak
Sirkulasi utama kendaraan dan servis berada di pintu masuk dari arah utara tapak yaitu di jalan Raya
Padalarang yang kemudian di bagi kedua arah antara kendaraan pengunjung dan kendaraan servis.
Sirkulasi pejalan kaki dan pengguna angkutan umum melalui arah barat site yaitu berada di jalan Raya
Padalarang. Sirkulasi tersebut direncanakan sedemikian rupa agar tidak terjadi cross circulation antar
kendaraan.
Gambar 3. Sirkulasi dalam Tapak
Penempatan area parkir pengunjung berada di bagian selatan site tepatnya berada di dekat pintu keluar
agar mempermudah akses karena melewati area drop off terlebih dahulu sebelum parkir lalu keluar
menuju jalan Raya Padalarang. Untuk tempat parkir servis berada di arah utara bangunan, berada dekat
dengan bangunan utilitas agar memudahkan aksebilitas karena lebih dekat dapat dilihat pada gambar 3.
3.4 Zoning Dalam Bangunan Museum Fur Fossil Parahyangan Nieuwe Stadt
Pembagian zona dalam bangunan museum ini dibagi menjadi empat zona yang diantaranya: Zona
publik, zona semi – publik, zona servis, dan zona privat. Pengelompokan zona ini dibedakan dengan
keterangan warna yang berbeda – beda tiap jenis zonanya. Zona publik ditandai dengan warna kuning,
zona semi publik ditandai dengan warna biru, zona privat ditandai dengan warna merah, dan zona servis
ditandai dengan warna hijau dapat dilihat pada gambar 4.
Gambar 4. Zoning dalam Bangunan Lantai 1
Kendaraan
pengunjung
Kendaraan
servis
Pejalan kaki
& Pengguna
angkutan umum
Teddy Maulani Mulyawan
Repository Jurnal Tugas Akhir Arsitektur – 6
Pada lantai kedua ditempatkan fasilitas yang bersifat semi-publik yaitu area pamer dan akses tangga,
dan fasilitas yang bersifat privat berupa fasilitas kantor pengelola museum, ruang rapat, toilet, dan
mushola dapat dilihat pada gambar 5.
Gambar 5. Zoning dalam Bangunan Lantai 2
3.5 Fasad Bangunan Museum Fur Fossil Parahyangan Nieuwe Stadt
Desain fasad Museum Fur Fossil Parahyangan Nieuwe Stadt ini dipengaruhi oleh analisa fungsi
bangunan yang langsung berkaitan dengan tema bangunan yaitu Arsitektur Art Deco-Nieuwe Bouwen.
Fasad utama dihadapkan ke arah selatan sebagaimana hasil dari analisa tapak terkait orientasi matahari
terhadap lokasi tapak dan fasad yang lainnya dihadapkan ke arah utara sehingga kedua tampak muka
bangunan ini terhindar dari sinar matahari timur dan barat dapat dilihat pada gambar 6.
Gambar 6.
Tampak Depan Bangunan Museum fur fossil parahyangan nieuwe stadt dari arah selatan
Perancangan Museum Fur Fossil Parahyangan Nieuwe Stadt Dengan Pendekatan Art Deco
Repository Tugas Akhir Arsitektur - 7
Pada fasad yang menghadap ke arah timur dan barat di desain lebih didominasi oleh dinding masif tanpa
bukaan terlalu banyak kecuali pada bagian area pamer agar cahaya dan udara bisa masuk kedalam
bangunan dapat dilihat pada gambar 7.
Gambar 7. Tampak Samping Bangunan Museum fur fossil parahyangan nieuwe stadt dari arah
timur
3.6 Potongan Bangunan Museum Fur Fossil Parahyangan Nieuwe Stadt
Penutup dan struktur atap semua bangunan menggunakan baja ringan dengan penutup atap bitumen, dan
dinding bangunan menggunakan bata ringan, plesteran dengan cat putih agar konsep bangunan lebih
kuat di tambah dengan didominasi penggunaan material kayu dan batu alam agar memperkuat konsep.
Gambar 8. Potongan A-A Bangunan Museum fur fossil parahyangan nieuwe stadt
Penggunaan pondasi tiang pancang menjadi pilihan dengan mempertimbangkan kondisi tanah dan
fungsi bangunan dengan kolom ukuran 50 x 50 cm, balok dan sloof dengan ukuran 30 x 40 cm. Dapat
dilihat pada gambar 8 & gambar 9.
Teddy Maulani Mulyawan
Repository Jurnal Tugas Akhir Arsitektur – 8
Gambar 9. Potongan B-B Bangunan Museum fur fossil parahyangan nieuwe stadt
3.7 Eksterior dan Interior Bangunan Museum Fur Fossil Parahyangan Nieuwe Stadt
Berikut merupakan gambar site view dari mata burung pada museum fur fossil parahyangan nieuwe stadt
dengan konsep art deco. Pada area utara pada site ditempatkan dengan fungsi museum dan akses masuk
pada area site, lalu pada area tengah site difungsikan sebagai hall utama dan bangunan fasilitas
pendukung, kemudian pada area selatan difungsikan sebagai area parkir dan juga akses keluar site. Dapat
dilihat pada gambar 10.
Gambar 10. Eksterior (Bird eye view)
Gambar 11 merupakan view eksterior hall dari museum dengan mengusung konsep art deco.
Penggunaan warna cerah pada fasad merupakan simbolis dari kemegahan dipadukan dengan bentuk dan
ornamen fasad yang minimalis.
Gambar 11. Eksterior Hall dan Eksterior Museum (Man of view)
Perancangan Museum Fur Fossil Parahyangan Nieuwe Stadt Dengan Pendekatan Art Deco
Repository Tugas Akhir Arsitektur - 9
Gambar 12. Area Lobby Museum dan Area Ruang Pengelola
Area lobby museum merupakan area penerima yang didalamnya ada berbagai aktivitas seperti
pembelian tiket, penitipan barang, ataupun menanyakan informasi. Area ruang pengelola merupakan
area kantor yang dibuat open space agar lebih leluasa dalam bergerak dan tidak terlihat sempit. Ruang
pengelola ada berbagai aktivitas seperti rapat antar instansi, bekerja dan beristirahat dapat dilihat pada
gambar 12.
Gambar 13. Ruang Auditorium
Ruang auditorium merupakan area komunal yang didalamnya ada berbagai aktivitas seperti seminar,
pertunjukan maupun kegiatan lainnya yang membutuhkan ruang besar dengan kapasitas tempat duduk
yang banyak dapat dilihat pada gambar 13.
3.8 Fasilitas Penunjang
Adapun beberapa fasilitas penunjang yang diperuntukkan bagi pengunjung sebagai pelengkap pada
sarana Museum Fur Fossil Parahyangan Nieuwe Stadt diantaranya yaitu amphitheater, foodcourt, toko
souvenir, galeri buku, deck, dan taman. Fasilitas-fasilitas tersebut dirancang sebagai kebutuhan
penunjang bagi pengunjung yang datang tidak hanya ke museum.
Gambar 14. View Amphitheater
Teddy Maulani Mulyawan
Repository Jurnal Tugas Akhir Arsitektur – 10
Fasilitas penunjang Amphitheater seperti pada gambar 14 direncanakan untuk kebutuhan pengunjung
sebagai fasilitas acara kegiatan outdoor selain itu juga bisa digunakan sebagai tempat bersitirahat.
Gambar 15. Toko souvenir & Galeri buku Gambar 16. View Foodcourt
Fasilitas penunjang toko souvenir, foodcourt dan galeri buku seperti pada gambar 15 & gambar 16
direncanakan sebagai kebutuhan pengunjung yang ingin beristirahat untuk makan, berbelanja atau pun
yang sekedar hanya membaca buku yang berkaitan dengan ilmu geologi.
Gambar 17. Ramp menuju taman Gambar 18. View Taman
Fasilitas penunjang seperti taman diperuntukkan untuk pengunjung yang ingin berekreasi ataupun jalan-
jalan ataupun sebagai fungsi ruang komunal dapat dilihat pada gambar 17 dan gambar 18.
Gambar 19. View Deck dan View Taman From Deck
Fasilitas dengan fungsi deck adalah sebagai tempat beristirahat, menikmati view ke area luar sambil
menikmati minum atau makan, selain itu area deck juga di fungsikan sebagai tempat berfoto-foto dapat
dilihat pada gambar 19.
4. SIMPULAN
Museum Fur Fossil Parahyangan Nieuwe Stadt merupakan sarana pendidikan yang terletak di Jalan
Raya Padalarang, Kota Baru Parahyangan yang dirancang dengan pendekatan art deco. Pendekatan
tersebut diterapkan mencakup pada bentuk massa bangunan utama museum yang berbentuk persegi
yang mengalami subtraktif dan aditif disetiap sisisnya. Elemen lainya yang berkaitan dengan pendekatan
tersebut yaitu terdapat elemen hias garis gorizontal ataupun vertical dan juga penggunaan kolom dan
Perancangan Museum Fur Fossil Parahyangan Nieuwe Stadt Dengan Pendekatan Art Deco
Repository Tugas Akhir Arsitektur - 11
pediment. Semua fasilitas tersebut dirancang untuk merespon tema pendekatan yang digunakan dalam
merancang sarana pendidikan tersebut. Selain terdapat pada fasilitas-fasilitas tersebut, pendekatan
lainnya direspon dengan fungsi bangunan dimana fungsi bangunan ini merupakan wadah benda benda
bersejerah pada zaman purba yang sama halnya dengan gaya art deco yang harus dilestarikan agar tidak
hilang eksistensinya.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Hayunirasa Sadari, Pengertian museum dan museologi,
http://hayunirasasadara.multiply.com/journal/item/18/Pengertian_Museum_dan_Museologi,
diakses 19 September 2020
[2] Peraturan Pemerintahan No.19 Tahun 1995 Pasal 1 ayat (1),
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Download/46507/PP%20No.%2019%20Th%201995.pdf,
diakses 23 juli 2020
[3] Sumber Pengertian.id, Pengertian geologi menurut parah ahli,
https://www.sumberpengertian.id/pengertian-geologi-menurut-para-ahli, diakses 26 juli 2020
[4] Kementrian Pendidikan dan Budaya (2017). Museum Khusus di Indonesia,
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/muspres/museum-khusus-di-indonesia, diakses
10 Agustus 2020
[5] Bramble Jurnal. (2020). Desain Arsitektur Art Deco: Fakta, Karakteristik & Sejarah,
https://arc213.files.wordpress.com/2015/08/time_saver_building_types_small.pdf,
diakses 5 Agustus 2020